BAB 4 ANALISIS KONDISI KEPARIWISATAAN KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA 4.1 Potensi Sumber Daya Alam, Sejarah, dan Budaya KSPP Muntok dan Sekitarnya

4.1.1 Kondisi Fisik Kawasan

Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya meliputi wilayah Kabupaten Bangka Barat yang secara astromonis terletak pada 105’ Bujur Timur dan 1’ sampai 2’ Lintang Selatan. Secara geografis, Kabupaten Bangka Barat berbatasan dengan Laut Natuna di sebelah utara, Selat Bangka di sebelah selatan dan barat, serta berbatasan dengan Kabupaten Bangka di sebelah timur. Kabupaten Bangka Barat memiliki lokasi yang strategis karena terletak dekat dengan Pulau Sumatera dan menjadi pintu masuk penumpang dan barang dari (Sumatera) menuju Pangkalpinang (Ibu Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) dan sebaliknya melalui jalur laut.

Kabupaten Bangka Barat memiliki luas wilayah lebih kurang 2.884,15 km2 atau 288.415 ha yang terbagi kedalam enam kecamatan, yaitu Kecamatan Kelapa, Kecamatan Tempilang, Kecamatan Muntok, Kecamatan Simpang Teritip, Kecamatan Jebus, dan Kecamatan Parittiga. Kecamatan Simpang Teritip merupakan kecamatan terluas, yaitu sebesar 637,35 km2, sedangkan Kecamatan Parittiga merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu 326,71 km2. Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Tinggi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat

Luas Wilayah (Km2) Persentase Tinggi Kecamatan (%) (mdpl) Simpang Teritip 637,35 22,10 12,7 Kelapa 573,80 19,89 51,0 Muntok 505,94 17,54 18,6 Tempilang 461,02 15,98 25,0 Jebus 379,49 13,03 25,0 Parittiga 326,71 11,22 25,0 Total 2.884,31 100,00 - Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Kabupaten Bangka Barat berada di ketinggian antara 12,7 – 51,0 meter di atas permukaan laut dengan Kecamatan Simpang Teritip sebagai kecamatan yang berada pada ketinggian terendah dan Kecamatan Kelapa sebagai kecamatan yang berada pada ketinggian tertinggi. Secara topografi wilayah, Kabupaten Bangka Barat terdiri dari rawa-rawa dengan hutan bakau, pantai landai berpasir, dataran rendah dan bukit-bukit dengan hutan lebat. Semua kecamatan di Kabupaten Bangka Barat berbatasan dengan laut, sehingga memiliki potensi bentang alam pesisir dan laut yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis (Tipe A) dengan curah hujan rata-rata sebesar 91,90 mm3/bulan dan suhu rata-rata sebesar 28,10oC. Pada tahun 2017, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu sebesar 183,9 mm3/bulan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-2

Juli, yaitu sebesar 21,5 mm3/bulan. Kondisi curah hujan tersebut dapat menjadi acuan para wisatawan dalam berkunjung untuk mempersiapkan berbagai kebutuhannya dalam menghadapi kondisi cuaca di Kabupaten Bangka Barat.

Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Bangka Barat, 2017 Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Kondisi fisik lain yang juga penting diperhatikan di Kawasan Kota Muntok ini terkait curah hujan dan pasang surut adalah banjir. Berdasarkan penelusuran berita, kejadian banjir di Kota Muntok yang terjadi pada rentang waktu terdekat adalah pada tanggal: 18 Desember 2017, 11 dan 29 Maret 2018, dan 1 Juni 2018. Pada ke-empat waktu tersebut, terjadinya banjir didahului dengan intensitas hujan yang tinggi yang bersamaan waktunya dengan waktu pasang tinggi. Banjir pada tanggal 11 Maret dan 1 Juni 2018 bertepatan dengan kondisi pasang tertinggi (di atas rata-rata permukaan pasang surut) yang mencapai lebih dari 3 meter untuk wilayah Muntok. Sedangkan banjir pada tanggal 18 Desember 2017 dan 29 Januari 2018, tidak bersamaan waktunya dengan saat pasang tertingggi walaupun pasang tinggi yang terjadi tetap berada pada kisaran ketinggian 3 meter di atas rata-rata permukaan pasang-surut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-3

Sumber: hasil analisis dengan menggunakan program WxTide : pasang naik tertinggi saat terjadi banjir

Gambar 4.2 Grafik Pasang Surut untuk Wwilayah Muntok Bulan Desember 2017 (banjir tanggal 18 Desember 2017, pasang naik tertinggi 3,3 meter)

Sumber: hasil analisis dengan menggunakan program WxTide

: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir Gambar 4.3 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Januari 2018 (banjir tanggal 29 Januari 2018, pasang naik tertinggi 3,2 meter)

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-4

Sumber: hasil analisa dengan menggunakan program WxTide

: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir Gambar 4.4 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Maret 2018 (Banjir tanggal 11 Maret 2018, pasang naik tertinggi 3,3 meter)

Sumber: hasil analisa dengan menggunakan program WxTide

: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir Gambar 4.5 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Juni 2018 (Banjir tanggal 1 Juni 2018, pasang naik tertinggi 3,6 meter)

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-5

Selain karena faktor alam berupa hujan dan pasang surut, hal lain yang menyebabkan banjir adalah terjadinya sedimentasi di sepanjang Sungai Arang-Arang hingga muara dan pesisir Kota Muntok. Pendangkalan pada wilayah muara dan pesisir ini dapat menyebabkan perlambatan laju arus air dari sungai menuju laut. Akibat perlambatan laju air air ini, jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi maka debit air hujan yang mengalir dari arah hulu sungai akan lebih besar dibandingkan dengan debit air sungai yang dapat mengalir masuk menuju laut, sehingga sebagian air akan tertahan dan berpotensi menyebabkan genangan banjir di wilayah daratan Kota Muntok. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kepariwisataan Kota Muntok, sehingga penanggulangan bencana banjir ini perlu dimasukkan dalam perencanaan wilayah Kota Muntok.

4.1.2 Karakteristik Sosial Kependudukan

Penduduk Kabupaten Bangka Barat berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 adalah sebanyak 204.778 jiwa yang terdiri dari 106.851 jiwa penduduk laki-laki dan 97.927 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten Bangka Barat tahun 2017 mencapai 71 jiwa/km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Parittiga, yaitu sebesar 113 jiwa/km2, dan terendah di Kecamatan Simpang Teritip, yaitu sebesar 47 jiwa/km2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bangka Barat 2017 Kepadatan Penduduk Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk (per Km2) Kelapa 17.509 16.133 33.642 59 Tempilang 13.724 12.919 26.643 58 Muntok 28.928 26.493 55.421 110 Simpang Teritip 15.542 14.444 29.986 47 Jebus 11.508 10.538 22.046 58 Parittiga 19.640 17.400 37.040 113 Jumlah 106.851 97.927 204.778 71 Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Suku dan etnis penduduk Kabupaten Bangka Barat terdiri dari suku Melayu, keturunan Tionghoa, Jawa, Arab Melayu, Palembang, Bugis, dan Batak. Kondisi keberagaman suku dan etnis ini mendorong Kabupaten Bangka Barat tumbuh menjadi kabupaten yang unik dan menarik. Hal tersebut juga didukung oleh kerukunan dan toleransi antarsuku dan etnis penduduk. Sebagai contoh, latar belakang multikultural terasa begitu kuat di Kota Muntok. Setidaknya, terdapat perpaduan tiga etnis yang berbaur, yakni Melayu, Tionghoa, dan juga Arab. Namun kerukunan dan toleransi begitu terasa antaretnis dan golongan. Terdapat dua bangunan yang berdiri berdampingan sebagai cermin toleransi yang terbangun di Kota Muntok. Kelenteng Kong Fuk Miau dan Masjid Jami’ menjadi dua bangunan ikonik dari Kampung Tanjung, Kecamatan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-6

Muntok yang dibangun pada era abad ke-18. Masjid dibangun secara gotong royong antara Muslim dengan non-Muslim, dan merupakan masjid pertama di Muntok. Beberapa bahan bangunan untuk masjid pun disumbangkan dari kelenteng, salah satunya tiang penyangga Masjid Jami’. Kerukunan yang terjalin antara etnis Melayu dan Tionghoa ini nyatanya sudah terjalin sejak zaman nenek moyang, kerukunan serta toleransi sudah mulai ditanamkan di kehidupan mereka. Rasa menjunjung tinggi tenggang rasa dan kerukunan antarmasyarakat juga diterapkan pada nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Jika masjid Jami’ sedang melaksanakan ibadah, maka Kelenteng akan rehat dari kegiatannya dan memberikan kesempatan bagi jemaah masjid untuk melakukan ibadah. Contohnya, kegiatan latihan barongsai dan shalat Jumat. Jadi setiap jadwal shalat, latihan barongsai dihentikan dahulu. Meski memiliki pandangan masing-masing dalam menyikapi kehidupan, para pemeluk agama di kedua tempat peribadatan tersebut senantiasa rukun. Kelenteng dan masjid yang mampu menjalankan aktivitasnya berdampingan selama 133 tahun membuktikan toleransi beragama yang luar biasa di Muntok. Masyarakat Muntok yang Muslim dan non-Muslim memang sudah akrab dari dulu. Keakraban terjalin dari hal-hal kecil seperti saling mengunjungi ketika hari raya masing-masing agama, yang lain datang, begitu sebaliknya. Tak berhenti sampai di situ, mereka pun acap kali duduk bersama untuk sekadar berbagi cerita. Warung kopi pun menjadi saksi keakraban yang terjalin di antara mereka. Kebiasaan serta cara pandang masyarakat yang menilai perbedaan bukan menjadi sebuah penghalang untuk bersatu, merupakan salah satu resep mengapa kerukunan tetap terjaga.

4.1.3 Karakteristik Ekonomi Wilayah

Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah yang memiliki potensi hasil alam seperti komoditi timah, lada, dan kaya akan hasil laut dan hutannya. Mata pencaharian penduduk tersebar di berbagai kegiatan pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, kelautan, perdagangan barang dan jasa, serta pegawai negeri, BUMN, dan swasta. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB berdasarkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB Kabupaten Bangka Barat atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha mengalami peningkatan dari tahun 2014 hingga 2017. Berdasarkan data PDRB tersebut, tiga jenis sektor ekonomi yang menjadi penyumbang paling besar untuk ekonomi Bangka Barat berasal dari sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sedangkan sektor yang terkait langsung dengan kepariwisataan, yaitu sektor penyediaan akomodasi dan makan minum menempati posisi ke sembilan dalam kontribusinya terhadap PDRB.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-7

Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Bangka Barat Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2014-2017 Sektor Ekonomi 2014 2015 2016 2017 1. Industri pengolahan 3 879 61 4.015.961 4.170.859 4.443.087 2. Pertanian, kehutanan dan 1.120.752 1.192.686 1.282.698 1.279.011 perikanan 3. Pertambangan dan penggalian 1.135.060 1.160.621 1.168.179 1.196.312 4. Perdagangan besar dan eceran; 939.640 1.007.462 1.086.086 1.165.904 reparasi mobil dan sepeda 5. Konstruksi 435.156 471.029 514.076 550.316 6. Administrasi, pemerintahan, 277.088 303.545 326.245 351.692 pertahanan dan jaminan sosial 7. Real estate 156.633 163.851 173.761 182.532 8. Jasa Pendidikan 106.364 116.602 127.585 140.038 9. Penyediaan akomodasi dan 86.309 90.768 97.948 103.646 makan minum 10. Transportasi dan pergudangan 68.402 72.125 76.768 82.731 11. Jasa kesehatan dan kegiatan 56.119 56.119 60.655 66.053 sosial 12. Jasa keuangan dan asuransi 30.922 32.338 34.064 34.675 13. Informasi dan komunikasi 25.466 27.553 30.066 32.600 14. Jasa lainnya 22.941 22.941 25.285 27.256 15. Jasa perusahaan 11.405 11.868 12.368 12.875 16. Pengadaan listrik dan gas 3.118 3.311 3.485 3.681 17. Pengadaan air, pengelolaan 528 567 606 653 sampah, limbah dan daur TOTAL 8.349.260 8.749.347 9.189.733 9.673.060 Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018

Berdasarkan data PDRB tersebut, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang merupakan sektor yang terkait langsung dengan kepariwisataan di Kabupaten Bangka Barat menunjukkan peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa terjadi peningkatan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bangka Barat.

4.1.4 Sejarah sebagai Potensi Pariwisata Kawasan

Kawasan Kota Muntok merupakan kota yang memuat berbagai macam peristiwa sejarah. Secara garis besar, peristiwa sejarah di Kawasan Muntok dan sekitarnya meliputi 4 (empat) masa atau periode, yaitu (1) masa Kesultanan Palembang; (2) masa Penjajahan Inggris; (3) masa Penjajahan Jepang (Perang Dunia II); (4) masa Agresi Militer Belanda ke II (Perjuangan Kemerdekaan). 1. Muntok pada Masa Kesultanan Palembang Asal mula berdirinya Kota Muntok tidak dapat terlepas dari keterkaitannya dengan keberadaan Kesultanan Palembang yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan. Sejarah terkait pertambangan timah di Bangka dimulai pada masa Kesultanan Palembang, yaitu pada masa Sultan Mahmud Badarrudin I.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-8 a. Awal mula kegiatan tambang timah di Muntok Sebelum menjabat menjadi sultan, Mahmud Badaruddin sempat singgah di Pulau Bangka (tepatnya di Belinyu), yaitu pada saat pelayaran pengasingannya ke . Kemudian pada saat akan kembali ke Palembang, yaitu sekitar tahun 1724 M, Mahmud Badaruddin juga kembali singgah ke Bangka dengan membawa pasukannya dari Negeri Siantan (salah satu negeri di bawah kekuasaan Kesultanan Johor). Salah satu pasukan Mahmud Badaruddin tersebut menemukan kandungan timah di Bangka, tepatnya di sekitar Sungai Ulin. Maka penambangan timah di Bangka dimulai dan dilakukan secara rahasia. b. Asal muasal nama Muntok Setelah Mahmud Badarudin menjabat sebagai sultan (Sultan Mahmud Badaruddin I), Sekitar tahun 1724 – 1725 M, Sultan Mahmud Badaruddin I memerintahkan kepada istri (Ratu) dan para petinggi kesultanan dan petinggi dari Negeri Siantan, untuk berangkat ke Pulau Bangka untuk memastikan lokasi tempat tinggal keluarga dari istrinya (dari Negeri Siantan, Kesultanan Johor). Setelah pelayaran sampai di perairan luar Sungsang (perairan di antara Palembang dan Pulau Bangka), Ratu melihat sebuah daratan dari kejauhan yang merupakan bagian dari Pulau Bangka. Semakin dekat daratan yang dituju, ternyata daratan tersebut adalah sebuah tanjung, maka Ratu berujar dalam Bahasa Melayu Siantan “daratan Entoklah” atau “A-muntok jadilah” (kalau itu jadi) sambil menunjuk ke arah daratan tersebut. Maksud dari ucapan ini bahwa daratan yang di depan adalah tempat yang layak untuk kediaman keluarga dari Siantan. Ujaran Ratu tersebut selanjutnya menjadi cikal bakal pertama penamaan Muntok. Kata “entok” dalam dialek Melayu Siantan tersebut artinya “Itulah”. Setelah itu Sultan pun memerintahkan untuk mendirikan tempat tinggal di daerah tersebut. Pada perkembangan berikutnya, setelah terbentuk komunitas kecil di daerah itu, maka disebutlah daerah itu dengan nama “Muntok”, sedangkan tanjung yang pertama kali dilihat dan ditunjuk oleh Ratu diberi nama Tanjung Kelihatan yang selanjutnya lazim disebut “Tanjung Kalian”. Muntok ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Palembang yang memiliki kepentingan atas penambangan timahnya. Oleh karena hasil penambangan timah yang begitu banyak, maka Sultan Palembang mengirim seorang Tumenggung ke Muntok untuk mengatur pekerjaan penambangan timah tersebut (makam dari para Tumenggung dan tokoh-tokoh pemimpin pemerintahan Muntok dapat ditemukan di Pemakaman Kota Seribu, Muntok). c. Masuknya Etnis Cina ke Muntok Semakin pesatnya penambangan timah di Muntok mendorong Sultan Palembang untuk mendatangkan orang-orang dari Siam, Kucing, serta orang-orang Cina peranakan Palembang untuk bekerja di penambangan timah. Dampak dari penambangan timah tersebut adalah terbentuknya perkampungan yang pertama kali di Muntok bernama Kampung Jiran Siantan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-9

(terletak di sekitar Kelurahan Tanjung sekarang), kemudian terbentuk Kampung Pemohon (sekitar Kampung Ulu sekarang), dan Kampung Petenun (sekitar Kampung Teluk Rubiah sekarang). Penambangan timah di Muntok kemudian berkembang semakin pesat dan semakin luas hingga sampai ke Belinyu, Toboali, dan hampir ke seluruh Pulau Bangka. Muntok berkembang menjadi Bandar (pelabuhan) yang besar dan sibuk dengan aktivitas-aktivitas pendatang dari berbagai suku bangsa sehingga proyeksi kemajuan Pulau Bangka kala itu berpusat di Muntok. d. Pembangunan Benteng Kota Seribu Pesatnya aktivitas penambangan timah dan mulai padatnya Muntok sebagai pelabuhan mendorong banyak terjadinya perampokan dan penyelundupan timah. Perampokan tersebut tidak hanya terjadi di darat, melainkan terjadi juga di laut. Kapal-kapal muatan timah yang sedang berlayar ke Palembang sering menjadi sasaran perompakan di tengah laut. Satu waktu tersiar kabar bahwa Raja Johor akan menyerang Muntok untuk menguasai Kesultanan Palembang. Menyikapi kabar tersebut, Sultan Palembang yang pada saat itu dijabat oleh Sultan Ahmad Najamuddin (pengganti Sultan Mahmud Badaruddin I yang telah wafat) memerintahkan kepada Tumenggung Dita Menggala (pemimpin wilayah Muntok kala itu) untuk membangun benteng pertahanan di Kota Muntok. Pada tahun 1760 M, Sultan Palembang memberikan bantuan untuk pembangunan benteng dan atas anjuran Sultan Palembang, pembangunan benteng tersebut harus melibatkan atau mempekerjakan penduduk asli Muntok dan benteng itu harus dibuat dari tanah. Setelah benteng tersebut selesai, maka benteng tanah tersebut dinamakan “Benteng Kota Seribu” yang terletak di bagian Barat Kota Muntok. e. Kerusuhan di Pantai Air Bugis Pada tahun 1216 H (1795 M), Panglima Arung Marupu (seorang pelarian keturunan Raja Bugis) dan Panglima Raman (panglima Lanun / Perompak / Bajak Laut) bersama para pengikutnya berangkat ke Bangka untuk menyerang Kota Muntok. Oleh karena keadaan cuaca yang sangat buruk, pasukan mereka terpisah-pisah di perairan Pulau Bangka. Pasukan Arung Marupu sampai terlebih dahulu di perairan Muntok dan bermaksud untuk berlabuh di kawasan pantai untuk menunggu rombongan pasukan Panglima Raman. Kawasan pantai yang dimaksud adalah kawasan yang sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Air Bugis, berjarak sekitar 1 km arah barat dari Pelabuhan Muntok. Tumenggung memerintahkan Raden Jafar dan Demang Minyak beserta pasukannya (pasukan Muntok) untuk menghalau dan mengusir perahu pasukan Arung Marupu. Hal tersebut memicu terjadinya pertempuran antara pasukan Arung Marupu dan Pasukan Muntok di depan Benteng Kota Seribu (di pantai antara Pantai Muntok Asin dan Pantai Batu Rakit). Pertempuran tersebut menyebabkan banyak pasukan Bugis (Pasukan Arung Marupu) meninggal dunia di Perairan Muntok. Dengan terjadinya pertempuran tersebut, pantai di antara Pantai Muntok Asin dan Pantai Batu Rakit, hingga saat ini dikenal oleh masyarakat Muntok dengan sebutan Pantai Air Bugis.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-10 f. Perebutan Kekuasaan di Muntok Pada tahun 1252 H (1831 M), Tumenggung Dita Menggala wafat dan dikebumikan di Pemakaman Keturunan Siantan, tepatnya di Pemakaman Kota Seribu Muntok. Sejak saat itu kepala pemerintahan di Muntok digantikan oleh Abang Ismail (anak dari Tumenggung Dita Menggala) dengan gelar Tumenggung Kerta Menggala. Semenjak Muntok dibawah pemerintahan Tumenggung Kerta Menggala, banyak sekali terjadi kekacauan berupa kerusuhan, perampokan, perompakan, maupun penyelundupan timah sebagai akibat lemahnya sistem pemerintahan di Muntok. Hal itu dikarenakan Tumenggung melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai kepala pemerintahan di Muntok. Melihat kondisi yang demikian, salah seorang keponakan Tumenggung yang bernama Abang Tawi merebut kekuasaan. Abang Tawi beranggapan bahwa dirinya berhak menjadi kepala pemerintahan di Muntok dan masyarakat pun banyak yang mendukungnya. Maka dari itu, atas kemauan sendiri Abang Tawi menyatakan dirinya sebagai Kepala Pemerintahan Muntok, demikian juga halnya dengan salah seorang keturunan dari Wan Akub yang bernama Abang Kumbang. Abang Kumbang pun menyatakan dirinya sebagai Kepala Pemerintahan Muntok dengan alasan karena dirinya adalah keturunan Wan Akub, yaitu pendiri pertama Kota Muntok. Dengan demikian berarti Kepala Pemerintahan Muntok terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu: Tumenggung Kerta Menggala, Abang Tawi, serta Abang Kumbang. Ketiga pemimpin itu, dalam waktu yang bersamaan berkuasa dan memerintah atas orang-orang yang setia kepada diri meraka masing-masing. Melihat keadaan tersebut, Sultan Palembang seakan tidak mau peduli. Sultan Palembang sendiri sudah tahu bahwa kejadian ini merupakan akibat dari kelalaian Tumenggung Kerta Menggala. 2. Muntok Pada Masa Penjajahan Inggris Seorang pangeran yang berasal dari Palembang yang bernama Pangeran Muhammad datang ke Muntok, lalu menikah dengan saudara Demang di Muntok. Akibat dari pernikahan tersebut, Sultan Palembang tidak membenarkan pernikahan itu dikarenakan melanggar hukum atau aturan yang telah ditetapkan selama ini. Selanjutnya istri pangeran tersebut dibawa ke Palembang. Kejadian itu membuat Pangeran Muhammad sangat kecewa dan terpukul sehingga dia memutuskan untuk lari ke Kedah. Saat itu di Kota Muntok sudah mulai terjadi kekacauan-kekacauan sebagai akibat dari adanya aturan-aturan serta perintah-perintah dari Sultan Palembang yang tidak menentu. Aturan dan perintah Sultan ini tidak diindahkan lagi oleh para petinggi dan masyarakat Muntok. Pada saat pelarian Pangeran Muhammad ke Kedah, ternyata Pangeran berjumpa dengan Abang Abdul Rauf, yaitu putra Abang Tawi yang sudah lama tinggal di Lingga. Secara kebetulan pada saat itu Abang Abdul Rauf sedang berada di Kedah. Dikarenakan sama-sama memendam rasa kecewa dan sakit hati terhadap Sultan Palembang, maka mereka berdua bermufakat untuk mendekati

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-11

Inggris yang pada saat itu sudah menduduki daerah Semenanjung. Tujuannya supaya Inggris mau menyerang Muntok yang pada waktu itu merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Palembang. Sekitar tahun 1812 M, Inggris mulai mendaratkan pasukannya di Muntok yang dipimpin oleh Mayor Meares. Kemudian pasukan Inggris mulai mempergunakan siasat dengan memberikan kesenangan kepada para petinggi di Muntok dengan berbagai macam cara, sehingga para petinggi tersebut tidak memperdulikan lagi apa yang diperbuat oleh Inggris di Muntok. Selain itu Mayor Meares juga menemui kepala-kepala kongsi penambangan timah, baik Melayu maupun Cina untuk mengadakan perundingan dalam hal penambangan timah. Dalam perundingan tersebut Inggris menyatakan, bahwa semua timah hasil penambangan penduduk akan dibeli dengan harga 16 Ringgit per pikul dalam perdagangan tersebut, dan orang Inggris memberikan uang muka terlebih dahulu kepada para penambang. Dengan demikian para penambang timah di Muntok sangat senang. Timah hasil penambangannya dibeli dengan harga tinggi dan diberi uang muka sebagai jaminan pembeliannya. Untuk menguasai Pulau Bangka seutuhnya yang dimulai dari Muntok, maka Mayor Meares pun bersama dengan Pangeran Muhammad dan Abang Abdul Rauf mengadakan penyerangan ke Kesultanan Palembang. Pada saat penyerangan tersebut Mayor Meares menderita luka cukup parah. Setibanya di Muntok, jiwanya tidak dapat diselamatkan, Mayor Meares meninggal dunia. Setelah itu posisi Mayor Meares digantikan oleh Mayor Robinson yang sebelumnya bertugas di Betawi (Batavia). Mayor Robinson meneruskan penyerangan ke Kesultanan Palembang. Setelah sekian lama Inggris di bawah kendali Mayor Robinson, maka harga timah yang tadinya 16 Ringgit sepikul, tiba-tiba oleh Gubernur Inggris diturunkan menjadi 8 Ringgit sepikul. Sejak saat itulah para penambang timah di Muntok menderita kerugian. Dampaknya para penambang timah di Muntok tidak mau lagi mengerjakan penambangan atau membuka parit timah. Dalam keadaan demikian, pasukan Inggris yang tadinya berada di daerah Tanjung Kalian secara perlahan-lahan bergerak untuk menguasai Muntok dengan membuka sebagian daerah di kaki Gunung Menumbing untuk dijadikan tempat pertahanan. Tidak hanya itu, setiap area penambangn timah (parit timah) diambil alih dan dijaga oleh para tentara Inggris. Setelah itu pasukan Inggris yang ada di Semenanjung mulai didatangkan ke Muntok dengan tujuan akhir untuk menguasai Pulau Bangka. Pada masa itu kepala pemerintahan Muntok dipimpin oleh Tumenggung Karta Wijaya atau yang lebih dikenal dengan nama Abang Muhammad Toyib. Tetapi, dikarenakan usia yang sudah tua, maka keberadaan Tumenggung Karta Wijaya sama sekali tidak diperhitungkan oleh Inggris. Dalam perkembangan berikutnya, Inggris mengangkat Rangga Citra Nandita dan Demang Wira Dikrama sebagai kepala pemerintahan di Muntok, serta ditambah dua orang lagi, yaitu Abang Abdul Rahman Pang dan Abang Muhammad. Selanjutnya keempat orang inilah yang menjadi kepala pemerintahan di Muntok dengan pembagian tugas sebagai berikut:

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-12

1. Rangga Citra Nandita menjadi Kepala Kampung Keranggan merangkap Penghulu; 2. Demang Wira Dikrama menjadi Kepala Kampung Pemohon (Kampung Ulu); 3. Abang Abdul Rahman Pang menjadi Kepala Kampung Perkauman Dalam (sekarang kampung di sekitar Mesjid Jami’ Muntok); 4. Abang Muhammad menjadi juru tulis merangkap sebagai Kepala Kampung Jiran Siantan (sekarang Kampung Tanjung). Pada sekitar tahun 1813 M, Inggris membangun sebuah gudang di tepi Pantai Muntok, selanjutnya bangunan itu oleh masyarakat Muntok lazim disebut Gudang Kuning. Fungsi utama gudang itu adalah sebagai Pusat Pasukan Berkuda Inggris. Dengan demikian, Kota Muntok pada saat itu hampir seluruhnya dikuasai oleh Inggris termasuk segala urusan administrasi pemerintahan yang ada di Kota Muntok juga di bawah kendali Inggris. Sejak saat itulah para petinggi Inggris mulai mengutus serta mengambil orang-orang Muntok yang ada di Lingga dan untuk kembali ke Muntok. Tidak semua orang Muntok yang berada di Lingga dan Singkep bersedia kembali pulang ke Muntok, di antara mereka ada yang tidak mau pulang ke Muntok dan memilih tetap tinggal menjadi penduduk di sana. Selama beberapa waktu menduduki Muntok, maka Inggris pun mendatangkan kembali orang- orang Cina dari Cung King untuk dijadikan buruh atau pekerja di parit-parit timah. Mereka tinggal di pinggiran Kota Muntok, sehingga membuat orang-orang Muntok yang telah lari ke Lingga dan Singkep cemburu dan menyebabkan mereka banyak yang pulang kembali ke Muntok. Bahkan di antara mereka yang datang dari Lingga ada yang dijadikan sebagai kepala parit penggalian timah di Muntok. Seiring dengan berkembangnya penambangan timah di Muntok yang diusahakan oleh Inggris, maka kekuasaan Inggris pun meluas ke seluruh Pulau Bangka dan Belitung sampai terjadinya Traktat London, yaitu pada tanggal 13 Agustus 1814. Salah satu isi Traktat London tersebut menyatakan bahwa Inggris harus mengembalikan sebagian besar daerah jajahan atau koloninya secara tukar guling kepada Belanda, termasuk Pulau Bangka dan Belitung. Namun pada saat Traktat London itu disahkan, Stamford Raffles tetap bersikukuh untuk tidak melepaskan Pulau Bangka dan Belitung. Menurutnya, secara kenyataan Pulau Bangka dan Belitung bukanlah daerah jajahan atau koloni Belanda. Ketetapan pada Traktat London menyatakan bahwa Pulau Bangka dan Belitung harus diserahkan kepada Belanda. Berbagai macam usaha Stamford Rafles untuk mempertahankan Pulau Bangka dan Belitung akhirnya menemui kegagalan, maka pada tanggal 17 April 1827 Pulau Bangka dan Belitung, secara hukum (hasil Traktat London) diserahkan kepada Belanda. 3. Muntok pada masa Penjajahan Belanda Setelah terjadinya Traktat London pada tahun 1814, maka pada tahun 1816 Belanda kembali ke Pulau Bangka dikarenakan gagalnya Stamford Raffles mempertahankan status pulau tersebut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-13

Pulau Bangka diserahkan kembali kepada Belanda sebagai imbal tukar guling dengan Cochin di India. Serah terima Pulau Bangka tersebut berlangsung di Muntok pada tanggal 10 Desember 1816 dari Residen Court (Inggris) kepada Residen Klass Heynis (Belanda). Residen Klass Heynis adalah Residen Belanda pertama yang berkedudukan di Muntok yang secara otomatis merupakan Residen yang pertama untuk Pulau Bangka, tapi Heynis tidak bertahan lama karena melakukan korupsi (menggelapkan timah). Setelah itu Klass Heynis digantikan oleh Coop A Groen yang tak lama kemudian tepatnya pada tahun 1818 dipecat dan digantikan oleh A. Smissaert. Dengan masuknya Belanda, maka seluruh penambangan timah diambil alih oleh Belanda dan mendirikan sebuah perusahaan untuk mengelolanya, yaitu “Banka Tin Winning Bedrijf” (BTW) yang berkedudukan di Muntok. Sistem penambangan timah yang dilakukan oleh Belanda tersebut masih menggunakan sistem lama, yaitu mengandalkan keahlian tenaga kerja manusia, maka dari itu didatangkanlah orang Cina dalam jumlah yang lebih banyak dan dipekerjakan dalam sistem kuli bebas atau yang lebih popular disebut “Vrij Koelie Uit Cina”. Pada tahun 1821 seluruh Pulau Bangka termasuk Muntok takluk di bawah pemerintahan Belanda. Untuk pengelolaan timah tersebut, sejak tahun 1819 Belanda mengeluarkan Tin Reglement yang berisi: 1. Penambangan timah di Bangka langsung di bawah wewenang dan kekuasaan Residen; 2. Tambang timah adalah monopoli penuh Belanda dan tambang timah partikelir (swasta) sama sekali tidak boleh beroperasi. Akibat dari Tin Reglement tersebut, rakyat Muntok secara serempak memberikan reaksi penolakan. Puncak penolakan tersebut adalah terjadinya pergolakan rakyat Muntok melawan Belanda. Dengan kembalinya Belanda menduduki Pulau Bangka, maka ibukota Keresidenan Bangka pertama kali berpusat di Muntok. Dengan demikian pada tahun 1818 di Muntok mulai dibangun beberapa fasilitas oleh Belanda, misalnya kantor pengelola penambangan timah BTW. Sedangkan untuk transportasi laut, Belanda pun membangun sebuah pelabuhan (vlucht haven) untuk kepentingan pengangkutan hasil timah. Seiring dengan makin ramainya aktivitas di pelabuhan Muntok dengan arus pendatang yang hilir mudik, maka pada tahun 1860 Belanda mendirikan satu fasilitas lagi berupa dermaga atau jembatan panjang ke arah laut yang disebut Ujung Brug. Layaknya sebuah dermaga pada umumnya, jembatan Ujung Brug pun dimaksudkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di Muntok sekaligus juga memudahkan kapal- kapal besar Belanda untuk merapat di Muntok. Untuk kepentingan sistem navigasi pelayaran yang memasuki perairan Selat Bangka, pada tahun 1862 Belanda membangun sebuah Menara suar di Tanjung Kalian, dengan mempekerjakan arsitek Inggris. Ketinggian menara suar tersebut lebih kurang 56 meter, pancaran sinar lampunya mencapai radius 25 mil, dan berputar ulang setiap 10 detik sekali, selain dari menara suar Tanjung Kalian, maka pada tahun 1892 kembali Belanda membangun lagi sebuah menara suar di Tanjung Ular untuk kepentingan navigasi pelayaran di bagian barat perairan Selat Bangka. Pada

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-14 saat Belanda menduduki Muntok, maka perkembangan Muntok sebagai pusat kota tampak begitu jelas, terutama ditandai dengan berdirinya beberapa bangunan penting. Salah satunya adalah Masjid Jami’ yang dibangun pada tahun 1883 M (19 Muharam 1300H). Masjid Jami’ itu merupakan masjid tertua di Pulau Bangka. Pembangunan masjid tersebut dilakukan pada masa pemerintahan H. Abang Muhammad Ali dengan Gelar Tumenggung Karta Negara II dengan dibantu oleh tokoh masyarakat Muntok pada saat itu yaitu H. Nuh dan H. Yakub. Adapun posisi masjid tersebut berdampingan atau bersebelahan dengan sebuah kelenteng tua yang usianya lebih kurang 83 tahun di atas usia masjid itu sendiri. Kelenteng itu dibangun sekitar tahun 1800-an dan diberi nama Kelenteng Kong Fuk Miau. Dalam pembangunan mesjid Jami’ itu konon kabarnya material mesjid dibeli oleh panitia pembangunan mesjid kepada seorang Mayor Cina yang diberi kepangkatan tituler atau kehormatan oleh Belanda. Gelar kehormatan Mayor itu menunjukkan bahwa orang Cina itu adalah orang yang terpandang di dalam ras Cina. Mayor Cina tersebut adalah Zhong Run Hwang (Tjoeng A Tiam). Kedua bangunan peribadatan yang berdampingan itu sampai sekarang masih berdiri kokoh dan tetap difungsikan. Hal itu memiliki nilai filosofi bahwa kehidupan antarumat beragama dalam masyarakat Muntok sangat harmonis. Pada tahun 1897, tepatnya pada tanggal 11 Februari 1897 di Muntok juga telah hadir seorang pahlawan dari tanah Jawa yang diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda karena menentang kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Belanda, yaitu seorang keturunan dari Sunan Pakualam II yang bernama Kanjeng Pangeran Hario Pakoeningprang, yaitu putera dari Pangeran Hario Nataningrang I, cucunda dari Sri Paduka Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Pakualam II. Kehadiran beliau di Muntok oleh pemerintah Belanda di Muntok, tidak diperkenankan untuk terlalu banyak berhubungan dengan masyarakat Muntok, dikarenakan pada saat tersebut Masyarakat Muntok pun sangat membenci keberadaan pemerintah Belanda yang ada. Akibat terisolirnya sang Pangeran ini, keberadaan beliau tidak banyak diketahui oleh masyarakat Muntok. Pada tanggal 18 Agustus 1897, Pangeran Hario Pakoeningprang wafat dan dikebumikan di pemakaman masyarakat Muntok yaitu di pemakaman umum “Kebon Nanas Muntok” yang jauh dari sanak keluarganya di tanah Jawa. Setelah sekian lama Residen Bangka A Smissaert berada di Muntok, dan beberapa Residen lagi dibawahnya, maka pada tahun 1913, tatkala Keresidenan Bangka di Muntok dipegang oleh Residen Edie, maka Keresidenan Bangka dipindahkan ke Pangkalpinang dan mulailah pemisahan urusan administrasi pemerintah dengan urusan penembangan timah. Setelah Keresidenan pindah ke Pangkalpinang, barulah Pangkalpinang lebih ramai, yang sebelumnya Pangkalpinang merupakan kumpulan beberapa buah dusun kecil (Gabek, Jelutung dan Semabung). Sedangkan Muntok sendiri ditetapkan sebagai kantor pusat Banka Tin Winning dan kepemerintahan Muntok menjadi kota Onderaffdelling Bangka Barat yang dikepalai oleh seorang Controleur Belanda.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-15

Setelah Keresidenan berpusat di Pangkalpinang, maka Muntok sebagai kota onderafdelling Bangka Barat terus mengalami penataan dan berjalan secara normal sampai meletusnya perang Dunia Ke II, dimana terjadinya pendaratan pasukan “Dai Nippon” sebagai penjajah dan penguasa baru di Muntok. 4. Muntok Pada Masa Penjajahan Jepang (Perang Dunia II) Mula pertama Bangka merasakan suasana perang adalah ketika satu batalyon infanteri KNIL mendarat di Muntok, Pangkalpinang, dan Tanjungpandan. Kompi Muntok dipecah ke dalam seksi- seksi (peleton) yang kemudian dipecah lagi ke dalam regu-regu di Tanjung Kalian, Menumbing, dan Lapangan Terbang (Pal Satu). Beberapa hari sebelum pendaratan Dai Nippon, ketiga kompi senapan itu ditarik keluar dari Bangka dan Belitung. Kompeni-kompeni Bangka dan sekelompok orang sipil Belanda menyeberang ke Palembang dengan kapal-kapal kecil dari pantai-pantai di Tempilang. Pada saat melintas di Selat Bangka, kapal-kapal itu dipergoki oleh pesawat-pesawat Nippon. Kompeni Belitung, rencananya dipulangkan kembali ke Jawa dengan kapal Sloet van de Beele dengan kawalan kapal perusak van Nes. Di tengah perjalanan, kedua kapal itu ditenggelamkan serangan- serangan bom Nippon. Dalam kejadian itu hanya sebagian kecil saja yang selamat. Selanjutnya, dalam penyerangan itu, Sungailiat menjadi target pertama pengeboman yang dilancarkan Nippon, sedangkan target berikutnya adalah Pangkalpinang. Dari kedua kota ini, yang menjadi sasaran pengeboman adalah Sekolah Rakyat. Sepuluh lokal belajar, tempat orang-orang KNIL itu menginap, bom Nippon jatuh tepat di depan kerkop tak jauh dari Sekolah Rakyat. Muntok, mendapatkan serangan yang justru lebih banyak hingga tiga kali dibom. Dua kali serangan pertamanya menghancurkan bangunan- bangunan penting seperti Hotel Centrum (terletak di samping Rumah Mayor Cina). Pada tanggal 12 Februari 1942, sekitar 65 (enam puluh lima) orang juru rawat Angkatan Darat dari 2/10th dan 2/13th Rumah Sakit Umum Australia melakukan perjalanan pulang ke Australia dengan KM. “VYNER BROOKE”. Pada saat pelayaran tanggal 14 Februari 1942 kapal tersebut dibom oleh pesawat tempur (Japanese Aircraft) pasukan Jepang di perairan Selat Bangka tepatnya di Pantai Radji, kawasan Pantai Tanjung Kalian. Kejadian tersebut mengakibatkan 12 (dua belas) orang juru rawat tewas atau hilang di laut dan 22 (dua puluh dua) orang juru rawat lain berhasil mencapai pantai utara Pulau Bangka. Sebagian dari mereka mencapai pantai dengan naik sekoci dan sebagian lagi dengan cara berenang (Kompas, 15 Mei 2004). Saat mereka hendak mendarat di pantai, mereka ditawan oleh Komandan Jepang setempat. Kemudian pada tanggal 16 Februari 1942 mereka dibawa oleh tentara Jepang ke pantai dan ditembak mati dengan senapan mesin. Dari 22 (dua puluh dua) juru rawat itu, hanya satu orang juru rawat, yaitu Suster Vivian Bullwinkel yang selamat dari pembunuhan tersebut. Menurut penuturannya dalam dokumen pribadi almarhum M. Isa Djamaluddin, ketika mereka diberondong,

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-16

Suster Vivian Bullwinkel langsung menjatuhkan badannya di antara teman-teman yang telah tertembak sehingga badannya pun terlumuri darah dari teman-temannya tersebut. Pada saat mayat-mayat diperiksa oleh tentara Jepang untuk meyakinkan kematian mereka, Suster Vivian Bullwinkel melakukan kamuflase seakan-akan dia pun telah mati dalam penembakan tersebut. Mayat-mayat yang bergelimpangan itu selanjutnya ditinggalkan begitu saja oleh tentara Jepang. Setelah keadaan memungkinkan, Suster Vivian Bullwinkel itu lari ke hutan selama 10 hari dan pada saat di hutan ternyata Vivian bertemu salah seorang tentara Inggeris yaitu Private Kingsley yang juga sama-sama korban keganasan dari serdadu Jepang. Kemudian setelah itu mereka berdua menyerahkan diri kepada tentara Jepang dan dikirim ke kamp tawanan perang. Hanya Private Kingsley tidak bertahan lama di kamp tawanan. Luka bayonet Jepang ditangannya mengalami infeksi berat, setelah satu bulan lamanya Private Kingsley menghembuskan nafas terakhirnya di kamp tawanan Jepang. Karena ketidaktahuan Vivian terhadap nama depan Kingsley, maka Vivian menyebutnya dengan kata “private” di depan nama Kingsley. Selama di kamp tawanan itu, Vivian juga bertemu dengan 31 (tiga puluh satu) juru rawat kelompok lain yang selamat dari pengeboman di Kapal Vyner Brooke. Mereka ditawan selama 3,5 (tiga setengah) tahun dari tahun 1942 sampai tahun 1945. Selama kurun waktu itu pulalah mereka menderita dalam tawanan perang di kamp-kamp Jepang. Saat berada di kamp Jepang, 8 (delapan) orang juru rawat meninggal dunia. Dengan demikian, dari 65 (enam puluh lima) orang juru rawat hanya 24 orang termasuk Suster Vivian Bullwinkel yang dapat pulang ke Australia setelah Perang Dunia II usai. Setelah sekian lama Suster Vivian Bullwinkel berada di Australia, maka pada tanggal 2 Maret 1993 Suster Vivian Bullwinkel bersama keluarga para juru rawat yang selamat dari kamp tawanan Jepang, kembali lagi ke Muntok untuk meresmikan sebuah Monumen atas nama Pemerintahan Australia. Monumen itu tepatnya berada di Pantai Tanjung Kalian. Pembangunan monumen tersebut dimaksudkan sebagai penghargaan untuk memperingati para juru rawat yang meninggal dunia pada saat pengeboman kapal Vyner Brooke serta sebagai penghargaan untuk memperingati para juru rawat yang meninggal di kamp-kamp tawanan Jepang. Pada monumen tersebut, daftar nama penumpang kapal Vyner Brooke ditulis pada sebuah lempengan dan diletakkan di atas sebuah bekas puing yang berasal dari dapur kamp Jepang yang berada di Kampung Baru, Muntok. 5. Muntok Pada Masa Agresi Militer Belanda Ke II (Perjuangan Kemerdekaan) Setelah terjadinya perang Dunia Ke II, dimana Jepang menguasai seluruh Muntok, maka terjadilah banyak perubahan pada wajah Kota Muntok terutama dalam hal penambangan timah. Pada tahun 1942, kantor yang mengendalikan penambangan timah di Muntok, BTW (Banka Tin Winning) oleh pemerintah kolonial Belanda, diubah menjadi MKK (Mitsubishi Kogyo Khaisa) dan seluruh sistem kepemerintahan pada saat itu yang dikenal hanya sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Jepang. Kehidupan sehari–hari masyarakat Muntok juga berubah menurut gaya Jepang (dengan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-17 terpaksa), salah satu contoh pada waktu itu penduduk Muntok (anak-anak sekolah dan masyarakat yang dimiliterisasikan oleh Jepang) harus mengikuti upacara “Seikeirei” pada setiap pagi sewaktu matahari terbit. Kekalahan tentara sekutu oleh penyerangan pasukan udara Jepang, khususnya Amerika di “Pearl Harrbour”, merupakan hal yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Amerika. Hal ini membuat pasukan Ammerika memperhitungkan penyerangan kembali ke negara Jepang. Setelah peristiwa kelabu yang melanda Amerika itu, maka mulailah pasukan Amerika menyiapkan mesin perang mereka, yaitu 2 buah bom yang maha dahsyat (Bom Atom), dengan pesawat bomber B-29 Inola Guy, mereka kembali menyerang negara Jepang, sehingga hancur luluh lah 2 kota penting di Negara Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang bertekuk lutut kepada armada sekutu tanpa syarat. Momen ini dimanfaatkan oleh bangsa untuk melepaskan belenggu dari penjajahan Jepang dengan memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi dengan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, bangsa Indonesia belum benar-benar lepas dari cengkeraman penjajahan, karena pasukan Belanda masih bercokol di seantero wilayah Indonesia, khususnya di Kota Muntok Pulau Bangka. Melihat kondisi yang demikian, maka Belanda tidak tinggal diam, lalu mengadakan reaksi dengan mengasingkan (mengisolir) para pemimpin bangsa yang dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda cukup membahayakan mereka. Maka pada hari Rabu tanggal 22 Desember 1948, dengan menggunakan pesawat pembom B-25, diterbangkan para pemimpin bangsa oleh pemerintah Belanda dengan tujuan Muntok, melalui lapangan udara Kampung Dul (sekarang Bandara Depati Amir) di Pangkalpinang yaitu : 1. Drs. Moh. Hatta, sebagai Wapres dan Perdana Menteri RI 2. Mr. A. Gafar Pringgodigdo, sebagai Sekretaris Negara 3. Mr. Ass aat, sebagai Ketua SPKNIP 4. Commodor. Surya Darma, Kepala Staf Angkatan Udara RI Kempat orang pemimpin bangsa ini setelah mendarat di Pangkalpinang, langsung dibawa oleh Belanda menuju ke tempat pengasingan yaitu di Pasanggrahan Menumbing. Kemudian pada tanggal 24 Desember 1948, hari Jumat dengan memakai pesawat yang sama milik militer Belanda diterbang kan lagi untuk diasingkan ke Muntok yaitu: 1. Mr. Ali Sastroamidjoyo, sebagai Menteri P dan K RI 2. Mr. Moh Roem, sebagai Ketua Delegasi Perundingan RI (juru runding) Pemimpin bangsa yang berjumlah 6 orang itu, semuanya ditempatkan pada satu lokasi yaitu Pasanggrahan Menumbing. Pasanggrahan Menumbing terletak di bukit yang sering disebut oleh orang Muntok, Gunung Menumbing. Bukit Menumbing terletak pada ketinggian 458 m dari

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-18 permukaan laut, dan di sana terdapat satu bangunan permanen yang disebut “Pasanggrahan”. Ditempat inilah 6 orang Pemimpin Bangsa menjalani masa-masa pengasingan mereka sebagai tahanan politik oleh pemerintah Belanda. Disaat ke enam tokoh negara itu diasingkan, terdengarlah oleh mereka yang diasingkan dari para pengurus BTW, yang sedianya adalah sebagai pengurus perlengkapan sehari-sehari para tokoh negara ini untuk keperluan selama di pengasingan. Para pengurus dari BTW menginformasikan, bahwa akan diberangkatkan lagi tokoh negara lainnya untuk diasingkan ke Muntok. Ternyata pada hari Minggu, tanggal 6 Februari 1949 memang benar telah tiba di Bangka 2 (dua) orang tokoh negara lainnya yang diberangkatkan yaitu : 1. Ir. Soekarno, sebagai Presiden pertama RI 2. H. Agus Salim, sebagai Menteri Luar Negeri RI Mereka selanjutnya dibawa ke Muntok dan ditempatkan di Pasanggrahan Muntok (sekarang Wisma Ranggam). Jauh sebelum ke 2 tokoh negara ini ditempatkan, Wisma Ranggam sudah lebih dahulu menjadi tempat pengasingan salah satu tokoh yang berasal dari keturunan Susuhunan Paku Alam (kerabat Kesultanan Jokdjakarta Hadiningrat), yang menentang kebijakan pemerintah Kolonial Belanda pada saat itu yaitu Kajeng Pangeran Hario Pakoeningprang anak dari Pangeran Hario Nataningrang yang merupakan kerabat dekat KesultananJokyakarta Hadiningrat, yaitu pada tanggal 18 Februari 1897 s/d 18 Agustus 1897. Keberadaan Pasanggrahan Muntok itu memang oleh pemerintahan Kolonial Belanda dijadikan tempat untuk mengasingkan orang-orang yang membahayakan bagi mereka. Sesudah mendengar kabar kedua orang tokoh negara berada di Muntok, maka tokoh negara yang terlebih dahulu diasingkan menggabungkan diri bersama kedua orang tokoh tersebut yang berada di Pasanggrahan Muntok (Wisma Ranggam). Tokoh negara yang diasingkan di Menumbing yang menggabungkan diri yaitu Mr. Ali Sastro Amidjoyo dan Moh Roem. Dengan bergabungnya kedua orang tokoh dari Pasanggrahan Menumbing, maka di Menumbing hanya terdapat 4 orang tokoh negara saja yang tinggal yaitu Bung Hatta, Mr. Ass at, Mr. A.G. Pringgodigdo dan Commodor Surya Darma. Dikarenakan pertikaian antara Indonesia dan Belanda tidak juga menemukan kata sepakat, beberapa perundingan serta pembicaraan kepentingan negara Indonesia dilaksanakan di Passanggrahan Muntok (Wisma Ranggam) dan Menumbing. Pada tanggal 22 April 1949 diadakanlah perundingan yang disebut Perjanjian Roem Royen di Jakarta, antara pemerintah Belanda dengan pemerintah Indonesia, dimana perjanjian tersebut berjalan dengan mulus tanpa kendala yang berarti. Perundingan ini kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda pada tanggal 29 Oktober 1949, dan semuanya mengalami keberhasilan yang memuaskan untuk negara Indonesia. Semua keberhasilan ini bermulai dari pembicaraan-pembicaraan awal yang dilakukan oleh para pemimpin negara kita di Pasanggrahan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-19

(Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing, pada saat mereka menjadi tawanan pemerintah Kolonial Belanda dan diasingkan ke Muntok. Pembicaraan-pembicaraan penting yang dilakukan oleh para pemimpin bangsa di Muntok (Wisma Ranggam dan Menumbing) dalam menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda ini, bermula dengan kedatangan para anggota KTN (Komisi Tiga Negara) yang terdiri dari Australia, Belgia dan Amerika. Mereka menemui Presiden Soekarno dan Drs Moh Hatta (wapres), yang sudah dikenal dunia Internasional setelah memproklamirkan negara Indonesia di mata dunia. Para anggota KTN yang datang ke Pasanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok pada saat itu : 1. Merle Cochran (terakhir jadi Dubes Amerika untuk Indonesia, tahun 1955) 2. Mr. Koetta (Perancis) 3. Tk. Creatcly (Dubes Australia untuk Indonesia, tahun 1978-1981) 4. G.Mc. Kahin 5. Hermans (Belanda) 6. Prof.Lyle (Belgia) Selain dari anggota KTN yang datang ke Muntok, juga telah hadir utusan dari PBB, serta utusan dari BFO (Bijen Konvoor Federal Overly), yang semuanya menuju satu pusat pertemuan, yaitu Passanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing. Perundingan-perundingan yang dilakukan adalah untuk kepentingan negara Indonesia, agar benar-benar berdaulat tanpa dibayang-bayangi oleh Belanda yang masih berada di Indonesia. Selain dari kejadian-kejadian yang besejarah untuk negara Indonesia tersebut, ada satu peristiwa yang tak kalah pentingnya yang berlangsung di Passanggarahan (Wisma Ranggam) Muntok dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada bulan Juni tahun 1949 di Wisma Ranggam, karena terjadinya pergolakan yang mengakibatkan tidak kondusifnya Jakarta, sebagai Ibu kota negara Republik Indonesia, maka Presiden Soekarno menyerahkan surat kuasa kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX, agar ibu kota negara Republik Indonesia dialihkan ke Jokyakarta. Jika melihat perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini, maka tidak terlepas kaitannya dengan Kota Muntok yaitu keberadaan Passanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing, yang merupakan tempat memuluskan jalannya gerakan-gerakan kebangsaan dalam melepaskan diri dari belenggu pejajah, sampai terjadinya satu negara yang berdaulat penuh dan diakui di mata dunia. Potensi sumber daya alam, social budaya, perekonomian, dan sejarah panjang perjalanan Kota Muntok sejak masa Kesultanan Palembang hingga pascakemerdekaan ini menjadi dasar yang memiliki pengaruh penting dalam mengembangkan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-20

4.2 Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya sebagai Destinasi Pariwisata

4.2.1 Daya Tarik Wisata dan Sumber Daya Wisata

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) Tahun 2010-2025, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Kecamatan Muntok, Bangka Barat merupakan salah satu kecamatan yang ditetapkan menjadi bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) dan Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK). Penetapan tersebut dikarenakan Kecamatan Muntok memiliki potensi pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam lingkup provinsi untuk satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan kemanan. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengelompokkan daya tarik wisata ke dalam tiga kategori, yaitu daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia. Penjabaran dari masing- masing jenis daya tarik wisata dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Kategorisasi Jenis Daya Tarik Wisata JENIS BASIS POTENSI KATEGORISASI JENIS DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK WISATA DARI JENIS DAYA TARIK WISATA A. DAYA TARIK 1. Berbasis potensi a. bentang pesisir pantai; WISATA ALAM keanekaragaman dan b. bentang laut; keunikan lingkungan alam c. kolam air dan dasar laut. di wilayah perairan laut. 2. Berbasis potensi a. pegunungan dan hutan alam/taman keanekaragaman dan nasional/taman wisata alam/taman keunikan lingkungan alam hutan raya; di wilayah daratan. b. perairan sungai dan danau; c. perkebunan; d. pertanian; e. bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang pasir, dan sejenisnya. B. DAYA TARIK 1. Daya tarik wisata budaya a. cagar budaya, meliputi benda cagar WISATA BUDAYA bersifat berwujud (tangible). budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, kawasan cagar budaya; b. perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang khas; c. museum. 2. Daya tarik wisata budaya a. kehidupan adat dan tradisi masyarakat bersifat tidak berwujud serta aktivitas budaya masyarakat yang (intangible). khas di suatu area/tempat; b. kesenian.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-21

JENIS BASIS POTENSI KATEGORISASI JENIS DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK WISATA DARI JENIS DAYA TARIK WISATA C. DAYA TARIK 1. Fasilitas rekreasi dan Adalah fasilitas yang berhubungan dengan WISATA HASIL hiburan/taman bertema. motivasi untuk rekreasi, hiburan, maupun BUATAN MANUSIA penyaluran hobi. 2. Fasilitas peristirahatan Adalah kawasan peristirahatan dengan terpadu (integrated resort). komponen pendukungnya yang membentuk kawasan terpadu. 3. Fasilitas rekreasi dan olah raga. Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Penjelasan Pasal 14).

KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki beragam daya tarik wisata yang didominasi oleh daya tarik wisata budaya berupa Benda Cagar Budaya peninggalan sejarah yang sebagian besar terdapat di wilayah Kota Tua Muntok. Berikut adalah daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan kategorisasi jenis daya tarik wisata.

Tabel 4.5 Daya Tarik Wisata KSPP Muntok dan Sekitarnya Berdasarkan Kategorisasi Jenis Daya Tarik Wisata JENIS BASIS POTENSI KATEGORISASI JENIS NAMA DAYA TARIK DARI JENIS DAYA DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK WISATA WISATA TARIK WISATA A. DAYA 1. Berbasis potensi a. bentang pesisir Kec. Muntok TARIK keanekaragaman pantai; 1) Pantai Teluk Rubiah WISATA dan keunikan 2) Pantai Muntok Asin ALAM lingkungan alam 3) Pantai Batu Rakit di wilayah 4) Pantai Tanjung Kalian perairan laut. 5) Pantai Asmara 6) Pantai Batu Berani 7) Pantai Tembelok 8) Pantai Radji 9) Pantai Menggeris 10) Pantai Angel 11) Pantai Tanjung Ular 12) Pantai Karang Aji Kec. Simpang Teritip 13) Pantai Air Mas 14) Pantai Aikemas 15) Pantai Tungau 16) Pantai Mentiba 17) Pantai Air Nyatoh Kec. Jebus 18) Pantai Bembang 19) Pantai Jerangkat Kec. Parittiga 20) Pantai Siangau 21) Pantai Pala 22) Pantai Batu Besimpuh 23) Pantai Tanjung Ru 24) Pantai Bakit 25) Pantai Blembang 26) Pulau Nenas Kec. Tempilang 27) Pantai Pasir Kuning 28) Pantai Kedacak 29) Pantai Tanjung Niur

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-22

JENIS BASIS POTENSI KATEGORISASI JENIS NAMA DAYA TARIK DARI JENIS DAYA DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK WISATA WISATA TARIK WISATA 30) Pantai Kuarsa Sikka b. bentang laut; - c. kolam air dan - dasar laut. 2. Berbasis potensi a. pegunungan dan Kec. Muntok keanekaragaman hutan 31) Bukit Menumbing (Hutan dan keunikan alam/taman Konservasi) lingkungan alam nasional/taman 32) Bukit Kukus di wilayah wisata Kec. Jebus daratan. alam/taman 33) Bukit Penyabung hutan raya; 34) Bukit Mempari b. perairan sungai Kec. Parittiga dan danau; 35) Danau Sekar Biru 36) Sumur Dewa Kec. Kelapa 37) Air Panas Dendang c. perkebunan; - d. pertanian; - e. bentang alam Kec. Muntok khusus, seperti 38) Aek Biru gua, karst, padang 39) Batu Balai pasir, dan Kec. Parittiga sejenisnya. 40) Batu Belimbing B. DAYA 3. Daya tarik wisata a. cagar budaya, Kec. Muntok TARIK budaya bersifat meliputi benda 41) Pasanggrahan Muntok WISATA berwujud cagar budaya, 42) Rumah Dinas Bupati Bangka BUDAYA (tangible). bangunan cagar Barat (Eks Kantor Residen) budaya, struktur 43) Museum Timah (BTW) cagar budaya, situs 44) Alun-alun (Voetbaetrin) cagar budaya, 45) Rumah Mayor Cina kawasan cagar 46) Eks Jembatan Burg budaya; 47) Kelenteng Kung Fuk Miau 48) Pasanggrahan Menumbing 49) Benteng Kute Seribu 50) Masjid Jami 51) Penginapan Sandy Ayu (Eks Hotel Centrum) 52) Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master) 53) Gudang Mayor Cina 54) Pelabuhan Lama Muntok (Eks Vlucht Haven) 55) Surau Tanjung 56) Rumah Tumenggung 57) Menara Suar Tanjung Kalian 58) Makam Pangeran Hario Pakoeningprang 59) Makam Istri Orang Belanda (Nyonya Aneh & Nyonya Moenah) 60) Rumah Keluarga Ahmad Djunaedi/ Rumah Macan (Eks Rumah Kepala Parit Timah) 61) SDN 01 Muntok (Eks Hollandsche Chineeshe School) 62) Sekolah Katolik Santa Maria 63) Rumah Pastoral

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-23

JENIS BASIS POTENSI KATEGORISASI JENIS NAMA DAYA TARIK DARI JENIS DAYA DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK WISATA WISATA TARIK WISATA 64) Gereja Katolik 65) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala BTW) 66) Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah Kavilasi I/ Kepala BTW) 67) Gereja Bethesda 68) Gudang Inggris 69) Makam Bangsawan Melayu 70) Makam Mayor Cina Thjung A Tiam (Chung Fah Yun) 71) Makam Mayor Cina Tan Jien Men 72) Café Teras Kite (Eks Taman Kanak-kanak Belanda) 73) Gedung KPU (Eks Gedung Concordia) 74) Rumah TahananMuntok (Gavengis) 75) Rumah Liem Tjin Sun (Eks Kantor Kolonial) 76) Komplek Polsek Muntok (Eks Komplek Benteng Inggris & Belanda) 77) Rumah Bapak Rusli (Eks Rumah Kepala Kapal Keruk Belanda) 78) Rumah Kolonial (Eks Rumah Karyawan Zaman Belanda) 79) Kantor LSM Karimah (Eks Rumah Warga Tionghoa) 80) Ruko Keluarga Ding Tjiang (Rumah Warga Tionghoa) 81) Rumah Warga Tionghoa 2,3,4 82) Eks Rumah Kapiten Cina (Wong Lim Pat) 83) Petak 15 (Rumah Warga Tionghoa) 84) Rumah Warga Lie Yong Bak (Rumah Warga Tionghoa) 85) Eks Bangunan Sekolah Cina 86) Rumah Bapak Afandi Isa (Rumah Panggung Melayu) 87) Rumah Bapak Fakhrizal (Rumah Panggung Melayu) 88) Tempat Pemakaman Umum (Eks Rumah Sakit Cina) 89) Rumah Melayu Kampung Ulu 90) Rumah Dinas Pegawai Rutan (Eks Rumah Sakit Jiwa) 91) Peleburan Timah Muntok (Smelter Timah) 92) Monumen Proklamas Muntok Kec Jebus 93) Benteng Sungai Buluh Kec. Parittiga 94) Makam Khotamarrasyid/H. Hatama Rasyid Kec. Tempilang 95) Benteng Kota

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-24

JENIS BASIS POTENSI KATEGORISASI JENIS NAMA DAYA TARIK DARI JENIS DAYA DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK WISATA WISATA TARIK WISATA b. perkampungan Kec. Simpang Teritip tradisional dengan 96) Rumah Tradisional Jering adat dan tradisi Pelangas dan Ketapik Kacung budaya masyarakat yang khas; c. museum. 97) Museum Timah Indonesia Muntok 4. Daya tarik wisata a. kehidupan adat Kec. Muntok budaya bersifat dan tradisi 98) Pembuatan Empek-empek Desa tidak berwujud masyarakat serta Belo Laut (intangible). aktivitas budaya 99) Kuliner Khas Melayu (Teras Kite) masyarakat yang 100) Kuliner Petak 15 khas di suatu 101) Kuliner Tradisional Jajanan Pasar area/tempat; Kampung Tanjung 102) Kuliner Tradisional Jajanan Pasar Gedung Kuning (Gedung M3) 103) Kuliner Martabak (Hok Lo Pan) 104) Kuliner Otak-tak Tanjung Kalian 105) Do’a dan Dziarah Makam Kute Seribu 106) Sembahyang Rebut 107) Cap Go Meh 108) Haul Kota Seribu 109) Lunar Whorship Festival 110) Festival Obor 111) Nganggung 112) Sembahyang Rebut Festival 113) Festival Seni Lintas Budaya 114) Festival Bumi Sejiran Setason Kec. Simpang Teritip 115) Pesta Adat Suku Ketapik 116) Pesta Adat Kundi Bersatu Kec. Kelapa 117) Festival 7 Likur Desa Mancung 118) Kuliner Madu dan Kulat Pelawan Kec. Tempilang 119) Perang Ketupat Desa Tempilang 120) Dodol Bergema b. kesenian. Kec. Muntok 121) Kesenian Hadrah/Dambus 122) Kesnian Campak, Rudat, dan Rebana c. Kerajinan tangan Kec. Muntok 123) Kerajinan Akar Bahar 124) Batu permata (gemstone) 125) Kerajinan dari timah (pewter) 126) Kain cual C. DAYA 1 Fasilitas rekreasi Adalah fasilitas yang - TARIK dan berhubungan dengan WISATA hiburan/taman motivasi untuk HASIL bertema. rekreasi, hiburan, BUATAN maupun penyaluran MANUSIA hobi. 2 Fasilitas Adalah kawasan - peristirahatan peristirahatan dengan terpadu komponen (integrated pendukungnya yang resort). membentuk kawasan terpadu.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-25

JENIS BASIS POTENSI KATEGORISASI JENIS NAMA DAYA TARIK DARI JENIS DAYA DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK WISATA WISATA TARIK WISATA 3 Fasilitas rekreasi - dan olah raga. Sumber: Hasil Analisis, 2018.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-26

Gambar 4.6 Sebaran Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan Sekitarnya

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-27

Gambar 4.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kecamatan Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-28

Gambar 4.8 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kota Tua Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-29

Deskripsi dari beberapa daya tarik wisata alam dan budaya di KSPP Muntok dan sekitarnya dijelaskan berikut ini. A. Daya Tarik Wisata Alam 1. Pantai Batu Rakit Pantai Batu Rakit berlokasi bersebelahan dengan Pelabuhan Tanjung Kalian. Pantai ini memiliki pasir pantai yang putih dan pemandangan yang indah. Di pantai ini terdapat beberapa pedagang yang menjual makanan khas seperti otak-otak dan es kelapa muda. Selain terdapat penjual makanan di Pantai Batu Rakit tersedia warung makanan yang menjual masakan ala seafood. Pantai Batu Rakit dilengkapi dengan area parkir, pondok dan taman bermain anak.

Gambar 4.9 Pantai Batu Rakit Sumber: Ripparkab Bangka Barat, 2016

2. Pantai Teluk Rubiah Pantai Teluk Rubiah adalah salah satu pantai yang ada di Kecamatan Muntok. Di pantai ini terdapat kolam buatan yang cukup luas, dikelilingi taman yang berbatasan langsung dengan bibir Pantai Teluk Rubiah yang cukup indah. Di sebelah kanan, pengunjung bisa menikmati perpaduan pemandangan lokasi tambat kapal ikan yang menjorok ke laut dengan panjang sekitar satu kilometer. Selain itu, pengunjung juga bisa memandang keindahan Menara Suar Tanjung Kalian dan sejumlah kapal feri yang berlabuh di sekitarnya. 3. Pantai Muntok Asin Pantai Muntok Asin merupakan pantai yang berpasir landai dengan ombak tenang sehingga menjadi pilihan pengunjung bersama keluarga atau teman untuk bermain atau berenang. Selain itu pantai ini memiliki pasir putih dan pemandangan yang indah.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-30

Gambar 4.10 Pantai Muntok Asin Sumber: Ripparkab Bangka Barat, 2016

4. Pantai Batu Berani Pantai Batu Berani terletak 10 kilometer dari pusat Kota Muntok. Pantai ini dinamakan Pantai Batu Berani karena di pinggir pantai ini terdapat dinding batu kokoh yang terbentuk secara alami. Batu yang kokoh itu terlihat sangat indah dan juga dapat berfungsi sebagai penahan ombak laut. Di Pantai Batu Berani pengunjung dapat menikmati indahnya matahari terbenam sambil berenang atau memancing.

Gambar 4.11 Pantai Batu Berani Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

5. Pantai Tembelok Pantai Tembelok adalah pantai yang terletak sekitar 10 kilometer dari Muntok. Pantai ini biasanya digunakan para nelayan untuk mendaratkan ikan hasil tangkapan dan menambatkan perahu. Pantai ini memiliki pemandangan yang indah dengan pasir putih yang landai.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-31

Gambar 4.12 Pantai Tembelok Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

6. Pantai Asmara Pantai Asmara terletak di Tanjung Kalian, Kecamatan Muntok. Pantai ini masih terlihat begitu asri, air lautnya yang biru dan garis pantainya yang cukup panjang. Tidak kalah dengan pantai sebelahnya yakni Pantai Batu Rakit. Di pantai ini banyak wisatawan yang berkemah dan menikmati malam di Pantai Asmara.

Gambar 4.13 Pantai Asmara Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

7. Batu Balai Batu Balai adalah salah satu daya tarik wisata alam yang terletak di Kampung Balai, Kelurahan Tanjung. Batu Balai merupakan batu besar yang terbentuk secara alamiah, bertumpuk dua, dan bagian paling atas menyerupai buritan sebuah perahu. Layaknya perahu layar, bagian pinggir batu yang menyerupai buritan tersebut membekas seperti alur-alur yang sering disebut palka. Ketika batu ini dipukul dengan tangan akan terdengar suara seperti gendang.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-32

Gambar 4.14 Batu Balai Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

8. Pantai Tanjung Ular Pantai Tanjung Ular terletak di Kelurahan Tanjung Kecamatan Mentok. Pantai Tanjung Ular memiliki ciri khas berupa air yang jernih dan berpasir putih. Selain itu pemandangan di Tanjung Ular begitu indah dan alami. Pengunjung yang datang ke pantai ini dapat melihat bukit-bukit yang hijau, deretan pohon kelapa dan juga hewan-hewan laut seperti ikan, kepiting dan sebagainya.

Gambar 4.15 Pantai Tanjung Ular Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

9. Pantai Tanjung Kalian Tanjung Kalian hanya berjarak tujuh kilometer dari Kota Muntok dan dapat di tempuh lewat jalan beraspal atau menyusuri pantai berpasir putih. Tanjung Kalian terkenal sebagai daerah wisata laut paling popular di Kota Muntok. Di Pantai Tanjung Kalian terdapat sebuah menara suar tua (1862) setinggi 56 meter. Selain itu di pantai ini terdapat sebuah bangkai kapal tua Van der Parra yang tenggelam karena dihujani bom oleh Jepang masih terdapat di tepi pantai, dan monumen yang bertuliskan “8th Australian Division, 2nd Australian Imperial Force. This memorial honoursthe heorism and sacrifice of member of the Australian of Army Nursing Service, who serven in the Bangka area in the Sea and World War during the years 1942-1945. Lost at sea off

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-33

when SS Vyner Brooke was bombed and sunk by Japanese air craft on 14 February 1942. shot and killed on Raji Beach by Japanese soldiers on 16 February 1942”. Monumen perang dunia II itu khusus dibangun untuk mengenang kembali peristiwa kapal SS Vyner Brooke yang di bom dan tenggelam di Laut Muntok. Apabila menyusuri sepanjang pantai dapat ditemukan banyak pohon ketapang pada masa perang Dunia II.

Gambar 4.16 Pantai Tanjung Kalian Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

10. Bukit Kukus Bukit Kukus merupakan salah satu bukit yang berada di tengah-tengah permukiman warga, yang berada di Desa Belo Kecamatan Muntok. Bukit ini memiliki pemandangan yang indah dan suasana alam yang masih segar. Selain itu ketika berada di bukit ini, pengunjung dapat melihat hamparan pemukiman dan suasana Kota Muntok dari ketinggian. Pebukitan yang mempunyai tiga puncak bukit ini dan berakhir di puncak ketiga yang bernama Bukit Kukus. Terdapat banyak fauna dan flora yang masih alami dan dilindungi. 11. Aek Biru Aek Biru Muntok terletak di Kecamatan Muntok dengan jarak tempuh kurang lebih 5-10 menit (kurang lebih 4 km) dari pusat Kota Muntok. Wisata Aek Biru Muntok merupakan danau yang cantik yang berada di bekas tambang timah, tepatnya di Aik Ketok menjelang Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok. Pengunjung yang datang ke tempat ini dapat berfoto pada beberapa spot foto selain itu juga wisatawan dapat menguji adrenalin dengan cara terjun dari atas dinding danau.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-34

Gambar 4.17 Aek Biru Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

B. Daya Tarik Wisata Budaya 1. Pasanggrahan Muntok (Wisma Ranggam) Wisma Ranggam dikenal juga dengan Pasanggrahan Muntok. Cagar budaya ini berada di Kelurahan Sungai Daeng, sekitar 5 km dari Kota Muntok. Bangunan dengan arsitektur bergaya Eropa ini didirikan oleh Banka Tin Winning (perusahaan timah Belanda) pada tahun 1827 dan dinasionalisasi pascakemerdekaan Indonesia. Wisma Ranggam menjadi tempat pengasingan sejumlah pemimpin Indonesia pada tahun 1949, yaitu Ir. Soekarno dan H. Agus Salim yang mendarat di Pangkalpinang pada 6 Februari 1949. Kemudian Mr. Ali Sastroamidjoyo dan Mr. Moh Roem yang telah terlebih dahulu diasingkan di Pasanggrahan Menumbing ikut dipindahkan ke Wisma Ranggam. Beberapa catatan penting sejarah yang berlangsung di Pasanggrahan Muntok adalah: • Tempat perundingan UNCI, BFO, dan KTN; • Penyerahan surat kuasa kembalinya Ibu Kota Yogyakarta oleh Ir. Soekarno kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX dikarenakan kondisi Jakarta yang tidak kondusif; • Konsep Perjanjian Roem-Royen disiapkan disini. Saat ini di halaman pasanggrahan berdiri sebuah monumen yang diresmikan oleh Mohammad Hatta.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-35

Gambar 4.18 Pasanggrahan Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

2. Pasanggrahan Menumbing Pasanggrahan Menumbing pada mulanya merupakan sebuah hotel yang dibangun oleh pemerintah Belanda untuk tempat peristirahatan bagi pekerjanya. Hotel ini dibangun dengan gaya Eropa modern dan dikerjakan oleh masyarakat lokal dan pekerja dari Cina. Bangunannya terdiri dari tiga bangunan utama berbahan batu granit bergaya arsitektur de Stijl dengan atap datar yang difungsikan sebagai menara pandang. Hotel Menumbing selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 28 Agustus 1928 dengan dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti listrik, pengairan, telepon, dan lapangan tenis. Tempat ini menjadi salah satu tempat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Pada masa agresi militer Belanda ke-2, Pasanggrahan Menumbing sempat dijadikan sebagai tempat pengasingan para pemimpin Republik antara lain Drs. M Hatta, Mr. A. G. Pringgodigdo, Mr. Asa’at, dan Komoddor Surya Darma (mendarat tanggal 22 Desember 1948) dan Ali Sastroamidjoyo dan Moh Roem (mendarat 24 Desember 1948 di Pangkalpinang). Pasanggrahan Menumbing dapat diakses dengan kendaraan dari Kota Muntok selama 30 menit. Jalan aspal yang berkelok-kelok menuju Pasanggrahan Menumbing relatif sempit sehingga tidak dapat dilalui oleh dua kendaraan roda empat sekaligus. Namun kondisi jalan sudah beraspal sehingga memudahkan pengunjung yang berkendara. Daya tarik utamanya adalah rumah di puncak Gunung Menumbing dengan panorama perbukitan yang sejuk. Saat ini, Pasanggrahan Menumbing telah menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan Kabupaten Bangka Barat, dan sudah ditambahkan beberapa fasilitas lain seperti kolam renang, lapangan tenis, dan restoran.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-36

Gambar 4.19 Pasanggrahan Menumbing di Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

3. Klenteng Kong Fuk Miaw Kelenteng yang terletak di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok ini dibangun pada tahun 1820 oleh Mayor Chung A dan merupakan kelenteng pertama yang ada di Kota Muntok. Thiam bersama masyarakat Cina dari suku Kuantang dan Fu-Kien di masa Dinasti Ching. Kong Fuk berasal dari kata “Kwang Tung” dan “Fuk Kian” (Hokkian), suatu daerah di Cina. Kedua kata tersebut disingkat menjadi “Kong Fuk”. Adapun “Miau” berarti rumah Dewa. Bangunan dengan luas 26,5 x 16,80 m dan lahan seluas 57 x 40 m ini letaknya persis bersebelahan dengan Masjid Jami’ sehingga menjadi salah satu simbol toleransi beragama Kota Muntok. Kelenteng yang kini berada dibawah kepemilikan Yayasan Tulus Bhakti ini sudah direnovasi selama dua kali, yaitu pada tahun 1982 dan 1994 dan hingga sekarang masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan maupun pusat pelatihan barongsai. Setiap tahun di halaman bangunan ini rutin diselenggarakan perayaan Cap Go Meh, sembahyang rebut dan Sembahyang Bulan.

Gambar 4.20 Klenteng Kong Fuk Miaw Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4. Masjid Jami’ Merupakan salah satu bangunan tertua bergaya arsitektur campuran Islam, Melayu, Cina, dan Belanda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masjid ini didirikan pada tahun 1883 M (1300 H) atas inisiatif H. Abang Muhammad Ali yang bergelar Tumenggung Karta Negara II pada masa

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-37

Kesultanan Palembang. Dalam pembangunannya, beberapa bahan bangunan untuk masjid pun turut disumbangkan dari Kelenteng, seperti tiang penyangga Masjid Jami’. Bung Karno dan Bung Hatta pun kerap datang ke masjid ini kemudian membaur dengan masyarakat setempat, sebab di masa itu, Masjid Jami’ termasuk masjid megah di Kota Muntok.

Gambar 4.21 Masjid Jami Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

5. Menara suar Tanjung Kalian Pantai Tanjung Kalian terletak di Kelurahan Tanjung, berjarak sekitar 9 km dari Kota Muntok atau 10 menit dari Pelabuhan Muntok yang merupakan pintu gerbang sebelah barat Pulau Bangka. Kondisi pantai relatif bersih dengan tipikal pantai berpasir putih. Daya tarik wisata di lokasi ini berupa menara atau menara suar yang dibangun pada tahun 1862 yang berfungsi untuk memantau kapal yang melintas di perairan Pelabuhan Muntok, sisa bangkai kapal bekas Perang Dunia II, dan monumen peringatan 21 perawat Australia yang gugur dalam peristiwa pemboman kapal laut Australia oleh tentara Jepang pada 16 Februari 1942. Pembangunan menara suar Tanjung Kalian dilakukan oleh arsitek dari Inggris serta memiliki ketinggian 56 meter. Pancaran sinar lampu dari menara suar ini mencapai 25 mil dan berputar setiap 10 detik sekali.

Gambar 4.22 Menara Suar Tanjung Kalian Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-38

6. Jembatan Inggris Jembatan Inggris terletak di Dusun Dayabaru, Desa Airbelo. Bangunan ini diperkirakan dibangun pada masa pendudukan Inggris di Pulau Bangka antara tahun 1811 sampai 1816. Bangunan ini bergaya Eropa dengan ciri khas pasangan batu bata sistem roolag.

Gambar 4.23 Jembatan Inggris Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

7. Rumah Mayor Cina Rumah Mayor Cina terletak di Jl. RE. Martadinata No. 75, Muntok, tepatnya di kawasan pasar dekat area pelabuhan lama. Bangunan ini merupakan rumah Mayor Cina, Chung A. Thiam (juga dikenal sebagai Mayor II) yang diangkat Belanda sebagai kepala masyarakat Cina di Muntok, kemudian dilanjutkan oleh Chung Phah Yunm (yang dikenal juga sebagai Mayor III). Bangunan yang dipengaruhi arsitektur Eropa dengan luas mencapai 2.500 m2 ini dibangun pada tahun 1834. Saat ini bangunan tersebut ditempati oleh keturunan sang Mayor. Bangunan ini memiliki 8 kamar dengan 16 buah pilar utama serta koleksi benda-benda antik dan bersejarah keluarga Mayor.

Gambar 4.24 Rumah Mayor Cina Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-39

8. Rumah Tahanan Muntok Rumah tahanan ini terletak di sebelah tenggara eks Kantor BTW. Seperti penjara umumnya, bangunan ini dikelilingi pagar tembok berdenah persegi dan dilengkapi bangunan pengawas di sudutnya. Rutan ini akan direlokasi karena dinilai sudah tidak representatif (berada di tengah Kota Muntok) dan akan dijadikan museum.

Gambar 4.25 Rumah Tahanan Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

9. Rumah Eks Karyawan Timah Rumah eks karyawan timah adalah rumah yang dulunya merupakan rumah tinggal bagi karyawan PT Timah. Bangunan rumah bergaya khas Eropa ini memiliki tiga bangunan yaitu bangunan induk, paviliun dan bangunan di bagian belakang yang berfungsi sebagai dapur dan toilet. Dinding bangunan rumah eks karyawan timah terbuat dari batu alam, dan terdiri dari dua kamar tidur dan teras yang terletak di bagian depan.

Gambar 4.26 Rumah Eks Karyawan Timah Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-40

10. Eks Gedung Concordia Bangunan ini dulu berfungsi sebagai gedung pertemuan para pejabat Belanda pada masa Pemerintahan Belanda. Setelah merdeka bangunan ini dialihfungsikan sebagai gedung pertemuan para pejabat UPTB/TTB (Unit Penambangan Timah Bangka) dan bernama Gedung Bina Jaya. Pada tahun 2005 gedung ini difungsikan sebagai kantor DPRD Kabupaten Bangka Barat. Kemudian tahun 2008 gedung tersebut menjadi Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bangka Barat hingga sekarang (Tourism Buide Book of Muntok 2015).

Gambar 4.27 Eks Gedung Concordia Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

11. Gereja Katolik Santa Maria Gereja Katolik Muntok dibangun pada tanggal 14 Februari 1932. Arsitek yang membangun Gereja Katolik Santa Maria ini adalah seorang berkebangsaan Inggris yang bernama Fermont-Cuypers. Bangunan gereja berbentuk persegi panjang dengan atap limasan dari bahan genteng yang dilengkapi hiasan tanda salib pada bagian kemuncaknya. Pintu masuk berada di sebelah timur dengan ciri-ciri terbuat dari kayu, berdaun ganda, berbentuk lengkung sempurna, dan dinaungi kanopi yang juga berbentuk lengkung sempurna. Di bagian samping pintu masuk terdapat inskripsi ”ARCH.EN.INGRS.BUR:FERMONT-CUYPERS” dan ”14-2-1932”. Dinding atas dilengkapi lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai ventilasi, sementara dinding bawah diberi ornamen berbentuk batu-batu. Ventilasi yang lebih besar terdapat pada dinding kanan atas berjumlah 3 pasang dengan susunan marmer hitam bercorak geometris pada bagian tengahnya. Lantainya terbuat dari tegel merah berukuran 20 x 20 cm.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-41

Gambar 4.28 Gereja Katolik Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

12. Monumen Proklamasi Muntok Monumen Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta dibangun di Muntok dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada 2 Juli 2000. Monumen yang dibuat dari batu granit ini memiliki tinggi sekitar tujuh meter berbentuk batu lonjong dengan seekor burung Garuda berkalungkan perisai Lima Sila yang mengepakkan sayapnya seakan hendak terbang. Di pelataran depan, patung Bung Karno dan Bung Hatta berdiri gagah sedang menunjuk ke arah perairan Selat Bangka.

Gambar 4.29 Tugu Proklamasi Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

13. Museum Timah Museum Timah Indonesia-Muntok menempati gedung Banka Tinwining Bedriff atau lebih dikenal dengan Gedung Kantor Kavilasi Timah. Gedung yang dibangun pada tahun 1915 ini merupakan lokasi perusahaan tambang timah Bangka yang didirikan pada tahun 1819. Melalui gedung ini, Pemerintah Belanda mengendalikan segala proses penambangan timah di Pulau Bangka. Pada masa penjajahan Jepang, perusahan timah sempat diambil alih oleh MKK (Mitsubishi Kogyo Khaisa). Direstorasi kembali oleh PT. Timah Tbk sebagai pemilik aset pada pertengahan 2011.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-42

Pada 11 November 2013 gedung ini resmi dibuka untuk umum dan difungsikan sebagai Museum Timah yang menyajikan informasi tentang penambangan timah di Pulau Bangka. Di lantai pertama terdapat ruang museum dengan 9 galeri, sedangkan di lantai dua terdapat auditorium, perpustakaan, dan ruang diskusi, serta terdapat toko cinderamata dan kafe di pelatarannya.

Gambar 4.30 Museum Timah Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

14. Café Teras Kita (Eks Taman Kanak-Kanak Belanda) Bangunan ini dulunya merupakan sekolah taman kanak-kanak yang dialihfungsikan menjadi tempat hunian kemudian menjadi kafe Teras Kite. Bangunan ini hingga sekarang masih mempertahankan arsitektur bericikan Eropa (Tourism Buide Book of Muntok 2015). Lokasi café yang berada di pinggir jalan utama dan memiliki bentuk bangunan kuno, memberikan kesan tersendiri dan dapat dengan mudah dikenali oleh pengunjung yang lewat.

Gambar 4.31 Teras Kite Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

15. Gudang Inggris Gudang Inggris disebut juga Gudang Kuning. Gudang ini dibangun oleh Inggris pada 1813 M. Berfungsi sebagai pusat pasukan berkuda Inggris dan terletak di tepi Pantai Muntok.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-43

Gambar 4.32 Gudang Inggris Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

16. Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda) Kantor Syahbandar Belanda atau yang juga dikenal dengan Habur Master merupakan kantor bea cukai pada masa penjajahan Belanda. Saat ini bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai kantor pelabuhan.

Gambar 4.33 Eks Kantor Syahbandar Belanda Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

17. Rumah Tumenggung Rumah ini dibangun oleh Tumenggung Arifin dengan gelar Kertanegara I. Dulunya di sekitar bangunan ini adalah perkampungan pembantu tumenggung. Bangunan bersemi panggung ini pernah difungsikan untuk Madrasah Al-Hidayah. Rumah ini menghadap ke tenggara dengan bangunan utama yang memiliki 6 tiang di terasnya. Terdapat beberapa penambahan seperti membuat dinding dari papan kayu yang membentuk kamar di bagian teras dan dalam ruangan. Terdapat sebuah sumur di sisi kanan rumah dan dua bangunan kecil yang memiliki arsitektur Eropa dan dulu digunakan sebagai toilet, serta memiliki vertilasi udara berbentuk gorong-gorong (Tourism Guide Book of Muntok, 2015).

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-44

Gambar 4.34 Rumah Tumenggung Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

18. Benteng Kota Seribu Benteng Kota Seribu merupakan benteng pertahanan yang mulai dibangun pada tauhn 1760, pada masa pemerintahan Tumenggung Dita Manggala. Pembangunan benteng ini melibatkan dan memperkerjakan penduduk asli Muntok, sesuai dengan perintah Sultan. Benteng terbuat dari tanah. Setelah Benteng Selesai, Sultan Palembang mengangkat seorang kepala pekerja tambang sebagai Kapitan Cina (Bun A Siong), menjadi koodinator para pekerja tambang yang berasal dari Cina.

Gambar 4.35 Benteng Kota Seribu Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

19. Eks Hotel Centrum (Penginapan Sandy) Hotel Centrum merupakan hotel yang menjadi korban bom ketika masa penjajahan Jepang. Hotel ini saat ini sudah dibeli dan dijadikan penginapan yang bernama penginapan Sandy. Hotel ini berada dekat dengan Rumah Mayor dan Pelabuhan.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-45

Gambar 4.36 Eks Hotel Centrum Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

20. Makam Pengeran Hario Pakuningprang Pangeran Hario Pakuningprang merupakan seorang pahlawan dari Jawa yang menentang kebijakan yang dibuat oleh Belanda. Pada tanggal 18 Februari 1897 sampai dengan 18 Agustus 1897 beliau diasingkan oleh Belanda di Muntok dan tidak diperkenankan untuk berhubungan dengan masyarakat setempat hingga wafat dan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum Kebonnanas, Muntok.

Gambar 4.37 Makam Pangeran Hario Pakuningprang Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015

21. Gudang Mayor Cina Bangunan ini dibangun oleh mayor Cina yang bernama Tjung A Thiam pada masa penjajahan Belanda sebagai tempat untuk penyimpanan barang-barang miliknya. Gudang mayor ini berada diseberang rumah mayor dekat dengan pelabuhan. Saat ini bangunan gudang dimanfaatkan untuk menjadi sarang burung walet.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-46

Gambar 4.38 Eks Gudang Mayor Cina Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

22. SDN 1 Muntok Sekolah ini terletak di Kecamatan Muntok dan dibangun pada masa kolnial Belanda. Sekolah ini termasuk salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kota Tua Muntok. SDN 1 Muntok memiliki bentuk persegi panjang dan beratap limasan tumpeng dua yang terbuat dari genteng.

Gambar 4.39 SDN 1 Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

C. Sumber Daya Wisata Selain daya tarik wisata yang sudah dijelaskan sebelumnya, KSPP Muntok dan sekitarnya masih kaya akan sumber daya wisata, yaitu potensi sumber daya alam dan budaya yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Sumber daya wisata ini tersebar hampir di seluruh Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat dan beberapa sumber daya wisata tersebut dapat diintegrasikan pengembangannya dengan daya tarik wisata di sekitarnya menjadi suatu klaster (area) daya tarik wisata tertentu, sehingga memiliki nilai tambah untuk meningkatkan daya saing pariwisata KSPP Muntok dan sekitarnya. Sebaran sumber daya tarik wisata tersebut adalah sebagai berikut:

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-47

Tabel 4.6 Sumber Daya Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya POTENSI KECAMATAN SUMBER DAYA WISATA BASIS POTENSI PENGEMBANGAN Muntok 1. Perkebunan Durian Alam/ Agrowisata Perkebunan 2. Pawai Obor Pal 4 Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya 3. Pesta Adat Nanggung Tanjung Punai 4. 3000 Culok dan Pawai Obor Daya Baru 5. Pesta Adat Kampung Daya Baru Pal 4 6. Adat Perkawinan Mentok 7. Tepung Tawar

Simpang Teritip 8. Rebo Kasan Desa Air Nyatoh Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya 9. Sedekah Kampung Desa Pangek Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya 10. Sedekah Kampung Desa Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya Paradong 11. Sedekah Kampung Desa Ibul Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya 12. Pesta Adat Dusun Belar 13. Pesta Adat Rajek 14. Sedekah kampung Simpang Tiga 15. Sembahyang Rebut Desa Pelangas 16. Sembahyang Rebut Dusun Anyai 17. Hutan Larangan (Simpang Teritip dan Kelapa) 18. Rebo Kasan Desa Bukit Terak

Jebus 19. Sedekah Kampung Limbung 20. Khitanan Masal Ranggi Asam 21. Sembahyang Rebut Dusun Tayu Parittiga 22. Sembahyang Bulan Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya 23. Sedekah Kampung Desa Kacung Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya 24. Sembahyang Rebut Pecinan Bakit 25. Perayaan 10 Muharam Desa Bakit 26. Sembahyang Bulan Desa Puput 27. Rebo Kasan Teluk Limau 28. Sembahyang Rebut Desa Klabat 29. Khataman Desa Kapit Kelapa 30. Perkebunan Sawit Alam/ Agrowisata Perkebunan 31. Pesta Adat Pangkal Beras 32. Sedekah Kampung Desa Terentang 33. Hutan Larangan (Simpang Teritip dan Kelapa) 34. Sedekah Kampung Dusun Bujang Tempilang 35. Pesta Adat Sedekah Ruah Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya Sumber : Diadaptasi dari Ripparkab Bangka Barat, 2016

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-48

D. Keterkaitan Daya Tarik Wisata dengan Periode Sejarah di Muntok Daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki nilai-nilai penting sejarah yang terbagi kedalam berapa periode, yaitu periode Kesultanan Palembang, Penjajahan Inggris, Penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang (Perang Dunia ke-II), Perjuangan Kemerdekaan (Agresi Militer Belanda II), dan periode Pertambangan TImah. Selain itu, daya tarik wisata berupa Benda Cagar Budaya (BCB) yang ada di KSPP Muntok (khususnya di wilayah Kota Tua Muntok) juga memiliki tingkatan signifikansi tertentu, mulai dari tingkat signifikansi I hingga tingkat signifikansi III yang telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Muntok. Berikut adalah rincian daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan tingkat signifikansi dan keterkaitannya dengan periode sejarah.

Tabel 4.7 Keterkaitan Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya dengan Periode Sejarah Periode Sejarah Penjajahan Perjuangan Jepang DTW Kesultanan Penjajahan Penjajahan Kemerdekaan Pertambangan (Perang Palembang Inggris Belanda (Agresi Militer Timah Dunia Ke- Belanda II) II) DTW Alam Pantai Tanjung       Kelian Pantai Tanjung   Ular Pantai Teluk  Rubiah Pantai  Muntokasin Bukit  Menumbing Aek Biru  DTW Budaya BCB Tingkat

Signifikansi I Pesanggrahan     Muntok Rumah Dinas Bupati Bangka  Barat (Eks Kantor Residen) Museum Timah     (BTW) Alun-alun  (Voetbaetrin) Rumah Mayor   Cina Eks Jembatan   Burg Kelenteng Kung  Fuk Miau

Pesanggrahan   Menumbing

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-49

Periode Sejarah Penjajahan Perjuangan Jepang DTW Kesultanan Penjajahan Penjajahan Kemerdekaan Pertambangan (Perang Palembang Inggris Belanda (Agresi Militer Timah Dunia Ke- Belanda II) II) BCB Tingkat

Signifikansi II Benteng Kota  Seribu Masjid Jami  Penginapan Sandy Ayu (Eks   Hotel Centrum) Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor   Syahbandar Belanda/ Habur Master) Gudang Mayor   Cina Pelabuhan Lama Muntok       (Eks Vlucht Haven) Surau Tanjung  Rumah  Tumenggung Menara Suar       Tanjung Kelian BCB Tingkat

Signifikansi III Makam Pangeran Hario   Pakoeningprang Makam Istri Orang Belanda (Nyonya Aneh &  Nyonya Moenah) Rumah Keluarga Ahmad Djunaedi/   Rumah Macan (Eks Rumah Kepala Parit Timah) SDN 01 Muntok (Eks Hollandsche  Chineeshe School) Sekolah Katolik  Santa Maria Rumah Pastoral  Gereja Katolik 

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-50

Periode Sejarah Penjajahan Perjuangan Jepang DTW Kesultanan Penjajahan Penjajahan Kemerdekaan Pertambangan (Perang Palembang Inggris Belanda (Agresi Militer Timah Dunia Ke- Belanda II) II) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah   Kavilasi 2/ Kepala BTW) Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah   Kavilasi I/ Kepala BTW) Gereja  Bethesda Gudang Inggris  Makam Bangsawan  Melayu Makam Mayor Cina Thjung A   Tiam (Chung Fah Yun) Makam Mayor Cina Tan Jien   Men BCB Lainnya Café Teras Kite (Eks Taman  Kanak-kanak Belanda) Gedung KPU (Eks Gedung  Concordia) Rumah TahananMuntok  (Gavengis) Rumah Liem Tjin Sun (Eks  Kantor Kolonial) Komplek Polsek Muntok (Eks Komplek   Benteng Inggris & Belanda) Rumah Bapak Rusli (Eks Rumah Kepala   Kapal Keruk Belanda) Rumah Kolonial (Eks Rumah Karyawan   Zaman Belanda) Kantor LSM  Karimah (Eks

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-51

Periode Sejarah Penjajahan Perjuangan Jepang DTW Kesultanan Penjajahan Penjajahan Kemerdekaan Pertambangan (Perang Palembang Inggris Belanda (Agresi Militer Timah Dunia Ke- Belanda II) II) Rumah Warga Tionghoa) Ruko Keluarga Ding Tjiang  (Rumah Warga Tionghoa) Rumah Warga  Tionghoa 2,3,4 Eks Rumah Kapiten Cina   (Wong Lim Pat) Petak 15 (Rumah Warga  Tionghoa) Rumah Warga Lie Yong Bak  (Rumah Warga Tionghoa) Eks Bangunan  Sekolah Cina Rumah Bapak Afandi Isa (Rumah  Panggung Melayu) Rumah Bapak Fakhrizal (Rumah  Panggung Melayu) Tempat Pemakaman Umum (Eks  Rumah Sakit Cina) Rumah Melayu  Kampung Ulu Rumah Dinas Pegawai Rutan  (Eks Rumah Sakit Jiwa) Sumber: Hasil Analisis, 2018

E. Keterkaitan Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Daya tarik wisata berupa bangunan bersejarah (Benda Cagar Budaya) di KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki langgam arsitektur khas yang dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori, yaitu Indische Style, Kolonial Belanda, Rumah Panggung Limas (Melayu Awal), Rumah Panggung Limas Bubung Panjang, Rumah Tinggal Tionghoa, Rumah Tinggal Tionghoa Abad 19, Ruko Tionghoa, Kelenteng, dan Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa. Berkut penjelasan dari masing-masing langgam arsitektur tersebut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-52

1. Langgam Arsitektur Indische Style Langgam arsitektur indische style memiliki ciri bangunan sebagai berikut: a. Memiliki kebun yang luas; b. Jalan melingkar untuk kendaraan dan ditanami dengan pohon palem di sisinya; c. Teras depan dengan deretan kolom gaya Doric; d. Beranda belakang dan depan yang luas merupakan penyesuaian dengan iklim tropis lembab, sehingga ada ventilasi udara silang yang baik.

Gambar 4.40 Langgam Arsitektur Indische Style dan Contohnya Sumber: Hasil Analisis, 2018

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur indische style diantaranya adalah Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen), Rumah Tumenggung, Café Teras Kite, dan Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master).

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-53

(a) (b)

(c) (d) Gambar 4.41 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Indische Style: (a) Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen); (b) Rumah Tumenggung; (c) Café Teras Kite; (d) Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master). Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

2. Langgam Arsitektur Kolonial Belanda Langgam arsitektur Kolonial Belanda memiliki ciri sebagai berikut: a. Memakai “Gable” pada tampak b. Atap miring curam c. Fasad simetris d. Skala bangunan relatif tinggi

Gambar 4.42 Langgam Arsitektur Kolonial Belanda dan Contohnya Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-54

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur kolonial diantaranya adalah Pasanggrahan Muntok, Museum Timah, Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala BTW), dan Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah Kavilasi I/ Kepala BTW).

(a) (b) (c)

Gambar 4.43 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Kolonial Belanda: (a) Pesanggrahan Muntok; (b) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala BTW); (c) Museum Timah Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

3. Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal) Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal) memiliki ciri sebagai berikut: a. Dibuat dari kayu, rotan, bambu, daun-daun, akar pohon, alang-alang; b. Memiliki beranda dan bukaan yang banyak c. Bagian rumah terdiri atas rumah induk dan dapur

Gambar 4.44 Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal) Sumber: Hasil Analisis, 2018

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah panggung limas (Melayu awal) diantaranya adalah rumah-rumah panggung Melayu yang ada di Kampung Ulu.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-55

Gambar 4.45 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal): Rumah-rumah Melayu di Kampung Ulu Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4. Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang Langgam arsitektur rumah Melayu bubung panjang memiliki ciri-ciri seperti arsitektur rumah panggung limas (Melayu awal) dengan tambahan ciri sebagai berikut: a. Memiliki penambahan bangunan di sisi badan rumah utama; b. Tangga rumah dibuat dari batu dan dibuat melengkung.

Gambar 4.46 Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang Sumber: Hasil Analisis, 2018

Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah Melayu bubung panjang diantaranya adalah rumah-rumah panggung melayu yang ada di Kampung Tanjung.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-56

Gambar 4.47 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang: Rumah-rumah Melayu di Kampung Tanjung Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

5. Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa Langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut; a. Memiliki bentuk atap yang khas melengkung ke atas (Nang Shan); b. Memiliki ornamen khas Tionghoa; c. Memiliki warna khas merah dan kuning. Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa adalah rumah-rumah tinggal Tionghoa yang ada di Pasar Muntok (Klaster Cina).

Gambar 4.48 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-57

Gambar 4.49 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa: Rumah-rumah Tionghoa di area Pasar Muntok (Klaster CIna) Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

6. Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19 Langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa setelah abad 19 merupakan rumah tinggal Tionghoa yang sudah terpengaruh oleh arsitektur kolonial dengan ciri-ciri sebagai berkut: a. Denah rumah induk simetris dan memiliki teras; b. Memiliki bukaan pintu skala besar, berjumlah tiga atau lebih; c. Memiliki kolom (pilar) bergaya Yunani; d. Memiliki ornamen-ornamen khas Tionghoa dengan jumlah yang cenderung sedikit. Contoh daya tarik wisata benda cagar budaya yang memiliki arsitektur rumah tinggal setelah abad 19 adalah Rumah Mayor Cina.

Gambar 4.50 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19 Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-58

Gambar 4.51 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19: Rumah Mayor Cina Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

7. Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa Langgam arsitektur ruko Tionghoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Lantai 1 digunakan untuk toko dan lantai 2 untuk hunian; b. Lebar unit 3 – 6 meter; c. Panjang unit 5 – 8 kali lebarnya; d. Bentuk atap pelana; e. Terdapat halaman depan yang dibatasi pagar. Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ruko Tionghoa adalah ruko-ruko yang ada di Pasar Muntok (Klaster Cina).

Gambar 4.52 Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-59

Gambar 4.53 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa: Ruko-ruko di Pasar Muntok (Klaster Cina) Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

8. Langgam Arsitektur Kelenteng Langgam arsitektur kelenteng memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Denah simetris; b. Didirikan di atas podium; c. Memiliki lebih dari satu pintu masuk pada fasad depan; d. Pintu masuk utama dihiasi ornamen khas Tionghoa; e. Fasad depan dihiasi ornamen khas Tionghoa; f. Terdapat pilar di depan; g. Atap jurai atau atap pelana. Daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ini adalah Kelenteng Kung Fuk Miaw.

Gambar 4.54 Langgam Arsitektur Kelenteng Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-60

Gambar 4.55 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Kelenteng: Kelenteng Kung Fuk Miaw Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

9. Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa Langgam arsitektur gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa memiliki ciri-ciri sebagai beriikut: a. Memiliki kolom gaya Eropa; b. Atap melengkung khas Tionghoa; c. Atap limas dan ekstensi atap khas Melayu. Daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ini adalah Masjid Jami’ Muntok.

Gambar 4.56 Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa Sumber: Hasil Analisis, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-61

Gambar 4.57 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa: Masjid Jami’ Muntok Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4.2.2 Aksesibilitas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 aksesibilitas pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata. Kondisi aksesibilitas di Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat akan dijelaskan lebih detail di bawah ini. A. Moda Transportasi Moda transportasi adalah segala bentuk atau jenis (angkutan) yang digunakan untuk memindahkan orang ataupun barang. Moda transportasi terbagi atas tiga jenis yaitu moda transportasi darat, moda transportasi laut dan moda transportasi udara. Di Kecamatan Muntok terdapat moda transportasi darat dan moda transportasi laut. Moda trasportasi udara tidak terdapat di Kecamatan Muntok tetapi terdapat di Pangkalpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1. Moda Transportasi Udara Pesawat merupakan salah satu moda transportasi udara yang dapat digunakan untuk menuju Pulau Bangka dari pulau lain di luar Bangka. Terdapat satu bandara sebagai pintu gerbang melalui jalur udara untuk ke Pulau Bangka sebelum menuju Kecamatan Muntok yaitu Bandar Udara Depati Amir, yang terdapat di Pangkalpinang, sekitar 2-3 jam perjalanan dari Muntok. Adapun

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-62

daftar maskapai penerbangan yang melayani rute ke bandar udara tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.8 Daftar Maskapai Penerbangan menuju Ke Bandara Depati Amir Maskapai Tujuan Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta Garuda Indonesia Palembang, Tanjung Pandan dioperasikan oleh Explore Garuda Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta Nam Air Palembang, Tanjung Pandan Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang Susi Air Dabo Wings Air Batam, Tanjung Pandan Sumber: Maskapai Penerbangan dan Tujuan, data diperoleh dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Depati_Amir, diakses pada 5 Juli 2018

2. Moda Transportasi Laut Kapal atau perahu merupakan moda transportasi laut yang sering digunakan untuk melakukan perpindahan baik orang ataupun barang. Moda transportasi laut yang ada di Kecamatan Muntok mayoritas adalah kapal ferry dan kapal cepat. Untuk menuju Kecamatan Muntok moda transportasi tersebut akan berhenti di Pelabuhan Tanjung Kalian dan Pelabuhan Muntok. Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian melayani penyeberangan antarprovinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan (35 Ilir) – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Tanjung Kalian) untuk kapal ferry, dan lintasan Boom Baru – Tanjung Kalian untuk kapal cepat. Melihat besarnya potensi pelabuhan penyeberangan yang terdapat di Kabupaten Bangka Barat untuk masa mendatang khususnya Pelabuhan Tanjung Kalian sebagai pelabuhan penyeberangan, maka dikembangkan jalur penyeberangan baru yaitu Palembang (Tanjung Siapi-api) – Bangka Barat (Tanjung Kalian) untuk angkutan penyeberangan di Pelabuhan Tanjung Kalian dan Pelabuhan Muntok dengan menggunakan kapal ferry dan kapal cepat atau speed boat yang melayani penyeberangan lintas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke Provinsi Sumatera Selatan. 3. Moda Transportasi Darat Moda transportasi darat terdiri dari seluruh bentuk alat transportasi yang beroperasi di darat. Moda transportasi darat sering dianggap identik dengan moda transportasi jalan raya (Warpani, 1990). Di Kecamatan Muntok moda transportasi yang ada adalah moda transportasi jalan berupa kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat atau lebih. Adapun jenis angkutan paling mendominasi adalah truk yang sering digunakan untuk pergerakan barang.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-63

Tabel 4.9 Jumlah Sarana Angkutan Darat menurut Jenis Angkutan di Kecamatan Muntok 2016 Jenis Angkutan Jumlah (unit) Bis Umum 32 Bis Tak Umum - Mobil Penumpang Umum 18 Mobil Penumpang Tak Umum - Sedan Taksi - Sedan Taksi Umum - Truk 142 Pick Up Umum 21 Pick Up Tak Umum - Ambulance - Tangki 9 Mobil Gandengan - Jip - Sepeda Motor - Sepeda - Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

B. Prasarana Transportasi 1. Prasarana Transportasi Udara Prasarana transportasi yang dapat digunakan untuk menuju Kecamatan Muntok adalah Bandar Udara Depati Amir. Bandar Udara Depati Amir adalah bandar udara yang terletak di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa Pura II sejak bulan Januari 2007. Untuk menuju Kecamatan Muntok dari Bandar Udara Depati Amir akan menempuh jarak sejauh 143 km atau kurang lebih 2,5 – 3 jam apabila menggunakan kendaraan bermotor.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-64

Gambar 4.58 Jarak Tempuh dari Bandara Depati Amir Sumber: gmaps.com, diakses pada tanggal 26 Juli 2018

2. Prasarana Transportasi Laut Di Kecamatan Muntok terdapat lima dermaga, namun hanya dua dermaga yang digunakan untuk aktivitas keluar masuknya pergerakan orang ataupun barang yaitu Dermaga Tanjung Kalian dan Dermaga Muntok.

Tabel 4.10 Daftar Dermaga di Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat Dermaga Aktivitas Jumlah Tanjung Kalian - Kapal Ferry Penumpang, kendaraan dan barang 7 - Kapal Cepat Penumpang dan Barang 2 Muntok Penumpang, barang, kendaraan dan nelayan 111 Tanjung Punai Nelayan 50 Sukal Nelayan 60 Belo Laut Nelayan 44 Sumber: Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 a. Pelabuhan Tanjung Kalian Angkutan penyeberangan di Pulau Bangka dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Kalian. Pelabuhan ini menghubungkan Pulau Bangka dengan Palembang di Provinsi Sumatera Selatan yang berada di daratan Pulau Sumatera. Lintasan trayek angkutan dan jenis kapal penyeberangan yang beroperasi saat ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-65

Tabel 4.11 Angkutan Penyebrangan di Kabupaten Bangka Barat No Lintasan Panjang Lintasan Keterangan 1 Muntok-Palembang (Pelabuhan Boombaru) 74 Mil Kapal Cepat 2 Muntok-Tanjung Api-api 24 Mil Kapal Roro

Rute lintasan Muntok – Tanjung Api-api beroperasi setiap hari dengan frekuensi 6 kali per hari dari masing-masing pelabuhan. Jadwal keberangkatan kapal ferry ro-ro untuk setiap rute adalah sebagai berikut: • Muntok – Tanjung Api-Api: Pukul 09.00; 11.00, 13.00; 15.00; 17.00; 19.00 • Tanjung Api-Api – Muntok: Pukul 08.00; 10.00, 12.00; 14.00; 16.00; 18.00 Sedangkan untuk kapal cepat lintasan Muntok-Palembang (Pelabuhan Boombaru) beroperasi 4 kali dalam seminggu yakni hari Senin, Rabu, Jumat, Minggu dengan jam keberangkatan dari Palembang pukul 07.00 dan dari Muntok pukul 11.00. waktu tempuh lintasan trayek ini adalah 3 jam.

Gambar 4.59 Jarak Tempuh dari Tanjung Kalian ke Tanjung Api-api dan Boom Baru Sumber: googlemaps.com, diakses pada tanggal 26 Juli 2018 Berdasarkan data diatas terlihat bahwa Pelabuhan Tanjung Kalian merupakan simpul utama pergerakan orang dan barang dari pulau Bangka menuju Palembang dan demikian pula sebaliknya. Pada Saat ini Pelabuhan ASDP Tanjung Kelian tidak hanya digunakan sebagai penyeberangan penumpang (Ferry) tetapi juga penyeberangan angkutan barang. Letak Pelabuhan Tanjung Kelian sangat baik disebabkan langsung berhubungan dengan Jalan Nasional dari

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-66

Muntok hingga Pangkalpinang, sehingga akan mempermudah dan mempercepat distribusi dari kegiatan transpotasi barang di Pelabuhan Tanjung Kelian menuju wilayah Pulau Bangka lainya di bagian tengah dan selatan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kondisi pelayanan angkutan umum penumpang di Pulau Bangka saat ini setelah beroperasinya pelabuhan penyeberangan Tanjung Kalian, tidak lagi menggunakan terminal Muntok di Kelurahan Tanjung sebagai simpul utama pergerakan. Pelabuhan Tanjung Kalian menjadi simpul pergerakan regional baru dimana trayek angkutan umum penumpang dari pelabuhan Tanjung Kalian akan menuju pusat-pusat kegiatan yang ada di Pulau Bangka tanpa melewati Terminal Muntok. Demikian pula sebaliknya trayek angkutan umum penumpang dari Pulau Bangka akan langsung menuju Pelabuhan Tanjung Kalian tanpa melalui terminal Muntok. Hal ini tentunya berimplikasi terhadap kebutuhan fasilitas pelabuhan yang tidak hanya harus mengakomodir kegiatan penyeberangan orang dan barang saja, namun harus disedikan fasilitas integrasi layanan angkutan antar moda di sisi darat pelabuhan Tanjung Kalian. Berdasarkan data layout fasilitas sisi darat Pelabuhan Tanjung Kalian seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini, belum terdapat fasilitas atau ruang khusus untuk integrasi layanan antar moda di pelabuhan.oleh sebab itu untuk kedepannya perlu disediakan perencanaan, pembangunan, dan pengaturan integrasi fasilitas dan layanan antara moda di Pelabuhan Tanjung Kalian. Dengan adanya fasilitas ini tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi kegiatan pariwisata di wilayah Muntok dan sekitarnya.

Gambar 4.60 Layout Fasilitas Sisi Darat Pelabuhan Tanjung Kalian

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-67

Potensi yang dapat dimanfaatkan dari pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian khususnya untuk kegiatan pariwisata adalah dari pergerakan penumpang dan kendaraan yang cukup besar. Hal ini terlihat dari jumlah penumpang per hari dan per tahunnya seperti yang di tunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.12 Rata-rata Jumlah Penumpang di Pelabuhan Tanjung Kalian Penumpang Rata-rata Penumpang/Hari Jumlah Penumpang/Tahun Proporsi Penumpang Kapal Cepat 472 172.433 84.5% Kapal Ro-ro 87 31.714 15.5% Total 559 204.147 100.0% Sumber: Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Muntok Tahun 2013 b. Pelabuhan Muntok Kondisi pengoperasian pelabuhan Muntok saat ini mengalami degradasi fungsi pelabuhan akibat sedimentasi yang tinggi. Kondisi kolam labuh yang hanya mempunyai kedalaman 50 cm di bawah LWS maka pada saat surut maksimum akan terlihat kondisi dasarnya dan saat ini hanya digunakan untuk kegiatan sandar perahu nelayan. Penurunan fungsi Pelabuhan Muntok juga terjadi karena adanya pengoperasian Pelabuhan ASDP yang berjarak 3 Km dari Pelabuhan Muntok. Saat ini Pelabuhan ASDP Tanjung KAlian tidak hanya digunakan sebagai Penyeberangan Penumpang (ferry) tetapi juga penyeberangan angkutan barang. Adanya kebijakan mengembangkan Pelabuhan Tanjung Ular menjadi Pelabuhan Barang sebagai kebijakan pengembangan Pelabuhan Muntok dengan lokasi berjarak 10Km dari Pelabuhan Muntok, menjadikan Pelabuhan Muntok semakin mengalami penurunan fungsi. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat terkait Pelabuhan Muntok diarahkan untuk menjadi Cagar Budaya dari Bangunan dan Pelabuhan Lama dari pelabuhan Muntok yakni pengembangan fungsi ruang publik baru, museum pelayaran, museum kesyahbandaran dan konvensi, terminal/parkir, perdagangan, jasa, dan pariwisata. Mengingat kondisi di atas maka pemanfaatan Pelabuhan Lama Muntok perlu diselaraskan sehinga bisa berfungsi dan bermanfaat secara ekonomi untuk masyarakat di Muntok, Kabupaten Bangka Barat dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. c. Pelabuhan Laut Tanjung Ular Pelabuhan laut di Kabupaten Bangka Barat direncanakan akan dikembangkan di Tanjung Ular di Kelurahan Air Putih. Pantai Tanjung Ular berada kurang lebih sekitar 15 km dari perkotaan Muntok. Pelabuhan ini akan berperan sebagai pelabuhan multipurpose untuk menunjang pelayanan terhadap komoditi dan barang-barang umum di Pulau Bangka.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-68

Kawasan Pelabuhan Tanjung Ular memiliki lahan yang masih kosong dan sangat luas sehingga sangat memungkinkan dikembangkan aktivitas kepelabuhanan secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Industri. Perencanaan dan pengembangan kawasan akan menjadi kawasan industri dan pelabuhan umum yang cukup besar untuk menopang kegiatan ekonomi dan industri di Kabupaten Bangka Barat, dan Pulau Bangka pada umumnya. 3. Prasarana Transportasi Darat Berdasarkan komponennya prasarana transportasi terdiri dari dua kelompok, yaitu jalan yang berupa jalur gerak dan terminal yang merupakan suatu tempat pemberhentian alat transportasi guna menurunkan atau menaikkan penumpang. Jalan raya adalah suatu prasarana perhubungan darat yang digunakan untuk kendaraan yang menggunakan roda karet meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan pelengkapnya yang diperlukan bagi lalu lintas. Di Kecamatan Muntok terdapat dua jenis jalan yaitu jalan kabupaten dan jalan nasional dengan jenis permukaan jalan yaitu aspal, kerikil dan tanah.

Tabel 4.13 Panjang Jalan menurut Jenis Jalan dan Jenis Permukaan di Kecamatan Muntok 2016 Uraian Panjang Jalan (km) Jenis Jalan Jalan Kabupaten 211,42 Jalan Provinsi 0,00 Jalan Nasional 25,92 Jenis Permukaan Aspal 108,34 Kerikil 17,22 Tanah 16,76 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Pusat kegiatan utama di Kabupaten Bangka Barat adalah Perkotaan Muntok, Jebus, dan Paritiga, sedangkan Ibul dan Kelapa hanya merupakan zona perantara (intermediate zone) untuk menuju Belinyu, Sungai Liat, dan Kota Pangkalpinang. Berdasarkan Penetapan Jalan Nasional maka ruas Jalan Nasional di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari ruas jalan berikut:

Tabel 4.14 Ruas Jalan Nasional di Kabupaten Bangka Barat No. Ruas Nama Ruas Panjang (Km) 001 TANJUNG KELIAN - IBUL 52,33 002 IBUL - KELAPA 25,52 003 KELAPA – BTS. KAB (BANGKA.BANGKA BARAT) 4,16

Ilustrasi jalan nasional di Pulau Bangka khususnya Jalan Nasional yang menghubungkan Muntok sampai ke Pangkalpinang dapat dilihat pada gambar berikut.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-69

Gambar 4.61 Jalan Nasional di Pulau Bangka

Jalan nasional di Kecamatan Muntok adalah ruas Tanjung Kelian – Muntok – Air Belo – Air Limau – Mayang – Batas Kec Simpang Teritip dengan panjang 25,92 Km. Jaringan jalan kabupaten di Kecamatan Muntok adalah sepanjang 211,42 km. Kondisi jalan khususnya Jalan Nasional di Kecamatan Muntok sangat baik dengan permukaan aspal. Dari total panjang jalan di Kecamatan Muntok 76,19 % jalan sudah dalam kondisi perkerasan aspal. Kecamatan Muntok hanya memiliki satu terminal bus yang masuk kategori tipe C yang dinamakan terminal Muntok. Terminal Muntok merupakan terminal utama di Kabupaten Bangka Barat yang melayani trayek antarprovinsi ke Palembang, antarkabupaten di Pulau Bangka, antarkecamatan di Bangka Barat, dan lokal sekitar kota dan Kecamatan Muntok. Terminal ini tercatat memiliki sepuluh perusahaan otobus yang melayani rute dari dan ke Muntok sebanyak 48 armada. Jumlah armada terbanyak dimiliki oleh koperasi Tanjung Kalian Indah dengan armada sebanyak 14 armada.

Tabel 4.15 Jumlah Armada Perusahaan Otobus di Kecamatan Muntok Nama Perusahaan Jumlah Armada PT Kesatuan Jaya Abadi (AKDP) 7 PO Putri Tanjung (AKDP) 2 Koperasi Citra Wahana Prima (AKDP) 5 Koperasi Citra Wahana Prima (Angdes) 1 CV Karya Mandiri (Travel) 2 CV Bina Sentosa (Travel) 4 PO Kesatuan Trans (AKDP) 8 Koperasi Tanjung Kalian Indah (angkot) 8 Ferru Duta Trans (Pemandu Moda) 4 Total 41 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Sebagai simpul pergerakan lalu lintas di Kecamatan Muntok, Terminal Muntok yang berada di Kelurahan Tanjung berada dalam kondisi yang tidak lagi berfungsi optimal karena trayek-trayek regional antar kabupaten tidak lagi menggunakan terminal ini. Hal ini disebabkan lokasi terminal Muntok yang tidak terletak di lintasan regional. Saat ini umumnya penumpang dari Muntok akan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-70

langsung dijemput di luar terminal dan untuk penumpang yang menuju Muntok akan turun di kawasan perkotaan Muntok di luar terminal. Adapun trayek-trayek angkutan yang melayani muntok terdiri dari: • Muntok – PP • Muntok - Pangkal Pinang – Toboali • Muntok – Bandara Depati Amir PP • Muntok – Koba • Muntok – Belinyu • Muntok – Sungailiat Dari trayek yang ada, trayek angkutan Muntok – Pangkal Pinang merupakan trayek utama dengan frekuensi dan jumlah armada terbesar dibandingkan trayek lainnya. Tingkat aksesesibilitas dengan Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang sebagai pintu utama tergolong baik dengan adanya trayek Bandara Depati Amir – Muntok yang salah satunya dilayani oleh DAMRI sebagai angkutan khusus pemandu moda dengan frekuensi 2 kali per hari untuk masing-masing arah dan dengan tarif sebesar Rp. 70.000/penumpang. Jumlah penumpang yang datang dan berangkat dari dan menuju Kecamatan Muntok mengalami penurunan drastis dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Namun pada tahun 2014 ke 2015 terjadi peningkatan penumpang yang datang maupun berangkat dari dan menuju Kecamatan Muntok.

Tabel 4.16 Jumlah Penumpang yang Datang dan Berangkat di Terminal Muntok Tahun 2013-2016 Jumlah Penumpang Tahun Datang Berangkat 2013 131.619 116.471 2014 28.309 29.039 2015 32.200 32.498 2016 34. 022 33.477 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Jumlah penumpang yang datang dan pergi ke Kecamatan Muntok mempengaruhi jumlah armada bus yang datang maupun pergi ke Kecamatan Muntok. Pada tahun 2013 ke 2014 juga terjadi penurunan jumlah armada bus baik dari dan menuju terminal Muntok.

Tabel 4.17 Jumlah Armada yang Datang dan Berangkat pada Terminal Muntok Tahun 2013-2016 Jumlah Armada Tahun Datang Berangkat 2013 16.433 16.454 2014 7.478 7.467 2015 7.856 7.856 2016 7.818 7.818 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-71

4.2.3 Fasilitas Pariwisata

Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata (Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025). Fasilitas pariwisata yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini dibagi menjadi empat, yaitu fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum, usaha perjalanan wisata, dan fasilitas hiburan. A. Fasilitas Akomodasi Fasilitas akomodasi adalah sarana yang menyediakan jasa pelayanan penginapan dengan atau tanpa fasilitas yang dapat digunakan bagi siapa saja. Fasilitas akomodasi yang ada di Kecamatan Muntok adalah penginapan dan hotel dengan total 9 buah. Di kecamatan ini hanya terdapat satu hotel berbintang yaitu hotel Pasadena dan lainnya adalah hotel non bintang. Lokasi fasilitas akomodasi tersebar di beberapa kelurahan di Kecamatan Muntok, kecuali di Kelurahan Airbelo, Airputih dan Airlimau tidak terdapat penginapan ataupun hotel.

Tabel 4.18 Jumlah Jasa Akomodasi di Kecamatan Muntok 2016 Kelurahan/Desa Losmen Penginapan Hotel Belolaut - 1 1 Airbelo - - - Sungaibaru - 2 - Sungaidaeng - 1 - Tanjung - 2 2 Airputih - - - Airlimau - - - Jumlah - 6 3 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Adapun penjelasan lebih detail mengenai nama dan lokasi fasilitas akomodasi yang ada di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19 Daftar Lokasi Hotel/ Penginapan di Kecamatan Muntok Nama Hotel/ Lokasi Jumlah Kamar Fasilitas Utama Penginapan Hotel Pasadena Jl. Komplek Pemda Kabupaten 24 kamar AC Muntok Bangka Barat Pal.4, Dayabaru, Parkir Belo Laut, Mentok, Muntok, Pelayanan resepisonis 24 Bangka, Kepulauan Bangka jam Belitung Restoran Wifi Hotel Berkah Jl. Tj. kalian No.132, Tanjung, 30 kamar Parkir Kalian Mentok, Bangka, Kepulauan Layanan Resepsionis 24 Bangka Belitung Jam Wifi

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-72

Nama Hotel/ Lokasi Jumlah Kamar Fasilitas Utama Penginapan Yasmin Hotel and Jl. Depati Amir No 07, Muntok, 28 kamar AC Restauran Bangka, Kepulauan Bangka Parkir Belitung Layanan Resepsionis 24 Jam Restoran Wifi Penginapan Kita Tanjung, Mentok, Bangka, 11 kamar - Kepulauan Bangka Belitung Penginapan Jl. Jenderal Sudirman No. 252, 18 kamar Wifi Arwana RT.02/ RW.01, Muntok, Parkir Sungai Baru, Muntok, Sungai Sarapan Baru, Mentok, Bangka, Dapur Kecil Kepulauan Bangka Belitung Layanan Kamar Transportasi Bandara Penginapan JL. Raya Peltim, No. 03, 11 kamar AC Sampoerna Cipta Muntok, Tanjung, Mentok, Kamar Mandi Bangka, Kepulauan Bangka TV Belitung Breakfast Penginapan Adhika Jl. Peleburan Timah Gg. 14 kamar - Andhika No.1 Muntok Penginapan Jl. Jend. Sudirman, Pal 3, Belo 12 kamar - Pegagan Laut, Muntok, Belo Laut, Muntok, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung Penginapan Sandi Jl. Pasar Muntok 8 kamar -

Penginapan EB. Jl. Barokah Belakang Apotik 10 kamar - Global Putra Farma Pal. 2 Muntok Yasmin Guest Jl. Depati Amir No 09, Muntok, 28 kamar AC House Bangka, Kepulauan Bangka Restoran Belitung Wifi Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015

Selain hotel, di Kecamatan Muntok terdapat homestay yang dapat dijadikan sebagai tempat menginap ketika sedang berkunjung untuk berwisata ataupun kegiatan lainnya. Daftar homestay yang ada di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.20 Daftar Lokasi Homestay di Kecamatan Muntok NO Nama Homestay Nama Pemilik Alamat 1 Yang Maryana Yang Maryana Jl. Peleburan Timah, Cik Daud Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan Muntok 2 Heriyanto Heriyanto Jl. Argo Tirto RT 02 RW 02 Kelurahan Sungai Daeng Kecamatan Muntok 3 Gelora 127 H. Butet K. Adil Jl. Gelora No. 127 RT 01, RW 01 Kelurahan Sungai Daeng Kecamatan Muntok 4 Marsina Marsina Jl. Raya Peleburan Timah Kelurahan Sungai Baru Kecmatan Muntok 5 Arlan Arlan Rasyid Jl. Sudirman No. 95 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 6 Cikulur H. Choiruddin Jl. Sudirman No 12 KP. Warga Mulia Kelurahan Sungai Mansyur Daeng Kecamatan Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-73

NO Nama Homestay Nama Pemilik Alamat 7 Sopian Sopian Jl. Sudirman No. 11 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 8 Sudirman 12 Supeni Jl Sudirman No 12 KP. Warga Mulia Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 9 Taufik Taufik Jl. Sudirman No. 11 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 10 Zaenab Zaenab Asnawi Jl. Sudirman Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 11 Orange House Abang Zulaila Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 12 White House Abang Arifin Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 13 Sella Ramli Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 14 Sukidi Sukidi Sarwan Jl. Tj. Kalian, No 172 RT 02, RW 10 Muntok Asin Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 15 Rozak Mantri Rozak Jl. Kebon Jati Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 16 Suwarno Suwarno Gg. Pelita II No. 261 RT 01 RW 02 KP. Senang Hati, Sugeng Kelurahan Sungai Daerng, Kecamatan Muntok 17 Adi Guna Adi Guna KP. Senang Hati, Kelurahan Sungai Daerng, Kecamatan Muntok 18 Siti Aminah Siti Aminah Jl KP. Ulu No 61. Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 19 Nuryati Nuryati Jl KP. Ulu No 21. Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 20 Aiptu Gamaludin Aiptu Jl. Sudirman RT 03, RW 03 PAL, Kelurahan Sungai Gamaludin Daerng Kecamatan Muntok 21 Asmani Asmani Sinar Menumbing Pal- 2 Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan Muntok 22 Mak Yang Yang Sunami RT 02 RW 03 Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan Muntok 23 Ibu Fitri Ibu Fitri Tangsi (Belakang BUMD) Kelurahan Sungai Baru, Kecamatan Muntok 24 Yasmin Yasmin KP. Tanjung RT 03, RW 02 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 25 Kelly Heriwanto JL. KP Tanjung RT 03 RW 02 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 26 Toto Toto JL. KP Tanjung No. 19 RT 03 RW 02 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 27 Abang Faisal Abang Faisal KP. Teluk Rubiah Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 18 Abang Alfian Abang Alfian KP. Teluk Rubiah Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 29 Sandy Sandy JL R.E Martadiata 1/70 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok 30 Alkaff Muhammad Jl. Depati Barin KP. Tanjung Kelurahan Tanjung Alkaff Kecamatan Muntok 31 Almusawa Usman Jl. Depati Barin KP. Tanjung Kelurahan Tanjung, Almusawa Kecamatan Muntok Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015

B. Fasilitas Makan dan Minum Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 fasilitas makanan dan minuman termasuk dalam kategori usaha jasa dan minuman. Usaha jasa dan minuman yaitu

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-74

usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan atau penyajian. Usaha jasa dan minuman terdiri dari beberapa jenis yaitu restoran, rumah makan, bar/rumah minum, kafe, jasa boga, dan pusat penjualan makanan. Di Kecamatan Muntok terdapat tujuh restoran dan tujuh puluh lima warung makan yang tersebar di seluruh desa. Restoran terbesar yang ada di Kecamatan Muntok yaitu restoran Rumah Keboen Ibu Mimi.

Tabel 4.21 Jumlah Restoran, Rumah Makan dan Katering menurut Kelurahan di Kecamatan Muntok 2016 Rumah Makan/ Kelurahan/Desa Restoran Katering Warung Makan Belolaut 4 5 4 Airbelo - 9 - Sungaibaru - 10 2 Sungaidaeng 1 4 3 Tanjung 2 42 4 Airputih - 2 - Airlimau - 3 - Jumlah 7 75 13 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Untuk lebih detailnya mengenai fasilitas makan dan minum di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.22 Daftar Fasilitas Makan dan Minum di Kecamatan Muntok Nama Deskripsi Alamat Nasi Goreng AL Rumah makan ini menjual makanan modern dan Jln. Mayor Safri Rahman makanan khas Bangka Cafe Tempo Kedai kopi yang berdiri sejak tahun 2013 dan buka - Doeloe selama 24 jam. Menyediakan aneka makanan seperti nasi goreng, mie goreng, empek-empek dan aneka gorengan lain Toko Kue Asui Toko ini menyediakan oleh-oleh khas Bangka Jln. Yos Sudarso (Pasar Muntok) Jln. Sudirman (dekat Tugu Duren) Resto Menumbing Rumah makan ini menyediakan bangka dan oleh- Terminal bus Muntok oleh khas bangka Ala Koko Toko kecil yang menjual aneka roti, dan teh Selain itu - juga ada toko menjual snack dan minuman modern Teras Kite Kafe yang dibuka tahun 2014 memiliki nuansa - Eropa. Hal yang menarik di kafe ini adalah pengunjung dapat menemukan foto para bangsawa Eropa, foto perawat Australia yang karam di laut Muntok serta foto-foto Muntok tempo dulu yang dipajang pada dinding kafe Cofee Break Warung kopi ini buka mulai pukul 10.00 WIB hingga Jln. Imam Bonjol malam hari. Warung ini menyediakan fasilitas berupa Wi-fi yang menjadikan daya tarik sehingga pengunjung jadi betah berlama-lama di tempat ini

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-75

Nama Deskripsi Alamat Rumah Makan Menyediakan menu khas Bangka. Selain itu juga - Griya pengunjung dapat menikmati menu kuliner seperti ikan pari, ikan hiu, ikan manyu dan ikan sembilang. Rumah makan ini juga menyediakan menu udang gado-gado, pindang ikan serani, siput berung santan dan aneka sayuran seperti rebung, sayur keladi, daun ubi tumbik santan dan lainnya Mex Coffe Menyediakan minuman kopi bagi para penikmat - kopi. Selain itu Mex coffe juga menyediakan aneka penganan lokal. Menu spesial pada Mex Coffe yaitu sop ikan Tenggiri Batam Kedai Nale Kedai yang ramai dikunjungai akhir pekan dan - biasanya dilengkapi dengan sajian live acousitic Martabak Iwan menjual kuliner khas yang dibuat oleh etnis Cina Jln. Sudirman yang sudah turun menurun namun menetap di Bangka. Salah satu makanan yang dijual adalah martabak berbagai rasa Martabak Manis Menjual Martabak Jln Ahmad Yani (depan Anam Deaker Yamaha) Warung empek- Menjual empek-empek telor, tekwan, lenggang, Kampung Ulu Muntok empek Biktum selade, model dan lain-lain (tidak jauh dari gerbang masuk kampung permukiman) Warung Kopi Warung kopi ini setiap hari buka pukul 05.00 pagi - Nyaloi hinga 00.00 WIB. Warung kopi ini menyediakan berbagai penganan seperti kue-kue khas Muntok, empek-empek, otak-otak, lontong, lakse dan aneka mie. Warung Kopi Warung kopi yang berukuran 3 x 6 meter menjual - Amigo kopi maupun teh yang dimasak dengam menggunakan arang kayu Warung Kopi Anen Bangunan warung kopi ini merupakan warung kopi - turun menurun dan sudah berusia 35 tahun. Di warung kopi ini, menggunakan kopi Tokak, kopi legendaris khas Muntok yang dimasak dengan arang kayu. Warung kopi Bang Warung kopi yang diwariskan dan sekarang - Husni diteruskan oleh Bang Husni Warung kopi Uda Menjual aneka masakan khas Padang Terletak tidak jauh dari teminal bus dan Pelabuhan Lama Muntok Warung Kopi Surya Menjual secangkir kopi yang nikmat Masjid Jami dan Klenten Kong Fuk Miaw Warung Kopi Toto Menjual aneka makanan seperti kue-kue khas Sebrang masjid Jamik Muntok, Lakse, empek-empek dan aneka mie Warung Kopi Bu Menyajikan kopi dan kue khas Muntok seperti Di belakang masjid Jamik Farida Kecangan, dan kue Kaca Warung Kopo Warung kopi yang sudah berdiri selama 30 tahun. Jln. Kemakmuran atau Danesdeva Warung kopi ini menjual kopi warung, kue-kue, lorong II pasar Muntok empek-empek dan otak-otak Warung Kopi Warung kopi telah dibuka semenjak tahun 1998. Pasar Muntok Lorong II Pasar Warung ini menyajikan seduhan kopi warung, kue- kue, lontong sayur, lakse, empek-empek dan otak- otak Pondok Otak-Otak Menjual otak-otak, sate dan jagung bakar - Tanjung Kalian

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-76

Nama Deskripsi Alamat Pondok Otak-Otak Menjual otak-otak ikan tenggiri disertai air kelapa Pantai Asmara Pantai Asmara muda Lapak Kue Khas Menjual kue-kue khas Muntok, selain itu juga - Muntok menjual makanan khas Muntok Warung Mie Murni Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1960 yang Jln. Ahmad Yani Muntok Aliong buka setiap hari mulai pukul 07.00-11.00 WIB. Warung ini menjual semua masakan mie mengandung daging babi, kuetiaw, mie polos serta tulang babi kuah Warung Mie Babi Warung ini telah buka dan mulai berjualan sejak 45 - Affan tahun yang lalu. Warung ini menjual makanan yang mengandung daging babi. Warung ini buka pukul 06.00 sampai pukul 11.00 WIB Warung Bakmi Warung ini menjual pangsit, mie babi dan tahu isi Jln. Kemakmuran atau Alan daging. Warung Bakmi Alan buka puku 06.00 sampai lorong II pasar Muntok pukul 12.00 Martabak Damai Menjual martabak dengan varian kacang, coklat, Jln. Sudirman wijen, jagung dan keju Warung Soto AK Warung ini buka jam 06.30 sampai dengan jam - BET 10.00 pagi dengan menjual soto kaki sapi yang enak. Rumah Keboen Ibu Restoran paling besar di Muntok yang menjual - Mimi makanan dan minuman. Di restoran ini tersedia menu berbagai olahan ikan laut dan ikan air tawar. Sate Bu Wastra Warung ini menyediakan sate ayam, sate sapi, selada Jln Ahmad Yani Muntok dan lontong yang buka sejak sore hari hingga malam Kantin 99 Menyediakan menu selain nasi seperti kwetiau yang Pinggir Jalan pasar beraneka ragam Muntok

Warung Jajan Cha- Warung ini terkenal dengan menu martabak kari. - Oy Selain itu warung ini menyediakan menu lain yang tak kalah nikmat seperti empek-empek, telor/lenjer, tekwan, model, pantiau, selade, mie kuah dan rujak sohun Warung Simpang Menyediakan minuman segar dan makanan ringan Persimpangan jalan Pasar. khas Muntok seperti otak-otak tenggiri, empek- pasar Muntok empek dan kue basah Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015

Di Kecamatan Muntok terdapat satu supermarket dan pasar yang terpusat di Desa Tanjung.

Tabel 4.23 Jumlah Pasar dan Supermarket Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan Muntok 2016 Kelurahan/Desa Pasar Supermarket/Minimarket Belolaut - - Airbelo - - Sungaibaru - - Sungaidaeng - - Tanjung 1 1 Airputih - - Airlimau - - Jumlah 1 1 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-77

Adapun jumlah usaha perdagangan makanan di Kecamatan Muntok pada tahun 2016 paling banyak terdapat di Desa Tanjung.

Tabel 4.24 Jumlah Usaha Perdagangan Makanan di Kecamatan Muntok 2016 Kelurahan/Desa Makanan Belolaut 28 Airbelo 27 Sungaibaru 29 Sungaidaeng 31 Tanjung 45 Airputih 38 Airlimau 20 Jumlah 218 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

C. Fasilitas Biro/Agen Perjalanan Wisata Fasilitas biro perjalanan wisata merupakan fasilitas yang menyediakan jasa perencanaan perjalanan dan/ atau jasa pelayanan penyelenggaraan pariwisata, sementara agen perjalanan merupakan fasilitas pemesanan sarana seperti tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen. KSPP Muntok dan sekitarnya sudah memiliki 2 buah biro perjalanan dan beberapa fasilitas agen perjalanan. Biro perjalanan yang ada yaitu Yasmin Buana Wisata yang menyediakan paket wisata heritage dan PT Hotma Angkasa Travelindo yang menyediakan paket wisata culinary. Sedangkan tempat agen perjalanan wisata belum terekapitulasi. Berikut adalah contoh salah satu fasilitas agen perjalanan wisata yang dapat ditemui di sekitar Kota Tua Muntok.

Gambar 4.62 Fasilitas Agen Perjalanan Wisata Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-78

Gambar 4.63 Persebaran Fasilitas Pariwisata di Kota Tua Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-79

4.2.4 Fasilitas Umum

Fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan umum. Fasilitas umum untuk menunjang pariwisata terdiri dari fasilitas keuangan dan perbankan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. A. Fasilitas Keuangan dan Perbankan Fasilitas keuangan di Kecamatan Muntok terdiri dari perbankan, pegadaian dan koperasi. Lokasi fasilitas keuangan berupa Bank dan pegadaian terkonsentrasi di satu desa yaitu Desa Tanjung.

Tabel 4.25 Jumlah Lembaga Keuangan Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan Muntok 2016 Kelurahan/Desa Bank Asuransi Pegadaian Koperasi Belolaut - - - - Airbelo - - - - Sungaibaru - - - 4 Sungaidaeng - - - 2 Tanjung 9 - 1 2 Airputih - - - 1 Airlimau - - - - Jumlah 9 0 1 9 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Data lebih detail mengenai lembaga atau fasilitas keuangan yang ada di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.26 Fasilitas Keuangan dan Perbankan di Kecamatan Muntok Jenis Fasilitas Nama Alamat Keuangan Bank Bank Sumsel Babel cabang Jl. Jend. Sudirman No.162, Tanjung, Mentok Muntok Bank Muamalat KCP Jl. Jend. Sudirman RT 03, RW 06, Tanjung, Mentok Bank Danamon Tanjung, Mentok Bank BRI Unit Mentok Kp. Tangsi, Tanjung, Mentok Bank Mandiri Muntok Tanjung, Mentok Bank BNI Jl. Ms Rahman No.212, Tanjung, Mentok Bank BCA Jl. R.E. Martadinata, Tanjung, Mentok Bank BRI Unit Menotk Kp. Tangsi, Tanjung, Mentok Bank BRI Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok ATM ATM Mandiri Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok Tanjung, Mentok ATM center Jl. Kp. Muntok, Jawa, Mentok ATM BRI Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok Pegadaian Pegadaian Muntok Jl. Jend. Sudirman No.26 Muntok, Tanjung, Mentok Sumber: Data diolah dari google maps, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-80

Gambar 4.64 Sebaran Fasilitas Keuangan di KSPP Muntok dan sekitarnya

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-81

B. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat yang dapat menunjang kesehatan atau yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 fasilitas kesehatan terdiri dari poliklinik yang buka 24 jam dan fasilitas pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan. Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Muntok sudah cukup lengkap. Fasilitas tersebut terdiri dari rumah sakit, balai pengobatan, rumah bersalin, puskesmas, praktek dokter dan poskesdes.

Tabel 4.27 Jumlah Fasilitas Sarana dan Kesehatan di Kecamatan Muntok 2016 Uraian Pemerintah Swasta Jumlah Rumah Sakit 1 1 2 Balai Pengobatan/Poliklinik - 1 1 Rumah Bersalin - 4 4 Puskesmas Induk 1 - 1 Puskesmas Pembantu 2 - 2 Puskesmas Keliling 2 - - Pos Klinik KB 9 - 9 Praktek Dokter - 8 8 Praktek Bidan - 10 10 Tukang Gigi - 4 4 Poskesdes 7 - 7 Jumlah 22 31 53 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

Data lengkap mengenai beberapa fasilitas kesehatan di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.28 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Muntok Jenis Fasilitas Kesehatan Nama Alamat Rumah Sakit Rumah Sakit Bakti Timah Sungai Baru, Mentok Puskesmas Puskesmas Muntok Jl. Basuki Rahmat, Sungai Daeng, Mentok Klinik Bersalin Klinik Bersalin Bunda Aulia Jl. Menara Air, Belo Laut, Mentok Sumber: Data diolah dari gmaps, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-82

Gambar 4.65 Sebaran Fasilitas Kesehatan di KSPP Muntok dan sekitarnya

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-83

C. Fasiltias Sanitasi dan Kebersihan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, fasilitas sanitasi dan kebersihan terdiri dari toilet umum, laundry dan tempat sampah. Di Kecamatan Muntok terdapat tiga tempat laundry yaitu Yasmin Laundry and Water, Queen Laundry dan Mari Laundry. Di Kecamatan Muntok hanya ada 1 unit Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Aktif dan 18 unit Tempat Pembuangan Sampah (TPS), didukung 144 orang personil pasukan kuning (RPJMD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016-2021). Untuk tempat sampah, beberapa bangunan sudah memiliki tempat sampah baik permanen dan non permanen yang diletakkan di depan bangunan tersebut.

Tabel 4.29 Daftar Fasilitas Sanitasi dan Kebersihan di Kecamatan Muntok Nama Alamat Yasmin Laundry and Water Jln H. Agus Salim No 09,RT.02/01 (Kampung Tanjung) Bangka Barat 33311, Muntok, Tanjung, Muntok Queen Laundry Jl. Jend. Sudirman, Sungai Baru, Mentok, Kabupaten Bangka Barat. Mari Laundry Tanjung, Mentok, Kabupaten Bangka Barat Sumber: Data diolah dari gmaps, 2018

D. Fasilitas Ibadah Fasilitas ibadah adalah fasilitas yang digunakan untuk melakukan peribadatan. Fasilitas ibadah yang ada di Kecamatan Muntok terdiri dari masjid, gereja dan klenteng.

Tabel 4.30 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Muntok Fasilitas Ibadah Nama Alamat Gereja Gereja Katolik ST Maria JL. Kartini, No. 24, Sungai Daeng, Air Belo, Mentok GSJA Sinar Kasih Sungai Daeng, Mentok Klenteng Klenteng Akuet Jl. Raya Peltim, Belo Laut, Mentok Klenteng Kong Fuk Miaw JL Jend A Yani, No. 1, RT. 003/05, Tanjung, Mentok Masjid/Mushola Masjid Al Musawwiroh Tanjung, Mentok Masjid Urwatul Usqo Jln. Menara Air peltim, Sungai Baru Masjid Baiturrahman Tanjung, Mentok Masjid Agung Baitur Ridha Muntok Jalan Alternatif Pemda Bangka Barat, Desa Belo Laut, Muntok Masjid Al Ikhlas Belo Laut, Mentok Masjid Musawwirul Goffar Kampung Menjelang Baru, Mentok, Tanjung, Mentok Masjid Baitusallam Kampung Air Samak, Mentok, Tanjung, Mento Masjid Nurul Huda Tanjung, Mentok Masjid Jami Kampung Kerangan Bawah, Mentok Masjid Al Ridho Tanjung, Mentok Masjid Al Muhajirin Tanjung, Mentok, Masjid Al Hidayah Jl. Jend. Sudirman No.112, Tanjung, Mentok, Masjid Attaubah Tanjung, Mentok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-84

Fasilitas Ibadah Nama Alamat Masjid Al Ikhsan Kampung Kerangan Atas, Mentok, Tanjung, Mentok Masjid Al Amin Jl. Jend. Sudirman No.74, Tanjung, Mentok Musolla Pemkab Bangka Barat Belo Laut, Mentok Musolla Al-Istiqomah Tanjung, Mentok Sumber: Data yang diolah dari google maps, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-85

Gambar 4.66 Sebaran Fasilitas umum di Kota Tua Muntok

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-86

4.2.5 Prasarana Umum

Prasarana umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya (PP Nomor 50 Tahun 2011 mengenai Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025). A. Listrik Kondisi prasarana energi listrik di Pulau Bangka khususnya Kabupaten Bangka Barat Kecamatan Muntok tergolong sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari data nilai Rasio Elektrifikasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 101 %. Pasokan listrik di Pulau Bangka memiliki daya 155,05 megawatt (mw), sementara beban puncaknya mencapai 124,2 mw, sehingga jumlah cadangan listrik mencapai 30,85 mw. Pelanggan listrik PLN didominasi oleh pelanggan rumah tangga. Kebutuhan akan listrik setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah pelanggan setiap tahunnya, yaitu sebanyak 33.475 pelanggan pada tahun 2012 dan menigkat menjadi 40.228 pelanggan pada tahun 2013 serta terus mengalami peningkatan hingga mencapai angka 54.248 pelanggan pada tahun 2017.

Tabel 4.31 Jumlah Pelanggan Listrik PLN di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2009-2013 Jenis Banyak Pelanggan No Pelanggan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Badan Sosial 360 408 448 642 720 803 888 999 1.174 2 Rumah 13.456 15.902 23.953 33.475 40.228 47.116 48.007 50.293 54.284 Tangga 3 Bisnis 611 677 755 885 979 1.243 1.641 2.166 2.122 4 Industri 3 3 3 4 8 20 18 25 39 5 Pemerintahan 114 143 169 190 226 279 316 354 368 6 Penerangan 17 17 17 21 21 * * * * Jalan 7 Multiguna/ 51 0 0 85 106 * * * * Layanan Khusus Jumlah/Total 14.612 17.150 25.345 35.302 42.288 49.461 50.870 53.837 57.987 *Tidak ada data Sumber: Diadaptasi dari RKPD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 dan Kabupaten Bangka Barat dalam angka tahun 2015-2018

Keandalan pasokan listrik ke wilayah Pulau Bangka akan semakin membaik dengan adanya pembangunan pembangkit dan transmisi berikut: • pembangkit dan Gardu Induk di Muntok 150 kilo Volt (kV) berkapasitas 2x30 MVA. • Pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Kelapa-Muntok dengan daya yang dipasok dari Gardu Induk Muntok.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-87

• Kabel listrik bawah laut Tanjung Api-Api – Muntok 150kv dengan kemampuan daya 120 megawatt (mw) dan ditargetkan beroperasi tahun 2020. • PLTG Batu Rakit di sekitar lokasi DTW Pantai Batu Rakit dengan daya 100 megawatt (mw). Khusus di Kecamatan Muntok kondisi jaringan distribusi listrik sudah sangat baik menjangkau wilayah dengan persentase rumahtangga pengguna listrik PLN di Kecamatan Muntok yang mencapai 97,36 persen dan hanya 2,64 persen yang menggunakan sumber listrik dari diesel dan minyak tanah (Kecamatan Muntok Dalam Angka 2017). Surplus daya listrik ini akan menunjang aktivitas pariwisata di Kabupaten Bangka Barat khususnya Muntok sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi. B. Air Bersih Penggunaan air bersih di Kabupaten Bangka Barat mengalami peningkatan dari tahun 2011- 2014. Apabila dilihat pada tahun 2013 menuju tahun 2014 pengguna air bersih mengalami peningkatan dari 83,45% menjadi 84,79%.

Tabel 4.32 Penggunaan Air Bersih di Kabupaten Bangka Barat 2013-2014 No Indikator 2011 2012 2013 2014 1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (%) 70,14 82,51 83,45 84,79 2. Rumah Tangga Pengguna Listrik (%) 55,25 78,07 83,5 84,6 3. Rumah Tangga Ber Sanitasi (%) 50,32 66,88 70,35 76,01 Sumber: RKPD Kabupaten Bangka Tahun 2016

Salah satu sumber air bersih yang ada di Kecamatan Muntok yaitu berasal dari PDAM Tirta Sejiran Setason yang terletak di Jl. Kapten Alizen No 45. C. Jaringan Prasarana Drainase Kecamatan Muntok kerap kali menghadapi permasalahan banjir yang disebabkan oleh meluapnya Sungai Ciulong. Selain karena ketidakmampuan saluran menampung debit air, banjir di Muntok juga disebabkan oleh pasang air laut di muara sungai sehingga debit sungai dan aliran permukaan tidak dapat mengalir. Lokasi genangan di Kecamatan Muntok terjadi di sekitar Sungai Ciulong yang mengalir dari Kelurahan Sungaidaeng sampai ke Kelurahan Tanjung. Pada tahun 2018 terdapat 829 rumah terkena banjir akibat meluapnya Sungai Ciulong. Beberapa wilayah yang kerapkali mengalami banjir adalah Kampung Ciulong, Kampung Ulu, Desa Air Putih, dan Pasar Muntok. D. Jaringan Telekomunikasi Di Kecamatan Muntok terdapat 17 tower jaringan seluler yang tersebar di berbagai desa. Desa Tanjung merupakan desa yang memiliki tower telepon seluler terbanyak di Kecamatan Mentok yaitu sebanyak empat buah.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-88

Tabel 4.33 Jumlah Tower Telepon Selular Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan Muntok 2016 Kekurahan/Desa Tower Telepon Selular Belolaut 3 Airbelo 2 Sungaibaru 1 Sungaidaeng 3 Tanjung 4 Airputih 3 Airlimau 1 Jumlah 17 Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017

4.2.6 Pemberdayaan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan dari pengembangan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan partisipasi dari semua elemen pemangku kepentingan termasuk masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya salah satunya dapat terlihat dari keberadaan UMKM yang bergerak di berbagai bidang. Pada umumnya, jenis UMKM yang ada bergerak di bidang kuliner dan makanan. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, terdapat 134 kerajinan tradisional yang terdiri dari 1 souvenir resam, 1 anyaman tikar mengkuang, 1 kerajinan atap nipah, 1 cual Limar Muntok, 1 peralatan rotan, 1 obat tradisional Rokok Sertung, dan 128 makanan tradisional diantaranya kue maci, getas ubi, empek- empek telok, berbagai jenis pantiaw, lakse, srikaye, lempah kuning, dan lempok. Berbagai usaha kuliner ini tersebar utamanya di Kampung Tanjung. Upaya pemerintah daerah dalam hal ini adalah untuk melakukan pengembangan usaha dengan memberikan pelatihan dan pendampingan. Berdasarkan wawancana dengan salah satu pelaku usaha yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya adalah bentuk pelatihan yang dibutuhkan tidak hanya sekedar bagaimana cara mebuat makanan ataupun pengemasan, tetapi juga terkait hal-hal pembukuan untuk menjadikan sistem usaha yang lebih terstruktur. Selain untuk kegiatan usaha kuliner, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat telah melakukan pengembangan kapasitas melalui penyelenggarakan pelatihan pemandu wisata. Pelatihan ini diselenggarakan selama dua hari mulai tanggal 11-12 April 2016. Pelatihan tersebut mengundang pelaku pariwisata yang ada di sekitar Muntok antara lain tour dan travel agent, pemilik homestay, English club, siswa sekolah dan masyarakat penggiat pariwisata Muntok. Materi yang dijelaskan pada pelatihan tersebut mencakup kode etik dan Standard Operational Procedure (SOP) pramuwisata dan teknik memandu yang diberikan pada hari pertama pelatihan. Hari kedua dilanjutkan dengan teknik memandu di lapangan dengan mengunjungi objek wisata

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-89

andalan yang ada di Muntok, seperti Museum Timah Indonesia, Pasanggrahan Muntok, Pasanggrahan Menumbing, Pantai Tanjung Kalian, Kelenteng Kung Fuk Miao, Masjid Jami’, dan Rumah Mayor Cina (Erfan, 2016). Selain melakukan pelatihan dalam pengembangan pariwisata pemerintah Kabupaten Bangka Barat melakukan audiensi dengan masyarakat dengan mengundang perwakilan masyarakat untuk membahas pengembangan destinasi wisata bersejarah di Bangka Barat salah satunya di Kecamatan Muntok (Krisyanidayati, 2018). Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat memiliki rencana untuk membangun desa wisata yang berlokasi di dua desa di Kecamatan Muntok. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dari sektor pariwisata. Desa yang akan dibangun menjadi desa wisata adalah Desa Belolaut dan Desa Telukrubiah. Desa Belolaut memiliki potensi besar dalam bidang kelautan dan hasil tangkapan nelayan seperti udang, kerang, dan ikan. Selain itu, dari potensi alam Desa Belolaut cukup prospektif. Untuk Desa Telukrubiah juga memiliki keunggulan karena berada di pusat Kota Muntok dan masih menjaga beberapa bangunan khas Melayu lama (Putranta, 2016). Selain itu, berikut adalah pelatihan yang pernah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 di Kabupaten Bangka Barat.

Tabel 4.34 Kegiatan Pelatihan di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2017-2018 Tahun Nama Pelatihan Jumlah Kab/ Kota Peserta 2017 Pelatihan Perpajakan Koperasi (DAK) 30 Kab. Bangka Tengah dan Kab. Bangka Angkatan III Barat Pelatihan Kewirausahaan Bidang 30 Kab. Bangka Tengah dan Kab. Bangka Manajemen Kemasan/ Desain Produk Barat (Packaging) (DAK) Pelatihan Business Plan (DAK) Angkatan II 40 Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Barat 2018 Pelatihan Kewirausahaan (DAK) Angkatan 30 Kab. Bangka Barat III Pelatihan Akutansi Koperasi Berbasis 30 Kab. Bangka/ Kab. Bangka Barat Komputerisasi Akuntansi (DAK) Angkatan II Pelatihan Penilaian Kesehatan Koperasi 30 Kab. Bangka/ Kab. Bangka Barat KSP/ USP (DAK) Angkatan II Pelatihan Kewirausahaan Bidang 30 Kab. Bangka Barat Manajemen berbasis Teknologi Pemasaran (DAK) Angkatan II

Pelatihan terbaru yang dilakukan di Kota Tua Muntok adalah pelatihan menenun Cual yang diadakan pada bulan Oktober 2018. Pelatihan ini diadakan di Gedung M3 yang berada di depan taman segitiga Klenteng-Masjid Jami’ oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-90

Bangka Belitung. Pelatihan ini akan berguna tidak hanya bagi masyarakat, tetapi untuk mempertahankan warisan budaya Cual yang mulai jarang penenunnya.

Gambar 4.67 Pelatihan Tenun Cual Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018

4.3 Industri Pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009, industri pariwisata diartikan sebagai kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha–usaha pariwisata yang dimaksud di atas dapat berupa hotel, rumah makan, pengelolaan daya tarik wisata dan lain– lain. Pertumbuhan industri pariwisata dapat dilihat salah satunya melalui pertumbuhan usaha- usaha pariwisata.

Pertumbuhan industri pariwisata Kecamatan Muntok dapat dinilai dari pertumbuhan fasilitas akomodasi seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini:

Pertumbuhan Jumlah Hotel di Kecamatan Muntok 10

8

6

4

2

0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Hotel

Gambar 4.68 Pertumbuhan Jumlah Hotel di Kabupaten Bangka Barat

Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-91

Pertumbuhan Jumlah Kamar dan Tempat Tidur di Kecamatan Muntok 250

200

150

100

50

0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kamar Tempat Tidur

Gambar 4.69 Pertumbuhan Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Kecamatan Muntok

Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018 Berdasarkan diagram di atas, jumlah fasilitas akomodasi selama 12 tahun terakhir terus tumbuh. Pertumbuhan rata-rata hotel di Kecamatan Muntok selama 12 tahun terakhir mencapai 15,38% per tahun. Sedangkan angka pertumbuhan rata-rata jumlah kamar dan tempat tidur masing– masing adalah 23,75% dan 19,15% per tahun.

Berdasarkan pertumbuhan fasilitas akomodasi di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha yang mendukung sektor pariwisata mengalami pertumbuhan dalam 12 tahun terakhir. Meningkatnya jumlah usaha pendukung pariwisata menunjukkan pertumbuhan industri pariwisata yang positif di Kecamatan Muntok. Walaupun mengalami pertumbuhan, angka pertumbuhan usaha sektor pariwisata terutama dalam lima tahun terakhir cenderung stagnan, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan industri pariwisata di Kecamatan Muntok perlu perhatian lebih lanjut.

Cooper (2008) menyatakan industri pariwisata umumnya diisi oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Jumlah unit usaha kecil dan menengah yang berkaitan dengan sektor pariwisata dapat menjadi indikator potensi pertumbuhan industri pariwisata suatu daerah.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat, pada tahun 2017 terdapat 410 UMKM dalam sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan keseluruhan berada pada skala usaha mikro.

Selain itu, berdasarkan data dari umkmmuntok.blogspot.com, terdapat 18 perusahaan Kecil dan Menengah yang berpotensi terlibat langsung dengan kegiatan pariwisata. 18 perusahaan tersebut seluruhnya merupakan perusahaan yang berkaitan dengan penjualan kuliner.

Tabel 4.35 Direktori UMKM Kuliner Lokal di Kecamatan Muntok No Nama dan Alamat Produk 1 Yuniar, KP Keranggan Atas RT/RW 002/011 Kelurahan Tanjung Kecamatan Kemplang Panggang Muntok, Bangka Barat 2 Yusita, Kp Menjelang Baru RT/RW 02/12 Kel Tanjung, Kecamatan Muntok, Kemplang Panggang Bangka Barat

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-92

No Nama dan Alamat Produk 3 Sulastri, Dsn III Belo Laut Kec. Muntok, Bangka Barat Empek-Empek Udang 4 Nurhayati, Kp Tegal Rejo RT/RW 03/02 Kelurahan Sungai Baru Kecamatan Kue Basah Muntok, Bangka Barat 5 Sulita, Kp Kerangga Atas RT/RW 02/11 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kue Kering Muntok, Kabupaten Bangka Belitung 6 Zuraidah, Jl Batin Tikal Gg. Temenggung RT/RW 02/01 Kelurahan Tanjung, Kemplang Goreng Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat 7 Yusni, Kp. Keranggan Tengan RT/RW 03/09 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kretek Muntok, Bangka Barat 8 Asiah, Kp Tegal Rejo RT/RW 01/02 Kelurahan Sungai Baru, Kecamatan Aneka Kue Basah Muntok, Bangka Barat 9 Endang BS., Dusun III Belo Laut RT. 001 Kec. Muntok, Bangka Barat Kempelang Ikan 10 Maryuna, Kp Jawa Baru, Kel. Sungai Baru, Kec. Muntok, Bangka Barat Emping Melinjo 11 Ika Zulaika Purnaningsih, Kp. Tegal Rejo RT/RW. 03/01, Kel. Sungai Baru, Lontong Sayur, Pecel Kec. Muntok dan Nasi Bakar Bangka Barat 12 Rolla Fitriyanti, Kp. Keranggan Atas RT/RW. 02/10 Kel. Tanjung, Kec. Muntok Rumah Makan Z Bangka Barat 13 Yustiana, Kp. Jawa Baru Gg. Durian RT/RW 03/02 Kel. Sungai Baru Kec. Kempelang Mentah Muntok Bangka Barat 14 Vina Violina Fransiska, Kp. Keranggan Tengah RT/RW 03/09 Kel. Tanjung, Kec. Aneka Kue Basah Muntok Bangka barat 15 Fardiah, Jl Tanjung Kalian Indah RT/RW. 03/09 Kel. Tanjung Kec. Muntok Kempelang Goreng Bangka Barat 16 Nusleni, Kp. Jawa Baru Gg. Sukun Kel. Sungai Baru Kec. Muntok Bangka Barat Kue Basah 17 Ena Feriyanti, Kp. Sungai Baru RT/RW. 03/01 Kel. Sungai Baru Kec. Muntok Empek-empek Bangka Barat 18 Suwarni, Kp. Jawa Baru RT 02 RW 002 Kel. Sungai Baru Kec. Muntok Bangka Aneka Kue Basah Barat Sumber: http://umkmmuntok.blogspot.com/2016/11/no.html

4.4 Pasar Pariwisata dan Upaya Pemasaran KSPP Muntok dan sekitarnya

4.4.1 Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan

Pembahasan jumlah kunjungan wisatawan ke KSPP Muntok dan sekitarnya akan merujuk kepada jumlah kunjungan ke Kabupaten Bangka Barat, karena keterbatasan data sebaran kunjungan wisatawan per kecamatan. Kabupaten Bangka Barat saat ini masih didominasi oleh wisatawan nusantara lokal. Kunjungan lebih didominasi oleh wisatawan dari Palembang maupun daerah lain di Pulau Sumatra, sebab akses Kabupaten Bangka Barat lebih mudah dicapai melalui jalur laut oleh wisatawan yang berasal dari daratan Sumatera, khususnya Palembang, Sumatera Selatan. Berdasarkan data jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang menginap di akomodasi di Kabupaten Bangka Barat tahun 2015, terjadi kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara, dikarenakan adanya event pariwisata bertajuk Homestay Fair yang digelar pada September 2015. Sedangkan untuk kunjungan wisatawan nusantara di tahun 2015 mengalami penurunan dari

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-93

tahun sebelumnya. Data tahun 2016 hingga semester II tahun 2018 hanya terdapat data secara keseluruhan jumlah wisatawan. Pada tahun 2017, jumlah kunjungan mencapai angka tertinggi 109.174, naik 124,5% dari tahun 2016. Meningkatnya jumlah kunjungan yang sangat signifikan ini menunjukkan adanya peningkatan popularitas Muntok atau Kabupaten Bangka Barat Sebagai tujuan berwisata.

Tabel 4.36 Perkembangan Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang Menginap di Hotel Tahun 2011-2017 Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah Total 2010 40 5.980 6.020 2011 12 6.881 6.893 2012 7 10.645 10.652 2013 6 11.721 11.727 2014 1 9.414 9.415 2015 195 44.029 44.222 2016 - - 48.644 2017 - - 109.174 2018* - - 76.757 * s.d semester II - Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018 Jika melihat perbandingan dengan data dari tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumlah kunjungan wisatawan Bangka Barat ini merupakan 23,4% dari jumlah wisatawan total di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai 466.876 kunjungan. Sementara itu jika melihat data dari BPS Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara dilihat dari jumlah kunjungan tamu hotel di Kabupaten Bangka Barat, pada tahun 2016 masih relatif sedikit dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Bangka Barat menempati urutan ke-enam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sedangkan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Belitung.

Tabel 4.37 Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2016

2012 2013 2014 2015 2016

Kabupaten/Kota Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus Wisman

Kabupaten Bangka 6.2247 178 62.247 178 71.738 73 128.163 396 Kabupaten Bangka Barat 1.0645 7 11.721 6 9.414 1 44.029 195 Kabupaten Bangka Selatan 15.700 1.5850 Kabupaten Bangka Tengah 5.0181 77.524 78.040 75.881 9.417 Kabupaten Belitung 11.0638 975 131.091 451 196.617 3.206 247.053 4.387 285.773 7.112 Kabupaten Belitung Timur 2.8142 1.503 40.935 820 81.032 720 165.630 23.2871 Kota Pangkalpinang 14.8684 1.564 165.830 1.024 177.857 1.014 192.206 1.052 Sumber: Olahan berbagai sumber, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-94

4.4.2 Karakteristik Wisatawan

Karakteristik wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya menggunakan (a) data hasil survei pasar wisatawan saat penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (Ripparkab) Bangka Barat pada bulan September tahun 2016, dengan jumlah responden adalah sebanyak 65, (b) data hasil survey online mengenai image dan persepsi wisatawan terhadap Kota Muntok pada bulan September-Oktober tahun 2018, dengan jumlah responden adalah sebanyak 51, serta (c) data hasil survei primer yang dilakukan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2018 dengan menyebarkan kuesioner di fasilitas penginapan di Kota Muntok sejumlah 61 responden. a. Hasil Survei Wisatawan (Ripparkab Bangka Barat, tahun 2016) Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan yang akan disajikan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu profil sosio-demografis, karakteristik dan pola perjalanan wisatawan, serta persepsi dan preferensi wisatawan terhadap produk pariwisata di Kabupaten Bangka Barat secara umum. 1. Profil Sosio-Demografis Wisatawan Sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu sebesar 54%, sedangkan responden berjenis kelamin perempuan memperoleh presentase sebesar 46%. Responden dengan presentase paling besar adalah dengan rentang usia antara 26-40 tahun yaitu sebesar 46%. Lalu disusul dengan rentang usia ≤ 17 tahun dengan presentase sebesar 23%, sementara yang berusia antara 18-25 tahun memperoleh presentase sebesar 16%, kemudian sisanya yang memiliki jumlah presentase paling sedikit adalah dengan rentang usia antara 41-58 tahun yaitu sebesar 15%. Responden terbanyak berdasarkan daerah asal adalah dari Bangka Barat, yaitu sebesar 22%. Setelah Bangka Barat, persentase terbesar kedua berasal dari Palembang, yaitu sebesar 13%. Selanjutnya responden yang berasal dari Pangkalpinang sebesar 15%, Jakarta sebesar 12%, dan Sungailiat sebesar 6%.

Bangka Barat 1% Asal Daerah Jakarta 3% Palembang 2% 2% 3% 3% Pangkal Pinang 5% Sungailiat 26% Koba 6% Batam Belitung Timur 15% 12% Riau 22% Bogor Jawa Barat Jawa Tengah

Gambar 4.70 Profil Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-95

Dari segi pendidikan, responden sebagian besar berpendidikan terakhir SMA, yaitu sebesar 43%. Responden dengan tingkat pendidikan sarjana mendapatkan presentase sebesar 37%, iikuti dengan responden yang memiliki pendidikan D3 sebesar 14%. Sisanya yang memiliki pendidikan Pascasarjana (S2) dan SMP masing-masing sebesar 3%. Status pekerjaan responden paling banyak adalah pelajar atau mahasiswa dengan persentase sebesar 35%. Selanjutnya diikuti responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta yang memperoleh presentase sebesar 29%. Responden yang berprofesi sebagai pengusaha sebesar 23%. Sisanya 9% merupakan pegawai negeri, selanjutnya masing-masing sebanyak 2% menjawab pekerjaan mereka dengan pilihan profesional dan lainnya.

Tabel 4.38 Profil Sosio-Demografis Wisatawan Kabupaten Bangka Barat PROFIL PERSEN A. JENIS KELAMIN Laki-laki 54,0% Perempuan 46,0% Jumlah 100,0% B. UMUR 26-40 tahun 46,0% < 18 tahun 23,0% 18-25 tahun 16,0% 41-58 tahun 15,0% Jumlah 100,0% C. TINGKAT PENDIDIKAN SMA 43,0% S1 37,0% D3 14,0% SMP 9,0% S2 3,0% Jumlah 100,0% D. PEKERJAAN Pelajar 35,0% Karyawan Swasta 29,0% Wiraswasta 23,0% PNS 9,0% Professional 2,0% Lainnya 2,0% Jumlah 100,0% E. PENDAPATAN PER BULAN Rp 2.000.000 - Rp 4.000.000 37,0% < Rp 2.000.000 34,0% Rp 6.000.001 - Rp 8.000.000 14,0% Rp 4.000.001 - Rp 6.000.000 11,0% > Rp 8.000.000 4,0% Jumlah 100,0% JUMLAH POPULASI (N) 65 Sumber: RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Sebagian besar responden memiliki pendapatan perbulan sebesar Rp. 2.000.001 hingga Rp. 4.000.000. Lalu disusul dengan responden yang pendapatan perbulannya ≤ Rp. 2.000.000 yaitu sebesar 34%. Selanjutnya, sebesar 14% responden menjawab bahwa pendapatan perbulan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-96

adalah Rp. 6.000.001 – Rp. 8.000.000, sisanya sebesar 11% menjawab memiliki pendapatan sebesar Rp. 4.000.001 – Rp. 6.000.000 dan 4% sebesar ≥ Rp. 8.000.001. 2. Karakteristik Perjalanan Wisatawan Selain profil wisatawan nusantara (wisnus), hasil survei juga menggambarkan karakteristik perjalanan wisnus. Responden mayoritas sudah pernah datang ke Bangka Barat dengan presentase 85%, dan memiliki motivasi melakukan perjalanan ke Bangka Barat untuk berlibur (50%) Hal ini menunjukkan Bangka Barat telah menjadi tujuan untuk berwisata dan telah memiliki “repeater” wisatawan. Dalam kunjungannya, responden rata-rata menghabiskan 2-3 hari (44%) dan >3 hari (31%) selama di Kabupaten Bangka Barat, dengan menggunakan fasilitas penginapan berupa hotel sebesar 46%, dan yang menginap di rumah keluarga atau teman yaitu sekitar 42%, Fasilitas makan dan minum yang paling banyak digunakan oleh responden selama berkunjung di Bangka Barat adalah rumah makan yaitu sebesar 51%. Sementara dengan perolehan persentase sebesar 29% selama berkunjung di Bangka Barat melakukan aktivitas makan dan minum di rumah keluarga atau temannya. Sisanya sebesar 17% menjawab warung makan dan 3% menjawab lainnya. Mayoritas responden yang berkunjung ke Bangka Barat yaitu sebesar 34% mengeluarkan dana sekitar Rp. 1.000.000 hingga Rp 3.000.000 selama berkunjung ke Bangka Barat. Selanjutnya dengan perolehan sebesar 31% responden mengeluarkan dana sekitar Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000 dan 15% sebesar > Rp. 3.000.000.

Tabel 4.39 Karakteristik Perjalanan Wisatawan Kabupaten Bangka Barat KARAKTERISTIK PERSEN A. PERNAH BERKUNJUNG KE BANGKA BARAT Ya 85,0% Tidak 15,0% Jumlah 100,0% B. TUJUAN/MOTIVASI Liburan/rekreasi 50,0% Mengunjungi Keluarga/Teman 28,0% Berbisnis 17,0% Lainnya 5,0% Jumlah 100,0% C. LAMA KUNJUNGAN 2-3 hari 44,0% >3 hari 31,0% 1 hari 25,0% Jumlah 100,0% D. FASILITAS PENGINAPAN Hotel 46,0% Rumah Keluarga/Teman 42,0% Tidak menginap 12,0% Jumlah 100,0% E. FASILITAS MAKAN/MINUM Rumah Makan 51,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-97

KARAKTERISTIK PERSEN Rumah Keluarga/Teman 29,0% Warung Makan 17,0% Lainnya 3,0% Jumlah 100,0% F. PENGELUARAN BERWISATA Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 34,0% Rp 500.000 – Rp 1.000.000 31,0% > Rp 3.000.000 15,0% Rp 100.000 - Rp 300.000 11,0% Rp 300.000 - Rp 500.000 9,0% Jumlah 100,0% JUMLAH POPULASI (N) 65 Sumber: RIPPARKAB Bangka Barat, 2016 3. Persepsi dan Preferensi Wisatawan Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, persentase terbesar, yaitu 26% wisatawan mengunjungi Gunung Menumbing. Selanjutnya sebesar 23% berkunjung ke Pantai Tanjung Kalian, diikuti sebesar 13% wisatawan berkunjung ke Museum Timah dan 10% ke Wisma Ranggam. Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa wisatawan sebagian besar berkunjung ke daya tarik wisata sejarah yang berada di KSPP Muntok dan sekitarnya.

Gambar 4.71 Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi di Bangka Barat Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Gunung Menumbing merupakan tempat yang paling disukai oleh wisatawan, yaitu sebanyak 38%. Wisatawan menyukai Gunung Menumbing karena cerita sejarah yang ada di daya tarik wisata ini,

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-98

selain itu melalui Gunung Menumbing, wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam dari atas bangunan Pesanggrahan Menumbing. Selanjutnya, sebanyak 26% wisatawan menjawab bahwa Pantai Tanjung Kalian merupakan daya tarik wisata yang mereka sukai. Pantai Tanjung Kalian disukai oleh wisatawan karena adanya wisata kuliner berupa otak-otak yang dapat mereka nikmati. Selain itu, di Pantai Tanjung Kalian terdapat menara suar yang dapat dipergunakan untuk melihat suasana sekitar Pantai Tanjung Kalian. Selanjutnya, sebanyak 15% wisatawan menjawab Pantai Siangau sebagai daya tarik wisata yang mereka sukai, hal ini dikarenakan karakteristik pantainya yang memiliki hamparan pasir putih dan bebatuan granit yang besar, sehingga dapat digunakan untuk bersantai maupun melakukan aktivitas fotografi.

Gambar 4.72 Daya Tarik Wisata yang disukai di Bangka Barat Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016

Sejarah dan budaya yang berada di Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu daya tarik utama kabupaten ini. Hal ini dibuktikan dengan jawaban sebanyak 41% responden yang mengatakan bahwa sejarah dan budaya di Kabupaten Bangka Barat merupakan hal yang mereka sukai. Selain itu, sebanyak 26% menjawab bahwa kuliner yang ada di Kabupaten Bangka Barat merupakan hal yang mereka sukai. Selanjutnya sebanyak 24% menjawab pantai dan sisanya sebanyak 9% menjawab hal yang mereka sukai adalah keramahtamahan masyarakatnya. Hasil ini menunjukkan tema utama (pariwisata warisan budaya) dan tema pendukung (wisata kuliner) KSPP Muntok dan sekitarnya telah sesuai dengan apa yang menjadi pengalaman mengesankan bagi wisatawan selama berkunjung ke Bangka Barat.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-99

Gambar 4.73 Hal yang disukai di Bangka Barat Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016 b. Hasil Survei Wisatawan Online Tahun 2018 Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan hasil Survey Online yang akan disajikan dalam 2 (dua) bagian, yaitu profil sosio-demografis serta persepsi terhadap Kota Muntok. 1. Profil Sosio Demografis Responden dengan presentase paling besar adalah dengan rentang usia antara 26-35 tahun yaitu sebesar 49,0%. Lalu disusul dengan rentang usia 18-25 tahun memperoleh presentase sebesar 33,3%, kemudian sisanya yang memiliki jumlah presentase paling sedikit adalah dengan rentang usia antara 36-55 tahun yaitu sebesar 17,6%. Responden terbanyak berdasarkan daerah asal adalah dari Bandung, yaitu sebesar 39,2%., persentase terbesar kedua berasal dari Jakarta, yaitu sebesar 11,8%. Selanjutnya responden yang berasal dari Semarang dan Pangkalpinang sebesar 7,8%. Selain dari dalam negeri, terdapat juga satu responden dari mancanegara yang berasal dari Amerika.

Tabel 4.40 Profil Sosio Demografis Responden Kuesioner Online PROFIL PERSEN A. UMUR 26-35 tahun 49,0% 18-25 tahun 33,3% 36-55 tahun 17,6% Jumlah 100,0% B. DAERAH ASAL Bandung 39,2% Jakarta 11,8% Semarang 7,8% Pangkal Pinang 7,8% Bekasi 3,9% Sungailiat 3,9% Cimahi 2,0% Ciamis 2,0% Sumedang 2,0% Depok 2,0% Tanggerang 2,0% Kuningan 2,0% Surabaya 2,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-100

PROFIL PERSEN Paser 2,0% Medan 2,0% Pekanbaru 2,0% Balikpapan 2,0% Muntok 2,0% Palm Springs 2,0% Jumlah 100,0% JUMLAH POPULASI (N) 51 Sumber: Survey Online, 2018

2. Persepsi Tentang Kota Muntok Hasil survey menunjukkan 62,0% responden belum pernah mengunjungi Kota Muntok, namun 63,5% sudah pernah mendengar Kota Muntok dari teman (33,3%), kerabat (18,8%), serta internet dan media sosial (18,8%). Kota sejarah menjadi yang paling tinggi (48,6%) ketika ditanya terhadap responden yang pernah mendengar tentang Kota Muntok. Hal ini menunjukkan citra Kota Muntok yang paling diingat adalah sebagai kota sejarah. Hal ini juga sejalan dengan penilaian responden yang pernah mengunjungi Kota Muntok dengan menjawab kota bersejarah (22,7%) sebagai kesan yang didapat ketika mengunjungi Kota Muntok. Mayoritas responden (90,4%) tertarik untuk mengunjungi Kota Muntok, namun ketersediaan waktu dan kurangnya informasi (32,0%) menjadi hambatan utama alasan responden belum mengunjungi Kota Muntok. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan penyebaran informasi mengenai pariwisata Kota Muntok.

Tabel 4.41 Persepsi Responden Kuesioner Online terhadap Kota Muntok PERSEPSI PERSEN A. PERNAH MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK Belum pernah 62,0% Pernah 38,0% Jumlah 100,0% B. PERNAH MENDENGAR KOTA MUNTOK Pernah 63,5% Belum pernah 36,5% Jumlah 100,0% C. DARI MANA MENDENGAR KOTA MUNTOK Teman 33,3% Kerabat dan keluarga 18,8% Internet dan media sosial 18,8% Penduduk asli atau tempat kelahiran 8,3% Tempat kerja 6,3% Buku sejarah 4,2% Media elektronik 4,2% Pernah berkunjung 4,2% Peta 2,1% Media cetak 0,0% Jumlah 100,0% D. PENDAPAT TENTANG KOTA MUNTOK Kota sejarah 48,6% Kota yang menarik dan unik 11,4% Kurang tertata/ belum dikembangkan 11,4% Kota tua 8,6% Kota tambang timah 5,7%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-101

PERSEPSI PERSEN Kota Kecil 5,7% Kota diujung pulau Bangka 2,9% Kota yang tenang dan bersih 2,9% Branding 2,9% Jumlah 100,0% E. KESAN TERHADAP KOTA MUNTOK Kota besejarah 22,7% Luar biasa 18,2% Belum tertata 18,2% Harmonis dan ramah 13,6% Tenang dan bersih 9,1% Kota tua 9,1% nyaman 4,5% Menyenangkan 4,5% Jumlah 100,0% F. TERTARIK MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK Ya 90,4% Tidak 9,6% Jumlah 100,0% G. HAMBATAN MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK Waktu 32,0% Kurang informasi 32,0% Jarak 14,0% Biaya 10,0% Kemudahan akses 8,0% Transportasi 2,0% Akomodasi 2,0% Jumlah 100,0% JUMLAH POPULASI (N) 51 Sumber: Survey Online, 2018

c. Hasil Survei Primer Wisatawan Tahun 2018 Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan yang akan disajikan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu profil sosio-demografis, karakteristik dan pola perjalanan wisatawan, serta persepsi dan preferensi wisatawan terhadap produk pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya. 1. Profil Sosio-Demografis Wisatawan Profil wisatawan menggambarkan karakteristik responden yang berhasil dijaring dalam survei yang dilakukan. Berdasarkan hasil survei tersebut, responden wisatawan yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya sebagian besar merupakan wisatawan yang berada pada kelompok umur 26-35 tahun (37,0%) dan 18-25 tahun (33,3%), yaitu kelompok produktif yang telah memasuki kematangan sosial dan ekonomi serta kelompok umur remaja. Responden wisatawatan KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan wisatawan dengan tingkat pendidikan menengah atas dan tinggi. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh segmen wisatawan ini selain untuk bersenang-senang, juga mencari pengembangan pengetahuan, wawasan, pembelajaran, dan pengalaman bagi dirinya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-102

Selain yang masih berstatus pelajar, status pekerjaan pun menunjukkan bahwa sebagian besar responden wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan mereka yang telah telah memiliki status pekerjaan tetap. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pegawai swasta (44,0%), pelajar (18,5%) dan pengusaha (14,8%). Kemampuan ekonomi responden wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya ditunjukkan dari pendapatan rumah tangga per bulan. Sebagian besar dari mereka masih berpendapatan rendah < Rp 2.000.000 (32,7%), Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 (30,9%) dan Rp 4.000.000 – Rp 6.000.000 (21,8%). Berdasarkan daerah tempat tinggalnya, sebagian besar responden wisnus masih berasal dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bangka, Pangkalpinang, Sungai Liat, Tanjungpandan, dan Bangka Barat). Daerah lainnya yang juga berpotensi untuk menjadi daerah sumber pasar wisnus KSPP Muntok dan sekitarnya adalah Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sumatera Utara, serta Provinsi Banten.

Tabel 4.39 Profil Sosio-Demografis Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya PERSEPSI PERSEN A. JENIS KELAMIN Laki-laki 67,9% Perempuan 32,1% Jumlah 100,0% B. UMUR 26-35 tahun 37,0% 18-25 tahun 33,3% 36-55 tahun 26,0% < 18 tahun 3,7% Jumlah 100,0% C. ASAL KABUPATEN Bangka 12,0% Palembang 12,0% Malang 8,0% Sidoarjo 8,0% Yogyakarta 8,0% Pangkalpinang 8,0% Banyuasin 8,0% Jombang 4,0% Surabaya 4,0% Magelang 4,0% Tanggerang 4,0% Cimahi 4,0% Sungai Liat 4,0% Tanjung Pandan 4,0% Bangka Barat 4,0% Karo 4,0% Jumlah 100% D. ASAL PROVINSI Bangka Belitung 32,0% Jawa Timur 24,0% Sumatera Selatan 20,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-103

PERSEPSI PERSEN Daerah Istimewa Yogyakarta 8,0% Jawa Barat 4,0% Jawa Tengah 4,0% Sumatera Utara 4,0% Banten 4,0% Jumlah 100,0% E. TINGKAT PENDIDIKAN Sekolah Menengah Atas 44,6% Sarjana (S1) 28,6% D3 17,9% Pascasarjana (S2) 5,4% Sekolah Menengah Pertama 1,8% Doktoral (S3) 1,8% Jumlah 100% F. PEKERJAAN Pegawai Swasta 44,0% Pelajar 18,5% Pengusaha 14,8% Lainnya 9,3% Pegawai Negeri 7,4% Profesional 5,6% Jumlah 100% G. PENDAPATAN PERBULAN Rp. 8.000.001 10,9% Rp. 6.000.001- Rp. 8.000.000 3,6% Jumlah 100,0% JUMLAH POPULASI (N) 61 Sumber: Survey Primer, 2018

Dengan kondisi sosial dan ekonomi yang telah dicapai responden wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya, maka diperlukan upaya untuk membidik wisatawan dengan kondisi sosial dan ekonomi yang lebih matang, sehingga nantinya akan menjadikan mereka sebagai wisatawan reguler Kabupaten Bangka Barat khususnya KSPP Muntok dan sekitarnya. Segmen wisatawan dengan kematangan sosial dan ekonomi memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dalam berwisata. 2. Karakteristik Perjalanan Wisatawan Selain profil wisatawan nusantara (wisnus), hasil survei juga menggambarkan karakteristik perjalanan wisnus. Kunjungan wisatawan ke KSPP Muntok dan sekitarnya hampir 60,7% responden wisatawan merupakan wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Kabupaten Bangka Barat khususnya KSPP Muntok dan sekitarnya. Sebanyak 42,9% wisatawan nusantara (wisnus) sudah pernah berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya sebanyak 3-4 kali dengan rata rata tujuan berkunjung untuk liburan (26,7%), perjalanan bisnis (25,0%) dan mengunjungi keluarga atau teman (20,0%). Responden wisnus di KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan wisatawan dengan lama tinggal yang cukup, yaitu dua-tiga hari sebanyak 58,6% dan rata-rata responden wisnus memilih untuk

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-104

menginap di hotel melati/penginapan sebanyak 40,7% serta responden yang memutuskan untuk kembali langsung dari KSPP Muntok dan sekitarnya sebanyak 22,0%. Dalam kunjungan di KSPP Muntok dan sekitarnya, responden lebih banyak memilih untuk menggunakan sepeda motor, mobil pribadi, maupun menyewa mobil atau bus untuk berkeliling KSPP Muntok dan sekitarnya. Para responden rata-rata berpergian dan mengatur perjalanannya sendiri atau bersama teman atau keluarganya untuk berwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya. Responden wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya sebagian besar mendapatkan informasi tentang pariwisata daerah ini dari keluarga atau teman dan internet atau sosial media. Masih sedikit juga yang mendapat informasi dari agen perjalanan maupun media elektronik. Berdasarkan hasil ini, penyediaan informasi dan pelayanan agen perjalanan maupun media elektronik harus terus ditingkatkan agar dapat menjangkau pasar wisnus yang lebih luas lagi.

Tabel 4.40 Karakteristik Perjalanan Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya KARAKTERISTIK PERSEN TASE A. FREKUENSI PERJALANAN Pernah Mengunjungi 60,7% Pertama kali 39,3% Jumlah 100,0% B. TUJUAN PERJALANAN Liburan 26,7% Perjalanan Bisnis 25,0% Mengunjungi keluarga/teman 20,0% Penelitian 13,3% Mengunjungi situs sejarah 10,0% Memperdalam seni 1,7% Acara Gathering 1,7% Lainnya 1,7% Jumlah 100,0% C. FREKUENSI KUNJUNGAN 3-4 kali 42,9% 1-2 kali 28,6% > 6 kali 28,6% Jumlah 100,0% D. LAMA KUNJUNGAN 2-3 hari 58,6% <24 jam 27,6% >6 hari 6,9% 3-4 hari 3,4% 5-6 hari 3,4% Jumlah 100,0% E. TEMPAT MENGINAP Hotel melati/penginapan 61,5% Hotel berbintang 23,1% Rumah keluarga/teman 15,4% Jumlah 100,0% F. FASILITAS MAKAN MINUM YANG DIGUNAKAN Rumah makan 36,1% Warung makan 27,9% Lainnya 19,7% Restoran 13,1%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-105

KARAKTERISTIK PERSENTASE Rumah keluarga/teman 3,3% Jumlah 100,0% G. MODA TRANSPORTASI MENUJU KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA Kendaraan roda empat 37,7% Kendaraan roda dua 26,2% Kapal laut 23,0% Lainnya 13,1% Jumlah 100,0% H. MODA TRANSPORTASI SELAMA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA Sepeda motor 50,0% Mobil pribadi 22,2% Sewa mobil/bus 20,4% Transportasi umum 3,7% Mobil dinas 3,7% Jumlah 100,0% I. TEMAN PERJALANAN Sendiri 30,0% Teman (1-3 orang) 23,3% Keluarga/saudara (1-3 orang) 18,3% Rekan kerja (1-3 orang) 16,7% Teman (4-6 orang) 3,3% Rekan kerja (4-6 orang) 3,3% Lainnya 1,7% Keluarga/saudara (4-6 orang) 1,7% Keluarga/saudara(>6 orang) 1,7% Jumlah 100,0% J. PENGATUR PERJALANAN Sendiri 55,1% Teman/keluarga 28,6% Sekolah/kantor 12,2% Agen/biro perjalanan 4,1% Jumlah 100,0% K. SUMBER INFORMASI Keluarga/teman 37,7% Internet/sosial media 27,9% Agen/biro perjalanan 4,9% Lingkungan kerja 4,9% Media cetak 3,3% Media elektronik 3,3% Jumlah 100,0% Sumber: Survey Primer, 2018 3. Persepsi dan Preferensi Wisatawan Hal yang pertama terlintas saat mendengar KSPP Muntok dan sekitarnya adalah kota sejarah dan kota tua, hal ini menunjukkan potensi kekuatan wisata sejarah KSPP Muntok dan sekitarnya telah sangat dikenal dan menjadi citra dari KSPP Muntok dan sekitarnya. Pengeluaran berwisata responden wisnus selama berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya bisa dibilang masih sangat rendah, sebagian besar di kisaran Rp 100.000 – Rp 300.000, meskipun ada sebagian kecil responden yang mengeluarkan biaya untuk berwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya lebih dari Rp 3.000.000.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-106

Pesanggrahan Menumbing dan pantai-pantai di sekitar Muntok menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi wisnus selama berada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Meskipun demikian, wisata sejarah menjadi kenangan yang paling berkesan. Kurangnya kebersihan lingkungan menjadi hal yang tidak disukai wisatawan ketika berada di KSPP Muntok dan sekitarnya, selain itu keterbatasan fasilitas transortasi umum juga menjadi perhatian oleh wisatawan yang merasa hal tersebut perlu ditingkatkan. Masih banyaknya situs sejarah yang belum dikunjungi menjadi alasan terbesar wisatawan berminat kembali mengunjungi KSPP Muntok dan sekitarnya, hal ini menunjukkan pentingnya peningkatan kualitas produk dan promosi terkait wisata sejarah di KSPP Muntok dan sekitarnya agar semakin mendorong wisatawan untuk berkunjung. Tabel 4.41 Persepsi dan Preferensi Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya

PERSEPSI DAN PREFERENSI PERSENTASE A. HAL YANG TERLINTAS SAAT MENDENGAR KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA Kota sejarah dan kota tua 30,8% Banyak daya tarik wisata 23,1% Kota pengasingan Bug Karno 19,2% Kota bekas tambang timah 11,5% Belum pernah mendengar 7,7% Ibukota Kabupaten Bangka Barat 3,8% Makanan dan budayanya 3,8% Jumlah 100,0% B. PENGELUARAN SELAMA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA Rp 100.000 - Rp 300.000 33,3% Rp 300.001- Rp 500.000 31,7% Rp 500.001 - Rp 1.000.000 20,0% Rp 1.000.001 - Rp 3.000.000 13,3% >Rp 3.000.000 1,7% Jumlah 100,0% C. KESAN SETELAH BERKUNJUNG KE KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA Masyarakatnya ramah dan menyenangkan 42,3% Suasana yang tenang dan sepi 15,4% Wisata sejarahnya 15,4% Tertib dan bersih 7,7% Pemandangan yang bagus 7,7% Mendapat pengetahuan baru 7,7% Kulinernya 3,8% Jumlah 100,0% D. TEMPA YANG DIKUNJUNGI Pantai-Pantai di sekitar 71,0% Pesanggrahan Menumbing 67,7% Museum Timah 32,3% Tanjung Kelian 19,4% Wisma Ranggam 19,4% Masjid dan Klenteng 12,9% E. TEMPAT YANG PALING DISUKAI Pesanggrahan Menumbing 51,6% Pantai-pantai disekitar Muntok 35,5% Museum Timah 9,7% Klenteng Kong Fuk Miau 3,2% Jumlah 100,0%

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-107

PERSEPSI DAN PREFERENSI PERSENTASE F. PENGALAMAN YANG PALING BERKESAN Wisata Sejarahnya 40,0% Kegiatan seperti organisasi, penelitian, dan gathering 20,0% Kulinernya 13.3% Kerukunan dan keramahan masyarakat 13,3% Ketenangan 6,7% Bencana Banjir 6,7% Jumlah 100,0% G. YANG TIDAK DISUKAI SELAMA BERWISATA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA Kurangnya Kebersihan lingkungan 34,8% Fasilitas dan sarana 17,4% Penataan dan pengelolaan 13,0% Lainnya 13,0% Belum banyak pilihan kuliner 8,7% Aksesibilitas 4,3% Cuaca 4,3% Bencana banjir 4,3% Jumlah 100,0% H. PELAYANAN DAN FASILITAS YANG HARUS DITINGKATKAN Transportasi umum 26,3% Wisata alam, budaya dan sejarahnya 21,1% Sarana dan prasarana 15,8% Kebersihan 15,8% Akomodasi 10,5% Hiburan seni 5,3% Fasilitas wisata seperti petunjuk dan peta 5,3% Jumlah 100,0% I. TERTARIK KEMBALI BERKUNJUNG KE MUNTOK Ya, karena banyak situs sejarah yang belum dikunjungi 45,0% Ya, karena susananya tenang dan alami 15,0% Ya, karena keluarga dan teman 15,0% Ya, karena pekerjaan 10,0% Ya, karena ingin melihat perkembangannya 10,0% Ya, karena masyarakatnya ramah 5,0% Jumlah 100,0% Sumber: Survey Primer, 2018

Berdasarkan gambaran profil dan karakteristik perjalanan wisnus KSPP Muntok dan sekitarnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya didominasi oleh wisatawan dari dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan kelompok umur 26-35 tahun serta 18-25 tahun, dengan tingkat pendidikan menengah atas dan tinggi yang telah memiliki status pekerjaan tetap; 2. Wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan kelompok wisatawan yang potensial dan mudah dipengaruhi untuk melakukan perjalanan wisata, yaitu kelompok usia produktif yang sedang menuju kematangan status sosial dan ekonomi (usia remaja dan dewasa, pendidikan menengah atas-tinggi, golongan ekonomi menengah, status pekerjaan tetap). Berwisata sudah menjadi kebutuhan utama segmen wisnus ini dan dorongan dari teman maupun orang-orang sekitar akan turut mempengaruhi keputusanya dalam berwisata.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-108

3. Wisnus di KSPP Muntok dan sekitarnya belum merupakan wisnus berkualitas, meskipun dengan lama tinggal cukup lama (2-3 hari) namun memiliki rata-rata pengeluaran berwisata yang masih sangat rendah Rp 100.000 - Rp 300.000 serta Rp 300.001 - Rp 500.000; 4. Produk pariwisata sejarah yang berkualitas dan berbasis pengetahuan harus dikembangkan untuk dapat menyasar wisatawan yang lebih berkualitas, yaitu menyasar wisatawan yang memiliki status ekonomi dan kesadaran terhadap lingkungan yang tinggi dan memiliki kebutuhan yang lebih berkualitas dalam berwisata. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh segmen wisatawan ini tidak hanya untuk sekedar bersenang-senang, tetapi juga ditujukan bagi pengembangan pengetahuan, wawasan, pembelajaran, dan pengalaman bagi dirinya.

4.4.3 Upaya Promosi yang Telah Dilakukan

Upaya promosi pariwisata Kabupaten Bangka Barat yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagian besar merupakan penyelenggaraan even. Beberapa even yang diselenggarakan pada tahun 2018 diantaranya Festival Jiran Nusantara pada 6-8 September, Pagelaran Seni Lintas Budaya pada bulan Oktober, serta pelestarian nilai sejarah pada 1-6 Mei. Hingga tahun 2018 ini belum ada upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai karakteristik dan preferensi wisatawan terhadap produk pariwisata Kabupaten Bangka Barat, khususnya terkait Kota Tua Muntok. Hal ini sangat penting agar upaya pemasaran yang dilakukan dapat tepat sasaran dan efektif, sesuai dengan karakteristik dan preferensi wisatawan. Berikut ini adalah data even/kegiatan wisata yang terselengara di Kecamatan Muntok pada tahun 2018.

Tabel 4.42 Data Even Pariwisata di Kecamtan Muntok Tahun 2018 NO KEGIATAN PELAKSANAAN LOKASI 1 Pemilihan Bujang Dayang 10 - 14 Juli 2018 Kecamatan Muntok 2 Festival Jiran Nusantara 6 - 8 September 2018 Kecamatan Muntok 3 Lomba Lintas Alam 11 November 2018 Kecamatan Muntok 4 Lomba Gasing Desember 2018 Kecamatan Muntok 5 Festival Bumi Sejiran Setason Juli 2018 Kecamatan Muntok 6 Pagelaran Seni Lintas Budaya Oktober 2018 Kecamatan Muntok Dusun Tanjung Punai, Desa Belo Laut, 7 Pesta Adat Tanjung Punai 22 April 2018 Kecamatan Muntok Dusun Daya Baru, Pal 4, Desa Belo 8 Pawai Obor Pal 4 12 Mei 2018 Laut, Kecamatan Muntok Dusun Daya Baru, Pal 4, Desa Belo 9 Pesta Adat Dusun Daya Baru 23 Agustus 2018 Laut, Kecamatan Muntok Do'a dan Ziarah Arwah Kute 10 24 Agustus 2018 Kecamatan Muntok Seribu 11 Sembahyang Rebut Muntok Agustus 2018 Kecamatan Muntok 12 Sembahyang Bulan Muntok September 2018 Kecamatan Muntok 13 Pelestarian Nilai Sejarah 1-6 Mei 2018 Kecamatan Muntok Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-109

4.5 Kelembagaan Kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional menjelaskan bahwa kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan. Pada bagian ini, akan dibahas hal-hal terkait kelembagaan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya yang terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah kabupaten/kecamatan, Organisasi pariwisata di lingkungan masyarakat/komunitas dan lain-lain, dan SDM di bidang pariwisata.

4.5.1 Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kecamatan

Organisasi perangkat daerah merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang berperan membangun kerangka pembangunan kepariwisataan, baik dalam bentuk kebijakan dan regulasi maupun dalam bentuk pembangunan prasarana dan sarana umum. Dalam pembangunan KSPP Muntok dan sekitarnya, yang berperan tidak hanya OPD di tingkat kecamatan, tetapi juga secara lebih luas OPD di tingkat kabupaten maupun provinsi.

Organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bangka Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Barat, Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka Barat, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka Barat. Kelembagaan Perangkat Daerah Kabupaten Bangka Barat terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut.

Tabel 4.43 Perangkat Daerah di Kabupaten Bangka Barat No Bagian OPD 1 Badan • Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah • Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah • Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah • Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah • Badan Penanggulangan Bencana Daerah • Inspektorat Daerah 2 Setda • Bagian Hukum • Bagian Komunikasi Humas dan Protokol • Bagian Organisasi dan Kelembagaan • Bagian Pelayanan Data Elektronik 3 Dinas • Dinas Kelautan dan Perikanan • Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil • Dinas Kesehatan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-110

No Bagian OPD • Dinas Komunikasi dan Informatika • Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perindustrian • Dinas Lingkungan Hidup • Dinas Pariwisata dan Kebudayaan • Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang • Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Tenaga Kerja dan Transmigrasi • Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga • Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan • Dinas Pertanian dan Pangan • Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Perhubungan • Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, dan Desa • Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral • Satuan Polisi Pamong Praja 4 Kecamatan • Jebus • Kelapa • Muntok • Parit Tiga • Simpang Teritip • Tempilang 5 Sekretariat • Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Sumber: Website Resmi Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selain di tingkat kabupaten, OPD di tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki peranan penting dalam pembangunan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya, antara lain sebagai berikut. 1. Badan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; 3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; 4. Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; dan 5. Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4.5.2 Organisasi Pariwisata di Lingkungan Masyarakat/Komunitas

Organisasi pariwisata memiliki peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan tidak hanya sebagai mitra pemerintah tetapi juga sebagai pendamping bagi masyarakat. Organisasi ini dapat berbentuk asosiasi-asosiasi maupun komunitas-komunitas yang bergerak di bidang pariwisata. Diantara komunitas yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut. a. Muntok Heritage Community

Muntok Heritage Community adalah suatu komunitas yang peduli terhadap Kota Tua Muntok, kota bersejarah yang memiliki banyak cagar budaya, enam di antaranya telah ditetapkan

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-111

sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu Pesanggerahan Menumbing, Pesanggerahan Muntok, Kantor Pusat Eks PN Timah, Masjid Jamik Muntok, Kelenteng Kung Fuk Miao, dan Rumah Mayor China. Komunitas ini terbentuk pada tanggal 7 September 2011, tepat pada HUT Kota Muntok yang ke-277. MHC dibentuk oleh beberapa orang yang berdomisili di Muntok, antara lain Chairul Amri Rani, Muhammad Rizki, Syarifudin Isa, Rusli Rasyidie, Arman Abu Hurairah, Fakhrizal Abubakar, Hamdan Rastam, Amnar Hafizh. Muntok Heritage Community memiliki tujuan pelestarian Kota Tua Muntok. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh komunitas ini adalah sebagai berikut. • Tahun 2011 menyelenggarakan pameran foto yang memuat zaman prakolonial, kolonial, Perang Dunia II dan Kemerdekaan. • Tahun 2012 menyelenggarakan perlombaan permainan tradisional. • Tahun 2013 menyelenggarakan tidak kurang dari 15 kegiatan dalam upaya mendorong Kota Muntok sebagai Kota Pusaka. Kegiatan tersebut diantara lain:

o melakukan konsultasi ke Balai Arkeologi Palembang; o menyelenggarakan seminar menuju Muntok sebagai Kota Pusaka; o melaksanakan lomba permainan tradisional dan lomba lagu Melayu;

o membentuk subunit heritage kampung Petenun (Telukrubiah); o menyelenggarakan workshop dalam rangka mengungkit apresiasi pelajar terhadap sejarah dan cagar budaya; o menyusun perencanaan guna revitalisasi/rehabilitasi/rekonstruksi kota tua Muntok; o membentuk Tim Fasilitasi Pengelolaan Kota Pusaka; Melakukan konsultasi ke Balai Penelitian Nilai Budaya di Tanjungpinang; o melakukan konsultasi ke Balai Pelestarian Cagar Budaya di Jambi; o melakukan penelusuran jejak keberadaan makam Nek Senguk (ibunda SMB I), Ratu Iliring dan Rubia;

o Penyusunan buku The Hybrid Architecture of Colonial Tin Mining Town of Muntok yang merupakan kerja sama antara Muntok Heritage Community (MHC) dengan PT Timah (Persero), Tbk dan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia;

o melakukan sosialisasi dan edukasi di media massa melalui talkshow di radio dan koran lokal; o melaksanakan jalan santai napak tilas ke klaster kampung Melayu; o Pameran Seribu Kue; dan o Pameran Foto.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-112

b. Asosiasi Homestay Muntok Asosiasi Homestay Muntok adalah komunitas bisnis rumah inap (penginapan) dan perjalanan wisata yang berbasis pada masyarakat atau usaha kecil dan menengah (UKM). Kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh asosiasi ini antara lain seperti membuat paket wisata sejarah, jelajah alam, dan legenda; melakukan sosialisasi tentang pengelolaan dan pelayanan tamu homestay (pada tahun 2015); serta melaksanakan acara homestay fair. Saat ini asosiasi homestay ini sedang tidak aktif. c. Komunitas Ojek Komunitas ojek merupakan salah satu komunitas yang berpengaruh untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya. Terdapat 3 (tiga) komunitas ojek yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya yaitu Komunitas Ojek Polres, Komunitas Ojek Koramil, dan Komunitas Honda. Komunitas Ojek ini cukup sering mengantar wisatawan yang ingin berkeliling Kota Muntok. Untuk tariff, biasanya pengendara ojek belum punya standar harga dan dapat bernegosiasi terlebih dahulu dengan penumpangnya. d. Forum Peduli Menumbing Forum Peduli Menumbing terbentuk karena kepedulian masyarakat terhadap Bukit Menumbing yang semakin hari semakin rusak karena aktivitas penambangan timah. Padahal, Bukit Menumbing merupakan hutan konservasi yang seharusnya dijaga kelestariannya. FPM diketuai oleh Herman yang saat ini juga menjabat sebagai Lurah Sungai Daeng. Untuk membantu menyelamatkan Menumbing, Herman bersama sejumlah warga setempat mendirikan FPM yang memiliki tugas dan kewajiban menjaga keutuhan dan kelestarian flora dan fauna yang ada didalamnya. FPM tidak dapat mengambil tindakan tegas kepada para perusak kawasan Menumbing, namun dengan adanya FPM diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pengawasan dan pemantauan Bukit Menumbing. e. Komunitas Mural Komunitas mural merupakan salah satu komunitas berbasis minat yang ada di Kota Muntok. Beberapa hasil kreatifitas dari komunitas ini dapat dilihat di klaster Cina berupa gambar- gambar mural yang ada di dinding-dinding bangunan. Selain dalam lingkup KSPP Muntok dan sekitarnya, komunitas yang berperan dalam pengembangan kepariwisataan kawasan ini juga berasal dari komunitas di tingkat Kabupaten Bangka Barat maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa komunitas ini adalah sebagai beriku. f. Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Bangka Belitung ASPPI adalah sebuah asosiasi profesi dimana anggotanya adalah setiap orang yang berprofesi di bidang pariwisata, baik itu hotel, travel agency, guide, restoran, transportasi dan pelaku wisata lainnya. ASPPI Bangka Belitung terbentuk sejak tahun 2009 dan memiliki 26 anggota

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-113

yang tersebar di Belitung, Bangka Barat, dan Kota Pangkalpinang. ASPPI Bangka Belitung berlokasi di Jln Masjid Jamik no. 62 Pangkalpinang. Visi dari asosiasi ini adalah memajukan pariwisata Indonesia dengan meningkatkan profesionalisme pekerja pariwisatanya. Beberapa kegiatan dari asosiasi ini adalah sebagai berikut. • Wadah untuk meningkatkan SDM pariwisata agar lebih profesional dan memajukan pariwisata daerah. • Kegiatan peduli pariwisata yang ditujukan pada pembinaan kegiatan pariwisata kepada masyarakat di daerah destinasi wisata • Menggelar kegiatan Musyawarah Daerah I tahun 2013 • Menghimpun para pelaku wisata • Menggelar Pelangi Travel Mart • Membantu mempromosikan pulau-pulau yang ada di Bangka dan Belitung g. Asosiasi Sales Travel Indonesia (ASATI) Bangka Belitung ASATI merupakan sebuah asosiasi yang tidak hanya memasarkan dan mempromosikan pariwisata, tetapi lebih jauh berorientasi pada membangun produk dan menjual produk yang berkonsentrasi terhadap inbound guna meraih pasar wisata dunia. Kegiatan dari asosiasi ini adalah sebagai berikut. • Meningkatkan peraihan pasar wisata dunia guna berkunjung ke Indonesia dengan mengikuti berbagai kegiatan ekspo seperti Central European Tourism Trade Fair” di negara Ceko 15-18 Februari 2018, Muscat Festival di Oman pada 17 Januari-10 Februari 2018, talk show “Halal Membawa Pesona” di Palembang • Membangun produk dan menjual produk yang berkonsentrasi terhadap inbound guna meraih pasar wisata dunia. • Membangun sinergitas antara stakeholder serta memberikan kontribusi pemikiran juga langkah-langkah dalam membuat inovasi produk guna meraih pasar wisatawan mancanegara. • Membuat paket-paket wisata dan mengadakan famtrip untuk mengeksplore Kepulauan Bangka Belitung bekerjasama dengan Pemkab serta pelaku pariwisata Bangka.

• Melakukan pendataan semua jenis transportasi dan produk wisata h. Assosiation of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) DPD Bangka Belitung ASITA merupakan asosiasi travel agent yang ada di tingkat nasional dan memiliki cabang di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia. ASITA Bangka Belitung memiliki kegiatan sebagai berikut. • Mempromosikan pariwisata di Bangka Belitung dengan cara menarik para end user untuk menjual pariwisata Bangka Belitung. • Menjual paket-paket wisata

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-114

• Melakukan kegiatan analisis pasar • Melakukan pengawasan kinerja dan fasilitas pada tiap perusahaan yang bergerak di bidang travel. • Menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) i. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPD Bangka Belitung PHRI merupakan asosiasi non-profit dari pemilik hotel dan restoran serta para profesional yang memfokuskan kegiatannya untuk pengembangan dan pertumbuhan sektor-sektor penting industri pariwisata di Indonesia. Sama seperti asosiasi lainnya yang ada di tingkat nasional, PHRI juga memiliki cabang kepengurusan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. PHRI di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kegiatan sebagai berikut. • Mengkoordinir proses sertifikasi perhotelan dan restoran se-Bangka Belitung, • Melakukan kemitraan strategis dengan organisasi profesi di dunia pariwisata, • Melakukan revitalisasi peran PHRI di tingkat kabupaten/kota. • Menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) dan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) • Mengadakan gathering dengan seluruh anggota PHRI Bangka Belitung j. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Bangka Belitung HPI adalah organisasi profesi yang bersifat non-politik dan mandiri, ditingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota. HPI di Bangka Belitung memiliki kantor sekretariat yang berlokasi di Jl. Masjid Jamik no. 62, Pangkalpinang. Beberapa kegiatan utama HPI adalah sebagai berikut. • Menggelar pelatihan berbahasa asing • Mengadakan sosialisasi tentang pemahaman terkait pariwisata daerah • Mengadakan pelatihan pemandu wisata k. HPI DPC Bangka Barat

HPI DPC Bangka Barat merupakan organisasi profesi yang bersifat non-politik dan mandiri serta wadah bagi yang berada di Kabupaten Bangka Barat. HPI Bangka Barat saat ini membawahi beberapa komunitas volunteer pemandu yang berada di Museum Timah Muntok.

4.5.3 Sumber Daya Manusia di bidang Pariwisata

Data mengenai sumber daya manusia yang khusus bekerja di bidang pariwisata belum tersedia secara rinci. Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, kondisi sumber daya manusia di bidang pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya akan diuraikan sebagai berikut. 1. Sumber daya manusia yang bekerja di pemerintahan Dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Bangka Barat, urusan kepariwisataan berada langsung di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai pemegang peranan penting. Meskipun begitu, pengembangan kepariwisataan sangat bergantung pada sektor-sektor lain

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-115

yang ada dalam lingkup pemerintahan baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di dalam lingkup pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memiliki struktur organisasi sebagai berikut.

Gambar 4.74 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat

2. Sumber daya manusia yang bekerja sebagai pemandu wisata (guide) Daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya banyak yang merupakan daya tarik wisata berbasis sejarah, sehingga sangat membutuhkan interpretasi pariwisata agar pengunjung dapat mengetahui sejarah dari masing-masing lokasi. Beberapa tempat wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya sudah memiliki pemandu wisata (guide) seperti yang ada di Wisma Ranggam. Guide yang ada akan menjelaskan secara rinci tentang sejarah, barang-barang, serta foto-foto yang ada di Wisma Ranggam. Namun jumlah guide yang ada masih terbatas, sehingga belum dapat mengakomodir kunjungan dalam jumlah besar. Selain di Wisma Ranggam, pemandu juga dapat ditemui di Museum Timah Muntok. Walaupun begitu, masing-masing barang ataupun waktu bersejarah sudah dijelaskan dalam papan interpretasi yang tersedia, sehingga wisatawan dapat mengetahui sejarahnya walaupun tidak ditemani dengan pemandu. Wisma Menumbing juga merupakan salah satu lokasi bersejarah yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Namun di lokasi ini belum dapat ditemui pemandu (guide) untuk menerangkan tentang sejarahnya pada pengunjung. Keberadaan pemandu (guide) kedepannya merupakan kebutuhan dalam pengembangan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya. Pemandu perlu menguasai dan memahami sejarah KSPP Muntok dan sekitarnya secara keseluruhan, dikarenakan memiliki keterkaitan satu sama lain.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-116

Gambar 4.75 Pemandu Wisata di Wisma Ranggam Sumber: Hasil Survey, 2018

3. Sumber daya manusia yang bekerja di fasilitas akomodasi Fasilitas akomodasi di KSPP Muntok dan sekitarnya pada umumnya dikelola secara langsung oleh pemiliknya. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kunjungan yang tidak tinggi dan hanya pada waktu-waktu tertentu, sehingga dibutuhkan efisiensi biaya pengelolaan. Mayoritas sumber daya manusia pariwisata yang bekerja di bidang perhotelan tidak memiliki latar belakang pendidikan dari bidang perhotelan ataupun pariwisata. Untuk lebih jelasnya, sumber daya manusia pariwisata yang bekerja di fasilitas akomodasi di KSPP Muntok dan sekitarnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.44 Sumber Daya Manusiia di Fasilitas Akomodasi Nama Hotel/ Jumlah Keterangan Penginapan Pekerja Hotel Yasmien 25 orang 1 orang lulusan sekolah perhotelan (supervisor hotel), 2 orang lulusan SMK perhotelan, dan yang lain bukan berlatar belakang pendidikan perhotelan Penginapan 1 orang Bekerja untuk operasional penginapan Sandy Penginapan 5 orang Bekerja untuk operasional penginapan Arwana Penginapan 6 orang Bekerja untuk operasional penginapan dengan Sampoerna Cipta pergantian shift kerja Penginapan Kita 1 orang Hanya bertugas untuk urusan kebersihan penginapan Hotel Berkah 2 orang Keseluruhan operasional hotel dikerjakan oleh pemilik Kalian hotel Adhika 1 - EB Global 2 - Pegagan 3 - Pasadena 24 - Sederhana 4 - Asia 3 - Taman Duku 4 - Sumber: Data dari Dinas Pariwisata dan Budaya dan Hasil survey, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-117

4. Sumber daya manusia yang bekerja di fasilitas makan dan minum Sumber daya manusia lain yang berperan dalam pengembangan kepariwisataan adalah sumber daya manusia yang bekerja di fasilitas makan dan minum meliputi restoran/ rumah makan/ usaha kuliner. Selain menjadi suatu kebutuhan, wisatawan yang datang ke suatu daerah cenderung ingin mencoba kekhasan dari daerah tersebut, termasuk makanannya. Berikut adalah jumlah sumber daya manusia yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya yang bekerja di fasilitas makan dan minum.

Tabel 4.45 Sumber Daya Manusia di Fasilitas Makan dan Minum No Nama Restoran/ Rumah Makan Jumlah Karyawan Kecamatan Muntok 1 Shela 4 2 Iyobana 5 3 Pegagan 3 4 Uni-Nopi 4 5 Talago Minang 2 6 Griya 8 7 Rumah Keboen 3 8 Resto & Café Menumbing 10 9 Warjo 4 Kecamatan Kelapa 10 Melati 5 11 Mawar 12 Nur 1 13 Surya Minang Saiyo 14 Vioza 2 15 Café Pempek Tasya 5 16 Lamongan Fajar 2 17 Sabar Subur Solo 18 Putra Berkah 19 Ibu Pailan 20 Do’a Bunda 21 Mba Siti Wonosobo 22 Simpang Ibul 23 Aisyah Kecamatan Jebus 24 Palapa 3 25 Takana Bundo 3 26 Hailai 27 S. M Caffe 6 28 Putri Sago Kecamatan Parit Tiga 29 Bumdes 4 30 Pesona Tanjung Ru Bakit 7 31 Taman Duku 4 32 Bersahabat 3 33 Berkah 2 34 Tiga Putra 5 35 Mauniang 2

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-118

No Nama Restoran/ Rumah Makan Jumlah Karyawan 36 Kopitiam Korea 1 37 Pecel Lele 388 8 38 Kedai Kopi 74 4 39 Pondok Rumbo 4 Kecamatan Tempilang 40 Aroma Minang 4 41 MInang Jaya 4 42 Selera Kita 2 43 Rumpun Padi 3 44 Bunda 2 45 Selera Basamo 2 46 Bakso Tempilang 2 47 Nasi Bakar Safira 2 Kecamatan Simpang Teritip 48 Iyobana 2 49 Selera Anda 2 50 RM Diah 5

Selain dari fasilitas makan dan minum dalam bentuk restoran maupun rumah makan, Kota Muntok dikenal sebagai Kota Seribu Kue. Oleh karena itu, usaha dan industri kuliner berkembang dengan cukup baik di kota ini, khususnya untuk penganan kue. Perkembangan kue di kota ini dimulai sejak masa krisis timah di tahun 1980-1990an, yang menyebabkan masyarakat maupun pemerintah harus mencari alternatif usaha ekonomi lainnya. Namun, keberadaan usaha kue ini tidak hanya berperan untuk perekonomian di Kota Muntok saja, tetapi juga dalam pengembangan kepariwisataan. Sumber daya manusia yang bekerja di industri kue mayoritas berada di Klaster Melayu tepatnya di Kampung Tanjung. Usaha kue-kue ini pada umumnya adalah industri rumah tangga yang dijalankan oleh Ibu-ibu. Peralatan yang digunakan juga masih sederhana serta pekerja biasanya masih berasal dari kalangan keluarga atau tetangga sendiri.

Gambar 4.76 Pelaku Pembuat Kue di KSPP Muntok dan sekitarnya Sumber: Hasil Survey, 2018

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-119

4.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya

Hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan pilar-pilar pembangunan kepariwisataan (destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan) dapat dilihat pada uraian berikut.

4.6.1 Potensi

A. Destinasi Pariwisata 1. Keanekaragaman daya tarik wisata budaya dan sejarah KSPP Muntok dan sekitarnya dengan berbagai peninggalan benda cagar budaya yang dapat diangkat sebagai identitas kawasan. KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki dokumentasi sejarah yang baik dimana setiap masa atau periode sejarah tertentu meninggalkan jejak berupa situs dan bangunan bersejarah. Potensi kekayaan sejarah terkait dengan Kesultanan Palembang, Penjajahan Inggris, Penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang (Perang Dunia ke-II), Perjuangan Kemerdekaan (Agresi Militer Belanda II), dan sejarah terkait pertambangan timah di KSPP Muntok dan sekitarnya dapat dikembangkan sebagai produk wisata edukasi bagi para pelajar dan mahsiswa dan juga produk wisata perjalanan sejarah bangsa (historical trip/heritage trail) bagi wisatawan. 2. Keragaman etnis dan budaya masyarakat KSPP Muntok yang masih dapat dilihat dan dirasakan (upacara adat, kesenian, tarian, permainan tradisional dll). Upaya-upaya dalam mempertahankan budaya tradisi agar tetap lestari terus dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti upacara adat, pagelaran kesenian, sedekah adat, permainan tradisional, tari-tarian, peralatan tradisional dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat agenda rutin festival budaya tahunan yang diselenggarakan di KSPP Muntok dan sekitarnya. 3. Keragaman kuliner khas yang terkait dengan budaya masyarakat dan didukung potensi hasil perikanan tangkap; Potensi kuliner khas berupa kue-kue tradisional jajanan pasar dimana terdapat kue yang memiliki nilai sejarah terkait dengan Bung Karno, yaitu Kue Pelite sebagai kue kesukaan Bung Karno, dan juga sistem perdagangan kue tradisional dimana terdapat sistem “Kue Pulang” menjadi potensi yang dapat dikembangkan menjadi wisata kuliner dan wisata kreatif kuliner tradisional. Selain itu, hasil perikanan tangkap telah mendorong pengembangan wisata kuliner aneka makanan laut dan olahannya seperti kuliner pempek udang, kemplang, otak-otak, terasi blacan, dan lain sebagainya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-120

4. Jarak Kota Muntok yang relatif tidak terlalu jauh dengan Pangkalpinang maupun Palembang sebagai pintu masuk wisatawan, didukung oleh kondisi jalan yang baik dan sarana prasarana transportasi lainnya. Jalan Nasional Tanjung Kalian–Muntok–Pangkalpinang merupakan jalur lintasan distribusi pergerakan orang dan barang dengan simpul utama pergerakan di Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian yang menghubungkan KSPP Muntok dan sekitarnya dengan Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, terdapat juga rencana pembangunan pelabuhan penyebrangan di wilayah Tanjung Ular. Hal ini merupakan potensi sumber pasar wisatawan yang cukup besar yang dapat diraih KSPP Muntok dan sekitarnya. 5. Ketersediaan fasilitas pariwisata maupun fasilitas umum pendukung pariwisata yang cukup memadai; Ketersediaan fasilitas akomodasi berupa hotel bintang dan hotel non-bintang dapat mendukung pengembangan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya. Selain itu, rumah- rumah tradisional seperti rumah panggung Melayu berpotensi dikembangkan untuk menjadi homestay. Demikian juga dengan keberadaan restoran/rumah makan, fasilitas perbankan, perdagangan, kesehatan dan lain-lain yang dapat mendukung pengembangan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya. 6. Kepedulian masyarakat terhadap kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya. Beberapa asosioasi/organisasi dan kelompok masyarakat memperlihatkan kepedualiannya terhadap warisan budaya dan sejarah Kota Tua Muntok. Adanya asosiasi masyarakat yang bergerak di bidang warisan sejarah dan budaya serta karakter sosial masyarakat lokal yang ramah dan memiliki toleransi yang tinggi ini dapat menjadi modal utama dalam mendukung pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya. B. Industri Pariwisata 1. Keberadaan UMKM produk olahan laut maupun kuliner (khususnya kue) sebagai penggerak industri pariwisata Muntok; 2. Ketersediaan usaha makan dan minum skala kecil (seperti warung makan dan kedai kopi). C. Pemasaran Pariwisata 1. Citra Muntok sebagai destinasi pariwisata sejarah (sejarah perang dunia II, sejarah pengasingan tokoh sejarah nasional dan sejarah pertambangan timah); 2. Terdapat agenda kepariwisataan dan kebudayaan yang rutin dilaksanakan; 3. Sejarah tragedi perang dunia ke-II di Muntok yang mendunia dan terdapat agenda rutin terkait peringatan tragedi tersebut yang melibatkan peserta dari internasional (khususnya dari Australia).

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-121

D. Kelembagaan Kepariwisataan 1. Keberadaan organisasi/asosiasi/komunitas kepariwisataan, khususnya yang terkait dengan Warisan Budaya dan Sejarah di Muntok; 2. Terdapat upaya dari berbagai Perangkat Daerah (Dinas-dinas terkait) dalam perencanaan pembangunan Kota Pusaka Muntok;

4.6.2 Permasalahan

A. Destinasi Pariwisata 1. Perubahan bentuk (banyak) bangunan peninggalan sejarah yang sudah tidak sesuai dengan aslinya, terkait belum adanya aturan yang tegas dari pemerintah atau pihak yang berwenang dan kurangnya kesadaran masyarakat, umumnya terkait masalah finansial; 2. Budaya lokal yang mulai terancam akibat masuknya pengaruh budaya dari luar; 3. Kurangnya informasi yang lengkap terkait potensi daya tarik wisata budaya maupun kuliner sebagai bahan interpretasi kepada wisatawan; 4. Belum memadainya angkutan umum dari pintu masuk wisatawan menuju Kota Muntok maupun di dalam kawasan Muntok, serta integrasi antarmoda yang menghubungkan pergerakan regional dengan internal; 5. Sedimentasi sungai akibat penambangan timah dan perusakan hutan khususnya di area hulu sungai yang dapat menyebabkan banjir di Kota Muntok; 6. Pemahaman dan tingkat penerimaan warga Kota Muntok terhadap pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan pusaka budaya (cultural heritage) yang masih bervariasi; 7. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan sejarah dan penguatan budaya lokal, a.l. karena pemahaman dan tingkat penerimaan warga Kota Muntok terhadap pariwisata dan manfaat pengembangan pariwisata yang masih bervariasi. B. Industri Pariwisata 1. Kurangnya pembinaan UMKM maupun desa wisata dalam mendukung pengembangan pariwisata Kawasan Muntok; 2. Masih belum berkembangnya industri pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya karena para pelaku usaha yang belum sadar terhadap peluang usaha di bidang pariwisata. C. Pemasaran Pariwisata 1. Belum optimalnya upaya promosi kegiatan even-even terkait kepariwisataan; 2. Belum optimalnya pemanfaatan media digital dalam mempromosikan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-122

D. Kelembagaan Kepariwisataan 1. Lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan kepariwisataan Muntok; 2. Masih rendahnya upaya regenerasi para pelaku asosiasi-asosiasi kepariwisataan, khususnya asosiasi terkait warisan sejarah dan budaya di KSPP Muntok dan sekitarnya.

4.7 Isu Strategis Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya

Berdasarkan analisi terhadap potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya, dapat dirumuskan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut: 1. Komitmen dan peningkatan peran serta koordinasi antarpemangku kepentingan Komitmen yang konsisten dari seluruh pemangku kepentingan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya, di berbagai tingkatan sangatlah diperlukan dalam mendukung pengembangan kawasan ini. Termasuk keterlibatan dari semua pihak dan korodinasi serta kerjasama antara masyarakat lokal, komunitas (budaya dan sejarah), pemerintah, dan swasta dalam pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya. 2. Integrasi dan implementasi kebijakan dan rencana Berbagai penyusunan kebijakan dan dokumen perencanaan terkait KSPP Muntok dan sekitarnya telah banyak dilakukan oleh pemerintah, baik dari tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi dan pusat (misalnya RTRW, RPJMD, Ripparkab, RDTR Perkotaan Muntok, Rencana Aksi Kota Pusaka, RTBL dan DED Klaster Eropa, Melayu, dan Cina, dan lain sebagainya). Upaya integrasi dan implementasi dari berbagai kebijakan dan rencana yang telah disusun tersebut menjadi hal yang sangat penting dan mendesak untuk dilakukan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang terintegrasi dan terpadu. 3. Peningkatan kapasitas masyarakat dan usaha pariwisata lokal Peningkatan kapasitas masyarakat dan usaha pariwsiata lokal terkait kepariwisataan perlu dilakukan agar masyarakat lokal dapat berperan aktif dalam pengembangan kepariwisataan dan para pelaku usaha pariwisata lokal mampu memahami dan menangkap peluang usaha sehingga dapat mengembangkan usahanya yang lebih baik di bidang kepariwisataan. Kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait pemahan terhadap pentingnya benda cagar budaya, pelestarian budaya dan sejara, manfaat pariwisata dan sadar wisata untuk masyarakat dan pelaku usaha pariwisata local perlu dilakukan secara rutin dan berlanjut agar dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dan para pelaku usaha local agar siap untuk berperan aktif dalam pengembangan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-123

4. Pengenalan (recognition) arti penting warisan budaya Pengenalan (recognition) arti penting warisan budaya bangsa dalam perjalanan sejarah Indonesia dapat menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri bangsa. Pemerintah dapat mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada pelestarian kebudayaan dan sejarah nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah di setiap even- eventakbar nasional, misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya dan sejarah yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Demikian juga melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah. 5. Peningkatan daya dukung lingkungan Daya dukung lingkungan merupakan aspek penting dalam mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism). Aspek penataan ruang dan penyediaan ruang terbuka hijau di KSPP Muntok dan sekitarnya, khususnya di kawasan Kota Tua Muntok, perlu dilakukan untuk meningkatkan dukung lingkungan sekaligus dapat dikembangkan sebagai fasilitas umum pendukung pariwisata. Isu mendesak terkait daya dukung lingkungan di KSPP Muntok dan sekitarnya, khususnya di Kota Tua Muntok, diantaranya adalah terkait dengan kegiatan penambangan timah yang tidak menerapkan pengelolaan dampaknya sehingga menyebabkan pendangkalan sungai dan berimplikasi terhadap banjir karena luapan air sungai dan air pasang dari laut. Sehingga perlu ada penertiban terkait penambangan timah tersebut dan perlu dilakukan upaya normalisasi sungai dan penataan bangunan-bangunan sepanjang sungai. 6. Pengemasan nilai-nilai peninggalan sejarah serta keunikan budaya Pengemasan nilai-nilai peninggalan sejarah serta keunikan budaya bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat luas sehingga dapat berperan dalam pelestarian warisan sejarah (khususnya bagi generasi muda) dan pengembangan kebudayaan itu sendiri dimana dapat dikemas dalam bentuk kegiatan wisata (pariwisata heritage/warisan budaya). 7. Aksesibilitas dan dukungan fasilitas serta prasarana penunjang pariwisata Aksesibilitas merupakan faktor penting dalam memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya. Aksibilitas juga perlu dikelola secara optimal sesuai dengan daya dukungnya agar tidak menimbulkan kemacetan. Upaya-upaya dalam meningkatkan kemudahan aksesibilitas meunju KSPP Muntok dan sekitarnya dapat dilakukan melaui pengembangan trayek angkutan antar kecamatan di Kabupaten

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-124

Bangka Barat yang terintegrasi antar pusat-pusat kecamatan dengan simpul-simpul transportasi di Kabupaten Bangka Barat (seperti Pelabuhan Penyebrangan Tanjung Kelian dan Rencana Pelabuhan Laut Tanjung Ular). Selain itu, perencanaan ulang terminal angkutan muntok sebagai salah satu simpul transportasi di internal perkotaan muntok juga dapat dilakukan untuk menunjang pergerakan di internal perkotaan Muntok. 8. Optimalisasi program pemasaran dan promosi Optimalisasi program pemasaran dan promosi dengan memanfaatkan berbagai media digital perlu dilakukan, khususnya terkait dengan even-even pariwisata dan budaya, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus memberikan edukasi bagi wisatawan dan masyarakat umum terkait warisan sejarah dan budaya yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya.

Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-125