LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA 1

Narasumber : Arum Kusuma Dewi

Tanggal wawancara : 18 April 2020

Jenis Wawancara : Telepon

Pewawancara : Selamat siang mba, maaf mengganggu di siang hari ini.. kita mulai aja ya

Key Informan : Iya Amos boleh

Pewawancara : Saat terjadi konflik di setiap dunia olahraga ini belum ke kasus utamanya, apakah artikel dengan topik konflik itu dapat porsi pemberitaan yang lebih besar dari pemberitaan yang lain seperti contohnya prediksi atau hasil pertandingan atau sportainment gitu?

Key Informan : Iya sih pasti kalau ada konflik atau kejadian besar pasti ngambil porsi yang lebih besar soalnya indosport sendiri setiap shift dimulai ada rapat proyeksi gitu nah itu udah ada porsinya nih penulis ini bikin berita apa atau reporter lapangan ini hubungin siapa atau siapa jika ada tiba-tiba kejadian itu yaudah proyeksi di semua itu ditinggalin aja dulu jadi semua focus ke running isu yang konflicnya itu jadi langsung intensif langsung massif soal itu jadi yang lain ditinggal dulu kayak sportainment, hasil pertandingan itu nanti dulu aja gitu

Pewawancara : berarti konflik ini jadi porsi yang paling besar ya, nah pertanyaan saya berikutnya sebenarnya kan jadi porsi paling besar nih, aspek apa sih mba yang buat pemberitaan konflik ini menarik untuk dijadikan objek pemberitaan dari indosport sendiri?

Key Informan : Alasan utama karna secara umum aja sih, kalau misalkan enggak harus media olahraga ya, semua media juga kalau ada konflik besar juga langsung diberitain habis-habisan karena pembaca, penonton, pendengar semuanya pengen tau tentang konflik itu jadi yang pertama karena memang itu pasti menarik pembaca dan apalagi kalau itu isunya di olahraga. Nah kita sebagai media olahraga sudah pasti bakal beritain itu jadi aspek pertama bakal menarik pembaca paling besar jadi haruslah kita beritain. Kalau alasan lainnya sih karna kejadian ini kan udah sering terjadi, terus penangannannya kurang dari penyelenggara nah ini jadi perhatian khusus buat kita. Padahal udah banyak pihak juga yang komentar tentang kejadian kaya gini.

Pewawancara : Berarti dari banyaknya aspek yang sudah mba arum jelaskan kira-kira ada enggak aspek tertentu enggak yang biasanya dijadikan fokus pemberitaan yang menjadi utamanya seperti misalnya kondisi korban, kondisi keluarga korban atau penyebab konflik kah yang seperti itu mba?

Key Informan : Semuanya sih, kan kita punya reporter banyak dan penulis banyak nah itu masing-masing kita langsung suapin. Kamu tolong bikin ini ya tentang kondisi korbannya, kamu tentang kronologis peristiwanya, terus kamu mungkin tentang klubnya, kalau reporter lapangan mungkin langsung kita suruh nyari komentar dari klub, nyari komentar dari ketua PSSI, atau dari pemain-pemain lain. Jadi, semuanya sih langsung di running, terus mungkin penulis dalam bisa nyari-nyari riset dari social media korbannya, missal selain dia suka persija dia fans MU terus memang sebenernya dia suka nonton langsung sepakbola dimana- mana jadi semuanya ya langsung sih berbagai aspek peristiwa itu sama tentang klubnya semua yang bersangkutan sih langsung kita kupas habis-habisan gitu.

Pewawancara : Okay mba, sekarang kita masuk ke kasus spesifiknya jadi kan itu kasus di 2018 nah itu kira-kira di tahun 2018 – 2019 itu seberapa intensif sih mba pemberitaannya untuk kasus haringga sendiri?

Key Informan : Untuk kasus Haringga ini bisa berbulan-bulan sampai mungkin sebulan dua bulan masih intense soal Haringga soal supporter karena itu dampaknya langsung secara keseluruhan karena itu menyangkut dua klub besar dan tentang sepakbola Indonesia apalagi Indosport salah satu yang berita prioritasnya sepakbola Indonesia dan udah pasti itu makan porsi yang banyak dan mungkin bisa dibilang sebulan dua bulan masih intensifnya terus beberapa minggu, beberapa bulan setelahnya masih kita running misal ada perkembangan baru nih ada pelakunya diadili terus dikasih vonis misalkan itu udah berapa bulan seterusnya dan itu tetep kita beritain lagi tetap kita running lagi jadi bisa dibilang sebulan-dua bulan lah Pewawanara : Cukup Intensiflah ya ?

Key Informan : Iya, bahkan setaun kemudian nih misalkan tanggal berapa ya itu kasusnnya?

Pewawancara : Bulan oktober atau November gitu mba kalau enggak salah

Key Informan : Iya misalkan 10 Oktober nah tahun 2019 bisa kita singgung lagi misal tahun lalu ada peristiwa besar gitu tentang peristiwa kematian supporter nah itu bisa kita bahas lagi sih.

Pewawancara : Terus dalam pengambilan berita nih mba, kira-kira teknik pengumpulan data apa saja sih mba yang di instruksikan dari redaksi ke jurnalis-jurnalisnya?

Key Informan : Teknik pengumpulan data yang pasti wawancara langsung kita ada reporter lapangan ada penulis dalam nah yang reporter lapangan ini bisa langsung misal ada acara tahlilan jadi reporter kesana terus ada juga reporter yang di dia ngerunning yang soal sisi PERSIB nya nih mungkin dari keluarga pelaku dari pihak stadionnya, komentar dari Gubernurnya gitu wawancara langsung atau telfon narasumber terus penulis dalam bisa riset dari social media, bisa riset dari internet juga bisa dari buku-buku jadi bisa wawancara langsung atau kita riset internet

Pewawancara : Oh gitu, nah selanjutnya pertanyaan saya masuk ke kebijakan Indosport. Jadikan di Jurnalisme damai ini ada empat focus utama pendekatannya, ada orientasi pada konflik, kebenaran, masyarakat dan pencapaian solusi. Pertanyaan yang pertama apakah redaksi Indosport punya kebijakan yang mengarahkan jurnalisnya untuk melakukan pemberitaan yang menjabarkan dengan jelas dan transparan mengenai keseluruhan sebab akibat dampak fakta yang terjadi pada kasus tersebut?

Key Informan : iyasih semuanya kita kupas habis-habisan, misalkan yang tahap pertama sudah pasti tentang kejadian kronologis tentang pelaku – korban segala macam nanti setelahnya kita langsung focus ke solusi, kita ngambil dari kutipan orang misalnya kita ada reporter “Kamu minta komentarnya Kapolri dong” misalkan supporter “untuk mencegah hal-hal kayak gini gimana sih” jadi semuanya ada termasuk solusi juga gitu

Pewawancara : Oh gitu baik, nah terus mengenai transparansi berarti semua tentang kronologi sampai dijelaskan nah kira-kira dari redaksi sendiri ada enggak Crosscheck ulang engga, biasanya redaktur yang melakukan pada artikel yang menjabarkan tentang kronologi kejadian karena artikel tersebut beresiko untuk mengandung unsur kekerasan unsur sadis gitu misal korban dibacok dengan sadis dan di seret setelah meninggal, jadi yang seperti itu mba?

Key Informan : Iyasih kita mengurangi yang terlalu spesifik yang terlalu vulgar seperti itu kita kurangin juga karena takutnya bisa saja malah memantik mungkin ada pembalasan atau membahayakan penulisnya jadi gak terlalu detail yang soal itu dan waktu itu ada video yang beredar juga sadis-sadis kan nah itu kita enggak tampilkan karena bisa ganggu psikis orang- orang yang baca. Mungkin kita enggak setransparansi itu dengan tujuan menjaga vulgarnya itu kita enggak terlalu vulgar takutnya pembaca enggak nyaman atau malah ada aksi balasan yang seperti itu jadi agak dijaga juga sih kalau soal konflik.

Pewawancara : Lalu, dari redaksi sendiri ada enggak yang mengatur kalau jurnalisnya harus menggunakan kata-kata atau istilah khusus seperti dulu kan saya disuruh memakai kata-kata „Oknum‟ selain seperti itu ada enggak sih mba instruksi lain ?

Key Informan : Iyasih karena awal-awal kan beritanya masih simpang siur jadi kita hati-hati banget untuk langsung nuding pelakunya misal pelakunya dari pihak ini gini-gini jadi awal- awal sebelum pasti sebelum ada keterangan resmi kita pakainya yang netral dulu aja kayak mungkin oknum supporter dari tuan rumah itu ada sih kita kasih arahan-arahan itu untuk menjaga biar informasinya enggak berujung hoax. Jadi setiap ada keterangan resmi dari Kepolisian kita harus hati-hati untuk menulis berita dan menulis subjek beritanya itu siapa aja gitu .

Pewawancara : Pertanyaan berikutnya, redaksi indosport punya kebijakan yang mengatur jurnalisnya harus menulis artikel berdasarkan opini petinggi pihak yang terkait seperti contohnya PSSI, PERSIB, nah itu opini mereka saja yang di ambil atau bagaimana ?

Key Informan : Semuanya sih, semua pihak yang terlibat dari Kepolisian, PSSI, dari Klub atau dari ketua supporternya terus bahkan dari netizen juga bisa jadiin artikel. Jadi itu sebelum ada liputin kita rapat proyeksi dulu jadi dari Korlipnya dari redaktur nah itu udh di arahain seperti “Besok kamu minta ini dong komentarnya Kapolrinya, minta komentar manager klub atau kutip komentar Gubernur jawa Barat atau Gubernur Jakarta ada ngomong apa engga” nah itu pasti semua ada sih karena kita liput jadi ada petinggi pejabatnya juga

Pewawancara : Oh begitu, nah itu kan dari sisi petinggi pejabatnya nah ini kita bicara mengenai media yang menjadi penyambung lidah masyarakat. Indosport mengarahkan jurnalisnya kah untuk memberitakan dampak secara langsung ? contohnya seperti waktu itu keluarga korban atau teman-teman sekitar atau tempat tinggalnya?

Key Informan : Iya pasti kita minta kejar, kan ada reporter lapangan, reporter daerah yang di luar kota juga nah itu kita juga udah ngarahin sih misalnya kita dapat info “Ini besok ada tahlilan di acara rumah korban, kirim reporter kesana” yaudah kita kirim orang kelapangan sana. Mungkin ada waktu itu Sekjen PSSI datang ikut tahlilan nah itu bisa jadi berita terus ketua PSSI kirim ungkapan doa, ucapan atau apa itu bisa kita beritain, suasana di rumah duka atau pemakaman itu juga jadi berita sendiri. Justru itu yang ramai pembaca, yang menarik dari sisi keluarganya dari sisi korbannya.

Pewawancara : Berarti itu berhubungan sama sumber data, nah berapa sih mba jumlah narasumber untuk kriteria yang disertakan, diberitakan dalam satu artikel?

Key Informan : Satu orangpun sih bisa jadi satu artikel

Pewawancara : Berarti enggak ada kriteria khusus?

Key informan : Iya, kalau berita online kan yang penting kecepatannya itu misalkan dari klub tuan rumah baru ngomong nih yaudah kita langsung jadiin satu artikel. Nah untuk pembandingnya atau penyeimbang dari klub tamu itu belum ngomong, yaudah gapapa naikin aja dari klub tuan rumah nanti selanjutnya bisa di tambahin di artikel untuk komentar buat penyeimbangnya bisa kita tambahin atau bikin artikel baru nanti kita arahin misal baca selanjutnya yang seperti itu . Jadi satu orangpun bisa jadi satu artikel sih kecuali yang opininya terlalu menggiring atau pertanyaannya agak kontroversial itu langsung kita masukin balasannya dari pihak yang lain jadi enggak terlihat Indosport mendukung ini banget..terlalu menuding gitu” tapi kalau opininya masih kelihatan netral, biasa jadi langsung naik aja gapapa Pewawancara : Oh begitu, sekarang ngomongin solusi nih mba. Jadi Indosport punya kebijakan enggak untuk mengarahkan jurnalisnya untuk membuat artikel yang memperlihatkan ada solusi dari konflik ini gitu?

Key Informan : Jadi balik lagi tadi kan kalau tentang konflik yang gede ini semua sisi kita hajar gitu kan nah pasti salah satunya akan tentang solusi itu udah pasti kita bikin juga entah opini ahli misal Psikologi atau dari pihak berwajib. Itu pasti ada sih solusinya itu dari PSSInya atau ketua supporternya itu pasti ada sih

Pewawancara : Berikutnya mengenai fakta dan opini, jadi sebenarnya dalam kasus ini pembaca suka terkadang bingung tentang kebenaran berita. Nah apakah indosport mengarahkan jurnalisnya untuk memastikan bahwa tulisan dia bisa di pahami sama pembaca bahwa tulisan dia fakta/opini?

Key Informan : Sebenarnya dari penulisnya dulu,ini ada opini dari ketua supporter tapi kok terlalu menggiring ya nah kamu jelasin aja bagian yang terlalu menggiring itu bisa dipotong atau apa terus sisanya antara fakta dan opini kita berusaha sejelas mungkin dari penulis terus kita edit nah dari naikin menurut kita sudah jelas yaudah entah pembaca yang menginterpretasikan nya gimana itu terserah pembaca kayak “aduh opini banget nih pendukung ini” itu terserah pembaca nangkepnya kayak gimana tapi kita sendiri udah berusaha sejelas mungkin ini opini dari sini, faktanya begini. Jadi setelah naik terserah pembaca memahaminya gimana

Pewawancara : Pertanyaan terakhir nih mba, jadi yang paling riskan juga foto nih jadi ketika naikin foto kan konflik ini rata-rata bersinggungan dengan darah dengan korbannya,nah ada kriteria khusus dalam foto yang dinaikan? Atau misalnya ada yang mengandung kekerasan itu harus diapakan?

Key Informan : Pasti di blur sih, tapi sepertinya dulu kita enggak upload korban yang berdarah-darah itu dan video itu sama sekali enggak kita naikan. Kita paling pakai foto- fotonya dia dari sosial media, dari akun temannya saat nonton pertandingan jadi bukan pas dia sudah jadi korban jadi kayaknya engga sih dan kalau mungkin ada foto yang begitu mungkin kita butuh fotonya akan kita blur sih untuk naik jadi enggak mungkin ada darah- darah begitu kita naikin tanpa di blur.

Pewawancara : Oh begitu, cukup mba pertanyaan dari saya. Terimakasih ya

Key Informan : Baik, sama-sama.

TRANSKRIP WAWANCARA 2

Narasumber : Zainal Hasan

Tanggal wawancara : 05 Mei 2020

Jenis Wawancara : Telepon

Pewawancara : Halo Selamat malam, maaf mengganggu malam-malam nih

Informan : Iya gapapa

Pewawancara : Jadi gini sebelumnya aku kasih tau gambaran skripsi saya dulu ya, jadi temanya tentang penggunaan jurnalisme damai pada kasus konflik di sepakbola karena biasanya jurnalisme damai kana da pada kasus perang atau ras nah ini saya ditantang sama dosen bahwa coba buat tentang jurnalisme damai di sepakbola nah pertanyaannya nanti seputar kebijakan redaksi yang mengatur wartawannya untuk menulis sesuai jurnalisme damai pada kasus konflik. Kasusnya sendiri saya kerucutkan di kasus tentang Haringga yang meninggal itu, jadi kita mulai aja ya..pertanyaan pertama bagaimana pengalaman dalam menulis artikel kasus Haringga ?

Informan : Pengalamannya sih itu memang kan kejadian di Bandung, pas banget lagi Persija lawan Persib dan tuan rumahnya persib memang engga bersentuhan langsung kebetulan kita wartawan Jakarta dan ada di Jakarta cuman sempat kaget juga itu kan kejadian baru pecah pas laga mau habis, baru ketauan ada korban meninggal cukup mengerikanlah kalau bisa dibilang seperti itu. Ya kalau untuk saya sendiri yang di Jakarta awalnya cukup kaget juga dengan kasus Haringga ini tapi kita enggak bisa langsung nulis, mau enggak mau harus cari data dan fakta terlebih dahulu terkait kasus apasih sebenernya yang terjadi dan itu kan di luar lapangan dan kita enggak ada di tempat TKP langsung kita kan kondisi lagi di Jakarta.

Pewawancara : Terus berarti Bang Zainal merupakan salah satu wartawan dari Indosport yang menulis kasus itu ya?

Informan : Iya

Pewawancara : Nah, pertanyaannya sudut pandang apa sih yang abang ambil ketika menulis tentang kasus Haringga ini, dari sudut pandang mana saja?

Informan : Kalau ini saya pakai pengalaman pribadi aja karena juga kita di Jakarta kan dan kita bertujuan juga menciptakan kedamaian juga apalagi kita juga sesuai fakta hukum enggak bisa menyebut pelaku si A si B mau enggak mau kita pasti menggunakan kata-kata asas praduga dan tak bersalah, oknum segala macam. Jadi kata-kata Asas praduga tak bersalah di kedepankan langsung kita running dan untuk sisi yang di Jakarta kita untuk meredam yang di Jakarta nih teman-teman Jakmania untuk kita redam nih supaya pemberitaan tidak memanas- manasi atau kayak gimana dan mencari runut kasusnya, karena sebenernya ini kasusnya kan sudah dari jauh hari teman-teman Jakmania kan gaboleh berangkat kalau engga salah tapi enggak tau kenapa ada yang bisa jalan, jadi kita telusuri juga apa dari pihak-pihak Jakmania gitu, terus juga Jakarta sempat ngerunning nanya ke orangtuanya itu ada juga, udah gitu aja.

Pewawancara : Oh gitu, terus kalau dalam teknik meliput sendiri nih, kira-kira narasumber itu ditentukan enggak sih dari redaksi atau abang mau ngeliput yang ini atau dari redaksi mengarahkan?

Informasn : iya kalau di indosport sendiri kan memang kita jadi reporter di lapangan juga di bebaskan nih “Mau kemana nih? Oke gue mau kesini dari pihak klub Persija Jakartanya sendiri gimana juga diarahin di running dari kantor, Persija, Jakmania segala macam sampai keluarga juga ditentukan. Memang balik lagi Indosport membebaskan tapi tidak menutup kemungkinan wartawan kalau kurang, dibantu sama redaksi kayak coba dari aspek sisi keluarga sisi a sisi b sisi c intinya biar semakin luas gitu jadi enggak satu sisi aja kita gali tapi juga di luaskan jadi kayak gitu

Pewawancara : Berarti ada kebebasan dari Indosport ya?

Informan : Nah iya, ada kebebasan dari kantor dan juga bebas tapi enggak di bebaskan gitu aja tapi sesuai arahan dan koridor yang berlaku juga gitu. Jadi di awal redaksi ngasih arahan ke kita tentang agenda yang harus diberitain hari ini ya kayak yang tadi saya bilang.

Pewawancara : Oke berarti ada arahan dan juga ada kebebasan disitu ya?

Informan : iya betul. Di awal kita dikasih arahan, setelah di lapangan ya kita juga dapet kebebasan untuk ngeliput sesuai kondisi yang ada di sana.

Pewawancara : Nah terus,kalau misalkan ada kebebasan dan ada arahan juga berarti ada kriteria dari redaksi sendiri. Nah kriteria penulisan yang di tentukan dari redaksi itu berapa sih bang jumlah narasumber yang harus di sertakan dalam satu artikel gitu biar lebih valid?

Informan : oh oke..oke ya kalau pengalaman saya ini kan di online beda dengan di Koran, nah kalau di online kan satu narasumber bisa naik naskahnya kayak gitu nah cuman kita enggak menutup kemungkinan kita untuk disitu aja, jadi kita terus ngerunning kasus kejadian misalnya dapat narasumber yang lain bisa kita sertakan di kelanjutan berita di naskah berikutnya gitu. Memang perbedaan antara online dan Koran kalau online satu narasumber aja naskah sudah bisa naik kalau di Koran memang harus cover both side minimal dua narasumber baru bisa tayang tapi kalau di online satu sih bisa naik, intinya kayak gitu. Seandaikan dapat lagi ya kita tetap running lagi intinya gitu.

Pewawancara : Oh gitu, berarti dalam satu artikel tidak ada kriterianya tapi bisa di cover ketika artikel itu kurang yakin, ada artikel berikutnya ya bang?

Informan : Iya jadi misalkan kayak dari sisi lainnya kita bisa naikan bisa jadi naskah baru

Pewawancara : Oh okay, nah berarti kan ada tahapan penulisan nih bang, kira-kira tahapan apa sih yang biasanya abang sendiri lakukan untuk menulis artikel tentang konflik ini,contohnya kasus Haringga kemarin ?

Informan : Tahapannya pasti kan strict apalagi kalau konflik kayak gitu kita harus berhati- hati juga jangan sampai justru memanas-manasi atau jadi sumbu untuk perpecahan yang ada gitu, dan pasti tahapan-tahapan yang seperti saya bilang kita harus tau nih duduk perkaranya kayak gimana, dan kejadiannya seperti apa dan penyebutan pelaku juga jadi intinya kita harus runut dulu biar tidak seperti yang tadi saya bilang jangan justru media menyulut adanya perpecahan

Pewawancara : Oh iya, jadi sebagai gambaran kasarnya bahwa ada crosscheck dulu nih dari abang sebagai wartawan

Informan : Iya begitu, apalgi liputannya tentang kisruh-kisruh begitu kita harus crosscheck juga dari sisi yang terjadi bener enggak sih kejadiannya, jadi enggak dari satu sudut pandang aja biar tidak menjadi bumbu-bumbu yang memecahkan jadi kalau bisa yang mengademkan lah gitu.

Pewawancara : Okay, nah sekarang saya masuk ke pertanyaan tentang kebijakan redaksi nih bang, kira-kira dari kebijakan redaksi mengatur enggak jurnalisnya untuk memberitakan dengan jelas dan transparan tentang keseluruhan kejadian di konflik, jadi runtutan kejadian semuanya di ceritakan apapun semua tentang kejadian itu diceritakan secara transparan gitu? Ada gak sih bang kebijakan dari indosport itu sendiri ?

Informan : kalau kasus itu kalau enggak salah saya sempat dibikin kronologinya maksudnya biar menggambarkan apa sih yang terjadi dan jelas apa sih semua yang terjadi , jadi kita tidak ada sih satu perunningan istilahnya digambarkan dengan jelas supaya menjadi info yang valid juga untuk pembaca jadi pembaca enggak bingung. Jadi kalau bisa sih arahannya memang harus jelas dari segi kronologinya kayak gimana dan kalau bisa dapat kronologinya lebih baik dari pihak kepolisian atau dari saksi juga ada gitu

Pewawancara : Berarti ada penulisan berita dan peliputan berita yang transparan, berarti kira- kira ada resiko bang mengarah ke pembirataan yang bernuansa sadis, contohnya kayak kronologi tentang korban diapakan saja. Kan abang yang menulis,berarti ada tanggung jawab dari wartawan. Nah bagaimana sih bang, abang sendiri mengatasi supaya menulis enggak mengarah ke bernuansa sadis itu?

Informan : Ya kan kita harus hati-hati sama jeli dengan kata-kata yang pantas bagaimana, apakah ini kata-kata yang baik jadi pemberitaan gitu apalagi maksudnya juga kan ada kaidah- kaidahnya meskipun transparan dengan informasi yang selengkap-lengkapnya tapi tetap ada etikanya kata-kata yang kita ganti jadi lebih baik lebih halus tanpa mengurangi makna kejadian itu sendiri. Pewawancara : Okay, nah itu dari sisi transparansi bang nah sekarang ada enggak sih kebijakan redaksi juga yang mengatur istilah seperti „oknum‟ gitu kan saya pernah magang disitu da nada peraturan yang bilang kalau nulis yang ini harus „oknum‟, nah selain oknum ada engga sih kira-kira kebijakan redaksi lainnya untuk di kasus ini aja bang ?

Informan : Kalau kebijakan ini ya pasti tadi seperti yang oknum pastikan tidak selalu semua supporter itu bringas .. mangkanya disebutnya oknum. Kebijakannya sih paling kalau enggak saya salah ingat depannya harus jelas detail, kejadiannya juga terus enggak apaya, sesuai fakta tapi kita kasih info yang bener-bener tanpa harus menjabarkan yang sesadisnya, ya ada etikanya sih.

Pewawancara : Nah okay bang, nah ini sekarang berhubungan tentang kebijakan redaksi yang mengatur tentang opini nih bang. Pertanyaannya, ada enggak kebijakan redaksi yang mengatur tentang penyertaan opini petinggi pihak yang terlibat konflik seperti contohnya ketua Jakmania atau cuman meliput kata-kata opini dari ketua bobotoh gitu?

Informan : Selama enggak opini pribadi sih, setau saya sih enggak masalah dalam artian itu kan menjadi salah satu quote juga , dalam artian kan si ketua Jakmania tersebut menjadi salah satu narasumber dari konflik tersebut, intinya kayak gitu kan

Pewawancara : Oh iya bang

Informan : Yang penting selama opini itu tidak keluar dari mulut kita sendiri ya it‟s not opini itu kan berarti tanggapan si narasumber itu sendiri tanpa kita harus seperti yang tadi saya bilang jika niatnya mendamaikan ya jangan di beri bumbu-bumbu yang menjadi perpecahan gitu sih. Saat kita nanya juga enggak harus memojokan, enggak harus gimana-gimana karena niat kita menjadi perdamaian gitu sih

Pewawancara : Berarti saya simpulkan bahwa ketika ada kasus ini pemberitaan itu harus berimbang di sisi Ketua The jakmania ada di sisi ketua Bobotohnya harus ada gitu ya bang?

Informan : Ya iya, namanya pemberitaan apalagi terkait kasus kekerasan itu yang harus berimbang baik secara sisi korban Jakmania segala macem harus berimbang jadi enggak cuman satu pihak aja kita angkat apalagi tadi tujuannya untuk jurnalis perdamaian kan jadi harus sesuai cover both sides dimana juga kita memberitakan sedetail-detailnya kita juga harus dengan etika jadi jangan sampai media menjadi pemecah belah sepakbola, harus berimbang semua.

Pewawancara : Okay, kalau gitu selanjutnya ada enggak sih bang arahan dari redaksi untuk memberitakan orang-orang yang terkena dampak konflik secara langsung contohnya keluarganya dia, kerabatnya dia

Informan : Kalau saya kan di Jakarta memang di tugaskan, cuman seperti yang tadi saya bilang kan kalau dari redaksi arahan pasti ada cuman gali lebih dalam lagi mungkin keluarganya, cerita dari kerabat dekat korban semuanya kita running. Kalau enggak salah di indosport sendiri waktu itu ada naik terkait keluarga juga. Jadi dari segala aspek kita gali sih sesuai arahan.

Pewawancara : Oh iya bang bener, saya juga pernah baca kalau engga salah. Nah pertanyaan selanjutnya apakah redaksi mengatur jurnalisnya untuk membuat artikel yang berisi solusi untuk menuju perdamaian?

Informan : Kalau itu sih, pasti tanpa ada suruhan redaksi seperti tadi saya bilang dari jurnalisnya juga kalau niatnya menuju perdamaian pasti dikejar nih orang yang kompeten sehingga berbicara terkait perdamaian agar kasus-kasus serupa tidak terjadi atau memakan korban berikutnya baik dari petinggi PSSI, operator liga, semua aspek harus dilibatkan untuk mencari orang yang kompeten sehingga kejadian serupa tidak terjadi lagi.

Pewawancara : Okay, ini pertanyaan terakhir, kan masih ada orang yang baca berita baru setengah sudah langsung menyimpulkan, dan masih ada yang tidak bisa membedakan mana yang fakta mana yang opini, nah itu kan menjadi sebuah permasalahan besar

Informan : Paling ya memang sih kita harus bisa mengajak, membuat pembaca nyaman lah membaca artikel kita , gitu memang. Kita harus bisa membuat pemberitaan dan pembaca itu nyaman dengan membuat berita yang singkat padat jelas meskipun pendek tapi tujuan kita bisa sampe. Meskipun dia baca Cuma sampe sekilas tapi dia bisa paham kalo artikel ini bukan opini semata. Ya kalo arahan dari redaksi sih mintanya kita nulis singkat padat dan jelas lah. PANDUAN WAWANCARA

Komponen wawancara : Pemberitaan konflik di Indosport, Konflik tentang kericuhan antar suporter sepak bola di Indonesia, Jurnalisme damai dan media, dan Kebijakan redaksi Indosport.

Narasumber : 1. Redaktur Indosport, Arum Kusuma Dewi

2. Jurnalis Indosport.

No Komponen / Sub Komponen Substansi Pertanyaan 1. Pemberitaan konflik di 1. Apakah artikel-artikel konflik secara umum mendapatkan porsi Indosport. yang besar di laman Indosport? Sebagai contoh, apakah lebih besar dibandingkan artikel mengenai review pertandingan atau sportaiment? 2. Aspek apa saja yang membuat sebuah konflik layak dijadikan objek pemberitaan oleh Indosport? 3. Apakah ada aspek tertentu yang dijadikan pokok pemberitaan oleh Indosport dalam memberitakan sebuah konflik? Contohnya kondisi korban, penyebab konflik?

2 Konflik tentang kericuhan 1. Apa yang membuat Indosport tertarik untuk menjadikan antar suporter sepak bola di konflik tentang kericuhan antar suporter sepak bola di Indonesia Indonesia. sebagai objek pemberitaan? 2. Seberapa intensif Indosport memberitakan konflik tentang kericuhan antar suporter sepak bola di Indonesia? 3. Apa saja teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh jurnalis Indosport dalam proses penulisan artikel mengenai konflik tentang kericuhan antar suporter sepak bola di Indonesia?

3. Jurnalisme damai dan media. 1. Dalam konsep jurnalisme damai, sebuah media diharapkan mampu membahas mengenai solusi sebuah konflik dalam artikel yang dipublikasikan. Apakah Indosport melakukan hal tersebut? 2. Ada anggapan bahwa tugas media adalah memberitakan peristiwa (konflik) secara apa adanya, dan bukan berusaha memberikan solusi untuk menghentikan konflik. Apa tanggapan jurnalis Indosport terhadap anggapan tersebut? 4. Kebijakan redaksi Indosport. 1. Apakah kebijakan Indosport mengharuskan jurnalisnya untuk memperlihatkan solusi yang dapat ditempuh untuk menghentikan konflik antara suporter sepak bola di Indonesia? 2. Apakah kebijakan redaksi Indosport memberikan larangan bagi jurnalisnya untuk memberikan julukan tertentu kepada salah satu atau semua pihak yang berkonflik dalam kasus kericuhan antara suporter sepak bola di Indonesia? 3. Apakah kebijakan redaksi Indosport mengharuskan jurnalisnya untuk memastikan bahwa pembacanya dapat membedakan antara fakta dan opini mengenai konflik antara suporter sepak bola di Indonesia? 4. Apakah kebijakan redaksi Indosport melarang jurnalisnya untuk menulis sebuah artikel hanya berdasarkan opini petinggi/pejabat salah satu pihak yang berkonflik dalam konflik antara suporter sepak bola di Indonesia? 5. Apakah kebijakan redaksi Indosport mengharuskan jurnalisnya untuk memberitakan kondisi pihak yang merasakan dampak konflik secara langsung dalam konflik antara suporter sepak bola di Indonesia?

ARTIKEL 1

Kericuhan Antar Suporter Pecah di Laga PSIS vs Arema

Sabtu, 14 Maret 2020 19:47 WIB

Penulis : Ronald Seger Prabowo, Yosef Bayu Anangga | Editor Ivan Reinhard Manurung

INDOSPORT.COM – Laga Shopee 2020 antara PSIS Semarang vs Arema FC, Sabtu (14/03/20), diwarnai kericuhan antar suporter. Jelang akhir babak kedua, suporter Aremania di tribun barat sisi utara terlibat saling lempar dengan penonton tuan rumah.

Laga PSIS vs Arema yang merupakan bagian dari pekan ketiga Liga 1 itu memang berlangsung panas. Total dua kartu merah dikeluarkan oleh wasit kepada masing- masing satu pemain dari kedua tim.

Tuan rumah berhasil membuka skor pada akhir babak pertama. Hari Nur Yulianto sukses menceploskan bola ke gawang Arema melalui tandukannya, memanfaatkan umpan Frendi Saputra.

Dua menit setelah babak kedua dimulai, PSIS berhasil menggandakan skor menjadi 2-0. Berawal dari Septian David Maulana yang lepas dari jebakan offside, bola sepakannya masih bisa ditahan penjaga gawang, langsung disambar Bruno Silva ke sudut kiri atas gawang.

Memasuki pertengahan babak kedua, tensi permainan yang semakin meningkat. Dua pemain harus diusir wasit karena kartu merah setelah saling berbenturan dan terlibat friksi pada menit ke -68, masing-masing Jonatan Bauman dari Arema dan Finky Pasamba dari PSIS. Menjelang akhir pertandingan, muncul keributan antar suporter kedua kubu. Suporter Aremania yang berada di tribun barat sisi utara terlibat saling lempar dengan penonton tuan rumah yang berada di tribun barat tengah.

Akibatnya pertandingan pun sempat dihentikan sejenak. Dalam video terlihat para pemain meninggalkan lapangan akibat insiden tersebut. Sebagian anggota kepolisian pun segera bertindak dengan bergerak menuju tribun untuk mengusir para suporter sehingga sebagian tribun akhirnya tampak kosong. Meski demikian, satu-dua lemparan botol dari satu kubu ke kubu lain masih terjadi.

Di tepi lapangan, anggota kepolisian lainnya tampak bersiaga dengan tongkat dan tameng. Tampak pula seorang anggota kepolisian yang membawa senapan gas air mata. Hingga kini penyebab kericuhan tersebut belum diketahui.

Meski demikian, akhirnya pihak keamanan mampu kembali mengembalikan situasi sehingga pertandingan kembali dilanjutkan. Namnu, hingga peluit panjang berbunyi, skor tetap 2-0 untuk keunggulan PSIS. Hasil ini membawa Psis berada di peringkat keempat klasemen Liga 1 sementara Arema tertahan di peringkat sebelas.

ARTIKEL 2

Polisi Masih Mendata Korban Luka Kerusuhan Jelang Laga Persebaya vs Arema

Selasa, 18 Febuari 2020 19:33

Editor : Nugrahenny Putri Untari

INDOSPORT.COM – Pihak yang berwajib masih mendata jumlah korban luka akibat kerusuhan suporter jelang laga semifinal Piala Gubernur Jawa Timur 2020 antara Persebaya vs Arema FC di Stadion Supriyadi, Blitar, Selasa (18/02/20). Hal tersebut diungkapkan Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko. Selain itu, menurutlaporan inventaris, ia mengungkapkan sejumlah benda di sekitar TKP juga mengalami kerusakan.

“Kita masih inventarisasi, tapi laporan yang baru masuk ada tujuh kendaraan roda dua atau sepeda motor mengalami kerusakan. Untuk korban luka masih juga didata,” ucapnya, seperti dilansir dari laman Antara.

Polisi sendiri belum mengamankan siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, namun Truno memastikan pelaku melakukan perbuatan melanggar hukum karena ada kerugian materil.

“Siapapun yang menganggu ketertiban, apalagi sudah ada kerugian materil dari masyarakat, ini masuk dalam pidana. Sejauh ini belum ada yang diamankan masih pendalaman Polres,” ucapnya lagi.

Perwira tinggi melati di pundak itu mengungkapkan pihaknya sengaja menggelar pertandingan semifinal Piala Gubernur Jatim di tempat netral untuk mengurangi ketegangan antarsuporter.

“Digelar dalam suatu tempat yang memang netral, artinya tanpa suporter kedua kesebelasan. Ini disepakati dengan penyelenggara dari aspek keseluruhannya adalah aspek keselamatan, kelancaran pertandingan tersebut,” katanya.

Meski demikian, ia belum bisa menyimpulkan pemicu di balik kerusuhan ini. Hal itu masih diselidiki lebih lanjut, tapi dugaan sementara massa sempat kecewa lantarn tak mendapatkan akses ke stadion.

Selain itu, Truno menyebut ada sejarah panjang yang membuat tensi suporter cukup tinggi. Ia pun mengimbau kedua belah pihak saat ini untuk meredam emosi masing- masing dan mendinginkan kepala.

ARTIKEL 3

Penjelasan Fans Indonesia di Malaysia Yang Alami Pelemparan Flare

Jumat, 22 November 2019 06:11 WIB

Editor : Rafif Rahedian

INDOSPORT.COM – Lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Malaysia vs Timnas Indonesia dinodai kerusuhan oknum suporter tim tuan rumah.

Bahkan oknum fans Malaysia melemparkan flare hingga smoke bomb ke arah tribun suporter Indonesia. Situasi ini membuat mata fans Tim Garuda merasa pedih dan panas.

Salah satu suporter Timnas Indonesia yang hadir langsung ke Stadion Bukit Jalil, Dammer Saragih, pun memberikan penjelasan.

Damer mengungkapkan bahwa oknum suporter Malaysia mulai melakukan provokasi di tengah pertandingan Grup G Kialifikasi Piala Dunia 2022.

Bahkan, mereka mengeluarkan kalimat yang kurang terpuji saat menghina Indonesia. Hal itu tentunya membuat suporter Timnas Indonesia sedikit kesal.

“Mereka mulai provokasi pas di sebelah tribun kami dan juga tribun VIP. Ngata- ngatain Indonesia An***g,” ujar Dammer kepada INDOSPORT.

Selain melakukan penghinaan terhadap Indonesia, oknum suporter Malaysia juga mulai melemparkan sejumlah benda mulai dari smoke bomb hingga flare.

“Terakhir, mereka lempar flare dan smoke bomb. Ada beberapa yang kena, masalahnya di tribun kita tidak ada medis,” lanjutnya. Situasi tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Stadion Gelora Bung Karno. Karena menurut Dammer, tim medis saat itu selalu siaga di setiap tribun.

Dammer sendiri mengakui bahwa dirinya dan kelompoknya aman dan terhindar dari aksi kericuhan di pertandingan kelima Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Terlepas dari kerusuhan oknum suporter Malaysia, Timnas Indonesia harus menelan kekalahan 0-2 di Kualifikasi Piala Dunia 2022 dari tim tuan rumah.

ARTIKEL 4

8 Oknum Bobotoh Ditetapkan Sebagai Tersangka Pengeroyok Jakmania

Penulis : Luqman Nurhadi Arunanta | Editor : Lanjar Wirarti

INDOSPORT.com – Polisi akhirnya telah menetapkan 8 tersangka dalam kasus penyeroyokan yang mengakibatkan tewasnya seorang Jakmania, Haringga Sirila.

Pada awalnya, pihak keamanan menangkap 5 orang oknum Bobotoh di lokasi kejadian. Setelah membentuk tim dan melakukan penelusuran lebih lanjut, sebanyak 16 orang ditangkap.

Kasatreskrim Polrestabes Bandung, AKBP M. Yoris Maulana, mengatakan bahwa pihaknya telah menetapkan delapan tersangka. Rata-rata umur para tersangka masih berusia muda.

"Dari 16 orang yang kita tangkap, 8 orang sudah kita tetapkan sebagai tersangka,” ungkap AKBP M. Yoris Maulana, Senin (24/09/18), di Mapolrestabes Bandung, seperti yang diwartakan Detik. “Setelah kejadian kita melakukan langkah-langkah dan saat itu juga dilakukan penangkapan terhadap 5 orang. Umurnya bervariasi, ada 2 orang yang berusia 17 tahun sampai 40 tahun."

Polisi tidak berhenti sampai di penetapan 8 tersangka tersebut. Mereka masih melakukan penyelidikan lebih lanjut di di Satreskrim Polrestabes Bandung.

ARTIKEL 5

Bukan Prestasi, Hal Ini yang Jadi Penyebab Rivalitas Persija dan Persib

Penulis : Zainal Hasan | Editor : Isman Fadil

INDOSPORT.COM - Ketua Umum The Jakmania, Ferry Indrasjarief, angkat bicara mengenai rivalitas yang terjadi antara dan Persib Bandung. Baginya, rivalitas yang terjadi bukan karena prestasi.

Laga panas memang segera tersaji dalam pekan kedelapan Shopee Liga 1 2019. Yakni saat Persija Jakarta menjamu Persib Bandung.

Keduanya bertemu dalam pekan kedelapan Liga 1 2019 yang berlangsung, pada Rabu (10/07/19) mendatang, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Pertemuan keduanya disinyalir berlangsung panas.

Terlebih rivalitas keduanya memang diketahui kurang harmonis. Namun disinggung hal ini, Ferry Indrasjarief menilai rivalitas yang terjadi bukan karena prestasi.

"Buat kami rivalitas Persija vs Persib terbentuk bukan karena prestasi, tapi karena suporter (Jakmania dan Bobotoh," ucap Ferry

"Kalau dilihat statistik jauhlah. Kalau saya bukan bilang rivalitas," tegasnya. Meski begitu pria yang kerap disapa Bung Ferry ini meminta anggotanya menjaga sikap. Sehingga tidak terjadi kerusuhan dalam laga tersebut.

"Hindari kerusuhan, yang aneh-anah dan akun yang aneh," tandasnya.

ARTIKEL 6

Kominfo: Jangan Lagi Sebar Video Pengeroyokan Jakmania!

Selasa, 25 September 2018 15:29 WIB

Penluis : Petrus Tommy Wijanarko | Editor : Matheus Elmerio Giovanni

INDOSPORT.COM - Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan tegas meminta agar video pengeroyokan yang dilakukan oknum Bobotoh dan menewaskan seorang Jakmania, Haringga Sirila segera dicabut dari media sosial.

Kominfo telah berkoordinasi dengan sejumlah penyedia platform media sosial untuk mengatasi masalah ini. Kominfo tak ingin dampak yang makin parah terjadi akibat tersebarnya video tersebut.

"Kami sudah minta takedown semua agar tidak memberi dampak yang luas. Kami harap para platform digital tidak menyebarkan video itu lagi," ujar Serketaris Ditjen Apitka Kominfo Sadjan, seperti dikutip dari Antara.

Keminfo kabarnya sudah sejak Senin (24/09/18) pukul 14.00 kemarin, mulai berkoordinasi dengan para penyedia platform media sosial, seperti Instagram, Youtube dan Twitter.

Akan tetapi, proses penghapusan semua konten video yang dimaksudkan perlu memakan waktu yang tak sebentar. Kominfo secara lebih jauh menghibau masyarakat untuk juga membantu proses ini. Caranya ialah dengan menghentikan penyebaran video pengeroyokan itu.

"Jika sudah terlanjur menerima kiriman video tersebut, jangan lagi mengirimkannya kepada orang lain," tambah Kominfo.

Sebelumnya, kompetisi Liga 1 memang sempat dihebohkan dengan kasus tewasnya seorang Jakmania, Haringga Sirila, yang dikeroyok oleh sejumlah oknum Bobotoh. Haringla tewas saat hendak menonton laga Persib Bandung vs Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada hari Minggu (23/09/18) kemarin.

Kasusnya sendiri kini telah ditangani pihak kepolisian Bandung. Sejauh ini, sudah ada 8 tersangka yang sudah digelandang ke kantor polisi.

ARTIKEL 7

Seorang Jakmania Tewas, Jokowi Beri Perintah Tegas

Selasa, 25 September 2018 20:30 WIB

Penulis: Coro Mountana | Editor: Matheus Elmerio Giovanni

INDOSPORT.COM - Meninggalnya Haringga Sirila, seorang suporter Persija Jakarta yang dianiaya oleh oknum pendukung Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/09/18), telah mengundang berbagai reaksi dari publik.

Tak hanya dari kalangan pelaku sepakbola, publik figur yang tidak berkaitan langsung dengan sepakbola juga ikut memberi tanggapan atas insiden memilukan tersebut. Salah satunya adalah Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Dalam akun Twitter-nya, Jokowi menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya suporter salah satu klub sepakbola itu. Mantan Gubernur Jakarta itu juga menyayangkan fanatisme yang berujung pada anarkisme telah merusak arti luhur dari olahraga.

“Kekerasan seperti ini harus segera dihentikan. Olahraga itu ajang sportivitas, bukan ruang untuk menunjukkan fanatisme yang berlebihan, apalagi berujung anarki,” tulis Jokowi dalam akun pribadinya.

Perdebatan mengenai kasus ini pun akhirnya mendapat tanggapan dari Ketua PSSI, Edy Rahmayadi yang menghentikan sementara Liga 1 hingga batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Pernyataan yang disampaikan oleh Gubernur Sumatra Utara itu disampaikan dalam konferensi pers di Jakata.

Sebelumnya, para pemain Liga 1 sudah sepakat untuk mogok main di Liga 1 pada pekan ke-24. Menurut Ponaryo Astaman, aksi mogok itu akan diteruskan hingga ada nota kesepakatan damai dari antar suporter.

ARTIKEL 8

Jakmania Tewas, SOS Sebut Nyawa Sangat Murah di Sepak Bola Indonesia

Senin, 24 September 2018 13:18 WIB

Editor: Matheus Elmerio Giovanni

INDOSPORT.COM - Kabar tewasnya suporter Persija Jakarta, Haringga Sirilia membuat semua pecinta sepak bola Tanah Air murka. Tak terkecuali, Save Our Soccer (SOS) juga mengecam keras insiden ini. Jelang laga Persib Bandung vs Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Minggu (23/09/18), suporter yang diyakini seorang Jakmania tewas karena pengeroyokan.

Lewat Koordinator SOS, Akmal Marhali, mengatakan bahwa kematian suporter tidak mendapat perhatian khusus dari PSSI, pihak klub dan pihak keamanan. Hal ini yang membuat masalah yang sama terus terulang.

"Kasus kematian suporter menjadi kasus serius sepak bola Indonesia. Sayangnya, hal ini tak mendapat perhatian khusus dari PSSI, pihak klub dan pihak keamanan.

"Akhirnya satu nyawa lagi melayang saat laga Persib vs Persija di Stadion GBLA. Haringga Sirila tewas akibat dikeroyok," tulis SOS lewat rilis pers.

"Nyawa sangat murah di sepak bola Indonesia. Tidak ada penyelesaian baik secara hukum sepak bola maupun hukum kriminalitas secara tuntas.

"Tidak ada antisipasi dan penanganan secara serius dan tuntas, akhirnya, 'membunuh' dianggap hal biasa bagi sepak bola Indonesia," tutup rilis pers tersebut.

Berikut ini kronologi lengkap meninggalnya Haringga Sirilia:

Beberapa saat sebelum kejadian, atau tepatnya sekitar pukul 13.00 WIB, sekelompok orang meneriaki seseorang yang diduga suporter Persija alias The Jakmania.

Korban pun dikejar oleh sekerumunan orang di area parkiran gerbang biru. Kerumunan orang tadi lantas berteriak bahwa sang korban yang sedang dikejar merupakan pendukung Persija. Karena diteraki dan dikejar, korban sempat melarikan diri dan meminta pertolongan ke arah tukang bakso.

Namun, usaha korban sia-sia karena kerumunan yang mengejar terlalu banyak. Para oknum suporter tersebut kemudian melakukan pengeroyokan dengan memukul menggunakan balok kayu. Tak hanya itu, korban juga dihujani oleh benda keras seperti piring, botol, dan sebagainya. Korban juga ditendangi ramai-ramai hingga terpojok ke deretan motor yang terparkir. Atas aksi kekerasan tersebut, korban pun tewas di tempat.

ARTIKEL 9

Penuh Haru, Ini Suasana Pemakaman Jakmania yang Tewas Dikeroyok Oknum Bobotoh

Senin, 24 September 2018 16:48 WIB

Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Lanjar Wiratri

INDOSPORT.com – Seorang Jakmania bernama Haringga Sirila tewas akibat aksi pengeroyokan yang dilakukan oknum Bobotoh saat pertandingan Persib vs Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/09/18).

Kejadian tersebut menimbulkan duka cita mendalam bagi pencinta sepak bola Indonesia. Segenap pihak dari beragam kalangan turut mendoakan kepergian Haringga.

Teman dekat Haringga, Fahmi, mengungkap sosok Haringga sebagai seorang Jakmania yang loyal. Selain itu, ia juga selalu bersikap baik dan gemar menolong rekannya yang lain.

“Dia orangnya sih baik, suka menolong temannya sama royal juga orangnya. Selain suka Persija, dia suka travelling,” ungkap Fahmi saat dihubungi INDOSPORT.

Haringga bukanlah satu-satunya korban dari perseteruan suporter Persib dan Persija. Sejak 2012, setidaknya sudah ada 6 Jakmania dan Bobotoh yang meninggal dunia. Jenazah Haringga dimakamkan hari ini, Senin (24/09/18), di Indramayu, Jawa Barat. Pemakaman Haringga ramai dihadiri oleh keluarga dan masyarakat yang turut berbela sungkawa dengan kepergian Haringga.

ARTIKEL 10

Kisah Mengharukan Jakmania yang Tewas Kepada Ibunda Tercinta

Senin, 24 September 2018 17:36 WIB

Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo

INDOSPORT.com – Kepergian seorang Jakmania bernama Haringga Sirila meninggalkan duka yang mendalam bagi pencinta sepak bola Indonesia.

Ibunda Haringga, Mira, mengungkapkan bahwa anaknya itu memiliki kebiasaan yang mengharukan apabila melakukan kesalahan. Anak terakhir dari 2 bersaudara tersebut ternyata suka mencium jempol ibunya.

“Kalau dia (Haringga) salah, dia suka menciumi jempol saya,” ungkap Mira, Minggu (23/09/18) malam kepada para wartawan.

Mira baru mengetahui kabar meninggalnya Haringga usai laga Persib Bandung vs Persija Jakarta. Pihak keluarga tidak mengetahui bahwa Haringga akan menyaksikan pertandingan sepak bola.

Meskipun begitu, ibu Haringga tahu bahwa anaknya gemar menonton pertandingan Macan Kemayoran. Haringga kerap mengikuti ke mana pun Persija bertanding.

“Haringga itu kalau menonton bola, ke mana saja dikejar, ya Allah.” Hal itu turut diakui oleh teman dekat Haringga, Fahmi. Ia mengungkap sosok Haringga yang loyal dan suka membantu rekan-rekannya.

“Dia orangnya sih baik, suka menolong temannya sama royal juga orangnya. Selain suka Persija, dia suka travelling,” ungkap Fahmi saat dihubungi oleh pihak INDOSPORT.

Haringga telah dimakamkan hari ini, Senin (24/09/18), di Indramayu, Jawa Barat. Pihak keluarga dan masyarakat turut mengantar kepergian jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya.

ARTIKEL 11

Tetangga Buka-bukan Soal Sosok Haringga Sirila, Jakmania yang Tewas Dikeroyok

Senin, 24 September 2018 18:28 WIB

Editor: Lanjar Wiratri

INDOSPORT.COM - Pertandingan lanjutan Liga 1 2018 antara Persib Bandung vs Persija Jakarta memakan korban. Salah satu pendukung Macan Kemayoran, Haringga Sirila harus meregang nyawa.

Kejadian tersebut jelas menimbulkan duka yang sangat mendalam bagi seluruh pelaku sepak bola Indonesia. Doa pun tertuju kepada dirinya.

Haringga sendiri merupakan seorang The Jakmania yang tinggal di Cengkareng Timur. Ia dikenal di lingkungan masyarakat sekitar sebagai sosok yang rendah hati dan humoris. Hal itu diakui oleh salah satu tetangga Haringga, Rahayu atau akrab dipanggil Yayu. Haringga dianggap oleh Yayu berbeda dengan orang lain. Meski sering diledeki, namun Ia adalah orang yang menyenangkan.

"Ari (sapaan akrab Haringga) itu orangnya banyak ketawa, bercanda, banyak ngomong cuma ya biasa. Orangnya enak juga. Dia nggak pernah ngeselin apalagi bandel. Cuma emang sering ngeledekin saya," tutur Yayu kepada

Yayu yang saat ini membuka warung, yang juga sering dijadikan tempat nongkrong oleh Hirangga mengaku terkejut mengetahui kabar insiden tersebut. Terlebih ia sangat menyesal lantaran tidak sempat ngobrol untuk terakhir kalinya.

"Saya aja kaget pas tahu kabar itu. Saya menyayangkan pas terakhir kali dia disini, makan dan minum saya nggak sempet ngobrol, nggak sempet bercanda sama dia. Karena saat itu saya juga lagi sibuk," ujar Yayu dengan wajah yang tampak lesu.

Jenazah sendiri sudah dimakamkan hari ini, Senin (24/09/18), di Indramayu, Jawa Barat. Pemakaman Haringga ramai dihadiri oleh keluarga dan masyarakat yang turut berbela sungkawa dengan kepergian Haringga.

ARTIKEL 12

Redam Kerusuhan Suporter, Ridwan Kamil Berikan 4 Usulan Jitu

Selasa, 25 September 2018 23:26 WIB

Penulis: Tiyo Bayu Nugroho | Editor: Juni Adi

INDOSPORT.COM - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil memberikan empat poin penting usai meninggalnya suporter Persija Jakarta, The Jakmania bernama Haringga Sirila yang dikeroyok puluhan oknum Bobotoh. Kejadian tersebut terjadi di area parkir motor Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/09/18) siang. Almarhum tewas seketika di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Sehingga Ridwan Kamil memberikan beberapa masukan agar kejadian tersebut tak terulang kembali. Karena insiden biadab ini harus segera diputus demi kelangsungan sepak bola Indonesia.

Kang Emil sapaan karibnya menyampaikan insiden kurang mengenakan itu dalam program acara TV One bernama Indonesia Lawyers Club (ILC) dengan tajuk "Suporter Bola".

"Arena rawan para suporter antara Persija dan Persib ada di perbatasan, seperti Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang, Cirebon, dan beberapa wilayah lainnya," buka Ridwan Kamil, Selasa (25/09/18).

Selain itu dirinya mengaku sedih karena lagu rasis masih berkumandang ketika di dalam stadion. Apalagi kemarin juga Bobotoh dan Viking masih ejek tim lawan.

4 Usul Ridwan Kamil

Oleh karenanya Ridwan Kamil memberikan sejumlah solusi untuk meredam gesekan The Jakmania dan Bobotoh atau Viking. Berikut usulannya:

1. Pembinaan oleh klub. Baik itu Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan klub harus ada Direktur Suporter. Hal itu untuk merangkul mereka agar bisa dibina.

2. Gunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) baru untuk tim keamanan. Kalau perlu tidak ada penonton saat pertandingan. Selain itu belajar SOP keamanan seperti di liga luar negeri. 3. Aturan tegas organisasi suporter ke jajarannya untuk melakukan upaya damai ke kelompok suporter lainnya. Karena dengan kegiatan itu akan menimbulkan langkah baik ke depannya.

4. Tegas kepala daerah juga berpengaruh untuk masyarakat (suporter) untuk memfasilitasi sarana untuk nonton bareng. Agar para suporter tidak membludak di sekitar stadion.

ARTIKEL 13

Jakmania Diimbau Polisi Tidak Lakukan Sweeping

Senin, 24 September 2018 15:29 WIB

Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Ivan Reinhard Manurung

INDOSPORT.com - Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, mengimbau kepada Jakmania untuk tidak melakukan aksi sweeping terhadap kendaraan berplat nomor D.

Kombes Argo Yuwono telah memastikan bahwa kabar adanya aksi balas dendam seusai tewasnya Jakmania bernama Haringga Sirila tidak benar. Hal itu sempat berkembang di media sosial dan menimbulkan kekhawatiran.

“Kita imbau pada pencinta sepak bola, terutama Jakarta, untuk tidak membalas. Ini adalah suatu kedewasaan daripada ke sepak bola maupun fans. Tidak membalas tapi bagaimana kita ciptakan suasana sepak bola yang nyaman," ujar Kombes Argo Yuwono, Senin (24/09/18), di Mapolda Metro Jaya.

Jakmania diminta untuk menjadi teladan bagi suporter yang lain. Mereka harus bersikap dewasa dengan menjaga situasi kondusif di Jakarta. "Ini adalah suatu kedewasaan untuk masyarakat Jakarta, bisa berikan contoh yang baik. Kita berharap untuk selalu jaga ibu kota tercinta tetap keadaan kondusif."

Minta Agar Kasus Serupa Tidak Terulang

Kombes Argo Yuwono turut menyayangkan meninggalnya seorang Jakmania saat pertandingan melawan Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.

Kabid Humas Polda Metro Jaya itu berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Selain itu, ia juga meminta para penonton di stadion untuk mendukung tim kebanggaannya tanpa harus berseteru dengan suporter lain.

"Jangan sampai kejadian tersebut terulang kembali dan ini adalah suatu yang memprihatinkan yang terus kita jaga jangan sampai terulang kembali.”

“Karena pada dasarnya semua masyarakat pengin lihat, nonton, dia nge-fans pada salah satu klub. Kita ingin berikan satu kepuasan tapi jangan sampai ada penderitaan di sana. Jadi jangan sampai terulang kembali," tambahnya.

ARTIKEL 14

Lakukan Reka Ulang, Begini Kronologi Sebenarnya Kematian Jakmania

Jumat, 28 September 2018 05:43 WIB

Editor: Rafif Rahedian

INDOSPORT.COM - Polrestabes Bandung telah melakukan olah TKP terkait insiden pengeroyokan salah satu Jakmania, Haringga Sirila, oleh oknum Bobotoh di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Sebanyak delapan tersangka telah melakukan 16 adegan yang terjadi atas tewasnya Haringga di area parker Stadion GBLA.

Delapan tersangka tersebut adalah Budiman (41), Goni Abdulrahman (20), Cepy Gunawan (20), Aditya Anggara (19), Dadang Supriatna (19), Joko Susilo (31), SM (17), dan DF (16).

Dalam pernyataan resminya, Polrestabes Bandung telah mengungkap empat barang bukti yang hadir dalam inisden ini. Empat barang bukti tersebut adalah balok kayu, pecahan piring dan botol, tujuh stel baju tersangka serta baju dan celana korban.

Kronologi Sebenarnya

Haringga sempat berlari untuk mencari perlindungan ke pedagang bakso bernama Adang Ali (70). Adang pun sempat mencegah pengeroyokan itu, namun massa tidak bisa dikendalikan.

"Saya minta mereka berhenti, tapi tidak didengarkan. Saya mau melindungi, tapi terdorong-dorong kerumunan," ucap Adang, dikutip dari Liputan6.

Aksi keji ini pun dimulai oleh Budiman yang memukul bagian kepala korban dengan besi sebanyak tiga kali. Setelah itu, SM mencoba untuk ikut memukuli korban dengan tangan kiri.

Bahkan, SM sempat berhenti sejenak untuk mengambil keling tangan atau knuckle dan kembali menghantam kepala korban sebanyak tiga kali.

Tak berhenti sampai di situ, Dadang pun ikut menendang kepala korban sebanyak dua kali. Goni pun mencoba untuk masuk ke dalam kerumunan oknum Bobotoh dan menedang korban di bagian punggung.

Mencoba Melerai Setelah melihat korban dikeroyok habis, Dede Supriadi selaku saksi pun berlari dan berusaha melerai kerumunan oknum Bobotoh. Namun, jumlah yang sangat banyak itu mengacuhkan seruan baik Dede.

"Saya teriak stop, tapi massa banyak sekali. Saya juga sadar diri, saya tidak pakai atribut Persib," ujar Dede Supriadi.

Aksi ini pun semakin tak terkendali setelah Aditya mencoba menghampiri korban dan memukul dengan tangan kosong sebanyak dua kali di bagian wajah. Aditya pun turut menggunakan kaki untuk menendang bagian pinggang Haringga.

ARTIKEL 15

Deretan Rivalitas Panas Klub-klub Indonesia yang Disebabkan Perseteruan Antar Suporter

Kamis, 8 Agustus 2019 13:24 WIB

Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung

INDOSPORT. COM - Rivalitas antara klub-klub sepak bola Indonesia terkadang bermula dari cara yang tak biasa. Bukan soal prestasi di lapangan, melainkan timbul akibat perseteruan antar suporter.

Sudah menjadi rahasia umum kalau sepak bola dan rivalitas menjadi dua hal yang tak bisa saling dipisahkan. Berkat adanya rivalitas, sebuah pertandingan sepak bola bisa menjadi lebih seru untuk dinikmati.

Namun, terkadang rivalitas dalam sepak bola bukan tercipta karena faktor-faktor yang berkaitan dengan arena lapangan hijau. Ada pula kisah di luar lapangan yang justru menjadi titik mula timbulnya rivalitas antara dua tim. Misalnya di kancah sepak bola Spanyol, ada rivalitas panas antara Barcelona dan Real Madrid yang muncul karena faktor sejarah. Kebengisan Jendral Franco, sang penguasa kota Madrid pada era 1930an, membuat Barcelona melakukan pergerakan oposisi.

Barcelona melancarkan sejumlah aksi untuk menunjukkan identitas serta reputasi Catalan. Maklum saja, kala itu pemerintahan di Spanyol cenderung tersentralisasi di Madrid saja.

Namun, seluruh kegiatan perlawanan Barcelona coba dipatahkan oleh Jendral Franco. Puncaknya ketika Jendral Franco menyuruh para pegawainya membunuh Presiden Barcelona, Josep Sunyol.

Kisah sepak bola Spanyol, berbeda dengan yang dialami di Indonesia. Rivalitas antar klub sepak bola Indonesia banyak tercipta akibat perseteruan antar suporter.

Sudah ada beberapa rivalitas panas yang reputasinya kini begitu terkenal di kalangan pecinta sepak bola nasional. Siapa saja dan bagaimana kisah rivalitas tersebut bisa terjadi?

Persija Jakarta vs Persib Bandung

Rivalitas paling panas di kancah sepak bola Indonesia bisa dibilang ada pada Persija Jakarta vs Persib Bandung. Bahkan, rivalitas keduanya sampai bisa membuat heboh masyarakat seantero Indonesia.

Lihat saja kisah yang terjadi di gelaran Liga 1 2018 lalu. Pada 23 September 2018, Persib Bandung menjamu Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).

Pertandingan di dalam arena stadion berjalan lancar. Persib Bandung menang 3-2 atas Persija Jakarta, dan di akhir laga para pemain kedua tim saling berjabat tangan. Namun, kisah memilukan terjadi sebelum laga dimulai. Sejumlah oknum Bobotoh melakukan pengeroyokan kepada seorang The Jakmania, Haringga Sirla, hingga si korban meninggal dunia di sekitar area Stadion GBLA.

Kejadian ini lantas menjadi sorotan banyak media kala itu. Gerakan damai antar suporter langsung bermunculan di mana-mana.

Jika ditarik ke belakang, rivalitas antara Persija Jakarta dan Persib Bandung sebenarnya bermula dari perselisihan antar suporter kedua tim. Hal itu pun juga diamini oleh Ketua The Jakmania, Ferry Indrasjarief.

"Sebetulnya rivalitas ini terbentuk bukan karena prestasi, tetapi karena perselisihan antar suporter. Makanya, akhirnya muncul kata rivalitas," ujar Ferry kepada wartawan saat konferensi pers di Kantor Persija, di Rasuna Office Park, Kuningan, Jakarta, Senin (08/07/19).

ARTIKEL 16

Resmi! Edy Rahmayadi Bekukan Liga 1 2018

Selasa, 25 September 2018 19:55 WIB

Editor: Matheus Elmerio Giovanni

INDOSPORT.COM - Insiden tewasnya seorang Jakmania, Haringga Sirila jelang laga Persib Bandung vs Persija Jakarta, Minggu (23/09/18) kemarin, akhirnya mendapat tanggapan resmi dari PSSI.

Keputusan ini dikeluarkan langsung oleh Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Edy Rahmayadi dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta, Selasa (25/09/18) malam. Edy, yang juga bertindak sebagai Gubernur Sumatra Utara itu, menegaskan bahwa Liga 1 2018 untuk senior sementara waktu dihentikan.

"PSSI hentikan sementara Liga 1 senior dalam pertandingan putaran kedua, sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan," ucap Edy dalam konferensi pers malam ini.

Sebelum konferensi pers ini, pemberhentian Liga 1 2018 sementara waktu, juga sudah digaungkan oleh beberapa badan olahraga, seperti Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI).

Senin (24/09/18) kemarin, BOPI sudah mengeluarkan ancaman bahwa PSSI tidak segera menetapkan sikap atas tragedi kematian Haringga, Liga 1 2018 akan secara paksa dihentikan.

Sementara APPI, mengeluarkan sikap mereka pada konferensi pers di Hotel Century, Jakarta, sore tadi. APPI meminta Liga 1 untuk segera diberhentikan sampai ada nota damai dari para suporter.

ARTIKEL 17

Gara-gara Sering Dapat Denda, Persib Bandung Rugi Miliaran Rupiah

Jumat, 21 Desember 2018 09:08 WIB

Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Lanjar Wiratri

INDOSPORT.COM - Persib Bandung tampaknya menjadi tim yang paling rugi dalam gelaran Liga Indonesia musim 2018/2019 lalu. Selain gagal menjadi juara kompetisi bola Indonesia, Liga 1, Persib juga harus mengeluarkan miliaran rupiah untuk membayar denda yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) sepak bola PSSI Bahkan menurut bos Persib Bandung, Glenn T Sugita mengklaim jika Maung Bandung mengalami kerugian finasial di musim lalu hingga mencapai angka puluhan miliar rupiah.

"Gedelah yang pasti, saya juga pusing. Ruginya besar," Rabu (19/18/12) lalu, di Graha Persib, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, seperti yang dilansir dari laman vikingpersib.co.id.

Mengalami kerugian yang cukup besar, bos Persib Bandung tersebut mengatakan jika timnya harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar gaji pemain, termasuk mega bintang Essien.

Tak hanya pengeluaran gaji, Glen juga menyebut sanksi denda akibat kesalahan yang dilakukan bobotoh menjadi penyebab membengkaknya pengeluaran tim musim lalu.

Bahkan ia menyebut jika Persib Bandung tak lagi mendapat pemasukan, akibat sanksi denda dan pengusiran bermain di kandang dalam partai sisa di kompetisi Liga 1 kemarin.

"Oh iya pasti lah, orang kita tadinya sebagai tuan rumah, kita lagi bagus, penonton biasanya penuh ya harusnya ada keuntungan. Malah sekarang harus pergi ke tempat lain, seperti tandang. Kalau tandang kan selalu keluar uang. Jadi semuanya tandang, kemudian pemasukan udah gak ada sama-sekali," jelas Glenn.

Sebagai informasi, Persib Bandung sempat mendapat hukuman sanksi dan larangan bermain di kandang hingga musim 2018. Sanksi itu dijatuhkan buntut dari insiden tewasnya salah satu pendukung Persija Jakarta dalam partai Persib vs Persija beberapa bulan lalu.

ARTIKEL 18

Terungkap! Ini Identitas Terduga Pengeroyok Jakmania Hingga Tewas Sebelum Laga Persib vs Persija

Senin, 24 September 2018 06:14 WIB

Penulis: Arief Tirtana | Editor: Prio Hari Kristanto

INDOSPORT.COM - Usai pengeroyokan Jakmania bernama Haringga Sirilia hingga tewas, Kasat Reskim Polrestabes Bandung langsung bergerak cepat dengan mengamankan enam orang yang diduga kuat terlibat dalam aksi yang terjadi di lapangan parkir Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Minggu siang, (23/09/18).

Berbekal rekaman video yang tersebar di dunia maya, para pelaku dibawa ke Malporestabes Bandung. Di sana lima pelaku di antaranya dibariskan dengan salah satu terduga tangannya berada dalam keadaan terikat.

Dengan usia yang masih belasan tahun, para terduga pelaku yang masih menggunakan berbagai atribut Persib itu hanya mampu tertunduk lesu.

Dalam kesempatan itu pula terungkap nama beberapa terduga pelaku tersebut, mereka di antaranya bernama Satria (18) , Satria (17), Aditya (19) dan Goni Abdurahman (20).

"Mereka yang terlibat aksi pengeroyokan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) tadi," ujar Wakasatreskrim Kompol Supadma di Gedung Reskrim Polrestabes Bandung, dinukil dari Tribun.

Selain keberadaan kelima terduga pelaku tersebut, di Malporestabes Bandung juga tampak lima orang lainnya yang sejauh ini statusnya masih sebatas saksi kejadian. ARTIKEL 19

Jakmania Jadi Korban Pengeroyokan Oknum Bobotoh, Ini Reaksi Ketua Viking Persib

Senin, 24 September 2018 14:16 WIB

Penulis: Arif Rahman | Editor: Lanjar Wiratri

INDOSPORT.COM - Viking Persib Club (VPC) sangat menyayangkan kasus pengeroyokan yang terjadi beberapa saat menjelang kick off pertandingan kandang Persib Bandung vs Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Minggu (23/09/18).

Menurut ketua Viking, Herru Djoko, pengeroyokan yang membuat salah satu Jakmania, Haringga Sirila meninggal dunia ini membuat pihaknya merasakan duka yang mendalam.

"Ya pasti kami keluarga besar Viking dan Bobotoh sangat berduka dengan kejadian ini," kata Herru di Stadion Persib, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Senin (24/09/2018).

"Kami tidak ingin kejadian ini terjadi. Yang pasti kami berduka karena kami ingin berbuat sesuatu untuk bangsa dan sepak bola sebagai sarana persatuan. Tapi kita yakin kita akan menuju ke sana," tambahnya.

Herru menambahkan, kejadian yang menewaskan Jakmania tersebut diluar dugaan, pasalnya semua pihak sudah berusaha semaksimal mungkin agar pertandingan tersebut bisa berjalan dengan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Panjang, itu kan menyangkut banyak hal, kecintaan yang berlebihan menyangkut banyak aspek, sarananya sudah lumayan bagus, kepolisiannya lumayan bagus, teman- teman semuanya kerja sama sudah bagus, perlu ditingkatkan lah," ungkapnya. Viking Minta Maaf soal Tewasnya Jakmania

Pada pertandingan tersebut, Viking tidak menginstruksikan anggotanya untuk melakukan kekerasan atau tindakan yang merugikan pihak lain. Meski begitu, sebagai salah satu klompok supporter Persib, pihaknya meminta maaf atas kejadian yang menimpa supporter Persija.

"Yang pasti saya lihat kemarin banyak kemajuan. Yang pasti adanya kejadian ini kita introspeksi diri. Kita mulai lagi untuk lebih baik lagi. Yang pasti kita minta maaf atas kejadian kemarin," ujarnya.

"Kami tidak bermaksud begitu, kami tidak memerintahkan begitu, kami tidak ada upaya ke sana, kami meneror dengan karya dalam sepak bola, ingin dengan karya aja," jelasnya.

Herru berharap, kejadian tersebut tidak terulang lagi dan menjadi pembelajaran bagi semua Bobotoh, agar kedepannya bisa lebih dewasa dan tidak melakukan tindakan yang merugikan.

"Harapannya tidak ada korban lagi, tidak ada kejadian lagi, yang pasti ya kita harus positif ya, kita sebagai kelompok untuk memberi edukasi buat semuanya bahwa nonton Persib itu harus lebih nyaman harus positif dan jangan negatif. Harus turut serta berperan semua," tegasnya.

ARTIKEL 20

Ketum Jakmania Himbau Anggotanya yang Masih Dendam dengan Suporter Lain

Sabtu, 29 September 2018 16:06 WIB

Penulis: Arief Tirtana | Editor: Isman Fadil

INDOSPORT.COM - Konflik antara suporter Persija The Jakmania dengan pendukung Persib Bandung Bobotoh menjadi sorotan tajam belakangan ini usai insiden tewasnya Haringga Sirila.

Setelah kasus tersebut, upaya perdamaian semakin keras digaungkan semua khalayak sepak bola nasional. Dari kubu Persija Jakarta dan The Jakmania pun semakin gencar mengupayakan rekonsiliasi yang selama ini sudah mereka lakukan.

Terbaru, dalam momen silaturahmi dan koordinasi dengan Wakaba Intelkam Mabes Polri, Ketua PP Jakmania Ferry Indrasjarif kembali menekankan pentingnya upaya perdamaian yang terus dirintisnya itu di hadapan para pengurus Koordinator Wilayah (Korwil) Jakmania yang hadir.

Boleh Benci, Asalkan...

Yang menarik, pria yang karib disapa Bung Ferry itu dalam peryataannya tak memaksa para anggotanya yang masih menyimpan kebencian dengan Persib dan Bobotoh untuk langsung melupakan begitu saja.

Namun satu hal yang ditekankannya, kebencian itu jangan sampai ditularkan kepada orang lain. Khususnya mereka yang belum terkontaminasi kebencian tersebut. “Kalau dari antara kalian masih ada kebencian, simpan dalam hati dan jangan ajak orang lain untuk ikut dalam kebencian itu,” kata Ferry, seperti dilansir halaman resmi klub.

“Kalau ada yang belum bisa berdamai, paling tidak jangan buat orang lain ikut membenci. Harapan saya kalian bisa seperti itu, sehingga nanti anggota kalian pun bisa seperti itu,” tambahnya.

ARTIKEL 21

Sikap APPI Tanggapi Tewasnya Jakmania di Laga Persib vs Persija

Selasa, 25 September 2018 16:27 WIB

Penulis: Panca Putra Pamungkas | Editor: Matheus Elmerio Giovanni

INDOSPORT.COM - Salah satu Jakmania, Haringga Sirila tewas usai dikeroyok oknum suporter Persib Bandung di sekitaran Stadion Gelora Bandung Lautan Api, pada Minggu (23/09/18) sebelum pertandingan Persib vs Persija berlangsung.

Kasus ini mengundang banyak kecaman dari masyarakat pencinta sepak bola nasional. Ada yang meminta kasus ini diusut tuntas hingga menghentikan kompetisi Liga 1 2018.

Terkait hal ini, Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) membuat pernyataan sikap. Keputusan ini turut disetujui oleh 15 kapten klub Liga 1 Indonesia yang hadir dalam konferensi pers di Hotel Century, Selasa (25/9/2018). Ada perwkailan tiga tim yang absen pada pertemuan itu, yakni Persipura, Persib, dan PSMS Medan. Salah satu poin krusial yang lahir dari pernyataan sikap tersebut adalah para pemain klub Liga 1 setuju untuk tidak memainkan pertandingan pada pekan ke-24. Hal ini merupakan bentuk belasungkawa terhadap korban dan tuntuan terjalinnya perdamaian antarsuporter.

Berikut ini 6 pernyataan sikap APPI terkait situasi sepak nasional sekarang ini:

1. Mengecam segala bentuk kekerasan yang terjadi, terlebih merenggut nyawa, yang seharusnya sepak bola menjadi sebuah olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas;

2. Meminta pihak kepolisian untuk mengusut kasus ini hingga tuntas dengan memberikan hukuman sesuai hukum yang berlaku di Republik Indonesia dan memberikan efek jera tidak hanya bagi pelaku tapi bagi seluruh suporter di Indonesia agar hal ini menjadi yang terakhir kalinya;

3. Mendesak kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk juga dapat memberikan hukuman yang adil yang dapat memberikan efek jera bagi pihak-pihak yang terkait dengan insiden ini, dikarenakan insiden ini telah berulang kali terjadi namun hukuman yang diberikan tidak memberikan dampak bagi pihak-pihak yang terkait tersebut;

4. Meminta kepada seluruh suporter tim Liga 1 khsusunya dan tim untuk membuat Nota Damai atau kesepakatan bersama untuk memastikan insiden ini tidak terulang kembali, karena Sepakbola Indonesia akan terancam jika insiden ini kembali berulang;

5. Nota Damai tersebut akan di sinergikan dengan stakeholder Sepakbola Indonesia yaitu PSSI, LIB, Kepolisian, dan juga Pemerintah baik Pusat maupun Daerah;

6. Kami Pesepakbola yang tergabung di Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) dan mewakili dari tiap-tiap klub peserta Liga 1 tahun 2018 sebagai bentuk belasungkawa atas insiden yang terjadi, dan juga sebagai bentuk desakan kepada suporter, kami sepakat untuk tidak bermain pada pekan ke-24 Liga 1 2018 hingga tercapainya nota damai suporter tersebut.

ARTIKEL 22

Berani! Komika Ini Memakai Jersey Persija Jakarta di Bandung

Kamis, 27 September 2018 19:25 WIB

Penulis: Arief Tirtana | Editor: Matheus Elmerio Giovanni

INDOSPORT.COM - Buntut tewasnya Jakmania Haringga Sirila sebelum laga Persib Bandung vs Persija Jakarta mengundang simpatik banyak kalangan.

Bukan hanya sekedar mengucapkan duka cita, beberapa orang bahkan tergerak untuk melakukan aksi nyata untuk mengkampanyekan perdamaian di kedua kubu suporter yang saling bertikai itu.

Salah satunya seperti yang dilakukan stand up comedian Eko Permadi. Lewat media sosial instagramnya, Eko yang juga berprofesi sebagai satpam itu mengunggah aksinya di sudut kota Bandung dengan menggunakan kaos orange berlogo Persija Jakarta.

Bukan hanya itu, Eko juga membawa poster bertuliskan, "Aing Persib, Gue Persija, Kita Indonesia. Peluk aku jika setuju".

Sambil berteriak "Bandung damai, Jakarta damai, suporter Indonesia damai," aksi Eko itu direspon positif beberapa pengguna jalan yang tak sungkan memberikan pelukan kepada dirinya tanda setuju.

Aksi Susulan di Jakarta Seakan tak cukup dengan apa yang dilakukan di Bandung, Eko kemudian melakukan hal serupa di Jakarta. Mengganti logo Persija di kaosnya dengan logo Persib, aksi Eko yang dilakukan di kawasan silang monas itu sedikit berbeda.

Membawa poster yang sama, dalam aksinya kali itu, Eko menghaturkan doa agar Tuhan memberikan kedamaian kepada seluruh suporter yang ada di Indoenesia. Eko juga mengingatkan di atas kebanggaan terhadap klub, kebanggaan kepada Garuda Pancasila ada di atas segalanya.

"Jangan bangga pada Macan Kemayoran, jangan bangga dengan Maung Bandung, Jangan bangga pada Singo Edan, jangan bangga pada Buaya, Banggalah kepada Garuda Pancasila," ucap Eko.

ARTIKEL 23

Jakmania Tewas, Ini Usulan Bepe untuk Sepak Bola Indonesia

Selasa, 25 September 2018 14:41 WIB

Penulis: Rialdi | Editor: Matheus Elmerio Giovanni

INDOSPORT.COM - Bambang Pamungkas turut memberikan pendapatnya insiden tewasnya suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/09/18). Karena denda dinilai sudah tak ampuh, ia menyarankan untuk adanya pengurangan poin.

Saran legenda hidup Persija itu disampaikan melalui tulisan yang ia tulis dalam blog pribadinya dengan judul "Kita (munkin) Memang Tak Pantas". Ia menilai hukuman pengurangan poin kepada tim yang melanggar adalah cara yang efektif. Pasalnya, menurut pria yang akrab disapa Bepe itu, suporter takut ketika timnya tak dapat poin.

"Ketakutan atau kekecewaan terbesar suporter adalah ketika melihat tim kebanggaannya kalah (tidak mendapatkan poin). Menurut saya federasi dalam hal ini PSSI harus mulai bermain di zona tersebut. Dengan apa? dengan pengurangan poin," tulis Bepe di blog pribadinya.

Mantan pemain Timnas Indonesia itu menjelaskan sistem pengurangan poin tersebut dengan melihat seberapa besar pelanggaran yang dilakukan.

"Tinggal dilihat saja pada tingkatan mana pelanggaran yang dilakukan oleh suporter. Semakin berat masalah yang dibuat oleh suporter sebuah tim, maka semakin banyak poin yang akan dikurangi," kata Bepe.

"Jadi jika suporter tidak ingin tim kesayangannya mendapatkan pengurangan poin, ya harus menjaga perilaku di dalam dan di sekitar stadion dengan sebaik mungkin," imbuhnya.

Lebih lanjut, Bepe menambahkan jika usulan dirinya telah dilakukan dan tetap saja terjadi Haringga Sirla selanjutnya, ia menegaskan dibubarkan saja sepak bola Indonesia.

"Jika hal tersebut sudah diberlakukan, dan ternyata kekerasan dalam dunia sepak bola Indonesia masih saja terjadi. Maka satu-satunya jalan keluar terbaik adalah mengilangkan sepak bola dari Republik ini. Karena ternyata kita memang belum cukup pantas untuk memainkan olah raga sakral ini, selesai masalah," tegas pria asal Salatiga itu.

Rivalitas Persija Jakarta dan Persib Bandung seolah menjadi lumbung kehilangan nyawa. Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada enam korban sebelum Haringga. Mereka adalah Rangga (bobotoh), Lazuardi (bobotoh), Dani Maulana (bobotoh), Gilang (Jakmania), Harun (Jakmania), Ricko Andrean (bobotoh).

ARTIKEL 24

Dijatuhkan Banyak Sanksi, Persib Keluarkan Imbauan

Selasa, 2 Oktober 2018 13:20 WIB

Penulis: Arief Tirtana | Editor: Yohanes Ishak

INDOSPORT.COM - Buntut beberapa kejadian yang terjadi saat laga vs Persija Jakarta, klub Persib Bandung secara resmi akhirnya mendapatkan beberapa hukuman dari Komisi Disiplin (komdis), Selasa (02/10/18).

Seperti diumumkan halaman resmi PSSI, beberapa hukuman dijatuhkan berkaitan dengan tewasnya suporter Persija, Jakmania atas nama Haringga Sirila.

Hukumannya harus menggelar pertandingan kandang di luar pulau Jawa dan tanpa penonton hingga akhir musim 2018 ini. Termasuk juga larangan Bobotoh untuk hadir di setiap laga Persib bandung sqampai pertengahan musim depan.

Selain itu Pantian Pelaksana (panpel) pertandingan Persib juga tak luput dari hukuman. Yakni denda sebesar Rp100 juta dan larangan ikut serta dalam kepanitiaan pertandingan Persib Bandung selama 2 (dua) tahun.Menanggapi hukuman tersebut, pihak klub asal Jawa barat itupun merespon cepat.

Himbauan Persib Tak lama setelah keputusan itu keluar, lewat halaman media sosial twitternya, Persib Bandung mengeluarkan himbauan para segenap pendukung klub berjuluk Maung Bandung itu.

Persib meminta semua pihak untuk tenang menanggapi hukuman dari komdis. Sekaligus juga memastikan bahwa pihak manajemen sudah mengkaji hukuman tersebut dan siap melakukan banding.

"Tetap tenang. Manajemen sudah mengkaji putusan Komdis PSSI dan siap mengajukan banding."

"Seperti kata Gomez: Santai, tenang, damai dan enjoy,” tulis akun twitter Persib bandung disertai hastag lawan kemustahilan.