BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tanggung
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tanggung Jawab PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi4 Semarang atas Kerugian Penumpang Sebagai Akibat Kecelakaan Tanggung jawab PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang atas kerugian penumpang sebagai akibat kecelakaan sebagiamana telah tercantum dalam Pasal 157 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian sebagai berikut: 1. Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka-luka, atau meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api. 2. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai dengan stasiun tujuan yang disepakati. 3. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata dialami. 4. Penyelenggara Sarana Perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas kerugian, luka-luka, atau meninggalnya penumpang yang tidak disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api. Serta berdasarkan Pasal 167 Undang-Undang Perkeretaapian: 1. Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap penggunajasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 dan Pasal158. 2. Besarnya nilai pertanggungan paling sedikit harus samadengan nilai ganti kerugian yang diberikan kepada pengguna jasa yang menderita kerugian sebagai akibat pengoperasian kereta api. Salah satu kasus mengenai kecelakaan kereta api yang menimbulkan kerugian bagi penumpang adalah kecelakaan Kereta Api Argo Bromo Anggrek dengan Kereta Api Senja Utama yang terjadi di Stasiun Petarukan 36 pada tahun 2010 atau yang juga disebut Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) Petarukan. Kecelakaan yang terjadi pada tanggal 2 Oktober 2010 mengakibatkan 35 (tiga puluh lima) orang penumpang meninggal dunia dan 34 (tiga puluh empat) orang penumpang mengalami luka ringan hingga luka berat. Hal tersebut disebabkan karena masinis KA 4 Argo Bromo Anggrek mengantuk dan melanggar sinyal masuk Stasiun Petarukan sehingga KA Argo Bromo Anggrek menabrak rangkaian paling belakang KA Senja Utama Semarang yang berada di Jalur 3.24 Setelah terjadi kecelakaan tersebut, petugas Stasiun Petarukan dan Stasiun Pemalang dengan tanggap melakukan proses evakuasi yang dibantu oleh warga setempat dengan membawa korban kecelakaan ke Rumah Sakit Daerah Dr. M Ashari Pemalang. PT. KAI Daerah Operasi 4 Semarang juga membawa korban luka luka menuju Rumah Sakit Islam Al-Iklas Taman Pemalang, Rumah Sakit Umum Santa Maria Pemalang, Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan, Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum Semarang, Rumah Sakit Elisabeth Semarang, RSUD Kudus, dan RSUP Dr. Karyadi Semarang. Beberapa korban diperbolehkan pulang, sedangkan yang dirawat inap sebagian besar karena luka fraktur, ruptur, trauma tumpul pada Thorax dan Abdomen serta memar. Selain mengevakuasi korban kecelakaan, PT. KAI Daerah Operasi 4 Semarang juga bertanggung jawab terhadap 24 Lihathttp://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_railway/Report/baru/2010/KNKT.10.10.08.02.pdf( diakses 4 Januari 2019), 2019 37 penumpang KA yang lain, yaitu dengan cara memperbaiki prasarana di Stasiun Petarukan dengan penggantian bantalan beton sebanyak 52 batang dan penambat sebanyak 104 serta perbaikan kabel bel genta. Sedangkan untuk memperlancar perjalanan KA, rangkaian KA Fajar Utama yang tidak anjlok/rusak (Lokomotif dan 5 Kereta kelas bisnis) diberangkatkan menuju Stasiun Semarang Tawang dan lokomotif KA Argo Bromo Anggrek yang rusak diganti dengan lokomotif yang lain untuk melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Surabaya Pasar Turi. Rangkaian KA Fajar Utama yang anjlok/rusak dievakuasi menggunakan 3 Kereta Penolong (NR) dari Pekalongan, Semarang dan Tegal) serta menggunakan 2 unit Crane dari Solo dan Cirebon. Hal tersebut menurut penulis telah sesuai dengan ketentuan pada Pasal 125 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. “Dalam hal terjadi kecelakaan kereta api, pihak Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian harus melakukan hal-hal sebagai berikut: a. mengambil tindakan untuk kelancaran dan keselamatan lalu lintas; b. menangani korban kecelakaan; c. memindahkan penumpang, bagasi, dan barang antaran ke kereta api lain atau moda transportasi lain untuk meneruskan perjalanan sampai stasiun tujuan; d. melaporkan kecelakaan kepada Menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota; e. mengumumkan kecelakaan kepada pengguna jasa danmasyarakat; f. segera menormalkan kembali lalu lintas kereta api setelah dilakukan penyidikan awal oleh pihak berwenang; dan g. mengurus klaim asuransi korban kecelakaan.” Berdasarkan hal tersebut telah jelas bahwa PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang telah melakukan kewajibannya, yaitu 38 melakukan penanganan pada korban kecelakaan dengan cara membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat serta melakukan proses evakuasi, baik terhadap korban kecelakaan, maupun lokasi terjadinya kecelakaan. Dalam hal tersebut PT. Kereta Api Indonesia menggunakan prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya kesalahan. Dimana setiap pengangkut atau penyedia jasa angkutan yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab atas segala kerugaian akibat kesalahan yang disebabkan oleh pengangkut, serta dapat dibuktikan bahwa pihak pengangkut benar melakukan kesalahan. Hal tersebut telah terdapat pada Pasal 157 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Pada kasus kecelakaan KA Argo Bromo Anggrek dengan KA Fajar Utama Semarang telah terbukti bahwa masinis KA Argo Bromo Anggrek bersalah. Menurut hasil wawancara, masinis KA Argo Bromo Anggrek tertidur dan melanggar sinyal masuk J710 yang beraspek merah (tidak aman).25 PT. Jasa Raharja yang bekerja sama dengan PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang memberikan santunan/ganti kerugian kepada penumpang yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008, PT. Jasa Raharja memberikan biaya santunan/ganti kerugian kepada penumpang yang menjadi korban sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) untuk korban meninggal dunia, untuk korban 25Ibid., halaman II-2 39 luka berat hingga cacat tetap dihitung berdasarkan angka persentase sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 dari besar Santunan meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) untuk biaya penguburan apabila korban meninggal tidak mempunyai ahli waris. Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Tanggung Jawab PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang atas Kerugian Penumpang sebagai Akibat Kecelakaan telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yaitu telah melakukan kewajibannya dengan melakukan penanganan pada korban kecelakaan. B. Pelaksanaan Tanggung Jawab PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang atas Kerugian Penumpang Akibat Kecelakaan Sebagaimana yang disebutkan pada Sub Bab A, PT. Kereta Api Indonesia tidak hanya sebatas membantu mengumpulkan data korban yang mengalami kerugian. PT. Kereta Api Indonesia juga bertanggung jawab untuk mengasuransikan pengguna jasanya salah satunya adalah penumpang kereta api. Sesuai dengan ketentuan Pasal 167 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 “Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap pengguna jasa sebagaimana 40 dimaksud dalam Pasal 157 dan Pasal 158”26. Tanggung jawabnya yang dimaksud disini adalah tanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka-luka, atau meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api. Dalam mengasuransikan pengguna jasanya PT. Kereta Api Indonesia bekerja sama dengan PT. Jasa Raharja (Persero). Mitra Asuransi tersebutlah yang memberikan perlindungan kepada Penumpang Kereta Api terhadap resiko kecelakaan yang mungkin timbul selama dalam perjalanan. Dalam pelaksanaan tanggung jawab PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang atas kerugian penumpang akibat kecelakaan, hal pertama yang dilakukan adalah mengevakuasi pada lokasi kecelakaan, baik pada korban maupun pada sarana atau prasarana. PT. KAI Daerah Operasi 4 Semarang secara tanggap mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke Rumah Sakit Daerah Dr. M Ashari Pemalang. PT. KAI Daerah Operasi 4 Semarang juga membawa korban luka luka menuju Rumah Sakit Islam Al-Iklas Taman Pemalang, Rumah Sakit Umum Santa Maria Pemalang, Rumah Sakit Umum Budi Rahayu Pekalongan, Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum Semarang, Rumah Sakit Elisabeth Semarang, RSUD Kudus, dan RSUP Dr. Karyadi Semarang. Setelah melakukan evakuasi pada korban, PT. KAI Daerah Operasi 4 Semarang melakukan pendataan kepada korban. Tercatat 34 (tiga puluh empat) orang meninggal 26 Undang-Undang Perkeretaapian: Perkeretaapian, halaman 55 41 dunia, 29 (dua puluh sembilan) orang luka berat, dan 5 (lima) orang luka ringan. Berikut adalah data beberapa korban yang mengalami kecelakaan KA Fajar Utama dengan KA Argo Bromo Anggrek: 1. Budi Setiawan, 35 tahun, meninggal dunia, ahli waris mendapatkan santunan sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). 2. Novia Indrawati, 23 tahun, mengalami luka berat yaitu tungkai bawah kanan luka robek, patah tulang tertutup lengan kiri atas dan patah tulang tertutup paha kanan mendapatkan ganti rugi sebesarRp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). 3. Moh Tantowi, 50 tahun, mengalami luka berat yaitu patah tulang tertutup