Download (476Kb)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA 1 Narasumber : Arum Kusuma Dewi Tanggal wawancara : 18 April 2020 Jenis Wawancara : Telepon Pewawancara : Selamat siang mba, maaf mengganggu di siang hari ini.. kita mulai aja ya Key Informan : Iya Amos boleh Pewawancara : Saat terjadi konflik di setiap dunia olahraga ini belum ke kasus utamanya, apakah artikel dengan topik konflik itu dapat porsi pemberitaan yang lebih besar dari pemberitaan yang lain seperti contohnya prediksi atau hasil pertandingan atau sportainment gitu? Key Informan : Iya sih pasti kalau ada konflik atau kejadian besar pasti ngambil porsi yang lebih besar soalnya indosport sendiri setiap shift dimulai ada rapat proyeksi gitu nah itu udah ada porsinya nih penulis ini bikin berita apa atau reporter lapangan ini hubungin siapa atau siapa jika ada tiba-tiba kejadian itu yaudah proyeksi di semua itu ditinggalin aja dulu jadi semua focus ke running isu yang konflicnya itu jadi langsung intensif langsung massif soal itu jadi yang lain ditinggal dulu kayak sportainment, hasil pertandingan itu nanti dulu aja gitu Pewawancara : berarti konflik ini jadi porsi yang paling besar ya, nah pertanyaan saya berikutnya sebenarnya kan jadi porsi paling besar nih, aspek apa sih mba yang buat pemberitaan konflik ini menarik untuk dijadikan objek pemberitaan dari indosport sendiri? Key Informan : Alasan utama karna secara umum aja sih, kalau misalkan enggak harus media olahraga ya, semua media juga kalau ada konflik besar juga langsung diberitain habis-habisan karena pembaca, penonton, pendengar semuanya pengen tau tentang konflik itu jadi yang pertama karena memang itu pasti menarik pembaca dan apalagi kalau itu isunya di olahraga. Nah kita sebagai media olahraga sudah pasti bakal beritain itu jadi aspek pertama bakal menarik pembaca paling besar jadi haruslah kita beritain. Kalau alasan lainnya sih karna kejadian ini kan udah sering terjadi, terus penangannannya kurang dari penyelenggara nah ini jadi perhatian khusus buat kita. Padahal udah banyak pihak juga yang komentar tentang kejadian kaya gini. Pewawancara : Berarti dari banyaknya aspek yang sudah mba arum jelaskan kira-kira ada enggak aspek tertentu enggak yang biasanya dijadikan fokus pemberitaan yang menjadi utamanya seperti misalnya kondisi korban, kondisi keluarga korban atau penyebab konflik kah yang seperti itu mba? Key Informan : Semuanya sih, kan kita punya reporter banyak dan penulis banyak nah itu masing-masing kita langsung suapin. Kamu tolong bikin ini ya tentang kondisi korbannya, kamu tentang kronologis peristiwanya, terus kamu mungkin tentang klubnya, kalau reporter lapangan mungkin langsung kita suruh nyari komentar dari klub, nyari komentar dari ketua PSSI, atau dari pemain-pemain lain. Jadi, semuanya sih langsung di running, terus mungkin penulis dalam bisa nyari-nyari riset dari social media korbannya, missal selain dia suka persija dia fans MU terus memang sebenernya dia suka nonton langsung sepakbola dimana- mana jadi semuanya ya langsung sih berbagai aspek peristiwa itu sama tentang klubnya semua yang bersangkutan sih langsung kita kupas habis-habisan gitu. Pewawancara : Okay mba, sekarang kita masuk ke kasus spesifiknya jadi kan itu kasus di 2018 nah itu kira-kira di tahun 2018 – 2019 itu seberapa intensif sih mba pemberitaannya untuk kasus haringga sendiri? Key Informan : Untuk kasus Haringga ini bisa berbulan-bulan sampai mungkin sebulan dua bulan masih intense soal Haringga soal supporter karena itu dampaknya langsung secara keseluruhan karena itu menyangkut dua klub besar dan tentang sepakbola Indonesia apalagi Indosport salah satu yang berita prioritasnya sepakbola Indonesia dan udah pasti itu makan porsi yang banyak dan mungkin bisa dibilang sebulan dua bulan masih intensifnya terus beberapa minggu, beberapa bulan setelahnya masih kita running misal ada perkembangan baru nih ada pelakunya diadili terus dikasih vonis misalkan itu udah berapa bulan seterusnya dan itu tetep kita beritain lagi tetap kita running lagi jadi bisa dibilang sebulan-dua bulan lah Pewawanara : Cukup Intensiflah ya ? Key Informan : Iya, bahkan setaun kemudian nih misalkan tanggal berapa ya itu kasusnnya? Pewawancara : Bulan oktober atau November gitu mba kalau enggak salah Key Informan : Iya misalkan 10 Oktober nah tahun 2019 bisa kita singgung lagi misal tahun lalu ada peristiwa besar gitu tentang peristiwa kematian supporter nah itu bisa kita bahas lagi sih. Pewawancara : Terus dalam pengambilan berita nih mba, kira-kira teknik pengumpulan data apa saja sih mba yang di instruksikan dari redaksi ke jurnalis-jurnalisnya? Key Informan : Teknik pengumpulan data yang pasti wawancara langsung kita ada reporter lapangan ada penulis dalam nah yang reporter lapangan ini bisa langsung misal ada acara tahlilan jadi reporter kesana terus ada juga reporter yang di Bandung dia ngerunning yang soal sisi PERSIB nya nih mungkin dari keluarga pelaku dari pihak stadionnya, komentar dari Gubernurnya gitu wawancara langsung atau telfon narasumber terus penulis dalam bisa riset dari social media, bisa riset dari internet juga bisa dari buku-buku jadi bisa wawancara langsung atau kita riset internet Pewawancara : Oh gitu, nah selanjutnya pertanyaan saya masuk ke kebijakan Indosport. Jadikan di Jurnalisme damai ini ada empat focus utama pendekatannya, ada orientasi pada konflik, kebenaran, masyarakat dan pencapaian solusi. Pertanyaan yang pertama apakah redaksi Indosport punya kebijakan yang mengarahkan jurnalisnya untuk melakukan pemberitaan yang menjabarkan dengan jelas dan transparan mengenai keseluruhan sebab akibat dampak fakta yang terjadi pada kasus tersebut? Key Informan : iyasih semuanya kita kupas habis-habisan, misalkan yang tahap pertama sudah pasti tentang kejadian kronologis tentang pelaku – korban segala macam nanti setelahnya kita langsung focus ke solusi, kita ngambil dari kutipan orang misalnya kita ada reporter Jakarta “Kamu minta komentarnya Kapolri dong” misalkan supporter “untuk mencegah hal-hal kayak gini gimana sih” jadi semuanya ada termasuk solusi juga gitu Pewawancara : Oh gitu baik, nah terus mengenai transparansi berarti semua tentang kronologi sampai dijelaskan nah kira-kira dari redaksi sendiri ada enggak Crosscheck ulang engga, biasanya redaktur yang melakukan pada artikel yang menjabarkan tentang kronologi kejadian karena artikel tersebut beresiko untuk mengandung unsur kekerasan unsur sadis gitu misal korban dibacok dengan sadis dan di seret setelah meninggal, jadi yang seperti itu mba? Key Informan : Iyasih kita mengurangi yang terlalu spesifik yang terlalu vulgar seperti itu kita kurangin juga karena takutnya bisa saja malah memantik mungkin ada pembalasan atau membahayakan penulisnya jadi gak terlalu detail yang soal itu dan waktu itu ada video yang beredar juga sadis-sadis kan nah itu kita enggak tampilkan karena bisa ganggu psikis orang- orang yang baca. Mungkin kita enggak setransparansi itu dengan tujuan menjaga vulgarnya itu kita enggak terlalu vulgar takutnya pembaca enggak nyaman atau malah ada aksi balasan yang seperti itu jadi agak dijaga juga sih kalau soal konflik. Pewawancara : Lalu, dari redaksi sendiri ada enggak yang mengatur kalau jurnalisnya harus menggunakan kata-kata atau istilah khusus seperti dulu kan saya disuruh memakai kata-kata „Oknum‟ selain seperti itu ada enggak sih mba instruksi lain ? Key Informan : Iyasih karena awal-awal kan beritanya masih simpang siur jadi kita hati-hati banget untuk langsung nuding pelakunya misal pelakunya dari pihak ini gini-gini jadi awal- awal sebelum pasti sebelum ada keterangan resmi kita pakainya yang netral dulu aja kayak mungkin oknum supporter dari tuan rumah itu ada sih kita kasih arahan-arahan itu untuk menjaga biar informasinya enggak berujung hoax. Jadi setiap ada keterangan resmi dari Kepolisian kita harus hati-hati untuk menulis berita dan menulis subjek beritanya itu siapa aja gitu . Pewawancara : Pertanyaan berikutnya, redaksi indosport punya kebijakan yang mengatur jurnalisnya harus menulis artikel berdasarkan opini petinggi pihak yang terkait seperti contohnya PSSI, PERSIB, nah itu opini mereka saja yang di ambil atau bagaimana ? Key Informan : Semuanya sih, semua pihak yang terlibat dari Kepolisian, PSSI, dari Klub atau dari ketua supporternya terus bahkan dari netizen juga bisa jadiin artikel. Jadi itu sebelum ada liputin kita rapat proyeksi dulu jadi dari Korlipnya dari redaktur nah itu udh di arahain seperti “Besok kamu minta ini dong komentarnya Kapolrinya, minta komentar manager klub atau kutip komentar Gubernur jawa Barat atau Gubernur Jakarta ada ngomong apa engga” nah itu pasti semua ada sih karena kita liput jadi ada petinggi pejabatnya juga Pewawancara : Oh begitu, nah itu kan dari sisi petinggi pejabatnya nah ini kita bicara mengenai media yang menjadi penyambung lidah masyarakat. Indosport mengarahkan jurnalisnya kah untuk memberitakan dampak secara langsung ? contohnya seperti waktu itu keluarga korban atau teman-teman sekitar atau tempat tinggalnya? Key Informan : Iya pasti kita minta kejar, kan ada reporter lapangan, reporter daerah yang di luar kota juga nah itu kita juga udah ngarahin sih misalnya kita dapat info “Ini besok ada tahlilan di acara rumah korban, kirim reporter kesana” yaudah kita kirim orang kelapangan sana. Mungkin ada waktu itu Sekjen PSSI datang ikut tahlilan nah itu bisa jadi berita terus ketua PSSI kirim ungkapan doa, ucapan atau apa itu bisa kita beritain, suasana di rumah duka atau pemakaman itu juga jadi berita sendiri. Justru itu yang ramai pembaca, yang menarik dari sisi keluarganya dari sisi korbannya.