Jurnal Dinamika, September 2018, halaman 1-12 Vol. 09. No.2 P-ISSN: 2087- 7889 E-ISSN: 2503-4863

IDENTIFIKASI LEBAH DAN KUPU POLINATOR DI HUTAN BILLA BATTANG KOTA PALOPO

Syarif Hidayat Amrullah1*, Hilda2, Rahimi Fitri Rusli3

1,2,3 Program Studi Biologi, Fakultas Sains, Universitas Cokroaminoto Palopo E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menginventarisasi jenis lebah yang berperan sebagai polinator di Hutan Billa Battang; dan (2) menginventarisasi jenis kupu yang berperan sebagai polinator di Hutan Billa Battang. Hasil inventarisasi tersebut digunakan untuk mengenali jenis serangga polinator yang sangat membantu proses penyerbukan tanaman (entomogami), sehingga nantinya terdapat kontrol bagi para pembudidaya hasil hutan untuk tidak melakukan penangkapan lebih dan aktivitas lain yang dapat mengancam populasi polinator tersebut. Penelitian dilakukan di dua tempat; di Hutan Billa Kelurahan Battang dan identifikasi spesimen di Laboratorium Sel dan Jaringan Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode pengambilan sampel lebah serta kupu dilakukan dengan teknik jelajah menyusuri kawasan hutan. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan sweep net. Setelah diidentifikasi, sampel kemudian diawetkan untuk koleksi dalam bentuk insektarium. Hasil penelitian menunjukkan 16 jenis polinator yang terdiri dari 3 jenis lebah dan 13 jenis kupu. Keragaman jenis polinator di tiga lokasi pengamatan dalam Hutan Billa dikarenakan perbedaan struktur habitat, jenis bunga tanaman, serangga predator sebagai musuh alami, serta parameter fisik berupa temperatur dan intensitas cahaya.

Kata Kunci: Identifikasi, Polinator, Hutan Billa, lebah, kupu

PENDAHULUAN Sebagian besar tanaman pertanian Hampir semua atau sekitar 90% sangat bergantung pada kehadiran dari 250.000 tumbuhan berbunga serangga penyerbuk, sehingga 35% penyerbukan atau reproduksi sumber pangan dunia berasal dari seksualnya bergantung atau dibantu proses penyerbukan oleh serangga oleh hewan terutama serangga (Klein, et al., 2007). (Kearns, et al., 1998). Proses Di Benua Asia, diperkirakan penyerbukan yang dibantu oleh terdapat 1.330 tumbuhan yang serangga disebut entomogami. penyerbukannya dibantu oleh serangga

1

Syarif Hidayat Amrullah, Hilda, Rahimi Fitri Rusli (2018)

(Roubik, 1995). Sedangkan jenis PROSEDUR KERJA tanaman liar menjadi tempat Prosedur kerja dalam penelitian berlindung dan berkembang biak bagi ini meliputi: Preparasi lokasi beberapa serangga, khususnya sampling, pembuatan dan pemasangan polinator (Hadi, et al., 2009). jebakan lebah, penjelajahan area dan Hampir semua ordo serangga penangkapan kupu, pembuatan koleksi mempunyai anggota yang berperan lebah dan kupu, pengukuran parameter sebagai penyerbuk. Namun demikian, fisik lingkungan, serta pengawetan dan yang paling banyak sebagai serangga identifikasi sampel. penyerbuk adalah Ordo , Persiapan dilakukan dengan Hymenoptera, Diptera, dan melakukan survey lapangan. Pemilihan Coleoptera. Subordo Rhopalocera dan stasiun ditentukan dengan menetapkan kelompok Apiformes merupakan tiga lokasi yang berbeda jenis kelompok yang paling banyak menjadi habitatnya, yaitu: kawasan hutan, polinator (Widhiono, 2015). lahan perkebunan, dan daerah aliran Keragaman serangga penyerbuk sungai. yang terus menurun pada berbagai Jebakan dibuat dengan tempat di dunia disebabkan oleh menggunakan gelas plastik bekas berbagai faktor yang meliputi beserta tutup gelas yang sudah kehilangan dan kerusakan habitat, terdapat lubang untuk pintu masuk fragmentasi habitat, penggunaan lebah, ditempeli kertas warna-warni, pestisida, dan terjadinya pemanasan dan dimasukkan cairan gula cair atau global (Nicholls dan Arteri, 2012). madu untuk memancing lebah masuk Kondisi tersebut juga terjadi di ke dalam jebakan. Jebakan yang telah Indonesia, khususnya di Kota Palopo. dibuat tadi kemudian digantungkan Namun demikian, perhatian terhadap pada tanaman di sekitar sarang yang serangga penyerbuk masih sangat terlihat dikunjungi oleh lebah. kurang. Baik berupa informasi tentang Penangkapan kupu lebih keragaman serangga penyerbuk, sederhana dengan menggunakan perannya dalam reproduksi tanaman, sweep net (jaring ayun) di tiga titik maupun upaya-upaya konservasi yang lokasi. Pada masing-masing lokasi dilakukan.

2

Identifikasi Lebah dan Kupu Polinator di Hutan Billa Battang Kota Palopo

dilakukan penjelajahan dengan radius Laboratorium Sel dan Jaringan FSains ± 100 – 250 m2. UNCP untuk dilakukan pengawetan Pembuatan koleksi diawali dan identifikasi. Pengawetan dengan mematikan sampel dengan dilakukan dengan menyuntikkan botol bius. Kemudian formalin 5% kemudian dimasukkan ke didokumentasikan dengan kamera dalam oven serangga selama ± 2 hari. sebelum dipindahkan ke wadah Identifikasi dilakukan secara koleksi. Sampel lebah ditempatkan manual dengan kunci determinasi dalam botol tube, sedangkan sampel serangga dan buku pedoman kupu ditempatkan pada kertas papilot identifikasi dalam Borror, (1992). yang dibuat dari kertas minyak. Setiap HASIL PENELITIAN wadah koleksi diberikan kertas label Hasil Identifikasi Lebah Polinator dan menuliskan kode sampel masing- Berdasarkan penangkapan dan masing. identifikasi sampel yang telah Parameter fisik lingkungan dilakukan, didapatkan hasil bahwa meliputi titik koordinat, temperatur, terdapat tiga jenis lebah dalam dua dan intensitas cahaya. Pengukuran famili yang teridentifikasi sampai pada parameter fisik lingkungan ini tingkat jenis dan kesemuanya berperan bertujuan untuk mengetahui karakter sebagai penyerbuk (polinator). ekologis (faktor abiotik) sampel. Sedangkan dua jenis lain tidak Sampel yang didapatkan di teridentifikasi sampai jenis, hanya lapangan kemudian dibawa ke sampai tingkat (tabel 1).

Tabel 1. Daftar Jenis Lebah yang Teridentifikasi Lokasi Plot Ordo Famili Jenis 1 Apidae Apis sp. Stasiun I 2 Hymenoptera Apis trigona Meliponidae 3 Apis trigona 1 Apis dorsata Stasiun II 2 Hymenoptera Apidae Apis dorsata 3 Apis dorsata 1 Apis dorsata Stasiun III 2 Hymenoptera Apidae Apis cerana 3 Apis sp. Jumlah 9 1 ordo 2 famili 3 jenis Sumber: Data primer, (2018)

3

Syarif Hidayat Amrullah, Hilda, Rahimi Fitri Rusli (2018)

Hasil Identifikasi Kupu Polinator famili yang paling dominan, selain Hasil penangkapan dan karena terdapat tujuh jenis kupu, juga identifikasi kupu polinator di Kawasan keberadaannya di semua stasiun Hutan Billa Kelurahan Battang terlihat menjadi bukti bahwa kisaran toleransi bahwa ada 13 jenis kupu yang famili ini menjadi yang terluas ditemukan di tiga stasiun pengamatan, dibanding famili yang lain. Jenis yaitu area perkebunan, daerah aliran Graphium monticolus dan sungai dan kawasan hutan. 13 jenis gigon menjadi jenis yang ditemukan di tersebut berada pada empat famili tiga jenis habitat di tiga stasiun. (tabel 2). Famili Papilionidae menjadi

Tabel 2. Daftar Jenis Kupu yang Teridentifikasi Lokasi Ordo Famili Jenis Lycanidae Caleta elna Junonia hedonia Nymphalidae Junonia origone Stasiun I Lepidoptera Vindula erota Graphium monticolus Papilionidae Papilio blumei Papilio gigon Appias nero Pieridae Eurema sp. Lycanidae Caleta elna Stasiun II Lepidoptera Graphium androcles Graphium monticolus Papilionidae Papilio gigon Papilio blumei Pierideae Appias nero Graphium androcles Graphium monticolus Stasiun III Lepidoptera Pachliopta polyphontes Papilionidae Papilio ascalaphus Papilio gigon Papilio sataspes Jumlah 1 ordo 4 famili 13 jenis Sumber: Data primer, (2018) Parameter Fisik Lingkungan cahaya) terhadap kehidupan lebah dan Pengukuran parameter fisik kupu polinator. Dari proses lingkungan dilakukan untuk pengukuran didapatkan hasil seperti mengetahui pengaruh faktor abiotik yang ditunjukkan pada tabel 3 berikut. (koordinat, temperatur, dan intensitas

4

Identifikasi Lebah dan Kupu Polinator di Hutan Billa Battang Kota Palopo

Tabel 3. Paramaeter Lingkungan Lokasi Pengambilan Sampel Parameter Fisik Lokasi Koordinat Temperatur (oC) Intensitas Cahaya (lux) Stasiun I S = 02o 57’ 34,6” 26 51200 E = 120o 07’ 26,0” Stasiun II S = 02o 57’ 28,0” 27 14600 E = 120o 08’ 16,6” Stasiun III S = 02o 57’ 28,0” 25 16210 E = 120o 08’ 16,6” Sumber: Data primer, (2018) Pembahasan lebah jenis Apis trigona pada Famili Tabel 1 menunjukkan bahwa Meliponidae. Jenis ini ditemukan di setiap stasiun didominasi oleh jenis plot 2 dan 3, sedangkan di plot 1 jenis lebah yang berbeda. Stasiun I, yaitu lebahnya tidak teridentifikasi sampai area perkebunan, didominasi oleh pada tingkat jenis.

Gambar 1. Apis trigona (Dokumentasi penulis, 2018) dan (Hadisoesilo, 2001)

Stasiun II, yaitu daerah aliran lain yang ditemukan di plot 1 (jenis sungai, didominasi oleh jenis Apis Apis dorsata) dan 3 (Apis sp.), namun dorsata pada Famili Apidae. Jenis ini jumlah Apis cerana yang ditemukan ditemukan di semua plot dalam stasiun lebih banyak dari dua jenis lainnya. II. Stasiun III, pada area kolam ikan Ketiga jenis lebah yang dalam kawasan hutan, didominasi oleh ditemukan mewakili dua dari jenis jenis Apis cerana yang ditemukan lebah madu asli Indonesia, yakni Apis pada plot 2. Walaupun terdapat jenis dorsata dan Apis cerana.

5

Syarif Hidayat Amrullah, Hilda, Rahimi Fitri Rusli (2018)

Gambar 2. Apis dorsata (Dokumentasi penulis, 2018) dan (Hadisoesilo, 2001)

Gambar 3. Apis cerana (Dokumentasi penulis, 2018) dan (Hadisoesilo, 2001) Bangsa lebah beranggotakan lebah yang tak bersengat. Perannya 12.000 jenis. Kebanyakan serangga ini sebagai penghasil madu juga tak hidup soliter, kecuali Famili Apidae begitu penting karena produksi yang umumnya hidup berkoloni. madunya yang sedikit. (Sarwono, Menurut Hadisoesilo (2001), lebah 2001). madu termasuk kedalam Famili Lebah Apis dorsata memiliki Apidae dan hingga kini terdapat dua pasang sayap. Sepasang sayap sembilan jenis lebah madu di dunia, depan lebih besar ukurannya enam di antaranya merupakan lebah dibandingkan dengan sayap belakang. asli Indonesia, yaitu: Apis dorsata, Ketika terbang, sayap yang kecil Apis cerana, Apis andreniformis, Apis bertemu ujungnya seolah-olah menjadi koschevnikovi, Apis nigrocincta, dan satu dan menghasilkan bunyi Apis nuluensis. mendengung. Jika terganggu, lebah ini Apis trigona masuk dalam akan menyerang musuhnya secara Famili Meliponidae termasuk jenis berkawan karena sifatnya liar dan

6

Identifikasi Lebah dan Kupu Polinator di Hutan Billa Battang Kota Palopo

galak. Memiliki enam ruas pada rasa dan warna madu (Rusfidra, 2016). abdomen dan pada ujung posterior Semua jenis kupu pada tabel 2 terdapat sengatan (Sarwono, 2001). terlihat hinggap di bunga tumbuhan Dalam bahasa daerah lebah yang ada dalam area stasiun Apis cerana atau Apis indica disebut pengamatan. Namun untuk stasiun tawon laler, tawon madu, atau tawon daerah aliran sungai, anggota Genus unduhan (Jawa), nyiruan (Sunda), Graphium, khususnya jantan, banyak madu lobang (Palembang), lebah lalat ditemukan hinggap di pasir/tanah dan lebah madu. Lebah jantan sekitar sungai. Sesuai pernyataan berpantat tumpul dan tidak Glassberg (2001) yang menyatakan bersengat. Lebah pekerja berpantat bahwa, sebagian besar kupu jantan runcing dan bersengat. Lebah ratu berkumpul di pasir atau tanah lembab berbadan panjang dan besar, untuk menghisap garam mineral dan berpantat runcing dan bersengat, air. Garam tersebut akan ditransfer ke berwarna kelabu sampai hitam dalam tubuh kupu betina saat proses (Sarwono, 2001). kawin, sebagai nutrisi tambahan bagi Hasil identifikasi menunjukkan telur dan calon larvanya. terdapat dua lebah yang teridentifikasi Keragaman dan kelimpahan jenis hanya sampai pada Genus. kupu ini sangat bergantung dari Berkurangnya jenis lebah yang ketersediaan tumbuhan sebagai teridentifikasi karena dipengaruhi oleh sumber pakannya. Jenis kupu yang cuaca yang berdampak pada jumlah paling sering dijumpai, minimal pada koloni pada setiap sarang. Sumber dua stasiun pengamatan, yaitu anggota pakan lebah yang berbeda berupa Famili Papilionidae jenis: Graphium tumbuhan yang berbunga secara monticolus (muncul di tiga stasiun), bergiliran sepanjang tahun. Jenis Papilio gigon (3), Papilio blumei (2), tumbuhan sangat mempengaruhi bau, dan Graphium androcles (2).

7

Syarif Hidayat Amrullah, Hilda, Rahimi Fitri Rusli (2018)

Gambar 4. Graphium montiicolus (Dokumentasi penulis, 2018) dan (Vane & de Jong, 2003)

Gambar 5. Papilio gigon (Dokumentasi penulis, 2018) dan (Vane & de Jong, 2003)

Gambar 6. Papilio blumei (Dokumentasi penulis, 2018) dan (Vane & de Jong, 2003)

Gambar 7. Graphium androcles (Dokumentasi penulis, 2018) dan (Vane & de Jong, 2003)

8

Identifikasi Lebah dan Kupu Polinator di Hutan Billa Battang Kota Palopo

Kelimpahan jenis kupu sangat Intensitas cahaya pada tiga lokasi erat kaitannya dengan ketersediaan penelitian berkisar antara 14600 s.d. tumbuhan sumber pakan serta kondisi 51200 lux. Intensitas cahaya di area lingkungan (Rahayu dan Basukriadi, perkebunan menjadi yang paling 2012). Jenis pakan, terutama tinggi. Sesuai dengan pernyataan jenis/jumlah bunga juga sangat Yustitia (2012), bahwa intensitas mempengaruhi serangga penyerbuk cahaya yang dibutuhkan untuk karena ketersediaan pakan yang kehidupan serangga berkisar antara meningkat merupakan faktor penting 14190 s.d. 66912 lux. Kupu lebih pengatur aktivitas dan kepadatan menyukai tempat terbuka atau tempat populasi serta keragaman serangga yang memiliki tutupan kanopi yang penyerbuk (Steffan-Dewenter dan tidak terlalu rapat karena adaptasinya Schiele, 2008). Wratten dan Van yang selalu membutuhkan sinar Emden (1994), menyebutkan bahwa matahari untuk berjemur (Panjaitan, diversifikasi habitat dapat 2011) sedangkan lebah lebih menyukai menyediakan nektar dan polen bagi vegetasi yang tidak terlalu tinggi parasitoid dan predator serta dapat dengan batang berkayu untuk tempat berfungsi sebagai tempat berlindung persarangan. sementara. Temperatur udara dan intensitas Hasil pengukuran parameter fisik cahaya merupakan faktor penting pada tabel 3 menunjukkan bahwa untuk mempengaruhi aktivitas dan temperatur berada pada kisaran 25-27 perkembangan serangga, di mana oC. Temperatur di semua stasiun serangga memiliki kisaran temperatur merupakan temperatur optimum untuk udara tertentu untuk hidup. Serangga pertumbuhan serangga. Sesuai dengan memanfaatkan sinar matahari untuk pendapat Jumar (2000), bahwa suhu proses mencari makan, molting, lingkungan efektif yaitu: 15 oC sebagai reproduksi atau peristiwa yang terkait suhu minimum, 25 oC sebagai sebagai sejarah hidupnya (Leksono, 2007). suhu optimum, dan 45 oC sebagai suhu Cahaya mempengaruhi distribusi lokal maksimum. suatu serangga, sehingga serangga

9

Syarif Hidayat Amrullah, Hilda, Rahimi Fitri Rusli (2018)

tersebut dapat beraktivitas sesuai UCAPAN TERIMA KASIH dengan respons sinyal yang berasal Penulis mengucapkan terima dari sinar matahari (Jumar, 2000). kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, KESIMPULAN tim eksplorasi Hutan Billa Battang Terdapat 16 (enam belas) jenis yang terdiri dari beberapa mahasiswa serangga penyerbuk (polinator) yang Biologi Sains angkatan 2014, Kepala terdiri atas 3 (tiga) jenis lebah dan 13 beserta Staf Laboratorium Sel dan (tiga belas) jenis kupu dalam Kawasan Jaringan atas bantuan dan Hutan Billa Kelurahan Battang Kota kerjasamanya. Palopo. Keragaman jenis lebah dan kupu DAFTAR PUSTAKA dipengaruhi oleh faktor habitat, pakan, Boisduval. 1836. Butterflies of Borneo predator alami, serta faktor fisik Papilionidae. Vol.2, No.2. lingkungan berupa temperatur dan Tobishima Corp. Japan. intensitas cahaya. Saran Borror, D.J., C.A. Triplehorn, dan N. Untuk penelitian selanjutnya, F. Jhonson. 1992. Pengenalan sebaiknya dilakukan pengamatan Pelajaran Serangga. Gadjah secara keseluruhan ordo yang Mada University Press. merupakan serangga polinator yaitu Yogyakarta. Ordo Diptera dan Coleoptera. Selain itu penting untuk diketahui Corbet dan R. Felder. 1865. Trend in kelimpahan, jenis tanaman yang Research on Pollination dibantu penyerbukan, serta predator Ecology. In A.J. Richard (Ed). alami yang berpotensi mengurangi The Pollination of Flowers by jumlahnya. Insecta. Academic Press. London.

10

Identifikasi Lebah dan Kupu Polinator di Hutan Billa Battang Kota Palopo

Feltwell, J. 1986. The Natural History Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. of Butterflies. Wadsworth PT. Rineka Cipta. Jakarta. Publishing Company. Britania. Kearns, C. A., D. W. Inouye, and N. Glassberg, J. 2001. Butterflies M. Waser. 1998. Endangered Through Binocular The West: mutualisms: The conservation A Field Guid to the ofplant-pollinator interactions. Butterflies of Western North Annual Review of Ecology and America. Oxford University Systematics 29:83-112. Press. New York. Klein AM., Vaissiere, B., Cane, JH., Haan, D. 1840. Butterflies of the Steffan-Dewenter I, Oriental Region. Part 2. Cunningham, SA., Kremen, C., Papilionidae dan Nymphalidae. Tschranke, T. 2007. Hill House Melbourne Importance of crop pollinators in changing landscapes for Hadi, M., Tarwotjo, U., dan Rahadian, worlds crops. Proceeding R. 2009. Biologi Insekta: Royal Society London B, Entomologi. Graha Ilmu. Biological Sciences 274. 303- Yogyakarta. 313

Hadisoesilo, Soesilawati. 2001. Leksono, A. 2007. Ekologi: Keanekaragaman Jenis Lebah Pendekatan Deskriptif dan Madu Asli Indonesia. Pusat Kuantitatif. Bayumedia Penelitian dan Pengembangan Publishing. Malang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Jurnal Biodiversitas Nicholls, C.I and Altieri, M.A. 2012. Vol 2, No. 1 : 123-128. Plant biodiversity enhances bees and other pollinators in agroecosystems.

11

Syarif Hidayat Amrullah, Hilda, Rahimi Fitri Rusli (2018)

A review. Agron Sustain Dev Sarwono, B. 2001. Lebah Madu. Agro 33: 257–74 Media Pustaka, Jakarta.

Panjaitan, R. 2011. Komunitas Kupu- Vane, W. R. I. dan de Jong, R. 2003. kupu Superfamili Papilionidae The Butterflies of Sulawesi: (Lepidoptera) di Kawasan Annotated Checklist for a Hutan Wisata Alam Gunung Critical Island Fauna. Zoo Verh Meja. Manokwari. Papua Leiden. 343: 3-267. Barat. Widhiono, Imam. 2015. Strategi Rahayu, S.E. dan A. Basukriadi. 2012. Konservasi Serangga Keanekaragaman dan Polinator. Penerbit Universitas Kelimpahan Spesies Kupu- Jenderal Sudirman. Purwokerto kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) pada Berbagai Wratten, S.D., and Van Emden, H. Tipe Habitat di Hutan Kota 1994. Habitat Manajement for Muhammad Sabki Kota Jambi. Enchanched Activity of Natural Enemies of Insect Pests. Roubik DW, Yanega D, Aluja, In D.M. Glen, M.P Greaves Buchmann SL, Inouye DW and H.M Anderson. Ecology (1995) on optimal nectar and Integreted Farming foraging by some tropical bees System. Chilchester. UK. (Hymenoptera: Apidae). Willey. P. 117–146. Apidologie 26:197-211 Yustitia, S. 2012. Keanekaragaman Rusfidra. A. 2016. Daftar Tanaman dan Kelimpahan Kupu-kupu di Mengandung Pollen dan Kebun Botani UPI Bandung. Nektar Lebah Madu. Karya Universitas Pendidikan Tulis Ilmiah. Diakses, 26 Indonesia Januari 2018.

12