POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA Religiusitas, Rekognisi Dan Pelayanan Keagamaan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan Editor Raudatul Ulum Litbangdiklat Press Tahun 2019 POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan Hak cipta dilindungi Undang-undang All Rights Reserved Editor: Raudatul Ulum Penulis: AHMAD ROSIDI; ANIK FARIDA; ASNAWATI; EDI JUNAEDI;M. TAUFIK HIDAYATULLAH; R. ADANG NOFANDI; RAUDATUL ULUM;RESLAWATI; WAKHID SUGIYARTO; ZAENAL ABIDIN EKO PUTRO Desain Cover dan Layout: Fajar Anbya Diterbitkan oleh: LITBANGDIKLAT PRESS JL. M.H. Thamrin No. 6 Lantai 17 Jakarta Pusat Telepon: 021-3920688 Fax: 021-3920688 Website: balitbangdiklat.kemenag.go.id Anggota IKAPI No. 545/Anggota Luar Biasa/DKI/2017 Cetakan: Pertama Oktober 2019 ISBN: 978-602-51270-7-6 ii PRAKATA EDITOR Salam kebajikan, kami bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya proses perbaikan naskah buku Potret Umat Konghucu di Indonesia. Topik yang cukup unik, meskipun juga bukanlah kajian baru di lingkungan studi keagamaan di Indonesia. Satu hal yang melekat pada Konghucu, selalu identik dengan etnis Tionghoa, baik dalam perspektif budaya maupun praktek keagamaan. Lalu, sejak kapan keberadaan agama Konghucu di Indonesia, bisa saja diasumsikan hadir bersama dengan kedatangan etnis Tionghoa sejak ratusan tahun yang lalu. Kenapa agama hadir di sepanjang kehidupan manusia, untuk apa juga dipelajari. Tuhan dikenal dalam berbagai bentuk dan nama seiring perkembangan sejarah. Bermacam ragam manusia mengenali Tuhan dan menjadi penganut agama, dengan caranya sendiri, serta acapkali berbuat baik atas namanya. Pada perkembangannya agama hadir turun melalui wahyu dan perenungan manusia sendiri sehingga menjadi tata nilai, untuk mengasah budi dan sisi baik manusia. Agama bagi pemeluk agama Konghucu adalah serangkaian pembelajaran, tidak hanya ketuhanan, etika dan moralitas, spiritualitas dan jalan hidup untuk mencari kesejatian. Mereka sebut dengan watak sejati. Kilas balik atas jalan suci dan damai itu, disamping memberi inspirasi bagi jalan spiritual dan kedamaian, menyisakan begitu banyak cerita di Indonesia. Hubungan negara dengan agama di negeri ini kerap pasang surut. iii Politik seringkali berkelindan dengan identitas keagamaan. Identitas keberagamaan dapat pula diseret-seret atas ketidaksukaan kepada yang lain. Secara horisontal, pemeluk agama Konghucu tidak mengalami benturan, jika di lain tempat seringkali terjadi kasus gesekan antar penganut agama, seakan api dalam sekam, sewaktu waktu akan tampak pijarnya di permukaan. Namun pemeluk agama Konghucu jarang mengalami intensi konflik secara terbuka dan intimidatif ke arah kekerasan atas nama agama. Pasang surut hubungannya justru terjadi dengan negara, rezim pemerintahan sempat melarang, saat itu segala hal yang berbau China dilarang, dianggap sebagai budaya asing, sehingga berdampak sangat masif terhadap identitas Konghucu. Sampai kemudian dipulihkan pasca reformasi 1998. Bagi Indonesia, agama adalah hal penting dalam kehidupannya. Banyak hasil riset mengatakan hal tersebut, sehingga urusan apapun tidak bisa dilepaskan dari unsur agama. Sebagai negara, Indonesia memiliki perangkat lengkap untuk menjamin kehidupan warganya. Termasuk pada aspek pelayanan sipil keagamaan. Kepentingan manausia modern terhadapa agama juga masih berkaitan dengan pendidikan agama, perkawinan sampai dengan urusan pemulasaraan jenasah. Isu keagamaan di beberapa negara sekuler dianggap sebagai urusan pribadi, padahal beberapa praktek keagamaan juga akhirnya tidak bisa dilepaskan dari negara. Di Indonesia agama menyatu dengan kehidupan sosial masyarakatnya. Hal yang disebutkan tersebut yang menjadi area pembahasan sepanjang naskah ini ditulis. iv Banyak narasi yang dihadirkan di dalam buku ini, mulai dari hal yang kontroversial menyangkut jumlah pemeluk agama Konghucu yang tidak pernah bisa definitif. Begitu juga konflik rumah ibadah dengan penganut agama Buddha. Jumlah penduduk tidak akurat disebabkan karena identitas penganut juga tidak pernah tuntas. Banyak faktor kenapa identitas tidak tuntas, sudut pandang psikologis terhadap dinamika politik Indonesia serta alasan lainnya muncul berdasarkan hasil wawancara. Konghucu menjadi topik menarik di dalam buku ini, di samping kesahihan argumentasi karena diurai dari hasil penelitian, beberapa hal menyangkut kosmologi, religiusitas, etika dan spiritualitas juga menjadi sorotan penting. Penerbitan hasil penelitian tentang umat Konghucu ini merupakan bentuk kedua setelah sebelumnya dicetak diterbitkan dalam bentuk utuh sebagai laporan penelitian. Memang bukanlah hal mudah dalam hal mengedit naskah ini, karena bekerja dengan menjaga jarak yang cukup dengan naskah aslinya sama dengan membiarkan apa adanya, tetapi jika banyak mengubah memilah memilih khawatir menghilangkan unsur emik dari hasil penelitiannya. Akhirnya jadilah rupa sedemikian ini, susunan sistim penyajiannya dibuat selentur mungkin, meskipun beberapa data masih dihadirkan apa adanya untuk menjaga keaslian dari tulisan para peneliti. Semoga buku ini dapat memberikan informasi dan bacaan yang baik bagi seluruh pemerhati Konghucu, berguna bagi yang tertarik karena keinginan memahami Konghucu dan pemeluknya saat ini, ataupun karena kepentingan studi v keagamaan. Sebagai sebuah karya, tulisan dari beberapa orang ini telah berusaha menghadirkan beberapa hal yang dipandang penting dan menjadi perhatian banyak kalangan. Baik, kalangan internal pemeluk Konghucu sendiri, kalangan yang memiliki ikatan tradisi tetapi bukan pemeluk, maupun mereka pembaca di luar umat. Selamat membaca! Sanzhai Jakarta, 7 September 2019 Raudatul Ulum Editor vi Daftar Isi Halaman Sampul ....................................................... i Prakata Editor ............................................................ iii Bagian I ....................................................................... 1 Pendahuluan POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA ........................................................... 1 Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan Bagian II ...................................................................... 22 UMAT KHONGHUCU DI BALI .................................. 22 Oleh: Reslawati Bagian III .................................................................... 42 UMAT KHONGHUCU SURABAYA............................ 43 Oleh: Raudatul Ulum Bagian IV .................................................................... 72 KHONGHUCU DAN PROBLEM IDENTITAS ............. 72 DI KEPULAUAN RIAU ............................................... 72 Oleh: Edi Junaedi Bagian V ..................................................................... 80 UMAT KHONGHUCU PURWOKERTO ..................... 80 Oleh: Zaenal Abidin Eko Putro Bagian VI .................................................................... 114 UMAT KHONGHUCU PANGKAL PINANG ............. 114 Oleh: R. Adang Nofandi vii Bagian VII ................................................................... 147 UMAT KHONGHUCU KOTA SOLO .......................... 147 Oleh: Wakhid Sugiyarto Bagian VIII ............................................................... 199 UMAT KHONGHUCU DI BOGOR ..................... 199 Oleh: Achmad Rosidi Bagian IX .................................................................. 211 UMAT KHONGHUCU DI JAKARTA ................. 211 Oleh: Taufik Hidayatulllah dan Anik Farida Bagian X .................................................................... 239 UMAT KHONGHUCU SEMARANG .................. 239 Oleh: Suhanah dan Asnawati Daftar Pustaka ......................................................... 249 Biodata Penulis ........................................................ 255 Indeks ........................................................................ 261 SUSUNAN ANGGOTA REVIEWER LITBANGDIKLAT PRESS .................................................. 270 viii Bagian I Pendahuluan POTRET UMAT AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA Religiusitas, Rekognisi dan Pelayanan Keagamaan Pendahuluan ien Shie muncul dalam bentuk agama di beberapa negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan Tiongkok, setidaknya kultur dan etika negara T 1 tersebut sangat dipengaruhi oleh Kongfusionisme . Dalam bahasa Tionghoa, agama Khonghucu seringkali disebut sebagai Kongjiao (孔教) atau Rujiao (儒教)2. Di zaman Orde Baru, rezim pemerintahan saat itu melarang segala bentuk aktivitas kebudayaaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia3. Hal tersebut menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa tidak memiliki status sebagai pemeluk 1 Kaplan, Robert D. (6 February 2015). “Asia’s Rise Is Rooted in Confucian Values”. Wall Street Journal. 2 Feuthwang, Stephan (2016). Chinese religions”, in Woodhead, Linda; Kawanami, Hiroko; Partridge, Christopher H. (eds.), Religions in the Modern World: Traditions and Transformations (3nd ed.), London: Routledge, pp. 143–172, ISBN 978-1-317-43960-8 3 Produk pembatasan terhadap simbol dan budaya tionghoa setidaknya enam peraturan: 1) Inpres 14/76 tentang larangan kegiatan keagamaan, adat dan kebudayaan tionghoa; 2) SE 60/Preskab/6/67 pengubahan nama tionghoa ke Indonesia; 3) SK Mendag Kop 286/78 pelarangan impor, penjualan dan penjualan berbahasa Cina; 4) SE Mendagkop 02/SE/Ditjen/PPG/K/1988, melarang penggunaan aksara di muka umum; 5) Permen Perumahan 455.2-360/1988 larangan mengembangkan Kelenteng; 6) Kepres 56/96 tentang penghapusan persyaratan SBKRI. 1 agama yang dilayani oleh negara dalam melaksanakan aktifitas keagamaan dan kebutuhan layanan sipil lainnya, seperti pemeluk lima agama lainnya. Kondisi tersebut memunculkan