Kompositum Pada Nama-Nama Minuman Tradisional Dan Pengembangannya Sebagai Bahan Ajar Teks Laporan Hasil Observasi Di SMA
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 1, Nomor 2, November 2018 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ Kompositum pada Nama-Nama Minuman Tradisional dan Pengembangannya sebagai Bahan Ajar Teks Laporan Hasil Observasi di SMA Destiana Rizqi Fauzia1, FX Samingin2, Rangga Asmara3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsi tipe-tipe kompositum subordinatif substantif pada nama-nama minuman tradisional dan menghasilkan pengembangan bahan ajar melalui kompositum subordinatif substantif pada nama-nama minuman tradisonal. Objek dalam penelitian ini berupa nama-nama minuman tradisional. Penyediaan data menggunakan metode simak (observasi) dan cakap (wawancara). Analisis data menggunakan metode dari Sudaryanto yaitu agih dan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Penyajian hasil analisis dengan metode deskriptif formal dan informal. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa tipe-tipe kompositum subordinatif substantif yang baru sebanyak tiga belas tipe. Pada nama-nama minuman tradisional didominasi oleh tipe leksem a nama tempat leksem b sebanyak 10 nama dan leksem a sasaran perbuatan leksem b sebanyak 5 nama. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMA berkaitan dengan teks laporan hasil observasi. Hal tersebut sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 KD 3.2 menganalisis isi dan aspek kebahasaan dari minimal dua teks laporan hasil observasi dan KD 4.2 mengonstruksi teks laporan dengan memerhatikan isi dan aspek kebahasaan baik lisan maupun tulis. Tipe-tipe kompositum pada nama-nama minuman tradisional dapat digunakan sebagai bahan ajar saat pembelajaran materi teks laporan hasil observasi. Kata Kunci: kompositum, nama-nama minuman tradisional, leksem, bahan ajar, teks laporan hasil observasi. Abstract The purpose of this study is to describe the types of substantive subordinative compounding words on traditional drinks and produce the development of teaching materials through substantive subordinative compounding on the names of traditional drinks. The object of this study is the traditional drink. Techniques of data collection are observation and interview. The method of data analysis is Sudaryanto’s distributional method with Immediate Constituent Analysis technique. The results were presented with the formal and informal descriptive methods. The results showed that there were 13 types of substantive subordinative compounding words. The dominant patterns on this javanese traditional dish were dominated by lexeme type a name of part lexeme b with 10 names, and lexeme type an as the target of lexeme b with 5 titles. The results of this study is can be used as teaching materials in high school about observation report text. This is in 113 Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 1, Nomor 2, November 2018 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ accordance with the curriculum 2013 sylabus 3.2 analyzing the content and linguistic aspects of a minimum two text of the observation report and KD 4.2 developing the observation report text by observing the content and aspects of language both oral and written. Compounding word on traditional drinks can be used as teaching materials when learning of the observation report text. Keywords: compounding, names of traditional drinks, lexeme, teaching materials, observation report text. PENDAHULUAN Masyarakat Jawa Tengah memiliki banyak tradisi yang hingga sekarang masih dilestarikan (Utomo & Subiyantoro, 2012). Tradisi ini mulai dilakukan dari pernikahan, kehamilan, kematian, selamatan desa, serta upacara adat lainnya. Nama tradisi yang biasa dilakukan yaitu kepaten, tingkeban, tedhaksiten, ruwatan, larungsesaji, kenduren, bancakan, dan lain-lain (Darmoko, 2015). Hal ini selaras dengan pendapat Kyalo (2013:34) yang didasari dari hasil pengamatannya terhadap masyarakat Afrika, menyatakan bahwa pertama selamatan atau ritus mencakup ritus mengenai siklus hidup manusia (the human life cycle), seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian; termasuk di dalamnya adalah ritus yang terkait dengan krisis manusia (human crises), seperti ketika terkena penyakit, masa pubertas, dan inisiasi. Jenis ritus kedua terkait dengan peristiwa penting atau bersejarah dalam kalender tahunan serta perubahan musim. Minuman tradisional merupakan salah satu pelengkap kebudayaan dalam masyarakat (Amalia, 2011). Selain itu, minuman tradisional juga menjadi identitas disetiap daerah (Harmayani & Widyaningsih, 2018). Indonesia merupakan surga kuliner yang banyak dijumpai berbagai jenis minuman tradisional dengan nama-nama yang unik dan menarik. Misalnya es goyang, es pleret, bir plethok dan lain-lain (Besra, 2012). Nama-nama minuman tersebut dapat berfungsi untuk menandakan sistem kepercayaan, agama, dan praktik aturan dan kompleks ideologi dari orang atau kelompok masyarakat tertentu terkait dengan budayanya (Noor, Zakaria, Shahril, Hadi, Salehuddin, dan Zahari, 2013, 29-40). Nama-nama minuman tersebut dipandang penting untuk diteliti karena terdapat khazanah budaya yang adiluhung dan seiring dengan perkembangan zaman, banyak khalayak mulai kurang akrab dengan nama-nama minuman tersebut dan lebih dekat dengan nama-nama makanan dari negara asing (Baehaqie, 2017, 204). Penelitian ini juga dapat mengangkat kearifan lokal dan penguatan filosofi budaya dan bahasa Jawa (Suhartini, 2009). Mayoritas nama minuman tradisional terdiri atas kata majemuk (Heryadi, 2014). Beberapa istilah untuk menyebut kata majemuk. Salah satunya dari Kridalaksana (2009, 104) menggunakan istilah paduan leksem atau kompositum. Kompositum adalah satuan bahasa yang terdiri atas dua pokok kata atau lebih yang membentuk kesatuan makna (Yusuf, 2008, 38). Klasifikasi kompositum yang akan dikaji yaitu kompositum subordinatif substantif (Tipe A) sehingga nama-nama minuman tradisional yang digunakan berleksem sekunder 114 Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2, Nomor 2, November 2019 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ (Nardiati, 2018). Leksem sekunder adalah leksem primer yang diikuti oleh atribut pendukungnya (Berlin dalam Baehaqie, 2015, p. 3). Tipe-tipe kompositum subordinatif substantif banyak ditemukan dalam materi kebahasaan dalam buku teks kurikulum 2013 (Septarianto & Subyantoro, 2016). Salah satunya dalam materi teks laporan hasil observasi. Teks tersebut berisi pemaparan hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan secara sistematis dan objektif berdasarkan fakta yang ada (Septarianto & Subyantoro, 2016). Materi dalam teks laporan observasi harus dikuasai oleh peserta didik agar dapat memahami secara utuh (Rahmawati, 2017). Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan berdasarkan penelitian Purwitasari memperlihatkan beberapa kendala yang menyebabkan peserta didik kurang memahami pembelajaran teks laporan hasil observasi yakni (1) materi teks laporan hasil observasi sulit dipahami oleh peserta didik tanpa panduan lengkap dari guru sehingga pencapaian tujuan pembelajaran tidak tercapai (2) sumber pembelajaran teks laporan hasil observasi belum mengarahkan kepada pencapaian kompetensi dasar karena rata-rata masih bersifat umum dan kurang lengkap, (3) belum tersedianya bahan ajar teks laporan hasil observasi yang variasi dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik. (2014, p. 298). Berdasarkan uraian di atas, guru harus memberikan inovasi bahan ajar agar pembelajaran tidak membosankan, menarik perhatian siswa, dan mudah dipahami (Darmawan, 2014). Bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik tidak hanya mengacu pada buku teks yang digunakan di sekolah (Setyawati, Rahayuningsih, & Ahmad, 2013). Inovasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menciptakan bahan ajar dari media lain seperti media cetak, media audio, media video, dan sebagainya (Purwitasari, 2014, p. 360). Materi kebahasaan teks laporan hasil observasi terutama pada contoh tipe- tipe kompositium subordinatif substantif hanya fokus pada buku teks saja (Septarianto & Subyantoro, 2016). Untuk mengembangkan inovasi bahan ajar, dalam penelitian ini lebih mengenalkan potensi dan kearifan lokal suatu daerah melalui tipe-tipe kompositium subordinatif pada nama-nama minuman tradisional (Widyanti, 2015). Melalui bahan ajar yang menggunakan nama-nama minuman tradisional dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini sebagai buku ajar bagi siswa SMA kelas X semester ganjil pada KD 3.2 menganalisis isi dan aspek kebahasaan dari minimal dua teks laporan hasil observasi dan 4.2 mengonstruksi teks laporan hasil observasi dengan memperhatikan isi dan aspek kebahasaan baik lisan maupun tulis. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif yang mendefinisikan, metode kualitatif adalah metode penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa data yang apa adanya (Koyan, 2014). Adapun menurut Sukmadinata (2016, p. 60) penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan 115 Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 1, Nomor 2, November 2018 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Objek dalam penelitian ini adalah kompositum pada nama-nama minuman tradisional yang terdapat dalam sumber data berupa 2 buah buku yaitu, buku