Pura Dalem Jawa Di Desa Werdi Bhuwana, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali (Sejarah, Struktur, Fungsi Dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di Sma)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pura Dalem Jawa Di Desa Werdi Bhuwana, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali (Sejarah, Struktur, Fungsi Dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di Sma) PURA DALEM JAWA DI DESA WERDI BHUWANA, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG, BALI (SEJARAH, STRUKTUR, FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA) OLEH Gusti Made Sriwidiari* Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A** Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa di Desa Werdi Bhuwana, Mengwi, Badung, Bali, (2) struktur dan fungsi Pura Dalem Jawa di Desa Werdi Bhuwana tersebut, dan (3) potensi yang terdapat di Pura Dalem Jawa Di Desa Werdi Bhuwana yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah di SMA. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif meliputi: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen; (4) teknik validasi data menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber; (5) teknik analisis data memakai model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menujukkan bahwa: sejarah Pura Dalem Jawa memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Mengwi dan Blambangan. Hal ini dikarenakan ketika Kerajaan Mengwi menduduki Blambangan, Mas Sepuh penguasa Blambangan datang ke Bali dan diasingkan di Banjar Jawa yang merupakan lokasi Pura Dalem Jawa. Struktur Pura Dalem Jawa menggunakan konsep dwi mandala yaitu jeroan dan dua jaba sisi yaitu bagian selatan dan utara. Fungsi Pura Dalem Jawa yaitu (1) fungsi religius, (2) fungsi sosial politik, (3) fungsi budaya, (4) fungsi pendidikan. Adapun potensi Pura Dalem Jawa ialah aspek historis , aspek peninggalan meliputi cengkuwung, arca pedanda, arca pendeta, arca singa, dan batu alam. Kata Kunci: Pura Dalem Jawa, sejarah, struktur, fungsi, dan sumber belajar sejarah ABSTRACT The study aimed to know: (1) History of the establishment of Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana village, Mengwi, Badung, Bali, (2) structure and function of Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana village, (3) the potential contained in Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana village which can be use as a source of history in high school. The research method use is qualitative approach including: (1) determination of research location; (2) informant determination technique; (3) data collection technique use observation, interview, and document study; (4) data validation technique use triangulation method and triangulation source; (5) data analysis technique use interactive models Miles and Huberman. The result of research shows that: the history of Pura Dalem Jawa has close relation with Mengwi and Blambangan Kingdom. Because when Mengwi Kingdom occupies Blambangan, Mas Sepuh as Blambangan penguin came to Bali and exiled in Banjar Jawa which is the location of Pura Dalem Jawa. The structure of Pura Dalem Jawa use the consept of dwi mandala that is jeroan and two part jaba sisi that is south side and north side. Function of Pura Dalem Jawa is (1) religious function, (2) social politics function, (3) culture function, (4) education function. The potential of Pura Dalem Jawa is historical aspect, aspects of the relics include cengkuwung, arca pedanda, arca pendeta, arca singa and natural stone. Keywords: Pura Dalem Jawa, history, structure, function, and learning resources history PENDAHULUAN mengetahui sejarah pura Dalem Jawa ini. Begitu pula dilihat dari segi struktur Pura Pulau Bali dihuni oleh masyarat Dalem Jawa mirip dengan pura lainnya di dengan latarbelakang etnis, ras dan Bali yaitu menggunakan konsep dwi agama yang berbeda. Mayoritas mandala dan di dalamnya terdapat penduduk Pulau Bali memeluk agama berbagai bangunan suci yang mempunyai Hindu, disamping pula berkembang fungsinya tersendiri. agama lainnya seperti agama Islam, Buddha, Kristen Katholik, Kristen Suatu peninggalan yang memiliki Protestan,dan Konghucu. Karena nilai–nilai historis akan tetap ajeg apabila mayoritas penduduk Bali beragama Hindu pengetahuan maupun nilai-nilai sejarah maka kehidupan sosial budayanya sangat tersebut dienkulturasikan pada generasi dipengaruhi oleh budaya spiritual Hindu. muda. Ketika nilai-nilai itu sudah Salah satu wujud hasil budaya spiritual ditanamkan pada generasi muda, maka Hindu di Bali ialah dibangunnya pura eksistensi dari suatu peninggalan akan sebagai tempat pemujaan. Dengan tetap ajeg dan dikenang meskipun banyaknya pura yang berdiri di Bali generasi pedahulu yang hidup sezaman sebagai wujud kebudayaan religi maka dengan dibangunnya peninggalan itu telah Pulau Bali sering disebut dengan Pulau tiada. Proses enkulturasi itu dapat Seribu Pura. dilakukan melalui pendidikan dan sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang Keberadaan pura di Bali tentu saja dapat membantu mewariskan nilai-nilai melalui porses sejarah yang panjang. historis kepada generasi muda. Biasanya pendirian pura tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masa lampau Selama ini pembelajaran di kelas masyarakat di sekitar pura itu. Salah satu bersifat monoton dan bersifat jevasentris pura yang ada di Bali adalah Pura Dalem serta jarang sekali menyentuh Jawa. Keberadaan Pura Dalem Jawa juga peninggalan sejarah di lingkungan sekitar melalui proses sejarah yang panjang. Pura siswa. Pura Dalem Jawa sebagai pura ini termasuk pura kuno yang ada di Desa kuno dapat dijadikan pembelajaran Werdi Bhuwana Kecamatan Mengwi sejarah kontekstual. Terlebih lagi Kabupaten Badung. Biasanya nama-nama penggunaan Kurikulum 2013 yang lebih pura di Bali menggunakan bahasa lokal menekankan pembelajaran yang bersifat maupun istilah-istilah Sansekerta. Namun kontekstual dan berpusat pada siswa. berbeda halnya dengan Pura Dalem Jawa. Kata Jawa merujuk pada suatu wilayah Pemanfaatan Pura Dalem Jawa dan etnik yaitu Pulau Jawa dan etnik sebagai sumber pembelajaran kontekstual Jawa. Bahkan orang-orang dulu menyebut ini, dapat membantu guru sejarah dalam wilayah tempat pura ini berada dengan melaksanakan tugasnya sebagai seorang sebutan Banjar Jawa. penyampai warisan budaya manusia. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Widja Pura ini masih terletak di sekitar (1989: 16-17), yang mengatakan bahwa Puri Mengwi, sehingga secara historis seorang guru sejarah adalah seorang pura ini berkaitan dengan sejarah “messenger of man’s cultural inheritance Kerajaan Mengwi. Namun tidak banyak (penyampai dari warisan budaya orang yang mengetahuinya, jikalaupun manusia)”. Pernyataan ini menuntut ada hanya segelintir orang yang seorang guru sejarah memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam 1. Teknik Penentuan Lokasi tentang berbagai aspek kebudayaan baik Penelitian ini dilaksanakan di Desa kebudayaan rohani maupun kebudayaan Werdi Bhuwana Kecamatan Mengwi material. Kabupaten Badung Bali. Hal ini Pura Dalem Jawa yang memiliki dikarenakan di desa ini terdapat sebuah potensi sebagai pengembangan sumber pura kuno yang bernama Pura Dalem pembelajaran seajarah dapat disesuaikan Jawa. Pura ini terletak di Bajar Denkayu dengan silabus K13 pada kelas X dalam Delodan yang sangat dekat dengan lokasi materi kerajaan-kerajaan bercorak Hindu- Puri Mengwi dengan demikian pura ini Buddha di Indonesia serta dapat dikaitan memiliki ikatan historis dengan Kerajaan dengan Kompetensi Dasar 3.6 yaitu Mengwi. menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintah dan kebudayaan 2. Teknik Penentuan Informan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu- Informan dalam penelitian ini Buddha di Indonesia serta menunjukan ditentukan dengan teknik puposive contoh bukti-bukti yang masih berlaku sampling yaitu pengambilan informan pada kehidupan masyarakat Indonesia dengan tujuan tertentu yakni dengan saat ini. Dan Kompetensi Dasar 4.6 yaitu mempertimbangkan bahwa informan atau menyajikan hasil penalaran dalam bentuk subjek dianggap memiliki kemampuan dan tulisan tentang nilai-nilai dan unsur-unsur dapat memahami permasalahan yang budaya yang berkembang pada masa dikaji Kerajaan Hindu Buddha dan masih Untuk informasi yang lebih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa lengkap, penentuan informan juga Indonesia pada masa kini. dilakukan dengan cara mengembangkan Penelitian ini menguraikan tentang teknik swoball. Teknik snowball sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa, merupakan suatu teknik menentukan struktur Pura Dalem Jawa, fungsi Pura informan dengan menentukan informan Dalem Jawa dan potensi-potensi yang kunci yang dapat memberikan informasi dimiliki oleh Pura Dalem Jawa yang dapat dan lebih mengetahui tentang masalah dijadikan sebagai sumber belajar sejarah yang dikaji dan diharapkan memberi di SMA. informasi adanya informan lain yang juga memahami masalah yang dikaji. Dalam penelitian kali ini dijumpai beberapa METODE PENELITIAN informan yakni I Nyoman Sukada, I Made Yasa, Ida Bagus Anom, I Nyoman Kerta, I Penelitian ini menggunakan Wayan Nama, Anak Agung Nyoman pendekatan kulitatif. Penelitian kualitatif Anom. merupakan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata yang 3. Teknik Pengumpulan Data ditulis dari orang yang diwawancarai dan Dalam penilitian ini teknik perilaku orang yang diamati secara pengumpulan data yang digunakan yaitu alamiah untuk dimaknai atau ditafsirkan obeservasi, wawancara dan studi (Mahdi dan Mujahidin, 2014: 123). Metode dokumen. Dalam penelitian ini observasi penelitian kulitatif meliputi langkah- dilakukan dengan cara melakukan langkah berikut : pengamatan langsung di Pura Dalem Jawa. Begitu pula dilakukan wawancara dengan informan-informan yang berdirinya pura ini tidak bisa dilepaskan mengetahui informasi sejarah, struktur dan dari perjalanan
Recommended publications
  • R. Tan the Domestic Architecture of South Bali In: Bijdragen Tot De Taal-, Land- En Volkenkunde 123 (1967), No: 4, Leiden, 442-4
    R. Tan The domestic architecture of South Bali In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 123 (1967), no: 4, Leiden, 442-475 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/01/2021 05:53:05PM via free access THE DOMESTIC ARCHITECTURE OF SOUTH BALI* outh Bali is the traditional term indicating the region south of of the mountain range which extends East-West across the Sisland. In Balinese this area is called "Bali-tengah", maning centra1 Bali. In a cultural sense, therefore, this area could almost be considered Bali proper. West Lombok, as part of Karangasem, see.ms nearer to this central area than the Eastern section of Jembrana. The narrow strip along the Northern shoreline is called "Den-bukit", over the mountains, similar to what "transmontane" mant tol the Romans. In iwlated pockets in the mwntainous districts dong the borders of North and South Bali live the Bali Aga, indigenous Balinese who are not "wong Majapahit", that is, descendants frcm the great East Javanece empire as a good Balinese claims to be.1 Together with the inhabitants of the island of Nusa Penida, the Bali Aga people constitute an older ethnic group. Aernoudt Lintgensz, rthe first Westemer to write on Bali, made some interesting observations on the dwellings which he visited in 1597. Yet in the abundance of publications that has since followed, domstic achitecture, i.e. the dwellings d Bali, is but slawly gaining the interest of scholars. Perhaps ,this is because domestic architecture is overshadowed by the exquisite ternples.
    [Show full text]
  • GROY Groenewegen, JM (Johannes Martinus / Han)
    Nummer Toegang: GROY Groenewegen, J.M. (Johannes Martinus / Han) / Archief Het Nieuwe Instituut (c) 2000 This finding aid is written in Dutch. 2 Groenewegen, J.M. (Johannes Martinus / Han) / GROY Archief GROY Groenewegen, J.M. (Johannes Martinus / Han) / 3 Archief INHOUDSOPGAVE BESCHRIJVING VAN HET ARCHIEF......................................................................5 Aanwijzingen voor de gebruiker.......................................................................6 Citeerinstructie............................................................................................6 Openbaarheidsbeperkingen.........................................................................6 Archiefvorming.................................................................................................7 Geschiedenis van de archiefvormer.............................................................7 Groenewegen, Johannes Martinus............................................................7 BESCHRIJVING VAN DE SERIES EN ARCHIEFBESTANDDELEN........................................13 GROY.110659917 supplement........................................................................63 BIJLAGEN............................................................................................. 65 GROY Groenewegen, J.M. (Johannes Martinus / Han) / 5 Archief Beschrijving van het archief Beschrijving van het archief Naam archiefblok: Groenewegen, J.M. (Johannes Martinus / Han) / Archief Periode: 1948-1970, (1888-1980) Archiefbloknummer: GROY Omvang: 1,86 meter Archiefbewaarplaats:
    [Show full text]
  • Kondisi Pura Dalem Bias Muntig Dari Tahun Ketahun Mengalami
    MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG I Kadek Merta Wijaya Dosen Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa e-mail: [email protected] ABSTRAK Kondisi Pura Dalem Bias Muntig dari tahun ketahun mengalami penurunan kualitas fisik dan seiring dengan itu juga, status sebagai Pura Kahyangan Jagad di Nusa Penida semakin tersebar sampai di luar Pulau Nusa Penida. Hal tersebut menuntut adanya pembenahan dan penataan yang lebih baik. Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat menyebutkan bahwa diperlukan suatu: (1) penataan dan pengembangkan Pura Dalem; (2) penambahan dua bangunan pelinggih di dalam area Pura Bias Muntig; (3) perencanaan pesraman pemangku; (4) penataan lanskap atau ruang luar seperti tempat parkir, fasilitas MCK dan penataan jalur pedestrian pemedek; serta (5) penataan area tempat melasti. Pengabdian ini bertujuan untuk menyusun rancangan kembali (redesign) Pura Dalem Bias Muntig dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat setempat baik permasalahan keruangan maupun manajemen pembangunannya. Aspek keruangannya yaitu sebagai dasar acuan dalam penataan dan pengembangan kedepannya sedangkan aspek manajemen pembangunan yaitu sebagai dasar dalam mengajukan proposal pendanaan kepada pemerintah maupun swasta. Sasaran dan manfaat kegiatan pengabdian ini mengarah kepada tiga pihak yaitu masyarakat Desa Pakraman Nyuh Kukuh, masyarakat umum dan institusi Universitas Warmadewa sebagai lembaga dalam pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Metode kegiatannya yaitu menggali informasi-informasi di masyarakat melalui tokoh-tokoh masyarakat sebagai mitra dialog tentang permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi yaitu penataan dan pengembangan Pura Dalem Bias Muntig, yang selanjutnya diselesaikan melalui solusi-solusi dengan mempertimbangkan keinginan dan kepentingan masyarakat setempat.
    [Show full text]
  • Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin
    Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream-Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. Southeast Sumatra in Protohistoric and Srivijaya Times: Upstream- Downstream Relations and the Settlement of the Peneplain. Cambridge Scholars Publishing. From distant tales : archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra, pp.434-484, 2009, 978-1- 4438-0497-4. halshs-02521657 HAL Id: halshs-02521657 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02521657 Submitted on 27 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra, Edited by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz This book first published 2009 Cambridge Scholars Publishing 12 Back Chapman Street, Newcastle upon Tyne, NE6 2XX, UK British Library Cataloguing in Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Copyright © 2009 by Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel, Mai Lin Tjoa-Bonatz and contributors All rights for this book reserved.
    [Show full text]
  • Candi, Space and Landscape
    Degroot Candi, Space and Landscape A study on the distribution, orientation and spatial Candi, Space and Landscape organization of Central Javanese temple remains Central Javanese temples were not built anywhere and anyhow. On the con- trary: their positions within the landscape and their architectural designs were determined by socio-cultural, religious and economic factors. This book ex- plores the correlations between temple distribution, natural surroundings and architectural design to understand how Central Javanese people structured Candi, Space and Landscape the space around them, and how the religious landscape thus created devel- oped. Besides questions related to territory and landscape, this book analyzes the structure of the built space and its possible relations with conceptualized space, showing the influence of imported Indian concepts, as well as their limits. Going off the beaten track, the present study explores the hundreds of small sites that scatter the landscape of Central Java. It is also one of very few stud- ies to apply the methods of spatial archaeology to Central Javanese temples and the first in almost one century to present a descriptive inventory of the remains of this region. ISBN 978-90-8890-039-6 Sidestone Sidestone Press Véronique Degroot ISBN: 978-90-8890-039-6 Bestelnummer: SSP55960001 69396557 9 789088 900396 Sidestone Press / RMV 3 8 Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden CANDI, SPACE AND LANDscAPE Sidestone Press Thesis submitted on the 6th of May 2009 for the degree of Doctor of Philosophy, Leiden University. Supervisors: Prof. dr. B. Arps and Prof. dr. M.J. Klokke Referee: Prof. dr. J. Miksic Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde No.
    [Show full text]
  • Napak Tilasdang Hyang Niratha Di Pulau Bali
    NAPAK TILASDANG HYANG NIRATHA DI PULAU BALI Oleh I Nyoman Suka Ardiyasa Dosen STAH N Mpu Kuturan Singaraja email : [email protected] Abstract The presence of temples in Bali cannot be separated by some central figures who inspired the temple. One of the great figures who contributed to discovering the Pura Kahyangan Jagat in Bali is Dang Hyang Niratha. Dang Hyang Nirarta has build a lot temple in his travels on the Island of the Gods. Some temples are similar to Rambut Siwa Temple, Uluwatu Temple, Ponjok Batu Temple, Sakenan Temple and other temples which are now Pura Dang Kahyangan and Sad Kahyangan. The temple as a place of worship for Hindus, is also not uncommon to get visits of local and international tourists. The attraction was due to the sacredness and beauty of the location that was established by Dang Hyang Nirartha. This is of course a tourist destination that offers spiritual attractions. Keywords: Dang Hyang Nirartha, Spiritual Tourism. I.Pendahuluan Boddha (Siwa-Sogata). Dengan demikian kedatangan Dang Hyang Dwijendra Kedatangan Dang Hyang Nirartake memperkokoh sistem teologi Hindu Siwa- Pulau Bali merupakan salah bentuk Boddha (Siwa-Buddha) dengan melakukan konsolidasi internal dengan mengatasi asimilasi konsep teologi Tri-Murti kelemahan tataran sistem sosial, sistem (Brahma, Wisnu, Siwa) kedalam konsep religi dan politik keagamaan dan ancaman teologi Tri Purusa (Siwa, Sada Siwa dan ekternal yaitu Islamisasi dari Jawa. Ia juga Maheswara); memperkenalkan bangunan melihat peluang untuk memperkuat sendi- tempat pemujaan disebut Padmasana untuk sendi keagamaan di Bali, karena sebelum ia memuja kebesaran Sanghyang Tri-Purusa. melakukan perjalanan dharmayatra ke Bali, Bali sudah pernah didatangi oleh Maha Resi Bangunan (pelinggih) untuk Markandeya (756 Masehi) dan para Mpu pemujaan Tri Murti telah diperkenalkan seperti Mpu Semeru (999 Masehi),Mpu konsep Bangunan Meru oleh Mpu Ghana (1000 Masehi), Mpu Kuturan (1001 Kuturan, konsep Desa Pakaraman, Masehi), Mpu Gnijaya (1049).
    [Show full text]
  • Candi Space and Landscape: a Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains
    Candi Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains Proefschrift ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden, op gezag van Rector Magnificus Prof. mr. P.F. van der Heijden, volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op woensdag 6 mei 2009 klokke 13.45 uur door Véronique Myriam Yvonne Degroot geboren te Charleroi (België) in 1972 Promotiecommissie: Promotor: Prof. dr. B. Arps Co-promotor: Dr. M.J. Klokke Referent: Dr. J. Miksic, National University of Singapore. Overige leden: Prof. dr. C.L. Hofman Prof. dr. A. Griffiths, École Française d’Extrême-Orient, Paris. Prof. dr. J.A. Silk The realisation of this thesis was supported and enabled by the Netherlands Organisation for Scientific Research (NWO), the Gonda Foundation (KNAW) and the Research School of Asian, African and Amerindian Studies (CNWS), Leiden University. Acknowledgements My wish to research the relationship between Ancient Javanese architecture and its natural environment is probably born in 1993. That summer, I made a trip to Indonesia to complete the writing of my BA dissertation. There, on the upper slopes of the ever-clouded Ungaran volcano, looking at the sulfurous spring that runs between the shrines of Gedong Songo, I experienced the genius loci of Central Javanese architects. After my BA, I did many things and had many jobs, not all of them being archaeology-related. Nevertheless, when I finally arrived in Leiden to enroll as a PhD student, the subject naturally imposed itself upon me. Here is the result, a thesis exploring the notion of space in ancient Central Java, from the lay-out of the temple plan to the interrelationship between built and natural landscape.
    [Show full text]
  • The Meaning of Three Dragons on Padmasana Tiga Architectures in Besakih Temple, Bali Indonesia
    International Proceeding Conference on Multimedia, Architecture & Design (IMADe) Vol.1, October 2020 p-ISSN: 2747-1764, e-ISSN: 2747-1756 https://eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/imade THE MEANING OF THREE DRAGONS ON PADMASANA TIGA ARCHITECTURES IN BESAKIH TEMPLE, BALI INDONESIA Ida Bagus Idedhyana1, Ngakan Putu Sueca2, Ngakan Ketut Acwin Dwijendra3 and Ida Bagus Wirawibawa4 1Student of Doctoral Program Engineering Science, Faculty of Engineering, Udayana University and Lecture of Architecture Department, Ngurah Rai University Email: [email protected] 2Department of Architecture, Faculty of Engineering, Udayana University Email: [email protected] 3Department of Doctoral Program Engineering Science, Faculty of Engineering, Udayana University Email: [email protected] 4 Department of Architecture, Faculty of Engineering, Udayana University Email: [email protected] ABSTRACT Three dragons are the most famous snake of Gods among a thousand other dragons. Anantabhoga, Basuki and Taksaka are three dragons that are often used as decorative items in Padmasana architecture. Padmasana Tiga in Penataran Agung Besakih Temple is a symbolic place of God, applying these three dragon icons as decoration. The purpose of this study is to reveal the meaning of the three dragons and how they are placed on Padmasana architecture. The meaningful step is carried out through two stages, the first stage is explanation and the second stage is interpretation of meaning. The results show that the shape of the dragon is more towards therio-anthropomorphic, the merging of animal and human forms in divine visuals that is difficult to imagine. Its symbolic function is as a tribute to the cosmic principles of the universe, and serves to strengthen the architectural representation of Padmasana Tiga as an embodiment of the universe.
    [Show full text]
  • ADAPTATION STRATEGY of MOSQUE ARCHITECTURE in the MINORITY NEIGHBORHOOD Case Studies: Mosques in Denpasar City and Badung Regency, Province of Bali
    ADAPTATION STRATEGY OF MOSQUE ARCHITECTURE IN THE MINORITY NEIGHBORHOOD Case Studies: Mosques in Denpasar City and Badung Regency, Province of Bali. Alumnus of Master of Science Program, Post -Graduate Andika Saputra Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta e-mail: [email protected] Alumnus of Bachelor Architecture Program , Faculty of Muhammad Rochis Engineering Warmadew University, Denpasar City, Bali e-mail: [email protected] Received : May 31 st 2014 ; Accepted : September 3 rd 2014; Available Online : December 15 th 2014 Abstract Mosques for Moslems who live in the middle of minority neighborhood in Province of Bali do not only function as a signifier for the presence of a Moslem community, but also have a central role because mosque is the only gathering place for fellow Moslems. In the present, Moslems in the province of Bali is facing various challenges that cause adaptation strategies of mosque architecture for the existence of mosque in the neighborhood can be accepted by society from other faith. This preliminary study aim to know the adaptation strategies of mosque architecture undertaken Moslems in the province of Bali along with the factor that drive adaptation. Study conducted using qualitative-inductive method. Locus of study in the Denpasar City and Badung Regency where is the center of activity and concentration of Moslems in the province of Bali in a different background of neighborhood. Object of study used a large mosque that are the central of Moslems activity. The
    [Show full text]
  • Terhadap Konsep Bangunan Pura Penataran Agung Lempuyang Di Bali Dengan Pura Aditya Jaya Di Jakarta
    Jurnal Penelitian Dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol.5.No.1 Januari 2020, ISSN (p) : 0853-7720, ISNN (e): 2541-4275 HUBUNGAN KONSEPTUAL TEORI “NATURE AS EXEMPLAR IN ARCHITECTURE” TERHADAP KONSEP BANGUNAN PURA PENATARAN AGUNG LEMPUYANG DI BALI DENGAN PURA ADITYA JAYA DI JAKARTA I Kadek Oka Supribawa1), Oka Sindhu Pribadi2) 1,2)Program Studi Magister Arsitektur, Universitas Trisakti [email protected] ABSTRAK Pura dibangun dengan menerapkan berbagai nilai filosofis dalam konsep Tri Hita Karana. Umat Hindu di Bali menempatkan Pura di tempat yang utama menurut aturan yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai spiritual dan kesakralan Pura. Namun akan berbeda apabila Pura dibangun di perkotaan Jakarta. Perkembangan konsep membangun pura di Jakarta tentu mengalami penyesuaian terhadap situasi lingkungan fisik maupun sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan konseptual nilai-nilai filosofis teori “Nature as Exemplar in Architecture” dengan konsep membangun Pura Penataran Agung Lempuyang di Bali yang kemudian dibandingkan terhadap konsep membangun Pura Aditya Jaya di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, untuk mengidentifikasi hubungan konseptual dalam kesamaan dan perbedaan konsep membangun Pura Penataran Agung Lempuyang di Bali dengan Pura Aditya Jaya di Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tambahan pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam memahami nilai filosofis bangunan Pura. Kata kunci: pura, filosofi, konsep, alam I. PENDAHULUAN Pura sebagai tempat ibadah yang disucikan umat Hindu di Indonesia dibangun dengan menerapkan berbagai nilai-nilai filosofis dan konsep spiritual umat Hindu sebagai pedoman yang tersusun secara kompleks dan saling terkait. Pembangunan Pura dengan landasan nilai-nilai filosofis dan konsep Tri Hita Karana adalah pembentuk ruang bangunan Pura yang dibagi dalam konsep Tri Mandala dengan orientasi kosmologis Sanga Mandala, sebagai konsep dasar dalam arsitektur tradisional Bali.
    [Show full text]
  • Kajian Tipomorfologi Arsitektur Percandian ‘Kayu’ Di Jawa
    Arsitektur Kajian Tipomorfologi Arsitektur Percandian ‘Kayu’ di Jawa Penyusun : Dr. Rahadhian PH Antonius Richard Fery Wibawa C LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung, 40141 Februari, 2014 Identitas Penelitian 1. Judul Usulan : Kajian Tipo-Morfologi Percandian ‘Kayu’ di Jawa 2. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Dr. Rahadhian Prajudi Herwindo, ST, MT.Ars b. Bidang Keahlian : Teori , Sejarah, dan Desain Arsitektur c. Jabatan Struktural : d. Jabatan Fungsional : Dosen Tetap g. Unit Kerja : Fakultas Teknik/Arsitektur/Unpar h. Pusat Penelitian : i. Alamat Surat : Jurusan Teknik Arsitektur Unpar Jalan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 j. Telp/Faks : (022) 2033691/(022) 2033692 k. E-mail : [email protected] [email protected] 3. Tim Peneliti : No Nama dan Gelar Bidang Instansi Alokasi/ Waktu Akademik Keahlian (jam/minggu) 1. Dr. Rahadhian PH, Teori, Sejarah, Unpar 2 jam/minggu Desain 2. Antonius Richard Modeling 3D Unpar 2 jam/minggu 3. Fery Wibawa Modeling 3D Unpar 2 jam/minggu 4. Objek Penelitian : bangunan-bangunan candi di Jawa dan Pura di Bali 5. Masa pelaksanaan penelitian : Mulai : September 2013 Berakhir : Februari 2013 6. Anggaran : Total yang diusulkan Rp 10.000.000,- 7. Lokasi Penelitian : Jawa - Bali 1 KATA PENGANTAR Syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat berkah dan bimbingan-Nya penelitian ini dapat terselesaikan. Penelitian ini ini berisi pembahasan Tipomorfologi Arsitektur Candi (menggunakan) Kayu di Jawa. Penelitian ini merupakan penyempurnaan dari teori tentang candi yang telah dibangun dari penelitian sebelumnya yakni Kajian Arsitektur Percandian (menggunakan) Kayu pada masa Klasik Tengah dan Muda. Studi ini ditujukan untuk mengenali wujud tipe-tipe arsitektur percandian kayu yang pernah dibangun melalui klasifikasi dalam studi tipomorfologi.
    [Show full text]
  • The Architecture of Pagodas Viewed from the Angle of Site Lay-Out, Proportion, and Symbolization
    Jurnal RISA (Riset Arsitektur) ISSN 2548-8074, www.unpar.ac.id Volume 01, Nomor 02, edisi April 2017; hal 192-208 THE ARCHITECTURE OF PAGODAS VIEWED FROM THE ANGLE OF SITE LAY-OUT, PROPORTION, AND SYMBOLIZATION 1Raymond William. ² Dr. Ir. Yuswadi Saliya, M. Arch ¹ Student in the Bachelor’s (S-1) Study Program in Architecture at Parahyangan Catholic University ² Senior lecturer in the Bachelor’s (S-1) Study Program in Architecture at Parahyangan Catholic University Abstract – On Bali the islanders enjoy a close relationship with their Creator. The majority of Balinese worship in temples or shrines called Pura. These form a complex of sacred buildings that have a certain significance and function. One prominent type is the so-called Meru or Pagoda. Not all Pura temples have such a pagoda, but those that have more than one are found quite frequently. The placement of a pagoda in a temple is usually made at the main section due to its holiness or purity. Their shape differs from other constructions because their layered roof is multi-tiered, always uneven in number, starting from 3 up to 11. Therefore, these pagodas attain a different height so that their proportions are interesting to observe in order to determine whether there is a pole (patokan) or not. The pagodas carry divine symbols, ones referring to other temples or shrines, or ancestral symbols. This study employs the descriptive-analytical method by conducting a qualitativequantitative evaluation. The qualitative evaluation investigates the lay-out of the placement and examines symbolization, whereas the quantitative evaluation studies the proportions of the pagodas.
    [Show full text]