Sunda (Sejarah, Budaya, Dan Politik)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sunda (Sejarah, Budaya, Dan Politik) Sejarah, Budaya, dan Politik Reiza Dienaputra SUNDA Sejarah, Budaya, dan Politik Reiza D. Dienaputra Hak CiptaãReiza D. Dienaputra Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Sastra Unpad Press Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, JATINANGOR 45363 JAWA BARAT Tlp/Faks: (022) 779 6482 Penyunting: Dani R. Hasanudin Desain Sampul: Andry Wuri Dian Bramagita Tata letak: Andry Wuri Dian Bramagita Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Cetakan pertama, Juli 2011 Katalog Dalam Terbitan (KDT) Reiza D. Dienaputra SUNDA: Sejarah, Budaya, dan Politik Sastra Unpad Press, 2011 200 hlm; 14 ´ 21 cm. ISBN : ... I. Judul II. Reiza D. Dienaputra Daftar Isi Kata Pengantar v Prakata ix Bagian Satu: Sunda dan Sejarah 11 ‐ Mengenal dan Memaknai Sejarah Sunda 13 ‐ Mengenal Jawa Barat: Suatu Kilas Balik Sejarah 35 ‐ Bandung 1906 ‐ 1970: Studi Tentang Perkembangan Ekonomi Kota 49 ‐ Makna Strategis Peristiwa Bojongkokosan 9 Desember 1945 67 ‐ Revitalisasi Nilai‐Nilai Kejuangan Peristiwa Bandung Lautan Api 81 ‐ Memaknai Hijrah Siliwangi 95 Bagian Dua: Sunda dan Budaya 103 ‐ Kebudayaan Sunda: Antara Mitos dan Realitas 105 ‐ Bahasa Sunda dalam Arus Globalisasi: Tinjauan Historis Prospektif 115 ‐ Profil Sejarah Kawasan Ekosistem Halimun: Sebuah Pengantar Diskusi 123 ‐ Kebudayaan Daerah di Jawa Barat: Suatu Tinjauan Historis Prospektif 133 Bagian Tiga: Sunda dan Politik 151 ‐ Pergumulan Kekuasaan Orang Sunda dalam Perspektif Demokrasi 153 ‐ Tatar Sunda dalam Panggung Politik: Sebuah Ikhtisar Sejarah 163 ‐ Transformasi Sistem Politik di Cianjur: Dari Tradisional ke Modern 173 Epilog 197 Kata Pengantar Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang terjadi pada masa lampau sehingga kita dapat memperoleh pelajaran (ibroh), baik hal‐hal yang bersifat buruk maupun yang bersifat baik. Orang bijak mengatakan, “kita harus belajar dari sejarah”, sedangkan George Santayana, filsuf besar dari Spanyol mengatakan, “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya”. Kalau Nicky Astria di dalam lagunya, Panggung Sandiwara, mengatakan bahwa “Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya selalu berulang ...”, dari sudut kesejarahan, makna penting yang diperoleh adalah bahwa berbagai pengulangan cerita tersebut karena hakekat atau ciri dasar manusia tidak pernah berubah. Faktor‐faktor yang mempengaruhi kejatuhan suatu rezim di suatu negara, bisa jadi merupakan pengulangan dari prilaku yang sama, yang dilakukan oleh raja‐raja berabad‐abad yang lampau. Artinya, walaupun setiap peristiwa sejarah selalu bersifat “unik”, namun latar belakang peristiwanya sendiri bisa jadi mengandung prinsip‐ prinsip dasar yang sama sehingga kalau peristiwa itu tidak ingin terjadi lagi (persitiwa jelek) atau ingin terjadi (peristiwa bagus), kita bisa melakukan upaya‐upaya pengendalian untuk yang jelek dan upaya‐upaya antisipasi dan pencapaian untuk hal yang bagus. Kalaulah hal tersebut bisa dilakukan, maka sinyalemen George Wilhelm Friedrich Hegel, seorang filsuf dari Jerman, yang mengemukakan, “Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apapun dari sejarah atau prinsip‐prinsip yang didapat darinya”, atau menurut Winston Churchill negarawan dari Inggris Raya, “satu‐satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar‐benar belajar darinya”, tidak perlu terjadi. Dalam kaitan itu pula, menjadi sebuah ironi bila mengingat bahwa meskipun Presiden Soekarno di dalam pidato kenegaraannya yang terakhir pada tanggal 17 Agustus 1966, berkaitan dengan peringatan hari ulangtahun kemerdekaan Indonesia, mengatakan, “Djangan sekali‐kali meninggalkan sedjarah! Never Leave History! Djangan Meninggalkan Sedjarahmu jang sudah!”, bisa jadi kejatuhannyapun sebenarnya karena Presiden Seokarno juga tidak “belajar” dari sejarah. Walaupun sejarah begitu penting, namun apa yang saya rasakan ketika duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah, sejarah seringkali hanya terbatas pada penghafalan tahun demi tahun dan tokoh‐tokoh di balik peristiwa pada tahun‐tahun sejarah tersebut berlangsung. Setting sosial, ekonomi, politik yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi seringkali kurang dikemukakan. Sebagai seseorang yang tidak berkecimpung di dalam dunia sejarah, suatu saat saya terhenyak dengan obrolan anak sekolah dasar (kalau dilihat badannya mungkin murid kelas lima atau kelas enam) di dalam bis di Paris, tentang ulangan sejarah di kelasnya hari itu. Menurut sang anak, pertanyaan ulangan tersebut diantaranya, “faktor‐faktor sosial, ekonomi, politik apa yang menjadi pemicu meledaknya Revolusi Perancis?”. Kalaulah metode sejarah pada dasarnya menggunakan enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why(mengapa), danhow (bagaimana), pertanyaan tentangwhydanhow seringkali kurang tersentuh. Karena whydanhowtersebut kurang tersentuh, kita seringkali tidak mendapat “pelajaran” apapun dari persitiwa sejarah tersebut. Belum lagi kalau sejarah tersebut hanya bersifat parsial. Kalaulah setelah 13 tahun era reformasi dilalui, kemudian dilakukan survei kepada generasi muda yang tidak pernah mengalami masa orde baru, dan mayoritas jawabannya Orde Baru lebih baik dari Orde Reformasi, bisa jadi ada yang “kurang lengkap” di dalam menyampaikan fakta sejarah kepada generasi muda tersebut. Sebaliknya dari itu, pada masa Orde Baru, kita berhadapan dengan “pembelengguan” sejarah. Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata “Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya.” Pengertiannya, sejarah seringkali ditulis oleh sang “pemenang” dan para pemenang, seringkali lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah dan juga melakukan pemelesetan fakta sejarah. Dalam kasus Orba lebih baik daripada Orde Reformasi, tanpa harus menempatkan diri sebagai “pemenang”, apalagi sekarang ini merupakan era keterbukaan informasi, maka segala fakta sejarah bisa disampaikan secara lebih terbuka. Masalah lain, catatan sejarah juga seringkali bersifat umum. Sehinggabackground dari berbagai peristiwa sejarah, sepertinya lolos dari perhatian. Untuk menutupi hal tersebut, alhamdulillah sekarang ini banyak “memoir”, biografi atau otobiografi yang ditulis. Berbagai peristiwa, dapat diketahui latarnya secara detail. Menarik untuk dikaji, bahwa diantara berbagai peristiwa, yang notabene pelaku sejarahnya masih hidup, ternyata tidak sinkron. Contohnya, kasus antara BJ Habibie dengan Prabowo pada saat awal reformasi. Pada tataran ini, istilah bahwa sejarah sangat tergantung (baca: kepentingan) kepada penulisnya bisa terjadi. 6 Dengan kerangka berfikir (pribadi), seperti di atas itulah, tadinya saya ingin “menimang” buku “Sunda: Sejarah, Budaya dan Politik” ini. Namun karena Sunda sendiri, memiliki cakupan yang sangat luas, baik dari rentang wilayah maupun rentang waktu, tentu saja akan sangat sulit untuk bisa ditulis secara komprehensif dalam halaman yang terbatas. Apalagi kalau ingin detail. Karena itu, saya menyadari untuk tidak bisa berharap mendapatkan fakta sejarah detail seperti halnya yang ditulis oleh Benda dengan bukunya “Bulan Sabit dan Matahari Terbit”. Melalui buku itu Benda menceritakan bahwa bulan sabit (baca: umat Islam), tidak akan bisa menjadi satelit dari matahari terbit (Jepang). Saya pun tidak bisa berharap seperti sedang “menikmati” perdebatan para anggota PPKI di dalam tesis Endang Saefudin Anshari (walaupun bukan tesis sejarah) yang berjudul “dari Piagam Jakarta ke Pembukaan Undang‐undang Dasar 45”. Namun demikian, buku ini bukan berarti tidak memiliki makna. Sebagai suatu “bunga rampai”, kita diajak untuk berkelana memahami “mozaik” Sunda dengan cakrawala yang sangat luas. Karena rentang waktu dan wilayah yang luas buku ini bukan pula merupakan puzzle, di mana antara satu dan yang lainnya bertautan (atau bisa ditautkan). Selain sebagai pelengkap dari buku‐buku yang sudah ada, buku ini bisa pula dianggap sebagai lawang sigotaka untuk pendetailan atau penulisan sejarah yang terkait dengannya. Selamat atas penerbitan bukunya. Insya Allah, akan menjadi bagian dari ilmu yang diamalkan, yang pahalanya akan terus mengalir sampai akhirat kelak. Amien. Bandung , Mei 2011 Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Ganjar Kurnia, D.E.A. 7 8 Prakata Menulis apapun seputar Sunda adalah sebuah pekerjaan yang tidak akan pernah habis dan akan selalu menarik untuk ditulis. Terlebih karya‐karya yang mengungkap tentang Sunda dapat dikatakan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, ruang yang demikian luas tentang Sunda masih banyak menyisakan petak‐petak kosong untuk dikaji dan diungkap. Pergumulan penulis dengan berbagai permasalahan seputar Sunda, yang kemudian dipresentasikan dalam berbagai forum, baik seminar, diskusi,workshop, sarasehan pembinaan, kursus maupun konferensi internasional, akan lebih terasa nilai manfaatnya bila dapat disajikan pada khalayak yang lebih luas dalam bentuk sebuah buku. Penyajian kembali berbagai tulisan seputar Sunda ke khalayak yang lebih luas diharapkan dapat memperkaya informasi seputar Sunda yang masih sangat terbatas tadi. Tentu tidak semua tulisan yang pernah dipresentasikan dapat disajikan kembali dalam buku ini. Hanya tigabelas tulisan saja yang dipilih untuk disajikan kembali. Ketigabelas tulisan tersebut dibuat sepanjang tahun 2003 hingga 2009. Selanjutnya, untuk memudahkan pemahaman, tulisan‐tulisan tersebut diklasifikasikan dalam tiga bagian
Recommended publications
  • A Short History of Indonesia: the Unlikely Nation?
    History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page i A SHORT HISTORY OF INDONESIA History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page ii Short History of Asia Series Series Editor: Milton Osborne Milton Osborne has had an association with the Asian region for over 40 years as an academic, public servant and independent writer. He is the author of eight books on Asian topics, including Southeast Asia: An Introductory History, first published in 1979 and now in its eighth edition, and, most recently, The Mekong: Turbulent Past, Uncertain Future, published in 2000. History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page iii A SHORT HISTORY OF INDONESIA THE UNLIKELY NATION? Colin Brown History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page iv First published in 2003 Copyright © Colin Brown 2003 All rights reserved. No part of this book may be reproduced or transmitted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopying, recording or by any information storage and retrieval system, without prior permission in writing from the publisher. The Australian Copyright Act 1968 (the Act) allows a maximum of one chapter or 10 per cent of this book, whichever is the greater, to be photocopied by any educational institution for its educational purposes provided that the educational institution (or body that administers it) has given a remuneration notice to Copyright Agency Limited (CAL) under the Act. Allen & Unwin 83 Alexander Street Crows Nest NSW 2065 Australia Phone: (61 2) 8425 0100 Fax: (61 2) 9906 2218 Email: [email protected] Web: www.allenandunwin.com National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry: Brown, Colin, A short history of Indonesia : the unlikely nation? Bibliography.
    [Show full text]
  • Book Kelas IX Seni Budaya BS.Indb
    Hak Cipta © 2018 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis dan laman http://buku.kemdikbud.go.id atau melalui email [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018. x, 318 hlm. : ilus. ; 25 cm. Untuk SMP/MTs Kelas IX ISBN 978-602-282-333-9 (jilid lengkap) ISBN 978-602-282-338-4 (jilid 3) 1. Seni Budaya -- Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 707 Kontributor Naskah : Milasari, Heru Subagio, Siti Masripah, dan Jelmanto. Penelaah : Bintang Hanggoro Putra, Daniel H. Jacob, Fortunata Tyasrinestu, dan Muksin. Pre-view : Defrizal. Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Cetakan Ke-1, 2015 (ISBN 978-602-282-770-2) Cetakan Ke-2, 2018 (Edisi Revisi) Disusun dengan huruf Century Schoolbook, 12 pt. Kata Pengantar Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga kom- petensi dasar tiap mata pelajaran mencakup Kompetensi Dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan Kompetensi Dasar kelompok keterampilan.
    [Show full text]
  • The West Papua Dilemma Leslie B
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 2010 The West Papua dilemma Leslie B. Rollings University of Wollongong Recommended Citation Rollings, Leslie B., The West Papua dilemma, Master of Arts thesis, University of Wollongong. School of History and Politics, University of Wollongong, 2010. http://ro.uow.edu.au/theses/3276 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact Manager Repository Services: [email protected]. School of History and Politics University of Wollongong THE WEST PAPUA DILEMMA Leslie B. Rollings This Thesis is presented for Degree of Master of Arts - Research University of Wollongong December 2010 For Adam who provided the inspiration. TABLE OF CONTENTS DECLARATION................................................................................................................................ i ACKNOWLEDGEMENTS ............................................................................................................. ii ABSTRACT ...................................................................................................................................... iii Figure 1. Map of West Papua......................................................................................................v SUMMARY OF ACRONYMS ....................................................................................................... vi INTRODUCTION ..............................................................................................................................1
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik merupakan sebuah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu maupun komposisi musik. Musik juga menjadi salah satu media ungkapan kesenian, dimana pelaku musik (musisi) dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui unsur-unsur musik yaitu melodi, irama (ritme), harmoni, tangga nada dan struktur lagu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia musik adalah ilmu atau seni dalam menyusun nada maupun suara yang diutarakan, dikombinasi dan menggambarkan sebuah hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang memiliki keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu) (Tim Penyusun Pusat Kamus, 2007). Seiring dengan berkembangnya peradaban manusia, keberadaan musik telah banyak mengalami evolusi. Apabila awalnya musik hanya digunakan sebagai pelengkap ritual serta penyebaran agama, kini musik tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Musik tidak dapat dipisahkkan dari kebudayaan, karena musik kini telah berkembang menjadi seni yang dapat menyenangkan dan menghibur orang yang mendengarkannya. Setiawan mengungkapkan, apabila seseorang telah merasa menyesal dilahirkan sebagai manusia dan frustasi sepanjang hidupnya, mungkin ia kurang mendengarkan musik serta menghayati faedahnya bagi kehidupan (2016:13). Di Indonesia, musik mengalami banyak revolusi. Masa kejayaan musik di Indonesia terjadi pada era 80-90’an, dimana pada masa itu musik di Indonesia begitu variatif dengan eksistensi band-band atau penyanyi-penyanyi solo yang memang benar-benar memiliki kualitas. Pada masa itu muncul sejumlah band seperti Dewa 19, Kla Project, Java Jive, Slank, Grass Rock, Protonema, Adegan, Boomerang, Edane, dan lain-lain. Adapun penyanyi solo seperti Anggun C. Sasmi, Nicky Astria, dan yang lainnya.
    [Show full text]
  • Downloaded From
    Gunem Catur in the Sunda region of West Java : indigenous communication on MAC plant knowledge and practice within the Arisan in Lembang, Indonesia Djen Amar, S.C. Citation Djen Amar, S. C. (2010, October 19). Gunem Catur in the Sunda region of West Java : indigenous communication on MAC plant knowledge and practice within the Arisan in Lembang, Indonesia. Leiden Ethnosystems and Development Programme Studies. Retrieved from https://hdl.handle.net/1887/16092 Version: Corrected Publisher’s Version Licence agreement concerning inclusion of doctoral thesis in the License: Institutional Repository of the University of Leiden Downloaded from: https://hdl.handle.net/1887/16092 Note: To cite this publication please use the final published version (if applicable). GUNEM CATUR IN THE SUNDA REGION OF WEST JAVA: INDIGENOUS COMMUNICATION ON THE MAC PLANT KNOWLEDGE AND PRACTICE WITHIN THE ARISAN IN LEMBANG, INDONESIA Siti Chaerani Djen Amar ii Gunem Catur in the Sunda Region of West Java: Indigenous Communication on MAC Plant Knowledge and Practice within the Arisan in Lembang, Indonesia iii iv Gunem Catur in the Sunda Region of West Java: Indigenous Communication on MAC Plant Knowledge and Practice within the Arisan in Lembang, Indonesia Proefschrift ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden op gezag van de Rector Magnificus prof.mr.dr. P.F. van der Heijden, volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op dinsdag 19 oktober 2010 klokke 16.15 uur door Siti Chaerani Djen Amar geboren te Bandung, Indonesia in 1941 v Promotiecommisie: Promotor: Prof. Dr. L.J. Slikkerveer Overige leden: Prof.Dr. A.H.
    [Show full text]
  • The Symbolic Regionalism on the Architectural Expression Design of Kupang Town-Hall
    The Symbolic Regionalism on The Architectural Expression Design of Kupang Town-Hall Yohanes Djarot Purbadi1*, Reginaldo Christophori Lake2, Fransiscus Xaverius Eddy Arinto3 1,3Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Indonesia 2Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Indonesia 1*[email protected], [email protected], [email protected] Published: 31 December 2020 This study aimed to explain the synthesis design approach of the architectural expression in the Town Hall building of Kupang city. This is necessary due to the need for Town Halls, as public facilities, to reflect technically correct building standards, environment, and the aspects of political symbolism. Kupang Town Hall design uses the roof image expression of the Timor, Flores, and Sumba ethnic architecture in a harmonious composition and this means it is an example of an ethnic architectural synthesis in a modern building which represents a function, meaning, modernity, and local cultural identity. This research employed the social semiotics method to examine the design in relation to the surrounding social life context and the design was found to be produced from the symbolic regionalism approach which involved mixing the architectural images of Timorese, Flores, and Sumba ethnicities to modernize and conserve ethnic architecture and represent the cultural identity of East Nusa Tenggara. This, therefore, means architectural synthesis methods which are established on the symbolic regionalism approach have the potential to be used in designing public facilities in different places of Indonesia to reveal local cultural identities in modern buildings through symbolism based on an ethnic architectural image. Keyword: Architecture expression, Ethnic architecture, Symbolic regionalism, Town-hall design 71 Journal of Design and Built Environment, Vol 20(3) 71-84, December 2020 Y.D.
    [Show full text]
  • Pedoman Akademik 2019-2020
    Pedoman Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Sriwijaya Tahun Akademik 2019/2020 i Pedoman Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Sriwijaya Tahun Akademik 2019/2020 KATA PENGANTAR Buku Pedoman Akademik dan Kemahasiswaan ini merupakan revisi Buku Pedoman Akademik 2018/2019 yang dilakukan Tim yang bekerja berdasarkan Surat Tugas Rektor Universitas Sriwijaya No: 0108/UN9/BAK.ST/2019. Buku ini terdiri dari 6 bab, memuat informasi umum meliputi penyelenggaraan kegiatan Akademik dan Kemahasiswaan di lingkungan Universitas Sriwijaya. Informasi lebih rinci mengenai penyelenggaraan kegiatan Tridharma untuk masing – masing Prodi dapat dilihat pada pedoman akademik masing-masing fakultas/program. Bab kesatu secara umum memuat informasi tentang Universitas Sriwijaya.Pada bab kedua dan selanjutnya berisi informasi teknis tentang prosedur, jalur penerimaan mahasiswa baru, peraturan akademik dan kemahasiswaan, beasiswa, asrama, transkrip, ijazah, wisuda dan lain-lain. Contoh formulir yang dipergunakan dalam pelayanan administrasi akademik dan kemahasiswaan disediakan didalam buku ini untuk mahasiswa yang memerlukan. Buku Pedoman ini masih memerlukan penyempurnaan agar dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak- pihak yang memerlukan, untuk itu masukan dari semua pihak sangat kami harapkan, sehingga pada edisi yang akan datang Buku Pedoman Akademik dan Kemahasiswaan ini menjadi lebih baik. Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada seluruh anggota tim dan para pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun buku ini. Semoga buku ini dapat
    [Show full text]
  • The Dutch Strategic and Operational Approach in the Indonesian War of Independence, 1945– 1949
    Scientia Militaria, South African Journal of Military Studies, Vol 46, Nr 2, 2018. doi: 10.5787/46-2-1237 THE DUTCH STRATEGIC AND OPERATIONAL APPROACH IN THE INDONESIAN WAR OF INDEPENDENCE, 1945– 1949 Leopold Scholtz1 North-West University Abstract The Indonesian War of Independence (1945–1949) and the Dutch attempt to combat the insurgency campaign by the Indonesian nationalists provides an excellent case study of how not to conduct a counter-insurgency war. In this article, it is reasoned that the Dutch security strategic objective – a smokescreen of autonomy while keeping hold of political power – was unrealistic. Their military strategic approach was very deficient. They approached the war with a conventional war mind- set, thinking that if they could merely reoccupy the whole archipelago and take the nationalist leaders prisoner, that it would guarantee victory. They also mistreated the indigenous population badly, including several mass murders and other war crimes, and ensured that the population turned against them. There was little coordination between the civilian and military authorities. Two conventional mobile operations, while conducted professionally, actually enlarged the territory to be pacified and weakened the Dutch hold on the country. By early 1949, it was clear that the Dutch had lost the war, mainly because the Dutch made a series of crucial mistakes, such as not attempting to win the hearts and minds of the local population. In addition, the implacable opposition by the United States made their war effort futile. Keywords: Indonesian War of Independence, Netherlands, insurgency, counter- insurgency, police actions, strategy, operations, tactics, Dutch army Introduction Analyses of counter-insurgency operations mostly concentrate on the well- known conflicts – the French and Americans in Vietnam, the British in Malaya and Kenya, the French in Algeria, the Portuguese in Angola and Mozambique, the Ian Smith government in Rhodesia, the South Africans in Namibia, et cetera.
    [Show full text]
  • From Koyasan to Borobudur Nasirun & Tanada Koji from Koyasan to Borobudur Nasirun & Tanada Koji
    FROM KOYASAN TO BOROBUDUR NASIRUN & TANADA KOJI FROM KOYASAN TO BOROBUDUR NASIRUN & TANADA KOJI 16 JANUARY - 28 FEBRUARY 2016 at Mizuma Gallery in Tokyo, Nasirun DIALOGUE BETWEEN TWO CULTURES had a one-night stay in the spiritual NASIRUN AND TANADA KOJI city of Koyasan, the birthplace of Shingon Buddhism. This short stay in Koyasan left him with a very This exhibition is a dialogue in Indonesia often revere earth profound impression. Nasirun’s between Nasirun’s Javanese visual and natural spirits as the life-giving painting ‘Abstraksi Aura Alam’ language of wayang and Tanada mother. After the adoption of (Abstraction of Nature’s Aura) Koji’s ichiboku-zukuri, the ancient Hinduism, this mother figure was presented in this exhibition was traditional Japanese wood carving identified as Prithvi, the Hindu inspired by the Japanese garden in technique where sculptures are goddess of earth. Mother figure the Kongobuji Temple where the made by using single blocks of depicted in the series of paintings of archbishop of Koyasan Shingon-shu, wood. More over, the dialogue is Ibu Pertiwi is an analogy of Matsunaga Yukei, greeted Nasirun. mainly about their cultural points of Indonesia: a country and a mother view regarding the human for its people. To me the artworks presented in existence. this exhibition are beyond words Collaborative works between that I can think of, or knowledge In his artworks, Tanada Koji often Tanada Koji and Nasirun entitled that I can share. These artworks are depicts the figures of adolescent ‘sun and moon’ presented in this about deep and profound feelings. boys and girls.
    [Show full text]
  • Apresiasi Siswa Terhadap Musik Rock Dan Jazz Di Smp Negeri 1 Tulis Kabupaten Batang
    APRESIASI SISWA TERHADAP MUSIK ROCK DAN JAZZ DI SMP NEGERI 1 TULIS KABUPATEN BATANG Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Musik oleh Riyanda Zuqni Fahma 2501410027 JURUSAN PENDIDIKAN SENI, DRAMA, TARI, DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul “Apresiasi Siswa Terhadap Musik Rock dan Jazz di SMP Negeri 1 Tulis Kabupaten Batang” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Semarang, Maret 2015 Dr. Udi Utomo, M.Si. (196708311993011001) ___________ Pembimbing Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum. (196210041988031002) Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik ii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul “Apresiasi Siswa Terhadap Musik Rock dan Jazz di SMP Negeri 1 Tulis Kabupaten Batang” ini telah disetujui oleh panitia penguji dan disahkan oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni pada tanggal 21 April 2015. Drs. Agus Yuwono, M.Si, M.Pd. (196812151993031003) __________ Ketua Drs. Eko Raharjo, M.Hum. (196510181992031001) ___________ Sekretaris Dra. Siti Aesijah, M.Pd. (196512191991032003) ___________ Penguji I Abdul Rachman, S.Pd., M.Pd. (198001202006041002) ___________ Penguji II Dr. Udi Utomo, M.Si. (196708311993011001) ___________ Penguji III / Pembimbing iii PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Riyanda Zuqni Fahma NIM : 2501410027 Fakultas : Bahasa dan Seni Jurusan : PSDTM Judul : Apresiasi Siswa Terhadap Musik Rock dan Jazz di SMP Negeri 1 Tulis Kabupaten Batang Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini benar – benar hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan dan ringkasan yang semua sumbernya telah saya jelaskan.
    [Show full text]
  • Embassy of the Republic of Indonesia
    Inquiry Australia's with Organisation: Embassy of the Republic of Indonesia Contact Person: Embassy of the Republic of Indonesia 8 Darwin Avenue YARRALUMLA ACT 2600 Joint Standing Committee on Foreign Affairs, Defence and Trade Foreign Affairs Sub-Committee — AUSTRALIA BILATERAL RELATIONS i. General 1. Since the establishment of diplomatic relations in 1949, the overall Indonesia and Australia ties have been rock-solid and based on the principles of mutual respect, mutual understanding and mutual benefit. It is to be noted that with vast socio-political differences, the two neighboring countries have occasionally encountered a number of ups- and-downs in their relations. 2. The relations between Indonesia and Australia nose-dived when both countries confronted with internal as well as external pressures, which inter alia related to issues of human rights, good governance, democratization, self-determination, and terrorism. The roughest being the period after the popular consultations held in East Timor, which resulted in the separation of East Timor from Indonesia in 1999. Another issue that created formidable hurdles in Indonesia - Australia bilateral ties was the Afghani and Iraqi refugee's crisis, better known as the Tampa crisis. The leaders of the two neighboring countries had also differed on the US-led invasion of Afghanistan following the September 11 terrorist attacks. 3. The current relations between Indonesia and Australia have swung back to its springtime. A strong commitment to put bilateral relations on the right track was shown by the successful outcome of the 5th Meeting of the Australia - Indonesia Ministerial Forum (AIMF) in Canberra on 7 - 8 December 2000, attended by sixteen Australian and Indonesian ministers.
    [Show full text]
  • When the Wall Talks: a Semiotics Analysis of Graffiti Tagged by “Act Move”
    When The Wall Talks: A Semiotics Analysis of Graffiti Tagged by “Act Move” A Journal Paper Hasan IbnuSafruddin (0707848) English Education Department, Faculty of Language and Arts Education, Indonesia University of Education, Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia Email: [email protected] Abstract: In Indonesia Graffiti phenomenon has become a popular culture. Graffiti exists around us; in public space, wall, and toilet.Its existence sometime lasts just a few days then beingerased, but some other exists for a long time. Some people think graffiti is a kind of vandalism, some other think it is a piece of art. That makes the graffiti interesting to me. The author believe there must be a purpose and meaning in creating graffiti. Bandung city is popular as the place of creative people; there are many communities of Bomber, graffiti creator called.The author choose some graffiti tagged by Act Move around Bandung as the sample for my analysis. Different with other graffiti, Act Move more applies more the words form rather than pictures. In this paper the author would like to analyze five graffiti tagged by Act Move around Bandung city through the Roland Barthes framework. Barthes‟ Frame work isapplied to find out the meaning of graffiti. After doing descriptive analysis of the graffiti the author also do an interview with the Bomber of Act Move to enrich the data and make the clear understanding of this study. The finding of this study is the meaning of denotation, connotation and myth or ideology of the graffiti. The author expect this study can give the exploration and interpretation the meaning beyond and surface of graffiti.
    [Show full text]