Kadipaten Ciancang Dalam Perspektif Lokal

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kadipaten Ciancang Dalam Perspektif Lokal KADIPATEN CIANCANG DALAM PERSPEKTIF LOKAL Dewi Ratih * Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Galuh Ciamis Jl. R. E. Martadinata No. 150 Ciamis, 46274 Jawa Barat ABSTRAK Perkembangan sejarah Kabupaten Galuh berawal dari berdirinya kerajaan di Kabupaten Ciamis yang biasa disebut dengan Kerajaan Galuh atau Kerajaan Sunda Galuh. Kerajaan Galuh ini diungkapkan dalam beberapa sumber sejarah, baik melalui naskah atau prasasti. Naskah yang menyebutkan Kerajaan Galuh ini tergolong kedalam historiografi tradisional yang didalamnya mengandung unsur mitos, dongeng, legenda, dan unsur-unsur yang bersifat historis. Beberapa naskah yang menceritakan tentang Kerajaan Galuh karenanya banyak menggunakan historiografi tradisional, maka sebuah penulusuran penulisan sejarah Galuh secara ilmiah sangat dibutuhkan untuk penulisannya secara kritis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis yang terbagi menjadi empat tahapan kerja. Pertama, heuristik yakni tahap pengumpulan sumber. Kedua, kritik yang terbagi menjadi kritik eksternal dan kritik internal, ketiga, interpretasi yaitu penafsiran sumber, dan terakhir adalah historiografi atau penulisan sejarah. Kata Kunci: Kerajaan Galuh, Kabupaten Galuh, Kadipaten Ciancang ABSTRACT Galuh Regency historical development originated from the founding of the kingdom in Ciamis commonly referred to Galuh Kingdom or the Kingdom of Sunda Galuh. Galuh Kingdom is expressed in several historical sources, either through text or inscriptions. The manuscript mentioning Galuh Kingdom is classified into traditional historiography that contain elements of myths, fairy tales, legends, and the elements that are historical. Some texts that tell about the kingdom Galuh so many using traditional historiography, then a penulusuran scientifically Galuh history writing is needed for writing critically. This study uses historical research work is divided into four stages. First, the heuristics source collection phase. Second, critics are divided into external criticism and internal criticism, the third, namely the interpretation of the interpretation of the source, and the last is the historiography or the writing of history. Keywords: Kingdom Galuh Galuh District, Duchy Ciancang PENDAHULUAN bergantung pada pokok bahasan periode sejarah yang tengah dipelajari, seperti Paleontologi, No document no history, itulah statement Paleoantropologi, Arkeologi, Paleografi, Leopold van Ranke seorang ilmuwan sejarah Epigrafi, Ikonografi, Numismatik, Ilmu yang menjadikan sejarah satu kesatuan ilmu Keramik, Genealogi, Filologi, Etnografi, Ilmu- pengetahuan yang menggunakan perangkat ilmu sosial, Bahasa, Statistik, Komputer atau metode sahih. Sejarah dalam karakteristiknya Internet (Sjamsuddin, 2007: 189-213). terbagi menjadi 3. Sejarah bersifat unik karena Menganalisis awal mula lahir dan peristiwa, kedua, sejarah sebagai kisah, ketiga, berkembangnya suatu peradaban tidak bisa kita sejarah sebagai ilmu. Sejarah yang lepaskan dari peran penting ilmu sejarah. Contoh menggunakan perangkat metodologisnya peradaban yang lahir dan berkembang yang berupaya untuk mengenal dan menyelami tercatat di dalam sejarah Indonesia lebih kehidupan masa lampau dengan utuh. Maka dari khususnya di daerah Ciamis. Penelitian itu sejarah disini sangat memerlukan disiplin mengenai sejarah Ciamis haruslah berdasarkan ilmu-ilmu lain. Penggunaan ilmu bantu sumber sejarah yang memang menjelaskan * Penulis Koresponden E-mail address: [email protected] doi: Copyright©2017 Jurnal Artefak e-ISSN: 2580-0027 Halaman | 67 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.1 April 2017 sejarah Ciamis. Sumber-sumber tersebut dapat seperti jenis kertas yang digunakan, tinta, bersumber dari naskah atau prasati. tulisan, huruf, watermark, stempel dan sebagainya. Kritik intern dilakukan dengan METODE PENELITIAN melakukan penilaian terhadap kondisi fisik sumber tersebut. Terlebih sumber-sumber Metode dalam penelitian yang digunakan sezaman yang terlihat dari beberapa naskah yang dalam penelitian jurnal ilmiah ini adalah metode ada dilihat dan dinilai isi dari naskah tersebut, sejarah (historis). Metode historis adalah sebuah meskipun kenyataannya sumber tersebut masih upaya guna mempelajari juga mengenali fakta- dalam bentuk sumber historiografi tradisional. fakta, lalu menyusun simpulan tentang kejadian Selain itu, akan dilakukan pula proses pada masa lalu. Tujuannya adalah untuk membandingkan data yang ada di dalam sumber membuat rekontruksi masa lampau secara tersebut dengan sumber lainnya. sistematis dan objektif (Garraghan, 1957: 34). Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Tahapan penelitian dalam metode historis Interpretasi adalah proses menafsirkan berbagai terbagi 4 tahapan kerja. Tahap pertama adalah fakta menjadi sebuah rangkaian yang logis. Pada heuristik atau pengumpulan sumber sejarah. tataran oprasionalnya interpretasi dilakukan Heuristik merupakan tahapan pertama yang secara analitis yakni mengurai fakta dan harus dilaksanakan setelah penulis menentukan dilakukan secara sintesis yaitu menghimpun topik dan permasalahan penelitian. Heuristik fakta. Pemahaman secara verbal tidak memadai sendiri adalah proses menemukan dan untuk menginterpretasikan informasi yang ada di menghimpun sumber sejarah yang terkait dalam sumber sejarah. Fakta yang diperoleh dengan pokok pembahasan. Tahap pencarian diinterpretasikan baik secara verbal, teknis, sumber dilakukan terhadap sumber tertulis, logis, faktual dan psikologis. Dengan demikian, sumber benda dan lisan. Sumber tertulis berupa hasil dari interpretasi dapat dipahami secara arsip, sumber resmi tercetak, dokumen, buku dan menyeluruh juga mendalam. lain-lain. Pencarian sumber primer yang Tahapan terakhir dalam penulisan sejarah sezaman berbentuk sumber resmi tercetak, dengan menggunakan metode sejarah ialah naskah dan buku-buku sebagai acuan literatur Historiografi. Historiografi adalah tahapan dilakukan di beberapa perpustakaan, antara lain: penulisan sejarah. Fakta yang telah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia diinterpretasikan kemudian dituliskan dalam (PNRI) di Jalan Salemba Raya Nomor 28A, penulisan yang sistematis dan kronologis. kemudian di BAPUSIPDA (Badan Perpustakaan Historiografi yang akan dihasilkan dibagi dan Arsip Daerah Provinsi Jawa Barat) di Jl. menjadi beberapa pembahasan, yang secara Soekarno Hatta No. 629, Perpustakaan Fakultas keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh. Ilmu Pendidikan dan Ilmu Keguruan Universitas Dengan menggunakan metode sejarah, penulis Galuh dan Perpustakaan Prodi Pend. Sejarah di mendapat panduan bagaimana teknis penelitian Universitas Galuh Ciamis. Dilain pihak jurnal ilmiah ini dapat dikerjakan secara efektif penelusuran sumber pun dilakukan dengan dan akurat. Efektif dalam pengertian tahap demi wawancara langsung kepada para keturunan tahap dikerjakan dengan terperinci. Akurat yang ada dan masih mendiami lahan dan wilayah dalam pengertian hanya sumber yang telah bekas salah satu Kadipaten, yang saat ini berada menjadi fakta sejarah yang bisa dijadikan bahan di Kabupaten Ciamis, dahulu bernama penulisan jurnal ilmiah ini. Selain itu, unsur Kabupaten Galuh. Di perpustakaan Bapusipda, diakronis yang menunjukan sejarah, sebagai FKIP Universitas Galuh Ciamis dan Prodi ilmu tentang berfikir dalam waktu sangat Pendidikan Sejarah Universtias Galuh Ciamis diperhatikan. dikhususkan kepada pencarian sumber sekunder (buku-buku) pendukung penelitian sumber sejarah lokal Kerajaan Galuh sampai Kabupaten. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahap selanjutnya adalah tahapan mengkritik sumber. Kritik sumber dalam metode Awal Kemunculan Kerajaan Galuh historis terbagi menjadi dua. Diantaranya adalah ditandai oleh sebuah prasasti, ditemukan di kritik eksternal dan kritik internal. Kritik wilayah Jawa Barat menuliskan sejak eksternal mempunyai tujuan menentukan berakhirnya Kerajaan Tarumanagara pada abad otentisitas sumber dengan cara memberikan ke-7, berdiri pusat kekuasaan yang kemudian penilaian terhadap kondisi fisik sumber tersebut, dikenal sebagai Kerajaan Sunda. Pusat kerajaan Halaman | 68 Dewi Ratih Kadipaten Ciancang Dalam Perspektif Lokal ini berpindah-pindah dimulai dari Galuh, karena serangan dari Kerajaan lain. Rakeyan kemudian ke salah satu tempat bernama Pakuan Wuwus tidak memiliki anak sehingga tahta Pajajaran, Kawali dan terakhir kembali ke Kerajaan diserahkan kepada Dharmaraksa, Pakuan Pajajaran (Bogor) (Herlina[b], 2013: 20- suami adik perempuannya bertahta di Purasaba, 39). pusat kekuasaan Kerajaan Sunda. Setelah Dipercaya bahwa awal mula Kerajaan menerima kuasa Kerajaan Galuh, Dharmaraksa Galuh ada kaitannya dengan awal mula memilih untuk tetap tinggal di Purasaba dan penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam memasukan Kerajaan Galuh sebagai wilayah dan Siti Hawa1. Keturunan dari Nabi Adam ini Kerajaan Sunda. Dengan demikian, pada masa memiliki 40 anak laki-laki juga 39 anak Dharmaraksa ini, Kerajaan Sunda memiliki perempuan. Keturunan mereka salah satunya wilayah yang terbentang luas, mulai dari Nusa ialah Ratu Galuh (Prabu Adimulya atau Ratu Apuy (Pulau Krakatau) hingga sekitar Kedu Permana atau Permadikusumah). Pada awalnya Jawa Tengah (Herlina[a], 2013: 44). Ratu Galuh mendirikan sebuah Negara di Beberapa abad kemudian, eksistensi Lakbok dengan sebutan Medangkamulyan. Kerajaan Galuh kembali muncul dengan pusat Karena negara Medangkamulyan terkena Pemerintahannya di Kawali (di daerah Ciamis). bencana, Ratu Galuh bertapa untuk mencari Menurut tradisi lisan yang ada di Ciamis, wilayah Kerajaannya. Dalam pertapaan yang penguasa pertama Kerajaan Galuh
Recommended publications
  • The Past That Has Not Passed: Human Rights Violations in Papua Before and After Reformasi
    International Center for Transitional Justice The Past That Has Not Passed: Human Rights Violations in Papua Before and After Reformasi June 2012 Cover: A Papuan victim shows diary entries from 1969, when he was detained and transported to Java before the Act of Free Choice. ICTJ International Center The Past That Has Not Passed: Human Rights Violations in Papua for Transitional Justice Before and After Reformasi The Past That Has Not Passed: Human Rights Violations in Papua Before and After Reformasi www.ictj.org iii International Center The Past That Has Not Passed: Human Rights Violations in Papua for Transitional Justice Before and After Reformasi Acknowledgements The International Center for Transitional Justice and (ICTJ) and the Institute of Human Rights Studies and Advocacy (ELSHAM) acknowledges the contributions of Matthew Easton, Zandra Mambrasar, Ferry Marisan, Joost Willem Mirino, Dominggas Nari, Daniel Radongkir, Aiesh Rumbekwan, Mathius Rumbrapuk, Sem Rumbrar, Andy Tagihuma, and Galuh Wandita in preparing this paper. Editorial support was also provided by Tony Francis, Atikah Nuraini, Nancy Sunarno, Dodi Yuniar, Dewi Yuri, and Sri Lestari Wahyuningroem. Research for this document were supported by Canada Fund. This document has been produced with the financial assistance of the European Union. The contents of this document are the sole responsibility of ICTJ and ELSHAM and can under no circumstances be regarded as reflecting the position of the European Union. About the International Center for Transitional Justice ICTJ works to assist societies in regaining humanity in the wake of massive human rights abuses. We provide expert technical advice, policy analysis, and comparative research on transitional justice approaches, including criminal prosecutions, reparations initiatives, truth seeking and memory, and institutional reform.
    [Show full text]
  • Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999
    Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999 The Voice of the Indonesian Pencak Silat Governing Board - USA Branch Welcome to the August issue of Tenaga Dalam. A lot has occurred since May issue. Pendekar Sanders had a very successful seminar in Ireland with Guru Liam McDonald on May 15-16, a very large and successful seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s school on June 5-6 and he just returned from a seminar in England. The seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s was video taped and the 2 volume set can be purchased through Raja Naga. Tape 1 consists of blakok (crane) training and Tape 2 has about 15 minutes more of blakok training followed by a very intense training session in various animal possessions including the very rare Raja Naga possession. Guru Besar Davidson and his students should be commended on their excellent portrayal of the art. Tape 1 is available to the general public, but due to the intense nature of tape 2 you must be a student. It is with great sadness that I must report that Guru William F. Birge passed away. William was a long time personal student of Pendekar Sanders and he will be missed by all of the people that he came into contact with. 1 Tribute to Guru William F. Birge Your Memory Will Live On In Our Hearts. 2 DJAKARTA aeroplane is a lead-coloured line of sand beaten by EX ‘PEARL OF THE EAST’ waves seeping into a land as flat as Holland. The Dutch settlers who came here in 1618 and founded The following is a passage from the wonderful Batavia must have thought it strangely like their book Magic and Mystics of Java by Nina Epton, homeland.
    [Show full text]
  • Land- ​ En Volkenkunde
    Music of the Baduy People of Western Java Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal- , Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte (kitlv, Leiden) Henk Schulte Nordholt (kitlv, Leiden) Editorial Board Michael Laffan (Princeton University) Adrian Vickers (The University of Sydney) Anna Tsing (University of California Santa Cruz) volume 313 The titles published in this series are listed at brill.com/ vki Music of the Baduy People of Western Java Singing is a Medicine By Wim van Zanten LEIDEN | BOSTON This is an open access title distributed under the terms of the CC BY- NC- ND 4.0 license, which permits any non- commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided no alterations are made and the original author(s) and source are credited. Further information and the complete license text can be found at https:// creativecommons.org/ licenses/ by- nc- nd/ 4.0/ The terms of the CC license apply only to the original material. The use of material from other sources (indicated by a reference) such as diagrams, illustrations, photos and text samples may require further permission from the respective copyright holder. Cover illustration: Front: angklung players in Kadujangkung, Kanékés village, 15 October 1992. Back: players of gongs and xylophone in keromong ensemble at circumcision festivities in Cicakal Leuwi Buleud, Kanékés, 5 July 2016. Translations from Indonesian, Sundanese, Dutch, French and German were made by the author, unless stated otherwise. The Library of Congress Cataloging-in-Publication Data is available online at http://catalog.loc.gov LC record available at http://lccn.loc.gov/2020045251 Typeface for the Latin, Greek, and Cyrillic scripts: “Brill”.
    [Show full text]
  • SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah Tentang Hubungan Garusela Dengan Sumedang Dalam Penyebaran Agama Islam Abad Ke-17)
    SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17) Oleh: Agus Gunawan 1 Rika Septiani 2 ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan : 1) Makam Eyang Kyai Haji Putih merupakan makam leluhur Dusun Cisaga Kolot yang berasal dari Sumedang dan termasuk keturunan Prabu Geusan Ulun serta Prabu Geusan Ulun merupakan penguasa Kerajaan Sumedang Larang sekitar tahun 1578 M. Sehingga makam tersebut dikeramatkan di Dusun Cisaga Kolot Desa Mekarmukti Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis. 2) Makam Eyang Kyai Haji Putih lebih terkenal dengan sebutan Makam Keramat Garusela karena dalam keseharian Kyai Haji Putih, selain menyebarkan agama Islam, dia juga membuat sela sebagai perlengkapan untuk menunggang kuda. Keterampilannya dalam membuat sela dia dapatkan ketika masih di Sumedang. 3) Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga mendapat kepercayaan dari Kerajaan Sumedang Larang untuk mengislamkan daerah Kerajaan Galuh, khususnya di wilayah Cisaga. Berbeda dengan para pendahulunya yang menyebarkan agama Islam dengan cara berdagang, menjadi pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji Putih menyebarkan agama Islam dengan perilaku dalam kesehariannya. 4) Proses penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Kyai Haji Putih yang berjalan damai dan menggunakan metode yang halus, yaitu menggabungkan budaya yang lama dengan nilai-nilai Islam, menjadikan nilai-nilai Islam ini dapat dengan mudah diserap dan diterima dengan baik oleh masyarakat Dusun Cisaga Kolot. Refleksi dan cara penyampaian yang dilakukan Kyai Haji Putih adalah mengaktualisasikan ajaran agama Islam dengan kehidupan sehari-hari, cara penyampaian yang mudah diterima dan kedekatan Kyai Haji Putih dengan masyarakat Dusun Cisaga Kolot menjadikan poin penting dalam keberhasilan Kyai Haji Putih dalam menyebarkan agama Islam.
    [Show full text]
  • The Indonesian Fermented Food Product Terasi: History and Potential Bioactivities
    Sys Rev Pharm 2021;12(2):378-384 A multifaceted review journal in the field of pharmacy The Indonesian Fermented Food Product Terasi: History and Potential Bioactivities *Asep A. Prihanto 1,2,3,4, and Hidayatun Muyasyaroh 2,3 1Department Fishery Product Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Jl. Veteran, Malang, 65145, East Java, Indonesia 2BIO-SEAFOOD Research Unit, Brawijaya University, Jl. Veteran, Malang, 65145, East Java, Indonesia 3Halal Thoyib Science Center, Brawijaya University, Jl. Veteran, Malang, 65145, East Java, Indonesia 4Coastal and Marine Science Center, Brawijaya University, Jl. Veteran, Malang, 65145, East Java, Indonesia *Corresponding Author: Asep A. Prihanto Email: [email protected] ABSTRACT Terasi is a fish/shrimp fermentation product native to Indonesia and is produced Keywords: Bioactivity; fermentation; Indonesia; terasi. using bacteria generated from fish or shrimp. Also known as shrimp paste, it has a long history on the island of Java, as well as other regions that employ slightly Correspondence: varied processes and ascribe various names to this edible compound. The Asep A. Prihanto emergence, history, processing, and characterization of terasi are explained in Department Fishery Product Technology, Faculty of Fisheries and Marine this manuscript, following its extensive applications as a main seasoning in Science, Brawijaya University, JI. Veteran, Malang, 65145, East Java, Indonesia various dishes. Furthermore, potential bioactivity of this product and its derived Email: [email protected] microorganisms are discussed along with the possibility of their usage as bioactive remedies for human health. INTRODUCTION by the presence or absence of contaminants, such as Fermented seafood is a common condiment for foods in insects and other foreign materials [1].
    [Show full text]
  • Sosialisasi Hasil Ekskavasi Situs Astana Gede Kawali Kepada Aparat Pemerintahan Dan Masyarakat Sekitar Situs
    SOSIALISASI HASIL EKSKAVASI SITUS ASTANA GEDE KAWALI KEPADA APARAT PEMERINTAHAN DAN MASYARAKAT SEKITAR SITUS Nina Herlina, Mumuh Muhsin, Dade Mahzuni, Undang A. Darsa, Widyo Nugrahanto Departemen Sejarah dan Filologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran. E-mail: [email protected] ABSTRAK, Situs Astana Gede Kawali merupakan salah satu situs tinggalan Kerajaan Galuh yang memiliki nilai historis tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa di situs tersebut telah ditemukan enam buah prasasti dan beberapa artefak lainnya. Secara umum diyakini bahwa Situs Astana Gede merupakan sebuah kabuyutan Kerajaan Galuh. Akan tetapi, dari sumber naskah pada periode tertentu, Situs Astana Gede berfungsi pula sebagai keraton Kerajaan Galuh. Untuk memperkuat pendapat tersebut, dilakukan ekskavasi di beberapa titik di Situs Astana Gede. Hasil ekskavasi tersebut perlu disosialisasikan kepada masyarakat sehingga akan melengkapi pengetahuan sebelumnya terkait keberadaan situs tersebut. Setelah pemaparan hasil ekskavasi, dilanjutkan dengan diskusi di lapangan yang hasilnya menunjukkan bahwa pemerintah dan masyarakat menunjukkan respons positif terhadap ekskavasi dan memiliki pandangan bahwa Situs Astana Gede Kawali memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata budaya di Kabupaten Ciamis. Kata Kunci: Astana Gede, Kawali, Ekskavasi, Kabuyutan, Kerajaan Galuh ABSTRACT, Astana Gede Kawali site is one site that owns the Galuh Kingdom remains the historical value is high. It is caused by the fact that the site had been discovered six inscriptions and some other artifacts. It is generally believed that the site of Astana Gede is a kabuyutan the Kingdom of Galuh. However, the source of the script at certain periods, the site also serves as the Gede Astana Palace of the Kingdom of Galuh.
    [Show full text]
  • ISLAMISASI DI TATAR SUNDA Era Kerajaan Sukapura
    ISLAMISASI DI TATAR SUNDA Era kerajaan Sukapura Islamisasi di Tatar Sunda ___ i ISLAMISASI DI TATAR SUNDA Era kerajaan Sukapura Penulis: Prof. Dr. Sulasman Dr. Ruhiyat Agus Wirabudiman, MA Abud Syehabudin, M.Pd Dr. Acep Aripudin Editor: Ahmad Yunani, S.Ag., M.Hum. Cetakan I, 2017 14,8 x 21 cm vi + 287 hal. Desain dan Layout: Buya Samuray Diterbitkan oleh: Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Tahun 2017 Copyraight @2017 All Rights Reserved ii ___ Islamisasi di Tatar Sunda Pengantar enyelesaian penulisan hasil penelitian sejarah Islamisasi masa Kerajaan Sukapura merupakan langkah tepat, tepat P sasaran (targetting) dan momentum mengenai pelurusan sejarah yang selama ini masih terkesan mengambang. Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Balit- bang dan Diklat Kementerian Agama RI sebagai institusi yang memfasilitasi program penulisan sejarah Nusantara telah berperan dalam melaksanakan misinya dalam memelihara dan mengembangakan khazanah budaya Nusantara. Ada beberapa urgensi penulisan sejarah Sukapura dilihat dari sudut pandang, berikut: pertama, kekayaan warisan budaya di Nusantara, ter- masuk wilayah Sukapura belum diungkap secara baik dan benar, sehingga belum dipublikasikan dan belum diketahui luas oleh masyarakat Nusantara, masyarakat Sunda sekitar Priangan Timur pada khususnya. Kedua, belum adanya tulisan memadai tentang Islamisasi masa Kerajaan Sukapura yang akan menjadi pijakan dan pelurusan sejarah pembangunan di Tatar Sukapura. Perdebatan tentang Islamisasi di Sukapura, lahirnya Sukapura, dan atau Islamisasi di Tatar Sunda ___ iii Tasikmalaya, menjadi contoh bagaimana sejarah sangat menen- tukan terhadap jalannya roda pembangunan karena menjadi landasan fundamental filosofi perjalanan manusia. Ketiga, ada- nya tugas moral untuk ikut serta dalam upaya pencerdasan masyarakat dan bangsa melalui penyadaran terhadap jati diri bangsa.
    [Show full text]
  • Buddhist Women and Polygamy Issue in Indonesia By
    Buddhist Women and Polygamy Issue in Indonesia By: Kustiani (Article was presented for the 2nd IABU Conference, 30-3 June 2012, in Thailand) Background Marriage is a human‟s phenomenon that commonly practiced since the ancient civilizations regardless geography, religion, race and social classes. Marriage in the Vulgar Latin is marītācum and in the Latin is marītātus, meaning 'to wed, marry and give in marriage'.1 Now days, marriage is defined as 1. a formal, usually legally recognized, agreement between a man and a woman making them husband and wife; 2. a ceremony at which a couple are married.2 Marriage of the first meaning is meant in this article and it is not the second one. There are many kinds of marriage which have been influenced by the religious, social and philosophical viewpoints. Generally, there are three kinds of marriage, namely polygamy, monogamy and group marriage. Monogamy is the practice or custom of being married to only one person at a time.3 This is commonly practice in the society and of course this type of marriage can be seen everywhere. But, group marriage is quite rare to be seen. Group marriage involves more than one member of each sex. They live together by sharing husband and wife, and responsibility in taking care of wealth and children.4 However, these two types of marriage are not the purpose of this article. The main purpose of this article is to discuss and examine the third type of marriage: polygamy. The term polygamy is defined in two ways: 1. the custom of having more than one wife at the same time;5 2.
    [Show full text]
  • Narrative Structure of Mobile Apps Interactive Story Kisah Lutung Kasarung: Morphological Analysis of Vladimir Propp
    6th Bandung Creative Movement International Conference in Creative Industries 2019 (6th BCM 2019) Narrative Structure of Mobile Apps Interactive Story Kisah Lutung Kasarung: Morphological Analysis of Vladimir Propp Dicky Hidayat1,2, Moh. Asyiek Bin Mat Desa2 1Visual Communication Design, Telkom University, Indonesia 2School of Art, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia [email protected], [email protected] Abstract This study analyzes the narrative structure of the mobile apps interactive story Kisah Lutung Kasarung, based on Vladimir Propp's morphological theory. The purpose of the study is to explore how the structure and moral values are based on the functions of the characters contained in the story. The study used the descriptive qualitative methods using the method of narrative analysis. Data collection techniques were carried out by a literature study and documentation. The re- sult shows 27 main narrative functions, 5 plots, and 4 spheres of action contained in the mobile apps of the interactive story Kisah Lutung Kasarung. The positive moral values obtained from the story are stoicism, helpfulness, happiness, religious, dedication, forgiveness and fairness. Keywords narrative analysis, morphology, vladimir Propp, mobile apps, interactive stories, lutung kasarung (Sundanese to Dutch, Indonesian and Javanese), but also in the form of cross-forms, from pantun to written forms and 1. Introduction story forms. The story has been written pantun into prose, poetry, drama, opera, novels, fairy tales, comic, films, etc. Indonesia has many folktales scattered in each region. [8]. These folktales are generally related to the social and cultural Digital technology is growing rapidly nowadays, and in its conditions of the owner's community.
    [Show full text]
  • Ngahudang Carita Anu Baheula
    NGAHUDANG CARITA ANU BAHEULA (To Awaken An Ancient Story) An Introduction to the Stories of Pantun Sunda Andrew N. Weintraub Southeast Asia Paper No. 34 Center for Southeast Asian Studies School of Hawaiian, Asian and Pacific Studies University of Hawaii at Manoa 1991 ACKNOWLEDGENffiNTS I am indebted to all the people who have helped me in my studies of pantun Sunda. I would like to mention a few individuals here who generously contributed their time and energy to the work contained in this volume. Yoseph Iskandar, Ajip Rosidi, Epih Wirahadikusumah and Amalia Firman collaborated closely with me on the translations of the Sundanese epics and helped me understand the stories within the context of Sundanese culture. Alice Dewey, Hardja Susilo and Ricardo D. Trimillos made valuable comments and suggestions on the writing of the synopses. Truong Buu Lam, Jim Collins, and Flo Lamoureux at the University of Hawaii Center for Southeast Asian Studies were very helpful in getting this volume to press. I am also grateful to the Institute of Culture and Communication at the East-West Center for supporting my research in West Java. Most importantly, I would like to dedicate this volume to the pantun bard, Ki Enjum, who willingly shared his time and knowledge with me. Ki Enjum begins the performance of every pantun Sunda with the invocatory song, "Rajah," which functions as an apology in the event that the performer makes a mistake during the performance. It seems appropriate that I begin this volume by quoting the opening lines from the song "Rajah".
    [Show full text]
  • Tata Ruang Ibukota Terakhir Kerajaan Galuh (1371 - 1475)
    Tata Ruang Ibukota … (Budimansyah, Nina Herlina Lubis, Miftahul Falah) 123 TATA RUANG IBUKOTA TERAKHIR KERAJAAN GALUH (1371 - 1475) THE SPATIAL PLANNING OF THE LAST CAPITAL CITY OF THE GALUH KINGDOM (1371 - 1475 AD) Budimansyah1, Nina Herlina Lubis2, Miftahul Falah3 1,2,3 Departemen Sejarah dan Filologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Kabupaten Sumedang e-mail: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Naskah Diterima: 13 Januari 2020 Naskah Direvisi: 26 Juli 2020 Naskah Disetujui :26 Agustus 2020 DOI: 10.30959/patanjala.v12i2.596 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguak tata ruang Galuh Pakwan sebagai ibukota terakhir Kerajaan Galuh, sejauh mana pola ruang kota tersebut berkaitan dengan nilai-nilai kelokalan sebagaimana tergambar dalam historiografi tradisional. Dalam penelitian ini metode sejarah akan dipergunakan sebagai fitur utama agar menghasilkan suatu hasil kajian yang komprehensif, dan menggunakan teori tata kota, serta metode deskriptif-kualitatif. Minimnya sumber terkait sejarah Galuh Pakwan, wawancara secara mendalam kepada para narasumber diharapkan bisa menjadi suatu bahan analisis historis. Berdasarkan fakta di lapangan, Galuh Pakwan sebagai ibukota kerajaan berawal dari sebuah kabuyutan. Pada masa pemerintahan Niskalawastu Kancana, kabuyutan tersebut dijadikan pusat politik dengan tetap menjalankan fungsi kabuyutannya. Seiring waktu, Galuh Pakwan menjelma menjadi sebuah kota yang tata ruangnya menunjukkan representasi
    [Show full text]
  • Teaching Conflict Resolution Through Children's Literature”
    TEACHING CONFLICT RESOLUTION THROUGH CHILDREN’S LITERATURE IN ELEMENTARY SCHOOL (A Study Based on the Heron & the Fox Fable and Ciung Wanara Legend) NENI MAULIDAH Universitas Pendidikan Indonesia [email protected] Abstract Conflict Resolution Education is always hypothesized to have an important role in the development of students’ social attitudes. However, empirically, the implementation of conflict resolution education is still inadequate. This article was created to describe an alternative in teaching conflict resolution, especially in elementary schools. The author tries to present an idea of how to teach constructive conflict resolution in a lack of elementary school student conflict resolution skills. This article presents an overview of study Participatory Action Research (PAR) in social studies teaching. Kemmis, McTaggart, and Nixon (2014) defined PAR as a study, which creates learning innovation through planning, action, observation, and reflection. The teacher makes learning plans by using children's literature as a media to teach conflict resolution skills. Narrative, Fable, and Legend stories are children's literature that is easily found and contains conflicts that can be used as a medium for teaching conflict resolution. In this study, the author tries to present how the child fable and legend are used for teaching. Through reading activities, watching, understanding, demonstrating stories, and giving emancipatory questions to students to explore and foster conflict resolution abilities based on children's literature presented in learning. The elementary school students’ characteristics who are curious, preferring to learn by doing activities such as role-playing, watching movie stories and fables or legend that are interesting and close to their lives make them enjoyed their learning while they were taught conflict resolution skills.
    [Show full text]