RPIJM Kotamobagu 2015-2019

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.45 Tahapan Pembangunan Nasional Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain:

(1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusakkeseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

B. Dimensi Pembangunan;

1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan karaktermenjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya,agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar danterbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan,baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur.

Sesuai arahan RPJMN ke – 3 (2015 – 2019) ditunjukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

1 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025

RPJM 4 2020-202 5 RPJM 3 2015-201 9 • Kondisi maju dan sejahtera makin terwujud dengan RPJM 2 terselenggaranya jaringan 2010-201 4 • Ketersediaan infrastruktur transportasi pos dan sesuai dengan tata ruang telematika yang andal bagi RPJM 1 • Berkembangnya jaringan seluruh masyarajat yang 2005-200 9 transportasi menjangkau seluruh wilayah • Terpenuhinya pasokan NKRI tenaga listrik yang handal dan • Tercapainya elektrifikasi efisien perdesaan dan elektrifikasi • Percepatan pembangunan • Mulai dimanfaatkannya rumah tangga infrastruktur dengan lebih tenaga nuklir untuk • Terpenuhinya kebutuhan meningkatkan kerjasama pembangkit listrik hunian yang dilengkapi antara pemerintah dan dunia • Terwujudnya konservasi dengan sarana dan usaha sumber daya air dan prasarana pendukung bagi • Mendorong pertumbuhan • Pengembangan jaringan terpenuhinya penyediaan air seluruh masyarakat yang ekonomi melalui penciptaan infrastruktur transportasi serta minum untuk kebutuhan dasar didukung oleh sistem iklim yang lebih kondusif pos dan telematika pengembangan infrastruktur pembiayaan perumahan termasuk memperbaiki • Peningkatan pemanfaatan perdesaan mendukung jangka panjang dan infrastruktur energi terbarukan khususnya pertanian berkelanjutan, efisien, dan • Percepatan pembangunan bio energi, panas bumi, • Pemenuhan kebutuhan akuntable sehingga terwujud infrastruktur didorong melalui tenaga air, angin, dan hunian didukung sistem kota tanpa permukiman peningkatan peran swasta tenaga surya untuk kelistrikan pembiayaan jangka panjang kumuh dengan meletakkan dasar- • Pengembangan sumber daya • Terwujudnya kota tanpa dasar kebijakan dan regulasi air dan pengembangan permukiman kumuh serta reformasi dan perumahan dan permukiman restrukturisasi kelembagaan

Berdasarkan arahan RPJPN 2005 – 2025 pada periode 2015 – 2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonsia (100%). Sejalan dengan itu pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi ini semakin mendorong terwujudnya Kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- Royong”.

2 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastuktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum; 4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional; 5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Tuang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk: a. Penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang nasional b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan pekermbangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor e. Penetapn lokasi dan fungsi ruang untuk investasi f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota sebagai berikut:

3 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

A. Penataan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan international, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

B. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

C. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (KSN) Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

 Pertahanan dan keamanan, a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau c. Merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas

 Pertumbuhan ekonomi a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, b. Memiliki ssektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c. Memiliki potensi ekspor, d. Didukung jaringan prasana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau g. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

 Sosial dan budaya a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa c. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

 Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a. Diperuntukkan nagi kepentingan pengembangan ilmu

4 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

b. Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c. Memiliki sumber daya alam strategis nasional d. Berfungsi sebaai pusat pengedalian dan pengembangan atariksa e. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau f. Berfungsi sebagai lokasi pengunaan teknologi tinggi strategis.

 Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklom makro e. Menuntu prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup, rawan bencana alam nasional f. Sangat menentukan dalam perubahan zona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

D. Arahan RTRW Provinsi dan Kota Kotamobagu

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi Yaitu: I. Rencana Kawasan Lindung Rencana kawasan lindung di wilayah Provinsi Utara seluas 701.855 Ha, meliputi a. Kawasan hutan lindung Kawasan hutan lindung seluas 162.099 ha adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung meliputi: 1. Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara dan Kota Kotamobagu; 2. Minahasa 3. Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara 4. Minahasa Utara 5. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro; 6. Kepulauan Talaud; 7. Kota 8. Kota , meliputi bakau dan darat; 9. Kota

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa kawasan resapan air Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapa air meliputi: 1. Kawasan Bulude Sahengbalira dab Kalumelahan, Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro; 5 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

2. Puncak tertinggi pulau karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar gunung Soputan di Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan, gunung Lokon, gunung Tatawiran di Tomohon, gunung Tumpa di Manado dan gunung Klabat, gunung Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung 3. Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah gunung Poniki, gunung Matabulewa, gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow; 4. Daearah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30 ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi; sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air 1. Kawasan Sempadan sungai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah provinsi; 2. Kawasan Sempadan sungai dengan lebar 100 meter dari muka air sungai, mancakup wlayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu sungai Ranoyapo, sungai Poigar, Ongkak Mongondow, sungai Ranowangko dan sungai Talawaan;

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi;kawasan suaka alam laut, suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman wisata alam darat dan taman wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan e. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang, kawasan rawan gerakkan tanah dan rawan banjir; f. Kawasan lindung geologi, meliputi kawasan cagar alam geologi dan kawasan rawan bencana alam geologi. g. Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau cakupan yang luas (DPCLS)

h. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya berupa kawasan resapan air Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air. Kawasa resapan air meliputi:

 Kawasan Bulude Sahengbalira dab Kalumelahan, Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;  Puncak tertinggi pulau karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar gunung Soputan di Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan, gunung Lokon, gunung Tatawiran di Tomohon, gunung Tumpa di Manado dan gunung Klabat, gunung Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung  Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah gunung Poniki, gunung Matabulewa, gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow; Daearah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30 ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

6 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

i. Kawasan perlindungan setempat Kawasan ini meliputi; sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air  Kawasan Sempadan sungai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah provinsi;  Kawasan Sempadan sungai dengan lebar 100 meter dari muka air sungai, mancakup wlayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu sungai Ranoyapo, sungai Poigar, Ongkak Mongondow, sungai Ranowangko dan sungai Talawaan;  Kawasan Sempan danau, dengan lebar 100 meter dari muka air danau, yaitu Danau Tondano (Minahasa) dan Danau Miat (terdapat di Minahasa selatan dan Bolaang Mongondow), Danau Iloloi (Bolaang Mongondow), Danau Tampusu (Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Minahasa Tenggara), Danau Pangolombian dan Danau Linow (Kota Tomohon); serta Danau Makalehi dan Danau Kapeta (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);  Kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 meter dari pusat mata air, meliputi semua wilayah yang ada di wilayah Provinsi.

j. Kawasan suaka alam, pelestarian dan cagar budaya 1. Suaka Alam (SA) Laut, meliputi; i. SA Laut Selat Lembeh di Bitung ii. SA Laut Sidat di Minahasa dan Minahasa Selatan 2. Suaka Margasatwa (SM) dan Suaka Marga Satwa Laut, meliputi; i. SM Guung Manembo-nembo di Minahasa dan Minahasa Selatan; ii. SM Karakelang utara – Selatan di Kepulauan Talaud 3. Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut, meliputi i. CA Dua Saudara, di Bitung ii. CA Tangkoko-Batuangus, di Bitung iii. CA Gunung Ambang, terbagi antara Minahasa Selatan dan Bolaang Mongondow iv. CA Gunung Lokon di Tomohon.

k. Kawasan Rawan Bencana Alam  Kawasan rawan gempa, meliputi seluruh wilayah Provinsi yaitu kawasan berada disekitar wilayah patahan lempeng kulit bumi terluar;  Kawasan rawan tanah longsor;  Kawasan rawan gelombang pasang yang meliputi pesisir pantai utara dan selatan Provinsi yang memili elevasi rendah;  Kawasan rawan gerakan tanah di gunung Lokon Kota Tomohon, Gunung Api Klabat di Kabupaten Minahasa Selatan serta kawasan sekitar danau Tondano di Kabupaten Minahasa Selatan;  Kawasan rawan banjir yang meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang sungai di Manado, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow Timur. l. Kawasan lindung geologi  Kawasan cagar alam geologi yang terletak di Lahendong dan sekitarnya dan di Tomohon sebagai kawasan yang memiliki

7 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

keunikan geologi, Gunung Awu, Wuhu dan Ruang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Karakelang di Kabupaten Kepulauan Talaud, Gunung Tangkoko di Kota Bitung serta Gunung Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokom Empung dan Gunung Soputas di Kabupaten Minahasa Selatan dan Tenggara,  Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yaitu meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu: i. Gunung Awu ii. Gunung Karangetang iii. Gunung Ruang iv. Gunung Soputan v. Gunung Lokon vi. Gunung Ambang vii. Gunung Tangkoko viii. Gunung Sub Marine 1922 ix. Gunung Karakelang  Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan aktif, yaitu; Sesar Amurang – Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem Sesar Bolaang Mongondow, dan Sesar Manado – Kema.  Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang tersebar diseluruh wilayah provinsi.

m. Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPLCS), meliputi:

1. Kabupaten Bolaang Mongondow dengan luasa kurang lebih 222.98 Ha 2. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luasan kurang lebih 10.17 Ha 3. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luasan kurang lebih 59.40 Ha 4. Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luasan kurang lebih 4,96 Ha 5. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan luasa kurang lebih 65.21 Ha 6. Kabupaten Minahasa Selatan dengan luasan kurang lebih 92.90 Ha 7. Kabupaten Minahasa Utara dengan luasan kurang lebih 103.62 Ha 8. Kota Bitung dengan luasan kurang lebih 52.46 Ha 9. Kota Manado dengan luasan kurang lebih 91.46 Ha

II. Rencana Kawasan Budi Daya

Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi utara 2014 – 2034, penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai

8 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

Kawasan Budidaya meliput: a. Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud adalah:

i. Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kurang lebih 213.836 Ha dari luas Provinsi Sulawesi utara ii. Kawasan hutan produksi tetap, yaitu kawasan peruntukan Hutan Produksi Tetap (HP) di wilayah Provinsi Sulawesi utara kurang lebih 65.415 Ha dari luas Wilayah Provinsi iii. Kawasan hutan produksi yang dapat dikorenversi, yaitu kawasan peruntukkan Hutan Produksi dapat di Konversi (HPK) Bintauna di Bolaang Mongondow luas kurang lebih 14.867 Ha dari luas wilayah Provinsi. b. Kawasan peruntukkan hutan rakyat Kawasan peruntukkan Hutan Rakyat direncanakan pada lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang dapat berfungsi ganda, seperti sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain-lain yang sekaligus juga berfungsi ekologis. Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat dilaksanakan pada kebun Raya Minahasa di Minahasa dan Taman Hutan Rakyat Gunung Tumpa di Manado dan Minahasa Utara. c. Kawasan peruntukkan pertanian Kawasan peruntukkan Pertanian, terdiri atas:

i. Kawasan Peruntukkan Tanaman Pangan, tersebar di seluruh wilayah Provinsi terdapat di: a. Dumoga, Lolayan an lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow b. Bintauna – Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara c. Dimembe di Minahasa Utara d. Tondano di Minahasa e. Tumpaan di Minasa Selatan f. Seluruh Kabupaten dan Kota yang memiliki lahan berpotensi pengembangan budidaya tanaman pangan; ii. Kawasan Peruntukkan Hortikultura, terdiri atas: a. Budidaya tanaman sayur-sayuran jenis dataran tinggi (kubis, wortel, kentang, buncis, bawang daun) di Minahasa, Minahasa Selatan, Tomohon dan didataran tinggi Bolaang Mongondow, Modoinding, Modayag dan Passi di Kabupaten Bolaang Mongondow (MODASI); b. Budidaya tanaman rambutan dikembangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Utara c. Budidaya tanaman buak salak dikembangkan di Siau Tagulandang Biaro dan Minahasa Tenggara d. Budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang dikembangkan di Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow;

9 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

e. Budidaya tanaman semangka dikembangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara f. Budidaya tanaman nenas dikembangkan di Bolaang Mongondow dan Minahasa Selatan g. Budidaya tanaman matoa dikembangkan di Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow utara; iii. Kawasan Peruntukkan Pertanian, berupa kawasan Agropolitan: a. Klabat Minahasa Utara; b. Pakakaan di Minahasa; c. Agropolitan Modoinding; d. Dumoga di Bolaang Mongondow; e. Dagho di Kepulauan Sangihe; f. Siau di Kepualaun Sitaro; g. Tombatu di Minahasa Tenggara; iv. Kawasan Peruntukkan, tersebar di seluruh wilayah Provinsi, dengan komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah Kelapa, cengkih, pala, cacao/coklat 13 komoditi, vanili dan kopi, jambu mente, casievera, lada, kemiri, aren, jarak pagar, pisang abaka, kelapa sawit (Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utara); v. Kawasan Peruntukkan Peternakan unggas berupa ayam kampung, ayam potong, bebek dan angsa tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi; vi. Kawasan Peruntukkan Peternakan Sapi dan Kuda, berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, manado, Bitung, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro; vii. Kawasan Peruntukkan Peternakan Babi, berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Manado, Bitung, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro; viii. engembangan Kawasan Peruntukkan Pertanian, berupa kawasan Agropolitan di Klabat Minahasa Utara, Kawasan Agropolitan Rurukan di Tomohon, Kawasan Agropolitan Pakakaan di Minahasa, Kawasan Agropolitas Modoinding di Minahasa Selatan, Kawasan Agropolitan Dumoga di Bolaang Mongondow, Kawasan Agropolitan Dagho di Kepulauan Sangihe, Kawasan Agropolitan Siau di Kepl. Sitaro; ix. Kawasan Perkebunan Komoditi Unggulan

a. Cengkeh : Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Selatan; b. Kelapa : Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow; c. Kakao : Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow utara, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur; d. Pala: Kabupaten Minahasa Utara, Kepl. Sitaro, Kepl. Sangihe dan Kepl. Talaud x. Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), dengan luas kurang lebih 405.000 Ha, terdiri dari 10 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

a. Lahan Sawah eksisting dengan luas kurang lebih 52.236,24 Ha b. Lahan Sawah Cadangan dengan luas kurang lebih 55.124,73 Ha c. Lahan Kering (holtikultura, tanaman pangan, agropolitas dan peternakan), tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara d. Kawasan peruntukkan kelautan dan perikanan i. Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi sepanjang pesisir laut yang terdapat di Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Manado, Bitung, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan,Bolaang Mongondow Timur, dan Minahasa.

ii. Kawasan peruntukan perikanan budidaya (perikanan budidaya ikan dan rumput laut) meliputi sepanjang pesisir laut di Manado, Bitung, Minahasa Utara, Tomohon (Budidaya Air Tawar) Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, Mongondow Timur, Kotamobagu (Budidaya Air Tawar) dan Danau Tondano (Budidaya Air Tawar) di Minahasa, Sangihe, Sitaro, Talaud.

iii. Pengelolaan ruang wilayah laut dilakukan melalui penetapan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil.

iv. Kawasan pengolahan ikan berupa pelabuhan perikanan meliputi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dagho di Kepulauan Sangihe dan PPP Tumumpa di Manado, Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Amurang di Minahasa Selatan, PPI Belang di Minahasa Tenggara, PPI Boroko di Bolaang Mongondow Utara, PPI Dodepo di Bolaang Mongondow Selatan, PPI Kema, PPI Likupang, PPI Wori di Minahasa Utara, PPI Kali Jengki di Manado, dan PPI di Kepulauan Talaud.

v. Kawasan industrialisasi perikanan terdapat di : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Minahasa Utara, Sitaro, Manado, Tomohon, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Bitung, Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur, Kotamobagu, Bolaang Mongondow Selatan.

vi. Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Minapolitan Wilayah Provinsi, meliputi :

 Existing : Kepulauan Sangihe, Manado, Minahasa Utara, Bolaang Mongodow Utara, Minahasa Selatan, Bitung, Minahasa, Minahasa tenggara, Bolaang Mongondow;  Proyeksi : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur.  Pengembangan Kawasan Konservasi : Konservasi Laut Mane’e di Pulau Intata Kepulauan Talaud, Kawasan Konservasi Laut Daerah di Kepulauan Sangihe, Kawasan Konservasi Laut Daerah di Sitaro, Konservasi Terumbu Karang di Malayang – Kalasey, Konservasi Terumbu Karang Minahasa Utara (Desa Bahoi), Bolaang Mongondow Utara (Proyeksi), Kawasan Konservasi Laut Daerah di Minahasa Selatan (Desa Blongko, Kecamatan Tatapaan Desa Wawontulap sampai 11 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Arakan), Bolaang Mongondow, Bitung, Konservasi Penyu di (Kecamatan Kombi desa Toloun sampai Parentek) Minahasa (Proyeksi), Minahasa Tenggara (Desa Tumbak dan Desa Bentenan), Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan. vii. Reklamasi pantai, pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang yang akan melaksanakan reklamasi wajib membuat perencanaan reklamasi, yaitu : penentuan lokasi, penyusunan rencana induk, studi kelayakan, dan penyusunan rencana detail. Penentuan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material reklamasi pertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan aspek sosial ekonomi (tabulasi). e. Kawasan peruntukkan pertambangan

Kawasan Peruntukan Pertambangan terdiri atas: i. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam terdiri atas: a. Nikel Kromit terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud – Pulau Rainis; b. Timah Hitam terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe - Pulau Lipang; c. Emas terdapat di Bolaang Mongondow (Lolayan dan Dumoga); Bolaang Mongondow Selatan (Bolaang Uki); Bolaang Mongondow Timur (Modayag dan Kotabunan); Minahasa Selatan (Motoling Timur, Tompaso Baru, Tatapaan, Ranoyapo, Amurang Barat dan Tenga); Minahasa Tenggara (Ratotok); Minahasa (Pineleng); Minahasa Utara (Likupang Timur dan Likupang Barat); Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan Tenggara, Tabukan Selatan Tengah, Tabukan Selatan, Manganitu Selatan dan Tamako); d. Bijih Besi terdapat di Bolaang Mongondow Utara (Bolangitang); Minahasa Utara (Likupang Timur); dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Siau Barat Selatan); Manganitu Selatan; e. Pasir Besi / Pasir Besi Titan terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak, Inobonto/Lolan, Poigar); Bolaang Mongondow Utara (Sangkup/Busingo, Bintauna); Bolaang Mongondow Timur (Kotabunan); Minahasa Selatan (Kecamatan Tenga ds. Moinit, Sapa, Molinou, Sidate, Kecamatan Sinonsayang ds. Poigar); Minahasa Tenggara (Belang); Minahasa (Kecamatan Tombariri – Pantai, Poopoh dan Teling); Kabupaten Kepulauan Talaud (Kecamatan Karakelang, Pulau Salibabu, Melonguane, Beo, Essang, Tampanama); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan Utara, Kendahe, Tabukan Selatan, Tabukan Selatan Tengah, Manganitu, Tabukan Tengah); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Tagulandang); bagian utara Pulau Sangihe Besar dan Pulau Tagulandang; f. Mangan terdapat di Bolaang Mongondow Utara dan Minahasa Utara (Likupang Barat); g. Barit terdapat di Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan); dan Belerang terdapat di Bolaang Mongondow (Modayag); Minahasa Selatan (Kota Menara) dan Tomohon (Rurukan). ii. Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam dan batuan, terdiri atas:

12 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

a. Andesit terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara (Kecamatan Belang); Kabupaten Minahasa (Kecamatan Sonder, Pineleng dan Langowan); Kabupaten Kepulauan Talaud (Pulau Karakelang); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Kecamatan Siau Tengah); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Manganitu); Kabupaten Minahasa Utara (Kecamatan Kauditan); Kota Bitung (Bitung Utara); b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran kurang lebih 373,88 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 44.478.125 m3; c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran kurang lebih 100 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 1.000.000 m3; d. Tras di Tomohon dan Enemawira (Kabupaten Kepulauan Sangihe); e. Batu Belah, terdapat di lereng Gunung Tumpaan; Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan, dan Ratatotok; f. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan gunung api, terutama di sekitar kaki Gunung Soputan dengan ketebalan sekitar kurang lebih 30 meter; g. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak, Passi, Dumoga, Domisili – Pangi); Kabupaten Minahasa Tenggara; Kabupaten Talaud (Kecamaan Rainis); Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko; h. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu – Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 10.250.600 m3; i. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (Pulau Ruang); j. Zeolit terdapat di Lamango (Pulau Biaro); Batu apung terdapat di Pulau Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 240.000 m3; k. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang

l. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 2.200.000 m3;

m. Sirtu terdapat di Minahasa Selatan (Sinonsayang, Ranoyapo, Tenga, Amurang, Tumpaan, Tatapaan, Amurang Timur, Amurang Barat); dan sekitar Gunung Awu, Gunung Karangetang; n. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 6.240 ton. o. Semen, terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. iii. Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi, terdapat di Cekungan Minahasa dan Cekungan Teluk Tomini. iv. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, terdapat di Klaster Lahendong, Klaster Tompaso, Klaster Gunung Ambang, Klaster Gunung Dua Saudara, Klaster Airmadidi dan Klaster Kotamobagu. v. Kawasan Strategis Pertambangan Provinsi, meliputi : 13 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

a. Minahasa Utara - Bitung (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi); b. Manado – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan) c. Minahasa Selatan – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan); d. Minahasa – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi); e. Bolaang Mongondow Timur – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan); f. Bolaang Mongondow – Bolaang Mongondow Timur – Bolaang Mongondow Selatan – Kota Kotamobagu (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi); dan g. Minahasa Selatan – Bolaang Mongondow (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan). f. Kawasan peruntukkan industri

Kawasan Peruntukan Industri Wilayah Provinsi, terdiri atas:

i. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan - Bitung - Kema (KABUPATENIMA) di Minahasa Utara dan Bitung serta kawasan industri terpadu Bitung di Bitung; ii. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-Amurang di Minahasa Selatan; dan iii. kawasan peruntukan industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di seluruh Kabupaten/Kota wilayah Provinsi; iv. Kawasan pendukung kawasan ekonomi khusus Tanjung Merah Bitung, di Likupang, Minahasa Utara, Tahuna – Petta Kepulauan Sangihe, Melonguane - Lirung Kepulauan Talaud, Ratatotok – Lakban Minahasa Tenggara g. Kawasan peruntukkan pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:

 Kawasan pariwisata budaya, berupa pengembangan kawasan wisata budaya Bukit Tengkorak Pulau Makalehi di Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro.

 Kawasan pariwisata alam, terdiri atas:

 Kawasan wisata, yaitu :

1. Kawasan wisata Malalayang – Kalasey (Malasey) di Manado dan Minahasa; 2. Kawasan wisata Danau Tondano dan sekitarnya di Minahasa; 3. Kawasan wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Minahasa, Minahasa Utara dan Manado; 4. Kawasan wisata/koridor wisata Manado – Wori – Likupang – Lembeh di Manado, Minahasa Utara dan Bitung.

14 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

 Pengembangan kawasan wisata, yaitu : 1. pengembangan kawasan wisata pantai Manado-Minahasa-Bitung Pantai Utara (MAHABINTURA), meliputi: Wawontulap-Tanawangko- Tasik-Ria-Boulevard-Manado-Tanjung-Pisok-Likupang-Tanjung Pulisan Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung Merah-Tasikoki- Batu Nona-Kema; 2. pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut Bunaken; 3. pengembangan kawasan ekowisata di kawasan Taman Nasional Dumoga Nani Warta Bone; 4. pengembangan kawasan wisata Kota Pantai dan ekowisata Manado; 5. pengembangan kawasan wisata Kota Bahari dan wisata laut : Pulau Ruang, Pulau Para, Pulau Mahoro, Pulau Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang; dan 6. pengembangan kawasan wisata Pulau di Perbatasan antar negara, yaitu : Pulau Miangas, Marore dan Gugusan Pulau Nanusa, Intata - Kakorotan dan Pulau Bongkil, Pulau Makalehi, Pulau Mantehage; 7. Kawasan pariwisata buatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas: o pengembangan kawasan wisata Kota Bunga di Tomohon; dan o pengembangan kawasan wisata Pulau Khusus Ketangkasan, yaitu di Pulau Siladen Manado dan Pulau Gangga Minahasa Utara. 8. Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, yaitu terdapat di Kawasan Pinabetengan dan Bukit Kasih Kanonang h. Kawasan peruntukkan permukiman Kawasan Peruntukan Permukiman, terdiri atas: i. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, terdiri atas: o klaster Manado - Airmadidi - Bitung; o klaster Manado - Wori; o klaster Manado - Tumpaan - Amurang; o klaster Tondano - Eris - Kombi; o klaster Tomohon - Kawangkoan - Tompaso; o klaster Tomohon - Tondano - Airmadidi; o klaster Manado - Pineleng - Tomohon; o klaster Airmadidi - Tatelu - Likupang; o klaster Amurang - Poigar - Inobonto; o klaster Amurang - Motoling - Tompaso Baru; o klaster Amurang - Kawangkoan; o klaster Kotamobagu - Dumoga; o klaster Kotamobagu - Tompaso Baru; o klaster Kotamobagu - Inobonto;

15 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

o klaster Lolak - Bolang Itang - Boroko; o klaster Lolak - Kotamobagu - Dumoga; o klaster Dumoga - Molibagu - Pinolosian; o klaster Pinolosian - Kotabunan - Belang; o klaster Tompaso - Ratahan - Belang; dan o klaster Belang - Atepoko - Kema. ii. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di kepulauan, terdiri atas: a. klaster P. Bunaken - P. Manado Tua - P. Nain - Manado; b. klaster P. Talisei - P. Bangka - Likupang; c. klaster P. Siau - P. Tagulandang - P. Biaro; d. klaster Tahuna – Tatoareng – Dagho - Manalu;

Gambar 3.2

Peta Kegiatan Strategis Nasional (KSN)

Sumber : Bappeda Provinsi Sulut

16 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3.3

Peta Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

Sumber : Bappeda Provinsi Sulut

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis Berisikan arahan fungsi pengembangan wilayah dan indikasi program di 35 WPS. Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan. c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

I. TUJUAN PENATAAN RUANG PULAU SULAWESI

a. Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut; b. Lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi; c. Pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi; d. Pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi;

17 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

e. Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE); f. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup; g. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; h. Kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; dan i. Kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG PULAU SULAWESI

1) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut, 2) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global 3) Strategi untuk pengembangan kawasan minapolitan dengan memperhatikan potensi lestari 4) Strategi untuk pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi 5) Kebijakan untuk mewujudkan lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi 6) Strategi untuk pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional 7) Strategi untuk pengembangan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung 8) Strategi untuk pemertahanan kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan

18 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

9) Kebijakan untuk mewujudkan pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi 10) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industry pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan 11) Strategi untuk pengembangan sentra-sentra perkebunan kakao dengan prinsip pembangunan berkelanjutan 12) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi 13) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan 14) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup 15) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran 16) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran 17) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran 18) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup 19) Strategi untuk pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup 20) Strategi untuk pemertahanan eksistensi 14 (empat belas) pulau kecil terluar yang meliputi Pulau Lingian, Pulau Salando, Pulau Dolangan, Pulau Bangkit (Bongkil), Pulau Mantewaru, Pulau Makalehi, Pulau Kawalusu, Pulau Kawio, Pulau Marore, Pulau Batu Bawaikang, Pulau

19 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakarutan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia 21) Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah 22) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah 23) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil 24) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana 25) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan dan wilayah pesisir yang rawan bencana 26) Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana perkotaan pada kawasan rawan bencana 27) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi ekosistemnya 28) Strategi untuk pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi 29) Strategi untuk pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung 30) Strategi untuk pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.

20 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3.4

Sebaran 35 Wilayah Pengembangan Strategis di Indonesia

Gambar 3.5

Kawasan di WPS 24 Pusat Pertumbuhan Manado – Bitung – Amurang – Lolak - Kotamobagu

21 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

A. TUJUAN PEMBANGUNAN

Berdasarkan visi dan misi yang telah disebutkan sebelumnya, maka untuk lima tahun kedepan tujuan pembangunan daerah adalah:

1. Tercapainya Kota Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional di kawasan Bolmong Raya dan Sulut bagian Barat-Selatan.

2. Terwujudnya Kotamobagu sebagai kota jasa yang menjadi andalan dan pemicu perkembangan ekonomi kota.

3. Tersedianya infrastruktur yang memadai di Kota Kotamobagu.

4. Terselenggaranya pelayanan publik yang optimal.

5. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dan kompetitif di Kota Kotamobagu.

6. Tersedianya sentra atau pusat pengembangan agroindustri berbasis petani/kelompok tani.

7. Tersedianya dan tersebarnya pusat-pusat kegiatan agrobisnis yang memberi akses luas kepada kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah.

8. Terbukanya akses pasar komoditi agroindustri dan agribisnis berbasis produksi rakyat.

9. Tersedianya sekolah-sekolah unggulan untuk jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMU dan SMK bertaraf internasional. 10. Terselenggaranya pendidikan tinggi yang andal dan bermutu 11. Tersedianya pusat-pusat layanan kesehatan yang bermutu dan menyenangkan. 12. Terbangunnya rumah sakit yang memberi layanan kesehatan berkualitas dan menyenangkan. 13. Terselenggaranya pendidikan yang bermutu dan andal untuk menyediakan tenaga keperawatan dan paramedis. 14. Terwujudnya kota Kotamobagu yang bersih, sehat, tertata, teatur dan memiliki lingkungan hudup yang berkualitas. 15. Terbangunnya pusat kebudayaan yang menjadi ikon budaya di Bolmong Raya. 16. Terselenggaranya pemerintahan yang baik, responsif dan berorientasi melayani masyarakat. 17. Terselenggaranya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan yang melibatkan partisipasi publik. 18. Terwujudnya kesetaraan gender, perlindungan terhadap kesehatan ibu dan bayi, dan pengembangan bagi anak-anak yang kurang beruntung.

22 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

19. Terselenggaranya tertib sosial yang menghormati supermasi hukum dan warisan leluhur yang mengendepankan budaya mototabian, mototanoban bo mototompian.

20. Terselenggaranya praktik politik dan demokrasi yang bersendikan

Falsafah Dodandian Paloko-Kinalang

B. SASARAN PEMBANGUNAN

Sasaran Pembangunan Kota Kotamobagu dalam lima tahun kedepan (2008- 2013) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan layanan kesehatan dan pendidikan.

2. Terwujudnya tata pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Clean Goverment, menghargai supermasi hukum, dan berkeadilan.

3. Meningkatnya fasilitas layanan publik, lingkungan yang berkualitas, bersih, sehat, tertata dan nyaman.

4. Meningkatnya kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan. 5. Terwujudnya pelayanan prima, terciptanya iklim usaha kondusif dan kompetitif, dan meningkatnya daya saing daerah.

6. Meningkatnya ekonomi masyarakat, nilai tambah produk-produk pertanian, industri kreatif, serta meningkatnya panetrasi pasar produk- produk khas Kotamobagu.

7. Terwujudnya kehidupan sosial dan politik yang dinamis, egaliter, menghargai kesetaraan gender, dan demokratis bersendikan Falsafah Dodandian Paloko-Kinalang.

8. Terwujudnay pengembangan budaya, pelestarian nilai-nilai luhur leluhur untuk menjadi modal sosial bagi kemajuan kota dan mekanisme ketahanan sosial dan masyarakat.

9. Meningkatnya sinergitas dengan daerah-daerah lain, khususnya di Bolmong Raya untuk mempercepatan pertumbuhan Kota Kotamobagu.

10. Mengembangkan kerjasama internasional untuk peningkatan kualitas pendidikan, layanan kesehatan, dan memacu perekonomian

C. KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN

Arah kebijakan umum pembangunan Kota Kotamobagu dalam lima tahun kedepan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan 23 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

layanan kesehatan dan pendidikan.

1. Peningkatan mutu pendidikan yang tercermin dari mutu lulusan semua jenjang pendidikan.

2. Pengembangan sekolah unggulan untuk jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMU, dan SMK yang dapat dijangkau masyarakat luas.

3. Peningkatan jumlah sekolah di jenjang TK, SD, SMP, SMU dan SMK yang memenuhi standar nasional.

4. Pengembangan sekolah di jenjang TK, SD, SMP, SMU dan SMK yang memenuhi standar internasional.

5. Pengembangan kerjasama dan kemitraan sekolah unggulan tingkat SD, SMP, SMU dan SMK di Kotamobagu dengan sekolah unggulan setingkat di negara lain.

6. Pengembangan kerjasama dan kemitraan sekolah unggulan tingkat

SD, SMP, SMU, dan SMK di Kotamobagu dengan sekolah unggulan setingkat di daerah lain. 7. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang

berkualitas melalui Wajib Belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun.

8. Peningkatan jumlah dan perbaikan fasilitas pendidikan (gedung

sekolah, laboratorium, perpusatakaan, laboratorium bahasa, fasilitas olahraga, bengkel kerja, dll).

9. Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kependidikan berkualifikasi standar nasional dan internasional.

10. Pendistribusian tenaga pendidik yang lebih merata dan sesuai keahlian.

11. Pemberian insentif dan beasiswa (sekolah lanjut) kepada guru berperastasi.

12. Pemberian beasiswa kepada siswa dan mahasiswa kurang mampu dan berprestasi.

13. Penguatan KBK (kurikulum berbasis kompetensi) dan muatan lokal (mulok).

14. Peningkatan pendidikan informal & nonformal (pelatihan, kursus singkat, magang) yang bermutu dan dapat dijangkau masyarakat luas.

15. Pengembangan pendidikan ketrampilan berstandar regional.

16. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

17. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas fasilitas kesehatan 24 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

masyarakat (rumah sakit, puskesmas, klinik kesehatan, posyandu).

18. Pengembangan rumah sakit berstandar nasional.

19. Peningkatan standarisasi pelayanan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan posyandu.

20. Pengembangan kerjasama kemitraan rumah sakit dan puskesmas unggulan dengan rumah sakit dan puskesmas unggulan di negara lain.

21. Pengembangan kerjasama kemitraan dengan rumah sakit dan puskesmas model di daerah lain.

22. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga medis dan paramedis.

23. Pengembangan sistem jaminan kesehatan.

24. Peningkatan kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat.

25. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini.

26. Pendistribusian tenaga medis dan paramedis yang lebih merata.

27. Pemberian insentif dan beasiswa (sekolah lanjut) kepada tenaga medis dan paramedis.

28. Pengembangan lembaga pendidikan keperawatan dan paramedis berstandar regional.

29. Pengembangan kemitraan dengan lembaga pendidikan keperawatan dan paramedis rujukan/model di daerah lain.

30. Pengembangan kemitraan dengan lembaga pendidikan keperawatan dan paramedis rujukan/model di negara lain.

25 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kota Kotamobagu V I S I : TERWUJUDNYA KOTAMOBAGU SEBAGAI KOTA MODEL JASA DI KAWASAN BOLAANG MONGONDOW RAYA MENUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA, BERBUDAYA, DAN BERDAYA SAING MISI 1 MENINGKATKAN KINERJA PEMERINTAHAN YANG CLEAN GOVERNMENT DAN GOOD GOVERNANCE YANG BEBAS KOLUSI, KORUPSI DAN NEPOTISME BERSENDIKAN FALSAFAH DODANDIAN PALOKO-KINALANG Tujuan Sasaran Strategis Arah Kebijakan 1.1. Mewujudka 1.1.1. Terlaksana 1.1.1. Penguatan 1.1.1.Mengembangk n kinerja nya kelembagaan an penilaian pemerintahan reformasi disetiap SKPD kinerja yang birokrasi danstruktur transparan birokrasi yang dan akuntabel miskin struktur namun kaya fungsi serta penempatan sumber daya manusia sesuai dengan kompetensinya 1.1.2. Meningkat 1.1.2. Meningkatnya 1.1.2.Mendorong nya peran peningkatan akuntabilit monitoring dan kinerja yang as kinerja evaluasi disesuaikan instansi terhadap dengan insentif pemerinta akuntabilitas aparatur. h kinerja instansi pemerintah daerah 1.1.3. 1.1.3. Pencapaian dan 1.1.3. Mendorong Terlaksan pemantapan perbaikan anya pengelolaan berkelanjutan keberlanja keuangan sistem utan disetiap SKPD. administrasi predikat pendapatan WTP belanja dan pembiayaan 1.1.4. Mewujudk 1.1.4. Meningkatnya 1.1.4. Mendorong an kesetaraan dan kesetaraan gender dalam memfasilitasi gender. semua aspek peningkatan

26 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

pembangunan kesadaran terutama dalam politik dan partisipasi pemilahan data. politik masyarakat 1.1.5 1.1.5. Fasilitasi 1.1.5. Mengembang Mengopti dewan dalam kan penataan malkan penyusunan dan kinerja fungsi produk DPRD DPRD. legislasi pengawasa n pengangga ran 1.2.Mewujudkanp 1.2.1. 1.2.1. Intensifikasi 1.2.1. Reward and emerintah Meningkatn dan fasilitasi punishment yang bebas ya tindak pelaksanaan bagi SKPD kolusi, korupsi lanjut hasil pemutahiran data dalam dan nepotisme pemeriksaa tindak lanjut menyikapi n hasil hasil tindak pemeriksaan lanjut hasil TLHP pemeriksaan

1.2.2.Terselengg 1.2.2. Penyusunan 1.2.2. Memfasilitasi aranya penganggaran penyusunan pengawasan berbasis kinerja RKA dan DPA pengelolaan Yang Berbasis keuangan Indikator yang non Kinerja diskriminati f dan partisifatif 1.2.3. 1.2.3. Pemantapan 1.2.3. Pemberian Terwujud aparatur melalui reward and nya penilian kinerja punishment aparatur aparatur kepada pemerintah aparatur sesuai yang peraturan yang disiplin dan berlaku berprestasi serta bebas KKN 1.3.Mewujudkan 1.3.1. 1.3.1. Pemantapan 1.3.1. demokrasi dan Terselengga pelaksanaan Mengembangk supremasi ranya tugas dan fungsi an sistem hukum evaluasi DPRD komunikasi

27 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

produk publik hukum terhadap hasil daerah dan produk – penyebaran produk DPRD peraturan perundang- undangan daerah 1.3.2.Terwujudn 1.3.2. Pemantapan 1.3.2. Mendorong ya peran aparat koordinasi koordinasi penegak hukum antar aparat aparat dan jajarannya penegak hukum dan hukum dan jajarannya. jajaranyan secara rutin 1.4.Mengoptimalk 1.4.1. 1.4.1. Peningkatan 1.4.1. Peningkatan an pelayanan Terwujudn inovasi dan pelayanan publik ya kreatifitas publik yang perizinan layanan efisien dan pelayanan perizinan, efektif dengan terpadu pelayanan prasaranan yang administrasi yang memadai optimal dan penerimaan dan efektif dan daerah dan pengembanga meningkatk sumber daya n program no an sumber- manusia. budgeter sumber penerimaa n PAD.

Misi 2 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dan kesehatan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang professional dan berdaya saing. Tujuan Sasaran Strategis Arah Kebijakan 1.1. Meningkatka 1.1.1. Mewujudkan 2.1.1. 2.1.1. Meningkatkan n kualitas dan wajib belajar Memberik fasilitasi dan Kuantitas 12 tahun dan an koordinasi yang sumber daya penuntasan kesempat berbasis manusia buta aksara an kepada wilayah masyarak at untuk memperol eh akses pendidika

28 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

n . 2.1.2. Terlaksananya 2.1.2. 2.1.1. Menambah sarana dan Mengemb kegiatan siswa fasilitas mutu angkan dan lomba pendidikan non sarana siswa formal serta dan beasiswa anak- prasarana anak kualitas berprestasi dan kurikulu m serta mutu pendidik 2.1.3. Terwujudnya 2.1.3. 2.3.1. Pemerataan pendidikan budi Penambah fasilitas untuk pekerti sejak an dan setiap wilaya dini dan fasilitas pemelihara dan pendidikan an serta kesejahteraan paud sampai peningkata guru. dengan n fasilitas pendidikan luar guru dan biasa infrastrukt ur pendidikan . 2.1.4. Peningkatan 2.1.4. 2.1.4.Meningkatkan jumlah dan Terlaksana minat baca dan mutu nya jumlah perpustakaan peningkata kunjungan ke dan kearsipan n mutu perpustakaan perpustaka daerah. an dan kearsipan 2.1.5. Terwujudnya 2.1.5. 2.1.5. Pelatihan dan pengembangan Implement pendidikan teknologi asi bagi tenaga informasi informasi medis untuk kesehatan dan teknologi menggunakan fasilitas pada dan kesehatan . pelayanan memelihara kesehatan fasilitas kesehatan. 2.1.6. Terwujudnya 2.1.6. Pemberi 2.1.7. Meningkatkan peningkatan an fasilitas insentif bagi kesejahteraan terhadap dokter dan dokter dan para dokter dan paramedis

29 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

medis para medis yang melaksanakan tugas khusus

2.2. Mewujudk 1.1.2. Terlaksananya 2.2.1. 2.2.1. Meningkatkan an SDM mutu kesehatan Peningkat jumlah mutu profesiona pendidikan an jumlah pendidikan dan l dan kesehatan dan dan mutu kesehatan berbudaya kejuaruan pendidika melalui teknik n kemudahan pengurusan izin pembukaan politeknik kejuruan 2.2.2. Terwujudnya 2.2.2. 2.2.2. Meningkatkan sekolah dan Mendoron kualitas dan rumah sakit g daya saing yang berstandar berkemba tenaga nasional dan ngnya guru,dokter dan internasional sekolah tenaga medis dan yang rumah berstandar sakit yang nasional dan berstanda internasional rt nasional dan internasio nal 2.2.3.Terlaksananya 2.2.3.Peningkat 2.2.3. Pembangunan prestasi dalam an fasilitas kejuaraan pelatihan olahraga yang olahraga dan berstandar nasional dan kesejahter internasional internasional aan atlit

Misi 3 : Menjadikan Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis jasa serta mempertahankan keunikan kota kotamobagu sebagai kawasan pengembangan pertanian organik, penghasil beras dan kopi, meningkatkan kualitas dan fasilitas infrastruktur Kotamobagu

30 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi serta pengembangan kawasan strategis yang berwawasan lingkungan hidup secara berkelanjutan

Tujuan Sasaran Strategis Arah Kebijakan

3.1. 3.1.1. Terwujudnya 3.1.1. 3.1.1.Pembangunan Meningkatk peningkatan Pengemba sektor-sektor an ekonomi ngan ekonomi dan infrastruktu berbasis jasa Pembang pertanian serta r ekonomi serta unan membangun dan peningkatan fasilitasi kerja sama pertanian. sektor pertanian ekonomi dengan pihak dan swasta untuk pertanian peningkatan fasilitas pelayanan 3.2. 3.1.2. Terwujudnya 3.1.2. 3.1.2. Pembangunan Meningkatk peningkatan Pengemba pembangkit an jaringan jalan , ngan tenaga listrik infrastruktu daya listrik dan Pembang mengunakan r dasar pelayanan air unan dan energi baru dan jalan, bersih fasilitasi terbarukan, jembatan, pelayanan bekerja sama dan air dengan pihak bersih. swasta untuk pelayanan air bersih, terutama pada dan permukiman , perumahan fasilitas hiburan dan rekreasi 1.2. Meningkatn 3.2.1. Terlasananya 3.2.1. 3.2.1. Mendorong ya sarana , fasilitas Penambaha kerjasama sanitasi, air kebersihan dan n dan dengan limbah, sanitasi pemelihara masyarakat persampaha an fasilitas untuk n dan kebersihan memelihara drainase dan sanitasi fasilitas kebersihan dan sanitasi serta bekerjasama dengan kabupaten/kota tetangga

31 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

1.3. Mememelih 3.3.1 Terwujudnya 3.3.1. Penyiapan 3.3.1.Melakukan ara dan pengembangan lahan dan upaya mengemban kawasan strategi kelembagaa untukmenetapk gkan natural cepat tumbuh n kawasan an kawasan resources geo park geo park heritage dan potensi sebagai yang alam untuk keberlanjutan berwawasa pariwisata lingkungan n hidup yang lingkungan kondusif,bersej arah dan berkelanjutan. 1.4. Pen 1.4.1. Terwujudnya 3.4.1.Pemantapa 3.4.1.Mempersiapkan erapan pusat data dan n pengetahuan pengua informasi pelaksanan dan saan secara kebebasan ketrampilan teknolo komunikasi pers yang aparatur gi secara online bertanggu pemerintah informa ng jawab dalam si dengan meningkatkan dalam adanya kecepatan dan pelaksa pelaksanan kualitas nanan e- pelayanan e- governmen publik serta govern t jangkauan ment proporsi penggunaan informasi teknologi oleh masyarakat

Misi 4 : Mengembangkan kehidupan sosial budaya yang dinamis namun tetap melestarikan nilai-nilai luhur dan jati diri yang religius bersendikan kearifan lokal Bolaang Mongondow

Tujuan Sasaran Strategis Arah Kebijakan

4.1. 4.1.1. Meningkatnya 4.1.1.Mewujudk 4.1.1. Peningkatan Terwujudn kreatifitas,inov an peranserta ya tata nilai atif masyarakat masyarak masyarakat budaya lokal yang at yang dalam yang dinamis mampu persaingan dinamis beradapta global serta si dengan meningkatkan tata nilai keunikan sosial sosial budaya sebagai

32 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

budaya daya saing global

4.2. 4.2.1. Mewujudkan 4.2.1. 4.2.1. Menciptakan Terwujudn keamanan dan Mendoron kondisi ya kearifan ketertiban g keamanan dan lokal dalam masyarakat pengemba ketertiban menjaga serta hubungan ngan untuk keamannan harmonis etnik kearifan meningkatkan , dan budaya lokal dan rasa saling ketertiban, silatuhrah percaya dan hubungan mi antar harmonisasi harmonis kelompok setiap antar kelompok masyaraka masyarakat n, 4.2.2. Terlaksananya 4.2.2.Mengemb 4.2.2. kelompok peran angkan Memberdayaka ,antar umat keagamaan upaya n tokoh-tokoh beragama secara formal peningkat agamauntuk dan maupun non an meningkatkan pranata formal dan kelemban keselarasan sosial peran fungsi gaan hidup baik inter masyarakat pranata sosial agama dan antar umat serta serta kelompok sebagai beragama kelompok profesional institusi profesional pengemba . ngan pranata sosial 4.2.3. Melestarikan 4.2.3. Memupuk 4.2.3. Mendorong budaya lokal rasa implementasi memiliki budaya lokal di budaya lingkungan lokal pendidikan (mulok dalam kurikulum pendidikan) dan lingkungan pemerintah serta kelompok masyarakat, yang diatur oleh peraturan daerah yang berlaku.

33 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Misi 5 : Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan konsep ekonomi kerakyatan, insentif investasi serta pemberdayakan pelaku bisnis dalam pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan prinsip ”Moposad dan Pogogutat Motolu Adi”.

Tujuan Sasaran Strategis Arah Kebijakan

1.1. 1.1.1. Terwujudnya 5.1.1.Penyiapa 5.1.1. Persiapan Memantapka kawasan n pokja dan n ekonomi agropolitan kelembaga perda yang kerakyatan an dan terkait dengan kawasan terwujudnya pendukung kawasan kawasan agropolitan. agropolitan 1.2. Meningkat 5.2.1.Menciptakan 5.2.1.Peningkat 5.2.1. Menciptakan kan iklim iklim usaha an kualitas kondisi investasi yang kondusif dan keamanan dan dan potensial fasilitasi ketertiban dan kelembaga untuk an dalam meningkatkan penciptaan rasa saling iklim usaha percaya dan yang harmonisasi berdampak setiap langsu kelompok pada masyarakat kesejahtera an masyaraka t 1.3. Mengemba 1.3.1. Peningkatan 5.3.1.Pemantap 5.3.1Mendorong ngkan usaha koperasi,UMKM, an dan pelatihan dan mikro kecil wirausaha baru, optimalisas pendidikan menengah wiraswasta i fungsi pengembanga dan koperasi perempuan dan kelembaga n usaha para pemuda lokal an, baik wiraswasta pemerinta dalam h maupun mengakseleras swasta ikan pembangunan n ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.

34 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

1.3.2. Terlaksananya 5.3.2.Peningkat 5.3.2.Mendorong aksesbilitas an pihak – pihak permodalan, kolaborasi terkait untuk pemasaran , pemerinta mengembangk teknologi dan h dan an pasar kemitraan swasta UMKM melalui (public kemudahan patnership berinvestasi ) membentuk inti plasma,perdag angan umum,outsorsi ng serta membentuk klaster industri , pasar tradisional yang moderen,menu ju hilirisasi produk.

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP), berisikan: i. Visi dan misi pengembangan kawasan permukiman ii. Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman kabupaten/kota Arahan pengelolaan kawasan permukiman yaitu :

1. Mengembangkan fungsi perkotaan berdasarkan arahan yang ditetapkan dalam hirarki pusat-pusat permukiman.

2. Mengembangkan sarana dan prasarana permukiman pusat Kecamatan dan pinggiran kota untuk memacu percepatan pembangunan wilayah sekitar.

3. Meningkatkan interaksi ruang antara pusat permukiman dengan pinggiran kota yang selaras dan optimal.

4. Mengembangkan kawasan perumahan pada zona aman bencana.

5. Membuat arahan dan mekanisme pengendalian pembangunan untuk menjamin perumahan dibangun pada kawasan aman bencana.

6. Memperhatikan proyeksi pertambahan penduduk dengan ketersediaan lahan permukiman perlu atau tidaknya untuk pengembangan vertikal.

7. Meningkatkan sumber-sumber air memperluas pelayanan air bersih sampai ke tingkat pinggiran kota;

8. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang sehat dan bersih; 35 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

9. Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas dan utilitas lingkungan/ pemukiman;

10. Kebijakan pembangunan pada daerah pesisir/perumahan nelayan;

11. Akses fisik ke kota/PKL terdekat.

Pola Sebaran Permukiman

Sebaran perumbuhan kawasan permukiman diarahkan pada pola multiple sub- nucleus dimana pusat kota dianggap kawasan berkepadatan tinggi kemudian berjarak tertentu dengan kutub-kutub permukiman di kawasan sekitarnya dan selanjutnya berjarak tertentu terhadap permukiman di pinggiran kota. Antara satu pusat permukiman dengan lainnya berada pada jarak jangkauan yang menjadi green belt. Pola pertumbuhan permukiman, tidak menganut sistim aglomerasi yang menerus atau langsung melebar dari permukiman yang ada, namun diarahkan ke area baru pada jarak yang cukup jauh dari pusat permukiman yang sudah padat. Dengan demikian, maka tidak terjadi pemusatan kepadatan pada daerah permukiman baru. Kondisi topografi yang relatif datar dan landai serta faktor geologisnya, juga menjadi dasar pertimbangan terhadap penerapan konsep pola ini. Resiko banjir, genangan serta resiko bencana dapat diminimalisir dimana terdapat ruang-ruang diantara kelompok-kelompok permukiman.

Gambar 3. 6 Pola Pertumbuhan sebaran permukima

36 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Pola Kepadatan

Kepadatan bangunan permukiman, mengikuti arahan kepadatan bangunan yang berorientasi pada pola kepadatan rendah dan sedang yang tersebar secara proporsional di wilayah Kelurahan. Permukiman berkepadatan rendah diarahkan didaerah yang membutuhkan areal hijau untuk keperluan resapan air dan fungsi lainnya. Sedangkan kawasan yang diarahkan untuk permukiman berkepadatan sedang ditujukan pada daerah yang menjadi daerah pertumbuhan baru yang sedang dan akan cepat tumbuh dalam waktu dekat. Pengelompokan kepadatan permukiman dibagi menjadi: .   kepadatan rendah (dibawah 30 unit rumah per hektar), .   kepadatan sedang (antara 30 s/d 60 unit per hektar) dan . kepadatan tinggi (diatas 60 unit per hektar). 

Angka kepadatan ini dapat bernilai relatif menurut pembandingnya. Bernilai kepadatan netto dibandingkan dengan luasan efektif fungsi terbangun, sebaliknya bernilai brutto bilai dibandingkan dengan luasan total wilayah yang bersangkutan.

Berdasarkan karakteristik kawasan dan rencana pengelolaan ruang untuk fungsi fungsi ekonomi dan ekologi, hanya di Kelurahan Gogagoman, Mogolaing dan Kotamobagu yang memiliki kepadatan sedang sampai tinggi. Di Kelurahan lainnya, secara umum masih dapat diarahkan pada tingkat kepadatan rendah sampai sedang.

Tabel 3. 2 Kebutuhan jumlah rumah Jumlah

Jumlah rumah

Rumah Jumlah

Rasio- yang masi

Tahun yang Rumah yang

backlog harus

harus ada

disediakan

dipenuhi

2014 33320 27323 0.82 5998

2019 36512 30670 0.84 5842

2024 39703 34144 0.86 5558

2029 42894 37746 0.88 5147

37 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3.7 Image Blok Permukiman yang dilengkapi dengan RTH

Tabel 3. 3 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Selatan

Kategori Kepadatan Kepadatan KDB KLB

Kecamatan Kotamobagu Selatan TLM

Gempa Penduduk Bangunan maksimum maksimum

Kelurahan Motoboi Kecil A 92 25.00 50 100 2

Kelurahan Pobundayan A 95 25.00 50 100 2 Kelurahan Mongondow A 57 25.00 50 100 2

Desa Tabang A 92 25.00 50 100 2 Desa Poyow a Besar II A 86 25.00 50 100 2

Desa Poyow a Besar I A 75 25.00 50 100 2 Desa Bungko A 65 25.00 50 100 2

A 25.00 50 100 2

Desa Poyow a Kecil 77

C 20.00 40 40 1

Desa Kopandakan I A 84 30.00 50 100 2

Tabel 3. 4 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Barat Kategori Kepadatan Kepadatan KDB KLB

Kecamatan Kotamobagu Barat TLM

Gempa Penduduk Bangunan maksimum maksimum

Kelurahan Kotamobagu A 112 30 50 200 4

Kelurahan Gogagoman A 126 35 60 240 4

A 30 50 200 4 Kelurahan Mogolaing 117

C 20 40 160 4

Kelurahan Molinow A 64 20 50 100 2

C 20 40 40 1

Kelurahan Mongkonai A 35 15 50 100 2 Kelurahan Mongkonai Barat A 48 20 50 100 2

Tabel 3. 5 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Utara Kategori Kepadatan Kepadatan KDB KLB

Kecamatan Kotamobagu Utara TLM

Gempa Penduduk Bangunan maksimum maksimum

Kelurahan Genggulang A 57 20 40 80 2

Kelurahan Upai A 77 20 40 80 2

Kelurahan Biga A 90 20 40 80 2

Kelurahan Pontodon A 56 20 40 80 2

38 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Kelurahan Bilalang I A 102 30 40 80 2 Kelurahan Bilalang II A 96 30 40 80 2

Kelurahan Sia A 60 20 40 80 2

Tabel 3. 6 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Timur

Kategori Kepadatan Kepadatan KDB KLB Kecamatan Kotamobagu Timur TLM

Gempa Penduduk Bangunan maksimum maksimum

Kelurahan Motoboi Besar A 25 20 40 80 2

C 20 40 40 1

Kelurahan Matali A 77 30 40 80 2

Kelurahan Kotabangon A 85 30 40 80 2

Kelurahan Tumubui A 109 30 40 80 2 A 20 40 80 2

Kelurahan Kobo Besar 76

C 20 40 40 1

Kelurahan Sinindian A 91 30 40 80 2

C 20 40 40 1

Desa Kobo Kecil A 34 20 40 80 2 Desa Moyag A 81 20 40 80 2

Desa Moyag Tampoan A 89 30 40 80 2

Desa Moyag Todulan A 97 30 40 80 2

39 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3. 8 Peta Kepadatan Permukiman 2029 Kota Kotamobagu

40 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

124° 124°15' 124°16' 124°17' 18' 124°19' 124°20' 124°21' 124°22'

0°47' 0°47'

#Y Bila la ng II P o nto don

#Y 0°46' 0°46' Sia Bila la ng I #Y #Y

#Y Ge ng gulan g Upa i

#Y Moyag

#Y 0°45' B iga 0°45'

Go ga gom an Moyag Mon gkon ai #Y Tam poa n K o tam ob agu

Molinow #Y #Y

#Y #Y #Y #Y Mog olaing #Y 0°44' 0°44' Mon gkon ai B arat #Y Moyag #Y #Y Tum obu i

Todu la n Sinindian

#Y

#Y #Y Ko bo Be sa r

Po yo wa K ecil Mon gon do w Mot obo i Ke cil

#Y #Y Mat ali #Y

0°43' #Y 0°43'

Mot obo i Be sa r #Y

#Y

#Y Po bun dayan #Y

Tab a ng P o yo wa

#Y B e sa r I Ko pan daka n I

#Y Ko bo Ke cil

0°42' 0°42' P o yo wa

B e sa r II Bu ngko

0°41' 0°41'

124° 124°15' 124°16' 124°17' 18' 124°19' 124°20' 124°21' 124°22'

Gambar 3. 9 Peta Rencana Pengembangan Perumahan Permukiman Kota Kotamobagu

Pola Ruang Perdagangan & Jasa

Ruang fasilitas perniagaan meliputi ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa-jasa yang berhubungan dengan perniagaan. Kebutuhan ruang untuk fasilitas pertokoan, pusat perbelanjaan (shoping center), pasar, maupun pusat perkantoran swasta, adalah yang termasuk dalam kelompok ini. Kebutuhan ruang untuk fasilitas tersebut perlu dipertimbangkan untuk dipersiapkan menghadapi kebutuhan sampai 20 tahun kedepan. Kondisi eksiting tahun 2009, di Kota Kotamobagu menunjukkan adanya pusat pertokoan dan pusat perbelanjaan yang dilengkapi pasar lingkungan di Kecamatan kotamobagu Barat, yaitu di Kelurahan Gogagoman. Kawasan tersebut menjadi pusat tujuan belanja bagu penduduk di seluruh wilayah Kecamatan, sehingga di Kota Kotamobagu hanya terjadi satu titik pemusatan pertumbuhan dan keramaian kota. Keadaan inilah yang menyebabkan resiko kemacetan lalu lintas dan

41 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 berdampak pada ketidakseimbangan perkembangan kota, karena tidak ada pusat-pusat sejenis di Kecamatan lainnya. Menuju pembangunan ruang kota sampai tahun 2029, dialokasikan penyebaran pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di pusat-pusat Kecamatan dan Kelurahan. Perhitungan kebutuhan jumlah dan luasan mengacu pada standar yang berlaku, yang khususnya berdasarkan acuan jumlah penduduk yang berkembang sampai tahun 2029 dan tersebar di Kecamatan-kecamatan. Tabel-tabel di halaman berikut, menunjukkan hasil perhitungan kebutuhan jenis dan angka luasan fasilitas perniagaan dan jasa di wilayah kota.

Gambar 3. 10 Image Pusat Perbelanjaan Modern dilengkapi dengan areal penghijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai arena exebisi dan zona evakuasi bencana

42 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3. 11 Gambar 4.7. image kompleks PKL

Pola Ruang Pertanian dan Perkebunan

1. Konsep Pola

Jenis kegiatan budidaya non terbangun berupa kegiatan pertanian dalam arti luas, yang berdasar SK Mentan No 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/11/1980, meliputi kegiatan pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan pertanian lahan kering (palawija) kegiatan pertanian tanaman tahunan atau perkebunan, dan kegiatan pertanian tanaman hias, peternakan, dan perikanan.

Berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang Kota Kotamobagu terdapat lahan yang sesuai bagi pengembangan pertanian dan secara operasional, strategi pengembangannya adalah memanfaatkan secara optimal kawasan budidaya untuk pengembangan pertanian yang didasarkan pada kesesuaian lahan. Dalam tata ruang Kota Kotamobagu lokasi atau penyebaran kawasan budidaya pertanian tidak dijelaskan secara eksplisit mengingat terjadinya tumpang tindih lokasi untuk masing-masing usaha pertanian.

Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara keseluruhan diarahkan untuk budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering, perkebunan/ tanaman tahunan, holtikultura, peternakan dan perikanan darat

Secara garis besar penggunaan areal pertanian di Kota Kotamobagu dialokasikan bagi kegiatan :

43 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Intensifikasi

Pemanfaatan lahan di Kota Kotamobagu relatif sudah dilakukan secara optimal, namun demikian, untuk menunjang arah pembangunan pertanian d kawasan kota yang menuju pada pola agribisnis da agroindustri, maka diperlukan intensifikasi lahan yang sudah dimanfaatkan untuk mendorong sektor produksi dan peningkatan ilmu pengetahuan dibidang pertanian tanaman pangan padi swah pada khususnya. Terdapat dukungan irigasi teknis dan jalan usaha tani yang seharusnya menjadi dorongan kearah oeningkatan produktifitas. Oleh karena itu untuk peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, upaya yang harus ditempuh adalah intensifikasi.

Rehabilitasi Tanaman Tahunan

Sebagian besar tanaman tahunan yang ada merupakan tanaman kelapa, buah- buahan, cengkeh yang diantaranya sudah berumur tua. Dalam waktu sampai 20 tahun mendatang tanaman tersebut akan kurang produktif atau sama sekali tidak produktif lagi atau yang dikenal dengan lahan tidur. Untuk meningkatkan produktivitas tanah tersebut akan ditempuh upaya-upaya rehabilitasi tanaman tanaman perkebunan dengan tanaman baru dan dengan menggunakan bibit unggul.

2. Alokasi dan Pola / Tatanan Ruang

Ruang Pertanian sawah, diprioritaskan pada lahan yang sudah terbentuk dan menjadi sabuk hijau diantara kantung-kantung permukiman di pinggiran kota. Sawah di tengah kota akan mengalami perubahan fungsi sesuai dengan pola pertumbuhan permukiman di kawasan perkotaan. Ruang pertanian sawah dan perkebunan menjadi andalan dalam penyediaan RTH perkotaan yang bersifat produktif menjadi andalan dalam penyediaan RTH perkotaan yang bersifat produktif.

Pola Ruang Industri dan Pergudangan

1. Konsep Pola

Untuk memperoleh kelayakan ekonomis pemilihan lokasi industri dan pergudangan dilakukan dengan menekan biaya produksi. Hal tersebut ditempuh dengan mengacu pada pertimbangan sumberdaya energi, suplai air, dan transportasi sebagai pertimbangan utama. Kegiatan industri diarahkan pengembangannya dalam bentuk pengembangan sentra-sentra industri kecil dan industri pengelolaan hasil perkebunan di masing-masing perkebunan, serta

44 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 pengolahan hasil pertanian tanaman pangan (padi).

Pemanfaatan ruang untuk pengembangan peruntukan industri bertujuan :

a. Terciptanya pertumbuhan perekonomian wilayah.

b. Terciptanya penyerapan tenaga kerja maksimal.

c. Pengembangan industri mendukung struktur ruang/hirarki pelayanan.

Pengembangan peruntukan industri lebih jauh perlu mengacu pada Keppres No. 53 Tahun 1989 dan Keppres Nomor : 33 Tahun 1990, serta SK Menteri Perindustrian nomor : 291/M/SK/10/1989 tentang Tata Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan Industri dengan didukung oleh studi perencanaan detail kawasan. Di luar kawasan industri tersebut diarahkan untuk kegiatan pendukung.

Orientasi kegiatan ini adalah kepada kawasan yang memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi kepada jalur pergerakan regional (jaringan jalan regional), dan kepada lokasi tempat tinggal tenaga kerjanya. Selain itu aksesibilitas ke pelabuhan sebagai salah satu pintu ke luar masuk di Kota Kotamobagu menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi kawasan industri.

Arahan pengelolaan kawasan yaitu :

a. Identifikasi dan pengembangan kelompok industri.

b. Penanganan produk-produk industri berbasis bahan baku lokal.

c. Mendorong masuknya investasi melalui regulasi dan perizinan.

d. Pengembangan jaringan pemasaran produk-produk industri.

e. Mengarahkan pengembangan kegiatan industri di lokasi kawasan industri (industrial estate).

f. Mengembangkan keterkaitan industri dengan pertanian dalam bentuk agroindustri dan agribisnis

g. Pengembangan industri dilakukan dengan mekanisme pengendalian dampak lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

h. Menyediakan prasarana dan sarana pendukung dalam mendorong kegiatan industri.

2. Arahan Alokasi dan Tatanan / Pola Pemanfaatan ruang

Pada dasarnya ruang kegiatan industri berada di kawasan yang memiliki resiko terkecil terhadap dampak lingkungan, namun juga memiliki aksesibilitas yang menguntungkan secara ekonomi. Arahan ruang untuk kegiatan industri berbasis pertanian ini di Poyowa Besar I, dimana kegiatannya meliputi jenis 45 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 usaha industri kecil dan menengah. Jenis kegiatan industri yang dialokasikan meliputi: .   Industri Alsintan .   Industri penggilingan padi .   Industri Pengantongan beras dan bahan pangan lainnya .   Industri makanan . Industri penunjang transportasi (karoseri, bengkel, las) 

Pola Ruang Kegiatan Pemuda dan Olah Raga

Ruang kegiatan Olah Raga pada umumnya terkait dengan kegiatan kepemudaan dan kesenian yang perlu mendapat tempat untuk memberikan fasilitas kegiatan bagi generasi muda. Sebagai kota yang berkarakter penduduk dimana struktur penduduk usia pemuda adalah yang dominan, maka diperlukan ruang untuk menampung kegiatan kelompok tersebut dengan luasan yang signifikan.

Kegiatan olah raga dan pemuda di kawasan perkotaan, pada skala layanan kota dan regional diarahkan dalam bentuk gelanggang olah raga dan pemuda, dimana didalamnya terdapat fasilitas olah raga seperti Lapangan Sepak Bola berskala Internasional, gedung-gedung olah raga tertutup (Indoor Sport), lapangan tenis, dan kolam renang, serta pusat kegiatan seni dan budaya pemuda berupa gedung kesenian. Kebutuhan luasan fasilitas tersebut, didekati dengan perhitungan praktis kebutuhan fasilitas tersebut yang diestimasi sebesar 5 Ha. Lokasi yang diarahkan untuk area tersebut adalah di Kelurahan Kotamobagu yang sekarang adalah lokasi Gelora Ambang. Sedagkan kegiatan pada layanan kecamatan dan lingkungan dapat difasilitasi dengan bentuk ruang-ruang yang difungsikan secara bersama-sama,misalnya pemanfaatan Lapangan Olah Raga di Kecamatan atau Kelurahan, serta pemanfaatan gedung serbaguna untuk kegiatan kesenian, dll.

46 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

H. Pola Ruang Kegiatan Hotel, Restauran dan Pariwisata

Ruang kegiatan pariwisata dan rekreasi pada umumnya dapat dibedakan berdasarkan nuansa, yakni wisata alam dan wisata buatan. Wisata alam mengandalkan potensi alamiah, sedangkan wisata buatan mengandalkan kreatifitas manusia. Wisata alam dalam beberapa fungsi ikutannya, dapat terkait dengan unsur kegiatan olah raga, kepemudaan dan pendidikan. Sedangkan wisata buatan, dapat terkait dengan unsur kegiatan belanja, rekreasi anak, restoran. Karena itu, untuk mengembangkan kehadiran ruang pariwisata, maka diperlukan konsentrasi yang terpisah untuk dua kelompok pariwisata tersebut. Ruang kegiatan wisata alam, cenderung diarahkan di daerah dengan potensi pemandangan dan potensi pemanfaatan alam yang memadai. Nilai ekonomi yang didapat dari kegiatan pariwisata adalah kegiatan unsur jasa, perdagangan & transportasi yang menjadi komponen ikutan dalam kegiatan kepariwisataan. .Sewa lokasi wisata alam untuk kegiatan kepemudaan, keagamaan, serta kunjungan wisata masyarakat dari daerah lain, adalah contoh pemanfaatan lokasi yang bernilai ekonomi. Lokasi kawasan di Kelurahan Sea yang memiliki ketinggian dan berada pada area batas dengan kawasan lindung, merupakan kawasan potensi untuk kegiatan wisata alam. Selain itu, arahan Hutan Kota di Mongkonai Barat, yang berada tidak jauh dari area terminal, juga dapat dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata alam yang dilengkapi dengan kebun raya, kebun binatang mini, camping ground. Sehingga sekaligus juga berfungsi sebagai area wisata pendidikan ilmu-ilmu alam botani dan zoologi.

Wisata buatan dan wisata belanja diarahkan di pusat perbelanjaan/ pertokoan yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi hasil buatan manusia, misanya arena permainan anak-anak. Ruang untuk fasilitas Hotel dan Restoran cenderung menyebar di kawasan kota, untuk melayani kebutuhan pendatang/tamu yang melakukan aktifitas menyebar di semua wilayah Kecamatan. Dalam masa 20 tahun kedepan, dibutuhkan fasilitas Hotel Berbintang yang melayani kebutuhan tamu kelompok golongan ekonomi atas dan menengah. Citra kota sebagai pusat jasa dan perdagangan kawasan ekonomi regional, juga ditentukan oleh keberadaan fasilitas jenis ini. Di sekitar pintu-pintu masuk perbatasan Kota, perlu disediakan fasilitas Hotel dan Restaurant untuk melayani para tamu. Jenis cottage juga perlu mendapatkan pertimbangan, dimana cottage dapat juga berfungsi untuk memanfaatkan potensi alami kota. Perletakan cottage dalam area lingkungan persawahan dan hutan kota, memiliki keunikan tersendiri yang berhubungan dengan fungsi cottage tersebut, dengan catatan tetap. 47 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

mengandalkan fungsi ekologi. Tidak sekedar sebagai tempat penginapan tetapi sekaligus juga mendukung orientasi pariwisata alam dan agrowisata. Dengan adanya fasilitas khusus dan nuansa unik yang disajikan oleh hotel, cottage dan restoran, maka terbuka peluang penambahan waktu kunjungan wisata dari para wisatawan Tabel 3. 7 Kawasan Strategis bagi Kota Kotamobagu Lokasi Klasifikasi Fungsi Peran

1. Kelurahan Kawasan yang Sebagai pusat perbelanjaan

Kotamobagu, memiliki nilai skala regional dan

Kelurahan strategis dari sudut pertokoan.

Mogolaing dan kepentingan ekonomi Sekitarnya

2. Kelurahan Moyag Kawasan yang Sebagai kawasan terminal

memiliki nilai tipe B dan Pasar Induk

strategis dari sudut Regional

kepentingan ekonomi 3. Poyowa Besar 1, Kawasan yang Sebagai kawasan Industri

Poyowa besar 2 memiliki nilai Alsintan, Stasiun Kereta Api,

strategis dari sudut Agro Industri dan Agro

kepentingan ekonomi Bisnis (beras Kotamobagu) serta Pusat Perdagangan.

4. Kelurahan Biga, Kawasan strategis Sebagai kawasan

Kelurahan lainnya perumahan terencana dan

Tumubui, pendidikan tinggi Kelurahan

Kotabangon

5. Kelurahan Kawasan yang Sebagai kawasan Terminal

Tipe B, Pasar Induk

Mongkonai Barat, memiliki nilai

Regional dan Hutan Kota

Kelurahan strategis dari sudut Mongkonai dan kepentingan

Kelurahan Molinow ekonomi dan kepentingan fungsi

dan daya dukung

lingkungan hidup

6. Kelurahan Sia Kawasan yang Sebagai kawasan resapan

air dan konservasi sumber

memiliki nilai daya alam

strategis dari sudut

kepentingan fungsi

dan daya dukung lingkungan hidup

3.2.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM), berisikan: Arah kebijakan pembangunan nasional diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan pedoman pembangunan nasional. Arah pembangunan tersebut tertuang dalam visi dan misi pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional sesuai dengan GBHN adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia,

48 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.

Untuk mewujudkan visi bangsa dimasa yang akan datang maka ditetapkan misi- misi pembangunan sebagai kesatuan langkah mewujudkan visi nasional. Kesatuan langkah tersebut meliputi berbagai bidang dan aspek, antara lain : a. Pengamalan Pancasila serta konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. b. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang beraklak mulia, toleran, rukun, dan damai. d. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib, dan tentram dalam masyarakat. e. Perwujudan sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran. f. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berbudaya serta tahan terhadap pengaruh globalisasi. g. Pendayagunaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan. h. Perwujudan ekonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. i. Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. j. Perwujudan aparatur yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif, transparan, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. k. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh aklak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin, dan bertanggung jawab, berketrampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia. l. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas, dan proaktif

49 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global

Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan sejumlah (kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun yang tidak wajib izin. Hak guna air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha disebut dengan hak guna pakai air, sedangkan hak guna air untuk memenuhi kebutuhan usaha, baik penggunaan air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan potensinya, media usaha, maupun penggunaan air untuk bahan pembantu produksi, disebut dengan hak guna usaha air. Jumlah alokasi air yang ditetapkan tidak bersifat mutlak dan harus dipenuhi sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat ditinjau kembali apabila persyaratan atau keadaan yang dijadikan dasar pemberian izin dan kondisi ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan mengalami perubahan yang sangat berarti dibandingkan dengan kondisi ketersediaan air pada saat penetapan alokasi.

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut

50 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi. Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya bersifat dinamis mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah administrasi. Keberadaan air mengikuti siklus hidrologis yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negative terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya daya rusak air. Hal tersebut menuntut pengelolaan sumber daya air yang utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah sungai dalam satu pola pengelolaan sumber daya air tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/Kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu: a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah. b. wilayah sungai lintas kabupaten/Kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi; c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/Kota

51 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/Kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Pola pengelolaan sumber daya air disusun secara terkoordinasi di antara instansi yang terkait, berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi, asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan keserasian, asas keadilan, asas kemandirian, serta asas transparansi dan akuntabilitas. Pola pengelolaan sumber daya air tersebut kemudian dijabarkan ke dalam rencana pengelolaan sumber daya air. Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber daya air.

Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan rencana induk konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terkoordinasi berbasis wilayah sungai. Rencana tersebut menjadi dasar dalam penyusunan program pengelolaan sumber daya air yang dijabarkan lebih lanjut dalam rencana kegiatan setiap instansi yang terkait. Rencana pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk rencana penyediaan sumber daya air dan pengusahaan sumber daya air. Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama penyediaan di atas semua kebutuhan lainnya. Karena keberagaman ketersediaan sumber daya air 52 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 dan jenis kebutuhan sumber daya air pada suatu tempat, urutan prioritas penyediaan sumber daya air untuk keperluan lainnya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan setempat.

Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi social sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air. Pengusahaan sumber daya air pada tempat tertentu dapat diberikan kepada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah bukan pengelola sumber daya air, badan usaha swasta dan/atau perseorangan berdasarkan rencana pengusahaan yang telah disusun melalui konsultasi publik dan izin pengusahaan sumber daya air dari pemerintah. Pengaturan mengenai pengusahaan sumber daya air dimaksudkan untuk mengatur dan memberi alokasi air baku bagi kegiatan usaha tertentu. Pengusahaan sumber daya air tersebut dapat berupa pengusahaan air baku sebagai bahan baku produksi, sebagai salah satu media atau unsur utama dari kegiatan suatu usaha, seperti perusahaan daerah air minum, perusahaan air mineral, perusahaan minuman dalam kemasan lainnya, pembangkit listrik tenaga air, olahraga arung jeram, dan sebagai bahan pembantu proses produksi, seperti air untuk system pendingin mesin (water cooling system) atau air untuk pencucian hasil eksplorasi bahan tambang. Kegiatan pengusahaan dimaksud tidak termasuk menguasai sumber airnya, tetapi hanya terbatas pada hak untuk menggunakan air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dan menggunakan sebagian sumber air untuk keperluan bangunan sarana prasarana yang diperlukan misalnya pengusahaan bangunan sarana prasarana pada situ. Pengusahaan sumber daya air tersebut dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu sebagaimana diatur dalam norma,standar, pedoman, manual (NSPM) yang telah ditetapkan.

Air dalam siklus hidrologis dapat berupa air yang berada di udara berupa uap air dan hujan; di daratan berupa salju dan air permukaan di sungai, saluran, waduk, danau, rawa, dan air laut; serta air tanah. Air laut mempunyai karakteristik yang berbeda dan memerlukan adanya penanganan serta pengaturan tersendiri, sedangkan untuk air laut yang berada di darat tunduk pada pengaturan dalam undang-undang ini. Pemanfaatan air laut di darat untuk keperluan pengusahaan,

53 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 baik melalui rekayasa teknis maupun alami akibat pengaruh pasang surut, perlu memperhatikan fungsi lingkungan hidup dan harus mendapat izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenangnya, serta berdasarkan prosedur dan standar perizinan menurut pedoman teknik dan administrasi yang telah ditetapkan.

Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, penerima manfaat jasa pengelolaan sumber daya air, pada prinsipnya, wajib menanggung biaya pengelolaan sesuai dengan manfaat yang diperoleh. Kewajiban ini tidak berlaku bagi pengguna air untuk kebutuhan pokok sehari- hari dan untuk kepentingan sosial serta keselamatan umum. Karena keterbatasan kemampuan petani pemakai air, penggunaan air untuk keperluan pertanian rakyat dibebaskan dari kewajiban membiayai jasa pengelolaan sumber daya air dengan tidak menghilangkan kewajibannya untuk menanggung biaya pengembangan, operasi, dan pemeliharaan sistem irigasi tersier.

Undang-undang ini disusun secara komprehensif yang memuat pengaturan menyeluruh tidak hanya meliputi bidang pengelolaan sumber daya air, tetapi juga meliputi proses pengelolaan sumber daya air. Mengingat sumber daya air menyangkut kepentingan banyak sektor, daerah pengalirannya menembus batas- batas wilayah administrasi, dan merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan kehidupan masyarakat, undang-undang ini menetapkan perlunya dibentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air yang beranggotakan wakil dari pihak yang terkait, baik dari unsur pemerintah maupun nonpemerintah. Wadah koordinasi tersebut dibentuk pada tingkat nasional dan provinsi, sedangkan pada tingkat kabupaten/Kota dan wilayah sungai dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Wadah koordinasi itu diharapkan mampu mengoordinasikan berbagai kepentingan instansi, lembaga, masyarakat, dan para pemilik kepentingan (stakeholders) sumber daya air lainnya dalam pengelolaan sumber daya air, terutama dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan sumber daya air, serta mendorong peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Dalam melaksanakan tugasnya wadah koordinasi tersebut secara teknis mendapatkan bimbingan Pemerintah dalam hal ini kementerian yang membidangi sumber daya air.

Untuk menjamin terselenggaranya kepastian dan penegakan hukum dalam hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air selain penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia diperlukan penyidik pegawai negeri sipil yang diberi wewenang penyidikan. Selanjutnya, terhadap berbagai masalah sumber daya air

54 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 yang merugikan kehidupan, masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan, sedangkan terhadap berbagai sengketa sumber daya air, masyarakat dapat mencari penyelesaian sengketa, baik dengan menempuh cara melalui pengadilan maupun di luar pengadilan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi kompleksitas perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan air dalam dimensi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras; mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah; memberikan perhatian yang lebih baik terhadap hak dasar atas air bagi seluruh rakyat; mewujudkan mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan rencana pengelolaan sumber daya air yang lebih demokratis, perlu dibentuk undang-undang baru sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Rencana Pengembangan SPAM Penyusunan rencana induk pengembangan system penyediaan air minum (SPAM) Kota Kotamobagu dilakukan sesuai hasil perhitungan proyeksi penduduk dan kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2030 dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai brikut:

 Kota Kotamobagu sebagai daerah otonom yang baru dimekarkan (2007) dimana asset sarana dan prasarana air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Bolaang Mongondow belum mencapai kesepakatan serah terima antara Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan Pemerintah Kota Kotamobagu.    Kondisi pelayanan air minum di Kota Kotamobagu eksisting dalam uraian bab sebelumnya menunjukkan kinerja yang kurang baik, karena efisiensinya sangat rendah, menurut Laporan PDAM Kabupaten Bolmong (Mei 2010) sebagai berikut:   a. Penduduk di wilayah pelayanan 95.350 atau 88,80% dari total penduduk (107.370 jiwa)

b. Jumlah pelanggan sudah mencapai 9.446 SR ditambah dengan 80 HU, dan tingkat pelayanan mencapai 45.021 jiwa atau 47,22% pendududk di wilayah pelayanan, atau 41,93% total penduduk di wilayah administrasi Kota Kotamobagu.

c. Berdasarkan jumlah volume air terjual hanya sekitar 62 l/dt dengan kehilangan air mencapai 99 l/dt, maka tingkat konsumsinya setara dengan 28 m³/SR/Bln, atau setara dengan 191,45 l/or/hr

55 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

d. Menurut hasil analisis menurut laporan PDAM Kabupaten Bolmong bahwa tingkat konsumsi tercatat 118,85 l/or/hr dapat diartikan sama dengan 18,38 m³/SR/Bln.

e. Sistem pengaliran sampai ke pelanggan dilakukan secara gravitasi dengan tingkat kebocoran 61,39% menunjukkan jeleknya kinerja pelayanan air minum eksisting.

f. Pada tahun 2010 Kota Kotamobagu membutuhkan kapasitas sebesar 263 l/dt. Apabila kapasitas yang terjual (PDAM Kabupaten Bolaang Mongondow) diperhitungkan maka saat ini sudah mengalami deficit

sebesar 200 l/dt (76%).

Asumsi dan dasar perhitungan yang dipakai dalam analisis dan proyeksi rencana pengembangan SPAM Kota Kotamobagu antara lain:

12. Tingkat pertumbuhan penduduk per-tahun adalah: Kec.Kotamobagu Timur (1,90%), Kec.Kotamobagu Selatan (1,78%), Kec.Kotamobagu Barat (3,71%), dan Kec.Kotamobagu Utara (1,99%)

13. Jumlah jiwa/KK secara berurutan adalah: Kec. Kotamobagu Timur (4,03), Kotamobagu Selatan (4,07), Kotamobagu Barat (4,14), dan Kotamobagu Utara (3,84)

14. Target tingkat cakupan layanan air minum yang direncanakan adalah sesuai MDG's yaitu 80%

15. Tingkat konsumsi per-KK per-bln adalah 20 m³ atau 135 lt/or/hr

16. Tingkat NRW adalah 20%, yaitu: 5% di unit produksi dan 15% pada unit distribusi (sesuai standar perencanaan teknis jaringan baru)

17. Jam puncak yang diperhitungkan dari kebutuhan air adalah 15%

18. Proporsi pelayanan pelanggan Non-Domestik diperhitungkan 16,6%

19. Kapasitas debit (Q) sumber air potensial di wilayah administrasi Kota Kotamobagu diperkirakan mencapai 410 l/dt (belum termasuk MA Bukaka

250 l/dt), yaitu: ❶ S. Kotulidan 350 l/dt (Kotamobagu Utara), ❷ MA Mobalak 10 l/dt (Poyawa Besar-II/Kotamobagu Selatan), dan ❸ S.

Dumatulan 50 l/dt (Kotamobagu Timur)

20. Proyeksi dan analisis dlm RISPAM 2011-2030 ini dibuat dengan asumsi Kota Kotamobagu adalah "Green Area"

21. Tahun 2010 dibangun Sistem IKK Poyowa Besar-II (20 l/dt) dari MA Mobalak untuk melayani Poyowa Besar-II dan Poyowa Besar-I 22. Delapan (8) diantara tiga puluh dua (32) wilayah kelurahan/desa di Kota Kotamobagu tidak dapat dilayani secara gravitasi dari sumber air baku yang direncanakan.

56 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Bertitik-tolak dari kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Kota Kotamobagu eksisting, maka sesuai visi dan misi Pemerintah Kota Kotamobagu ditargetkan pembangunan Sektor Pekerjaan Umum, Sub Sektor Cipta Karya, Bidang Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkotaan, khususnya Air Minum dalam rencana jangka panjang (2030) sudah mampu memberikan pelayanan air minum kepada seluruh penduduk sesuai situasi, kondisi dan potensi sumber daya alam yang dikuasai.

Oleh karena itu prioritas pembangunan air minum perlu diperhitungkan secara matang, bertahap dan komprehensif, terutama korelasi antara kebutuhan air dan potensi sumberdaya alam yang tersedia terhadap pemenuhan pelayanan air minum serta dampaknya terhadap perkembangan kegiatan perekonomian Kota Kotamobagu.

Sasaran dan target pembangunan prasarana dan sarana air minum Kota Kotamobagu dalam jangka panjang (15 – 20 tahun) akan dilakukan secara bertahap sesuai prioritas, pola pertumbuhan penduduk, dan perkembangan kegiatan perekonomian.

Berdasarkan hasil survey lapangan untuk keperluan identifikasi dan evaluasi sumber-sumber air baku yang potensial, maka penyusunan rencana induk pengembangan SPAM Kota Kotamobagu diarahkan sesuai sasaran dan target pembangunan prasarana dan sarana air minum Kota Kotamobagudengan prioritas untuk melayanai daerah-daerah rawan air.

Prioritas daerah rawan air yang dimaksud dalam perencanaan ini adalah wilayah perkotaan sesuai sesuai dengan arah perkembangan tata kota menurut RTRW Kota Kotamobagu.

Pada tahun 2010 ini Pemerintah Kota Kotamobagu sebenarnya sudah mulai membangun sarana dan prasarana sendiri, yaitu pengembangan Sistem IKK Poyowa Besar II, kapasitas 10 l/dt, yang memanfaatkan mata air Mobalak di wilayah Poyowa Besar II, dengan target pelayanan Sistem IKK Poyowa Besar-II, kapasitas 10 l/dt adalah penduduk di wilayah Poyoba Besar II dan Poyowa Besar-I.

Berdasarkan asumsi yang dipakai dalam perhitungan penyusunan rencana induk maka pada tahun 2010 kebutuhan air di wilayah Poyowa Besar II adalah 5,83 l/dt atau identik dengan 470 SR, dan kebutuhan air di wilayah Poyowa Besar I adalah 8,54 l/dt tetapi hanya dilayani dengan sisa debit sebesar 4,17 l/dt atau identik dengan 336 SR.

57 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 8 Pengembangan SPAM IKK Poyowa Besar II (2010) Tahun: 2010

Tahun ke: 0 MDG's Keb. Air IKK Tambaha Poyowa n Besar-II Pelangga n N Kecamatan/Kelurahan Ha jiwa/h Jiwa SR l/dt l/dt SR o a 80% 10.00

II Kotamobagu Selatan 2,538.25 10.84 28,395 5,581 69.30 805 4 Poyowa Besar I 330.00 11.73 3,498 688 8.54 4.17 336

5 Poyowa Besar II 210.00 12.59 2,389 470 5.83 5.83 470 KOTA KOTAMOBAGU 6,806.00 15.17 107,370 21,192 263.12

Sistem pompa 34.74 Sistem Gravitasi 228.38 10.00 805

Batasan yang ditetapkan dalam menyusun Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Kotamobagu antara lain:

 Seluruh wilayah Kota Kotamobagu dianggap sebagai Green Area, artinya tidak memperhitungkan adalah pelayanan eksisting yang selama ini diselenggarakan oleh PDAM Kabupaten Bolaang Mongondow;    Lokasi-lokasi sumber air baku yang potensial untuk dimanfaatkan membangun SPAM Kota Kotamobagu berada di dalam wilayah administrasi Kota Kotamobagu    Sesuai kondisi geografi dan topografi Kota Kotamobagu, maka system pengaliran kepada pelanggan diutamakan menggunakan system gravitasi, sehingga memberikan kondisi yang kondusif bagi terbangunnya pengusahaan yang bersifat Full Cost Recovery oleh lembaga penyelenggara pengelolaan air minum di Kota Kotamobagu yang akan ditetapkan kemudian.    Memberikan prioritas lebih tinggi terhadap daerah- daerah rawan air dalam hal pelayanan air minum    Memperhatikan pertumbuhan dan penyebaran penduduk serta perkembangan kegiatan perekonomian Kota Kotamobagu sesuai kebijakan Pemerintah Kota Kotamobagu yang dituangkan dalam Rencana Umum Tata Ruang dan Wilayah Kota Kotamobagu. Mempertimbangkan hal-hal tersebut, dan sesuai dengan hasil survey lapangan maka direncanakan lokasi sumber air baku yang akan digunakan dalam penyusunan Rencana Induk ini adalah:

58 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

1. S. Kotulidan, terletak di wilayah Kotamobagu Utara, memiliki karakteristik sebagai berikut: Letak geografi 00° 45’ 418” LU - 124° 18’ 645” BT

Posisi ketinggian 285 m-dpl

Debit potensial sekitar 350 l/dt,

 Jarak ke rencana wilayah pelayanan sekitar 6,50 km 2. S. Dumatulan, terletak di wilayah Kotamobagu Timur, memiliki memiliki karakteristik sebagai berikut: .   Letak geografi 00° 41’ 779” LU - 124° 21’ 335” BT .   Posisi ketinggian 391 m-dpl .   Debit potensial sekitar 50 l/dt, . Jarak ke rencana wilayah pelayanan sekitar 9,05 km 

Rencana pembangunan jaringan pipa utama dari kedua sumber air baku tersebut diarahkan melalui wilayah perkotaan sebagai pusat pelayanan, dengan rata-rata elevasi sekitar 230 m-dpl, sehingga pendistribusian dari kedua lokasi sumber air baku tersebut sangat memungkinkan untuk dialirkan secara gravitasi.

Secara keseluruhan pengembangan SPAM yang direncanakan dalam Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Kotamobagu (2011 – 2030) sebagai berikut:

1. Pembangunan SPAM Kota Kotamobagau kebutuhan jangka pendek (2011 – 2015) sebesar 160 l/dt, terdiri dari:

1) SPAM IKK Kotamobagu Timur Tahap-I (20 l/dt)

2) SPAM IKK Kotamobagu Utara Tahap-I (20 l/dt)

3) SPAM IKK Kotamobagu Timur Tahap-II (20 l/dt)

4) SPAM IKK Kotamobagu Utara Tahap-II (100 l/dt)

2. Pembangunan SPAM Kota Kotamobagau kebutuhan jangka menengah (2016 – 2020) sebesar 100 l/dt - SPAM IKK Kotamobagu Utara Tahap-III (100 l/dt) Pembangunan SPAM Kota Kotamobagau kebutuhan jangka panjang (2021 – 2030) sebesar 100 l/dt - SPAM IKK Kotamobagu Utara Tahap-IV (100 l/dt) Mengingat Kota Kotamobagu merupakan daerah otonom baru yang belum memiliki lembaga penyelenggara pengelolaan air minum serta masih terbatasanya kemampuan pembiayaan Pemerintah Kota Kotamobagu maka dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM ini terdapat beberapa daerah karena posisi ketinggian tempatnya jauh lebih tinggi dibandingkan sumber-sumber air baku yang akan dimanfaatkan, maka belum termasuk dalam perencanaan ini karena harus menggunakan sistem pompa.

59 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 9 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Sistem Pompa Tahun: 2010 2030 Tahun ke: 0 20 MDG's Keb. Air No Kecamatan/Kelurahan Ha jiwa/ha Jiwa SR l/dt Jiwa l/dt I Kotamobagu Timur 2,294 11.64 27,589 5,477 68.00 40,200 99.08 4 Moyag 437 5.78 2,287 454 5.64 3,333 8.21 9 Moyag Tampoan 262 5.16 1,221 242 3.01 1,780 4.39 10 Moyag Todulan 226 7.71 1,577 313 3.89 2,298 5.66 II Kotamobagu Selatan 2,538 10.84 28,395 5,581 69.30 40,410 98.62 III Kotamobagu Barat 1,061 33.91 37,850 7,314 90.81 78,430 188.17 IV Kotamobagu Utara 913 14.33 13,536 2,820 35.01 20,074 51.92 1 Upai 194 10.49 1,844 384 4.77 2,734 7.07 4 Sia 209 1.33 252 52 0.65 373 0.97 5 Pontodon 205 14.84 2,756 574 7.13 4,087 10.57 6 Bilalang I 33 62.76 1,875 391 4.85 2,781 7.19 7 Bilalang II 38 53.95 1,856 387 4.80 2,753 7.12 KOTA KOTAMOBAGU 6,806 15.17 107,370 21,192 263.12 179,114 437.79 Sistem pompa 1,604 8.52 13,669 2,798 34.74 20,139 51.19 Sistem Gravitasi 5,202 18.01 93,701 18,394 228.38 158,974 386.60

Pada wilayah yang memerlukan pelayanan air minum dengansystem pompa tersebut, pada tahun 2010 tercatat jumlah penduduk sekitar 13.699 jiwa, atau 2.798 KK membutuhkan kapasitas pelayanan air minum sekitar 34,74 l/dt. Menurut hasil analisis pertumbuhan penduduk dan proyeksi kebutuhan air minum pada tahun 2030, jumlah penduduknya menjadi 20.139 jiwa dan membutuhkan kapasitas SPAM sebesar 51,19 l/dt.

Pembangunan SPAM Jangka Pendek (2011 - 2015)

Perencanaan untuk keperluan mendesak/Jangka Pendek pembangunan sarana dan prasarana air minum untuk daerah rawan air di wilayah perkotaan pada Tahap Pertama terbagi dalam 4 (empat) paket SPAM, yaitu:

Pembangunan SPAM tahun anggaran 2011:

Rencana pembangunan SPAM yang pertama dilakukan adalah: 1. Pengembangan SPAM IKK Kotamobagu Timur Tahap-I, kapasitas 20 l/dt

2. Pengembangan SPAM IKK Kotamobagu Utara Tahap-I, kapasitas 20 l/dt

Pembangunan SPAM pada tahun anggaran 2013:

1) Pengembangan SPAM IKK Kotamobagu Timur Tahap-II, kapasitas 20 l/dt

2) Pengembangan SPAM Kotamobagu Utara Tahap-II, kapasitas 100 l/dt

60 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 8 Pengembangan SPAM IKK Kotamobagu Timur#2 Tahun: 2010 2013

Tahun ke: 0 3

MDG's Keb. Air IKK IKK Tambahan Total Defisit KT #2 KU #2 Pelanggan Pelanggan Keb. Air

No Wilayah Pelayanan Ha jiwa/ha Jiwa Jiwa SR l/dt l/dt l/dt SR SR l/dt I Kotamobagu Timur 2,293.75 11.64 27,589 29,192 5,795 71.95 19.25 100.00 1,067 2,162 45.11

1 Matali 156.00 33.05 4,665 4,936 980 12.17 6.00 484 980 - 2 Motoboi Besar 385.00 8.00 2,787 2,949 585 7.27 3.59 289 585 - 3 Kobo Kecil 200.00 15.69 2,839 3,004 596 7.40 3.65 294 596 - II Kotamobagu Selatan 2,538.25 10.84 28,395 29,939 5,885 73.06 891 2,206 45.67 7 Motoboi Kecil 284.00 18.67 4,792 5,053 993 12.33 6.01 484 993 - 8 Mongondow 96.00 20.61 1,788 1,886 371 4.60 1.80 145 145 2.80 9 Poyowa Kecil 583.00 6.12 3,226 3,402 669 8.30 3.26 262 262 5.05 III Kotamobagu Barat 1,061.00 33.91 37,850 42,221 8,159 101.30 6,748 8,159 - 1 Mongkonai 205.00 14.09 2,660 2,967 573 7.12 5.89 474 573 - 2 Molinow 383.00 15.35 5,413 6,039 1,167 14.49 11.98 965 1,167 - 3 Mogolaing 113.00 81.12 8,440 9,415 1,819 22.59 18.68 1,505 1,819 - 4 Gogagoman 133.00 107.76 13,197 14,721 2,845 35.32 29.21 2,353 2,845 - 5 Kotamobagu 89.00 75.92 6,222 6,940 1,341 16.65 13.77 1,109 1,341 - 6 Mongkonai Barat 138.00 15.09 1,917 2,139 413 5.13 4.24 342 413 - IV Kotamobagu Utara 913.00 14.33 13,536 14,360 2,992 37.14 899 1,095 23.55 2 Genggulang 147.00 16.84 2,242 2,379 496 6.15 5.05 407 496 - 3 Biga 87.00 34.40 2,710 2,875 599 7.44 6.11 492 599 - KOTA KOTAMOBAGU 6,806.00 15.17 107,370 115,711 22,830 283.45 114.34 Sistem pompa 36.82 36.82 Sistem Gravitasi 246.63 19.25 100.00 9,605 13,621 77.52

61 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Pembangunan SPAM Sistem IKK Kotamobagu Timur Tahap-II (2013) Pada tahun 2013 direncanakan membangun sarana dan prasarana air minum Sistem IKK Kotamobagu Timur Tahap-II dengan kapasitas sebesar 20 l/dt, dengan memanfaatkan sumber air baku dari S. Dumatulan (Q=50 l/dt) di wilayah Kotamobagu Timur. Komponen SPAM yang diperlukan dalam pengembangan SPAM Sistem IKK Kotamobagu Timur Tahap-II ini sebagai berikut:

1. Unit produksi Pambangunan IPA Paket 20 l/det. Posisi lokasi penempatan unit pengolahan 00° 42’ 473” LU - 124° 20’ 904” BT, dengan ketinggian 372 m-dpl

2. Unit pelayanan 1) Pelanggan air minum Kotamobagu Timur: Matali: tambah 484 SR menjadi 980 SR Motoboi Besar: tambah 297 SR menjadi 585 SR Kobo Kecil: tambah 302 SR menjadi 596 SR 2) Kotamobagu Selatan: Motoboi Kecil: tambah 484 SR menjadi 993 SR 3) Jumlah Pelanggan bertambah dari 1.604 SR (19,92 l/dt) bertambah 1.550 SR menjadi 3.155 SR (39,17 l/dt) 4) Tingkat pelayanan meningkat dari 6.486 jiwa (42,22%) menjadi 12.753 jiwa (80,00%)

Pembangunan SPAM Sistem Kotamobagu Utara Tahap-II (2013) Pada tahun 2013 direncanakan membangun sarana dan prasarana air minum Sistem Kotamobagu Utara Tahap-II dengan kapasitas sebesar 100 l/dt, dengan memanfaatkan sumber air baku dari S. Kotulidan (Q = 350 l/dt) di wilayah Kotamobagu Utara.

Komponen SPAM yang diperlukan dalam pengembangan SPAM Sistem Kotamobagu Utara Tahap-II ini sebagai berikut:

1. Unit produksi 1) Intake& bangunan penunjang Intake dari S. Kotulidan, terletak di Desa Genggulan Kotamobagu

62 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Utara, terletak pada posisi geografi 00° 45’ 481” LU - 124° 18’ 645” BT, dengan ketinggian 285 m-dpl, debit potensial sekitar 350 l/dt, dan jarak ke rencana wilayah pelayanan sekitar 6,5 km Bangunan talud sebanyak 2 unit untuk sisi kiri dan kanan dengan panjang 5 m dan 5 m, dan lebar alas 0,80 cm, lebar muka atas 0,40 cm, tinggi 2,0 m Bangunan intake pasangan beton dengan dimensi 2,2 x 1.7 x 2 m Bangunan Bak Penampung , dengan dimensi 5 x 5 x 3 m Pompa air Baku 3 unit masing-masing kapasitas 50 l/det head 80m Genset 300 KVA, sambungan daya PLN 200 KVA. 2) IPA Konvensional, kapasitas 100 l/dt Posisi lokasi penempatan unit pengolahan 00° 45’ 444” LU - 124° 18’ 696” BT, dengan ketinggian 333 m-dpl Jarak lokasi intake sampai dengan lokasi IPA sekitar 138 m, terletak dipinggir jalan, hal dipilih untuk memudahkan kegiatan operasional unit pengolahan

2. Unit Transmisi Jaringan Pipa Transmisi menggunakan material pipa GI schedule 40. Pipa GI 250 mm sepanjang 188 m 3. Unit distribusi 1) Jaringan Pipa Distribusi menggunakan material pipa HDPE, PE-100. Pipa dengan diameter mulai 250mm ke atas menggunakan NP (Nominal Pressure) 8 bar, SDR 21, sedangkan pipa dengan diameter dibawah 250mm menggunakan NP 10 bar, SDR 17. Pipa HDPE Ǿ 400 mm sepanjang 762 m Pipa HDPE Ǿ 355 mm sepanjang 1.458 m Pipa HDPE Ǿ 315 mm sepanjang 1.308 m Pipa HDPE Ǿ 250 mm sepanjang 780 m Pipa HDPE Ǿ 160 mm sepanjang 9.192 m 2) Bangunan ground reservoir, kapasitas 500 m³ dengan dimensi 15,5 x 15,0 x 3,0 m. 4. Unit pelayanan 1) Pelanggan air minum Kotamobagu Selatan: Mongondow: 145 SR Poyowa Kecil: 262 SR 2) Pelanggan air minum Kotamobagu Barat: Mongkonai: dari 99 SR bertambah 474 SR, total 573 SR 63 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

. Molinow: dari 202 SR bertambah 965 SR, total 1.167 SR . Mogolaing: dari 315 SR bertambah 1.505 SR, total 1.819 SR . Gogagoman: dari 492 SR bertambah 2.353 SR, total 2.845 SR . Kotamobagu dari 232 SR bertambah 1.109 SR, total 1.341 SR .   Mongkonai Barat: dari 71 SR bertambah 342 SR, total 413 SR

3) Kotamobagu Utara: . Genggulang: dari 89 SR bertambah 407 SR, total 496 SR . Biga: dari 107 SR bertambah 492 SR, total 599 SR

4) Jumlah Pelanggan bertambah dari 9.605 SR menjadi 13.621 SR (termasuk Sistem IKK Poyowa Besar-II yang dibangun tahun 2010 sebanyak 805 SR

5) Tingkat pelayanan 55.671 jiwa (4,11%)

64 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

KOTA KOTAMOBAGU

Tabel 3. 9 Pengembangan SPAM Sistem Kotamobagu Utara#3 - Tahun 2016 MDG' s Keb. Air IKK Tambahan Total Defisit KU #3 Pelanggan Pelanggan Keb. Air

No Kecamatan/Kelurahan Ha jiwa/ha Jiwa Jiwa SR l/dt l/dt SR SR l/dt I Kotamobagu Timur 2,293.75 11.64 27,589 30,888 6,132 76.13 95.87 2,714 4,876 15.59 5 Kobo Besar 210.00 7.81 1,485 1,662 330 4.10 4.10 330 330 - 6 Tumubui 144.00 17.89 2,331 2,609 518 6.43 6.43 518 518 - 7 Sinindian 75.00 35.43 2,404 2,691 534 6.63 6.63 534 534 - 8 Kotobangon 199.00 33.28 5,992 6,709 1,332 16.54 16.54 1,332 1,332 - II Kotamobagu Selatan 2,538.25 10.84 28,395 31,566 6,205 77.04 3,998 6,205 - 1 Kopandakan I 300.00 13.51 3,664 4,073 801 9.94 9.94 801 801 - 2 Bungko 425.25 3.60 1,383 1,537 302 3.75 3.75 302 302 - 3 Tabang 90.00 32.54 2,646 2,942 578 7.18 7.18 578 578 - 4 Poyowa Besar I 330.00 11.73 3,498 3,889 764 9.49 5.32 429 764 - 5 Poyowa Besar II 210.00 12.59 2,389 2,656 522 6.48 0.65 52 522 - 6 Pobundayan 220.00 25.19 5,008 5,568 1,094 13.59 13.59 1,094 1,094 - 7 Motoboi Kecil 284.00 18.67 4,792 5,327 1,047 13.00 0.67 54 1,047 - 8 Mongondow 96.00 20.61 1,788 1,988 391 4.85 3.05 245 391 - 9 Poyowa Kecil 583.00 6.12 3,226 3,586 705 8.75 5.50 443 705 - III Kotamobagu Barat 1,061.00 33.91 37,850 47,097 9,101 112.99 942 9,101 - 1 Mongkonai 205.00 14.09 2,660 3,310 640 7.94 0.82 66 640 - 2 Molinow 383.00 15.35 5,413 6,736 1,302 16.16 1.67 135 1,302 -

65 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Pembangunan SPAM Jangka Menengah (2016-2020) Pembangunan SPAM Sistem Kotamobagu Utara Tahap-III (2016) Pada tahun 2016 direncanakan membangun sarana dan prasarana air minum Sistem Kotamobagu Utara Tahap-III dengan kapasitas sebesar 100 l/dt, dengan memanfaatkan sumber air baku dari S. Kotulidan (Q = 350 l/dt) di wilayah Kotamobagu Utara. Komponen SPAM yang diperlukan dalam pengembangan SPAM Sistem Kotamobagu Utara Tahap-III ini sebagai berikut:

1. Unit produksi 1) Intake& bangunan penunjang (untuk tahap 3 dan tahap 4) intake dari S. Kotulidan, terletak di Desa Genggulan Kotamobagu Utara, terletak pada posisi geografi 00° 45’ 481” LU - 124° 18’ 645” BT, dengan ketinggian 285 m- dpl, debit potensial sekitar 350 l/dt, dan jarak ke rencana wilayah pelayanan sekitar 6,5 km  Bangunan intake pasangan beton dengan dimensi 2,2 x 1.7 x 2 m  Bangunan Bak Penampung , dengan dimensi 8 x 8 x 3 m  Pompa air Baku 3 unit masing-masing kapasitas 50 l/det head 80m  Genset 150 KVA, sambungan daya PLN 100 KVA. 2) IPA Konvensional, kapasitas 100 l/dt  Posisi lokasi penempatan unit pengolahan 00° 45’ 444” LU - 124° 18’ 696” BT, dengan ketinggian 333 m-dpl  Jarak lokasi intake sampai dengan lokasi IPA sekitar 238 m, terletak dipinggir jalan, hal dipilih untuk memudahkan kegiatan operasional unit pengolahan 2. Unit Transmisi Jaringan Pipa Transmisi menggunakan material pipa GI schedule 40. Pipa GI 300 mm sepanjang 238 m, (Jaringan pipa transmisi direncanakan untuk kapasitas 200 l/det, tahap3 dan tahap 4) 3. Unit distribusi 1) Jaringan Pipa Distribusi menggunakan material pipa HDPE, PE-100. Pipa dengan diameter mulai 250mm ke atas menggunakan NP (Nominal Pressure) 8 bar, SDR 21, sedangkan pipa dengan diameter dibawah 250mm menggunakan NP 10 bar, SDR 17.  Pipa HDPE Ǿ 355 mm sepanjang 1.098 m

66 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

 Pipa HDPE Ǿ 315 mm sepanjang 1.116 m  Pipa HDPE Ǿ 250 mm sepanjang 6.276 m Bangunan ground reservoir, kapasitas 1.000 m³ dengan dimensi 24.9 x 18.3 x 3.34 m. 4. Unit pelayanan 1) Pelanggan air minum Kotamobagu Timur: Kobo Besar: 330 SR Tumubui: 518 SR Sinindian: 534 SR Kotobangon: 1.332 SR

2) Pelanggan air minum Kotamobagu Selatan: Kopandakan-I 801 SR Bungko: 302 SR Tabang: 578 SR Poyowa Besar-I: bertambah 429 SR menjadi 764 SR Poyowa Besar-II: bertambah 52 SR menjadi 522 SR Pobundayan: 1.094 SR Motoboi Kecil: bertambah 54 SR menjadi 1.047 SR Mongondow: bertambah 245 SR menjadi 391 SR Poyowa Kecil: bertambah 443 SR menjadi 705 SR 3) Pelanggan air minum Kotamobagu Barat: Mongkonai: bertambah 66 SR menjadi 640 SR Molinow: bertambah 135 SR menjadi 1.302 SR Mogolaing: bertambah 210 SR menjadi 2.029 SR Gogagoman: bertambah 329 SR menjadi 3.173 SR Kotamobagu: bertambah 155 SR menjadi 1.496 SR Mongkonai Barat: bertambah 48 SR menjadi 461 SR 4) Pelanggan air minum Kotamobagu Utara: Genggulang: bertambah 30 SR menjadi 526 SR Biga: bertambah 36 SR menjadi 636 SR

5) Jumlah Pelanggan bertambah 7.721 SR menjadi 21.342 SR 6) Tingkat pelayanan 87.038 jiwa (69,75%)

67 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 10 Pengembangan SPAM Sistem Kotamobagu Utara#4 - Tahun 2021

Tahun: 2010 2021 2030

Tahun ke: 0 11 20

MDG's Keb. Air IKK Penduduk Kebutuhan Tambahan Total

KU #4 Pelanggan Pelanggan

Air Minum

No Kecamatan/Kelurahan Ha jiwa/ha Jiwa Jiwa SR l/dt l/dt Jiwa l/dt SR SR

I Kotamobagu Timur 2,293.75 11.64 27,589 33,936 6,737 83.64 100.00 40,200 99.08 397 6,577

5 Kobo Besar 210.00 7.81 1,485 1,826 363 4.50 1.65 2,163 5.33 48 537

6 Tumubui 144.00 17.89 2,331 2,867 569 7.07 2.59 3,396 8.37 76 843

7 Sinindian 75.00 35.43 2,404 2,957 587 7.29 2.67 3,503 8.63 78 869

8 Kotobangon 199.00 33.28 5,992 7,371 1,463 18.17 6.66 8,732 21.52 195 2,167

II Kotamobagu Selatan 2,538.25 10.84 28,395 34,477 6,777 84.14 40,410 98.62 838 9,929

1 Kopandakan I 300.00 13.51 3,664 4,448 874 10.86 3.98 5,214 12.72 108 1,281

2 Bungko 425.25 3.60 1,383 1,679 330 4.10 1.50 1,968 4.80 41 483

3 Tabang 90.00 32.54 2,646 3,213 632 7.84 2.88 3,766 9.19 78 925

4 Poyowa Besar I 330.00 11.73 3,498 4,248 835 10.37 3.80 4,978 12.15 103 1,223

5 Poyowa Besar II 210.00 12.59 2,389 2,901 570 7.08 2.60 3,400 8.30 71 835

6 Pobundayan 220.00 25.19 5,008 6,081 1,195 14.84 5.44 7,128 17.39 148 1,751

7 Motoboi Kecil 284.00 18.67 4,792 5,819 1,144 14.20 5.21 6,820 16.64 141 1,676

8 Mongondow 96.00 20.61 1,788 2,171 427 5.30 1.94 2,545 6.21 53 625

9 Poyowa Kecil 583.00 6.12 3,226 3,917 770 9.56 3.51 4,591 11.20 95 1,128

III Kotamobagu Barat 1,061.00 33.91 37,850 56,506 10,919 135.57 78,430 188.17 3,155 18,944

1 Mongkonai 205.00 14.09 2,660 3,971 767 9.53 3.49 5,512 13.23 222 1,331

2 Molinow 383.00 15.35 5,413 8,082 1,562 19.39 7.11 11,217 26.91 451 2,710

3 Mogolaing 113.00 81.12 8,440 12,600 2,435 30.23 11.09 17,489 41.96 703 4,224

68 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

4 Gogagoman 133.00 107.76 13,197 19,702 3,807 47.27 17.34 27,346 65.61 1,100 6,605

5 Kotamobagu 89.00 75.92 6,222 9,289 1,795 22.29 8.17 12,893 30.93 519 3,114

6 Mongkonai Barat 138.00 15.09 1,917 2,862 553 6.87 2.52 3,973 9.53 160 960

IV Kotamobagu Utara 913.00 14.33 13,536 16,812 3,502 43.49 20,074 51.92 179 1,913

2 Genggulang 147.00 16.84 2,242 2,785 580 7.20 2.64 3,325 8.60 81 866

3 Biga 87.00 34.40 2,710 3,366 701 8.71 3.19 4,020 10.40 98 1,047

KOTA KOTAMOBAGU 6,806.00 15.17 107,370 141,730 27,935 346.83 179,114 437.79

Sistem pompa 42.99 51.19

Sistem Gravitasi 303.84 100.00 387 4,569 37,363

69 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Pembangunan SPAM Jangka Panjang (2021 - 2030)

Pembangunan SPAM Sistem Kotamobagu Utara Tahap-IV (2021)

Pada tahun 2021 direncanakan membangun sarana dan prasarana air minum Sistem Kotamobagu Utara Tahap-IV dengan kapasitas sebesar 100 l/dt, dengan memanfaatkan sumber air baku dari S. Kotulidan (Q = 350 l/dt) di wilayah Kotamobagu Utara.

Komponen SPAM yang diperlukan dalam pengembangan SPAM Sistem Kotamobagu Utara Tahap-IV ini sebagai berikut:

1. Unit produksi 1) Intake& bangunan penunjang  Pompa air Baku 3 unit masing-masing kapasitas 50 l/det head 80m  Genset 150 KVA, sambungan daya PLN 100 KVA. 2) IPA Konvensional, kapasitas 100 l/dt  Posisi lokasi penempatan unit pengolahan 00° 45’ 444” LU - 124° 18’ 696” BT, dengan ketinggian 333 m-dpl  Jarak lokasi intake sampai dengan lokasi IPA sekitar 238 m, terletak dipinggir jalan, hal dipilih untuk memudahkan kegiatan operasional unit pengolahan 2. Unit distribusi Jaringan Pipa Distribusi menggunakan material pipa HDPE, PE-100. Pipa dengan diameter mulai 250mm ke atas menggunakan NP (Nominal Pressure) 8 bar, SDR 21, sedangkan pipa dengan diameter dibawah 250mm menggunakan NP 10 bar, SDR 17.  Pipa HDPE Ǿ 355 mm sepanjang 528 m  Pipa HDPE Ǿ 315 mm sepanjang 1.140 m  Pipa HDPE Ǿ 250 mm sepanjang 2.598 m Bangunan ground reservoir, kapasitas 1.000 m³ dengan dimensi 24.9 x 18.3 x 3.34 m.

3. Unit pelayanan Pelanggan air minum Kotamobagu Timur:

. Bungko: bertambah 28 SR menjadi 330 SR

70 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

. Tabang: bertambah 53 SR menjadi 632 SR .   Poyowa Besar-I: bertambah 70 SR menjadi 835 SR .  Poyowa Besar-II: bertambah 48 SR menjadi 570 SR . Pobundayan: bertambah 101 SR menjadi 1.195 SR . Motoboi Kecil: bertambah 97 SR menjadi 1.144 SR . Mongondow: bertambah 36 SR menjadi 427 SR . Poyowa Kecil: bertambah 65 SR menjadi 770 SR

Pelanggan air minum Kotamobagu Barat: . Mongkonai: bertambah 128 SR menjadi 767 SR . Molinow: bertambah 260 SR menjadi 1.562 SR . Mogolaing: bertambah 405 SR menjadi 2.435 SR . Gogagoman: bertambah 634 SR menjadi 3.807 SR . Kotamobagu: bertambah 299 SR menjadi 1.795 SR . Mongkonai Barat: bertambah 92 SR menjadi 553 SR

Pelanggan air minum Kotamobagu Utara: . Genggulang: bertambah 54 SR menjadi 580 SR . Biga: bertambah 66 SR menjadi 701 SR

5) Jumlah Pelanggan bertambah 2.778 SR menjadi 24.121 SR

6) Tingkat pelayanan 98.436 jiwa (69,45%)

71 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 11 Rekapitulasi Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Kotamobagu (2011 – 2030)

Uraian Satuan 2010 2011 2013 2016 2021

1. Pdd Wil Kota Jiwa 107,370 110,073 115,711 124,785 141,730 2. Pdd Wil Pelayanan Jiwa 5,888 59,670 68,704 109,431 124,814 3. Proporsi Pdd Wil Pelayanan % 5.48% 54.21% 59.38% 87.70% 88.06% Thd Pdd Kota 4. Pertambahan Kapasitas SPAM l/dt 10.00 40.00 120.00 100.00 100.00

5. Jml KK Wil Pelayanan 6. Tambahan SR/th SR 1,447 14,598 16,809 26,835 30,590 805 3,211 9,605 7,721 2,778

7. Jumlah SR SR 805 4,016 13,621 21,342 24,121 8. Pdd Terlayani Jiwa 3,278 16,356 55,671 87,038 98,436 55.68% 27.41% 81.03% 79.54% 78.87%

9. Cakupan Wil. Pelayanan % 3.05% 14.86% 48.11% 69.75% 69.45% 10. Cakupan Wil Kota % 8.58 42.77 145.04 227.26 313.02 1.42 7.23 24.96 42.74 56.98

11. Kapasitas SPAM Domestik l/dt 12. Kapasitas SPAM Non-Domestik l/dt 10.00 50.00 170.00 270.00 370.00

13. Kapasitas SPAM l/dt

72 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3.12 Analisis Perhitungan Hidrolis SPAM Kota Kotamobagu 2011 - 20

73 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum

Dari data yang diperoleh PDAM Bolaang Mongondow mempunyai tingkat kebocoran yang cukup tinggi, yaitu antara 34 %- 44 %, dan pada tahun 2007 mencapai 64.35 % sedangkan tingkat kebocoran Tahun 2010 turun menjadi 54% (laporan teknik PDAM April 2010), sehingga hal ini harus menjadikan perhatian para pengelola agar tingkat kebocoran PDAM bisa lebih ditekan, karena tingkat kebocoran ini masih berada di atas tingkat toleransi kehilangan air yaitu sebesar 20 %, untuk lebih jelas berikut tabel kebocoran yang berhasil dihimpun.

74 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 12 Tingkat Kebocoran PDAM Bolaang Mongondow (Layanan sampai ke Kotamobagu)

Kotamobagu Bolmong Boltim Bolsel Bolut Total

Uraian Satuan

K. Pusat Passi Lolayan Dumoga Lolak Sanglom Modayag Kotabunan Molibagu Bantauna Kaidipang

Bolang

1. Kapasitas l/dt 225 10 12 10 10 10 45 10 20 10 20 382

Sumber

2. Kapsitas l/dt 205 5 12 10 5 5 20 6 15 5 5 293

Terpasang

3. Kapasitas l/dt 161 4 5 6 3 2 15 5 6 5 4 215

Produksi

4. Jam Operasi jam 24 24 8 17 24 24 8 16

5. Air Terjual l/dt 62 2 4 5 2 1 12 2 2 4 3 97

6. Kehilangan l/dt 99 2 1 1 1 1 3 3 3 1 1 116

Air

% 61,39 50,55 21,84 20,72 21,51 59,00 22,31 67,31 52,82 12,52 27,67 54,00

Sumber: PDAM Kabupaten Bolaang Mongondow, 2010

75 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Visi Kota Kotamobagu Kota Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional menuju masyarakat sejahtera, sehat, cerdas dan berbudaya Misi Kota Kotamobagu Sanitasi 1. Menjadikan Kota Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional di kawasan Bolmong Raya berbasis jasa dengan dukungan infrastruktur, pelayanan publik yang memadai, dan didukung oleh iklim usaha yang kondusif dan kompetitif. (aspek pertumbuhan) 2. Menjadikan Kota Kotamobagu sebagai pusat peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui program agroindustri, agrobisnis dan ekonomi kerakyatan. (Aspek pemerataan) 3. Menjadikan Kota Kotamobagu sebagai pusat pengembangan dan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. (Aspek kesejahteraan) 4. Menjadikan Kotamobagu sebagai kota yang memiliki kualitas lingkungan yang sehat dan bersih, tertata dan berkembang sebagai kota modern yang memiliki karakteristik yang khas berbasis kultur setempat. (Aspek lingkungan) 5. Menjadikan Kotamobagu sebagai kota dinamis dan kreatif yang didukung oleh masyarakat egaliter, menghargai kesetaraan gender, menghormati supermasi hukum, berkeadilan dan demokratis bersendikan FalsafahDodandian Paloko-Kinalang, serta didukung oleh pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Clean Government. (Aspek partisipasi, demokrasi, keadilan, kepastian hukum dan pemerintahan yang baik)

Misi air limbah domestik:  Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan  Meningkatkan penghasilan Masyarakat berpenghasilan Rendah (MBR) melalui peningkatan pemberdayaan jender dalam pengelolaan airlimbah domestik di Kota Kotamobagu Misi Persampahan :  Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan.  Meningkatkan penghasilan MBR melalui peningkatan pemberdayaan laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan persampahan di Kota Kotamobagu. Misi Drainase Lingkungan :  Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan drainase yang berwawasan lingkungan.  Meningkatkan penghasilan MBR melalui peningkatan pemberdayaan laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kota Kotamobagu.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat :  Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS dalam kehidupan sehari-hari melalui peningkatan sosialisasi PHBS dan Promosi Higiene.  Meningkatkan peran masyarakat (laki-laki dan perempuan) dalam sosialisasi PHBS dan Promosi Higiene. Sumber : RPJMD dan Kesepakatan POKJA Kota Kotamobagu

76 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tahapan Pengembangan Sanitasi

Gambar 3. 13 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – sistem Onsite

Gambar 3. 14 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik – Sistem Offsite

77 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 13 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Kotamobagu No Sistem Cakupan layanan Target Cakupan Layanan * (% )

eksisting* (% ) Jangka Jangka Jangka

pendek menengah panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Sistem On-Site

1 Individual (tangki septik) 48,5 74,67 89,77 100

2 Komunal (MCK, MCK++) 14,47

B Sistem Off-Site 1 Skala Kota Belum ada 27,8 58,79 -

2 Skala Wilayah Belum ada 51,5 82,69 100

Keterangan :

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

Gambar 3. 15 Peta Tahapan Pengembangan Persampahan

Tabel 3. 14 Tahapan Pengembangan Persampahan Kota Kotamobagu No Sistem Caku pa n layanan Target Cakupan Layanan * (% )

eksi s ti ng * (%) Jangka Jangka Jangka

pendek menengah panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Penanganan langsung (Direct)

1 Kawasan Komersial (CBD) 80% 85 90 100

B Penanganan tidak langsung

1 Kawasan Peri Urban 75 85 95 100

2 Kawasan Rural

Keterangan :

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

78 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3. 16 Peta Tahapan Pengembangan Drainase

Tabel 3. 15 Tahapan Pengembangan Drainase Kota Kotamobagu No Sistem Caku pa n layanan Target Cakupan Layanan * (% ) eksi s ti ng * (%) Jangka Jangka Jangka pendek menengah panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Drainase / saluran terbuka 55 70 85 100 2 Drainase / saluran tertutup 10 15 35 50 3 4 5 Keterangan :

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

79 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi

Tabel 3. 16 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kota Kotamobagu untuk sanitasi

No Uraian Belanj a Sani tasi (Rp.) Rata-

n-4 n-3 n-2 n-1 n rata Pertu m

1 Belanja Sanita si buhan

(1.1 + 1.2 + 1.3 +

1.4)

1.1 Air Limbah

260.350.000 746.473.000 1.016.429.000 936.650.000 909.128.000 20% Domestik

1.2 Sampah rumah - tangga 4.170.438.800 5.258.472.060 5.372.013.400 1.661.816.250 13,6 %

1.3 Drainase

86.400.000 2.896.532.000 2.745.237.000 2.501.966.332,75 3.650.735.150 20% lingkungan

1.4 PHBS - - 28.136.700 41.418.450 11.650.500 -

2 Dana Alokasi

Khusus (2.1 +

2.2 + 2.3)

DAK Sanitasi 237.000.000 900.000.000 1.000.000.000 851.500.000 826.480.000 -

DAK Lingkungan

Hidup

DAK Perumahan

dan Permukiman

3 Pinj ama n / hibah

Sanitasi

Belanja APBD murni 23.700.000 90.000.000 100.000.000 85.150.000 82.648.000

untuk Sanitasi (1-2-3)

Total Belanja Langsung 13.305.554.500 77.827.565.454 95.182.706.812 82.220.874.373 42.350.210.433

% APBD murni

terhadap Belanja 0,18 0,12 0,11 0,10 0,20

Langsung

Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung atau pun penetapan nilai absolut)

Tabel 3. 17 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke depan

Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.)

No Uraian Total

Pendanaan

n+1 n+2 n+3 n+4 n+5

2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Belanja

1. 51.697.000.000 69.662.000.000 82.763.000.000 92.503.000.000 108.914.000.000 372.080.000.000 Langsung Perkiraan APBD

2. Murni untuk Sanitasi 90.000.000 108.000.000 129.600.000 155.520.000 186.624.000 669.744.000

Perkiraan Komitmen

3.

Pendanaan

100.000.000 120.000.000 150.000.000 180.000.000 210.000.000 760.000.000 Sanitasi (Subsektor air limbah domestik)

80 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.)

Total

No Uraian Pendanaan

n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Belanja

33.459.000.000

1. Langsung 1.697.000.000 9.662.000.000 10.763.000.000 6.103.000.000 5.234.000.000

Perkiraan APBD 18.436.000.000 Murni untuk 2. Sanitasi 1.642.000.000 5.244.000.000 3.431.000.000 4.841.000.000 3.278.000.000

Perkiraan

Komitmen

Pendanaan

3. Sanitasi

(Subsektor persampahan)

Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.)

Total

No Uraian Pendanaan n+1 n+2 n+3 n+4 n+5

2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Belanja 1. Langsung Perkiraan APBD Murni 2. untuk Sanitasi Perkiraan Komitmen 3. Pendanaan Sanitasi

Tabel 3. 18 Perhitungan Pertumbuhan APBD Kota Kotamobagu untuk operasional / pemeliharaan dan investasi Sanitasi

Belanj a Sani ta si (Rp.) Pertum

No Uraian buhan

n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 Rata-

rata

1 Belanja Sanitasi

1.1 Air Limbah Domestik

1.1.1 Biaya operasional / 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 pemeliharaan (justified)

1.2 Sampa h rumah tangg a

1.2.1 Biaya operasional / 4.661.016.425 5.127.118.068 - - - -

pemeliharaan

1.3 Drainase lingkungan

1.3.1 Biaya operasional / 1.000.000.000 1.200.000.000 1.400.000.000 1.600.000.000 1.800.000.000

pemeliharaan

(Air Limbah Domestik)

81 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 19 Perkiraan Kemampuan APBD Kota Kotamobagu dalam Mendanai Program / kegiatan SSK

Biaya Operasional / Pemeliharaan (Rp.)

No Uraian Total

n+1 n+2 n+3 n+4 n+5 Penda na a n

2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Kebutuhan

1 Operasional / 40.000.000 40.000.0 00 40.000.0 00 40.000.0 00 40.000.000 200.000.000 Pemeliharaan

Perkiraan APBD Murni

2 untuk Air Limbah 90.000.000 108.000.000 129.600.000 155.520.000 186.624.000 669.744.000

Domestik

Perkiraan Komitmen 3 100.000.000 120.000.000 150.000.000 180.000.000 210.000.000 760.000.000,00

Pendanaan Sanitasi

Kemampuan Mendanai

4 SSK (APBD Murni) (2- 50.000.000 58.000.0 00 89.600.0 00 115.520.000 146.624.000 459.744.000 1)

Kemampuan Mendanai 5 60.000.000 80.000.0 00 110.000.000 140.000.000 170.000.000 560.000.000 SSK (Komitmen) (3-1)

(Drainase) Biaya Operasional / Pemeliharaan (Rp.) Total

No Uraian

Penda na a n n+1 n+2 n+3 n+4 n+5

2013 2014 2015 2016 2017

Perkiraan Kebutuhan

1.000.000.000 1.200.000.000 1.400.000.000 1.600.000.000 1.600.000.000 1 Operasional / 7.000.000.000 Pemeliharaan

Perkiraan APBD 2 9.500.000.000 10.450.000.000 10.868.000.000 11.194.040.000 11.417.920.800 53.429.960.800 Murni untuk Drainase

Perkiraan Komitmen

3 9.550.000.000 10.500.000.000 10.900.000.000 11.200.000.000 11.450.000.000 53.600.000.000 Pendanaan Sanitasi

Kemampuan

4 Mendanai SSK 8.500.000.000 9.250.000.000 9.468.000.000 9.594.040.000 9.817.920.800 46.629.960.800

(APBD Murni) (2-1) Kemampuan

5 Mendanai SSK 8.550.000.000 9.300.000.000 9.500.000.000 9.600.000.000 9.850.000.000 46.800.000.000

(Komitmen) (3-1)

Tujuan dan Sasaran Sektor Air Limbah Domestik

Tabel 3. 20 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik Sasaran

Pernyataan Indikator Tujuan Strategi

sasaran sasaran

Memberdayakan Masyarakat yang sudah Sudah terbentuk Dinas PU Menyelenggarakan Sosialisasi

masyarakat dan terlayani MCK yang Kelompok Pembentukan Kelompok OP (Operasional dan MBR untuk dibangun oleh Dinas PU masyarakat OP di Pemeli ha raa n) di kelura ha n dan desa yang telah

mengkoordinasikan dari tahun 2008 sampai 16 kelurahan dibangun MCK yang sebaiknya dilakukan

tarif penggunaan 2010 yang dibangun refreshing untuk Kelompok OP tersebut setiap

MCK, yang nantinya MCK dalam 5 tahunnya

dana tersebut tahun ke depan Membentuk struktur organisasi khusus yang

dikumpulkan untuk menangani sanitasi min. Eselon II atau III dalam

membayar rek.listrik, 5 tahun kedepan

PDAM dan layanan Penetapan Anggaran dalam APBD maupun

kebersihan, agar APBN tiap tahun

listrik, air tidak mati Kegiatan Sosialisasi Pembentukan Kelompok dan MCK tetap

bersih. OP yang diberitakan melalui media cetak

maupun media elektronik

Kegiatan sosialisasi refreshing kelompok OP

oleh pihak swasta dalam bentuk dana dan SDM

82 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

MBR (masyarakat Berpenghasilan Rendah)

khususnya ibu-ibu bertanggungjawab atas pengawasan pemeliharaan MCK dan

pengelolaan keuangan (dana dari tarif

penggunaan MCK), Bapak-bapak bertanggungjawab atas kerusakan/masalah

kebersihan yang ada di MCK

Dinas PU dan Dinas Kesehatan Bertanggung

jawab atas Pengawasan Pemeliharaan MCK

Kurangnya MCK Masyarakat yang belum Sudah Melakukan pembebasan Lahan untuk komunal (MCK ++) terlayani sanitasi air terbangunnya membangun MCK ++

untuk MBR limbah domestik yaitu MCK ++ di Tiap Pemerintah Daerah harus menjadikan sanitasi

sebesar 14.484 jiwa Kelurahan/Desa sebagai prioritas utama dalam pembangunan

yang daerah ke depan

membutuhkan dalam 5 tahun ke Meningkatkan posting anggaran khusus untuk

depan pembangunan MCK ++

Menyadarkan pihak media untuk berperan aktif dalam penyampaian akan pentingnnya

pelayanan air limbah domestik (MCK komunal) bagi masyarakat khususnya MBR

Melakukan Kerjasama / MOU dengan pihsak Swasta/nonpemerintah dalam pembangunan

MCK ++

Meningkatkan partisipasi langsung dari MBR, bapak-bapak bertanggungjawab untuk

membantu dalam pembangunan MCK ++

sedangkan ibu-ibu bertanggungjawab atas pelayanan konsumsi kepada bapak-bapak yang

membangun MCK ++

Dinas PU bertanggung jawab atas pengawasan

proses pembangunan MCK ++

Sektor Persampahan

Tabel 3. 21 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Indikator

Terwujudnya ruang Semua Sampah- Meningkatnya jumlah Menambah Armada dump truck Pengangkutan

kota yang bersih samp ah dari seluruh Armada dan personil sampah dari 12 buah menjadi 15 buah dan 3 buah dengan sistem wilayah pengangkut samp ah truck armroll menjadi 5 buah truck armroll

hijau yang sejuk kotamobaguk dan meningkatnya

dan sehat terkecuali harus cakupan pelay anan

Membentuk struktur organisasi khusus yang bisa ditangani pengangkutan menangani persampahan min. Eselon II

hingga di tempat samp ah yang awal n y a

pembuangan akhir hanya terlayani 57%

Meningkatkan posti ng anggara n APBD untuk (TPA) untuk pengangkutan penambahan armada pengangkutan sampah

tiap hari menj a di 65%,

dan awalnya lokasi- Meningkatkan peran serta media cetak maupun lokasi yang terlayani

elektronik dalamhal advokasi pelayanan

pengangkutan

pengangkutan dan pemilahan samp ah dan

sampah tiap minggu

pemeliharaan armada pengangkut sampah kepada

hanya 29 % akan

pemda dan masy ar ak at ditingkatkan menjadi

35%

MeningkatkanPeransertapihakswasta/

nonpemerintah dalam peningkatan pelayanan pengangkutan sampah di kotamobagu

Meningkatkan kesadaran masyarkat untuk

membuang dan mengumpulkan sampah di TPS

Dinas Tata Kota dan BLH bertanggung jawab atas

pengawasan operasional dan pemeliharaan armada

83 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

pengangkutan sampah

Terwujudnya ruang Semua sampah berkurangnya Penambahan fasilitas pemilahan samp ah kota yang bersih organik semak si m al jumlah/volume (Pengad aa n dump truc k terpil a h, dan penam ba ha n

dengan sistem mungki n dapat samp ah (orga ni k dan tempat sampah terpilah di seluruh wilayah hijau yang sejuk diolah menjadi anorganik) yang Kotamobagu)

dan sehat, serta pupuk kompos, dan sampai ke TPA, usia TPA semua sampah meningkatnya produk

kotamobagu yang anorganik kreatif hasil 3R dari

panjang, dan semaksimal masyarakat, dan meningkatkan mungki n dapat meningkatnya produk

pendapatan diolah melalui lokal pupuk kompos

Masyarakat melalui program/kegiatan

3R dan pembuatan 3R

pupuk kompos

Membentuk struktur organisasi khusus yang

menangani persampahan min. Eselon II, merancang

perda tentang pengelolaan dan pengolahan sampah

plastik

Meningkatkan posting anggaran APBD untuk penambahan fasilitas 3R dan pengomposan

Dinas Tata Kota dan BLH secara rutin melakukan sosialisasi/penyuluhan/pelatihan terkait 3R dan

pengomposan kepad a masyarakat, Meningkatkan

peran medi a cetak dan elektr oni k dalam peni ng k atan kesadaran masyarakat akan pentingnya dan

keuntungannya melakukan 3R dan pengomposan

MeningkatkanPeransertapihakswasta/

nonpemerintah dalam peningkatan kesadaran

masyarakat akan pentingnya dan keuntungannya

melakukan 3R dan pengomposan (mis.melakukan

pelatihan 3R dan pengom posan kepada masyarakat, siswa-siswi, dsb.)

Meningkatakan kesadaran masy a rak at akan pentingnya dan keuntungannya secara ekonomi jika

melakukan 3R dan pengomposan kepada masyarakat

Dinas Tata Kota dan BLH bertanggung jawab atas

pengaw a sa n opera si on al dan pemel i har aa n fasilitas -

fasilitas 3R dan pengomposan, dan bertanggung jawab atas memberi pengertian, kesadaran

sekaligus keterampilan kepada masyarakat dalam

keg.3R dan pengomposan.

84 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Sektor Drainase Lingkungan

Tabel 3. 22 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase

Sasaran

Tujuan Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran

Teratasinya - Penanganan genangan di - pengangkatan sedimen - Memanfaatkan permasalahan- daerah cekungan untuk mengatasi sistem drainase

permasalahan dari masalah genangan di yang ada fungsi drainase itu daerah cekungan, semaksimal

sendiri pendangkalan dan mungkin, baik

penyumbatan saluran saluran-saluran akibat sampah ataupun sungai

yang ada

- Penanganan limpasan air - desain drainase yang - Saluran-saluran

ke daerah rendah ramah lingkungan yang baru dimana air tidak diusahakan

langsung di buang ke mengikuti alur

sungai tapi bisa pengeringan alam diresapkan di dalam ataupun tepian

tanah sehingga bisa jalan, kecuali menangani masalah memang tidak

pelimpasan air dari memungkinkan

sebelah hulu atau untuk itu

penanganan limpasan

air ke daerah rendah

- Penanganan masalah - membangun drainase di - Air akan dialirkan

pendangkalan dan daerah-daerah yang secepatnya ke penyumbatan saluran belum ada drainasenya pembuangan

terdekat. Jika

diperlukan sistem

resapan dapat diterapkan

- Penanganan masalah - Pembuatan Kolam - Menghindari

outlet yang kecil dan penampung/peredam sedapat mungkin masih kurang energi yang memadai pembongkaran

saluran/bangunan

drainase yang sudah ada

(existing)

- Penanganan masalah - Mendesain dan - Menghindari

penyumbatan outlet membangun ataupun adanya memperbaiki kembali pembe ba sa n tanah

saluran drainase yang yang berlebihan

telah ada sesuai dengan kebutuhan

- Penanganan masalah - Pembuatan - Mengusahakan

limpasan air dari sebelah inlet/penangkap air pembangunan

hulu untuk menangani seekonomis masalah mungkin (investasi

limpasan/luapan air di ringan) dengan

permukaan jalan tetap

memperhatikan

kualitas

- Penanganan masalah - Mudah dalam

meluapnya air ke pelaksanaan

permukaan jalan pembangunan,

pengoperasian dan

pemeliharaannya

85 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Tabel 3. 23 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga

Sasaran

Tujuan Strategi

Pernyataan Indikator

Teratasinya Penanganan masalah BABS - Meningkatkan soialisasi - Pembuatan Rambu-rambu

permasalahan- (Buang Air Besar kepada masyarakat akan (dilarang BABS) - Iklan Layanan Masyarakat permasalahan Sembarangan) bahayanya perilaku BABS mengenai PHBS di media dari Perilak u - Meningkatkan advokasi

masyarakat tentang PHBS elektronik lokal Pengembangan dan tentang - pengadaan media kesadaran

pentingnya penanggulangan masalah BABS sanitasi

Penanganan masalah - Peningkatan kemitraan - Pembuatan Rambu-rambu

tingginya penderita Diare di dengan LP, LS, LSM dan (anjur an Cuci Tangan Pakai

kotamobagu Swasta mengenai Sabun)

pendekatan akan

pentingnya CTPS di lima

waktu penting

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi: a. Program Bangunan dan Lingkungan; b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan; c. Rencana Investasi; d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan, atau panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPIJM yaitu Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi: a. Visi Pembangunan; b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan; c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan d. Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya.

86 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaaan (SPPIP) Kota Kotamobagu

Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaaan (SPPIP) merupakan strategi yang menjadi acuan bagi pembangunan permukiman dan infrastruktur bidang cipta karya yang penyusunannya mengacu dan terintegrasi dengan arahan pengembangan kota secara komprehensif. Selain itu SPPIP sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang cipta karya di daerah, sedangkan RPKPP sebagai alat operasionalisasinya, sehingga fasilitasi APBN dalam penyediaan infrastruktur diprioritaskan pada daerah yang sudah memiliki Dokumen SPPIP/RPKPP.

Visi dan Misi bidang Pengembangan Permukiman

Bidang Pengembangan Permukiman pada Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman: a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar permukiman) b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah d. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman

Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah: a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman b. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA c. Terarahnya pertumbuhan wilayah d. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan

Permukiman.

Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:

a. Lahan siap bangun b. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat d. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak

87 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

perekonomian yang dinamis f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya

Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah: a. Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat berpenghasilan rendahMengacu pada UU no. 4/1992 b. tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait

Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman yang layak huni dan mendukung pengembangan perkotaan. Selain itu, mampu mendorong kerjasama antar stakehoder dalam mendanai dan menyelenggarakan Program Pengembangan Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang diwujudkan dalam Program Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan.

Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan

Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan skala kota, adalah; “Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, social dan ekonomi.

Berdasarkan kondisi karakteristik kawasan prioritas, maka ditetapkan strategi

Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Skala Kawasan, adalah; “Menata permukiman kumuh dibantaran sungai dan membangun serta mengembangkan rumah sederhana sehat dan system pengelolaan air limbah perkotaan yang berkualitas. Dimana strategi tersebut dijabarkan dalam Sembilan tujuan yang dilaksanakan dalam bentuk program pada 3 kawasan prioritas.

88 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 24 Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Kaw. Pusat Kegiatan Kota Kaw. Penyangga Kaw. Siap Bangun & LISIBA

(Kaw. B) (Kaw. A,C & D) (Kaw. E) Strategi Tujuan

Matali Gogagoman Mongkonai Pontodon Bilalang Bilalang Upai Mongondow Pobundayan Poyowa Poyowa

Barat 2 Besar 1 Besar 2 Menata

permukiman Menetapkan garis v v v v v v v

kumuh sempadan sungai

dibantaran sungai dan Membuat perda IMB v v v v v v

membangun

serta Membentuk dewan air

mengembangkan v Kota rumah

sederhana sehat Membuat perda

kawasan sekitar mata v v dan sistem air pengelolaan air

limbah perkotaan yang

Membangun rumah

berkualitas v v v

sehat sederhana

Menanam pohon dan

larangan tinggal

v v v

didaerah yang rawan

longsor

Membuka lahan

permukiman baru v v

dengan fasos & fasum

yang memadai

89 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Kaw. Pusat Kegiatan Kota Kaw. Penyangga Kaw. Siap Bangun & LISIBA

(Kaw. B) (Kaw. A,C & D) (Kaw. E)

Strategi Tujuan

Matali Gogagoman Mongkonai Pontodon Bilalang Bilalang Upai Mongondow Pobundayan Poyowa Poyowa

Barat 2 Besar 1 Besar 2

Meningkatkan kualitas

MCK, sarana air bersih

v v

(PDAM/Sumur), dan

drainase

Membuat perda tentang

v

persampahan

90 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 25 Analisis Korelasi Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan ANALISIS KORELASI KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

STRATEGI PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

STRATEGI SKALA KOTA

FISIK Pengembangan Perumahan dan 5 tahun - I 2012-2016

RP4D/RP 3K P APBN,SWASTA

Permukiman Baru 5 tahun - II 2017-2022 5 tahun - III 2023-2027

SPPIP APBN,SWASTA

5 tahun - IV 2028-2032

Penyusunan RP3KP tahunan 5 tahun - I 2012-2016

Menyelenggarakan RP4D/RP 3K P

APBD 5 tahun - II 2017-2022

penataan dan

Pengembangan sistem informasi pelayanan 5 tahun - I 2012-2016

revitalisasi RP4D/RP 3K P

APBD 5 tahun - II 2017-2022 kawasan dan pembangunan perkim (database) Pengembangan bangunan agar Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan 5 tahun - I 2012-2016

dapat memberikan Permukiman Permukiman Kumuh dan Rawan Bencana RP4D/RP 3K P APBN; APBD

5 tahun - II 2017-2022

nilai tambah fisik, (BANGKIM ) lewat Pembangunan PSU 5 tahun - III 2023-2027

sosial dan SPPIP APBN; APBD

5 tahun - IV 2028-2032 ekonomi

Perbaikan Rumah dan Kualitas Lingkungan RP4D/RP3KP APBN/APBD 5 tahun - I 2012-2016

Kawasan Khusus

5 tahun - I 2012-2016

APBD,

5 tahun - II 2017-2022 Peningkatan Layanan PSU RP4D/RP 3K P MASYARAKAT,

5 tahun - III 2023-2027

SWASTA

5 tahun - IV 2028-2032

91 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

ANALISIS KORELASI

KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

STRATEGI PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA

PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

RENSTRA PU,

Bidang Cipta

Karya -

APBD/APBN 5 tahun - I 2011-2014

Direktorat

Pendampingan Penyusunan Rencana Pengembangan

Tindak Penanganan Kawasan Kumuh Permukiman

Perkotaan (BANGKIM)

RENSTRA PU,

Menyelenggarakan

Bidang Cipta penataan dan

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Karya - revitalisasi APBD/APBN 5 tahun - I 2011-2014 kawasan dan kawasan-kawasan kumuh perkotaan Direktorat

bangunan agar Pengembangan

Permukiman dapat memberikan

(BANGKIM) nilai tambah fisik,

sosial dan

RENSTRA PU,

ekonomi

Bidang Cipta

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Karya -

APBD/APBN 5 tahun - I 2011-2014

kawasan-kawasan perumahan MBR Direktorat

Pengembangan Permukiman

(BANGKIM)

APBD,

Pembangunan jalan lingkungan SPPIP MASYARAKAT, 5 tahun - I 2013-2017

dipermukiman formal (PSU/Developer) SWASTA

92 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

ANALISIS KORELASI

KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA

PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017 Terbuka (RTH)

Penyusunan NSPK bidang Penataan

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - II 2018-2022

Bangunan dan Lingkungan

Pendampingan Penyusunan NSPK Penataan

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - II 2018-2022 Bangunan dan Lingkungan di daerah

Penyediaan septictank disetiap perumahan SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

non formal;

Pengembangan dan pembangunan instalasi

Pengolahan Air Limbah dan Tinja (IPAL & SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017 IPLT) di setiap kecamatan

Pengembangan sistem off side sanitation di Penyehatan SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017 lingkungan perumahan formal (seveloper)

Lingkungan

Pemantapan regulasi pembangunan sistem

dan

air limbah (sanitasi) pada rencana

Permukiman SPPIP APBD/APBN 5 tahun - II

pengembangan permukiman baru

(PLP) (developer) 2018-2022

Penyediaan sarana angkutan (truk tinja) SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

dan pengaturan frekuensi pelayanan;

Pengembangan Perencanaan Pengolahan SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

Air Limbah (PL)

Penyediaan Infrastruktur Persampahan SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

93 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

ANALISIS KORELASI

KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

STRATEGI PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA

PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

Master Plan

Penanganan masalah genangan pada jalan- Drainase Kota

APBD/APBN

jalan utama yang belum ada saluran Kotamobagu

drainase TA. 2011

Penanganan genangan akibat limpasan dari APBD/APBN

arah hulu

Penanganan limpasan air ke jalan dan APBD/APBN

halaman rumah penduduk

Penanganan masalah limpasan air

dipermukaan jalan akibat tidak ada saluran

APBD/APBN

pengarah menuju saluran samping dan Master Plan belum ada saluran menerus Drainase Kota

Penanganan masalah genangan akibat Kotamobagu

APBD/APBN TA. 2011

luapan air

Penanganan masalah genagan akibat

dimensi saluran dan kemiringan dasar APBD/APBN saluran kurang memadai

Penanganan masalah perkuatan tebing sungai yang digunakan sebagai saluran APBD/APBN

primer

Air Minum Master Plan 5 tahun - I 2011-2015

Pembangunan SPAM Kota Kotamobagu Air Minum APBD/APBN

Kota 5 tahun - II 2016-2020

94 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

ANALISIS KORELASI

KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

STRATEGI PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA

PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

Kotamobagu

5 tahun - III 2021-2030

TA. 2011

SOSIAL/EKONOMI

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan air limbah (sanitasi) yang SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017 memadai

Bantuan teknik, Bimtek serta

pendampingan pemberdayaan masyarakat SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

(PNPM-P2KP

KELEMBAGAAN

Penataan

APBD/APBN 5 tahun - I 2012-2016 Bangunan dan Penyederhanaan sistem perijinan dan

RP4D/RP 3K P

Lingkungan

sertifikasi tanah standar

(PBL) APBD/APBN 5 tahun - II 2017-2022

APBD/APBN 5 tahun - I 2012-2016

Pengembangan sistem informasi lahan RP4D/RP 3K P

APBD/APBN 5 tahun - II 2017-2022

Pelaksanaan mekanisme konsolidasi lahan RP4D/RP 3K P APBD/APBN 5 tahun - I 2012-2016

Monitoring dan evaluasi kinerja

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

pengembangan drainase

Monitoring dan evaluasi kinerja

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

pengembangan pengelolaan persampahan

95 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

ANALISIS KORELASI

KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

STRATEGI PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA

PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

Fasilitasi pengembangan sumber

pembiayaan dan pola investasi

pengembangan persampahan dalam rangka

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

mewujudkan pembangunan berkelanjutan

yang beradaptasi dan memitigasi

perubahan iklim

Air minum Peningkatan kemampuan PDAM,

pengelolaan persampahan serta RP4D/RP 3K P APBD/APBN 5 tahun - I 2012-2016

peningkatan pelayanan angkutan umum

Pelatihan Menejerial, Operasional,

APBD/APBN 5 tahun - I 2011-2015

Administrasi SPAM Master Plan

Air Minum APBD/APBN 5 tahun - II 2016-2020

Kota

Kotamobagu APBD/APBN 5 tahun - III 2021-2030

TA. 2011

Pembinaan kepada para pemegang

keputusan dan penyelenggara air minum SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

didaerah dalam pengembangan air minum

Bantuan teknis pengelolaan untuk SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

pengelola air minum PDAM

Fasilitasi pengembangan PS air minum

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - II 2018-2022

Perkotaan/IKK

Fasilitasi pengembangan PS air minum

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - II 2018-2022

perdesaan

96 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

ANALISIS KORELASI

KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

STRATEGI PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA

PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

Monitoring dan evaluasi kinerja

SPPIP APBD/APBN 5 tahun - I 2013-2017

pengembangan air bersih

PEMBIAYAAN

Pengembangan sistem dan pola 5 tahun - I 2012-2016

RP4D/RP 3K P Perbankan

pembiayaan 5 tahun - II 2017-2022

Pengembangan subsidi pembiayaan

perumahan maupun subsidi perumahan 5 tahun - I 2012-2016

bagi masyarakat berpenghasilan rendah

baik yang dalam kelompok formal, RP4D/RP 3K P Perbankan (berpenghasilan tetap) maupun informal

5 tahun - II 2017-2022 (berpenghasilan tidak tetap)

Pengembangan sistem dan mekanisme

5 tahun - I 2012-2016 subsidi perumahan baik SKIM subsidi

pembiayaan melalui KPR (subsidi uang RP4D/RP 3K P Perbankan

muka, subsidi bunga kredit) maupun SKIM subsidi prasarana perumahan (PSD 5 tahun - II 2017-2022 Permukiman)

Fasilitasi Kredit Perbankan dalam 5 tahun - I 2013-2017

5 tahun - II 2018-2022 Penyediaan Air Minum SPPIP Perbankan

5 tahun - III 2023-2027

5 tahun - IV 2028-2032

STRATEGI SKALA KAWASAN

Air Minum IKK SPAM Sistem Kotamobagu Timur tahap Master Plan

5 tahun - I 2011-2015

I Air Minum

97 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

ANALISIS KORELASI

KESESUAIAN

KESESUAIAN DENGAN

ASPEK YANG KEBUTUH A N KEMUNGKINAN

STRATEGI PROGRAM DENGAN AGENDA

DIAMATI SUMBER WAKTU KET

PROGRAM KERJA

PUSAT PEMERINTAH PEMBIAYAAN BPENERA PA N

KOTA

IKK SPAM Sistem Kotamobagu Timur tahap Kota

5 tahun - I 2011-2015

II Kotamobagu

IKK SPAM Sistem Kotamobagu Utara tahap TA. 2011- 5 tahun - I 2011-2015

I 2030

IKK SPAM Sistem Kotamobagu Utara tahap 5 tahun - I 2011-2015

II

IKK SPAM Sistem Kotamobagu Utara tahap

5 tahun - II 2016-2020

III

IKK SPAM Sistem Kotamobagu Utara tahap

5 tahun - III 2021-2030

IV

KELEMBAGAAN

Pelatihan Menejerial, Operasional dan

administrasi SPAM Kotamobagu Timur 5 tahun - I

tahap I 2011-2015

Pelatihan Menejerial, Operasional dan Master Plan

Air Minum 5 tahun - I administrasi SPAM Kotamobagu Timur Kota 2011-2015 tahap II Pelatihan Menejerial, Operasional dan Kotamobagu administrasi SPAM Kotamobagu Utara 5 tahun - I TA. 2011- tahap I 2011-2015 2030 Pelatihan Menejerial, Operasional dan

administrasi SPAM Kotamobagu Utara 5 tahun - I

tahap II 2011-2015

98 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

3.7.3 Penetapan kawasan permukiman prioritas

Tabel 3. 56 Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan A) LUAS JUMLAH JUMLAH RUMAH KAWASAN KEPADA TA N NETTO RUMAH PENDUDUK MENURUT KONSTRUKSI PERMUKIMA N PENDUDUK TANGGA

PERMUKIMAN

TAHUN 2012 Semi Non

PRIORITAS (Ha) TAHUN 2012 (Jiwa) (KK) Permanen

(Jiwa/Ha) Permanen permanen

Desa Bilalang 1 18,03 2209 122 442 158 207 76

Desa Bilalang 2 15,66 2215 141 443 159 208 76

Desa Upai 9,21 2.255 245 451 161 212 78

Desa Pontodon 25,62 1613 63 323 115 151 56

Desa Pontodon

Timur 17,08 992 58 198 71 93 34

Tabel 3. 57 Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan B) LUAS JUMLAH JUMLAH RUMAH KAWASAN KEPADA TA N NETTO RUMAH PENDUDUK MENURUT KONSTRUKSI PERMUKIMA N PENDUDUK TANGGA

PERMUKIMAN

TAHUN 2012 Semi Non PRIORITAS (Ha) TAHUN 2012 (Jiwa) (KK) Permanen

(Jiwa/Ha) Permanen permanen

Kelurahan

Gogagoman 52,34 13916 266 2783 996 1307 480

Kelurahan

Kotamobagu 78,51 6839 87 1368 489 642 236

99 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Tabel 3. 28 Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan C) LUAS JUMLAH JUMLAH RUMAH

KAWASAN KEPADA TA N NETTO RUMAH PENDUDUK MENURUT KONSTRUKSI

PERMUKIMA N PENDUDUK TANGGA

PERMUKIMAN

TAHUN 2012 Semi Non

PRIORITAS (Ha) TAHUN 2012 (Jiwa) (KK) Permanen

(Jiwa/Ha) Permanen permanen

Kelurahan

Mongondow 21,84 1837 84 422 151 198 73

Kelurahan

Mongkonai 35,65 2111 59 367 131 173 63

Tabel 3. 29 Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan D) LUAS JUMLAH JUMLAH RUMAH

KAWASAN KEPADA TA N NETTO RUMAH PENDUDUK MENURUT KONSTRUKSI

PERMUKIMA N PENDUDUK TANGGA

PERMUKIMAN

TAHUN 2012 Semi Non

PRIORITAS (Ha) TAHUN 2012 (Jiwa) (KK) Permanen

(Jiwa/Ha) Permanen permanen

Kelurahan Matali 55,31 3988 72 798 285 375 138

Tabel 3. 30 Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan E) LUAS JUMLAH JUMLAH RUMAH

KAWASAN KEPADA TA N NETTO RUMAH PENDUDUK MENURUT KONSTRUKSI

PERMUKIMA N PENDUDUK TANGGA

PERMUKIMAN

TAHUN 2012 Semi Non

PRIORITAS (Ha) TAHUN 2012 (Jiwa) (KK) Permanen

(Jiwa/Ha) Permanen permanen

Desa Poyowa Besar 1 27,62 3610 131 722 258 339 125

Desa Poyowa Besar 2 17,58 2377 135 475 170 223 82

100 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3. 22 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan A)

Gambar 3. 23 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan B)

101 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3. 17 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan C)

Gambar 3. 18 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan D)

102 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Gambar 3. 19 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas (Kawasan E)

3.2.5 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Tabel 3.31 Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Kary

Dokumen Arahan Pengembangan Program Lokasi Perencanaan Kawasan RPJMD Peningkatan kualitas 1. Peningkatan sarana jalan Tersebar di dan ketersediaan dan jembatan. seluruh Kota sarana dan prasarana 2. Perbaikan jalan akses ke Kotamobagu perkotaan. lorong-lorong dan gang- gang. 3. Peningkatan askes jalan interkoneksi dengan pusat-pusat ekonomi di sekitar Kota Kotamobagu. 4. Penataan lampu jalan. 5. Penataan dan peningkatan drainase dan trotoar jalan. 6. Peningkatan sarana dan prasarana terminal dalam

103 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Dokumen Arahan Pengembangan Program Lokasi Perencanaan Kawasan kota. 7. Penataan dan peningkatan moda transportasi darat (roda 2, roda empat dan roda tiga). 8. Pengembangan sarana hiburan perkotaan. 9. Peningkatan kapasitas dan fasilitas komunikasi dan informasi. 10. Peningkatan kapasitas dan mutu layanan listrik. 11. Peningkatan kapasitas, fasilitas dan mutu jasa kepada masyarakat yang disediakan pihak swasta (bengkel, cuci mobil, cuci pakaian, restoran, dll). 12. Pengembangan standarisasi pelayanan jasa yang disediakan pihak swasta.

RTBL Peruntukan Cluster 1  Bangunan lebih Kawasan Jln. Kawasan Path Adampe Dolot – merupakan bentuk Ahmad Yani Ahmad Yani Ahmad Yani adalah massa yang linier dengan sebagai akomodasi fungsi publik berupa shelter, fungsi INTERKONEKSI court dan departemen INTERFACING ANTAR store untuk aktifitas jual FUNGSI EKONOMI beli. KAWASAN DAN KOTA  Menempatkan area di Pusat Kota lapangan Mogolaing Kotamobagu dengan sebagai Community menciptakan Shelter dan HARMONISASI VISUAL ‘PATH’ perdagangan dan jasa Kota di jalan Adampe Dolot- Ahmad

104 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Dokumen Arahan Pengembangan Program Lokasi Perencanaan Kawasan Yani. RTBL Peruntukan Cluster 2  Menempatkan area atau Kawasan Kawasan Hard core kawasan bentuk/massa dalam Perdangangan Perdagangan perdagangan pola linier Gogagoman Gogagoman Gogagoman adalah  kelompok kegiatan perdagangan, sebagai pengembangan  mengintegrasikan fungi perdagangan dan jasa kegiatan ruko, pasar mix-used perdagangan tradisional dan terminal. skala kecil tradisional

dan perdagangan jasa skala menengah, yang terangkai dengan spot- spot perkantoran dan supporting infrastucture. RISPAM Pembangunan SPAM Membangun sarana dan Kawasan Sistem IKK prasarana air minum Sistem Kotamobagu IKK Kotamobagu Utara Tahap- Utara I dengan kapasitas sebesar 20 l/dt, dengan memanfaatkan sumber air baku dari S. Kotulidan (Q= 350 l/dt) di wilayah Kotamobagu Utara.

Membangun sarana Mmembangun sarana dan Kawasan dan prasarana air prasarana air minum Sistem Kotamobagu minum Sistem IKK IKK Kotamobagu Timur Timur Kotamobagu Utara Tahap-II dengan kapasitas Tahap-I dengan sebesar 20 l/dt, dengan kapasitas sebesar 20 memanfaatkan sumber air l/dt, dengan baku dari S. Dumatulan (Q=50 memanfaatkan sumber l/dt) di wilayah Kotamobagu air baku dari S. Timur. Kotulidan (Q= 350 l/dt) di wilayah Kotamobagu Utara.

Pembangunan SPAM Membangun sarana dan Kawasan

105 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Dokumen Arahan Pengembangan Program Lokasi Perencanaan Kawasan Sistem Kotamobagu prasarana air minum Sistem Kotamobagu Utara Tahap-II (2013) Kotamobagu Utara Tahap-II Utara Pada tahun 2013 dengan kapasitas sebesar 100 direncanakan l/dt, dengan memanfaatkan membangun sarana sumber air baku dari S. dan prasarana air Kotulidan (Q = 350 l/dt) di minum Sistem wilayah Kotamobagu Utara. Kotamobagu Utara Tahap-II dengan kapasitas sebesar 100 l/dt, dengan memanfaatkan sumber air baku dari S. Kotulidan (Q = 350 l/dt) di wilayah Kotamobagu Utara.

SSK Memberdayakan Dinas PU Menyelenggarakan Semua masyarakat dan MBR Sosialisasi Pembentukan Kawasan Kota untuk Kelompok OP (Operasional mengkoordinasikan dan Pemeliharaan) di tarif penggunaan MCK, kelurahan dan desa yang telah yang nantinya dana dibangun MCK yang sebaiknya tersebut dikumpulkan dilakukan refreshing untuk untuk membayar Kelompok OP tersebut setiap rek.listrik, PDAM dan tahunnya layanan kebersihan, agar listrik, air tidak Membentuk struktur mati dan MCK tetap organisasi khusus yang bersih menangani sanitasi min. Eselon II atau III dalam 5 tahun kedepan

MBR (masyarakat Berpenghasilan Rendah) khususnya ibu-ibu bertanggungjawab atas pengawasan pemeliharaan

106 | B a b I I I – Kota Kotamobagu

RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Dokumen Arahan Pengembangan Program Lokasi Perencanaan Kawasan MCK dan pengelolaan keuangan (dana dari tarif penggunaan MCK), Bapak- bapak bertanggungjawab atas kerusakan/masalah kebersihan yang ada di MCK

Terwujudnya ruang kota Melaksanakan pelatihan Tersebar di yang bersih dengan pengelolaan barang seluruh Kota sistem hijau yang sejuk bekas/sampah menjadi barang Kotamobagu dan sehat. yang Berguna

Teratasinya Memanfaatkan sistem Tersebar di permasalahan- drainase yang ada semaksimal seluruh Kota permasalahan dari mungkin, baik saluran-saluran Kotamobagu fungsi drainase itu ataupun sungai yang ada sendiri Menghindari mendapat mungkin pembongkaran saluran/bangunan drainase yang sudah ada (existing)

107 | B a b I I I – Kota Kotamobagu