RPIJM Kotamobagu 2015-2019

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

RPIJM Kotamobagu 2015-2019 RPIJM Kotamobagu 2015-2019 BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.45 Tahapan Pembangunan Nasional Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada : A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusakkeseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem. B. Dimensi Pembangunan; 1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan karaktermenjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat. 2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya,agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar danterbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah. 3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan,baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur. Sesuai arahan RPJMN ke – 3 (2015 – 2019) ditunjukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030. 1 | B a b I I I – Kota Kotamobagu RPIJM Kotamobagu 2015-2019 Gambar 3.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025 RPJM 4 2020-202 5 RPJM 3 2015-201 9 • Kondisi maju dan sejahtera makin terwujud dengan RPJM 2 terselenggaranya jaringan 2010-201 4 • Ketersediaan infrastruktur transportasi pos dan sesuai dengan tata ruang telematika yang andal bagi RPJM 1 • Berkembangnya jaringan seluruh masyarajat yang 2005-200 9 transportasi menjangkau seluruh wilayah • Terpenuhinya pasokan NKRI tenaga listrik yang handal dan • Tercapainya elektrifikasi efisien perdesaan dan elektrifikasi • Percepatan pembangunan • Mulai dimanfaatkannya rumah tangga infrastruktur dengan lebih tenaga nuklir untuk • Terpenuhinya kebutuhan meningkatkan kerjasama pembangkit listrik hunian yang dilengkapi antara pemerintah dan dunia • Terwujudnya konservasi dengan sarana dan usaha sumber daya air dan prasarana pendukung bagi • Mendorong pertumbuhan • Pengembangan jaringan terpenuhinya penyediaan air seluruh masyarakat yang ekonomi melalui penciptaan infrastruktur transportasi serta minum untuk kebutuhan dasar didukung oleh sistem iklim yang lebih kondusif pos dan telematika pengembangan infrastruktur pembiayaan perumahan termasuk memperbaiki • Peningkatan pemanfaatan perdesaan mendukung jangka panjang dan infrastruktur energi terbarukan khususnya pertanian berkelanjutan, efisien, dan • Percepatan pembangunan bio energi, panas bumi, • Pemenuhan kebutuhan akuntable sehingga terwujud infrastruktur didorong melalui tenaga air, angin, dan hunian didukung sistem kota tanpa permukiman peningkatan peran swasta tenaga surya untuk kelistrikan pembiayaan jangka panjang kumuh dengan meletakkan dasar- • Pengembangan sumber daya • Terwujudnya kota tanpa dasar kebijakan dan regulasi air dan pengembangan permukiman kumuh serta reformasi dan perumahan dan permukiman restrukturisasi kelembagaan Berdasarkan arahan RPJPN 2005 – 2025 pada periode 2015 – 2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonsia (100%). Sejalan dengan itu pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi ini semakin mendorong terwujudnya Kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian. Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- Royong”. 2 | B a b I I I – Kota Kotamobagu RPIJM Kotamobagu 2015-2019 Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastuktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum; 4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional; 5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan. 3.1.2 Arahan Penataan Ruang Rencana Tata Tuang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk: a. Penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang nasional b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan pekermbangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor e. Penetapn lokasi dan fungsi ruang untuk investasi f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam
Recommended publications
  • Masyarakat Kesenian Di Indonesia
    MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial.
    [Show full text]
  • POTENTIALS and INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs
    GOVERNMENT OF NORTH SULAWESI PROVINCE POTENTIALS AND INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs. S. O. KANDOW NORTH SULAWESI IN THE WORLD MAP GENERAL INFORMATION 1. Geography The Province of North Sulawesi is located in Northern Peninsula of Sulawesi Island, and constitutes one of the three (3) Provinces in Indonesia which located in Northern part of Khatulistiwa Line (equator line), Two other Provinces are; South Sulawesi Province and Aceh Province. On the geographical position perspective, North Sulawesi Province is located between 0.300 – 4.300 North Latitude and 1210-1270 East Longitude. Barang ALKI I ALKI II ALKI III 2. Territory Length and Division 15,272.44 km2 area is spacious, has 4 cities and 11 regancies. Most of the land area consists of mountains, hills and valleys. Height from sea level is varied 0 - > 1,000 meters. Barang Bukit Doa, Tomohon 3. Climate North Sulawesi is a tropical area that is affected by the wind muzon. In November to April the West wind blows that brought rain on the north coast , while in May to October there is a change of dry southerly winds. The average rainfall ranges from 2000-3000 mm per year, and the number of rainy days between 90-139 days. Temperatures range from 20 0C - 32 0C. Barang Mount Lokon , Tomohon Pulau Bunaken 4. Demography Total population of 2.54725 million people, scattered in the regancy/city as follows : REGANCIES/CITIES POPULATION KOTA MANADO 484.744 KOTA BITUNG 223.980 KOTA TOMOHON 97.775 KOTA KOTAMOBAGU 123.623 KAB. MINAHASA UTARA 222.062 KAB.
    [Show full text]
  • Recharge Elevation of Hot Spring Study in the Mt. Muayat at the Kotamobagu Geothermal Field, North Sulawesi, Indonesia Using the Stable Isotope 18O and 2H
    PROCEEDINGS, Thirty-Sixth Workshop on Geothermal Reservoir Engineering Stanford University, Stanford, California, January 30 - February 1, 2012 SGP-TR-194 RECHARGE ELEVATION OF HOT SPRING STUDY IN THE MT. MUAYAT AT THE KOTAMOBAGU GEOTHERMAL FIELD, NORTH SULAWESI, INDONESIA USING THE STABLE ISOTOPE 18O AND 2H Hendra RIOGILANG.1, 3, Ryuichi ITOI.1, Sachihiro TAGUCHI2 1Department of Earth Resources Engineering, Faculty of Engineering, Kyushu University, 744 Motooka, Nishi-Ku, Fukuoka 819-0395, Japan 2Department of Earth System Science, Faculty of Science, Fukuoka University, 8-19-1 Nanakuma, Jonan-Ku, Fukuoka 814-0180, Japan 3Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering Sam Ratulangi University, Manado 95115, Indonesia [email protected] or [email protected] ABSTRACT Water samples of Mt. Muayat consisting of hot In the geothermal area, the rain water from that spring and river water were analyzed stable isotope. elevation come to the surface, to infiltrate and Rain water was also collected using a rainwater percolate into the ground, flowing in the shallow collector of open air type from five locations with aquifer, receipt of warming up by an underground elevations ranging from 556m to 1500m during heat source and discharges to the lower elevations or March 2010 to June 2010. Six hot spring waters of continuing to the depth reach the reservoir of Mt. Muayat have shift of less than 2‰. This implies geothermal fluid and flows up again to the surface as that the origin of hot spring water is mainly meteoric the cycles. Meteoric waters are entering the ground water. The meteoric water has recharged to the and are heated to a certain extend depending on the ground of Mt.
    [Show full text]
  • Imago Population Density of Aedes Aegypti and Aedes Albopictus on Infected Area of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in North Sulawesi
    Journal of Health, Medicine and Nursing www.iiste.org ISSN 2422-8419 An International Peer-reviewed Journal Vol.24, 2016 Imago Population Density of Aedes aegypti and Aedes albopictus on Infected Area of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in North Sulawesi Stefanus Timah 1* Oddy Pinontoan 2 Christin Salaki 2 Saartje 2 Rondonuwu 1. Postgraduate Students, Departement of Entomology, Postgraduate Programe, Sam Ratulangi University, Manado, North Sulawesi, Indonesia 2.Postgraduate Programme, Department of Entomology, Sam Ratulangi University, Manado, North Sulawesi, Indonesia ABSTRACT The research has been conducted which aims to get the characteristics of population density imago Aedes aegypty and Aedes albopictus in Kotamobagu, based on the distribution of time and height from the sea level; to get population density of adult Aedes aegypty and Aedes albopictus captured in indoor and outdoor based on time distribution. The research consists of four phases, i.e. the first phase of determining the location of sampling based on the existence of cases of dengue fever in the city, the second stage of sampling third stage larva, imago capture Aedes aegypti and Aedes albopictus inside and out and a fourth stage of data analysis research. The results showed that the average population density of Aedes aegypti and Aedes albopictus highest, according to time span found on 08.00-10.00 in the morning and 14.00-16.00 in the afternoon. The average population density of Aedes aegyti outdoors highest found in the sample location in South Minahasa. While the average population density outside the lowest found at the location of the sample of Talaud.
    [Show full text]
  • Laporan Hasil Pengawasan Tahun 2015
    BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH Jalan Pramuka Nomor 33 Jakarta Timur - 13120 Telepon (021) 8584867, Faximile (021) 85906404 Nomor : SPM-01/K.D4/PW18/2015 20 Januari 2016 Lampiran : Satu Laporan Hal : Laporan Hasil Pengawasan BPKP Pada Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2015 Yth. Gubernur Sulawesi Utara di Manado Bersama ini terlampir kami sampaikan Laporan Hasil Pengawasan BPKP Pada Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2015, meliputi kegiatan yang dilakukan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara, sebagai implementasi atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) serta Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014. Pada tahun 2015, Perwakilan BPKP Sulawesi Utara melakukan kegiatan pengawasan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, investigasi, bimbingan teknis, dan asistensi kepada Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada Gubernur dan para stakeholder serta memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas akuntabilitas keuangan negara dan penyelenggaraan SPIP pada K/L dan Pemerintah Daerah. Tugas pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015 lebih difokuskan pada tugas-tugas dalam rangka penguatan kualitas sistem pengendalian intern dan keandalan penyelenggaraan fungsi pengawasan intern pada instansi vertikal K/L, Pemerintah Daerah, serta korporasi yang menjadi perhatian Presiden, bersifat makro strategis, dan berdampak
    [Show full text]
  • Fuzzy Clustering Algorithm to Catching Pattern of Change in District/City Poverty Variables Before and the Beginning of the Covid-19 Pandemic in Sulawesi Island
    Parameter: Journal of Statistics Available at https://bestjournal.untad.ac.id/index.php/parameter Vol. 1 No. 2 2021, 1 - 10 DOI: https://doi.org/10.22487/27765660.2021.v1.i2.15446 eISSN: 2776-5660 FUZZY CLUSTERING ALGORITHM TO CATCHING PATTERN OF CHANGE IN DISTRICT/CITY POVERTY VARIABLES BEFORE AND THE BEGINNING OF THE COVID-19 PANDEMIC IN SULAWESI ISLAND Raditya Novidianto1, Rini Irfani2 1Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah 2Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah *e-mail: [email protected] ABSTRACT The first goal of the SDGs is to end poverty in any form. The COVID-19 pandemic has greatly affected several economic indicators, especially absolute poverty, especially in Sulawesi Island, which has increased poverty indicators, leading to the movement of values between districts/cities. The grouping will show similar characteristics of absolute variable poverty. By the Fuzzy method clustering, each observation has a degree of membership so that from the degree of membership can be identified which areas have vulnerable to move from one cluster to another. Grouping using fuzzy algorithms will get an overview of districts of concern to the government during the pandemic so that the variable indicators of absolute poverty do not worsen due to the pandemic. Comparison with the absolute variables of poverty in 2019 and 2020 in the headcount index (P0), Poverty Gap Index (P1), and Poverty Severity Index (P2) in districts/cities on the island of Sulawesi based on silhouette coefficients shows that optimum clusters formed as many as 2 clusters, with a coefficient of 0.57 and 0.60 respectively.
    [Show full text]
  • Studi Kasus: Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Dan Kota Kotamobagu)
    Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 241 - 246 KAJIAN BATAS PENGARUH KOTA TERHADAP WILAYAH SEKITARNYA (STUDI KASUS: KOTA MANADO, KOTA BITUNG, KOTA TOMOHON, DAN KOTA KOTAMOBAGU) Anna Maria Watung Supit O. Esry H. Laoh Melissa L. G. Tarore ABSTRACT This study aims to find out how far the limits of city influence on the surrounding area (case study: Manado City, Bitung City, Tomohon City, and Kotamobagu City). The data used in this research is secondary data. The variables measured in this study include population (soul) and distance (km). In this research the analysis used is Breaking Point. The study took place from October to April starting from preparation, data collection, to the production of research results. The location of the research was conducted in Manado City. The results showed that the development of City Region (BWK) of Manado City, Bitung, Tomohon, and Kotamobagu, has different influence limits. BWK Manado City Center has a stronger boundary of influence over Airmadidi, Tondano Utara, Bitung and Amurang areas. BWK Bitung City Center has stronger limits of influence, especially on Kauditan and Airmadidi areas. While the area of Manado has lower influence limits. The limits of influence of BWK Tomohon City Center have a stronger boundary effect on North Tondano and Sonder areas. While the area of Manado has lower influence limits. Similarly, the Influence Limits of BWK Kotamobagu City Center has a stronger influence limit on the Amurang and Tutuyan areas. Then the relationship of the four cities shows that Manado City has more influence than Bitung, Tomohon and Kotamobagu.
    [Show full text]
  • The Archaeology of Sulawesi Current Research on the Pleistocene to the Historic Period
    terra australis 48 Terra Australis reports the results of archaeological and related research within the south and east of Asia, though mainly Australia, New Guinea and Island Melanesia — lands that remained terra australis incognita to generations of prehistorians. Its subject is the settlement of the diverse environments in this isolated quarter of the globe by peoples who have maintained their discrete and traditional ways of life into the recent recorded or remembered past and at times into the observable present. List of volumes in Terra Australis Volume 1: Burrill Lake and Currarong: Coastal Sites in Southern Volume 28: New Directions in Archaeological Science. New South Wales. R.J. Lampert (1971) A. Fairbairn, S. O’Connor and B. Marwick (2008) Volume 2: Ol Tumbuna: Archaeological Excavations in the Eastern Volume 29: Islands of Inquiry: Colonisation, Seafaring and the Central Highlands, Papua New Guinea. J.P. White (1972) Archaeology of Maritime Landscapes. G. Clark, F. Leach Volume 3: New Guinea Stone Age Trade: The Geography and and S. O’Connor (2008) Ecology of Traffic in the Interior. I. Hughes (1977) Volume 30: Archaeological Science Under a Microscope: Studies in Volume 4: Recent Prehistory in Southeast Papua. B. Egloff (1979) Residue and Ancient DNA Analysis in Honour of Thomas H. Loy. M. Haslam, G. Robertson, A. Crowther, S. Nugent Volume 5: The Great Kartan Mystery. R. Lampert (1981) and L. Kirkwood (2009) Volume 6: Early Man in North Queensland: Art and Archaeology Volume 31: The Early Prehistory of Fiji. G. Clark and in the Laura Area. A. Rosenfeld, D. Horton and J. Winter A.
    [Show full text]
  • Supplementary Issue
    INDONESIA January 2005 Issue No.1 Supplementary Issue CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA, MUMBAI, INDIA INDONESIAN TOURIST DESTINATION : NORTH SULAWESI North Sulawesi - The Adventures beyond Dreams North Sulawesi is one of the 32 provinces in the Republic of Indonesia, with its capital city being Manado (formely also called "Menado"). This region with an area of 1,533,698 ha is located at 0º30"- 4º 3" North Latitude and 121º127" East Longitude. Based on the regional government system, North Sulawesi is subdivided into the Manado Municipality, Bolaang Mongondow District, Sangihe Talaud District and Bitung Municipality. To the North this region borders on the Republic of the Philippines, Sulawesi Sea and the Pacific Ocean. The Eastern part is on the Maluku Sea and the Southern side is the Tomini Gulf. The western part borders Gorontalo Province which until the end of 2000 was a part of North Sulawesi and then became an own province. The terrain is extremely mountainous and hilly, stretching from Lembean - Wulur Mahatus mountain chain (in Minahasa) continuing to Mount Ambang- Mount Gambuta (in Bolaang Mongondow). In Sangihe Talaud there are both active and extinct volcanoes, some towering 1,800 - 2,000 meters. Rich volcanic ash has blessed North Sulawesi with fertile lands; the highlands and lowlands producing rice, coco- nut, clove, nutmeg, vanilla and vegetables. The plains produce rice and corn in Dumoga, Ayong and Sangkub (Bolaang Mongondow). Plateaus in Tondano (Minahasa) also produce rice and corn, while Modoinding is know for its vegetables. Sangihe Talaud is recognized for its high quality nutmeg and Rumbia Trees (Sago Palm the source of a special flour for traditional cookies/snack).
    [Show full text]
  • North Sulawesi Province Soekarno Bridge in Manado Orth Sulawesi Is Located on Minahasa, the Northern Peninsula of the Island of Sulawesi
    PROVINCE OVERVIEW INDONESIA INDUSTRIAL ESTATES DIRECTORY 2018-2019 North Sulawesi Province Soekarno bridge in Manado orth Sulawesi is located on Minahasa, the northern peninsula of the island of Sulawesi. Its natural Basic Data borders are the Celebes Sea to the north, the Molucca NSea to the east and south; while in the west, there is the province of Gorontalo. North Sulawesi moreover includes Capital: Manado the Talaud and Sangihe groups of islands in the Celebes Sea. The capital is Manado City, near the northeastern Major Cities: tip of the province’s mainland. Administratively, North • Bitung : 269.368 inhabitants Sulawesi is divided into eleven regencies and four cities. • Kotamobagu : 116.180 inhabitants In developing the province, the government has set • Tomohon : 95.011 inhabitants the vision of “realizing North Sulawesi as a self-sufficient 2 economy with a sovereign government and culture”. This Size of Province: 15.273 km vision is planned to be achieved by enhancing economic Population: independence, strengthening the agricultural sector and (1) Province : 2.412.118 inhabitants use of maritime resources, and encouraging the industry (2) Province Capital : 473.499 inhabitants and services sector. Under the National Medium Term Development Salary (2018): Plan of 2015-2019, the central government has planned The provincial monthly minimum wage : to create a Special Economic Zone (SEZ) in Bitung, as a USD 209,21. designated center of fishery, coconut processing, and pharmaceuticals. The infrastructures along the site, such as toll road, water distribution network, enhancement of electricity capacity, will also be further developed to Educational Attainment accommodate the needs of potential investors.
    [Show full text]
  • Geochemical Study of Hot Spring Water Discharging on the Northen Slope of Mt
    Proceedings of the 9th Asian Geothermal Symposium, 7-9 November 2011 GEOCHEMICAL STUDY OF HOT SPRING WATER DISCHARGING ON THE NORTHEN SLOPE OF MT. MUAYAT IN THE KOTAMOBAGU GEOTHERMAL FIELD, NORTH SULAWESI, INDONESIA Riogilang, H.1, 3, Itoi, R.1, Taguchi, S2, Yamashiro, R.1, Yamashita, S.1, Masloman, H3. 1Department of Earth Resources Engineering, Faculty of Engineering, Kyushu University, 744 Motooka, Nishi-Ku, Fukuoka 819-0395, Japan 2Department of Earth System Science, Faculty of Science, Fukuoka University, 8-19-1 Nanakuma, Jonan-Ku, Fukuoka 814-0180, Japan 3Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Sam Ratulangi University, Manado 95115, Indonesia [email protected] or [email protected] ABSTRACT Nine water samples were collected from thermal spring, river, and shallow well at northern side of Mt. Muayat, Kotamobagu geothermal field. Temperature of waters, Electronic Conductivity (EC) and pH were measured on site and chemical analysis in laboratory. The analyzed results were plotted on Cl-SO4-HCO3 ternary diagram, and characterized into three groups of Cl-SO4, and HCO3 and alkali chloride waters. From Na-K-Mg plot, all hot spring water was determined as immature waters. The geochemical temperature calculated with quartz geotermometer showed in the range about 127-135°C, with Na-K geothermometer in a range 210-250⁰C. A conceptual model of hydrothermal system of the northern area of Kotamobagu was developed. Keywords: Geochemical, hot spring, conceptual model, Mt. Muayat, Kotamobagu. 1. INTRODUCTION The Kotamobagu geothermal field is located in North Sulawesi Province, Indonesia, 200 km to the southwest of Manado city, capital of the province (Fig.1).
    [Show full text]
  • The Project for Enhancement of the Disaster Management Capacity of Bnpb and Bpbd Project Completion Report
    NATIONAL AGENCY FOR DISASTER MANAGEMENT (BNPB) REPUBLIC OF INDONESIA THE PROJECT FOR ENHANCEMENT OF THE DISASTER MANAGEMENT CAPACITY OF BNPB AND BPBD PROJECT COMPLETION REPORT NOVEMBER 2015 JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY ORIENTAL CONSULTANTS GLOBAL CO., LTD. ASIAN DISASTER REDUCTION CENTER GE JR 15-152 NATIONAL AGENCY FOR DISASTER MANAGEMENT (BNPB) REPUBLIC OF INDONESIA THE PROJECT FOR ENHANCEMENT OF THE DISASTER MANAGEMENT CAPACITY OF BNPB AND BPBD PROJECT COMPLETION REPORT NOVEMBER 2015 JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY ORIENTAL CONSULTANTS GLOBAL CO., LTD. ASIAN DISASTER REDUCTION CENTER Project Completion Report Table of Contents Table of Contents List of Tables and Figures Abbreviations Page 1. INTRODUCTION ........................................................................................................................... 1 1.1 BACKGROUND OF THE PROJECT....................................................................................................... 1 1.2 OUTLINE OF THE PROJECT ............................................................................................................... 2 1.3 OBJECTIVES OF THE PROJECT .......................................................................................................... 7 2. METHODOLOGY OF TECHNICAL TRANSFER .................................................................. 15 2.1 DESCRIPTIONS OF ITEMS TO BE IMPLEMENTED .............................................................................. 15 2.2 COMMON ITEMS ...........................................................................................................................
    [Show full text]