Suara Politik Pers Medan Prijaji: Kajian Terhadap Tulisan R.M Tirto Adhisoerjo Tahun 1909-1910

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Suara Politik Pers Medan Prijaji: Kajian Terhadap Tulisan R.M Tirto Adhisoerjo Tahun 1909-1910 SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP TULISAN R.M TIRTO ADHISOERJO TAHUN 1909-1910 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh : Asep Halimi 1111022000059 JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/ 1437 H ABSTRAK Skripsi ini berusaha untuk menganalisa pengaruh tulisan R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) dan kebijakan pemerintah terhadap pers. Dalam hal ini, pers sebagai alat perjuangan pribumi berpotensi menjadi ancaman bagi keberlangsungan politik kolonial Hindia Belanda. Selain itu skripsi ini juga ingin melanjutkan kajian pers (surat kabar) yang belum banyak membahas secara terperinci tentang pengaruh pers di abad ke-20 Masehi. Penelitian ini bersifat analitycal history, karena itu, metode yang penulis gunakan adalah kajian kualitatif, dan data penulis peroleh melalui penelusuran literatur dan dokumentasi. Penulis mendasarkan analisa ini pada teknik penelitian sejarah: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan temuan-temuan baru terkait dengan pengaruh pers di awal abad ke- 20 M. dengan mengkaji beberapa tulisan R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) dalam surat kabar Medan Prijaji. Selain itu, penulis juga menemukan fakta-fakta terkait suara-suara politik tentang pemerintah dan masyarakat pribumi dalam surat kabar Medan Prijaji. Dengan demikian, penelitian ini penulis harapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian terdahulu yang belum sempat menjawab permasalahan yang menjadi fokus kajian skripsi ini. Skripsi ini juga ingin meningkatkan kajian sejarah dari sudut pandang pers dengan pendekatan politik dan sosial. Dari hasil analisa dengan menggunakan pendekatan tersebut, penulis simpulkan bahwa tulisan-tulisan R.M Tirto Adhisoerjo yang bermuatan politik dalam surat kabar Medan Prijaji menjadi ancaman bagi keberlangsungan pemerintahan kolonial dan menjadi sarana penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci : Pers, Medan Prijaji, R.M. Tirto Adhisoerjo, Pemerintah, Pribumi i KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang karena atas rahmat dan karuniaNya, sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Rasa syukur disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh serta tekad yang kuat akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan Judul “Suara Politik Pers Medan Prijaji: Kajian Terhadap Tulisan R.M. Tirto Adhisoerjo Tahun 1909-1910”. Meskipun penulis sadar betul akan banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berkeyakinan karya ini dapat memberikan manfaat bagi para penggiat kajian sejarah pers. Terwujudnya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran yang diberikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora 3. H. Nurhasan, M.A Selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora. ii 4. Drs. Tarmizy Idris, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak nasihat, masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 5. Solikhatus Sa‟diyah, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah sabar mengurusi semua administrasi yang penulis butuhkan. 6. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.A. selaku dosen penguji I sekaligus penasihat akademik yang baik dalam memberikan, masukan, arahan dan motivasi yang baik bagi penulis. 7. Usep Abdul Matin, S.Ag., M.A., M.A., Ph.D., selaku doen penguji II yang telah membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini baik dari segi isi, maupun kalimatnya. Dari perbaikan ini, penulis belajar bagaimana menulis tulisan yang akademik, dan lebih enak dibaca. 8. Drs. H. Azhar Saleh, M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah dengan sabar mengajari dan membimbing penulis. 9. Amil Sarmili dan Nafsiah, selaku orang tua penulis. Terimaksih atas motivasi, cinta dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan. 10. Ust. Abdullah Syafi‟i selaku orang tua dan guru spiritual yang banyak mendoakan dan memotivasi penulis. 11. Kaka dan adik-adikku tercinta, M. Yunus, Nurjanah, Ma‟mun Nawawi, Dede Nurhadi, Melinda dan Dzidane Abdillah. Trimakasih telah menjadikan rumah sebagai lingkungan yang hangat dalam berdiskusi dan mengadu hati. 12. Seluruh Dosen Sejarah Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta iii 13. Jeanita Inayah Arifianingsih, „Alarm‟ terindah yang selalu mengingatkan bahwa skripsi ini harus segera selesai. Semoga semuanya indah pada waktunya 14. Mumu Muakhir, Hanna Nurjanah, Tomy Sutrisno. Terimakasih atas segala masukan dan bimbingan yang tanpa pamrih terhadap penulis. 15. Jaka Samudri, Amalia Rahmadanty, Zahrul Muntaqo. kawan seperjuangan dalam menggapai cita-cita, terimaksih telah menjadi sahabat yang baik dalam hal saling mensupport dan mengkritik. 16. Segenap kawan-kawan GPPI (Gerakan Pemuda Patriotik Indonesia), yang telah menuntun dan terus memberikan transformasi kesadaran menuju tugas mulia yang seharunya sebagai pemuda patriotik untuk mampu menjadi pelopor kemajuan dan kemandirian bangsanya. 17. Teman-teman seperjuangan SKI angkatan 2011 yang selalu memberi dukungan dan masukan kepada penulis. Semoga segala bantuan yang tidak ternilai ini mendapat keberkahan disisi Allah SWT, Amiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh Karen itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepannya. Amiin Ya Rabbal „Alamin. Jakarta, 23 Juni 2016 Penulis, iv DAFTAR ISI ABSTRAK .........................................................................................................i KATA PENGANTAR .......................................................................................ii DAFTAR ISI ......................................................................................................v DAFTAR ISTILAH ..........................................................................................vii DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................9 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..........................................10 D. Tujuan Penelitian .........................................................................11 E. Manfaat Penelitian .......................................................................11 F. Tinjauan Pustaka .........................................................................12 G. Metode Penelitian ........................................................................15 H. Sistematika Penulisan ..................................................................19 BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA DAN SEJARAH TEBENTUKNYA PERS MEDAN PRIJAJI A. Kebijakan Politik Pemerintah Hindia Belanda di Awal Abad ke-20 ..................................................................................20 B. Kebijakan Pemerintah Terhadap Pers .........................................23 C. Sejarah Perkembangan Pers di Hindia Belanda dan Awal Kebangkitan Pers Pribumi .................................................34 D. Sejarah Terbentuknya Pers Medan Prijaji ..................................40 BAB III PERAN PERS MEDAN PRIJAJI TERHADAP PRIBUMI A. Medan Prijaji sebagai Medan Perjuangan Masyarakat Pribumi ........................................................................................57 B. Medan Prijaji sebagai Alat Tranformasi Politik Masyarakat Pribumi ........................................................................................ 66 v C. Medan Prijaji Pengawali Lahirnya Kesadaran Nasional ............ 74 BAB IV PENGARUH SUARA POLITIK R.M. TIRTO ADHISOERJO DALAM MEDAN PERIJAJI A. Suara Politik R.M. Tirto Adhisoerjo sebagai Kritik Terhadap Sistem Pemerintah Kolonial ........................................85 B. Suara Politik R. M Tirto Adhisoerjo dalam Pembongkaran Skandal Politik Pemerintah Hindia Belanda ...............................91 C. Suara Politik R.M. Tirto Adhisoerjo sebagai Penyalur Advokasi Masyarakat Terhadap Pemerintah Hindia Belanda .....96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................108 B. Saran ...........................................................................................110 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................112 LAMPIRAN…………………………………………………………………....115 vi DAFTAR ISTILAH Algemeen Verslag Laporan umum bervoedering van welvaart Memajukan kesejahteraan. Culturestelsel Sistem tanam paksa Drukpersreglement Peraturan Pers Fiscus Pembendaharaan negeri Landrente Sistem pajak yang dibuat oleh Stanford Raflles ontwikkeling Perkembangan opvoeding Pendidikan Patrimonial Sistem bentukan hubungan tuan dan anak buah Pers Putih Pers yang dimiliki oleh orang kulit putih (Eropa) Persdelict Kasus Pers atau pelanggaran pers Politik Etis Politik balas budi Preventif Sistem pencegahan Pribumi Masyarakat asli Hindia Belanda (Indonesia) Prijaji
Recommended publications
  • PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH 18 April 2018, Aula Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
    PROSIDING SEMINAR NASIONAL JURUSAN SEJARAH 2018 PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH 18 April 2018, Aula Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang ISBN: Editor: Indah Wahyu Puji Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd. Penyunting: 1. Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd., M.Pd. 2. Zafriadi, S.Pd. Desain sampul dan tata letak: 1. Ronal Ridhoi, S.Hum., M.A. Penerbit: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Redaksi: Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5, Malang Telp. (0341) 585966 Seminar Nasional “Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah” i KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, prosiding seminar nasional ini dapat diterbitkan. Seminar nasional ini berawal dari adanya kegelisahan tentang implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam Kurikulum 2013 edisi Revisi. Program ini memberikan tantangan baru bagi para pendidik dan pemerhati pendidikan sejarah. Meskipun demikian, pendidikan karakter sebenarnya juga bukan merupakan hal baru bagi para pendidik sejarah. Pendidikan dan pembelajaran sejarah selalu terkait dengan usaha untuk mengambil makna dari peristiwa yang terjadi dan menanamkan karakter yang baik pada peserta didik, Hal itu tentu saja tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan memerlukan proses yang panjang dan melibatkan berbagai pihak. Oleh karenanya, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang menggagas seminar nasional tentang Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah. Seminar nasional ini mengundang para mahasiswa, praktisi, ahli, dan pemerhati di bidang pendidikan dan pembelajaran sejarah. Melalui kegiatan ini mereka dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk saling belajar. Seminar ini sekaligus menjadi representasi dari keinginan komunitas untuk memberikan sumbangsih pada perkembangan studi pembelajaran dan ilmu pendidikan secara umum. Para pakar di bidang sejarah dan pendidikan karakter dihadirkan sebagai pembicara utama pada seminar ini.
    [Show full text]
  • Understanding Ki Hadjar Dewantara's Educational Philosophy
    International Journal of Humanities and Innovation (IJHI) Vol. 2 No. 3, 2019 pp. 65-68 Understanding Ki Hadjar Dewantara’s educational philosophy I Putu Ayub Darmawan*, Edi Sujoko Sekolah Tinggi Teologi Simpson, Ungaran, Semarang (50526), Indonesia e-mail: *[email protected] Abstract This article aims to describe the philosophy proposed by Ki Hadjar Dewantara ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani interpreted using Schleiermacher’s hermeneutics. By doing grammatical and psychological interpretation, the authors explored issues on understanding how the philosophy affected Ki Hadjar Dewantara’s life. It was done by apprehending the background condition, which inspired his vision, thinking framework, and other related thinking concept. Ki Hadjar Dewantara’s vision is an educational concept, which implements local wisdom in the middle of the harsh life of colonialism. The philosophy of Ki Hadjar Dewantara comes from the meaningful local wisdom that both teacher and leader should be in the front performing model or example, in the middle to build intention, and behind to motivate learners/public. Keywords: Ki Hadjar Dewantara; Schleiermacher; hermeneutics; education 1 INTRODUCTION We cannot separate education from the history of education development, which is prominently affected by Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara is an education figure who is also the mastermind of Indonesia’s education philosophy ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, and eventually becomes education symbol in Indonesia. However, it is not fully implemented in education. Young generation’s partial understanding or even null understanding on the philosophy may be the source of the problem.
    [Show full text]
  • Title the Development of Pancasila Moral Education in Indonesia
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Kyoto University Research Information Repository Title The Development of Pancasila Moral Education in Indonesia Author(s) Nishimura, Shigeo Citation 東南アジア研究 (1995), 33(3): 303-316 Issue Date 1995-12 URL http://hdl.handle.net/2433/56552 Right Type Journal Article Textversion publisher Kyoto University Southeast Asian Studies. Vol. 33, No.3, December 1995 The Development of Pancasila Moral Education in Indonesia Shigeo NISHIMURA * Introduction Pancasila is the philosophical basis for the foundation of independent Indonesia. Prescribed in the Indonesian Constitution, it has been an immovable foundation of Indonesia since independence. Pancasila consists of five inseparable and mutually qualifying principles: 1) belief in the One and Only God 2) just and civilized humanity 3) the unity of Indonesia 4) democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives 5) social justice for all the Indonesian people. Pancasila also has been the key philosophical concept in Indonesian formal education. Without a clear and accurate understanding of Pancasila, it is not possible to understand properly the national education of independent Indonesia. This paper will thus examine Indonesian national education in relation to Pancasila. National education in Indonesia usually means the education since independence of the nation as a sovereign country. However, its origin is found in the efforts of the people to provide their own education during the period of colonization by the Netherlands. I Tides of Education for Nationalism 1. Education for Nationalism in Indonesia Two tides are apparent in the education movements developed by Indonesians in the early 20th century.
    [Show full text]
  • Urgency of the National Education Philosophy in Rebuilding the National Identity
    104 URGENCY OF THE NATIONAL EDUCATION PHILOSOPHY IN REBUILDING THE NATIONAL IDENTITY Dwi Siswoyo Universitas Negeri Yogyakarta Abstract Nowadays more apparent phenomenon in the world of education, that the fundamental ideas have been marginalized and reduced so that it appears technical thoughts or ideas. Technical ideas more prominent in the various aspects of educational reform. This presents a very pragmatic attitude, not a comprehensive look at the issue of education. Although in many educational reform efforts appear bustle, but it is more likely to be partial without solid educational philosophy. Indonesia's national philosophy of education, the national education philosophy of Pancasila, has a role as a core, basic and guidance in various aspects of the national education reform. Keywords: national identity The Meaning Of Arousing National Identity work entitled „The Nerves of Pancasila (1952). Bung I have not had a lot of contemplating to Karno confirmed the importance of Pancasila as respond and to exposure to three keynote address, static principles and dynamic "Leidstar" (Sukarno, but I will try to leave a comment. A response can be 1958). Bung Hatta, wrote „Pancasila, the Straight in the form of three terms, i.e. negating, agreeing, Path‟, in achieving the ideals of the Indonesian or smiling. I prefer the latter two. What is a revolution (1966). Ruslan Abdul Gani stated in the 'arousing'? Does it mean standing from a sitting Foreword of the book written by Eka Darmaputra position, or getting up from lying down, waking (1987), "... we must not let the Pancasila frozen. from sleep, or waking up from suspended Pancasila should be developed in a creative and animation.
    [Show full text]
  • A Desirable Leader: Reflection of the Populist Characteristics Jakarta: Mizan
    AL ALBAB - Borneo Journal of Religious Studies (BJRS) Volume 2 Number 1 June 2013 A Desirable Leader: Reflection of the Populist Characteristics Jakarta: Mizan By S. B. Pramono & Dessy Harahap Reviewed By Amalia Irfani (Pontianak State College of Islamic Studies) There is no country that is successful in its management without intervention of a leader. The leader is the spearhead of the success of a country. The thought, effort, even the habit of the leader are capable of making people follow and treat them like an idol figure/a celebrity. A successful leader will always be honored while those who fail will usually be scorned and even removed. The book entitledPemimpin Yang Dirindukan: Refleksi Karakteristik Kerakyatan (A Desirable Leader: Reflection of the Populist Characteristics) written by S.B. Pramono and Dessy Harahap contains brief biographies of several Indonesian national leaders that have been under the spotlight both nationally and internationally. They were the forerunners of promoting diversity in Indonesia, and their existence won respect from other nations that saw Indonesia as a nation of dignity. There are thirteen (13) major figures who made Indonesia a great nation through their thoughts and services, namely: Sukarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, R.A. Kartini, Supomo, Muhammad Yamin, the Great Commander Sudirman, Ki Hajar Dewantara, Sultan Hamengku Buwono IX, Yap Thiam Hien, and Hoegeng. They were born to the nation, raised in a distinguished and educated family, and held prominent positions of their era. Being easy to read, straightforward and communicative makes this book so interesting and attractive that it should become a reference for the youth who have ‘intent’ to be a leader.
    [Show full text]
  • SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY in the NEW ORDER a Thesis Presented to the Faculty of the Center for Inte
    SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER A thesis presented to the faculty of the Center for International Studies of Ohio University In partial fulfillment of the requirements for the degree Master of Arts Sony Karsono August 2005 This thesis entitled SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER by Sony Karsono has been approved for the Department of Southeast Asian Studies and the Center for International Studies by William H. Frederick Associate Professor of History Josep Rota Director of International Studies KARSONO, SONY. M.A. August 2005. International Studies Setting History Straight? Indonesian Historiography in the New Order (274 pp.) Director of Thesis: William H. Frederick This thesis discusses one central problem: What happened to Indonesian historiography in the New Order (1966-98)? To analyze the problem, the author studies the connections between the major themes in his intellectual autobiography and those in the metahistory of the regime. Proceeding in chronological and thematic manner, the thesis comes in three parts. Part One presents the author’s intellectual autobiography, which illustrates how, as a member of the generation of people who grew up in the New Order, he came into contact with history. Part Two examines the genealogy of and the major issues at stake in the post-New Order controversy over the rectification of history. Part Three ends with several concluding observations. First, the historiographical engineering that the New Order committed was not effective. Second, the regime created the tools for people to criticize itself, which shows that it misunderstood its own society. Third, Indonesian contemporary culture is such that people abhor the idea that there is no single truth.
    [Show full text]
  • Kyai Haji Sjam'un
    KYAI HAJI SJAM’UN (1883-1949): GAGASAN PERJUANGANNYA Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 : 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 : 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). KYAI HAJI SJAM’UN (1883-1949): GAGASAN PERJUANGANNYA Dr. Rahayu Permana, S.Ag.M.Hum Pengantar: Drs. H. Hikmatullah A. Sjam’un, M.Si. Editor: Dr. Syaharudiin, M.A. Eja_Publisher, 2016 Kyai Haji Sjam’un (1883-1949): Gagasan dan Perjuangannya © Dr. Rahayu Permana, S.Ag.M.Hum Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Eja_Publisher, Yogyakarta, Januari, 2016 Kwarasan RT 05
    [Show full text]
  • Pembelajaran Berbasis Aktivitas Sebuah Alternatif Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
    Pembelajaran Berbasis Aktivitas Sebuah Alternatif Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Kelas VIII Penulis: Wahida Baide Desainer Grafis dan Ilustrator: Tim Desain Grafis Copyright © 2020 Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan DAFTAR ISI hlm. DAFTAR ISI _________________________________________________ III DAFTAR GAMBAR ___________________________________________ IV DAFTAR TABEL _____________________________________________ IV MAKNA, NILAI DAN SEMANGAT KEBANGKITAN NASIONAL DAN PERWUJUDANNYA DALAM KEHIDUPAN. ____ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. PEMBELAJARAN 1: MAKNA, NILAI DAN SEMANGAT KEBANGKITAN NASIONAL DAN PERWUJUDANNYA DALAM KEHIDUPAN. ___________ 2 A. Tujuan Pembelajaran ________________________________________ 2 B. Peta Kompetensi dan Aktivitas Belajar __________________________ 3 C. Aktivitas Pembelajaran_______________________________________ 3 D. Sumber/Media/Alat _________________________________________ 8 E. Bahan Bacaan _____________________________________________ 8 F. Refleksi _________________________________________________ 12 G. Cek Kemampuan __________________________________________ 14 H. Umpan Balik Guru _________________________________________
    [Show full text]
  • BAB II TEUKU NYAK ARIF A. Genealogi Teuku Nyak Arif Teuku
    BAB II TEUKU NYAK ARIF A. Genealogi Teuku Nyak Arif Teuku Nyak Arif dan Panglima Polem sesungguhnya masih keluarga keturunan dari Sultan Alauddin Inayat Syah. Menurut daftar silsilah, Sultan Alauddin Inayat Syah mempunyai dua orang anak, yaitu: Sultan Muzaffar Syah dan Sultan Munawar Syah.1 Teuku Nyak Arif dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1899 di Ulee-lee, Banda Aceh. Ayahnya bernama Teuku Nyak Banta yang bernama lengkap Teuku Sri Imeum Nyak Banta, Panglima (kepala daerah) Sagi XXVI Mukim. Ibunya bernama Cut Nyak Rayeuh, bangsawan di daerah Ulee-lee juga. Teuku Nyak Arif adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dua laki-laki dan tiga perempuan, yaitu Cut Nyak Asmah, Cut Nyak Mariah, Teuku Nyak Arif, Cut Nyak Samsiah dan Teuku Moh. Yusuf. Saudara tirinya dilahirkan dari dua orang isteri ayahnya yang lain, yaitu tiga perempuan dan dua laki-laki. Namanya telah menunjukkan, bahwa Teuku Nyak Arif seorang bangsawan Aceh karena dari garis keturunan seorang bangsawan. Istri Teuku Nyak Banta yang kedua bernama Cut Nyak Cahaya. Dari istrinya yang kedua ini Teuku Nyak Banta mendapat empat orang anak, yaitu Cut Nyak Ubit, Cut Nyak Tengoh, Cut Nyak Maneh dan Teuku Abdul Hamid. Dari istri yang ketiga Teuku Nyak Banta mempunyai seorang anak, yaitu Teuku Daud. Rasa persaudaraan diantara anak-anaknya berhasil dibina 1 Kamajaya, Lima Putera…, 47. 16 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 17 oleh Teuku Nyak Banta. Kebiasaan itu berlaku tidak hanya ketika beliau masih hidup, tetapi juga sesudah beliau meninggal dunia.
    [Show full text]
  • Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2020
    PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI PAHLAWAN TAHUN 2020 A. PENDAHULUAN Hari Pahlawan kiranya tidak hanya sekedar diingat pada setiap tanggal 10 November saja, namun lebih dari itu perjuangan dan pengorbanan para pahlawan yang telah rela mempertaruhkan nyawanya untuk mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu terus dikenang sepanjang masa oleh kita semua. Hal ini sebagaimana tema Hari Pahlawan Tahun 2020 “PAHLAWANKU SEPANJANG MASA”. Apa yang telah dilakukan para pahlawan kiranya dapat menginspirasi dan memotivasi kita semua untuk meneruskan perjuangan mereka. Kalau dulu kita berjuang dengan mengangkat senjata, maka sekarang kita berjuang melawan berbagai permasalahan bangsa, seperti : kemiskinan, bencana alam, narkoba, paham-paham radikal dan termasuk berjuang melawan pandemi covid 19 yang saat ini melanda dunia. Meskipun dalam masa pandemi covid, Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2020 diharapkan dapat berlangsung secara khidmat dan tidak kehilangan makna. Bahkan dapat memberikan energi tambahan untuk menggugah kesadaran segenap elemen bangsa untuk terus bersatu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta membantu sesama yang membutuhkan sesuai kemampuan dan profesi masing-masing Apabila setiap insan masyarakat Indonesia memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengimplementasikan semangat dan nilai kepahlawanan, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu modal untuk membangun bangsa. Melalui Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2020 di tengah pandemi covid 19, diharapkan masyarakat juga dapat turut berpartipasi dan menggaungkan semangat dan nilai kepahlawanan dengan berbagai kegiatan sesuai protokol kesehatan. Mari kita jadikan Hari Pahlawan Tahun 2020 untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, dengan saling menghargai satu sama lain dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa dengan bersama-sama menjadi Pahlawan Masa Kini yang dapat dimulai dari sendiri, keluarga, lingkungan sekitar dan seterusnya.
    [Show full text]
  • Mas Marco Kartodikromo‟S Resistance: Between Indonesia‟S Independence Hope and Persdelict Threat
    INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 9, ISSUE 01, JANUARY 2020 ISSN 2277-8616 Mas Marco Kartodikromo‟s Resistance: Between Indonesia‟s Independence Hope And Persdelict Threat Agus Sulton Abstract: This research explored the traces of Mas Marco Kartodikromo‟s resistance in 1914-1926. He was a prominent figure in the Indonesian independence fighters of the 1920s. His resistance could be seen in his literary works, his articles in newspapers and his rebellion. The research methods used several stages: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. These stages were carried out to ensure the data was valid and credible. The result of this research concluded that the resistance made by Mas Kartodikromo to the Dutch East Indies colonial government was solely to seize Indonesian independence. The struggle made him imprisoned three times (persdelict) because he resisted the authority, even to the point of being exiled to the middle of the forest of Boven Digoel. Keywords: Mas Marco Kartodikromo, Independence Fighter, Prison, Newspapers, Boven Digoel. —————————— —————————— 1 INTRODUCTION They created trade politics, making the monopolize system Dutch East Indies is a territorial which is occupied by various and their own currency. Argued that to get a high selling price, races and tribes. The total area of its entire islands is VOC determined a certain amount of production which was 1.900.152 (34.583mi²), approximately almost the same as enough [2]. Annual trips were planned as inspections and Europe, excluding Russia. It was bordered by Strait of useless trees were cut down. It was the famous bongi- Malacca, South China Sea, Sulu sea (until southern expedition.
    [Show full text]
  • Indo 90 0 1286985925 97 1
    Modernity and D ecadence in Fin-de-Siecle Fiction of the D utch Empire Laurie J. Sears1 Can we afford to leave anxiety out of the story of the empire? Ranajit Guha2 The family isn't what it was. It is a grandeur decline, child, a regular grandeur decline. The Van Lowes were something once. There was never much money, but we didn't care about money and we always managed. But the family used to count... in India [the Indies], at the Hague. Which of you will ever have a career like your Grandpapa's, like your Papa's? No, we shall never see another governor-general in the family, nor yet a cabinet minister. It's a grandeur decline, a grandeur dechue... Louis Couperus3 11 wish to thank Eric Tagliacozzo for his work and continuing encouragement in putting together this special issue of Indonesia. I also thank an anonymous reader for the journal for incisive comments. Deborah Homsher is, as always, a rigorous copyeditor and thinker. Thanks also to several colleagues and friends with whom I discussed some of the ideas that appear in this essay: Henk Maier, Kiko Benitez, Carlo Bonura, and last, but never least, my partner, Wolfgang Linser. 2 Ranajit Guha, "Not at Home in Empire," Critical Inquiry 23 (Spring 1997): 486. 3 The Books of the Small Souls, vol. Ill, p. 71. In this quotation, India (D Indie) refers to the Dutch Indies and grandeur dechue can be translated from the French as "fallen splendor." The ellipses are in the original. The use of French phrases was common in Couperus's, and other writers', fiction depicting Holland's upper bourgeoisie.
    [Show full text]