Hubungan

Habib Zarbaliyev doktor ilmu bahasa, profesor; Zaman Askerli doktor ilmu bahasa, profesor

TASAWUF DALAM KESUSASTEAN INDONESIA DAN : SOAL-SOAL TIPOLOGI

asawuf yang tersebar di seluruh dunia Muslimin mandang Cinta sebagai dasar terciptanya seluruh alam sebagai ajaran sastra, filsafat, keagamaan-ideo- semesta hingga melahirkan syairnya yang berjudul Tlogis memiliki sifat-sifat khas yang disesuaikan “Khosrow dan Syirin”: dengan kondisi sosial-politik dan spiritual-keagamaan di setiap negeri dan setiap masyarakat Muslim, tetapi Eşqdir mehrabı uca göylərin, semua sifat sufisme ini terikat pada kesamaan tipologis Eşqsiz, ey dünya, nədir dəyərin?! tertentu. Sebagai contoh kekhususan dari kesamaan- Eşqin qulu ol ki, doğru yol budur, kesamaan tersebut adalah pertapaan, pandang bahwa Ariflər yanında, bil, eşq uludur. alam sebagai material yang , pembersihan jiwa, Bu dünya eşqdir, qalan fırıldaq, pembersihan dan penyempurnaan moral-rohani, ke- Eşqdən başqa şey – boş bir oyuncaq. mutlakan ditempuh demi mencapainya tingkat-tingkat Eşqsiz bu dünya soyuq məzardır, yang tertentu dalam mendekatkan diri kepada . Ancaq eşq evində rahatlıq vardır. Tetapi konsepsi ajaran sufisme dan golongan-golongan Göylər yaransaydı eşqdən azad, kebathinan itu sendiri adalah pengenalan, kedekatan, Düşün, olardımı Yer üzü azad?! [Nizami 2004, 50] dan berujung pada tingkat kepasrahan diri kepada Allah. Beragam cara untuk mengenal dan mendekat Penyair Azerbaijan, Syah Ismail Khatai, memandang kepada Allah ini justru yang membedakan antara go- Cinta sebagai cara peninggian rohani. Dalam salah satu longan sufi yang satu dengan yang lain. Salah satu dari puisinya, Cinta digambarkan sebagai simbol langsung beragam cara tersebut – yang merupakan cara utama manifestasi kepada Allah. Protagonis liriknya mengang- – adalah cinta ketuhanan, cinta kepada Robb-Nya. Baik gap bahwa Cinta adalah sifat terbaik yang ada dalam dalam karya-karya Hamzah Fansuri maupun penyair- diri manusia. Insan yang tidak mengenal Cinta, tentu penyair klasik Azerbaijan, Cinta merupakan sesuatu hal tidak mengenal Allah. Cinta adalah ukuran dasar dalam yang selalu diagungkan. Bahkan Nizami Ganjawi me- kebersihan bathin, yang membawa insan terbang jauh

34 www.irs-az.com 2, MUSIM DINGIN 2014

Nizami Ganjawi lebih dekat menuju kepada Allah. Insan yang tidak mengenal rasa ini tidak mengenal Allah pula:

Məhəbbət dediyin xaslar xasıdır, Məhəbbət olmayan haqqın nəsidir? Dost Xətainin bu haq nəfəsidir, Məhəbbətdən keçən haqdan da keçər [Xətai 1976].

Tetapi Cinta yang digambarkan dalam puisi para penyair Azerbaijan zaman pertengahan (Nizami, , Kisywari, Habibi, dll.) bertentangan dengan syair- syairnya. Protagonis lirik dalam karya-karyanya yaitu Asyik, di satu sisi adalah seorang Sufi – musafir Cinta yang mencari kebahagiaan melalui pendekatan kepa- da Allah dalam wahdatnya. Istilah habib, kekasih, ma- syuk, ia (Asyik) yang dimaksudkan adalah Allah. Alih-alih ukuran pencapaiannya adalah hal-hal yang bersifat du- niawi, ia memandang lebih kepada jalan Cinta kepada Allah sebagai jalan utama. Namun di sisi lain ia adalah pemuda tulus ikhlas yang mencari kebahagiaan di ke- hidupan nyata, dalam cinta kepada insan manusia. Ciri utama yang membedakan Asyik sebagai pro- tagonis lirik dengan watak-watak lain, khususnya de- ngan zahid, adalah pengenalan Allah dan pendekatan kepada-Nya. Bagi Asyik, cara ini dilakukan melalui pem- Yang Mengetahui, Pengetahuan dan Yang Diketahui bersihan bathin, peninggian rohani, dan pemahaman – ketiga sifat ini mencapai kesatuan (wahdat) muncul marifat, sedangkan zahid (zuhud) menitikberatkan ke- di laut: setiaan kepada Allah dalam ibadah. Oleh karena itu, mereka selalu bertentangan dan tidak mengakui satu Ma‘lum dan ‘ilm di dalam ‘alim, lainnya. ketiganya wahid di laut lazim. Karakter dalam karya-karya para penyair Sufi pun Lagi ia hikmat lagi ia hakim, berbeda-beda. Dalam karya-karya Hamzah Fansuri, laut lagi ia maqsum lagi ia qasim. dideskripsikan dengan rasa medalam (baca= penuh birahi). Menurut Hamzah Fansuri, lautlah tercipta mula- Seluruh alam semesta tercipta di laut. Keindahan mula: dan Keagungan berkuasa di laut, menyelami, janganlah menyengkiri, bertahanlah sewajarnya. Cintailah ombak- Bahr al’ulya yang sedia lama, ombak yang membadai, takluklah kepadanya! Kan Nabi ialah asal mula pertama. menasihati umatnya: tunduklah kamu – Sifatnya tujuh bersama-sama, wahai abdi Allah kepada-Nya: itulah sang Wahid yang banyak nama. ‘Ilmu nin masyhur seperti guruh, Pertama-tama Hidup dan Pengetahuan, Kemauan jangan kau gentar takutkan terbunuh, dan Kekuatan, lalu Tutur, Penglihatan dan Pendengaran nafikan rupa sekalian tubuh, – tujuh sifat kekal ini semuanya muncul di laut: sebabnya dapat menjadi suluh.

Hayyun dan ilmu awwalnya , Sungguhpun sekalian di sana jadi, Iradat dan Qudrat sifat Al-Qadir, pada ombak qahhar jangan kau radi. lagipun serta yang Zahir, Sabda Muhammad pada sekalian kami, Sam‘ dan Basar ketujuhnya hadir. ba-ruy-i kwaja bi-kun kar-i ghulami. www.irs-az.com 35 Hubungan

Imadaddin Nasimi

Sesuai dengan Sufisme Sumatra, jalan menuju Al- Laut Silan wahid alkahhar, lah melalui pendekatan objek laut. Jalan ini sangat sulit, riaknya rencam ombaknya besar, penuh azab dan sengsara, bahkan menakutkan. Tetapi anginnya songsongan membelok sengkar ombak-ombak yang membadai ini, tidak harus mena- perbaiki kemudi jangan berkisar. kutkan ahli Sufi yang berikhtiar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan Itulah laut yang maha indah, kesabaran, ketabahan hati, kepandaian menahan hawa ke sanalah kita semuanya berpindah, nafsu, dan keberanian. Apabila kamu takut diserang om- hasilkan bekal kayu dan juadah bak, jangan pikir untuk mendarat. Jangan sesat dalam selamatlah engkau sempurna musyahadah. perasaan , jangan takut akan ombak-ombak yang membadai, berteriaklah: “Aku – Hakiki”. Demikian Ingati sungguh siang dan malam, ombak dapat menjadi laut, kata Hamzah Fansuri (Band- lautnya deras bertambah dalam, ingkan dengan kata-kata penyair Azerbaijan Imadaddin angin keras, ombaknya rencam, Nasimi [abad XIV]: Mənəm haqq [Ana-l-haqq] “Akulah ingatlah perahu jangan tenggelam. yang hakiki”): Jikalau engkau ingatlah sungguh, Di laut ‘ulya yogya berhanyut, angin yang keras menjadi teduh, dengan hidup suwari jangan berkalut. tambahan selalu tetap yang cabuh, Katakan ‘Ana’l-Haqq jangan kau takut, Selamat engkau ke pulau itu berlabuh. itulah ombak menjadi laut. Istilah untuk azab dan sengsara, untuk tidak menge- Watak laut khususnya tergambar dalam “Syair Pera- nal ketakutan, mengatasi segala halangan demi bersatu hu” Hamzah Fansuri: dengan Allah – semua motif tersebut terdapat dalam puisi Sufi Azerbaijan. Tetapi dalam tasawuf Azerbaijan Laut Silan terlalu dalam, tidak ada watak laut, sebagai gantinya terdapat ung- di sanalah perahu rusak dan karam, kapan “bahrul-asrar”. Tetapi “bahrul-asrar” (“laut rahasia”) sungguhpun banyak di sana penyelam, ini tidak sama dengan watak laut yang digambarkan larang mendapat permata nilam. dalam puisi Hamzah Fansuri. Dalam puisi Azerbaijan

36 www.irs-az.com 2, MUSIM DINGIN 2014

Mahammad Fuzuli tersebut, ungkapan “bahrul-asrar” yang dimaksudkan adalah cara-cara dan sifat-sifat yang diperlukan untuk mengenal Allah, dan usaha para ahli Sufi untuk men- capai tujuan ketuhanannya adalah dengan menguasai sifat-sifat ini. Kaum Sufi Azerbaijan menemukan jalan- jalan untuk mengenal Allah seperti mempelajari syariat, memilih tarikat, menguasai marifat dan mendekatkan diri dengan Allah. Jalan pembersihan dan penyem- purnaan para ahli Sufi pada intinya melalui meykhane, kharabat (tempat minum syurbat). Dalam masnawi “Dahname” Syah Ismail Khatai (masnawi –sejenis sajak dalam kesusasteraan Timur Tengah; bersajak berpa- sangan) menggambarkan sebuah tempat istimewa yang bernama “taman para peri”. Dalam perjalanannya menuju Allah, Asyik terpaksa melalui taman ini. Sebagaimana diketahui, dalam inti tasawuf terkan- dung ide mistik – meninggalkan dunia yang fana dan pulang ke alam baqa. Fana dan baqa dalam tasawuf di- pandang sebagai tingkatan tertinggi dalam penyempur- naan rohani. Kaum Sufi menafikan segala hal yang bersi- fat duniawi dan menahan hawa nafsu. Baqa adalah jalan terciptanya rohani yang bersih, murni, luhur, pember- sihan dari segala yang duniawi, pemusnahan nafsu, dan lebih pendekatan diri dengan Allah. Menurut ajaran Sufi, jika seseorang sudah benar-benar merindukan Tuhan, Ey könül, yarı istə, candan keç, maka kefanaannya akan tenggelam dalam kebaqaan Səri-kuyin gözət, cəhandan keç! Tuhan [Quluzadə 1965, 238]. Ide ini terdapat dalam puisi Mülki təcriddir fərağət evi, Fuzuli, antara lain dalam puisi “Keç” yang dari awal sampai Tərki-mal eylə, xanimandan keç! akhir menggambarkan pandangan mistiknya: Laməkan seyrinin əzimətin et, Bu xarab olacaq məkandan keç! Hamzah Fansuri Etibar etmə mülki dünyayə, Etibari-ülüvvi-çandan keç! Əhli dünyanın olmaz axirəti, Gəz bunu istər isən, ondan keç! Məskənin bəzmgahi-vəhdətdir, Ey Füzuli, bu xakdandan keç! [Füzuli 2005, 87]

Mistisisme adalah inti utama dalam pemikiran artistik-filosofis masyarakat Muslim. Hal tersebut juga merupakan kekhasan bagi puisi para penyair di Su- matra, termasuk pula Hamzah Fansuri. Berdasarkan pe- mikiran M.F.Kopruluzade, Vladimir Braginski menjelas- kan sebab-sebabnya dengan pemahamam tradisional rakyat Melayu, khususnya dengan pandangan yang berasal dari ilmu sihir (ilmu kecenayangan). Pada pendapatnya, tujuan jalan ahli Sufi – fana – bisa juga dipahami melalui prisma keadaan cenayang, yaitu keadaan lupa. Masuk dalam keadaan lupa (trans) ini, cenayang lupa akan dirinya dan seakan-akan suaranya www.irs-az.com 37 Hubungan yang bertutur itu merupakan suara roh yang bertutur “kudrat Allah” nama labuhannya, melalui mulutnya [Braginski 1975, 93-94]. Menurut V.I surga jannat an naim nama negerinya Braginski, salah satu sumber tasawuf adalah ilmu sihir Melayu. Watak perahu dan pelayaran laut yang berasal dari Watak perahu dalam puisi Sufi Sumatra berhu- Quran ini dalam tradisi-tradisi Sufi Timur Tengah di- bungan dengan nama Hamzah Fansuri. Dalam karya- tafsirkan sebagai watak berdzikir. Perahu sebagai istilah karyanya yang lain, pelayaran laut digambarkan secara untuk nama Allah. Dengan mendzikirkan namanya, ahli gamblang. Perahu sebagai simbol kesatuan dalam Sufi menyeberangi laut (simbol jalan mistik) sampai ke- tingkatan untuk mengenal Allah secara mistik – ting- pada pantai alam rohani. Dalam arti tersebut watak ini katan syariat, tarikat dan hakikat – terdapat dalam terdapat juga dalam salah satu puisi (gazel) Attar dan “Syarab al-Asyikin”. Tema ini secara lebih lengkap digam- karya “Tahanan...” Suhrawerdi. Pada waktu itu juga, mo- barkan juga dalam “Syair Perahu” [Braginski 1975, 94]: tif pelayaran dalam perahu memainkan peran penting dalam pendefinisian kecenayangan rakyat-rakyat kepu- Wujud Allah nama perahunya, lauan Melayu, termasuk pula di dalamnya masyarakat ilmu Allah akan [dayungnya] Melayu [Braginski 1975, 95-96]. Namun dalam puisi ta- iman Allah nama kemudinya, sawuf Azerbaijan tidak terdapat watak perahu. “yakni akan Allah” nama pawangnya. Pada umumnya, dalam puisi Timur, para Sufi dalam mendeskripsikan kemahabahannya kepada Allah di- “Taharat dan istinja” nama lantainya, lakukan melalui berbagai macam watak atau karakter, “Kufur dan masiat” air ruangnya, seperti misalnya, watak cinta, watak syurbat atau watak tawakkul akan Allah jurubatunya burung-pengembara, dan pelayaran perahu. Dua tauhidi itu akan sauhnya. watak pertama adalah ciri khas karakter puisi Sufi Timur Salat akan nabi tali bubutannya, Tengah, diantaranya puisi Farsi dan Azerbaijan. Namun Istigfar Allah akan layarnya, terdapat juga dalam puisi Melayu, antara lain dalam “Allahu Akbar” nama anginnya, puisi Fansuri: subhan Allah akan lajunya. Khabarkan ini pada mawlana kadi, “Wallahu ‘alam” nama rantaunya, syurbat ini hening warnanya safi, “iradat Allah” nama bandarnya, barang yang meminum dia mabuk dan fani, Adegan dari opera “Laili dan Majnun”

38 www.irs-az.com 2, MUSIM DINGIN 2014

bar dalam mantera-mantera Melayu. Pewatakan bu- rung-pencipta, terdapat antara lain dalam buku-buku mantera Perak dan buku-buku mitos. Dalam tradisi ke- cenayangan Melayu, Allah digambarkan sebagai cenay- ang. Menurut mitos Serawey, alam semesta tercipta dari telor burung atas perintah Allah [Braginski 1975, 97]. Hal tersebut merupakan alasan untuk menghubung- kan watak burung dalam puisi Hamzah Fansuri dengan tradisi kecenayangan di daerah Melayu. Dalam puisi Hamzah Fansuri terdapat juga watak- watak seperti Mansur, Adam, Hawa, Ahmad, Muham- mad, Gunung Sina, dan Laut Hakikat yang dikenali dengan baik di seluruh dunia Muslim: “Kalau ingin menyaksikan Allah, jangan takut akan kesulitan bagai Mansur”, “Bersahabatlah dengan Mansur yang mengor- bankan diri demi akidahnya”, “Ingatlah Adam selalu dan dimanapun engkau berada”, “...mencari air di Gunung Sina”... Watak-watak ini juga terdapat dalam puisi para pe- nyair Azerbaijan. Puisi-puisi berasal dari sumber yang Syah Ismail Khatai sama, misalnya pada “Quran”, pada pengertian-penger- tian keagamaan-filsafati dan mitologis Muslimin. mendapat Mahbub yang bernama Baki. Dengan demikian, konsepsi ajaran sufisme dalam ‘Asyiq dan masyuk dari ‘isygi rata, kesusastraan Indonesia dan Azerbaijan memiliki kesa- pada bilangan ma‘lumat ia tiga nyata. maan – baik cara pengenalan kepada Allah ataupun Sungguhpun emas punya banyak mata, pendekatan diri kepada-Nya, akan tetapi memiliki ber- pada isti‘dad asli sekalian Esa. bedaan dalam teknis (baca=cara) pencapaiannya. Hal ini mengandung arti tipologis. Oleh karena itu penel- Akan syarbat itu jangan kaughafil, usuran secara mendalam akan semua hal yang sudah karena dapat menjadi kamil. diungkapkan tadi adalah cukup penting, baik dalam Telah terminum hajipun berhasil, pencarian kejelasan untuk ciri-ciri umum tasawuf mau- mendapat ‘Arafat dan ilmu wasil. pun dalam penentuan bentuk-bentuk pengejawantah- annnya dalam sastra rakyat-rakyat tertentu. Akan tetapi, syair ini tidak dapat dibandingkan den- gan watak Cinta yang tergambar dalam “Laili dan Ma- DAFTAR PUSTAKA jnun” Nizami, Fuzuli, Saadi, Hafiz, , dll. Dua watak 1. Al-Attas 1970 – Al-Attas N. The of Hamzah atau karakter yang terakhir merupakan khas puisi Me- Fansuri. Kuala Lumpur, 1970. layu. 2. Braginski 1975 – Брагинский В.И. Эволюция Dalam “Syair Si Burung Pingai”, burung mistik digam- малайского классического стиха (повествовательные barkan sebagai simbol Allah. Ada pendapat bahwa формы фольклорной и письменной поэзии). Москва: “Syair Si Burung Pingai” ini dibuat di bawah penga- “Наука”, 1975. ruh masnawi “Mantiq at-tayr” Faridaddin Attar. Dalam 3. Braginski 1988 – Брагинский В.И. Хамза Фансури. karya-karya Hamzah Fansuri pengaruh Attar begitu Москва: “Наука”, 1988. nyata. Bahkan dalam traktat “Al Muntahi” dikutip tiga 4. Füzuli – Məhəmməd Füzuli. Əsərləri. 6 cilddə, I cild. kali karya-karya Attar [Al-Attas 1970, 349, 353]. Walau- Bakı, 2005. pun demikian, V.I.Braginski cenderung mengaitkan 5. Nizami – Nizami Gəncəvi. Xosrov və Şirin. Bakı, 2004. prototipe-prototipe karakter “Syair Si Burung Pingai” 6. Quluzadə 1965 – Quluzadə M. Füzulinin lirikası. Bakı, dengan ilmu sihir (syamanisme, kecenayangan). Dalam 1965. pendapatnya, pengertian tentang burung-Ruh tergam- 7. Xətai – Xətai. Əsərləri. 2 cilddə, I cild. Bakı, 1976. www.irs-az.com 39