BAB II ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

2.1. Tinjauan Judul Perancangan 2.1.1. Perancangan Komik 2.1.1.1.Perkembangan Komik Karya perancangan ini bersifat sebagai eksplorasi awal di bidang pembuatan komik. Dalam karya ini juga membahas penggunaan teknik visual gabungan antara elemen 2D dan elemen 3D.

2.1.2. Gambar Ilustrasi 2.1.2.1.Perkembangan Ilustrasi Dalam karya ini digunakan teknik illustrasi yang mengandalkan garis (outline) dan kekuatan hitam-putih (contrast).

2.1.3. Tinjauan Science-fiction Fiksi ilmiah adalah sebuah genre yang luas tentang fiksi yang sering melibatkan spekulasi-spekulasi yang berdasar ilmupengetahuan dan teknologi jaman sekarang. Fiksi ilmiah dapat ditemukan di buku-buku, karya seni, televisi, film, games, teater, dan media-media lainnya. Dalam fiksi ilmiah terdapat berbagai macam tema dan sub-genre yang sangat sulit untuk didefinisikan. Berikut ini adalah daftar definisi menurut beberapa penerbit, editor, dan kritikus dari tahun ketahun sejak fiksi ilmiah menjadi bagian yang terpisah dari genre-genre lainnya. Menurut Hugo Gernsback.1920. “Dengan fiksi ilmiah saya maksud adalah tipe cerita seperti karangan Jules Verne, H.G. Wells dan , sebuah cerita yang digabungkan dengan fakta-fakta ilmiah dan visi-visi. Cerita-cerita menakjubkan tersebut tidak hanya marupukan bacaan yang sangat menarik, namun juga sangat instruktif. Cerita-cerita tersebut memberi pengetahua, dengan cara yang mudah diserap, pertualangan-pertualangan yang ada di cerita-cerita jaman sekarang bukanlah tidak mungkin dapat terrealisasi di masa akan datang… “(qtd. in Stableford, Clute dan Nicholls 311-314)

9 Universitas Kristen Petra 10

Menurut Robert A. Heinlein. 1947.” Spekulasi realistis mengenai kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi, didasarkan oleh pengetahuan yang mencukupi tentang dunia nyata, jaman lampau dan sekarang, dan pengertian yang dalam mengenai alam dan kepentingan metode ilmiah. Beberapa cirri cerita fiksi ilmiah: 1. Kondisi dan situasi, haruslah berbeda ,dalam tingkat tertentu, dengan jaman sekarang, walaupun perbedaannya terletak pada penemuan-penemuan yang dibuat dalam jalan , walaupun perbedaannya terletak pada penemuan-penemuan yang dibuat dalam jalan jalan cerita. 2. Kondisi dan situasi yang baru tersebut harus merupakan bagian yang terpenting dari cerita. 3. Masalah/problema yang disajikan dalam cerita, plotnya, harus lah masalah manusia. 4. Masalah manusia tersebut harus merupakan hasil atau efek dari kondisi/ situasi baru tersebut. 5. Dan, tidak ada fakta-fakta nyata yang dilanggar, dan jika di dalam cerita ada teori baru atau bahkan teori yang berlawanan dengan teori nyata, maka teori baru tersebut harus bersifat rasional dan ada penjelasan mengenai teori baru tersebut yang dapat memuaskan pembaca.” (qtd. in Eshbach 91) Menurut David Pringle. 1985. “Fiksi ilmiah adalah suatu bentuk fiksi- fantasi yang mengeksploitasi perspektif imajinasi dari ilmu modern.” (Pringle 9) Jeff Prucher. 2006. “Fiksi ilmiah adalah genre yang dimana setting cerita berlainan dengan dunia nyata (seperti penemuan teknologi baru, kontak dengan alien, memiliki jalan sejarah yang berbeda, dll) dan dimana perbedaan tersebut didasarkan dari hal-hal fiksi yang dibuat dari satu atau lebih perubahan atau anggapan-anggapan. Karena itu, di sebut fiksi ilmiah karena perbedaan seting dengan dunia nyata dijelaskan secara rasional atau ilmiah, berlawanan dengan cara-cara supernatural.” (Prucher 20)

2.2 Studi Literatur 2.2.1 Seni Rupa dan Sejarahnya 2.2.1.1 Zaman Prasejarah Menurut artikel di web-site Wikipedia esiklopedia bebas. Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah

Universitas Kristen Petra 11

mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian- bagian penting dari kehidupan mereka. Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik. Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di , sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka secara otomatis karya- karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya. Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.

Universitas Kristen Petra 12

Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan. Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni. (“Seni Lukis”)

2.2.1.2 Seni Lukis Zaman Klasik Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan: • Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama) • Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),

Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban. (“Seni Lukis”)

Universitas Kristen Petra 13

2.2.1.3 Seni Lukis Zaman Pertengahan Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas. Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda). Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga dimulainya masa renaissance. (“Seni Lukis”)

2.2.1.4 Seni Lukis Zaman Renaissance Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur. Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini antara lain Tomassi, Donatello, Leonardo da Vinci, Michaelangelo, dan Raphael. (“Seni Lukis”)

2.2.1.5 Art Nouveau Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.

Universitas Kristen Petra 14

Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam. (“Seni Lukis”)

2.2.1.6 Sejarah seni lukis di Indonesia Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa. Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi. Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,

Universitas Kristen Petra 15

sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini. Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi. Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi. (“Seni Lukis”)

2.2.2 Aliran Seni Lukis • Surrealisme Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. (“Seni Lukis”) • Kubisme Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso. (“Seni Lukis”) • Romantisme Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk

Universitas Kristen Petra 16

tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh. (“Seni Lukis”) • Ekspresionisme Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia. Pelukis Matthias Grünewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis.(“Ekspresionisme”) • Impresionisme Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise" ("Impression, soleil levant"). Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran dalam artikelnya di Le Charivari. Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa.(“Impresionisme”) • Fauvisme Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek menjelang dimulainya era seni rupa modern. Nama fauvisme berasal dari kata sindiran "fauve" (binatang liar) oleh Louis Vauxcelles saat mengomentari pameran Salon d'Automne dalam artikelnya untuk suplemen Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2. Kepopuleran aliran ini dimulai dari Le Havre, Paris, hingga Bordeaux. Kematangan konsepnya dicapai pada tahun 1906. Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme, pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan pribadi seniman dengan alam tersebut.

Universitas Kristen Petra 17

Konsep dasar fauvisme bisa terlacak pertama kali pada 1888 dari komentar Paul Gauguin kepada Paul Sérusier.(”Fauvisme”) • Realisme Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India. Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung mengabaikan drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih dahulu populer saat itu. Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di zaman renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic. Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya- karya Rembrandt yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di Perancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre- Raphaelite Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme. Teknik Trompe l'oeil, adalah teknik seni rupa yang secara ekstrim memperlihatkan usaha perupa untuk menghadirkan konsep realisme.(“Realisme”)

Universitas Kristen Petra 18

• Naturalisme Naturalisme di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi atas kemapanan romantisme. Salah satu perupa naturalisme di Amerika adalah William Bliss Baker, yang lukisan pemandangannya dianggap lukisan realis terbaik dari gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan naturalis adalah pandangan Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang telah ditimbulkan manusia terhadap alam.(“Naturalisme”) • De Stijl De Stijl atau dalam Bahasa Inggris the style adalah gerakan seni di sekitar tahun 1920an. Konsep ini berkembang seiring terjadinya perang dunia pertama yang berlarut-larut. Komunitas seni de Stijl kemudian berusaha memenuhi keinginan masyarakat dunia mengenai sistem keharmonisan baru di dalam seni. Konsep ini diwujudkan dalam pemikiran utopia. Mereka mewujudkan abstraksi dan keuniversalan dengan mengurangi campur tangan bentuk dan kekayaan warna semaksimal mungkin. Komposisi visual disederhanakan menjadi hanya bidang dan garis dalam arah horisontal dan vertikal, dengan menggunakan warna-warna primer seperti merah, biru, dan kuning di samping bantuan warna hitam dan putih. Dalam kebanyakan karya seni, garis vertikal dan horisontal tidak secara langsung bersilangan, tetapi saling melewati satu sama lain. Hal ini bisa dilihat dari lukisan Mondrian, Rietveld Schröder House, dan Red and blue chair.(“De Stijl”) • Abstraksi Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.(“Seni Lukis”)

2.3. Tinjauan Buku Bacaan 2.3.1. Pengertian Komik

Universitas Kristen Petra 19

Ada banyak pengertian arti kata komik. Komik ( secara ilmiah disebut seni sekuensial) adalah suatu bentuk seni rupa yang terdiri dari gambar-gambar yang biasanya digabungkan dengan teks, biasanya dalam bentuk balon kata/ teks balon. Awalnya digunakan untuk mengilustrasikan karikatur dan untuk menghibur dengan penggunaan cerita-cerita yang jenaka dan asal-asalan, sekarang komik telah berevolusi menjadi medium yang berkaitan dengan tulisan/kesusasteraan dengan jenis yang berbagai macam. (“Comics”) Bentuk komik yang paling mudah di cetak adalah strip komik (komik 4 panel), dan bentuk buku komik dengan cerita yang lebih panjang dan novel bergambar. Tergantung dari definisi dari istilahnya, komik dapat dicari kembali sejauh abad 15 di Eropa. Namun, bentuk komik yang sekarang (dengan panel, dan menggunakan teks didalam gambar dengan balon teks, etc), dan juga istilah komik itu sendiri, berasal dari akhir abad 19. Istilah komik pada awalnya digunakan sebagai istilah cerita lucu dan jenaka. (“Comics”) Menurut McCloud (9), dalam bukunya yang berjudul Undertanding Comics, komik adalah gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjuktaposisi dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (452) komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, maupun dalam oentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.

2.3.2. Sejarah Komik di Dunia Sampai saat ini, kapan dan dimana komik berawal, masih diperdebatkan, seringkali dikarenakan oleh perbedaan dari definisi komik itu sendiri. Pada umumnya seperti yang diyakini oleh banyak penulis dan sumber-sumber akademis, dimana salah satunya yaitu Scott McCloud, bahwa format komik mengikuti para pendahulunya yaitu hieroglif Mesir, emaki dari Jepang, kaca jendela stained glass dari Eropa, manuskrip Amerika Tengah dari masa pra- Kolombia, dan karya rajutan Bayeux. (Perry & Aldridge 11 ; McCloud 11-14) Komik sebenarnya sudah ada sejak jaman dulu ketika manusia primitif atau prasejarah membuat gambar-gambar di dinding gua, daun, atau kulit

Universitas Kristen Petra 20

binatang. Inilah yang menjadi cikal bakal dari komik itu sendiri yang semula hanya sebagai penyampai pesan secara nonverbal yang paling kuno. Jika ditinjau dari segi arkeolog banyak sekali ditemukan artefak-artefak dari peradaban jaman dulu yang menggunakan bahasa gambar. Penemuan Permadani Bayeux dari Perancis yang bercerita tentang penaklukan Norman atas Inggris. Naskah bergambar dari Meksiko, yang merupakan peninggalan dari bangsa Aztec yang menceritakan kisah kepahlawanan dari “Kuku Macan” 8 Rusa, pahlawan militer dan politikus besar bangsa Aztec. Lukisan kuno bangsa Mesir yang bercerita tentang cara menanam gandum. Serta masih banyak lagi bukti lainnya yang berasal dari berbagai belahan dunia yang lain. Sudut pandang yang lain oleh Roger Sabin berargumentasi bahwa definisi dari komik diambil dari wujud komik cetak. Perspektif ini semakin sering ditantang karena semakin banyaknya distribusi secara elektronik untuk film, musik, buku, dan karya seni yang menekankan kualitas isi yang disampaikan lebih penting daripada mekanisme penyampaian isi itu sendiri. (Sabin 13) a. Abad ke-15 – 18 Sabin mencontohkan bahwa penemuan percetakan sebagai titik awal teknologi modern mulai tumbuh dan berkembang, berargumentasi bahwa media dari komik telah terkait erat dengan teknologi percetakan.( Ibid 13-16) Sebuah karya awal yang masih bisa dikenali sebagai sebuah karya komik cetak adalah A True Narrative of the Horrid Hellish Popish Plot oleh Francis Barlow (th. 1682). The Punishment of Lemuel Gulliver karya William Hogarth (1726), adalah sebuah karya awal lainnya yang memiliki kesamaan wujud, meskipun Eddie Campbell berpendapat bahwa ini lebih mendekati kumpulan gambar kartun dan bukanlah komik yang sesungguhnya. Artis terkenal lainnya yang juga berkarya pada periode ini adalah Thomas Rowlandson, Jan Vandergucht, James Gillray danGeorge Cruikshank. Rowlandson dan Gillray mendapatkan pengakuan atas penggunaan speech balloon untuk menggambarkan kata-kata yang terucap seperti yang kita jumpai saat ini (Perry & Aldridge 32),

Universitas Kristen Petra 21

dari bentuk penggambaran sebelumnya yang menggambarkan kata-kata ucapan menggunakan bentuk banner/spanduk. Sebagai contoh dari karya Rowlandson tahun 1782, sebuah satir politik masa itu, menunjukkannya sebagai sebuah variasi dari kartun strip. Karyanya mempopulerkan bentuk kartun strip sebagai sebuah karya narasi/cerita bergambar (Ibid. 31). b. Abad ke-19. Rodolphe Topffer, seorang artis Francophone Swiss, adalah seorang tokoh penting pada masa-masa awal abad ke 19. Karyanya dicetak ulang diseluruh Eropa dan Amerika Serikat, menciptakan sebuah pasar tersendiri pada kedua benua tersebut untuk karya-karya yang sejenis. Pada tahun 1845 Topffer merumuskan pikirannya mengenai cerita bergambar melalui esainya di bidang Physioergonomics: “To construct a picture- story does not mean you must set yourself up as a master craftsman, to draw out every potential from your material – often down to the dregs! It does not mean you just devise caricatures with a pencil naturally frivolous. Nor is it simply to dramatize a proverb or illustrate a pun. You must actually invent some kind of play, where the parts are arranged by plan and form a satisfactory whole. You do not merely pen a joke or put refrain in couplets. You make a book: good or bad, sober or silly, crazy or sound in sense.” (“Untuk membuat sebuah cerita-gambar tidak berarti anda harus memposisikan diri anda sebagai seorang ahli, yang menggambarkan semua potensi dalam materi yang dimiliki – sampai setiap detil kecil yang tak berarti! Itu juga tidak berati anda harus menggunakan karikatur konyol menggunakan pensil anda. Bukan juga untuk mendramatisir sebuah peribahasa atau menggambarkan sebuah plesetan/humor. Anda harus menciptakan sejenis pertunjukan, dimana berbagai bagian diatus sesuai dengan rencana dan membentuk sebuah keutuhan yang sempurna. Anda tidak sekedar menuliskan sebuah gurauan atau menambahkan refrain dalam sebuah pantun. Anda membuat sebuah buku: baik atau buruk, serius atau jenaka, gila atau masuk akal.”) (Töpffer 4)

Universitas Kristen Petra 22

Sir Ernst Gombrich merasa bahwa Topffer telah mengevolusikan sebuah bahasa penggambaran baru, yang berisi gaya seni yang telah dipersingkat, yang bekerja dengan mengijinkan pembaca untuk mengisi titik-titik yang ada dengan imajinasi mereka masing-masing. Gambar-gambar satir dimuat dalam surat-surat kabar hampir sepanjang abad ke 19. Di Inggris pada tahun 1841, Punch, sebuah majalah yang memuat gambar-gambar serupa (Sabin 16). Pada tahun 1843 Punch menyebut ‘gambar kartun lucu’nya sebagai kartun dengan referensi satir pada Parlemen Inggris, yang sedang mengorganisir pameran kartun pada saat itu. Penggunaan ini menjadi cara yang umum digunakan, bahkan sampai hari ini (Varnum & Gibbons 77-78). Majalah-majalah yang memuat gambar-gambar serupa di daratan Eropa antara lain Fliegende Blatter dan Charivari, sementara di Amerika Serikat majalah Judge dan Puck adalah majalah-majalah sejenis yang populer. Di Jerman pada tahun 1865 strip Max and Moritz karya Wilhelm Busch dipublikasikan dalam surat kabar. Strip ini dianggap sebagai pionir penting dalam perkembangan komik strip. Pada 1884, Half Holiday karya Ally Sloper diterbitkan, karya yang diakui sebagai majalah komik strip pertama yang memiliki karakter yang muncul berulang-ulang kali. Pada 1890 dua majalah komik lainnya muncul untuk pertama kalinya dihadapan publik Inggris, yaitu Comic Cuts dan Illustrated Chips. Majalah-majalah ini pulalah yang menerbitkan kembali materi Amerika, yang sebelumnya diterbitkan dalam surat kabar di Amerika Serikat. Mereka membentuk tradisi komik Inggris sebagai media periodik yang berisi komik strip (Sabin 17-21). Bergantung pada criteria yang digunakan, seri komik pertama yang sukses dengan karakter reguler didalamnya adalah antara komik karton panel-tunggal Hogan’s Alley karya R.F. Outcault (1895) atau komik strip multi-panel The Katzenjammer Kids karya Rudolph Dirk. The Yellow Kid, bintang dari Hogan’s Alley, menjadi begitu terkenalnya sampai mampu mendorong penjualan surat kabar, dan dengan begitu mendorong pula lahirnya strip-strip lainnya. Ledakan inilah yang menandai awal dari komik sebagai bentuk seni populer (Sabin 17-21).

Universitas Kristen Petra 23

c. Abad ke-20 Istilah komik di Amerika Serikat digunakan untuk mendefinisikan strip komik awal pada surat kabar, yang pada mulanya memuat kisah-kisah humor, sesuai dengan kata sifat/adjektiva komik (Ibid.133). Pada 1929, komik strip mulai untuk memperluas cakupan isinya, dari Buck Rogers dan Tarzan sebagai contoh genre action. Lebih banyak komik strip mengikuti, dengan istilah “komik” semakin popular digunakan sehingga tidak lagi menggambarkan kualitas isi yang humoris, melainkan bentuk dari tampilan komik itu sendiri (Ibid.137-139). Tahun 1929 juga menyaksikan kemunculan perdana dari The Adventures of Tintin yang diterbitkan sebagai strip hitam-putih dalam Le Petit Vingtieme, sebuah suplemen dari Le Vingtieme Siecle, sebuah surat kabar Belgia. Strip tersebut dikumpulkan sebagai Tintin in the Land of the Soviets pada tahun 1930, diterbitkan di Eropa dalam bentuk album komik Eropa. (Ferguson, Andrew, para 1). Terbitan lainnya yang patut diperhatikan adalah The Funnies pada tahun 1929, sebuah cetakan ulang dari strip surat kabar. Dengan reputasi sebagai komik empat warna pertama yang dijual bebas di Amerika Serikat, kumpulan komik ini diterbitkan dengan ukuran tabloid, sebuah ukuran yang dengan mudah dapat disalahartikan sebagai supplemen Sunday untuk masa itu dan demikian mengganggu penjualan sehingga penerbitannya dihentikan setelah 36 edisi. Penerbitan pertama yang menggunakan ukuran yang dikenali hingga saat ini sebagai sebuah buku komik adalah Funnies on Parade yang menggunakan ukuran tabloid yang sama dengan ukuran suplemen Sunday dan melipatnya menjadi dua. Diterbitkan tahun1933 oleh dua pekerja dari Eastern Color Printing Company of New York, Harry Wildenberg dan Max Gaines sebagai bahan iklan cuma-cuma, kesuksesannya membuat banyak model iklan serupa yang diterbitkan kemudian.Mengikuti nalurinya, Gaines memberikan cetakan ekstra pada stan surat kabar, dengan harga jual 10 sen, yang mana habis terjual. Tindakan inilah yang membuat Eastern menerbitkan Funnies pada bulan Mei 1934 untuk dijual pada stan-stan surat kabar. Pada 1935 buku komik mulai membayar untuk karya asli, sebagian besar diinspirasikan oleh majalah picisan masa itu, disamping mengemas pula materi-

Universitas Kristen Petra 24

materi asing. Will Eisner adalah orang yang menyuplai materi asing tersebut, dan karena penyesuaian yang dilakukannya terhadap materi asing tersebut dia diakui sebagai penemu dari tata kata yang digunakan dalam buku komik. Teknik yang digunakan oleh Eisner saat melakukan penyesuaian materi untuk format baru ini mencakup antara lain teknik “jump cut”. (Harvey, R. C. 80) Pada tahun1938 Action Comics #1 diterbitkan, memuat pemunculan perdana dari Superman dan memacu mulainya apa yang kini disebut Era Keemasan Buku Komik (The Golden era of Comic Books). Juga di tahun yang sama, Spirou muncul untuk pertama kalinya di Belgia, memulai kebiasaan majalah mingguan untuk memuat komik Franco-Belgian (campuran Perancis dan Belgia). Setelah Perang Dunia II, komik Jepang yang dikenal dengan nama Manga mulai berkembang kearah modernisasi. Pencabutan larangan untuk terbitan non- propaganda membuat Ozamu Tezuka untuk meremajakan baik isi dari manga dan gaya presentasinya. Buku pertama Ozamu Tezuka adalah sebuah revisi dari Treasure Island, yang diberi judul New Treasure Island (1947). Selama paruh akhir abad ke 20 komik telah menjadi sebuah item yang popular diantara para kolektor dan sejak 1970 penerbit komik telah secara aktif mendorong kegiatan mengkoleksi dan merubah sebagian besar penerbitan komik dan produksinya untuk menarik perhatian secara langsung dari komunitas kolektor. Pengkoleksian komik hari ini dikenal dengan istilah khusus yang disebut panelologi. Kegunaan ganda istilah komik pada masa modern ini, sebagai sebuah adjektiva yang menggambarkan sebuah genre, dan sebuah kata benda yang dimaksudkan untuk seluruh media yang ada dan digunakan, telah dikritik karena dianggap membingungkan dan menyesatkan. Pada tahun 1960 dan 1970, kartunis bawah tanah menggunakan ejaan comix untuk membedakan karya mereka dari strip komik surat kabar dan buku komik yang masih baru berkembang; ironisnya, meskipun karya mereka ditulis untuk pembaca dewasa, biasanya tetap memiliki unsure komedi atau humor didalamnya, jadi label “komik” masih dianggap sesuai (Arnold, 2001). Istilah ‘Novel Bergambar’ dipopulerkan pada akhir tahun 1970,

Universitas Kristen Petra 25

setelah dicetuskan dua dekade sebelumnya, yang ditujukan agar materi ini tidak lagi dianggap membingungkan. Pada tahun 1980 gelar akademis untuk komikus mulai bermunculan di Amerika Serikat, dan sebuah kemunculan kembali popularitas komik, dapat dilihat dari karya superhero Frank Miller dan Calvin and Hobbes karya Bill Waterson. Pada tahun 2005 karya Robert Crumb dipamerkan dalam sebuah galeri di kedua sisi lautan Atlantik, dan surat kabar The Guardian mengisi suplemen tabloidnya untuk penjelajahan seminggu penuh atas karya dan idiom ciptaannya.

2.3.3. Sejarah Komik di Indonesia Sejarah Komik di Indonesia dimulai dengan ditemukannya gua leangleng, Sulawesi Selatan. Temuan ini berupa gambar babi hutan juga candi -candi sekitar abad ke 18, juga didapati gambar-gambar kuno diatas kertas dengan tinta berwama. Di Bali komik dibuat diatas daun lontar, bercerita tentang Ramayana dalam aksara Bali berbahasa Jawa kuno tema ceritanya Dampati lelagon atau Darma lelagon. Di candi-candi Borobudur dan Prambanan terdapat relief yang menceritakan kehidupan spritual dan kebudayaan pada abad pertengahan , juga kita kenal dalam cerita wayang beber dan wayang kulit yang menjadi kesenian masyarakat Jawa menjadi referensi timbulnya komik Indonesia. Cerita bergambar atau komik pertama kali terbit di Indonesia sejalan dengan munculnya media masa berbahasa Melayu Cina dimasa pendudukan Belanda. Cergam Put On karya Kho Wan Gie tahun 1930 diharian Sin Po, menceritakan sosok gendut bermata sipit yang melindungi rakyat kecil bercerita Indonesia sebagai tanah kelahiranya. Komik ini sangat populer pada masa itu,sedangkan nama Put On adalah jenis cerita bergambar yang bercorak humor berbemuk kartun. Cerita bergambar yang bercorak realistik baru dimulai oleh Nasoen As sejak tahun 1939. Bonnef menempatkan awal perang dunia I sebagai masa pertumbuhan awal komik Indonesia, komik pertama dalam kasanah sastra Indonesia ialah mencari Putri Hijau (Nasroen As) dimuat dalam harian Ratoe Timoer.

Universitas Kristen Petra 26

Pada masa pendudukan Jepang 1942 muncul cerita legenda Roro Mendut Gambaran B. Margono, di harian Sinar Matahari Jogjakarta. Setelah Indonesia merdeka harian Kedaulatan Rakyat memuat komik Pangeran dan Joko Tingkir dan pada tahun 1948 cerita kisah kependudukan Jepang oleh Abdul Salam. Cerita yang bertemakan petuaiangan dan kisah- kisah Kepahlawanan / Heroisme yang diangkat dari cerita rakyat, sehubungan dengan situasi politik pada masa itu, buku komik jenis ini banyak muncnl pada tahun 1952, misalnya "Sri Asih" (1952) karya R.A Kosasih, "Kapten Jani", "Panglima Najan "(Tino Sidin), Tjip Tupai "Mala Pahlawan Rimba" (1957) dan sebagainya. Masa keemasan dan kebangkitan kedua komik Indonesia (1980) ditandai banyaknya ragam dan judul komik yang diterbitkan pa.da masa itu. Ragam komik yang disukai pada periode ini, yakni komik roman remaja yang bertemakan roman kehidupan kota. Beberapa komikus yang dominan adalah Budijanto, Zaldy, Sim dan Mintaraga, karya Jan Mintaraga yang cukup poluler adalah Sebuah Noda Hitam. Komik silat, yang bertemakan petualangan pendekar-pendekar ahli silat. Ganes TH spesialis dalam jenis komik ini, karya- karya lainnya serial "Si Buta dari Gua Hantu", "Siluman Serigala Putih", "Tuan Tanah Kedaung", "Si Djampang", "Panji Tengkorak" (Hans Jaladara),Godam (Wid NS) dan Gundala karya Hasmi. Komik sebagai industri berjangka panjang hampir tidak menjadi bagian strategi masa depan komikus indonesia, kecuali Dwi koendoro (Dwikoen) pencipta tokoh panji Koming Kompas (yang juga menciptakan legenda sawung kampret). Dari jenis komik strip ini muncul pula nama-nama GM Sudharta (Om Pasikom, di Kompas), Keliek Siswojo (Doyok, Pos Kota), Rahmad Ghazhali (Mr Boss Bisnis Indonesia). ("Selintas Sejarah Komik Indonesia") Memasuki tahun 1980-an akibat serbuan komik asing, perjuangan komik Indonesia lebih banyak dilakukan secara Underground. Sekitar tahun 1994 komik Indonesia mulai bangkit walau tampaknya masih terengah-engah dengan munculnya komik Rama-ShiTa:Legenda Masa Depan dan komik. Imperium Majapahit oleh Gen Mintaraga. November 1995 ada Caroq oleh Thoriq dari Studio Qomik Nasional dan Awatar Comics oleh Doddy Wisnuwardhana. Ajang komik nasional seperti Pekan Komik Nasional juga kerap

Universitas Kristen Petra 27

kali digelar, walau tak bisa setiap tahun secara rutin dilangsungkan. Tahun 2003 komik. M&C! divisi Gramedia menerbitkan sekaligus tiga judul produk komik lokal yaitu Alakazarn (Donny), Dua Warna (Alfi "Sekte Komik" Zaehkyelle) dan Tonat (Raehmat Riyadi). Dua tiga tahun terakhir ini, seiring dengan geliat penerbitan buku-buku dan media alternatif (bulletin, newsletter, community magazine, dan e-zine) di Yogyakarta dan Bandung, dua kota tempat perkembangan cultural studies-nya sedang memuncak, bermunculan terbitan-terbitan komik underground mewarnai jejak perjalanan sejarah komik Indonesia. Di Yogya muncul antologi komik bertajuk Subversi Komik yang terbit sejak Mei 2004. Antologi komik ini berusaha menghimpun karya komikus muda pejuang komik underground seperti Ahmad "Sukribo" Ismail, Agung "komikaze" Arif Budiman, Wahyu, Windu dan lain-lain.. Di Bandung terbit komik Bangor karya Raditya Eka Permana. Komik bergaya kartun setengah manga ini begitu sarat dengan idiom-idiom slang khas Bandung. Selain itu terbit pula komik Wanter yang bergaya surealis mirip karya komikus Peter Kuper karya Dodi Rosadi. Ada juga komik SC (Super Condom) yang dibuat dalam format kecil, mirip bungkus permen. Penerbit Indira yang semula hanya dikenal menerbitkan komik impor dengan serial Tintin sebagai produk andalannya pada tahun ini juga ikut menerbitkan Dave Salamander komik lokal karya Tunjung Rukmo dan Delmy Djoenad. Produk-produk independen semaeam ini bergeliat di toko-toko buku komunitas yang disebut "distro" selain ada juga yang menempuh jalur distribusi toko buku umum seperti Subversi Komik, Selamat Pagi Urbaz, Caroq, dan lain-lain. Perjalanan komik pun tak hanya kepada format komik saja. Majalah komik Indi Comic Handbook yang merupakan hasil kerja sama berbagai komunitas komik underground seperti MKJ (Masyarakat Komik Indonesia), Indietown, Titikberat, dan lain-lain juga terbit. Majalah yang formatnya tak sekedar etalase komik karya komikus underground ini juga berisikan artikel, resensi, dan ulasan komik. Tak lama kemudian, terbit pula majalah komik Wizard Indonesia yang merupakan franchise majalah komik Amerika, Wizard.

Universitas Kristen Petra 28

Gerakan komik underground ini makin berkembang dengan menghasilkan karya yang sangat mengutamakan kebebasan berpikir. Komik-komik ini mampu diapresiasi lebih luas, terutama untuk pembaca dewasa seperti seri Heavy Metal atau produk komik keluaran Fantagraphics, komik seri Fables yang meretas kisah antara dongeng, parodi, dan sastra sampai komik jurnalistik karya Joe Sacco (sudah diterjemahkan di lndonesia) yang mampu pula meraih penghargaan prestisius di luar komik. Pada masa kini walau gerakan komik underground Indonesia masih belum menghasilkan karya-karya yang layak secara apresiatif sejatinya masih menyisakan harapan bahwa petjuangan dengan cita-cita menegakkan kembali jayanya komik nasional tak pemah surut.

2.3.4. Tinjauan Kondisi Komik di Indonesia Bila kita melihat ‘wajah’ komik Indonesia saat ini, akan mudah kita temui berbagai serapan yang dianggap memenuhi standar kualitatif komik yang dinilai bagus. Pada terbitan Elex Media Komputindo, kita dapatkan sebagian besar komik Indonesia mengacu pada standar genre manga (Jepang), pada M&C kita temui komik Indonesia bergay gambar Amerika, dan pada Mizan dengan bebagai divisi keturunannya akan kita dapati eksplorasi bergaya gambar dari yang kartun Eropa hingga semi realis. Belakangan hari ini tidak sedikit penerbitan yang mencoba masuk ke kancah rimba perkomikkan Indonesia dengan mengusung nilai standar komiknya masing-masing. Penerbitan ulang yang diberi sentuhan di sana-sini dari karya-karya komik klasik Indonesia pun turut menyemarakkan ‘wajah’ komik ini. Pergerakkan komik-komik alternatif yang membawa pandangan baiknya tersendiri pun semakin menambahkan warna ‘wajah’ komik Indonesia (Jurnal Desain 2d3d, Vol, 1). Komik yang beredar di Indonesia mengadopsi gaya gambar dari style manga(Jepang), Amerika, dan Eropa. Hal ini karena pengaruh dari komik yang dibaca sehari-hari yang sebagian besar adalah komik Jepang, Amerika, dan Eropa yang semuanya adalah komik asing. Sedang komik dengan gaya local atau independent juga cukup banyak beredar walau secara underground.

2.3.5. Potensi Komik di Indonesia

Universitas Kristen Petra 29

Sempat mati surinya dunia perkomikan di Indonesia tidak membuat para generasi-generasi baru komik Indonesia untuk menyerah, kelahiran generasi baru komik Indonesia benar-benar terputus dari masa lalu dan bayang-bayang gaya komik Indonesia masa silam. Seperti sumber yang terdapat dalam Jurnal Desain 2d3d Vol. 1 (45): …Dimana komik Indonesia terlahir dengan caranya sendiri dan tanpa adanya orang tua yang akan mengasuhnya. Kapankah kelahirannya? Karena lahir tanpa orang tua yang mengandungnya, maka ‘renaisans’ komik Indonesia ini tersembunyi dan dikandung di benak masing-masing anak muda yang memimpikan kehadiran kembali komik buatan anak sendiri, terutama komik miliknya yang paling diimpi-impikan. Kelahirannya pun tidak ditandai apa-apa, melainkan berupa tanda-tanda kelahiran yang terserak dimana-mana. Salah satu kelahiran awal komik Indonesia yang fenomenal adalah Caroq, sebuah komik dengan tema kepahlawanan, dengan seruannya yang terkenal, “Pahlawan sudah mati!? Siapa bilang!” Lalu terlihatlah sosok bertopeng dengan otot-otot yang menonjol mempertontonkan kepahlawannya sambil menghunuskan celurit dan melompat ke arah ketinggian bangunan. Hup! Dan orang-orang diingatkan kembali bahwa, “Komik Indonesia sudah mati!? Siapa bilang!” Perkomikan komik Indonesia mulai bangkit kembali, walau tidak semua mengusung gaya Indonesia. Dengan munculnya komikus-komikus baru membuktikan bahwa perkomikan Indonesia masih cukup berpotensi. Munculnya komik-komik jaman sekarang walau bergaya sendiri-sendiri, dan underground juga membuktikan bahwa komik Indonesia belum mati.

2.4 Tinjauan Aspek Historis Jaman yang mempengaruhi perancangan ini adalah jaman teknologi, baik ceritanya maupun aplikasi tekniknya. Dengan adanya komputer yang hampir menjadi kebutuhan utama dalam kegiatan seheri-hari sebuah kota besar, menandakan kamajuan teknologi yang sangat pesat beberapa akhir dekade ini. Cerita fantasi yang dibuat ini pun memiliki beberapa elemen ilmiah. Pengaplikasian 2 dimensi dan 3 dimensi menjadi lebih mudah dilakukan dengan adanya komputer dan program 3 dimensi yang mudah di dapat di perkotaan.

Universitas Kristen Petra 30

Tidak seperti komik-komik pendahulu yang mengandalkan teknik manual, komik- komik jaman sekarang memiliki proses yang melibatkan komputer dan program visual dalam pengerjaannya, memberikan hasil akhir yang lebih menarik dari pada para pendahulunya.

2.5 Tinjauan Aspek Kultural Komik merupakan media, media penyampaian ide, gagasan dan bahkan kebebasan berpikir. Isi pesan dari komik itu lah yang menjadi kunci. Selama komik belum lagi menemukan kunci sebagai media yang mengedukasi sepertinya penran kucing-kucingan antara pembuat komik, pembaca dan orang tua dan sekolah di sisi lain akan terus berlangsung. Lain halnya bila kita melihat kondisi komik di negara Jepang misalnya, di negara yang warganya super sibuk tersebut maka komik dijadikan sebagai sebuah pilihan media penyampai pesan yang efektif. Komik di sana tidak hanya untuk kalangan anak-anak namun juga untuk remaja bahkan dewasa. Sehingga tak jarang ada batasan umur bagi pembaca komik. Imbas yang kita alami adalah, beredarnya komik Crayon Sinchan karya Yoshito Usui ini di Indonesia sebetulnya di negeri asalnya Jepang adalah bacaan dewasa. Karena ada film kartunnya (dan tokoh utamanya seorang bocah) lantas diimpor begitu saja dan diterbitkan ini sebagai bacaan anak. Setelah muncul pendapat miring muncul ke masyarakat, baru komik Sinchan diberi label oleh penerbitnya ”untuk 15 tahun ke atas”. Sehingga cap komik sebagai buku terlarang kembali digelar.

2.6 Tinjauan Kehidupan Kehidupan di saat itu adalah jaman nya form follow fun dimana orang mencari kesenangan sebanyak-banyaknya, muncul gaya-gaya punk atau hal-hal yang melawan aturan, kesopanan atau kaidah lama. Salah satunya adalah dunia underground, yang dimaksud dinsini adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada malam hari atau terselubung, tersembunyi dari dunia matahari, yang dimaksud disini adalah kegiatan-kegiatan yang diketahui orang pada umumnya atau kegiatn-kegiatan yang rutin dilakukan dari pagi sampe sore/malam. Dunia underground yang dimaksud di Indonesia adalah dunia gemerlap dan bisnis-bisnis

Universitas Kristen Petra 31

ilegal. Dalam cerita disini adalah, percobaan kerjasama atara sebuah mega- perusahaan dan pemerintah yang meneliti dunia lain (dimensi lain).

2.7 Tinjauan Tentang Gambar 2.7.1 Tinjauan Unsur-Unsur Gambar Ada beberapa hal yang dapat diamati dalam sebuah gambar. Karena lukisan dan ilustrasi yang indah tidak tercipta adanya pertimbangan-pertimbangan baik secara rasional maupun emosional.

2.7.1.1 Garis Garis merupakan 2 titik yang dihubungkan satu sama lain membentuk guratan sepanjang tempat dimana titik tersebut terletak. Garis merupakan unsur dalam gambar yang memiliki peranan sangat penting karena dapat dipergunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk dan observasi visual atau pengungkapan secara subyetif akan gagasan, membangkitkan berbagai pengalaman, pikiran/ paham, dan intuisi. Garis yang sederhana menggambarkan suatu arah membagi ruang memiki panjang, lebar, corak atau warna, dan tekstur/kontur. Garis yang tergambar mampu mengungkapkan emosi dan temparamen yang secara natural diekspresikan oleh subyek yang digambar (Sanyoto 71-74). Garis dibedakan menjadi: 1. Garis kontur yaitu garis yang melukiskan bagian tepi dari suatu bentuk sehingga memisahkan setiap volume atau area yang ada disekitarnya. Garis kontur yang sangat sederhana umumnya tidak bervariasi dari segi ketebalan, tidak diperkuat dengan gradasi gelap terang ataupun bayangan. Sedangkan garis kontur yang ekspresif akan mengajak mata pengamat untuk menerima garis tersebut sebagai sebuah bentuk karena dibentuk dengan variasi tebal tipis garis serta memiliki ketebalan (Sanyoto 71-74). 2. Garis Kaligrafi atau penulisan indah. Garis kaligrafi terjadi jika keindahan dari garis menjadi aspek utama bagi keindahan gambar. Garis ini menunjukan karakteristik masihg-masing pribadi yang menggambarnya karena garis ini bersifat ekspresif. Garis kaligrafi menggunakan kekuatan tebal dan tipis untuk mempresepsikan bentuk, tepi yang berpotongan, terang dan gelap. Misalnya

Universitas Kristen Petra 32

garis yang membentuk obyek digambarkan dengan ringan, kemudian menjadi lebih tebal dan berat akhirnya ringan dan tipis kembali (Sanyoto 71-74).

2.7.1.2 Kualitas Gelap terang (value) Putih merupakan tckanan yang paling rendah dan hitam merupakan kualitas yang paling gelap, diantara keduanya terdapat abu-abu. Benda walaupun tidak berwarna putih dan hitam, tetap saja memiliki tingkatan gelap dan terang yang dapat dianalisa dan dikatagorikan sebagai value. Bila garis mendeskrepsikan bentuk objek, maka value akan memperjelas dan memperkaya garis sehingga bentuk 3 dimensi menjadi lebih hidup, tempat dan hubungan antar bentuk dapat ditentukan, membentuk pola untuk menggambarkan tekstur objek serta memberikan kesan dramatis. Derajat perubahan value tergantung dan kesamaan antar bayangan dengan cahaya, juga dari sumber cahaya yang menimpa obyek. (Ibid. 42)

2.7.1.3 Bentuk dan Ruang (Shape and Space) Bentuk merupakan sebuah presentasi abstrak. sebuah garis imajinasi yang menggambarkan suatu obyek di dalam hubungannya dengan latar belakang, karakter 3 dimensi yang terbentuk, seperti bola, balok, piramid, kepala manusia, dsb. Sedangkan ruang merupakan aspek negatif dari sebuah bentuk. Ruang dapat dikenali dengan adanya gelap terang cahaya sehingga obyek menjadi bentuk yang terpisah dan suatu ruang (Ibid. 62)

2.7.1.4 Pola (Pattern) Pola adalah suatu pengulangan dari suatu elemen yang diulang-ulang dan disusun menjadi suatu bentuk datar. Merupakan juga bentuk dekoratif yang bersifat datar dan tidak memiliki gradasi gelap terang sehingga menyerupai siluet dan meminimalkan volume objek. Apabila pola bersifat dekoratif maka hanya bertujuan untuk memperindah seperti pola dekoratif pada tekstil dapat diaplikasikan dalam bentuk pengulangan/repetisi pada suatu bentuk atau desain. Pada umumnya terdapat pada gaya desain art noveau yang sangat menonjolkan pola dekoratif yang diatur.

Universitas Kristen Petra 33

2.7.1.5 Tekstur (Texture) Kualitas permukaan benda dapat dirasakan lebih kasar maupun halus, keras maupun lembut, disebut tekstur. Tekstur merupakan elemen desain yang bersifat ekspresif dan emosional serta menggambarkan ciri khas pelukisnya. Tekstur dapat menimbulkan kesan ekspresif, jika tekstur kurang maka gambar menjadi lemah. Tekstur dapat dihasilkan menjadi beberapa variasi kuat lemah warna atau arsiran dan dapat diperoleh melalui percobaan dengan menggunakan alat-alat yang ada di sekitar kita secara kreatif. Tekstur dapat berbentuk seragam (seperti yang ada pada lukisan pointilisme), tekstur yang diperoleh melalui penemuan (penggunaan alat-alat seperti spans, garam, dan sebagainya yang dicampur dengan cat), serta tekstur yang ekspresif terkesan kasar dan unik). (Ibid. 62)

2.7.1.6 Warna (colors) Warna adalah sifat persepsi visual yang menurut sisi manusia disebut merah, kuning, biru, dll. Warna diambil dari spektrum dari cahaya (distribusi energi cahaya versus panjang gelombang) yang berinteraksi di dalam mata dengan sensitivitas spektral dari reseptor-reseptor cahaya. Warna merupakan elemen yang bercahaya yang kategorinya dan spesifikasi fisiknya diasosiasikan dengan objek- objek, material, sumber cahaya, dll berdasarkan sifat fisiknya seperti daya serap, daya pantul, atau emisi spektra. Warna dihasilkan dari gelombang cahaya, sejenis radiasi elektromagnetik yang terukur dalam satuan mikron. Warna-warna yang dapat kita lihat berada antara 400-700 mikron namun ada juga warna-warna yang tidak terjangkau untuk dilihat karena panjang gelombangnya berada diluar jangkauan kita (“Color”) • Warna Primer Merupakan warna-warna dasar terdiri dari: merah (magenta red), kuning (lemon yellow) dan biru (turquoise blue). Warna-warna lainnya merupakan kombinasi dari ketiga warna tersebut. • Warna Sekunder

Universitas Kristen Petra 34

Warna-warna sekunder merupakan hasil dari pencampuran bersama antara berbagai warna primer, misalnya percampuran antara merah dan biru menjadi warna ungu, percampuran warna kuning dan merah menjadi warna jingga, percampuran warna kuning dan biru menjadi warna hijau. • Warna Tertier Warna tertier merupakan warna yang berada diantara berbagai warna- warna yang ada, biasanya lebih dari satu nama warna seperti hijau kekuningan, biru keunguan, dan sebagainya. • Warna Komplementer Warna-warna yang sa1ing berlawanan didalam lingkaran warna merupakan warna komplememer. Warna-warna komplementer selalu berlawanan secara kontras dan jika keduanya bercampur maka akan dihasilkan warna kelabu. Misalnya ungu dengan kuning, merah dengan hijau, biru dengan jingga, dan sebagainya. Warna komplementer dapat menetralkan intens tas warna yang terlalu kuat. • Warna Analogus Warna-warna yang mempergunakan terang gelap dan intensitas dari warna terdekat, misalnya kuning kehijauan, kuning jingga (dominasi kuning), dsb. Sekalipun lebih berwarna daripada monokromathic, namun warna analogus juga menciptakan keharmonisan dan suasana hati yang tenang karena hubungan dekat wama-warna yang dipakai.

Dalam kebudayaan visual kita yang sudah berkembang, konsep dari warna sudah lebih dari sekedar “Sinar-sinar cahaya yang direfleksikan dari suatu objek, diterima oleh retina mata”. Warna dapat dapat dikonsepkan dengan beberapa cara yang berbeda-beda. Adanya ilmu manusia mengenai optik dalam hal ini pengaruh warna terhadap optik, ada ilmu psikologis warna, ada pula makna beberapa warna yang berkaitan dengan kebudayaan. (Guere 6) a. Klasifikasi Warna Berdasarkan Spektrum Warna: Warna Spektrum, warna-warna yang sudah dikenali seperti warna-warna pelangi dalam spektrum termasuk semua warna yang dapat dihasilkan oleh cahaya

Universitas Kristen Petra 35

yang dapat dilihat dari satu panjang gelombang, warna-warna spectrum murni atau warna monokromatis.

Tabel warna dan panjang gelombangnya. Warna nm Inframerah >1000 Merah 700 Orange 620 Kuning 580 Hijau 530 Biru 470 Ungu 420 Ultraviolet dekat 300 Ultraviolet jauh <200 Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Colors (telah diolah kembali)

Tabel warna tersebut sebenarnya tidak dapat diinterpretasikan sebagai table definitif, Warna spektruk murni membentuk spektrum yang berkelanjutan., dan bagaimana warna-warna tersebut dibagi menjadi warna-warna khusus adalah masalah kebudayaan, selera, dan bahasa. Biasa warna-warna yang teridentifikasi adalah merah, orange, kuning, hijau, biru, dan ungu. Newton berkonsep adanya warna ke-tujuh yaitu warna indigo, warna diantara biru dan ungu, tetapi kebanyakan orang tidak membedakannya, dan kebanyakkan ilmuwan warna tidak mengenalinya sebagai warna terpisah. Spektrum tampak( atau spectrum optikal) adalah sebagian dari spectrum elektromaknetik yang tampak (dapat dideteksi) oleh mata manusia. Radiasi elektromaknetik dalam range panjang gelombang ini disebut dengan cahaya tampak. Tidak ada batasan-batasan tepat dalam spektrum tampak, mata manusia pada umumnya dapat merespons panjang gelombang di udara dari 400 sampai 700 nm, walaupun beberapa orang dapat elihat panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm. (“Visible Spectrum”)

Universitas Kristen Petra 36

Gambar 2.1 Warna-warna dari spektrum cahaya tampak. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Color b. Klasifikasi Warna pada Gambar/Ilustrasi: • Warna Monochrome Warna yang menambahkan atau mengurangi intensitas dan satu warna saja. Gambar yang hanya memiliki satu wama (monochrome), warna dan kedalamannya tergambarkan pada kualitas terang maupun gelap. Gambar monocrome tidak mempresentasikan kenyataan/realitas yang ada, namun mengindentifikasikan sebuah keseimbangan antara cahaya dan juga gelap dari sebuah obyek, bukan warna-warna tersebut. Gambar monochrome memberikan kesan volume dari sebuah warna, memberikan kesan kelonggaran dan kebebasan bagi pengamatanya unruk memiliki imajinasi tentang obyek gambar serta partisipasi dalam memahami obyek. • Warna Polycrome/ Optical Color Warna yang menggunakan banyak kandungan warna yang dicampurkan, tidak semata-mata menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti halnya monocromatic. Polycrome membuat obyek menjadi lebih realis dan ekspresif sebab pencampuran wama didasarkan kepada warna-warna yang sesungguhnya dilihat. c. Klasifikasi Warna Berdasarkan Sensasi yang Ditimbulkan: Teori warna awalnya berasal dari buku Theory of Colors (buku aslinya dalam bahasa Jerman Zur Farbenlehre) adalah sebuah buku oleh Johann Wolfgang von Goethe pada tahun 1810. Dalam buku tersebut terdapat beberapa

Universitas Kristen Petra 37

deskripsi yang paling akurat dan paling awal mengenai bayangan berwarna, refraksi, warna dioptri, akromatisme/hiper-kromatisme. Dia juga memperhatikan sifat fisik dasar dari cahaya, efek-efek psikologis (termasuk gambar bayangan (afterimage) pada mata), dan efek-efek psikologis sebagai fenomena yang yang memiliki hubungan dengan berbagai macam bidang lainnya. Pada abad ke 20, teori warna Goethe mempengaruhi filsuf Ludwig Wittgenstein dalam buku karangannya Remarks of Colour, Werner Heisenberg dan Max Planck, menunjukkan keakuratan dan kesugestifan pernyataan- pernyataan ilmiah Goethe, dan memiliki banyak pengaruh pada bidang-bidang lainnya. (“Theory of Colours”) Proposal asli Goethe adalah “untuk memberi perhatian terhadap kejadian- kejadian warna dan makna, untuk mengagumi dan jika mungkin untuk menemukan rahasia-rahasia warna”. (Norman 49). Bagi Goethe sangatlah penting untuk dapat mengerti reaksi manusia terhadap warna, dan penelitiannya menendakan permulaan dari psikologi warna modern. Ia percaya bahwa segitiga warnanya adalah sebuah diagram dari pikiran manusia dan di menyambungkan masing-masing warna dengan emosi-emosi tertentu. Sebagai contoh, Goethe mengasosiasikan biru dengan pengertian dan percaya bahwa warna tersebut memancing suasana yang diam, dan ia percaya bahwa merah memancing suasana yang meriah dan sugestif terhadap imajinasi. Ia memilih warna primer merah, kuning, dan biru berdasarkan dari isi emosinya, dan juga sebagai penerapan fisik, dan mengelompokkan kedalam sub-seksi yang berbeda-beda dalam segitiga dengan elemen-elemen emosi dan juga dari tingkat pencampuran. Aspek emosi dari pengaturan-pengaturan dari segitiga tersebut merefleksikan perhatian Goethe bahwa ini perasaan/emosi dari masing-masing warna dapat diperhitungkan oleh para seniman.

Universitas Kristen Petra 38

Gambar 2.2 Gambar segitiga pemetaan warna berdasarkan maknanya. Sumber: http://www.cs.brown.edu/courses/cs092/VA10/HTML/GoethesTriangleExplanati on.html

Dalam Segitiga Goethe ada tiga warna primer yaitu merah, kuning, dan biru yang diletakkan pada ujung-ujung segitiga. Subdivisi lainnya dari segitiga tersebut dikelompokkan menjadi segitiga sekunder dan segitiga tertier, dimana warna segitiga sekunder mewakili campuran dari warna-warna primer, sedangkan warna-warna segitiga tertier merupakan campuran dari dari warna primer dan sekunder. • Merah Merah adalah warna api dan darah, jadi warna tersebut sering diasosiasikan dengan energi, perang, bahaya, dan kekuatan, juga sebagai asmara, keinginan, dan cinta. Merah adalah warna yang sangat emosional. Dapat mempercepat proses metabolisme manusia, meningkatkan kecepatan respirasi, dan meningkatkan tekanan darah. Memiliki tingkat legibilitas yang tinggi, oleh karena itu digunakan pada rambu-rambu larangan, lampu merah, dan perlengkapan kebakaran biasanya di cat merah. Dalam filosofi, merah digunakan untuk menunjukkan keberanian. Sebuah warna yang dapat banyak ditemukan di bendera-bendera nasional. • Orange

Universitas Kristen Petra 39

Orange menggabungkan energi dari merah dan keceriaan dari kuning. Sering diasosiasikan dengan kesenangan, sinar matahari, dan tropis. Orange mewakili entusiasme, kebahagiaan, kreativitas, kemenarikkan, sukses dan stimulasi. Terhadap mata manusia, warna orange adalah warna yang sangat panas, jadi warna tersebut memberikan sensasi panas, walaupun orange tidak seagresif merah. Orange meningkatkan supply oksigen ke otak, menghasilkan efek yang menghidupkan, dan menstimulasi aktivitas mental. Warna tersebut sangat diterima diantara kaum muda. Orange diasosiasikan dengan makanan sehat dan menstimulasi nafsu makan. Orange adalah warna musim gugur dan musim panen. Dalam filosofi, orange adalah warna kekuatan dan ketahanan fisik. • Kuning Kuning adalah warna sinar matahari. Warna tersebut diasosiasikan dengan kebahagiaan, kesenangan, intelektual, dan energi. Kuning menghasilkan efek hangat, mendatangkan keceriaan, menstimulasikan aktivitas mental, dan menghasilkan energi otot. Kuning sering diasosiasikan dengan makanan. Warna kuning terang adalah warna untuk menarik perhatian, seperti halnya warna taksi di USA dicat kuning. Jika digunakan berlebihan, kuning dapat menghasilkan efek yang mengganggu, diketahui bahwa bayi-bayi lebih banyak menangis di ruangan bertmbok kuning. Kuning dilihat terlebih dahulu jika di letakkan dengan hitam, kombinasi ini biasanya digunakan untuk menyampaikan peringatan. Dalam filosofi, kuning menunjukkan kesetiaan dan kehormatan. • Biru Biru adalah warna dari langit dan laut. Warna tersebut sering diasosiasikan dengan kedalaman dan stabilitas. Warna tersebut mensimbolisasikan kepercayaan, kesetiaan, kebijakkan, kepercayaan-diri, intelek, keyakinan, kebenaran, dan surga. Biru dianggap menuntungkan terhadap jiwa dan raga. Warna tersebut memperlambat proses metabolisme dan menghasilkan efek yang menenangkan. Biru diasosiasikan dengan ketentraman dan ketenangan. Dalam filosofi, biru disimbolisasikan dengan ketaatan dan ketulusan.

Universitas Kristen Petra 40

• Ungu Ungu menggabungkan stabilitas dari biru dan energi dari merah. Ungu diasosiasikan dengan kekuasaan kerajaan, bangsawan, kemewahan, dan ambisi. Warna tersebut membawa kekayaan dan keborosan. Ungu diasosiasikan dengan kebijakkan, kemuliaan, ketidak-tergantungan, kreativitas, misteri, dan magis. • Putih Putih diasosiasikan dengan cahaya, kebaikan, kemurnian, dan keperawanan. Warna tersebut dianggap warna dari kesempurnaan. Putih berarti aman, kemurnian, dan kebersihan. Berlawanan dengan hitam, putih biasanya memilki konotasi yang positif. Putih dapat mewakili awal yang sukses. Dalam filosofi, putih menggambarkan keyakinan dan kemurnian. • Hitam Hitam biasanya diasosiasikan dengan kekuatan, keanggunan, formalitas, kematian dan kejahatan. Hitam adalah warna misterius yang asosiasikan dengan ketakutan, dan hal-hal yang tidak diketahui. Biasanya warana tersebut memiliki konotasi negatif. Hitam menunjukkan kekuatan dan hak pemerintahan, juga dianggap sangat formal, anggun, warna prestasi. Dalam filosofi, hitam adalah warna duka cita. (“Color symbolism and psychology”) d. Klasifikasi Warna Berdasarkan Karakteristiknya: • Warna-warna panas Termasuk diantaranya warna merah, kuning dan pencampuran diantaranya • Warna-warna dingin Termasuk diantaranya biru dan hijau serta kombinasi-kombinasi diantaranya. • Warna-warna netral Termasuk di antaranya yaitu Putih, abu-abu dan juga hitam. e. Klasifikasi Warna Berdasarkan Kualitasnya: • Hue Yaitu posisinya dalam lingkaran warna mengacu pada nama-nama dan warna-warna tersebut (misalnya: biru, merah. kuning, dan sebagainya.)

Universitas Kristen Petra 41

hue merupakan kualitas yang membedakan, antara warna satu dengan yang lainya keunikan masing-masing warna. • Chroma Adalah kekuatan dan kelemahan warna mengacu kepada intensitas warna, misalnya warna kuning memiliki intensitas warna yang berat sedangkan warna ungu kurang kuat. • Value Yaitu kualitas warna terang atau gelap dibadinggkan dengan warna hitam atau putih Penambahan warna hitam dapat menyebabkan warna merjadi gelap sedangkan penambahan warna putih menyebabkan warna menjadi terang. Value warna dapat dibedakan menjadi a. Tint, warna dengan value tinggi warna-warna yang dianggap lebih ringan dan terang karena penambahan warna putih. b. Shade, warna dengan value rendah, warna-warna yang lebih berat oleh karena tambahan unsur hitam.

2.7.2 Tinjauan Unsur Komposisi 2.7.2.1 Penataan Layout a. Komposisi Secara Umum Bentuk paling umum di dalam penataan komposisi adalah pada bidang gambar berbentuk segi empat yang terdapat dua sisi memanjang dan dua sisi memendek baik mendatar maupun tegak. Komposisi ini merupakan cara penataan yang paling mudah, dalam arti seseorang yang tidak memiliki sense of art yang tinggi pun dapat menata menggunakan cara ini meskipun hasilnya sederhana, tetapi paling tidak kalau salah dalam me1etakkan hasilnya sederhana, tetapi paling tidak kalau salah dalam meletakkan hasilnya tidak sampai jelek sekali. Subyek dan gambar juga menentukan bidang gambar yang dikehendaki, misalnya untuk meletakkan gambar pemandangan alami/landscape maka umumnya akan membentuk komposisi horisontal sedangkan untuk gambar yang memanjang ke bawah akan membentuk komposisi vertikal. b. Perkembangan Komposisi

Universitas Kristen Petra 42

Komposisi tersebut banyak di1anggar untuk mencapai bentuk yang lebih menarik Komposisi yang beraneka ragam terjadi sejak ditemukannya kamera sehingga orang mulai berani untuk melakukan manipulasi kmposisi. Hal ini dapat dilakukan dengan permainan grid sebagai garis bantu sehingga obyek dapat berada pada tempat yang unik dan menarik namun juga seimbang. c. Warna dalam Komposisi Kuat lemahnya warna juga sangat mempengaruhi dalam penempatan komposisi Bidang-bidang yang mernillki intensitas warna tinggi dan kontras kuat secara psikologis memi1iki berat yang lebih dibandingkan bidang-bidang yang intensitas warnanya lemah. Misalnya background yang tidak terlalu gelap dan polos, mempunyai efek mengkonsentrasikan perhatian secara formal pada wajah atau figur subjek yang dilukis. Kesan komposisi seperti ini bersifat formal dan tradisional.

2.7.2.2 Tinjauan Teori Pespektif Sederhana. Perspektif ada1ah hukum yang memprediksi dan menjelaskan tentang ragam dan cara bagaimana suatu objek yang tampak semakin berkurang dan semakin keci1 ukurannya pada saat objek tersebut berada pada jarak yang jauh dari pengamat. Basis dari semua persektif ada1ah titik terang dari semua garis pararel pada horizon. Horizon ada1ah batas dimana mata kita melihat terjauh atau tepi langit. Hukum perspektif yaitu semua garis pararel/sejajar akan menuju pada suatu titik yang sama. Aspek lainnya yaitu objek-objek yang berjarak sama tampak semakin mengecil hingga mendekati horizon. Jarak antara objek yang berjarak sama tersebut dilakukan secara konstan.

2.7.2.3 Tinjauan Teori Tata Cahaya Pencahayaan di dalam gambar berkaitan dengan kualitas atau terang gelap (value) karena aspek cahaya menentukan kualitas gradasi suatu objek. Dengan adanya kualitas gelap dan terang ini maka gambar akan menampakkan bentuk tiga. dimensi sehingga tampak lebih rill dan 3 dimensi. Pelukis yang menerapkan kontras antara ge1ap dan terang ini contohnya Rembrant. Beberapa elemen cahaya yang menentukan skala gradasi ini adalah:

Universitas Kristen Petra 43

a. Highlights Bagian dari objek yang memiliki warna yang paling ringan atau paling terang dibandingkan bagian lainya dan biasanya muncul dari permukaan yang paling halus dan mengkilap. Highlights berupa bintik sinar yang kuat dan mengena pada bagian puncak dari permukaan yang menghadap ke arah sumber cahaya. b. Lights dan Shadow Yaitu merupakan kua1itas ge1ap dan terang yang paling 1uas areanya, berada diantara highlights dan juga pusat bayangan. c. Core of shadow Yaitu area dimana cahaya dipantulkan kembali dari permukaan yang tidak seberapa jauh, berfungsi sebagai pengislidan membuat objek semakin jelas bentuknya.

2.7.3 Tinjauan Gambar Ilustrasi 2.7.3.1 Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Bidang Kajian Karena ber-setting di jaman modern, maka ilustrasi karakter disesuaikan dengan kehidupan nyata, dalam hal dandanan (make up, hair style), pakaian, dan asesoris lainnya.

2.7.3.2 Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Sifat dan Fungsi Gambar-gambar ilustrasi yang ditampilkan dan dipisahkan dalam panel- panel berfungsi sebagai pencerita utama dilengkapi dengan teks. Sifatnya berurutan secara sekuensial, maksudnya bahwa gambar-gambar tersebut menceritakan suatu cerita bila dilihat secara berurutan dan berkesinambungan. Masing-masing gambar dalam panel tersebut saling dependent (tergantung) satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan agar dapat menyampaikan ceritanya.

2.7.3.3 Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Alat Saat manual dengan pensil untuk sketsa kemudian penintaan dengan drawing pen atau semacamnya. Kemudian memasuki tahap digital dengan scanner, Dan proses digital dengan software Adobe Photoshop untuk

Universitas Kristen Petra 44

pembersihan, pemberian gelap terang, teks, dan penyesuaian yang perlu serta 3DMax untuk model-model 3D-nya.

2.7.3.4 Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Teknik Beberapa panel menampilkan gambar-gambar didalamnya terdapat gambar 3 dimensi(model 3 dimensi yang telah di-render kedalam format gambar sebelumnya). Dalam perancangan ini, model-model 3 dimensi biasanya digunakan untuk menampilkan objek-objek yang rumit/kompleks, sehingga dalam penggambaran ulan dapat mempertahankan unsure kedalaman, geometris, dan perspektif.

2.7.3.5 Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Goresan Dalam satu panael ada latar depan dan latar belakang, biasanya latar depan adalah karakter atau tokoh dan benda-benda didekatnya dan latar belakang adalah setting dan lokasi dari adegan yang ditampilkan. Untuk memisahkan latar depan dari latar belakang digunakan tebal-tipis garis. Pada latar belakang digunakan goresan yang tipis sedangkan pada outline latar depan digunakan goresan tebal. Dasarnya adalah yang lebih dekat menggunakan garis tebal sedangkan yang lebih jauh menggunakan garis tipis.

2.7.3.6 Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Gaya Gambar Gaya gambar yang digunakan disini adalah gaya manga. Dengan ukuran mata yang relative besar dan dengan beberapa elemen-elemen dilebih-lebihkan. Gambar lingkungan ditampilkan serealistis mungkin, sedangkan gambar karakter ditampilkan sesederhana mungkin agar memudahkan dalam penggambaran yang berulang-ulang, serta karakter-karakter mengandalkan ekspresi wajah diperkuat dengan latar belakang untuk menyampaikan isi hatinya.

Universitas Kristen Petra