KELIMPAHAN KUPU-KUPU () DI KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG SULAWESI UTARA

Roni Koneri* Parluhutan Siahaan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Jalan Kampus Bahu, Manado *Penulis untuk korespondensi, Tel. +62-0431- 827932, Fax. +62-0431- 822568, [email protected]

Abstract Gunung Ambang Nature Reserve is one of the preserved areas which serve to protect the flora and fauna that live in it. This study aimed to analyze the abundance of (Lepidoptera) on various types of habitat in the area of the Gunung Ambang Nature Reserve, North Sulawesi. Sampling of habitat include primary forest, secondary forest, plantation and scrub. Sampling used a sweeping technique that follows the line transect which applied at random along the 1000 meters in each habitat type. The result obtained 5 families of , that , Papilionidae, , Riodinidae, and Satyridae, including 37 and 560 individuals. The most Family found are Nymphalidae (72.50%), while the majority of species is Lohara dexaminus (24.64). The highest abundance of butterflies found in scrub habitat and the lowest on the plantation. Results of this research are expected to be the data base about the abundance of butterflies in North Sulawesi. Keywords: Forest, butterflies, Nymphalidae

PENDAHULUAN

Keanekaragaman spesies yang tinggi 24% merupakan kupu-kupu endemik merupakan karakteristik hutan hujan (Pegie dan Amir, 2006). tropis. Salah satu fauna yang terdapat di Cagar Alam Gunung Ambang hutan tropis adalah kupu-kupu. Kehadiran merupakan salah satu kawasan konservasi kupu-kupu pada suatu ekosistem hutan yang terdapat di Sulawesi Utara dan sangat penting. Kupu-kupu merupakan memiliki luas luas 8638 ha. Kawasan ini bagian dari rantai makanan, sebagai berperan penting dalam menjaga Daerah penyerbuk (Pollinator), dan makanan bagi Aliran Sungai (DAS) untuk daerah hewan lainnya (Toledo dan Mohagan, sekitarnya serta perlindungan terhadap 2011; Perveen dan Haroon, 2015). Peran flora dan fauna endemik yang terancam kupu-kupu juga dapat dijadikan sebagai punah. Ancaman terhadap flora dan fauna bioindikator kualitas lingkungan pada kawasan ini adalah kerusakan hutan (Widhiono, 2004). Jumlah spesies kupu- yang berupa pembalakan liar serta alih kupu yang terdapat di Indonesia sekitar fungsi lahan hutan menjadi perladangan. 1700 spesies dan jumlah ini hanya 10% Penelitian keanekaragaman hayati pada dari jumlah keseluruhan Lepidoptera yang kawasan ini sangat sedikit sekali terutama ada di dunia termasuk di dalamnya serangga. Beberapa penelitian ngengat. Penyebaran kupu-kupu di keanekaragam hayati yang pernah Indonesia seperti Papua sebanyak 5000 dilakukan, yaitu pada akhir 1970-an spesies, Sulawesi sekitar 560 spesies dan dilakukan survei tentang Macaca nigra dan mamalia lainnya dan spesies burung,

71 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 oleh J. dan K. MacKinnon, analisis Gunung Slamet Jawa Tengah (Widhiono, vegetasi dan survey mamalia oleh 2004). Kelimpahan dan keanekaragaman Wildlife Conservation Society (WCS) spesies kupu-kupu (Lepidoptera; tahun 1998 (Riley dan Mole, 2001). Rhopalocera) pada berbagai tipe habitat Alih fungsi lahan pada kawasan (Rahayu dan Basukriadi, 2012). cagar alam Gunung Ambang pada saat ini Perubahan habitat menjadi salah satu hal akan berdampak terhadap flora dan fauna yang harus diperhatikan untuk pada kawasan tersebut termasuk kupu- mempertahankan kelimpahan kupu-kupu kupu. Populasi kupu-kupu sangat (Subahar dan Yuliana, 2010). dipengarahi oleh berbagai faktor, baik Monitoring keanekaragaman hayati faktor biotik maupun abiotik (Amber et al, di suatu kawasan penting dalam 2015). Kupu-kupu akan merespon pengelolaan hutan dan konservasi. Sejauh perubahan kondisi pada habitatnya, jika mana dampak aktifitas alih fungsi lahan pada suatu habitat kondisinya tidak sesuai terhadap kelimpahan kupu-kupu di dengan kebutuhan hidupnya, maka kupu- Gunung Ambang belum pernah diteliti kupu akan berpindah untuk mencari dan dipublikasikan. Berdasarkan daerah baru yang lebih baik untuk permasalahan tersebut perlu dilakukan melangsungkan hidupnya (Clark et al. penelitian tentang kelimpahan kupu-kupu 1996). Apabila terjadi perubahan yang di Kawasan Gunung Ambang Sulawesi drastis pada suatu habitat, beberapa jenis Utara. Penelitian ini bertujuan untuk kupu-kupu yang tidak mampu beradaptasi menganalisis kelimpahan kupu-kupu akan mengalami kepunahan (Borror et al., (Lepidoptera) pada berbagai tipe habitat 1996). di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Penelitian tentang perubahan Sulawesi Utara. Hasil penelitian ini lingkungan terhadap kelimpahan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai keanekaragaman kupu-kupu di Indonesia database keanekaragaman kupu-kupu di banyak dilakukan. Penelitian tentang Sulawesi Utara. komposisi spesies kupu-kupu di lahan METODOLOGI bekas kebakaran di hutan Borneo dan Waktu dan tempat disimpulkan komposisi komunitasnya Penelitian ini dilaksanakan di berbeda jika dibandingkan dengan hutan Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang alam (Cleary danMooers, 2004). Sulawesi Utara dari bulan April sampai Kelimpahan kupu-kupu di empat tipe Juni 2012. Habitat yang dijadikan tempat habitat yaitu hutan alam, hutan tanaman, pengambilan sampel adalah hutan primer, hutan wisata, dan hutan pertanian di

72 Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Cagar Alam Gunung Ambang, Sulawesi Utara hutan sekunder, lahan perkebunan dan Teknik pengambilan dan identifikasi semak. Hutan primer dengan kondisi sampel hutannya tidak terganggu dan diameter Metode pengambilan sampel yang pohonnya ada yang mencapai 100 cm. digunakan adalah metode survey Penutupan kanopi pohon pada hutan ini dengan pengambilan sampel secara di atas 75 %. Hutan sekunder, kondisi purporsif. Koleksi kupu-kupu dilakukan hutannya relatif kurang terganggu. dengan teknik sweeping mengikuti garis Hutan ini ditandai dengan diameter transek yang diterapkan secara random pohon yang tidak terlalu besar (rata-rata sepanjang 1000 m dan teknik ini telah diameter pohon lebih kecil dari 50 cm) digunakan lebih dari 25 tahun dan dan penutupan kanopi pohon antara 50- dianggap efektif (Hamer et al., 1997). 75 %. Kebun merupakan lahan yang Pengambilan sampel dilaksanan dari dijadikan tempat bercocok tanam oleh jam 8 sampai 15 Wita (Peggie dan masyarakat yang berada di sekitar Amir, 2006). Proses identifikasi dan kawasan pinggir hutan. Semak klasifikasi spesimen dengan merupakan habitat bekas kebun menggunakan buku identifikasi. Buku masyarakat yang terlantar dan identifikasi yang dipakai yaitu ditumbuhi oleh semak belukar dan Butterflies of the South East Asian herba. Island, Part I Papilionidae, Part II Pieridae-Danaidae, Part III Satyridae-

73 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 Lybytheidae, Part IV Nympalidae (I), Hasil penelitian didapatkan Part V Nympalidae (II) (Tsukada dan sebanyak 560 individu yang termasuk Nishiyama, 982:1981;1982;1985;1991), dalam 37 spesies kupu-kupu (Tabel 1). serangga Taman Nasional Gunung Famili kupu-kupu yang ditemukan Halimun Jawa Bagian Barat (Amir et sebanyak 5 famili yang terdiri dari al., 2003), panduan praktis kupu-kupu Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae, di kebun Raya Bogor (Peggie dan Amir, Satyridae dan Riodinidae. Kelimpahan 2006), entomologi pertanian (Jumar, famili yang tertinggi terdapat pada 1997). Setelah selesai proses Nymphalidae (72,50%), sedangkan identifikasi maka selanjutnya diadakan yang terendah Rionidae (0,89%) proses pengklasifikasian. Sampel yang (Gambar 2). Famili yang memiliki belum dapat diidentifikasi berdasarkan banyak spesies atau kekayaan spesies beberapa kunci diatas, maka sampel teringgi juga terdapat pada tersebut kemudian dibawa ke museum Nymphalidae (20 spesies atau 54,05%), serangga LIPI Cibinong untuk sedang yang terendah Rionidae dan diidentifikasi dan dicocokkan dengan Satyridae dengan kekayaan spesies spesimen kupu-kupu yang terdapat di masing-masing sebesar satu spesies museum serangga. (2,70%) (Tabel 1). Analisis data Jumlah spesies yang ditemukan Data kupu-kupu yang sudah lebih rendah dibandingkan dengan teridentifikasi dianalisis kelimpahannya. penelitian kupu-kupu yang dilakukan di Kelimpahan spesies merupakan jumlah lokasi lain di Indonesia. Penelitian individu setiap spesies yang ditemukan Cleary dan Grill (2004) mencatat 211 pada setiap habitat. Pengolahan data spesies kupu-kupu di Kalimantan dilakukan dengan bantuan program MS Timur. Nurhasanah et al. (2006) Exell. Analisis statistik yang digunakan menemukan 185 spesies di Taman adalah program Statistica versi 6, Nasional Bukit Barisan. Schulze et al Anova satu arah (one-way Anova) dan (2004) melaporkan 88 spesies yang uji Tukey’s pada taraf kepercayaan 95 % ditemukan di Sulawesi Tengah, dan 252 dipakai untuk mengetahui perbedaan spesies kupu-kupu yang dilaporkan kelimpahan spesies kupu-kupu pada terdapat di Papua (van Mastrigt dan setiap habitat (Statsoft, 2001; Ohsawa, Rosariyanto, 2005), di Gunung Sago 2005). Sumatra Barat (184 spesies) (Rusman, HASIL DAN PEMBAHASAN 2015), di Taman Nasional

74 Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara Bantimurung (144 spesies) (Sumah, pengambilan sampel. Faktor lain 2012), dan di Gunung Meja Papua Barat penyebab lebih sedikitnya spesies kupu- (113 spesies) (Panjaitan, 2011). kupu yang didapatkan adalah rendahnya Perbedaan jumlah spesies yang kompleksitas vegetasi pada lokasi ditemukan disebabkan karena penelitian. perbedaan metode dan lama waktu

Tabel 1. Jumlah famili dan spesies kupu-kupu yang ditemukan pada empat tipe habitat di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara.

Htn Primer Htn Sekunder Kebun Semak Total No Famili/Spesies % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml I Nymphalidae 1 Lohara dexamenus 49 8.75 62 11.07 14 2.50 13 2.32 138 24.64 2 Ideopsis vitrea oenopsis 12 2.14 37 6.61 25 4.46 24 4.29 98 17.50 3 Faunis Menado 8 1.43 8 1.43 7 1.25 13 2.32 36 6.43 4 Euploea leucostictos westwoodi 0 0.00 0 0.00 2 0.36 16 2.86 18 3.21 5 Melanitis leda absolete 0 0.00 5 0.89 1 0.18 10 1.79 16 2.86 6 Hypolimnas missippus 11 1.96 3 0.54 1 0.18 0 0.00 15 2.68 7 Euploea eupator 0 0.00 2 0.36 4 0.71 8 1.43 14 2.50 8 cleno luciplena 3 0.54 9 1.61 0 0.00 2 0.36 14 2.50 9 Idea blanchardii 10 1.79 2 0.36 0 0.00 0 0.00 12 2.14 10 Cyrestis strigata 3 0.54 7 1.25 0 0.00 1 0.18 11 1.96 11 Euploea phaenareta celebica 1 0.18 2 0.36 0 0.00 7 1.25 10 1.79 12 Amanthusa phiddipus 0 0.00 0 0.00 4 0.71 4 0.71 8 1.43 13 Junonia hedonia intermedia 2 0.36 2 0.36 0 0.00 2 0.36 6 1.07 14 Dichorrangia nesimachus pelurius 0 0.00 0 0.00 4 0.71 0 0.00 4 0.71 15 Lasippa neriphus tawayana 1 0.18 2 0.36 0 0.00 0 0.00 3 0.54 16 Euploea algea horsfieldi 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 0.36 2 0.36 17 ida 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 0.36 2 0.36 18 Vindura celebensis 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 0.36 2 0.36 19 Danaus chrysippus bataviana 1 0.18 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 0.18 20 Ideopsis juventa tontoliensis 0 0.00 1 0.18 0 0.00 0 0.00 1 0.18 II Papilionidae 21 gigon 4 0.71 5 0.89 5 0.89 22 3.93 36 6.43 22 Papilio ascalaphus 10 1.79 2 0.36 7 1.25 3 0.54 22 3.93 23 Graphium meyeri 0 0.00 1 0.18 10 1.79 6 1.07 17 3.04 24 Graphium agamemnon 1 0.18 0 0.00 0 0.00 9 1.61 10 1.79 25 Papilio sataspes 6 1.07 1 0.18 0 0.00 0 0.00 7 1.25 26 Papilio blumei 4 0.71 0 0.00 0 0.00 2 0.36 6 1.07 27 Graphium milon 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 0.36 2 0.36 28 Papilio polytes 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 0.36 2 0.36 29 Pachliopta polyhonthes 0 0.00 1 0.18 0 0.00 0 0.00 1 0.18 III Pieridae 30 Catopsilia pamona flava 0 0.00 1 0.18 0 0.00 11 1.96 12 2.14 31 Eurema tomina 0 0.00 0 0.00 5 0.89 2 0.36 7 1.25 32 Hebomia glaucippe celebensis 2 0.36 2 0.36 0 0.00 3 0.54 7 1.25 33 Pareronia tritaea 1 0.18 0 0.00 0 0.00 3 0.54 4 0.71 34 Appias zarinda 0 0.00 1 0.18 0 0.00 0 0.00 1 0.18 35 Catopsilia scylla asema 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 0.18 1 0.18 IV Riodinidae 36 Abisara echerius 3 0.54 2 0.36 0 0.00 0 0.00 5 0.89 V Satyridae 37 Elymnias hewitsoni 0 0.00 2 0.36 3 0.54 4 0.71 9 1.61 Total 132 23.57 160 28.57 92 16.43 176 31.43 560 100.00 75 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

Riodinidae Satyridae 0.89% 1.61% Pieridae 5.71%

Papilionidae Nymphalidae 19.29% 72.50%

Gambar 2. Kelimpahan Famili Kupu-Kupu yang ditemukan di Gunung Ambang

Kompleksitas vegetasi sangat individu yang diperoleh selama dipengaruhi alih fungsi lahan hutan penelitian. Nymphalidae juga dominan menjadi lahan perkebunan. Hal ini ditemukan di Gunung Salak Jawa Barat menyebabkan berkurangnya tanaman (Tabadepu et al., 2008), di Taman sebagai pakan dan inang dari kupu- Nasional Gunung Halimun Salak kupu. Kupu-kupu sangat tergantung (Efendi, 2009), di Kawasan Hutan dengan vegetasi untuk mendapatkan Wisata Alam Gunung Meja (Panjaitan, nektar. Nektar merupakan sumber 2011), di Pusat Pendidikan Konservasi pakan penting bagi serangga polinator, Alam Bodogol, Sukabumi (Ruslan, termasuk kupu-kupu. Pada saat 2012) dan di Hutan Lindung Himalaya mengisap nektar, serbuk sari akan Barat, India (Joshi dan Arya, 2007). menempel pada probosis atau tungkai Kelimpahan dan kekayaan spesies dari kupu-kupu dan akan menempel pada famili Nymphalidae yang tinggi kepala putik bunga berikut yang disebabkan karena famili ini merupakan dikunjunginya (Peggie, 2014). famili terbesar jumlahnya dalam Ordo Nymphalidae merupakan famili Lepidoptera. Famili ini umumnya yang paling banyak ditemukan. Hasil mempunyai penyebaran yang luas, ini sejalan dengan penelitian Ramesh et menyukai tempat yang terang, daerah al. (2010) yang melaporkan bahwa kebun, hutan dan juga menyukai buah famili Nymphalidae dominan yang busuk atau kotoran hewan didapatkan yaitu 36,3% dari spesies (Yustitia, 2012). Familia Nymphalidae yang ditemukan dan 53,6 % dari umumnya memiliki ciri khas berwarna

76 Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara coklat atau kehitaman (Dendang, 2009). ditemukan yaitu Lohara dexamenus Banyaknya jumlah Familia (23,04%), Ideopsis vitrea oenopsis Nymphalidae yang ditemukan karena (16,96%) dan Faunis menado (6,43%). terdapat beberapa tumbuhan yang sesuai Kelimpahan kupu-kupu yang paling untuk mendukung kehidupan kupu- sedikit adalah Danaus chrysippus kupu familia Nymphalidae, baik sebagai bataviana, Ideopsis juventa tontoliensis, sumber makanan maupun sebagai Pachliopta polyhonthes, Appias zarinda tempat untuk berlindung. dan Catopsilia scylla asema masing-

Kelimpahan famili Nymphalidae masing memiliki satu individu (0,18%) baik dari jenis maupun individu (Tabel 1). Spesies tersebut paling disebabkan karena Nymphalidae sedikit ditemukan karena kurangnya mempunyai tumbuhan inang lebih dari tanaman inang yang menjadi sumber satu. Famili ini cenderung bersifat makanan dari kupu-kupu. Keberhasilan polifag (mempunyai jenis makanan kolonisasi kupu-kupu tergantung pada lebih dari satu macam). Sifat polifag habitat yang sesuai, dalam hal ini memungkinkan famili ini tetap dapat ketersediaanya sumber makanan. memenuhi kebutuhannya akan Spesies-spesies yang banyak ditemukan tumbuhan inang meskipun tumbuhan karena memiliki larva yang bersifat inang utamanya tidak tersedia. polifag. Sifat polifag menyebabkan Tumbuhan yang merupakan sumber spesies tersebut dapat berkembang pada makanan oleh famili Nymphalidae berbagai habitat. Menurut Effendi sangat banyak di antaranya adalah (2009) bahwa tempat hidup dan Annonaceae, Fabacae, Leguminosae makanan dari larva kupu-kupu pada dan Astreraceae, sehingga famili berbagai jenis spesies tumbuhan dari Nymphalidae terdapat di mana-mana, berbagai famili. Spesies kupu-kupu dengan jumlah jenis yang banyak dengan frekuensi rendah dan distribusi (Priyono dan Abdullah, 2013). Menurut terbatas bersifat sensitif terhadap penelitian Dendang (2009) tanaman gangguan habitat. Kerusakan habitat inang dari Familia Nymphalidae yaitu menyebabkan fragmentasi dan Annonaceae, Asteraceae, Moraceae, kepunahan tumbuhan sebagai sumber Rubiaceae dan Anacardiaceae. nektar dan inang kupu-kupu spesialis Spesies kupu-kupu yang memiliki (Widhiono, 2004). Hasil ini sejalan jumlah individu paling banyak dengan penelitian Ramesh (2010) yang

77 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016 melaporkan bahwa kelimpahan spesies dan kemerataan tertinggi dipengaruhi tertinggi ditemukan pada semak. Semak oleh vegetasi sebagai pakan dan merupakan bekas lahan pertanian yang tanaman inang dari kupu-kupu. terlantar yang ditumbuhi oleh berbagai Vegetasi tersebut merupakan inang bagi tumbuhan berbunga seperti Asteraceae, beberapa larva spesies kupu-kupu. Mimosaceae. Rumput (Poaceae) dan Menurut Sharma dan Joshi (2009) Rutacea. Kompleksitas dari vegetasi kompleksitas struktural habitat dan akan mendukung kehidupan dari kupu- keragaman bentuk vegetasi berkorelasi kupu. Gardner et al. (1995) berpendapat dengan keragaman spesies serangga. bahwa terdapat hubungan antara Pada habitat semak juga kompleksitas struktur vegetasi dengan didominasi oleh tanaman berbunga dari keanekaragaman serangga. Kehidupan spesies Lantana camara (Asteraceae), serangga sangat dipengaruhi oleh Tithoria diversifolia (Astreaceae), dan makanan terutama nektar yang terdapat Mimosa pudica (Mimosacee). pada tumbuhan berbunga (Southwood, Tumbuhan yang terdapat pada semak 1975). sebagian besar merupakan pakan dan Habitat semak memiliki inang dari kupu-kupu. kekayaan,kelimpahan, keanekaragaman,

55 c 50 ac

45

40 a 35 b 30

Kelimpahan sp 25

20

15

10 HP HS Kb Sm Ket: (●) : rata-rata, (□) : ± galat baku (±SE) , ( ) : ± simpangan baku (±SD), Huruf yang sama pada gambar yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada taraf kepercayaan 95 %

Gambar 3. Kelimpahan Kupu-Kupu Pada Empat Tipe Habitat di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang

78 Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara Menurut Noerjito dan Amir (1992) terbuka atau habitat yang memiliki bunga yang sering dikunjungi kupu- tutupan kanopi yang tidak terlalu rapat. kupu dari famili Nymphalidae dan Hal tersebut merupakan adaptasi Papilionidae adalah bunga tumbuhan perilaku kupu-kupu yang selalu Asteraceae, Lantana dan Rutacee, membutuhkan sinar matahari untuk sedangkan dari famili Pieridae berjemur dan mengeringkan sayapnya (Catopsila dan Eurema) selain supaya lebih mudah terbang. mengisap madu pada bunga tersebut di KESIMPULAN atas juga mengisap madu pada bunga Kupu-kupu yang ditemukan di dari rerumputan (Poaceae). Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Kanekaragaman kupu-kupu sebanyak 37 spesies, 5 famili dan 560 terendah terdapat pada kebun, hutan indiviu dengan famili yang sering alam dan hutan sekunder, disebabkan ditemukan adalah Nymphalidae, karena pohon-pohon yang besar dan sedangkan spesies yang dominan yaitu keadaan lingkungan yang agak gelap Lohara dexamenus. Kelimpahan kupu- membuat kupu-kupu tidak terlihat kupu tertinggi terdapat pada habitat akibat bersembunyi di atas pohon. Hal semak, sedangkan yang terendah di ini sesuai dengan pendapat Ramesh et lahan perkebunan. al. (2010) bahwa kelimpahan kupu- Ucapan Terima Kasih kupu umumnya lebih rendah di hutan Penulis mengucapkan terima primer dan tertinggi pada hutan kasih kepada Direktorat Jenderal terganggu, pinggiran hutan dan daerah Pendidikan Tinggi yang telah mendanai terbuka. Hal ini disebabkan hutan penelitian ini melalui Hibah Penelitian primer keragaman vegetasinya sangat Kompetensi. Ucapan terima kasih juga homogen dan kurang cahaya. Cahaya penulis sampaikan kepada Balai akan dapat menarik kupu-kupu, karena Konservasi Sumber Daya Alam kupu-kupu membutuhkan cahaya untuk (BKSDA) Sulawesi Utara, atas izin dan menjaga keseimbangan suhu tubuhnya. fasilitas yang diberikan selama Menurut Panjaitan (2011) kupu-kupu melaksanakan penelitian. lebih banyak terdapat pada habitat yang

DAFTAR PUSTAKA

Amber N, Ashraf I, Hussain T, Ahmad relative abundance of Orthoptera and I. 2015. Studies on the diversity and Lepidoptera species in urban and

79 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

crop land areas of Dera Ghazi Khan. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Am-Euras. J. Agric. dan Environ. Rineka Cipta. Jakarta. Indonesia. Sci., 15 (8): 1693-1699. Noerdjito WA, Amir M. 1992. Amir M, Noerdjito WA, Kahono S. Kekayaan kupu-kupu di Cagar 2003. Kupu (Lepidoptera). (ed Amir, Alama Batimurung Sulawesi Selatan M, Kahono, S) in Serangga Taman dan sekitarnya. Pros. Seminar Hasil Nasional Gunung Halimun Jawa Litbang SDH 6 Mei 1992: 330-339. Bagian Barat. JICA. Nurhasanah, Tabadepu H, Sahari B, Borror DJ, Triplehorn CA, dan NF Buchori D. 2006. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Community Structure in Bukit Serangga Edisi Keenam. Gadjah Barisan Selatan National Park Mada University Press. Yogyakarta. [Survey Report]. Bogor. Peka Clark LR, Geigera PW, Hughes RD, Indonesia-WCS. dan Morris RF. 1996. The Ecology Ohsawa M. 2005. Species richness and of Insect Population in Theory composition of Curculionidae Practice. The English Language (Coleoptera) in a conifer plantation, Book Society and Chapmen and secondary forest, and old-growth Hall. Canberra. forest in the central mountainous Cleary DFR, Grill A. 2004. Butterfly region of Japan. Ecology Research, response to severe ENSO-induced 20: 632-645. forest fires in Borneo. Ecological Panjaitan R. 2011. Komunitas Kupu- Entomology, 29: 666–676. Kupu Super Famili Papilionoidea Dendang B. 2009. Keragaman kupu- (Lepidoptera) di Kawasan Hutan kupu di Resort Selabintana Taman Wisata Alam Gunung Meja, Nasional Gunung Gede Pangrango, Manokwari, Papua Barat. Tesis. Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan Program Studi Biosains Hewan. dan Konservasi Alam, 4(1) : 25-36. Program Pasca Sarjana Institut Effendi MA. 2009. Keragaman Kupu- Pertanian Bogor. Bogor. Kupu (Lepidoptera : Ditrysia) di Peggie D dan Amir M. 2006. Panduan Kawasan “Hutan Koridor” Taman Praktis Kupu-Kupu di Kebun Raya Nasional Gunung Halimun-Salak Bogor. Pusat Penelitian biologi, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. LIPI, Cibinong. Indonesia. Bogor. Peggie D, Harmonis. 2014. Butterflies Gardner SM, Cabido MR, Valladares of Gunung Halimun-Salak National GR dan Diaz S. 1995. The Park, Java, Indonesia, with an influence of habitat structure on overview of the area importance. diversity in Argentine Treubia, 41: 17-30. semi-arid Chaco forest. J. Veg. Sci. Perveen FK dan Haroon. 2015. 6: 349–356. Checklist of butterfly (Insecta: Hamer KC, Hill JK, Lace LA, Langan Lepidoptera) fauna of Tehsil Tangi, AM. 1997. Ecological and Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. biogeographical effects of forest , 4(4): 98-106 disturbance on tropical butterflies of Priyono B, Abdullah M. 2013. Sumba, Indonesia. J Biogeogr 24: Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu 67-75 di Taman Kehati Unnes. Joshi PC, Arya M. 2007. Butterfly Biosaintifika, 5 (2): 100-105. communities along altitudinal Ramesh T, Hussain KJ, Selvanayagam gradients in a protected forest in the M, Satpathy KK dan Prasad MVR. Western Himalayas, India. Nat Hist J 2010. Patterns of diversity, Chulalongkorn University 7: 1-9. abundance and habitat associations

80 Roni Koneri: Kelimpahan Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara of butterfly communities in Subahar TSS dan Yuliana A. 2010. heterogeneous landscapes of the Butterfly diversity as a data base for department of atomic energy (dae) the development plant of Butterfly campus at Kalpakkam, South India. Garden at Bosscha Observatory, International Journal of Biodiversity Lembang, West Java. Biodiversitas, and Conservation, 2. 75-85. 11 (1): 24-28. Rahayu SE, Basukriadi A. 2012. Sumah ASW. 2012. Biodiversitas kupu- Kelimpahan dan Keanekaragaman kupu Superfamili Papilionoidea Spesies Kupu-Kupu (Lepidoptera; (lepidoptera) di Taman Nasional Rhopalocera) Pada Berbagai Tipe Bantimurung-Bulusaraung, Habitat di Hutan Kota Muhammad Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Sabki Kota Jambi. Biospecies, 5(2): Tesis. Institut Pertanian Bogor. 40-48. Tabadepu H, Buchori D, Sahari B. Riley J, Mole J. 2001. The birds of 2008. Butterfly Record from Salak Gunung Ambang Nature Reserve, Mountain, Indonesia. J. Entomol, North Sulawesi, Indonesia. Forktail, Indon, 5(1): 10-16. 17: 57-66. Toledo JM, Mohagan AB. 2011. Ruslan H, 2012. Komunitas Kupu-kupu University diversity and status of Superfamili Papilionoidea di Pusat butterflies in Mt. Timpoong and Mt. Pendidikan Konservasi Alam Hibok-hibok, Camiguin Island, Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Philippines. National Peer Reviewed Tesis. Institut Pertanian Bogor. Journal, 6: 103-116. Rusman R. 2015. Kupu-kupu Tsukada E dan Nishiyama Y. 1981. (Lepidoptera: Papilionoidea) di Butterflies of the South East Asian Gunung Sago, Sumatera Barat: Island, Part II Pieridae-Danaidae. Keanekaragaman dan Preferensi Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. Kunjungan pada Bunga. Tesis. Tsukada E dan Nishiyama Y. 1982. Institut Pertanian Bogor. Butterflies of the South East Asian Schulze CH, Steffan-Dewenter I, Island, Part I Papilionidae. Palapa Tscharntke T. 2004. Effects of land Co. Ltd. Minatok-Tokyo. use on butterfly communities at the Tsukada E dan Nishiyama Y. 1982. rain forest margin: a case study from Butterflies of the South East Asian Central Sulawesi. In: Gerold et Island, Part III Satyridae- al.(Eds), Land Use, Nature Lybytheidae. Palapa Co. Ltd. Conservation and the Stability of Minatok-Tokyo. Rainforest Margins in Southeast Tsukada E dan Nishiyama Y. 1985. Asia. Berlin. Springer: 281-297. Butterflies of the South East Asian Sharm G, Joshi PC. 2009. Diversity of Island, Part IV Nympalidae (I). Butterflies (Lepidoptera: Insecta) Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. from Dholbaha dam (Distt. Tsukada E dan Nishiyama Y. 1991. Hoshiarpur) in Punjab Shivalik, Butterflies of the South East Asian India. Biological Forum-An Island, Part V Nympalidae (II). International Journal, 1 (2): 11-14. Palapa Co. Ltd. Minatok-Tokyo. Southwood TRE. 1975. The dynamics van Mastrigt H, Rosariyanto E. 2005. of insect populations: In Buku Panduan Lapangan Kupu- Science and Society. Academic Kupu untuk Wilayah Memberamo Press. New York. sampai Pengunungan Cyclops. StatSoft. 2001. Stastitica for windows, Jakarta: Conservation International- 6.0 statsoft Inc. Tulsa. Oklohoma Indonesia Program.

81 Jurnal Pro-Life Volume 3 Nomor 2, Juli 2016

Widhiono. 2004. Dampak Modifikasi Yustitia S. 2012. Keanekaragaman dan Hutan Terhadap Keragaman Hayati Kelimpahan Kupu-Kupu di Kebun Kupu-Kupu di Gunung Slamet Jawa Botani UPI Bandung. Universitas Tengah. Biosfera, 21(3) : 89-94. Pendididikan. Indonesia.

82