EFEKTIFITAS ANTIOKSIDAN RIMBANG (Solanum torvum Swartz) DALAM MAKANAN TRADISIONAL KHAS TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT

SKRIPSI

OLEH :

ANDREW SUTANDI LUMBANGAOL 130305057 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

Universitas Sumatera Utara EFEKTIFITAS ANTIOKSIDAN RIMBANG (Solanum torvum Swartz) DALAM MAKANAN TRADISIONAL KHAS BATAK DALI NI HORBO TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT

SKRIPSI

OLEH :

ANDREW SUTANDI LUMBANGAOL 130305057 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANDREW SUTANDI LUMBANGAOL: Efektifitas Antioksidan Rimbang (Solanum torvum Swartz) dalam Makanan Tradisional Khas Batak Dali Ni Horbo terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah Mencit dibimbing oleh ELISA JULIANTI dan RONA J. NAINGGOLAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan sari buah rimbang dalam makanan tradisional khas batak dali ni horbo terhadap mutu dan penerimaan konsumen yang terbaik serta mengetahui pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol darah mencit hiperkolesterolemia. Penelitian ini terdiri dari enam tahap yaitu pengujian fitokimia dan karakteristik kimia buah rimbang, pembuatan sari buah rimbang dan sari daun alo- alo, pembuatan dali ni horbo, penentuan dosis uji serta persiapan sediaan uji, persiapan hewan percobaan, dan pengujian in vivo pada mencit percobaan. Kelompok mencit diberikan 5 perlakuan yaitu pemberian akuades, pemberian dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 200, 400, 800 mg, dan pemberian sediaan pembanding gemfibrozil dosis 3,12 mg/20 g bb mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sari buah rimbang dalam makanan tradisional khas batak dali ni horbo memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas antioksidan, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar serat kasar, kadar karbohidrat kasar, kadar vitamin C, total mikroba, nilai hedonik warna, indeks warna, penurunan berat badan mencit dan penurunan kadar kolesterol darah mencit. Namun memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH, nilai hedonik aroma, nilai hedonik rasa, dan nilai hedonik tekstur. Formulasi penambahan sari buah rimbang dalam makanan tradisional khas batak dali ni horbo dengan mutu dan penerimaan konsumen yang terbaik adalah penambahan sari buah rimbang sebesar 15% dari volume susu kerbau yang digunakan.

Kata kunci : Antioksidan, Flavonoid, Rimbang, Dali Ni Horbo, dan Hiperkolesterolemia.

i

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

ANDREW SUTANDI LUMBANGAOL: Effectiveness of Rimbang (Solanum torvum Swartz) Antioxidants in Traditional Food of Batak Dali Ni Horbo in Reducing Mice Blood Cholesterol Levels, supervised by ELISA JULIANTI and RONA J. NAINGGOLAN This research was conducted to determine the effect of the addition of rimbang juice in batak traditional food of dali ni horbo on the quality and consumer acceptance and also to know its effect to the decrease of blood cholesterol level of hypercholesterolemia mice. This research was consisted of six steps i.e: phytochemical and chemical test of characteristics of rimbang, rote fruit extract and alo-alo leaf extract, dali ni horbo making, dosage of test determination and preparation of test, experimental mice preparation, and in vivo test of mice. The group of mice were given 5 treatments, namely: distilled water, dali ni horbo with addition of rimbang juice of 200, 400, 800 mg, and control of gemfibrozil dose of 3.12 mg/20 g bw mice. The results showed that the addition of rimbang juice in traditional food of batak dali ni horbo had highly significant effect (P <0.01) on antioxidant activity, water content, ash content, fat content, protein content, crude fiber content, coarse carbohydrate, vitamin C levels, total microbes, hedonic color values, color index, and decreasing levels of mice blood cholesterol. However, the effect was not significant (P> 0.05) on pH, hedonic value of aroma, hedonic value of taste, and hedonic value of texture. Formulation of addition of rimbang juice in traditional food of batak dali ni horbo with best quality and consumer acceptance was the addition of rimbang juice of 15% from buffalo volume used.

Keywords: Antioxidant, Flavonoid, Rimbang, Dali Ni Horbo, and Hypercholesterolemia.

ii

Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP

ANDREW SUTANDI LUMBANGAOL dilahirkan di

Medan pada tanggal 9 September 1996, dari Bapak Marlen

Lumbangaol dan Ibu Tetti Naibaho. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan

di SD Swasta Santo Mikhael Pangururan, SMP Negeri 1

Pangururan, SMA Negeri 1 Pangururan. Penulis lulus dari SMA pada tahun 2013 dan pada tahun yang bersamaan berhasil masuk ke Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui Jalur

SBMPTN. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten

Laboratorium Mikrobiologi pada tahun 2014-2017. Penulis juga merupakan keluarga penerima Beasiswa Bidikmisi selama periode 2013-2017. Penulis juga telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) Pulu Raja, Kabupaten Asahan dari tanggal 13 Juli sampai dengan 13

Agustus 2016. Penulis menyelesaikan tugas akhirnya sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan dengan melakukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Antioksidan Rimbang

(Solanum torvum Swartz) Dalam Makanan Tradisional Khas Batak Dali Ni Horbo

Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah Mencit”. Penelitian ini dibiayai oleh

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk melalui Indofood Riset Nugraha tahun 2016.

iii

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya yang berjudul “Efektifitas Antioksidan Rimbang (Solanum torvum Swartz) Dalam Makanan Tradisional Khas Batak Dali Ni Horbo

Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah Mencit”.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Terima kasih atas dana penelitian yang

diberikan.

2. Prof. Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing Skripsi.

Terima kasih atas bimbingan, motivasi, saran dan dukungannya selama ini.

3. Ir. Rona J. Nainggolan, SU selaku Anggota Komisi Pembimbing Skripsi.

Terima kasih atas saran dan dukungannya dalam membimbing penyelesaian

skripsi.

4. Prof. Ir. Zulkifli Lubis, M. App. Sc, Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP, Ir. Sentosa

Ginting, MP, Linda Masniary Lubis, STP., M.Si, dan Ridwansyah, STP.,

M.Si. Terima kasih atas kritik dan saran dalam membantu penulis

menyempurnakan skripsi

5. Prof. Dr. F. G. Winarno, dr. Widjaya Lukito, SpGK, PhD, dan Dr. Ir. Winarti

TK selaku Dewan Pakar dari PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Terima

iv

Universitas Sumatera Utara kasih atas saran serta motivasi dalam memberi masukan kepada penulis untuk

menyempurnakan skripsi.

6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan pegawai di

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.

7. Keluarga tercinta : Bapak, Mamak, Opung, Tante, Tulang dan Adik-adik.

Terima kasih atas cinta, kasih sayang, semangat, motivasi, dan kekuatan doa

yang sudah diberikan.

8. Asisten Laboratorium Mikrobiologi, Teknologi Pangan, dan Analisa Kimia

Bahan Pangan. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

9. Teman-teman seperjuangan ITP 2013, adik 2014, 2015, dan 2016. Terima

kasih atas kebersamaan kita selama studi di Universitas Sumatera Utara.

10. Desni, Petricia, Indri dan Kevin terima kasih atas bantuannya dalam

menyusun proposal Indofood Riset Nugraha dan untuk Eskana terima kasih

telah mewarnai hari-hari selama di perkuliahan serta semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2017

Penulis

v

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ...... i

ABSTRACT ...... ii

RIWAYAT HIDUP ...... iii

KATA PENGANTAR ...... iv

DAFTAR ISI ...... vi

DAFTAR TABEL ...... ix

DAFTAR GAMBAR ...... x

DAFTAR LAMPIRAN ...... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ...... 1 Tujuan Penelitian ...... 3 Kegunaan Penelitian ...... 4 Hipotesa Penelitian ...... 4

TINJAUAN PUSTAKA Antioksidan ...... 5 Rimbang ...... 6 Ekstraksi ...... 10 Flavonoid ...... 10 Susu Kerbau ...... 12 Daun Alo-alo (Agave sisalana) ...... 14 Dali Ni Horbo ...... 16 Kolesterol ...... 17 Mencit (Mus musculus L.) ...... 20

BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ...... 21 Bahan dan Penelitian ...... 21 Reagensia ...... 21 Alat Penelitian ...... 21 Metode Penelitian ...... 22 Model Rancangan ...... 23 Pelaksanaan Penelitian...... 24 Pengujian fitokimia dan karakteristik kimia buah rimbang...... 24 Pembuatan sari buah rimbang dan sari daun alo-alo ...... 24 Pembuatan dali ni horbo ...... 24

vi

Universitas Sumatera Utara Penentuan dosis uji serta persiapan sediaan uji ...... 25 Persiapan hewan percobaan ...... 26 Pengujian in vivo pada mencit percobaan...... 27 Parameter Penelitian ...... 28 Pengujian kualitatif flavonoid, steroid, terpenoid, dan saponin ...... 28 Pengujian aktivitas antioksidan (Metode DPPH, Frindryani, 2016) .... 29 Kadar air (Metode Oven, AOAC, 1995) ...... 31 Kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1984)...... 31 Kadar protein (Metode Kjeldahl, AOAC, 1995) ...... 31 Kadar lemak (Metode Soxhlet, AOAC, 1995) ...... 32 Kadar serat kasar (Apriyantono, dkk., 1989) ...... 33 Kadar karbohidrat kasar (Winarno, 1997) ...... 33 Kadar vitamin C dali ni horbo (Metode Titrasi Iod, Sudarmadji, dkk., 1984) ...... 33 Kadar vitamin C buah rimbang (Metode Kolorimetri, Apriyantono, dkk., 1989) ...... 34 Indeks warna (Metode Hunter) ...... 35 Uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur (Soekarto, 1985) ...... 36 Pengujian total mikroba (Fardiaz, 1993) ...... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 41 Pengujian Fitokimia dan Karakteristik Kimia Buah Rimbang ...... 41 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Rimbang dan Ekstrak Daun Alo-alo ...... 42 Karakteristik Kimia Buah Rimbang ...... 43 Pengaruh Penambahan Sari Buah Rimbang terhadap Mutu Dali Ni Horbo ...... 44 Aktivitas antioksidan ...... 45 Kadar air ...... 46 Kadar abu ...... 47 Kadar lemak ...... 47 Kadar protein ...... 48 Kadar serat kasar ...... 49 Kadar karbohidrat kasar...... 50 Kadar vitamin C ...... 51 Derajat keasaman (pH) ...... 52 Total mikroba ...... 53 Nilai hedonik warna...... 54 Nilai hedonik aroma ...... 55 Nilai hedonik rasa ...... 55 Nilai hedonik tekstur ...... 55 Indeks warna ...... 55 Pemilihan Produk Terbaik untuk Mencit ...... 56 Pengujian in vivo pada Mencit Percobaan ...... 57 Berat badan mencit ...... 57 Kolesterol pada mencit ...... 60

vii

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN ...... 64 Kesimpulan ...... 64 Saran ...... 64

DAFTAR PUSTAKA ...... 65

LAMPIRAN ...... 72

viii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Komposisi kimia buah rimbang dalam tiap 100 g ...... 9

2. Populasi kerbau (ribu ekor) pada tahun 2005-2011 ...... 13

3. Komposisi kimiawi susu dari beberapa spesies ternak dan ASI...... 14

4. Komposisi kimiawi daun alo-alo ...... 15

5. Skala uji hedonik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur ...... 37

6. Hasil pengujian kualitatif terhadap senyawa flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin buah rimbang ...... 42

7. Aktivitas antioksidan ekstrak buah rimbang dan ekstrak daun alo-alo ...... 42

8. Karakteristik kimia buah rimbang ...... 43

9. Pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap mutu dali ni horbo ...... 44

10. Karakteristik kimia, sensori, dan warna dari dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 15% ...... 57

11. Berat badan mencit setelah diinduksi MDLT selama 7 hari ...... 58

12. Berat badan mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari ...... 59

13. Kadar kolesterol darah mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari ...... 60

ix

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Buah rimbang...... 7

2. Struktur flavonoid ...... 12

3. Daun alo-alo (sisal) ...... 14

4. Dali ni horbo ...... 16

5. Mencit (Mus musculus L.) ...... 20

6. Skema pembuatan sari buah rimbang ...... 38

7. Skema pembuatan sari daun alo-alo ...... 38

8. Skema pembuatan dali ni horbo ...... 39

9. Skema pengujian secara in vivo pada mencit percobaan ...... 40

10. Hasil pengujian kualitatif fitokimia buah rimbang ...... 41

11. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap aktivitas antioksidan (IC50) dali ni horbo ...... 45

12. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar air dali ni horbo ...... 46

13. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar abu dali ni horbo ...... 47

14. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar lemak dali ni horbo ...... 48

15. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar protein dali ni horbo ...... 49

16. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar serat kasar dali ni horbo...... 50

17. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar karbohidrat kasar dali ni horbo ...... 51

18. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar vitamin C dali ni horbo ...... 52

x

Universitas Sumatera Utara 19. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap total mikroba dali ni horbo ...... 53

20. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap nilai hedonik warna dali ni horbo ...... 54

21. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap indeks warna dali ni horbo ...... 56

22. Hubungan pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan berat badan mencit ...... 59

23. Hubungan pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan kadar kolesterol darah mencit...... 61

xi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Perhitungan dosis dali ni horbo yang diberikan terhadap mencit ...... 72

2. Kurva penentuan nilai IC50 ekstrak buah rimbang ...... 76

3. Kurva penentuan nilai IC50 ekstrak daun alo-alo ...... 77

4. Kurva penentuan nilai IC50 kombinasi ekstrak buah rimbang dengan ekstrak daun alo-alo ...... 78

5. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T1 ...... 79

6. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T2 ...... 80

7. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T3 ...... 81

8. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T4 ...... 82

9. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T5 ...... 83

10. Kurva absorbansi vs konsentrasi asam askorbat ...... 84

11. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam aktivitas antioksidan (IC50)...... 85

12. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar air (%) ...... 86

13. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar abu (%)...... 87

14. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar lemak (%)...... 88

15. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar protein (%) ...... 89

16. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar serat kasar (%) ...... 90

17. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar karbohidrat kasar (%) ...... 91

18. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ...... 92

19. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam total mikroba (CFU/g) ...... 93

20. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik warna ...... 94

xii

Universitas Sumatera Utara 21. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik aroma ...... 95

22. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik rasa...... 96

23. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik tekstur ...... 97

24. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam indeks warna (˚HUE) ...... 98

25. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam berat badan mencit (g) ..... 99

26. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar kolesterol darah mencit (mg/dl) ...... 100

27. Foto-foto penelitian ...... 101

28. Surat izin etik penelitian kesehatan ...... 104

xiii

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol (waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, di mana 80% diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol baik dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan kolesterol jahat, selain itu ada juga trigliserida (TG). Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 98-122 mg/dl. Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana kadar kolesterol darah melebihi 250 mg/dl (Mahan dan Escott-Stump, 2008).

Tingginya kadar kolesterol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit. Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kardiovaskular. Faktor-faktor penyebab meningkatnya kadar kolesterol dalam darah, diantaranya adalah faktor genetik dan makanan. Namun ada sebagian orang meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak.

Berat badan seseorang juga berpengaruh terhadap peningkatan kolesterol di dalam darah. Orang yang obesitas memiliki kandungan trigliserida yang tinggi

(berperan menyimpan lemak, membentuk LDL serta penggumpalan darah) dan

HDL yang cenderung rendah. Kurangnya olahraga dapat menjadi penyebab kolesterol tinggi akibat terhambatnya aliran darah. Selain itu karena bertambahnya

1

Universitas Sumatera Utara 2

usia, kadar kolesterol pun semakin tinggi akibat menurunnya daya kerja organ tubuh. Jenis kelamin juga merupakan faktor penyebab kolesterol tinggi. Sebelum menopause, wanita cenderung memiliki kolesterol rendah dibanding laki-laki.

Tetapi setelah menopause, produksi kolesterol LDL pada wanita cenderung meningkat.

Makanan juga mempengaruhi kadar kolesterol darah. Lemak merupakan bahan makanan yang sangat penting, bila tidak makan lemak yang cukup maka tenaga akan berkurang, tetapi bila makan lemak berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Lemak terdiri dari asam lemak yang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : asam lemak jenuh, yang banyak terdapat pada daging dan minyak kelapa, serta asam lemak tak jenuh seperti asam lemak oleat, asam lemak linoleat dan asam lemak linolenat. Asupan asam lemak jenuh dalam jumlah banyak akan meningkatkan kolesterol LDL yang berarti juga meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Asam lemak jenuh yang meningkatkan kolesterol darah adalah asam laurat, miristat, dan asam palmitat.

Selain faktor-faktor di atas, penyebab tinggi kadar kolesterol berasal dari stres. Stres memicu seseorang untuk mengkonsumsi makanan tanpa kontrol dan juga mengubah gaya hidup sehat yang sudah dilakukannya. Tingginya kadar kolesterol di dalam darah dapat diatasi dengan pemberian obat anti hiperlipidemik seperti simvastatin dan gemfibrozil, tetapi dengan perubahan pola hidup masyarakat yang ingin kembali ke bahan-bahan alami, maka obat-obatan sintetis ini dapat digantikan dengan cara diet makanan rendah lemak serta mengkonsumsi makanan yang memiliki aktivitas hipokolesterolemia.

Universitas Sumatera Utara 3

Salah satu bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan penurun kadar kolesterol di dalam darah adalah rimbang (Solanum torvum Swartz). Nama rimbang merupakan nama yang umum digunakan di Sumatera Utara untuk takokak. Bagian yang umumnya dimakan dari tanaman rimbang adalah buahnya.

Secara tradisional rimbang dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Beberapa hasil penelitian telah mendukung hal ini. Buah rimbang diketahui mengandung glukoalkaloid, solasonine, sterolin, protein, lemak, dan mineral

(Yuanyuan, dkk., 2009).

Dali ni horbo merupakan produk olahan susu tradisional berbentuk gumpalan protein dengan tekstur lunak menyerupai tahu dibuat dari bahan baku susu kerbau. Penambahan sari buah rimbang pada produk dali ni horbo selain memberikan variasi baru pada produk pangan tradisional, juga diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan dan untuk mengawetkan produk dali ni horbo, serta sebagai sumber bahan pangan yang memiliki aktivitas hipokolesterolemia. Berdasarkan hal tersebut penulis akan melakukan penelitian tentang “Efektifitas Antioksidan Rimbang (Solanum torvum Swartz) Dalam

Makanan Tradisional Khas Batak Dali Ni Horbo Terhadap Penurunan

Kadar Kolesterol Darah Mencit”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk pangan fungsional berbasis pangan tradisional yang dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah dan mengetahui formulasi penambahan sari buah rimbang dalam makanan tradisional khas batak dali ni horbo dengan mutu dan penerimaan konsumen yang terbaik.

Universitas Sumatera Utara 4

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknologi pangan di

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui formulasi penambahan sari buah rimbang dalam makanan tradisional khas batak dali ni horbo dengan mutu dan penerimaan konsumen yang terbaik serta meningkatkan nilai tambah dari produk lokal berupa buah rimbang dan susu kerbau juga memberikan variasi makanan bagi penderita hiperkolesterolemik.

Hipotesa Penelitian

Penambahan sari buah rimbang dalam makanan khas tradisional batak dali ni horbo berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah mencit.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Antioksidan

Radikal bebas sebagai molekul yang relatif tidak stabil, memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbital luarnya. Molekul tersebut bersifat reaktif dalam munculnya berbagai penyakit seperti inflamasi, aterosclerosis, kanker dan penuaan dini. Aktivitas radikal bebas tersebut dapat dihambat oleh kerja antioksidan (Mun’im, dkk., 2008).

Tubuh manusia memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini. Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian antioksidan tersebut proses tua dihambat atau paling tidak diperlambat serta dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit degeneratif (Kosasih, dkk., 2006).

Antioksidan adalah senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi bahan pangan melalui perlambatan kerusakan, ketengikan atau perubahan warna yang disebabkan oleh proses oksidasi. Antioksidan mampu bertindak sebagai penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat digunakan untuk menunda tahap inisiasi pembentukan radikal bebas (Windono, dkk., 2001).

Berdasarkan sumbernya antioksidan dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan sintetik dan alami. Antioksidan sintetik mempunyai efektifitas tinggi, namun belum tentu aman bagi kesehatan. Antioksidan alami aman karena tidak terkontaminasi zat kimia dan mudah diperoleh (Pokorny dan Korczak, 2001).

5

Universitas Sumatera Utara 6

Antioksidan sintetis yang diproduksi secara reaksi kimia dianggap kurang aman dan dapat meningkatkan terjadinya karsinogenesis, sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan dan dipandang lebih aman digunakan karena diperoleh dari ekstrak bahan alami (Rohman dan Riyanto, 2005).

Adanya antioksidan alami (seperti senyawa fenolik) maupun sintetis dapat menghambat proses oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan komponen organik dalam bahan makanan sehingga dapat memperpanjang umur simpan

(Rohdiana, 2001).

Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, misalnya rempah-rempah, teh, cokelat, dedaunan, biji-biji serelia, sayur-sayuran, enzim dan protein. Kebanyakan sumber antioksidan alami diperoleh dari tumbuhan dan umumnya merupakan senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan baik di kayu, biji, daun, buah, akar, bunga maupun serbuk sari

(Sarastani, dkk., 2002).

Rimbang

Rimbang atau dikenal juga dengan sebutan takokak merupakan sayuran indigenous yang banyak terdapat di Indonesia. Rimbang merupakan tumbuhan semak kecil, yang tingginya dapat mencapai 5 m namun biasanya, kurang dari 2 m. Berdasarkan Ong (2008) rimbang memiliki nama latin Solanum torvum Sw ini memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Sub divisi : Embryophyta

Kelas : Magnoliopsida

Universitas Sumatera Utara 7

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum torvum

Ciri-ciri bunga rimbang antara lain, majemuk, bentuk bintang, kelopak berbulu, bertajuk lima, runcing, panjang kira-kira 5 mm, benang sari lima, tangkai panjang kira-kira 1 mm dan kepala sari panjangnya kira-kira 6 mm berbentuk jarum, berwarna kuning, tangkai putik kira-kira 1 cm yang berwarna putih, dan kepala putik kehijauan (Sirait, 2009).

Hampir semua bagian tumbuhan ini berduri, kecuali hanya buah yang ditutupi rambut. Daunnya bulat telur dengan pangkal seperti jantung atau membulat, dengan ujung yang tumpul. Pohon rimbang ini dikenal tahan penyakit yang menyerang batang dan biasa dijadikan batang bawah untuk terung. Buahnya ini dapat dikonsumsi bagi kaum muda maupun orang tua, biasanya rimbang ini sering ditambahkan sebagai campuran sayur yang merupakan makanan khas di Sumatera Utara khususnya suku batak. Bentuk buah rimbang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Buah rimbang

Universitas Sumatera Utara 8

Bagian yang umumnya dimakan dari tanaman rimbang adalah buahnya.

Buah rimbang telah diketahui mengandung glukoalkaloid, solasonine, sterolin, protein, lemak, dan mineral (Yuanyuan, dkk., 2009). Buah rimbang juga mengandung asam fenolat (asam klorogenat, asam kafeat, dan asam ferulat) yang merupakan senyawa fenolik. Buah rimbang memiliki kandungan total asam fenolat tertinggi setelah kedondong cina, yaitu sebesar 179.11 mg/100 g basis kering (Apriady, 2010).

Buah rimbang memiliki total antosianin sebesar 22.09 mg/100 g basis kering. Buah rimbang memiliki konsentrasi antosianin tertinggi kedua setelah bunga kecombrang. Senyawa antioksidan buah rimbang juga mengandung senyawa non fenolik berupa karotenoid dan asam askorbat. Buah rimbang mengandung karotenoid sebesar 4.10 mg/100 g basis kering, ß-karoten sebesar

0.66 mg/100 g basis kering, dan total asam askorbat sebesar 639.98 mg/100 g basis kering (Kurniasih, 2010).

Buah rimbang mengandung alkaloid steroid jenis solasodine 0.84%, sedangkan kandungan buah kuning mengandung solasonine 0.1%. Buah mentahnya mengandung chlorogenin, sisologenenone, torvogenin, vitamin A, neo-chlorogenine, dan panicolugenine, serta akarnya mengandung jurubine

(Sirait, 2009).

Buah rimbang mengandung berbagai jenis vitamin seperti vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C (Tabel 1). Adanya kandungan komponen-komponen bioaktif menyebabkan buah rimbang dapat berfungsi sebagai antioksidan, anti kardiovaskuler, aktivitas agregasi anti-platelet, aktivitas antimikroba manusia dan isolat klinik dan sedatif, digestif, hemostatik, serta aktivitas diuretik (Agrawal,

Universitas Sumatera Utara 9

dkk., 2010). Komposisi kimia buah rimbang dalam tiap 100 g disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia buah rimbang dalam tiap 100 g Komposisi Satuan Jumlah Air g 89 Protein g 2 Lemak g 0.1 Karbohidrat g 8 Serat g 10 Kalsium mg 50 Fosfor mg 30 Ferum mg 2 Vitamin A I.U. 750 Vitamin B1 mg 0.08 Vitamin C mg 80 Sumber: Sirait (2009).

Komponen bioaktif yang berperan sebagai antioksidan dapat berasal dari senyawa fenolik dan non fenolik. Buah rimbang mengandung senyawa fenolik berupa flavonoid, yaitu flavonol (quercetin, myricetin, dan kaempferol) dan flavon

(luteolin dan apigenin) (Rahmat, 2009). Flavonoid terdapat dalam presentase yang cukup besar dalam ekstrak buah rimbang. Identifikasi senyawa flavonoid dari ekstrak buah rimbang menunjukkan adanya senyawa quercetin dan myricetin.

Kedua senyawa ini masuk dalam golongan flavonol yang merupakan subkelas dari senyawa flavonoid.

Ekstrak metanol buah rimbang mengandung senyawa fenolik yang memiliki potensi tinggi sebagai sumber alami antioksidan dan obat antidiabetes dan telah diujikan kepada tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin.

Pada buah rimbang mengandung suatu senyawa fenolik yang dapat meregenerasi sel ß-pankreas, memperbaiki perpindahan glukosa pada GLUT4 dan inhibitor α- glukosidase (Ghandi, dkk., 2011).

Universitas Sumatera Utara 10

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstrak yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micella”. Micella ini dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair atau sebagai produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering (DepkesRI, 1995).

Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan melunakkan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1994).

Flavonoid

Flavonoid ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi, dimana senyawa ini yang menyebabkan tumbuhan berwarna merah, ungu, biru, dan kuning. Golongan flavonoid yang telah diketahui ada 10 jenis yaitu antosianin, leukoantosianidin,

Universitas Sumatera Utara 11

flavonol, flavan, glikoflavon, biflavonil, kalkon, auron, flavon dan isoflavon

(Suradikusumah, 1989).

Komponen senyawa fenol biasanya bersifat polar dan memiliki fungsi sebagai penangkap radikal bebas dan peredam terbentuknya oksigen singlet.

Senyawa fenol jika berdiri sendiri bersifat tidak aktif sebagai antioksidan.

Aktivitas antioksidan senyawa fenol dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain agen pengkelat, pH lingkungan sekitar, kelarutan, ketersediaan senyawa fenol dalam suatu bahan, dan stabilitas senyawa fenol itu sendiri (Tang, 1991).

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan dalam jaringan tanaman. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya

(Cook dan Samman, 1996).

Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett, dkk., 1954).

Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Senyawa ini dapat digunakan sebagai anti mikroba, obat infeksi pada luka, anti jamur, anti virus, anti kanker, dan anti tumor. Selain itu flavonoid juga

Universitas Sumatera Utara 12

dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti alergi, sitotoksik, dan anti hipertensi

(Sriningsih, 2008). Struktur flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur flavonoid (Redha, 2010).

Susu Kerbau

Susu adalah bahan pangan yang mengandung unsur gizi yang lengkap dan seimbang serta mudah dicerna. Oleh sebab itu susu mendapatkan tempat sebagai bahan makanan istimewa yang dikonsumsi oleh manusia untuk mendapatkan asam amino, energi, vitamin dan mineral untuk menjaga kondisi tubuh tetap normal. Susu kerbau dihasilkan oleh hewan kerbau yang banyak terdapat di

Sumatera Utara, meskipun populasinya mulai menurun dari tahun ke tahun (Tabel

2). Susu kerbau seperti halnya ternak ruminansia lainnya (sapi, kambing, dan domba) berbeda dengan susu dari ternak non ruminansia (kuda, unta, keledai) maupun ASI (air susu ibu). Hal ini disebabkan karena perbedaan sistem pencernaannya. Beberapa komponen susu disintesis dari prekursor yang ada di dalam darah dan sebagian ditransfer langsung dari darah ke dalam susu di dalam alveoli (Buckle, dkk., 1987).

Susu kerbau memiliki protein yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi.

Protein merupakan faktor penting dalam suatu bahan pangan, selain untuk konsumsi langsung, kadar protein sangat penting untuk meningkatkan kualitas

Universitas Sumatera Utara 13

produk Faktor-faktor yang mempengaruhi protein di dalam susu adalah bangsa ternak, pakan, umur, periode laktasi, iklim, musim dan penyakit (Ikawati, 2011).

Susu kerbau memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Faktor yang mempengaruhi lemak di dalam susu adalah ternak yang diberi pakan tambahan konsentrat akan menurunkan kadar lemak susu dan pakan yang hanya terdiri dari hijauan memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibanding pakan yang ditambah dengan konsentrat (Sukarini, 2006).

Penambahan rumput hijau terutama rumput hijau segar dalam pakan menyebabkan penambahan proporsi dari asam lemak tak jenuh pada lemak susu dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada susu (Dewhurst, dkk., 2006;

Elgersma, dkk., 2006). Populasi kerbau Indonesia pada tahun 2005-2011 dan komposisi kimiawi susu dari beberapa spesies ternak dan ASI disajikan pada

Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Populasi kerbau Indonesia (ribu ekor) pada tahun 2005-2011. Provinsi Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Aceh 280,662 290,772 306,212 303,156 Sumatera 259,672 261,794 189,167 155,341 158,235 161,046 128,54 Utara * Sumatera 190,015 196,854 202,997 207,648 105,954 Barat Jawa 142,502 139,73 130,157 Barat Banten 153,004 151,976 153,204 123,143 NTT 150,405 150,357 150,038 NTB 141,511 Sumber: www.deptan.go.id (2011). * = BPS Sumatera Utara (2013).

Universitas Sumatera Utara 14

Tabel 3. Komposisi kimiawi susu dari beberapa spesies ternak dan ASI Spesies/Jenis susu Air Lemak Protein Laktosa Abu g/100 g atau % ASI (Air Susu Ibu) 87,7 3,6 1,8 6,8 0,1 Sapi 87,5 3,8 3,3 4,7 0,7 Kerbau 82,8 7,4 3,8 4,8 0,8 Kambing 86,5 4,5 3,5 4,7 0,8 Domba 79,4 8,6 6,7 4,3 1,0 Keledai 90,0 1,3 1,7 6,5 0,5 Unta 86,5 3,1 4,0 5,6 0,6 Kuda 89,1 1,6 2,7 6,1 0,5 Sumber: Walstra (2006).

Daun Alo-alo (Agave sisalana)

Daun alo-alo (sisal) merupakan tanaman monokotil yang berasal dari

Meksiko. Nama sisal berasal dari sebuah pelabuhan kecil di semenanjung

Yucatan, Meksiko yang merupakan tempat pertama kali adanya penyaluran serat

Agave untuk diekspor, sehingga dikenal sebagai sisal atau rami sisal. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kegunaan utama Agave di semenanjung Yucatan adalah sebagai sumber serat (Sharma dan Vharsney, 2012).

Alo-alo dibawa ke Indonesia pada tahun 1913. Ciri-ciri daun alo-alo yakni berwarna hijau, tepi daun berduri, berjarak agak renggang dan tahan kering serta produksi serat tinggi. Daun alo-alo disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Daun alo-alo

Universitas Sumatera Utara 15

Daun alo-alo lazim dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan yang ditambahkan pada pembuatan dadih, dalam hal ini manfaatnya adalah untuk menghasilkan dadih yang kompak. Daun alo-alo digunakan karena dalam tanaman ini terkandung enzim yang menyerupai enzim papain sehingga dapat digunakan sebagai koagulan atau penggumpal susu dalam pembuatan dadih

(Ginting, 2015). Berdasarkan penelitian sebelumnya Jajere, dkk., (2016) bahwa ekstrak daun alo-alo positif mengandung senyawa flavonoid. Komposisi kimia daun alo-alo disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimiawi daun alo-alo Parameter Jumlah Kadar air (%) 93,73 Kadar abu (%) 1,48 Nilai pH pada suhu 28,9˚C 5,42 Kadar protein kasar (%) 11,56 Kadar inulin (mg/g) 20,87 Total gula terlarut (%) 1,12 Kadar vitamin C (mg/100 g) 5,29 Sumber: Sharma dan Vharsney (2012), Muthangya, dkk., (2014).

Berdasarkan Sharma dan Vharsney (2012) daun alo-alo memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub kelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Genus : Agave

Spesies : Agave sisalana

Universitas Sumatera Utara 16

Dali Ni Horbo

Dali merupakan produk olahan susu tradisional berbentuk gumpalan protein dengan tekstur lemak menyerupai tahu dibuat dari bahan baku susu kerbau dengan penambahan sari daun alo-alo. Pengolahan susu kerbau secara tradisional sudah lama dikenal di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Sumatera Utara

(disebut dali), di Nusa Tenggara Barat (disebut cologanti), Sulawesi Selatan

() dan di Sumatera Barat (disebut dadih) (Zulbardi, 2002). Produk dali ni horbo disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Dali ni horbo

Dali adalah produk susu semacam keju tanpa pemeraman, dan tidak digumpalkan dengan renin melainkan dengan papain (getah perasan daun dan tangkai daun pepaya) atau dengan air nenas muda. Penambahan papain saat susu mendidih menghasilkan rendemen dangke lebih besar dibandingkan penambahan sebelum susu dipanaskan (Ridwan, 2006).

Proses pembuatan dadih pada prinsipnya merupakan proses penggumpalan susu akibat terbentuknya asam laktat yang dihasilkan dari perombakan laktosa susu oleh bakteri asam laktat (Streptococcus, Lactobacillus, dan Leuconostoc).

Fermentasi susu dengan bakteri asam laktat menghasilkan metabolit-metabolit yang menimbulkan perubahan fisik-kimia dan menghambat pertumbuhan bakteri

Universitas Sumatera Utara 17

perusak atau patogen, misalnya: asam organik, diasetil, hidrogen peroksida dan bakteriosin (Afriani, 2008).

Dangke adalah produk olahan susu khas Indonesia yang dibuat secara tradisional oleh masyarakat di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Produk ini dihasilkan melalui pemanasan susu segar yang ditambahkan larutan getah pepaya sehingga susu membentuk gumpalan (curd) dan cairan (whey). Curd dan whey kemudian dipisahkan dengan tempurung kelapa sebagai alat penyaring sekaligus pencetak dangke, setelah memadat dangke lalu dibungkus dengan daun pisang dan siap dikonsumsi. Umumnya dangke dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi sehari-hari dan juga sebagai pangan selingan (Hatta, dkk., 2013).

Kolesterol

Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan berdampak pada penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Kolesterol tubuh berasal dari dua sumber yaitu dari makanan yang disebut kolesterol eksogen dan yang diproduksi sendiri oleh tubuh disebut kolesterol endogen. Keduanya di dalam tubuh tidak dapat dibedakan (Muchtadi, dkk., 1993). Jika jumlah kolesterol di dalam makanan sedikit, untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus akan meningkat. Demikian juga sebaliknya, jika jumlah kolesterol dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus akan menurun (Ravnskov, 2003; Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

Pada produk hewani, kolesterol banyak terdapat pada daging, hati, otak, dan kuning telur. Kolesterol sebagai prekursor hormon steroid, hormon steroid

Universitas Sumatera Utara 18

tersebut adalah esterogen yang terdiri atas estradiol, estriol dan estron. Estradiol merupakan esterogen yang paling banyak dan mempunyai potensi estrogenik yang paling kuat (Suherman, 2001).

Asupan kolesterol berpengaruh terhadap kolesterol darah dalam batasan tertentu yaitu 0-300 mg atau 500 mg. Respon kadar kolesterol darah terhadap asupan kolesterol dari makanan juga menunjukkan variasi di tingkat individu.

Beberapa orang tergolong hyporesponden (kadar kolesterol darah tidak meningkat setelah diberikan asupan kolesterol), dan ada pula yang tergolong hyperresponden

(kadar kolesterol darah meningkat setelah diberikan asupan kolesterol). Hal ini diduga karena rendahnya tingkat konversi kolesterol dari pangan menjadi asam empedu pada hyporesponden dan sebaliknya (Mahan dan Escott-Stump, 2008).

Aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Aktivitas fisik yang rendah akan mendorong keseimbangan energi ke arah positif sehingga mengarah pada penyimpanan energi dan penambahan berat badan, akibatnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar kolesterol darah dan begitu juga sebaliknya (Sihadi, 2006).

Sekresi empedu sangat erat kaitannya dengan kandungan kolesterol total.

Jalur utama pembuangan kolesterol tubuh terjadi di hati melalui konversinya menjadi asam empedu, yaitu asam kholat dan chenodeoxy cholic yang berkaitan dengan glisin atau taurin membentuk garam empedu, kemudian disekresikan melalui empedu ke dalam duodenum. Sebagian asam empedu akan direabrsorpsi oleh hati melalui sirkulasi dan selanjutnya disekresikan kembali ke dalam empedu

(Muslim, 1989).

Universitas Sumatera Utara 19

Kolesterol merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner.

Penyakit jantung saat ini merupakan penyebab paling utama keadaan sakit dan kematian bangsa-bangsa industri maju. Di Amerika Serikat, penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian, yaitu kira-kira 37% sebab kematian.

Sekitar 88% dari angka tersebut, disebabkan karena penyakit jantung koroner

(Ariantari, dkk., 2010).

Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan terjadi peningkatan kadar kolesterol di dalam darah. Hiperkolesterolemia menyebabkan aterosklerosis

(penyumbatan) arteri serebral yang akan menyebabkan terganggunya sirkulasi darah ke otak sehingga asupan oksigen dan gizi di dalam otak berkurang.

Selanjutnya akan mengalami iskemi sampai dengan terjadinya infark yang akan lama-kelamaan menyebabkan kerusakan seperti neuron, struktur dan fungsi otak, dan salah satunya dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi eksekutif otak

(Banurea, dkk., 2012).

Hipertensi adalah salah satu penyakit umum yang melanda di dunia dan merupakan faktor resiko penting untuk penyakit jantung serta kontributor utama mortalitas dan morbiditas baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Menurut laporan kesehatan dunia pada tahun 2002, sekitar 600 juta orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,1 juta kematian jiwa setiap tahunnya, angka tersebut mewakili sekitar 13% dari total kematian (Margarita, dkk., 2013).

Pada penderita diabetes melitus juga mengalami abnormalitas metabolisme lemak. Aktivitas lipolisis (pemecahan lemak) tidak terkendali, menyebabkan tingginya kadar asam lemak bebas, trigliserida (hipertrigliseridemia) dan

Universitas Sumatera Utara 20

kolesterol yang memicu resiko komplikasi kardiovaskuler seperti, arteriosklerosis, hipertensi, serangan jantung dan kebutaan (Marieb, 1997). Tingginya kadar glukosa darah yang diikuti oleh peningkatan kolesterol (hiperkolesterolemia) dan trigliserida (hipertrigliseridemia) bertanggung jawab terhadap terjadinya kerusakan jaringan secara langsung melalui peningkatan pembentukan radikal bebas (Sudoyo, dkk., 2009).

Mencit (Mus musculus L.)

Hal yang paling utama dalam memilih hewan uji coba adalah harus memiliki organ yang mendekati organ manusia, karena nantinya penelitian ini ditujukan untuk manusia. Mencit sering digunakan untuk hewan percobaan karena mencit memiliki beberapa keunggulan. Pertama, gen mencit relatif mirip dengan manusia. Kedua, merupakan binatang menyusui (mamalia) dan memiliki kemampuan berkembangbiak yang tinggi. Sehingga cocok untuk digunakan dalam eksperimen massal (Retnaningsih, 2008).

Selain itu, ukuran bentuk badan mencit kecil, mudah dipelihara serta harganya relatif murah. Jenis kelamin mencit berhubungan langsung dengan hormon sehingga mencit jantan dipilih pada penelitian dengan alasan mencit jantan tidak memiliki daur estrus sehingga perubahan metabolisme dalam tubuh tidak terlalu fluktuatif dibanding dengan mencit betina (Retnaningsih, 2008).

Contoh mencit disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Mencit (Mus musculus L.) (Prihantika, 2016).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai bulan Mei 2017 di

Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian dan Laboratorium

Struktur dan Fisiologi Hewan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah rimbang

(Solanum torvum Swartz), susu kerbau, daun alo-alo yang diperoleh dari

Kabupaten Samosir Desa Batubolon, garam, mencit jantan usia 4 minggu berat 20

- 30 g dan makanan diet lemak tinggi berupa suspensi kuning telur puyuh.

Reagensia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPPH (2,2- difenil-1-pikrilhidrazil), etanol (pro analys), etanol teknis, H2SO4 0,325 N, NaOH

1,25 N, Heksan, H2SO4 pekat, H2SO4 0,02 N, NaOH 0,0216 N, PCA (Plate Count

Agar), kloroform, akuades, Na-CMC, gemfibrozil, 2,6-Diklorofenol Indofenol, iodin 0,01 N dan H2C2O4 (Asam oksalat) 6%.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, pisau stainless steel, alumuium foil, cling wrap, kain saring, cawan alumunium, mortal dan alu, oven

(Philip Harris Ltd), desikator, cawan porselen, timbangan analitik (AND GR-200), hot plate, labu kjeldahl, erlenmeyer, corong, beaker glass, gelas ukur, rak tabung,

21

Universitas Sumatera Utara 22

labu ukur, tanur (Philip Harris Ltd), kertas saring Whatman no.41, pompa vakum

(Brook Crompton), soxhlet, laminar air flow (Astecair), inkubator (Astell

Scientific), cawan petridish, colony counter (BZG 40), mikro pipet (Eppendorf), pipet volum, spektrofotometri visible (Genesys 20), spatula, vortex (V-1 plus), kit kolesterol (Autocheck), rotary evaporator, chromameter Minolta (tipe CR 200,

Jepang) kertas lakmus dan sonde (spuit oral).

Metode Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 6 tahap, yaitu : a. Tahap 1 : Pengujian fitokimia dan karakteristik kimia buah rimbang. b. Tahap 2 : Pembuatan sari buah rimbang dan sari daun alo-alo. c. Tahap 3 : Pembuatan dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang.

Penelitian tahap II ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap Non Faktorial dengan perlakuan tunggal berupa penambahan sari

buah rimbang dalam pembuatan dali ni horbo yang dilakukan dengan 5 taraf

dimana setiap perlakuan dibuat dalam 3 kali ulangan, yaitu :

T1 = Penambahan sari buah rimbang 0% dari volume susu kerbau (sebagai

kontrol).

T2 = Penambahan sari buah rimbang 5% dari volume susu kerbau.

T3 = Penambahan sari buah rimbang 10% dari volume susu kerbau.

T4 = Penambahan sari buah rimbang 15% dari volume susu kerbau.

T5 = Penambahan sari buah rimbang 20% dari volume susu kerbau. d. Tahap 4 : Penentuan dosis uji serta persiapan sediaan uji. e. Tahap 5 : Persiapan hewan percobaan. f. Tahap 6 : Pengujian in vivo pada mencit percobaan.

Universitas Sumatera Utara 23

Untuk pengujian secara in vivo disediakan populasi mencit jantan (Mus musculus L.). Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan pada rumus Federer

(Purawisastra, 2001) adalah :

(k-1) (n-1) ≥ 15

(5-1) (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15

4n ≥ 15+4 n ≥ 4 ~ 5, untuk menjaga adanya kematian mencit, maka ditambah masing-masing

kelompok perlakuan 2 ekor mencit sehingga total mencit 35 ekor.

Keterangan : k = Jumlah kelompok n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Model rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non

Faktorial adalah sebagai berikut:

Yij = μ + Ti + E ij

Dimana :

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = Rataan umum

Ti =Pengaruh perlakuan ke-i

Eij = Pengaruh galat pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least

Significant Range (LSR).

Universitas Sumatera Utara 24

Pelaksanaan Penelitian

Tahap 1 : Pengujian fitokimia dan karakteristik kimia buah rimbang

Buah rimbang dilakukan pengujian fitokimia secara kualitatif untuk mengetahui komponen flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin. Kemudian buah rimbang dilakukan analisa proksimat meliputi kadar air (metode oven, AOAC,

1995), kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1984), kadar protein (metode kjeldahl,

AOAC, 1995), kadar lemak (metode soxhlet, AOAC, 1995), kadar serat kasar

(Apriyantono dkk., 1989), kadar vitamin C (metode kolorimetri, Apriyantono, dkk., 1989).

Tahap 2 : Pembuatan sari buah rimbang dan sari daun alo-alo

Buah rimbang dibersihkan dan dicuci kemudian dipotong-potong.

Diblender buah rimbang bersama air dengan perbandingan 1:1 kemudian disaring dengan kain saring yang sudah diblansing sebelumnya sehingga diperoleh sari buah rimbang. Untuk membuat sari daun alo-alo terlebih dahulu daun alo-alo dibersihkan dan dicuci, kemudian daun alo-alo dihancurkan dengan ulekan dan diperas untuk mendapatkan sari daun alo-alo. Sari daun alo-alo yang diperoleh kemudian disaring supaya ampasnya terpisah. Sari buah rimbang dan sari daun alo-alo dilakukan pengujian aktivtas antioksidan (metode DPPH Frindryani,

2016).

Tahap 3 : Pembuatan dali ni horbo

Susu kerbau sebanyak 500 ml, diukur pH menggunakan kertas lakmus, lalu di tuangkan ke dalam kuali stainless steel dan dipanaskan pada suhu awal

40ºC hingga matang mencapai suhu 70ºC, kemudian dimasukkan sari daun alo-alo

Universitas Sumatera Utara 25

32 ml. Setelah susu mulai tampak agak menggumpal kemudian ditambahkan sari buah rimbang ke dalam dali ni horbo sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume susu kerbau. Kemudian ditambahkan garam 4 g untuk meningkatkan cita rasa. Dali ni horbo yang sudah matang ditandai dengan teksturnya yang sudah menggumpal seluruhnya lalu diukur kembali pHnya.

Dilakukan analisa proksimat meliputi kadar air (metode oven, AOAC,

1995), kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1984), kadar protein (metode kjeldahl,

AOAC, 1995), kadar lemak (metode soxhlet, AOAC, 1995), kadar serat kasar

(Apriyantono dkk., 1989), kadar karbohidrat kasar (Winarno, 1997), total mikroba

(Fardiaz, 1993), kadar vitamin C (metode titrasi iod, Sudarmadji, dkk., 1984), aktivitas antioksidan (metode DPPH, Frindryani, 2016), indeks warna (metode hunter) dan uji organoleptik berupa uji hedonik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur (Soekarto, 1985). Dali ni horbo yang memiliki aktivitas antioksidan yang tertinggi serta nilai organoleptik yang paling disukai panelis dipilih sebagai perlakuan terbaik yang akan digunakan dalam pengujian in vivo efek hipokolesterolemia dali ni horbo pada mencit percobaan.

Tahap 4 : Penentuan dosis uji serta persiapan sediaan uji

Pengujian anti hiperkolesterolemia dari ekstrak buah rimbang yaitu 200 mg/kg/hari, 400 mg/kg/hari, 800 mg/kg/hari (berdasarkan penelitian Ghandi, dkk.,

2011). Bentuk sediaan uji yang digunakan adalah dali ni horbo yang sudah ditambahkan sari buah rimbang. Oleh karena itu banyaknya dali ni horbo yang diberikan kepada hewan percobaan disesuaikan dengan banyaknya sari buah rimbang yang terdapat di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara 26

Gemfibrozil untuk pembanding uji anti kolesterol yang diberikan dalam bentuk suspensi dengan Na CMC sesuai dosis yang efektif ke manusia.

Gemfibrozil dosis efektif ke manusia yaitu 2 x 600 mg/hari, yang dikonversikan ke mencit (0,0026) sehingga dosis yang digunakan adalah 3,12 mg/20 g bb mencit

(Dachriyanus, dkk., 2012). Pembuatan sediaan uji suspensi gemfibrozil dilakukan dengan cara menimbang Na CMC 50 mg dan dikembangkan dengan air panas 20 kali berat Na CMC dan digerus homogen. Kemudian dimasukkan gemfibrozil sesuai dengan dosis kemudian dicukupkan volume larutan dengan akuades hingga

10 ml (Aria dan Arel, 2014).

Pemberian dosis suspensi gemfibrozil pada mencit melalui rute oral dengan volume dosis maksimal 1 ml. Karena volume lambung mencit adalah ±

0,5 ml maka kita buat larutannya kurang dari ≤ 0,5 ml . Untuk membuat larutan dimana konsentrasi larutan maksimal 0,5 ml dengan konsentrasi obat 3,12 mg/20 g bb mencit adalah membuat larutan dengan ppm yang lebih besar, misalnya 7,8 mg/ml atau 7800 ppm. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi 7800 ppm, maka dibuat 78 mg gemfibrozil dan dilarutkan dalam 10 ml akuades, sehingga diperoleh larutan gemfibrozil 7800 ppm atau 7,8 mg/ml. Jadi volume yang diambil melalui rute oral adalah :

3,12 mg volume (ml)= =0,4 ml 7,8 mg/ml

Tahap 5 : Persiapan hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan usia 4 minggu, berat 20-30 g. Mencit yang digunakan harus sehat dan secara visual menunjukkan perilaku yang normal. Mencit diadaptasikan selama 7 hari yang diberikan makan

Universitas Sumatera Utara 27

dan minum secara ad libitum, kemudian dipuasakan selama 16 jam sebelum pengujian lalu diambil sampel darahnya dan diuji kadar kolesterol total darah awal menggunakan kit kolestrol.

Setelah itu semua mencit dibuat menjadi hiperkolestrolemia dengan cara memberikan makanan diet lemak tinggi berupa suspensi kuning telur puyuh,

Bambang (2003) menyatakan bahwa dalam 100 g kuning telur puyuh mengandung sekitar 2138,17 mg kolesterol. Kuning telur puyuh diberikan sebanyak 0,5 ml/hari selama 7 hari. Selanjutnya pada hari ke tujuh dilakukan lagi pemeriksaan terhadap kadar kolesterol total darah. Sebelum pemeriksaan kolesterol total darah dilakukan, mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam, mencit yang dinyatakan positif hiperkolesterolemia bila kolesterol total >100 mg/dl (Prihantika, 2016) dan akan digunakan dalam pengujian aktivitas hipokolestrolemia secara in vivo.

Tahap 6 : Pengujian in vivo pada mencit percobaan

Banyaknya mencit yang digunakan adalah 35 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :

Kelompok 1 : Kelompok kontrol yang diberikan akuades selama 7 hari

berikutnya.

Kelompok 2 : Diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung

sari buah rimbang sebanyak 200 mg (perhitungan dosis

dapat dilihat pada Lampiran 1) secara peroral selama

7 hari berikutnya.

Kelompok 3 : Diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung

sari buah rimbang sebanyak 400 mg (perhitungan dosis

Universitas Sumatera Utara 28

dapat dilihat pada Lampiran 1) secara peroral selama

7 hari berikutnya.

Kelompok 4 : Diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung

sari buah rimbang sebanyak 800 mg (perhitungan dosis

dapat dilihat pada Lampiran 1) secara peroral selama

7 hari berikutnya.

Kelompok 5 : Diberi akuades dan suspensi sediaan pembanding

(gemfibrozil) 3,12 mg/20 g bb mencit (perhitungan dosis

dapat dilihat pada Lampiran 1) selama 7 hari berikutnya.

Parameter Penelitian

Pengujian kualitatif flavonoid, steroid, terpenoid, dan saponin

1. Uji flavonoid (Harborne, 2008 dalam Taher, 2011)

a. 0,1 g ekstrak etanol buah rimbang + NaOH 1 ml  Positif (Perubahan

warna hijau kekuningan menjadi hijau kecoklatan).

b. 0,1 g ekstrak etanol buah rimbang + H2SO4(p) 1 ml  Positif (Perubahan

warna hijau kekuningan menjadi hijau kehitaman).

2. Uji steroid (Uji Salkowski’s)

0,1 g ekstrak etanol buah rimbang + 2 ml kloroform + 5 tetes H2SO4(p) 6 M 

Positif (Perubahan hijau kekuningan menjadi warna coklat dan ada terbentuk

cincin steroid).

3. Uji Terpenoid (Lathifah, 2008)

0,1 g ekstrak etanol buah rimbang + 2 ml etanol 96% + 2 ml klorofom + 3 ml

H2SO4(p)  Positif (Perubahan warna hijau kekuningan menjadi merah bata).

Universitas Sumatera Utara 29

4. Uji Saponin (Uji Forth)

- Dimasukkan dalam tabung reaksi 0,1 g ekstrak etanol buah rimbang +

akuades panas 70ºC 15 ml.

- Dipanaskan pada suhu air 70ºC selama 5 menit.

- Disaring dan diambil filtrat 10 ml.

- Digojok (Positif ditandai dengan munculnya buih).

Pengujian aktivitas antioksidan (Metode DPPH, Frindryani, 2016) a. Ekstraksi sampel

Sampel yang digunakan berupa buah rimbang dan daun alo-alo yang sudah bersih masing-masing ditimbang 400 g dan untuk produk dali ni horbo ditimbang

300 g, kemudian masing-masing sampel dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1 L. Setelah itu direndam dengan etanol teknis sebanyak 500 ml. Maserasi dilakukan dengan menggunakan shaker selama ± 10 jam. Hasil maserasi disaring dengan kain saring yang sudah diblansing, sehingga diperoleh hasil maserasi 1. Kemudian ampasnya direndam kembali dengan etanol teknis 500 ml dan dimaserasi dengan menggunakan shaker selama ± 10 jam. Hal ini diulangi kembali hingga diperoleh hasil maserasi ke 3. Kemudian hasil maserasi ke 1, 2, 3 digabungkan lalu dievaporasi dengan rotary evaporator dengan suhu 50ºC.

Sehingga diperoleh ekstrak etanol buah rimbang, daun alo-alo dan dali ni horbo. b. Larutan DPPH

Larutan DPPH (0,12 mM) dibuat dengan cara ditimbang 4,7 mg DPPH

(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) yang dilarutkan dengan etanol (pa) hingga tera 100 ml pada labu ukur dan ditempatkan dalam ruangan gelap selama 20 menit.

Universitas Sumatera Utara 30

c. Larutan kontrol

Larutan kontrol dibuat dengan cara menambahkan larutan 1,5 ml etanol

(pa) pada 1,5 ml larutan DPPH dalam tabung reaksi. Ditentukan absorbansi pada panjang gelombang maksimum larutan kontrol. Penentuan panjang gelombang maksimum diukur pada rentang 517 nm. d. Larutan sampel

Larutan sampel dibuat dengan cara menimbang bahan 100 mg sampel yang kemudian dilarutkan dalam 100 ml etanol (pa) (1000 bagian per juta), larutan ini adalah larutan induk. Kemudian dipipet 15,6 µl, 62,5µl, 125µl, 250µl, dan 500 µl, ke dalam labu ukur 5 ml sehingga diperoleh konsentrasi 3,12 µg/ml,

12,5 µg/ml, 25 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml. e. Penentuan aktivitas antioksidan

Penentuan antioksidan dilakukan dengan cara menambahkan larutan sampel dengan 1 ml larutan DPPH dan etanol (pa) sampai batas tera. Kemudian dimasukkan ke tabung reaksi dan dihomogenkan dengan vortex lalu diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 37ºC pada masing-masing larutan sampel.

Pengukuran absorbansi dari sampel bahan baku dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triploid) yang digunakan untuk analisis data. Persentase inhibisi dihitung dengan menggunakan rumus :

Absorbansi kontrol-Absorbansi sampel % inhibisi= x100% Absorbansi kontrol

Perhitungan IC50 dengan cara memasukkan nilai dari konsentrasi larutan sampel (sumbu x) dan % hambatan terhadap DPPH (sumbu y) ke dalam persamaan garis regresi (Lampiran 2 - Lampiran 9). Semakin rendah IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan sebagai peredam radikal bebas.

Universitas Sumatera Utara 31

Kadar air (Metode Oven, AOAC, 1995)

Bahan ditimbang sebanyak 5 g di dalam cawan aluminium yang sudah diovenkan terlebih dahulu dan ditimbang beratnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu awal 50ºC selama 2 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Setelah itu bahan dikeringkan kembali di dalam oven dengan suhu 60ºC selama 1 jam, didinginkan kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar air diperoleh dengan rumus :

Berat sampel awal (g)-Berat sampel akhir (g) Kadar Air(%)= x100% Berat sampel awal (g)

Kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1984)

Bahan yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 3-5 g di dalam cawan porselin kering yang telah diketahui berat kosongnya (terlebih dahulu dibakar dalam tanur dan didinginkan dalam desikator). Bahan dibakar selama 1 jam dalam tanur dengan suhu 100ºC, 2 jam dengan suhu 300ºC kemudian dengan suhu 500ºC selama 2 jam. Cawan porselin didinginkan kemudian dikeluarkan dari tanur dan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang.

Kadar abu diperoleh dengan rumus :

Berat akhir (g) Kadar Abu(%)= x100% Berat awal (g)

Kadar protein (Metode Kjeldahl, AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 0,1 g yang telah dikeringkan dan dihaluskan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 30 ml selanjutnya ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat, 2 g katalis (campuran antara K2SO4 dan CuSO4 dengan perbandingan 1:1). Sampel didihkan selama 2-4 jam atau sampai cairan berwarna jernih dan semua asap

Universitas Sumatera Utara 32

hilang. Labu beserta isinya didinginkan lalu isinya dipindahkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 10-15 ml larutan NaOH 40%. Kemudian dibilas dengan air suling. Labu erlenmeyer berisi H2SO4 0,02 N diletakkan dibawah kondensor, sebelumnya ditambahkan ke dalamnya 2-4 tetes indikator mengsel (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2:1). Ujung tabung kondensor harus terendam dalam labu larutan

H2SO4, kemudian dilakukan destilasi hingga sekitar 125 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor dibilas dengan sedikit air destilat dan ditampung dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi ungu. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama namun tanpa sampel. Kadar protein dihitung dengan rumus :

(A-B) x N x 0,014 x FK Kadar Protein(%)= x100% Berat sampel (g)

Dimana :

A = ml NaOH untuk titrasi blanko (ml)

B = ml NaOH untuk titrasi sampel (ml)

N = Normalitas NaOH yang digunakan

FK = Faktor Konversi (6,25)

Kadar lemak (Metode Soxhlet, AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 2-5 g yang sudah dikeringkan dibungkus dengan kertas saring, kemudian diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet. Alat kondensor dipasang diatasnya dan labu lemak dibawahnya. Pelarut lemak heksan dimasukkan ke dalam labu lemak, kemudian dilakukan reflux selama ± 6 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak dan berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung kembali. Kemudian labu lemak hasil

Universitas Sumatera Utara 33

ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC hingga mencapai berat yang tetap, kemudian didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang.

Kadar lemak diperoleh dengan rumus :

Berat lemak (g) Kadar Lemak(%)= x100% Berat sampel (g)

Kadar serat kasar (Apriyantono, dkk., 1989)

Sampel sebanyak 2 g yang telah dihilangkan lemak dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 300 ml, kemudian ditambahkan 100 ml H2SO4 0,325 N.

Dihidrolisis dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 105ºC. Setelah didinginkan sampel ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml, kemudian dihidrolisis kembali selama 15 menit. Sampel disaring dengan kertas saring

Whatman No. 41 yang telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Kertas saring dicuci berturut-turut dengan air panas lalu 25 ml H2SO4 0,325 N, kemudian dengan air panas dan terakhir dengan 25 ml etanol 95%. Kertas saring dikeringkan dalam oven suhu 105ºC selama 1 jam, pengeringan dilanjutkan sampai beratnya konstan. Kadar serat kasar dapat dihitung dengan rumus :

Berat kertas saring + serat (g) – Berat kertas saring (g) Serat kasar(%)= x100% Berat sampel awal (g)

Kadar karbohidrat kasar (Winarno, 1997)

Penentuan carbohydrate by difference basis kering dapat dihitung dengan rumus berikut :

% Karbohidrat= 100% - %(abu + protein + lemak)

Kadar vitamin C dali ni horbo (Metode Titrasi Iod, Sudarmadji, dkk., 1984)

Bahan ditimbang 10 g dihaluskan dengan penambahan akuades 50 ml dan dimasukkan labu ukur dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml kemudian

Universitas Sumatera Utara 34

diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring. Filtrat diambil sebanyak

10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan 2-3 tetes larutan pati

1% dan dititrasi dengan larutan iodin 0,01 N. Titrasi dianggap selesai bila timbul warna biru stabil. Kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus :

ml iodin 0,01 N x 0,88 x FP x 100 Kadar Vitamin C(mg/100 g bahan)= Berat sampel (g)

Kadar vitamin C buah rimbang (Metode Kolorimetri, Apriyantono, dkk., 1989) a. Larutan dye dan asam askorbat

Dibuat terlebih dahulu larutan dye dengan cara ditimbang 100 mg 2,6- diklorofenol indofenol, lalu ditambahkan 50 ml akuades panas dan 84 mg sodium bikarbonat. Kemudian larutan didinginkan dan diencerkan sampai 100 ml akuades. Disaring kemudian diencerkan 25 ml larutan tersebut sampai volume

500 ml dengan akuades. Dibuat larutan asam askorbat standar dengan cara ditimbang tepat 100 mg asam askorbat dan larutkan sampai volume 100 ml dengan H2C2O4 (asam oksalat) 2%. Diencerkan 4 ml larutan tersebut sampai volume 100 ml dengan H2C2O4 (asam oksalat) 2% (1 ml = 40 µg asam askorbat). b. Persiapan sampel

Preparasi sampel untuk analisa asam askorbat secara kolorimetri sama dengan preparasi sampel untuk analisa secara titrasi, akan tetapi H2C2O4 yang digunakan konsentrasinya 2%. Apabila sampel yang akan dianalisa berupa padatan atau semi padatan, dicampur 50-100 g sampel dengan H2C2O4 6%.

Kemudian diencerkan sampai volume 100 ml.

Universitas Sumatera Utara 35

c. Pembuatan kurva standar

Dipipet ke dalam labu tera 5 ml asam askorbat standar sebanyak 40 µl, 80

µl, 100 µl, 120 µl, dan 160 µl. Sehingga diperoleh konsentrasi 8 µg/ml, 16 µg/ml,

20 µg/ml, 24 µg/ml, dan 32 µg/ml. Kemudian diencerkan dengan H2C2O4 2% sampai volume 5 ml. Dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan dengan cepat 10 ml larutan dye, dihomogenkan dan diukur absorbansi larutan pada spektrofotometri vis dengan panjang gelombang 518 nm. Untuk blanko digunakan larutan dye dan diukur absorbansi dengan panjang gelombang 518 nm.

Kemudian dibuat kurva absorbansi vs konsentrasi asam askorbat (Lampiran 10). d. Pengukuran sampel

Dimasukkan 5 ml ekstrak sampel ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan dengan cepat larutan dye 10 ml kemudian diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 518 nm dan dicatat hasil absorbansinya. Kandungan asam askorbat dalam sampel dapat dihitung dengan rumus :

Konsentrasi as.askorbat x vol. ekstrak total x 100 Kadar Vitamin C = x FP ml sampel x 1000 x berat sampel

Indeks warna (Metode Hunter)

Warna diukur menggunakan alat chromameter Minolta (tipe CR 200,

Jepang). Sampel diletakkan pada wadah yang telah tersedia, kemudian ditekan tombol start dan akan diperoleh nilai L, a, dan b dari sampel dengan kisaran 0

(hitam) sampai ± 100 (putih). Notasi “a “ menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai “+a” (positif) dari 0 sampai + 100 untuk warna merah dan nilai “–a “ (negatif) dari 0 sampai – 80 untuk warna hijau. Notasi “b” menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai nilai “+b”

(positif) dari 0 sampai + 70 untuk warna kuning dan nilai “–b “ (negatif) dari 0

Universitas Sumatera Utara 36

sampai – 80 untuk warna biru. Sedangkan L menyatakan ketajaman warna.

Semakin tinggi ketajaman warna, semakin tinggi nilai L. Selanjutnya dari nilai a dan b dapat dihitung oHue dengan rumus:

푏 oHue = tan-1 . Jika hasil yang diperoleh: 푎

18o – 54o maka produk berwarna red (R)

54o – 90o maka produk berwarna yellow red (YR)

90o – 126o maka produk berwarna yellow (Y)

126o – 162o maka produk berwarna yellow green (YG)

162o – 198o maka produk berwarna green (G)

198o – 234o maka produk berwarna blue green (BG)

234o – 270o maka produk berwarna blue (B)

270o – 306o maka produk berwarna blue purple (BP)

306o – 342o maka produk berwarna purple (P)

342o – 18o maka produk berwarna red purple (RP)

(Hutchings, 1999).

Uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur (Soekarto, 1985)

Uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur dilakukan dengan uji kesukaan atau uji hedonik. Sampel berupa dali ni horbo yang sudah diberikan pada panelis sebanyak 30 orang dengan kode tertentu. Parameter yang diamati adalah warna, aroma, rasa dan tekstur dari dali ni horbo yang dihasilkan dengan skala hedonik dan numerik disajikan pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara 37

Tabel 5. Skala uji hedonik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur Skala hedonik Skala numerik Sangat suka 5 Suka 4 Agak suka 3 Tidak suka 2 Sangat tidak suka 1

Pengujian total mikroba (Fardiaz, 1993)

Sebanyak 1 g sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah disterilkan, lalu divortex. Untuk pembuatan larutan PCA (Plate Count

Agar) digunakan 17,5 g PCA dalam 1 liter akuades yang kemudian dipanaskan sampai benar-benar media larut dan mendidih. Larutan PCA dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml dan disterilisasi selama 15 menit.

Selanjutnya dipersiapkan tabung reaksi yang sudah diisi dengan larutan fisiologis

NaCl 0,9% steril 10 ml. Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 10 ml larutan fisiologis NaCl. Berikutnya divortex, dan diambil 1 ml larutan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan fisiologis NaCl. Dilakukan pengenceran sampai 10-5. Lalu diambil 1 ml larutan dan dimasukkan ke dalam cawan petridish dan ditambahkan larutan PCA yang sudah dipersiapkan dan diturunkan suhunya menjadi 60ºC. Digoyang cawan seperti angka 8. Jika sudah dingin dan larutan PCA memadat, cawan dibalik dan dibungkus dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC. Total mikroba dihitung dengan rumus:

1 Total mikroba(CFU/g)= xJumlah koloni Faktor pengencer

Universitas Sumatera Utara 38

SKEMA PENELITIAN

Buah Rimbang

Dibersihkan

Air Air : Rimbang = 1 : 1

Diblender

Disaring

Sari buah Pengujian aktivitas rimbang antioksidan

Gambar 6. Skema pembuatan sari buah rimbang

Daun alo-alo

Dibersihkan

Dihancurkan dengan ulekan

Diperas Ampas

Sari daun alo- Pengujian aktivitas

alo antioksidan

Gambar 7. Skema pembuatan sari daun alo-alo

Universitas Sumatera Utara 39

Susu kerbau Sari daun alo-alo 32 ml 500 ml

Dipanaskan pada suhu awal 40ºC hingga matang 70ºC

Sari buah Penggumpalan Garam 4 g rimbang

Sebanyak : Dali Ni Horbo

0, 5, 10, 15, 20%

volume susu kerbau - Uji aktivitas Analisa antioksidan - Uji - Analisa organolepetik proksimat (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat) - Kadar serat kasar Dali Ni Horbo - Total mikroba mutu yang - Kadar vitamin C terbaik - pH

Gambar 8. Skema pembuatan dali ni horbo

Universitas Sumatera Utara 40

35 mencit jantan berat 20-30 g dengan usia 4 minggu

Diberi makan dan minum Mencit diadaptasikan selama 7 hari secara ad libitum

Mencit dipuasakan selama 16 jam

Mencit diberi MDLT (suspensi kuning telur

puyuh) 0,5 ml/hari selama 7 hari

Mencit dibagi menjadi 5 kelompok

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok kontrol : positif: positif : positif : positif : Diberi Diberi Diberi Diberi Diberi akuades akuades dan akuades dan akuades dan akuades selama 7 dali ni horbo dali ni dali ni horbo dan suspensi hari yang horbo yang yang sediaan

mengandung mengandung mengandung pembanding

sari buah sari buah sari buah (gemfibrozil)

rimbang 200 rimbang 400 rimbang 800 3,12 mg/20 g

mg secara mg secara mg secara bb mencit

peroral peroral peroral selama 7 hari selama 7 hari selama 7 selama 7 hari

hari

Dilakukan analisa terhadap : - Berat badan - Kadar kolesterol dalam darah

Gambar 9. Skema pengujian secara in vivo pada mencit percobaan

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Fitokimia dan Karakteristik Kimia Buah Rimbang

Untuk mengetahui kandungan fitokimia pada buah rimbang maka perlu dilakukan uji kualitatif terhadap senyawa flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin. Hasil pengujian kualitatif fitokimia buah rimbang disajikan pada Gambar

10 dan Tabel 6.

(a) Flavonoid (b) Steroid

(c) Terpenoid (d) Saponin

Gambar 10. Hasil pengujian kualitatif fitokimia buah rimbang

41

Universitas Sumatera Utara 42

Tabel 6. Hasil pengujian kualitatif terhadap senyawa flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin buah rimbang Bahan Uji Pereaksi Perubahan dengan Hasil uji fitokimia reaksi Flavonoid H2SO4(p) Hijau kekuningan + Hijau kehitaman NaOH Hijau kekuningan + Kuning kecoklatan Steroid Hijau kekuningan + Kloroform Warna coklat dan 0,1 g dan terbentuk cincin ekstrak H SO steroid etanol buah 2 4(p) rimbang Terpenoid Etanol 96% Hijau kekuningan + kloroform merah bata dan H2SO4(p)

Saponin akuades Terbentuk busa +

Uji fitokimia pada tanaman sangat diperlukan karena uji fitokimia ini digunakan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang ditemukan pada tanaman yang tidak dibutuhkan pada fungsi normal tubuh, namun memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peranan aktif bagi pencegahan penyakit (Sudarma, 2010). Berdasakan hasil pengujian kualitatif bahwa buah rimbang positif mengandung senyawa flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin.

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Rimbang dan Ekstrak Daun Alo-alo

Aktivitas antioksidan dari ekstrak buah rimbang dan ekstrak daun alo-alo berdasarkan aktivitas antioksidan (nilai IC50) disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Aktivitas antioksidan ekstrak buah rimbang dan ekstrak daun alo-alo Bahan Nilai IC50 (µg/ml) Ekstrak buah rimbang 49,01±3,24 Ekstrak daun alo-alo 86,28±10,39 Ekstrak buah rimbang + ekstrak daun alo-alo 8,04±1,71 Keterangan : Pengujian dilakukan 3 kali ulangan, tanda (±) menunjukkan nilai standar deviasi

Universitas Sumatera Utara 43

Kurva penentuan nilai IC50 berdasarkan persamaan regresi antara nilai konsentrasi larutan uji (sumbu x) dengan % hambatan terhadap DPPH (sumbu y)

(Lampiran 2 - Lampiran 9). Muharni, dkk., (2013) menyatakan bahwa berdasarkan standar tingkat aktivitas antioksidan, senyawa yang termasuk kategori sangat aktif/tinggi memiliki nilai IC50 < 10 µg/ml, kategori aktif/sedang jika memiliki nilai IC50 10-100 µg/ml, dan nilai IC50 > 100 µg/ml dikategorikan tidak aktif/rendah. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai IC50 rata-rata dari kombinasi ekstrak buah rimbang dengan ekstrak daun alo-alo adalah sangat rendah yang menunjukkan aktivitas antioksidannya sangat tinggi, yaitu sebesar

8,04 µg/ml, dibandingkan hanya ekstrak buah rimbang yaitu 49,01 µg/ml dan ekstrak daun alo-alo yaitu 86,28 µg/ml. Hal ini disebabkan karena bergabungnya senyawa flavonoid dari buah rimbang dengan daun alo-alo yang mengakibatkan senyawa flavonoid yang bertindak sebagai antioksidan semakin meningkat.

Karakteristik Kimia Buah Rimbang

Karakteristik kimia pada buah rimbang meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar serat kasar, dan kadar vitamin C disajikan pada

Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik kimia buah rimbang Parameter Hasil analisis Kadar air basis basah (%) 76,35±0,57 Kadar abu basis kering (%) 3,12±0,16 Kadar lemak basis kering (%) 0,15±0,05 Kadar protein basis kering (%) 1,49±0,12 Kadar serat kasar (%) 0,17±0,01 Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) 11,84±0,17 Keterangan : Pengujian dilakukan 3 kali ulangan, tanda (±) menunjukkan nilai standar deviasi

Universitas Sumatera Utara 44

Pengaruh Penambahan Sari Buah Rimbang terhadap Mutu Dali Ni Horbo

Secara umum hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap mutu dali ni horbo yang dihasilkan berdasarkan aktivitas antioksidan, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar serat kasar, kadar karbohidrat kasar, kadar vitamin C, total mikroba, nilai hedonik warna dan indeks warna yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap mutu dali ni horbo Parameter Penambahan sari buah rimbang T1 T2 T3 T4 T5 Antioksidan (µg/ml) 108,16a,A 103,77b,A 96,09c,B 84,53e,C 91,76d,B Kadar air bb(%) 41,72e,D 46,37d,C 47,41c,B 48,26b,B 49,42a,A Kadar abu bk(%) 2,20d,D 3,71c,C 5,31b,B 5,91a,AB 6,16a,A Kadar lemak bk(%) 31,03c,C 32,95b,B 33,35ab,AB 33,63ab,AB 34,12a,A Kadar protein bk(%) 6,75a,A 5,39b,B 3,66c,C 2,63d,D 1,43e,E Kadar serat kasar(%) 0,27e,D 0,32d,D 0,64c,C 0,95b,B 1,14a,A Kadar karbohidrat bk(%) 60,01a,A 57,92b,B 57,66 b,B 57,80 b,B 58,27b,B Kadar vit C(mg/100g) 8,72d,D 26,32b,B 26,34a,A 26,35a,A 17,57c,C pH 5 5 5 5 5 Total mikroba(CFU/g) 7,27a,A 6,69b,B 6,65b,BC 6,58c,C 6,44d,D Nilai hedonik warna 4,10a,A 3,32b,BC 3,30b,BC 3,72ab,AB 2,67c,C Nilai hedonik aroma 3,22 3,28 3,30 3,33 3,05 Nilai hedonik rasa 2,97 3,15 3,05 3,15 2,92 Nilai hedonik tekstur 3,37 3,48 3,35 3,55 3,38 Indeks warna(˚HUE) 87,79a,A 77,05c,C 77,80b,B 78,12b,B 64,38d,D

Keterangan : T1 = penambahan sari buah rimbang 0% : T2 = penambahan sari buah rimbang 5% dari volume susu kerbau : T3 = penambahan sari buah rimbang 10% dari volume susu kerbau : T4 = penambahan sari buah rimbang 15% dari volume susu kerbau : T5 = penambahan sari buah rimbang 20% dari volume susu kerbau : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Universitas Sumatera Utara 45

Aktivitas antioksidan (IC50)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 11) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap aktivitas antioksidan (IC50) dali ni horbo yang dihasilkan.

Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap aktivitas antioksidan (IC50) dali ni horbo disajikan pada Gambar 11.

120,00 108,16a,A 103,77b,A 96,09c,B 100,00 84,53e,C 91,76d,B

) 80,00 y = 553,31x2 - 214,74x + 110,04 R = 0,8407 60,00

IC50(µg/ml 40,00

20,00

0,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 11. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap aktivitas antioksidan (IC50) dali ni horbo

Gambar 11 menunjukkan bahwa penambahan sari buah rimbang sebesar

15% akan meningkatkan aktivitas antioksidannya, tetapi setelah penambahan sari buah rimbang sebesar 20% aktivitas antioksidan akan menurun kembali. Hal ini disebabkan penambahan sari buah rimbang sebesar 20% menyebabkan waktu pemanasan yang diperlukan dalam membuat dali ni horbo semakin lama sehingga antioksidannya menurun. Senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan mudah rusak akibat suhu panas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan aktivitas antioksidan pada produk dali ni horbo yang dibandingkan pada buah

Universitas Sumatera Utara 46

rimbang dan daun alo-alo namun aktivitas antioksidannya masih aktif dan termasuk dalam kategori sedang. Muharni, dkk., (2013) menyatakan bahwa berdasarkan standar tingkat aktivitas antioksidan, senyawa yang termasuk kategori aktif/sedang jika memiliki nilai IC50 10-100 µg/ml.

Kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 12) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar air dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar air dali ni horbo disajikan pada

Gambar 12.

50,00 a,A y = -204,66x2 + 75,521x + 42,16 49,42 49,00 R = 0,9532 b,B 48,00 48,26 47,00 d,C

46,37 47,41c,B 46,00 45,00 44,00 kadar air (%) 43,00

42,00 41,72e,D 41,00 40,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 12. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar air dali ni horbo

Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin banyak sari buah rimbang yang ditambahkan maka kadar air dali ni horbo juga bertambah. Hal ini dikarenakan kadar air pada buah rimbang juga tinggi yaitu sebesar 76,35% (Tabel 8) dan

Universitas Sumatera Utara 47

dalam pembuatan sari buah rimbang juga menggunakan penambahan air dengan perbandingan air : buah rimbang adalah 1:1.

Kadar abu (%)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 13) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar abu dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar abu dali ni horbo disajikan pada

Gambar 13.

8,00 y = 20,264x + 2,6378 7,00 R = 0,9161 6,00 a,AB 5,91 a,A

6,16 5,31b,B 5,00

4,00 3,71c,C 3,00 Kadarabu (%) 2,20d,D 2,00 1,00

0,00 0% 5% 10% 15% 20%

Penambahan sari buah rimbang

Gambar 13. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar abu dali ni horbo

Gambar 13 menunjukkan bahwa semakin banyak sari buah rimbang yang ditambahkan maka kadar abunya semakin meningkat. Hal ini dikarenakan penambahan sari buah rimbang dengan perbandingan air : buah rimbang adalah

1:1 meningkatkan kandungan mineral pada produk dali ni horbo yang dihasilkan.

Sehingga kadar abu pada dali ni horbo juga semakin meningkat.

Universitas Sumatera Utara 48

Kadar lemak

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 14) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar lemak dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar lemak dali ni horbo disajikan pada

Gambar 14.

35,00 y = -85,527x2 + 30,863x + 31,219 34,12a,A R = 0,9444 34,00 ab,AB 33,63

33,00 33,35ab,AB 32,95b,B 32,00 Kadar lemak Kadarlemak (%) 31,00 31,03c,C

30,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 14. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar lemak dali ni horbo

Gambar 14 menunjukkan bahwa penambahan sari buah rimbang dengan jumlah yang lebih tinggi dapat meningkatkan kadar lemak dali ni horbo. Hal ini dikarenakan penambahan sari buah rimbang yang menyebabkan kadar protein dali ni horbo semakin menurun. Soeparno (2009) menjelaskan bahwa kadar protein memiliki hubungan terbalik dengan kadar lemak. Bahwa kadar protein yang lebih kecil memiliki kadar lemak yang lebih besar.

Kadar protein (%)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 15) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

Universitas Sumatera Utara 49

(P<0,01) terhadap kadar protein dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar protein dali ni horbo disajikan pada Gambar 15.

8,00

7,00 6,75a,A y = -26,809x + 6,658

6,00 R = 0,9926 5,39b,B 5,00 3,66c,C 4,00

3,00 d,D 2,63 e,E Kadarprotein (%) 1,43 2,00

1,00

0,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 15. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar protein dali ni horbo

Gambar 15 menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah sari buah rimbang yang ditambahkan maka kadar protein dali ni horbo semakin menurun. Hal ini dikarenakan kadar air yang tinggi pada dali ni horbo akan menurunkan kadar protein yang terkandung pada dali ni horbo.

Kadar serat kasar (%)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 16) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar serat kasar dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar serat kasar dali ni horbo disajikan pada Gambar 16.

Universitas Sumatera Utara 50

1,40

1,20 y = 4,7266x + 0,1964 R = 0,9637 a,A 1,00 1,14

0,80 0,95b,B

c,C 0,60 0,64

Kadarserat (%) 0,40 0,32d,D 0,20 0,27e,D

0,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 16. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar serat kasar dali ni horbo

Gambar 16 menunjukkan bahwa semakin banyak sari buah rimbang yang ditambahkan maka kadar serat kasar semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kadar lemak dali ni horbo maka kadar serat kasar juga meningkat.

Sugiyono (2007) menyatakan bahwa peningkatan kadar serat kasar juga diikuti dengan adanya peningkatan kandungan pada lemak.

Kadar karbohidrat kasar (%)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 17) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar karbohidrat kasar dali ni horbo yang dihasilkan.

Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar karbohidrat kasar dali ni horbo disajikan pada Gambar 17.

Universitas Sumatera Utara 51

61,00

60,00 60,01a,A y = 156,91x2 - 38,596x + 59,842 59,00 R = 0,9327 57,92b,B 57,80b,B 58,00 b,B 57,66 58,27b,B 57,00

Kadarkarbohidrat kasar (%) 56,00

55,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 17. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar karbohidrat kasar dali ni horbo

Gambar 17 menunjukkan bahwa penambahan sari buah rimbang sebesar

5% dan 10% akan menurunkan kadar karbohidrat dali ni horbo tetapi setelah penambahan sari buah rimbang sebesar 15% dan 20% kadar karbohidrat akan kembali meningkat. Hal ini dikarenakan dengan adanya penambahan sari buah rimbang maka nutrisi lainnya juga meningkat sehingga kadar karbohidratnya menurun. Sugito dan Hayati (2006) juga menyatakan bahwa karbohidrat di dalam suatu produk yang di analisis secara by difference dipengaruhi oleh komponen nutrisi lain, semakin tinggi komponen nutrisi lain maka kadar karbohidrat akan semakin rendah, begitu juga dengan sebaliknya.

Kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 18) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar vitamin C dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar vitamin C dali ni horbo disajikan pada Gambar 18.

Universitas Sumatera Utara 52

32,00 a,A

b,B 26,34 a,A 28,00 26,32 26,35

24,00

20,00 y = -3,7687x2 + 24,386x - 10,635 16,00 R = 0,9288 17,57c,C 12,00 d,D 8,00 8,72

4,00 Kadar vitamin Kadarvitamin c (mg/100 bahan) g 0,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 18. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar vitamin C dali ni horbo

Gambar 18 menunjukkan bahwa penambahan sari buah rimbang sebesar

15% akan meningkatkan kadar vitamin C dali ni horbo tetapi setelah penambahan sari buah rimbang sebesar 20% kadar vitamin C akan kembali menurun.

Peningkatan kadar vitamin C berhubungan dengan kadar vitamin C pada buah rimbang yaitu sebesar 11,84 mg/100 g bahan (Tabel 8) dan pada daun alo-alo sebesar 5,29 mg/100 g bahan (Tabel 4). Tetapi penambahan sari buah rimbang sebesar 20% menyebabkan waktu pemanasan yang diperlukan untuk membuat dali ni horbo semakin lama akibatnya vitamin C menjadi rusak dan menurun.

Derajat keasaman (pH)

Penentuan pH dali ni horbo dilakukan dengan menggunakan pH universal.

Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai pH dali ni horbo dari setiap perlakuan adalah 5. Hal ini menunjukkan penambahan sari buah rimbang tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada pH dali ni horbo yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan yang berperan sebagai koagulan susu kerbau adalah sari daun alo-alo.

Universitas Sumatera Utara 53

Santos, dkk., (2015) menjelaskan bahwa sari sisal mengandung asam suksinat namun termasuk dalam golongan asam rendah dan nilai pH sari sisal pada suhu

28,9oC adalah 5,42.

Total mikroba (CFU/g)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 19) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap nilai total mikroba dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap total mikroba dali ni horbo disajikan pada Gambar 19.

7,40

7,30 a,A 7,27 7,20 7,10 7,00 6,90 y = 24,417x2 - 8,4336x + 7,2102 6,80 R = 0,8995

6,70 b,B 6,69 6,65b,BC

Totalmikroba (CFU/g) 6,60 6,58c,C 6,44d,D 6,50 6,40 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 19. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap total mikroba dali ni horbo Keterangan : 7,27 Log CFU/g = 19 x 106 CFU/g 6,69 Log CFU/g = 5,0 x 106 CFU/g 6,65 Log CFU/g = 4,5 x 106 CFU/g 6,58 Log CFU/g = 3,9 x 106 CFU/g 6,44 Log CFU/g = 2,8 x 106 CFU/g

Gambar 19 menunjukkan bahwa penambahan sari buah rimbang akan menurunkan nilai total mikroba dari dali ni horbo. Hal ini dikarenakan buah

Universitas Sumatera Utara 54

rimbang memiliki daya antibakteri. Rokhmawati, dkk., (2014) juga menyatakan bahwa senyawa polifenol seperti flavonoid berperan sebagai komponen antimikrobial yang memiliki daya antibakteri terhadap beberapa mikroorganisme seperti : Escherichia coli, Bacillus subtilis, Vibrio cholerae, dan Salmonella cibrum.

Nilai hedonik warna (numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 20) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap nilai hedonik warna dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap nilai hedonik warna dali ni horbo disajikan pada Gambar 20.

4,50 a,A 4,00 4,10 ab,AB 3,30b,BC 3,72 3,50 3,32b,BC 3,00 2,50 y = -4,9333x + 3,9133 2,67c,C R = 0,9323 2,00 1,50

Skor warna Skor warna (nmerik) 1,00 0,50 0,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 20. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap nilai hedonik warna dali ni horbo

Gambar 20 menunjukkan bahwa secara umum nilai hedonik warna akan mengalami penurunan disebabkan meningkatnya sari buah rimbang yang ditambahkan.

Universitas Sumatera Utara 55

Nilai hedonik aroma (numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 21) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap nilai hedonik aroma dali ni horbo yang dihasilkan sehingga uji

LSR tidak dilanjutkan.

Nilai hedonik rasa (numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 22) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap nilai hedonik rasa dali ni horbo yang dihasilkan sehingga uji

LSR tidak dilanjutkan.

Nilai hedonik tekstur (numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 23) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap nilai hedonik tekstur dali ni horbo yang dihasilkan sehingga uji

LSR tidak dilanjutkan.

Indeks warna

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 24) dapat dilihat bahwa penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap indeks warna dali ni horbo yang dihasilkan. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap indeks warna dali ni horbo disajikan pada Gambar 21.

Universitas Sumatera Utara 56

90,00 87,79a,A 85,00

80,00 b,B 78,12b,B 77,05c,C 77,80 75,00

70,00 2 ˚HUE y = -184,1x - 54,687x + 85,261 65,00 R = 0,7649 64,38d,D 60,00

55,00

50,00 0% 5% 10% 15% 20% Penambahan sari buah rimbang

Gambar 21. Hubungan pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap indeks warna dali ni horbo

Gambar 21 menunjukkan bahwa indeks warna dali ni horbo akan mengalami penurunan dengan meningkatnya sari buah rimbang yang ditambahkan. Nilai ˚HUE yang dihasilkan berada pada kisaran 54˚ - 90˚ (yellow red). Dali ni horbo yang tidak ditambahkan sari buah rimbang lebih cenderung warna kekuningan sedangkan penambahan sari buah rimbang akan menyebabkan perubahan warna menjadi kemerahan.

Pemilihan Produk Terbaik untuk Mencit

Berdasarkan hasil pengujian terhadap parameter aktivitas antioksidan dan uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur pada dali ni horbo yang dibuat dengan penambahan sari buah rimbang 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume susu kerbau diperoleh hasil yang terbaik pada perlakuan T4 yaitu penambahan sari buah rimbang sebesar 15%. Karakteristik kimia, sensori, dan warna dari dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 15% disajikan pada Tabel 10.

Universitas Sumatera Utara 57

Tabel 10. Karakteristik kimia, sensori, dan warna dari dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 15% Parameter Hasil analisis Aktivitas antioksidan (IC50) (µg/ml) 84,53 Kadar air basis basah (%) 48,26 Kadar abu basis kering (%) 5,91 Kadar lemak basis kering (%) 33,63 Kadar protein basis kering (%) 2,63 Kadar serat kasar (%) 0,95 Kadar karbohidrat kasar basis kering (%) 57,80 Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) 26,35 pH 5 Total mikroba (CFU/g) 3,9x106 Nilai hedonik warna (hedonik) 3,72 Nilai hedonik aroma (hedonik) 3,33 Nilai hedonik rasa (hedonik) 3,15 Nilai hedonik tekstur (hedonik) 3,55 Indeks warna (˚HUE) 78,12

Dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang sebesar 15% selanjutnya dilakukan uji secara in vivo kemampuannya untuk menurunkan kadar kolesterol darah pada mencit yang hiperkolesterolemia.

Pengujian in vivo pada Mencit Percobaan

Berat badan mencit (g)

Pengukuran berat badan mencit pada penelitian ini dilakukan pada hari ke-

0 dan hari ke-7. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan berat badan mencit yang diberikan MDLT (Makanan Diet Lemak Tinggi) berupa suspensi kuning telur puyuh sebanyak 0,5 ml/hari selama 7 hari dengan tujuan untuk meningkatkan kadar kolesterol darah pada mencit. Guyton dan Hall (2007), menjelaskan bahwa berat badan mencit ditentukan oleh beberapa faktor seperti kepadatan tulang, penumpukan lemak di bawah kulit, kepadatan otot, dan kandungan plasma di sel. Berat badan mencit setelah diinduksi MDLT selama 7 hari disajikan pada Tabel 11.

Universitas Sumatera Utara 58

Tabel 11. Berat badan mencit setelah diinduksi MDLT selama 7 hari Kelompok Berat badan (g) Awal Akhir K1 24,0±1,73 35,3±5,50 K2 22,3±0,57 33,7±2,08 K3 22,3±3,78 30,7±1,52 K4 25,0±1,00 31,0±1,00 K5 23,3±0,57 30,7±0,57 Keterangan : Pengujian dilakukan 3 kali ulangan, tanda (±) menunjukkan nilai standar deviasi

Tabel 11 menunjukkan bahwa mencit yang telah diinduksi MDLT berupa suspensi kuning telur puyuh sebanyak 0,5 ml/hari selama 7 hari mengalami kenaikan berat badan. Stadellman dan Cotterill (1995) menjelaskan bahwa kuning telur puyuh mengandung 15,7% - 16,6% protein, 31,8% - 35,5% lemak, 0,2% -

1,0% karbohidrat, dan 1,1% abu. Kandungan gizi tersebutlah yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan mencit setelah diinduksi kuning telur puyuh.

Kemudian mencit dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok untuk diberi perlakuan selanjutnya. Masing-masing mencit diberi beberapa perlakuan seperti pencekokan akuades, produk dali ni horbo, dan gemfibrozil selama 7 hari.

Perhitungan dosis pada mencit dapat dilihat pada (Lampiran 1).

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 25) dapat dilihat bahwa pemberian akuades, produk dali ni horbo, dan gemfibrozil selama 7 hari memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase penurunan berat badan mencit. Berat badan mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari dan hubungan pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan berat badan mencit disajikan pada

Tabel 12 dan Gambar 22.

Universitas Sumatera Utara 59

Tabel 12. Berat badan mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari Perlakuan Berat badan (g) Persentase penurunan Awal Akhir berat badan (%) b,B P1 35,3±5,50 34,3±5,50 2,88±0,49 b,B P2 33,7±2,08 32,7±2,08 2,97±0,17 a,A P3 30,7±1,52 28,7±1,52 6,53±0,57 a,A P4 31,0±1,00 29,0±1,00 6,48±0,33 a,A P5 30,7±0,57 28,0±0,57 6,67±0,22 Keterangan : Pengujian dilakukan 3 kali ulangan, tanda (±) menunjukkan nilai standar deviasi P1 = Mencit yang diberi akuades selama 7 hari P2 = Mencit yang diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 200 mg secara peroral selama 7 hari P3 = Mencit yang diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 400 mg secara peroral selama 7 hari P4 = Mencit yang diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 800 mg secara peroral selama 7 hari P5 = Mencit yang diberi akuades dan sediaan pembanding (gemfibrozil) 3,12 mg/20 g bb mencit secara peroral selama 7 hari

8,00 6,67a,A 7,00 6,48a,A 6,53a,A 6,00 5,00 y = -0,2444x2 + 2,5752x + 0,0725 4,00 R = 0,8275 3,00 2,97b,B 2,00 2,88b,B 1,00 % Penurunan % Penurunan berat badan mencit 0,00 1 2 3 4 5

Kelompok mencit (P) Gambar 22. Hubungan pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan berat badan mencit

Gambar 22 menunjukkan bahwa semakin banyak dosis sari buah rimbang yang ditambahkan dalam dali ni horbo akan meningkatkan persentase penurunan berat badan mencit, namun pada dosis 800 mg sari buah rimbang yang ditambahkan dalam dali ni horbo persentase penurunan berat badan mencit akan kembali menurun. Hal ini disebabkan adanya hubungan antara dosis sari buah rimbang dengan banyaknya dali ni horbo yang diberikan terhadap mencit.

Universitas Sumatera Utara 60

Semakin banyak dosis sari buah rimbang maka semakin banyak juga dali ni horbo yang diberikan terhadap mencit. Mencit yang diberi gemfibrozil juga efektif dalam menurunkan berat badan mencit. Hal ini dikarenakan mencit hanya diberi sediaan gemfibrozil dan akuades tanpa ada pakan untuk mencit, sehingga mencit akan kekurangan nutrisi dan mengalami penurunan berat badan yang drastis.

Selain itu gemfibrozil termasuk golongan fibrat yang menurunkan jumlah lemak yang dihasilkan hati. Mencit yang hanya diberikan akuades penurunan berat badannya sangat rendah. Hal ini dikarenakan tidak ada diberi perlakuan terhadap mencit yang dapat menurunkan berat badan mencit. Mencit yang diberi akuades lebih berperilaku tidak normal bila dibandingkan dengan mencit yang diberi produk dali ni horbo dan gemfibrozil. Mencit tidak terlalu banyak melakukan pergerakan atau aktivitas di dalam kandangnya dikarenakan kolesterol yang sudah menumpuk pada pembuluh darah mencit mengakibatkan mencit tidak dapat beraktivitas dengan normal. Salah satu faktor yang dapat menurunkan berat badan adalah aktivitas. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka metabolisme dalam tubuh juga meningkat dan menyebabkan berat badan menurun.

Kolesterol pada mencit (mg/dl)

Dari daftar analisis sidik ragam pada (Lampiran 26) dapat dilihat bahwa pemberian akuades, produk dali ni horbo, dan gemfibrozil selama 7 hari memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase penurunan kolesterol pada mencit hiperkolesterolemia. Kadar kolesterol mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari dan hubungan pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan kadar kolesterol mencit disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 23.

Universitas Sumatera Utara 61

Tabel 13. Kadar kolesterol darah mencit setelah diberi perlakuan selama 7 hari Perlakuan Kadar kolesterol (mg/dl) Persentase penurunan Awal Akhir kadar kolesterol (%) e,E P1 108±4,00 107±4,00 0,92±0,03 d,D P2 111,3±3,51 106,3±3,51 4,49±0,14 a,A P3 117,7±11,59 108±10,44 8,20±0,04 c,C P4 127,3±9,86 119,7±9,29 6,02±0,18 b,B P5 118,7±15,94 110±14,79 7,30±0,10 Keterangan : Pengujian dilakukan 3 kali ulangan, tanda (±) menunjukkan nilai standar deviasi P1 = Mencit yang diberi akuades selama 7 hari P2 = Mencit yang diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 200 mg secara peroral selama 7 hari P3 = Mencit yang diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 400 mg secara peroral selama 7 hari P4 = Mencit yang diberi akuades dan dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 800 mg secara peroral selama 7 hari P5 = Mencit yang diberi akuades dan sediaan pembanding (gemfibrozil) 3,12 mg/ 20 g bb mencit secara peroral selama 7 hari

9,00 a,A 8,00 8,20 2 y = -0,7473x + 5,9123x - 4,1259 7,30b,B

7,00 R = 0,8627

6,00 6,02c,C

5,00 4,49d,D 4,00

3,00

% Penurunan % Penurunan kolesterol 2,00

1,00 0,92e,E 0,00 1 2 3 4 5

Kelompok mencit (P) Gambar 23. Hubungan pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan kadar kolesterol darah mencit

Gambar 23 menunjukkan bahwa semakin banyak dosis sari buah rimbang yang ditambahkan dalam dali ni horbo akan meningkatkan persentase penurunan kolesterol darah mencit. Namun pada dosis 800 mg sari buah yang ditambahkan dalam dali ni horbo persentase penurunan kolesterol darah mencit akan kembali

Universitas Sumatera Utara 62

menurun. Hal ini disebabkan semakin banyak dosis sari buah rimbang yang ditambahkan, maka semakin besar juga dosis dali ni horbo yang diberikan pada mencit. Produk dali ni horbo yang diberikan pada mencit memiliki kadar lemak yang tinggi juga sebesar 33,63% (Tabel 10). Oleh sebab itu, kadar lemak yang terkandung pada produk dapat mengurangi keefektifan sari buah rimbang dalam menurunkan kadar kolesterol darah mencit. Mencit yang diberikan akuades penurunan kadar kolesterolnya lebih rendah. Hal ini disebabkan tidak ada diberi perlakuan terhadap mencit yang dapat meningkatkan penurunan kadar kolesterol.

Mencit yang diberikan gemfibrozil juga efektif dalam menurunkan kadar kolesterol. Namun dosis 400 mg sari buah rimbang lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol terhadap mencit bila dibandingkan dengan gemfibrozil. Hal ini disebabkan gemfibrozil memberikan manfaat yang penuh dalam menurunkan kadar kolesterol baru diperoleh selama 3 bulan penggunaan obat.

Dosis gemfibrozil yang biasa dikonsumsi oleh orang dewasa adalah 600 mg secara oral 2 kali sehari. Namun untuk anak-anak belum ada ketentuan dosisnya, karena obat ini bisa saja berbahaya bagi anak-anak. Efek samping setelah mengkonsumsi gemfibrozil adalah gatal-gatal, sulit bernafas, sakit perut, nyeri sendi, gejala flu seperti hidung tersumbat, sakit kepala, pusing dan mengantuk. Oleh sebab itu saat ini banyak orang beralih pada obat herbal yang lebih aman dikonsumsi dan tidak memiliki efek samping yang banyak seperti obat sintetis kolesterol gemfibrozil.

Menurut Kurowska, dkk., (1990) menjelaskan bahwa penurunan kadar kolesterol oleh buah rimbang disebabkan kandungan flavonoid pada buah

Universitas Sumatera Utara 63

rimbang yang dapat menurunkan sekresi ApoB dan kolesterol LDL melalui penghambatan enzim Asil KoA Transferase (ACAT). ACAT ini dapat mengubah kolesterol bebas di retikulum endoplasma menjadi ester kolesterol. Penurunan ester kolesterol menurunkan kolesterol total. Subandi (2013) juga menyatakan bahwa buah rimbang juga mengandung serat kasar yang dapat menurunkan kolesterol darah. Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida oleh serat dilakukan dengan cara mengikat asam lemak bebas serta kolesterol dalam bentuk asam empedu ketika dalam saluran pencernaan kemudian dikeluarkan melalui feses.

Oleh sebab itu produk dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 15% dari volume susu kerbau dapat menurunkan kadar kolesterol darah mencit dengan dosis yang efektif sebesar 400 mg.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penambahan sari buah rimbang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap aktivitas antioksidan, kadar air, kadar abu, kadar lemak,

kadar protein, kadar serat kasar, kadar karbohidrat kasar, kadar vitamin C, total

mikroba, nilai hedonik warna, dan indeks warna. Namun memberikan

pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH, nilai hedonik aroma, nilai

hedonik rasa, dan nilai hedonik tekstur.

2. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dali ni horbo yang bermutu baik

disarankan menggunakan penambahan sari buah rimbang sebesar 15% dari

volume susu kerbau, yang didasarkan pada parameter aktvitas antioksidan dan

uji organoleptik hedonik.

3. Dari hasil penelitian in vivo terhadap mencit yang diinduksi suspensi kuning

telur puyuh dengan pemberian produk perlakuan terbaik dali ni horbo yang

dihasilkan dapat diketahui bahwa dosis 400 mg sari buah rimbang lebih efektif

menurunkan kadar kolesterol darah mencit.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan masa simpan dari

produk dali ni horbo yang dihasilkan.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap penambahan buah rimbang dalam

bentuk ekstrak pada dali ni horbo. Untuk mengetahui efektifitas antioksidan

dali ni horbo terhadap penurunan kolesterol darah mencit.

64

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Afriani. 2008. Kualitas dan potensi dadih sebagai tambahan pendapatan peternak kerbau di Kabupaten Kerinci. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 11(3):144-149.

Agrawal DA, Bajpei SP, Patil AA, dan Bavaskar RS. 2010. Solanum torvum Sw. A phytopharmacological review. Der Pharmacia Lettre 2(4):403-407.

AOAC, 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. AOAC, Washington.

Apriady R. A. 2010. Identifikasi senyawa asam fenolat pada sayuran indigenous. Indonesia, Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N. L., Soedarnawati, dan Budiyanto. S. 1989. Analisa Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Aria, M., dan A. Arel. 2014. Potensi buah rimbang (Solanum torvum Swartz) sebagai penurunan kadar glukosa dan kolesterol darah tikus diabetes. Seminar Nasional. 119-126.

Ariantari, N. P., Yowani, S. C., dan Swastini, D. A. 2010. Uji Aktivitas Penurunan Kolesterol Produk Madu Herbal yang Beredar di Pasaran pada Tikus Putih Diet Lemak Tinggi. Jurnal Kimia 4 (1):15-19.

Bambang, D. 2003. Efek kolesterolemik berbagai telur. Jurnal Media Gizi & Keluarga. 27(2):58-65.

Bangun, M. K. 1991. Perancangan Percobaan. USU-Press, Medan.

Banurea, M. A., S. Wiyono, dan R. M. Theresa. 2012. Hubungan kadar kolesterol total dan karakteristik lansia terhadap fungsi eksekutif otak di posbindu (pos binaan terpadu) RW 02 Kota Depok. Jurnal Gizi Indonesia. 35(1):57-63.

Buckle, K. A., Edward, R. A., Fleet, G. H dan Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, Penerjemah. Jakarta : UI Press. Terjemahan dari: Food Science.

Budiyono, W., dan Chandra, A. 2013. Perbedaan Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Sebelum dan Setelah Pemberian Sari Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr) pada Tikus Dislipidemia. Journal of Nutrition College. 2 (1):118-125

65

Universitas Sumatera Utara 66

Cook, N. C. dan S. Samman. (1996). Review Flavonoids-Chemistry, Metabolism, Cardioprotective Effect, And Dietary Sources, J. Nutr. Biochem (7): 66- 76.

Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. (1954). Natural Antioxidant – Are They Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications, AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-24.

Dachriyanus, D. O. Katrin, R. Oktarina, O. Ernas, M. Suhatri, dan H. Mukhtar. 2012. Uji efek α-mangostin terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL darah mencit putih jantan serta penentuan lethal dosis 50 (LD50). Jurnal Sains Teknologi Farmasi. 12(2):1-16.

Damodaran, S and Paraf, A. 1997. Food Proteins and Their Applications. Marcel Dekker Inc, New York.

Deptan, 2011. Populasi Kerbau Indonesia Tahun 2005-2011. www.deptan.go.id [23 Agustus 2016].

DepkesRI. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Dewhurst RJ, Shingfield KJ, Lee MRF, dan Scollan ND. 2006. Increasing the concentrations of beneficial polyunsaturated fatty acids in milk produced by dairy cows in high-forage systems. Animal Feed Science and Technology. 131(3-4):168-206.

Elgersma A, Tamminga S., Ellen G. 2006. Modifying milk composition through forage. Animal Feed Science and Technology. 131(3-4):207-225.

Fardiaz, 1993. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. FATETA, IPB. Bogor.

Frindryani, L. F. 2016. Isolasi dan uji aktivitas antioksidan senyawa dalam ekstrak etanol temu kunci (Boesenbergia pandurata) dengan metode DPPH. Yogyakarta, Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Ghandi, G. R., S. Ignacimuthu, M. G. Paulraj. 2011. Solanum torvum Swartz. fruit Containing Phenolic Compounds Shows Antidiabetic and Antioxidant Effects in Streptozotocin Induced Diabetic Rats, Food and Chemical Toxicology. 49(11):2725-2733.

Ginting, R. 2015. Pengaruh pemberian sari tanaman sisal (Agave sisalana) dalam pembuatan dadih dari susu kerbau murrah. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara 67

Guyton, A. C. dan J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC, Jakarta.

Hatta, W., M. Sudarwanto, I. Sudirman, dan R. Malaka. 2013. Prevalence and sources of contamination of Escherichia coli and Salmonella spp. In cow milk dangke, Indonesian fresh soft . Global Veterinia 1(3):352- 356.

Hutchings, J. B. 1999. Food Colour and Appearance Second Editions. Springer, Maryland.

Ikawati A. 2011. Analisis kandungan protein dan lemak susu hasil pemerahan pagi dan sore pada peternakan sapi perah di Wonocolo Surabaya [Skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Jajere, U. M., C. Hammuel, M. Mohammed, P. O. Okibe, E. O. Ali, A. Abubakar, dan N. Aliyu. 2016. Phytochemical and toxicological studies of methanol extract of agave sisalana (Agaveceae). World Journal Of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5(6):132-142.

Kosasih, E. N., Tony S. dan Hendro H. 2006. Peran Antioksidan pada Lanjut Usia. Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia, Jakarta.

Kurowska E. M and K. K. Carrot. 1990. Esential Amino Acids in Relation to Hypercholesteroleinia Induced in Rabits by Dietary Casein.

Kurniasih D. 2010. Kajian kandungan senyawa karotenoid, antosianin, dan asam askorbat pada sayuran indigenous. Jawa Barat, Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lathifah, Qurrotu A’yunin. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Malang: Skripsi. Universitas Islam Negeri Malang.

Mahan, L. K dan Escott-Stump, S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th edition. Saunders Elsevier, Philadelphia.

Margarita, Y., Princen, Andi, M. E. Rumawas, V. B. Kidarsa, dan B. Sutrisna. 2013. Kadar kolesterol total dan tekanan darah orang dewasa Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(2):79-84.

Marieb, E. N., 1997. Human Anatomy and Physiology, Edisi 4, Benjamin/Cummings Science Publishing, USA.

Universitas Sumatera Utara 68

Muchtadi D, Sri Palupi N. Astawan M. 1993. Metabolisme zat gizi. Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Jilid II. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 43-48.

Muharni, Elfita, dan Amanda. 2013. Aktivitas antioksidan senyawa (+) morelloflavon dari kulit batang tumbuhan gamboge (Garcinia xanthochymus). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 265- 268.

Mun’im, A., Azizahwati dan Trastianan 2008. Aktivitas Antioksidan Cendawan Suku Pleurotaceae dan Polyporaceae Dari Hutan UI. Jurnal Ilmiah Farmasi.

Muslim, A. 1989. Lemak dan Metabolisme dan Penyakit Jantung Koroner. Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi. Universitas Andalas. Padang.

Muthangya, M., A. M. Mshandete, M. J. Amana, S. O. Hashim, dan A. K. Kivaisi. 2014. Nutritional and antioxidant analysis of Pleurotus HK37 grown on Agave sisalana saline solid waste. International Journal Of Research in Biochemistry and Biophysics. 4(2):5-12.

Ong, H. C. 2008. Vegetables for Health and Healing. Publications & Distributors Sdn Bhd, Kuala Lumpur.

Piliang, W. G., Djojosoebagio L. dan AL Haj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Revisi. IPB Press, Bogor.

Pokorny J, dan Korczak, J. 2001. Preparation of natural antioxidant. In: M. Gordon (Ed.), Antioxidant In Food. CRC Press. New York, Washington D.C.

Prihantika, S. 2016. Pemberian Sargassum sp. dan taurin terhadap penurunan kadar kolesterol total mencit (Mus musculus L.) jantan hiperkolesterolemia. [skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Purawisastra, S. 2001. Penelitian pengaruh isolat galaktomannan kelapa terhadap penurunan kadar kolesterol serum. http://digilib.ekologi.litbang.depkes.go.id [Diakses pada 26 Maret 2017].

Rahayu, T. 2005. Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L) setelah Pemberian Cairan Kombucha Per-Oral. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi FKIPUMS 6 (2):85-100.

Rahmat H. 2009. Identifikasi senyawa flavonoid pada sayuran indigenous. Jawa Barat, Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Universitas Sumatera Utara 69

Ravnskov U. 2003.The Cholesterol Myths.http://www.ravnskov.nu/cholesterol.htm [21 Desember 2005].

Redha, A. 2010. Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam sistem biologis. Jurnal Teknologi Pertanian. 9(2):196-202.

Retnaningsih, C. H. 2008. Potensi fraksi aktif antioksidan, anti kolesterol kacang koro (Mucuna pruriens) dalam pencegahan aterosklerosis. Laporan Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2008/2009 UKS Semarang.

Riansari, A. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) terhadap Kadar Kolesterol Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Ridwan, M. 2006. Quality function deployment (QFD) untuk peningkatan kinerja kualitas produk industri kecil makanan khas tradisional dangke di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 6(3):176-182.

Rohdiana, D. 2001. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh. Majalah Jurnal Indonesia. 12:53-58.

Rohman A. dan Riyanto S. 2005. Aktivitas Antioksidan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia, L). Jurnal Agritech.

Rokhmawati, A., A. Gunadi, dan D. W. A. Fatmawati. 2014. Daya antibakteri ekstrak buah takokak (Solanum torvum Swartz) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Artikel Ilmiah Kedokteran Gigi.

Santos, S. L. B., A. R. Passos, S. R. O. D. Queiroz, M. N. Nascimento, dan F. S. Carneiro. 2015. Genetic variability in populations of Agave sisalana perrine detected by inter simple sequence repeats. Journal of Bioscience. 31(6):1624-1633.

Sarastani, D., Soekarto, S.T., Muchtadi, T.R., Fardiaz, D., dan Apriyantono, A. 2002. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk). Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan.

Sharma, S. Dan V. K. Varshney. 2012. Chemical Analysis of Agave Sisalana Juice for Its Possible Utilization. Acta Chimica & Pharmaceutica Indica Journal. 2(1):60-66.

Sihadi dan Djaiman. 2006. Risiko kegemukan terhadap kadar kolesterol. Media gizi dan keluarga. 1:58-64.

Universitas Sumatera Utara 70

Sirait N. 2009. Terong cepoka (Solanum torvum) herba yang berkhasiat sebagai obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 15(1):10- 12.

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. IPB, Bogor.

Soeparno, 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sriningsih.2008. Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba Tempuyung (SonchusarvensisL):www.indomedia.com/intisari/1999/juni/tempuyung.h tm. (diakses tanggal 30 Januari 2011).

Stadellman, W. J. Dan O. J. Cotteril. 1995. Egg Science and Technology. Fourt Ed Food Product Press. An Imprint of the Haworth Press, Inc. New York, London.

Subandi, A. 2013. Efektifitas ekstrak buah rimbang (Solanum torvumSwartz) terhadap penurunan kadar kolesterol total dalam darah pada tikus putih jantan dewasa galur wistar. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 15(2):33-38.

Sudarma, Made. 2010. Uji Fitokimia, Ekstraksi, Isolasi dan Transpormasi Senyawa Bahan Alam. Fakultas MIPA. Universitas Mataram.

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Angkasa, Bandung.

Sudoyo, W. A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K., Setiati, S., Editor, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Internal Publishing, Jakarta.

Sugito, dan A. Hayati. 2006. Penambahan daging ikan gabus (Ophicepallus strianus BLKR) dan aplikasi pembekuan pada pembuatan gluten. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 8(2):147-151.

Sugiyono, 2007. Statistika untuk penelitian. CV. Alfabeta, Bandung.

Suherman SK. 2001. Estrogen, Antiestrogen, Progestin, dan Kontrasepsi Hormonal.Di dalam : Ganiswarna SG, editor : Farmakologi dan Terapi. Ed. 4. Jakarta. Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sukarini. 2006. Produksi dan Kualitas Air Susu Kambing Peranakan Ettawa yang Diberi Tambahan Urea Molases Blok dan atau Dedak Padi pada Awal Laktasi. Animal Production. 8(3):196-205.

Universitas Sumatera Utara 71

Suradikusumah, E. 1989. Kimia Tumbuhan. PAU Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Surono, I. S. & Nurani, D. 2001. Exploration of indigenous dadih lactic bacteria for probiotic and starter cultures. Domestic Research Collaboration Grant-URGE-IBRD World Bank.

Taher, T. 2011. Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Langsat (Lansium domesticum L). Skripsi. Gorontalo:UNG.

Takashi, K., Yoshioka, Y., Kato, E., Iida, O., Keizo, H., dan, Kawabata, J., 2010. Methyl Caffeat as an α-Glucosidase Inhibitor fron Solanum torvum Fruit and The Activity of Related Compound, Biosci, Biotechnol, Biochem. 74 (4):741-745.

Takokak. 2016. Klasifikasi Ilmiah Takokak. http://id.m.wikipedia.org/wiki/takokak. [12 Juli 2016].

Tang, C. 1991. Phenolic Compound in food.Di dalam: Chi-Tang, Chang Y, Lee, dan Mou-Tuan Huang. (eds.). Phenolic Compound in Food and Their Effects on Health. American Chemical Society: Washington DC.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta: Universitas Gadja Mada Press.

Walstra. 2006. Dairy Science and Technology. Taylor and Francis. New York.

Warner, J. N. 1976. Principles of Dairy Processing. Wiley Eastern Limited, New Delhi.

Winarno, F. G. 1997. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Windono, T., Soediman, S., Yudawati, U., Ermawati, E., Srielita, Erowati, T. I. 2001. Uji Peredam Radikal Bebas terhadap 1,1-Diphenyl-2- Picrylhydrazyl. (DPPH) dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis vinifera L.) Probolinggo Biru dan Bali Artocarpus. 1:34-43.

Yuanyuan, L. U., Jianguang, L., Xuefeng, H, dan Lingyi, K. 2009. Four steroidal glycosides from Solanumtorvum and their cytotoxic activities. Steroids. 74:95–101.

Zulbardi, M. 2002. Upaya peningkatan produksi susu kerbau bagi ketersediaan dan mempertahankan potensi dadih. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Ciawi–Bogor, 30 September–1 Oktober 2002:186–189.

Universitas Sumatera Utara 72

Lampiran 1. Perhitungan dosis dali ni horbo yang diberikan terhadap mencit

Perhitungan untuk perlakuan pada mencit percobaan :

Volume susu kerbau = 500 ml

Volume sari buah rimbang = 75 ml (15% dari volume susu kerbau)

Berat sari buah rimbang = 54 g

Waktu pemanasan = 6 menit – 13 menit

Berat produk rata-rata dali ni horbo = 222 g

- Dali ni horbo

Dosis dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 200 mg adalah :

berat dali ni horbo (g) X = berat sari buah rimbang (g) 0,2 (g)

222 g X = 54 g 0,2 (g)

X = 0,82 g = 820 mg

Maka dosis yang diberikan untuk mencit adalah :

Dosis x faktor konversi ke mencit =

820 mg x 0,0026 = 2,132 mg / 20 g bb mencit

Untuk mencit dengan berat rata-rata 32,13 g maka dosis yang diberikan adalah :

32,13 g x 2,132 mg =3,4250 mg 20 g

Karena volume lambung mencit ±0,5 ml maka dibuat larutan dengan volume

maksimal larutan < 0,5 ml.

dosis (mg) = volume larutan (ml) konsentrasi larutan (mg/ml)

3,4250 mg = 0,3 ml x (mg/ml)

Universitas Sumatera Utara 73

x = 11,4167 mg/ml

Jadi, untuk membuat larutan ini ditimbang dali ni horbo sebanyak 114,167 mg kemudian dihaluskan dengan mortal lalu ditambahkan Na CMC 50 mg dan air panas sebanyak 2 ml, kemudian digerus sampai homogen lalu dicukupkan dengan akuades sampai 10 ml. Volume yang dicekok pada mencit adalah 0,3 ml/hari.

Dosis dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 400 mg adalah :

222 g X = 54 g 0,4 (g)

X = 1,64 g = 1640 mg

Maka dosis yang diberikan untuk mencit adalah :

1640 mg x 0,0026 = 4,264 mg / 20 g bb mencit

Untuk mencit dengan berat rata-rata 32,13 g maka dosis yang diberikan adalah :

32,13 g x 4,264 mg = 6,8501 mg 20 g

6,8501 mg = 0,3 ml x (mg/ml) x = 22,8334 mg/ml

Jadi, untuk membuat larutan ini ditimbang dali ni horbo sebanyak 228,334 mg kemudian dihaluskan dengan mortal lalu ditambahkan Na CMC 50 mg dan air panas sebanyak 2 ml, kemudian digerus sampai homogen lalu dicukupkan dengan akuades sampai 10 ml. Volume yang dicekok pada mencit adalah 0,3 ml/hari.

Dosis dali ni horbo yang mengandung sari buah rimbang 800 mg adalah :

222 g X = 54 g 0,8 (g)

Universitas Sumatera Utara 74

X = 3,28 g = 3280 mg

Maka dosis yang diberikan untuk mencit adalah :

3280 mg x 0,0026 = 8,528 mg / 20 g bb mencit

Untuk mencit dengan berat rata-rata 32,13 g maka dosis yang diberikan adalah :

32,13 g x 8,528 mg = 13,7002 mg 20 g

13,7002 mg = 0,3 ml x (mg/ml)

x = 45,6673 mg/ml

Jadi, untuk membuat larutan ini ditimbang dali ni horbo sebanyak 456,673

mg kemudian dihaluskan dengan mortal lalu ditambahkan Na CMC 50 mg dan

air panas sebanyak 2 ml, kemudian digerus sampai homogen lalu dicukupkan

dengan akuades sampai 10 ml. Volume yang dicekok pada mencit adalah 0,3

ml/hari.

- Gemfibrozil

Dosis yang dipakai pada manusia adalah 2 x 600 mg/hari = 1200 mg/hari

Dosis yang dipakai pada mencit adalah :

Dosis x faktor konversi ke mencit =

1200 mg x 0,0026 = 3,12 mg / 20 g bb

Untuk mencit dengan berat rata-rata 32,13 g maka dosis yang diberikan adalah :

32,13 g x 3,12 mg = 5,0123 mg 20 g

5,0123 mg = 0,3 ml x (mg/ml)

x = 16,7077 mg/ml

Universitas Sumatera Utara 75

Jadi, untuk membuat larutan ini ditimbang gemfibrozil sebanyak 167,077 mg kemudian dihaluskan dengan mortal lalu ditambahkan Na CMC 50 mg dan air panas sebanyak 2 ml, kemudian digerus sampai homogen lalu dicukupkan dengan akuades sampai 10 ml. Volume yang dicekok pada mencit adalah 0,3 ml/hari.

Universitas Sumatera Utara 76

Lampiran 2. Kurva penentuan nilai IC50 ekstrak buah rimbang

80,0000

80,0000

60,0000 60,0000

40,0000 40,0000 y = 0,1604x + 42,512 20,0000 R = 0,9585 20,0000 y = 0,1603x + 42,388 % Inhibisi % Inhibisi 0,0000 0,0000 R = 0,9878

0 50 100 150 0 50 100 150

Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml)

(a) (b)

80,0000

60,0000

40,0000 y = 0,1967x + 39,626

% Inhibisi 20,0000 R = 0,905

0,0000 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml) (c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk ekstrak buah rimbang ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 77

Lampiran 3. Kurva penentuan nilai IC50 ekstrak daun alo-alo

60,0000 60,0000

40,0000 40,0000 y = 0,1765x + 33,27 R = 0,985 20,0000 20,0000

%Inhibisi y = 0,1982x + 32,289 %Inhibisi 0,0000 0,0000 R = 0,962 0 50 100 150 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml)

(a) (b)

80,0000

60,0000

40,0000 y = 0,265x + 30,204

%Inhibisi 20,0000 R = 0,9531 0,0000 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml)

(c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk ekstrak daun alo-alo ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 78

Lampiran 4. Kurva penentuan nilai IC50 kombinasi ekstrak buah rimbang dengan ekstrak daun alo-alo

100,0000 100,0000 50,0000 y = 0,4458x + 46,571 50,0000 y = 0,4307x + 47,191

% inhibisi R = 0,9721

0,0000 % inhibisi 0,0000R = 0,9769 0 50 100 150 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml)

(a) (b)

100,0000

80,0000 60,0000 y = 0,4705x + 45,342 40,0000 R = 0,9558 % inhibisi 20,0000 0,0000 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml)

(c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk kombinasi ekstrak buah rimbang dengan ekstrak daun alo-alo ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 79

Lampiran 5. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T1

50,000050,0000

50,0000

48,000048,0000 48,0000 46,000046,0000 y = 0,0569x + 43,868 46,0000 44,000044,0000 y = 0,0565x + R43,714 = 0,9286 % Inhibisi % Inhibisi R = 0,9578 44,0000 y = 0,0565x + 43,714 42,000042,0000 % Inhibisi R = 0,9578 00 5050 100100 150150 42,0000 0 50 100 150 konsentrasikonsentrasi (µg/ml)(µg/ml) konsentrasi (µg/ml) (a) (b)

52,0000

y = 0,0562x + 44,072 50,0000 R = 0,9047 48,0000 46,0000

% Inhibisi 44,0000 42,0000 0 50 100 150 konsentrasi (µg/ml)

(c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk perlakuan T1 ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 80

Lampiran 6. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T2

52,0000 52,0000

50,0000 50,0000y = 0,0504x + 44,782

48,0000 y = 0,0502x + 44,716 48,0000 R = 0,9576

46,0000 R = 0,9369 46,0000 %inhibisi %inhibisi 44,0000 44,0000 0 50 100 150 0 50 100 150

konsentrasi (µg/ml) konsentrasi (µg/ml)

(a) (b)

52,0000

50,0000 y = 0,0555x + 44,31

48,0000 R = 0,9398

46,0000 %inhibisi 44,0000 42,0000 0 50 100 150 konsentrasi (µg/ml)

(c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk perlakuan T2 ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 81

Lampiran 7. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T3

52,0000 52,0000

50,0000y = 0,0524x + 44,899 50,0000y = 0,0538x + 44,907 R = 0,9518 R = 0,9699 48,0000 48,0000 46,0000 46,0000 % Inhibisi % Inhibisi 44,0000 44,0000 0 50 100 150 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml)

(a) (b)

52,0000 y = 0,0547x + 44,734 50,0000 R = 0,9366 48,0000 46,0000

% Inhibisi 44,0000 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml) (c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk perlakuan T3 ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 82

Lampiran 8. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T4

54,0000 54,0000

53,0000 y = -0,042x + 53,456 53,0000 y = -0,0405x + 53,399 52,0000 R = 0,9228 52,0000 R = 0,9281 51,0000 51,0000 % Inhibisi 50,0000 % Inhibisi 50,0000 49,0000 49,0000 0 50 100 150 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml)

(a) (b)

54,0000

53,0000 52,0000 51,0000

% Inhibisi 50,0000 y = -0,0401x + 53,505 R = 0,9387 49,0000 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml)

(c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk perlakuan T4 ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 83

Lampiran 9. Kurva penentuan nilai IC50 dali ni horbo perlakuan T5

52,0000 y = 0,0545x + 44,941 52,0000

R = 0,95 50,0000 50,0000y = 0,0592x + 44,623 R = 0,9715 48,0000 48,0000 % Inhibisi 46,0000 % Inhibisi 46,0000 44,0000 44,0000 0 50 100 150 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml)

(a) (b)

52,0000

50,0000

48,0000 y = 0,0549x + 44,969 R = 0,9325

% Inhibisi 46,0000 44,0000 0 50 100 150 Konsentrasi (µg/ml)

(c)

Gambar kurva perhitungan IC50 untuk perlakuan T5 ulangan 1 (a), ulangan 2 (b), dan ulangan 3 (c)

Universitas Sumatera Utara 84

Lampiran 10. Kurva absorbansi vs konsentrasi asam askorbat

35 y = 72,004x - 17,485 30 R = 0,991

25

20

15

10 Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml) 5

0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 Absorbansi

Gambar kurva absorbansi vs konsentrasi asam askorbat

Universitas Sumatera Utara 85

Lampiran 11. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam aktivitas antioksidan (IC50)

Data analisis aktivitas antioksidan (IC50) dali ni horbo Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III (µg/ml) T1 107,7680 111,2566 105,4804 324,5050 108,1683 T2 105,2590 103,5317 102,5225 311,3132 103,7711 T3 97,3473 94,6654 96,2706 288,2833 96,0944 T4 82,2857 83,9259 87,4065 253,6181 84,5394 T5 92,8257 90,8277 91,6393 275,2927 91,7642 Total 1453,0123 Rataan 96,8675

Daftar analisis sidik ragam aktivitas antioksidan (IC50) dali ni horbo SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 1061,9757 265,4939 66,2230 ** 3,48 5,99 Galat 10 40,0909 4,0091 Total 14 1102,0666

Keterangan = FK = 140749,6496 KK = 2,0670% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap aktivitas antioksidan dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 108,1683 a A 2 3,6426 5,1812 T2 = 5% 103,7711 b A 3 3,8067 5,3997 T3 = 10% 96,0944 c B 4 3,9027 5,5361 T4 = 15% 84,5394 e C 5 3,9651 5,6309 T5 = 20% 91,7642 d B

Universitas Sumatera Utara 86

Lampiran 12. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar air (%)

Data analisis kadar air (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III T1 41,2603 41,6949 42,2270 125,1822 41,7274 T2 46,1780 45,9536 46,9804 139,1120 46,3707 T3 47,3217 47,4837 47,4522 142,2576 47,4192 T4 48,3252 48,4554 48,0122 144,7928 48,2643 T5 49,0880 49,5438 49,6512 148,2831 49,4277 Total 699,6277 Rataan 46,6418

Daftar analisis sidik ragam kadar air (%) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 105,6692 26,4173 195,8172 ** 3,48 5,99 Galat 10 1,3491 0,1349 Total 14 107,0183

Keterangan = FK = 32631,9297 KK = 0,7875% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar air dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 41,7274 e D 2 0,6682 0,9505 T2 = 5% 46,3707 d C 3 0,6983 0,9905 T3 = 10% 47,4192 c B 4 0,7159 1,0156 T4 = 15% 48,2643 b B 5 0,7274 1,0329 T5 = 20% 49,4277 a A

Universitas Sumatera Utara 87

Lampiran 13. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar abu (%)

Data analisis kadar abu (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III T1 1,7171 2,3773 2,5177 6,6121 2,2040 T2 3,9951 3,6842 3,4743 11,1537 3,7179 T3 5,4005 5,3821 5,1483 15,9308 5,3103 T4 5,8692 5,9427 5,9465 17,7584 5,9195 T5 6,0306 6,2049 6,2724 18,5079 6,1693 Total 69,9629 Rataan 4,6642

Daftar analisis sidik ragam kadar abu (%) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 33,6191 8,4048 145,5735 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,5774 0,0577 Total 14 34,1965

Keterangan = FK = 326,3207 KK = 5,1516% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar abu dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 2,2040 d D 2 0,4371 0,6218 T2 = 5% 3,7179 c C 3 0,4568 0,6480 T3 = 10% 5,3103 b B 4 0,4683 0,6644 T4 = 15% 5,9195 a AB 5 0,4758 0,6757 T5 = 20% 6,1693 a A

Universitas Sumatera Utara 88

Lampiran 14. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar lemak (%)

Data analisis kadar lemak (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III T1 30,7715 30,5771 31,7425 93,0911 31,0304 T2 32,5623 33,0534 33,2529 98,8686 32,9562 T3 32,9741 33,2292 33,8696 100,0729 33,3576 T4 33,7011 33,4409 33,7757 100,9177 33,6392 T5 33,9555 34,0789 34,3504 102,3848 34,1283 Total 495,3351 Rataan 33,0223

Daftar analisis sidik ragam kadar lemak (%) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 17,0650 4,2662 26,6415 ** 3,48 5,99 Galat 10 1,6014 0,1601 Total 14 18,6663

Keterangan = FK = 16357,1253 KK = 1,2118% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar lemak dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 31,0304 c C 2 0,7280 1,0355 T2 = 5% 32,9562 b B 3 0,7608 1,0792 T3 = 10% 33,3576 ab AB 4 0,7800 1,1064 T4 = 15% 33,6392 ab AB 5 0,7925 1,1254 T5 = 20% 34,1283 a A

Universitas Sumatera Utara 89

Lampiran 15. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar protein (%)

Data analisis kadar protein (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III T1 6,8525 6,4219 6,9896 20,2641 6,7547 T2 5,3636 5,3085 5,5216 16,1937 5,3979 T3 3,6968 3,8342 3,4562 10,9873 3,6624 T4 2,7782 2,5006 2,6361 7,9149 2,6383 T5 1,4538 1,5394 1,3034 4,2967 1,4322 Total 59,6566 Rataan 3,9771

Daftar analisis sidik ragam kadar protein (%) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 54,3042 13,5761 398,9717 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,3403 0,0340 Total 14 54,6445

Keterangan = FK = 237,2607 KK = 4,6382% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar protein dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 6,7547 a A 2 0,3356 0,4773 T2 = 5% 5,3979 b B 3 0,3507 0,4975 T3 = 10% 3,6624 c C 4 0,3595 0,5100 T4 = 15% 2,6383 d D 5 0,3653 0,5188 T5 = 20% 1,4322 e E

Universitas Sumatera Utara 90

Lampiran 16. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar serat kasar (%)

Data analisis kadar serat kasar (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III T1 0,2533 0,2972 0,2828 0,8333 0,2778 T2 0,3249 0,3149 0,3348 0,9745 0,3248 T3 0,6361 0,6714 0,6273 1,9348 0,6449 T4 0,9726 0,9391 0,9436 2,8553 0,9518 T5 1,1454 1,1220 1,1705 3,4378 1,1459 Total 10,0357 Rataan 0,6690

Daftar analisis sidik ragam kadar serat kasar (%) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 1,7386 0,4346 1053,0235 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,0041 0,0004 Total 14 1,7427

Keterangan = FK = 6,7144 KK = 3,0366% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar serat kasar dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 0,2778 e D 2 0,0370 0,0526 T2 = 5% 0,3248 d D 3 0,0386 0,0548 T3 = 10% 0,6449 c C 4 0,0396 0,0562 T4 = 15% 0,9518 b B 5 0,0402 0,0571 T5 = 20% 1,1459 a A

Universitas Sumatera Utara 91

Lampiran 17. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar karbohidrat kasar (%)

Data analisis kadar karbohidrat kasar (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III T1 60,6589 60,6237 58,7502 180,0328 60,0109 T2 58,0790 57,9539 57,7512 173,7841 57,9280 T3 57,9286 57,5545 57,5259 173,0090 57,6697 T4 57,6515 58,1158 57,6417 173,4090 57,8030 T5 58,5601 58,1768 58,0738 174,8107 58,2702 Total 875,0456 Rataan 58,3364

Daftar analisis sidik ragam kadar karbohidrat kasar (%) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 11,1128 2,7782 9,8564 ** 3,48 5,99 Galat 10 2,8187 0,2819 Total 14 13,9314

Keterangan = FK = 51046,9868 KK = 0,9101% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar karbohidrat kasar dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 60,0109 a A 2 0,9658 1,3738 T2 = 5% 57,9280 b B 3 1,0094 1,4318 T3 = 10% 57,6697 b B 4 1,0348 1,4679 T4 = 15% 57,8030 b B 5 1,0514 1,4931 T5 = 20% 58,2702 b B

Universitas Sumatera Utara 92

Lampiran 18. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Data analisis kadar vitamin C (mg/100 g bahan) Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III (mg/100 g bahan) T1 8,7301 8,7327 8,7138 26,1766 8,7255 T2 26,3265 26,3242 26,3313 78,9820 26,3273 T3 26,3470 26,3481 26,3428 79,0380 26,3460 T4 26,3486 26,3544 26,3557 79,0587 26,3529 T5 17,5800 17,5773 17,5812 52,7385 17,5795 Total 315,9938 Rataan 21,0663

Daftar analisis sidik ragam kadar vitamin C (mg/100 g bahan) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 743,8639 185,9660 6488100,4847 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,0003 0,00003 Total 14 743,8641

Keterangan = FK = 6656,8041 KK = 0,0254% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap kadar vitamin C dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 8,7255 d D 2 0,0097 0,0139 T2 = 5% 26,3273 b B 3 0,0102 0,0144 T3 = 10% 26,3460 a A 4 0,0104 0,0148 T4 = 15% 26,3529 a A 5 0,0106 0,0151 T5 = 20% 17,5795 c C

Universitas Sumatera Utara 93

Lampiran 19. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam total mikroba (CFU/g)

Data analisis total mikroba (CFU/g) Perlakuan Ulangan Total Rataan Rataan I II III (CFU/g) 6 T1 7,2923 7,2625 7,2810 21,8357 19x10 7,2786 6 T2 6,6990 6,7076 6,6902 20,0967 5x10 6,6989 6 T3 6,6628 6,6435 6,6532 19,9594 4,5x10 6,6531 6 T4 6,6232 6,5315 6,6128 19,7675 3,9x10 6,5892 6 T5 6,4914 6,4150 6,4314 19,3377 2,8x10 6,4459 Total 100,9971 Rataan 6,7331

Daftar analisis sidik ragam total mikroba (CFU/g) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 1,2249 0,3062 337,5479 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,0091 0,009 Total 14 1,2340

Keterangan = FK = 680,0278 KK = 0,4473% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap total mikroba dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 7,2786 a A 2 0,0548 0,0779 T2 = 5% 6,6989 b B 3 0,0573 0,0812 T3 = 10% 6,6531 b BC 4 0,0587 0,0833 T4 = 15% 6,5892 c C 5 0,0596 0,0847 T5 = 20% 6,4459 d D

Universitas Sumatera Utara 94

Lampiran 20. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik warna

Data analisis organoleptik warna Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T1 4,2500 3,9500 4,1000 12,3000 4,1000 T2 3,3000 3,3000 3,3500 9,9500 3,3167 T3 2,8000 3,5000 3,6000 9,9000 3,3000 T4 3,5000 3,6500 4,0000 11,1500 3,7167 T5 2,6500 2,6500 2,7000 8,0000 2,6667 Total 51,3000 Rataan 3,4200

Daftar analisis sidik ragam organoleptik warna SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 3,4290 0,8573 15,3080 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,5600 0,0560 Total 14 3,9890

Keterangan = FK = 175,4460 KK = 6,9194% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap nilai hedonik warna dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 4,1000 a A 2 0,4305 0,6124 T2 = 5% 3,3167 b BC 3 0,4499 0,6382 T3 = 10% 3,3000 b BC 4 0,4612 0,6543 T4 = 15% 3,7167 ab AB 5 0,4686 0,6655 T5 = 20% 2,6667 c C

Universitas Sumatera Utara 95

Lampiran 21. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik aroma

Data analisis organoleptik aroma Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T1 2,90 3,30 3,45 9,65 3,22 T2 3,45 3,10 3,30 9,85 3,28 T3 3,50 3,05 3,35 9,90 3,30 T4 3,50 3,10 3,40 10,00 3,33 T5 3,05 2,95 3,15 9,15 3,05 Total 48,55 Rataan 3,24

Daftar analisis sidik ragam organoleptik aroma SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 0,1523 0,0381 0,8755 tn 3,48 5,99 Galat 10 0,4350 0,0435 Total 14 0,5873

Keterangan = FK = 157,1402 KK = 6,4439% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Universitas Sumatera Utara 96

Lampiran 22. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik rasa

Data analisis organoleptik rasa Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T1 2,80 2,90 3,20 8,90 2,97 T2 3,45 3,10 2,90 9,45 3,15 T3 3,10 2,90 3,15 9,15 3,05 T4 3,20 3,20 3,05 9,45 3,15 T5 2,85 2,60 3,30 8,75 2,92 Total 45,7 Rataan 3,05

Daftar analisis sidik ragam organoleptik rasa SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 0,1340 0,0335 0,6166 tn 3,48 5,99 Galat 10 0,5433 0,0543 Total 14 0,6773

Keterangan = FK = 139,2327 KK = 7,6508% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Universitas Sumatera Utara 97

Lampiran 23. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam organoleptik tekstur

Data analisis organoleptik tekstur Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T1 3,35 3,35 3,40 10,10 3,37 T2 3,35 3,60 3,50 10,45 3,48 T3 3,35 3,40 3,30 10,05 3,35 T4 3,40 3,85 3,40 10,65 3,55 T5 3,50 3,55 3,10 10,15 3,38 Total 51,4 Rataan 3,43

Daftar analisis sidik ragam organoleptik tekstur SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 0,0893 0,0223 0,7571 tn 3,48 5,99 Galat 10 0,2950 0,0295 Total 14 0,3843

Keterangan = FK = 176,1307 KK = 5,0123% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Universitas Sumatera Utara 98

Lampiran 24. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam indeks warna (˚HUE)

Data analisis indeks warna (˚HUE) Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T1 87,8416 87,7229 87,8091 263,3736 87,7912 T2 77,0574 76,8773 77,2332 231,1679 77,0560 T3 77,9608 77,7400 77,7183 233,4191 77,8064 T4 78,0317 78,3714 77,9601 234,3631 78,1210 T5 63,9401 64,4349 64,7707 193,1457 64,3819 Total 1155,4694 Rataan 77,0313

Daftar analisis sidik ragam indeks warna (˚HUE) SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 832,7129 208,1782 3766,7027 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,5527 0,0553 Total 14 833,2656

Keterangan = FK = 89007,297 KK = 0,3052% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh penambahan sari buah rimbang terhadap indeks warna dali ni horbo LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - T1 = 0% 87,7912 a A 2 0,4277 0,6083 T2 = 5% 77,0560 c C 3 0,4470 0,6340 T3 = 10% 77,8064 b B 4 0,4582 0,6500 T4 = 15% 78,1210 b B 5 0,4656 0,6611 T5 = 20% 64,3819 d D

Universitas Sumatera Utara 99

Lampiran 25. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam berat badan mencit (g)

Data analisis persentase penurunan berat badan mencit Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III P1 3,4483 2,5641 2,6316 8,6440 2,8813 P2 2,7778 3,0303 3,1250 8,9331 2,9777 P3 6,2500 6,4516 6,8966 19,5982 6,5327 P4 7,1429 6,2500 6,0606 19,4535 6,4845 P5 6,6667 6,4516 6,8966 20,0148 6,6716 Total 76,6435 Rataan 5,1096

Daftar analisis sidik ragam persentase penurunan berat badan mencit SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 47,5972 11,8993 77,526 ** 3,48 5,99 Galat 10 1,5349 0,1535 Total 14 49,1321

Keterangan = FK = 391,615 KK = 7,6675% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan berat badan mencit LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - P1 2,8813 b B 2 0,7127 1,0138 P2 2,9777 b B 3 0,7449 1,0565 P3 6,5327 a A 4 0,7636 1,0832 P4 6,4845 a A 5 0,7758 1,1018 P5 6,6716 a A

Universitas Sumatera Utara 100

Lampiran 26. Data pengamatan dan data analisis sidik ragam kadar kolesterol darah mencit (mg/dl)

Data analisis persentase penurunan kadar kolesterol darah mencit Perlakuan Ulangan Total Rataan (%) I II III P1 0,9259 0,8929 0,9615 2,7803 0,9268 P2 4,5045 4,3478 4,6296 13,4820 4,4940 P3 8,0357 8,3969 8,1818 24,6145 8,2048 P4 6,0345 6,0606 5,9701 18,0652 6,0217 P5 7,2072 7,4074 7,2993 21,9139 7,3046 Total 80,8559 Rataan 5,3904

Daftar analisis sidik ragam persentase penurunan kadar kolesterol darah mencit SK db JK KT F.hit F Tabel F 0,05 F 0,01 Perlakuan 4 98,1341 24,5335 1848,960 ** 3,48 5,99 Galat 10 0,1327 0,0133 Total 14 98,2668

Keterangan = FK = 435,845 KK = 2,1370% ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Uji LSR efek utama pengaruh pemberian akuades, dali ni horbo, dan gemfibrozil terhadap persentase penurunan kadar kolesterol mencit LSR Notasi Jarak (P) Perlakuan Rataan 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - P1 0,9268 e E 2 0,2096 0,2981 P2 4,4940 d D 3 0,2190 0,3106 P3 8,2048 a A 4 0,2245 0,3185 P4 6,0217 c C 5 0,2281 0,3239 P5 7,3046 b B

Universitas Sumatera Utara 101

Lampiran 27. Foto – foto penelitian

- Bahan baku untuk pembuatan dali ni horbo

Susu kerbau Sari daun alo-alo Sari buah rimbang

- Dali ni horbo

Susu kerbau + air perasan Dali ni horbo yang mulai Dali ni horbo + sari daun alo-alo menggumpal buah rimbang

Universitas Sumatera Utara 102

Dali ni horbo dengan penambahan Dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 0% sari buah rimbang 5%

Dali ni horbo dengan penambahan Dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 10% sari buah rimbang 15%

Dali ni horbo dengan penambahan sari buah rimbang 20%

Universitas Sumatera Utara 103

- Pengujian in vivo mencit

Mencit Pengukuran berat badan mencit

Pencekokan pada mencit Pengukuran kadar kolesterol mencit

Alat pengukur kadar kolesterol (Autocheck)

Universitas Sumatera Utara 104

Lampiran 28. Surat izin etik penelitian kesehatan

Universitas Sumatera Utara