Nasionalisme Pers: Studi Kasus Peran Medan Prijaji Dalam Menumbuhkan Kesadaran Kebangsaan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
NASIONALISME PERS: STUDI KASUS PERAN MEDAN PRIJAJI DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KEBANGSAAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: R. M. Joko Prawoto Mulyadi NIM: 105033201150 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/ 2011 M DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : R.M. Joko Prawoto Mulyadi Tempat / Tanggal lahir : Jakarta, 12 Januari 1986 Alamat : Jalan Kebon Nanas Selatan 2, OTISTA III Rt.007/05 no.30 Jakarta Timur Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam Pendidikan : 1. TK. Islam An-Nuriyyah, Otista, Jakarta Timur. 2. SD. Muhammadiyah 55, Tebet, Jakarta Selatan. 3. Madrasah Diniyyah An-Nafi’ah 4. SMPN 73, Tebet, Jakarta Selatan. 5. SMUN 26, Tebet, Jakarta Selatan. 6. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, FISIP, Ilmu Politik ii ABSTRAK Judul : NASIONALISME PERS: STUDI KASUS PERAN MEDAN PRIJAJI DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KEBANGSAAN Sebagai suatu tema kajian menarik, nasionalisme atau istilah lain yang berkaitan dengannya juga memiliki keunikan dan kerumitannya sendiri. Hal yang demikian itu terjadi akibat nasionalisme kerap ditulis dengan ‘N’ huruf awalan kapital. Artinya, ia terlanjur diasosiasikan sebagai sebuah ideologi sebagaimana juga ideologi lain semisal Marxisme, Sosialisme, dan sebagainya. Namun demikian, apa yang akan saya bahas pada karya ini bukan Nasionalisme dengan ‘N’, melainkan nasionalisme dengan ‘n’. Sekilas lalu apalah artinya dari huruf awalan kapital atau tidak, namun kelak dalam pembahasan itu akan berdampak besar. Apa yang dimaksud nasionalisme dengan ‘n’ bukanlah sebagai ideologi, tapi suatu rasa kebangsaan. Atau dalam istilah lain juga disebut kesadaran kebangsaan. Nasionalisme model ini yang akan menjadi pembahasan kita. Sebuah kesadaran kebangsaan yang disemai di ladang kering tanah koloni bernama Hindia Belanda. Bukan petani atau peladang, tapi jurnalis yang menyemai bibit kesadaran kebangsaan itu melalui media berupa surat kabar. Dalam hal ini, surat kabar yang dimaksud tentu adalah surat kabar yang mengawali upaya pembenihan kesadaran kebangsaan tersebut. dan pilihan jatuh pada sebuah surat kabar yang terbit pada 1907, Medan Prijaji, dengan seorang jurnalis berwatak keras, R.M. Tirto Adhi Soerjo. Surat kabar ini menjadi pilihan sebab selain ia selaku pionir dalam usaha pembibitan kesadaran ke ‘kita’an sebagai sebuah bangsa, juga memiliki sikap politik yang tegas. Sejak dari jargon sampai pada artikel, surat kabar yang sempat mencapai tiras 2000 ini benar-benar menariik garis tegas antara ‘kami’ dan ‘kalian’, yakni antara penjajah Kolonial dengan yang dijajahnya, yang dalam istilahnya digunakan identitas oposisi antara ’bangsa jang terprentah’ dengan ‘bangsa jang memerentah’. iii KATA PENGANTAR Bismihi Ta’ala Alhamdulillah, wash-sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa alihi al- ath’har. Segala puji bagi Rabb semesta alam atas segala nikmatNya. Shalawat dan salam terhatur kehadirat Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya. Semua itu adalah ungkapan syukur karena berkat rahmat itulah skripsi “NASIONALISME PERS: STUDI KASUS PERAN MEDAN PRIJAJI DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KEBANGSAAN” terselesaikan. Beragam kisah menarik saya jumpai di tengah perjalanan penulisan skripsi yang berawal dari makalah saya dalam sebuah seminar tentang Pers dan Kebangsaan di Universitas Negeri Yogyakarta beberapa tahun lalu. Biarlah tersimpan dalam kenangan dan terbuka pada saatnya. Namun yang terpenting adalah rampungnya penulisan skripsi ini sebagai syarat kelulusan dan beroleh gelar sarjana. Tentu semua ini tak lepas dari jasa yang tak berbilang dari berbagai pihak. Untuk itu, saya haturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Alm. R.M. Tirto Adhi Soerjo, kakek buyut yang secara ironis harus saya kenal dari buku, baru kemudian diceritakan orang tua. Aku masih menziarahimu, di makam dan pada ratusan lembar buah penamu dalam Medan Prijaji. 2. Alm. S. Syahabuddin Shahab, kakek yang mengajariku bermain dengan kertas, pena, dan mesin ketik sejak kecil. Seorang penyiar, pengajar tafsir, dan Soekarnois yang membuatku akrab dengan dunia tulis menulis. 3. Alm. R.M. Dicky Permadi Tirtoadhisoerjo, ayah yang selalu mendidik dengan caranya yang unik. Yang dengan santai namun pasti, menjadikanku begitu akrab dengan buku. Amanat terakhirmu sebelum wafat telah kujalankan, skripsi ini salah satunya. Pesanmu masih kuingat, bahwa pilihan ‘menjadi seorang idealis harus tahan keadaan sulit’. 4. Syarifah Fathiyyah Shahab, ibu yang dengan segala keteguhan hati dan kesabaran menjalani hari-hari menunggu kelulusanku. Pengertian yang luar biasa atas jalan sunyi yang kupilih membuatku tetap tegar. iv v 5. Pramoedya Ananta Toer. Bung, melalui bukumu, aku mengenal asal- usulku, dan banyak hal luar biasa tentang nasion kita. 6. Prof. Dr. Bahtiar Efendi. Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Dr. Ali Munhanif, ketua Prodi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si, sekretaris Program Studi sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah menyempatkan waktu di sela kesibukan dan memberi bantuan referensi penting. 9. Seluruh dosen Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 10. Indra B Aden, melalui pria yang kutemui semasa kuliah di IISIP ini aku mengenal Pram, dan akhirnya, Tirto. 11. Muhidin M Dahlan, yang telah memberikan foto copy Medan Prijaji melalui Iswara yang didapatnya dari Bung Pram. Terus menulis, kawan. 12. Teman-teman peneliti di Jogja, khususnya Iswara N Raditya, kerja kerasmu menulis Tirto akan berbuah suatu hari. 13. Kawan-kawan Kelompok Studi Kedai Pemikiran: Rendi, Aga, Lendi, Nurman, Andika, yang telah bersama-sama mengkaji masalah keIndonesiaan, termasuk pers dan membantu melengkapi referensi. Tetap jalan, kawan. Ilmu untuk kemanusiaan!!. 14. Teman berbincang yang memberi kesan dengan segala warnanya: Hasan sang pegandrung Semar, Riski si Aneuk Nangroe, Achmad Zaki dosen muda yang menjadi teman diskusi tentang sastra, media, dan banyak hal. 15. Nabila ‘habiba’ al-Aidrus, ‘alarm’ terindah yang selalu mengingatkan bahwa skripsi ini harus cepat selesai. Semoga segalanya indah pada waktunya. Semoga segala kebaikan terbalaskan. Sebagai sebuah skripsi yang beradu cepat dengan waktu di sela kesibukan lain yang menghimpit, tentu karya ini jauh dari sempurna. Namun semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Jakarta 15 Juni 2011 R.M. Joko Prawoto Mulyadi DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................... i DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... ii ABSTRAK..................................................................................................... iii KATA PENGANTAR.................................................................................. iv DAFTAR ISI.................................................................................................. vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah............................................................. 6 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7 D. Tinjauan Pustaka.................................................................................. 7 E. Metode Penelitian................................................................................ 10 F. Sistematika Penulisan.......................................................................... 11 BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasion dan Nasionalisme..................................................... 13 B. Peran Pers sebagai Kontra Opini Kolonial............................................. 24 C. Nasionalisme dalam Pers....................................................................... 30 BAB III. NASIONALISME YANG LAHIR DARI PERS A. Geliat Pers di Hindia Belanda............................................................... 41 B. Medan Prijaji, Pers yang Berpolitik..................................................... 49 C. R.M Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Kebangsaan................................. 58 vi vii BAB IV. NASIONALISME CETAK, PERLAWANAN PERS TERHADAP PENJAJAHAN KOLONIALISME A. Linguafranca sebagai Identitas Bangsa.................................................... 65 B. Kritisisme Medan Prijaji Terhadap Penguasa......................................... 70 C. Sentimen Kebangsaan Medan Prijaji: “Bangsa Jang Terprentah” dan “Bangsa Jang Memrentah”....................................................................... 74 D. Pengaruh Medan Prijaji Terhadap Kemunculan Kaum Nasionalis Revolusioner............................................................................................. 83 BAB V. KESIMPULAN..................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran kebangsaan atau yang lebih akrab di telinga dengan istilah „nasionalisme‟, merupakan tema perbincangan yang nyaris tak lekang digerogoti usia. Sepertinya, hal tersebut akan terus dan terus diperbincangkan selama negeri ini masih memiliki penghuni. Tema ini menjadi penting dan oleh karenanya selalu up to date dikarenakan sifatnya yang merupakan bagian dari pembahasan jatidiri bangsa, di mana di dalamnya terdapat temali cerita mengenai proses terbentuknya sebuah bangsa. Bahkan dalam gaya yang agak hiperbolis namun saya pikir benar, Hobsbawm menggambarkan bahwa