PURA DALEM JAWA DI DESA WERDI BHUWANA, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG, (SEJARAH, STRUKTUR, FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA)

OLEH

Gusti Made Sriwidiari* Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A** Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd***

Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected], [email protected], [email protected].

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa di Desa Werdi Bhuwana, Mengwi, Badung, Bali, (2) struktur dan fungsi Pura Dalem Jawa di Desa Werdi Bhuwana tersebut, dan (3) potensi yang terdapat di Pura Dalem Jawa Di Desa Werdi Bhuwana yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah di SMA. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif meliputi: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen; (4) teknik validasi data menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber; (5) teknik analisis data memakai model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menujukkan bahwa: sejarah Pura Dalem Jawa memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Mengwi dan Blambangan. Hal ini dikarenakan ketika Kerajaan Mengwi menduduki Blambangan, Mas Sepuh penguasa Blambangan datang ke Bali dan diasingkan di Banjar Jawa yang merupakan lokasi Pura Dalem Jawa. Struktur Pura Dalem Jawa menggunakan konsep dwi mandala yaitu jeroan dan dua jaba sisi yaitu bagian selatan dan utara. Fungsi Pura Dalem Jawa yaitu (1) fungsi religius, (2) fungsi sosial politik, (3) fungsi budaya, (4) fungsi pendidikan. Adapun potensi Pura Dalem Jawa ialah aspek historis , aspek peninggalan meliputi cengkuwung, arca pedanda, arca pendeta, arca , dan batu alam.

Kata Kunci: Pura Dalem Jawa, sejarah, struktur, fungsi, dan sumber belajar sejarah

ABSTRACT

The study aimed to know: (1) History of the establishment of Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana village, Mengwi, Badung, Bali, (2) structure and function of Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana village, (3) the potential contained in Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana village which can be use as a source of history in high school. The research method use is qualitative approach including: (1) determination of research location; (2) informant determination technique; (3) data collection technique use observation, interview, and document study; (4) data validation technique use triangulation method and triangulation source; (5) data analysis technique use interactive models Miles and Huberman. The result of research shows that: the history of Pura Dalem Jawa has close relation with Mengwi and Blambangan Kingdom. Because when Mengwi Kingdom occupies Blambangan, Mas Sepuh as Blambangan penguin came to Bali and exiled in Banjar Jawa which is the location of Pura Dalem Jawa. The structure of Pura Dalem Jawa use the consept of dwi mandala that is jeroan and two part jaba sisi that is south side and north side. Function of Pura Dalem Jawa is (1) religious function, (2) social politics function, (3) culture function, (4) education function. The potential of Pura Dalem Jawa is historical aspect, aspects of the relics include cengkuwung, arca pedanda, arca pendeta, arca singa and natural stone.

Keywords: Pura Dalem Jawa, history, structure, function, and learning resources history PENDAHULUAN mengetahui sejarah pura Dalem Jawa ini. Begitu pula dilihat dari segi struktur Pura Pulau Bali dihuni oleh masyarat Dalem Jawa mirip dengan pura lainnya di dengan latarbelakang etnis, ras dan Bali yaitu menggunakan konsep dwi agama yang berbeda. Mayoritas mandala dan di dalamnya terdapat penduduk Pulau Bali memeluk agama berbagai bangunan suci yang mempunyai Hindu, disamping pula berkembang fungsinya tersendiri. agama lainnya seperti agama Islam, Buddha, Kristen Katholik, Kristen Suatu peninggalan yang memiliki Protestan,dan Konghucu. Karena nilai–nilai historis akan tetap ajeg apabila mayoritas penduduk Bali beragama Hindu pengetahuan maupun nilai-nilai sejarah maka kehidupan sosial budayanya sangat tersebut dienkulturasikan pada generasi dipengaruhi oleh budaya spiritual Hindu. muda. Ketika nilai-nilai itu sudah Salah satu wujud hasil budaya spiritual ditanamkan pada generasi muda, maka Hindu di Bali ialah dibangunnya pura eksistensi dari suatu peninggalan akan sebagai tempat pemujaan. Dengan tetap ajeg dan dikenang meskipun banyaknya pura yang berdiri di Bali generasi pedahulu yang hidup sezaman sebagai wujud kebudayaan religi maka dengan dibangunnya peninggalan itu telah Pulau Bali sering disebut dengan Pulau tiada. Proses enkulturasi itu dapat Seribu Pura. dilakukan melalui pendidikan dan sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang Keberadaan pura di Bali tentu saja dapat membantu mewariskan nilai-nilai melalui porses sejarah yang panjang. historis kepada generasi muda. Biasanya pendirian pura tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masa lampau Selama ini pembelajaran di kelas masyarakat di sekitar pura itu. Salah satu bersifat monoton dan bersifat jevasentris pura yang ada di Bali adalah Pura Dalem serta jarang sekali menyentuh Jawa. Keberadaan Pura Dalem Jawa juga peninggalan sejarah di lingkungan sekitar melalui proses sejarah yang panjang. Pura siswa. Pura Dalem Jawa sebagai pura ini termasuk pura kuno yang ada di Desa kuno dapat dijadikan pembelajaran Werdi Bhuwana Kecamatan Mengwi sejarah kontekstual. Terlebih lagi Kabupaten Badung. Biasanya nama-nama penggunaan Kurikulum 2013 yang lebih pura di Bali menggunakan bahasa lokal menekankan pembelajaran yang bersifat maupun istilah-istilah Sansekerta. Namun kontekstual dan berpusat pada siswa. berbeda halnya dengan Pura Dalem Jawa. Kata Jawa merujuk pada suatu wilayah Pemanfaatan Pura Dalem Jawa dan etnik yaitu Pulau Jawa dan etnik sebagai sumber pembelajaran kontekstual Jawa. Bahkan orang-orang dulu menyebut ini, dapat membantu guru sejarah dalam wilayah tempat pura ini berada dengan melaksanakan tugasnya sebagai seorang sebutan Banjar Jawa. penyampai warisan budaya manusia. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Widja Pura ini masih terletak di sekitar (1989: 16-17), yang mengatakan bahwa Puri Mengwi, sehingga secara historis seorang guru sejarah adalah seorang pura ini berkaitan dengan sejarah “messenger of man’s cultural inheritance Kerajaan Mengwi. Namun tidak banyak (penyampai dari warisan budaya orang yang mengetahuinya, jikalaupun manusia)”. Pernyataan ini menuntut ada hanya segelintir orang yang seorang guru sejarah memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam 1. Teknik Penentuan Lokasi tentang berbagai aspek kebudayaan baik Penelitian ini dilaksanakan di Desa kebudayaan rohani maupun kebudayaan Werdi Bhuwana Kecamatan Mengwi material. Kabupaten Badung Bali. Hal ini Pura Dalem Jawa yang memiliki dikarenakan di desa ini terdapat sebuah potensi sebagai pengembangan sumber pura kuno yang bernama Pura Dalem pembelajaran seajarah dapat disesuaikan Jawa. Pura ini terletak di Bajar Denkayu dengan silabus K13 pada kelas X dalam Delodan yang sangat dekat dengan lokasi materi kerajaan-kerajaan bercorak Hindu- Puri Mengwi dengan demikian pura ini Buddha di Indonesia serta dapat dikaitan memiliki ikatan historis dengan Kerajaan dengan Kompetensi Dasar 3.6 yaitu Mengwi. menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintah dan kebudayaan 2. Teknik Penentuan Informan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu- Informan dalam penelitian ini Buddha di Indonesia serta menunjukan ditentukan dengan teknik puposive contoh bukti-bukti yang masih berlaku sampling yaitu pengambilan informan pada kehidupan masyarakat Indonesia dengan tujuan tertentu yakni dengan saat ini. Dan Kompetensi Dasar 4.6 yaitu mempertimbangkan bahwa informan atau menyajikan hasil penalaran dalam bentuk subjek dianggap memiliki kemampuan dan tulisan tentang nilai-nilai dan unsur-unsur dapat memahami permasalahan yang budaya yang berkembang pada masa dikaji Kerajaan Hindu Buddha dan masih Untuk informasi yang lebih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa lengkap, penentuan informan juga Indonesia pada masa kini. dilakukan dengan cara mengembangkan Penelitian ini menguraikan tentang teknik swoball. Teknik snowball sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa, merupakan suatu teknik menentukan struktur Pura Dalem Jawa, fungsi Pura informan dengan menentukan informan Dalem Jawa dan potensi-potensi yang kunci yang dapat memberikan informasi dimiliki oleh Pura Dalem Jawa yang dapat dan lebih mengetahui tentang masalah dijadikan sebagai sumber belajar sejarah yang dikaji dan diharapkan memberi di SMA. informasi adanya informan lain yang juga memahami masalah yang dikaji. Dalam penelitian kali ini dijumpai beberapa METODE PENELITIAN informan yakni I Nyoman Sukada, I Made Yasa, Ida Bagus Anom, I Nyoman Kerta, I Penelitian ini menggunakan Wayan Nama, Anak Agung Nyoman pendekatan kulitatif. Penelitian kualitatif Anom. merupakan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata yang 3. Teknik Pengumpulan Data ditulis dari orang yang diwawancarai dan Dalam penilitian ini teknik perilaku orang yang diamati secara pengumpulan data yang digunakan yaitu alamiah untuk dimaknai atau ditafsirkan obeservasi, wawancara dan studi (Mahdi dan Mujahidin, 2014: 123). Metode dokumen. Dalam penelitian ini observasi penelitian kulitatif meliputi langkah- dilakukan dengan cara melakukan langkah berikut : pengamatan langsung di Pura Dalem Jawa. Begitu pula dilakukan wawancara dengan informan-informan yang berdirinya pura ini tidak bisa dilepaskan mengetahui informasi sejarah, struktur dan dari perjalanan sejarah Kerajaan Mengwi. fungsi Pura Dalem Jawa. Sedangkan studi Penguasaan Kerajaan Mengwi terhadap dokumen dilakukan dengan cara mencari data dari sumber tertulis seperti buku, Kerajaan Blambangan menjadi dasar profil desa dan lain sebagainya yang sejarah pura ini hingga kedatangan Mas relevan dengan masalah yang dikaji. Sepuh yang erat kaitannya dengan

4. TekniK Validasi Data sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa ini. Untuk menjamin dan meyakinkan A. Blambangan di Bawah Kekuasaan data yang sudah terkumpul perlu Mengwi dilakukan teknik validasi data untuk mengecek kebenaran dan keabsahan Menurut Margana (2012: 42), sejak data. Teknik validasi data yang digunakan pertengahan abad ke-17 nasib, adalah triangulasi sumber dan triangulasi Blambangan ditentukan oleh iklim politik metode. Triangulasi sumber berarti yang rentan di Bali yang dipenuhi dengan mendapatkan data dari sumber yang konflik dan peperangan. Kepemilikan berbeda-beda dengan teknik yang sama. Blambangan diperebutkan oleh tiga Sedangkan triangulasi metode berarti kekuatan utama di Bali yaitu Buleleng- menggunakan metode pengumpulan data Gelgel di utara, Mengwi di selatan dan yang berbeda untuk mendapatkan data Karangasem di bagian timur. Pada tahun dari sumber yang sama. Langkah-langkah 1762, tarik menarik antara dua kerajaan tersebut saling jalin mejali/ berinteraksi Bali yaitu Buleleng dan Mengwi berakhir pada saat, sebelum dan sesudah dengan kemenangan Mengwi. pengumpulan data dalam bentuk yang Kedua belah pihak saling berdamai sejajar dan membangun wawasan umum. dan dalam perdamaian tersebut terjadi

pernikahan politik antara putri Raja Panji 5. Teknik Analisis Data Sakti (Raja Kerajaan Buleleng) yaitu Gusti Analisis data dalam penelitian ini Ayu Panji dengan Raja Mengwi yaitu I dilakukan sejak awal peneliti terjun ke Gusti Agung Putu. Selain itu Kerajaan lapangan hingga pada akhir penelitian Buleleng menyerahkan wilayah Jembrana (pengumpulan data). Dalam penelitian ini dan Blambangan kepada Kerajaan langkah-langkah analisis data mengacu Mengwi, sehingga dari saat itulah I Gusti pada langkah analisis data kulitatif model Agung Putu bergelar Cokordo Sakti interaktif Miles dan Huberman (dalam Blambangan. Idrus, 2009: 148) yang meliputi langkah- langkah pengumpulan data, reduksi data, Sirikan (dalam Geriya, dkk, 2012: penyajian data atau display data, verifikasi 52) Gusti Agung Sakti sebagai orang kuat dan penarikan kesimpulan. di Bali barat ini jarang berada di satu tempat. Pemerintahan kuat selalu HASIL DAN PEMBAHASAN berpindah-pindah, ia tidak mampu 1. Sejarah Pura Dalem Jawa mengatur Buleleng dan Blambangan dari daerah yang jauh seperti Blayu. Karena Letak Pura Dalem Jawa dekat alasan itulah ia sering berpindah-pindah dengan Puri Mengwi, sehingga sejarah ke Blambangan kemudian ke Buleleng dan segera kembali lagi ke Mengwi. Menurut Nordholt (2006:35), pada C. Masa Pengasingan Mas Sepuh di tahun 1711, 1712,1714, dan 1718 ia Mengwi berada di Blambangan untuk menjaga daerah ini tetap ada dalam kendalinya. Ketika Mas Sepuh dan pasukannya Begitu pula kepemimpinan Mengwi di tiba di Kerajaan Mengwi, kedatangan Blambangan di bantu oleh I Gusti Ngurah beliau tidak mendapat sambutan yang Kamasan dan Ki Kalang Anyar. baik. Kala itu yang memerintah Kerjaan Mengwi ialah seorang raja perempuan B. Kedatangan Mas Sepuh Ke Bali yang bermana Gusti Ayu Oka dikarenakan Ketika pemerintahan Mengwi di Cokordo Agung Munggu ketika itu sudah pegang oleh I Gusti Agung Made Munggu wafat. Mas Sepuh tidak dizikan tinggal di yang bergelar Cokordo Made Agung. Puri Mengwi karena dikhawatirkan Pada masa pemerintahan beliau tersiar kedatangan Mas Sepuh dan bala tentara kabar bahwa Kerajaan Blambangan akan Blambangan ini akan membrontak membrontak dan melepaskan diri terhadap kerajaan, sehingga ia diberi tempat tinggal di sebelah utara bagian Menyebutkan bahwa pada tahun barat daya Puri Mengwi yaitu di daerah 1763 daerah Blambangan sedang sibuk Tegal Waru. Pada awalnya wilayah ini dengan perebutan kekuasaan antara dua bernama Tegal Waru namun ketika saudara. Perseteruan semacam ini sering kedatangan Mas Sepuh dan tentara terjadi, tetapi eskalasi pergulatan kali ini Blambangan tinggal disana wilayah ini meningkat pada suatu cara yang tidak dinamakan Banjar Jawa. Tidak hanya di dapat diprediksi karena keterlibatan VOC. Banjar Jawa beliau juga pernah Salah satu dari dua bersaudara yang diasingkan di Tegal Blumbungan Sibang berselisih di Blambangan ditunduh namun karena banyak orang yang berguru berhubungan rahasia dengan VOC. Raja kepada beliau maka ia kembali kemudian memerintahkan Mas Sepuh dipindahkan ke Bajar Jawa untuk untuk menghadap ke Mengwi yang memudahkan pengawasan Puri Mengwi. dilakukanya pada tahun 1764 (Nordholt, 2006: 118-119) Strategi Kerajaan Mengwi untuk membendung pengaruh Mas Sepuh Diceritakan bahwa Mas Sepuh sangatlah cerdik. Karena ketakutan menuju Bali dengan keluarga dan iring- Mengwi terhadap kekuatan Mas Sepuh iringan yang berjumlah 80 orang. Mas maka kekuatan pasukan tentara Sepuh Ketika Mas Sepuh dan pasukan Blambangan pengikut Mas Sepuh dipecah beliau sampai di wilayah Dadakan, Mas ke berbagai daerah seperti Tenggal Sepuh dan pasukan beliau yang bernama Blumbungan Sibang, Blayu, Marga, Baru, Wong Permas diperiksa oleh I Gusti Pinge, dan Angsri. Sehingga dengan Ngurah Teges. Pemerikasaan ini demikian kekuatan Mas Sepuh terpecah dilakukan karena pihak Kerajaan Mengwi dan hanya beberapa orang pengikut yang mengetahui bahwa Mas Sepuh adalah tinggal di Banjar Jawa dengan Mas orang yang sakti, sehingga apabila Sepuh. Banjar Jawa menjadi tempat dibiarkan membawa senjata maka hal itu tinggal sementara Mas Sepuh akan mebahayakan oleh sebab itu senjata beliau yaitu Kemong Tongkat yang Ketika berada di Banjar Jawa, Mas bernama Ki Gerong dan Ki Tundung Sepuh dan tentara Blambangan Musuh disita. diperintahkan untuk melakukan kerja rodi membangun saluran air pemandian raja seorang mekel dari Desa Munggu yang membutuhkan aliran air yang diambil merupakan pendampingnya. Tetapi dari sumber air Goa Landak di Banjar sesampainya di Pantai Seseh Mas Sepuh Sayan. Pembangunan saluran air ketika kemudian dibunuh. Sebelum meninggal, itu menggunakan sambungan-sambungan dia mengutuk Puri Mengwi dan Puri batu padas yang berukuran kira-kira Sibang dengan meramalkan kematian tingginya 1 meter dan lebar sekitar 60 dinasti Mengwi dan kekuasaannya. meter. Ketika membangun saluran air ini banyak tentara Blambangan yang sakit. Mas Sepuh dibuatkan tempat Mereka menyadari di Banjar Jawa peristirahatan/ makam kramat di daerah terdapat satu tempat suci berupa Pantai Seseh dan terdapat pula tampat Pelinggih Subak/ Pengulun Carik. Suci Pura Mas Sakti yang terdapat Sehingga tentara Blambangan berniat banguan Meru Tumpang Solas sebagai untuk membangun tempat suci yang pemujaan terhadap roh Mas Sepuh yang dipakai hulu pemujaan leluhurnya yang di dihormati oleh puri Mengwi, Puri Sibang, Blambangan Jawa Timur. Tempat suci itu orang-orang Blambangan dan krama dibangun menjadi satu di area pelinggih Seseh. Selain umat Hindu, keberadaan subak tersebut, yang mana tempat suci makam Mas Sepuh di Bali juga di tersebut diberi nama Pura Dalem percayai oleh Umat Muslim banyak Blambangan atau yang lebih di kenal orang-orang muslim yang berzirah ke dengan nama Pura Dalem Jawa. makam tersebut, terlebih lagi ketika Pembangunan tempat suci ini bertujuan wacana tentang Wali Pitu muncul dan untuk sebagai hulu pemujaan leluhur beliau dijadikan salah satu tokoh Wali Pitu orang-orang Blambangan dan sekaligus di Bali, maka semakin banyak orang yang sebagai pengingat untuk mengenang Mas berziarah kesana. Mas Sepuh ketika Sepuh dan tentara Blambangan ketika masih hidup sejatinya masih beragama tinggal di Banjar Jawa itu. Hindu namun sudah tertarik untuk mempelajari agama Islam, lalu beliau D. Pasca Terbunuhnya Mas Sepuh menggabungkan ajaran yang beliau dapatkan dalam agama Hindu dan Tidak diketahui berapa lama Mas Islam,sehingga beliau menjadi sosok Sepuh tinggal di Banjar Jawa. Pihak puri yang sangat toleran, terlebih lagi pengikut semakin khawatir dengan kesaktian Mas beliau sudah ada yang beragama Islam. Sepuh terlebih lagi ketika tinggal di Bajar Hal inilah menjadi alasan mengapa beliau Jawa, Mas Sepuh pernah berjalan di atas dihormati oleh dua umat dan menjadi air di kolam untuk simbol akulturasi Hindu-Muslim di Bali. mengambil bunga teratai. Sontak hal ini membuat para punggawa kerjaan yang Pasca terbunuhnya Pangeran Mas sedang rapat di Taman Ayun terkejut. Hal Sepuh di Pantai Seseh Desa Munggu, ini kemudian dianggap sebagai ancaman bala tentara Blambangan pecah, bagi pihak Mengwi dan timbulah rencana menyebar ke berbagai daerah di Bali untuk membunuh Pangeran Mas Sepuh. untuk menyelamatkan diri dikarenakan pemimpinya sudah terbunuh. Tentara Setelah beberapa waktu berlalu, Blambangan ini menyebar ke Negara, raja pura-pura mengizinkan Mas Sepuh Buleleng (Tukad Mungga), Sibang (Banjar kembali ke Blambangan sebagai orang Blumbungan), Belayu. Namun masih ada bebas. Penguasa Puri Sibang dan beberapa orang tentara Blambangan 3) Pebersihan/ WC, berfungsi untuk yang menetap di Mengwi yaitu di Banjar melakukan pembersihan seperti cuci Pande dan Banjar Gambang. kaki-tangan, maupun buang air kecil namun tidak terdapat tempat buang Menyebarnya orang-orang air besar. Blambangan pasca terbunuhnya Mas 4) Bale Gong, berfungsi sebagai Sepuh maka, pemeliharaan Pura Dalem tempat untuk menabuh gong. Jawa ini diserahkan kepada Bendesa 5) Pelinggih Ratu Pedanda, berfungsi Batan Tanjung atau sekarang dikenal untuk memuja Ida Pedanda Sakti dengan soroh Karang Buncing. Bebgitu Wawu Rawuh. pula pemangku-nya pun harus dari soroh 6) Bale Piyasan, berfungsi sebagai Karang Buncing. Disamping itu penyiwi/ tempat untuk meletakkan pemaksan Pura Dalem Jawa meliputi tiga pecanangan dari Pelinggih Ida Ratu wilayah yaitu krama dari Banjar Gambang, Pedanda Banjar Batu dan Banjar Denkayu Delodan. 7) Pelinggih Pesimpangan, merupakan 2. Struktur dan Fungsi Pura Dalem simbol pesimpangan Gunung Jawa Semeru 8) Telaga/ kolam, pada awalnya kolam ini mencapai jeroan namun kolam di A. Struktur Pura Dalem Jawa halam jeroan ditimbun untuk Pada dasarnya pembagian struktur meperluas areal jeroan dan kini halaman Pura Dalem Jawa sama seperti kolam hanya terdapat di jaba sisi. pura pada umumnya di Bali. Pura Dalem 9) Perencangan Dewi Durga, berfungsi Jawa merupakan pura yang menggunakan sebagai penjaga niskala. konsep Dwi Mandala yaitu pembagian 10) Pelinggih Ratu Naga, berfungsi halama pura menjadi dua bagian yaitu untuk memuja Naga Tatsaka. Utama Mandala (Jeroan) dan Nista 11) .Pelinggih Perencangan, berfungsi Mandala (Jaba Sisi). Konsep Dwi Mandala sebagi linggih dari perecang- yang melambangkan alam atas (urdhah) rencangan sesuhunan Ida Bhatara dan alam bawah (adhah). Pada Pura 12) Gedong Pesimpen, berfungsi untuk Dalem Jawa terdapat dua jaba sisi yaitu menyimpan pecanangan Ida Bhatara jaba sisi bagian selatan dan jaba sisi di Pura Dalem Jawa. bagian utara. Adapun bangunan- 13) Pelinggih Ratu Ngurah Sakti, untuk bangunan yang ada di Pura Dalem Jawa memohon kesembuhan antara lain: 14) Pengulun Carik, memohon segala hal yang berkaitan dengan pertanian 1) Pelinggih Jero Gede, yang berfungsi 15) Gedong, berfungsi untuk memuja sebagai pengambeng-ambeng Ida Bhatara-Bhatari dan memuliakan niskala. Dewi Durga. 2) Bale Kukul, berfungsi untuk 16) Pelinggih , untuk meletakkan kukul sebagai sarana memuja atau pesimpangan ke untuk komunikasi dengan Gunung Agung. masyarakat setempat yang biasanya 17) Arca Ganesha, merupakan simbol dibunyikan ketika ada kegiatan Rsi Gana. ngayah/ piodalan. 18) Bale Pesamyangan Baleran, tempat Pelinggih Ratu Ngurah Sakti yang memiliki melinggih Ida Bhatara setelah fungsi religius pengobatan memohon datang dari Beji. kesembuhan. Piodalan di Pura Dalem 19) Bale Pesandekan, berfungsi sebagai Jawa jatuh pada Anggara Kasih tempat para pemangku istirahat. Medangsia mencari bulan purnama tepat 20) Pelinggih Dewa Wisnu, untuk di manis purnama tersebutlah tetoyan di memuja Dewa Wisnu pura ini yang diperingati setiap 6 bulan 21) Bale Pesamyangan, berfungsi sekali. Pura Dalem Jawa merupakan pura sebagai tempat / linggih Ratu Gede semacam petilasan dari perjalanan Mas Pura Desa Adat Denkayu Sepuh ke Bali dan untuk memuja leluhur 22) Bale Pesamyangan, sebagai tempat orang-orang Blambangan. Secara khusus Ida Pedandan memimpin upacara. tidak terdapat pelinggih/ bangunan suci 23) Pelinggih Ratu Nyoman, berfungsi untuk memuja Mas Sepuh, namun ketika untuk memuja Ratu Nyoman acara piodalan maka nunas tirta ke pengadang-ngadang niskala Kramat Seseh, namun menurut pemangku 24) , sebagai tempat pertujukan pura ini, jikalau tidak nunas secara seni dan tempat untuk menyiapkan langsung maka dilakukan pengayatan ke upakara. Kramat Seseh melalui Pelinggih Ratu 25) Pewaregan/ Dapur, berfungsi untuk Ngurah Sakti yang ada di Pura Dalem memasak bahan upakara maupun Jawa. membuat makanan/ minuman\ 2. Fungsi Sosial Politik B. Fungsi Pura Dalem Jawa Pura Dalem Jawa memiliki fungsi Adapun fungsi Pura Dalem Jawa sosial yang dapa dilihat dari interaksi antar antara lain : umat ketika pelaksanaan yadnya di pura ini. Pura Dalem Jawa menjadi tempat suci 1. Fungsi Religius yang menyatukan umat Hindu tanpa Fungsi Pura Dalem Jawa secara religius memandang status sosialnya. Ritual sebagai tempat persembahyangan umat keagamaan yang diselenggarakan di Pura Hindu dalam melakukan pemujaan DalemJawa mengintegarasikan umat dari terhadap Sang Hyang Widhi Wasa dan berbagai lapisan masyarakat dan dari segala manifestasinya serta sebagai berbagai daerah untuk melaksanakan tempat untuk mensucikan diri secara yadnya di pura ini. Seperti halnya pura ini niskala. Pura Dalem Jawa. Pura Dalem di empon oleh soroh Karang Buncing dan Jawa tidak hanya mempunyai fungsi beberapa krama Desa Mengwi (Banjar religius keagamaan saja, namun Batu dan Banjar Gambang) dan krama berkembang fungsi religius sesuai dengan Desa Werdi Bhuwana (Banjar Denkayu kepercayaan masyarakat setempat. Hal ini Delodan). Bahkan orang-orang yang dapat dilihat dengan adanya berbagai memohon kesembuhan di pura ini dan pelinggih dengan fungsinya tersendiri orang-orang keturunan Blambangan yang seperti, Pelinggih Ratu Pedanda untuk tersebar di beberapa wilayah di Bali turut memuja Pedanda Sakti Wawu Rawuh dalam kegiatan yadnya di pura ini. (Dang Hyang Niratha), Pelinggih Pengulun Masyarakat dari berbagai lapisan dan Carik sebagi tempat memohon kesuburan wilayah berbaur dalam semua kegiatan pertanian agar tidak terserang hama dan seperti kegiatan ngayah dan kegiatan nunas ajengan yang diadakan saat sela- Tanpa disadari seni lukis atau seni sela kegiatan ngayah. rupa terpatri dalam setiap unsur-unsur Pura Dalem Jawa berdinamika ritual keagamaan seperti salah satunya sesuai alur politik yang berlangsung. sebelum karya bulan Mei 2018 pretima Meskipun pemeliharaan pura ini atau pecanangan yang menjadi simbol di diserahkan kepada soroh karang buncing, Pura Dalem Jawa di perbaiki. Pecanangan namun legitimasi politik Kerajaan Mengwi yang berbentuk macan ini dilukis ulang dapat dilhat dari adanya golongan yang tentunya sudah melalui ritual-ritual Brahmana dari Griya Mas Siangan yang tertentu. Dari hal ini seni lukis juga juga ambil andil dalam merawat pura ini. tercermin dalam pembaharuan terhadap Dengan kata lain, pihak Griya Mas pretima/ pecanangan di Pura Dalem Jawa. Siangan sebagai penasehat sedangkan Dengan demikian keberadaan Pura Dalem soroh karang buncing sebagai pelaksana. Jawa dapat dikatakan sebagai pusat perkembangan kebudayaan daerah 3. Fungsi Budaya melalui berbagai aktivitas seni di dalam ritual keagamaan yang diwariskan secara Pura Dalem Jawa muncul sebagai tidak langsung kepada pemedek yang tempat berkembangnya kebudayaan. hal tangkil ke pura ini, sehingga kesenian- ini dikarenakan di setiap upacara kesenian baik sakral maupun profan yang keagamaan di pura ini selalu menampilkan ditampilkan akan selalu ajeg ditengah kesenian daerah. Pada saat piodalan gerusan arus globalisasi. biasanya hanya menampilkan tari-tarian yang bersifat sakral. Sedangkan apabila 4. Fungsi Pendidikan pada hari tertentu seperti dilaksanakannya karya maka tidak hanya tarian sakral yang Pura Dalem Jawa juga mempunyai diadakan namun pula kesenian profan fungsi lain yaitu fungsi pendidikan. dengan tujuan menghibur pemedek. Pendidikan yang didapatkan di Pura Adapun tari-tarian yang pernah di adakan Dalem Jawa adalah pendidikan nonformal. di pura ini ketika karya di bulan Mei 2018 Pendidikan nonformal yang berlangsung di ialah tari Rejang Dewa, Tari Topeng Pura Dalem Jawa lebih berorietasi pada Sidakarya, Baris Gede, Rejang Renteng, interaksi masyarakat saat di pura yang Wayang Lemah, dan Calonarang. Begitu tercermin dalam tindakan, keterampilan pula ketika ada karya juga dipentaskan dan pengetahuan yang ditujukan untuk beberapa kesenian yang bersifat keberlangsungan kegiatan yadnya di pura menghibur seperti legong dan tersebut. prembon.Tidak hanya tarian, ketika ada Adapun contoh pendidikan upacara di Pura Dalem Jawa seni tabuh nonformal yang tercemin di Pura Dalem juga mejandi hal yang wajib untuk Jawa yaitu adanya kegiatan ngayah dalam mengiringi jalanya upacara termasuk membuat banten dan perlengkapan mengiringi tarian-tarian yang bersifat upacara lainnya. Banten dalam upacara sakral. Begitu pula upacara keagamaan yadnya agama Hindu di Bali merupakan yang berlangsung di Pura Dalem Jawa sombol sakral sebagai upaya para orang senantiasa diiringi oleh lantunan nyanyian- suci Hindu untuk mentradisikan ajaran nyanyian keagamaan melalui kegiatan Weda dengan memvisualisasikan Tattwa pesantian. atau intisari ajaran Hindu agar nilai-nilai Tattwa Hindu lebih mudah diserap oleh umat dari semua lapisan. Jadi kegiatan membangun tempat suci untuk memuja ngayah membuat banten yang dilakukan roh leluhur mereka yang ada di di Pura Dalem Jawa merupakan salah Blambangan Jawa Timur sekaligus untuk satu bentuk pendidikan nonformal dalam mengenang Mas Sepuh ketika tinggal di mentranformasi ajaran Weda melalui sana. banten-banten yang dibuat. Selain pengetahuan tentang banten, pendidikan Tidak Banyak orang yang nonformal juga tercermin dari adanya mengetahui peristiwa pengasingan Mas pengetahuan seni budaya ditampilkan Sepuh di Banjar Jawa. Kebanyakan dalam prosesi upacara di Pura Dalem orang-orang hanya mengetahui peristiwa Jawa baik seni tari, seni tabuh, seni lukis, pembunuhan Mas Sepuh di Pantai seseh, seni suara. terlebih keberadaan makam beliau kini dianggap sebagai salah satu Wali Pitu di 3. Potensi Pura Dalem Jawa Sebagai Bali. Dengan demikian aspek historis dari Sumber Belajar Sejarah di SMA pura ini dapat dijadikan sumber belajar karena hal ini berkaitan dengan Pura Dalem Jawa juga dapat dijadikan penguasaan Kerajaan Mengwi terhadap sebagai sumber belajar formal dengan Blambangan maupun keterkaitannya yang memafaatkan potensi yang terdapat di dikarenakan tempat pura ini berada Pura Dalem Jawa sebagai sumber pernah dijadikan pengasingan Mas Sepuh. pembelajaran sejarah di sekolah. Pemanfaatan Pura Dalem Jawa sebagai 2. Aspek Peninggalan sumber belajar selaras dengan Kurikulum 2013 yang menekankan pembelajaran Di Pura Dalem Jawa terdapat kontekstual. Adapun potensi-potensi yang beberapa peninggalan-peninggalan yang dimiliki Pura Dalem Jawa sebagai sumber dapat dijadikan sumber belajar antara lain: belajar sejarah antara lain: 1. Cengkuwung 1. Aspek Historis Cengkuwung merupakan benda peninggalan bersejarah yang ada di Pura Perjalanan sejarah Pura Dalem Dalem Jawa. Cengkuwung digunakan Jawa dapat dijadikan sumber belajar. sebagai saluran air yang sekarang hampir Sejarah pura yang berkaitan erat dengan mirip dengan base-base saluran air. kedatangan Mas Sepuh penguasa Ketika Mas Sepuh dan tentara Blambangan ke Mengwi pada tahun 1764. Blambangan tinggal di Banjar Jawa, Ketika itu Kerajaan Blambangan berada di mereka diperintahkan bekerja rodi bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi. membangun saluran air dari Goa Landak Lokasi Pura Dalem Jawa dan sekitarnya Banjar Sayan disalurkan ke Puri Mengwi dulunya merupakan tempat tinggal untuk kepentingan pembuatan pemandian. sementara Mas Sepuh dan tentara Ketika itu cengkuwung-cengkuwung ini Blambangan yang ketika itu tidak diizinkan disambung dengan ukuran 1 meter dan tingga di puri. Sehingga daerah yang lebar 60 meter. Sampai sekarang dulunya disebut dengan Tegal Waru potongan cengkuwung pembangunan kemudian dikenal dengan nama Banjar saluran air pada abad ke-18 ini masih Jawa. Pendirian pura ini berkaitan dengan disimpan di Pura Dalem Jawa sebagai keinginan orang-orang Blambangan benda peninggalan sejarah. 2. Arca Pendeta di Pelinggih Ratu 4. Beberapa Batu Alam Pada Ngurah Sakti Pelinggih Lainnya Pelinggih Ratu Ngurah Sakti Pada sisi kanan dan kiri Candi berfungsi untuk memohon kesembuhan. Bentar di Pura Dalem Jawa ini dilengakpi Pada bagian atas pelinggih terdapat dengan patung rangda dan berisi beberapa arca dan batu alam. Di pelinggih beberapa batu alam. Fungsi patung ini terdapat 6 batu alam dengan diameter rangda ini hampir sama dengan patung rata-rata 30 Cm. Di bagian depan kanan dwarapala yang merupakan penjaga pintu dan kiri terdapat arca. Sebelah kanan masuk secara niskla. Pada patung terdapat arca pendeta memegang genta sebelah kiri terdapat tiga batu alam dengan posisi bersila, rambut lurus dengan diameter rata-rata 25-30 Cm, dengan mata dan telinga agak besar, sedangkan pada patung sebelah kanan dagu meruncing. Arca Pendeta ini juga terdapat 3 batu alam dengan diameter digambarkan memegang sebuah benda rata-rata 30 Cm. Begitu pula pada candi seperti tas dengan motif anyaman dan bentar menuju jeroan. Selain itu pada sisi dikempit di sebelah kanan. Di sebelah kiri kanan dan kiri menuju terdapat arca yang tidak teridentifikasi Jeroan terdapat patung penjaga semacam karena bagian muka dalam keadaan aus. dwarapala dan dua pelinggih di sisi kanan Batu di bagian tengah depan disangga kiri yang berisi onggokan batu alam. dengann beberapa batu kecil berdiameter Patung dan pelinggih di sisi kanan dan kiri 10 Cm. Paling depan kanan dan kiri Candi Bentar ini berfungsi sebagai terdapat arca singa dengan mata melotot penjaga pintu masuk secara niskala. Pada dan mulut terbuka. pelinggih bagian kiri terdapat 5 onggokan batu alam dengan diameter terbesar 40 3. Arca Pedanda di Pelinggih Ratu Cm dan 20 Cm. Begitu pula pada Pedanda dan Batu Alam di pelinggih bagian kanan terdapat 6 batu Pelinggih Pesimpangan. alam dengan diameter terkecil 8 Cm dan Pelinggih ini berfungsi untuk terbesar 25 Cm. memuja Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh/ Dang Hyang Nirartha. Pada bagian atas SIMPULAN DAN SARAN pelinggih terdapat arca pendeta, arca Berdirinya Pura Dalem Jawa pendeta ini menggunakan atribut pendeta berkaitan dengan kedatangan Mas Sepuh seperti ketu di bagian kepala, genitri yang pada tahun 1764 yang mana ketika itu menyilang di badannya dan tanggan Kerajaan Blambangan sudah berada di kirinya yang memegang sebuah genta. bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi. Sedangakan di dekat pelinggih Ratu Lokasi Pura Dalem Jawa dan lingkungan Peranda terdapat pelinggih Pesimpangan. sekitar pura tersebut dulunya yang Di Pelinggih ini terdapat 7 buah batu alam bernama Bajar Jawa adalah tempat dengan diameter 8 Cm dan yang terbesar tinggal sementara Mas Sepuh dan 20 Cm. Dua batu terbesar di tengahnya pasukan Blambangan yang ketika itu tidak terdapat cekungan dengan diameter 5 Cm diizinkan tinggal di Puri Mengwi. Pendirian dan 6 Cm dengan kedalaman 2 Cm. Pura ini berkaitan dengan keinginan rakyat Blambangan unntuk membangun tempat suci untuk memuja roh leluhur mereka yang ada di Blambangan Jawa Timur sekaligus untuk mengenang Mas Sepuh nonformal yang berorientasi pada ketika tinggal disana. keterampilan dan pengetahuan terkait Struktur Pura Dalem Jawa dengan persiapan upacara. menggunakan konsep Dwi Mandala, Selain pendidikan nonformal, Pura terdapat dua Jaba Sisi yaitu Jaba Sisi Dalem Jawa memiliki pontesi untuk bagian selatan dan utara dan yang kedua menunjang pendidikan formal dengan adalah bagian Jeroan. Pada bagian luar memperhatikan aspek historis dari Pura pura terdapat pelinggih Jero Gede. Dalem Jawa dan berbagai benda Kemudian pada Jaba sisi bagian selatan peninggalan berbudaya seperti terdapat bangunan Bale Kukul, Pebersian/ cengkuwung arca pendeta dibeberapa WC, Bale Gong, Pelinggih Ratu Pedanda, batu alam yang disakralkan di Pura Dalem Pelinggih Pesimpangan, Bale Piyasan, Jawa. dan kolam. Sedangakan pada bagian Adapu saran yang penulis ingin jeroan terdapat pelinggih Dewi Durga, sampaikan pada beberapa pihak antara Pelinggih Ratu Naga, Pelinggih lain; bagi masyarakat Desa Werdi Perencangan, Pelinggih Gedong Bhuwana dan beberapa krama dari Desa Pesimpen, Pelinggih Ratu Ngurah Sakti, Mengwi bersama Pemerintah Kabupaten Pelinggih Pengulun Carik, Gedong, Badung diharapkan bersama-sama Pelinggih Padmasana, Pelinggih Arca menjaga dan melesatarikan Pura Dalem Ganesha, Bale Pesamyangan Baleran, Jawa sebagai salah satu pura kuno yang Bale Pesandekan, Pelnggih Dewa Wisnu, memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Bale Pesamyangan, Bale Pesamyangan. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan Dan pada bagian jaba sisi bagian utara penelitian mengenai Pura Dalem Jawa, terdapat bangunan wantilan, pewaregan/ diharapkan penelitian ini dapat dijadikan dapur, Pelinggih Ratu Nyoman. salah satu acuan penelitiannya. Bagi Pura Dalem Jawa mempunyai Guru, diharapkan penelitian ini dapat beberapa fungsi antara lain 1) Fungsi dijadikan sumber belajar sejarah di tingkat Religus yaitu memuja Ida Sang Hyang SMA dan dapat dijadikan sumber belajar Widhi Wasa dengan segala prabhawanya yang bersifat kontekstual guna disamping itu keberadaan pelinggih Ratu membangun daya kritis siswa terhadap Ngurah Sakti diyakini sebagai tempat bangunan bersejarah di sekitar siswa. memohon kesembuhan. 2) Fungsi Sosial Bagi siswa, diharapkan siswa lebih kritis Politik yaitu menyatukan masyarakat dan peka terhadap bangunan bersejarah melalui kegiatan ngayah di pura tanpa di sekitarnya sehingga bisa menghargai memandang status sosialnya, begitu pulla kearifan lokal yang ada dengan demikian dalam fungsi politiknya dapat dilihat dari diharapkan hati siswa tergugah untuk adanya masih adanya legitimasi Kerajaan menjaga dan melestarikan Pura Dalem Mengwi melalui golongan Brahmana dari Jawa sebagai salah satu bangunan Griya Mas Siangan yang juga sebagai bersejarah di Desa Werdi Bhuwana. mengempon pura ini. 3) Fungsi Budaya, Pura Dalem Jawa muncul sebagai pusat pengembangan seni karena setiap DAFTAR PUSTAKA piodalan selalu diiringi oleh seni tari, seni tabuh dan seni suara/ pesantian. 4) Fungsi Geriya I Wayan, dkk. 2012. Konservasi Pendidikan, Pura Dalem Jawa merupakan Pusaka Budaya Kabupaten tempat berlangsunganya pendidikan Badung.Badung: Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung. Idurs, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mahdi Adan, Mujahidin. 2014. Panduan Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta. Margana Sri. 2012.Ujung Timur Pulau Jawa: Perebutan Hegemoni Blambangan. Yogyakarta: Pustaka Ifada

Nordholt Henk Schulte. 2009. The Spell of Power : Sejarah Politik Bali 1650- 1940. Denpasar: Pustaka Larasan. Widja I Gede. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depatermen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.