PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DISKURSUS MUSIK DAN SENIMAN DI MAJALAH HAI PERIODE 1980-1990

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora Program Studi Sejarah

Oleh:

Fattoni Nugraha NIM 134314001

PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Under the boot of great oppression, we slither and crawl.

On the path for annihilation but in the name of god?!

-Riley Gale-

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua Orang Tua dan Adik saya yang tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini juga saya persembahkan untuk penulisan sejarah mengenai musik di

Indonesia.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK Fattoni Nugraha, Diskursus Musik dan Seniman Di Majalah Hai Periode 1980- 1990. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2020. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab ketiga permasalahan. Pertama apa yang melatar belakangi lahirnya majalah Hai berdiri dan menambahkan rubrik musik. Kedua bagaimana sikap majalah Hai dalam membahas pelaku seni lokal dan luar. Ketiga bagaimana majalah Hai memaknao kegiatan-kegiatan kesenian yang ada di . Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi; pemilihan topik, pengumpulan data, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Pada penelitian skripsi ini menggunakan perspektif sejarah media massa. Majalah Hai merupakan barometer musik di Indonesia, awal terbitnya majalah Hai pada tahun 1977 yang berisi 36 halaman di dominasi dengan komik- komik terbitan sindikat luar negeri dan lokal Indonesia yang populer pada tahun 1970-an. Ketika era komik redup di tahun 1980-an yang disebabkan oleh maraknya rental-rental VHS dan juga munculnya MTV membuat majalah Hai harus berinovasi pada rubrik dari majalahnya, maka pada tahun 1980-an majalah Hai mulai menambahkan rubrik review video, film, acara TV, musik, dan berita yang berkenaan dengan sekolah. Pada periode 1980 hingga 1990 majalah Hai sangat populer dikalangan remaja Indonesia, hal ini dikarenakan majalah Hai selalu memberikan informasi terbaru tentang perkembangan musik dan budaya Barat. Keberadaan majalah Hai juga memberikan dampak negatif bagi perkembangan musik tradisional Indonesia, minimnya informasi tentang musik tradisional Indonesia yang diberitakan oleh majalah Hai berdampak pada berkurangnya peminat musik tradisional di Indonesia. Remaja pada periode tersebut lebih tertarik terhadap musik dan budaya Barat yang lebih sering diangkat oleh media pada periode tersebut Kata kunci: Majalah Hai, Remaja, Musik, Seniman

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT Fattoni Nugraha, Diskursus Musik dan Seniman Di Majalah Hai Periode 1980- 1990. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2020. This study aims to answer three main problems. First, what was the background of Hai magazine and added the music rubric. Second, how is Hai’s attitude in discussing local and foreign art performers. Third, how is Hai magazine interpreting art activities in Indonesia. The method that is used in this study is the historical method which includes; topic selection, data collection, source criticism, interpretation, and historiography. In this thesis the research is using the perspective of the history of mass media. Hai Magazine is a music barometer in Indonesia, the beginning of the publication of Hai magazine was in 1977 which contained 36 pages dominated by comics that were published by foreign and local syndicates that were popular in the 1970s. When the comic era fell in the 1980s due to the rise of VHS rentals and also the emergence of MTV, the Hai magazine had to innovate in the rubric of its magazine, then in the 1980s Hai magazine began adding video review rubrics, films, TV shows, music and news related to school. In the period 1980 to 1990 Hai magazine was very popular among Indonesian teenagers, this was because Hai magazine always provides the latest information about the development of Western music and culture. The existence of Hai magazine also has a negative impact on the development of traditional Indonesian music, the lack of information about traditional Indonesian music reported by Hai magazine has an impact on the reduced interest in traditional music in Indonesia. Teenagers in that period were more interested in Western music and culture which were more often raised by the media in that period. Keywords: Hai Magazine, Teenagers, Music, Artist

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dosen prodi Ilmu Sejarah Bu Ning (alm), Pak Hery Santosa (alm), Pak Rio, Pak Sandiwan, Pak Purwanta, Pak Heri Priyatmoko, Pak Yerry, Romo Baskara, dan Romo Banar yang telah membimbing dan berdinamika dari awal saya menjadi mahasiswa hingga hari ini. 2. Kedua orang tua dan adik saya yang telah memberikan dukungan moral dan finansial selama masa perkuliahan saya. 3. Mas Doni yang selalu membantu dan mempermudah saya dalam urusan birokrasi kampus mau pun diluar kampus. 4. Teman-teman sejarah 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Teman-teman depan WC sejarah Erik, Riko, Juan, Brito, Fauzan, Lud, Luiz, Kevin, Ndoi, Kevin Topan, Adit, Wowok, Deslin, Yasmine, Penyik, Fariz, Eka, Novi, Desi, Marni, dan Popon. 6. Teman-teman dari Kebon Tebu Dian, Agung, Cimot, Adi Hermanos, Nia, Sindu, Wisnu, Mone, Narco, Pedil, Anjar, Bondhead, Eat, Reza, Inong, Jeffi, Rere, Oni Kunyit, Itok, Tio, dan Luci yang selalu memberikan bantuan dan dukungannya. 7. Teman-teman dari West Mandala Imam, Adnan, Kancil, Agam, Wahyu, dan Kotex yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. 8. Teman-teman dari Roemah Kardoes dan Guide Stuff yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan dukungan moral untuk menyelesaikan studi ini. 9. Kepada teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan informasi dan mendukung saya selama ini.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN MOTTO ...... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xi BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ...... 3 C. Tujuan Penelitian ...... 4 D. Manfaat Penelitian ...... 4 E. Tinjauan Pustaka ...... 4 F. Landasan Teori ...... 5 G. Metode Penelitian ...... 6 H. Sistematika Penulisan ...... 7 BAB II SEJARAH MAJALAH DI INDONESIA DAN SEJARAH MAJALAH HAI ...... 8 A. Sejarah Pers di Indonesia ...... 8 B. Sejarah Majalah Hai ...... 12 C. Rubrik-rubrik dari Majalah Hai ...... 14 1. Hai Sayang ...... 14 2. Mbak Retno ...... 15 3. Istimewa ...... 16 4. Hanya Ada di Hai ...... 17 5. Rada Istimewa ...... 18 6. Resensi Kaset ...... 19 7. Musik Hai ...... 20 8. Hai Prix ...... 20 9. Cerita ...... 21 10. Kiprah Sekolah ...... 22 BAB III SUDUT PANDANG MAJALAH HAI TERHADAP SENIMAN ...... 23 A. Musisi Mancanegara: ...... 23 1. Paul McCartney ...... 23 2. Al Di Meola ...... 25 3. Terence Trent D’Arby ...... 27

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Yngwie Malmsteen ...... 29 5. Blow Monkeys ...... 31 6. Whitesnake ...... 33 7. The Bangles ...... 34 8. Rockers Jerman ...... 36 9. George Michael ...... 38 10. Def Leppard...... 39 B. Musisi Indonesia ...... 42 1. Fusion Jazz Indonesia...... 42 2. Totok Tewel...... 44 3. Acid Speed ...... 46 4. ...... 48 5. Iwan Fals ...... 50 BAB IV SUDUT PANDANG MAJALAH HAI TERHADAP ...... 54 A. Gebrak Macan Tua ...... 54 B. Mick Jagger Show di Sydney ...... 57 C. Mick Jagger Show Di Indonesia ...... 60 D. Jak Jazz Tahun 1988 ...... 64 E. Alexander Tharaud ...... 67 F. Opera Tipuan Harry Roesli ...... 69 G. Konser Europe di Surabaya dan Jakarta ...... 71 H. Liputan Konser Yes di California ...... 73 BAB V PENUTUP ...... 76 Daftar Pustaka ...... 80

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan dunia musik di Indonesia ditandai dengan runtuhnya

Sukarno dari kursi kepresidenan Indonesia yang mana pada era Sukarno

kesenian tradisional lebih sangat dijunjung tinggi, segala bentuk kesenian yang

berasal dari luar Indonesia pada waktu itu dilarang untuk beredar dan dimainkan

di Indonesia. Kebudayaan luar masuk di Indonesia ketika Soeharto berkuasa,

kebudayaan dari luar bisa masuk dengan mudah dan memberi pengaruh yang

sangat besar bagi masyarakat Indonesia hingga saat ini. Perkembangan ini

memuncak pada era 80-an yang mana banyak media-media Indonesia yang

mulai menambahkan rubrik musik, review, hingga rubrik yang membahas

tentang kehidupan remaja di Indonesia.

Sejak tahun 1970-an, perkembangan majalah di Indonesia menjadi semakin

unik dan canggih. Hal ini dibuktikan dengan tersingkirnya majalah-majalah

umum karena kalah bersaing dipasaran dengan majalah-majalah yang lebih

spesifik.1 Masuknya investor-investor asing di Indonesia juga memberikan

pengaruh yang besar bagi dunia pers di Indonesia, penerbit majalah pun mulai

berubah menjadi bagian dari bisnis pers.2

1 Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. xxx 2 Ibid.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Pada tahun 1967 terbit majalah yang secara spesifik membahas musik yaitu majalah Aktuil, majalah tersebut lebih menyajikan informasi mengenai dunia musik, musisi rock dunia, lagu-lagu barat, dan juga berita musik Indonesia.

Berita tentang musik-musik dari Barat sangat mendominasi tiap artikel dari majalah Aktuil, hal ini tentu saja membuat majalah Aktuil menjadi bacaan wajib bagi remaja pada tahun 1970 ditambah lagi majalah Aktuil sering memberikan bonus poster pada setiap edisinya, akan tetapi pada tahun 1977 majalah Aktuil berhenti menerbitkan artikel-artikel tentang musik dan menggantinya dengan artikel-artikel yang lebih umum bagi masyarakat. Berhentinya majalah Aktuil menyajikan artikel tentang musik, berdampak pada munculnya majalah- majalah baru yang mengikuti jejak Aktuil dalam menyajikan artikel tentang musik, salah satunya adalah majalah Hai.3

Majalah Hai merupakan salah satu media yang menyajikan rubik musik, pada awal kemunculannya pada tahun 1970 majalah Hai hanya menyajikan rubik yang berisi komik-komik karya komika lokal dan luar negeri. Pada tahun

1984 majalah Hai menambahkan rubik musik, film, review acara TV, hingga tentang pop culture yang sedang berkembang di kalangan anak muda Indonesia pada saat itu.

Pada tahun 1980-an hingga 1990-an tidak dapat dipungkiri bahwa majalah

Hai merupakan salah satu media cetak yang memiliki rubrik musik di dalamnya. Majalah Hai merupakan salah satu wadah bagi para penikmat musik di Indonesia untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru dari dunia musik,

3 Ibid, hal. 249.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

seperti band apa saja yang telah mengeluarkan album baru dan apa saja kegiatan musisi tersebut setelah menyelesaikan materi albumnya.

Tampaknya ada hubungan simbiosis mutualisme yang kuat antara musik dan majalah. Hal ini dibuktikan dengan musisi-musisi yang membutukan media untuk mempromosikan karya-karyanya sedangkan pihak majalah membutuhkan berita dan juga pembeli untuk membuat perusahaannya tetap berjalan. Penelitian ini akan melihat bagaimana cara majalah Hai memperlakukan musisi dan pelaku seni dari Indonesia dan luar negeri.

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah Dalam sebuah penulisan sejarah, ada batasan untuk mengkaji suatu permasalahan yaitu batasan dari segi temporal (waktu), batasan spasial (tempat) dan tematis. Dari segi temporal (waktu) penelitian ini membahas periode tahun

1980 hingga 1990, pada tahun 1980 majalah Hai menambahkan rubrik lain selain rubrik komik yang ada di dalam majalahnya. Sementara dari segi batasan spasial (tempat) penelitian ini berpusat di Indonesia yang mana Indonesia merupakan wilayah cangkupan dari terbitan majalah Hai.

Majalah Hai yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.

Untuk menjawab pokok permasalahan tersebut, diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang lahirnya majalah Hai dan sejarah

penambahkan rubrik musik?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

2. Bagaimana majalah Hai memposisikan para pelaku seni Indonesia dan

luar negeri?

3. Bagaimana majalah Hai memaknai kegiatan-kegiatan kesenian yang

ada di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menambah tulisan tentang sejarah

media masa atau pers khususnya media massa atau pers yang membahas tentang

pop culture di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian diskursus musik dan seniman di

majalah Hai yaitu, memperkaya kajian sejarah media massa atau pers di

Indonesia dan juga memberikan informasi tentang bagaimana hubungan antara

pers dengan para seniman.

E. Tinjauan Pustaka Kurangnya tulisan tentang sejarah atau peran yang dilakukan media

massa dalam dunia musik dan seni di Indonesia, maka dari itu metode pustaka

terhadap majalah Hai edisi tahun 1980 hingga 1990 menjadi sumber primer

dalam penelitian ini. Ada pun penulisan terkait tentang majalah adalah buku

Rahasia Dapur Majalah di Indonesia karya Kurniawan Junaedhie yang

membahas tentang sejarah media massa yang pernah ada di Indonesia.4

4 Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Buku terkait lainnya adalah buku 100 Konser Musik di Indonesia karya

Anas Syahrul Alimi dan Muhidin M. Dahlan, meski pun buku ini tidak

membahas tentang majalah Hai, namun buku ini membahas 100 konser musik

yang pernah terjadi di Indonesia.5

Buku berikutnya adalah Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia karya

Tod Jones yang membahas tentang kebijakan tentang kebudayaan lokal dan

kebudayaan luar pada masa pemerintahan Orde Baru. Pada buku tersebut

menjelaskan bagaimana kebudayaan luar dengan mudah masuk ke Indonesia

dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, terutama remaja.

Selain itu buku Media Massa dan Pendidikan karya JVS. Tondowidjojo,

buku ini menjelaskan tentang bagaimana masyarakat Indonesia memaknai

media massa sebagai salah satu hiburan yang memberikan informasi untuk

melepas lelah setelah seharian melakukan aktivitas.

F. Landasan Teori Diskursus adalah sebuah cara mengorganisasi pengetahuan, pemikiran,

atau pengalaman yang berakar dari bahasa dan konteks yang nyata kemudian

diunkapkan secara formal dan teratur. 6

Media massa menyampaikan wacana yang berisi tentang opini dari pihak

media massa tersebut terhadap suatu topik yang spesifik, wacana tersebut

berbentuk karangan atau laporan utuh yang ditulis berdasarkan kemampuan

5 Anas Syahrul Alimi, Muhidin M. Dahlan, 100 Konser Musik Di Indonesia, Yogyakarta: I:BOEKOE, 2018. 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/diskursus, diakses pada 28 Oktober 2019 pukul 14.43.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

atau prosedur berpikir secara sistematis.7 Sedangkan topik spesifik yang

dimaksud ialah topik tentang seniman, seniman merupakan orang yang

memiliki bakat seni dan berhasil menciptakan dan menggelarkan karya seni.

Karya seni tersebut dapat berupa lukisan, musik, penyair, tari, dan sebagainya.8

G. Metode Penelitian Menurut Kuntowijoyo, penelitian sejarah mempunyai lima tahapan

yakni: pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan

historiografi9. Metode ini diawali dengan pemilihan topik, lalu mengumpulkan

data, dengan mengumpulkan sumber primer. Lalu sumber-sumber yang

diperoleh masuk dalam tahapan heuristik, selanjutnya melalui tahap kritik

sejarah untuk melihat kredibilitasnya sebagai sumber sejarah.

Lalu pada tahap berikutnya yaitu interpretasi yaitu memberikan

penafsiran terhadap fakta yang ditemukan dalam sumber-sumber yang telah di

dapatkan. Interpretasi ini dilakukan dengan menganalisa data yang telah

melewati proses kritik. Pada tahap terakhir dalam penelitian ini adalah

historiografi atau penulisan sejarah. Di mana fakta-fakta sejarah yang

ditemukan diseleksi, disusun, diberi tekanan dan ditempatkan dalam suatu

urutan kronologis dan sistematis. Metode penelitian yang dilakukan dalam

7 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/wacana, diakses pada 28 Oktober 2019 pukul 14.43. 8 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/seniman, diakses pada 28 Oktober 2019 pukul 14.43. 9 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang, 1995, hlm. 89.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

penelitian diskursus musik dan seniman pada majalah Hai periode 1980-1990 adalah studi pustaka terhadap majalah Hai terbitan 1980 hingga 1990.

H. Sistematika Penulisan Penelitian mengenai diskursus musik dan seniman di majalah Hai periode

1980-1990 akan disusun dalam lima bab, dengan urutan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan membahas Latar Belakang, Identifikasi

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II : Sejarah majalah di Indonesia dan latar belakang berdirinya majalah Hai. Pada bab ini akan dibahas apa, dimana, kenapa, kapan, siapa, dan bagaimana majalah Hai dapat berdiri dan berproses.

Bab III : Majalah Hai membahas para tokoh-tokoh seni. Pada bab ini akan di jelaskan bagaimana majalah Hai memposisikan para tokoh pelaku seni di Indonesia dan luar negeri.

Bab IV : Majalah Hai membahas kegiatan-kegiatan kesenian. Pada bab ini akan di jelaskan bagaimana majalah Hai memaknai kegiatan-kegiatan kesenian yang ada di Indonesia dan luar negeri.

Bab V : Penutup. Dalam bab terakhir ini akan dipapar mengenai kesimpulan dari penelitian dan jawaban dari ketiga rumusan masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II SEJARAH MAJALAH DI INDONESIA DAN SEJARAH MAJALAH HAI

A. Sejarah Pers di Indonesia Majalah muncul pertama kali di Indonesia pada abad ke-17 yang dibawa oleh orang-orang Belanda. Majalah yang pertama terbit di Indonesia adalah majalah berbahasa Belanda yang bernama Bataviasche Nouvelles yang terbit pada tahun

1744, majalah tersebut membahas tentang masalah perkebunan dan industri minyak. Pada akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda baru mulai menerbitkan majalah yang membahas dinamika politik di Hindia Belanda, Bondsblad merupakan salah satu majalah tentang politik di Hindia Belanda yang terbit pada

1897. Semenjak mesin cetak masuk ke Hindia Belanda pada abad ke-17, majalah merupakan salah satu media bagi para Indische Bond dalam menyampaikan suara mereka untuk memperjuangkan hak-hak politik mereka.10

Pada abad ke-19 muncul majalah Li Po, Kabar Perniagaan, Siang Po, dan Sin

Po yang di pelopori oleh masyarakat Tionghoa dan kemudian di ikuti oleh kaum bumiputra untuk turut serta menerbitkan majalah.11 Majalah Bromomartani dan

Slompret Melajoe merupakan majalah-majalah terbitan masyarakat bumiputra, majalah Bromomartani merupakan majalah pertama berbahasa Jawa yang terbit di

10 Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. xvii 11 Ibid.

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Surakarta pada tahin 1855, sedangkan Slompret Melajoe menggunakan bahasa

Melayu yang terbit di Semarang 1860.12

Pers Indonesia memiliki perbedaan dengan pers Tionghoa dan Belanda,

Abdurrachman Surjomihardjo menyatakan bahwa,

“awal sejarah pers di Indonesia mempunyai ciri-ciri yang khusus, berhubung dengan keadaan masyarakat, kebudayaan, dan politik. Sejak pertumbuhannya pers di Indonesia mencerminkan struktur masyarakat majemuk, dengan adanya golongan penduduk yang terpisah satu sama lain: golongan penduduk Belanda, Tionghoa, Arab, dan India. Penduduk Indonesia sendiri pada zaman colonial berada dalam batas-batas hidup kesukuan. Dengan itu maka bahasa yang dipakai pun berbeda dan pers dipakai sebagai media pemberitaan dan pendapat yang berbeda pula, dan tidak jarang merupakan suara pendukung berbagai ideologi.”13

Akan tetapi pers Indonesia pada waktu itu masih kalah dalam pengumpulan berita dan material dibandingkan pers milik orang-orang Tionghoa dan Belanda, pers di

Indonesia masih sering mengutip berita-berita lama dari pers Eropa yang sudah pernah diterbitkan.

Menurut Edward C. Smith, perkembangan pers di Indonesia masih ketinggalan jauh dari pers Belanda dan Cina, hal ini dikarenakan kurangnya tenaga kerja yang menguasai dunia jurnalistik dan masalah biaya. Selain itu tekanan dari pemerintahan Belanda juga menjadi penghambat berkembangnya pers di Indonesia.

Smith menambahkan bahwa, jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh masyarakat pribumi menjadi salah satu faktor pendukung dari berdirinya pers Indonesia.

Pada awal abad ke-20 politik etis yang dilakukan oleh Belanda mulai menunjukkan dampak positifnya, sekolah-sekolah yang dibuka untuk para anak

12 Ibid. 13 Abdulrrachman Surjomiharjo, dkk, Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Jakarta: Kompas, 2002, hal. 78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

dari Priyayi dan masyarakat umum, hal tersebut berdampak pada munculnya organisasi-organisasi seperti Boedi Oetomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij juga menjadi salah satu dampak dari politik etis. Berdirinya organisasi-organisasi tersebut justru memberikan perkembangan pada dunia pers di Indonesia, organisasi-organisasi tersebut ingin aspirasinya di sampaikan kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memerdekakan Indonesia. Organisasi-organisasi tersebut pun mulai menerbitkan majalah yang kemudian disebar luarkan di pulau Jawa dan Sumatera, penerbitan majalah oleh organisasi-organisasi ini pun menjadi penanda perkembangan pers di

Indonesia sekaligus kemunculan majalah Indonesia gelombang kedua.14

Seiring berjalannya waktu majalah di Indonesia pun mengalami perkembagan, pada awal kemunculannya majalah Indonesia lebih berisi tentang aspirasi atau suara-suara dari anggota organisasi kemerdekaan kemudian membahas tentang keadaan politik di Indonesia dan kemudian mulai pada tahun

1929 majalah di Indonesia terbit dengan isi yang terbagi berdasarkan segmennya.

Majalah segmentasi pertama yang terbit di Indonesia adalah majalah Doenia Film dan Pertjatoeran Doenia Film.15 Dua majalah ini secara segmentasi membahas tentang film yang sedang tayang dan akan tayang di Batavia pada tahun 1920, kemudian majalah Doenia Film berinovasi dengan menambahkan berita olahraga di dalamnya dan merubah namanya menjadi Doenia Film dan Olahraga.

14 Kurniawan Junaedhie, Op. Cit., hal. xvii. 15 Ibid, hal. 246

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Kemunculan majalah yang segementasi membahas tentang film ini pun berdampak pada kebangkitan film nasional pada tahun 1967.16

Pada tahun 1967 pers Indonesia kembali berkembang dengan munculnya majalah segmentasi musik, majalah Aktuil yang terbit di kota merupakan majalah pertama di Indonesia yang membahas tentang dunia musik Indonesia dan luar negeri. Majalah Aktuil juga membuka kantor perwakilan koresponden di beberapa negara seperti di Hamburg, Munich, New York, Berlin, Swedia,

Stockholm, Ottawa, Tokyo, Hong Kong, dan Kowloon. Majalah Aktuil juga tercatat sering mengadakan acara-acara musik pada tahun 1975, seperti acara Kemarau di

Bandung dan mengundang Deep Purple untuk bermain di beberapa kota di

Indonesia.17

Semenjak berdiri pada than 1967, majalah Aktuil telah berhasil membuat jaringan internasional dengan para perusahaan-perusahaan musik dan film di

Belanda, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan kantor perwakilan koresponden di beberapa kota di negara-negara tersebut.

Pada tahun 1970-an awal majalah Aktuil menjadi majalah wajib bagi para penikmat musik Indonesia, apa lagi majalah Aktuil sering memberikan bonus poster dan stiker disetiap terbitannya pada tahun tersebut. Pada tahun 1977 majalah Aktuil berhenti menyajikan berita-berita tentang musik dan merubah konsepnya menjadi majalah yang membahas topik-topik umam, hal ini membuat para penikmat musik

16 Ibid, hal. 247 17 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

di Indonesia menjadi kehilangan arah atau petunjuk untuk mendapatkan pengetahuan tentang musik-musik yang baru saja dirilis.18

Beberapa tahun sebelum majalah Aktuil merubah konten majalahnya di

Indonesia sendiri bermunculan majalah-majalah yang ingin meniru konsep majalah

Aktuil, seperti majalah Top dan Junior. Akan tetapi usaha majalah Top dan Junior untuk merebut pembaca majalah Aktuil tersebut gagal, hal ini dikarenakan para pembaca bosan setiap membalik halaman dari majalah Top hanya melihat orang memegang microphone.19 Majalah Top yang pertama kali terbit pada tahun 1974 harus terpaksa merubah haluan kontennya menjadi majalah pria dewasa pada tahun

1976.

Sama halnya dengan majalah Top. Majalah Junior juga gagal mendapatkan perhatian dari pembaca majalah Aktuil dan pada akhirnya pada tahun 1977 mengubah namanya menjadi Nova dan mengubah segmentasinya ke pembaca wanita.20

B. Sejarah Majalah Hai Majalah Hai pertama kali terbit pada 5 Januari 1977, terbitan pertama majalah

Hai berisikan 36 halaman yang bercetak hitam putih. Kontennya pun lebih di dominasi oleh komik hasil karya komika Indonesia dan dari luar Indonesia. Pada

18 Ibid., hal. 249. 19 Ibid. 20 Ibid, hal. 250.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

awal berdiri, majalah Hai memiliki target pasar remaja di usia 15-24 tahun yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas atau SMA.21

Redupnya para peminat komik di Indonesia pada awal 1980-an membuat majalah Hai berinovasi dengan menambahkan rubrik baru yang berisi tentang kegiatan-kegiatan musik yang ada di Indonesia, review tentang film-film yang baru saja rilis di bioskop, hingga laporan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para murid SMA diseluruh Indonesia.22 Majalah Hai tidak hanya menyampaikan informasi tetapi majalah Hai juga memberikan kolom bagi para pembacanya untuk mengirimkan surat yang berisi saran, kritik, hingga pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh para pembaca. Hal ini tentu saja menarik perhatian para pembacanya karena, majalah Hai hampir menjawab dan mengabulkan seluruh permintaan dan pertanyaan pembacanya.

Pada 1980-an akhir hingga 1990-an awal merupakan puncak dari kepopuleran musik rock di Indonesia, hal ini tentu saja tidak lepas dari pengaruh media-media di Indonesia dan salah satunya adalah majalah Hai yang pada setiap edisinya memberikan laporan atau ulasan tentang album baru dari band-band yang berasal dari Eropa dan Indonesia. Terkadang majalah Hai juga memberikan laporan eksklusif tentang konser dari suatu band di luar negeri hanya untuk memuaskan para pembacanya. Rubrik ulasan album baru merupakan rubrik yang sangat populer, hal ini dikarenakan majalah Hai memberikan gambaran tentang album tersebut sebelum para penikmat musik tersebut membelinya.

21 https://Hai.grid.id/about, diakses pada 7 November 2019 pukul 19.21 22 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

C. Rubrik-rubrik dari Majalah Hai Dari tahun 1980-an awal hingga 1980-an akhir disetiap terbitan majalah Hai selalu berisikan oleh rubrik-rubrik seperti;

1. Hai Sayang

Majalah Hai Edisi 16-22 Agustus 1983

Rubrik ini berisikan tentang kiriman surat dari para pembaca kepada redaksi

majalah Hai yang kebanyakan meminta atau menanyakan suatu informasi

kepada majalah Hai, selain itu rubrik ini juga berisi tentang kritik dan saran

terhadap majalah Hai itu sendiri. Pada terbitan majalah Hai edisi 21 Oktober

1980 banyak pembaca yang menginginkan majalah Hai untuk menambahkan

halaman dan rubrik-rubriknya serta permintaan untuk menambahkan daftar isi,

majalah Hai pun memberikan respon yang positif terhadap masukkan tersebut

dan menjanjikan akan menambahkan halaman dan rubrik pada edisi berikutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2. Mbak Retno

Majalah Hai Edisi 15-21 April 1986

Dalam rubrik Mbak Retno majalah Hai memberikan wadah bagi para pembacanya untuk bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi oleh pembacanya dan kemudian majalah Hai mencoba memberikan solusi dan jalan keluar dari masalah-masalah pembacanya, rubrik ini bisa juga dikatakan sebagai kolom curhat antara pembaca dan majalah Hai sendiri. Pada terbitan tahun 1990 rubrik ini menghilang dan tidak diketahui alasan rubrik ini tidak lagi termasuk dalam terbitan tahun tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

3. Istimewa Rubrik ini berisi tentang profil-profil pelaku seni dari luar dan dalam negeri, terkadang rubrik ini juga memberikan laporan tentang suatu acara kesenian yang sudah atau akan digelar di Indonesia atau luar Indonesia. Rubrik Istimewa ini bisa dikatakan merupakan rubrik andalan dari seluruh rubrik yang yang ada dalam satu terbitan majalah Hai. Pada bab III dan IV skripsi ini akan dikhususkan membahas tentang rubrik ini.

Majalah Hai 15-21 April 1986

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

4. Hanya Ada di Hai Hanya Ada di Hai merupakan rubrik yang membahas tentang informasi yang tidak pernah tuliskan atau disampaikan oleh majalah-majalah lain, informasi yang ditulis dalam rubrik ini pun beragam mulai dari informasi tentang senjata api yang sempat diterbitkan pada edisi 2-8 April 1985 hingga informasi tentang film seri kartun yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi

Indonesia.

Majalah Hai Edisi 2-8 April 1985

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

5. Rada Istimewa Rubrik ini biasanya membahas tentang profil seniman lokal Indonesia dan juga para tokoh-tokoh penting di Indonesia, akan tetapi pada terbitan 1980-an akhir hingga 1990-an rubrik ini lebih membahas tentang artis dan model yang baru saja muncul di dunia hiburan Indonesia. Selain membahas tentang artis- artis Indonesia, dalam rubrik ini juga membahas tentang artis-artis luar negeri yang baru saja terjun ke dunia hiburan dan juga membahas tentang kabar terbaru dari artis-artis lama yang tidak begitu populer di kalangan pembaca majalah

Hai. Pada bab III dan IV skripsi ini akan dikhususkan membahas tentang rubrik ini.

Majalah Hai Edisi 16-22 Agustus 1983

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

6. Resensi Kaset

Majalah Hai Edisi 20-26 September 1988 Pada rubrik ini majalah Hai memberikan resensi album-album yang baru saja rilis di Indonesia dan luar Indonesia, dalam setiap resensinya majalah Hai memberikan info selengkap mungkin kepada pembacanya dengan tujuan memberikan gambaran tentang lagu-lagu dalam album tersebut. Pada terbitan tahun 1980 akhir rubrik ini menghilang dan kemudian mendapatkan banyak protes dari para pembacanya di kolom Hai Sayang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

7. Musik Hai Rubrik ini merupakan cara majalah Hai memanjakan para pembacanya, dari setiap surat yang menanyakan dan meminta berita tentang musik majalah Hai menjawab dan memenuhi permintaan pembacanya pada rubrik ini. Selain rubrik

Mbak Retno dan Hai Sayang rubrik ini juga merupakan salah satu rubrik interaksi antara para pembaca dengan redaksi majalah, mengingat di tahun tersebut belum tersedianya layanan internet seperti sekarang membuat rubrik ini menjadi seperti Google musik pada era tersebut.

Majalah Hai Edisi 20-26 September 1988 8. Hai Prix Hai Prix merupakan salah satu rubrik di majalah Hai yang khusus membahas tentang kegiatan otomotif, rubrik ini sering memberitakan tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

profil para pembalap dari Indonesia dan luar Indonesia. Selain itu rubrik ini juga memberikan laporan tentang kegiatan yang berhubungan tentang balapan motor dan mobil yang ada di Indonesia dan luar Indonesia.

9. Cerita

Majalah Hai Edisi 16-22 Agustus 1983 Rubrik Cerita berisi tentang cerpen, cerbung, dan cerita serial hasil karya penulis-penulis Indonesia. Seperti tulisan cerita karya Surtiningsih yang berjudul Operasi Teratai, Eddy Suhendro yang berjudul Kelompok Empat dan

Nona Sekretaris , Ris Prasetyo yang berjudul Mas Kromo Piano, Yunita H. yang berjudul Gedung Abu-abu Tercinta, Bb. Widoyo Sp yang berjudul Menyolek

Matahari, Kent yang berjudul Boneka Lilin, dan Hilman yang berjudul Lupus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

10. Kiprah Sekolah

Majalah Hai Edisi 15-21 April 1986 Kirprah Sekolah adalah rubrik yang menyampaikan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang ada di salah satu sekolah menengah umum yang ada di

Indonesia, selain membahas tentang kegiatan yang menjadi unggulan dari SMU tersebut dalam rubrik ini juga membahas tentang prestasi dari sekolah tersebut.

Dalam rubrik ini majalah Hai mempersilahkan pembacanya yang masih duduk dibangku SMU untuk mengirimkan laporan kegiatan atau prestasi yang pernah diraih dari sekolahnya, dengan adanya rubrik ini semakin membuktikan bahwa majalah Hai sangat dekat dengan para pembacanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III SUDUT PANDANG MAJALAH HAI TERHADAP SENIMAN

Jika membicarakan penokohan pemusik lokal atau luar yang sempat dibahas oleh majalah Hai, nama-nama seperti Paul Mccarney, John Lennon, Yoko Ono,

Makara Band, Al Di Meola, Terence Trent D’Arby, Dian Pranama Poetra, The

Bangles, Yngwie Malmsteen, Blow Monkey, Europe, Skid Row, Genesis, George

Michael, Def Leppard, Toto Tewel, Ian Antono, Ikang Fauzi, Guns ‘n Roses, dan

Lita Ford sempat dibahas dalam rubrik Istimewa dalam majalah Hai.

Kisah yang ditulis tentang tokoh-tokoh musik tersebut pun sangat beragam mulai dari kehidupan pribadi sang musisi, cerita musisi tentang pengalaman tur meraka, pembuatan album, dan masih banyak lagi. Sebagai contoh:

A. Musisi Mancanegara: 1. Paul McCartney Pada majalah Hai edisi HAI31/VII 16 -22 Agustus 1983, majalah Hai membahas tentang album solo terbaru Paul. Setelah bubarnya supergroup The

Beatles yang dibentuk oleh Paul, John, Ringo, dan George. John Lennon yang sibuk dengan kampanye perdamaian yang dilakukan bersama istrinya Yoko Ono, George

Harrison sibuk belajar tentang agama Hindu di India, dan Ringo tidak diketahui keberadaannya.

Hanya Paul yang pada saat itu masih sibuk berkecimpung dalam dunia musik dan masih produktif dalam mengeluarkan album-album solo, walaupun album- album solo Paul masih sangat sulit diterima oleh para fansnya. Majalah Hai

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

mengatakan bahwa album solo Paul tidak laku di pasaran dan Paul tidak bisa membuat musik sebaik dan sebagus ketika dirinya masih bergabung dalam The

Beatles, majalah Hai juga menyatakan bahwa dalam satu album hanya terdapat satu lagu yang bisa dikatanan “lumayan” yaitu Maybe I’m Amazed.23

Majalah Hai Edisi 16-22 Agustus 1983 Memang sulit bagi Paul untung lepas dari bayang-bayang The Beatles yang membesarkan namanya itu, belum lagi perannya sebagai front-man di dalam The

Beatles yang berdampingan dengan John Lennon. Majalah Hai juga menyatakan bahwa Paul hanya berharga ketika bersama The Beatles dan ketika Ia mengeluarkan

23 Anonim, “Paul Mccarney atau Billy Shears”, Majalah Hai, HAI31/VII, 16-22 Agustus 1983, hal. 6-7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

album solo majalah Hai dengan tegas menyatakan bahwa, music Paul adalah musik yang membuat orang menjadi ngantuk atau musik untuk orang yang sedang bangun tidur.24

2. Al Di Meola Al Di Meola merupakan gitaris Italia Amerika yang memainkan musik beraliran fusion jazz dan berasal New Jersey, Amerika Serikat. Majalah Hai menobatkan Di

Meola sebagai gitaris fusion jazz terbaik yang pernah ada, hal ini diperkuat dengan banyaknya penghargaan yang sudah diraih oleh Di Meola. Selain mengakui skill

Individual dari Di Meola, majalah Hai juga menyatakan bahwa album-album yang dibuat oleh Di Meola merupakan album jazz terbaik pada tahun 1986.

Pada artikel yang membahas Al Di Meola ini majalah Hai lebih lengkap dalam menyampaikan informasi, seperti umur Di Meola pada waktu itu hingga alat musik pertama yang dipelajari oleh Di Meola. Hal ini sangat berbeda dengan artikel tentang Paul Mccartney yang terdapat dalam terbitan majalah Hai tiga tahun silam yang mana pada artikel mengenai Paul pembahasannya tidak selengkap seperti membahas Di Meola. Majalah Hai juga menambahkan beberapa pernyataan dari Di

Meola seperti pengakuan Di Meola yang pada tahun pertamanya bermain musik Ia sempat dijauhi teman-teman seumurannya lantaran tidak dapat memainkan musik rock n roll.25

24 Ibid. 25 Iwan, “Al Di Meola”, Majalah Hai, HAI no 15/X, 15-21 April 1986, hal. 41.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Pada awal 1960-an hingga akhir 1980-an aliran musik rock n roll sangat digandrungi oleh anak muda diseluruh belahan dunia. Nama-nama seperti The

Beatles, Eric Clapton, The , dan Cream merupakan penyebar virus rock n roll dari Britania Raya dan berhasil membawa musik rock n roll hingga

Amerika Serikat.

Majalah Hai Edisi 15-21 April 1986 Dalam artikel ini majalah Hai juga menuliskan pernyataan Di Meola yang merasa bangga bahwa Ia dapat memainkan gitar lebih cepat dan nada-nada yang dihasilkan olehnya juga sangat jauh berbeda dengan para musisi beraliran rock n roll yang ada di Amerika maupun Britania Raya, hal ini dikarenakan Di Meola menggabungkan antara musik jazz, klasik, dan latin yang sering Ia dengarkan di radio. Pada artikel ini, majalah Hai juga mengupas tuntas tentang kesuksesan Di

Meola menjadi gitaris jazz terbaik di Amerika. Mulai dari bergabung dengan band jazz kelas kampus hingga dapat bermain gitar di band jazz professional seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Return to Forever band yang dapat mengembangkan talentanya hingga dinobatkan menjadi gitaris jazz terbaik di dunia.

3. Terence Trent D’Arby Pada paragraf awal dari artikel ini majalah Hai langsung menyampaikan pernyataan dari D’Arby yang berbunyi, “tidak sampai delapan belas bulan saya akan jadi lebih beken dari Madonna. Sementara Prince dan Michael Jackson akan bergidik mendengar nama saya. Tunggu saja!”. Majalah Hai pun bertanya-tanya siapa sebenarnya D’Arby ini? Karena pada saat Ia mengeluarkan pernyataan tersebut Madonna, Prince, dan Michael Jackson sedang berada di puncak karirnya.26

Majalah Hai Edisi 20-27 Oktober 1987 Dalam artikel ini majalah Hai memberikan resensi artis pendatang baru bagi para pembacanya, kalimat pembuka yang terdengar sangat sombong bagi artis yang

26 Iwan, “Terence Trent D’Arby: Saya Nggak Takut Kena AIDS”, Majalah Hai, HAI no 42/XI, 20-26 Oktober 1987, hal. 24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

baru saja berencana mengeluarkan album malah berhasil menarik perhatian rasa penasaran para pembaca untuk mendengarkan lagu-lagu dari D’Arby. Majalah Hai memberikan gambaran bahwa D’Arby ini memiliki corak vokal gabungan antara

Michael Jackson, Stevie Wonder, dan Prince. Majalah Hai juga mengupas tentang tema lirik yang ditulis pada setiap lagu D’Arby, menurut majalah Hai D’Arby sangat peka terhadap isu-isu politik yang terjadi di dunia terutama isu tentang rasialisme yang terjadi di Afrika Selatan. Ketidak sukaannya itu membuat D’Arby meninggalkan Amerika Serikat dan tinggal di Eropa, D’Arby menyatakan bahwa

Ia tidak suka dengan Ronald Reagan, menurutnya Reagan tidak jauh berbeda dengan sosok Rambo yang haus akan ke kuasaan.27

Dalam artikel ini, majalah Hai juga mengupas sedikit tentang kehidupan

D’Arby sebelum dirinya terjun ke dunia musik. Majalah Hai menyatakan bahwa

D’Arby lahir dari keluarga yang sangat taat beragama di Manhattan, New York.

Sebelum terjun ke dunia tarik suara D’Arby merupakan seorang petinju amatir, karir D’Arby di dunia olahraga tinju pun tidak begitu buruk, Ia pernah meraih penghargaan sarung tinju emas pada usianya yang baru saja menginjak dua belas tahun.28

Seperti yang digambarkan dalam film Rocky karya dari Sylvester Stallone, olahraga tinju sangat populer di kota New York khususnya district Manhattan.

Penggambaran taraf ekonomi yang rendah dan angka kriminal yang tinggi juga

27 Iwan, “Terence Trent D’Arby: Saya Nggak Takut Kena AIDS”, Majalah Hai, HAI no 42/XI, 20-26 Oktober 1987, hal. 26. 28 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

membuat olahraga tinju sangat menjanjikan bagi siapa saja yang tinggal di district

Manhattan dan Bronx.

4. Yngwie Malmsteen Sosok musisi selanjutnya yang dibahas dalam rubrik istimewa majalah Hai ialah Yngwie Malmsteen, gitaris yang berasal dari Swedia ini memiliki teknik yang berbeda dari gitaris lainnya. Ia menggabungkan pattern-pattern gitar dengan violin yang merupakan alat musik pertama yang Ia pelajari, majalah Hai menyatakan bahwa Yngwie dapat membuat Richie Blackmore dari Deep Purple terkagum- kagum dengan teknik gitar yang Ia mainkan. Jika lima belas tahun yang lalu dunia dibuat kagum dengan Richie Blackmore dan Eddie van Halen, kali ini Yngwie berhasil membuat kita memalingkan wajah dari Blackmore dan van Halen.29

Pada artikel ini majalah Hai mengupas tuntas tentang teknik yang digunakan oleh Yngwie, majalah Hai menyatakan bahwa Yngwie memiliki jari yang super cepat dan dapat mengontrol tebal tipis nada yang keluar dari gitarnya. Hal ini semakin meyakinkan bahwa sebelum mendalami gitar Yngwie menguasai teknik- teknik dasar dari alat musik violin, karena hanya alat musik yang digesek yang dapat diatur tipis rendahnya nada yang dihasilkan.

29 Iwan, “Richie Blackmore Gak Ada Apa-apanya”, Majalah Hai, Hai no 7/XI, 17- 23 Februari 1987, hal 24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Sumber: https://supermusic.id/supernews/superbuzz/yngwie-malmsteen-napak- tilas-sang-kesatria-gitar-di-nusantara

Selain membahas masalah teknik yang digunakan Yngwie dalam bermain gitar, majalah Hai juga membahas tentang karir musik Yngwie selama di Amerika.

Majalah Hai mencatat bahwa selama di Amerika Yngwie bergabung dengan dua band yaitu Steeler dan Alcatrazz. Karir music Yngwie selama bergabung bersama grup band Steeler tidak berjalan mulus, hal ini dikarenakan pihak management grup band tidak dapat mempromosikan band ini seperti band-band Amerika lainnya sedangkan untuk mendapatkan fans yang banyak tim management band harus bekerja keras dalam mempromosikan band tersebut. Setelah bubarnya Steeler, karir

Yngwie diselamatkan oleh Alcatrazz yang pada saat itu memiliki tempat kosong di posisi gitaris utama.

Majalah Hai menyatakan bahwa debut album Alcatrazz yang bertajuk No

Parole from Rock n Roll berhasil memperkenalkan Yngwie ke mata dunia dan tentu saja Yngwie berhasil mencuri hati para pengemar musik rock diseluruh dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

dengan permainan gitarnya. Tidak lama setelah debut album pertama Alcatrazz meledak, Yngwie yang merasa paling berjasa dalam album tersebut harus dikeluarkan oleh personil Alcatrazz lainnya karena sudah tidak memiliki kesamaan dalam bidang hal musik. Majalah Hai juga membahas secara lengkap alasan keluarnya Yngwie dari grup band Alcatrazz. Setelah keluar dari Alcatrazz, Yngwie langsung memutuskan untuk solo karir dengan mengeluarkan tiga album yang Ia tulis sendiri.

Majalah Hai juga membahas tentang gitaris-gitaris yang meniru gaya permainan dari Yngwie, majalah Hai juga menambahkan bawah pola permainan gitar dari Yngwie menjadi pola yang dipelajari dalam sekolah-sekolah musik di

Amerika Serikat pada waktu itu30. Pernyataan-pernyataan Yngwie pada majalah

Hai sangat menonjolkan sifat arogannya, akan tetapi Ia mengakui bahwa Ia sangat kagum terhadap Eddie van Halen.31

5. Blow Monkeys Dalam rubrik istimewa kali ini, majalah Hai membahas grup band asal Inggris yang dimotori oleh Robert Howard. Kali ini membahas Panjang lebar dari band tersebut, tetapi lebih membahas tentang single mereka yang terbaru yang berjudul

It Doesn’t Have to Be This Way yang dianggap tidak berguna dan tak bernilai seni.

Padahal single terbaru mereka sangat hit di Indonesia. Robert beranggapan bahwa

30 Iwan, “Richie Blackmore Gak Ada Apa-apanya”, Majalah Hai, Hai no 7/XI, 17- 23 Februari 1987, hal 26.

31 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

musik-musik Blow Monkeys sangat baik untuk kesehatan dan Ia juga yakin bahwa

Blow Monkeys memiliki potensi untuk menjadi band pop paling hebat di Inggris.32

Sumber: https://soundofthecrowd.org.uk/artists/the-blow-monkeys/ Pada artikel ini lebih menceritakan tentang kehidupan pribadi dari Robert

Howard atau yang lebih dikenal sebagai Doctor Robert yang mana pada sesi wawancaranya dengan majalah Hai Doctor Robert sangat senang membanggakan prestasinya dengan band Blow Monkeys. Selain itu majalah Hai juga menceritakan tentang nama Doctor yang Ia dapat, majalah Hai menyatakan bahwa Ia mendapat nama Doctor karena pernah bersekolah di Kings Lynn. Semasa sekolah di Kings

Lynn, Robert terkenal sangat fokus dalam belajar di kelas dan menurut

32 Hilman, “Sombong itu Perlu”, Majalah Hai, Hai no 36/XI, 8-14 September 1987, hal 24-25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

pengakuannya Ia juga tidak pernah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang dilakukan teman-temannya.33

6. Whitesnake Pada terbitan 17-23 November 1987, majalah Hai mengulas tentang single terbaru dari band heavy metal asal Middlesbrough, Britania Raya yang bernama

Whitesnake. Selain membahas tentang single terbaru mereka, majalah Hai juga memberikan komentarnya terhadap dua gitaris yang baru saja bergabung dengan band ini yaitu Vivian Campbell dan Adrian Vandenberg. Menurut majalah Hai, kedua gitaris ini merupakan gitaris terbaik versi majalah Hai. Vivian Campbell merupakan mantan gitaris dari grup heavy metal Dio sedangkan Adrian

Vandenberg merupakan mantan gitaris dari band hard rock asal Belanda

Vandenberg.34

Sumber: https://www.pinterest.com/pin/11470174026688007/

33 Ibid. 34 Denny, “Ular Putih itu Mengigit Lagi”, Majalah Hai, Hai no 46/XI, 17-23 November 1987, hal 24-25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Dalam artikel ini majalah Hai juga membahas tentang Whitesnake yang kerap kali bongkar pasang personil, majalah Hai mencatat bahwa Whitesnake selama berdiri hingga tahun 1987 sudang bongkar pasang personil sebanyak tiga kali.

Sepanjang karir Whitesnake yang dibentuk pada 1978 sudah bergonta-ganti personil sebanyak lebih dari sepuluh kali, hal ini sudah menjadi hal yang biasa bagi band-band rock besar. Faktor ego yang besar dari setiap personil, pembagian fee yang dianggap terlalu merugikan salah satu personil, hingga kehidupan pribadi dari tiap personil diduga menjadi faktor utama dari band bergonta-ganti personil.

7. The Bangles Pada rubrik istimewa kali ini majalah Hai mengulas tentang The Bangles, kesuksesan dari band pop perempuan asal Los Angeles, Amerika Serikat ini berasal dari sentuhan Prince. Majalah Hai menyatakan bahwa The Bangles merupakan The

Beatles versi perempuan, hal ini dikarenakan corak musik yang dimainkan oleh The

Bangles sangat mirip dengan The Beatles.35

Julukan sebagai The Beatles versi perempuan ini tidak juga membantu The

Bangles menarik banyak peminat pecinta musik rock n roll di Amerika, pasalnya mereka masih atraktif dengan The Go Go dan kalah galak dalam corak musik dari

Girlschool. Majalah Hai juga menuliskan bahwa tampang dan tampil atraktif di panggung tidak menjadi jaminan yang mutlak untuk mendapatkan respon baik dari para penikmat musik, pasalnya pada tahun 1986 The Bangles merilis single yang berjudul Walk Like an Egyptian yang sukses merajai tangga musik Amerika

35 Lanny, Iwan, “Ogah Rok Mini karena Betis Gede”, Majalah Hai, Hai no 18/XI, 5-11 Mei 1987, hal. 24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

beberapa pekan.36 Single The Bangles yang berada di puncak tangga lagu Amerika itu pun diikuti oleh kesuksesan besar pada album mereka yaitu Different Light yang diproduseri oleh Prince.

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/199495458473434817/?lp=true Menurut penulis, corak musik yang dimainkan oleh The Bangles sangat jauh berbeda dengan The Beatles, meski pun mereka sama-sama memainkan musik rock n roll. The Beatles lebih memainkan rock n roll yang tradisional sedangkan The

Bangles merupakan versi modern. Menurut penulis, musik The Bangles lebih mirip dengan Prince yang tidak lain adalah produser mereka sendiri, sebut saja single mereka yang berjudul Walk Like an Egyptian yang hampir mirip seperti mega hits dari Prince yang berjudul Let’s Go Crazy. Kesamaan tersebut dapat ditemui dari segi pemilihan sound gitar dan drum yang sama, serta kesamaan dari beberapa aransemen.

36 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Selain membahas dari segi musik yang dimainkan oleh The Bangles, majalah

Hai juga membahas tentang penolakan The Bangles untuk tampil dengan rok mini.

Hal ini dikarenakan para personil dari The Bangles merasa malu karena ukuran betis mereka yang besar. Selain itu majalah Hai juga membahas tentang keadaan ekonomi dari setiap personil yang tidak memiliki rumah sendiri, menurut majalah

Hai para personil menyimpan uang mereka yang nantinya akan digunakan untuk keperluan keluarga mereka kelak.37

8. Rockers Jerman Pada edisi 20-26 September 1988 majalah Hai dalam rubrik istimewanya membahas tentang para rocker yang berasal dari Jerman, nama-nama besar seperti

Scorpions, Warlock, Doro Pesch, dan Munchener Freiheit menjadi sorotan majalah

Hai. Hal ini dikarenakan nama-nama besar tersebut yang sangat tidak asing bagi para penikmat music rock di Indonesia. Majalah Hai juga menyatakan bahwa, musik rock di Jerman sendiri sudah ada sejak tahun 60-an dan kualitas musiknya juga tidak jauh berbeda dengan band-band atau penyanyi-penyanyi dari Amerika

Serikat dan Inggris.38

37 Ibid., hal. 26. 38 Pop, Tris, Iwan, “Rockers Jerman”, Majalah Hai, Hai no 38/XII, 20-26 September 1988, hal. 10-11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Majalah Hai menyatakan bahwa asal muasal munculnya rocker-rocker Jerman tersebut karena adanya pengaruh dari musisi-musisi rock n roll Amerika Serikan yang melakukan konser di Jerman, mereka adalah Bill Haley, Little Richard, Fats

Domino, dan Chuck Berry. Hal serupa juga terjadi di Inggris, film Cadillac Record yang dirilis pada tahun 2008 menjelaskan bagaimana musisi-musisi blues Amerika menginvasi Inggris dan merubah skena musik di Inggris.

Sumber: https://scorpionsfc.gr/savage- amusement-tour-1988-1989/ Pada artikel ini juga menjelaskan kenapa negara Jerman yang menjadi tujuan musisi-musisi rock n roll yang berasal dari Inggris dan Amerika, karena Jerman

Barat lebih terbuka terhadap pengaruh dari luar pasca Perang Dunia II. Hal ini lah yang membuat musik rock di Jerman khususnya Jerman Barat lebih berkembang dari pada negara-negara lain di Eropa. Majalah Hai mengatakan bahwa musik rock

Jerman berpusat pada satu club malah bernama Star Club yang berada dikota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Hamburg, disana lah para musisi-musisi yang berasal dari luar Jerman mengadakan konser mereka.39

9. George Michael George Michael merupakan penyanyi asal Inggir yang memiliki nama asli

Yorgos Panaylotou, Ia memulai karir menyanyinya dengan duo Wham! bersama dengan Andrew Ridgeley dan melahirkan hits single Careless Whisper. Akan tetapi perjalanan duo Wham! harus bubar dikarenakan George lebih memilih solo karir.40

Sumber: https://www.popexpresso.com/2019/06/25/revisiting-george-michaels-1987- masterpiece-faith/ Menurut para kritikus musik yang ditulis oleh majalah Hai, keputusan George untuk bersolo karir sangat lah tepat, pasalnya pada duo Wham! George lebih banyak mengambil peran dalam penulisan musiknya. Hal ini dapat dibuktikan dengan terpilihnya George sebagai penulis lagu terbaik Inggris pada tahun 1985, majalah

Hai pun menyebut bahwa George Michael sudah sejajar dengan Paul McCarney

39 Ibid. 40 Iwan, “Jika Paul McCarney digabungkan dengan Elvis Presley”, Majalah Hai, Hai no 37/XII, 13-19 September 1988, hal. 32.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

dalam penulisan music. Selain itu, korang New York Times dari Amerika Serikat juga menulis artikel tentang George yang mana New York Times menyatakan bahwa George merupakan seorang penulis lirik, penulis musik, dan produser terbaik pada tahun 1988. Hal ini dikarenakan meledaknya debut album solo George yang berjudul Faith.

Dalam artikel ini majalah Hai juga menuliskan hasil wawancara yang dilakukan oleh majalah Life dengan George Michael, salah satu pertanyaan majalah Life yang menarik adalah pertanyaan tentang alasan George tidak membawakan lagu sendiri pada acara ulang tahun Nelson Mandela. George menyatakan tidak suka terhadap acara tersebut dan acara-acara amal yang menjual negara dunia ketiga, Ia menyatakan “sekalian saja saya membawakan lagu dari bintang-bintang kulit hitam”.41

10. Def Leppard Pada artikel yang membahas tentang Def Leppard grup band asal Inggris, tahun

1987 majalah Hai mencatat bahwa Def Leppard baru saja mengeluarkan album

Hysteria dan album tersebut sukses terjual sebanyak 2.000.000 kopi. Selain itu dalam artikel ini majalah Hai juga menuliskan bahwa Def Leppard masih memiliki peminat yang sangat antusias setelah vacuum selama empat tahun dari dunia musik.42

41 Ibid. 42 Yuddi, “Berkah Setelah Musibah”, Majalah Hai, HAI no 14/XII, 5-11 April 1988, hal. 10-12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Menghilangnya Def Leppard dari dunia musik pada tahun 1983 membuat para fans nya sempat berpaling ke band-band seperti Motley Crue, Poison, Ratt, Bon

Jovi, Cinderella, dan Poison yang pada era awal 80-an merajai musik rock dunia dengan muncurkan beberapa album dan melakukan tur keliling dunia. Menurut majalah Hai, album Def Leppard yang berjudul Hysteria seharusnya sudah bisa diluncurkan pada tahun 1983 akan tetapi sederetan musibah terjadi dalam lingkaran

Def Leppard.

Sumber: https://www.guitarinteractivemagazine.com/news/2017/07/def-leppard-share-new-hysteria-documentary/ Salah satunya ialah mundurnya produser Def Leppard yang mana produser tersebut sudah terlibat dalam seluruh pembuatan album-album Def Leppard, selain itu kecelakaan mobil yang dialami oleh Rick Allen membuat Rick harus kehilangan tangan kirinya dan membuat Rick dirawat selama tiga minggu lebih di rumah sakit.

Kehilangan lengan kiri tidak membuat Rick putus asa, sepulangnya dari rumah sakit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Ia terus berusaha untuk melatih permainan drumnya dengan satu tangan dan teman- temannya dari Def Leppard mendukungnya untuk terus bermain.43

Setelah Rick Allen mampu beradaptasi dengan musik Def Leppard giliran sang vokalis yang terkena musibah, Joe Elliot terkena radang kelenjar ludah yang memaksa Def Leppard kembali beristirahat sembari menunggu Joe sembuh total sehingga dapat kembali bernyayi dan menyelesaikan album. Pulihnya suara Joe membuat Def Leppard kembali ke studio untuk menyelesaikan album yang tertunda, proses penyelesaian album hysteria ini seperti tidak habis dilanda masalah dan musibah. Kali ini giliran Robert Lange yang mengalami kecelakaan lalu lintas,

Robert Lange yang sudah memproduseri album-album Def Leppard dari awal berdiri itu harus dirawat di rumah sakit berminggu-minggu lantaran tempurung kakinya yang pecah akibat dari kecelakaan lalu lintas, sehingga membuat proses pembuatan album Hysteria kembali tertunda.44

Setelah diluncurkan pada musim panas 1987, album Hysteria langsung memuncak dan mengalahkan album Pyromania yang merupakan salah satu album hits dari Def Leppard. Dalam sesi wawancara dengan Joe Elliot, majalah Hai menyatakan bahwa penundaan yang terjadi akibat sederet musibah yang terjadi membuat Def Leppard lebih meningkatkan mutu dari album tersebut.45

43 Ibid. 44 Ibid. 45 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

B. Musisi Indonesia 1. Fusion Jazz Indonesia Pada rubrik Istimewa majalah Hai kali ini membahas tentang skena musik fusion jazz di Indonesia, menurut majalah Hai fusion jazz di Indonesia sedang digemari oleh anak muda pada waktu itu. Hal ini dibuktikan dengan maraknya acara-acara musik yang secara khusus hanya menampilkan band-band jazz saja, ditambah lagi dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “musik kampus tidak sah jika bukan musik fusion yang tampil”.46

Nama-nama seperti Krakatau, Bhaskara, dan Karimata merupakan musisi jazz yang ternama di Indonesia, Krakatau yang sukses tampil di Light Music Contest

Internasional di Jepang dan juga penampilan Bhaskara dan Karimata di North Sea

Jazz Festival di Den Haag diduga memberikan pengaruh yang besar bagi skena musik jazz di Indonesia. Akan tetapi hal tersebut dibantah oleh majalah Hai, majalah Hai menyatakan bahwa skena fusion jazz di Indonesia sangat dipengaruhi oleh penampilan Casiopea.

` 46 Gideon, “Fusion di Indonesia koq laku”, Majalah Hai, Hai no 19/XII, 10-16 Mei 1988, hal. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Band fusion jazz asal Jepang ini mengadakan konser pada tahun 1984 di

Indonesia dan menyebarkan virus fusion jazz kepada anak-anak muda Indonesia pada waktu itu. Majalah Hai menuliskan bahwa sebelum Casiopea memberikan pengaruhnya dalam skena fusion jazz Indonesia, Jopie Item-Christ Kyhatu Cs sudah terlebih dulu terjun dalam skena fusion jazz Indonesia, akan tetapi peminatnya pada waktu itu masih sedikit.

Sumber: http://indolawas.blogspot.com/2007/12/krakatau-second-album.html Pasca Casiopea manggung di Indonesia baru lah muncul nama-nama seperti

Karimata, Bhaskara, Emerald, Spirit, dan Krakatau. Majalah Hai menyatakan bahwa corak yang mereka mainkan tidak lah jauh berbeda akan tetapi yang menjadi pembeda antara nama band-band di atas ialah skill individual setiap personilnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

menurut majalah Hai setiap band memiliki salah satu personil yang memiliki skill individual yang di atas rata-rata dan menjadi identitas dari bandnya.47

Salah satu buktinya ialah muncul nama-nama seperti dan Gilang

Ramadhan, Erwin Gutawa yang merupakan pemain bass dari band Karimata memiliki skill individual yang diatas rata-rata yang mana Ia dapat memberikan rhythm yang dapat menggiring setiap pendengarnya kearah yang Karimata inginkan. Hal serupa pun terjadi pada band Krakatau yang lebih menonjolkan skill individual dari Gilang Ramadhan, drummer yang disebut-sebut sebagai drummer terbaik Indonesia ini pun menjadi ujung tombak dari musik Krakatau yang mana para pendengar dapat dibuat terpukau dengan permainan drumnya.

2. Totok Tewel Salah satu musisi Indonesia yang di bahas dalam rubrik Istimewa majalah Hai adalah Totok Tewel yang merupakan gitaris dari band El Pamas, dalam artikel ini majalah Hai menuliskan biografi singkat dari sang gitaris ini. Majalah Hai menyatakan bahwa lagu Bimbo yang berjudul “Balada Seorang Biduan” sangat cocok menggambarkan kisah hidup dari Totok, pasalnya gitaris yang berasal dari kota Malang, Jawa Timur ini pergi ke Jakarta untuk bermain music. Malajalah Hai menyebutkan bahwa alasan Totok pindah ke Jakarta karena merasa di kota Malang peluang untuk bermain musik tidak sebesar di Jakarta, majalah Hai juga

47 Ibid., hal. 12-13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

menjelaskan bahwakota Malang merupakan salah satu barometer musik rock

Indonesi.48

Majalah Hai Edisi 16-22 Agustus 1988 Kepindahan Totok dari kota Malang ke Jakarta tentu saja membuahkan hasil yang besar, seperti yang dituliskan oleh majalah Hai Totok berhasil mendapatkan manajer baru untuk band El Pamas. Selain itu Totok juga berhasil menjadi gitaris dari penyanyi-penyanyi rock Indonesia, Bangkit Sanjaya dan Yosie Lucky merupakan dua penyanyi rock Indonesia yang berhasil membesarkan nama Totok di Jakarta dan berkat Totok album dari kedua penyanyi tersebut dapat meledak di pasaran.49

48 Denny MR, “Roker Bekas Kuli Bangunan”, Majalah Hai, HAI no 33/XII, 16-22 Agustus 1988, hal. 10-11 49 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Selain menuliskan kisah tentang hijrahnya Totok dari kota Malang ke Jakarta, majalah Hai juga membahas tentang kehidupan pribadi seorang Totok Tewel.

Majalah Hai menuliskan bahwa Totok merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, Ia merupakan anak seorang pensiunan pegawai Perkebunan Negara.

Semasa SMA, Totok memiliki keinginan untuk mengurangi beban orang tuanya dengan mencoba berbagai pekerjaan. Sifat mandiri yang sudah Ia perlihatkan sejak dibangku SMA membawa Totok dalam kesuksesan di dunia musik.50

3. Acid Speed Musisi Indonesia selanjutnya adalah Acid Speed, band yang digawangi oleh

Chodun, Oding, Ipank, Andri, Tonny, dan Rico ini dinyatakan oleh majalah Hai sebagai grup band yang cukup populer dikalangan pencinta music rock di Indonesia pada tahun 1989 akan tetapi majalah Hai juga mengkritik band ini sebagai band fotocopy-an dari The Rolling Stone. Kepopuleran Acid Speed terpaksa harus hilang ketika Acid Speed memasuki dapur rekaman dan mengeluarkan album yang berjudul Julia, majalah Hai menuliskan bahwa mereka harus melepas identitas

Rolling Stone-nya dan mulai mencari karakter musik mereka sendiri.51

Majalah Hai menyatakan bahwa setiap Acid Speed membawakan lagu yang mereka tulis sendiri kebanyakan penonton meminta mereka segera turun dari panggung dan banyak juga yang memaki.52 Hal ini membuktikan bahwa lagu yang ditulis oleh mereka tidak sebagus dan berkarakter seperti lagu Rolling Stone yang

50 Ibid., hal. 12. 51 Bis, “Acid Speed Menggigit”, Majalah Hai, 21-27 Maret 1989, hal. 8-11. 52 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

sering mereka bawakan, hal ini juga merupakan masalah terbesar dari band-band yang meng-cover dan meng-copy suatu band hingga hari ini.

Majalah Hai Edisi 21-27 Maret 1989 Selain membahas tentang Acid Speed dalam rubrik Istimewa, majalah Hai juga membahas tentang sang vokalis dari Acid Speed yang memiliki tampang mirip

Mick Jagger vokalis dari Rolling Stone. Rico menyatakan bahwa Ia tidak merasa meniru Jagger karena Ia lebih mengagumi Keith Richards yang merupakan gitaris dari Rolling Stone, Ia juga menyatakan bahwa sangat terpengaruh oleh Rolling

Stone karena pada tahun 1978 Ia sempat menyaksikan Rolling Stone tampil di New

York dan konser itu membuatnya ingin hidup dari dunia musik.53

53 Iwan, “Gua Nggak Kayak Jagger”, Majalah Hai, 21-27 Maret 1989, hal. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

4. Ian Antono Ian Antono sempat mengisi rubrik Istimewa pada majalah Hai edisi 26 Maret

1991, dalam artikel tersebut majalah Hai menuliskan kisah Ian Antono selama bergelut di dunia musik Indonesia. Majalah Hai menyatakan bahwa Ian sangat laris menjadi penata musik yang mana dengan keterlibatannya dalam album Nicky

Astria membuahkan kesuksesan yang luar biasa. Majalah Hai juga menuliskan bahwa banyak produser-produser musik di Indonesia yang kesusahan dalam mengajak Ian untuk dapat terlibat di dalam proyeknya, hal ini pun masih simpang siur kebenarannya. Banyak produser mengatakan bahwa sangat sulit untuk membawa Ian masuk ke dalam studio untuk melakukan sesi rekaman bahkan setelah menandatangani kontrak kerja sama pun produser sering kali di buat deg- degan oleh Ian, karena Ian membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah paket rekaman.54

Selain pernah bekerja sama dengan , Ian juga pernah bekerja sama dengan C. Sasmi. Menurut Ian bekerja dengan Anggun lebih susah dari pada bekerja dengan penyanyi Indonesia lainnya, hal ini dikarenakan sangat sulit untuk membuat lirik yang cocok untuk karakter vokal Anggun. Majalah Hai sudah tidak meragukan lagi tentang sepak terjang Ian dalam dunia musik Indonesia, terutama untuk terlibat dalam penulisan musik untuk penyanyi-penyanyi lain. Hal

54 Denny MR, “Perjalanan Panjang Ian Antono”, Majalah Hai, Hai 13/XV, 26 Maret 1991, hal. 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

ini juga dibuktikan dengan pengakuan dari Sofyan Ali yang merupakan promotor konser sekaligus produser dari grup band Jeps.55

https://www.musikindonesia.co.id/article/319-ian- antono Selain membahas tentang sepak terjang Ian dalam keterlibatannya dalam pembuatan lagu penyanyi-penyanyi Indonesia, majalah Hai juga membahas tentang perjalanan Ian dalam mengumpulkan uang untuk memiliki studio rekaman sendiri.

Majalah Hai menyatakan bahwa pada tahun 1986 ketika God Bless band pertamanya bersama Achmad Albar sedang tidak punya job manggung dan kiprahnya sebagai penata musik belum dilirik oleh para produser Indonesia, Ian sempat menjadi pengrajin mebel.

55 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Seluruh pekerjaan Ian kerjakan sendiri karena pada saat itu Ian tidak mampu menggaji pegawai untuk membantunya mengerjakan pesanan mebel yang kebanyakan berasal dari teman-teman dekatnya dari dunia musik. Usaha mebelnya ini pun tidak bertahan lama setelah Ian mendapatkan ajakan untuk ikut terlibat dalam proses pembuatan lagu Zakia dengan sahabatnya Achmad Albar.

Kesuksesan lagu Zakia membuatnya dilirik oleh Iwan Fals untuk terlibat dalam penataan musik lagu-lagu Iwan Fals, lagu-lagu berlirik tajam milik Iwan seperti

Pesawat Tempurku, Ada Lagi yang Mati, dan Mimpi yang Terbeli dipoles dengan baik oleh Ian dengan nada-nada rock yang menjadi ciri khasnya. Akan tetapi keterlibatannya dalam pembuatan album Iwan menuai banyak kritikan yang menyatakan bahwa Ian telah mengobrak-abrik musik Iwan Fals, Iwan Fals sendiri tidak mengambil pusing dengan kritikan-kritikan tersebut, berbeda halnya dengan

Ian yang menentang keras kritik tersebut.56

5. Iwan Fals Dalam rubrik Istimewa majalah Hai juga pernah melakukan sesi wawancara dengan Iwan Fals. Pada paragraf awal artikel ini majalah Hai menyatakan bahwa

Iwan Fals merupakan orang yang sangat cuek pada lingkungan keluarganya, majalah Hai menyatakan bahwa Iwan Fals tidak dapat mengingat kapan ulang tahun pernikahannya dan istrinya. Akan tetapi Iwan Fals sangat peka terhadap situasi sosial politik yang terjadi di sekitarnya, kondisi ini menginspirasinya untuk menulis lagu tentang kritik sosial. Majalah Hai menuliskan bahwa selain giat dalam dunia musik Iwan Fals juga sangat senang berolahraga terutama sepak bola dan karate,

56 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

majalah Hai juga menyatakan bahwa Iwan telah memegang Dan II dalam bidang olahraga karate.57

Pada sesi wawancara dengan majalah Hai, Iwan Fals menjelaskan aliran musik yang Ia mainkan. Iwan Fals menyatakan bahwa Ia tidak mau dinyatakan sebagai musisi country atau pun balada Ia menegaskan bahwa Ia hanya lah seorang penyanyi. Iwan Fals sangat menyayangkan tentang opini publik yang menyatakan corak musik dari Iwan Fals berubah, Iwan menambahakan bahwa dalam proses bermusik Ia tidak mengkonsep lagu tersebut karena Ia mengaku bahwa bermain musik itu berasal dari nurani dan tidak dapat di kelompok-kelompokkan. Menurut

Iwan Fals penggelompokan aliran musik malah menghambat kreatifitas musisi dan hal tersebut yang dilawan oleh Iwan Fals.58

Selain mempertanyakan tentang corak musik dari Iwan Fals, majalah Hai juga menanyakan tentang proses pembuatan album dari Iwan Fals. Iwan Fals menyatakan bahwa, dalam pembuatan albumnya Ia sering bertolang belakang dengan tim produksinya. Hal ini dikarenakan Iwan Fals selalu ingin meng-explore musik yang Ia buat, akan tetapi pihak produksi59 selalu menginginkan musik yang dapat di jual atau di terima di pasaran Indonesia.

Selain itu Iwan Fals juga menyatakan bahwa Ia tidak ingin menjadi idola bagi para fans-nya, menurutnya menjadi idola itu berat dan harus mengikuti semua keinginan para fans agar terus menjadi idola. Iwan Fals juga menambahkan bahwa

57 Anonymous, “Iwan Fals: Jangan Jadikan Saya Idola”, Majalah Hai, HAI No 28/XII, 12-18 Juli 1988, hal. 10. 58 Ibid. 59 Produser, band pengiring, dan label

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

jika Ia menjadi idola dan suatu waktu Ia berubah, Ia takut akan menjadi bahan olok- olokan dari fans-nya.60

Pada rubrik ini majalah Hai memberikan informasi yang sangat informatif bagi pembacanya khususnya bagi penikmat musik di Indonesia, pembaca diberikan informasi mengenai berita terbaru dan rencana kedepan dari para musisi yang tidak dapat diakses oleh semua orang mengingat pada periode 1980 hingga 1990 akses internet belum berkembang seperti sekarang.

Sumber: http://bpwoi-sulsel.blogspot.com/2009/01/kiat-awet-muda-iwan-fals.html Selain rubrik Istimewa yang membahas tentang tokoh-tokoh penting dalam dunia musik Indonesia mau pun mancanegara, majalah Hai juga memiliki rubrik

Rada Istimewa yang biasanya membahas atau mengulas tentang acara-acara musik

60 Ibid, hal. 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

yang ada di Indonesia dan juga diluar Indonesia. Rubrik ini akan dibahas pada bab berikutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV SUDUT PANDANG MAJALAH HAI TERHADAP

KEGIATAN SENI

Selain membahas tentang tokoh-tokoh penting dalam dunia musik di

Indonesia majalah Hai juga memberikan laporan eksklusif dari beberapa konser musik yang pernah ada di Indonesia, mulai dari konser bertaraf nasional hingga internasional. Selain itu majalah Hai juga memberikan gambaran tentang konser artis luar negeri yang akan tampil di Indonesia dengan mengirimkan timnya untuk meliput konser artis atau band tersebut di negara lain tepat sebelum konser tersebut digelar di Indonesia.

Laporan tentang konser-konser ini terkadang menjadi headline dari suatu edisi majalah Hai dan dimasukkan dalam rubrik Istimewa yang pada edisi-edisi sebelumnya berisikan tentang wawancara atau liputan dari tokoh-tokoh musik luar dan dalam negeri. Konser yang pernah masuk dalam rubrik Istimewa majalah Hai antara lain adalah:

A. Gebrak Macan Tua Gebrak Macan Tua merupakan pertunjukan musik dan atraksi drum selama 10 jam dari Jelly Tobing, acara yang digelar pada 1 Oktober 1988 di Drive in Theater

Ancol merupakan salah satu pertunjukan yang memecahkan Guinness World

Record atraksi drum terlama di dunia, dalam konser ini Jelly Tobing mengisi seluruh penampilan drum dan perkusi dari band, penyanyi, dan kelompok seni yang tampil. Pada ulasan acara ini, majalah Hai menuliskan bahwa Jelly Tobing berhasil menyelamatkan nama Indonesia di mata dunia. Hal ini dikarenakan Indonesia dicap

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

sebagai negara pembajak kaset terbesar di dunia.61 Pada era 80-an di Indonesia rilisan fisik berbentuk kaset pita sangat populer, karena kaset pita lebih gampang di putar dan juga perawatannya lebih mudah dari pada piringan hitam atau PH.

Dalam ulasan ini majalah Hai menuliskan secara lengkap tentang acara tersebut, majalah Hai menuliskan bahwa penonton yang hadir pada acara tersebut sebanyak

10.000 orang dengan membayar tiket sebesar 5000 Rupiah. Pertunjukan dibuka dengan penampilan Kelompok Rampak Gendang yang memainkan musik jaipong, majalah Hai menuliskan bahwa pada saat Jelly Tobing bermain dengan kelompok ini ketahanan fisik dari Jelly Tobing saat memukul bedug sangat diuji.62

Setelah penampilan dari Kelompok Rampak Gendang, acara dilanjutkan dengan penampilan dari grup band Jet Liar yang beraliran heavy metal. Lagu-lagu dari grup band Deep Purple pun di bawakan dan dengan cepat membakar semangat penonton untuk ikut terhanyut dalam alunan lagu. Menurut majalah Hai, penampilan Jelly Tobing dengan Jet Liar ini sangat terbilang sukses pada acara ini, akan tetapi majalah mengkritik aksi panggung dari gitaris Jet Liar yang menurut majalah Hai terlalu meniru aksi panggung dari Ritchie Blackmore yang merupakan gitaris dan penulis lagu dari Deep Purple.63

61 Denny MR, “Gebrakan Macan Tua”, Majalah Hai, HAI no 41/XII, 11-17 Oktober 1988, hal. 10. 62 Ibid. 63 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Selain penampilan dari Jet Liar, penampilang Ireng Maulana All Stars juga tak kalah memukai. Ireng Maulana All Stars juga membawakan lagu-lagu swing jazz berhasil disulap oleh Jelly Tobing menjadi lagu-lagu rock dan berhasil memukai penonton yang hadir, tidak dapat dipungkiri bahwa Jelly Tobing yang memiliki chemistry dengan musik rock hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa yang pernah

Ia tunggangi. Sebut saja Superkid, band yang Ia bentuk bersama Dedi Dores dan

Dedi Stanzah pada tahun 1976 berhasil mendaur ulang aransemen lagu-lagu hits dari Deep Purple dan Led Zeppelin.

Majalah Hai Edisi 11-17 Oktober 1988

Setelah penampilan dari Ireng Maulana All Stars giliran Jaja Miharja yang tampil menemani Jelly di panggung, menurut majalah Hai penampilan Jaja Miharja malah mendapat hujatan dari para penonton pada saat Jaja Miharja membawakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

lagu andalannya, hal ini dikarenakan semangat penonton yang sudah sangat terbakar oleh penampilan musik rock yang disajikan oleh band-band sebelumnya.64

Dari penampilan Jaja Miharja yang mendapat hujatan dan juga band-band rock

Indonesia lainnya yang tampil pada acara ini membuktikan bahwa musik rock sangat populer di Indonesia.

B. Mick Jagger Show di Sydney Pada tanggal 30 Oktober 1988 Mick Jagger akan melakukan pertunjukan solo- nya di Jakarta, Indonesia. Demi memancing penikmat musik Indonesia untuk hadir dalam acara konser Mick Jagger tersebut, majalah Hai mengirim reporternya untuk datang ke konser Mick Jagger di Sydney, Australia dan meliput konser tersebut yang diselengarakan pada tanggal 2 Oktober 1988. Majalah Hai menyatakan sangat sulit untuk mendapatkan tiket konser Mick Jagger disana, selain itu untuk melakukan sesi wawancara bersama Mick Jagger pun pihak majalah Hai harus meminta bantuan dari wartawan dari media lain dan promotor dari konser Mick

Jagger di Indonesia.65

64 Ibid, hal. 11 65 Iwan, “Mick Jagger Show di Sydney”, Majalah Hai, HAI no 42/XII, 18-24 Oktober 1988, hal. 6-7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Selain itu majalah Hai juga menuliskan bahwa banyak larangan-larangan yang harus dipatuhi oleh para wartawan untuk melakukan sesi wawancara dengan front man dari band The Rolling Stone ini. Wartawan majalah Hai menyatakan bahwa Ia dilarang masuk dengan membawa kamera, setelah menghubungi pihak promotor baru lah Ia diperbolehkan masuk dengan kamera yang Ia bawa tetapi hanya boleh mengambil foto pada dua lagu pertama yang dibawakan oleh Mick Jagger dan tidak boleh menggunakan flash light.66

Majalah Hai Edisi 18-24 Oktober 1988 Majalah Hai menuliskan pada saat itu jumlah penonton yang mengantri untuk masuk diduga lebih dari sebelas ribu orang sedangkan kapasitas dari Gedung

Sydney Entertainment Center atau SEC kurang dari sebelas ribu orang, selain itu majalah Hai juga menuliskan bahwa usia penonton tidak hanya dari kalangan

66 Ibid. hal. 8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

remaja saja, melainkan orang yang setengah tua juga ikut antri di depan pintu masuk untuk menyaksikan Mick Jagger. Menurut majalah Hai, hal ini dikarenakan populeritas dan pengaruh musik dari The Rolling Stone dimulai semenjak tahun 60- an.

Setelah dua lagu pertama dimainkan wartawan majalah Hai menyatakan bahwa Ia diminta untuk kembali ke depan panggung dan meninggalkan kamera yang Ia bawa kepada panitia yang ada di situ, selain itu Ia juga menyatakan bahwa konser Mick Jagger di Sydney digelar dengan sound system sebesar seratus ribu watt dan dua ratus lima puluh biji lampu sorot dan dua giant screen yang terletak di sisi kiri dan kanan panggung.67

Ia menyatakan bahwa bentuk fisik dari Mick Jagger dan tenaganya tidak lagi seperti sepuluh tahun yang lalu yang mana pada sepuluh tahun yang lalu Mick

Jagger masih terlihat segar dan penampilan panggung yang enerjik bersama The

Rolling Stone. Pada artikel ini wartawan majalah Hai yang hadir pada konser Mick

Jagger menyatakan bahwa Mick Jagger keteteran, hal ini terlihat ketika dan Jimmy Ripp melakukan aksi solo gitar di hadapan penonton yang hadir sedangkan Mick Jagger beristirahat disamping panggung. Hal ini membuat majalah

Hai menyimpulkan bahwa pertunjukan Mick Jagger di atas panggung tidak lagi dahsyat karena mengingat usia Mick Jagger yang sudah 45 tahun.68

Dalam artikel ini majalah Hai tidak hanya menyajikan liputan seputar konser Mick Jagger di Sydney saja, melainkan juga memberikan hasil

67 Ibid. 68 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

wawancaranya dengan Mick Jagger seusai pentas. Pada sesi wawancara tersebut

Mick Jagger menjelaskan secara singkat soal keberadaan band The Rolling Stone yang telah membesarkan namanya, Ia menyatakan bahwa The Rolling Stone masih tetap berdiri dan sekarang sedang beristirahat sejenak.69 Selain itu Mick Jagger mengatakan bahwa akan memberikan penampilan yang beda pada konser di Jakarta mendatang.70

C. Mick Jagger Show Di Indonesia Konser Mick Jagger berlangsung di Stadion Utama Senayan pada tanggal 30

Oktober 1988 berhasil menarik peminat penonton sebanyak tujuh puluh ribu orang.71 Pada terbitan majalah Hai sebelumnya, majalah Hai mengulas secara lengkap tentang konser Mick Jagger di Sydney dan juga dapat kesempatan untuk mewawancarai Mick Jagger. Majalah Hai menyatakan bahwa konser Mick Jagger yang berlangsung di Jakarta lebih meriah dari pada di Sydney, hal ini dikarenakan tempat berlangsungnya konser Mick Jagger di Sydney berada di gedung yang tertutup dan hanya berkapasitas sepuluh ribu orang saja, berbeda halnya dengan di

Indonesia yang diselengarakan di Stadion Utama Senayan.72

Banyaknya penonton yang datang ke konser Mick Jagger tersebut dikarenakan pada era 70-an hingga awal 80-an The Rolling Stone sangat berpengaruh besar di dunia musik rock Indonesia, selain itu ditambah lagi dengan ulasan-ulasan tentang

69 Ibid., hal. 12. 70 Ibid. 71 Iwan, “Mick Jagger Live”, Majalah Hai, HAI 45/XII, 8-14 November 1988, hal. 10. 72 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

The Rolling Stone di majalah Hai juga memberikan pengaruh besar terhadap konser ini. Pada ulasan ini majalah Hai menyatakan bahwa, panggung berukuran 70meter berhasil dikuasai oleh Mick Jagger, Mick Jagger berhasil membakar gairah anak- anak muda Indonesia pada konser tersebut dengan lagu-lagu The Rolling Stone dan beberapa lagu karyanya sendiri.73

Majalah Hai melaporkan bahwa kemeriahan konser Mick Jagger di Jakarta berujung pada kericuhan yang dilakukan oleh para penonton. Menurut Rinny Noor

Fattah selaku promotor konser Mick Jagger di Jakarta mengatakan bahwa, upaya pencegahan kerusuhan sudah dilakukan, seperti mengadakan konser pada siang hari dan mengerahkan seribu aparat keamanan.74 Majalah Hai menyatakan bahwa band pembuka konser Mick Jagger ini dinilai tidak bagus dan menjadi salah satu pemicu emosi dari penonton, pasalnya konser yang dijadwalkan mulai pada jam dua siang harus mundur satu jam dari jadwal, padahal sejak jam sebelas siang penonton sudah memadati lokasi konser.75

Para penonton yang kepanasan diluar Stadion Utama Senayan diduga menjadi salah satu penyebab dari meledaknya kericuhan yang terjadi, ditambah lagi dengan aksi para penonton yang berada di tribun lompat ke lapangan untuk lanjut menikmati konser.76 Menurut majalah Hai, lompatnya penonton dari tribun ke lapangan dikarenakan dari sisi tribun penonton tidak dapat menyaksikan Mick

73 Ibid. 74 Anas Syahrul Alimi, Muhidin M. Dahlan, 100 Konser Musik Di Indonesia, I:BOEKOE, Yogyakarta, 2018, hal. 137. 75 Iwan, Op.Cit., hal. 11. 76 Anas Syahrul Alimi, Muhidin M. Dahlan, Op.Cit., hal.137.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Jagger secara jelas.77 Dua lagu menjelang konser selesai pihak panitia membuka pintu stadion dan membiarkan penonton yang tidak memiliki tiket untuk masuk, majalah Hai menyatakan bahwa setelah pintu stadion dibuka masih banyak penonton yang tidak dapat masuk ke dalam stadion dikarenakan yang penuh sesak.

Hal ini yang menjadi pemicu dari kerusuhan yang tejadi diluar stadion.78

Majalah Hai Edisi 8-14 November 1988 Majalah Hai menyatakan bahwa provokator dari kericuhan diluar area Stadion

Utama Senayan dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan ikat kepala bertulisan Jagger yang membawa spanduk bertuliskan “Gembel Fans Club, Rolling

77 Iwan, Op.Cit., hal. 11. 78 Ibid. Hal. 12-13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Stones Live, Tanah Abang”.79 Majalah Hai sempat mewawancarai salah satu dari

Gembel Fans Club tersebut, mereka menyatakan bahwa mereka membuat atribut untuk menyaksikan konser tersebut secara kolektif dan ketika mereka ditanyai memiliki tiket untuk masuk atau tidak mereka menjawab “kita liat saja nanti”.80

Anggota Gembel Fans Club mencoba menerobos masuk ke dalam stadion untuk meliha aksi dari idola mereka, namun tidak semua dari anggota Gembel Fans Club dapat menerobos masuk dan mengibarkan bendera yang sudah mereka siapkan tiga hari yang lalu, mereka yang tidak berhasil untuk menerobos masuk ke dalam harus berurusan dengan aparat yang dipersenjatai rotan.81 Pemukulan yang dilakukan oleh aparat kepada penonton yang ingin menerobos masuk ke dalam stadion memicu terjadinya aksi pembakaran dan pengerusakan terhadap kendaran- kendaran yang berada di sekitar Stadion Utama Senayan, selain itu para penonton juga menghujani para aparat dengan botol, kaleng, dan batu karena merasa tidak terima terhadap pemukulan yang dilakukan oleh aparat.82

Kerusuhan antara aparat keamanan dengan para penonton yang tidak dapat masuk ke dalam stadion berujung pada pembukaan pintu stadion oleh pihak panitia penyelengara konser Mick Jagger, majalah Hai menyatakan bahwa pembukaan pintu stadion yang dilakukan oleh panitia konser sudah terlambat karena sedikitnya

79 Abiha, Iwan, Win, “Mick Jagger Live:Mereka Tak Menyerah”, Majalah Hai, HAI no 45/XII, 8-14 November 1988, hal. 29. 80 Ibid. 81 Ibid. 82 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

94 mobil rusak diamuk massa dan puluhan orang harus dilarikan ke rumah sakit.83

Majalah Hai juga menyatakan tentang sikap panitia konser yang seakan-akan lepas tangan dari kerusuhan yang terjadi, berdasarkan hasil pertemuan antara pihak pemilik mobil dengan panitia konser, panitia konser menyatakan kerusuhan yang terjadi pada saat konser merupakan force majeur atau bencana yang tidak dapat ditolak, akan tetapi pihak pemilik mobil yang rusak menyatakan bahwa kerusuhan tersebut terjadi karena panitia telat membuka pintu Stadion Utama Senayan.84

D. Jak Jazz Tahun 1988 Pada laporan tentang acara Jak Jazz yang digelar pada 18-20 November 1988 di Ancol, majalah Hai memberikan laporan yang sangat lengkap. Dalam artikel ini majalah Hai memberikan laporan berdasarkan rundown acara, majalah Hai melaporkan bahwa pada pada pukul 15.15 di panggung utama David Revel yang merupakan salah satu teknisi band Lee Ritenour kecewa dengan acara ini dikarenakan jadwalnya yang mundur terlalu jauh dari yang sudah di jadwalkan.

Sedangkan di panggung VI majalah Hai melaporkan bahwa Elfa’s Big Band sedang check sound dengan vokalis barunya, majalah Hai menyatakan bahwa keterlambatan Elfa’s Big Band untuk check sound bukan lah salah dari panitia acara

Jak Jazz 88 melainkan kesalahan dari pihak band itu sendiri karena panitia Jak Jazz

88 sudah menjadwalkan untuk Elfa’s Big Band untuk check sound pada pukul sebelas siang.85

83 Ibid. 84 Ibid. 85 Abiha, Daus, Iwan, “Jak Jazz 88”, Majalah Hai, HAI no 48/XII, 29-5 Desember 1988, hal. 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Pada pukul 17.10 majalah Hai menuliskan bahwa terdapat aksi adu mulut antara

Kiboud Maulana dengan Bubi Chen, majalah Hai menyatakan bahwa Kiboud

Majalah Hai Edisi 29 November – 5 Desember 1988 meminta Bubi untuk mengecilkan suara bass yang menurut Kiboud terlalu besar di speaker-monitor panggung akan tetapi Bubi menolak untuk mengecilkannya.86

Kejadian tersebut mendapat kritik dari penonton yang sudah menunggu di depan panggung Prisma, majalah Hai menuliskan bahwa panitia tidak menggunakan HT dalam berkomunikasi dengan sesame panitia.87

Pada pukul 17.20 majalah Hai menuliskan bahwa masih ada beberapa panggung yang belum dapat digunakan, hal ini dikarenakan panggung tersebut masih dalam

86 Ibid. 87 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

proses pengerjaan. Menurut Rudy selaku vendor sound system yang disewa oleh pihak Jak Jazz 88 menyatakan bahwa selama dua minggu sebelum hari H panita setiap hari selalu mengadakan rapat untuk membahas perubahan tata letak panggung, Rudy menyatakan bahwa panitia tidak mau membuat para penonton kerepotan dalam menikmati acara tersebut sehingga letak panggung ditata mengelilingi penonton.88 Rudy juga menambahkan bahwa hal ini malah merepotkan penonton yang membeli tiket kelas tribun dan juga perubahan tata panggung ini membuat panitia menjadi kewalahan.89

Penampilan Indonesia Enam pada pukul 18.14 di panggung II menandakan acara Jak Jazz 88 resmi dibuka dengan segala macam ketidak siapan dari panitia dan juga band-band yang bermain di acara tersebut.90 Majalah Hai menyatakan bahwa selama tiga hari acara Jak Jazz 88 berlangsung terdapat banyak kendala yang terjadi dilapangan, akan tetapi majalah Hai juga menyatakan bahwa dari kekurangan-kekurangan tersebut banyak manfaat yang dapat diambil oleh penikmat musik jazz Indonesia dari para artis yang bermain disana.91

Sebut saja penampilan dari Lee Ritenour gitaris jazz asal Amerika Serikat yang ditunggu-tunggu oleh penikmat musik jazz Indonesia. Pasalnya pada edisi sebelumnya majalah Hai sempat membuat ulasan tentang dirinya, majalah Hai menuliskan tentang sepak terjang dari Lee Ritenour ini, Lee Ritenour dinobatkan

88 Ibid. hal. 11. 89 Ibid. 90 Ibid. 91 Ibid. hal. 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

majalah Hai sebagai gitaris jazz terbaik di dunia decade ini.92 Sama halnya seperti

Al Di Meola, Lee Ritenour juga memainkan musik fusion jazz yang menggabungkan unsur dari musik rock, classic jazz, pop, dan latin.93 Selain itu Lee

Ritenour juga aktif terlibat dalam pembuatan album dari musisi-musisi lain nama- nama seperti Kenny Loggins, Diana Ross, dan Barbra Streisland sempat bekerja sama dengan Lee Ritenour. Lee Ritenour juga pernah dipercaya untuk menjadi music director dalam beberapa judul film layar lebar seperti Saturday Night Fever,

A Star is Born, Taxi Driver, dan Heaven Can Wait.94

E. Alexander Tharaud Dalam ulasan pertunjukan musik kali ini majalah Hai melaporkan tentang masterclass pianis asal Perancis yaitu, Alexandre Tharaud. Masterclass merupakan suatu program yang dibuat oleh sekolah musik atau semacamnya dengan mendatangkan guru atau musisi dari luar sekolah musik tersebut untuk memberikan pelajaran kepada murid sekolah musik tersebut, terkadang masterclass juga dibuka untuk umum.

Pada artikel kali ini majalah Hai menuliskan bahwa masterclass ini digelar di

Auditorium Sekolah Musik YPM Jakarta yang dihadiri oleh siswa sekolah musik

YPM. Dalam acara tersebut majalah Hai menyatakan bahwa Tharaud tidak hanya memberikan teknik dalam bermain piano saja Ia juga memberikan filosofinya

92 Iwan, “Lee Ritenour”, Majalah Hai, HAI no 46/XII, 15-21 November 1988, hal. 18-19. 93 Ibid. 94 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

terhadap piano, Ia menyatakan “untuk mendapatkan hasil sound yang merdu, piano mesti kita rayu, cumbu, dan sentuh dengan mesra”.95

Selain memberikan masterclass di Sekolah Musik YPM, Tharaud juga menggelar konser di Gedung Kesenian Jakarta. Majalah Hai menyatakan bahwa acara tersebut sebagian besar dihadiri oleh orang asing.96 Setelah memberikan filosofinya pada masterclass di Sekolah Musik YPM Tharaud membuktikan filosofinya tersebut di depan para penonton yang hadir di Gedung Kesenian Jakarta.

Majalah Hai menyatakan Tharaud berhasil menggetarkan perasaan para penonton yang hadir disana, majalah Hai juga menuliskan tentang ritual sebelum Tharaud mencumbu pianonya pada acara tersebut.97 Sebelum menyentuh pianonya, Ia duduk takzim di depan pianonya dan berkonsentrasi penuh, setelah Ia rasa siap baru lah Ia menyentuh setiap tuts di pianonya.98

Majalah Hai melaporkan bahwa, hampir semua komposisi yang Tharaud mainkan di Gedung Kesenian Jakarta merupakan komposisi milik komponis

Perancis, seperti Cesar Franck, Maurice Ravel, Claude Debussy, dan Eriik Satie.99

Tharaud menyatakan bahwa komposisi milik komponis Perancis lebih indah dari

95 Abi, “Alexandre Tharaud: Salah Itu Indah”, Majalah Hai, Hai 22/XV, 28 Mei 1991, Hal. 26. 96 Ibid. 97 Ibid, hal. 27. 98 Ibid. 99 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

pada komponis dari negara lain, hal tersebut yang menjadi alasan mengapa hampir seluruh komposisi yang Tharaud mainkan berasal dari komponis Perancis.100

Majalah Hai juga menyatakan bahwa Tharaud merupakan salah satu pianis kebanggaan Perancis, hal ini dikarenakan diusianya yang sangat muda Tharaud sudah mendapatkan banyak penghargaan nasional dan internasional, seperti juara pertama pada Konser varotorium Nasional Perancis pada tahun 1986 dan juara kedua pada Festival Musik Internasional Munich pada tahun 1989.101 Prestasi yang gemilang membuat Tharaud sering diundang keluar Perancis untuk resital ataupun orchestra, selain itu Tharaud juga sering berkolaborasi dengan musisi-musisi klasik kondang seperti Pierre Amoyal, Devy Erlim, Tedy Papavrami, dan Norman Spidev dalam pertunjukan kamar.102

F. Opera Tipuan Harry Roesli Opera Tipuan merupakan pertunjukan opera rock yang dimotori oleh Harry

Roesli. Opera sebagai salah satu bentuk pertunjukan musik dengan menampilkan tari dan drama di dalamnya. Harry Roesli bukan lah orang yang baru dalam membuat pertunjukan opera, dalam pertunjukan opera semua jenis kesenian memiliki porsi yang sama dalam mempertunjukan aksi mereka. Majalah Hai menyatakan bahwa pada tahun 1975 Ia pernah membuat rock opera Ken Arok yang digelar di dua kota, yaitu Bandung dan Jakarta.103

100 Ibid. 101 Ibid. 102 Ibid. 103 Benny Rhamdani, “Opera Tipuan Harry Roesli”, Majalah Hai, HAI 23/XV, 4 Juni 1991, hal. 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Pada pertunjukan opera kali ini, Harry Roesli merubah total seluruh isi tata musik dan juga para pemainnya. Pada tata musik Harry Roesli merubahnya menjadi bercorak disko, pada tahun 1975 Harry Roesli menggunakan musik rock dalam tata musiknya.104 Alasan Harry Roesli memodifikasi tata musik dari rock menjadi disko pada opera yang dibuatnya pada tahun 1991 ini mungkin saja terpengaruh oleh meledaknya musik disko di Indonesia pada era 90-an. Tidak dapat dipungkiri bahwa di tahun 90-an musik disko sangat hype dikalangan penikmat musik dunia, sebut saja Fariz RM yang merupakan The Godfather of Indonesian Disco.

Dalam artikel ini, majalah Hai melaporkan bahwa pertunjukan opera Harry

Roesli dihadiri sebanyak tiga ribu penonton yang digelar di Eldorado, Bandung pada 18 Mei 1991.105 Selain itu, majalah Hai juga menyatakan bahwa Ken Arok menjadi tokoh yang lebih ditonjolkan dalam opera ini, karena menurut Harry Roesli

Ken Arok merupakan simbol dari pemberontakan remaja.106 Akan tetapi bukan sisi hitam dari Ken Arok yang ditonjolkan dalam opera ini melainkan kepedihan Ken

Arok yang diubah oleh Harry Roesli menjadi semacam ransangan yang dahsyat,

Harry Roesli berharap dengan merubah sisi kepedihan dari Ken Arok dan menyampaikannya melalui opera ini dapat ditiru oleh remaja-remaja Indonesia dalam menyikapi kepedihan.107

104 Ibid. 105 Ibid. 106 Ibid. 107 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Majalah Hai juga melaporkan bahwa pada tahun 1975 Harry Roesli dan timna mengerjekan sendiri seluruh kesiapan acara, tetapi pada tahun 1991 Harry Roesli bekerja sama dengan Forum Seni Remaja Multi Media dan Warna Musik Disko untuk mengelar opera ini. Acara ini juga dipromotori oleh Setiawan Djody dan dipublikasikan oleh Radio Oz.

Pada akhir artikel, majalah Hai menyatakan bahwa penonton merasa puas dengan opera ini karena dengan membayar sepuluh ribu dan lima belas ribu penonton dapat menyaksikan pertunjukan opera tentang tipu menipu selama dua setengah jam. Majalah Hai juga menyatakan acara opera ini merupakan acara terbaik dari segi penampilan, tata panggung, lightning, dan tata musik. Majalah Hai juga menuliskan bahwa acara tersebut menggunakan gun smoke, laser yang berdaya satu juta watt, efek lampu kilat, ornamen panggung, dan segenap tata cahaya telah mencipkan seni rupa yang menawan.108

G. Konser Europe di Surabaya dan Jakarta Europe merupakan band hard rock asal Swedia yang sangat terkenal melalui hits single nya yang berjudul Final Countdown, band yang beranggotakan Joey

Tempest, Kee Marcelo, John Leven, Mic Michaeli, dan Ian Haugland ini sempat mampir ke Indonesia pada 24 November 1990.109 Dalam rangka turnya di Indonesia pada waktu itu majalah Hai mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan

Europe selama di Indonesia, mulai dari hotel hingga belakang panggung. Hasil dari

108 Ibid. 109 Anas Syahrul Alimi, Muhidin M. Dahlan, 100 Konser Musik Di Indonesia, I:BOEKOE, Yogyakarta, 2018, hal. 154.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

liputan kegiatan Europe selama di Indonesia pun dijadikan majalah Hai sebagai laporan khusus pada terbitannya, dalam laporannya majalah Hai memyatakan bahwa seluruh personil Europe merasa senang dengan sambutan yang dilakukan oleh tim majalah Hai saat penjemputan di bandara Soekarno Hatta.110

Dalam artikel tersebut majalah Hai juga menyatakan bahwa salah satu tim dari majalah Hai sudah bertemu dengan Joey di Los Angeles dan menjamin akan kebahagian dari seluruh personil band Europe ketika mengadakan konser di Jakarta dan hal tersebut disambut baik oleh Joey dan seluruh personil lainnya. Untuk membayar janji itu tim majalah Hai mengajak seluruh personil dan tim produksinya untuk makan malam seusai jumpa pers.

Pada artikel ini majalah Hai memberikan laporan konser Europe di Jakarta dan

Surabaya, majalah Hai menuliskan bahwa konser Europe di Jakarta tidak semaksimal dengan di Surabaya. Hal ini dikarenakan penonton di Jakarta tidak seatraktif penonton Surabaya, sehingga membuat band juga tidak bisa berbuat atraktif saat dipanggung. Majalah Hai melaporkan bahwa Drive-In Ancol yang menjadi tempat konser Europe di Jakarta berkapasitas empat puluh ribu orang dan yang hadir hanya sekitar delapan ribu orang untuk sekelas acara yang sempat dinyatakan sebagai ‘Pagelaran Rock Terbesar Tahun Ini’.111

Sedangkan konser Europe di Surabaya lebih banyak mendapatkan perhatian publik, menurut majalah Hai penjualan tiket konser Europe di Surabaya hingga

110 Iwan, “Europe Girang Diajak Belanja di Jakarta”, Majalah Hai, HAI 50/XIV, 11 Desember 1990, Hal. 6. 111 Ibid, hal. 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

pada tanggal 27 November masih terhitung sepi. Pada sore menjelang malam dan pada saat pintu stadion Tambaksari dibuka penjualan tiket pun melonjak drastis, sekitar lebih dari sepuluh ribu penonton memadati stadion Tambaksari pada waktu itu.112 Harga tiket yang terjangkau menjadi alasan utama konser Europe di Surabaya ramai didatangi penonton.

Majalah Hai melaporkan bahwa penonton di Surabaya lebih atraktif dari penonton di Jakarta, sepanjang konser para penonton tidak henti bergoyang dan mengacungkan tangan ke atas. Hal ini tentu saja memberikan energi yang positif bagi para personil band, menurut majalah Hai Joey pada saat konser di Surabaya lebih ketat menjaga control suaranya sedangkan Kee lebih berani beraksi di atas panggung. Sedangkan solo drum yang disuguhkan Ian Haugland dirasa lebih bertenaga dari pada konser di Jakarta sebelumnya. Majalah Hai juga menyatakan bahwa sound system yang digunakan Europe pada saat konser di Surabaya tampil lebih prima ketimbang yang di Jakarta, hal ini berdampak pada komentar media- media yang juga turut serta dalam meliput konser Europe di Surabaya menuliskan

“Europe berhasil memuasi penonton Surabaya.”113

H. Liputan Konser Yes di California Yes merupakan band progressive rock asal London, Inggris. Band ini terbentuk pada tahun 1968 dan beranggotakan Chris Squire, Steve Howe, Jon Anderson, dan

Bill Bruford. Pada artikel ini majalah Hai memberikan laporan tentang konser reuni

Yes yang diselengarakan di Arco Arena, California. Dalam artikel ini majalah Hai

112 Ibid, hal. 6. 113 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

menyatakan bahwa majalah Hai menjadi satu-satunya media Indonesia yang meliput konser tersebut.

Majalah Hai melaporkan bahwa satu jam sebelum konser dimulai para penonton sudah berkumpul dengan tertib di depan Arco Arena, majalah Hai juga menuliskan bahwa penonton yang hadir pada konser tersebut berasal dari berbagai macam kelas. Hal ini dapat dibuktikan dari penampilan para penonton yang hadir, majalah Hai menuliskan bahwa busana yang digunakan penonton pada saat menonton konser Yes mulai dari yang bergaya rocker hingga yang berpakaian rapi.

Majalah Hai mengatakan bahwa konser di mulai pada pukul 17.52 dengan bejalannya Jon Anderson ke atas panggung dengan mengenakan pakaian India berwarna putih, setelah seluruh personil Yes berada diatas panggung lagu Yours Is

No Disgrace pun menjadi pembuka dari konser tersebut.114

Majalah Hai menyatakan bahwa setelah tiga lagu pertama dimainkan pihak majalah Hai tidak lagi diperbolehkan mengambil gambar di dalam acara, akan tetapi tim majalah Hai masih boleh menyaksikan jalannya konser hingga selesai dari depan panggung. Pada artikel ini majalah Hai menjelaskan secara lengkap jalannya acara hingga posisi dari tiap personil Yes diatas panggung. Konser Yes yang berlansung selama tiga jam itu ditutup dengan lagu Rhythm of Love. Pada akhir artikel ini majalah Hai menyatakan bahwa selama tiga jam para penonton disuguhi penampilan yang memukai dari Yes, majalah Hai juga merekomendasikan band

114 Ferry, “Yes Show Betul-betul Yes”, Majalah Hai, HAI 26/XV, 25 Juni 1991, hal. 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Yes kepada para pembacanya di Indonesia dan merekomendasikan untuk menonton

Yes jika mereka mengadakan konser di Indonesia.115

Setelah memberikan laporan tentang konser Yes di California, majalah Hai juga menuliskan tentang sepak terjang dari Yes untuk para pembacanya. Dalam artikel ini majalah Hai menyatakan Yes berkibar lagi setelah sempat bubar pada tahun

1980, dengan mengeluarkan album baru yang berjudul Union, majalah Hai juga menambahkan bahwa dengan rilisnya album Union di pasaran maka para dewa telah kembali reuni.116

Majalah Hai mengulas secara lengkap setiap acara yang diselengarakan di

Indonesia atau pun di luar Indonesia, hal ini dilakukan dengan harapan para pembaca yang tidak dapat hadir ke acara tersebut dapat ikut merasakan suasana yang terjadi pada acara tersebut. Dalam pengulasan acara-acara kesenian ini, tidak terdapat pembeda antara acara lokal dengan acara internasional, meski pun acara yang berskala lokal tersebut menyajikan atau menampilkan kesenian Barat. Hal ini tentu saja berbeda ketika majalah Hai membahas profil para seniman, majalah Hai memberikan porsi yang lebih kepada seniman-seniman Barat.

115 Ibid, hal. 9-10. 116 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa, sejarah majalah Hai menambahkan rubrik musik dan film dimulai pada periode 1980-an, hal ini dilakukan majalah Hai untuk mencoba mengisi kekosongan majalah yang membahas tentang musik di Indonesia yang pada awal tahun 70-an di dominasi oleh majalah Aktuil, selain itu berkurangnya peminat komik di Indonesia juga menjadi pemicu perubahan isi konten dari majalah Hai. Pada edisi 16-22 Agustus 1983 majalah mulai menambahkan rubrik musik pada edisinya, akan tetapi ulasan musik yang dimuat pada edisi tersebut tidak sebanyak seperti pada edisi-edisi tahun 80-an akhir hingga

90-an. Hal ini dikarenakan pada tahun 1985 hingga awal dekade 1990-an di Eropa dan Amerika musik Hard Rock dan Heavy Metal sedang populer dan berkembang.

Pembahasan musik di majalah Hai pada tahun 1980 hingga 1990 sangat berpihak pada perkembangan musik dari Barat. Hal ini dibuktikan dengan mendominasinya ulasan-ulasan tentang album-album baru dari musisi luar negeri hingga ulasan konser musisi luar negeri di Indonesia dan di luar Indonesia. Dalam mengulas profil para seniman selalu mengedepankan seni Barat, selain itu mendominasinya ulasan profil seniman Barat di setiap terbitan majalah Hai menjadi salah satu bukti bahwa majalah Hai mengedepankan seniman dari Barat.

Permintaan pembaca kepada majalah Hai perihal ulasan profil seniman

Barat juga menjadi salah satu faktor pendukung dari dominasi seniman Barat.

Banyaknya permintaan dari pembaca pada rubrik Hai Sayang untuk memberikan

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

ulasan tentang musisi-musisi luar negeri merupakan salah satu dampak positif dari majalah Hai, hal ini membuktikan bahwa majalah Hai memberikan kontribusi bagi dunia musik Indonesia pada waktu itu.

Selain itu majalah Hai juga mengapresiasi kegiatan-kegiatan kesenian yang ada di Indonesia seperti, pagelaran Opera Rock Ken Arok karya Harry Roesli, Jak

Jazz, dan acara-acara konser musik lokal yang diisi oleh penampilan band-band lokal seperti Acid King, atraksi drum selama 10 jam Jelly Tobing, dan konser

Emerald di Tokyo.

Ulasan-ulasan tersebut tentu saja membawa dampak besar bagi penikmat musik dan pelaku bisnis musik di Indonesia (promotor konser, records store, dan record label), bagi para pelaku bisnis musik di Indonesia hal ini merupakan salah satu bagian dari program mereka untuk mempromosikan produk atau acaranya untuk mendongkrak penjualan rilisan fisik mau pun tiket acara konser yang digelar di Indonesia.

Berpihaknya majalah Hai pada musik-musik dan budaya Barat juga berdampak pada hilangnya minat anak muda Indonesia untuk melestarikan musik- musik tradisional Indonesia. Secara tidak langsung majalah Hai menutup akses anak muda untuk mendapatkan info tentang musik-musik tradisional Indonesia yang semakin lama semakin berkurang peminatnya. Musik dan kebudayaan Barat merupakan komuditas yang sangat populer di Indonesia pada periode 1980-1990, hal ini terlihat jelas dengan berbagai media di Indonesia mengulas tentang musik- musik dan kebudayaan Barat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Keadaan politik di Indonesia pada era 1980 hingga 1990 juga menjadi salah satu alasan berkembangnya kebudayaan Barat di Indonesia, kepemimpinan presiden Soeharto menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak muda. Berkembangnya budaya perlawanan lewat media musik di luar Indonesia sangat menarik perhatian remaja-remaja Indonesia yang muak akan kepemimpinan Soeharto di Indonesia yang kemudian banyak media massa yang membahas musik di Indonesia memberikan informasi tentang musisi atau band-band tersebut. Nama-nama besar seperti John Lennon dan Paul

McCartney dari grup musik The Beatles, James Hetfield dan Kirk Hammett dari grup musik Metallica, David Gilmore dan Roger Water dari grup musik Pink Floyd, dan Kurt Cobain dari grup musik Nirvana membawa pengaruh besar bagi remaja

Indonesia pada tahun 1980 hingga 1990 dan berdampak pada perkembangan musik di Indonesia hingga hari ini.

Kehadiran rubrik musik dalam majalah Hai pada periode 1980 hingga 1990 sangat lah memberikan pengaruh besar kepada anak muda di Indonesia, majalah

Hai berhasil menjadi fasilitator anak muda Indonesia yang ingin mengetahui lebih dalam tentang band-band favoritnya. Selain itu majalah Hai juga berkontribusi sebagai sarana seniman-seniman muda untuk mempromosikan karya kepada para pembaca majalah Hai dari daerah-daerah lain yang ada di Indonesia.

Penelitian ini juga masih banyak kekurangan, terutama kekurangan pada penjelasan tentang sejarah berdirinya majalah Hai, karena tidak adanya data-data yang menuliskan tentang sejarah berdirinya majalah Hai penulis tidak dapat menjabarkan sejarah berdirinya majalah Hai. Selain itu penelitian ini juga masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

memiliki kekurangan pada pembahasan profil para seniman Indonesia, hal ini dikarenakan sumber primer yang di dapatkan hanya sedikit yang membahas tentang seniman Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Pustaka

Abi. 1991. “Alexandre Tharaud: Salah Itu Indah”. Dalam Majalah Hai, Mei, XV.

Jakarta.

Abiha, Daus, Iwan. 1988. “Jak Jazz 88”. Dalam Majalah Hai, Desemeber, XII.

Jakarta.

Alimi, Anas S. dan Muhidin M. Dahlan. 2018. 100 Konser Musik Di Indonesia.

Yogyakarta: I:BOEKOE

Anonim. 1983. “Paul Mccarney atau Billy Shears”. Dalam Majalah Hai, Agustus, VII.

Jakarta.

Anonymous. 1988. “Iwan Fals: Jangan Jadikan Saya Idola”. Dalam Majalah Hai,

Juli, XII. Jakarta.

Benny Rhamdani. 1991. “Opera Tipuan Harry Roesli”. Dalam Majalah Hai, Juni.

XV. Jakarta.

Bis. 1989. “Acid Speed Menggigit”. Dalam Majalah Hai, Maret, XIII. Jakarta.

CM., Tondowidjojo, JVS. 1985. Media Massa & Pendidikan. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Denny MR. 1988. “Gebrakan Macan Tua”. Dalam Majalah Hai, Oktober, XII.

Jakarta.

Denny MR. 1988. “Roker Bekas Kuli Bangunan”. Dalam Majalah Hai, Agustus, XII.

Jakarta.

Denny MR. 1991. “Perjalanan Panjang Ian Antono”. Dalam Majalah Hai, Maret,

XV. Jakarta.

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Denny. 1987. “Ular Putih itu Mengigit Lagi”. Dalam Majalah Hai, November, XI.

Jakarta.

Ferry. 1991. “Yes Show Betul-betul Yes”. Dalam Majalah Hai, Juni, XV. Jakarta,

Gandhi, M. L. 1985. Undang-undang Pokok Pers: Proses Pembentukan dan

Penjelasannya. Jakarta: CV. Rajawali.

Gideon. 1988. “Fusion di Indonesia koq laku”. Dalam Majalah Hai, Mei, XII.

Jakarta.

Hilman. 1987. “Sombong itu Perlu”. Dalam Majalah Hai, September, XI. Jakarta.

Iwan. 1986. “Al Di Meola”. Dalam Majalah Hai, April, X. Jakarta.

Iwan. 1987. “Richie Blackmore Gak Ada Apa-apanya”. Dalam Majalah Hai,

Februari, XI. Jakarta.

Iwan. 1987. “Terence Trent D’Arby: Saya Nggak Takut Kena AIDS”. Dalam

Majalah Hai, Oktober, XI. Jakarta.

Iwan. 1988. “Jika Paul McCarney digabungkan dengan Elvis Presley”. Dalam

Majalah Hai, September, XII. Jakarta.

Iwan. 1988. “Lee Ritenour”. Dalam Majalah Hai, November, XII. Jakarta.

Iwan. 1988. “Mick Jagger Live”. Dalam Majalah Hai, November, XII. Jakarta.

Iwan. 1988. “Mick Jagger Show di Sydney”. Dalam Majalah Hai, Oktober, XII.

Jakarta.

Iwan. 1989. “Gua Nggak Kayak Jagger”. Dalam Majalah Hai, Maret, XIII. Jakarta.

Iwan. 1990. “Europe Girang Diajak Belanja di Jakarta”. Dalam Majalah Hai,

Desember, XIV. Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Jones, Tod. 2015. Kebudayaan dan Kekuasaan Di Indonesia. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia.

Junaedhie, Kurniawan. 1995. Rahasia Dapur Majalah Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang

Lanny, Iwan. 1987. “Ogah Rok Mini karena Betis Gede”. Dalam Majalah Hai, Mei,

XI. Jakarta.

Pop, Tris, Iwan. 1988. “Rockers Jerman”. Dalam Majalah Hai, September, XII.

Jakarta.

Yuddi. 1988. “Berkah Setelah Musibah”. Dalam Majalah Hai, April, XII. Jakarta.