Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Volume 1 Tahun 2020, p. xx-xx p- ISSN : 2086-1281 e-ISSN : 2657-2079 https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/tathwir

Memulihkan Komunikasi Belajar dari Jatuh Bangunnya Kabinet Pada Masa Demokrasi Parlementer

Mukti Diapepin (STIA LPPN Padang, [email protected])

Abstract Political communication at this time, often hit by problems. Each elite expressed his sector ego - which ended in conflict. The same condition also happened during Parliamentary Democracy. The ups and downs of the cabinet - mainly triggered by communication bottlenecks that lead to a vote of no confidence. Each political opponent, trying to find weaknesses that lead to impeachment. New communica-tion can be interwoven during the Burhanuddin Harahap cabinet. This is evidenced by the success of the 1955 General Election. All political party leaders, trying to find common ground, to succeed in holding the first elections in .

Keywords: communication, politics, cabinet, parliamentary

Abstrak Komunikasi politik pada masa kini, sering dilanda masalah. Masing-masing elite mengemukakan ego sektoralnya –yang berujung pada konflik. Kondisi yang sama juga pernah terjadi pada masa Demokrasi Parlementer. Jatuh bangunnya kabinet –terutama dipicu oleh sumbatan-sumbatan komunikasi yang bermuara pada mosi tidak percaya. Masing-masing lawan politik, berusaha mencari kelemahan yang berujung pada impeachment. Jalinan komunikasi baru bisa terajut semasa kabinet Burhanuddin Harahap. Hal ini dibuktikan dengan suksesnya Pemilu 1955. Seluruh pimpinan partai politik, berusaha untuk mencari titik temu, untuk menyukseskan penyelenggaraan Pemilu pertama di Indonesia

Kata Kunci: komunikasi, politik, kabinet, parlementer.

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi...

A. Pendahuluan terletak pada kebuntuan komunikasi yang Sejak memasuki 74 tahun terjadi antar partai politik, elit politik, kemederkaan, telah banyak perubahan perdana menteri-parlemen, dan lainnya. yang terjadi terutama dalam sistem Friksi di antara partai politik telah pemerintahan. Beberapa kali terjadinya memicu saling mencurigai di antara elite. perubahan sistem politik, sejak Muaranya adalah melayangkang mosi demokrasi presidensil, berlanjut pada tidak percaya, yang berujung pada demokrasi liberal, atau juga dikenal impeachment. Masing-masing elite dengan sebagai demokrasi parlementer, hingga ideologinya masing-masing bersikeras kembali dengan model demokrasi untuk memaksakan maunya, untuk segera Pancasila yang juga berbau liberal diera dilaksanakan oleh lawan politiknya. Dan, reformasi. tercatat dalam sejarah ketatanegaraan Demokrasi parlementer merupakan sejak 1949-1957 telah terjadi delapan kali sistem politik yang melindungi secara pergantian kabinet. konstitusional hak-hak individu dari Untuk menguatkan persoalan kekuasaan pemerintah. Dalam Demokrasi kemacetan komunikasi antar ellit plolitik itu keputusan-keputusan mayoritas (dari tersebut, ada beberapa item pertanyaan proses perwakilan atau langsung) yang bisa diajukan. Bagaimana bentuk- diberlaku-kan pada sebagianbesar bentuk persoalan yang dihadapi oleh tiap- bidang-bidang kebijakan pemerintah tiap kabinet pada masa parlementer?, dan yang tunduk pada pembatasan- bagaimana solusi untuk mengatasi pembatasan agar keputusan pemerintah masalah yang terjadi di tingkat elite tidak melanggar kemerdekaan dan hak- politik?. Seluruh item pertanyaan, akan hak individu, seperti tercantum dalam terjawab dalam pembahasan berikutnya. konstitusi. Untuk membedah persoalan ini, ada Masa demokrasi Liberal berlaku beberapa kerangka konseptual yang antara tahun 1949-1959, ditandai dengan dipakai. Komunikasi merupakan aktivitas tumbuh suburnya p artai politik dan dasar manusia. Dengan berkomunikasi, berlakunya kabinet parlementer. Namun, manusia dapat saling berhubungan satu di tengah eufira politik pasca sama lain baik dalam kehidupan sehari- diumumkannya Maklumat No.X oleh hari di rumah tangga, di tempat Wakil Presiden Moh. Hatta, memicu pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat kemelut politik. Pangkal permasalahan

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 34

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... atau dimana saja manusia berada meyempurnakan kemampuan (Rubent, 1998: 45). Tidak ada manusia komunikasi mereka. Elit politik juga yang tidak akan terlibat dalam termasuk ke dalam komunikator bagi komunikasi. Pentingnya suatu suatu negara. Elit politik sangat komunikasi bagi manusia tidaklah dapat mempengaruhi kebijakan yang akan dipungkiri begitupula halnya bagi suatu dibuat untuk masyarakat banyak. Oleh negara. Dimana didalamnya menurut karena itu, komunikasi elit politik perlu Rubent terdapat sekelompok orang yang diperhatikan karena sangat berpengaruh memerintah dan orang yang diperintah. pada penyampaian pesan kepada Orang yang memerintah yang masyarakat banyak (Arni, 2007: 60). biasanya disebut elite politik sedangkan Apabila penyampaian pesan itu salah orang yang diperintah adalah masyarakat akan mengakibatkan persepsi yang salah atau rakyat. Kelompok elite politik juga pada masyarakat. jumlahnya agak sedikit, mengambil peran utama dalam hampir semua fungsi politik B. Pembahasan nasional, memonopoli kekuatan dan 1. Demokrasi Parlementer dan menikmati keuntungan daripadanya; Dilemanya sedangkan kelompok massa, dibina dan Sistem pemerintahan dalam bidang diawasi oleh yang pertama baik secara politik yang dianut pada masa Demokrasi legal atau tidak, dengan atau tanpa Liberal adalah sistem kabinet pedoman hukum dan kekerasan (Dahl, parlementer. Sistem pemerintahan 2003). Dengan adanya komunikasi yang tersebut berlandaskan pada UUDS 1950 baik akan suatu pemerintahan dapat (Undang-Undang Dasar Sementara berjalan dengan baik, lancar serta Republik Indonesia tahun 1950). Sistem berhasil begitupula sebaliknya, pemerintahan ini menetapkan bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat kabinet-kabinet atau para menteri jalannya pemerintahan dan bertanggung jawab kepada parlemen. pembangunan yang pada akhirnya akan Sistem kabinet parlementer juga menimbulkan kerugian yang sangat besar menerapkan sistem pemungutan suara akan di alami oleh rakyat atau (voting) yang digunakan dalam pemilihan masyarakat negara tersebut. umum (Pemilu), mosi, dan demonstrasi Oleh karena itu, para pemimpin dan sebagai bentuk rakyat dalam para komunikator perlu memahami dan

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 35

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... mengekspresikan hak untuk ikut serta 1952 –2 Juni 1953, Kabinet Ali dalam berpolitik (Hatta, 1960:67). Sastroamidjojo I dengan masa jabatan Selain itu, adanya sistem multipartai antara 31 Juli 1953 –24 Juli 1955, Kabinet pada masa ini menyebabkan terciptanya Burhanuddin Harahap dengan masa golongan mayoritas dan minoritas dalam jabatan antara 12 Agustus 1955–3 Maret masyarakat, serta adanya sikap 1956, Kabinet II mementingkan kepentingan golongan dengan masa jabatan antara 24 Maret partai politik masing-masing daripada 1956 –14 Maret 1957, dan Kabinet kepentingan bersama.Sistem Djuanda (Kabinet Karya) dengan masa pemerintahan dalam bidang politik yang jabatan antara 9 April 1957 –10 Juli 1959 dianut pada masa demokrasi Liberal (Simanjuntak, 2003: 69-70). aadalah sistem kabinet presidensial. Adapun beberapa tujuan yang hendak Sistem kabinetpresidensial berlandaskan dicapai oleh ketujuh kabinet tersebut, pada UUD 1945 (Undang-Undang Dasar yaitu menjaga keamanan dan ketertiban tahun 1945) dan kekuasaan tertinggi rakyat, meningkatkan kemakmuran dan negara ditempati oleh lembaga eksekutif, kesejahteraan rakyat, memperiapkan yaitu Presiden.1 Pemilu dan memperjuangkan Irian Barat. Pemerintahan pada masa Demokrasi Selain itu, pada masa Demokrasi Parlementer dijalankan oleh tujuh Parlementer ini juga dibentuk kabinet dengan masa jabatan berbeda. konstituante, sebuah lembaga yang Ketujuh kabinet itu adalah Kabinet Natsir bertugas untuk menyusun dengan masa jabatan antara 6 September danmenetapkan Undang-Undang Dasar 1950 –18 April 1951, Kabinet Sukiman (UUD) baru bagi Indonesia (Asshiddiqe, dengan masa jabatan antara 26 April 2006: 70). 1951 –26 April 1952, Kabinet Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dengan masa jabatan antara 19 Maret diambil kesimpulan bahwa sistem yang dianut oleh bangsa Indonesia pada tahun

1Sistem demokrasi ini menganut paham 1949-1959adalah sistem demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Paham tersebut Liberal yaitu sistem politikyang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong antara semua kekuatan nasional yang melindungi secara konstitusionalhak-hak revolusioner dengan prinsip NASAKOM (nasionalisme, agama, dan komunisme). NASAKOM individu dari kekuasaan pemerintah. telah menyatukan kekuatan-kekuatan politik yang Dalamdemokrasi liberal, keputusan- terus bersaing sejak masa Demokrasi Parlementer, sehingga mulai tercipta sikap saling gotong royong keputusan mayoritas (dari proses antar sesama anggota partai politik.

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 36

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... perwakilan, ataupun langsung) a. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 diberlakukan pada sebagian besar Maret 1951). bidang-bidang kebijakan pemerintah Setelah bentuk negara Republik yang tunduk pada pembatasan- Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan, pembatasan agar keputusanpemerintah kabinet pertama yang memerintah tidak melanggar kemerdekaandan hak- Negara Kesatuan Republik Indonesia hak individu seperti tercantum dalam adalah Kabinet Natsir. Kabinet Natsir konstitusi. merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh Masyumi. PNI sebagai partai kedua 2. Jatuh Bangunnya Kabinet Karena terbesar lebih memilih kedudukan Macetnya Komunikasi Politik sebagai oposisi. PNI menolak ikut serta Perkembangan Politik Masa dalam kabinet, karena merasa tidak diberi Demokrasi Liberal di Indonesia (1949- kedudukan yang sesuai dengan kekuatan 1959) Periode 1949 -1959 merupakan yang dimilikinya. Yahya (2005: 72) masa berkiprahnya partai-partai politik menjelaskan kabinet Natsir mendapat pada peme-rintahan Indonesia. Pada dukungan dari militer dan dari tokoh- masa ini terjadi pergantian kabinet, tokoh terkenal yang memiliki keahlian partai-partai politik terkuat mengambil dan reputasi tinggi seperti Sri Sultan alih kekuasaan. Dua partai terkuat pada Hamengku Buwono IX, Mr. Asaat, Mr. masa itu (PNI dan Masyumi) silih berganti Moh. Roem, Ir. Djuanda dan Dr.Sumitro memimpin kabinet. Hampir setiap tahun Djojohadikusumo. terjadi pergantian kabinet. Masa Program pokok dari Kabinet Natsir pemerintahan kabinet tidak ada yang adalah menggiatkan usaha keamanan dan berumur panjang, sehingga masing- ketentraman; konsolidasi dan masing kabinet yang berkuasa tidak dapat menyempurnakan pemerintahan; melaksanakan seluruh programnya. menyempurnakan organisasi angkatan Keadaan ini menimbulkan perang; mengembangkan dan ketidakstabilan dalam bidang politik, memperkuat ekonomi kerakyatan; dan ekonomi, sosial, dan keamanan. Kabinet- memperjuangkan penyelesaian masalah kabinet yang pemah berkuasa setelah Irian Barat. Pada masa pemerintahan dan penyerahan kedaulatan dari tangan kekuasaan Kabinet Natsir terjadi Belanda adalah sebagai berikut: pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Masalah dalam

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 37

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... keamanan negeri, seperti Gerakan DI/TII, presiden, presiden menunjuk Sartono Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan (Ketua PNI) menjadi formatur. Hampir Gerakan RMS. Perundingan-perundingan satu bulan Sartono berusaha membentuk masalah Irian Barat juga mulai dirintis, kabinet koalisi antara PNI dengan namun mengalami jalan buntu. Oleh Masyumi. Namun usahanya itu karena itu, muncul mosi tidak percaya mengalami kegagalan, sehingga ia terhadap Kabinet Natsir. mengembalikan mandatnya kepada PNI juga tidak menyetujui berlakunya presiden setelah bertugas selama 28 hari Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1950 (28 Maret -18 April 1951). tentang DPRD yang dianggap Presiden kemudian menunjuk menguntungkan Masyumi. Mosi itu Sukiman (Masyumi) dan Djojosukarto disampaikan kepada parlemen tanggal 22 (PNI) sebagai formatur. Walaupun Januari 1951 dan memperoleh mengalami sedikit kesulitan, namun kemenangan, sehingga pada tanggal 21 akhirnya mereka berhasil membentuk Maret 1951 Perdana Menteri Natsir kabinet koalisi antara Masyumi dengan mengembalikan mandatnya kepada PNI dan sejumlah partai kecil. Kabinet presiden. koalisi itu dipimpin oleh Sukiman dan Berdasarkan penjelasan di atas, kemudian lebih dikenal dengan sebutan penulis berkesimpulan bahwa ini KabinetSukiman. Kabinet Sukiman dipimpun oleh Natsir sebagai perdana memiliki tujuh program, dan di antaranya menteri yang didominasi oleh Masyumi, mirip dengan program dari kabinet kemudian mulai goyah kegagalan dalam Natsir. Misalnya, mengenai pemulihan perundingan dengan Belanda mengenai keamanan dan ketertiban. Usia kabinet ini Irian Barat, selain itu kabinet ini jatuh tidak jauh berbeda dengan kabinet Natsir, setelah PNI mengajukan mosi tidak karena pada masa kabinet ini banyak percaya menyangkut pencabutan menghadapi masalah-masalah seperti Peraturan Pemerintah tentang DPSD dan krisis moral yang ditandai dengan DPRDS. munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan b. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April kegemaran akan barang-barang mewah. 1952). Kabinet Sukiman juga Setelah Kabinet Natsir memprogramkan untuk merebut kembali mengembalikan mandatnya kepada Irian Barat dari tangan Belanda,

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 38

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... walaupun belum juga membawa bantuan ekonomi dan militer. Kabinet ini hasil.Kedudukan Kabinet Sukiman dicecer tuduhan menyelewengkan semakin tidak stabil, karena hubungan Indonesia dari politik luar negeri bebas dengan militer yang kurang baik, aktif, dan setelah PNI dan Masyumi terutama terlihat dari sikap pemerintah menarik dukungannya kabinet inipun menghadapi pemberontakan yang terjadi runtuh. di Jawa Barat, Jawa tengah, dan Sulawesi Selatan yang kurang tegas. c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 -3 Juni Selanjutnya kedudukan Kabinet 1953). Sukiman semakin bertambah goyah Setelah Kabinet Sukiman jatuh, sebagai akibat terjadinya pertukaran nota digantikan oleh Kabinet Wilopo. Kabinet antara Menteri Luar Negeri Subardjo ini mendapat dukungan dari PNI, dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Masyumi, dan PSI. Wilopo sendiri adalah Cochran mengenai bantuan ekonomi dan tokoh PNI. Program kerja kabinet ini ada militer berdasarkan ikatan Mutual 6 pasal, dan yang paling penting dari Security Act(MSA) atau Undang-undang keenam program itu adalah Kerja Sama Keamanan. Kerja sama itu mempersiapkan pelaksanaan pemilihan dinilai sangat merugikan politik luar umum. Kabinet ini jugamem-programkan negeri bebas-aktif yang dianut Indonesia, untuk meningkatkan kemakmuran rakyat karena Indonesia harus lebih dan menciptakan keamanan dalam negeri. memerhatikan kepentingan Amerika Program luar negerinya ditekankan Serikat. kepada perjuangan pengembalian Irian Bahkan, Kabinet Sukiman dituduh Barat serta melaksanakan politik luar telah memasukkan Indonesia ke dalam negeri yang bebas-aktif. Blok Barat. Oleh karena itu, DPR Namun kabinet Wilopo juga tidak menggugat kebijakan Kabinet Sukiman. luput dari masalah-masalah yang Akhirnya Kabinet Sukiman pun menemui menggoyahkan kedudukannya.Masalah nasib yang sama, mengalami kejatuhan yang cukup berat dihadapi oleh Kabinet dan mengembalikan mandatnya kepada Wilopo adalah masalah Angkatan Darat Presiden. Menurut hemat penulis, kabinet yang dikenal dengan Peristiwa 17 ini mulai goyah akibat adanya Oktober 1952.2Sementara itu, kesepakatan antara Menlu Subandrio dan

Duta Besar AS Merle Cohran tentang 2Latar belakang peristiwa itu terkait dengan masalah ekonomi, reorganisasi atau profesionalisasi

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 39

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... perkembangan ekonomi dunia kurang diselenggarakannya pemilu. Namun menguntungkan pemasaran hasil ekspor presiden menolak, dengan alasan bahwa Indonesia. Penerimaan negara menjadi ia tidak mau menjadi diktator, tetapi menurun. Dengan keadaanekonomi yang mungkin pula khawatir apabila tuntutan sulit dan upaya pembentukan militer tentara dipenuhi ia akan ditunggangi oleh yang memenuhi standar profesional, mereka.3 anggota militer yang tidak memenuhi Walaupun Peristiwa 17 Oktober 1952 syarat (berpendidikan rendah) perlu tidak menyebabkan jatuhnya kabinet dikembalikan kepada masyarakat. Hal ini Wilopo, tetapi berakibat menurunnya menimbulkan protes di kalangan militer. kepercayaan masyarakat terhadap Kalangan yang terdesak dipimpin oleh pemerintah. Masalah lain yang Kolonel Bambang Sugeng menghadap menyebabkan jatuhnya kabinet Wilopo presiden dan mengajukan petisi adalah masalah tanah di Tanjung Morawa, penggantian KSAD Kolonel A.H. Nasution. satu kecamatan di Sumatera Timur. Di Tentu saja hal ini menimbulkan kericuhan kecamatan itu terdapat perkebunan asing, di kalangan militer yang menjurus ke arah antara lain perkebunan kelapa sawit, teh, perpecahan. dan tembakau. Atas dasar persetujuan Parlemen mengecam tindakan KMB, para pengusaha asing itu menuntut pemerintah, khususnya Menteri pengembalian lahan perkebunan mereka, Pertahanan dan Pimpinan Angkatan padahal perkebunan itu telah digarap Perang dan Darat. Beberapa anggota oleh rakyat sejak zaman pendudukan parlemen mengajukan mosi tidak percaya Jepang. kepada pemerintah. Mereka menilai Rupanya pemerintah menyetujui bahwa parlemen terlalu ikut campur tuntutan dari para pengusaha asing itu dalam tubuh tentara. Pada tanggal 17 dengan alasan akan menghasilkandevisa Oktober 1952 muncul demonstrasi rakyat dan akan menarik modal asing lainnya terhadap presiden. Para demonstran itu masuk ke Indonesia. Di sisi lain, rakyat menuntut kepada presiden agar 3Dalam perkembangan selanjutnya muncul membubarkan parlemen serta meminta golongan yang anti Peristiwa 17 Oktober 1952 dari kalangan Angkatan Darat sendiri. Menteri presiden memimpin langsung Pertahanan, Sekretaris Jenderal Ali Budihardjo dan sejumlah perwira yang merasa bertanggung jawab pemerintahan sampai atas Peristiwa 17 Oktober 1952 di antaranya KSAP T.B. Simatupang dan KSAD A.H. Nasution mengundurkan diri dari jabatannya. Kedudukan tentara dan campur tangan parlemen atas Nasution digantikan oleh Bambang Sugeng permasalahan militer (Muhaimin, 2005: 27). (Soebijono, 1997: 75).

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 40

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... tidak mau meninggalkan tanah-tanah pelaksanaan politik bebas-aktif dan yang telah digarapnya itu. Maka pada peninjauan kembali Persetujuan KMB; tanggal 16 Maret 1953 terjadilah penyelesaian pertikaian politik. pentraktoran tanah tersebut. Hal ini Meskipun keamanan dan menimbulkan protes dari rakyat. Namun kemakmuran menjadi program utama, protes rakyat itu disambut tembakan oleh realisasinya memang sangat sulit. Kabinet polisi, sehingga jatuh korban di kalangan Ali juga mendapatkan kesulitan dari rakyat.Peristiwa itu dijadikan sarana oleh Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) kelompok yang anti kabinet dan pihak pimpinan Daud Beureueh yang menuntut oposisi lainnya untuk mencela Aceh sebagai provinsi dan meminta pemerintah. Kemudian mosi tidak perhatian penuh atas pembangunan percaya muncul di parlemen. Akibatnya daerah. Daud Beureueh menilai bahwa Kabinet Wilopo mengembalikan tuntutan itu diabaikan, sehingga ia mandatnya kepada presiden pada tanggal menyatakan Aceh menjadi bagian dariNil 2 Juni 1953 tanpa menunggu mosi itu (Negara Islam Indonesia) buatan diterima oleh parlemen.4 Kartosuwiryo (September 1953). Usaha meningkatkan kemakmuran mengalami d. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli kegagalan karena inflasi dan korupsi yang 1953 -12 Agustus 1955). meningkat.Kegagalan yang menyebabkan Dua bulan setelah mundurnya Kabinet jatuhnya Kabinet Ali adalah masalah Wilopo terbentuk kabinet baru yaitu Angkatan Darat.5 Kabinet Ali Sastroamidjojo. Kabinet Ali Akibat peristiwa tersebut dan mendapat dukungan dari PNI dan NU, berbagai kemelut yang lain, kabinet ini sedangkan Masyumi memilih sebagai

5 oposisi. Kabinet Ali mempunyai empat Setelah Peristiwa 17 Oktober, Nasution mengundurkan diri sebagai KSAD. la digantikan oleh program, yakni meningkatkan keamanan Bambang Sugeng. Sementara itu, perwira-perwira AD yang anti dan pro Peristiwa 17 Oktober berhasil dan kemakmuran dan segera memulihkan persatuan dan menandatangani Piagam (25 Februari 1955). Oleh karena diselenggarakan pemilihan urnum; tugasnya dirasakan sangat berat, Bambang Sugeng mohon berhenti dan dikabulkan oleh pemerintah. pembebasan Irian Barat secepatnya; Kemudian pemerintah mengangkat Bambang Utoyo sebagai KSAD baru. Akan tetapi Angkatan Darat

4 yang berada di bawah pejabat KSAD yang dikepalai Kabinet ini merupakan zeken kabinet, karena oleh Zulkifli Lubis menolak. Ketika Bambang Utoyo terdiri atas para pakar dan ahli dibidangnya.Kabinet dilantik pada tanggal 27 Juni 1955, TNI-AD ini mengalamani tantangan berat, berupa gerakan memboikot pengangkatan itu. Bambang Utoyo adalah separatis disejumlah daerah dan beberapa KSAD yang tidak pernah berkantor di Markas Besar pemberontakan lain sehingga mengakibatkan kabinet Angkatan Darat (MBAD). (Muhaimin, 2005: 89). ini runtuh. (Matroji, 2002: 69).

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 41

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... dinilai gagal. Banyak partai yang menarik susunan dan keseimbangan perwakilan di menterinya dari kabinet. Akhirnya pada DPR, pada tanggal 3 Maret 1956 Kabinet tanggal 24 Juli 1955, Ali Sastroamidjojo Burhanuddin Harahap mengembalikan mengembalikan mandatnya kepada wakil mandatnya kepada presiden. Kabinet presiden (karena saat itu presiden sedang Burhanuddin Harahap merupakan menunaikan ibadah haji). Namun di balik kabinet peralihan dari DPR Sementara ke kegagalan Kabinet Ali, kabinet tersebut DPR hasil pemilihan umum yang masih memiliki kesuksesan, di antaranya dilanjutkan oleh Ali Sastroamidjojo II.6 adalah menyiapkan pemilihan umum dan 4. Memulihkan Komunikasi dari Elite menyelenggarakan Konferensi Asia Politik: Belajar dari Demokrasi Afrika. Parlementer e. Kabinet Burhanuddin Harahap (12

6 Agustus 1955-3 Maret 1956). Kabinet Ali Sastroamidjojo II berlangsung dari 20 Maret 1956-14 Maret 1957. Ali Sastroamidjojo Kabinet Ali digantikan dengan Kabinet kembali diserahi mandat untuk membentuk kabinet baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet baru yang Burhanuddin Harahap. Burhanuddin dibentuknya itu merupakan kabinet koalisi antara PNI, Masyumi dan NU. Upaya kabinet ini untuk Harahap berasal dari Masyumi, memperbaiki masalah ekonomi mengalami kesulitan, disusul oleh munculnya gerakan separatisme di sedangkan PNI membentuk oposisi. Hasil berbagai daerah yang dikenal dengan PRRI/Permesta. Gerakan itu menganggap bahwa pemerintah pusat yang menonjol dari kabinet ini adalah mengabaikan pembangunan daerah-daerah. Mereka penyelenggaraan pemilihan umum untuk menuntut agar diadakan pergantian kabinet.Dalam tubuh kabinetitu sendiri terjadi perpecahan antara kali pertama bagi bangsa Indonesia, yang PNI dengan Masyumi. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamidjojo menyerahkan mandatnya kepada berlangsung pada tanggal 29 September presiden sesuai dengan tuntutan daerah. SedangkanAli Sastroamidjojo berpendapat bahwa 1955 untuk memilih anggota DPR dan kabinet tidak wajib mengambalikan mandatnya hanya karena tuntutan daerah. Pada bulan Januari 1957, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih Masyumi menarik semua menterinya dari kabinet. Peristiwa itu sangat melemahkan kedudukan kabinet anggota konstituante. Ali Sastroamidjojo, sehingga pada tanggal 14 Maret Peristiwa tanggal 27 Juni 1955 yang 1957 Ali Sastroamidjojo akhirnya menyerahkan mandatnya kepada presiden. Oleh karena situasi menjadi penyebab kegagalan dari Kabinet negara yang kacau akibat terjadinya gerakan separatisme, dan konflik dalam konstituante, maka Ali berhasil diselesaikan dengan presiden menyatakan negara dalam keadaan bahaya (14 Maret 1957). Pertentangan politik semakin mengembalikan posisi Nasution sebagai meluas, sehingga pembentukan kabinet baru semakin bertambah sulit. Sementara itu, partai-partai masih KSAD. Prestasi lainnya yang dicapai oleh tetap menempuh cara tawar-menawar kedudukan dalam membentuk kabinet baru. Akhirnya atas dasar kabinet ini adalah pembubaran Uni keadaandarurat itu, presiden menunjuk dirinya sendiri Indonesia-Belanda.Setelah hasil menjadi pembentuk kabinet. Presiden berhasil membentuk kabinet baru yang disebut dengan pemilihan umum diketahui mengubah Kabinet Karya dan menunjuk Ir. Djuanda sebagai perdana menteri (Rickelf, 1998: 101).

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 42

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi...

Sistem komunikasi politik di elite politik itu bertindak sebagai agitator Indonesia dalam beberapa dekade sejak dan propagandis, sedangkan media massa awal kemerdekaan secara vertikal terdiri berfungsi sebagai sarana propaganda dari elite politik, media massa dan politik. masyarakat; masing-masing merupakan Sebagai komunikator, elite politik subsistem yang berfungsi selaku sumber mengerahkan pengaruhnya kedua arah, (komunikator), saluran dan khalayak yaitu menentukan alokasi ganjaran penerima (komunikan). Dan suatu proses (imbalan dan hukuman, atau reward and yang dikenal sebagai umpan balik (feed punishment) dan mengubah atau back). mencegah perubahan struktur Di negara–negara totaliter dengan sosial/politik yang ada. Dalam pola komunikasi satu kepada semua, kewenangannya yang pertama, elite proses komunikasi politik berlangsung politik berkomunikasi sebagai wakil dari dimana elite politik sebagai sumber kelompok penguasa (diktator plorelatar). pesan-pesan politik (komunikator politik) Sedangkan pada negara demokratis yang berada pada posisi aktif, sementara dengan pola komunikasi satu kepada satu, media massa sebagai saluran bagi setiap proses komunikasi berlangsung secara pesan politik dan masyarakat sebagai vertikal dan horisontal. Di Indonesia, pola khalayak penerima pesan yang berada komunikasi satu kepada yang satu lainnya pada posisi pasif (Rice, 1993: 104). Pesan- hanya berlangsung pada situasi-situasi pesan/informasi politik secara tertentudan relatif masih berlangsung berkesinambungan datang dari elite antara elite politik dengan anggota politik dari media massa dan masyarakat, masyarakat, elite dengan elite yang lain secara mutlak harus mentaati dan secara individua lmaupun kelompok, menerimanya.Dengan demikian proses serta antar masyarakat dengan komunikasi berlangsung dari atas ke masyarakat lainnya secara individual bawah. maupun kelompok. Proses umpan balik juga ada yakni Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam bentuk persetujuan (semu) pembicaraan politik masih didominasi masyarakat terhadap apa yang datang elite politik. Selain itu media massa tidak dari atas. Sedangkan pesan maupun bisa memanfaatkan sedikit kebebasan informasi politik hampir sepenuhnya yang dimilikinya tetap untuk menangkap bersifat agitasi dan propaganda. Jadi para

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 43

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... dan meyebarkan pembicaraan politik kekuasaan negara. Persaingan ini justru tersebut. berdampak pada kebuntuan politik dalam Koalisi dalam sistem presidensialisme penyelenggaraan kekuasaan dengan sistem multi partai dapat pemerintahan. mengancam proses demokrasi yang Fenomena ini juga yang turut dilaksanakan. Kekhawatiran terhadap mengkhawatirkan proses koalisi di sistem multi partai dalam sistem Indonesia dalam pembentukan presidensial yang berdampak pada pemerintahan. Fenomena koalisi ini juga kestabilan penyelenggaraan menjadi catatan penting dalam perjalanan pemerintahan ini adalah implikasi sejarah negara Indonesia terkait dengan terjadinya polarisasi kepentingan di koalisi partai politik dalam membentuk lembaga legislatif. pemerintahan ini. Koalisi yang terbentuk Akibatnya kebijakan yang dibuat ini menemukan akar kesejarahannya di pemerintah dapat berseberangan dengan Indonesia sebab pada masa demokrasi kepentingan partai politik. Hal ini bisa liberal tahun 1950an fenomena koalisi ini terjadi karena presiden yang terpilih juga menjadi keniscayaan dalam belum tentu dapat diterima oleh anggota pembentukan pemerintahan dibawah legislatif yang juga dipilih oleh rakyat. sistem parlementer. Tidak sedikit fragmentasi terjadi di Bahkan jatuh bangunnya kabinet lembaga legislatif, terutama wakil-wakil pada masa demokrasi parlementer ini partai yang berada di lembaga perwakilan adalah implikasi dari persaingan partai ini. Satu di antara dampak yang politik dalam mencari kekuasaan di dicemaskan adalah terjadinya tarik pemerintahan. menarik kepentingan antara lembaga Begitu juga pada masa reformasi eksekutif dan lembaga legislatif. dengan system multi partai persaingan partai politik untuk mendapatkan C. Simpulan kekuasaan mempengaruhi proses Banyak negara berkembang pembentukan pemerintahan sehingga mengalami kecenderungan seperti ini, pilihan berkoalisi menjadi keniscayaan misalnya negara-negara Amerika Latin walaupun sebenarnya agak “tidak lazim” begitu kuatnya kompetisi legitimasidi dalam sistem presidensial. antara dua lembaga, yaitu eksekutif Partai pengusung presidenpun danlegislatif dalam penyelenggaraan harus mempertimbangkan bagaimana

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 44

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi... hubungan kelembagaan antara eksekutif Politik dan Mahkamah Konstitusi. ; Kunstitusi Press. yang dipimpinoleh presiden dengan Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak lembaga legislatif denganpartai politik Asasi Manusia, & Masyarakat Madani. Jakarta: UIN Syarif yang tidak ikut mendukung pembentukan Hidayatullah. koalisi pemerintahan tersebut. Satu hal Clark, David Scott (Ed.), 2012. Comparative Law and Society yang menarik dari proses membangun (Massachuetts: Edwar Elgar koalisi ini adalah pada keterlibatanelite Publishing, Dahl, Robert, Ian Shapiro and Jose partai yang bertindak “seolah-olah” Antonio Cheibub (Eds). 2003. The mengatasnamakan konstituen. Padahal Democracy Sourcebook. (Massachusetts: Massachusetts logika dalam Pemilu, preferensi pemilih Instititute of Technology. terhadap partai politik berbeda dengan Hatta,Mohammad. 1960. Demokrasi Kita. Bandung: Segaarsy preferensinya terhadap figur. Muhaimin, Yahya. 2005. Perkembangan Namun, logika ini dilupakan oleh elite Militer dalam Perkembangan Politik di Indonesia 1945-1966.Jakarta: partai politik sehingga koalisi yang Gadjah Mada Universiti Press berlangsung melupakan logika Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Bandung: Bumi Aksara. masyarakat. Akibatnya, dalam proses Powell Jr. Bingham. 1982. Contemporary koalisi politik ini ke depan tidak lagi Democracies:Participation, Stabilty and Violence, (Massachusetts: Harvard berdasarkan aspirasi masyarakat. University Press. Padahal makna perwakilan politik ini Rice, Ronald E, dan William J, Paisley, 1993. London: Public tidak sekedar menyerahkan pilihannya Communications. kepada pemimpin partai politik. Tapi Ricklef, MC. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: UGM Press. lebih dari itu, elite juga harus Rubent, Brand D. 1998 Communication mendengarkan dan menyuarakan aspirasi and Behavior. Allyn and Bacon. Simanjuntak, P. N. H. (2003). Kabinet- masyarakat terkait dengan harapan Kabinet Republik Indonesia: Dari mereka. Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi. Jakarta: Djambatan

Soebijono. 1997. Dwifungsi ABRI. DAFTAR KEPUSTAKAAN Yogyakarta:UGM

Arifin, Anwar. 1998.Strategi Komunikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Asshiddiqe, Jimly. 2006. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 45

Mukti Diapepin – Memulihkan Komunikasi...

Copyright © 2020, Tathwir: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam | 46