STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI BERATTEP MASYARAKAT MELAYU KECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBAS

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH RIZKA MUNA NIM F11411036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2018

1

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI MANTRA BERATTEP MASYARAKAT MELAYU KECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBAS

Rizka Muna, Antonius Totok Priyadi, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak E-mail: [email protected]

Abstract: This study was conducted based on the interest on Mantra Berattep of Malay People in Teluk Keramat District which is still used from generation to generation during traditional ceremonies prior to rice cultivation. The research problems are the structure (rhyme and rhythm), the function, and the meaning of Mantra Berattep. The research aims to describe those problems. Based on the data analysis on Mantra Berattep of Malay People in Teluk Keramat District Sambas Regency, there are rhyme according to their sounds in words such as full rhyme, absolute rhyme, half rhyme, alliteration rhyme, assonant rhyme, and pararhyme (MBB2). Rhymes according to their location in the lines such as initial rhyme (MBB1 and MB), middle rhyme, and tail rhyme. Rhymes according to the location of the rhyme in the line such as internal rhyme and cross rhyme. Rhymes according to their matches in a verse such as broken rhyme and free rhyme. Overall the reading of Mantra Berattep by Malay People in Teluk Keramat has flat intonation. The function of Mantra Berattep includes recreative function, didactic function, aesthetic function, moral function, and religious function. The meaning of Mantra Berattep are religious and social meaning. The meaning is determined through heuristics an hermeneutic reading. This research can serve as a reference for further researcher.

Keywords: Structure, Meaning, Function, and Mantra Berattep.

PENDAHULUAN sebulan setelah ritual berattep. Ritual berattep Mantra berattep adalah mantra permintaan dilakukan 4 dalam sebulan, yaitu setiap izin kepada roh-roh leluhur yang digunakan pada Kamis, menyambut malam Jumat. Ritual berattep saat akan datang waktunya untuk menanam padi ditujukan untuk 4 penjuru, yaitu Penguasa Lautan, tahunan (incamai). Berattep merupakan ritual Penguasa Daratan, Penguasa Langit/Kayangan, yang dilakukan sebelum menyemai benih padi dan Penguasa Gunung (dari Timur, Utara, Barat, yang disertai dengan memberi sesajian. Mantra dan yang terakhir adalah Selatan). Ritual berattep berattep merupakan sebuah kepercayaan yang diawali dengan memberi tahu Penguasa Lautan, turun-temurun digunakan masyarakat Melayu disusul memberi tahu Penguasa Daratan, lalu Sambas pada saat mengadakan upacara adat memberi tahu Penguasa Langit/Kayangan, dan menjelang penanaman padi. Mantra berattep yang terakhir memberi tahu Penguasa Gunung. diyakini masyarakat sebagai sarana untuk Ritual berattep memiliki beberapa proses dan berhubungan dengan roh-roh leluhur untuk alat yang harus disediakan untuk kelangsungan meminta restu/perlindungan, agar tanaman padi upacara adat. Adapun alat yang digunakan dalam mereka tidak terkena hama (gagal panen). proses berattep adalah ratteh, beras kuning, rokok Ritual berattep dilaksanakan sekitar bulan 6 gontal, daun sirih, telur matang dan telur mentah (bulan Juni) dan penyemaian padi dilakukan (telur ayam kampung), nasi pulut (nasek lammak),

1 pisang, dan yang terpenting adalah ketupat. Berdasarkan latar belakang, masalah umum Penggunaan alat dalam proses berattep ini yang dibahas dalam penelitian ini yaitu disesuaikan dengan adat yang selama ini masih bagaimana struktur (rima dan irama) mantra berjalan. Alat yang digunakan ini disiapkan berattep masyarakat Melayu di Kecamatan Teluk bersama oleh masyarakat dan dibawa ke rumah Keramat Kabupaten Sambas, bagaimana makna kepala adat. Adapun proses untuk penggunaan mantra berattep masyarakat Melayu di Kecamatan mantra ini, jika dibacakan maka diharapkan benih Teluk Keramat Kabupaten Sambas, bagaimana padi yang akan mereka semai terjauh dari fungsi mantra berattep masyarakat Melayu di gangguan hama dan tidak terancam gagal panen. Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas. Pembacaan mantra berattep dimulai dengan Sesuai dengan masalah penelitian, tujuan kata Assalamualaikum barulah mengucapkan yang akan dicapai melalui penelitian ini yaitu, mantra. Selesai mengucapkan mantra, barulah pendeskripsian struktur (rima dan irama) mantra pemuka agama memanjatkan doa selamat. Setiap berattep masyarakat Melayu di Kecamatan Teluk alat-alat yang disiapkan, masing-masing dibuat 4 Keramat Kabupaten Sambas, pendeskripsian bagian. Pertama, untuk bagian Lautan, lepaskan makna mantra berattep masyarakat Melayu di atau hanyutkan sesajian di laut dengan Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas, menggunakan batok kelapa (tempurong) yang pendeskripsian fungsi mantra berattep masyarakat tidak tenggelam untuk menempatkan sesajian Melayu di Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten yang akan dihanyutkan ke laut. Kedua, untuk Sambas. bagian Daratan, sesajian diletakkan dibawah Penelitian ini perlu dilakukan dengan harapan pohon yang besar didalam hutan dengan agar dapat memberikan manfaat seperti manfaat menggunakan pelepah pinang (uppeh) untuk teoretis yaitu hasil penelitian ini diharapkan menempatkan sesajian yang akan diletakkan di bermanfaat sebagai bahan masukan terhadap hutan. Ketiga, untuk bagian Gunung, sesajian penelitian selanjutnya, khususnya tentang struktur, dibawa ke daerah yang ada gundukan dengan makna, dan fungsi mantra berattep untuk menggunakan pelepah pinang (uppeh) untuk menambah informasi tentang sastra lisan yang ada menempatkan sesajian. Terakhir untuk bagian di Kalimantan Barat. Manfaat praktis, adapun Langit/Kayangan, buatkan tempat yang menjulang manfaat praktis dari penelitian ini yaitu membantu untuk menggantung sesajian, lalu buatkan tempat pembaca secara umum untuk mengetahui unsur- yang menyerupai persegi menggunakan kayu unsur yang terdapat pada mantra berattep yang untuk menempatkan sesajian. dimiliki masyarakat Melayu di Kecamatan Teluk Ritual adat ini termasuk adat asli masyarakat Keramat Kabupaten Sambas. Penelitian ini Melayu Sambas yang telah diyakini dari sejak diharapkan dapat memberikan pengetahuan dulu dan dilaksanakan setiap tahun. Jika tidak kepada masyarakat Melayu di Kecamatan Teluk diadakan ritual berattep, banyak macam Keramat yang belum mengetahui mantra berattep, keburukan yang akan terjadi. Selain tanaman padi serta menjadi sarana bagi mereka untuk membuka tidak bagus, banyak penyakit yang akan wawasan bahwa masih banyak kekayaan budaya menyerang masyarakat, baik itu tua, muda, yang patut untuk dihargai dan dilestarikan. dewasa, anak-anak, maupun bayi, bisa terserang Penelitian ini dapat bermanfaat dalam proses penyakit seperti gila, demam, pusing-pusing, suka belajar-mengajar sebagai bahan ajar untuk melamun, sakit perut, kaki terasa dingin, meriang, mengajarkan apresiasi sastra lisan. Bagi peneliti dan tidak sadarkan diri. yang lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan Pantangan-pantangan setelah melakukan sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian ritual berattep yaitu, 3 hari tidak boleh menebang lebih lanjut tentang mantra yang ada dalam kayu, mengambil kayu, dan masuk ke dalam masyarakat Melayu di Kecamatan Teluk Keramat hutan. Lalu, tidak boleh melewati zona terlarang Kabupaten Sambas. yaitu dari belakang rumah sekitar 15 meter ke Ruang lingkup dalam penelitian merupakan hutan, lewat 15 meter sudah menjadi wilayah objek yang akan diteliti. Peneliti tertarik untuk mereka (makhluk ghaib), kalau ada yang meneliti satu di antara bermacam bentuk melanggar akan mendapat akibatnya (bala). kebudayaan daerah yang berupa sastra lisan yang

2 ada dalam masyarakat Melayu di Kecamatan Menurut Hutomo (1991:1), “sastra lisan adalah Teluk Keramat Kabupaten Sambas. Ruang kesusastraan yang mencakup ekspresi lingkup dalam penelitian ini bertujuan kesusastraan warga suatu kebudayaan yang memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data. disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan Dengan demikian, penelitian ini akan lebih terarah (dari mulut ke mulut)”. dan tidak melebar ke hal-hal yang tidak penting. Sesuai dengan paparan di atas Zulfahnur Karena kecakupan sastra lisan sangat luas, maka (1997:133), menyatakan sastra lisan adalah dalam penelitian ini peneliti membatasi objek warisan budaya sejak berabad-abad bangsa penelitian pada sastra lisan yang berjenis mantra, Indonesia. yakni mantra berattep yang dimiliki masyarakat Mantra merupakan bagian dari sastra lisan Melayu di Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten yang termasuk puisi lama dikombinasikan oleh Sambas. penciptanya untuk menimbulkan kekuatan gaib. Adapun unsur-unsur yang dibatasi adalah Menurut Rani (1996:65) mantra adalah karya struktur (rima dan irama) yang terdapat dalam sastra lama yang berisikan pujian-pujian terhadap mantra berattep, fungsi dari mantra berattep, sesuatu yang gaib ataupun sesuatu yang dianggap makna yang terkandung dalam mantra berattep. harus dikeramatkan seperti dewa-dewa, roh-roh, Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah binatang-binatang seperti harimau, ataupun 6.395,70 km2 atau 639.570 ha (4,36% dari luas Tuhan. Mantra biasanya diucapkan secara lisan wilayah Provinsi Kalimantan Barat), merupakan oleh para pawang atau dukun sewaktu diadakan wilayah yang terletak pada bagian pantai barat suatu upacara keagamaan. Selanjutnya, Waluyo paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan (1989:5) menyatakan bahwa mantra terdapat di Barat. Luas wilayah laut 12 mil dari darat, dalam kesusastraan daerah diseluruh Indonesia. 1.467,84 km2. Dilihat dari letak geografisnya, Mantra berhubungan dengan sikap religius Kabupaten Sambas terletak diantara 1’23” manusia, untuk memohon sesuatu dari Tuhan Lintang Utara dan 108’39” Bujur Timur. Adapun diperlukan kata-kata yang berkekuatan gaib, yang batas administratifnya yaitu sebelah utara oleh penciptanya dipandang mempermudah berbatasan dengan Negara Malaysia Timur kontak dengan Tuhan. (Sarawak) dan Laut Natuna, sebelah selatan Sesuai dengan pendapat di atas, Sadikin berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan (2011:24) menyatakan bahwa mantra merupakan Kota Singkawang, sebelah timur berbatasan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat dengan Kabupaten Bengkayang dan Sarawak, dan Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna. melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan Kabupaten Sambas terdiri atas 19 kepercayaan. Selanjutnya, Haryanta (2012:161) Kecamatan, yaitu Kecamatan Galing, Kecamatan menyatakan mantra adalah perkataan atau ucapan Jawai, Kecamatan Jawai Selatan, Kecamatan yang memiliki kekuatan gaib (misal dapat Paloh, Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Sajad, menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan Kecamatan Sajingan Besar, Kecamatan Salatiga, sebagainya). Kecamatan Sambas, Kecamatan Sebawi, Rima adalah unsur bunyi yang terdapat Kecamatan Sejangkung, Kecamatan Selakau, dalam persajakan. Menurut Aminuddin Kecamatan Selakau Timur, Kecamatan Semparuk, (2002:137), “rima adalah bunyi yang Kecamatan Subah, Kecamatan Tangaran, berselang/berulang, baik di dalam larik puisi Kecamatan Tebas, Kecamatan Tekarang, dan maupun pada akhir larik puisi”. Haryanta Kecamatan Teluk Keramat. Penelitian ini akan (2012:231), menyatakan bahwa rima adalah dilakukan di Kecamatan Teluk Keramat, lebih pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam tepatnya di Desa Sayang Sedayu. larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang Sastra lisan adalah sebuah karya sastra berdekatan. Pengulangan tersebut berfungsi untuk warisan budaya yang terlebih dahulu ada sebelum membentuk musikalisasi atau orkestra. Dengan sastra tulis. Sastra lisan dituturkan dari mulut ke adanya rima itulah, efek bunyi, makna yang mulut dan tersebar secara lisan menggambarkan dikehendaki penyair semakin indah, dan makna kehidupan masyarakat pada masa lampau. yang ditimbulkan pun lebih nikmat; pengulangan

3 bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak berkembang dalam masyarakat tersebut. Bascom maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. (dalam Danandjaja, 2007:19), menyatakan ada Sejalan dengan pendapat tersebut, Sadikin empat fungsi sastra lisan, yaitu (a) sebagai sistem (2011:26) menyatakan “rima adalah persamaan proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan- atau pengulangan bunyi. Bunyi yang sama itu angan suatu kolektif; (b) sebagai alat pengesahan tidak terbatas pada akhir baris, tetapi juga untuk pranata-pranata dan lembaga-lembaga keseluruhan baris, bahkan juga bait. Persamaan kebudayaan; (c) sebagai alat pendidikan anak; dan bunyi yang dimaksudkan di sini adalah persamaan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar (pengulangan) bunyi yang memberikan kesan norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi merdu, indah, dan dapat mendorong suasana yang anggota kolektifnya. dikehendaki oleh penyair dalam puisi”. Menganalisis sebuah karya sastra jenis Menurut Aminuddin (2002:137) “irama mantra adalah usaha menangkap makna dan yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur memberi makna pada teks karya sastra tersebut. musikalitas, baik berupa alunan keras-lunak, Karya sastra merupakan struktur makna atau tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah struktur bermakna. Menurut Semi (2012:84) yang keseluruhannya mampu menumbuhkan pendekatan struktural juga dinamakan pendekatan kemerduan, kesan suasana, serta nuansa makna objektif, pendekatan formal, atau pendekatan tertentu. Timbulnya irama itu, selain akibat analitik, sebuah karya sastra dilihat sebagai suatu penataan rima, juga akibat pemberian eksentuasi sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal dan intonasi maupun tempo sewaktu lain yang berada di luar dirinya. Bila ingin dikaji melaksanakan pembacaan secara oral”. Sejalan atau diteliti, aspek yang dikaji adalah unsur yang dengan pendapat di atas, Pradopo (2012:40) membangun karya sastra tersebut yaitu unsur menyatakan yang dimaksud dengan irama adalah intrinsik dan ekstrinsiknya. Menurut Seassure bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang (dalam Sadikin, 2011:27), “strukturalisme sering teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan kali tidak dapat menjelaskan beberapa gejala suatu gerak hidup, seperti gercik air yang budaya secara tuntas, sehingga diperlukan mengalir turun tak putus-putus. penjelasan dengan menggunakan semiotik, yaitu Makna merupakan suatu unsur yang saling teori tentang tanda”. berhubungan dengan fonem-fonem bahasa Menurut Pradopo (2012:142), “studi sastra bersangkutan, sehingga dapat membentuk suatu bersifat semiotik adalah usaha untuk menganlisis pemaknaan dan fungsi yang baik. Menurut sastra suatu sistem tanda-tanda dan menentukan Haryanta (2012:159), “makna adalah maksud konvensi-konvensi apa yang memungkinkan pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan karya sastra memunyai arti”. Semi (2012:109) kepada suatu bentuk kebahasaan”. Makna menyatakan bahwa pendekatan semiotik lahir merupakan pertautan yang ada diantara unsur- akibat rasa tidak puas terhadap pendekatan unsur bahasa itu sendiri. Kata-kata yang biasa struktural yang hanya terlepas pada kajian aspek terdapat dalam karya sastra memiliki sifat puitis intrinsik saja. yang merupakan ungkapan dari rasa dan cita Mantra berattep menggunakan bahasa penyair. Terkait dengan pengertian itu, makna Daerah. Karena dalam penuturan mantra berattep mantra dapat dibagi menjadi dua tingkatan, yang menggunakan bahasa Daerah, penelitian ini pertama makna menjadi isi dari suatu bentuk diperlukan penerjemahan dari bahasa Daerah ke kebahasaan dan makna bisa menjadi isi dalam bahasa Indonesia. Terjemahan ini komunikasi yang mampu menghasilkan informasi dilakukan agar pembaca yang bukan berasal dari tertentu. suku Melayu dapat memahami teks mantra Fungsi tradisi lisan atau folklor sebaiknya tersebut. Berkaitan dengan pernyataan diatas, dikembalikan kepada masyarakat pemiliknya. Hutomo (1991:86) menyatakan bahwa teks lisan Fungsi-fungsi tersebut bisa saja hilang atau hanya yang sudah dikumpulkan oleh seorang peneliti tinggal fungsi tertentu. Bertahan atau tidaknya perlu diterjemahkan ke dalam bahasa lain. fungsi itu bergantung pada sikap suatu masyarakat Sesuai dengan pernyataan diatas, Simatupang atas tradisi lisan atau folklor yang lahir dan (1999:2) menyimpulkan definisi terjemahan

4 adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam struktural memandang dan memahami karya bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran Berdasarkan pendapat tersebut, sangat jelas dengan bentuk-bentuk yang sewajarnya mungkin penelitian ini harus didampingi dengan menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa pendekatan semiotik untuk menganalisis karya sasaran. sastra, karena pendekatan semiotik menekankan pada pemaknaan karya sastra itu yang dipandang METODE PENELITIAN sebagai sistem tanda. Pradopo (2012:141) Berdasarkan tujuan penelitian, metode yang menyatakan bahwa karya sastra itu merupakan digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktur makna atau struktur yang bermakna. Hal deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan penelitian ini karena peneliti ingin sistem tanda yang memunyai makna, yang mengungkapkan, menggambarkan, dan menggunakan medium bahasa. Untuk memaparkan struktur, makna, dan fungsi pada menganalisis struktur sistem tanda ini, perlu mantra berattep yang terdapat pada masyarakat adanya kritik struktural untuk memahami makna Melayu Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) Sambas. tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa Terkait dengan paparan diatas, Semi pendekatan struktural semiotik dianggap sesuai (2012:24) menyatakan “penelitian bersifat untuk menganalisis masalah pada penelitian ini. deskriptif berarti terurai dalam bentuk kata-kata Sumber data dalam penelitian ini adalah atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka”. mantra berattep yang dituturkan oleh seorang Sejalan dengan pendapat sebelumnya, menurut pawang/kepala adat. Sumber data tambahan Moleong (2013:11), “metode deskriptif digunakan berupa informasi dari kepala adat sebagai karena data yang akan dikumpulkan adalah berupa informan kunci informasi, dari informan kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka”. pembantu yang berasal dari masyarakat umum Sesuai dengan pendapat tersebut, dalam penelitian yang mengetahui tentang mantra berattep. ini ditampilkan kutipan-kutipan untuk memberi Data penelitian ini adalah rima, irama, gambaran mengenai masalah penelitian. makna, dan fungsi yang terdapat dalam mantra Bentuk penelitian yang digunakan adalah berattep berupa kata-kata yang dituturkan oleh penelitian kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif penutur mantra. Musfiqon (2012:149) menyatakan digunakan penulis untuk memeroleh data analisis “data adalah catatan atau kumpulan fakta yang struktur, fungsi, dan makna pada mantra berattep berupa hasil pengamatan empiris pada variabel masyarakat Teluk Keramat, Kabupaten Sambas. penelitian”. Bentuk penelitian ini memerlukan data berupa Teknik pengumpulan data yang digunakan kata-kata tertulis, data lisan, dan perilaku yang dalam penelitian ini yaitu proses perekaman diamati. terhadap mantra berattep yang dibaca penutur Menurut Moleong (2013:6), “penelitian mantra. Teknik perekam digunakan peneliti untuk kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk merekam mantra-mantra yang diucapkan secara memahami fenomena-fenomena apa yang dialami langsung oleh penutur mantra (dukun/pawang). subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, Teknik rekaman ini digunakan untuk membantu motivasi, tindakan, dan lain-lain”. Berdasarkan peneliti dalam melakukan pencacatan atau pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pentranskripsian mantra-mantra yang pada penelitian kualitatif adalah penelitian yang akhirnya memudahkan dalam hal penerjemahan menggambarkan suatu keadaan yang dialami oleh mantra-mantra tersebut dari bahasa Daerah ke subjek peneliti dan datanya dinyatakan dalam dalam bahasa Indonesia. bentuk kata dan kalimat. Pengamatan langsung (terlibat langsung), Pendekatan yang digunakan dalam penelitian teknik pengamatan langsung digunakan karena ini adalah pendekatan struktural semiotik. Alasan peneliti terjun secara langsung untuk melihat dan peneliti memilih pendekatan struktural dan mendengarkan pembacaan mantra berattep. semiotik, sesuai dengan namanya, pendekatan

5

Teknik wawancara digunakan dalam rangka untuk menguji keabsahan data adalah teknik mengumpulkan data dengan melakukan kontak triangulasi, teknik ketekunan pengamatan, dan atau percakapan langsung dengan informan. kecukupan referensi. Wawancara yang digunakan adalah wawancara Analisis data dalam penelitian kualitatif, bebas terarah. Wawancara dilakukan pada dilakukan pada saat pengumpulan data informan yang telah dipercaya dan mengetahui berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan keberadaan mantra berattep. data. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, Alat pengumpul data yang digunakan dalam 2013:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam penelitian ini, yaitu peneliti sebagai instrumen menganalisis data kualitatif dilakukan secara kunci. Penggunaan instrumen manusia merupakan interaktif dan berlangsung secara terus menerus pilihan yang tepat untuk penelitian ini. Hal ini sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. disebabkan penelitian ini melibatkan kegiatan penafsiran data, pengumpulan data, seleksi data, HASIL PENELITIAN DAN klasifikasi data, dan analisis data. Dalam suatu PEMBAHASAN penafsiran diperlukan pengetahuan dan Rima dalam Mantra Bepadah Berattep 1 pengalaman yang relevan, ketajaman pikiran, dan (MBB1) menurut bunyinya dalam kata, satu konsentrasi yang sungguh-sungguh dari peneliti. diantaranya adalah rima penuh. Rima penuh Maka dari itu, peneliti dianggap sebagai adalah persamaan bunyi dari seluruh suku kata instrumen kunci dalam penelitian ini. Alat terakhir. Contoh, malam - kelam. Rima penuh pendukung pengumpul data penelitian ini yaitu dalam Mantra Bepadah Berattep 1 (MBB1) perekam (HP), pulpen, buku catatan. Alat-alat ini Kamek barrek tau tok digunakan untuk mempermudah penulis dalam Uddah kamek tauek yang dipakai taonan mengumpulkan data. Namekan urang-urang yang penunggu masalah Langkah-langkah yang dilakukan peneliti umme untuk mengumpulkan data pertama sebelum Kamek barrek tau tok melaksanakan wawancara dengan informan, Namenye perempuan adelah bernamekan Siti peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan yang Bayangan dengan Datok Ittam berhubungan dengan identitas informan dan Adapun rima penuh dalam MBB1 yaitu -mek pengetahuan informan tentang mantra berattep. pada kata kamek (baris 1, 2, dan 4), -rek pada kata Pengumpulan data ini dilakukan langsung dengan barrek (baris 1 dan 4), kata tau (baris 1 dan 4), informan dan tidak menunggu upacara adat kata namekan dan bernamekan (baris 3 dan 5), - berlangsung. Kedua, peneliti melakukan lah pada kata masalah dan adelah (baris 3 dan 5). pencatatan mantra dan perekaman suara informan Rima dalam Mantra Bepadah Berattep 1 yang sedang menuturkan mantra berattep dan (MBB1) menurut letak kata dalam baris kalimat, bercerita tentang proses pelaksanaan upacara adat satu diantaranya adalah rima awal. Rima awal tersebut. Ketiga, setelah mendapatkan informasi adalah persamaan kata pada awal kalimat. tentang mantra berattep, peneliti melakukan Contoh: reduksi data, yaitu merangkum hal-hal yang dari mana hendak ke mana penting sesuai dengan masalah penelitian. dari sawah hendak ke huma Keempat, melakukan penyajian data, yaitu dari mana kita berkelana menguraikan secara singkat teks mantra sesuai dari rumah menuju dunia dengan rima, irama, makna dan fungsi mantra. Rima awal dalam Mantra Bepadah Berattep 1 Kelima, peneliti melakukan penarikan kesimpulan (MBB1) awal yang sesuai dengan bukti-bukti yang telah Kamek barrek tau tok didapatkan. Uddah kamek tauek yang dipakai taonan Proses menguji keabsahan data dalam Namekan urang-urang yang penunggu masalah penelitian ini menggunakan tiga teknik umme pemeriksaan agar data yang diperoleh benar-benar Kamek barrek tau tok objektif sehingga hasil penelitian dapat Namenye perempuan adelah bernamekan Siti dipertanggungjawabkan. Teknik yang digunakan Bayangan dengan Datok Ittam

6

Adapun rima awal dalam MBB1 adalah pada Irama merupakan satu diantara unsur yang kata kamek. Kata kamek pada baris pertama dan sangat penting dalam sebuah mantra karena irama baris keempat terletak pada awal kalimat. menyangkut tentang intonasi tinggi-rendah, Rima dalam Mantra Bepadah Berattep 1 panjang-pendek, suatu mantra. Ada beberapa (MBB1) menurut letak persamaan bunyi dalam tanda yang dapat digunakan untuk menentukan baris, satu diantaranya adalah rima datar. Rima irama dalam pembacaan mantra. Berikut adalah datar adalah persamaan bunyi kata yang tanda yang dapat digunakan untuk menandai diletakkan secara datar atau berderet (disebut juga irama. rima horizontal atau rima berderet). Contoh: / menandakan intonasi jeda atau henti sebentar halilintar bergetar bergelegar menyambar- // menandakan intonasi berhenti atau nyambar menandakan titik Rima datar dalam Mantra Bepadah Berattep 1 menandakan intonasi naik (MBB1) menandakan intonasi datar Kamek barrek tau tok menandakan intonasi turun Uddah kamek tauek yang dipakai taonan Mantra Bepadah Berattep 1 (MBB1) Namekan urang-urang yang penunggu masalah Kamek barrek tau tok / umme Uddah kamek tauek yang dipakai taonan / Kamek barrek tau tok Namekan urang-urang yang penunggu masalah Namenye perempuan adelah bernamekan Siti umme / Bayangan dengan Datok Ittam Kamek barrek tau tok / Adapun rima datar dalam MBB1 yaitu -ek Namenye perempuan adelah bernamekan Siti pada kata kamek dan kata barrek (baris 1), -ek Bayangan dengan Datok Ittam // pada kata kamek dan kata tauek (baris 2), kata Irama dalam Mantra Bepadah Berattep 1 urang-urang (baris 3), -ek pada kata kamek dan (MBB1) dapat dilihat dari hasil pemberian tanda kata barrek (baris 4). Dikatakan rima datar karena pada mantra tersebut, maka dapat dideskripsikan memiliki persamaan bunyi pada kata yang terletak bahwa pada MBB1 memiliki jeda sebentar, secara datar. berhenti pada akhir pembacaan dan berintonasi Rima dalam Mantra Bepadah Berattep 1 datar. (MBB1) menurut letak pasangannya dalam bait, Sebelum menentukan makna mantra dalam satu diantaranya adalah rima terus. Rima terus upacara Berattep masyarakat Melayu Kecamatan adalah persamaan bunyi kata atau suku kata akhir Teluk Keramat Kabupaten Sambas, terlebih tiap-tiap barisannya sama. dahulu peneliti harus mengetahui konvensi- Contoh: konvensi yang tercipta pada masyarakat pemilik abdul nuluk putra baginda mantra Berattep, yakni masyarakat Melayu besarlah sudah bangsawan muda Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas. cantik majlis usulnya ayahanda Hal ini bertujuan agar dalam proses pemaknaan, tiga belas umurnya ada peneliti memerhatikan unsur-unsur selain mantra Rima terus dalam Mantra Bepadah Berattep yang dapat memengaruhi totalitas pemaknaan 1 (MBB1) terhadap mantra Berattep. Oleh karena itu, dalam Kamek barrek tau tok proses pemaknaan, peneliti merasa perlu Uddah kamek tauek yang dipakai taonan melakukan pembacaan heuristik dan hemeneutik. Namekan urang-urang yang penunggu masalah Dalam hal ini, pembacaan heuristik umme dimaksudkan untuk membaca mantra berdasarkan Kamek barrek tau tok struktur kebahasaannya karena pembacaan Namenye perempuan adelah bernamekan Siti heuristik merupakan telaah dari kata-kata, bait- Bayangan dengan Datok Ittam bait (line), dan term-term karya sastra. Pembacaan Berdasarkan data di atas, tidak ditemukan ini bertujuan untuk memperjelas arti dengan rima terus dalam Mantra Bepadah Berattep 1 memberi sisipan kata (sinonim kata-katanya) yang (MBB1). ditempatkan dalam tanda kurung ( ). Mantra Bepadah Berattep 1 (MBB1)

7

Kamek (dukun) barrek tau tok (memberitahukan) lebih rendah pangkatnya tidak mengganggu. Uddah kamek tauek (sudah kami beritahukan) Mereka terdahulu diberitahu agar tidak yang dipakai taonan (roh leluhur yang dianggap mengganggu untuk kedepannya. Masalah yang penguasa paling tinggi) biasa timbul akibat gangguannya berupa hama Namekan urang-urang (makhluk halus) yang yang menyerang padi, sehingga panen tidak penunggu masalah umme (penunggu sawah yang begitu banyak dan petani dirugukan oleh itu. biasanya suka mengganggu) Untuk itu, setiap akan diadakannya upacara Kamek barrek tau tok (sekarang kami penanaman padi tahunan, mantra tersebut akan memberitahukan) diucapkan melalui dukun/pawang. Namenye perempuan (penunggu yang perempuan) Dari pembacaan heuristik dan hermeneutik adelah bernamekan (bernama) Siti Bayangan terhadap mantra berattep, dapat diketahhui bahwa dengan Datok Ittam (penunggu yang laki-laki) setiap bait mantra memunyai makna yang terdiri Pada pembacaan hermeneutik ini dari tanda/simbol (yang ditandai) dan petanda diperhatikan unsur-unsur di luar mantra tersebut (yang menandai). Simbol yang terdapat dalam guna tercapainya totalitas pemaknaan mantra mantra berattep adalah simbol yang berhubungan berattep. Dalam hal ini, peneliti melakukan dengan makna religius dan makna sosial. pembacaan hermeneutik dengan memerhatikan Makna religius merupakan suatu unsur cerita tentang berattep. kepercayaan akan adanya Tuhan, dewa-dewa, Mantra Bepadah Berattep 1 (MBB1) malaikat, dan jin, serta makhluk halus lainnya Kamek barrek tau tok yang dianggap ada di sekitar tempat tinggal suatu Uddah kamek tauek yang dipakai taonan masyarakat. Dalam penelitian ini, masyarakat Namekan urang-urang yang penunggu masalah Melayu Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten umme Sambas percaya dan meyakini bahwa hal tersebut Kamek barrek tau tok ada dan hidup berdampingan dengan mereka. Namenye perempuan adelah bernamekan Siti Kepercayaan tersebut merupakan kepercayaan bayangan dengan Datok Ittam masyarakat terhadap penguasa alam semesta serta Mantra di atas, memiliki makna sebagai alam ghaib (alam setelah kematian, alam berikut. Kamek barrek tau tok baris pertama roh/arwah, dan alam kayangan). merupakan sapaan yang diucapkan oleh Makna religius dalam Mantra Bepadah dukun/pawang kepada makhluk ghaib. Uddah Berattep (MBB1) kamek tauek yang dipakai taonan maksudnya Kamek barrek tau tok sudah diberitahukan kepada roh leluhur yang Uddah kamek tauek yang dipakai taonan dianggap sebagai penguasa tertinggi pada acara Namekan urang-urang yang penunggu masalah tahunan. Namekan urang-urang yang penunggu umme masalah umme maksudnya para makhluk halus Kamek barrek tau tok yang biasa jadi penunggu sawah yang sering Namenye perempuan adelah bernamekan Siti mengganggu. Kamek barrek tau tok maksudnya bayangan dengan Datok Ittam sekali lagi mempertegas pemberitahuan. Namenye Ada beberapa bait mantra dalam MBB1 yang perempuan adelah bernamekan Siti bayangan mengungkapkan makna religius. Terlihat dari bait dengan Datok Ittam maksudnya adalah si kedua yang menyebutkan Uddah kamek tauek penunggu yang suka mengganggu (perempuan) yang dipakai taonan yang berarti mereka namanya adalah Siti Bayangan dan si lelaki mengetahui penguasa tertinggi (pemimpin). Hal namanya Datok Ittam. tersebut juga terlihat dari bait ketiga mantra yang Makna mantra tersebut adalah sapaan untuk menyebutkan “Namekan urang-urang yang makhluk halus penunggu masalah yang ada di penunggu masalah umme” yang artinya mereka sawah, yang setiap tahun dikhawatirkan akan memercayai adanya orang-orang penunggu sawah mengganggu tanaman padi, janganlah yang sering mendatangkan masalah (makhluk mengganggu lagi karena sebelumnya sudah ghaib) yang ada disekitar mereka. Lalu bait diberitahukan juga ke leluhur yang dianggap kelima “Namenye perempuan adelah bernamekan penguasa paling tinggi (pemimpinnya) agar yang Siti bayangan dengan Datok Ittam” yang artinya

8 nama dari penunggunya yang perempuan adalah berattep Masyarakat Melayu Kecamatan Teluk Siti Bayangan dan yang laki-laki adalah Datok Keramat Kabupaten Sambas adalah sebagai Ittam, berarti selain mereka memercayai adanya berikut. makhluk tersebut, mereka juga mengetahui nama Mantra Bepadah Berattep 1 (MBB1) makhluk tersebut yang membuktikan bahwa Kamek barrek tau tok adanya makna religus dalam MBB1 ini. Uddah kamek tauek yang dipakai taonan Upacara berattep merupakan sebuah ritual Namekan urang-urang yang penunggu masalah yang mengandung makna sosial, dibuktikan dari umme pantangan-pantangan yang selalu dipatuhi oleh Kamek barrek tau tok masyarakat pemilik mantra ketika akan menanam Namenye perempuan adelah bernamekan Siti padi yang bertujuan agar padi yang mereka tanam Bayangan dengan Datok Ittam tetap terjaga dan tidak dirusak oleh hama Fungsi Rekreatif, adalah sastra dapat penyakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa harus berfungsi memberikan rasa senang, gembira, serta ada kerja sama dalam mencapai tujuan itu. menghibur para penikmat atau pembaca. MBB1 Pantangan-pantangan ketika akan menanam padi dapat dikatakan memiliki fungsi rekreatif yaitu harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat Melayu pada rima dan irama yang terdapat pada mantra Kecematan Teluk Keramat Kabupaten Sambas. tersebut, tidak hanya memiliki satu rima, MBB1 Tujuan akhir mematuhi pantangan-pantangan bahkan memiliki lebih dari satu rima, satu tersebut adalah untuk mendapatkan hasil panen diantaranya adalah rima penuh, yaitu: yang banyak dengan padi yang bagus pula. Selain Kamek barrek tau tok itu, alasan mengapa pantangan-pantangan tersebut Uddah kamek tauek yang dipakai taonan dipatuhi, agar masyarakatnya tidak ikut-ikutan Namekan urang-urang yang penunggu masalah diserang penyakit akibat bala yang mereka umme langgar. Berikut adalah penjelasan mengenai Kamek barrek tau tok makna sosial yang terkandung dalam Mantra Namenye perempuan adelah bernamekan Siti Bepadah Berattep 1 (MBB1). Bayangan dengan Datok Ittam Kamek barrek tau tok Selain itu, pada saat dilakukan upacara Uddah kamek tauek yang dipakai taonan berattep, semua masyarakat pemilik mantra juga Namekan urang-urang yang penunggu masalah ikut ambil bagian untuk mempersiapkan umme kelancaran upacara tersebut, dan yang membuat Kamek barrek tau tok masyarakat senang dengan diadakannya upacara Namenye perempuan adelah bernamekan Siti berattep adalah tentang kepercayaan mereka bayangan dengan Datok Ittam bahwa setelah mantra berattep dibacakan, mereka Adapun makna sosial dalam MBB1 adalah percaya nantinya tanaman padi mereka akan baik- pada kata kamek. Kata kamek yang diucapkan baik saja dan tidak akan diserang hama penyakit. dukun/pawang, maknanya berarti dukun/pawang Fungsi Dedaktif, adalah sebuah karya sastra tersebut mewakili seluruh masyarakat pemilik yang baik dapat mengarahkan dan mendidik para mantra dalam melakukan upacara berattep. Selain penikmat atau pembaca, karena terdapat nilai-nilai itu, untuk mendukung kelancaran jalannya kebenaran dan kebaikan yang terkandung upacara berattep, alat yang digunakan untuk didalamnya. MBB1 dapat dikatakan memiliki berattep juga disiapkan bersama oleh masyarakat fungsi dedaktif karena dalam pelaksanaan upacara dan dibawa ke rumah kepala adat atau dukun. berattep kita bisa membina tingkah yang baru Analisis terhadap fungsi mantra dalam agar tercapai keserasian hidup bersama sepeti upacara berattep dilakukan dengan cara yang tersirat dalam kalimat “Uddah kamek tauek menganalisis mantara baik dari teks mantra itu yang dipakai taonan”, “Namekan urang-urang sendiri maupun makna dan konvensi-konvensi yang penunggu masalah umme”, “Namenye masyarakat pemilik mantra itu sendiri. Hal ini perempuan adelah bernamekan Siti Bayangan dilakukan karena analisis terhadap mantra dengan Datok Ittam”. Hal tersebut menunjukkan berattep merupakan analisis fungsi mantra secara bahwa keseimbangan alam akan menciptakan praktis. Adapun fungsi mantra dalam upacara hidup yang damai dan tentram bagi makhluk yang

9 menghuni dunia ini, bahwa kita sebagai makhluk mematuhi pantangan-pantangan setelah upacara ciptaan Tuhan harus saling menghormati. berattep selesai dilakukan. Masyarakat tidak Fungsi Estetis, adalah sastra dapat boleh melanggar pantangan-pantangan karena memberikan keindahan bagi para penikmat atau dikhawatirkan akan mendatangkan bala jika para pembacanya. MBB1 dapat dikatakan pantangan tersebut dilanggar. memiliki fungsi estetis karena dalam pelaksanaan Fungsi Religiusitas, adalah karya sastra yang upacara berattep yang memiliki unsur mengandung ajaran-ajaran agama yang harus dan kebudayaan, dan pada setiap tahun masyarakat wajib diteladani oleh para penikmat atau melaksanakan budaya Antar Ajjong pembacanya. MBB1 dapat dikatakan memiliki (menghanyutkan perahu kecil). Sebelum Ajjong fungsi religiusitas karena dalam upacara berattep dihanyutkan, terlebuh dahulu sudah dibacakan masyarakat diberitahukan bahwa ada makhluk mantra. Tidak hanya itu, Ajjong juga dihias halus lain yang dianggap ada di sekitar tempat sedemikian rupa agar terlihat indah. Selain itu, di tinggal mereka, hal tersebut tersirat dalam kalimat dalam Ajjong juga sudah diletakkan sesajian yang mantra yang berbunyi “Namenye perempuan juga sudah dibacakan mantra. Pada saat diadakan adelah bernamekan Siti Bayangan dengan Datok kegiatan budaya Antar Ajjong, banyak masyarakat Ittam”. Masyarakat mau tidak mau akan percaya ikut dan berkumpul untuk menyaksikan kegiatan dan meyakini bahwa hal tersebut ada dan hidup tersebut. Tidak hanya masyarakat sekitar yang berdampingan dengan mereka. Oleh karena itu, jadi penikmatnya, tamu mancanegarapun turut masyarakat harus senantiasa menjaga hadir untuk menyaksikan dan menikmati budaya keseimbangan alam bersama makhluk yang yang rutin diadakan setiap tahun tersebut. Selain menghuni dunia ini. Selain itu, dalam upacara itu, rima dan irama yang beragam yang berattep juga memperlihatkan bahwa kepercayaan terkandung dalam mantra tersebut juga menjadi terhadap penguasa alam semesta (Allah) masih hal menarik bagi pembaca dan penikmatnya. Satu diprioritaskan. Meskipun ada kepercayaan diantaranya adalah rima mutlak, yaitu: terhadap makhluk ghaib lainnya, bahwasanya Kamek barrek tau tok Allah lah Yang Maha Besar, pemilik alam Uddah kamek tauek yang dipakai taonan semesta ini, dan tidak ada yang lain patut Namekan urang-urang yang penunggu masalah disembah selain Allah. umme Kamek barrek tau tok SIMPULAN DAN SARAN Namenye perempuan adelah bernamekan Siti Simpulan Bayangan dengan Datok Ittam Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat Fungsi Moralitas, adalah sastra selalu disimpulkan bahwa analisis terhadap mantra mengandung nilai-nilai moral yang tinggi. Dengan Berattep masyarakat Melayu Kecamatan Teluk demikian, para penikmatnya akan mengetahui Keramat Kabupaten Sambas, yaitu rima dalam bagaimana moral yang bagus dan tidak baik bagi mantra berattep terdapat rima menurut bunyinya dirinya. MBB1 dapat dikatakan memiliki fungsi dalam kata yang meliputi: rima penuh, rima moralitas karena dalam pelaksanaan upacara mutlak, rima paruh, rima aliterasi, rima asonansi, berattep adalah untuk mendidik moral masyarakat dan rima rupa (MBB2). Rima menurut letaknya seperti saling tolong menolong dan bergotong dalam baris kalimat yang meliputi: rima awal royong dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu (MBB1 dan MB), rima tengah, dan rima akhir. kalimat mantra “Kamek barrek tau tok” Rima menurut letak persamaan bunyi dalam baris mengandung nilai moral yang bermakna bahwa yang meliputi: rima datar dan rima tegak. Rima untuk melakukan sesuatu, kita terlebih dahulu menurut letak pasangannya dalam bait yang harus meminta izin dan tidak sembarangan meliputi: rima putus dan rima bebas. berbuat sesuatu. Disisi lain, saat akan Irama yang terdapat dalam pembacaan dilaksanakan upacara berattep, masyarakat harus mantra berattep secara keseluruhan berintonasi senantiasa saling membantu mempersiapkan alat- datar. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari alat maupun keperluan yang lain demi kelancaran pembacaan mantra tersebut, sehingga pembacaan upacara berattep. Selain itu masyarakat juga harus mantra ada yang berintonasi dan ada yang datar.

10

Makna yang terdapat dalam mantra berattep punah, maka diperlukan usaha untuk adalah makna yang dilihat dari hubungan arti atau mengiventarisasikannya misalnya upacara Antar makna mantra berattep dengan religius, dan Ajjong (melepaskan perahu kecil ke laut) yang hubungan arti atau makna mantra berattep dengan selalu diadakan setiap tahunnya. sosial. Makna religius adalah makna yang menunjukkan atau menggambarkan suatu unsur DAFTAR RUJUKAN kepercayaan akan adanya Tuhan, dewa-dewa, Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya malaikat, dan makhluk halus lainnya serta Sastra. Bandung: Sinar Baru Alga Sindo kepercayaan terhadap kehidupan kayangan. Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia: Makna sosial adalah makna yang menunjukkan Ilmu, Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. atau menggambarkan hubungan persahabatan dan Jakarta: Pustaka Utama Grafiti menunjukkan bahwa setiap anggotanya Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan (masyarakat pemilik mantra) memunyai perhatian dan Kesusastraan. Surakarta: Sinergi dan kepentingan yang sama dalam mencapai Media tujuan bersama. Menentukan makna dalam mantra Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang berattep menggunakan pembacaan heuristik dan Terlupakan. Surabaya: Himpunan Sarjana hermeneutik. Kesusastraan Indonesia Fungsi dalam mantra berattep merupakan Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian fungsi secara praktis yang ditentukan dari teks Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya mantra itu sendiri, makna, dan konvensi-konvensi Musfiqon, M. 2012. Metodologi Penelitian masyarakat pemilik mantra berattep. Fungsi Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka mantra berattep meliputi fungsi rekreatif, fungsi Publisher dedaktif, fungsi estetis, fungsi moralitas, dan Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian fungsi religiusitas. Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Saran Rani, Supratman Abdul. 1996. Ikhtisar Sastra Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Indonesia. Bandung: Pustaka Setia dalam mantra berattep, ada beberapa saran Sadikin, Mustofa. 2011. Kumpulan Sastra sebagai masukan yang akan bermanfaat, yaitu Indonesia. Jakarta: Gudang Ilmu penelitian ini hanya ditinjau dari struktur, makna, Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. dan fungsi mantra berattep, penelitian ini dapat Bandung: Angkasa dilanjutkan dengan masalah lain, misalkan hikayat Simatupang, Maurits D. S. 1999. Pengantar Teori dan sejarah mantra dalam upacara berattep, serta Terjemahan. Jakarta: Direktorat Jendral tinjauan sosiologis terhadap mantra dalam upacara Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan berattep. Nasional Bahasa mantra dalam upacara berattep Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, merupakan satu di antara sastra lisan masyarakat Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Melayu Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Waluyo, Herman J. 1989. Teori dan Apresiasi Sambas dan juga merupakan budaya masyarakat Puisi. Surakarta: Erlangga setempat yang memunyai arti mendalam sehingga Zulfahnur dkk. 1997. Teori Sastra. Jakarta: relatif sulit dipahami. Mantra ini juga merupakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tradisi masyarakat Melayu Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas yang sejak dulu sudah dilakukan. Untuk memperkaya kebudayaan nasional, sudah semestinya adat dan budaya upacara berattep dipelihara, dilestarikan, dan dikembangkan secara turun-temurun, sehingga adat dan kebudayaan daerah bahkan nasional tidak akan punah. Agar mantra berattep serta bentuk- bentuk sastra lisan lainnya tidak terabaikan dan

11