SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17)

Oleh: Agus Gunawan 1 Rika Septiani 2

ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan : 1) Makam Eyang Kyai Haji Putih merupakan makam leluhur Dusun Cisaga Kolot yang berasal dari Sumedang dan termasuk keturunan Prabu Geusan Ulun serta Prabu Geusan Ulun merupakan penguasa Kerajaan Sumedang Larang sekitar tahun 1578 M. Sehingga makam tersebut dikeramatkan di Dusun Cisaga Kolot Desa Mekarmukti Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis. 2) Makam Eyang Kyai Haji Putih lebih terkenal dengan sebutan Makam Keramat Garusela karena dalam keseharian Kyai Haji Putih, selain menyebarkan agama Islam, dia juga membuat sela sebagai perlengkapan untuk menunggang kuda. Keterampilannya dalam membuat sela dia dapatkan ketika masih di Sumedang. 3) Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga mendapat kepercayaan dari Kerajaan Sumedang Larang untuk mengislamkan daerah Kerajaan Galuh, khususnya di wilayah Cisaga. Berbeda dengan para pendahulunya yang menyebarkan agama Islam dengan cara berdagang, menjadi pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji Putih menyebarkan agama Islam dengan perilaku dalam kesehariannya. 4) Proses penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Kyai Haji Putih yang berjalan damai dan menggunakan metode yang halus, yaitu menggabungkan budaya yang lama dengan nilai-nilai Islam, menjadikan nilai-nilai Islam ini dapat dengan mudah diserap dan diterima dengan baik oleh masyarakat Dusun Cisaga Kolot. Refleksi dan cara penyampaian yang dilakukan Kyai Haji Putih adalah mengaktualisasikan ajaran agama Islam dengan kehidupan sehari-hari, cara penyampaian yang mudah diterima dan kedekatan Kyai Haji Putih dengan masyarakat Dusun Cisaga Kolot menjadikan poin penting dalam keberhasilan Kyai Haji Putih dalam menyebarkan agama Islam.

Kata Kunci: Makam Garusela dan Penyebaran Agama Islam

ABSTRACT The results showed: 1) The tomb Grandmother Kyai Haji Putih an ancestral graves Hamlet Cisaga Conservative derived from Sumedang and the descendants of King Geusan King Geusan Ulun Ulun and the ruler of the kingdom of Sumedang Disallow around 1578 AD So the sacred tomb in Hamlet Cisaga Conservative Village Mekarmukti Cisaga District of . 2) The tomb Grandmother Kyai Haji Putih better known as the Tomb of Sacred Garusela because in everyday Kyai Haji Putih, in addition to spreading Islam, he also makes the sidelines as equipment for horse riding. His skill in making interrupted him get while still in Sumedang. 3) His Majesty Geusan Ulun or better known by the name of Kyai Haji White also won the trust of the kingdom of Sumedang Disallow to Islamize the region Galuh Kingdom, especially in the area Cisaga. Unlike his predecessors who spread Islam by way of trade, labor / waitress or marriage, Kyai Haji Putih spread Islam by the behavior in daily life. 4) The process of the spread of Islam made by Kyai Haji White peaceful and methods are subtle, which combines the old culture with the values of Islam, making the values of Islam can be easily absorbed and well received by the people of Dusun Cisaga conservative. Reflection and methods of delivery are performed Kyai Haji Putih is to actualize the teachings of Islam in daily life, the way that is easily accepted and proximity Kyai Haji Putih community Cisaga Conservative Hamlet makes an important point in the success of Kyai Haji Putih in spreading Islam.

Kata Kunci: Garusela tomb and the spread of Islam

Jurnal Artefak Vol. 2 No. 1 – Maret 2014 [ISSN: 2355-5726] Hlm: 33 - 44 1 Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis 2 Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Halaman | 33

PENDAHULUAN 5) Situs masa revolusi kemerdekaan; antara lain berupa tempat-tempat pertempuran Peninggalan sejarah merupakan tempat- bersejarah serta monumen perjuangan yang tempat yang diperoleh melalui hasil penelitian telah dibangun misalnya; di desa Cirikip dan penemuan masyarakat. Peninggalan sejarah Kecamatan Panawangan. sangat berguna untuk menambah wawasan dan 6) Naskah-naskah Kuno, baik naskah sastra pengetahuan masyarakat. Dari peninggalan sejarah dan keagamaan, pendidikan dan sejarah ini pula dapat dijadikan sebagai tempat naskah lain yang tertulis dalam berbagai pembuktian bahwa telah ada kehidupan di masa jenis seperti lontar, kulit kayu, daluang lampau yang membuktikan bahwa kehidupan maupun kertas, serta ditulis dengan manusia dari abad ke abad mengalami menggunakan berbagai huruf seperti huruf perubahan. sunda kuno, sunda cacarakan, arab pegon, Kabupaten Ciamis merupakan salah satu maupun latin seperti tersebar di pondok- kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki pondok pesantren maupun di kalangan banyak peninggalan sejarah, baik berupa tulisan, masyarakat. bangunan, benda-benda maupun karya seni 7) Benda-benda perkakas perang, alat-alat lainnya. Menurut Dadan Wildan yang dikutip kesenian, senjata dan lain sebagainya yang oleh Juniar Nur Priatna (2010: 1) Kabupaten tersimpan di masyarakat maupun yang Ciamis memiliki peninggalan arkeologis, sudah tersimpan di tempat-tempat sejarah, dan kepurbakalaan dari berbagai masa, penyimpanan khusus, seperti bumi alit antara lain : (sebuah bangunan kecil tempat 1) Situs Purbakala: antara lain tempat di mana penyimpanan benda-benda peninggalan ditemukannya fosil-fosil purbakala berupa purbakala) di Kecamatan Panjalu. fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan di 8) Tradisi masyarakat, antara lain tradisi Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis. masyarakat di Kampung Kuta di Kemudian Situs Sanghyang Bedil, Kecamatan Rancah, dan tradisi nyangku di Penyandaan, Batu Anjing dan Situs Lingga Kecamatan Panjalu. dan Situs Punden Berundak di Kecamatan . Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut 2) Situs masa Hindu-Budha: antara lain situs mampu tumbuh lestari dan berkembang sampai prasasti Kawali lengkap dengan situs saat ini dikarenakan situs purbakala merupakan kerajaan Galuh di Kecamatan Pamarican, warisan budaya yang harus tetap dijaga serta situs sekitar pesisir pantai keberadaannya. Menurut Undang-undang Benda Pangandaran. Cagar Budaya (BCB), situs adalah suatu tempat 3) Situs masa pertumbuhan dan yang diduga mengandung sejarah. Oleh sebab perkembangan agama Islam: antara lain itu, keutuhannya harus tetap terjaga dan berbagai jenis arsitektur mesjid dan terpelihara, karena disamping sebagai khasanah makam-makam para ulama-ulama penyebar ilmu pengetahuan yang berharga, juga agama Islam di beberapa Kecamatan dan merupakan peninggalan budaya masa lampau Kabupaten Ciamis, serta berbagai naskah yang dianggap mewakili zamannya. Begitu juga kuno Islam yang tersebar di pesantren- halnya yang terjadi di Dusun Cisaga Kolot Desa pesantren dan kalangan masyarakat. Mekarmukti Kecamatan Cisaga Kabupaten 4) Situs masa Kolonial Belanda: antara lain Ciamis, dimana di lokasi tersebut ada sebuah beberapa peninggalan zaman Kolonial Situs Makam Keramat Garusela. Belanda (juga zaman pemerintahan Jepang) Adapun berdasarkan cerita turun temurun seperti : benteng dan gua-gua pertahanan di yang beredar di masyarakat, makam tersebut pesisir pantai Pangandaran Kecamatan disebut keramat karena dianggap sangat berjasa Pangandaran; bangunan-bangunan yang dan merupakan orang pertama yang berarsitektur kolonial seperti pendopo mengembangkan agama Islam di daerah kecamatan, bangunan rumah, stasiun kereta tersebut. Dia juga dianggap sebagai leluhur dari api, sekolah-sekolah dan jenis-jenis masyarakat Dusun Cisaga Kolot, sehingga arsitektur lain yang dibangun pada masa setelah meninggal dunia tetap saja dikenang dan kolonial. ditokohkan.

Halaman | 34 SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17) Agus Gunawan & Rika Septian

Interpretasi atau penafsiran sering disebut METODE PENELITIAN sebagai biang subjektivitas. Itu sebagian benar, tetapi sebagian salah. Benar, karena tanpa Metode penelitian adalah suatu teknik penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara. atau cara kerja dalam penyampaian materi yang Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data berguna untuk mencapai tujuan. Penelitian ini dan keterangan dari mana data itu diperoleh. menggunakan penelitian sejarah. Menurut Orang lain dapat melihat kembali dan Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, Sejarah, membagi langkah-langkah penelitian subjektivitas penulisan sejarah diakui, tetapi sejarah ke dalam lima tahapan, yaitu: 1) untuk dihindari. Interpretasi itu ada dua macam, pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) menguraikan. Kadang-kadang sebuah sumber interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) mengandung beberapa kemungkinan. Analisis penulisan. berarti menguraikan. Misalnya, kita membaca Dalam pemilihan topik penelitian, disitu ada petani bertanah, pedagang, pegawai sebaiknya berdasarkan: (1) kedekatan emosional negeri, petani tak bertanah, orang swasta, guru, dan (2) kedekatan intelektual. Kedekatan tukang, mandor, kita dapat menyimpulkan emosional maksudnya adalah bahwa topik yang bahwa ormas itu terbuka untuk semua orang. dipilih dalam melakukan penelitian adalah topik Jadi bukan khusus petani bertanah, tetapi juga yang disenangi. Sedangkan yang dimaksud untuk petani tak bertanah, pedagang, pegawai dengan kedekatan intelektual adalah telah negeri, dan sebagainya. Setelah analisis itu kita menguasai topik yang dipilih, kalaupun belum temukan fakta bahwa pada tahun itu ormas menguasainya maka harus membaca literatur tertentu bersifat terbuka berdasarkan data yang yang berkaitan dengan topik yang dipilih. Dua kita peroleh dan kita cantumkan. Sintesis berarti syarat tersebut, subjektif dan objektif, sangat menyatukan. Setelah ada data tentang penting karena orang hanya akan bekerja dengan pertempuran, rapat-rapat, mobilisasi massa, baik kalau dia senang dan mampu. pergantian pejabat, pembunuhan, orang-orang Sumber (sumber sejarah disebut jugs data mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera, sejarah; data –dari bahasa Inggris datum [bentuk ditemukan fakta bahwa telah terjadi revolusi. tunggal] atau data [bentuk jamak]; bahasa Latin Jadi, revolusi adalah hasil interpretasi setelah datum berarti “pemberian”) yang dikumpulkan data-data dikelompokkan menjadi satu. harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan Dalam penulisan sejarah aspek kronologi ditulis. Sumber sejarah menurut Kuntowijoyo sangat penting. Penyajian penelitian dalam yaitu: (1) dokumen tertulis, (2) artifact, (3) bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1) sumber lisan, dan (4) sumber kuantitatif. Selain Pengantar, (2) Hasil Penelitian, dan (3) itu, ia juga membagi sumber sejarah berdasarkan Simpulan. urutan penyampaiannya yang terdiri dari sumber Berdasarkan uraian diatas dapat primer dan sumber sekunder. Sumber sejarah disimpulkan bahwa metode penelitian adalah disebut primer bila disampaikan oleh saksi mata. cara untuk memperoleh pengetahuan atau Misalnya, catatan rapat, daftar anggota memecahkan masalah dengan teknik serta alat- organisasi, dan arsip-arsip laporan seorang alat tertentu, sehingga menghasilkan suatu asisten residen abad ke-19. Sedangkan sumber pengetahuan yang ilmiah. sekunder dalam ilmu sejarah ialah yang Dalam penelitian ini penulis disampaikan yang bukan saksi mata. Misalnya, menggunakan langkah-langkah metode historis kebanyakan buku hanya mengandung sumber atau metode sejarah. Sebagaimana yang sekunder. dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto yang Setelah mengetahui secara persis topik dikutip oleh Erdis Rusmayadi (2012: 28), dan sumber sudah dikumpulkan, maka tahap Metode historis atau metode sejarah merupakan berikutnya adalah verifikasi, atau kritik sejarah, proses kerja untuk menuliskan kisah-kisah masa atau keabsahan sumber. Verifikasi itu ada dua lampau berdasarkan jejak-jejak yang macam: autentisitas, atau keaslian sumber atau ditinggalkan dengan langkah-langkah: (1) kritik ekstern, dan kredibilitas, atau kebiasaan heuristik (menemukan), (2) kritik sumber, (3) dipercayai atau kritik intern. interpretasi, dan (4) historiografi.

Halaman | 35

1. Heuristik (Menemukan) yang kita butuhkan. Karena itu, Tahapan pertama yaitu mencari dan penulisan sumber-sumber sejarah mengumpulkan sumber yang berhubungan mempunyai dua segi ekstern dan intern. dengan topik yang akan dibahas. Mengumpulkan sumber yang diperlukan Kritik ekstern atau kritik luar dalam penulisan ini merupakan pekerjaan dilakukan untuk meneliti keaslian sumber, pokok yang dapat dikatakan gampang- apakah sumber tersebut valid, asli atau bukan gampang susah, sehingga diperlukan tiruan. Sumber tersebut utuh, dalam arti kesabaran dari penulis. Menurut Notosusanto bulum berubah, baik bentuk maupun isinya. (1971: 18) Heuristik berasal dari bahasa Kritik ekstern hanya dapat dilakukan pada Yunani Heuriskein artinya sama dengan to sumber yang menjadi bahan rujukan penulis. find yang berarti tidak hanya menemukan, Disamping itu penulisan ini juga didasarkan tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini, pada latar belakang pengarang dan waktu kegiatan diarahkan pada penjajakan, penulisan. Kritik intern atau kritik dalam, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber dilakukan untuk menyelidiki sumber yang yang akan diteliti, baik yang terdapat dilokasi berkaitan dengan sumber masalah penelitian. penelitian, temuan benda maupun sumber Tahapan ini menjadi ukuran sejauh mana lisan. objektifitas penulis dalam mengelaborasi 2. Kritik Sumber segenap data atau sumber yang telah Pada tahap ini, sumber yang telah diperolehnya, dan tentunya mengedepankan dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang prioritas. berupa; buku-buku yang relevan dengan Setelah menetapkan semua teks pembahasan yang terkait, maupun hasil autentik, serta referensi pengarang, maka temuan dilapangan tentang bukti-bukti penulis akan menetapkan apakah keaslian itu dilapangan tentang pembahasan. Setelah kredibel dan sejauh mana hal tersebut bukti itu atau data itu ditemukan maka mempengaruhi objek kajian. Pada tahapan ini dilakukan penyaringan atau penyeleksian pula kita dapat keabsahan suatu sumber yang dengan mengacu pada prosedur yang ada, kemudian akan dikomparasikan sumber satu yakni sumber yang faktual dan orisinilnya dengan sumber yang lainnya, tentunya terjamin. dengan masalah yang sama. Tahapan kritik ini tentu saja memiliki 3. Interpretasi tujuan tertentu dalam pelaksanaannya. Salah Setelah melalui tahapan kritik sumber, satu tujuan yan dapat diperoleh dalam kemudian dilakukan interpretasi atau tahapan kritik ini adalah otentitas penafsiran terhadap fakta sejarah yang (authenticity). Menurut Lucey (1984: 47) diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dalam Sjamsuddin (2007: 134) dinyatakan dengan pembahasan, maupun hasil penelitian bahwa: langsung dilapangan. Pada tahap analisis, Sebuah sumber sejarah (catatan harian, peneliti menguraikan sedetail mungkin fakta surat, buku) adalah otentik atau asli jika itu (mantifact, socifact, dan artifact) dari benar-benar produk dari orang yang dianggap berbagai sumber atau data sehingga unsur- sebagai pemiliknya (atau dari periode yang unsur terkecil dalam fakta tersebut dipercayai sebagai masanya jika tidak menampakan koherensinya. Penafsiran mungkin menandai pengarangnya) atau jika dalam metode sejarah menimbulkan itu yang dimaksudkan oleh pengarangnya. subjektivitas sejarah, yang sangat sukar Kritik sebagai tahapan yang juga dihindari, karena ditafsirkan oleh sejarawan sangat penting terbagi dua, yakni intern dan (subjek) sedangkan yang objektif adalah ekstern. Notosusanto (1971: 20) menegaskan faktanya. hal ini: Notosusanto (1978: 13-16) Setiap sumber menpunyai aspek intern menyatakan bahwa subjektivitas dalam dan aspek ekstern. Aspek eksternnya sejarah ada empat, yaitu (1) sikap berat bersangkutan dengan apakah sumber iu sebelah pribadi (personal bias), (2) group memang sumber, artinya sumber sejati prejudice (prasangka kelompok), (3) teori- yan dibutuhkan. Aspek internnya teori interpretasi sejarah yang bertentangan, bertalian dengan persoalan apakah dan (4) konflik-konflik filsafat, sumber itu dapat memberikan informasi

Halaman | 36 SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17) Agus Gunawan & Rika Septian

Pada tahap sintesis, peneliti kepada leluhur-leluhur atau tokoh-tokoh pemuka mengaitkan dan menyatukan fakta-fakta dusun. sehingga interaksi antarunsur akan Makam Eyang Kyai Haji Putih lebih membentuk makna keseluruhan yang utuh terkenal dengan sebutan Makam Keramat dan bulat (Hegel, 2002 : 20-39). Garusela karena dalam keseharian Kyai Haji 4. Historiografi Putih, selain menyebarkan agama Islam, dia juga Historiografi atau penulisan sejarah membuat sela sebagai perlengkapan untuk merupakan tahapan akhir dari seluruh menunggang kuda. Keterampilannya dalam rangkaian dari metode historis. Tahapan membuat sela dia dapatkan ketika masih di heuristik, kritik sumber, serta interpretasi, Sumedang. Pada waktu itu, Kerajaan Sumedang kemudian dielaborasi sehingga menghasilkan Larang telah dipengaruhi oleh Kesultanan sebuah historiografi. Mataram. Sehingga telah mengenal kuda sebagai Dengan menempuh keempat langkah alat transportasi serta perlengkapannya (hasil diatas, dapat dipastikan akan diperoleh hasil wawancara dengan Ibu Zuariyah pada tanggal 28 penelitian yang diharapkan. Tentunya Maret 2015). langkah demi langkah harus dikuasai benar Menurut sejarahnya (historisnya), nama agar tidak terjadi kekeliruan yang tidak pemakaman tersebut bukanlah Garusela diharapkan sehingga berakibat pada kurang melainkan Gurusela. Gurusela tersebut tercapainya tujuan penelitian ini. mempunyai makna historis yang sangat tinggi untuk masyarakat Dusun Cisaga Kolot. PEMBAHASAN Berdasarkan Kamus Besar Bahasa , Guru berarti orang yang pekerjaannya (mata Asal Usul Situs Makam Garusela pencahariannya, profesinya) mengajar dan Sela adalah tempat (ruang) diantara dua benda Makam Eyang Kyai Haji Putih (barang). Berdasarkan uraian diatas dapat merupakan makam leluhur Dusun Cisaga Kolot disimpulkan bahwa Gurusela adalah orang yang yang berasal dari Sumedang dan termasuk pekerjaannya membuat sela, benda yang keturunan Prabu Geusan Ulun serta Prabu berfungsi sebagai tempat duduk untuk Geusan Ulun merupakan penguasa Kerajaan menunggangi kuda (hasil wawancara dengan Ibu Sumedang Larang sekitar tahun 1578 M (hasil Wiwi pada tanggal 28 Maret 2015). wawancara dengan Bapak Asikin pada tanggal Kecintaan dan rasa hormat yang sangat 08 Februari 2015). Sehingga makam tersebut tinggi dilakukan masyarakat Dusun Cisaga dikeramatkan di Dusun Cisaga Kolot Desa Kolot kepada leluhur mereka yaitu Eyang Kyai Mekarmukti Kecamatan Cisaga Kabupaten Haji Putih. Rasa terima kasih yang ditunjukan Ciamis. masyarakat Dusun Cisaga Kolot kepada Eyang Dia merupakan orang pertama yang Kyai Haji Putih, yaitu diaplikasikan dengan masuk Islam dan pergi ke Mekkah untuk berziarah ke keramat pada bulan-bulan tertentu, memperdalam ilmunya serta menyebarkan seperti sebelum menyambut bulan suci agama Islam di Dusun Cisaga Kolot (hasil Ramadhan ataupun pada bulan Syawal dan wawancara dengan Bapak Asikin pada tanggal setiap hari Jum’at khususnya Jum’at keliwon, 08 Februari 2015). Dengan perjuangannya bahkan pada hari-hari biasa pun tetap ada yang tersebut, muncullah suatu ajaran agama atau datang untuk berziarah ataupun hanya sekedar kepercayaan yang bisa dirasakan oleh berkunjung. masyarakat Dusun Cisaga Kolot sampai Para peziarah yang datang mengunjungi sekarang. Bentuk rasa terima kasih masyarakat makam Eyang Kyai Haji Putih bukan hanya terhadap Eyang Kyai Haji Putih terlihat sampai berasal dari masyarakat sekitar Desa sekarang dengan adanya suatu pemakaman Mekarmukti saja, melainkan dari berbagai keramat yang dinamakan “Makam Keramat daerah, kota, dan bahkan ada yang berasal dari Eyang Kyai Haji Putih Susuhunan Geusan Ulun” luar Pulau Jawa. Tidak hanya dari kalangan atau lebih dikenal dengan nama “Makam masyarakat biasa saja, melainkan juga dari Keramat Garusela”. Keberadaan keramat kalangan pejabat-pejabat pemerintah. Adapun tersebut di Dusun Cisaga Kolot sebenarnya hal-hal yang dilakukan mereka adalah merupakan bentuk penghormatan terakhir membacakan do’a atau sebutan dalam bahasa

Halaman | 37

setempat Tawashulan yang berarti Bapak Ayat, Bapak Umir, Bapak Abthobi dan mempersembahkan, menghadiahkan do’a Bapak Mad pada tanggal 21 Februari 2015). kepada arwah leluhur dengan tujuan amal ibadahnya di terima di sisi Allah SWT (hasil Hubungan Garusela dengan Sumedang wawancara dengan Bapak Ayat pada tanggal 21 Februari 2015). Prabu Guru Aji Putih merupakan putra Hal yang serupa juga dilakukan dalam Ratu Komara keturunan Wretikandayu (Galuh). ajaran agama manapun, ketika orang yang Prabu Guru Aji Putih menikah dengan Dewi dianggap suci atau dapat mengadakan sesuatu Nawang Wulan (Ratna Inten), kemudian diluar kemampuan manusia biasa oleh berputra: sulung bernama Batara Kusuma atau masyarakat tersebut makamnya akan di Batara Tuntang Buana yang dikenal juga sebagai keramatkan oleh masyarakat. Di Islam seperti Prabu Tajimalela, kedua Sakawayana alias Aji halnya makam nabi-nabi, para wali, begitu Saka, ketiga Haris Darma dan yang terakhir halnya di agama lain pasti mereka akan Jagat Buana yang dikenal Langlang Buana. mendapatkan penghormatan terakhir berupa Dikisahkan secara turun-temurun melalui keistimewaan di makamnya dalam arti lain cerita lisan atau pantun dalam masyarakat berbeda dengan makam-makam orang biasa. tradisional Sunda. Demikian pula tentang Prabu Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih Guru Aji Putih, didalam kisah tradisional dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga masyarakat Sunda, terutama yang hidup di tatar mendapat kepercayaan dari Kerajaan Sumedang sangat meyakini bahwa cikal bakal Larang untuk mengislamkan daerah Kerajaan berdirinya Sumedang Larang tidak dapat Galuh, khususnya di wilayah Cisaga. Berbeda terlepas dari kerajaan sebelumnya, yakni dengan para pendahulunya yang menyebarkan Tembong Agung yang didirikan Prabu Guru Aji agama Islam dengan cara berdagang, menjadi Putih. pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji Menurut catatan Pemda Sumedang: Putih menyebarkan agama Islam dengan “Berdasarkan catatan sejarah yang ada, perilaku dalam kesehariannya (hasil wawancara sebelum menjadi Kabupaten Sumedang dengan Bapak Asikin pada tanggal 08 Februari seperti sekarang ini, telah terjadi beberapa 2015). peristiwa penting diantaranya: (1) Pada Dari berbagai narasumber menyebutkan mulanya Kabupaten Sumedang adalah bahwa Eyang Kyai Haji Putih adalah seorang sebuah kerajaan bernama Kerajaan leluhur yang memiliki ilmu yang tinggi dan Tembong Agung dengan rajanya bernama memiliki kekuatan magis yang luar biasa. Prabu Galuh Haji Aji Putih (Aji Purwa Menurut cerita masyarakat sekitar Dusun Cisaga Sumedang), (2) Pada masa pemerintahan Kolot, bahwa disekitar lokasi makam Eyang Prabu Tuntang Buana yang juga dikenal Kyai Haji Putih dilindungi dengan kekuatan dengan sebutan Prabu Tajimalela, Kerajaan magis yang dimiliki oleh Eyang Kyai Haji Putih, Tembong Agung berubah nama menjadi terbukti pada masa Pemerintahan Kolonial kerajaan Sumedang Larang”. Belanda, barang siapa yang bersembunyi (http://www.sumedang.go.id – Pemda disekitar lokasi makam Eyang Kyai Haji Putih Sumedang, 17 Mei 2010). tidak akan terlihat oleh bangsa penjajah tersebut. Maka banyak orang-orang pribumi yang Didalam versi lain dijelaskan tentang bersembunyi disekitar makam tersebut dan masalah ini, bahwa: “Kerajaan Sumedang menjadikan daerah tersebut sebagai markas Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda- karena dianggap daerah yang aman. Menurut Galuh yang beragama Hindu, yang didirikan penglihatan para penjajah yaitu bangsa Belanda, oleh Prabu Aji Putih atas perintah Prabu daerah sekitar makam tersebut adalah hutan Suryadewata sebelum Keraton Galuh rimba yang tidak berpenghuni jadi ketika dipindahkan ke Padjajaran, . Seiring melakukan patroli daerah tersebut sengaja dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, dilewati karena mereka yakin didaerah sekitar nama Sumedang mengalami beberapa makam tidak ada siapapun. Namun perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan kenyataannya sebaliknya, justru masyarakat Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan pribumi banyak yang bersembunyi didaerah Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru sekitar makam tersebut (hasil wawancara dengan Aji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi

Halaman | 38 SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17) Agus Gunawan & Rika Septian

Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, sebutan Pangeran Santri, maka sebenarnya Prabu Tajimalela pernah berkata “Insun medal; antara Sumedang Larang dengan Cirebon itu Insun madangan”. Artinya aku dilahirkan; aku adalah bersaudara. Pangeran Kusumahdinata, menerani. Kata Sumedang diambil dari kata putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teterung), Insun Madangan yang berubah pengucapannya putra Aria Damar Sultan Palembang keturunan menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi . Ibunya Ratu Martasari/Nyi Mas Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari kata Insun Medal yang berubah dari Cirebon (Aan Merdeka Permana, 2005: 84). pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya.” dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya (Sumedang Larang, wikipedia, 17 Maret 2010). yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat Sebutan untuk kata Sumedang Larang alim. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh dapat juga diartikan sebagai “tanah luas yang Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan jarang bandingnya” (Su=bagus, Medang=luas cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama dan Larang=jarang bandingannya). keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Kemudian versi lainnya, seperti buku Mekkah dan menyebarkan agama Islam di rintisan penelusuran masa silam Jawa Barat dan berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Sejarah Jawa Barat yang ditulis oleh Yoseph Sejak Pangeran Santri menikah dengan Ratu Iskandar, memaparkan: Kerajaan Sumedang Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja Larang didirikan oleh Prabu resi Tajimalela, Sumedang Larang kuno, Kerajaan Sumedang berkedudukan di gunung Tembong Agung, Larang mulai mendapat pengaruh Islam. menurut cerita Parahyangan disebut Mandala Pernikahan Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran Himbar Buana, sedangkan Tajimalela disebut Santri ini memiliki enam putera, yaitu: Raden Panji Rahmayang putera Demung Tabela Panji Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun), Kiyai Ronajaya dari daerah Singapura. Rangga Haji, Kiyai Demang Watang, Santowaan Selanjutnya, Kerajaan Sumedang Larang Wirakusumah, Santowaan Cikeruh, dan diperintah oleh raja-raja sebagai berikut: Santowaan Awiluar. Ratu Pucuk Umun dan Nama Raja-raja Kerajaan Tahun Pangeran Santri diperkirakan wafat sekitar tahun Sumedang Larang 1579.

Prabu Guru Aji Putih 900 Setelah Pangeran Santri meninggal, Prabu

Prabu Agung Resi 950 Geusan Ulun dinobatkan menjadi raja Sumedang Cakrabuana / Prabu Taji Larang sebagai pengganti ayahnya. Masa Malela kekuasaan Prabu Geusan Ulun bertepatan

Prabu Gajah Agung 980 dengan runtuhnya Kerajaan Pajajaran akibat serangan Banten di bawah Sultan Maulana Sunan Guling 1000 Yusuf. Sebelum Prabu Siliwangi meninggalkan Sunan Tuakan 1200 Pajajaran mengutus empat Kandaga Lante untuk Nyi Mas Ratu Patuakan 1450 Ratu Pucuk Umun / Nyi Mas 1530 - 1578 menyerahkan Mahkota serta menyampaikan Ratu Dewi Inten Dewata amanat untuk Prabu Geusan Ulun yang pada Prabu Geusan Ulun / 1578 - 1601 dasarnya Kerajaan Sumedang Larang supaya Pangeran Angkawijaya melanjutkan kekuasaan Pajajaran. Geusan Ulun harus menjadi penerus Pajajaran. Dalam Pustaka Pada pertengahan abad ke-16, mulailah Kertabhumi I/2 yang berbunyi: "Ghesan Ulun corak agama Islam mewarnai perkembangan nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, seorang pralaya, ya ta sirna, ing bhumi Parahyangan. wanita keturunan raja-raja Sumedang Larang Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; Kutamaya ri Sumedangmandala" (Geusan Ulun menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang memerintah wilayah Pajajaran yang telah bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahyangan. Sumedang Larang bersama-sama serta Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. dalam daerah Sumedang), selanjutnya Dengan kehadiran Pangeran diberitakan "Rakyan Samanteng Parahyangan Kusumahdinata atau yang lebih terkenal dengan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan

Halaman | 39

Ulun" (Para penguasa lain di Parahiyangan mampir ke Cirebon untuk bertemu dengan merestui Pangeran Geusan Ulun). Panembahan Ratu penguasa Cirebon, dan Keempat orang bersaudara, senapati dan disambut dengan gembira karena mereka berdua pembesar Pajajaran yang diutus ke Sumedang sama-sama keturunan Sunan Gunung Jati. tersebut, yaitu Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu); Dengan sikap dan perilakunya yang Wiradijaya (Nangganan); Kondang Hapa; dan sangat baik serta wajahnya yang rupawan, Prabu Pancar Buana (Embah Terong Peot). Geusan Ulun disenangi oleh penduduk di Dalam Pustaka Kertabhumi I/2 Cirebon. Permaisuri Panembahan Ratu yang menceritakan keempat bersaudara itu: "Sira bernama Ratu Harisbaya jatuh cinta kepada paniwi dening Prabu Ghesan Ulun, Rikung sira Prabu Geusan Ulun. Ketika dalam perjalanan rumaksa wadyabala, sinangguhan niti pulang ternyata tanpa sepengetahuannya, Ratu kaprabhun mwang salwirnya" (Mereka Harisbaya ikut dalam rombongan, dan karena mengabdi kepada Prabu Geusan Ulun. Di sana Ratu Harisbaya mengancam akan bunuh diri mereka membina bala tentara, ditugasi mengatur akhirnya dibawa pulang ke Sumedang Larang. pemerintahan dan lain-lain), sehingga penobatan Karena kejadian itu, Panembahan Ratu marah Prabu Geusan Ulun sebagai nalendra penerus besar dan mengirim pasukan untuk merebut Kerajaan Sunda Pajajaran dan Raja Sumedang kembali Ratu Harisbaya sehingga terjadi perang Larang ke-9 mendapat restu dari 44 penguasa antara Cirebon dan Sumedang Larang. daerah Parahyangan yang terdiri dari 26 Akhirnya Sultan Agung dari Mataram Kandaga Lante, Kandaga Lante adalah meminta kepada Panembahan Ratu untuk semacam kepala yang satu tingkat lebih tinggi berdamai dan menceraikan Ratu Harisbaya yang dari pada cutak (camat) dan 18 umbul dengan aslinya dari Pajang-Demak dan dinikahkan oleh cacah sebanyak ± 9000 umpi, untuk menjadi Sultan Agung dengan Panembahan Ratu. nalendra baru pengganti penguasa Pajajaran Panembahan Ratu bersedia dengan syarat yang telah sirna. Pemberian pusaka Pajajaran Sumedang Larang menyerahkan wilayah pada tanggal 22 April 1578 akhirnya ditetapkan sebelah barat Sungai Cilutung (sekarang sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang. Majalengka) untuk menjadi wilayah Cirebon. Sumedang Larang mengalami masa Karena peperangan itu pula ibukota dipindahkan kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran ke Gunung Rengganis, yang sekarang disebut Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun sekitar Dayeuh Luhur. tahun 1578, dan dikenal luas hingga ke pelosok Setelah Prabu Geusan Ulun wafat (1608), Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi pemerintahan Sumedang Larang diteruskan oleh wilayah Selatan sampai dengan Samudera anak tirinya, Raden Aria Suriadiwangsa (1608- Hindia, wilayah Utara sampai Laut Jawa, 1624). Sementara itu, kekuasaan di Mataram wilayah Barat sampai dengan Cisadane, dan yang sudah beralih tangan ke tangan Sultan wilayah Timur sampai dengan Kali Pamali Agung (1613-1645) dan Mataram berkembang Kabupaten Brebes. menjadi negara kuat. Pada masa pemerintahan Secara politik Kerajaan Sumedang Larang Raden Aria Suriadiwangsa, Kerajaan Sumedang didesak oleh tiga musuh: yaitu Kerajaan Banten Larang berubah menjadi Kabupaten Sumedang, yang merasa terhina dan tidak menerima dengan akibat Raden Aria Suriadiwangsa berserah diri pengangkatan Prabu Geusan Ulun sebagai kepada Mataram (1620). Faktor yang pengganti Prabu Siliwangi; pasukan VOC di mendorong Raden Aria Suriadiwangsa berserah Jayakarta yang selalu mengganggu rakyat; dan diri kepada Mataram, yaitu pertama, ia merasa Kesultanan Cirebon yang ditakutkan bergabung bahwa Sumedang Larang terjepit diantara tiga dengan Kesultanan Banten. Pada masa itu kekuatan, yaitu Mataram, Banten dan Kompeni Kesultanan Mataram sedang pada masa di Batavia. Ketiga kekuatan itu sama-sama ingin kejayaannya, banyak kerajaan-kerajaan kecil di menguasai Sumedang Larang. Oleh karena itu, Nusantara yang menyatakan bergabung kepada Raden Aria Suriadiwangsa harus menentukan Mataram. Dengan tujuan politik pula akhirnya sikap tegas bila tidak ingin menjadi bulan- Prabu Geusan Ulun menyatakan bergabung bulanan dari ketiga kekuatan tersebut. Kedua, ia dengan Kesultanan Mataram dan beliau pergi ke masih mempunyai hubungan keluarga dengan Demak dengan tujuan untuk mendalami agama penguasa Mataram dari pihak ibunya, Ratu Islam dengan diiringi empat prajurit setianya Harisbaya (A. Sobana Hardjasaputra, 2014: 21- (Kandaga Lante). Setelah dari pesantren di 23). Demak, sebelum pulang ke Sumedang Larang ia

Halaman | 40 SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17) Agus Gunawan & Rika Septian

Prabu Geusan Ulun memiliki tiga orang Sesampainya ke daerah Panglanjan, Sunan Pager istri: yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Barang mendirikan sebuah pesantren yang Waru, putri Sunan Pada; yang kedua Ratu bernama Pesantren Kiara Lawang. Harisbaya dari Cirebon, dan yang ketiga Nyi Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih Mas Pasarean. Dari ketiga istrinya tersebut ia dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga memiliki lima belas orang anak. Prabu Geusan mendapat kepercayaan dari Kerajaan Sumedang Ulun memerintahkan anak-anak beserta Larang untuk mengislamkan daerah Kerajaan keturunannya untuk mengembangkan ilmu Galuh, khususnya di wilayah Cisaga. Berbeda keagamaannya (Agama Islam) yang telah dengan para pendahulunya yang menyebarkan didapatkan oleh anak-anaknya ke daerah sebelah agama Islam dengan cara berdagang, menjadi timur, yaitu Kerajaan Galuh. Diantaranya putra pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji Prabu Geusan Ulun yang mengembangkan ilmu Putih menyebarkan agama Islam dengan keagamaannya ke daerah Kerajaan Galuh, yaitu perilaku dalam kesehariannya (hasil wawancara Pangeran Rangga Permana dan Sunan Pager dengan Bapak Asikin pada tanggal 08 Februari Barang. 2015). Pangeran Rangga Permana pada tahun Sehingga masyarakat Dusun Cisaga Kolot 1585 M mendirikan Kertabumi. Kertabumi meyakini bahwa sosok Kyai Haji Putih adalah letaknya sebelah utara Kota Bojong dan sosok yang bersahaja, dan bijaksana. Sosok yang sekarang menjadi nama Desa. Ini adalah hadiah disegani, bukan karena hanya dilihat dari pernikahan dengan Tanduran Agung putri keturunannya, namun beliau adalah sosok yang Maharaja Cipta Sanghiyang Raja Galuh Gara berjasa bagi masyarakat Cisaga Kolot, memiliki Tengah maka oleh mertuanya diberi daerah ilmu yang tinggi, dan memiliki kekuatan magis Muntur yang selanjutnya diberi nama Kertabumi yang luar biasa serta merupakan penyebar ajaran ini adalah suatu politik Sumedang dan Cirebon agama Islam di daerah Cisaga dan sekitarnya. yang sudah masuk Islam untuk mengembangkan Dalam kesehariannya, selain Islam di daerah Galuh. Kemudian, Pangeran menyebarkan agama Islam, dia juga membuat Rangga Permana bergelar Prabu di Muntur. sela sebagai perlengkapan untuk menunggang Dalam politik pemerintahannya berorientasi ke kuda. Keterampilannya dalam membuat sela dia Sumedang. Dengan cara pernikahan pulalah dapatkan ketika masih di Sumedang. Pada waktu raja-raja Galuh mulai masuk Islam. (H. Djaja itu, Kerajaan Sumedang Larang telah masuk dan Sukarja, 2001: 87). dipengaruhi oleh Kesultanan Mataram. Sunan Pager Barang adalah anak Prabu Sehingga telah mengenal kuda sebagai alat Geusan Ulun keluaran dari pesantren yang transportasi serta perlengkapannya. Setelah mengembangkan ilmu keagamaannya yang telah beberapa lama kemudian, akhirnya Kyai Haji didapatkannya di pesantren ke Kerajaan Galuh. Putih berhasil mengislamkan daerah Cisaga, Setelah sampai di Kerajaan Galuh, Sunan Pager khususnya Dusun Cisaga Kolot dan juga Barang melamar ikut bekerja di Kerajaan Galuh mendirikan sebuah pesantren (hasil wawancara meskipun menjadi seorang pelayan. Sunan Pager dengan Ibu Zuariyah pada tanggal 28 Maret Barang diterima sebagai pelayan dan 2015). memelihara kuda kepunyaan raja Galuh Prabu Upaya peningkatan kualitas kehidupan Jaya Ningrat. Setelah lama bekerja, Sunan Pager beragama Islam di kalangan masyarakat Barang tidak terlepas dari perhatian raja Galuh selanjutnya dilakukan oleh pesantren. Lahir dan yang menurut penilaiannya ia termasuk orang keberadaan pesantren erat hubungannya dengan yang pintar dan jujur, tak lepas pula puterinya kegiatan dakwah Islam dan sikap penolakan raja Galuh memperhatikan ketampanannya terhadap intervensi kekuasaan Belanda kepad Sunan Pager Barang sampai pada (Kompeni dan Pemerintah Kolonial Hindia akhirnya menaruh hati padanya. Atas ijin dari Belanda) merasuknya kebudayaan Barat ke raja Galuh, Sunan Pager Barang menikah dengan dalam lingkungan elit pribumi, dan kiranya juga puterinya yang bernama Haur Kuning. Setelah upaya penyebaran agama Kristen. Pada mulanya menikah Sunan Pager Barang ditugaskan untuk tradisi pendidikan di kalangan pesantren di Tatar mengembangkan agama Islam ke daerah timur Sunda dipengaruhi oleh tradisi pesantren di Jawa dari Kerajaan Galuh, yaitu ke daerah Panglanjan sehingga buku ajar dan bahasa pengantarnya (sekarang Langkapsari Kecamatan Banjarsari). menggunakan bahasa Jawa. Hal ini kiranya erat

Halaman | 41

hubungannya dengan arah proses masuknya terlihat sampai sekarang dengan adanya suatu agama ini dan juga masuknya kebudayaan Jawa pemakaman umum yang dinamakan ke Tatar Sunda pada masa Kesultanan Mataram. “Pemakaman Garusela”. Namun selanjutnya (sejak abad ke-19) pesantern-pesantren di Tatar Sunda menciptakan PENUTUP tradisi sendiri yang berbasiskan budaya Sunda (pupujian, bahan ajar, dan bahasa pengantar Simpulan berbahasa Sunda) (Edi Ekadjati S, 2006: 5). Dari hasil pembahasan di atas tentang Proses penyebaran agama Islam yang SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN dilakukan oleh Kyai Haji Putih yang berjalan CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu damai dan menggunakan metode yang halus, Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela yaitu menggabungkan budaya yang lama dengan dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama nilai-nilai Islam, menjadikan nilai-nilai Islam ini Islam Abad ke-17) terdapat beberapa simpulan, dapat dengan mudah diserap dan diterima sebagai berikut : dengan baik oleh masyarakat Dusun Cisaga 1. Makam Eyang Kyai Haji Putih merupakan Kolot. Refleksi dan cara penyampaian yang makam leluhur Dusun Cisaga Kolot yang dilakukan Kyai Haji Putih adalah berasal dari Sumedang dan termasuk mengaktualisasikan ajaran agama Islam dengan keturunan Prabu Geusan Ulun serta Prabu kehidupan sehari-hari, cara penyampaian yang Geusan Ulun merupakan penguasa Kerajaan mudah diterima dan kedekatan Kyai Haji Putih Sumedang Larang sekitar tahun 1578 M. dengan masyarakat Dusun Cisaga Kolot Sehingga makam tersebut dikeramatkan di menjadikan poin penting dalam keberhasilan Dusun Cisaga Kolot Desa Mekarmukti Kyai Haji Putih dalam menyebarkan agama Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis. Islam. 2. Makam Eyang Kyai Haji Putih lebih terkenal Kegigihan Kyai Haji Putih dalam dengan sebutan Makam Keramat Garusela menyebarkan agama Islam sangatlah kuat, karena dalam keseharian Kyai Haji Putih, terbukti dengan karakter masyarakatnya yang selain menyebarkan agama Islam, dia juga religius. Dalam menyebarkan agama Islam Kyai membuat sela sebagai perlengkapan untuk Haji Putih harus berhadapan dengan masyarakat menunggang kuda. Keterampilannya dalam yang sebelumnya menganut ajaran agama membuat sela dia dapatkan ketika masih di Hindu. Namun, cerita Kyai Haji Putih tidak Sumedang. begitu lengkap tentang perjuangannya, 3. Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih dikarenakan sumber-sumber berupa buku telah dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga hancur dan juru kunci terdahulu telah meninggal mendapat kepercayaan dari Kerajaan dan digantikan juru kunci baru yang kurang Sumedang Larang untuk mengislamkan memahami dengan asal-usul Kyai Haji Putih. daerah Kerajaan Galuh, khususnya di Di dalam pandangan Saini KM (1995) wilayah Cisaga. Berbeda dengan para dalam buku Ngamumule Budaya Sunda pendahulunya yang menyebarkan agama Nanjeurkeun Komara Agama Lokakarya Islam dengan cara berdagang, menjadi Dakwah Islam Napak Kana Budaya Sunda pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji (Ganjar Kurnia, 2006: 108), bisa diterimanya Putih menyebarkan agama Islam dengan Islam dengan baik di Tatar Sunda karena perilaku dalam kesehariannya. diantara keduanya, yaitu Islam dan Sunda 4. Proses penyebaran agama Islam yang mempunyai persamaan paradigmatik yang dilakukan oleh Kyai Haji Putih yang berjalan bercirikan Platonik. Islam memandang dan damai dan menggunakan metode yang halus, memehami dunia sebagai ungkapan azas-azas yaitu menggabungkan budaya yang lama mutlak dan terekam dalam wahyu Alloh. dengan nilai-nilai Islam, menjadikan nilai- Sedangkan kebudayaan Sunda lama meletakkan nilai Islam ini dapat dengan mudah diserap nilai-nilai mutlak yang kemudian diwujudkan dan diterima dengan baik oleh masyarakat dalam adat beserta berbagai upacaranya. Dusun Cisaga Kolot. Refleksi dan cara Setelah berhasil mengislamkan daerah penyampaian yang dilakukan Kyai Haji Putih Cisaga, khusunya Cisaga Kolot Kyai Haji Putih adalah mengaktualisasikan ajaran agama meninggal. Namun, tidak jelas tahun Kyai Haji Islam dengan kehidupan sehari-hari, cara Putih meninggal. Sebagai bentuk rasa terima penyampaian yang mudah diterima dan kasih masyarakat terhadap Kyai Haji Putih kedekatan Kyai Haji Putih dengan

Halaman | 42 SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17) Agus Gunawan & Rika Septian

masyarakat Dusun Cisaga Kolot menjadikan poin penting dalam keberhasilan Kyai Haji Putih dalam menyebarkan agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Edi S, Ekadjati. 2006. Sejarah Masuknya Islam ke Tatar Sunda dan Perkembangannya. Bandung: Kreatif Kiblat Hamid, Abd Rahman & M. Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak Hardjasaputra, A. Sobana. 2014. Priangan Abad Ke 17-19 Kedudukan dan Peranan Bupati. Ciamis: Galuh Nurani Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Permana, Aan Merdeka. 2005. Geusan Ulun. Bandung: Diterbitkan sendiri dengan edisi terbatas Priyadi, Sugeng. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Sejarah. Yogyakarta: Ombak Sukardja, H. Djadja. 2001. Inventarisasi dan Dokumentasi Sumber Sejarah Galuh Ciamis, Dikbud Kabupaten Ciamis Suwito. 1972. Kumpulan Nami-nami Patilasan anu aja diwewengkon Kabupaten Tjiamis Wildan, Dadan. 2002. Sunan Gunung Jati (antara fiksi dan fakta) Pembumian Islam dengan Pendekatan Struktural dan Kultural. Bandung: Humaniora Utama Press ------. 2006. Ngamumule Budaya Sunda Nanjeurkeun Komara Agama Lokakarya Dakwah Islam Napak Kana Budaya Sunda. Bandung: Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia Jawa Barat ------, (2015) Profil Desa Mekarmukti. Mekarmukti: Desa Mekarmukti.

Halaman | 43

Halaman | 44