Kerajaan dan Komunitasnya: Sejarah dan Teori Keberadaan Komunitas Bahari di Masa Sriwijaya

Nurrohim IAIN Purwokerto Jl. A. Yani No.40A, Karanganjing, Purwanegara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah [email protected]

Abstract: Kingdom and Community: History and Theory of the existence of a Maritime Commu- nity in the Period. Srivijaya is one of the greatest kingdom that once triumphed in the Indonesian archipelago. Its location is believed to be on the outskirts of the Musi River reinforces some theories about their domination of maritime trade routes in the archipelago at that time. This study aims to reconstructthe theories and historical version of the development of maritime com- munity in the territory of Srivijaya kingdom. The method used is the historical method because it deals with events or objects of the past. Comparative analysis is also needed because of the theory about the existence of maritime society. The results of the research using the method above has found that the possibility of maritime society during the Srivijaya kingdom is very strong. This is corroborated by historical data from some travel records to the territory of Srivijaya at that time. One of them was Chau Ju-Kua, an official of the Song Dynasty who wrote in his book Chu-fan-chi about the Srivijaya’s peoples who were living in floating housesalthough he himself only gets the information from travelers who come to Sriwijaya and meet him in Guangzhou, one of the biggest city in south China.

Keywords: Srivijaya, Maritime Society, Orang Laut.

Abstrak: Kerajaan dan Komunitasnya: Sejarah dan Teori Keberadaan Komunitas Bahari di Masa Sriwijaya. Sriwijaya adalah satu dari beberapa kerajaan besar yang pernah berjaya di wilayah Nusantara. Letaknya diyakini berada di pinggiran sungai Musi menguatkan beberapa teori tentang penguasaan Sriwijaya terhadap jalur perdagangan di Nusantara kala itu. Penelitian ini bertujuan untuk menggali kembali berbagai teori dan versi sejarah tentang berkembangnya komunitas bahari di wilayah kerajaan Sriwijaya. Metode yang digunakan adalah metode historis analisis objek kajian berkenaan dengan peristiwa atau objek masa lampau. Analisis komparatif juga dibutuhkan karena berkenaan dengan teori tentang keberadaan masyarakat bahari. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kemungkinan adanya masyarakat bahari pada masa kerajaan Sriwijaya adalah sangat kuat. Hal ini didukung dengan data historis dari beberapa catatan pelawat ke wilayah Sriwijaya saat itu. Salah satu di antaranya adalah Chau Ju-Kua, seorang pegawai resmi Dinasti Song yang menuliskan dalam bukunya Chu-fan-chi tentang masyarakat Sriwijaya yang saat itu tinggal di atas rumah- rumah apung meski ia sendiri hanya mendapatkan informasi tersebut dari para pelancong yang datang ke Sriwijaya dan bertemu dengannya di Guangzhou, salah satu kota terbesar di Cina selatan.

Kata Kunci: Sriwijaya, Masyarakat Bahari, Orang Laut.

Pendahuluan sar wilayah yang sekarang menjadi negara- Sriwijaya di mata presiden pertama Re- negara di kawasan Asia Tenggara, menjadi publik , Soekarno adalah satudari alasan kuat penyebutan Sriwijaya sebagai dua pondasi acuan pembentukan Negara pondasi terbentuknya Negara Indonesia. Republik Indonesia di samping Majapa- Pembahasan tentang Kerajaan Sriwi- hit. Kekuasaan yang diyakini terbentang jaya sampai sekarang masih menjadi suatu di hampir seluruh wilayah Pulau obyek penelitian yang menarik bagi para dan sebagian Pulau Jawa serta sebagian be- peneliti lokal maupun internasional. Hal Tsaqofah & Tarikh, Vol. 4 No. 2, Juli - Desember 2020

ini berkenaan dengan obyek kajian yang seolah bersepakat bahwa ibu kota Sriwi- sangat luas dan berbanding terbalik den- jaya dan tempat terbentuknya kerajaan Sri- gan minimnya atau belum ditemukannya wijaya pertama adalah di wilayah Palem- sumber-sumber yang komprehensif tentang bang sekarang (di sepanjang pinggiran keberadaan Sriwijaya. Informasi tentang ke- Sungai Musi) meski belum diketahui juga beradaan Sriwijaya, umumnya didasarkan di mana letak tepatnya. Ibu kota ini ke- kepada beberapa prasasti seperti Prasasti mudian diyakini dipindahkan ke wilayah Talang Tuo, Kedukan Bukit dan beberapa Jambi karena alasan pendangkalan Sungai prasasti lainnya yang masih belum bisa Musi di wilayah kota pemerintahan sebel- menjawab pertanyaan-pertanyaan dari umnya. Pemindahan juga diyakini dengan para sejarawan. Informasi dari prasasti- ditaklukkannya Kerajaan Melayu di Jambi. prasasti tersebut kemudian dilengkapi Oleh Slamet Muljana dalam buku Sriwi- dengan catatan-catatan dari pelancong- jaya menyebut bahwa pendapat-pendapat pelancong dari luar Nusantara seperti I- dan bukti arkeologis maupun bukti tertulis Tsing, Chau Ju-Kua, Tomes Pires dan yang menunjukkan penguatan bahwa Jambi le- lainnya. bih tepat disebut sebagai ibu kota dari Kera- Meski sumber tertulis tentang Kerajaan jaan Sriwijaya dan bukan Palembang. Hal Sriwijaya sangat minim. Namun, hal ini ti- ini dikuatkan dengan pandangan geomor- dak bisa menjadi pembenaran jika terdapat fologi2 yang lebih menujukkan bahwa Jambi klaim bahwa tradisi menulis masa tersebut pantas disebut sebagai wilayah yang mam- minim atau ilmu pengetahuan di masa pu memegang peranan yang kuat dalam tersebut kurang maju. Hal ini disanggah pelayaran yang melewati Selat Malaka dengan ditemukannya penjelasan dalam yang berlayar ke utara menuju Tiongkok beberapa catatan bahwa Kerajaan Sriwijaya dan ke arah timur menuju Pulau Sunda.3 sempat membuat kerja sama dengan Kera- Sebaliknya, perahu-perahu yang berlayar jaan Chola di India. Bahkan, kafilah-kaf- dari lautan selatan dan laut Jawa menuju ilah dagang dari Cina diberitakan singgah India dan negara-negara lainnya di sebelah dulu ke wilayah Sriwijaya atau dulu dise- barat harus berlayar melalui Jambi. but sebagai Svarnadwipa sebelum menu- Satu teori yang ingin secara fokus diteliti juke wilayah India. Beberapa teori yang adalah berkenaan dengan keberadaan ko- berkembang menyebutkan bahwa kafilah munitas perairan atau kelompok masyara- dagang ini berisikan para pendeta mau- kat yang hidup di atas air. Dasar yang digu- pun siswa yang memang berniat belajar nakan adalah catatan dari seorang pegawai tentang ajaran Buddha, khususnya aliran pengurus peradagangan laut di abad ke 13 Buddha Mahayana di wilayah Sriwijaya M dari Dinasti Song, Chau Ju-Kua berjudul Chu-fan-chi yang menuliskan bahwa ma- sebelum akhirnya melakukan perjalanan syarakat Svarnarnadwipa saat itu tinggal suci ke India. I-Tsing sendiri melakukan di atas rumah-rumah yang terapung. Teori hal tersebut untuk secara konsen belajar ini bisa menjadi landasan dalam pemba- 1 tata bahasa Sanskritdi sekitaran abad ke 7. hasan serta pencarian fakta baru tentang Perdebatan tentang pusat pemerintahan kehidupan sosial pada masa pemerintahan Sriwijaya sampai saat ini juga belum me- Sriwijaya dari masa awal berdirinya sam- nemukan titik terang. Sejarawan kemudian pai masa runtuhnya.

136 Nurrohim Kerajaan dan Komunitasnya: Sejarah dan Teori Keberadaan Komunitas Bahari di Masa Sriwijaya

Pembahasan yang tertua.Mereka diyakini berasal dari A. Komunitas Bahari Masa Sriwijaya Cina selatan sekitar 4000 tahun yang lalu. Bahari mengandung beberapa makna, Mereka tinggal di pantai barat Burma dan bisa diartikan berhubungan dengan perairan Thailand, mereka memiliki bahasa sendiri, ataupun berhubungan dengan laut.4 Dalam agama mereka sendiri dan secara historis KBBI bahari sering disinonimkan dengan mencari nafkah sepenuhnya dari berburu maritim.Bahari dapat diartikan (1) kuno; da- dan meramubaik di laut maupun di garis hulu kala, (2) elok sekali; indah, dan (3) men- pantai. Saat ini mereka lebih cenderung genai laut. Aspek kebaharian atau kemariti- berdagang untuk mencukupi kebutuhan man kemudian oleh para ekspert didekatkan mereka. hubungannya dengan perdagangan dan Moken mulai mencuri perhatian inter- pelayaran di wilayah perairan. nasional setelah tsunami di Asia Tenggara pada tahun 2004, ketika tidak ada satupun orang Moken yang meninggal walaupun mereka tinggal di lautan yang terbuka. Mereka memiliki pengetahuan tentang peringatan diniakan adanya tsunami dan apa yang harus diperhatikan di laut. Ban- yak orang tua Moken juga pernah mengal- ami tsunami-tsunami kecil.6 Pada awal tahun 2000, Anna Gislén melakukan penelitian terhadap visi anak- anak Moken di bawah air di Thailand, setelah mendapat saran dari Profesor Er- ika Schagatay. Dia mendapatkan temuan yang menarik yang menunjukkan bahwa anak-anak Moken melihat jauh lebih baik Gb. 1.Komunitas bahari di Asia Tenggara. Diambil di bawah air daripada anak-anak Eropa, dari https://theaquaticape.org/sea-nomads/ karena mereka dapat menyempitkan mata mereka di bawah air. Kemudian dia juga Sebagaimana peta di atas, diAsia Teng- menemukan bahwa setiap anak dapat me- gara terdapat tiga macam komunitas lihat dengan baik di bawah air setelah me- pengembara lautan: Moken, yang tinggal lalui pelatihan.7 di pantai barat Burma dan Thailand, Orang Orang Laut tinggal di Indonesia bagian Laut, yang tinggal di Thailand selatan, Ma- barat dan Thailand selatan. Mereka dulu laysia selatan dan Indonesia bagian barat, juga tinggal di sekitaran pantai wilayah dan Sama-Bajau, yang tinggal di selatan Singapura tetapi kemudin terusir dengan Filipina, timur, dan Indonesia kemajuan kota yang semakin pesat. Orang tengah. Mereka memiliki sejarah dan ba- Laut secara historis adalah pedagang dan hasa yang berbeda dan menjadi nomaden nelayan, dan mereka memainkan peran- atau semi-nomaden dengan alasan yang an penting dalam perdagangan rempah- berbeda Namun, mereka semua secara rempah pada abad ke-15 dan 16 sebelum tradisional disebut sebagai “gipsi laut”.5 kekuatan kolonial Eropa mengubah dan Moken mungkin merupakan kelompok menguasai rute perdagangan. Orang Laut

137 Tsaqofah & Tarikh, Vol. 4 No. 2, Juli - Desember 2020

memiliki agamanya sendiri dengan unsur apung sebagaimana yang dikemukakan animisme di dalamnya.8 oleh Chau Ju-Kua di atas. Bajau Laut adalah kelompok terbesar pengembara laut, dan mereka tinggal di B. Latar Belakang Terbentuknya Komu- Malaysia bagian timur, Filipina selatan, di nitas Bahari masa Sriwijaya sebagian besar wilayah Indonesia tengah Terdapat beberapa teori tentang alasan dan di Brunei Darussalam. Kelompok ini di balik kehidupan bahari atau masyara- masih dapat ditemukan di pesisir wilayah- kat maritim di era Sriwijaya ini. Studi ma- wilayah tersebut. Mereka mencari peng- syarakat maritim di seluruh dunia pada hidupan dengan mencari ikan (tombak, abad ke-10 hingga 17 menunjukkan bahwa jaring, dan memancing). Sejarah mereka pelabuhan-pelabuhan umumnya selalu mirip dengan sejarah Orang Laut, meski menjadi pusat berkembangnya peradaban. antara keduanya tidak memiliki hubungan Sungai dan laut adalah transportasi utama secara linguistik. Bajau Laut juga terlibat pada zaman itu, jadi tidak mengherankan dalam perdagangan rempah-rempah dan apabila kemudian terbentuk komunitas- mereka menguasai rute timur. Kelompok komunitas masyarakat di wilayah tersebut. Sama-Bajau diakui sebagai salah satu suku Semakin dekat populasi dengan pelabu- Muslim di Asia Tenggara, tetapi banyak han semakin mudah mereka mendapatkan Suku Bajau laut yang lebih mempertah- komoditi. Barang yang diperdagangkan ankan kepercayaan tradisional mereka. yang datang dari wilayah lain menjadi Aspek animisme Bajau Laut mirip dengan daya tarik pertukaran pada masa tersebut. Orang Laut dengan persembahan beras Dapat disebutkan bahwa pusat perekono- dan kelapa untuk menenangkan roh-roh.9 mian saat itu tergantung dari besar kecil- Keberadaan komunitas bahari di wilayah nya pelabuhan di tempat tersebut. Sema- Kerajaan Sriwijaya disebutkan dalam be- kin besar sebuah pelabuhan dan semakin berapa teori. Teori pertama mendasarkan beragamnya bangsa yang datang melan- kepada keberadaan catatan Chau Ju-Kua dasi semakin makmurnya kehidupan di dalam buku hasil catatan perjalannanya wilayah tersebut. Pelabuhan-pelabuhan Chu-fan-chi bahwa masyarakat Sriwijaya yang mulai terbentuk dengan terjadinya saat itu tinggal di rumah-rumah apung. interaksi antara kerajaan Funan dengan Keberadaan teori-teori tentang model Bangsa India kemudian membentuk ko- pemukiman masyarakat masa Sriwijaya munitas-komunitas di wilayah pelabuhan sejalan dengan berkembangnya beberapa tersebut.10 teori tentang ibu kota Kerajaan/ Kedatuan Yang menjadi pertanyaan kemudian Sriwijaya. adalah kapan mulai terbentuknya komuni- Berdasar deskripsi yang dikemukakan tas bahari ini? Apa saja yang melandasinya? oleh Sather tentang komunitas masyara- Serta bagaimana kehidupan sosial masyara- kat atau yang ia sebut sebagai Sea Nomads kat bahari pada masa tersebut? Tidak ter- yang hidup di wilayah Asia Tenggara, dapat banyak catatan yang membahas ten- penulis meyakini bahwa Orang Lautyang tang waktu pasti terbentuknya komunitas tinggal di Indonesia bagian barat dan Thai- masyarakat bahari ini. Umumnya dalam se- land selatan dapat diyakini sebagai nenek jarah nusantara, komunitas yang sering dise- moyang dari masyarakat Sriwijaya yang but mahir dalam hal kelautan dan pelayaran hidup di perairan atau di rumah-rumah adalah suku Bajo dari Sulawesi.

138 Nurrohim Kerajaan dan Komunitasnya: Sejarah dan Teori Keberadaan Komunitas Bahari di Masa Sriwijaya

ChauJu-Kua memang telah mengemu- laut bagi peradaban yang dikemukakan kakan dalam catatannya di Chu-fan-chi oleh Prancis Fernard Braudel. Memandang bahwa masyarakat Sriwijaya pada abad ke laut dapat menggunakan dua sisi strat- 13 hidup di perairan serta tinggal di rumah- egis, yaitu sebagai peluang dan tantangan rumah apung (floating houses) di sekitar bagi sebuah negara atau peradaban yang abad ke-13.11 Meskipun catatannya ini ti- ada di darat. Laut dapat berfungsi ganda dak ia dapatkan langsung dengan melan- yaitu dapat menjadi penghalang dalam cong ke wilayah Sriwijaya. Catatan tentang satu sudut pandang, dan menjadi peluang Palembang atauyang ia sebut San-fo-tsi ia dalam sudut pandang yang lain. Laut di- dapatkan dari laporan beberapa pedagang yakini sebagai penghalang karena keper- yang telah sampai ke wilayah Palembang cayaan bahwa laut adalah akhir dari dunia atau San-fo-tsi ketika ia ditunjuk oleh Di- dan tidak memberikan apa-apa kepada nasti Song untuk mengurusi perdagan- manusia. Sebagaimana yang terjadi pada gan laut di wilayah Guangzhou, Propinsi abad pertengahan Eropa, ketika seseorang Fujian di tahun 1224. Pedagang-pedagang melakukan pelanggaran berat, hukuman yang sampai ke wilayah Fujian ini yang yang paling berat diputuskan kepada menjadi sumber bagi catatan Chau Ju-Kua pelakuknya adalah dibuang ke laut atau yang kemudian dibukukan menjadi kum- diasingkan dengan cara diusir menggu- pulan tulisan dalam buku Chu-Fan-Chi. nakan perahu ke perairan. Demikian juga Hirth kemudian mencoba menghubung- terdapat kepercayaan kalau the edge of the kan deskripsi Chau Ju-Kua ini dengan ke- world adalah berada di laut lepas. adaan dari Kanton yang populasinya pada Berbeda ketika muncul teori yang me- saat itut digambarkan banyak berpencar nyatakan bahwa adanya laut adalah se- di luar tembok kota serta hidup di atas bagai peluang. Laut memungkinkan ter- raft (kayu-kayu yang dirakit menjadi satu jadinya persatuan dan menjadi sarana sebagai alas apung dan kemudian diberi perhubungan dari satu pulau ke pulau yang dinding dan atap). Deskripsi seperti ini yang lainnya.13 Sedang pelayaran dan perda- diyakini diambil oleh Chau Ju-Kua sebagai gangan di laut dalam perspektif ekonomi gambaran terhadap keadaan masyarakat ba- Smith dan Mill dapat menghasilkan dua hari di masa Sriwijaya di San-fo-tsi saat itu.12 keuntungan yang dinamis, yaitu; 1.Vent Alasan pertama yang menjadi dianalisis for Surplus (peluang bagi kelebihan SDA). oleh Hirth dan Rockhill adalah penghinda- Surplus yang dialami oleh suatu wilayah ran terhadap pembayaran pajak tanah dengan adanya pelayaran dari satu pulau dan bangunan. Dengan dibuatnya rumah ke pulau yang lainnya memungkinkan ba- apung di sekitaran sungai Musi atau di rang-barang yang sebelumnya merupak- atas perairan pada masa Sriwijaya tersebut an barang yang berlebih atau tidak dapat adalah untuk menghindari pembayaran bermanfaat kemudian dapat bermanfaat pajak yang diyakini saat tersbut banyak di wilayah yang lain. Hal ini menjadi sisi dibebankan kepada rakyat, sehingga ban- positif bagi barter atau pertukaran barang yak rakyat Sriwijaya di masa tersebut yang dari satu wilayah dengan wilayah yang tinggal di luar dinding kota dari pusat lain; 2. Highway of Learning atau Cross pemerintahan dan hidup di luaran dinding Culture, yaitu penyingkapan yang berujud serta membuat rumah-rumah apung. pengalihan pengetahuan dari satu kultur Kembali kepada teori tentang keberadaan kepada kultur yang lain.14

139 Tsaqofah & Tarikh, Vol. 4 No. 2, Juli - Desember 2020

C. Orang Laut sebagai Moyang bagi Ma- Orang laut yang oleh Entre d’Ethno- syarakat Bahari technologie en Milieux Aquatiques in Pembahasan tentang orang laut mun- Parisdisebut sebagai Aquatic Populations cul dalam beberapa literatur Barat yang diyakini telah menjalin hubungan yang menyajikan data tentang kekuatan na- baik dengan penguasa Sriwijaya sehing- val atau maririm Kerajaan Sriwijaya. Se- ga keduanya seolah berada dalam ika- bagaimana disebutkan, bahwa di tahun tan mutualisme. Sriwijaya kuat di lautan 683 M, Sriwijaya telah dicatatkan memiliki dengan keberadaan orang laut, dan orang kekuatan perang sebanyak 20.000 tentara laut sendiri dapat bertahan hidup karena sebagaimana dikemukakan oleh George mendapat perlindungan dan kewenan- Coedes dalam karya yang berjudnul “A gan untuk tinggal di mana saja di bawah Possible Interpretation or the Kedukan wilayah laut Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya Bukit” (Palembang) Inscription”. Sebagian diyakini telah mengfungsikan keahlian besar di antaranya beranggotakan orang orang laut dalam ekspedisi-ekspedisinya laut. Hal ini bertujuan untuk memperkuat ke wilayah baru yang melalui jalur laut kontrol Sriwijaya di wilayah Sumatra mau- serta memberi tawaran kepada mereka un- pun Semenanjung Malaysia. Wilayahnya tuk bebas mengarungi wilayah lautnya dan yang mencakup daratan dan lautan serta membentuk komunitas orang laut baru di untuk memperkuat kontrol penguasaan pantai-pantai wilayah yang dikuasai. Se- di pelabuhan dan bandar-bandar dagang lain itu orang laut dikenal pula memiliki maka dibutuhkan kekuatan militer yang skill yang mumpuni dalam perang di da- kuat. rat maupun di laut. O.W Wolters mencup- Orang laut diperkirakan dari awal be- lik catatan Chau Ju-Kua tentang semangat rada di sebelah tenggara pulau Sumatra perang tentara Sriwijaya yang ia gambar- serta di sekitaran pantai selata Malaka kan keganasannya yang tidak tertandingi yang memanjang dari pantai negara Singa- oleh bangsa lain pada masa tersebut. pura, Malaysia sampai Thailand sekarang Sepotong bukti yang mungkin bisa yang berseberangan dengan Pulau Suma- menjelaskan hubungan antara penguasa tra. Orang-orang laut ini oleh Tome Pires Sriwijaya dan orang-orang laut adalah ketika melakukan pelayaran ke Nusantara prasasti Telaga Batu, yang ditemukan di ia sebut sebagai Celates di tahun 1511 M. dekat sebuah sumur, tanggalnya yang Mereka yang disebut celates inilah yang tidak diketahui, di sudut barat pulau Sa- diyakini sebagai anak turun dari orang bukingking, sekitar 300 meter dari Ged- laut yang sempat disebut dalam sejarah ing Suro. Prasasti ini memberikan penge- Sriwijaya, meskipun Sriwijaya telah run- tahuan tentang cara kerajaan diatur dan tuh pada abad ke 14. Keberadaan orang ditertibkan dan kesatuan yang dipertah- laut atau oleh Sather disebut sebagai sea ankan di dalamnya. Wolters menunjuk- nomads ia yakini selalu berpindah dari kan bahwa kehadirannya di situs ini meru- satu wilayah pantai ke wilayah pantai pakan indikasi pusat kerajaan. Tulisan itu, yang lainnya, namun oleh Tomes Pires ia yang terdiri dari dua bagian, berisi rumu- gambarkan tinggal di sekitaran pantai di san yang rumit tentang kutukan/sumpah wilayah yang berdekatan dengan Malaka dalam bahasa Melayu Kuno dankutukan/ maupun dengan Palembang atau Pulau sumpah lain yang lebih pendek, bagian Sumatra. pertama dari apa yang dikenal sebagai Ba-

140 Nurrohim Kerajaan dan Komunitasnya: Sejarah dan Teori Keberadaan Komunitas Bahari di Masa Sriwijaya hasa B.15 Bahasa B ini menurut Obdeyn, D. Komunitas Masyarakat Bahari Sriwijaya; mungkin merupakan bahasa Mingakabau Antara Orang Suku Laut dan Bajak Laut lama; Damais mengakui kesamaannya den- Komunitas masyarakat yang hidup di gan Malagasi, Jawa dan Cham, sementara atas perairan pada masa kekuasaan Sriwi- Van Naerssen lebih mengidentifikasi bahwa jaya memang telah dapat dibuktikan ke- itu adalah bahasa orang laut. Jika kita bera- beradaanya melalui laporan Chau-Ju-Kua sumsi bahwa pengikut penguasa Sriwijaya maupun catatan Tomes Pires ketika Por- adalah orang Melayu dari pantai timur Su- tugal berhasil mendarat di wilayah pantai matera dan orang laut, maka logis untuk Pulau Sumatra. Namun, belum terdapat menerima kesimpulan Van Naerssen dan banyak laporan tentang jumlah mereka menganggap bahwa prasasti Telaga Batu dan bagaimana cara mereka hidup serta ditujukan kepada kedua kelompok ini. tatanan sosial kemasyarakatan laut saat Semua tiga kutukan/sumpah, Telaga Batu, tersebut. Yang tercatat sekarang adalah ke- Kota Kapur dan Palas Pasemah, merupak- beradaan sisa-sisa orang laut yang hidup an prasasti yang dituliskan dalam bahasa di sekitaran pesisir pantai di Kepulauan Melayu Kuno dan Bahasa B. Riau. Isi prasasti Telaga Batu dapat dibagi Menurut teori Wolters, Orang Suku Laut menjadi tiga bagian utama: bagian perta- selain menjalani hidupnya sebagai sekutu ma adalah doa untuk semua dewa; bagian dari Kerajaan Sriwijaya dan mengikuti ber- kedua adalah kutukan bagi semua penja- langsunya perang yang dilakukan dalam hat, termasuk mereka yang berkomplot kehidupan kesehariannya hidup dari men- melawan raja dan kerajaan; yang ketiga cari ikan maupun berdagang. Joseph Cam- adalah berkah bagi mereka yang tunduk po dalam sebuah artikelnya yang dimuat pada kekuasaan Sriwijaya. Bentuk batu di oleh Journal of Southeast Asian Studies mana prasasti Telaga Batu diukir dan naga menuliskan bahwa sea habitants atau ada berkepala tujuh yang diukir dengan relief yang menyebutnya sebagai sea nomads/ di atas prasasti menunjukkan bahwa itu orang laut dapat dibagi ke dalam bebera- memiliki fungsi tambahan. Karena dite- pa karakteristik dan tidak bisa disamakan mukan di dekat sumur, diyakini bahwa itu dengan keberadaan perompak atau bajak pasti digunakan untuk upacara pengam- laut di sekitaran abad ke 18-19 M.17 bilan sumpah. Air pasti telah dituangkan Campo menyebutkan bahwa keberadaan di atas batu dan dikumpulkan dalam wa- perompak laut ini malah yang menyebabkan dah di bawah prasasti. Air kemudian akan semakin terpinggirkannya komunitas orang diminum oleh para pengambil sumpah, laut. Keberadaan kekuasaan pelayaran Ero- mungkin para , pemimpin dan gu- pa seperti Belanda dan Inggris semakin me- bernur yang disebutkan dalam prasasti.16 minggirkan pula keberadaan masyarakat Upacara sumpah ini pastilah hidup dalam Orang laut. Orang laut yang oleh Campo ia ingatan orang Melayu dan diceritakan sebut memiliki kekuatan di laut pada masa kembali dalam Sejarah Melayu, meskipun sebelumnya secara perlahan-lahan mu- dalam bentuk yang berbeda. Yang terakhir lai kehilangan pengaruhnya. Keberadaan mengacu pada sumpah antara Sang Sapur- perompak laut sendiri oleh Campo ia ba, mewakili penguasa, dan Demang Lebar pisahkan dari komunitas orang laut. Bajak Daun, mewakili rakyatnya, yang mungkin laut ia deskripsikan merupakan kumpulan termasuk orang-orang laut. dari orang-orang berperahu yang hanya

141 Tsaqofah & Tarikh, Vol. 4 No. 2, Juli - Desember 2020

mencari keuntungan ekonomi atau men- sanggahan tentang beberapa tuduhan bah- cari pengaruh politik dengan menjarah wa nenek moyang orang laut yang berada kapal-kapal yang lewat. Selain itu, Campo di beberapa pesisir pantai Indonesia seka- juga menambahkan kalau bajak laut yang rang ini atau yang tinggal di rumah apung mulai menjamur di wilayah perairan di di beberapa pinggiran sungai bukanlah ke- sekitar Selat Malaka dapat dimungkinkan turunan dari bajak laut atau perompak laut juga merupakan sekumpulan orang-orang yang tidak mengenal aturan. Oleh Mary atau pelaut yang melakukan tindak krimi- Sommer Heidhues dalam bukunya South- nal di daratan kemudian diasingkan ke east Asia: A Concise History menuliskan lautan.18 bahwa orang laut memang diyakini beras- Meski pada deskripsi selanjutnya Cam- al dari suku perompak, namun dalam per- po menunjukkan bahwa Orang laut juga jalanan setelahnya mereka dikenal sebagai melakukan penyerangan terhadap bebera- komunitas masyarakat yang sangat setia pa rombongan kapal yang datang, namun dengan janji terhadap penguasa wilayahn- tujuannya tak lain adalah sebagai bentuk ya. Bahkan ia menuliskan bahwamasyara- kesetiaan terhadap pimpinannya tersebut. kat laut telah menajdi pengikut setia dari Penyerangan selalu harus merupakan per- beberapa kerajaan seperti, Sriwijaya, Kes- intah dari penguasa di atas mereka. Hal ini ultanan Malaka dan Kesultanan Johor. kemudin berbeda ketika muncul golongan pelaut yang oleh Campo ia sebut sebagai Kesimpulan Ilanun Peoples yang kemudian beker- Pembahasan tentang Kerajaan Sriwi- jasama dengan Pangeran Malaysia. Ilanun jaya baru muncul di sekitaran abad ke 20 adalah salah satu komunitas orang laut ketika George Coedes dengan karyanya juga, namun berasal di sekitaran pesisir yang berjudul The Indianized States of pantai di Sulu, Filipina sekarang. Ilanun Southeast Asia menyebut keberadaannya ia gambarkan sebagaimana predator yang yang berada di wilayah pulau Sumatra. Se- selain merampok juga menjarah secara menjak tulisan Coedes ini terbit, mulai ber- membabi-buta. Hal inilah yang kemudi- bondong-bondonglah para peneliti untuk an melahirkan persepsi kalau orang laut menguak data-data sejarah yang berkaitan adalah semacam parasit yang harus cepat- dengan kerajaan tersebut. Dengan sema- cepat disingkirkan. Padahal dalam pers- kin banyaknya para peneliti yang mencoba pektif Campo, Orang laut terdiri dari ber- mengungkap sejarah kerajaan tersebut, se- macam karakteristik yang meski memiliki makin terungkaplah informasi-informasi beberapa persamaan, namun di sisi yang yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya. lain juga memiliki perbedaan. Salah satu data yang muncul adalah Dari uraian di atas penulis mendapat- berkenaan dengan keberadaan komunitas kan beberapa informasi berharga, meski bahari di wilayah kekuasaan Sriwijaya. merupakan analisis yang dilakukan oleh Komunitas tersebut umumnya diyakini Jospeh Campo, namun cukup menarik adalah sebagai nenek moyang dari ke- menjadi dasar dalam membahas tentang beradaan beberapa orang laut yang ada di keberadaan komunitas Bahari di masa Sri- wilayah Asia Tenggara. Berdasar catatan wijaya yang masanya masih jauh sebelum Chau-Ju-Kua dalam karya Chu-fan-chinya keberadaan para perompak laut tersebut. bertahun sekitar 1224 M ditemukan infor- Informasi tersebut kembali dapat menjadi masi yang menyebut bahwa terdapat ma-

142 Nurrohim Kerajaan dan Komunitasnya: Sejarah dan Teori Keberadaan Komunitas Bahari di Masa Sriwijaya syarakat Sriwijaya yang tinggal di luaran University: Journal of Trans Regional and Na- tembok pusat kota pemerintahan kerajaan. tional Studies of Southeast Asia vol.4 no.2. Bahkan terdapat banyak pula yang tinggal Coedes, Goerge. 1975. The Indianized States of Southeast Asia translated by Susan Brown di rumah-rumah apung di perairan luar Cowing. Canberra: Australian National pusat kota. Hal ini sejalan pula dengan University Press. catatan Tomes Pires dalam Suma Oriental- Dellios Rosita. Thinking Through Srivijaya; Poly- nya yang menyebut bahwa sekitaran pesi- centric Networks in Traditional Southeast sir pantai di Palembang dan Selat Malaka Asia. dipenuhi oleh adanya orang-orang yang Forshee, Jill. 2006. Culture and Customs of Indo- nesia. London: Greenwood Press. hidup di atas perahu mereka. Ia kemudian Hamid, Abd Rahman.2018. Sejarah Maritim In- menamakan mereka sebagai Celates atau donesia. Yogyakarta: Ombak. orang-orang yang hidup di selat-selat. Holt, Claire. 2007. Culture and Politics in Indone- Hirth kemudian mencoba menganalisis sia. Singapura: Equinox Publishing. hasil terjemahannya terhadap karya Chau Ju-Kua, Chau. 1911. Chau Ju-Kua on the Chinese Ju-Kua dengan menyebut beberapa alasan and Arab Trade in The Twelfth and Thirteenth Centuries translated by Friedrich Hirth. St. Pe- atau latar belakang terbentuknya komuni- tersburg: Printing Office of The Imperial Acad- tas bahari di abad ke-13 M tersebut dapat emy of Sciences. terjadi karena faktor penghindaran terha- Kee-Long, Soo. 1998. Dissolving Hegemony or dap pajak tanah yang dibebankan oleh raja Changing Trade Pattern? Images of Srivijaya terhadap rakyatnya saat tersebut. Namun, on the Chinese Sources of the Twelfth and data yang lain menunjukkan bahwa ko- Thirteenth Centuries. Singapura: Journal of Southeast Asia Studies Vol. 29 Issue 2. munitas bahari dapat saja muncul sebelum Kusuma, Pradiptajati. 2017. The Last Sea Nomads keberadaan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini di- of The Indonesian Archipelago: Genomic Ori- kuatkan dengan Prasasti Telaga Batu yang gins and Dispersal. Europan Journal of Hu- diyakini dituliskan selain menggunakan man genetics. Bahasa Melayu lama juga mengadopsi Ba- Manguin, Pierre-Yves. 2008. Welcome to Bhumi hasa B atau bahasa yang digunakan oleh Sriwijaya or The Building of Provincial Iden- tity in Contemporaray Indonesia. Singapura: Orang Laut tersebut.Wolters sering me- ARI National University Singapore. nyebutkan bahwa telah terjadi kerjasama Marsanto P., Khidir. 2010. Orang Suku Laut dan yang harmonis antara Kerajaan Sriwijaya Orang Melayu di Kepualuan Riau: Sebuah dengan orang-orang laut ini.Kemampuan Tafsir Deskriptif-Etnografis. Depok: Jurnal orang laut untuk mengarungi lautan serta Antropologi Indonesia vol. 31 no. 3. skill perangnya yang mumpuni menja- Miksic, John. 2010.The Buddhist-Hindu Divide in Premodern Southeast Asia. Singapore: The dikan Sriwijaya dapat disebut berhutang Nalanda-Sriwijaya Centre. banyak terhadap keberadaan orang laut. Muljana, Slamet. 2006. Sriwijaya. Yogyakarta: Komunitas inilah yang pertama menjadi LkiS. benteng pertahanan bagi Kerajaan Sriwi- Munoz, Paul Michel. 2009 Kerajaan-kerajaan jaya. Awal Kepulauan Indinesia dan Semenanjung Malaysia terj. Tim Media Abadi. Yogyakarta: Mitra Abadi. Referensi O. W. Wolters. 2011. Kemaharajaan Maritim Sri- Bronson, Bennet. 1975. Palembang as Srivijaya; wijaya & Perniagaan Dunia Abad III- Abad The Lateness of Early Cities in Southern South- VII terj. Edy Sembodo. Jakarta: Komunitas east Asia. Bambu. Chou, Cynthia. 2016. The Water World of The Rahman, Abd Rahman.2018. Sejarah Maritim In- Orang Suku Laut in Southeast Asia. Sogang donesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

143 Tsaqofah & Tarikh, Vol. 4 No. 2, Juli - Desember 2020

Reid, Anthony. 2014. Asia Tenggara Dalam Ku- run Niaga 1450-1680 Jilid 1: Tanah di Bawah 1Nicholas Tarling, ed.The Cambridge His- Angin terj. Mochtar Pabotinggi. Jakarta: tory of Southeast Asia Vol. I: From Early Times to Yayasan Pustaka Obor. c. 1800. (UK: Cambridge University Press, 1994) ______. 2015. Asia Tenggara Dalam Kurun hlm. 197. 2 Niaga 1450-1680 Jilid 2: Jaringan Perdaga- Geomorfologi adalah sebuah cabang ilmu ngan Global terj. R. Z. Leirissa, P. Soemitro. Geografi yang di dalamnya membahas tentang bentuk permukaan dari bumi dan perubahan-pe- Jakarta: Yayasan Pustaka Obor. rubahn yang terjadi padanya dari masa ke masa. Rochmiatun, Endang. 2016. Orang Laut, Bajak 3Slamet Muljana, Sriwijaya (Yogyakarta: Laut dan raja Laut; Dinamika Kehidupan dan Penerbit LKiS, 2011), hlm. 119. Kekuasaan dalam Naskah Kontrak Sultan- 4Abdur Rahman Hamid, Sejarah Maritim sultan Palembang Abad 18-19. Depok: Jurnal Indonesia. (Yogyakarta; Penerbit Ombak, 2018), Manuskripta vol. 6 no. 1. hlm. 9. 5 Sastri, K. A. Nilakanta. 1949. History of Sri Vi- Lihat Sather, Clifford (2007); Sea Nomads and Rainforest Hunter-Gatherers: Foraging Ad- jaya. India: University of Madras Press. aptations in the Indo-Malaysian Archipelago, in ______. South Indian Influences in The Far Bellwood, P., Fox, J. J., Tryon, D (ed.) The Austro- East. India: Hind Kitab Ltd. Tanpa tahun. nesians: Historical and Comparative Perspectives. Sather, Clifford. Sea Nomads and Rainforest Canberra: ANU E Press. Hunter-Gatherers: Foraging Adaptattions 6Diakses dari https://www.theguardian. in the Indo-Malaysian Archipelago. com/global-development/2014/dec/10/in- Suhaimi, Nik Hasan. 1991. Port and Polity of The dian-ocean-tsunami-moken-sea-nomads-thai- Malay Peninsula and Sumatra (5th-14th Cen- landpada 25 Juli 2018. 7Diakses dari http://www.bbc.com/fu- turies A.D.). Surabaya: International Semi- ture/story/20160229-the-sea-nomad-children- nar “Harbour Cities along the Silk Roads. who-see-like-dolphinspada 26 Juli 2018. T. Kao, William. 1956. A Primary Chinese Re- 8Clifford Sather, Sea Nomads and Rainfor- cord Relating to Ho-Lo-Tan and Miscellaneous est…… Notes on Srivijaya and Fo-Che Vol. 29 No.1. 9Ibid., 10 Kuala Lumpur: Journal of Malayan Branch Nicholas Tarling, The Cambridge History of Royal Asiatuc Society. of Southeast Asia…, hlm. 198-199. 11Chau Ju-Kua, Chau Ju-Kua; His Work Tarling, Nicholas, ed. 1994. The Cambridge His- on the Chinese and Arab Trade in The Twelfth tory of Southeast Asia Vol. I: From Early Times and Thriteenth Centuries, Entitled Chu-fan-chi. to c. 1800. UK: Cambridge University Press. Translated by Friedrich Hirth & W.W. Rockhill Taylor, Jean German. 2003. Indonesia; Peoples (St,. Petersburg: Printing Office of The Imperial and Histories. Yale: Yale University Press. Academy of Sciences, 1911), hlm. 60. Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 12Ibid, hlm. 64. 13 2010.Sejarah Nasional Indonesia Jilid II: Za- Abd Rahman Hamid, Sejarah Mari- tim Indonesia (Yogyakarta; Penerbit Ombak, man Kuno. Jakarta: Balai Pustaka. 2018), hlm. 7. Tsing, I. A Record of The Buddhist Religion as 14Ibid., Practiced in India and The Malay Archipela- 15Lihat dalam Suhaimi, Nik Hasan. Port go translated by Takakusu. London: Oxford and Polity of The Malay Peninsula and Sumatra University Press. (5th-14th Centuries A.D.). Surabaya: Interna- Wolters, O.W. 1990. Kejatuhan Srivijaya dalam tional Seminar “Harbour Cities along the Silk Sejarah Melayu terj.Toh Kim Hui. Kuala Roads.1991. 16 Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Ke- Ibid., 17Tymothy P. Barnard, Celates, Rayat-Laut, menterian Pendidikan Malaysia. Pirates; The Orang Laut and Their Decline in His- ______. Landfall of The Palembang Coast tory, (Kuala Lumpur: Journal MBRAS Vol 80 in Medieval Times. part 2, 2007), hlm. 35. Woodward, Mark. 2011. , Indonesia, and Is- 18Ibid., lam. London: Springer. 19Ibid.,

144