PENGARUH BIMBINGAN AGAMA USTADZ BACHTIAR NASIR TERHADAP KEMAMPUAN COPING REMAJA DI AR-RAHMAN QUR’ANIC LEARNING ISLAMIC CENTER TEBET JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Siti Lidya Rahmi NIM: 1111052000004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015M
ABSTRAK
Siti Lidya Rahmi, NIM 1111052000004, Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan, di bawah bimbingan Dra. Nasichah, MA.
Bimbingan Agama merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing, secara terus menerus, sistematis dan menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam memecahkan masalah yang dihadapi, agar tercapai self understanding, self acceptance, self realization dan kemampuan untuk hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sesuai dengan potensi dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat, sehingga tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pada saat remaja mengikuti bimbingan Agama, kemudian memahami dan mengimplementasikannya maka, kemampuan coping yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan sebelum mengikuti bimbingan Agama. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center dengan rumusan masalah Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama ustadz Bactiar Nasir di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan?, Bagaimana kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center? Dan Bagaimana pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Natsir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center?. Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian survey dan desain yang digunakan adalah pendekatan inferensial. Pengambilan sampel sebanyak 50 orang dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dari populasi jama’ah di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center . Data diperoleh menggunakan kuesioner (skala likert), kemudian dilakukan pengujian analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh independen variabel terhadap dependen variabel, koefisien korelasin bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara independen variabel terhadap dependen variabel, koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan independen variabel menjelaskan dependen variabel, uji t-tes betujuan untuk mengetahu besarnya pengaruh masing- masing independen variabel secara individual (parsial) terhadap dependen variabel. Analisis ini menggunakan bantuan Software SPSS 20.0 for Windows. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja.
Kata Kunci : Bimbingan Agama, Kemampuan Coping Remaja, Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center
i
KATA PENGANTAR
. .
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
الحمد اهلل رب العالمين.واللصالة والسالم علي سيدنا محمد سيد المرسلين وعلي اله و صحبه اخمعين.
Alhamdulillahhi robbil a’lamin,Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Nikmat kepada kita semua baik Nikmat Iman maupun Nikmat Islam sehingga kita senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah untuk selalu beraktifitas.
Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurah limpahkan kepada junjungan alam baginda Rasulullah SAW karena berkatnyalah kita semua dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dalam dunia yang sangat penuh dengan ilmu pengetahuan. Kepada keluarganya, para sahabatnya. Tabiin tabiatnya, dan kepada kita semua selaku umatnya yang semoga mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyyamah nanti.
Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan”. Penulis sadar, bahwa tanpa bantu dan motivasi serta bimbingan dari pihak, sulit kiranya penulis menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi tugas persyaratan akademik guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam Program Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ibuhanda dan Ayahanda yang telah membesarkan penulis dan senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do’a yang tiada henti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih dan apresiasi yang tinggi atas semua bantuan dan jasa yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini terutama beberapa pihak, di antaranya:
ii
1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Dekan Bidang Akademik, Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibdu Nur, MA. 2. Drs. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Drs. Sugiharto, MA, Selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Nasichah, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dengan penuh bijaksana mengarahkan dan memberikan masukan serta saran disela-sela kesibukan beliau besedia membimbing dengan penuh keikhlasan dan memberikan pengertian yang sangat besar kepada penulis. 4. Ir. Noor Bekti Neogoro. SE, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam bab Metodologi Penelitian dan Analisis Data. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berjasa mendidik dan memeberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan. 6. Segenap Pengurus Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center yang telah meluangkan waktu dan mengizinkan penulis untuk melakukan studi kasus yang merupakan objek penelitian pada skripsi ini. 7. Adinda tercinta Imam Muhajir, Alya Danisara, Abdah Afifah Azwa, Mandala Ibnu Sabil yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 8. Temen-teman Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011 yang selama masa perkuliahan bersama-sama penulis berjuang dalam menuntut ilmu. 9. Untuk Winda Sari, Irma Fatwa Oktafianti, Lina Safitri, Nur Hasanah, Fajriah Septiani, Muzayyanah, Marjoni, yang selama ini berjuang bersama penulis dan turut memberikan motivasi serta inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
Harapan penulis, semoga amal kebaikannya mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan semoga kesuksesan dan ridho Allah selalu mengiringi langkah kita semua, Aamiin.
Jakarta, Safar 1435H Desember 2014M
Siti Lidya Rahmi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i
KATA PENGANTAR ...... ii
DAFTAR ISI ...... v
DAFTAR TABEL ...... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...... 5
1. Pembatasan Masalah ...... 5
2. Perumusan Masalah ...... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 5
1. Tujuan Penelitian ...... 5
2. Manfaat Penelitian ...... 6
D. Tinjauan Pustaka ...... 7
E. Sistematika Penulisan ...... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Agama ...... 11 1. Pengertian Bimbingan Agama ...... 11 2. Tujuan dan Fugsi Bimbingan Agama ...... 15 a. Tujuan Bimbingan Agama ...... 15 b. Fungsi Bimbingan Agama ...... 16 3. Metode Bimbingan Agama ...... 16 4. Materi Bimbingan Agama ...... 18 B. Coping ...... 23 1. Pengertian Coping ...... 23 2. Proses Coping ...... 25 3. Jenis dan Fungsi Coping ...... 26
v
a. Jenis-Jenis Coping Terpusat Masalah ...... 27 b. Jenis-jenis Coping Terpusat Emosi ...... 28 C. Remaja...... 29 1. Definisi Remaja ...... 29 2. Ciri-Ciri Umum Remaja ...... 31 3. Klasifikasi Remaja ...... 34 4. Faktor yang Mempengaruhi Remaja ...... 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ...... 38 B. Waktu dan Tempat Penelitian ...... 38 C. Populasi dan Sampel ...... 39 1. Populasi ...... 39 2. Sampel ...... 39 D. Variabel Penelitian ...... 40 E. Hipotesis Penelitian ...... 41 F. Definisi Oprasional dan Indikator Variabel ...... 41 G. Teknik Pengumpulan Data ...... 45 H. Uji Instrumen ...... 46 1. Uji Validitas ...... 46 2. Uji Reabilitas ...... 47 I. Teknis Analisis Data ...... 49 1. Uji Regresi Linier Sederhana ...... 50 2. Uji Koefisien Korelasi...... 51 3. Uji Koefisien Determinasi ...... 52 4. Uji T-test (Parsial) ...... 53 BAB IV PROFIL AR-RAHMAN QUR’ANIC LEARNING ISLAMIC CENTER A. Sejarah ...... 54 B. Visi dan Misi ...... 55 C. Asas, Prinsip dan Target Utama ...... 56 D. Divisi-Divisi ...... 57
vi
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir di Ar- Rahman Qur’anic Learning Islamic Center ...... 60 B. Kemampuan Coping Remaja ...... 63 C. Karakteristik Responden ...... 64 D. Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center ...... 65 1. Uji Regresi Linier Sederhana ...... 66 2. Uji Kofisien Korelasi ...... 67 3. Uji koefisien Determinasi ...... 68 4. Uji Parsial Pada Variabel Persamaan Regresi Linier (T-test). 69 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ...... 70 B. Saran ...... 71
DAFTAR PUSTAKA ...... 72
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian ...... 41
Tabel 2. Blue Print Skala Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir ...... 47
Tabel 3. Blue Print Ustadz Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir
(Setelah Validasi) ...... 48
Tabel 4. Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja ...... 48
Tabel 5. Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja (Setelah Validitas) .... 49
Tabel 6. Skala Likert ...... 50
Tabel 7. Interpretasi terhadap koefisien korelasi ...... 52
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kemarin ...... 64
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...... 64
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...... 64
Tabel 11. Out Put Regresi Linier Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar
Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja...... 65
Tabel 12. Koefisien Regresi Linier Sederhana ...... 66
Tabel 13. Koefisien Korelasi ...... 67
Tabel 14. Koefisien Determinasi ...... 68
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya setiap manusia yang ada di dunia ini ingin sekali
merasakan kenyamanan, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan dalam
hidupnya. Dengan beragama, manusia dapat hidup dengan damai, tentram,
aman dan bahagia.
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama” adalah ketetapan Illahi
yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup.
Sementara itu Syaikh M. Abdullah Badrun dalam bukunya Makhdal Ila Al-
Adyan, berupaya untuk manjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-
Qur’an ia memulai berbahasa dengan pendekatan kebahasaan. Jadi agama
adalah hubungan antara makhluk dan “Khaliknya”. Hubungan ini
mewujudkan dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam
sikap kesehariannya.1
Dalam kamus sosiologi Pengertian agama (religion) mencangkup 3 hal:
(1) Kepercayaan kepada hal-hal spiritual, (2) Perangkat kepercayaan dan
praktek-praktek yang dianggap sebagai tujuan sendiri, (3) idiologi mengenai
hal-hal supranatural.2
Agama juga merupakan kebutuhan yang fitri bagi manusia sebagaimana
dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ar-Ruum: 30
1 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 1995), hal. 209. 2 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), h. 430.
2
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 30)
Islam memerintahkan setiap orang dalam ber-Islam mampu menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh tanggung jawab. Orang yang memiliki kesadaran beragama secara matang dan bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapat kebahagiaan dan ketenanggan yang bisa mematangkan kepribadian serta kemampuan untuk menganalisa masalah-masalah.3
Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleksnya masyarakat, maka banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan mental di kota-kota besar. Makin banyak masyarakat yang tidak mampu melakukan adjustmen atau penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan sosial, mereka banyak mengalami frustasi, konflik-konflik terbuka maupun tertutup, ketenangan batin dan menderita gangguan mental.4 Banyak umat Islam khususnya remaja yang belum bisa menyelesaikan masalah dalam hidupnya dengan baik bahkan rela menyiksa dirinya sendiri dikarenakan masalah yang dihadapinya. Tidak sedikit remaja yang bunuh diri akibat di tolak cintanya olah kekasih, mabuk-mabukan, memakai NAPZA, tauran dan sebagainya.
3 Tusuf Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 23. 4 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Press 1992), cet ke-4, h. 232.
3
Guru Besar bidang psikiatri Universitas Sebelas Maret Syamsul Hadi,
dalam seminar berjudul "Meningkatkan Kepedulian terhadap Gangguan
Bipolar di Indonesia" di Hotel Grand Aston, Yogyakarta, Selasa, 25 Maret
2014 menyatakan bahwa :
“Angka bunuh diri di Indonesia tergolong tinggi, sebanding dengan Jepang. Pada peringkat angka bunuh diri seluruh dunia, Indonesia dan Jepang Menempati posisi yang sama di urutan ke sembilan. Di Indonesia, angka bunuh diri diperkirakan setiap tahun mencapai 50 ribu orang dari 250 juta total penduduk Indonesia. Alasan paling dominan bunuh diri adalah faktor sosial dan ekonomi. Ada juga faktor depresi yang memicu orang nekat bunuh diri”.5
Menurut Zakiah Daradjat, bahwa remaja adalah masa pertumbuhan
fisik cepat dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai titik tertentu.
Perubahan yang berlangusng cepat dan tiba-tiba mengakibatkan terjadinya
perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaannya, remaja semakin peka dan
sikapnya berubah-ubah, tidak stabil kelakuannya demikian pula kadang ia
patut, ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan, kadang-kadang pada
keluarga, masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.6
Oleh sebab itu, pentingnya remaja memperdalam ilmu agama agar
dapat menyelesaikan semua masalah sesuai dengan syariat Islam. Untuk
memahami dan memperdalam agama Islam dan menjadikan remaja hidup
aman, tentram dan damai diperlukan adanya upaya-upaya bimbingan agama
yang sungguh-sungguh utamanya pada kemampuan penyelesaian masalah
(kemampuan coping). Kegiatan ini dapat dilakukan di lingkungan keluarga,
lembaga, maupun masyarakat.
5Tempo, “angka bunuh diri semakin meningkat”pada 5 Oktober 2014 dari http://www.tempo.co/read/news/2014/03/26/173565394/Angka-Bunuh-Diri-Indonesia-Setara- Jepang. 6 Zakiah daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), cet. Ke-2, hal.14.
4
Sesuai dengan firman Allah SWT:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl:125)
Melihat betapa pentingnya agama dalam kehidupan manusia terutama remaja, Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center menyelenggarakan fasilitas keagamaan berupa Bimbingan Agama yang dinamakan Tadabbur Al-
Qur’an Kamis Malam. Dimana Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center ini memiliki empat target utama yang menjadi strategi Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center, yakni: a. Mencerahkan umat (Insight) agar sadar dan perlu kepada Al Qur’an b. Mampu mewarnai cara pandang (Mindset) umat dengan Al Qur’an. c. Membangun sikap mental (Attitude) umat dalam berinteraksi dengan Al
Qur’an. d. Membentuk perilaku (Behavior) umat melalui kebiasaan,
ketergantungan dan perasaan terancam jika mengabaikannya.
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas lebih lanjut tentang kegiatan bimbingan agama serta pengaruhnya terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center. Kemudian, penulis
5
akan menuangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh
Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan
Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet
Jakarta Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Merujuk pada judul skripsi di atas, maka penulis membatasi
permasalahan seputar kegiatan bimbingan agama yang dilaksanakan oleh
Ustadz Bactiar Nasir di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center
Tebet Utara I No. 40 dan bagaimana pengaruhnya terhadap kemampuan
coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center .
2. Perumusan Masalah
Dari batasan penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan
penulis kaji:
a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama ustadz Bactiar Nasir di Ar-
Rahman Qur’anic Learning Islamic Center?
b. Bagaimana kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic
Learning Islamic Center?
c. Bagaimana pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Natsir
terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning
Islamic Center?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
6
a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama ustadz Bachtiar
Nasir di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.
b. Untuk mengetahui kemampuan coping remaja di Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center.
c. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir
terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning
Islamic Center.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi
Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam dan keagamaan khususnya
berkaitan dengan pengaruh bimbingan agama Ustadz Bachtiar Nasir
terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning
Islamic Center.
b. Memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan
kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Dijadikan evaluasi bagi anggota Ar-Rahman Qur’anic Learning
Islamic Center tentang pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar
Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic
Learning Islamic Center Center Tebet Utara I no. 40.
7
D. Tinjauan Kepustakaan
Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, mereview hasil penelitian terdahulu, antara lain:
1. Abdullah, Program Studi Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2006 dengan
judul “Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf
Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
Cigunjur Jakarta Selatan”. Skripsi ini berisikan tentang kegiatan
bimbingan agama Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf dalam Pembinaan
Akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Cigunjur Jakarta Selatan.
Akhlak remaja yang dimaksud adalah gambaran jiwa yang muncul saat
manusia akan mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif.
2. Taufik Syah Putra, Program Studi Fakultas Psikologi, UIN Jakarta
angkatan 2008 dengan judul “Gambaran Perilaku Coping Wanita Yang
Mengalami Peleceha Seksual Di Tempat Kerja”. Penelitian ini berisikan
tentang deskripsi atau gambaran perilaku coping seorang wanita yang
pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerjanya. Pelecehan yang
dimaksud bukan hanya sekedar hubungan seksual tetapi pelecehan
seksual bisa verbal maupun non verbal. . Skripsi ini menggunakan
penelitian kualitatif.
8
3. Emma Noor Habibah, Program Studi Psikologi, UIN Jakarta angkatan
2008 dengan judul “Coping Religius Terhadap Kecemasan Pada Residen
Ketergantungan NAPZA”. Penelitian ini berisikan tentang bagaimana
coping religius terhadap kecemasan pada residen ketergantungan
NAPZA. Coping religius yang dimaksud adalah satu bentuk coping yang
menggunakan bentuk agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi oleh seorang individu. . Skripsi ini menggunakan penelitian
kualitatif.
4. Arnintya Wilma Pertiwi, program Studi Psikologi, UIN Jakarta angkatan
2008 dengan judul “Gambaran Stress & Perilaku Coping Ibu dalam
Menghadapi Anak Hiperaktif”. Penelitian ini berisikan tentang deskripsi
atau gambaran stress dan perilaku coping ibu dalam mengahdapi anak
yang hiperaktif. . Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif.
Dari keempat hasil penelitian di atas, penulis menyatakan bahwa hasil
penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya.
Peneliti ini berfokus pada pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Natsir
terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning
Islamic Center Tebet Utara 1 no. 40.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan I,
Januari 2007.
9
Untuk memudahkan penlisan, maka penulis membagi pembahasan skripsi ini menjadi enam bab dengan sitematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I :Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembahasan
dan perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
kepustakaan dan sistematika penulisan.
BAB II :Landasan Teori. Dalam bab ini menjelaskan mengenai
pengertian, tujuan, fungsi, materi dan metode bimbingan Agama
serta pengertian, proses, jenis dan fungsi kemampuan coping,
serta definisi, proses dan karakteristik remaja.
BAB III : Metodologi Penelitian. Pada bab ini memuat tentang pendekatan
dan desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan
sample, variabel penelitian, hipotesis penelitian, definisi
oprasional dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, uji
instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas, teknik analisis
data meliputi uji regresi linear sederhana, uji koefisien korelasi,
uji koefisien determinasi dan uji t-test.
BAB IV :Profil Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center . Bab ini
berisi sejarah, visi dan misi, unit-unit, asas, prinsip dan target.
BAB V :Temuan dan Analisis Data. Bab ini menjelaskan mengenai
pelaksanaaan bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir di Ar-
Rahman Qur’anic Learning Islamic Center, kemampuan coping
remaja, karakteristik responden, hasil dan pembahasan yang
meliputi deskripsi data responden, uji regresi linier sederhana, uji
10
koefisien regresi linier, uji parsial pada variabel persamaan regresi
linier (T-test), uji koefisien korelasi dan koefisien determinasi.
BAB VI : Penutupan. Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan
saran-saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang
berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan
adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain, karena
tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang.1
Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah proses
bantuan dan pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang ditujukan untuk
membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat, kemauan) dan
lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga tercapai
perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan
masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian : menolong,
membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan
memberikan pengarahan.2
Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas,
dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain
sebagai berikut :
1 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), Cet. Ke-1, h. 3 2 Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta : PT. Pamator, 1997) h. 13
12
a. Menurut Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan adalah suatu
pemberian bantuan yang terus - menerus, sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk memahami diri sendiri (self understanding),
kemampuan untuk menerina diri sendiri (self acceptance), kemampuan
untuk merealisasikan diri sendiri (self realization), sesuai dengan
potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaiaan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.3
b. Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa ketut Sukardi bahwa :
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang
lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri serta dalam
memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu
penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri”.4
c. Menurut Auntur Rahim Fahmi, Bimbingan Agama adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.5
d. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “Proses Pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
3 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Cet. Ke -1, h. 7. 4 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 8. 5 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, h. 7.
13
dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup
didunia dan diakhirat”.6
Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata
Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama
dengan bahasa Religion (Inggris), Ia Religion (Prancis), De Religie
(Belanda), De Religian (Jerman), secara bahasa, perkataan “agama”
berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-
menurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan,
patuh, utang balasan, atau kebiasaan.7
Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin
yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah
manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola
hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan
telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap orientasi hidup
sehari-hari.
Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya)
bertugas menjadi mu’allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai
mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya
6 Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, 1992), h. 76. 7 Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (Jakarta : Ichtiar Baru Van horve, 1997), Cet. Ke-4, h. 102.
14
fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim
(guru) dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau :8
Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”.
Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah proses
bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun
metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang
mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah
yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah dalam
dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan
Rasulullah.
Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara
optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan dengan Allah SWT,
dengan manusia, dengan alam sekitar dan lainnya sebagai manifestasi dari
perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi
sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT. 9
Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi
sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para
sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.
8 H. M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998) Cet. Ke-1, h. 77. 9 Ibid., h. 79
15
Fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama’ sangat
dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara mendalam,
dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama
a. Tujuan Bimbingan Agama10
Tujuan Bimbingan menurut Ainu Rahim Faqih dalam bukunya
Bimbingan dan konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
umum dan khusus, sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat
kelak.
2) Tujuan Khusus
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan
sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan
kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah
bagi dirinya sendiri.
b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi.
10 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), h. 36.
16
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau telah lebih bagik agar tetap baik
atau menjadi lebih baik.
b. Fungsi Bimbingan Agama 11
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya,
layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai :
1) Fungsi preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi
sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah.
2) Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu.
3) Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
individu (terbimbing).
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam
memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh,
mantap, terarah dan berkelanjutan.
3. Metode Bimbingan Agama
Pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. 12 Metode berasal dari kata “meta” yang
11 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 26-27.
17
berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari
“metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik
seperti alat peraga, alat administrasi yang menunjang pelaksanaan
kegiatan, bahkan pembimbing juga termasuk metode media.
Dengan penjelasan tentang “metode” di atas maka kita dapat
memahami tentang metode bimbingan agama adalah segala jalan atau
sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Maka
metode yang dipakai dalam proses bimbingan agama itu adalah sebagai
berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah melakukan dialog dengan mereka untuk
mendapatkan gejala-gejala kejiwaan mereka. Dengan melakukan
dialog pembimbing akan masuk dalam kehidupan mereka, dan segera
akan mengetahui sebab-sebab mereka melakukan perbuatan yang
dianggap menyimpang oleh agama dan oleh masyarakat.
Wawancara baru akan bisa berjalan dengan baik bilamana
pembimbing memiliki persyaratan yang lain :
1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada klien.
2) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai penyimpan rahasia.
3) Pembimbing harus bias memberikan pertanyaan yang bersifat
tidak menyinggung perasaan.
12 H M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT> Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 43
18
4) Pembimbing harus menunjukkan etika baiknya dan menjadi
tauladan yang baik agar dapat dipahami dengan rasional.
b. Metode Group Guidance (Bimbingan Secara Berkelompok)
Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa atau
batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Dalam hal ini
para pembimbing atau ulama mengajak mereka bersama-sama dalam
kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, berkelompok dengan
masyarakat lain.
Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu
terbimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan
teman-temannya melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul
melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi
masing-masing. Dan sekaligus juga menghendaki individu
terbimbing melakukan pernyataan hidup, muhasabah, muraqobah
(melakukan pendekatan diri) kepada Allah SWT. Melalui ritual
spiritual yang diajarkan dan dijelaskan oleh pemimpin Majlis
Ta’lim/ulama.
4. Materi Bimbingan Agama
Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting
seseorang di dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya
ke imanan dan juga kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi
sebagai berikut :
19
a. Aqidah : ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah
al-Quran. Hakekatnya iman sebagaimana yang di tuangkan oleh
seorang laki-laki dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan :
apakah iman itu? Nabi menjawab : …
Artinya : … terangkanlah kepadaku tentang Iman? Rasulullah SAW menjawab : yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, dan hari akhirnya, serta engkau beriman kepada baik dan jeleknya takdir … (HR. Muslim).13 Dengan demikian antara iman dan Islam adalah suatu kesatuan
yang saling terkait satu sama lain. Abdul A’ala al Mauhudi
mengatakan : hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon
dan akarnya, sebatang pohon tak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil
seorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi
seorang muslim.14 Masalah aqidah merupakan hal yang fundamental.
Aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang muslim. Dengan kata
lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan
bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah dengan membenarkan dan
mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat, hukum-hukum Allah,
kekuasaannya, hidayah dan taufik Allah.
13 Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. Ke-10, h. 34. 14 Moh. Rifai, Aqidah Akhlak, (Semarang : CV. Wicaksana, 1994), Cet. Ke-2, h. 32
20
Kepercayaan kepada Allah, termasuk kepercayaan kepada
malaikat, rasul-rasulnya, kitabnya, hari kemudian dan takdir unsur
tersebut dalam Islamologi disebut “Arkanul Islam”.15 Dan juga “Rukun
Islam” yang mana di dalamnya mengungkapkan anatara lain :
mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar
zakat, puasa dan juga haji. Bagi seorang muslim kedua rukun ini sudah
menjadi kewajiban yang harus dijalankan dan diamalkan. Seorang
muslim baru dapat dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan
kewajibannya dan hendaknya disertai dengan keikhlasan serta
kejujuran, akhlak yang baik tanpa itu semua segala amal perbuatan
seorang akan menjadi sia-sia dan tidak akan memperoleh pahala. b. Ibadah
Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya artinya
tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata ibadah tidak
dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.16
Sebagaimana Hadits Rasullullah: …
…
15 Ibid., h. 33 16 Ibn Manzur, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut : Dar Sadir, 1994), Cet. Ke-2, h. 273
21
Artinya: … Seraya berkata : Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang Islam? Rasulullah SAW menjawab : Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi syaratnya, dia berkata : engkau benar? Kami keheranan karenanya, dia bertanya tetapi membenarkannya ….. (HR. Muslim).17 Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi
menyimpulkan bahwa : ibadah yang di syariatkan oleh Islam itu
harus memenuhi dua unsur :
1) Mengingat diri (Iltizam) dengan syariat Allah yang diserukan
oleh para rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan
pengharaman sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah.
2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati
kepada Allah, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.18
c. Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut
melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal
dan syarak (hukum Islam) disebut akhlak yang baik, sedangkan jika
17 Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. Ke-10, h. 34. 18 Yusuf Al-Qardawi, Al-Ibadah Fi al-Islam, (Beirut : Muasasah Al-risalah, 1997), Cet. Ke-6, h. 32-33
22
perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8:
.
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah : 8)
Akhlak menempati tempat yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yang disebut dengan
Al-Akhlak Al-Karimah.
Di antara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut :
1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi
yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu
ada 3 macam, yaitu:
a) Bohong dengan perbuatan,
23
b) Bohong dengan lisan
c) Bohong dengan hati.
2) Takabur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar,
tinggi mulia, dan melebihi orang lain.
3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk
menghilangkan kenikamatan itu dari orang tersebut.
4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang
menjadi miliknya, tetapi hematnya dari apa yang dimilikinya itu
untuk diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-
sifat madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari.
B. Coping
1. Pengertian Coping
Coping dalam kamus psikologi yaitu tingkah laku atau tindakan
penanggulangan; sembarang perbuatan; dalam mana individu melakukan
interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan
masalah.19
“The process by which people try to manage the perceived discreprancy the demand and resources they appraise in a stressful situation”.20 Coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk
mengelola jarak yang ada antara tuntunan-tuntunan (baik itu tuntunan yang
19 JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9, h. 112. 20 Richard S. Lazarus dan Susan Folkman, Stress Appraisal and Coping (New York: Spiring Publishing Company, 1984), h. 141.
24
berasal dari individu maupun tuntunan yang berasal dari lingkungan)
dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam mengahadapi situasi
stressful.
Pengertian coping, yaitu bahwa coping merupakan (1) respon tingkah
laku atau pikiran terhadap situasi stres (yang menekan), (2) dengan
menggunakan sumber dalam dirinya (internal) maupun (eksternal), (3)
yang dilakukan secara sadar, (4) bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan individu, seperti mengembangkan kontrol individu.
Sementara Weiten & Liyod mengemukakan bahwa coping merupakan
upaya-upaya untuk mengatasi, mengurangi atau mentoleransi ancaman
yang beban perasaan yang tercipta karena stres.21
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa coping adalah proses yang
dilakukan individu dalam mengatasi dan mengatur perbedaan yang ada
antara tuntunan lingkungan dan sumber daya yang diterima dalam situasi
stressful atau usaha-usaha yang dilakukan individu untuk menghadapi
suatu situasi yang penuh stres, baik yang timbul dari dalam maupun dari
luar individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut
diwujudkan dalam perilaku-perilaku tertentu.22
2. Proses Coping
Penggunaan istilah coping berdasarkan definisi dari Lazarus dan
Folkman di atas, perlu dibedakan antara coping sebagai suatu set proses
21 Widiyawati, ”Gambaran perilaku coping perempuan yang mnegalami kekerasan dalam rumah tangga,”(Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 14. 22 Badru Zaman, “Coping stress orang tua yang memiliki anak kecanduan narkoba,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 18.
25
(coping process) dan coping sebagai suatu set outcomes (coping outcomes). Coping process adalah perbedaan strategi atau teknik yang digunakan dalam menghadapi situasi yang stressful dan situasi yang dapat memnculkan emosi, sedangkan coping outcomes adalah seberapa efektif strategi yang digunakan dalam memenuhi tuntunan lingkungan atau mengurangi emosi yang stressul. (Lazarus dan Folkman dalam Auerbach dan Gramling, 1998)
Lazarus dan Folkman (dalam Auerbach dan Gramling, 1998) menekankan bahwa coping adalah suatu proses transaksional di mana kita secara berkelanjurtan menilai arti sebuah situasi (apakah situasi tersebut mengingatkan kita pada suatu yang menyakitkan, menandakan sebuah ancaman, menandakan keuntungan atau bersifat netral). Ia juga menambahkan bahwa kesadaran individu sangat berpengaruh dalam proses dan pilihan keputusan yang diambil. Selain itu level stres dan emosi yang pernah dialami menentukan kesadaran dan efektivitas strategi coping yang digunakan.
Dukungan soisal sangat diperlukan ketika seseorang menghadapi masalah. Ada tiga bentu dukungan social yang mengarah kepada jenis coping (Problem Focused Coping) yaitu berupa dorongan, pemberian informasi dan berupa dukungan nyata.23
23 Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas (Depok: LPSP3, 2011), h. 35.
26
3. Jenis dan Fungsi Coping
Lazarus dan Folkman Menyatakan kategori umum dari prilaku
coping, yaitu: Ada dua kategori umum dari coping, yaitu coping terpusat
pada masalah (Problem-Focused Coping) dan coping terpusat pada emosi
(Emotion-Focused Coping). Coping terpusat pada masalah adalah jenis
perilaku coping yang dikarakteristikan dengan adanya tindakan-tindakan
yang diarahkan untuk mengontrol sumber stres, tujuannya adalah untuk
memecahkan suatu masalah atau mengubah suatu situasi yang menjadi
sumber stres. Sedangkan coping terpusat emosi adalah jenis perilaku
coping yang ditandai oleh tindakan-tindakan yang diarahkan untuk
memodifikasi fungsi emosional individu saat menghadapi suatu situasi
yang menimbulkan stres, tanpa berusaha untuk mengubah situasi yang
menjadi sumber stres secara langsung (Lazarus dan Folkman, 1988 dalam
Bert Smet, 1994)
a. Jenis-Jenis Coping Terpusat Masalah (Problem-Focused Coping)
27
Dalam hal ini penulis merujuk pada pendapat Lazarus & Folkman
(dalam Smet, Bart, 1994) Problem-Focused Coping Terdiri dari
beberapa jenis, yaitu:24
1) Active Coping
Adalah suatu proses pengambilan langkah-langkah aktif
untuk mengatasi stressor atau memperbaiki akibat-akibat yang
telah ditimbulkan oleh stress tersebut dengan cara melakukan suatu
tindakan yang langusng sifatnya untuk mengatasi stressor,
meningkatkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi
stres atau melakukan tindakan-tindakan secara bertahap.
2) Planning
Aktifitas-aktifitas dalam planning berkaitan dengan
perencanaan mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi situasi yang menimbulkan stres. Dengan cara
merancang untuk berpindah, memikirkan cara yang terbaik untuk
memecahkan suatu masalah atau merencanaakan langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengatasi suatu sumber stres.
3) Suppression of Competing Activities
Yaitu mengesampingkan atau mengabaikan aktifitas lain,
menghindari terjadinya gangguan dari kejadian lain atau
membatasi ruang gerak dari aktifitas individu yang berhubungan
24 Emma Noor Habiebah, ”Coping Religius Terhadap Kecemasan Residen Ketergantungan Napza,” h. 43.
28
dengan masalah, dengan tujuan agar individu dapat berkonsentrasi
secara penuh dalam menghadapi suatu sumber stres.
4) Restraint Coping
Adalah suatu latihan untuk mengontrol atau
mengendalikan diri agar dapat mengatasi sumber stres secara
efektif (Strategi coping yang aktif), dalam arti tindakan individu
difokuskan untuk menangani sumber stres secara efektif).
5) Seeking Social Support for Instrumental Reasons
Adalah usaha-usaha yang dilakukana individu untuk
mendapatkan dukungan social dengan cara meminta nasihat,
bantuan, atau informasi dari orang lain, yang dapat membantu
individu dalam menyelesaikan masalah. b. Jenis-Jenis Coping Terpusat Emosi (Emotional-Focused Coping)
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Neale, 2001) Emotional-
Focused Coping terdiri dari bebrapa jenis, yaitu:
1) Seeking Social Support for Emotional Reasons
Adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mendapat
dukungan social dengan cara meminta dukungan moral, simpati
atau pengertian dari orang lain. Kecendrungan individu untuk
mencari dukungan social untuk alas an-alasan emotional ini dapat
menyebabkan dirinya yang merasa tidak aman karena situasi yang
stressful, kembali merasa aman.
29
2) Positive Reinterpretation and Growth
Dalam strategi coping ini, individu menilai kembali suatu
situasi yang menimbulkan stress secara lebih positif, yang dapat
mengarahkannya untuk tetap aktif sehingga memungkinkan
dilakukannya tindakan-tindakan coping terpusat masalah.
3) Denial
Adalah menolak kehadiran sumber stres atau bertindak
seakan-akan sumber stres tidak nyata.
4) Acceptance
Merupakan kebalikan dari denial, yaitu suatu perilaku
coping yang penting pada situasi di mana seseorang harus
menerima atau menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dialaminya.
5) Turning to Religion
Dalam keadaan stres, individu dapat kembali pada agama,
karena agama dapat mengartikan suatu situasi secara positif.
Agama dapat menjadi suatu sumber dukungan emosional, sebagai
rode dari positive reinterpretation and growth, atau sebagai suatu
teknik dari coping yang aktif dalam mengahadapi sumber stres.
C. Remaja
1. Definisi Remaja
Ada banyak definisi yang dapat diambil untuk memperoleh
pengertian tentang remaja diantaranya :
30
a. Save M. Dagon, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap
pertumbuhan anak menuju dewasa yang terjadi mulai saat puber
sampai usia 17-18 tahun.25
b. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sebagaimana yang dikutip oleh
Sarlito Wirawan Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu
masa dimana :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksualnya.
2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relative lebih madiri. 26
c. M. Alisut Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa
yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu
periode peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat di mana
individu mencari identitas usia yang menakutkan masa tidak realistis
dan masa ambang dewasa. 27
Dari beberapa definisi di atas dapat digaris besarkan bahwa remaja adalah
suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa
dewasa yang didalamnya mengalami semua perkembangan sebagai
25 Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : LPKN, 1997), h. 956 26 Sarlino Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), Cet. Ke-3, h.6. 27 M. Alisut Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakart: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. Ke-2, h. 160.
31
persiapan memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh
dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi
pertumbuhan dan kejiwaan maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak
adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejala-gejala kejiwaan dan
perilaku sehari-hari yang kadang-kadang terlihat normal dan kadang-
kadang bernilai menyimpang.
2. Ciri-ciri Umum Remaja28
Seorang remaja berada pada batasan peralihan kehidupan anak
dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah “dewasa” akan tetapi bila
dilakukan seperti orang dewasa ini gagal menunjukan kedewasaannya.
Pengalaman mengenai alam dewasa masih belum banyak karena itu sering
terlihat pada mereka adanya:
a. Kegelisahan: keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja.
Mereka mempunyai banyak macam keingginan yang tidak selalu dapat
dipenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan
untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di
pihak lain mereka merasa diri belum mampu melakukan berbagai hal.
Mereka ingin tahu segala peristiwa yang terjadi di lingkungan luas,
akan tetapi tidak berani mengambil tindakan untuk mencari
pengalaman dan pengetahuan yang langsung dari sumber-sumbernya.
Akhirnya mereka hanya dikuasai oleh perasaan gelisah karena
keinginan-keinginan yang tidak tersalurkan.
28 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja.(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1983), cet. Ke-5, h. 82.
32
b. Pertentangan: pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri
mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri
maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan dan
pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dengan
orangtua. Selanjutnya pertentangan ini menyebebkan timbulnya
keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orangtua. Akan tetapi
keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan
memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani mengambil
resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan yang aman di antara
keluarganya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri secara mutlak
belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri, tanpa memperoleh
lagi bantuan dari keluarga dalam hal keuangan. c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
Mereka ingin mengtahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang
dilakukan dalam berbagai bidang. Mereka ingin mencoba apa yang
dilakukan oleh orang dewasa. Remaja pria mencoba meroko secara
tersembunyi, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan
orang dewasa dapat pula dilakukan oleh si remaja. d. Keinginan mencoba seringpula diarahkan pada diri sendiri maupun
terhadap orang lain. Keinginan mencoba ini tidak hanya dalam bidang
penggunaan obat-obatan akan tetapi meliputi juga segala hal yang
berhubungan dengan fungsi-fungsi ketubuhannya. Akhirnya
33
penjelajahan ketubuhan bisa menyebabkan pengalaman dengan akibat
yang tidak selalu menyenangkan, misalnya kehamilan. e. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas. Bukan
hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidik, bahkan
lingkungan yang lebih luas lagi. Keingginan menjelajah dan
menyelidik, ini dapat disalurkan dengan baik ke penyelidikan yang
bermanfaat. Keinginan mereka menyelidik tidak selalu berarti
membuang tenaga dengan percuma. f. Mengkhayal dan berfantasi. Keinginan menjelajah lingkungan tidak
selalu mudah disalurkan. Pada umumnya keinginan menjajah
mengalami pembatasan khususnya dari segi keuangan. Seorang remaja
yang ingin menjelajahi lingkungan alam sekitar, memerlukan biaya
yang tidak sedikit. Khayalan dan fantai pada remaja putera banyak
berkisar mengenai prestasi dan tangga karier. Pada remaja puteri
terlihat lebih banyak sifat perasa sehingga lebih banyak berintikan
romantika hidup. Khayalan dan fantasi tidak selalu bersifat negatif,
kerena di pihak lain dianggap suatu pelarian dari situasi dan suasana
yang tidak memuaskan remaja. g. Aktifitas kelompok. Antara keinginan yang satu dengan keinginan
yang lain sering timbul tantangan, baik dari keinginan untuk berdiri
sendiri tetapi kenyataannya belum mampu hidup terlepas dari keluarga,
maupun dari keinginan menjelajah alam, menggali misteri yang ada
34
dalam lingkungan alam tetapi terbatasnya biaya, materi serta
kesanggupan remaja.
3. Klasifikasi Remaja
Selanjutnya sering juga sebagai patokan pengertian remaja dikaitkan
dengan kata “Puber”sebutan puber berasal dari “pubertas” dari bahasa
latin. Pubertas berarti laki-laki yang menunjukkan kedewasaan yang
dilandasi oleh kematangan fisik yakni dari umur 12 tahun sampai 15
tahun, pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniyah
berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yakni 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa
peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk menentukan
batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-
peruabahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada
umur 11 tahun atau 12 tahun pada wanita dan laki-laki lebih tua sedikit.29
Dari uraian semua definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan yaitu masa
remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari anak-anak ke masa
dewasa yang mengalami semua perkembangan persiapan memasuki masa
dewasa. Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat
mengangkut segi kebutuhan, kejiwaan maupun bersifat pergaulan,
sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolak-
29 M. Alisut Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja, h. 12.
35
gejolak kejiwaan yang terefeksikan dalam tingkah laku sehari-hari yang seringkali terlihat aneh dan sulit dipahami oleh orang dewasa pada umumnya.
Pada ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang anak dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Disini akan penulis kemukakan beberapa para ahli mengenai batasan usia remaja dari sudut pandang yang berbeda-beda. a. Dari sudut pandang psikologi, maka “Batasan usia remaja lebih banyak
tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup.
Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber
pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa
kira-kira umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun”30 b. Dari sudut pandang hukum dan perundang-undangan, usia remaja
adalah “Di atas 12 tahun dan di bawah 18 tahun serta belum menikah”.
Artinya apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam
usia tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang
dewasa. 31 c. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembangan dalam usia
remaja, maka “Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun dan 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun, masa remaja
30 Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet. Ke-2, h. 10 31 Ibid, h. 36.
36
awal, usia 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, dan usia 18-21
tahun; masa remaja akhir”32
Dari beberapa pendapat mengenai kapan seorang mulai memasuki
usia remaja terdapat kesamaan bahwa seseorang dikatakan sudah
memasuki usia remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun, walaupun ada
yang berpendapat bahwa mulainya masa remaja pada umur 11 dan 13
tahun, hal ini dikarenakan mulainya masa remaja ditandai dengan
perubahan-perubahan fisik dan ada beberapa orang yang mengalami
perubahan lambat terhadap fisiknya ada pula yang mengalami perubahan
cepat.
Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa batasan usia remaja
adalah usia 12/13 tahun dan 21 tahun dengan pembagian masa remaja
awal: 12/13 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir: 17/18 sampai 21
tahun.
4. Faktor yang Mempengaruhi Remaja33
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan seorang
individu atau remaja dibagi dalam 2 kelompok utama:
a. Faktor-faktor di dalam diri individu sendiri meliputi: faktor-faktor
endogen yang terdiri dari: komponen hereditas (keturunan) dan faktor
konstitusi.
32 F.J Monks Et. Al, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet. Ke-9, h.203 33 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja.(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1983), cet. Ke-5, h. 35- 41.p
37
faktor endogen bila ditinjau lebih dalam akan memperlihatkan
hubungan baik indvidu maupun ontologis.
1) Faktor endogen individu: semua sifat, bakat, kemampuan dalam
bentuk potensi, proses perkemangan dan kecepatannya ditentukan oleh
susunan gane (pembawa keturunan).
2) Faktor endogen umum, yang bersifat ontologis individu adalah
faktor kematangan. b. Faktor-faktor berasal dari luar indivdu yang tercangkup dalam faktor
lingkungan: factor eksogen: terdiri dari berbagai komponen
lingkungan: lingkungan keluarga, lingkungan social, lingkungan
geografis dan fasilitas-fasilitas yang ada dalam lingkungan seperti
makanan dan kesempatan.
Faktor eksogen dapat dibagi dalam beberapa golongan:
1) Lingkungan (environment): lingkungan di sekitar individu yang
turut mempengaruhi proses perkembangan, yaitu:
a) Lingkungan Keluarga
b) Lingkungan Soial
c) Lingkungan Geografis
d) Lingkungan Sekolah
38
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa
angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi
ilmiah dibalik angka-angka tersebut.1
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi
dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan
hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitaian ini dilaksanakan dari bulan September sampai November 2014.
Adapun tempat penelitian yaitu Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center
yang beralamat di Jln. Tebet Utara I No. 40 Jakarta Selatan.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas
pertimbangan sebagai berikut:
1. Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center adalah institusi pendidikan
agama yang konsisten dalam melaksanakan kegiatan bimbingan agama
1 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Skunder, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. Ke-2, h. 20. 2Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h. 3.
39
pada generasi muda (Remaja) yang dimana generasi muda sebagai Agen of
Change bagi bangsa Indonseia.
2. Peneliti mudah mengakses data yang dibutuhkan.
3. Bagi peneliti lokasi penelitian cukup strategis, mudah dijangkau dan hemat
biaya.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek
penelitian. Misalnya lembaga, individu, kelompok atau konsep.3 Menurut
Suharsini Arikunto “Apabila subjek kurang dari seratus orang, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau lebih
tergantung setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana”.4 Adapun
populasi penelitian adalah segenap para remaja yang terlibat langsung
dalam pelaksanaan bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir, 100 remaja
di Ar-Rahman Qur’an Learning Islamic Center.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian.5 Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel acak
sederhana (sampel random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel
3 Manase Malo, dkk., Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h. 149. 4 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107. 5 Madaris, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 55.
40
yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan stara yang ada dalam
populasi tersebut.6
Dari berbagi rumus yang ada, terdapat sebuah rumus yang bias
digunakan untuk menentukan besaran sampel yaitu rumus Slovin, rumus
dari Yamane Taro.7
n =
Keterangan: n =Jumlah sampel yang dicari
N =Jumlah Populasi
d =Nilai presisi (10%)
Berdasarkan rumus di atas, kemudian diperoleh jumlah sampel
sebagai berikut:
n =
jika jumlah populasi diatas dihitung dengan rumus tersebut, maka
jumlah sampel yang diteliti sebanyak 50 orang.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mencari pengaruh bimbingan agama ustadz
Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic
Learning Islamic Center sebagai berikut:
6 Nanang Martono, Metode penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Skunder, (Jakarta: PT RajaGrafindo Prasada), cet. Ke-2, h. 75 7 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2006), h. 137.
41
1. Variabel independen (variabel X): Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar
Nasir.
2. Variabel dependen (variabel Y): Kemampuan Coping Remaja di Ar-
Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.
E. Hipotesis Penelitian
Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula
8 dengan hipotesis alternative (Ha). Hipotesis ini dapat dirumuskan pertanyaan
yaitu sebagai berikut:
Ho : βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan
agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping
remaja.
Ha : βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan agama
ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja.
F. Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian
Definisi oprasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai
yang diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan
indikator. Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:
8 Singgih Santosa, SPSS: Mengola Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PPM, 2002), cet. Ke-2, h. 22-23.
42
Tabel 1
Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Variabel Teori Definisi Oprasional Indicator Pengaruh Teori Djumhur Bimbingan Agama 1.Mengetahui Bimbingan dan Moh. Surya adalah proses pemberian Remaja mengetahui tujuan Agama Bimbingan adalah bantuan yang diberikan dari proses bimbingan Ustadz suatu pemberian oleh pembimbing kepada Agama di Ar-Rahman Bachtiar bantuan yang terbimbing, secara terus Qur’anic Learning Islamic Nasir (X) terus - menerus, menerus, sistematis dan Center sistematis kepada menyentuh aspek 2.Memahami individu atau kognitif, afektif dan Remaja memahami apa kelompok dalam psikomotorik dalam yang disampaikan memecahkan memecahkan masalah pembimbing dalam masalah yang yang dihadapi, agar bimbingan Agama di Ar- dihadapinya, agar tercapai kemampuan Rahman Qur’anic tercapai untuk memahami diri Learning Islamic Center kemampuan sendiri (self 3. Merasakan untuk memahami understanding), Remaja merasakan adanya diri sendiri (self kemampuan untuk manfaat dari proses understanding), menerina diri sendiri bimbingan Agama di Ar- kemampuan (self acceptance), Rahman Qur’anic untuk menerina kemampuan untuk Learning Islamic Center diri sendiri (self merealisasikan diri 4.Menyukai acceptance), sendiri (self realization), Remaja menyukai proses kemampuan kemampuan untuk hidup bimbingan Agama di Ar- untuk selaras dengan ketentuan Rahman Qur’anic merealisasikan dan petunjuk Allah Learning Islamic Center diri sendiri (self sesuai dengan potensi 5.Menerima realization), dalam mencapai Remaja menerima apa sesuai dengan penyesuain diri dengan yang disampaikan potensi atau lingkungannya, baik pembimbing dalam kemampuan lingkungan keluarga bimbingan Agama di Ar- dalam mencapai maupun masyarakat, Rahman Qur’anic penyesuaiaan diri sehingga tercapainya Learning Islamic Center dengan kebahagiaan di dunia 6.Memperhatikan lingkungannya, dan di akhirat. Remaja memperhatikan baik lingkungan apa yang disampaikan keluarga maupun pembimbing dalam masyarakat. bimbingan Agama di
Teori Auntur Ar-Rahman Qur’anic Rahim Fahmi Learning Islamic Center Bimbingan 7.Menilai Agama adalah Remaja menilai setiap apa proses pemberian yang disampaikan bantuan terhadap pembimbing dalam
43
Variabel Teori Definisi Oprasional Indicator
individu atau bimbingan Agama di Ar- kelompok agar Rahman Qur’anic mampu hidup Learning Islamic Center selaras dengan 8.Menanggapi/ respek ketentuan dan Remaja respek terhadap petunjuk Allah, proses bimbingan Agama sehingga dapat di Ar-Rahman Qur’anic mencapai Learning Islamic Center kebahagiaan 9. Merubah hidup di dunia Remaja merubah sikapnya dan akhirat. menjadi lebih baik setelah merasakan proses bimbingan Agama di Ar- Rahman Qur’anic Learning Islamic Center 10. Mengimplemantasikan Remaja mengimplementasikan setiap ilmu yang di dapat dalam proses bimbingan Agama di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Kemampuan Teori Lazarus dan Kemampuan coping 1. Active coping Coping Folkman ialah suatu potensi yang -Mampu menceritakan Remaja di Coping adalah dimiliki individu dalam masalah pada orang lain Ar-Rahman suatu proses mengatasi berbagai -Mampu menenangkan Qur’anic dimana individu tuntunan yang ada, untuk emosi dalam diri sendiri Learning mencoba untuk mengurangi tekanan dan -berusaha menjalani Islamic mengelola jarak sifatnya dinamis. hidup seperti sebelum Center yang ada antara Coping memliki 2 jenis, ada masalah dan bias tuntunan- yaitu: berkomunikasi baik tuntunan (baik itu a. Problem Focused dengan lingkungan tuntunan yang Coping (Coping sekitar berasal dari terpusat pada 2. Planning individu maupun masalah) -membuat rencana tuntunan yang 1. Active coping penangganan masalah berasal dari 2. Planning -berani meminta saran lingkungan) 3. Suppression of dan arahan dari orang dengan sumber Competing lain daya yang mereka Activities -berusaha selalu gunakan dalam 4. Restraint Coping membangun komunikasi mengahadapi 5. Instrumental baik dengan lingkungan situasi stressful. Support sekitar Coping memliki 2 b. Emotion Focused -berusaha memeperluas wawasan dan
44
Variabel Teori Definisi Oprasioanal Indicator terpusat pada emosi) pengalaman sebagai jenis, yaitu: 1. Emotional upaya untuk a. Problem Support meningkatkan Focused 2. Acceptence kemampuan dalam Coping 3. Positiv menyelesaikan masalah b. Emotion Reinteroretation 3. Suppression of Competing Focused and Growht Activities Coping 4. Denial -berusaha focus pada 5. Turning and masalah yang dihadapi Religion -membatasi kegiatan yang bias menimbulkan masalah baru -berusaha mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami -berusaha berbagi dengan teman atau orang lain yang memiliki masalah yang sama. 4. Restraint Coping -menahan diri untuk putus asa -berusaha tidak menyalahkan orang lain -mampu mengontrol kondisi emotional 5. Instrumental Support -mengatasi masalah dengan mencari bantuan, nasehat atau informasi 6. Emotional Support -mengatasi strees dengan mencari dukungan moral, simpati, emotional 7. Acceptence -menerima kenyataan dari situasi tersebut 8. Positive Reinteroretation and Growht -menyadari sisi positif kesulitan menyelesaikan masalah -mengembangkan rasa simpati -menjadi lebih aktif untuk mengembangkan
45
Variabel Teori Definisi Oprasional Indikator kemampuan diri baik dalam segi fisik ataupun psikis. 9. Denial -menolak kenyataan dari situasi yang terjadi 10. Turning and Religion -sikap individu untuk menyelesaikan masalah dengan keagamaan
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket. Angket ialah alat pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan, dengan
cara menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh
responden.9 Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dengan alternatif
jawaban telah tersedia oleh penulis dengan skala Likert. Angket ini diajukan
dengan pernyataan mengenai pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar
Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning
Islamic Center.
Penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.
Observasi ialah pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan tetapi
tidak mengajukan pertanyaan.10 Penulis mengobservasi langsung kegiatan
bimbingan Agama di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.
Dokumentasi adalah Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan catatan-
9 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. Ket-4, h.133. 10 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke- 8, h. 69.
46
catatan tertulis yang dapat menunjang pembahansan yang diperoleh dari
sumber utama mulai dari literatur-literatur yang berupa buku bacaan serta
dokumen lain yang menjelaskan kerangka teoritis dan sumber lain yang
berkaitan dengan judul skripsi.
H. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan
memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti validitasnya rendah.
Jika instrumen itu valid, maka kriteria yang digunakan batas
minimum suatu instrumen atau angket atau bahan tes yang dinyatakan
valid, atau yang dianggap memenuhi syarat koefisien dengan n= 50 taraf
kesalahan 5% diperoleh 0.301 dan taraf kesalahan 1% = 0.389.11
2. Uji Realibilitas
Uji reabilitas merupakan pengujian yang mengajukan sejauhmana
alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan. Instrument dikatakan reliabel
apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu
kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji berkali-kali.
Jika hasil dari cronbach alpha > 0.60 maka data tersebut mempunyai
kehandalan yang tinggi.12
11 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. Ke-18, h. 373. 12 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPPS, (Semarang: BP, UNDIP, 2003),h. 41-42.
47
Peneliti menggunakan teknik Internal Consistency yang dilakukan
dengan cara mengukur instrument sekali saja, kemundian data yang
diproleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan
untuk memprediksi rebilitas instrumen. Dalam uji reabilitas ini, peneliti
menggunakan realibility Analysis dengan metode Cronbach’s Alpha
dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0 for Windows.
Adapun blue print untuk skala Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar
Nasir sebelum dilakukan uji coba valisditas instrument terlihat pada tabel
2 sebagai berikut:
Tabel 2 Blue Print Skala bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir
No Dimensi Pengaruh Bimbingan Favorable Unfavorable Jumlah Agama 1 Afektif 1,2,3 4,5,6 6 2 Kognitif 7,8,9,10,11, 17,18,19,20,2 19 12,13,14,15, 1,22,23,24,25, 16 3 Psikomotorik 26,27,28 29,30 5 Jumlah 30
Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dengan teknik Product
moment pada skala Bimbingan Agama sebanyak 50 responden, dari 30 item
butir pertanyaan yang diuji cobakan terdapat 8 item butir pertanyaan yang
tidak valid. Banyaknya item yang gugur/tidak valid ini dikarenakan
pertanyaan yang kurang jelas atau kurang dipahami oleh responden.
Sehingga item yang valid atau yang dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya adalah sebanyak 22 butir pertanyaan seperti terlihat pada blue
48
print Tabel 3. Blue Print Skala bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir
(Setelah Validasi Instrument).
Tabel 3 Blue Print Skala bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir (Setelah Validasi Instrument)
No Dimensi Pengaruh Bimbingan Favorable Unfavorable Jumlah Agama 1 Afektif 1,2 2 2 Kognitif 3,4,5,6,7,8.9 11,12,13,14,1 17 ,10 5,16,17,18,19 3 Psikomotorik 20,21 22 3 Jumlah 22
Adapun blue print untuk skala kemampuan coping remaja sebelum
dilakukan uji coba valisditas instrument terlihat pada tabel 4 sebagai
berikut:
Tabel 4
Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja
No Dimensi Kemampuan Coping favorable Unfavorable Jumlah 1 Problem Focused Coping 1,2,3,4,5,6,7 22,23,24 24 ,8,9,10,11,1 2,13,14,15,1 6,17,18,19,2 0,21, 2 Emotional Focused coping 25,26,29,30, 27,28,34,35,3 20 31,32,38,39 6,37,40,41,42, 43,44 Jumlah 44 Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dengan teknik Product
moment pada skala Kemampuan Coping sebanyak 50 responden, dari 44
item butir pertanyaan yang diujicobakan terdapat 30 item butir pertanyaan
yang tidak valid. Banyaknya item yang gugur/tidak valid ini dikarenakan
pertanyaan yang kurang jelas atau kurang dipahami oleh responden.
49
Sehingga item yang valid atau yang dapat digunakanuntuk penelitian
selanjutnya adalah sebanyak 14 butir pertanyaan seperti terlihat pada blue
print Tabel 5. Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja (Setelah
Validasi Instrument).
Tabel 5
Blue Print
Skala Kemampuan Coping Remaja (Setelah Validasi Instrumen)
No Dimensi Kemampuan coping Favorable unfavorable jumlah 1 Problem Focused Coping 1,2,3,4,5,6,7 10 10 ,8,9 2 Emotional Focused coping 11,12,13,14 4 Jumlah 14
I. Teknik Analisi Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisis data ini, peneliti
menggunakan metode analisis kauntitaif guna untuk mengetahui pengaruh
bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja
di Ar-Rahman Qur’an Learning Islamic Center dilakukan dengan sekala
Likert.
Tabel 6
Skala Likert
Sangat Setuju Setuju Cukup Tidak Sangat Tidak (SS) (S) Setuju Setuju Setuju (STS (CS) (TS) 1 2 3 4 5
50
Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, dimana hasil analisisnya akan dipersentasikan dalam tabel. Keuntungan dan penggunaan sekala Likert dari tingkatan kepentingan dan tingkat keterlaksanaan yaitu adanya skor (valibility of score) sebagai akibat pengguna sekala 1-5 dengan dimensi. Dari segi pendapatan statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi keandalan dibandingkan dengan dua tingkatan yaitu “Ya” atau “Tidak”.
Kemudian data yang diproleh dengan menggunakan kuesioner, dimana hasil analisisnya dipresentasikan dalam tabel dianalisis berdasarka variable bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir dan pengaruhnya terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.
Untuk menguji seberapa besar pengaruh terhadap kemmpuan coping remaja di
Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center dapat dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1. Uji Regresi Linear Sederhana
Regresi linear saderhana digunakan untuk mengetahui berapa besar
pengaruhnya terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’an
Learning Islamic Center. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional ataupun kausal satu variable independen dengan satu variable
dependen. Persamaan regersi linear sederhana adalah:13
13 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. Ke-18, h. 261.
51
Keterangan:
Y = Variable Dependen (kemampuan coping remaja)
= Intersep (titik potong regresi dengan sumbu Y)
= Koefisien arah regrasi linear dan menyatakan perubahan rata-
rata
= Variabel Independen (pengaruh bimbingan Agama Ustadz
Bachtiar Nasir)
2. Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien ini berfungsi untuk melihat hubungan antara variable
bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir tehadap variebel kemampuan
coping remaja. Setelah data diklasifikasikan, kemudian diadakan analisa
data. Dengan penelaahan hubungan antara variabel-variabel pada situasi
atau kelompok subjek yang dilakukan untuk melihat hubungan antara
fenomena atau hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Perumusan
masalah untuk regresi liniar sederhana (X,Y) yaitu: adakah hubungan yang
signifikan antara variabel X dengan variabel Y?
Sebelum mengetahui seberapa besar koefisien determinasi perlu
menghitung koefisien korelasinya terlebih dahulu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:14
∑
√∑
Dimana :
14 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. Ke-18, h. 228.
52
= korelasi antara variabel X dengan variabel Y
= selisih nilai X dengan rata-rata variabel X
= selisih nilai X dengan rata-rata variabel Y
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman
pada ketentuan yang tertera pada tabel 3 sebagai berikut:15
Tabel 7. interpretasi terhadap koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen, dalam
output spss 20,0 koefisien determinasi terletak pada tabel model summary
dan tertulis r square.
Nilai R square diketehui baik jika di atas 0,5 karena nilai R square
berkisar antara 0-1. Pada umumnya sample dengan data deret waktu (time
series) memilih R square maupun adjust R square dikatakan cukup tinggi
dengan nilai diatas 0,5.16
4. Uji T-test (parsial)
t-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual (parsial) tehadap variabel
15 Ibid., h. 231. 16 Siggih Santotsa, SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999), h. 50-51.
53 dependen.17 Adapun nilai-nilai taraf signifikasinya sebesar α = 1% sampai dengan 10%.
Untuk melakukan uji hipotesis ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol dan harus disertai pula dengan hipotesis alternatif yaitu sebagai berikut:
a. tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan
Agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di
Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.
b. Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan
Agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di
Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center .
17 Ibid., h.54.
54
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Profil Ustadz Bachtiar Nasir, LC
Nama : Bachtiar Nasir
Tempat, tanggal & lahir : Jakarta, 26 Juni 1967
Pendidikan : Pondok Moderen Gontor Ponorogo.
Pondok Pesanteren Daarul Huffadz Bone Sulawesi
Selatan.
Madinah Islamic University, Arab Saudi.
Nama Istri : dr. Amelia Hidayati SpM
Organisasi : Sekjen majelis Intelektual dan Ulama Muda
Indonesia (MIUMI).
Pengurus Pusat Majelis Ulama Muda Indonesia
(MUI).
Anggota Pengurus Pusat Muhammadiyah,
Ketua Alumni Saudi Arabia se-Indonesia, Ketua
Alumni Madinah Islamic University se-Indonesia,
Pemimpin Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center dan Pemimpin Pesantren Ar-Rahman
Qur’anic College.
Weset :http://ustadzbachtiar.wordpress.com
http://www.aqlislamiccenter.com.
Email : [email protected]
55
Facebook :[email protected]
https://www.facebook.com/bachtiarnasir
Twitter : https://twitter.com/bachtiarnasir.
Acara TV yang diisi : Trans7 dalam acara Tadabbur Al-Qur’an
TVone dalam acara Damai Indonesia ku
B. Sejarah Ar-Rahman Qur’anic Learning Center
AQL (Ar-Rahman Qur’anic Learning Center) yang berdiri pada 1
Muharam 1429 H (29 Desember 2008) adalah sebuah lembaga yang memiliki
gerakan “islah”/perbaikan dan “Tajdid”/pembaharuan, bergerak dibidang
Dakwah, Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Kaderisasi yang bersemangat untuk
mengembalikan masyarakat umum kepada Al-Qur’an.1
Melihat kebanyakan Islamic Center selalu diidentikkan dengan gedung
yang megah. Tapi kehadiran Ar Rahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic
Center yang dipimpin Ustadz Bachtiar Nasir ini justru jauh dari kesan megah.
Sejak awal didirikan, Islamic Center yang berlokasi di Jl. Tebet Utara I No.
40, Jakarta Selatan, lebih mengutamakan program.
Ar Rahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic Center diresmikan. Dalam
peresmian tersebut juga ditandai dengan diluncurkannya Gerakan “Indonesia
Menulis Al Qur'an” melalui MushafQu. “AQL Islamic Center bermula dari
program, bukan bangun gedung dulu baru program,” kata Ustadz Bachtiar
Nasir, LC.
1 Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL), Bekerja Untuk Islam, Jakarta. h. 3.
56
AQL pang semula bermarkas di Karang Asem, kawasan Kuningan-Jakarta
Selatan, kini berkembang menjadi (AQL) Islamic Center dengan membawa
peradaban Al Qur’an.
Dalam empat tahun perjalanannya, dengan program GentaQu dan
QakafQu, telah berkembang komunitas yang berada di beberapa kota besar
seperti Padang, Jakarta, Bandung, Purwokerto, Yogjakarta, Surabaya,
Denpasar, Makasar, Sumbawa, hingga Irian Jaya (meliputi Manokwari,
Sorong, Raja Ampat dan Fakfak).
Ar Rahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic Center adalah sebuah
lembaga yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, kaderisasi, sosial,
ekonomi & kewirausahaan yang bersemangat untuk mengembalikan
masyarakat umum kepada Al Qur’an. Melihat misi dakwahnya, AQL
berupaya memberantas buta makna Al Qur’an, Berqur’an tak sekedar ritual
tapi juga fungsional, Membentuk pribadi-pribadi berkarakter Al Qur’an, dan
Mencari Kejayaan akhirat, bukan membangu kerajaan di dunia.
“AQL bersemangat dalam memfasilitasi umat untuk mentadabburi Al
Qur’an. Dengan tadabbur, diharapkan umat dapat ber-qur’an secara
fungsional. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi berkarakter Al Qur’an yang
siap membangun peradaban Islam berdasarkan sistem Al Qur’an,” ujar Ustadz
Bachtiar.
C. Visi dan Misi2
1. Visi
Membangun peradaban dengan Al-Qur’an
2 Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL), Bekerja Untuk Islam, h. 5.
57
2. Misi
a. Mencari dan menebarkan rahmat terbesar Allah yaitu rahmat Al-
Qur’an.
b. Memberantas buta makna Al-Qur’an
c. Mengamalkan Al-Qur’an secara fungsional setelah memperindah ritual
Al-Qur’an
d. Membumikan konsep tadabbur Al-Qur’an
e. Membentuk pribadi-pribadi berkarakter Al-Qur’an
f. Mencari kejayaan akhirat bukan membangun kerajaan di dunia
D. Asas, Prinsip &Target Utama
1. Asas
a. Loyalitas kepada Islam dalam sesama mukmin (Wala)
b. Berlepas diri dari kafir dan kekufuran (Baro)
c. Cinta dan benci karena Allah dan Rasul-Nya
d. Memberi manfaat sebesar-besarnya kepada umat
2. Prinsip
a. Gerakan kami adalah gerakan “islah” / perbaikan dan “tajdid”
/pembahruan “tathwir”/ pengembangan dan pembangunan.
b. BerQur’an yang fungsional setelah memperindah berQur’an yang
ritual
c. Membangun peradaban dengan Al-Qur’an melalui gerakan
pemberantasan buta makna Al-Qur’an
d. Seluruh aset lembaga adalah wakaf milik umat Islam dunia.
3. Target Utama
58
a. Insight/Pencerahan, mencerahkan umat manusia agar sadar/ aware dan
merasa perlu /need kepada Al-Qur’an.
b. Mindset/Cara pandang, mewarnai cara pandang umat terhadap Al-
Quran agar secara proposional memandang Al-Qur’an seperti Allah
memberikan nama pada Al-Qur’an.
c. Attitude/sikap mental, membangun attitude/sikap mental umat dalam
menyikapi Al-Qur’an agar secara proporsional berinteraksi dengan Al-
Qur’an sesuai dengan karakteristiknya yang Allah jelaskan dalam Al-
Qur’an.
d. Behavior/ Perilaku, membentuk perilaku umat agar menunjukan
kesungguhan iman mereka terhadap Al-Qur’an, melalui;
kebiasaan/habit, ketergantungan/addict dan perasaan terancam jika
mengabaikannya.
E. Divisi-Divisi
1. Divisi Dakwah
Bidang yang menginisiasi dan merancang kegiatan untuk
menunjang kegitan Dakwah Ar–Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center secara berkesinambungan.
a. Gerakan Nasional Tadabbur A-Qur’an (GeNtaQu)
b. Wakaf Qur’an Untuk Indonesia (WakafQu)
c. Majelis Tadabbur Qur’an (MataQu)
d. Indonesia Menulis Qur’an (ImanQu)
e. Majelis Tadabbur Asmaul Husna
f. Dewan Kemakmuran Masjid Ar-Rahman
59
g. Lembaga Amil Zakat Ar-Rahman
2. Divisi Pendidikan
Bidang yang menginisiasi dan merencang kegiatan untuk menunjang
kegitan Dakwah Ar–Rahman Qur’anic Learning Islamic Center
secara berkesinambungan.
a. AQC (Ar-Rahman Qur’anic college) / Pesantren tahfidzh Al-Quran
b. APWA (Ar-Rahman Pre Wedding Academy)
c. Madrasah Al-Qur’an Sabilia
d. Islamic Way
e. Konsultan Kewarisan Islam (Ar-Rahman Islamic Inheritance
Consultant)
f. Pesantren Ar-Rahman Ibnu Sabil
g. Pasca Sarjana
3. Divisi Sosial
Bidang yang menginisiasi dan merencang kegiatan untuk
menunjang kegitan Dakwah Ar–Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center secara berkesinambungan.
a. AQL Tanggap Bencana
b. SoA (Spirit o Aqsa)
c. Kesehatan
4. Divisi Ekonomi & Kewirausahaan
60
Bidang yang menginisiasi dan merencang kegiatan untuk
menunjang kegitan Dakwah Ar–Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center secara berkesinambungan.
a. Safari Qur’ani (SafariQu)
b. Maida Resto
c. Koperasi Ar-Rahman
d. Ar-Rahman Dakwah Corner (ADC)
e. Five Radio
f. AQL TV
4. Divisi Kaderisasi
Bidang yang menginisiasi dan merencang kegiatan untuk
menunjang kegitan Dakwah Ar–Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center secara berkesinambungan.
a. Q-Gen (Qur’anic Generation)
b. YI-Lead (Yaoung Islamic Leader)
c. Forum Kader AQL Islamic Center
d. Tim Pengajar Al-Qur’an (UstadzQu)
e. Ummahatul Mukminin Indonesia (UMI)
f. Khalifa Club
5. Divisi Wakaf & Aset Lembaga
Bidang yang menginisiasi dan merencang kegiatan untuk
menunjang kegitan Dakwah Ar–Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center secara berkesinambungan.
a. Wakaf
61 b. Asset lembaga c. Perpustakaan
60
BAB V
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir di Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center
1. Pembimbing
Ustadz Bachtiar Nasir lahir di Jakarta, 26 Juni 1967. Sapaan akrab
beliau yaitu abi Bachtiar. Beliau pernah menempuh pendidikan di Pondok
Moderen Gontor Ponorogo, Pondok Pesanteren Daarul Huffadz Bone
Sulawesi Selatan kemudian dilanjutkan keperguruan tinggi di Madinah
Islamic University, Arab Saudi. Beliau memiliki istri yang bernama dr.
Amelia Hidayati SpM dan 3 putra.
Beliau aktif dalam berbagai organisasi, yaitu beliau aktif sebagai
Sekjen majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) tahun
2010 sampai sekarang, Pengurus Pusat Majelis Ulama Muda Indonesia
(MUI), Anggota Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ketua Alumni Saudi
Arabia se-Indonesia, Ketua Alumni Madinah Islamic University se-
Indonesia, Pemimpin Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center dan
Pemimpin Pesantren Ar-Rahman Qur’anic College.
Beliau aktif dalam berbagai media webset beliau, yaitu Webset
http://ustadzbachtiar.wordpress.com,http://www.aqlislamiccenter.com.
Beliaupun memiliki alamat email, facebook, twitter, yaitu
[email protected], https://www.facebook.com/bachtiarnasir
https://twitter.com/bachtiarnasir.
61
Kegiatan Bimbingan Agama beliau bertujuan untuk menambah
keta’atan mad’u kepada Allah SWT dengan mentadabburkan ayat-
ayatNya. Selain kegiatan rutin kelas tadabbur kamis malam, Ustadz
Bachtiar Nasir menyelenggarakaan:
a. Majelis Tadabbur Qur’an PI di Masjir Raya Pondok Indah diadakan
setaip hari selasa, pukul 09.30 – 11.30 WIB.
b. Kelas tadabbur kamis pagi di AQL Islamic Center setiap hari kamis
pukul Kelas Tadabbur Kamis Pagi pukul 10.00 – 12.00 WIB.
c. Tadabbur Asma’ul Husna di Masjid Baitul Ihsan-BI setiap pecan ke-3,
pada pukul 08.30 – 11.30 WIB.
Ustaz Bachtiar ini memiliki kata-kata mutiara, yaitu: “Manusia paling
berkualitas adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkan serta
mengajarkannya pada orang lain”.
2. Terbimbing
Terbimbing adalah manusia yang menjadi sasaran bimbingan Agama
atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok.
Sasaran dalam bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir di Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center yaitu terbuka untuk semua kalangan,
namum mayoritas yang mengikuti bimbingan Agama yaitu para remaja
akhir dan orang-orang dewasa. Sasaran bimbingan agama sejumlah 100
orang.
3. Materi Bimbingan Agama
Materi yang disampaikan Ustadz Bachtiar Nasir yaitu dengan
konsep tadabbur al-Qur’an (Al-Baqorah – An-Naas) yang dikaji setiap
62
satu minggu sekali dua ayat secara Tematik. Materi yang disampaikan
dalam Tadabur Qur’an ini mencangkup Tahsin, Tahfidz, Asbabun Nuzul
Ayat yang dikaji dan mengkaitkan kepada kisah nyata atau orang-orang
terdahulu.
Materi yang disampaikan ustadz Bachtiar Nasir, Mencangkup:
a. Aqidah: ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah
al-Quran.
b. Ibadah: Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya
artinya tunduk dan merendahkan diri.
c. Akhlak: ialah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang
lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut
melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal
dan syarak (hukum Islam) disebut akhlak yang baik, sedangkan jika
perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak
yang buruk.
4. Metode Bimbingan Agama
Metode yang digunakan dalam kegitan bimbingan Agama Ustadz
Bachtiar Nasir di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center adalah
metode ceramah dengan materi yaitu mencerminkan serangkaian kaidah
dan nilai-nilai yang berintikan kepada keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT, serta implikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bimbingan Agama yang dilakukan Ustadz Bachtiar Nasir diberi
nama “Kelas tadabur kamis malam” yang dilaksanakan oleh pengurus
63
kelas tadabur kamis malam setiap hari Kamis pukul 19.30 – 22.00 WIB di
Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.
Kegitan ini dimulai dengan Shalat Magrib bersama, kemudian
dilanjutkan dengan belajar Tahsin untuk menunggu waktu shalat Isya,
ba’da Isya dimulai materi Tadabur Qur’an dan ditutup dengan pembacaan
do’a.
5. Media Bimbingan Agama
Media Bimbingan Agama adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi bimbingan. Media yang digunakan dalam
bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir adalah infocus, laptop, Striming,
AQL TV dan masih banyak lainnya. Materi yang disampaikan bukan
hanya sebatas disyiarkan di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center saja, akan tetapi diupload ke semua jejaring media social yaitu
yutube, facebook, email, twiter, bbm, webset AQL, AQLTV dan TV One
(Acara Damai Indonesia ku).
B. Kemampuan Coping Remaja
Adapun dengan kemampuan coping remaja di Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center yaitu remaja mampu menghadapi
permasalahan dan menyelesaikan masalah yang ada dalam hidupnya
sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Agama.
Sebagaimana hasil pengukuran menggunakan angket koesioner
bahwasannya remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center
memiliki kemampuan coping yang tinggi.
64
C. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian kali ini adalah jama’ah remaja di Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center sebagnyak 50 orang yang dipilih secara
acak sederhana. Dari hasli analisis mengenai profil responden diperoleh data
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain:
Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Frekuensi Relatif Laki-laki 15 30 % Perempuan 35 70% Jumlah 50 100%
Tabel 8. Merupakan tabel tentang deskripsi responden berdasarkan jenis
kelamin. Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa responden perempuan lebih
banyak dari pada responden laki-laki.
Tabel selanjutnya merupakan tabel tentang deskripsi responden
berdasarkan usai.
Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Klasifikasi Remaja Usia jumlah % 1 Remaja Awal 12 – 15 3 6% 2 Remaja Pertengahan 15- 18 2 4% 3 Remaja Akhir 19-21 45 90% Jumlah 50 100%
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada
dikisaran usia 19 – 21 tahun dengan frekuensi 90%. Tabel selanjutnya
merupakan tabel tentang deskirpsi terbina berdasarkan pendidikan.
65
Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah % 1 SMP 1 2% 2 SMA 6 12% 3 S1 41 82% 4 S2 2 4% Jumlah 50 100%
Tabel 10 merupakan tabel responden berdasarkan pendidikan. Dari tabel
diketahui bahwa masyoritas responden yang berpendidikan S1 dengan
frekuensi 82 %.
D. Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap
Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center
Untuk mengetahui hubungan antar variabel Bimbingan Agama terhadap
Kemampuan Coping Remaja, maka setelah dilakukan pengolahan data dengan
bantuan perangkat lunak program Software SPSS 20.0 for Windows
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 11 Out Put Regresi Linier Bimbingan Agama Terhadap Kemampuan Coping Remaja Regression [DataSet0] Variables Entered/Removeda Mode Variables Variables Method l Entered Removed 1 Xb . Enter a. Dependent Variable: KC b. All requested variables entered.
Model Summary
66
Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate 1 .579a .335 .322 5.05455 a. Predictors: (Constant), BA
ANOVAa Model Sum of Df Mean F Sig. Squares Square Regression 618.955 1 618.955 24.227 .000b 1 Residual 1226.325 48 25.548 Total 1845.280 49 a. Dependent Variable: KC b. Predictors: (Constant), BA
Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 9.123 9.980 .914 .365 1 X .475 .097 .579 4.922 .000 a. Dependent Variable: KC
1. Uji Regresi Linier Sederhana
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20.0 for Windows, maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 12 Koefisien Regresi linier Sederhana
Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 9.123 9.980 .914 .365 1 X .475 .097 .579 4.922 .000 a. Dependent Variable: Y
67
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai
berikut:
KC = 9.123 + 0.475 BA
Dimana :
KC : Kemampuan Coping
BA : Bimbingan Agama
Dari persamaan ini terlihat hubungan positif antara Bimbingan
Agama Ustadz Bachtiar Nasir dengan Kemampuan Coping Remaja. Hal
ini berarti bahwa semakin besar Bimbingan Agama, semakin tinggi pula
Kemampuan Coping yang dimiliki remaja. Adapun angka 9.123 berarti
apabila nilai bimbingan agama nol, maka besarnya Kemampuan coping
9.123. sedangkan koefisien 0.475 pada variabel bimbingan agama, maka
akan terjadi penambahan kemampuan coping remaja sebesar 0.475 yang
berasal dari variabel bimbingan Agama.
2. Uji Koefisien Korelasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20.0 for windows release, maka di
dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 13 Koefisien Korelasi
Correlations Y X Y 1.000 .579 Pearson Correlation X .579 1.000 Y . .000 Sig. (1-tailed) X .000 . Y 50 50 N X 50 50
68
Pada tabel 13 diperoleh hasil bahwa korelasi anata variabel
bimbingan agama dengan kemampuan coping remaja adalah 0,579 dan
signifikan dengan nilai 0,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan
Agama memiliki hubungan positif dengan kemampan coping remaja:
3. Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20,0 for windows release, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 14 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Adjusted Std. Error of Change Statistics Durbin- Square R Square the Estimate Watson R Square F df1 df2 Sig. F Change Change Chang e .579 1 a .335 .322 5.05455 .335 24.227 1 48 .000 1.623 a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
Tabel 14 terlihat bahwa nilai Koefisien Determinasi (R. Square)
sebesar 0.335 dan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted
R Square) sebesar 0.322 artinya bahwa bimbingan agama berpengaruh
terhadap kemampuan coping remaja sebesar 33,5% sedangkan sisanya
66,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti oleh
penulis.
Hasil penelitian ini mendapatkan R=0.579 menunjukan R hampir
mendekati angka 1, artinya antara variabel bimbingan Agama Ustadz
69
Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja mempunyai pengaruh
positif dan signifikan.
4. Uji Parsial Pada variabel Persamaan Regresi Linear (t-tes)
Berdasarkan hasil uji T-test pada tabel 11 dapat dijelaskan bahwa
nilai t hitung sebesar 4.922 dengan demikian t hitung > t tabel (4.922 >
2.011)dimana nilai signifikannya < 1 %, maka Ho ditolak. Sehingga
hipotesis yang berbunyi, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara varabel bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap
kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic
Center.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasi dari penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bimbingan Agama yang dilakukan Ustadz Bachtiar Nasir dilaksanakan
setiap hari Kamis pukul 19.30 – 22.00 WIB di Ar-Rahman Qur’anic
Learning Islamic Center yang dihadiri 100 Orang dari berbagai kalangan
dan berbagai karakteristik mad’u. Metode yang digunakan beliau adalah
metode ceramah dengan materi aqidah, ibadah dan akhlak. Materi yang
disampaikan Ustadz Bachtiar Nasir yaitu dengan konsep tadabbur al-
Qur’an (Al-Baqorah – An-Naas) yang dikaji setiap satu minggu sekali dua
ayat secara Tematik.
2. Mayoritas para remaja yang mengikuti bimbingan Agama di Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center memiliki kemampuan Coping yang
tinggi setelah mengikuti bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir.
3. Bimbingan Agama ini berpengaruh positif terhadap kemampuan coping
remaja juga diperkuat dengan hasil uji T-test (Parsial) nilai signifikasinya
= 0,000 korelasi parsial bimbingan Agama terhadap kemampuan coping
remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center adalah sebesar
0.579 atau 57,6%. Dari hasil perhitungan tersebut bahwa nilai t hitung
besar dari t tabel dimana nilai signifikannya 0,000 < 0,01 sehingga
hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara
70
bimbngan Agama terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman
Qur’anic Learning Islamic Center.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka peneliti memberikan saran agar Ar-Rahman Qur’anic
Learning Islamic Center Tebet Utara 1 Jakarta Selatan terus meningkatkan
kegiatan Bimbingan Agama secara rutin agar masyarakat menjadi individu
yang beradab, berakhlak mulia, beriman, bertakwa dan mengaplikasikan
semua syari’at Islam.
71
DAFTAR PUSTAKA
Al, Monks. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994. Al-Qardawi, Yusuf. Al-Ibadah Fi al-Islam. Beirut : Muasasah Al-risalah, 1997.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta : PT. Golden Terayon Press, 1998. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL). Bekerja Untuk Islam. Jakarta.
Bahreisj, Salim. Riyadhus Shalihin. Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif,. Jakarta: Kencana, 2005.
Burhanuddin, Tusuf. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia, 1999. Chaplin, JP. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : LPKN, 1997.
Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1995.
, Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Jakarta : Ichtiar Baru Van horve, 1997. Emma Noor Habiebah. ”Coping Religius Terhadap Kecemasan Residen Ketergantungan Napza.” Skripsi S1 fakultas psikologi, Universitas Islam Negeri, 2008. Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2001. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPPS. Semarang: BP, UNDIP, 2003. Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ciputat Pres, 2002.
Kartono, Kartini. Patologi Sosia. Jakarta: Rajawali Press 1992. Lazarus, Richard. S & Susan Folkman.(1984). Stress Apprasial And Coping. New York: Spring Publishing Company. Inc
72
Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Madaris. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Malo, Manase. Dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997. Manzur, ibn. Al-Ifrig Lisan Al-Arab. Birut : Dar Sadir, 1994.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Skunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Musnawar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.Yogyakarta : UII Press, 1992. Prasetyo, Bambang , Jannah dan Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2006. R, Tantawy. Kamus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Pamator, 1997.
Rifai, Moh. Aqidah Akhlak. Semarang : CV. Wicaksana, 1994.
Sabri, M. Alisuf. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakart: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Santotsa, Siggih. SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999. Sarwono, Sarlino Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press, 2000
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta: Mizan, 1995. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1995. Soekanto, Soejono. Kamus Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1990. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta, 2000. Tartono, Umar. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998
73
Widiyawati. ”Gambaran perilaku coping perempuan yang mnegalami kekerasan dalam rumah tangga.”Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009. Wibowo, Istiqomah. Dkk. Psikologi Komunitas. Depok: LPSP3, 2011.
Zaman, Badru. “Coping stress orang tua yang memiliki anak kecanduan narkoba.” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
DAFTAR WAWANCARA
Wawancara Pribadi dengan Ukhti Novi Pengurus Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center, Jakarta Selatan, 06 Desember 2014.
74
DAFTAR PUSTAKA
Al, Monks. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994. Al-Qardawi, Yusuf. Al-Ibadah Fi al-Islam. Beirut : Muasasah Al-risalah, 1997.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta : PT. Golden Terayon Press, 1998. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
1996.
Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL). Bekerja Untuk Islam. Jakarta.
Bahreisj, Salim. Riyadhus Shalihin. Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif,. Jakarta: Kencana, 2005.
Burhanuddin, Tusuf. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Chaplin, JP. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : LPKN, 1997.
Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1995.
, Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Jakarta : Ichtiar Baru Van horve, 1997. Emma Noor Habiebah. ”Coping Religius Terhadap Kecemasan Residen Ketergantungan Napza.” Skripsi S1 fakultas psikologi, Universitas Islam Negeri, 2008. Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2001. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPPS. Semarang: BP, UNDIP, 2003. Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ciputat Pres, 2002.
Kartono, Kartini. Patologi Sosia. Jakarta: Rajawali Press 1992.
Lazarus, Richard. S & Susan Folkman. (1984). Stress Appraisal And Coping. New York: Spring Publishing Company. Inc
Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Madaris. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Malo, Manase. Dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997. Manzur, ibn. Al-Ifrig Lisan Al-Arab. Birut : Dar Sadir, 1994.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Skunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Musnawar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.Yogyakarta : UII Press, 1992. Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2006. R, Tantawy. Kamus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Pamator, 1997.
Rifai, Moh. Aqidah Akhlak. Semarang : CV. Wicaksana, 1994.
Sabri, M. Alisut. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakart: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Santotsa, Siggih. SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999. Sarwono, Sarlino Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press, 2000
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta: Mizan, 1995.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1995. Soekanto, Soejono. Kamus Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1990. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta, 2000. Tartono, Umar. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998
Wawancara Pribadi dengan Ukhti Novi Pengurus Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center, Jakarta Selatan, 06 Desember 2014. Widiyawati. ”Gambaran perilaku coping perempuan yang mnegalami kekerasan dalam rumah tangga.”Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009. Wibowo, Istiqomah. Dkk. Psikologi Komunitas. Depok: LPSP3, 2011.
Zaman, Badru. “Coping stress orang tua yang memiliki anak kecanduan narkoba.” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
LAMPIRAN
FOTO USTADZ BACHTIAR NASIR LC
FOTO KELAS TADABBUR KAMIS MALAM