Berita Konflik Dualisme Tim Nasional Senior Sepak Bola
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BERITA KONFLIK DUALISME TIM NASIONAL SENIOR SEPAK BOLA INDONESIA (ANALISIS FRAMING BERITA KONFLIK DUALISME TIMNAS DALAM PERSIAPAN PIALA AFF 2012 PADA RUBRIK OLE NASIONAL TABLOID OLAH RAGA BOLA PERIODE SEPTEMBER 2012 – NOVEMBER 2012) Ririn Risnawati, Yanus Purwansyah Sriyanto Abstract The aim of this research is: ( 1 ) to know the frame of the annunciation of conflict dualism National Soccer Team of Indonesia ' s Tabloid BOLA sphere; ( 2 ) to know the tendency of Tabloid BOLA against the annunciation of conflict dualism National Football Indonesia.tipe this research is descriptive by using a qualitative approach. The methods used in this study is framing using the model of Robert. N. Entman. This Model is used to find out how the mass media to construct reality with the four elements: define the problem, diagnose causes, make moral judgement and treatment recommendation. The results showed that the sports Tabloid BOLA (regular readers and public people call; Tabloid BOLA) construct the preaching of the dualism of the national football team Indonesia based on two issues, namely the emergence of the popularized version of the the rival National Team Football Indonesia (KPSI) and Harmonization efforts chronology or National unification through a Joint Committee (KB). On the events related to the emergence of a rival national team version of KPSI, KPSI is positioned as the party that became one of the causes of the problem. However, if the formation of the National KPSI quibble their version as a form of awareness of the condition of the power transfer, which is not up to facing the AFF Cup 2010. Related to the efforts of cleaving or harmony has been through joint committee, tabloid the ball more consistent in chronology negotiations on perceptual difference between KPSI and PSSI regarding the management of the side. KPSI said if the committee together is the most entitled to manage national coach in terms of vote and the process of the notice for players. Meanwhile, among the PSSI said management has been fully is on them. Tabloid sports the ball on finally giving affirmation a solution through opinion Menpora, Andi Mallarangeng, that parties Kemenpora want to side with force best chance in 2012, AFF Cup don ' t see from both which players derived. Keywords: Framing Analysis, Conlict Dualism News, Tabloid Bola A. PENDAHULUAN Pengorbanan dan cita-cita awal didirikannya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai salah satu pilar mewujudkan harga diri bangsa Indonesia melalui prestasi olah raga. Usaha ini seperti mati suri ketika muncul permasalahan yang terjadi ditubuh Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) yang berdampak pada munculnya dualisme federasi, PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) hingga berlanjut munculnya dua Tim Nasional (Timnas), yaitu Timnas versi PSSI dan versi Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) menjelang persiapan Piala AFF 2012. Catatan peringkat yang dikeluarkan FIFA pada bulan November 2012 juga sangat mengejutkan, peringkat Timnas turun. Meskipun beberapa minggu sebelumnya mengalahkan Brunei Darussalam dengan skor telak 5-0 dalam laga ujicoba persiapan Piala AFF Suzuki Cup 2012, dari 125 menjadi 170 peringkat Federation Internationale de Football Association (FIFA). Proses negosiasi yang panjang membuat persiapan Timnas terganggu. Kedua kubu masih tetap dengan pendapat masing-masing yang secara tidak langsung membuat bingung pemain. Pemain adalah korban pertikaian orang-orang yang mementingkan kepentingan kelompok diatas kepentingan negara. Hingga pemberitaan konflik ini muncul di beberapa media akhirnya membuat masyarakat pecinta sepak bola nasional juga saling mengkambinghitamkan kubu yang menurut persepsi mereka menjadi penyebab munculnya konflik dualisme timnas. Dualisme timnas pada saat itu juga mendapat perhatian lebih dari berbagai media, salah satunya Tabloid Olah Raga Bola. Tabloid Olah Raga Bola (pembaca dan orang umum biasa menyebutnya; Tabloid BOLA) berisi tentang pemberitaan semua cabang olah raga termasuk salah satunya adalah sepak bola. Apalagi saat ini sepak bola dan media sudah seperti “pengantin” yang selalu berjalan beriringan. Problematika yang ada di dunia sepak bola merupakan santapan utama yang akan menjadi pemberitaan disetiap media. Baik itu cetak, elektronik maupun online. Bahkan beberapa media sudah memberikan halaman khusus yang tidak sedikit untuk secara gamblang mengupas tentang sepak bola. Peran Tabloid BOLA dalam mendefinisikan bagaimana realitas konflik dualisme timnas seharusnya dipahami dan dijelaskan secara tertentu kepada khalayak. Hal ini diharapkan akan membentuk opini publik terhadap produk berita yang sudah terkonstruksi oleh media yang bersangkutan. Berita yang disajikan oleh Tabloid BOLA merupakan produk dari profesionalisme seluruh awak redaksinya yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan dikonstruksi. Pemberitaan konflik dualisme Timnas Sepak Bola Indonesia tersebut tentu ada proses dimana Tabloid BOLA mengkonstruksi realitas yang ada di lapangan. Media sebagai industri juga diibaratkan sebagai keping mata uang, sebab selain memenuhi tugasnya sebagai kontrol sosial, media tidak bisa lepas dari usaha untuk mencari profit atau keuntungan. Peran media yang paling terasa untuk saat ini adalah media telah bergeser untuk sebuah konstruksi membentuk citra. Salah satu metode untuk mengetahui proses konstruksi adalah analisis framing. Konsep framing juga telah digunakan secara luas untuk menggambarkan proses seleksi dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Framing juga memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting agar informasi dapat terlihat lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat, untuk menuntun interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. Tulisan ini mencoba mengulas lebih dalam dan spesifik bagaimana frame Tabloid BOLA mengenai pemberitaan konflik dualisme yang terjadi pada Timnas Senior Sepak Bola Indonesia. Bagaimana kecenderungan Tabloid BOLA terhadap kasus konflik dualisme Timnas dalam rangka persiapan Piala AFF 2012. B. TINJAUAN PUSTAKA Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Menurut Gitlin, frame adalah bagian yang pasti hadir dalam praktik jurnalistik. Dengan frame, jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan yang mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak. Secara luas, pendefinisian masalah ini menyertakan konsepsi dan interpretasi wartawan. Pesan, secara simbolik menyertakan sikap dan nilai. Ia hidup, membentuk, dan menginterpretasikan makna di dalamnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut (Sobur, 2009: 162). Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Disisi lain, ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini ditujukan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realitas, bagian mana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek lainnya. Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu dan penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang berhubungan dengan penonjolan realitas. Pendapat lainnya, menurut Entman, framing memiliki implikasi penting bagi komunikasi politik. Frames, menurutnya, menuntut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas