BETAWI:

STUDI STRUKTURASI ATAS PEMIKIRAN

K.H. ZAINUDDIN MZ

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana (S.Hum)

Oleh:

ABDUL AZIS

1112022000038

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strukturasi atas pemikiran K.H Zainuddin MZ. Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan penelitian ini bersifat deskritif, yakni penulis berusaha menggambarkan objek penelitian yaitu strukturasi atas pemikiran K.H Zainuddin MZ. Dalam menyusun penelitian metode yang digunakan adalah metode studi tokoh, sedangkan data yang digunakan adalah analisis karya dan pemikiran tokoh.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa struktur pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ terdiri dari tiga komponen utama: pertama, semangat lokalitas, yakni cerminan dari pemikiran yang khas orang berkebudayaan Betawi, yang menghargai pluralitas dan kuat berkeislaman secara substansial dan terlihat unik penuh humor secara visual. Kedua, medium perjuangan, yakni bahwa pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ disampaikan dengan menggunakan medium ceramah dan dakwah di level kultural, serta menggunakan medium partai di level politik praktis. Ketiga, visi edukasi, yakni bahwa pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ memiliki visi euqilibrium, yang menyeimbangkan antara pengejaran aspek duniawi tanpa mengabaikan tujuan ukhrawi.

Kata Kunci : Dakwah, Tokoh,Betawi

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah tiada kata yang paling indah yang dapat penulis ungkapkan selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah Melimpahkan rahmat dan karunia Nya serta kekuatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Rasa syukur serta tekad yang kuat akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul Islam Betawi: Studi Strukturasi Atas Pemikiran K.H. Zainuddin MZ. Semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih bagi siapa saja yang ingin bergelut pada dunia penelitian, khususnya bagi yang memfokuskan kajian pada bidang Dakwah.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa semua ini tidaklah semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri, namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama dan dorongannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Saiful Umam, M.A, Ph. D. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, berikut pula semua wakil Dekan, I, II, dan III seluruh staf dan pegawai Fakultas Adab dan Humaniora. 3. Dr. Awalia Rahma, M.A selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang telah membantu administrasi prosedural akademik mulai dari perkuliahan hingga selesainya jejang S-1 penulis. 4. Bapak Drs. H. Azhar Saleh, M.A., selaku pembimbing skripsi yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan waktunya untuk penulis hingga selesainya penulis skripsi ini.

v

5. Prof. Dr. H Budi Sulistiono. M.Hum. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam menghadapi masa-masa perkuliahan dari awal masuk sampai akhir perkuliahan. 6. Seluruh dosen Progam Studi Sejarah dan Peradaban Islam yang telah banyak berjasa terhadap penulis dalam memberikan motivasi dan bimbingan keilmuannya. 7. Kedua orang tua tercinta ibunda Hj. Usmah dan Ayahanda H. Ma’mun yang telah mendidik, mengasuh, membimbing dengan kasih sayang yang tulus sehingga anakmu ini bisa menyelesaikan studinya sampai perguruan tinggi. 8. Kepada Teman-teman SKI angkatan 2012, dan teman-teman lainnya yang ikut memberikan partisipasinya khususnya kepada Maman, Lukman dan semua orang yang telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis, semoga amal baik semua pihak yang telah berkenan memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk penulisan skripsi ini, mendapatkan imbalan dan pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT. Jika ada kesalahan dan kekurangan, penulis mohon masukan yang kontruktif, sehingga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Jakarta, 14 Mei 2019

Abdul Azis

vi

DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... i LEMBARAN PENGESAHAN PANITIA ...... ii LEMBAR PERNYATAAN ...... iii ABSTRAKSI ...... iv KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR ISI ...... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 4 D. Tinjauan Pustaka ...... 6 E. Kerangka Teori ...... 8 F. Metode Penelitian ...... 14 G. Sistematika Penulisan ...... 15 BAB II BIOGRAFI K.H. ZAINUDDIN MZ A. Latar Belakang Kehidupan ...... 18 B. Kiprah KH. Zainuddin MZ ...... 23 C. Karakter Pemikiran ...... 30

BAB III PEMIKIRAN K.H. ZAINUDDIN MZ TENTANG LOKALITAS

DAN PLURALITAS

A. Lokalitas, Agama dan Pemikiran KH. Zainuddin MZ ...... 33 B. Pluralitas, Agama dan Pemikiran KH. Zainuddin MZ ...... 41

BAB IV RELASI STRUKTURAL PEMIKIRAN K.H. ZAINUDDIN MZ

A. Gagasan Pluralitas dan Lokalitas KH. Zainuddin MZ ...... 50

vii

B. KH. Zainuddin: Relasi Struktural Pluralitas dan Lokalitas ...... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 60 B. Saran ...... 62

DAFTAR PUSTAKA

viii

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Umat Islam di memiliki figur teladan seperti KH. Zainuddin MZ. Da‟i kelahiran Jakarta 2 Maret 1952 dan wafat pun di Jakarta, 5 Juli 2011 pada usia 59 tahun. Tokoh besar dari Betawi ini lebih dikenal sebagai Da‟i Sejuta Umat karena popularitas ceramah-ceramhnya, baik di radio, televisi, maupun dari panggung ke panggung. Ketokohan Zainuddin MZ tidak saja di bidang agama, sebab ia juga terlibat aktif di bidang politik dengan menjabat sebagai Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR), yang kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Bursah Zarnubi. Sebagai seorang agamawan, Zainuddin MZ berhasil menerjemahkan intisari ajaran Islam ke dalam level- level kehidupan yang sangat kompleks1. Islam di tangan K.H. Zainuddin MZ menjadi renyah, mudah dicerna, dan selalu tersampaikan dalam nuansa penuh humor. Tampilan wajah Islam terlihat penuh kasih sayang, rahmatal lil alamin, dan mampu menyentuh nalar masyarakat akar rumput dari berbagai aliran. Dalam dakwahnya, tampak sekali Islam di tangan Zainuddin MZ membawa kesejukan bagi seluruh umat muslim di tanah air. Kemampuan menampilkan aspek-aspek indah dan luhur dari Islam menjadikan Islam versi KH. Zainuddin MZ dapat diterima oleh publik luas lintas identitas2. Tampilan Islam santun dan ramah di tangan KH. Zainuddin MZ tidak terlepas dari karakteristik budaya, perilaku dan sifat orang-orang Betawi itu sendiri. Suku Betawi terkenal sebagai salah satu suku di Indonesia yang

1 Siregar,P. (2012). K.H. Zainudidin MZ : Sang Da‟i Sejuta Umat. Jakarta: Ababia Press Fak. Adab dan Humaniora UIN Jakarta. 2 Saepuloh, U. (2013). Pesan Humor dalam Dakwah KH. Zainuddin MZ (Studi Deskriptif pada Dakwah KH. Zainuddin MZ). Bandung : Diploma Thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

1 2

tinggal di Batavia (baca: Jakarta) yang sangat menghargai pluralitas, menghargai kebudayaan leluhur3, dan kuat memegang ajaran Islam4. Substansi ceramah dan dakwah K.H. Zainuddin MZ tidak cukup dipahami sebagai performance art semata, sebab visi edukasi jauh lebih kentara. Seluruh proses pendidikan yang dijelaskan oleh K.H. Zainuddin MZ diselaraskan dengan tujuan pendidikan yang terdapat di dalam al-Quran dan as-Sunnah. KH. Zainuddin menginginkan terbentuknya generasi muslim yang memahami Islam secara benar dan murni, meyakini secara mendalam, mempraktikkannya dalam kehidupan diri dan keluarga, berjuang meninggikan kalimat Allah, menerapkan syariat agama, dan menyatukan umat muslim. Visi edukasi yang kompleks ini lahir semangat untuk menyampaikan berkali-kali bahwa Islam adalah agama Ilmu Pengetahuan, baik ilmu syara‟ maupun ilmu alam. Sebagai Agama Ilmu Pengetahuan, Islam versi KH. Zainuddin MZ mengarah pada Islam Hakikat, yang menganjurkan umat muslim bekerja keras untuk kepentingan duniawi namun harus didasarkan pada dzikir dan merasakan kehadiran Allah swt dalam setiap langkah kehidupan, tidak terlalu cinta dunia dan tidak takut pada kematian5. Struktur pemikiran keislaman K.H. Zainuddin MZ hanya dapat dipahami dengan lebih utuh melalui upaya kontekstualisasi. Sebuah pemikiran tidak berdiri independen tanpa memiliki keterikatan erat dengan konteks dimana pemikiran tersebut dibentuk. Hal ini pun dapat dilihat pada pesan- pesan dakwah dan ceramah K.H. Zainuddin MZ, yang kental sekali dengan kritik sosial. Kontens keislaman dalam pemikiran K.H. Zainuddin MZ adalah kritik sosial terhadap kehidupan politik saat itu. Irwan Herdyanto, misalnya, mencontohkan beberapa kritik sosial Islam versi K.H. Zainuddin Mz yang

3 Sarah. (2012, Agustus 4). Budaya Betawi dan Jakarta Saat ini. Dipetik Maret 12,2019, dari www. Kompasiana.com 4 Cellia, P.(2016). Peran Teater Lenong Betawi dalam pembentukan Identitas Budaya Masyarakat Betawi. Jakarta: Skripsi, UIN Jakarta 5 Anom, S. N. (2014). Pendidikan Anak dalam Keluarga Menurut K.H. Zainuddin MZ. Bandung: Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia 3

terkait kebijakan-kebijakan masa reformasi, seperti pelaksanaan agenda reformasi, penyelenggaraan negara, penyalahgunaan jabatan oleh aparatur negara, dan pentingnya keutuhan dan NKRI6. Kritik sosial-politik dari Islam ala KH. Zainuddin ini semakin kentara ketika ia menjawab sebagai Ketua Umum PBR. Pemikiran politiknya diterjemahkan, salah satunya, ke dalam penentuan kriteria-kriteria seorang pemimpin partai politik. Setidaknya ada tiga kriteria: pertama, komitmen keislaman harus kuat, kedua, wawasan kebangsaan harus luas, ketiga, bersifat populis7. Pemikiran keislaman K.H. Zainuddin MZ yang sangat khas dan lokal. Dengan teori strukturasi dari Anthony Giddens, penelitian ini hendak memotret keutuhan pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ dengan melihat relasi-relasi sosial yang membentuknya. Sebuah pemikiran tidak berdiri independen dari ruang dan waktu dimana ia diciptakan. Sebaliknya, sebuah pemikiran memiliki daya reflektif, diskursif, dan praksis yang cocok dalam merespon situasi dan kondisi8. Penelitian yang merupakan studi literatur dan kepustakaan ini mengangkat tema Islam Betawi : Studi Strukturasi atas Pemikiran KH. Zainuddin MZ. Berdasarkan bahan-bahan tertutlis dan dokumen-dokumen yang terkumpul, peneliti melihat bahwa data primer maupun skunder penelitian menunjukkan profile pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ yang sangat khas dan lokal. Islam di tangan KH. Zainuddin MZ tampak sangat ramah, santun, indah dan humoris. Di samping itu, beliau bukan saja penceramah dengan gelar “da‟i sejuta ummat” melainkan juga seorang aktivis dan politikus yang memiliki visi edukasi jangka panjang.

6 Hariyanto, I. (2005). Kritik Sosial dalam Dakwah KH. Zainuddin MZ Pada Era Reformas. Surabaya: Airlangga University. 7 Ulum, B. (2013). Pemikiran Politik KH. Zainuddin MZ dalam Perspektif Siyasah. Yogyakarta: Fak. Syariah dan Hukum UIN . 8 Giddens, A. (2010). Teori Strukturasi : Sasar, dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 4

Jika diamati dengan cermat, struktur pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ terdiri dari tiga komponen utama: pertama, semangat lokalitas, yakni cerminan dari pemikiran yang khas orang berkebudayaan Betawi, yang menghargai pluralitas dan kuat berkeislaman secara substansial dan terlihat unik penuh humor secara visual. Kedua, medium perjuangan, yakni bahwa pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ disampaikan dengan menggunakan medium ceramah dan dakwah di level kultural, serta menggunakan medium partai di level politik praktis. Ketiga, visi edukasi, yakni bahwa pemikiran keislaman KH. Zainuddin MZ memiliki visi euqilibrium, yang menyeimbangkan antara pengejaran aspek duniawi tanpa mengabaikan tujuan ukhrawi.

B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini dibatasi oleh pemikiran KH. Zainuddin MZ, yang terdiri dari kontens dan konteks pemikirannya, serta relevansinya dengan wacana sosial-keagamaan yang terus menghangat hingga saat ini. Untuk mempermudah arah penelitian ini, berikut adalah rumusan masalah yang digunakan. 1. Bagaimana pandangan keagamaan KH. Zainuddin MZ terkait lokalitas (local wisdom) dan pluralitas? 2. Bagaimana karakteristik dakwah KH. Zainuddin MZ dalam menyampaikan spirit lokalitas dan pluralitas? 3. Bagaimana visi edukatif KH. Zainuddin MZ dalam memperjuangkan Islam yang rahmatan lil alamin melalui dakwah- dakwahnya yang arif dan plularis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

Berpijak pada rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Menjelaskan struktur pemikiran KH. Zainuddin MZ terkait kearifan lokali atau lokalitas dan pluralitas. 2. Menjelaskan karakteristik dakwah KH. Zainuddin MZ dalam menyampaikan dakwah-dakwahnya seputar lokalitas dan pluralitas. 3. Menjelaskan visi edukatif KH. Zainuddin MZ dalam memperjuangkan misi Islam yang rahmatan lil alamin. Dengan tujuan yang jelas di atas, penelitian ini dihadapkan mampu menghadirkan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Bukti sejarah pemikiran seorang ulama dari Betawi yang memperjuangkan Islam rahmatan lil alamin, menghargai pluralitas dan lokalitas, namun disampaikan melalui medium dakwah yang humoris dan menghibur. 2. Islam Betawi, khususnya yang diperjuangkan oleh KH. Zainuddin MZ, adalah miniatur ajaran Islam yang ideal, yang tidak saja mengutamakan pengejaran kebahagiaan ukhrawi melainkan juga kebahagiaan duniawi. Hal itu tercermin dari sepak terjang KH. Zainuddin dalam dunia politik praktis. 3. Kontribusi terhadap kajian sejarah intelektual di Indonesia, dengan mengangkat putra kebanggaan Indonesia sendiri. Sebab, KH. Zainuddin MZ lebih dikenal sebagai da‟i sejuta umat. Secara teoritis, penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Mengafirmasi pemikiran Anthony Giddens bahwa sebuah eksistensi tidak lepas dari konteksnya, termasuk pemikiran KH. Zainuddin MZ ini yang bisa ditarik benang merah maupun 6

keterikatannya dengan situasi-kondisi sosial-politik umat muslim pada waktu itu. 2. Berkontribusi pada pengayaan model-model kajian ilmu sejarah dengan pendekatan ilmu sosial. Kajian sejarah yang didekati dengan ilmu sosial akan melahirkan satu narasi yang lebih hidup dan kontekstual.

D. Tinjauan Pustaka Beberapa hasil riset terdahulu terkait KH. Zainuddin MZ ini sudah banyak, namun sedikit sekali yang bersentuhan langsung dengan pendekatan yang kajian kali ini angkat. Untuk melihat perkembangan wacana keilmuan terdahulu terkait objek yang sama ini, KH. Zainuddin MZ, berikut beberapa hasil riset yang pernah ada. Sebuah riset skripsi ditulis oleh Anom (2014) dengan judul Pendidikan Anak dalam Keluarga Menurut K.H. Zainuddin MZ. Riset ini diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Dengan pendekatan ilmu pendidikan, Anom melihat bahwa arah pemikiran KH. Zainuddin MZ lebih pada upaya mendidik anak menjadi generasi penerus sebuah keluarga yang soleh-solehah. Anom juga mengklasifikasikan dan mensortir beberapa kontens dakwah KH. Zainuddin MZ, dan hanya mengambil beberapa sampel yang mendukung pendekatan dan teori yang dipakainya. Karena itulah, Herdyanto (2005) melihat aspek lain dari tema-tema dakwah yang diusung oleh KH. Zainuddin MZ. Herdyanto melihat bahwa dakwah-dakwah KH. Zainuddin MZ ini lebih menjurus pada kritik-kritik sosial-politik. Visi misi dakwah yang diemban mengusung perjuangan untuk memperbaiki kehidupan sosial masyarakat, khususnya umat muslim. Dengan mengangkat judul Kritik Sosial dalam Dakwah KH. Zainuddin MZ pada Era 7

Reformasi, Universitas Airlangga Surabaya menerbitkan karya Herdyanto tersebut. Berbeda dengan cara melihatnya Herdyanto dan Anom, Saepuloh (2013) lebih tertarik untuk mengangkat sifat atau watak dari gaya berdakwah KH. Zainuddin MZ. Saepuloh melihat sosok KH. Zainuddin MZ sebagai sosok yang humoris, dan sifat itu terlihat sangat kentara dalam setiap kali berdakwah di atas panggung. Watak humoris tidak saja pada gaya berdakwah, tetapi juga tampak pada pesan-pesan dan kontens dakwahnya. Saepuloh mengangkat kajian tesisnya dengan judul Pesan Humor dalam Dakwah KH. Zainuddin MZ : Studi Deskriptif pada Dakwah KH. Zainuddin MZ. Kajian tesis ini diterbitkan di Bandung oleh Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Dari sekian banyak karakter yang bisa dilihat dari sosok atau figur besar KH. Zainuddin MZ, Siregar (2012) melihat profile profile K.H. Zainuddin MZ sebagai Sang Da'i Sejuta Umat. Sebuah hasil penelitian diterbitkan di Jakarta oleh Adabia Press Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta mengangkat dengan apik profile da‟i kelahiran Betawi ini. Siregar mampu memotret biografi dan pemikiran KH. Zainuddin MZ dengan lebih utuh sekalipun tidak mengambil satu sudut pandang yang lebih sempit dan mendalam. Berbeda halnya dengan Ulum (2013) yang mengangkat Pemikiran Politik KH. Zainuddin MZ dalam Perspektif Siyasah, yang diterbitkan di Yogyakarta oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga. Ulum menempatkan KH. Zainuddin MZ sebagai politikus, yang memiliki visi-misi politis yang jelas dan terstruktur, serta pemikiran politiknya layak ditempatkan sebagai kontribusi intelektual anak bangsa terhadap kajian ilmu politik. 8

Selain skripsi dan tesis, penelitian ilmiah yang mengangkat figur KH. Zainuddin MZ juga berupa buku. Di antara beberapa buku yang mengangkat profil, pemikiran, maupun sepak terjang KH. Zainuddin MZ sebagai berikut: Cecep Romli (penyunting), Ngaji Bareng K.H. Zainuddin MZ, Bila Doa Tak Terjawab (Jakarta: Noura Books, 2016); Ngaji Bareng K.H. Zainuddin MZ, Berbakti kepada Ibu dan Bapak (Jakarta: Noura Books, 2016); Ngaji Bareng K.H. Zainuddin MZ, Jalan Hidup Da‟i Sejuta Umat (Jakarta: Noura Books, 2016); Ngaji Bareng K.H. Zainuddin MZ, Kisah Musa vs Firaun (Jakarta: Noura Books, 2016); Zainuddin MZ, dkk., Mutiara Dakwah KH. Zainuddin MZ, (Surabaya: Ampel Suci, 1994); Mahfudh Syamsul Hadi, dkk., Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. Zainuddin MZ, (Surabaya: Ampel Suci, 1994); Zainuddin MZ, Dakwah dan Politik Da‟i Sejuta Umat, (Bandung: Mizan, 1997). Dari berbagai rujukan kepustakaan yang ada hingga saat ini, sejauh riset sementara penulis, tidak banyak kajian yang melihat struktur pemikiran KH. Zainuddin MZ dan relasi-relasi strukturalnya dengan situasi dan kondisi sosial-politik pada jamannya. Untuk itulah, riset ini mengangkat tema berjudul Islam Betawi : Studi Strukturasi Atas Pemikiran KH. Zainuddin MZ.

E. Kerangka Teori Ada beberapa teori yang dipakai dalam penelitian ini, seperti; hermeneutika, strukturasi, pluralitas dan pluralisme, serta teori local wisdom. Beberapa teori ini sambung menyambung untuk melihat lebih utuh profil dan pemikiran KH. Zainuddin MZ. KH. Zainuddin MZ adalah figur publik yang sudah lama meninggalkan kita. Sementara kenangan tentang profile beliau hanya dapat ditemukan melalui dokumen dan literatur, baik berupa buku maupun rekaman video. Karena itulah, peneliti hanya bisa melakukan pembacaan dokumentatif 9

dan interpretatif hermeneutis, tanpa bisa mengkonfirmasi langsung kepada sosok yang sudah lama wafat tersebut. Penelitian dua teori besar; hermeneutika dan strukturasi. Kedua teori tersebut berasal dari dua disiplin keilmuan yang berbeda, dan digunakan secara bersamaan dalam kajian historis seperti dalam riset skripsi kali ini. Hermeneutika berasal dari disiplin kajian literasi dan teks, sedangkan strukturasi berasal dari kajian ilmu sosiologi. Keduanya sama-sama dibutuhkan untuk membaca KH. Zainuddin MZ sebagai teks yang terdokumentasikan dalam rekaman, video, dan hasil riset, untuk kemudian dicarikan pertalian sosiologisnya dengan konteks masyarakat pada jaman itu. Hermeneutika adalah suatu kajian analitis terhadap kebahasaan, yang bertujuan untuk mengungkapkan keseluruhan dari bahasa itu sendiri. Bagi hermeneutikan, bahasa manusia adalah ungkapan hakikat kemanusiaan dalam berbudaya, dan karenanya bahasa merupakan pusat awal dan akhir segala persoalan manusia9. Dengan membaca semua dokumentasi terkait KH. Zainuddin MZ, penelitian ini hendak mengungkapkan seluruh hakikat pemikiran beliau, dalam konteks kebudayaannya maupun sosial-politiknya. Hal yang penting dari hermeneutika ini adalah perspektif Gadamerian, bahwa makna yang dicari, dikonstruk, serta direkonstruksi tidak pernah statis. Makna dapat terus mengalami dinamika dan perubahan, sesuai dengan pembacanya, kapan pembacaannya, dan dimana terjadi proses dialektis antara pembaca dan teks10. Karenanya, dengan teori hermeneutika di sini, peneliti dapat melakukan suatu pembacaan baharu terhadap pemikiran, sepakterjang, dan profile KH. Zainuddin MZ dengan cara berbeda sepenuhnya atau sebagiannya dibanding hasil-hasil riset sebelumnya.

9 Raharjo, M. (2007). Hermeneutik Gadamerian : Kuasa Bahasa dalam Wacana Politik Gus Dur. Malang : Malang Press. 10 Raharjo, M. (2007: 56). Hermeneutik Gadamerian : Kuasa Bahasa dalam Wacana Politik Gus Dur. Malang : Malang Press. 10

Cara kerja hermeneutik ini, salah satunya, adalah menyesuaikan setiap elemen dalam setiap teks menjadi satu kesatuan yang lengkap, dalam sebuah proses yang disebut lingkar hermeneutik11. Peneliti mencoba untuk menyatupadukan setiap unsur teks yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan profile dan pemikiran KH. Zainuddin MZ menjadi satu kesatuan yang utuh, sesuai perspektif yang diangkap dalam penelitian ini. Sederhananya, teori Hermeneutika yang dipakai dalam penelitian ini seperti yang disampaikan oleh Raharjo. Yakni, hermeneutika memperhatikan tiga komponen utama dalam proses penafsiran; teks, konteks, dan kontekstualisasi teks12. KH. Zainuddin MZ tidak dibaca sebagai teks semata, yang hidup pada jaman tertentu dan sesuai dengan konteks saat itu, melainkan juga sebagai teks yang terus-menerus kontekstual hingga hari ini. KH. Zainuddin MZ merupakan figur yang pemikirannya masih releven hingga sekarang. Namun, pembacaan hermeneutis terhadap konteks dimana KH. Zainuddin hidup membutuhkan satu teori lain, yang datang dari ilmu sosiologi. Peneliti merasa, teori strukturasi dari Anthony Giddens sangatlah cocok untuk membaca suasana dan kondisi sosial pada masa hidup KH. Zainuddin MZ13. Dalam teori strukturasi, Giddens melihat struktur sosial sebagai persinggungan antara kehadiran dan ketidakhadiran; kode-kode pokok yang harus diperoleh dari penampakan-penampakan luar. Struktur sosial masyarakat merujuk pada aturan-aturan dan sarana-sarana. Selain itu, struktur

11 Eagleton, T. (2006: 104-5). Teori Sastra : Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta Jalasutra. 12 Raharjo, M. (2007: 56). Hermeneutik Gadamerian : Kuasa Bahasa dalam Wacana Politik Gus Dur. Malang : Malang Press. 13 Giddens, A. (2010). Teori Strukturasi : Sasar – dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 11

sosial juga merujuk pada kelengkapan-kelengkapan penstrukturan yang memungkinkan pengikatan waktu-ruang dalam sistem-sistem sosial 14. Dengan pandangan semacam itu, struktur sosial dimana KH. Zainuddin MZ dapat diartikan sebagai setiap kode-kode sosial, aturan bahkan sarana-prasarana. Struktur sosial kehidupan KH. Zainuddin MZ adalah semua elemen penstrukturan yang memungkinkan untuk mengikat pribadi KH. Zainuddin sebagai agen sosial dan perangkat-perangkat sosial kemasyarakatan yang melingkupinya. Karena itulah, pembacaan terhadap KH. Zainuddin MZ dilakukan dengan cara melihatnya memiliki relasi struktural dengan struktur sosialnya. Lebih lanjut, Anthoy Giddens menekankan bahwa agensi dan struktur sebagai unsur utama teorinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa strukturasi Giddens berdasar pada premis utamanya tentang dualisme subjek dan objek. Giddens berpendapat bahwa objek dan subjek ini disusun sebagai dualitas dari sebuah struktur. Agen sosial dan struktur sosial sama-sama bekerja dan bersenyawa satu sama lain.15. Dualitas struktur yang disampaikan oleh Giddens ini memungkinkan bagi peneliti untuk melihat bahwa sosok teladan publik, KH. Zainuddin MZ, tidak serta merta lepas dari konteks saat itu. Sebaliknya, beliau sebagai agen sosial dapat saja mempengaruhi kehidupan sosial sekaligus juga terpengaruh oleh nilai-nilai sosialnya. Sebagai figur publik, beliau adalah agen sosial yang berusaha untuk membuat perubahan dan menanam pengaruh pada struktur sosial, yaitu kehidupan masyarakatnya. Melalui partai politik maupun

14 Giddens, A. (2010: 26-7). Teori Strukturasi : Sasar – dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar hal 27

15 Giddens, A. (2010: 22-25). Teori Strukturasi : Sasar – dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar hal 27 12

panggung-panggung dakwah, agen sosial ini terus mencoba berdialektika dengan struktur sosialnya. KH. Zainuddin sebgai agen sosial terperangkap dalam struktur sosial masyarakatnya. Namun, agen sebagai subjek di dalam „kurungan‟ struktur jauh lebih dinamis dan aktif. Agen adalah manusia yang selalu berkarya dan berkreasi. Tidak heran bila Giddens menawarkan konsep tentang kesadaran reflektif dari agen, termasuk kesadaran diskursif dan praktis16. Setiap tindakan manusia atau agen tidak lahir di ruang hampa. Sebaliknya, tindakan manusia lahir dari ketergantungan baik pada sesama individu maupun kelompok, lingkungan, dan konteks interaksi sosialnya. Di sini Giddens menawarkan konsepnya tentang “geografi-waktu” dan “regionalisasi”17. Dua konsep ini bertujuan untuk melihat agen berinteraksi dengan ruang-waktu yang menjadi konteks kehidupan sosialnya. Bagaimana sosok KH. Zainuddin MZ berinteraksi dengan konteks sosial-politik, kebudayaan dan religi, pada waktu beliau masih hidup, merupakan inti dari kajian strukturasi tini. Berdasarkan riset sementara terhadap profile dan pemikiran KH. Zainuddin MZ, peneliti melihat adanya dua semangat utama yang dikandung perjuangan beliau; semangat mengusung Islam rahmatan lil alamin yang mengafirmasi kearifan lokal (local wisdom), pluralitas dan pluralisme. Dua nilai utama ini terbaca dengan kuat setelah melakukan penelitian singkat dengan pendekatan hermeneutis. Karenanya, teori yang juga perlu dibahas lebih panjang disini adalah makna Islam rahmatan lil alamin yang merangkul kearifan lokal dan pluralitas.

16 Giddens, A. (2010: 64). Teori Strukturasi : Sasar – dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar hal 27

17 Giddens, A. (2010: 169-184). Teori Strukturasi : Sasar – dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar hal 27 13

Muhammad Makmun Rasyid menjelaskan bahwa Islam pada asarnya adalah agama rahmat untuk semesta alam. Penilaian akan sifat Islam sebagai rahmat lil alamin lantaran telah mengalami seluruh tahap pengujian, mulai dari batu ujian jaman jahiliah hingga jaman teknologi. Sifat istimewa dari Islam ini lantaran merahmati seluruh alam dan menyempurnakan agama- agama sebelumnya. Dengan mencontohkan pemikiran keislaman salah satu tokoh muslim, KH. , Muhammad Makmun Rasyid mengatakan bahwa Islam rahmatan lil alamin itu adalah islam yang berwatak komprehensif, holistik, dan building in Quran18. Khabibi Muhammad Luthfi lebih terbuka dan tegas untuk mengatakan bahwa Islam rahmatan lil alamin adalah Islam yang memiliki relasi hangat dengan kebudayaan lokal. Bagi Luthfi, adalah Islam yang membangun keintiman dengan budaya lokal, sehingga Islam menjadi rahmat bagi setiap lokalitas di berbagai penjuru dunia. Lokalitas sangat dijunjung tinggi, dan pada akhirnya, lokalitas melahirkan pluralitas dimana Islam menghargai semua itu. Intelektual Ormas adalah pencetus Islam Nusantara.19 Dengan landasan berpikir tentang Islam rahmatan lil alamin ini, mencermati pemikiran KH. Zainuddin MZ mengantarkan peneliti pada kesimpulan tentang gagasan Islam rahmatan lil alamin. KH. Zainuddin MZ mengusung Islam Betawi, yang menghargai kebudayaan Betawi, suatu sub kultur yang ada di Indonesia. Penghargaan pola keislaman KH. Zainuddin MZ terhadap lokalitas ini merupakan basis filosofis bagi terbangunnya Islam rahmatan lil alamin, yang tidak saja mengafirmasi local wisdom tetapi juga, pada akhirnya, pluralitas keberislaman itu sendiri. Karenana, pemikiran

18 Rasyid, M. M.(2016). Islam rahmatan lil alamin perspektif KH. Hasyim Muzadi. Episteme : Jurnal pengembangan ilmu keislaman, 11 (1), 93-116. 19 Luthfi, K. M. (2016). Islam Nusantara : Relasi Islam dan Budaya Lokal. SHAHIH : Journal of Islamicate Multidisciplinary, 1 (1), 1--12. 14

keislaman KH. Zainuddin MZ lebih tepat untuk disebut Islam Betawi, yang menghormati kebudayaan lokal masyarakat Betawi.

F. Metodologi Penelitian Dalam metodologi penelitian ini terdapat beberapa aspek penting yang perlu disampaikan, sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif historis atau analisa terhadap sejarah, khususnya sejarah intelektual. Disebut penelitian analitis karena tidak sekedar memberikan gambaran deskriptif tentang temuan-temuan di lapangan, tetapi juga mendayagunakan analisa kritis untuk menyusun dan melaporkan temuan lapangan secara holistik20. Fakta-fakta intelektual disusun menjadi narasi sejarah, dianalisa dengan kerangka teori-teori sosial, dan dilaporkan sebagai penelitian sejarah. 2. Pendekatan Penelitian Mengingat jenis penelitian ini adalah kualitatif historis, peneliti merasa membutuhkan pendekatan ilmu sosial untuk memperjelas analisa kualitatif tersebut. Pendekatan ilmu sosial dalam metodologi sejarah ini semakin populer di Indonesia berkat pemikiran dari Sartono Kartodirdjo21. Ilmu-ilmu sosial yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang sudah dibahas pada bagian awal, yakni tentang teori-teori local wisdom, pluralitas dan pluralisme, hermeneutika, dan teori strukturasi. 3. Sumber Data

20 Mikkelsen, B. (2011). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan: Panduan Bagi Praktisi Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 21 Kartodirdjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia. 15

Sumber data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini terbagi dua macam: sumber primer dan sumber skunder. Data primer adalah data utama yang memberikan informasi dan keterangan tentang objek material penelitian ini, yaitu dari sumber utama. Sedangkan jenis data skunder adalah data pelengkap atau data penunjung, yaitu data dari tangan/pihak kedua, yang fungsinya sebagai penambah keterangan lebih lanjut tentang objek penelitian22. Sumber-sumber data seperti video, rekaman, tulisan, yang datang langsung dari KH. Zainuddin MZ adalah sumber primer dalam penelitian ini. Sedangkan data-data hasil riset yang berkenaan dengan KH. Zainuddin MZ adalah data penunjang atau skunder. 4. Teknik Pengumpulan Data Secara umum, teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian ini menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Tiga-tiganya digunakan untuk memungkinkan peneliti terlibat langsung di lapangan, bersentuhan langsung dengan objek riset, serta mampu melakukan penggalian data yang lebih intens dan mendalam23. Namun, mengingat jenis penelitian ini adalah kualitatif analitis yang lebih menekankan kajian pustaka maka penekanan pada teknik dokumentasi akan lebih dominan. Peneliti akan memaksimalkan dokumen-dokumen primer maupun skunder untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan profile maupun pemikiran KH. Zainuddin MZ. 5. Teknik Analisa Data

22 Waluya, B. (2007: 79). Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung: PT. Setia Pruna Inves. 23 Sugiarto, E. (2015: 87-88). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif. . Yogyakarta: Suaka Media. 16

Data penelitian yang terkumpulan akan dianalisa sebagaimana mestinya. Peneliti melakukan analisa data sesuai syarat dan standard dari kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis data didahului dengan proses transkripsi hasil wawancara secara verbatim atau apa adanya, terlebih jika ada di antara sebagian data terkumpul dengan teknik interview. Setiap transkrip diberi identitas, diperiksa keakuratannya, dan dianalisis. Terdapat bermacam-macam prosedur analisis yang dianggap cocok dan sesuai, seperti metode Colaizzi yang meliputi membaca transkrip berulang-ulang untuk dapat menyatu dengan data, mengekstrak pernyataan-pernyataan spesifik, memformulasi makna dari pernyataan spesifik, memformulasi tema dan kluster tema, memformulasi deskripsi lengkap dari fenomena dan memvalidasi deskripsi lengkap dengan cara memberikan deskripsi kepada partisipan24. Sebaliknya, data yang terkumpul melalui teknik dokumentasi akan disortir untuk dibedakan berdasarkan sifatnya, yakni primer dan skunder. Untuk menganalisa data primer, peneliti akan menyebutnya sebagai pandangan murni KH. Zainuddin MZ. Sedangkan data skunder akan dijadikan pelengkap, dan tetap mencamtumkan opini pihak-pihak ketiga yang turut berkomentar tentang profile dan pemikiran KH. Zainuddin MZ.

G. Sistematika Penulisan Penulisan laporan riset ini akan dibagi menjadi lima (5) bab sebagai berikut:

24 Colaizzin, P. (1978: 48-71). Psychological Research as the Phenomenologist . Dalam R. V. (ed)., Existential Phenomenological Alternative for Psychology (hal. 48-71). New Yor: Oxford University Press. 17

Bab I Pendahuluan. Di dalam pendahuluan terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Latar Belakang Tokoh. Profil tokoh yang meliputi biografi masa kecil sampai dewasa, latar belakang pendidikan dan gerakan dakwah yang dilakukan KH. Zainuddin MZ. Melalui latar belakang tokoh ini, penelitian kali ini berharap dapat memberikan gambaran utuh tentang background pemikiran KH. Zainuddin MZ. Bab III Pemikiran KH. Zainuddin MZ. Dua buah pemikiran utama KH. Zainuddin MZ yang menjadi fokus penelitian ini. Yakni, pertama, tentang kearifan lokal atau lokalitas, dan kedua, tentang pluralitas. Penghargaan KH. Zainuddin MZ terhadap nilai-nilai kearifan lokal dan dukungannya terhadap gagasan pluralitas maupun paham plralisme digambarkan dengan detail dalam bab tiga ini. Bab IV Analisa. Pada pokok pembahasan di sini, peneliti ini melihat bagaimana relasi struktural antara gagasan pluralitas dan lokalitas dari KH. Zainuddin MZ dengan konteks kehidupan pada masanya. Bab V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran atau rekomendasi bagi penelitian berikutnya

18

BAB II BIOGRAFI KH. ZAINUDDIN MZ

A. Latar Belakang Kehidupan „Dai Sejuta Umat‟ begitulah media dan lapisan umat yang mengikuti pengajian KH. Zainuddin MZ, menjulukinya. Pria kelahiran Jakarta (2 Maret 1952, wafat 5 Juli 2011 ketika berumur 59 tahun), dengan nama Zainuddin Hamidi, dari pasangan Turmudzi dan Zainabun. Beliau yang disapa dengan „Udin‟ di masa kecil, tidak bisa dapat menikmati masa kecilnya yang begitu indah. Pada umur 2 tahun, ayah beliau wafat sehingga ia tinggal dengan kakek dan neneknya. Beliau dibesarkan oleh keduanya sampai dewasa. Ibunya kemudian menikah lagi, ketika ia berumur sekitar 17 tahun, dari pernikahan ini kemudian ia mempunyai tiga saudara tiri, yaitu Munazar, Ismunandar, dan Syahbuddin. Beberapa tahun kemudian, ayah tirinya wafat dan ibunya kemudian menikah lagi.25 Masa-masa kecil „Udin‟ yang penuh dengan berbagai persoalan kehidupan di waktu itu, memberikan banyak kontribusi di kemudian hari. Hal ini dapat terlacak melalui berbagai ceramahnya yang sarat dengan kritik kemanusiaan, mulai kemiskinan, ketidakadilan sosial, kesenjangan dan sebagainya. Melalui panggung ceramah, kritik tersebut menjadi suatu yang khas baginya, namun juga kritik di tangannya disampaikan dengan penuh nada humor dan menyentuh lapisan masyarakat. Dengan begitu, tidak ada satu pun yang merasa tersinggung pada apa yang disampaikannya. Kritik disampaikan dengan nada humoris dan gaya yang khas, menjadi aspek yang tidak bisa dilepaskan darinya.

25Republika.com “KH Zainuddin MZ, Sang Dai „Sejuta Umat‟ dari Betawi (1)” diakses pada 04 Mei 2019 dari https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam- digest/19/02/15/pmz0vz458-kh-zainuddin-mz-sang-dai-sejuta-umat-dari-betawi-1

18 19

Dengan berbagai keterbatasan waktu itu, ia mampu menginspirasi banyak kalangan masyarakat, mulai pejabat pemerintah, militer, atau dari kalangan biasa. Ceramahnya yang dilakukan dari panggung ke panggung, menjadi daya tarik sendiri di kalangan pemilik radio dan televisi. Tidak sebagaimana pada saat ini yang banyak media bisa meliputnya atau melakukan tayangan langsung seperti Facebook, Youtube, Instagram dan media-media lainnya. Namun, keterbatasan tersebut tidak menghalanginya dapat dikenal oleh kalangan masyarakat Indonesia dari ujung Barat dan ujung Timur. Kepiawainnya dalam berceramah dengan nada khas Betawi menjadi sesuatu yang berbeda dengan penceramah lainnya di waktu itu. Sebab itu, ia kemudian melakukan banyak rekaman yang bisa dinikmati berbagai kalangan. Begitu pun dengan stasiun televisi yang menayangkannya, stasiun radio pun andil dalam kiprah ceramahnya. Undangan ke berbagai daerah terus berdatangan, pada saat ini pula ia memiliki kesempatan untuk menyampaikan gagasan keislaman dari panggung ke panggung. Ceramahnya yang Islami tersebut sarat dengan pendidikan, lokalitas, dan pluralitas menjadi tema khasnya. Ia mampu menerjemahkan al-Qur‟an dan Hadis pada perilaku sehari-hari dan selayaknya umat Muslim menjadikan keduanya sebagai pandangan hidupnya. Dalam pada itu, bagaimana umat Islam hidup berdampingan dengan umat yang lainnya tanpa harus saling menebarkan kebencian, maupun aspek lainnya. Kekayaan sumber referensinya merupakan wawasan keislaman bahwa ia banyak membaca. Hal yang lain, beliau menyampaikannya dengan penuh kesan dramatik seperti seorang anak kecil yang dibacakan dogeng menjelang tidur. Ada rasa yang berbeda ketika mendengarkan beliau menyampaikan pidato keagamaan yang penuh rasa kasih sayang, santun dan 20

penuh pesona. Baginya, Islam merupakan rahmat yang datang pada umat manusia untuk saling menghargai satu sama lain. Islam pada beliau, bukan melulu persoalan ubudiah melainkan juga muamalah yang tidak kaku. Dengan keadaan ini, ia ingin menyampaikan kepada khalayak umum bahwa Islam sebagai agama yang memberikan kemaslahatan kepada banyak umat manusia. Pandangan-pandangannya ini menjadikan dirinya mendapat julukan “Dai Sejuta Umat”. Kenyataan tersebut dapat didengar dari pesan-pesan ceramahnya yang kaya dengan bahan renungan sehingga mampu membuat yang mendengar tersedot dalam irama pesan yang disampaikan. Tentu saja, pandangannya mengenai Islam tidak kaku sebagaimana kebanyakan penceramah saat ini. Pada saat itu pula, ia hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan obat ruhani bagi jiwa-jiwa yang gersang. Berangkat dari konteks sosial dan perpaduannya dengan al-Qur‟an dan Hadis, persoalan yang terjadi menjadi suatu kesan yang khas. Maka tidak lain, persoalan yang terjadi di waktu menjadi bahan renungan agar umat manusia tidak sibuk dengan urusan duniawi saja, melainkan perlunya sikap diri untuk sibuk pada urusan akhirat. 1. Pendidikan dan Proses Kreatif Setiap tokoh memiliki kehidupan yang unik, menggemaskan, dan menginspirasi. Melacak kehidupan tokoh merupakan salah satu hal atau cara untuk mengetahui latar belakang masa muda, kiprah, serta gagasan yang dilahirkan. Dengan begitu, pemikiran seorang tokoh dapat dilacak melalui kehidupannya, baik pendidikan, proses kreatifnya serta sumbangsihnya. Hal tersebut berlaku pada semua tokoh, bagaimana pengaruh lingkungan sosial-politik, serta bersama siapa ia hidup dan pengaruh tokoh lain kepadanya. Aspek ini menjadi tidak bisa dipisahkan mengingat tokoh tersebut lahir dan menjadi inspirator baginya, yang kemudian ia menjadi inspirator bagi kehidupan orang lain setelahnya. 21

Termasuk KH. Zainuddin MZ, sebagai tokoh kondang di masanya dan banyak menginspirasi tokoh yang setelahnya. Tokoh yang satu ini, menjadi kondang dan terkenal karena ceramahnya yang mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan dakwah di Indonesia. Tidak luput, tokoh yang satu ini menjadi legenda dari para dai generasi saat ini. Selain itu, dari ceramahnya tersebut mampu memberikan ketenangan ruhani yang dapat dinikmati sampai kapanpun. Seolah, pemikirannya tertuang ketika ia menyampaikan ceramah kepada banyak orang. Gagasannya yang menarik mampu memberikan pengaruh yang luar biasa bagi khasanah dakwah saat ini, dan menjadi kenangan tersendiri bagi kalangan atas dan bawah. Beliau menempuh Sekolah Dasar (SD) di Kramat Pela, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) di Darul Ma‟arif, yang diasuh oleh KH. , kemudian ia tercatat sebagai mahasiswa Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, IAIN Syarif Hidayatullah. Selama proses pendidikannya ini, banyak kisah yang bisa dijadikan pelajaran bagi kehidupan generasi saat ini. Ia salah satu murid yang cerdas di masanya, terbukti ketika lulus SD ia kemudian masuk di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Manarul Islam, di kelas lima. Pendidikan di Manarul Islam yang banyak mengajarkan pendidikan agama atau pendidikan agama membuat ia sedikit gelisah. Sebab selama di pendidikan Sekolah Dasar tidak begitu memahami pelajaran agama yang diterimanya. Selama di Madrasah Tsanawiyah, ia mulai belajar , membaca al-Qur‟an, serta pelajaran yang memang menjadi acuan wajib. Pada saat yang bersamaan, ia kemudian menetap di asrama yang mana sebelumnya ia melaju dari rumahnya. Setelah menetap di asrama inilah, bakat-bakatnya mulai terlihat. Selain itu, ia didukung oleh bacaan-bacaan 22

yang memumpuni. Ia banyak membaca buku-buku sastra, pemikiran, dan buku lainnya. Ia membaca buku Soekarno, Buya , Marah Rusli, dan lain sebagainya. Dari hasil bacaannya tersebut, kemudian diceritakan lagi kepada teman-temannya. Semasa Madrasah Aliyah, bakatnya mulai terlihat menyampaikan pidatonya di depan teman-temannya. Agar bakatnya ini semakin terasa, ia belajar di Forum Talimul Muhadharah dengan tekun. Kesempatan ini tidak ia sia-siakan, selama di sini ia begitu tekun dan rajin belajar, membaca buku-buku yang disukainya. Adapun penggalian bakat ini merupakan salah satu faktor kesuksesannya di kemudian hari. Hal yang membuat teman-temannya menyukainya, ketika ia membaca buku kemudian ia sampaikan lewat pidato-pidatonya. Tidak hanya itu, beliau menyampaikan pidatonya dengan khas dan humor yang tinggi. Bakatnya dalam bidang ceramah inilah yang kemudian mengantarkan dirinya banyak di undang ke kampung-kampung. Banyak orang tertarik pada dirinya, karena disela-sela dia ceramah ia membuat jamaah tertawa. Sisi lainnya, ia mampu memberikan pemahaman ke khalayak tentang pesan-pesan agama yang mudah, renyah dan tidak rumit. Perihal demikian, ia mengaku belajar kepada KH. Idham Chalid, Soekarno, Buya Hamka, yang tidak lain membaca buku-buku mereka. Beliau begitu mahir dalam menyampaikan pesan-kesan agama sehingga jamaah dibawa ke wilayah yang mudah dimengerti. 2. Keluarga KH. Zainuddin MZ, terlahir dari keluarga yang terbilang pas-pasan. Di waktu kecil, beliau seringkali membantu ibunya untuk berjualan di pasar. Keadaan ini menjadi pelajaran tersendiri baginya untuk giat belajar dan menuntut ilmu secara serius. Demikian ia mempunyai cita-cita untuk menjadi pilot dan dokter. Hanya saja, keinginannya menjadi mimpi dan 23

impian besar dalam cita-citanya. Sebagai keluarga dari kalangan menengah ke bawah, ia tidak bisa melaksanakan niatnya tersebut. Keadaan perekonomian keluarga yang tidak bisa mendukungnya untuk melanjutkan cita-cita yang sudah didambakannya sejak kecil. Cita-cita belia menurut penuturan Fikri Haikal, putra pertama almarhum, beliau ingin membangun di dekat rumahnya, diawali dengan pembangunan masjid Fajrul Islam, yang kini berdiri megah. Kemudian diikuti pembangunan pesantren yang mengelilingi masjid tersebut.26 Namun, hal demikian tidak membuat surut tekadnya untuk memberikan pemahaman keagamaan kepada umat. Ia yang disibukkan oleh berbagai aktivitas dakwah, naik daun sebagai penceramah yang di undang kemana- mana. Pada tahun 1972, ia mempersunting Siti Kholilah sebagai istrinya. Ia dikaruniai empat anak, yaitu: Fikri Haikal MZ, Zaki Mz, Lutfi Mz, dan Kiki Mz. Dari keempat anaknya tersebut, banyak kenangan yang diberikan olehnya untuk menempuh kehidupan selanjutnya.

B. Kiprah KH. Zainuddin MZ Kiprah KH. Zainuddin MZ, dapat terlihat peran beliau di Indonesia. Sebagai tokoh inspirator, kiprahnya tidak bisa diragukan lagi baik di panggung dan dunia politik. Sosok yang dianggap nyentrik di panggung ini menjadi nilai berharga bagi generasi selanjutnya. Keunikannya dalam menyampaikan persoalan tentang agama menjadi daya tarik yang luar biasa. Banyak umat tertarik padanya lantaran ia menyampaikan gagasan dan ide keagamaan begitu mudah. Persoalan yang nampak rumit, begitu mudah ketika beliau berada di atas panggung, radio dan televisi. Sampai saat ini, suara beliau dapat dinikmati di berbagai media sosial. Kemajuan di bidang teknologi ini, dijadikan sarana yang memungkinkan bagi

26 Republika “Inilah Cita-Cita Zainuddin MZ yang Belum Terwujud” diakses pada 25 Juli 2019 dari http://m.republika.co.id/amp/inwkfe 24

orang-orang yang menyukai beliau. Sarana ini bertujuan untuk memberikan akses yang mudah bagi banyak umat yang dilanda berbagai persoalan kehidupan. Ceramah-ceramahnya yang memukau membuat banyak umat merasa kehilangan saat beliau wafat. Kabar duka yang membuat publik tersentak kaget membuat banyak pengagumnya tidak percaya. Di ranah politik perannya menjadi satu hal yang sangat berharga. Ketika ia bergabung dengan PPP, ia sendiri menyampaikan ke khalayak umum melalui ceramah-ceramahnya. Kharisma beliau menjadi hal terpenting bagi keberadaan partai yang pada waktu itu banyak rakyat mendukung Golkar. Terlepas dari hal demikian itu, kemudian ia mendirikan partai yang diketuai dirinya, yang diberi nama Partai Bintang Reformasi (PBR). Ketika dirinya menjabat ketua partai kharisma sebelumnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pengikutnya. Kharismanya yang memukau demikian membuat khalayak ramai mendukung partai tersebut. Baik dalam ceramah sebagai dai dan sebagai politisi, merupakan tugas beliau untuk menyampaikan gagasan keagamaan. Setiap momentum beliau selalu menyampaikan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan, tentu dengan konteks yang sesuai di masanya. Aspek lain yang mendasar ketika menyampaikan kritiknya ketika melihat kesenjangan sosial, kemiskinan dan aspek yang merugikan umat manusia. Baginya, umat manusia yang berbeda tidak menjadi soal karena kadar saling menghargai adalah prioritas utama. 1. Bidang Dakwah: Dari Panggung ke Panggung Dakwah merupakan salah satu cara ulama‟ dalam menyampaikan gagasan keislamannya. Media dakwah salah satu cara yang efektif untuk memberikan pengertian bagi banyak orang tentang pesan-kesan agama. Dalam dakwah pesan agama tentang berbagai hal menjadi nilai yang sangat berdampak signfikan bagi perkembangan umat. Di masa Nabi Muhammad Saw., dalam menyampaikan pesan tentang agama dilakukan 25

melalui ceramah yang langsung dibawa oleh beliau. Beliau menyampaikan langsung pesan-kesan wahyu yang langsung beliau terima dari Allah Swt. Media dakwah yang beliau sampaikan adalah dengan cara sembunyi-sembunyi. Ketika Islam sudah merasa dianggap kuat, kemudian menyampaikannya dengan terbuka. Hal ini menandakan bahwa dakwah yang disampaikan dengan lisan di masa itu, menjadi aspek yang paling signifikan. Sisi lainnya, ialah aletrnatif dari dakwah lewat lisan mudah dimengerti. Ketika ada sesuatu hal yang tidak dimengerti kemudian para sahabat dapat bertanya langsung kepada beliau sehingga proses transformasi keilmuan terlaksana dengan baik. Tak jarang dari keadaan demikian, banyak para sahabat bertanya tentang hal yang disampaikan beliau seketika itu juga. Keadaan ini berlangsung lama, hal yang tidak dipahami dalam kehidupan mereka segera datang pada beliau. Aspek dakwah model beliau sangat memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan Islam ke depannya. Proses dakwah yang dilakukan oleh beliau merupakan unsur yang kemudian banyak dilakukan oleh generasi setelahnya. Termasuk para ulama‟ yang terlibat dalam menyampaikan visi-misi Islam. Dakwah melalui mimbar menjadi jalan satu-satunya yang memumpuni untuk memberikan spirit keislaman yang dalam. Dalam pada itu, sebagaimana yang dilakukan oleh KH. Zainuddin MZ, ketika menyampaikan pesan agama kepada umat di waktu itu dan masih terasa sampai saat ini. Beliau menyampaikan berbagai hal mengenai Islam, bagaimana peran Nabi dalam menyampaikan segala sesuatu menyangkut Islam. Menariknya lagi, cara yang dilakukan oleh KH. Zainuddin MZ, menggunakan media panggung sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan pesan yang 26

terkandung dalam al-Qur‟an dan Hadis serta berbagai pesan ulama‟ terdahulu dengan humoris.27 Dalam menyampaikan dakwahnya, materi yang beliau sampaikan dengan bahasa ringan sehingga mudah dimengerti. Hal yang paling menyenangkan dari beliau ialah saat menyampaikan pesan keislaman begitu menyentuh, tidak satu pun ada yang tersinggung. Maka tidak salah kemudian ketika ada yang mengatakan bahwa ia salah satu dai langka yang pernah lahir. Ceramahnya selalu menyejukkan bagi pendengarnya apalagi ditambah selera humor atau candaan.28 Sebab itu, banyak yang menyukai beliau. Pesan dakwahnya yang mampu memberikan spirit bagi kehidupan berbangsa. Ketika mendengar ceramah beliau yang memukau, para pendengar seolah dihadapkan ke berbagai persoalan yang menyangkut kehidupan mereka. Inilah kesan kharisma beliau dalam menyampaikan pesan keagamaan baik dalam titik tekannya dalam moral-akhlak, sosial-politik, serta aspek yang berkenaan dengan lainnya. Problem keagamaan, kebangsaan, serta persoalan umat manusia memang terkadang menjadi isu utama KH. Zainuddin MZ. Keadaan ini yang mendorong dirinya untuk menyampaikan dakwahnya. Kesenjangan dalam bidang sosial menjadi perhatian yang sangat serius maka tidak salah saat menyampaikan dakwahnya banyak diterima oleh berbagai kalangan. Kehidupan yang penuh dengan problem, baik terkait kemiskinan, ekonomi, politik merupakan isu yang sangat dominan di waktu itu. Isu-isu demikian menjadi perhatian yang serius dan butuh jalan keluarnya. Solusi yang ditawarkan beliau salah satu hal yang membuat umat waktu itu

27Japarudin, “Humor dalam Aktivitas Tabligh,” dalam Jurnal Syi‟ar, vol. 17, No. 2, Agustus 2017, hal. 13. 28Arina Hidayah. Diksi KH. Sumarkan dalam Penyampaian Pesan Dakwah di TV9. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Surabaya, hal. 5-6. 27

merasa terselesaikan. Sosok orator yang ulung tersebut dapat memaknai kehidupan sosialnya dipadukan dengan nilai dasar Islam. Kekeringan ruhani yang menjadi bias dari persoalan sosial menjadi hal terpenting sebagai objek permasalahannya. Bagi mereka, ceramah yang disampaikan olehnya sebagai obat yang bisa mengobat kekeringan ruhani. Tidak hanya itu, beliau menyampaikan pesan dakwahnya melalui panggung ke panggung. Darinya banyak yang tertarik pada pesannya, sehingga ia dikontrak untuk melakukan rekaman yang kemudian tersebar di berbagai negara. Banyak stasiun yang melakukan kontrak untuk membuat rekaman dengannya. Kasetnya tersebar luas di berbagai daerah, dunia, atau kalangan sendiri. Dengan hasilnya demikian, ia kemudian naik haji bersama istrinya.29 2. Bidang Politik: Panggung Politik Melalui PBR Keikutsertaan KH. Zainuddin MZ dalam politik, bukan tanpa alasan yang pasti. Sebagaimana lainnya yang menggeluti dunia politik, alasan yang dikemukakan untuk ikut andil dalam membentuk bangsa yang cerdas. Dalam arti, terjunnya mereka dalam politik merupakan sisi praktis dalam berdakwah. Dalam konteks politik, kyai memiliki peran dan fungsi yang signifikan dengan karismanya dalam mendongkrak suara. Selain itu juga, peran dan fungsi kyai sebagai “katalisator” apabila ada pertentangan atau konflik dalam tubuh partai.30 Terjunya ia ke panggung politik merupakan salah satu cara efektif untuk melakukan dakwah. Ia ingin merombak tatanan lama yang selalu mengaitkan politik pada persoalan yang kotor. Berangkat dari tesa inilah, kemudian ia terjun ke dalam bidang politik. Pada sisi lain juga ia ingin menyampaikan pesan dakwahnya. Bahwa untuk menyampaikan gagasan

29Tirto.id “Zainuddin MZ: Dai Sejuta Umat, Politikus Sejuta Massa” diakses pada 04 April 2019 dari https://tirto.id/zainuddin-mz-dai-sejuta-umat-politikus-sejuta-massa-cCKz. 30Syamsuddin, dkk. Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai: Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004 (Jakarta: Gramedia Pustaka Uama, 2005), hal. 67. 28

agama melalui politik merupakan hal yang penting. Sebab, selama ini agama menjadi alasan utama atau menjadi kendaraan yang digunakan seseorang yang memiliki nafsu untuk berkuasa. Ketika hal demikian terjadi, maka agama hanya kendaraan dari syahwat para politisi untuk mendapatkan kekuasaan. Inilah yang menjadi alasan dirinya untuk terjun ke dunia politik. Pada tahun 1977-1982, ia bergabung dengan Partai Persatuan Pembangun (PPP). Kiprahnya di partai politik dan pamornya sebagai pendai mampu mendongkrak suara partai tersebut. Sebagai kader militan Nahdatul Ulama‟, bagaimana ia berjuang untuk menegakkan Islam dan NU menjadi jalan alternatif untuk membimbing bangsa. Dengan romansa kharismanya demikian, PPP memanfaatkan dirinya untuk menyuarakan partai tersebut ketika berdakwah. Dalam pada itu, keterlibatan dirinya pada politik praktis ini menandakan babak baru dalam kehidupannya. Ia terjun ke politik dengan alasan bahwa dirinya tertarik dengan persoalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Selain sisi itu, keterlibatannya dalam politik karena partai Islam mendapatkan tekanan oleh Orde Baru. Partai-partai Islam di masa itu seolah tidak mendapat tempat dari kelompok Orde Baru yang secara mutlak berafiliasi pada partai Golkar yang dipimpin oleh Soeharto. Keadaan ini juga memaksa dirinya untuk berkiprah di bidang politik, termasuk PPP merupakan basis Nahdatul Ulama‟ dimana banyak para kyai mendukung partai ini. Namun pada tahun 1983, dia meninggalkan politik praktisnya. Sebab ia merasa ruang dakwahnya terjepit.31 Begitu lama ia tidak lagi berkiprah di dalam politik praktis. Banyak hal yang menjadi pertimbangan dirinya dalam bergelut di bidang politik praktis. Keadaan yang riskan ialah

31Salman Iskandar. 99 Tokoh Muslim Indonesia (Bandung: DAR! Mizan. 2009), hal. 29

penguasa yang berkuasa waktu itu tidak bisa memberikan kenyamanan bagi kehidupan rakyat Indonesia. Kekuatan politik penguasa memainkan peranannya sebagai pemeran pentas panggung dunia politik. Keadaan secara tidak sadar, banyak rakyat Indonesia berada dalam keadaan ketakutan yang melanda. Namun, beberapa tahun kemudian ia kembali aktif dalam politik praktis. Sebagai yang ia rasakan, bahwa di partai tersebut peran dakwahnya belum cukup memberikan hal yang signifikan bagi keadaan bangsa. Melalui otokritiknya, terhadap PPP, dengan beberapa temannya kemudia ia mendeklarasikan partai dengan nama Partai Persatuan Pembangunan Reformasi (PPPR),32 pada tanggal 20 Januari 2002. Melalui Muktamar Luar Biasa (MLB), yang diselenggarakan di Jakarta pada 8-9 April 2003, nama partai tersebut berubah menjadi Partai Bintang Reformasi (PBR).33 Melalui PBR, ia menyampaikan pesan-pesan keagamaan dari setiap dakwahnya. Namun, keadaan tersebut berbanding balik sebagaimana yang menjadi impian di masa lalu. Bahwa politik menjadi sedemikian kotor karena banyak para politisi sudah melakukan praktik-praktik yang tidak sesuai. Keadaan inilah yang kemudian membuat dirinya untuk mundur sebaga ketua PBR, yang kemudian itu pula partai ini tidak ikut andil dalam bidang politik praktis. Relasi antara agama dan politik tidak menjamin proses agama berjalan sebagaimana yang ia cita-citakan. Adalah benar bahwa nafsu berkuasa menjadikan agama hanyalah kendaraan berpolitik. Sampai ajalnya, ia enggan berpolitik dan memilih jalur dakwahnya di awal sebagai nilai yang utama.

32Hasbi Indra. Pendidikan Pesantren dan Perkembangan Sosial Kemasyarakatan (Studi atas Pemikiran KH. Abdullah Syafi‟ie) (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 131. 33Bahrul Ulum. Pemikiran Politik KH. Zainuddin MZ dalam Perspektif Siyasah, Skripsi Skripsi Jurusan Jinayah Siyasah, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 5-6. 30

C. Karakter Pemikiran Sebagai seorang penceramah, KH. Zainuddin MZ tidak bisa lepas dari kultur dimana ia tinggal dan bergaul dengan siapa. Dalam hal ini, sebagai orang yang pernah mengecap pesantren dan juga memiliki organisasi NU, ia dipengaruhi dengan pola-pola keduanya. Pesantren yang dihuni olehnya, merupakan pesantren yang memiliki basis NU yang kuat. Hal ini dapat ditunjukkan melalui peran KH. Idham Chalid sebagai pengasuh dimana ia tinggal. Sebagaimana yang pernah diakuinya, bahwa KH. Idham Chalid merupakan figur yang menjadi inspirasinya ketika berceramah. Pengaruh NU pada dirinya dapat terlihat ketika dalam ceramahnya membela persoalan-persoalan muamalah yang dijadikan pandangan oleh ulama‟-ulama‟ yang memiliki basis tersebut. Umumnya, ulama‟ NU yang lebih berpandangan tradisional dengan adanya tahlil, haul dan aspek yang berkenaan dengan kegiatan lainnya. Ceramahnya yang keras ketika ada kelompok yang mengharamkan unsur-unsur ke-NU-an mendapatkan tanggapan yang serius. Bahwa apa yang dilakukan oleh NU bukan suatu aspek yang hanya mengejar keuntungan duniawi saja, melainkan ia berpandangan apa yang dilakukan NU sebenarnya untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah. Setiap ceramah beliau selalu menyampaikan visi-misi tentang NU. Sebagai kelompok yang berpandangan bahwa kegiatan NU tidak lain sebagai bentuk karakter ahlussunnah wal jamaah. Sebagai generasi NU, dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren yang kuat tentang ajaran tentangnya. Maka tidak luput kemudian ketika setiap ceramah selalu mengaitkan unsur lokalitas dengan aspek yang ada dalam NU. Karakternya saat menyampaikan persoalan NU begitu tegas, namun juga ia memiliki penyampaian yang sistematis, lugas dan mudah dipahami oleh khalayak umum. Tidak hanya demikian, ia juga banyak dipengaruhi oleh bacaan-bacaan yang memiliki identitas kitab kuning ala pesantren. Kitab kuning baginya, 31

suatu bacaan yang mampu membaca persoalan zaman ketika dikontekskan dengan pembacaan model zaman. Apabila khalayak umum mendengar ceramahnya, hal yang sebelumnya sulit dicerna, seolah disuguhi sesuatu yang mudah. Penyampaian-penyampaian dengan struktur bahasan yang mudah dimengerti menjadi nilai penting baginya. Maka dalam hal ini, melacak aspek pemikirannya tidak jauh dari kehidupan dimana ia tinggal. Pengaruh pesantren bagi pemikiran KH. Zainuddin MZ, tampak begitu kuat. Demikian tampak terlihat jelas ketika mendengar ceramah-ceramahnya. Baginya, pesantrena telah memberikan banyak pengalaman yang luar biasa. Keadaan ini menjadi corak yang khas baginya sehingga kultur pesantren begitu kuat. Pengaruh pesantren yang kuat dalam dirinya ialah fasih dalam membaca kitab kuning yang kemudian dipadukan dengan nilai-nilai yang terstruktur dalam ceramahnya. Dalam pada itu, pengaruh pesantren yang kuat padanya mampu memadukan unsur-unsur kitab kuning dengan membaca realitas lokal. Meskipun demikian tidak terjadi pada dirinya, namun keunikan yang lain daripada penceramah yang lain, bahwa kitab kuning hanya bahan bacaan saja. Lepas dari persoalan yang demikian, pesantren sebagai ruang yang kompleks baginya dalam persoalan pemahaman yang kuat. Pembentukan karakter ini menjadi bias kemudian pada ruang lingkup kehidupannya di kemudian hari. Baginya, pesantren sebagai rumah kedua yang memberikan banyak pemahaman tentang pemikiran ulama‟-ulama‟ klasik. Koleksinya mengenai kitab klasik begitu banyak, dan setiap menyampaikan ceramahnya, tidak lepas dari kutipannya mengenai kitab. Sumber sejarah yang banyak juga mengutip dari sumber-sumber klasik menandakan bahwa dirinya mahir dalam membaca, menelaah, serta menyampaikan isi kitab tersebut dengan pokok intisarinya. Tidak salah, ketika 32

pengaruh kitab klasik pesantren menjadi cirinya dalam menyampaikan dakwah.

33

BAB III PEMIKIRAN K.H. ZAINUDDIN MZ TENTANG LOKALITAS DAN PLURALITAS

A. Lokalitas, Agama dan Pemikiran KH. Zainuddin MZ Pemikiran setiap tokoh tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungannya. Bagaimana pun ia, pengaruh sosial-politik, tradisi-budaya, dan lokalitas menjadi unsur yang paling dominan untuk melacak pemikirannya. Aspek demikian memang tidak bisa dinafikan begitu saja, mengingat lingkungan menjadi basis nalar berpikirnya sehingga ada proses transformasi. Juga merujuk kepada masa lalu dimana ia menata karirnya. Hal ini bisa juga berkaitan dengan nilai-nilai kepada siapa ia belajar, dan menempa dirinya. Kaitan ini pada konteks lokalitas, seorang pemikir tentu memiliki sikap, renungan, maupun pandangan yang khas. Keadaan tersebut suatu cermin bahwa antara dirinya dan lokalitas suatu nilai yang absah, kemudian menjadi bahan tersendiri dengan agama yang menjadi basis ajarannya. Aspek ini menjadi satu tatanan yang khas dalam pemikiran suatu tokoh. Sebagai seorang yang memiliki corak pandang tertentu, seorang kemudian saling menyinergikan antara lokalits dan agama menjadi satu pandangan yang utuh. Tidak luput juga, KH. Zainuddin MZ yang dikenal sebagai penceramah kondang ketika bersikap tentang lokalitas dan ajaran agama pada sisi lain. Dalam pada itu, bagian ini mengupas persoalan lokalitas, keterkaitannya dengan agama maupun cara pandang KH. Zainuddin MZ menyikapinya. Sebab, ceramah beliau mengenai lokalitas merupakan satu tatanan yang tidak bisa dianggap suatu hal yang keliru mengingat lokalitas menjadi basis tertentu yang dibawa oleh pendahulunya. Baginya, lokalitas merupakan kerangka nilai moral mengenai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk dalam hal ini, mengenai yang dianggap tabu oleh

33 34

beberapa orang karena dalam Islam tidak ada. Dalam ceramahnya mengenai beduk, tahlilan, dan sebagaimana menjadi bahan yang hangat di masanya. Mendengar ceramahnya, para hadirin yang hadir seolah disuguhkan kepada unsur makna tunggal dan harmonisasi antara ajaran Islam dan lokalitas pada satu sisi. Kepekaan beliau dalam melihat lokalitas sebagai warisan nenek moyangnya, dan Islam sebagai sumber agamanya. Terlihat sekali, pengaruh dan sinkronisasi keduanya menjadi aspek yang jelas kentara. Pembelaannya terhadap lokalitas dan ajaran Islam menjadi daya tarik tersendiri bagi publik. Ia melakukan harmonisasi keduanya tampak hati-hati dan tidak gegabah dalam menilai, menelaah yang kemudian dikonsumsi oleh publik. Sebagai figur, tindakan-tindakan yang berkenaan dengan lokalitas dan ajaran Islam ditelaah secara sistematis sehingga ia tidak hanya sekedar menyampaikan ke khalayak publik. Ia menyadari, ketika ceramahnya di ranah publik diperhatikan betul. Kecenderungan yang dilakukan olehnya, tetap berada pada garis tengah yang tidak memarginalkan lokalitas dan ajaran agama. 1. Pengertian Lokalitas Lokalitas merupakan bagian tradisi manusia yang mereka ikuti dan berlangsung sejak lama, dan diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Dalam lokalitas merupakan sesuatu yang berkaitan dengan budaya etnis tertentu (budaya lokal), dan dicerminkan pada kehidupan masyarakat setempat.34 Dalam pada itu, lokalitas memiliki peran yang signifikan bagi kehidupan masyarakat dimana ia tinggal/menetap dengan berbagai hakikat yang diwariskan oleh pendahulunya. Lokalitas memiliki ragam pemaknaan karena memaknai lokalitas tergantung objek yang dijadikan keterlibatan dalam pengertian tersebut.

34Antariksa. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur Lingkungan Binaan (Bali: Samarta, 2017), hal. 9. 35

Lokalitas sebagai bagian darinya termasuk bahasa, budaya, tradisi dan aspek yang berkenaan dengannya. Konteksnya yang paling dominan dalam lokalitas ialah perasan masa lalu yang kemudian dijadikan nilai oleh mereka yang kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya. Lokalitas mengandung suatu nilai atau karakteristik tertentu. Aspek yang paling dominan dalam lokalitas karena mengandung estetika yang tinggi. Unsur yang ada dalam lokalitas, nilai yang berkenaan dengan norma- perilaku, yang dinilai sebagai suatu unsur keterlibatan perasaan masyarakat. Perasaan masyarakat yang terkandung pada lokalitas suatu upaya yang diharapkan dijadikan nilai tinggi bagi generasi selanjutnya. Padanan ini tidak lepas dari pengaruh-pengaruh bahasa lisan sebagai suatu tekanan pada psikis generasi selanjutnya. Kenyataannya memang tidak dapat dilepaskan begitu saja. Ketika lokalitas berkenaan dengan agama, yang menjadi dominan salah satunya. Sebagai unsur yang paling dominan, misalnya, agama suatu sumber yang datang kemudian setelah lokalitas menjadi ajaran, norma, dan -istiadat yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Benturan tersebut bukan lantas mengalahkan salah satunya, melainkan bagaimana keduanya melebur menjadi satu nilai yang absah. Manusia sebagai makhluk yang realistis sebenarnya memiliki keterikatan dengan masa lalunya, sebagai warisan nenek moyangnya. Unsur yang baru menjadi nilai dengan kadar kandungannya yang patut juga diakui keberadaannya. Aspek ketertataan dalam suatu struktur budaya perlu dijelaskan lebih dalam sebagai kandungan makna yang mengandung estetika tinggi. Tidak ada tuntutan yang jelas mengenai bagaimana keduanya berperan dalam suatu masyarakat tertentu. Bahwa unsur pemaksaan yang harus dipilih di antara salah satunya, tindakan yang bermotif legalitas yang mengandung seni yang tinggi. 36

2. Lokalitas sebagai Warisan Keberadaan manusia dalam suatu kehidupan masyarakat memang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh masa lalunya. Masa lalu hasil tindakan yang berunsur pada perasaan manusia. Kaitan ini menjadi telaah tersendiri bagi kehidupan generasi selanjutnya. Karakteristik yang muncul beragam rupa, tergantung bagaimana tingkat generalisasi masa lalu nenek moyangnya. Hampir warisan nenek moyang yang tidak sama dengan tingkat kesadaran kekinian tetap berada pada nilainya yang tinggi. Bagaimana pun, tindakan nenek moyangnya yang kurang sesuai dengan konteks kekinian masih menjadi norma yang tetap dilangsungkan. Keadaan yang kontekstual selalu menuntut kesadaran yang tinggi mengingat hakikat kehidupan terus berjalan dinamis. Sebagai suatu warisan memang yang menjadi kendalanya, ketika dibenturkan dengan sesutau yang baru. Pastinya, ada ketidakcocokan antara lokalitas dengan hukum baru yang ditawarkan. Sebab itu, warisan nenek moyang mengenai lokalitas perlu dileburkan dengan nilai baru, termasuk keterkaitannya dengan agama. Bagaimana pun, agama sebagai ajaran yang mulia dan lokalitas perlu disinergikan sehingga tidak saling mendominankan salah satunya. Berhubung lokalitas warisan nenek moyang yang tidak bisa sepenuhnya diubah, dikonstruk dengan nilai baru yang tidak memiliki kaidah hukum yang jelas. Bagaimanapun warisan tersebut perlu dijadikan tolak ukur dalam membebani warisan dengan hal yang baru. Unsur-unsur yang terlibat dalam hal ini penting dikaji dan dianalisis tentang pengaruhnya pada kehidupan masyarakat. Kandungan makna yang tinggi dalam lokalitas bentuk yang perlu diharmonisasi dengan keragaman yang baru. 37

Dalam pada itu, Islam sebagai ajaran agama yang menggantungkan hukum-hukum pada al-Qur‟an dan Sunnah Nabi datang kepada daerah tertentu. Kemudian sebagai ajaran agama, penting ada harmonisasi yang mengantarkan keduanya pada makna tunggal sehingga keterkaitan dan perpaduan tidak tampak sebagai yang dominan. Bagi ulama‟ terdahulu, Walisongo misalnya, ajaran agama Islam tetap sebagai pondasi sebagai ajaran. Sedangkan lokalitas sebagai warisan tinggi nenek moyang. Ketika keduanya melebur menjadi satu, maka yang terlihat adalah harmonisasi yang jelas saling menguntungkan bagi keduanya.

3. Pandangan KH. Zainuddin MZ Tentang Lokalitas Pandangan KH. Zainuddin MZ mengenai lokalitas merupakan pandangan yang khas dan memberikan dampak yang signifikan. Ceramahnya yang lihai dan bernuansa khas mampu menggelitik siapapun pendengarnya. Terkadang publik dibuat terpingkal-pingkal, sedih, dan merasa tergelitik atau gelisah. Anggapan bahwa bedug adalah bid‟ah.,bagi KH. Zainuddin MZ, adalah anggapan yang sangat salah. Keberadaan bedug merupakan budaya yang dihasilkan oleh ulama‟ dan memiliki fungsi sebagai tanda masuk waktu shalat. Sebagaimana yang diungkapkan dalam ceramahnya, sebagai berikut: “Bedug itu suatu budaya, bukan agama. Karenanya ia berfungsi sebagai tanda masuk waktu. Itulah kehebatan Walisongo dalam memberi tahu umat Islam, telah masuk waktu shalat. Sebagai budaya, itu tidak dianggap bid‟ah.”35 Pemikiran KH. Zainuddin MZ, tentang lokalitas tampak pada pembelaannya pada tradisi yang sudah diwariskan oleh Walisongo. Karakter keislaman orang Indonesia tidak bisa dipungkiri karena

35Disarikan dari ceramah KH. Zainuddin MZ, tentang “Bedug Bid‟ah Benarkah? Ceramah Pendek KH. Zainuddin MZ” diakses pada 07 Mei 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=ZAPVDBXNq2A. 38

dipengaruhi oleh kultur yang ada. Baginya, unsur lokalitas memiliki kekayaan tersendiri sebagai khasanah yang tidak boleh dibuang begitu saja. Lokalitas sebagai bagian dari karakter keislaman orang Indonesia tidak mudah dihapus karena menyangkut kekayaan yang perlu dilestarikan. Pelestarian yang perlu dilakukan ialah untuk menunjang pada perilaku positif keislaman. Ketika unsur lokalitas tidak dipandang sebagai suatu bagian dari karakter keislaman, maka sejatinya umat Islam Indonesia mengalami kemiskinan dalam lokalitas.

B. Pluralitas, Agama dan Pemikiran KH. Zainuddin MZ KH. Zainuddin MZ, dapat diterima oleh semua kalangan karena pemikirannya yang cenderung memberikan kenyamanan bagi publik. Ceramahnya yang menyinggung berbagai persoalan kehidupan memiliki makna tersirat sekaligus tersurat. Hal ini dapat dilihat dari sikapnya yang elegan, seperti orang biasa pada umumnya. Cermin sikapnya melalui peran akhlaknya sebagai penceramah begitu menyejukkan hati siapapun yang memandangnya. Mengenai pandangannya pada orang lain, yang menjadi titik puncaknya ialah bagaimana bersikap sebagaimana Nabi Muhammad. Dalam konteks ini, beliau sebagai figur yang perlu dicontoh kemudian diaplikasikan dalam kehidupan. Pandangannya mengenai akhlak memberikan suatu pandangan yang khas dan humanis. Dikatakan demikian karena beliau memyampaikan tiga hal yang berkenaan dengan akhlak, yaitu: akhlak berhubungan dengan Allah, akhlak berhubungan dengan manusia, akhlak berhubungan dengan alam. Pada ketiganya tersebut peranan akhlak menjadi sesuatu yang lebih penting mengingat manusia memiliki tanggung jawab serta perannya sendiri dalam kehidupan. Kehidupan keseharian yang mengandung aspek akhlak, adalah benar bagaimana manusia bersikap. Peranan manusia yang tertuju kepada 39

Allah, ditunjukkan melalui perannya dalam menjauhi larangan dan melaksanakan perintah-Nya. Peranan manusia pada manusia lainnya ditunjukkan melalui sikapnya dalam menghargai orang lain. Peranan manusia kepada alam, ditunjukkan melalui hubungannya dengan alam untuk terus menjadi ekosistem.36 Kaitannya dengan hal itu, batasan kajian yang akan dibahas dalam hal ini ialah sikap manusia dengan manusia yang lainnya. Hubungan manusia dengan yang lainnya, ditunjukkan melalui peran seseorang kepada siapapun. Meskipun kepada manusia yang berbeda sekalipun. Pada konteks ini, manusia perlu bersikap baik kepada semua umat. Kaitannya dengan akhlak, ia kemudian mengontekskan dengan keadilan yang berperan penting dalam hal ini. 1. Pengertian Pluralitas Pluralisme adalah gagasan atau pandangan yang mengakui adanya hal- hal yang bersifat banyak dan berbeda-beda (heterogen) di suatu kelompok atau masyarakat tertentu.37 Pada konteks ini, pluralisme berpandangan bahwa perbedaan dalam agama, suku, budaya dan etnis bukan menjadi persoalan yang perlu dirumitkan. Pandangan ini menjadi suatu babak penentuan yang paling penting mengingat persoalan dalam suatu kehidupan masyarakat seringkali terjalin perbedaan yang signifikan. 2. Pluralisme Suatu Sikap Berkaitan dengan pluralisme itu sendiri sebenarnya, berkenaan dengan sikap. Dapat dikatakan demikian karena pluralisme menyangkut kehadiran umat di tengah-tengah perbedaan. Kecenderungan sikap yang saling menghargai satu sama lain suatu sikap yang paling menjadi tekanannya. Perbedaan pandangan tidak menjadi soal yang paling urgen oleh

36Disarikan dari ceramah KH. Zainuddin MZ, tentang “Akhlak Seorang Muslim” diakses pada 07 Mei 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=YthnykE1blY. 37Imam Sukardi, dkk. Pilar Islam bagi Pluralisme Indonesia (Solo: Tiga Serangkai, 2003), hal. 129. 40

kelompok pluralis. Bagi mereka, bagaimana seorang bersikap terbuka atas perbedaan tersebut. Sikap yang terbuka menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam pluralisme. Hakikat yang berpancar adalah kesadaran yang dikemukakan dalam pandangan ini. Perbedaan pandangan bukan soal atau sebab manusia satu sama lain menegakkan fanatisme keagamaan. Sebagai sarana untuk menjadikan hidup ini lebih luas, fanatisme keagamaan perlu dipertajam dengan sebuah sikap keterbukaan. Sebab dengan adanya keterbukaan dan mau menerima kehadiran orang lain yang berbeda menjadi pokok yang penting. Hakikat kehidupan yang plural menegaskan bahwa terciptanya ruang harmonisasi dan kenyamanan merupakan faktor penentu untuk melanjutkan kiprah kehidupan yang serba berbeda. Faktor lainnya ialah tentang bagaimana kita menyikapi perbedaan dengan bijaksana dan mampu memberikan makna universalitas bagi kehidupan orang lain. Sikap yang terbuka ditandai oleh adanya menerima mereka dalam kehidupan yang nyata bersumber pada nilai kemanusiaan. Bagaimana pun, kemanusiaan menjadi aspek penentu bagi keberlangsungan pada kehidupan secara seksama. Roda kehidupan yang terus berputar ini adalah ragam warna yang mau tidak mau harus saling berkaitan untuk menciptakan pelangi yang indah. Ketika manusia berada pada kehidupan yang aman, damai, dan tercipta harmonisasi maka disitulah hakikat kehidupan yang semestinya dijalani. 3. Islam dan Pluralisme Menanggapi isu Islam dan pluralisme penting kiranya menengok sejarah Islam dari masa ke masa. Di zaman Nabi Muhammad Saw., umat Islam bergandengan hidup dengan orang Yahudi dan Kristen yang sudah lama menetap di Madinah. Pertemuan ketiga agama tersebut bukan 41

menjadi sebab adanya konflik. Dengan sikap yang bijaksana Nabi Muhammad Saw., memberikan pandangan yang terbuka kepada mereka. Sebagai kelompok minoritas yang hidup di tengah-tengah mayoritas, beliau memunculkan hukum yang kemudian dinamakan Piagam Madinah. Hal ini merupakan cerminan dari sikap beliau yang menganggap bahwa manusia satu sama lainnya tidak ada perbedaan yang secara pasti. Akan tetapi, setiap manusia yang berbeda adalah hal yang paling urgen dan perlu di pandang bagian dari adanya kehidupan yang plural. Keadaan yang paling dominan di masyarakat waktu itu tidak lain adalah gaya kehidupan mereka yang berbeda pandangan. Adanya keterbukaan menjadi nilai penting untuk menghargai satu sama lainnya. Dalam pada itu, kehidupan yang plural menjadikan manusia lainnya tetap berada pada satu misi kehidupan yang bernilai guna pada sesama sehingga tidak ada alasan untuk saling membenci satu sama lainnya. 4. Pandangan KH. Zainuddin MZ Tentang Pluralisme Pandangan KH. Zainuddin MZ, dalam pluralisme adalah usaha atau cermin seperti yang pernah dilakukan Nabi Muhammad Saw. Pandangannya mengenai perbedaan diletakkan pada unsur akhlak dalam kehidupan muslim sehari-hari. Aspek ini sebenarnya ingin meletakkan bahwa perbedaan dalam hakikat kehidupan manusia suatu contoh. Contoh yang pernah Islam berikan melalui kesadaran rahmatal lil alamin. Kaitan ini, ia sampaikan bahwa akhlak seorang muslim merupakan cermin bagi dirinya yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi, bahwa kearifan beliau tidak hanya terfokus pada satu pokok saja, melainkan banyak pokok. Kaitannya ini pada penyampaian pesan-pesan supaya mengena dan abadi. Karena itu, belia mengemas anjuran al-Qur‟an dengan menggunakan kiasan yang indah dalam sabdanya Allah. Hal ini menjadi pokok kajian 42

yang dilakukan oleh KH. Zainuddin MZ.38 Keadaan ini sebenarnya memberikan bukti bahwa kehadirannya dalam menyampaikan pesan untuk tidak menyinggung kehidupan orang lain dengan menyingkronkan pesan Nabi pada konteks kekinian. Pada aspek yang lain, ia juga menyampaikan pesan-pesan tentang pluralisme dengan unsur akhlak yang menjadi nilai keberadaan muslim. Dengan fakta-fakta sejarah yang mendukung guna dijadikan bahan renungan bagi kehidupan muslim adalah salah satu cara menyampaikan pesan tersirat dan penuh makna yang tersurat di dalamnya.39 Dalam pandangan itu, bahwa perbedaan bukan lantas menyekat adanya kehidupan umat muslim dengan umat yang lainnya. kecenderungan kehidupan yang berbeda tidak menjadi alasan muslim saling membenci melainkan bagaimana mereka bersikap dewasa melalui akhlak sebagai nilai utama. Akhlak sebagai perantara dalam hidup berdampingan menjadi nilai yang utama dan perlu dijadikan pilar yang penting dalam kehidupan bersama. Keberadaan non-muslim dan muslim perlu berdampingan, saling menjaga hubungan yang harmonis. Perbedaan dalam pandangan tidak boleh menjadi alasan untuk membenci dan kemudian memarginalkan kehidupan umat yang berbeda.

38H. Hamim Ilyas. Fikih Akbar: Prinsip-Prinsip Teologis Islam Rahmatal Lil „Alamin (Tangerang: Pustaka Alvabet, 2018), hal. 232. 39Disarikan dari Youtube ceramah KH. Zainuddin MZ, tentang diakses pada 07 Mei 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=mbii0u5QOC0. 43

BAB IV RELASI STRUTURAL PEMIKIRAN K.H. ZAINUDDIN MZ

A. Gagasan Pluralitas dan Lokalitas KH. Zainuddin MZ Pada bab sebelumnya, pembahasan terkait lokalitas dan pluralitas dalam pemikiran KH. Zainuddin MZ, dibahas sedemikian rupa, utamanya dalam pembacaan terhadap ceramah-ceramahnya. Ceramah-ceramahnya yang banyak menyinggung persoalan kedua hal tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan khas darinya. Keunikan ini menarik dikaji dengan alasan bahwa ia memiliki gagasan yang unik. Menyangkut gagasannya tentang pluralitas dan lokalitas memang tidak dapat dipungkiri darinya. Aspek tersebut menjadi pokok landasan untuk melihat sejauhmana gagasan tersebut berperan. Gagasan antara pluralitas dan lokalitas dua hal yang memiliki relasi. Dapat dikatakan demikian, keduanya berelasi atas dasar dialektik yang bisa memberikan pandangan khas pada satu kualitas pemikiran. Relasi ini yang bersifat dialektik ini karena adanya saling keterkaitan satu sama lainnya. Keterikatan merupakan pokok yang disarikan dari suatu pandangan individu atau agen. Adanya agen tersebut untuk membuka ruang dialektik untuk memenuhi suatu panggilan yang namanya perubahan. Perubahan yang dilakukan oleh agen dalam suatu kehidupan adalah tindakan yang bermuara pada tindakan praktis dari individu pada suatu struktur masyarakat. KH. Zainuddin MZ, memberikan pandangan yang khas tentang keislaman. Bahwa unsur lokalitas dan pluralitas dalam konteks keislaman Indonesia, mememiliki pertalian yang mengacu pada kesadaran perubahan itu sendiri sebagai nilai yang absah dalam kehidupan sosial.

33 44

Ia lahir di tengah-tengah realitas sosial yang beragam, dipenuhi banyak pilihan tentang makna kehidupan. Realitas sosial ini sebenarnya dalam konteks ruang dan waktu yang mengacu pada praktis sosial.40 1. Dualisme Saling Berelasi Pada konteks pemikiran KH. Zainuddin MZ, bahwa dualisme terdiri dari agen dan struktur. Pada hal yang pertama, menyangkut dirinya sebagai seorang penceramah, politisi dan berhubungan dengan keadaan dimana dirinya hidup dan saling berinteraksi dalam komunikasi yang sama. Komunikasi ini jelas dengan lingkungan sekitarnya sehingga ada upaya proses generalisasi pemahaman satu sama lainnya. Pada hal kedua ialah struktur sosial, dimana dalam ini terlihat adanya pluralisme dan lokalitas yang menjadi bahan dalam setiap ceramahnya. Ruang ini sebenarnya terlihat akan tampak suatu keadaan yang saling memiliki keterkaitan dan kesinambungan yang pasti. Proses ini tidak lepas dari struktur yang memberikan pengaruh kepada agen yang terlibat dalam kehidupan. Aspek yang lain dari keterkaitan berdampak pada penyampaiannya mengenai perbedaan dan bagaimana generasi selanjutnya memahami lokalitas sebagai pemahaman yang kompleks. Kompleksitas ini tidak bisa dilepaskan dari unsur yang terlibat di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari pemaknaannya mengenai keragaman dan ajaran agama yang menjadi warisan sebelumnya mengenai lokalitas. Kenyataan ini banyak ia singgung ketika sedang berceramah bahwa menyangkut lokalitas yang diumpanbalikkan kepada nilai yang berguna. Dikatakan berguna karena adanya keterlibatan pokok ajaran yang melerai perbedaan-perbedaan yang kemudian memfungsikannya pada nilai otentisitas pandangan yang utuh. Tentunya, pengaruh ini tidak bisa dilepaskan begitu saja mengingat warisan tersebut banyak berguna

40 Muhammad Ramadhan, Politik Ekonomi Islam dalam Narasi Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: LKiS, 2018), hal. 38. 45

daripada mudaratnya. Tidak lepas pula, pertimbangan yang matang menjadi kriterianya sebagai penceramah. Ia memaknai kehidupan sosial tidak lepas dari suatu abstraksi yang praktis. Ketika hubungan praktis ini dalam bidang sosial, yang jelas ada keterlibatan-keterlibatan dan relasi-relasi yang bersinergi.41 Sinergi ini dapat terlihat dari keterlibatan satu sama lainnya yang saling berelasi. Dengan penggunaan ini, ada hal yang terlibat dalam relasi tersebut. Antara agen dan kehidupan yang praktis, cenderung bergerak ke arah yang lebih maju dan dinamis. Dengan pemaknaan inilah, adanya relasi yang khas menjadikan runtutan peristiwa saling berkaitan dan bermakna satu sama lainnya. 2. Perubahan-Perubahan Sosial Perubahan-perubahan sosial tidak lepas dari adanya peran agen dalam memberikan pandangan yang umum dan khusus. Perubahan terjadi karena adanya keterlibatan berbagai faktor, antara lain. Bahwa Sesuatu dianggap dimaknai perubahan jika ada proses dialektik antara subjek dan objek yang menjadi ajang relasi satu sama lainnya. Kemudian hal demikian menjadi titik tekan kesadaran bagi subjek. Kesadaran ini didorong karena adanya sesuatu yang belum memberikan pemaknaan yang utuh atas konsepsi yang ditawarkan sebelumnya. Dalam hal itu, membicarakan aspek perubahan tergantung motif yang menjadi latar belakangnya. Termasuk kaitannya dengan gagasan KH. Zainuddin MZ, yang tidak bisa lepas karena ada sesuatu yang mengharuskan dirinya memproduksi pemikiran dengan suatu kerangka berpikir yang tetap mengacu pada keadaan sebelumnya. Melalui

41 I Wayan Ardhi Wirawan, dkk., Konflik dan Kekersan Komunal: pada Komunitas Hindu di Nusa Tenggara Barat Pasca Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hal. 221. 46

serangkaian ceramahnya yang khas dan unik, ia menyampaikan pentingnya perubahan ke arah yang lebih maju. Kemajuan dalam berbagai bidang terus menuntut kebijakan seorang muslim untuk menyesuaikan dimensi pemikirannya.42 Termasuk dengan berhubungan dalam bidang politik. Hal ini ditandai dengan kehadiran dirinya yang ingin melakukan dakwah dalam bidang politik yang bertujuan untuk perubahan pada masyarakat. Ambisi kemenangan tidak menjadi narasi utama dalam keterlibatan dirinya dengan politik. Sebagai agen yang ingin membawa makna perubahan pada kehidupan umat adalah satu alasan yang tidak bisa dipungkiri oleh dirinya sebagai penceramah. Dalam membentuk pola kehidupan yang terus berkaitan (relasi), penting mengkaji, menelaah serta menganalisisnya dalam rumpun pemikiran. Gagasannya sebagai simbolik ini merupakan bagian praktis sosial yang lahir atas dasar kesadaran pentingnya perubahan dan bagaimana agen mampu mengaitkan satu persoalan dengan yang lainnya ketika batas relasi bisa dilakukan. Hanya saja, konsep pemikiran KH. Zainuddin MZ, mampu membentur hegemoni sosial yang terjadi di zamannya dengan membawa angin baru yang lebih segar. Sebagai teladan di zamannya, ia lahir sebagai agen baru yang membawa makna perubahan tanpa harus menafikan kehadiran masa lalu dan masanya menjadi satu pertalian sejarah yang memungkinkan.

B. KH. Zainuddin: Relasi Struktural Pluralitas dan Lokalitas Ada banyak kemungkinan bisa terjadi ketika menghubungkan aspek satunya dengan lainnya. Yaitu, relasi-relasi yang sebenarnya dibentuk oleh keadaan di mana ia berada pada konteks sosial. Adaptasi menjadi nilai guna melihat kesadaran sebagai telaah yang praktis. Terlepas dari bagaimana peran

42 Ris‟an Rusli, Pemikiran Teologi Islam Modern, (Depok: Kencana, 2018), hal. 40. 47

agen dalam melihat relasi itu, ada kemungkinan ia bisa mempelajarinya dengan struktur metodis yang tidak lepas antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik ini adalah alasan yang sangat subtansial menyangkut perubahan yang berarti. Hubungan-hubungan sosial yang saling terkait membawa hukum tersendiri, namun bisa juga dilakukan analisa reflektif. Analisan reflektif ini tidak bisa dilepaskan dari keadaan dirinya yang sadar secara esensial bahwa keberadaan dirinya dalam kehidupan praktis sosial merupakan nilai yang khas. Bagaimana ia melihat pola-pola interaksi hegemonis antara letak kesadaran ini dengan upaya reflektif yang mengacu pada keberadaan dirinya sebagai bagian masyarakat, nilai/norma, serta fungsi- fungsi yang lainnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan menunjukkan kehadiran dirinya dengan suatu pembaruan yang tinggi. Adanya demikian ini memang tidak terlepas dari pembacaan yang terstruktur sebagai basis bangunan pemikirannya yang praktis.43 Dalam pada itu, KH. Zainuddin MZ, merasa dirinya berada pada keadaan dimana kesadaran menjadi ruang reflektif dirinya sebagai agen perubahan. Keadaan ini pula berada pada tingkat hukum sosial yang lebih pada pengembangan aspek berpikir yang tertata dan menjadi nilai positif sebagai agen yang berkembang dan dinamis. Tentu saja, ada reaksi yang fleksibel dalam melihat dan membaca keadaan sosial dimana ia hidup dengan atmosfir pemikirannya. Bangunan epistemiknya sebagai alumni pesantren dan berada dalam satu rumpun akidah yang bermuara pada Ahlussunnah wal jamaah yang ditekankan pada NU sebagai orientasi kultural organisasinya.44 Sebagai seorang yang berkuturunan Betawi, yang hidup di tengah- tengah kota besar Jakarta. Kehidupan yang penuh dengan berbagai imitasi sosial yang sangat krusial. Juga kehidupan sosial yang lebih beragam.

43 Ahmad Baso, NU Studies Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam & Fundamentalisme Neo-Liberal, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 371. 44 Khamami Zada dan A. Fawaid Sjadzili, Nahdlatul Ulama: Dinamika Ideologi dan Politik Kenegaraan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 203. 48

Dikatakan demikian, warga Jakarta merupakan kehidupan sosial yang dibentuk oleh keadaan lingkungannya yang beragam dalam etnis, budaya dan agama. Tidak lepas dari itu pula, ia yang melihat banyak kesenjangan sosial, baik dalam hubungannya dengan kemiskinan, pergaulan yang lebih terbuka, dan orientasi kehidupan materialistik. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi ketika berhubungan dengan aspek personal dalam kehidupan mereka. Ia pun menyadari adanya relasi struktural warga Jakarta dibentuk oleh gaya hidup dan maksud mempertahankan lokalitas yang dibawa dari kampung halaman. Mayoritas warga perantauan ini banyak hal yang dijumpai ketika mereka hidup dalam satu rumpun rumah dengan komunitas yang sama. Tidak lain pula, kehidupan yang menyangkut perbedaan tidak bisa dipungkiri. Relasi struktural dalam kekayaan lokalitas Betawi satu sisi, dan ruang Jakarta satu sisi menjadi basis nilai keberadaan dirinya. Faktor pengaruh lingkungan ini telah memberikan watak dan karakter tersendiri bagi setiap individu. Dengan memulai karir sebagai ceramah, ia melakukan telaah secara esensial kehidupan manusia bahwa perbedaan adalah rahmat yang dianugerahi Tuhan kepada banyak manusia.45 Konteks reflektif agen pada ranah sosial, salah satu cara atau upayanya dalam memperhatikan realitas sosial zamannya.46 Kehadirannya di tengah realitas sosial yang cenderung dinamis telah membawa persoalan lain bagi kehidupan tokoh. Kehadirannya di tenga realitas yang beragama, menyangkut pula lokalitas dan pluralitas menjadi sedemikian rupa dan penting. Hal ini menunjukkan aktivitasnya mengenai ragam hal. Artinya, ada respon positif yang menjadikan dirinya berada pada dimensi kesadaran.

45 Alo Liliweri, Prasangka, Konflik, dan Komunikasi Antarbudaya, (Jakarta: Kencana, 2018), hal. 186. 46 Zuhairi Misrawi, Al-Qur‟an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin, (Bandung: Pustaka Oasis, 2010), hal. 74. 49

Perhatiannya pada kehidupan sosial, mulai kemiskinan, kesenjangan sosial dan bagaimana relasi struktural mempengaruhi wilayah lainnya yang kemudian ia jadikan refleksi yang sesuai dengan ruang waktu. Sampai saat ini, setelah ia wafat ceramahnya menjadi nada yang khas dan memiliki ruang yang bisa dijadikan telaah tersendiri bagi kehidupan masyarakat. Ia menyadari demikian bahwa reflektif upaya membaca sebuah studi yang berkenaan dengan fungsi kehadirannya ditengah kemelut perbedaan. Relasi struktural pemikiran KH. Zainuddin MZ, tidak lain upaya refleksi dirinya sebagai agen individu dalam melihat relasi satu sama lainnya. Lokalitas dan pluralitas menjadi tampak sederhana baginya ketika seseorang menghadirkan Islam rahmatal lil alamin. Pendapat ini, juga punya landasan yang terstruktur sebagai ruang yang lebih besar ketika keadaan ini memaksa dirinya untuk terlibat dalam satu persoalan yang beragam.

50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Penelitian yang dilakukan ini menghasilkan sebuah tahapan terakhir, dengan sebuah kesimpulan bahwa pemikiran KH. Zainuddin MZ, tentang lokalitas dan pluralitas sebagai studi pokok pemikirannya tentang praktis sosial. Sebagai figur yang mendapat julukan „Dai Sejuta Umat” merupakan julukan yang sangat khas baginya. Kritikan dan solusinya menjadi pokok pembahsannya ketika sedang berceramah. Dalam hal ini, peneliti menemukan inti penelitian yang dilakukan, antara lain: 1. Bahwasanya pemikiran KH. Zainuddin MZ, tentang lokalitas merupakan gagasan dirinya yang melihat persoalan sosial yang terjadi di masanya. Meskipun tidak hanya dia yang menyampaikan gagasan demikian, seperti banyak tokoh yang membahasnya. Namun, yang penting dari peranan dirinya ialah ketika menyampaikan gagasan tersebut melalui ceramah yang dikemas dengan sedemikian rupa. Ceramahnya yang terkesan melucu namun penuh makna yang tersirat di dalamnya. 2. Islam menurutnya adalah rahmatal lil alamin. Sisi ini menjadi lengkap, ketika ia menyampaikan ceramahnya dengan nada yang tegas, bahwa lokalitas dalam pluralisme hal yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, sahabat, dan generasi selanjutnya. 3. Hubungan masyarakat dengan lainnya bagian yang tidak bisa dipisahkan dari agen yang punya kapasitas perubahan. Olehnya, perubahan pada praktis sosial menjadi nilai utama untuk melihat Islam begitu penuh nilai. Tatanan strukturasi, agen, dan perubahan

50 51

menjadi hakikat Islam yang sebenarnya dan tidak bisa dilepaskan begitu saja.

B. Saran

Kekurangan dari penelitian ini adalah statusnya sebagai kajian pengantar pada pembacaan kritis holistik biografi tokoh KH. Zainuddin MZ. Penelitian-penelitian berikutnya disarankan mengambil sudut pandang berbeda, yang memungkinkan pembacaan lebih luas terhadap struktur pemikiran sang tokoh. Struktur sosial yang terjadi pada masa hidup KH. Zainuddin MZ dapat dikaitkan dengan struktur pemikirannya, yang tercermin dalam setiap ceramah-ceramahnya. Penelitian berikutnya tidak saja memotret pemikiran KH Zainuddin MZ sebagai cerminan dari realitas sosial pada waktu itu, tapi juga dapat memotret bagaimana realitas sosial membentuk pemikiran. Beberapa teori yang bisa digunakan adalah teori tindakan sosial, bahwa tindakan sosial lahir dari pengaruh lingkungan sosial (behaviorisme).

52

DAFTAR PUSTAKA

Angen, T. 2013. Tausiyah Ramadhan Da'i Sejuta Umat. Jakarta Timur: Dapur Buku.

Anom, S. N. 2014. Pendidikan Anak dalam Keluarga Menurut K.H. Zainuddin MZ. Bandung: Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Antariksa. 2017. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur Lingkungan Binaan. Bali: Samarta.

Cellia, P. 2016. Peran Teater Lenong Betawi dalam Pembentukan Identitas Budaya Masyarakat Betawi. Jakarta: Skripsi, UIN Jakarta.

Giddens, A. 2010. Teori Strukturasi : Sasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Herdyanto, I. 2005. Kritik Sosial dalam Dakwah KH. Zainuddin MZ pada Era Reformasi. Surabaya: Airlangga University.

Hidayah, Arina. 2015 Diksi KH. Sumarkan dalam Penyampaian Pesan Dakwah di TV9. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Indra, Hasbi. 2018. Pendidikan Pesantren dan Perkembangan Sosial Kemasyarakatan (Studi atas Pemikiran KH. Abdullah Syafi‟ie). Yogyakarta: Deepublish.

Ilyas, H. Hamim. 2018. Fikih Akbar: Prinsip-Prinsip Teologis Islam Rahmatal Lil „Alamin. Tangerang: Pustaka Alvabet.

Iskandar, Salman. 2009. 99 Tokoh Muslim Indonesia. Bandung: DAR! Mizan.

Japarudin. 2017. “Humor dalam Aktivitas Tabligh,” dalam Jurnal Syi‟ar, vol. 17, No. 2, Agustus.

52 53

Johannes Raap, Olivier. 2015. Kota di Jawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Saepuloh, U. 2013. Pesan Humor dalam Dakwah KH. Zainuddin MZ (Studi Deskriptif pada Dakwah KH. Zainuddin MZ). Bandung: Diploma Thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sarah. 2012. Budaya Betawi dan Jakarta Saat ini. Dipetik Maret 12, 2019, dari www.kompasiana.com

Siregar, P. 2012. K.H. Zainuddin MZ : Sang Da'i Sejuta Umat. Jakarta: Adabia Press Fak. Adab dan Humaniora UIN Jakarta.

Sukardi, Imam. dkk. 2003. Pilar Islam bagi Pluralisme Indonesia. Solo: Tiga Serangkai.

Syamsuddin, dkk. 2005. Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai: Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004. Jakarta: Gramedia Pustaka Uama.

Thaha, I. 1997. Dakwah dan Politik Dai Berjuta Umat. Bandung: Mizan.

Ulum, Bahrul. 2013. Pemikiran Politik KH. Zainuddin MZ dalam Perspektif Siyasah, Skripsi Skripsi Jurusan Jinayah Siyasah, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Rujukan WEB dan Youtube: Tirto.id “Zainuddin MZ: Dai Sejuta Umat, Politikus Sejuta Massa” diakses pada 04 April 2019 dari https://tirto.id/zainuddin-mz-dai-sejuta-umat-politikus-sejuta- massa-cCKz.

Republika.com “KH Zainuddin MZ, Sang Dai „Sejuta Umat‟ dari Betawi (1)” diakses pada 04 Mei 2019. https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam digest/19/02/15/pmz0vz458-kh-zainuddin-mz-sang-dai-sejuta-umat-dari-betawi-1

54

Disarikan dari ceramah KH. Zainuddin MZ, tentang “Bedug Bid‟ah Benarkah? Ceramah Pendek KH. Zainuddin MZ” diakses pada 07 Mei 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=ZAPVDBXNq2A.

Disarikan dari ceramah KH. Zainuddin MZ, tentang “Akhlak Seorang Muslim” diakses pada 07 Mei 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=YthnykE1blY.