Gunung Api Indonesia Dan Karakteristik Bahayanya BAGIAN I: WILAYAH BARAT

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Gunung Api Indonesia Dan Karakteristik Bahayanya BAGIAN I: WILAYAH BARAT Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya BAGIAN I: WILAYAH BARAT Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi 2020 Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya BAGIAN I: WILAYAH BARAT Editor: Hendra Gunawan, Nia Haerani Tim Penyusun: Agoes Loeqman, Ahmad Basuki, Cahya Patria, Edi Prantoko, Hilma Alfianti, Hetty Triastuty, Iyan Mulyana, Kristianto, Kushendratno, Mamay Surmayadi, M. Nugraha Kartadinata, Novianti Indrastuti, Priatna, Sofyan Primulyana, Sucahyo Adi, Umar Rosadi, Wilfridus F.S. Banggur Penata Letak: Bunyamin Diterbitkan tahun 2020 oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Alamat: Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Jawa Barat website: vsi.esdm.go.id Sambutan Teriring puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami menyambut baik penerbitan buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya Bagian I: Wilayah Barat. Buku ini berusaha memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang gunung-gunung api yang ada di Indonesia, termasuk di dalamnya pembahasan karakteristik bahaya geologi yang ditimbulkan oleh keberadaan gunung-gunung api tersebut. Badan Geologi sebagai salah satu institusi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki tugas dan fungsi di bidang penelitian dan pelayanan geologi, tentu memiliki kewenangan untuk mengawal penyebarluasan informasi kegeologian ke tengah khalayak banyak. Informasi tersebut meliputi bidang sumber daya geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, air tanah, dan geologi lingkungan, serta survei geologi. Sebagai upaya penyebarluasan informasi kegeologian, buku ini menjadi salah satu bukti komitmen Badan Geologi untuk terus mengedepankan upaya perlindungan sekaligus turut mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dalam konteks gunung api, Badan Geologi melakukan pemantauan terhadap 69 gunung api aktif tipe A dengan 74 pos pengamatan gunung api yang tersebar di seluruh Indonesia. Teknologi pemantauannya sekarang sudah kian berkembang. Kini teknologinya sudah berbasis digital. Sebelumnya menggunakan peralatan seismograf analog serta pemantauan visual yang masih mengandalkan kemampuan mata maupun teropong. Demikian pula dengan metodenya. Metodenya pemantauan dipertajam dengan penerapan metode deformasi, kimia, dan lain-lain. Peningkatan teknologi dan metode pemantauan gunung api terus dilakukan untuk lebih mempertajam akurasi informasinya serta kecepatan penyampaian informasinya yang tentu sangat dibutuhkan oleh semua pihak, yakni pemerintah, masyarakat, akademisi, swasta, maupun pihak luar yang membutuhkannya. Misalnya dengan terobosan yang dilakukan oleh Badan Geologi melalui rilis aplikasi berbasis gadget yang dapat diakses setiap saat oleh masyarakat luas. Sambutan iii Oleh karena itu, buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya sangat layak dibaca oleh semua kalangan, khususnya bagi pihak-pihak yang berdekatan, berkaitan, dan berkepentingan terhadap keberadaan gunung-gunung api di daerahnya masing-masing. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu tersusun hingga terbitnya buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk masyarakat luas. Eko Budi Lelono Kepala Badan Geologi iv Sambutan Kata Pengantar Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya akhirnya buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya Bagian I: Wilayah Barat dapat diterbitkan. Buku ini bisa menjadi salah satu bukti dari perwujudan tugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 13 tahun 2016 Pasal 693, yaitu untuk melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa buku ini merupakan salah satu perwujudan dari Peraturan Menteri ESDM tersebut dikarenakan yang disajikan di dalam buku ini berangkat dari hasil-hasil penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi sebelum, tanggap darurat, dan setelah kejadian kebencanaan gunung api di Indonesia. Di dalam buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya ini berusaha menginventarisasi pelbagai permasalahan yang terkait dengan gunung api di Indonesia dan informasi kebencanaan geologi yang mungkin dapat ditimbulkannya. Tim penyusun buku ini berupaya memberikan informasi terkait informasi Umum yang melingkupi wilayah tempat gunung api berada; sejarah dan karakteristik letusan yang berisi mengenai catatan-catatan letusan berikut sifat-sifat atau ciri-ciri yang menjadi penanda letusannya; sistem pemantauan gunung api atau strategi mitigasi yang ada dan dikembangkan pada masing-masing gunung api; dan Kawasan Rawan Bencana Gunung api (KRB), peta KRB gunung api, dan potensi ancaman jiwa bila suatu gunung api meletus. KRB adalah kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasi berpotensi terancam bahaya letusan baik secara langsung maupun tidak. Peta KRB Gunung api yang disusun berdasarkan data geologi, kegunungapian, sebaran permukiman, dan infrastruktur menjadi peta petunjuk tingkat kerawanan yang berpotensi menimbulkan bencana pada suatu kawasan apabila terjadi letusan gunung api. Kata Pengantar v Informasi-informasi yang disajikan tim penyusun dan disunting editornya nampak sedapat mungkin ditulis secara ringkas, padat, populer, disertai dengan gambar-gambar yang berkaitan dengan gunung api. Hal tersebut tentu saja dimaksudkan agar kalangan luas dapat lebih mudah memahami informasi dan pesan-pesan yang hendak disampaikan melalui buku ini. Akhirnya, kami sampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada tim penyusun dan penyunting buku ini serta semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan buku, serta membantu dalam proses penerbitannya. Semoga buku ini bermanfaat. Kasbani Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geoologi vi Kata Pengantar Daftar Isi Sambutan iii Kata Pengantar v Daftar Isi vii 1 Peut Sague 1 12 Anak Krakatau 75 23 Sumbing 149 2 Seulawah Agam 7 13 Gede 83 24 Merapi 155 3 Bur Ni Telong 15 14 Salak 91 25 Kelud 165 4 Sorik Marapi 23 15 Tangkubanparahu 95 26 Arjuno-Welirang 181 5 Sinabung 29 16 Papandayan 103 27 Semeru 187 6 Marapi 37 17 Galunggung 109 28 Bromo 195 7 Tandikat 45 18 Guntur 117 29 Lamongan 201 8 Talang 51 19 Ciremai 125 30 Raung 207 9 Kerinci 57 20 Slamet 131 31 Ijen 213 10 Kaba 63 21 Dieng 137 11 Dempo 69 22 Sundoro 143 Daftar Isi vii 1 Peut Sague Oleh: Edi Prantoko Peut Sague 1 Informasi Umum Peut Sague adalah salah satu dari tiga gunung api strato dikatakan tidak ada. Secara geografis G. Peut Sague aktif di wilayah Provinsi Aceh. Peut Sague mempunyai terletak pada 04º55’30” LU dan 96º20’00” BT, sedangkan arti gunung api yang mempunyai empat puncak. secara adiministratif masuk dalam wilayah Kecamatan Dibandingkan dengan dua gunung api lainnya di Aceh, Meureudu Selatan, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. penduduk yang bermukim di lereng dan kakinya boleh 2 Peut Sague Sejarah dan Karakteristik Letusan Kegiatan letusan G. Peut Sague yang tercatat dalam yang disertai suara gemuruh dan semburan bara api. Pada waktu sejarah tidak menunjukkan letusan dahsyat karena bulan Desember 1920 dari kejauhan tampak pada bagian hanya disebutkan sebagai tiang asap, sinar api, guguran kawah sebelah barat dan barat laut adanya guguran lava lava dan suara gemuruh serta suara ledakan termasuk disertai hembusan asap, kadangkala terdengar ledakan. letusan terakhir tahun 2000. Pada tanggal 25 September Pada tanggal 10 Februari 1979 Pemerintah Daerah TK II 1919 tampak asap putih mengepul dari salah satu puncak Sigli melaporkan bahwa G. Peut Sague mengeluarkan api sebelah barat G. Peut Sague. Pada bulan Maret 1920 dari dan suara gemuruh. Pada awal tahun 2000 laporan dari pilot kejauhan tampak tiang asap membumbung tinggi disertai Garuda yang melalui jalur Banda Aceh-Medan menyatakan sinar api berasal dari kawah bagian barat dan timur. Pada telah terjadi letusan di G. Peut Sague dengan ketinggian bulan Mei 1920 Patroli Belanda melihat gumpalan asap asap mencapai ± 3 km, dengan warna asap hitam keabuan. Interval Letusan G. Peut Sague Peut Sague 3 KRB dan Potensi Ancaman Jiwa Berdasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi, kawasan aliran piroklastik dan longsoran puing vulkanik dengan rawan bencana Gunung Api Peut Sague terbagi menjadi 3, radius 5 km dari puncak. yaitu: c. KRB I a. KRB III KRB I adalah kawasan yang berpotensi dilanda aliran KRB III adalah kawasan yang sering dilanda awan panas, massa berupa lahar dan lontaran berupa hujan abu aliran lava, lontaran atau guguran batu pijar dan gas serta kemungkinan terkenal lontaran batu pijar dengan beracun dengan radius lontaran 2 km dari puncak. radius 8 km dari puncak. b. KRB II Desa yang terdampak KRB sebanyak 6 desa yang tersebar KRB II adalah kawasan yang berpotensi dilanda aliran di Kabupaten Pidie. Adapun jiwa yang terancam sebanyak lava, lontaran batu pijar, termasuk hasil letusan freatik, 11.157 jiwa. hujan abu lebat, kemungkinan gas racun, awan panas/ Tabel Desa terdampak (data Dukcapil 2018) Jumlah No Desa Kecamatan Kabupaten KRB Penduduk 1 Keune Geumpang Pidie I 636 2 Leupu Geumpang Pidie I 1336 3 Teu Rucut Mane Pidie I 991 4 Blang Dalam Mane Pidie I 1810 5 Leuuteung Mane Pidie I 2050 6 Mane Mane Pidie I 4334 4 Peut Sague Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Peut Sague. Peut Sague 5 Sistem Pemantauan Gunung Api Gunung Api Peut Sague letaknya jauh dan pencapaiannya Aktivitas vulkanik G. Peut Sague dipantau secara terus- sangatlah tidak mudah sehingga G. Peut Sague jarang
Recommended publications
  • 35 Konservasi Danau Ranu Pane Dan Ranu Regulo Di
    (2019), 16(1): 35-50 pISSN: 0216 – 0439 eISSN: 2540 – 9689 http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA Akreditasi Kemenristekdikti Nomor 21/E/KPT/2018 KONSERVASI DANAU RANU PANE DAN RANU REGULO DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU (Conservation of Ranu Pane and Ranu Regulo Lakes in Bromo Tengger Semeru National Park) Reny Sawitri* dan/and Mariana Takandjandji Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat, Indonesia Tlp. (0251) 8633234; Fax (0251) 8638111 Info artikel: ABSTRACT Keywords: The lakes in Bromo Tengger Semeru National Park (BTSNP) have a caldera or giant crater, Conservation, however, the intensification of land use surounding as a residential area, agricultural land ecosystems, lakes, and natural tourism gived the impacts to lakes. The study was carried out at lakes of Ranu pollution, Pane and Ranu Regulo, in Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS), East Java water quality Province. The study purposed to know ecosystem changing of lakes and recomendation of conservation strategies. The research method was carried out by analyzing water qualities (physic, chemitry and microbiology) of Ranu Pane and ranu Regulo lakes. The results of this study found that Ranu Pane lake ecosystem was invaded by a threshold (Salvinia molesta Mitchell) of about 80%, causing an increase in BOD and COD content, followed by a decrease in DO and pH. Lake of Ranu Regulo has a higher fertility value (N/P = 16.24) than Ranu Pane. Therefore, the management need to mitigate to reduce the risk of pollution through public awareness and tourists. Kata kunci: ABSTRAK Konservasi, ekosistem, danau, Danau di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) adalah kaldera atau kawah pencemaran, raksasa, tetapi intensifikasi pemanfaatan lahan di sekitar danau berupa pemukiman, lahan kualitas air pertanian dan pariwisata alam berdampak terhadap danau.
    [Show full text]
  • Tourist Perception and Preference to the Tourism Attractions in Ranu Pani Villages, Bromo Tengger Semeru National Park
    IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 21, Issue 2, Ver. VIII (Feb. 2016) PP 39-45 e-ISSN: 2279-0837, p-ISSN: 2279-0845. www.iosrjournals.org Tourist perception and preference to the tourism attractions in Ranu Pani Villages, Bromo Tengger Semeru National Park Nanny Roedjinandari1, M. Baiquni2, Chafid Fandeli3, Nopirin4 1Tourism Study Program, Graduate School Program, Gadjah Mada University, Jl. Teknika Utara, Pogung Yogyakarta and Diploma IV in Tourism, Merdeka University, Jl. Bandung 1, Malang East Java, Indonesia 2Faculty of Geography, University of Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia 3Faculty of Forestry, University of Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia 4Faculty of Economics and Business, University of Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia Abstract:This paper examines the tourism resources and the tourist perception and preference to the tourism attractions in Ranu Pani Villages, Bromo Tengger Semeru National Park. Field work was conducted at Ranupani villages from March to August 2015. Interviews was conducted with tourist guided by questions on topics, including potentials tourism attraction, accessibility, tourism facility, tourism safety, and environmental management. Result of the study shows that most of the responds has positive perceptions to Ranupani landscapes. Diversity of flora and fauna was high. Tenggerese culture has been preserved by local people in Ranupani. Flora and fauna is crucial tourism object and attraction in Ranupani. This research confirms that accessibility aspect should be improved. In Ranupani area, tourism facility was limited and need to be improved. The safety aspect of tourist in Ranupani was good to excellent. Environmental management should be improved. Keywords: mountain tourist, destination competitiveness, natural attractions I.
    [Show full text]
  • 'Enclave' Ranu Pane Pada Zona Pemanfaatan Tradisional
    ANALISIS DESKRIPTIF AKTIVITAS DAN POTENSI KOMUNITAS DESA ‘ENCLAVE’ RANU PANE PADA ZONA PEMANFAATAN TRADISIONAL, KECAMATAN SENDURO, KAB. LUMAJANG, WILAYAH TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU (TNBTS) Syamsu Budiyanti, S.Sos, M.Si Konsultan Pengembangan Masyarakat (Community Development) dan Staf Pengajar Program Studi Sosiologi, FISIB, Universitas Trunojoyo Madura Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan Abstrak: Pemanfatan potensi hasil hutan non-kayu oleh masyarakat di zona tradisional TNBTS selama ini masih berupa pemanfatan kayu bakar dan pakan ternak (seperti rumput dan hijauan lainnya), pemanfaatan buah hutan (seperti kemlandingan gunung), pemanfaatan jamur hutan (jamur grigit, jamur pasang, jamur siung, jamur kuping dan jamur landak), pemanfaatan tumbuhan obat (ampet, tepung otot, purwaceng, pronojiwo, dsb), pemanfaatan bamboo, dan lainnya sebagainya. Dan dalam hal regulasi, kegiatan pemanfaatan atau pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat, belum terdapat pengaturan sedemikian rupa sehingga akan dikhawatirkan menjadi tidak terkendali, yang pada akhirnya dapat mengancam kelestarian potensi kehati dan ekosistem TNBTS. Untuk itu, ke depan sangat perlu dikembangkan mekanisme/pola pengaturan dan pemanfatan hutan secara terkendali dengan memperhatikan azas kelestarian potensi demi keberlanjutan pemanfatan oleh masyarakat. Dalam konteks inilah, gambaran kasus Desa ‘Enclave’ Ranu Pane yang berada dalam area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), sangat diperlukan langkah-langkah strategis untuk melakukan pendayagunaan optimal pada zona pemanfaatan tradisional, khususnya agar semakin memberikan ‘nilai tambah’ yang besar baik kepada masyarakat Desa Ranu Pane dan sekitarnya, serta terutama untuk memperbesar ‘daya dukung’ alam bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan, dengan menegaskan kembali tentang konsep bahwa keadilan bukan hanya hak milik manusia, namun juga semua makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya, baik tumbuhan, binatang dan seluruh alam.
    [Show full text]
  • Habitat Anaphalis Spp. in Tourism Area in Bromo Tengger Semeru National Park, East Java
    J-PAL, Vol. 10, No. 2, 2019 ISSN: 2087-3522 DOI: 10.21776/ub.jpal.2019.010.02.09 E-ISSN: 2338-1671 Habitat Anaphalis spp. in Tourism Area in Bromo Tengger Semeru National Park, East Java Filza Yulina Ade1,2, Luchman Hakim1, Estri Laras Arumingtyas1, Rodiyati Azrianingsih1 1Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Brawijaya University. Veteran Street, Malang, East Java, Indonesia 2 Biology Education Study Programme, Faculty of Teacher Training and Education, University of Pasir Pengaraian, Rokan Hulu Regency, Riau, Indonesia Abstract The conservation of Anaphalis in mountain area in Bromo Tengger Semeru National park requires basic understanding of habitat profiles. The aim of the research was to describe the habitat profile of Anaphalisspp. population in mountainousarea oftheBromo Tengger Semeru National Park. This research confirmed that three Anaphalis were identified, namely Anaphalis javanica, Anaphalis viscida and Anaphalis longifolia. These species werefound at Penanjakan, Mt. Batok, and Ranu Kumbolo. The habitat of Anaphalis in the study area were influenced by volcanic activities. Anaphalis grows in silty loam, loam, sandy-silt loam and sandy loam soils with high competition with weeds and exotic plant species. Exotic-invasive species such as Agrostis sp., Imperata cylindrical, Pteridium sp., Alchemilla sp. Eupatorium sp. and Leucaena sp. played an important role as a competitor to Anaphalisspp populations in wild area. The conservation of Anaphalis in natural habitat requires significant action to minimize invasive plant species in Anaphalis’s habitat. Keywords: Biodiversity, Edelweiss, Invasive species, Mountainous plant INTRODUCTION Since the uniqueness and attractiveness of the Anaphalis is one of the endangered taxa in flower, the flower of Anaphalis javanica is often mountain regions in East Java.
    [Show full text]
  • M. BOESEMAN (Rijksmuseum Van Natuurlijke Historie, Leiden)
    THE DERMAPTERA IN THE MUSEUMS AT LEIDEN AND AMSTERDAM by M. BOESEMAN (Rijksmuseum van Natuurlijke Historie, Leiden) The collections of Dermaptera in the Rijksmuseum van Natuurlijke His- torie at Leiden and the Zoölogisch Museum at Amsterdam, referred to in the present paper as "Museum Leiden" and "Museum Amsterdam", consist of numerous specimens including many types described by previous authors and a fairly large number of hitherto unidentified examples. A reinvestiga- tion and an identification of the unidentified material therefore promised interesting results, a promise which has been fulfilled. The investigations took place during the war years 1942 and 1943 under unfavorable circumstances. The original MS was finished shortly after the war but, due to printing difficulties, publication had to be postponed. During the recent preparation of the present paper, some alterations and corrections of the old MS were found necessary and recent literature was added. No time was available for the examination and inclusion in the present paper of the acquisitions of both collections during and since the war. The almost 3500 specimens included in this paper proved to belong to 157 species, 2 subspecies, 16 varieties; among these, 20 species and 8 varieties are new to science while the types were found of 30 species described by previous authors, most by De Haan, De Bormans, Dohrn, and Burr. The following new species are described: Diplatymorpha borneensis nov. gen., nov. spec. (fig. 2) Dicrana jacobsoni nov. spec. (fig. 4) Pyge vanderdoesi nov. spec. (fig. 5) Gonolabidura javana nov. spec. (figs. 6a, 7a, b) Gonolabidura boschmai nov. spec. (figs. 6b, 8) Gonolabis acuta nov.
    [Show full text]
  • Ir. Budi Faisal, MAUD, MLA, Ph.D Chairman of Center of Tourism Planning and Development, Institut Teknologi Bandung, Indonesia GEOGRAPHY and ADMINISTRATION
    Mount Bromo, East Java Dive Spot in Pulau Weh, Aceh Istiqlal Mosque, Jakarta Istana Pagaruyung, West Sumatera Tamansari Bath, Yogya Floating Mosque -Makassar Woven fabric of Tapanuli Ir. Budi Faisal, MAUD, MLA, Ph.D Chairman of Center of Tourism Planning and Development, Institut Teknologi Bandung, Indonesia GEOGRAPHY AND ADMINISTRATION • Largest archipelagic country in the world, with 17.504 islands of varying sizes. • Consists of : • 1.910.931,32 km2 with a 104.000 km shoreline, • 284.210,90 km2 territorial sea area Indonesia’s Archipelago Source: National Survey and Mapping Coordination Agency GEOGRAPHY AND ADMINISTRATION • Consists of 33 provinces, include : • 399 districts • 98 municipalities, all together covering 78.609 villages Kampung Naga is one of well-known village which is inhabited by a community in a very strong tradition of holding the remainder ancestors, located in Tasikmalaya, West Java. The village is also known for its sustainable ways in preserving the nature and the traditional Sundanese culture. Source: Ministry of Home Affairs, April 2011 POPULATION GROWTH • Recent population : 253.602.815 people Doubled compared to 1970 cencus • Java is the most populated Island 57,5% of the country total population • The rest of the population Jakarta, the most populated city of Indonesia are distributed among the bigger Islands: Sumatera, Kalimantan (Borneo), Sulawesi, Papua, the Islands of the Lesser Sunda, and the Mollucas. Source: Ministry of Home Affairs, April 2011 Children in Papua POPULATION & RELIGION • 87% of the total
    [Show full text]
  • NO.DIF SUBJEK KETERANGAN NO. FOTO 2309 Lukisan Lukisan Wanita Dan Anaknya, Jawa Timur
    DAFTAR INFORMASI ARSIP FOTO JAWA TIMUR KOLEKSI KIT NO.DIF SUBJEK KETERANGAN NO. FOTO 2309 Lukisan Lukisan wanita dan anaknya, Jawa Timur. 0002/062 2308 Lukisan Lukisan dua wanita membawa makanan, ada seekor burung dan kera yang diikat, Jawa Timur. 0003/063 124 Bangunan Gedung "Militaire Kantine", Surabaya, Jawa Timur. 0005/120 658 Bangunan Rumah Belanda dengan sado yang diparkir, Jawa Timur. 0006/151 492 Bangunan Pemandian umum Cakranegara, Madura, Jawa Timur, 1925. 0008/084 1738 Gunung Lahar panas dari Gunung Kelud di Kali Konto, Kediri, Jawa Timur. 0014/004 2944 Perahu Perahu nelayan didorong ke tengah laut, Jawa Timur. 0018/062 3784 Suku Bangsa Usungan tandu yang melewati lautan pasir di Pegunungan Tengger, Jawa Timur, 1890. 0025/004 2951 Perahu Perahu penangkap ikan di pantai Madura, Jawa Timur. 0034/082 439 Bangunan Masjid dengan menara di depannya, Jawa Timur. 0035/065 2370 Makam Makam Cina dilengakapi dengan taman dan pendopo, Jawa Timur. 0035/067 1772 Gunung Pegunungan yang dilewati jembatan kereta api, Jawa Timur. 0035/071 736 Bangunan Rumah residen, Madiun, Jawa Timur. 0040/034 673 Bangunan Rumah di Madiun, Jawa Timur. 0040/036 259 Bangunan Jalan menuju rumah Residen Madiun, Jawa Timur. 0040/038 442 Bangunan Masjid di Madiun, Jawa Timur. 0040/040 254 Bangunan Jalan dan jembatan dan pos jaga dekat sungai, Madiun, Jawa Timur. 0041/002 3836 Sungai Lahar Gunung Kelud di Kali Konto, Kediri, Jawa Timur. 0041/006 1258 Candi Reruntuhan candi kuno di Blitar, Jawa Timur. 0041/008 1252 Candi Reruntuhan candi di Blitar, Jawa Timur. 0041/010 2267 Laut Muara pemberhentian kapal dan perahu, Surabaya, Jawa Timur.
    [Show full text]
  • Java, Bali & Lombok: Montagnes De
    Java, Bali & Lombok: montagnes de feu Jours: 21 Prix: 2390 EUR Vol international non inclus Confort: Difficulté: Culture Aventure, exploration et expédition Hors des sentiers battus Trekking Volcans Les incontournables ATTENTION : ce circuit est momentanément SUSPENDU, en raison de l'activité du volcan Merapi d'une part, et des conséquences des séismes de 2018 sur le site du volcan Rinjani d'autre part, qui rendent ces 2 ascensions impossibles à l'heure actuelle. Pour les passionnés de montagnes “vivantes”, c’est à dire de volcans, l’Indonésie est un pays inévitable. Et pour cause, il constitue tout simplement la plus vaste zone volcanique du monde avec un total de 500 volcans, dont 129 actifs. C’est dire si ces montagnes sacrées sont ici complètement intégrées à la vie culturelle locale. Parfois destructeurs comme le __Mont Merapi__ ou le __Mont Agung__, mais aussi sources de bienfait, ils rendent la terre d’une fertilité incroyable, une richesse du sol qui se traduit par de superbes paysages de rizières, de forêts tropicales, de plantations en tous genres… Ce circuit inclut les ascensions de quelques uns des volcans les plus spectaculaires de toute l’Indonésie. Pour cela, vous parcourez la moitié orientale de __Java, puis Bali, et Lombok__. Pas moins de __6 ascensions de volcans__ vous attendent, plus impressionnantes les unes que les autres. Mais ce trek est aussi une découverte de la diversité et de la richesse culturelle indonésienne. Une épice, un simple parfum, et voilà que des mots et des images chargées de mystères et d’histoire font écho: muscade, vanille, clou de girofle, riz, jungle, route des épices, paysages sortis tout droit d’un rêve, gentillesse et sourire des Indonésiens, richesse d’expression des religions toutes différentes les unes des autres, mais si étroitement imbriquées.
    [Show full text]
  • Biodiversity Conservation, Community Development and Geotourism Development in Bromo-Tengger-Semeru-Arjuno Biosphere Reserve, East Java
    GeoJournal of Tourism and Geosites Year X, no. 2, vol. 20, November 2017, p.220-230 ISSN 2065-0817, E-ISSN 2065-1198 Article no. 20108-228 BIODIVERSITY CONSERVATION, COMMUNITY DEVELOPMENT AND GEOTOURISM DEVELOPMENT IN BROMO-TENGGER-SEMERU-ARJUNO BIOSPHERE RESERVE, EAST JAVA Luchman HAKIM* Brawijaya University, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Biology Department and Brawijaya University Tourism Research Centre, Jalan Veteran 65145, Malang, Indonesia, email: [email protected] Marno SOEMARNO Brawijaya University, Faculty of Agriculture and Brawijaya University Tourism Research Centre Jalan Veteran 65145, Malang, Indonesia, email: [email protected] Abstract: The objective of the paper are to identify levels of bio-geodiversity of Bromo-Tengger-Semeru-Arjuno area, describes local community and factors triggering biodiversity disturbance and declines, and establishes recommendations for geotourism development in Bromo-Tengger-Semeru-Arjuno Biosphere Reserve, Indonesia. This study cundected a series of field observation, secondary data analisys and interview at the local and regional levels. Result shows that Bromo- Tengger-Semeru-Arjuno has high biodiversity and is the most diverse highland region in East Java Province. There are a large number of flora-fauna and geological phenomena, reflecting the importance of biodiversity conservation and geotourism development in this area. While there are many positive impacts from tourism, there are also environmental problems. A number of identified problems encompass unsustainable agriculture practices, illegal hunting, illegal logging, forest fire, illegal plant collections and tourism. A large number of visitors at some attraction locationsare a critical issue in the biosphere reserve area. The development of other tourist spots has been important to reduce human impact to the biophysical environment of biosphere reserves.
    [Show full text]
  • LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.75, 2012 PEMERINTAHAN
    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.75, 2012 PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Pemda. Rencana. Tata Ruang. Pulau Jawa-Bali. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan ketentuan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); legalitas.org www.djpp.depkumham.go.id 2012, No.75 2 4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI.
    [Show full text]
  • Discover East Java Because Your Coming Is Our Happiness
    National Park. Nature Reserve. Botanical Garden. Attractive Place. Ancient Heritage. Discover East Java Because your coming is our happiness... Papuma Beach, Jember photo: Daniel Schmitt i COVER STORY aniel Schmitt, a German photographer, travelled abroad since age 4. CONCEPT & DESIGN DHis excitement in photography originally came from his family Aan Anugrah members. He has always been fascinated by the interaction of light, colours and lenses. SPECIAL THANKS TO Bondan Evi Mahasti When he started travelling alone, the most destinations were Europe and Andrea Bütler Southeast Asia. However, according to him, so far the most fascinated Cornelia Heimgartner country is definetily Indonesia. During his travel to Indonesia, Java is Daniel Schmitt also his major trip destination. He speaks fluently Indonesian and partly Dr. Alexis Palmero Rodriguez Javanese. MOST OF THEM ARE ON JOURNEYS 1984 Morocco, Portugal, France, Spain 1985 Turkey, Yugoslawia, Greece 1986 USA 1987 Indonesia (Jawa,Bali), Malaysia, Singapore Discover East Java 1991 Thailand Because your coming is our happiness... 1997 Denmark, Norway, Sweden 1998 Turkey 2002 Indonesia (Bali) 2003 Indonesia (Bali),Singapore, Malaysia, Thailand, Lao,Cambodia 2004 Indonesia (Sumatra,Jawa,Bali), Thailand, Lao, Myanmar, Malaysia 2005 Indonesia (Bali,Sulawesi,Kalimantan,Jawa) 2006 Indonesia (Bali,Lombok,Flores,Sumba,Rinca,Kanawa,G.Gede), Thailand 2007 Spain, Portugal, Italy, India 2008 Israel, Palestina, Lebanon, Jordan, Syria, Morocco, Sri Lanka, Indonesia (Sulawesi/Maluku (Halmahera, Ternate, Tidore, Ambon, Saparua, Seram), Jawa, Belitung/Bangka) In between: Czech, Slovenia, Kroatia, Italy, Switzerland, Austria, Great Britain, Andorra Scheduled future trips: February 2009 - September 2009 (From Germany to China and back by land) Check Daniel’s works at: Daniel got chance to visit this popular beach during his stay in Ambulu, Jember.
    [Show full text]
  • Detailprogramm IDK06 Indonesien
    Fotograf: lkunl DETAILPROGRAMM – REISEJAHR 2020 Indonesien - Auf dem Feuergürtel der Erde Wanderreise von Borobudur auf Java über den Krater des Bromo bis Ubud auf Bali Ⅲ 14x 2x Max. Aufstieg ↑ 1300m, Max. Abstieg ↓ 1900m Wanderungen: 4 x moderat (2 - 5 Std.), 4 x anspruchsvoll (7 - 10 Std.) Besteigung des Semeru 3.676 m, Gipfeltag ↑1300 m, ↓1900 m, 9 - 10 Std. Durch die balinesischen Reisterrassen rund um Ubud wandern Auf Bali den Sonnenaufgang am aktiven Batur Vulkan (1.717 m) erleben Die UNESCO-Kulturerbestätten Borobudur und Prambanan erkunden In Ostjava in den eindrucksvollen Schlund des Bromo Vulkanes (2.392 m) blicken Den türkisblauen Kratersee des Ijen Vulkanes (2.400 m) bewundern Reisenummer: IDK06 / Detailprogramm Reisejahr 2020, Erstellungsdatum: 11.10.2019 1 Reisenummer: IDK06 / Detailprogramm Reisejahr 2020, Erstellungsdatum: 11.10.2019 2 Indonesien - Auf dem Feuergürtel der Erde Der Weg führt geschwungen zum Krater hinauf. Es ist dunkel, Lava knirscht bei jedem Schritt. Und dann kommt das Licht. Rot-blaue Schatten tanzen am Himmel, dann wird alles rosa und schließlich golden. Der weiße Nebel im Tal gleicht einer schäumenden Badewanne, die Vulkankegel ähneln schwimmenden Sauriern. Wir stehen am Krater des Semeru und blicken auf den erwachenden Tag. Überhaupt können sich unsere Augen kaum satt sehen an den Naturwundern und Kulturdenkmälern Indonesiens. Wir widmen uns ausgiebig den Feuerkegeln, steigen über Lavapfade auf eindrucksvolle Berge und genießen fantastische Aussichten. Wir wandern durch die Reisterrassen von Ubud, machen uns zu Fuß auf den Weg zum Wasserfall von Munduk und folgen den sandigen Wegen zum türkisen Bergsee des Ijen Vulkanes. Aber nicht nur die Natur zeigt sich vielseitig, auch die Kultur des Inselstaates hat viel zu bieten.
    [Show full text]