Bab Ii Profil Kota Bukittinggi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab Ii Profil Kota Bukittinggi Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Bukittinggi (RPIJM) 2017-2021 BAB II PROFIL KOTA BUKITTINGGI 2.1 Wilayah Administrasi Secara geografis Kota Bukittinggi terletak antara 100°20' - 100°25' Bujur Timur dan antara 00°16' - 00° 20' Lintang Selatan dengan batas-batas : . Sebelah Utara dengan Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam; . Sebelah Selatan dengan Taluak IV Suku Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam; . Sebelah Timur dengan Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang Kecamatan IV Angkat Kabupaten Agam; . Sebelah Barat dengan Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam; Letak geografis ini juga cukup strategis terhadap lintasan regional, seperti lintasan dari Padang (PKN Sumbar) ke Medan (PKN Sumut), dan lintasan dari Padang ke Pekanbaru (PKN Riau). Kota Bukittinggi telah menjadi kota titik perlintasan dari Jalur Lintas Tengah Sumatera serta jalur penghubung antara Jalur Lintas Tengah dengan Jalur Lintas Timur Sumatera. Kota Bukittinggi juga menjadi PKW dari beberapa PKL yang berada di Provinsi Sumatera Barat dan daerah Provinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Riau. Oleh karena itu dalam lingkup Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi menjadi orientasi pelayanan utama. Luas Kota Bukittinggi adalah ± 25,239 Km2 (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas Propinsi Sumatera Barat. Wilayah administrasi Kota Bukittinggi terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan dan meliputi 24 kelurahan, yaitu: 1. Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km2 (683,10 ha) atau 27,06 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 7 kelurahan. 2. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km2 (1.215,60 ha) atau 48 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 9 kelurahan. 3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km2 (625,20 ha) atau 24,77% dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 8 kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 dan peta administrasi Kota Bukittinggi di bawah ini : Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 II-1 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Bukittinggi (RPIJM) 2017-2021 Tabel 2.1 Jumlah Kelurahan , Luas dan Persentase Daerah Kota Bukittnggi tahun 2015 Kecamatan Kelurahan Luas Daerah (Km²) 6,831 Bukit Cangang Kayu Ramang 0,470 Tarok Dipo 1,480 Pakan Kurai 0,870 Guguak Panjang Aur Tajungkang Tengah Sawah 0,690 Benteng Pasar Atas 0,560 Kayu Kubu 0,910 Bukit Apit Puhun 1,851 12,156 Pulai Anak Air 0,882 Koto Selayan 0,730 Garegeh 0,650 Manggis Ganting 0,651 Mandiangin Koto Selayan Campago Ipuh 1,393 Puhun Tembok 0,710 Puhun Pintu Kabun 3,610 Kubu Gulai Bancah 1,810 Campago Guguk Bulek 1,720 6,252 Belakang Balok 0,504 Sapiran 0,257 Birugo 0,940 Aur Birugo Tigo Baleh Aur Kuning 0,900 Pakan Labuah 1,180 Kubu Tanjung 0,911 Ladang Cakiah 0,740 Parit Antang 0,820 Bukittinggi 24 25,239 Keterangan : Bukittinggi Dalam Angka, 2015 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 II-2 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Bukittinggi (RPIJM) 2017-2021 Peta 2.1 Peta Administrasi Kota Bukittinggi Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 II-3 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Bukittinggi (RPIJM) 2017-2021 2.2. Potensi Wilayah Kota Bukittinggi 2.2.1 Potensi Kawasan Kota Pusaka Perkembangan penduduk Kota Bukittinggi tidak terlepas dari berubahnya peran kota ini menjadi pusat perdagangan di dataran tinggi Minangkabau. Hal ini ditandai dengan dibangunnya pasar oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1890 dengan nama loods. Saat ini Bukittingi merupakan kota terpadat di Provinsi Sumatera Barat, dengan tingkat kepadatan mencapai 4.400 jiwa/ km². Jumlah angkatan kerja sebanyak 52.631 orang dan sekitar 3.845 orang di antaranya merupakan pengangguran. Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa, Tamil, dan Batak. Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di Bukittinggi. Mereka diizinkan pemerintah Hindia-Belanda membangun toko/kios pada kaki bukit Benteng Fort de Kock, yang terletak di bagian barat kota, membujur dari selatan ke utara, dan saat ini dikenal dengan nama Kampung Cino. Sementara pedagang India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan sekarang disebut juga Kampung Keling. Perkembangan Kota Bukittinggi ke dalam bentuk kota yang sekarang, tidak terlepas dari perkembangan latar belakang sejarah baik secara politik, ekonomi maupun sosial budaya. Beberapa hal yang bisa dicatat mengenai perkembangan kota Bukittinggi pada masa sebelum pemerintahan kolonial Belanda adalah peran kota Bukittinggi yang berada pada jalur persimpangan perdagangan daerah pedalaman Minangkabau yang menghasilkan komoditi kopi, sehingga mengakibatkan Luhak Agam, terutama sekali Nagari Kurai (Bukittinggi) menjadi ramai dikunjungi oleh para pedagang kopi. Perkembangan dari aktifitas perdagangan kopi di Luhak Agam telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan fisik-spasial kota, seperti berkembangnya aktifitas perdagangan, sehingga terbentuknya wadah transaksi yang pada saat itu dikenal sebagai pakan yang sampai sekarang masih ada dan menunjukkan perkembangan yang pesat, baik dari segi intensitas kegiatan maupun perkembangan fisiknya. Dalam perkembangannya sekarang, Bukittinggi memiliki tingkat perkembangan kota yang sangat pesat yaitu pada kawasan pusat kota seperti dalam hal perkembangan fisik-spasial, pemanfaatan ruang kota maupun aktifitas-aktifitas kota seperti pada sektor perdagangan dan pengadaan fasilitas pariwisata. Perkembangan ini membentuk pusat-pusat kegiatan seperti di kawasan Pasar Atas, kawasan perkantoran pemerintah di Belakang Balok, kawasan perdagangan grosir dan terminal bus regional dan kawasan Kantor Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 II-4 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Bukittinggi (RPIJM) 2017-2021 Balai Kota di Gulai Bancah. Perkembangan ini juga didukung oleh berbagai potensi yang dimiliki seperti potensi alam dan objek wisata serta letak kota Bukittinggi yang secara geografis berada pada jalur perdagangan antar kota atau propinsi di Sumatera bagian tengah. Terbentuknya pusat-pusat kegiatan yang ada di kawasan pusat kota saat ini merupakan suatu proses dari perjalanan sejarah kota Bukittinggi yang dapat ditelusuri melalui tahapan perkembangannya. Salah satu potensi Kota Bukittinggi sebagai Kota Pusaka adalah terdapatnya beberapa peninggalan bersejarah dan masih di gunakan oleh masyarakat sampai sekarang ini seperti tempat ibadah, balai adat, jam gadang dan lain sebagainya. Sebaran pemukiman penduduk dari koto jolong (Jorong Tigo Baleh) ke masing-masing jorong membentuk kelompok-kelompok pemukiman, seperti diantaranya Birugo, Tangah Sawah, Banto Laweh, Gurun Panjang dan Padang Gamuak. Perkembangan daerah pemukiman ini juga diikuti dengan mesjid jamik, yang jika dilihat dari letaknya, menjadikan mesjid ini sebagai pusat-pusat dari daerah permukiman penduduk yang tersebar pada jorong-jorong yang ada. Bentuk bangunan dari mesjid ini diperkirakan mirip dengan Mesjid Jamik Mandiangin, yang bentuk atapnya masih dipertahankan, walaupun telah mengalami pergantian material. Bentuk mesjid yang juga mirip dengan mesjid ini adalah mesjid yang ada di Sungai Lasi dan Muaralabuah. Bentuk atap mesjid ini yaitu dengan atap bersusun tiga (berlenggek tiga / bertingkat tiga). Tingkat atap yang pertama dimaksudkan sebagai pucuk bulek yang berlima, tingkat atap yang kedua sebagai pucuk bulek yang sembilan dan tingkat atap yang ketiga sebagai pucuk bulek yang dua belas (Sati, 1990). Mesjid Jamik yang pertama sekali didirikan yaitu Mesjid Jamik Tigo Baleh yang berada di Kelurahan Pakan Labuah, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sekarang. Mesjid ini terletak di sebuah lurah (dataran rendah) dekat sebuah batang air (Batang Kurai). Mesjid ini dibangun sekitar abad ke-18 (Sati, 1990). Pembangunan mesjid ini dilaksanakan secara ‘gotong royong’, yaitu dengan mengerahkan ninik mamak, alim ulama dan anak kemenakan dari setiap jorong yang ada di Nagari Kurai. Mesjid ini dibangun setelah Nagari Kurai berkembang menjadi V jorong. Setelah pembangunan Mesjid Jamik Tigo Baleh ini, kemudian di susul dengan pembangunan mesjid jamik lainnya di jorong-jorong yang ada. Selain untuk pelaksanaan shalat Jumat, di mesjid-mesjid ini diadakan setiap akad nikah dari anak kemenakan (Pemda, 1992). Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 II-5 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Bukittinggi (RPIJM) 2017-2021 Gambar 0.1 Sebaran Letak Mesjid Jamik di kota Bukittinggi Sumber: Hasil Survey 1999-2000 dan Alvares, 1998. Gambar 0.2 Bentuk Mesjid Yang Diperkirakan Mirip Dengan Mesjid Jamik Tigo Baleh Yang Pertama Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 II-6 Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Bukittinggi (RPIJM) 2017-2021 Dari segi pemerintahan nagari, ninik mamak yang tiga belas, berkembang menjadi ninik mamak Penghulu Pucuk, Pangka Tuo Nagari dan ninik mamak nan Saratuih (100), sesuai dengan kebutuhan anak kemenakan yang telah berkembang ke jorong-jorong yang ada. Struktur pemerintahan Nagari Kurai V Jorong, sebagaimana yang digambarkan pada gambar berikut. terlihat bahwa elemen ruang nagari (fungsi pemerintahan) yaitu balai adat terdiri dari balai adat untuk bermusyawarah di setiap jorong (sekarang Kerapatan Adat Nagari Jorong) dan balai adat nagari (sekarang Balai Adat Kurai atau Kerapatan Adat Kurai Bukittinggi). Penghulu Pucuk Penghulu Pucuk Nan 5 Penghulu Pucuk Nan 9 Penghulu Pucuk Nan 12 Balai Kerapatan Adat Kurai
Recommended publications
  • Indonesia: West Sumatra Earthquakes
    . Indonesia: Emergency Appeal n° MDRID004 GLIDE n° TS-2009-000211-IDN West Sumatra Operations update No. 1 9 October 2009 earthquakes Period covered by this update: 7 October – 8 October 2009 Appeal target: CHF 19,185,775 (USD 18.64 million or EUR 12.69 million) Appeal coverage: 20 per cent; with contributions received to date, in cash and kind, and those in the pipeline, the appeal is currently approximately 77 per cent covered. <click here for donors’ response list, or here for contact details> Appeal history: • An emergency appeal for CHF 19,185,775 (USD18.64 million or EUR 12.69 million) was issued on 7 October 2009 to support the Indonesia Red Cross (Palang Merah Indonesia/PMI) to assist up to 20,000 families (approximately 100,000 beneficiaries) for six months. • A preliminary emergency appeal for CHF 6,842,032 (USD 6.6 million or EUR 4.53 million) was issued on 4 October 2009 to support the Indonesia Red Cross (Palang Merah Indonesia/PMI) to assist up to 5,000 families (approximately 25,000 beneficiaries) for six months. • CHF 235,000 (USD 227,106 or EUR 155,302) was allocated from the International Federation’s Disaster Relief Emergency Fund (DREF) on 1 October 2009 to support this operation. The earthquakes which struck the west coast of Sumatra, Indonesia on 30 September 2009, affected up to 770,000 people and destroyed buildings, homes and livelihoods. Palang Merah Indonesia (Indonesia Red Cross) rapidly mobilized volunteers, search and rescue teams and relief items to support affected communities. PMI/ International Federation.
    [Show full text]
  • 1. Sumatera Barat
    Lampiran Surat Nomor : 1643/J3/DM.03.00/2021 Tanggal : 21 Agustus 2021 DAFTAR HASIL PENILAIAN KARYA PESERTA FLS2N JENJANG SMK TINGKAT PROVINSI TAHUN 2021 SECARA DARING (ONLINE) PROVINSI SUMATERA BARAT NO BIDANG LOMBA NISN NAMA PESERTA SEKOLAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI PERINGKAT 1 MENYANYI SOLO 0052612709 USLATUL LUTVIAH SMK KESEHATAN GEMA KOTA PADANG PROV. SUMATERA BARAT I NUSANTARA SUMATERA BARAT 2 MENYANYI SOLO 3080975871 DIANA SAFITRI SMKN 1 PASAMAN KAB. PASAMAN BARAT PROV. SUMATERA BARAT II 3 MENYANYI SOLO 0042406988 SUCI RAHMA ELFITA SMKN 1 GUNUNG TALANG KAB. SOLOK PROV. SUMATERA BARAT III 4 MENYANYI SOLO 0019695901 SOIMAN GIAWA SMKN 3 PADANG KOTA PADANG PROV. SUMATERA BARAT HARAPAN I 5 MENYANYI SOLO 0036865583 NATASYA RAMADHANI SMKN 1 PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH PROV. SUMATERA BARAT HARAPAN II 6 MONOLOG 0057166798 ELLYA APRIANTI SMKN 1 BUKITTINGGI KOTA BUKITTINGGI PROV. SUMATERA BARAT I 7 MONOLOG 0047550253 M. FIKRI SMKN 3 PARIAMAN KOTA PARIAMAN PROV. SUMATERA BARAT II 8 MONOLOG 0051085770 DEA SELVIANA SMKN 1 PASAMAN KAB. PASAMAN BARAT PROV. SUMATERA BARAT III 9 MONOLOG 0042090759 MUTIARA FADILA REZA SMKN 1 GUGUK KAB. LIMA PULUH KOTO PROV. SUMATERA BARAT HARAPAN I 10 MONOLOG 0049245612 LILIS RAHMA FITRIAH SMKN 1 BATIPUH KAB. TANAH DATAR PROV. SUMATERA BARAT HARAPAN II 11 GITAR SOLO 0036394299 FARHAN CHANDRA SMKN 1 PARIAMAN KOTA PARIAMAN PROV. SUMATERA BARAT I HERDIAN 12 GITAR SOLO 0047228723 RHAFAEL KINSKY SMKN 1 BUKITTINGGI KOTA BUKITTINGGI PROV. SUMATERA BARAT II 13 GITAR SOLO 0041895342 ARIF RAHMAN HAKIM SMKN 1 GUGUK KAB. LIMA PULUH KOTO PROV. SUMATERA BARAT III 14 GITAR SOLO 002021714 FERDIANSYAH SMKN 2 PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH PROV.
    [Show full text]
  • Tentang Padang Panjang
    Padang Panjang Tourism Guide Book | 1 2 | Padang Panjang Tourism Guide Book Padang Panjang Tourism Guide Book | 3 4 | Padang Panjang Tourism Guide Book Padang Panjang Tourism Guide Book | 5 Walikota, Wakil Walikota dan Ketua DPRD Kota Padang Panjang berjalan bersama Sekapur dengan Gubernur Sumatera Barat menuju lokasi Rapat Paripurna Hari Jadi Kota Padang Panjang, 1 Desember 2019 Sirih Walikota Padang Panjang H. Fadly Amran, BBA Dt. Paduko Malano “Padang Panjang adalah Kota yang Berbahagia”. belajar dan lulus pendidikan di Padang Panjang. Demikian AA Navis (1924-2003) pernah Didukung oleh pemandangan alam sekitar menyampaikan. AA Navis adalah satu dari banyak nan indah dan sejuk, kota kecil ini juga tumbuh sastrawan fenomenal Indonesia yang menulis menjadi tujuan kuliner di Provinsi Sumatera tentang Padang Panjang. Marah Rusli dalam Barat dengan motto “kemanapun berwisata novel klasik “Siti Nurbaya” menggambarkan di Sumatera Barat, makan dan minum yang Padang Panjang sebagai tempat pergi “menukar” lezat tetap di Padang Panjang.” Perdagangan, bagi para pedagang dari berbagai daerah Pendidikan dan Kuliner adalah Pariwisata yang di Sumatera tengah. Hamka dengan karya tidak pernah habis-habisnya di Padang Panjang. terkenal “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” Beberapa tahun terakhir dunia kepariwisataan menggambarkan meriahnya Pacu Kuda di Padang Panjang berkembang sedemikian Lapangan Bancah Laweh Padang Panjang. pesatnya. Di samping wisata perdagangan, Itulah Padang Panjang, Kota kecil di kaki Gunung pendidikan dan kuliner yang sudah menjadi Singgalang di sebelah Barat, Gunung Marapi di ikon mutlak sejak lama, Padang Panjang juga Timur, dan Gunung Tandikek agak ke barat daya. dipenuhi oleh objek wisata keluarga, budaya Kota dengan curah hujan yang tinggi sehingga dan religi dengan adanya Mesjid Asasi, Mifan dinamakan Kota Hujan.
    [Show full text]
  • Copy of Padang EQ
    M 7.6 WEST SUMATERA EARTHQUAKE Wednesday 2009-09-30 17:16:09 WIB (UTC-7) Depth: 80 km Location: 0.789˚S 99.961˚E POPULATION EXPOSURE ~ 8.741 k 1.831 k 2.847 k 2.845 k 1.890 k 0 0 0 BUILDING EXPOSURE ~ 1.841 k 384 k 596 k 667 k 417 k 0 0 0 ESTIMATED MMI I II - III IV V VI VII VIII IX X++ PERCEIVED SHAKING Not Felt Weak Light Moderate Strong Very Strong Severe Violent Extreme Resistant Moderate/ None None None Very Light Light Moderate Heavy Very Heavy POTENTIAL Structure Heavy DAMAGE Vulnerable Moderate/H None None None Light Moderate Heavy Very Heavy Very Heavy Structure eavy *Population and building exposure data from statistic bureau of Indonesia * k = x 1000 MODIFIED MERCALLI INTENSITY MAP (MMI Map) Selected Affected Cities MMICity Population Dist2E (km) VII KOTA PARIAMAN 72,799 48.68 VII PADANG PARIAMAN 393,151 52.97 VII KOTA PADANG 831,338 69.5 VII AGAM 441,572 77.96 VII KOTA PADANGPANJANG 47,234 82.87 VII KOTA BUKITTINGGI 104,483 89.69 VI KEPULAUAN MENTAWAI 67,090 102.19 VI KOTA PAYAKUMBUH 105,842 118.94 VI KOTA SAWAHLUNTO 55,178 122.81 VI KOTA SOLOK 56,184 124.41 VI LIMA PULUH KOTA 337,010 127.71 V KUANTAN SENGGIGI 252,927 183.49 V MANDAILING NATAL 416,138 201.81 V KERINCI 316,689 224.98 V PEKANBARU 745,971 236.67 IV KOTA PADANG SIDEMPUAN 185,186 249.16 IV MUKOMUKO 135,553 285.9 IV MERANGIN 284,316 298.07 III KOTA SIBOLGA 94,064 302.05 III SIAK 294,750 336.15 III TOBA SAMOSIR 174,265 361.54 I IV VIII XII II KOTA JAMBI 454,278 438.95 II ACEH SINGKIL 77,068 448.15 Exposure Padang, Bukittinggi, and Pariaman are cities in Sumatera with a very high exposure of economic and insurance.
    [Show full text]
  • Labour Market Segmentation in West Sumatra Gerke, Solvay; Evers, Hans-Dieter
    www.ssoar.info Labour market segmentation in West Sumatra Gerke, Solvay; Evers, Hans-Dieter Veröffentlichungsversion / Published Version Arbeitspapier / working paper Empfohlene Zitierung / Suggested Citation: Gerke, S., & Evers, H.-D. (1993). Labour market segmentation in West Sumatra. (Working Paper / Universität Bielefeld, Fakultät für Soziologie, Forschungsschwerpunkt Entwicklungssoziologie, 197). Bielefeld: Universität Bielefeld, Fak. für Soziologie, Forschungsschwerpunkt Entwicklungssoziologie. https://nbn-resolving.org/ urn:nbn:de:0168-ssoar-423551 Nutzungsbedingungen: Terms of use: Dieser Text wird unter einer Deposit-Lizenz (Keine This document is made available under Deposit Licence (No Weiterverbreitung - keine Bearbeitung) zur Verfügung gestellt. Redistribution - no modifications). We grant a non-exclusive, non- Gewährt wird ein nicht exklusives, nicht übertragbares, transferable, individual and limited right to using this document. persönliches und beschränktes Recht auf Nutzung dieses This document is solely intended for your personal, non- Dokuments. Dieses Dokument ist ausschließlich für commercial use. All of the copies of this documents must retain den persönlichen, nicht-kommerziellen Gebrauch bestimmt. all copyright information and other information regarding legal Auf sämtlichen Kopien dieses Dokuments müssen alle protection. You are not allowed to alter this document in any Urheberrechtshinweise und sonstigen Hinweise auf gesetzlichen way, to copy it for public or commercial purposes, to exhibit the Schutz beibehalten werden. Sie dürfen dieses Dokument document in public, to perform, distribute or otherwise use the nicht in irgendeiner Weise abändern, noch dürfen Sie document in public. dieses Dokument für öffentliche oder kommerzielle Zwecke By using this particular document, you accept the above-stated vervielfältigen, öffentlich ausstellen, aufführen, vertreiben oder conditions of use. anderweitig nutzen. Mit der Verwendung dieses Dokuments erkennen Sie die Nutzungsbedingungen an.
    [Show full text]
  • Does Bukittinggi Need an Airport?
    Advances in Engineering Research (AER), volume 147 Conference on Global Research on Sustainable Transport (GROST 2017) DOES BUKITTINGGI NEED AN AIRPORT? Prima Saputra1, Wike Arinda Putri2, Basri Fahriza3 1. STMT Trisakti, 2. STMT Trisakti, 3. STMT Trisakti corresponding author: [email protected] Abstract: Building a new airport in Bukittinggi becomes necessity to support tourism industry in west Sumatera and strengthen Bukittinggi as tourist destination. Eventhough the distance from Minangkabau International Airport to Bukittinggi is 72 km, the route and traffic condition have made the time to reach Bukittinggi about 2.5 hours on regular day but in holiday season the travel can take 10 hours. To analyze the problem we used SWOT and IFE and EFE to find the result of the discussion. Keywords: Bukittinggi, Airport, Transportation, Tourism, Infrastructure Introduction Transportation infrastructure is a key element for the development of tourist destination (Rai, 2017) . An airport is not only as infrastructure function but also as a supporting facilities of tourism sector. An air transport is able to move faster than other transportation and has a straight path with barrier free (Setiani, 2015). An airport can help reducing land transportation problems and can be an alternative in solving various problems which caused by land transportation. The tourism itself can bring so many impacts on the transportation, social, economy, etc. Tourism has become one of the fastest growing economic sectors in the world (Ferreira & Dias, 2015). Bukittinggi is a city in West Sumatera Province and it has become a tourism icon in Indonesia since 33 years ago. Bukittinggi offers plenty of tourism attractions that attract tourists who come to its area.
    [Show full text]
  • Mapping Factors That Support Social Integration of Minangkabau Community in Luhak Agam
    PROCEEDING | ICESST 2018 International Conferences on Educational,Social Sciences and Technology DOI:https://doi.org/10.29210/20181106 Website:http://icesst.fipunp.ac.id Padang, February 14th - 15th 2018 Mapping factors that support social integration of minangkabau community in Luhak Agam Siti Fathimah1, Fitri Eriyanti2, Erianjoni3 123 Universitas Negeri Padang, Padang - Indonesia, ([email protected]) Abstract Domain origin of Minangkabau is divided into three Luhak known as Luhak Nan Tigo. This region is the center of Minangkabau cultures. The three Luhak are located in West Sumatera. Those areas also have a diversity of ethnicity, religious, and customs. This study aims to formulate the factors which support social integration of Minangkabau community. By using descriptive qualitative approach, the informants of this research are the elements of regional leaders, youth leaders, custom leaders, religious leaders and ordinary citizens. Techniques of data collection was observation, interviews, and documentation. The result of the research found that the strong traditions that still make Minangkabaupeople to feel a unity, their customary laws in Minangkabau region makes the people feel protected and not be afraid to break the rules of the customs. Customary laws become a life principle of social life at the same guidelines with the aim of creating security, discipline and creating a virtuous society and noble characters. Keywords: social integration, minangkabau This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2018 by author and Faculty of education, UniversitasNegeri Padang. Introduction In a society there are differences from one another, such as differences in social status, ethnicity, race, religion, language, and culture.
    [Show full text]
  • Ambivalent Identities Decentralization and Minangkabau Political Communities
    FRANZ and KEEBET VON BENDA-BECKMANN Ambivalent identities Decentralization and Minangkabau political communities Introduction After the fall of the Suharto regime, Indonesia has embarked on a large scale process of renegotiating its administrative, political and social boundaries. A body of legislation laid the foundation for this negotiating process, loosening the boundaries between the central state and the regions and shifting power to lower administrative levels, most notably districts.1 However, the process of redrawing boundaries that ensued extends far beyond the devolution of power to lower levels of administration. This chapter explores two separate but closely related consequences of the decentralization policies characteristic for West Sumatra that have important implications for the drawing of social boundaries.2 The first concerns the reorganization of village government. The Law on Village Administration of 1979 put into effect in 1983 in West Sumatra had introduced a nation-wide unified village structure based on the Javanese desa. The West Sumatran villages called nagari were much larger than the average desa in Indonesia. To avoid financial disadvantage for the region the nagari were split up in smaller administrative units now called desa. From its incipi- 1 See Kingsbury and Aveling 2003; Sakai 2002; Holtzappel, Sanders and Titus 2002; Aspinall and Fealy 2003; Schulte-Nordholt and Asnan 2003; Avonius 2004; Fanany 2003; Turner et al. 2003; F. and K. von Benda-Beckmann 2001, 2005. 2 The research on decentralization which we have conducted since 1999 was carried out with the assistance of Alfan Miko, Aidinil Zetra and Indraddin of the Studies Centre for Development and Socio-cultural Change (SCDev) and in cooperation with Andalas University in Padang.
    [Show full text]
  • PUG Utk Website.Pdf
    PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2018 Pencapaian penuh kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan esensi yang selalu diperjuangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di tengah kondisi masih adanya ketimpangan gender di berbagai bidang pembangunan, sekaligus untuk mewujudkan komitmen Internasional menuju Kesetaraan Gender 50:50 pada tahun 2030. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Bukittinggi, di bawah pimpinan Kepala Dinas Ibu Tati Yasmarni, SE, MM telah melaksanakan berbagai upaya untuk mempercepat terlaksanya kesetaraan gender untuk mewujudkan Bukittinggi yang mandiri, maju, adil dan makmur. Terima kasih juga disampaikan untuk semua pihak yang membantu tersusunnya publikasi ini. Semoga publikasi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Gambaran Umum Kota Bukittinggi Topografi Bukittinggi terletak pada 100°20-100°25 Bujur Timur dan 00°20 Lintang Selatan dengan ketinggian 780-950 m di atas permukaan laut. Bukittinggi memiliki kontur tanah yang bergelombang, terdiri dari bukit-bukit dan lembah-lembah. Tidak mengherankan, anda akan menemukan banyak bukit-bukit yang menjadi tempat pemukiman warga di Bukittinggi karena terdapat sekitarnya 27 bukit di Bukittinggi. Bukittinggi dikenal dengan sebutan kota Tri Arga, hal ini dikarenakan Bukittinggi dikelilingi tiga gunung yaitu Gunung Merapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Sago. Keindahan ciptaan Allah ini yang menyebabkan Bukittinggi menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Sumatera Barat. Iklim & Cuaca Curah hujan di Kota Bukittinggi, rata-rata 2.382 mm pertahun, dengan jumlah hujan rata-rata 193 hari dalam setahun. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 82% - 90,8% yan menyebabkan daerah ini termasuk beriklim sedang, berhawa sejuk, dengan suhu antara 16 – 24 derjat celcius. Kependudukan Populasi Kota Bukittinggi pada tahun 2016 berjumlah 124.175 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki-laki 50.603 jiwa dan penduduk perempuan 64.212 jiwa.
    [Show full text]
  • Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
    RPIJM - Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Kota Padang 2017 - 2021 PENDAHULUAN ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIAYANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dengan penjelasan sebagai berikut: Mandiri : Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju : Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Adil : Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah. Makmur : Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antar budaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam Pemerintah Kota Padang II 1 RPIJM - Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Kota Padang 2017 - 2021 rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.
    [Show full text]
  • Daftar Arsip Foto Sumatera Barat Kementrian Penerangan 1955 - 1965
    DAFTAR ARSIP FOTO SUMATERA BARAT KEMENTRIAN PENERANGAN 1955 - 1965 No negatif NO Klasifikasi Sub Klas Uraian Tempat Waktu No. Cd. Eks Ktr 1 Alat Angkutan Pedati Pedati Sapi di Padang Padang 9-May-61 610509 CC 12 2 Alat Angkutan Pedati Pedati Sapi di Padang Membawa macam - macam karung angkutan Padang 9-May-61 610509 CC 13 3 Alat Angkutan Pedati Pedati Kerbau penting sekali untuk pengangkutan di Padang Padang 9-May-61 610509 CC 14 4 Alat Angkutan Pedati Sado (Delman) di Padang Padang 9-May-61 610509 CC 15 5 Alat Angkutan Pedati Sado (Delman) di Padang Padang 9-May-61 610509 CC 18 Apotik "Minang" yang pertama-tama dibuka kembali setelah APRI menduduki 6 Bangunan Apotik Padang 22-May-58 580522 CC 1 Padang K Apotik "Minang" yang pertama-tama dibuka kembali setelah APRI menduduki 7 Bangunan Apotik Padang 22-May-58 580522 CC 2 Padang K 8 Bangunan Asrama Gedung Asrama Sekolah Pertanian di Sukarami Sukarani 10-Sep-55 550910 CC 7-2 9 Bangunan Asrama Gedung Asrama Sekolah Pertanian di Sukarami Sukarani 10-Sep-55 550910 CC 7-3 10 Bangunan Asrama Gedung Asrama Sekolah Pertanian di Sukarami Sukarani 10-Sep-55 550910 CC 7-4 11 Bangunan Asrama Gedung Asrama Sekolah Pertanian di Sukarami Sukarani 10-Sep-55 550910 CC 7-5 Peletakan batu pertama Asrama Yatim Piatu oleh walikota B.Dt. Pado. 12 Bangunan Asrama Padang 1957 570400 CC 7 Penghulu di Simpang Baru padang Peletakan batu pertama Asrama Yatim Piatu oleh walikota B.Dt. Pado. 13 Bangunan Asrama 1957 570400 CC Penghulu di Simpang Baru padang Padang 8 14 Bangunan Asrama Asrama Anak yatim di Kec.
    [Show full text]
  • Pengembangan Kota Sekunder Dalam Rangka Pembangunan Daerah : Kasus Kotamadya Padang Panjang ^
    Ekonomi dan Keuangan Indonesia Vol. 36, No. 4, 1988 Pengembangan Kota Sekunder Dalam Rangka Pembangunan Daerah : Kasus Kotamadya Padang Panjang ^ Rustian Kamaluddin Attract The population percentage share of municipalities to that of West Sumatera has totally been rather increasing every year, namely from 19.53% (1971) to 20.85% (1980) and 21.28% (1986). Nevertheless the population growth rates were not the same among municipalities. In the period of 1971-80 the net population migration of all municipalities was +0,77%) and then in the period of 1980-86 has decreased to +0,34%,. In relation to that mentioded above it can be stated that Padang Panjang municipality has been always experienced the lowest population growth among eight municipalities in West Sumatera. Furthermore this municipality was one of the four municipalities experienced negative net population migration. And its net figure was the highest compared to the others, namely minus 1,75%. That's mean Padang Panjang has experienced highest de-urbanization process compared to the other three municipalities. Padang Panjang municipality can be included as a secondary city in West Sumatera, although still in the early phase of its development. This secondary city has functioned as a central place which must serve other popualtion live and stay in its hinterlands. And this secondary city has combination of characteristics of socio-economic way of lives, both urban and rural. It can be explained furthermore that urban life characteristics of Padang Panjang municipality is still limited and less prominent. Its population livings is relatively still based on agricultural sector or other related sectors.
    [Show full text]