TAMAN WISATA RATU BOKO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Fasilrras PENDUKUNG KEGIATAN WISATA

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

TAMAN WISATA RATU BOKO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Fasilrras PENDUKUNG KEGIATAN WISATA -,-----------_.-_.-_.- -_._-... _- ---._~- ------.., TAMAN WISATA RATU BOKO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILrrAS PENDUKUNG KEGIATAN WISATA LANDASANKONSEPSUALPERANCANGAN TUGASAKHIR \ I, ( Oleh: I,: INUNG PURWATI SAPTASARI 9 1 3 400 1 0 I~ ~~ ~ ,e 1: :l ';, :..:j' JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 1996 __0­ TAMAN WISATA RATU BOKO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN WISATA LANDASAN KONSEPSUAL PERANCANGAN Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perentanaan Universitas Islam Indonesia Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh: INUNG PURWATI SAPTASARI 9 1 340 0 1 0 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TAMAN WISATA RATU BOKO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN WISATA LANDASAN KONSEPSUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Oleh: INUNG PURWATI SAPTASARI 9 1 340 0 1 0 Yogyakarta, 27 Mei 1996 Menyetujui, Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu '-­ //;'"/'/7/}/V/ _< v-. ~-:7--Ji _ <> yj/ L - '/ c~ ~ ~?-7 r'rY~//;t:' ..l;,.... r' /.-/. ~-./ /' Ir.AMm ADENAN Ir. WIRYONO RAHARJO, M. Arch. Mengetahui, Jurusan Teknik Arsitektur '\. I; Ii .. ~ -.J' _:.....:._--,. Kepada Ayah dan Ibu yang selalu memaojatkao do'a bagi anaoda, kepada adikku terciota Nanang Priyo Utomo, yang memberikan dorongan dan inspirasi bagi terselesaikannya tugas ini. .. _.~ KATAPENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmah dan hidayah-Nya, Alhamdulillah tugas akhir dengan judul Taman Wisata Ratu Boko ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ini diajukan kepada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia sebagai salah syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Arsitektur. Atas segala bentuk peran, bimbingan dan bantuan dalam penyusunan k31')'a ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : I. Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch, dalam kedudukan beliau sebagai Ketua Jurusan Teknik Arsitektur FTSP Universitas Islam Indonesia 2. Ir. Amir Adenan sebagai Pembimbing Utama penulisan 3. Ir. Wiryono Raharjo. M. Arch. sebagai Pembimbing Pembantu penulisan 4. Ir. Hanif Budiman beserta Tekan dari Sttupa Studio yang telah banyak membantu dengan berbagai fasilit'dS S. Keluarga , rekan. dan semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam penyelesaian karya ini. Akhimya, semoga karya ini bennanfaat bagi semua. Yogyakarta, 27 Mei 1996 Inung P. Saptasari I -i I 1 I,­ I! --Y DAFTAR lSI Halarnan Judul .i Lembar Pengesahan .ii LeInbar Persembahan .iii Kata Pengantar .iv Daftar lsi v Abtraksi vi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Pennasalahan 3 1.3. Tujuan dan Sasaran 4 1.4. Lingkup Pembahasan 4 1.5. Sistematika Pembahasan 5 BAB II RATU BOKO, SEJARAH, dan POTRET KEADAANNYA 7 2.1. Tinjauan Sejarah dan Arkeologis Kawasan Prambanan 7 2.1.1. Sejarah Mataram Kuno 7 2.1.2. SisteJIl Kemasyarakatan 8 2.1.3. Tinggalan Arkeologis Kawasan Purbakala 9 2.2. Tinjauan Sejarah dan Arkeologis Kawasan ratu Boko 10 2.2.1. Sejarah Situs Ratu Boko 10 2.2.2. Hasil Ekskavasi dan Interpretasi Fungsi Kawasan 11 2.2.3. Deskripsi Data Arkeologis 12 . 2.2.3.1. Temuan Bangunan 12 2.2.3.2. Temuan Lcpos 15 2.2.4. Interpretasi Kawasan 15 2.3. Rona Lingkungan Kawasan Ratu Boko 16 2.3.1. Lingkungan Fisik Kawasan 16 2.3.1.1. Topografi , 16 2.3.1.2. Kondisi Tanah dan Air 16 2.3.1.3. Ikilm 17 2.3.1.4. Vegetasi 17 ,I 'Ii !: ; 2.3.2. Lingkungan Sosial Budaya 17 2.4. Potensi dan Kendala Kawasan Ratu Bako Sebagai Pijakan Pengembangan 18 2.4.1. Potensi Kawasan 18 2.4.1.1. Historis 18 2.4.1.2. Karakteristik Kawasan 18 2.4.1.3. Setting Lingkungan 18 2.4.1.4. Kesenian Yang Tumbuh Subur di Tengah Masyarakat 18 2.4.2. Kendala Pengembangan 19 2.4.2.1. Berbaumya Situs dengan Komunitas Masyarakat 19 2.4.1.2. Antagonis antara Pelestarian dan Pariwisata .19 2.4.2.3. Bentang Alam 19 2.5. Data Eksisting Kawasan Studi 20 2.5.1. Area Terbangun 20 2.5.1.1. Area I 20 2.5.1.2. Area II 21 2.5.1.3. Area ill 22 2.5.2. Pergerakan 23 2.5.2.1. Pencapaian 23 2.5.2.2. Sirkulasi 24 2.5.3. Kegiatan Yang Telah Ditumbuhkan 25 2.6. Simpulan 25 BAB m RATU BOKO dan KUTUB-KUTUB DINAMIS yang MENDASARI PENGEMBANGANNYA 26 3.1. Tinjauan Kepariwisataan 26 3.1.1. Pengertian Pariwisata 26 3.1.2. Potensi Kepariwisataan Yogyakarta 27 3.1.3. Perkemabangan Pariwisata Yogyakarta 28 3.1.4. Kawasan ratu Boko Sebagai Obyek Wisata 29 3.2. Tinjauan Pelestarian 33 3.2.1. Tinjauan Umum 33 3.2.2. Motivasi Pelestarian 33 3.2.3. Kriteria Pelestarian 35 3.2.4. RagaIll Tindak Pelestarian 35 3.2.5. Peletarian Sebagai Usaha Pengembangan Tatanan Urban 36 3.2.6. Kawasan Ratu Boko Sebagai Kawasan Pelestarian 37 3.3. Kajian Terhadap Kegiatan Yang Diprogramkan .38 3.3.1. Pengertian Pariwisata 39 3.3.2. Sosok Kawasan Sebagai Magnet Utama .39 3.3.3. Pola Kegiatan Wisatawan 40 3.4. Kajian Terhadap Tipologi Taman Wisata Arkeologi .42 3.5. Simpulan 43 BAB IV FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN WISATA KAWASAN RATV BOKO 46 4.1. Kelembagaan 46 4.2. Analisis Kawasan Studi : 47 4.3. Analisis Fasilitas Pendukung Kegiatan Wisata 52 .4.3.1. MacaID. Kegiatan 52 4.3.1.1. Kegiatan Arkeologi 53 4.3.1.2. Kegiatan Wisata Edukasi 53 4.3.1.3. Kegiatan Wisata Rekreatif 54 4.3.1.4. Kegiatan Penunjang Wisata .55 4.3.1.5. Kegiatan Pengelolaan _ 56 4.3.2. Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Ruang 57 4.3.3. Analisis Pengunjung Sebagai Dasar Penentuan Besaran Ruang Fasilitas 58 4.4. Analisis Lokasi Fasilitas 60 4.5. Analisis Pergerakan : 62 4.5.1. Pencapaian : 62 4.5.2. Sirkulasi 62 4.6. Analisis Lansekap dan Tata Vegetasi 63 4.6.1. Mintakat dan Pola Ruang Penyediaan Fasilitas 64 4.6.2. Tata Vegetasi 65 4.6.2.1. Fungsi Klimatologis 65 4.6.2.2. Fungsi Arsitektural 65 4.7. Analisis Ekspresi Visual Elemen Fisik 66 4.7.1. Pendekatan Massa dan Ruang 67 4.7.2. Pendekatan Loka 68 4.7.3. Pendekatan Karakteristik Massa 68 4.7.4. Penataan Ruang Luar 68 4.7.5. Sistem Struktur 69 4.7.6. Sistem Utilitas 69 ~ ( ___Jr BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN 70 5.1. Konsep Dasar 70 5.2. Konsep Perencanaan Ruang Lingkungan 70 5.3. Konsep Wadah Kegiatan 71 5.4. Konsep Pencapaian dan Sirkulasi 72 5.5. Konsep Tata Ruang dan Tata Vegetasi 75 5.5.1. Tata Ruang Fasilitas 75 5.5.2. Tata Vegetasi 76 5.6. Konsep Penampilan Bangunan 76 5.6.1. Penyusunan Massa dan Ruang 76 5.6.2. Loka 77 5.6.3. Karakteristik Massa 78 5.6.4. Sistem Utilitas 78 Daftar Pustaka 80 ABSTRAKSI Keberadaan candi yang ada di Kawasan Ratu Boko merupakan suatu monumen kesejarahan dan budaya peradaban masyarakat Hindu-Jawa. Artefak-artefak tersebut bukan hanya sekedar gejala fisik bangunan pada masanya, tetapi lebih jauh merupakan biasan kompleksitas budaya dan peradaban masyarakat serta lingkungan yang melatarbelakangi kehadirannya. Keberadaannya merupakan torehan sejarah perjalanan peradaban masyarakat Indonesia. Bermula dari catatan Van Broeckholtsz di tahun 1790 AD. tentang adanya peninggalan di dataran tinggi. Boko, diperoleh keterangan bahwa peninggalan sejarah tersebut ternyata telah terpendam selama lebih dari 10 ahad. Dan yang lebih menarik lagi Petilasan Ratu Boko merupakan satu-satunya situs pemukiman elite yang ada di jaman Hindu-Jawa. Banyak sudah penelitian dan ekskavasi yang dilakukan arkeolog dan ilmuwan dari berbagai bangsa. Interpretasi terhadap situs bergulir dan melahirkan hipotesis-hipotesis yang kadang saling bertentangan. Dan bahkan sampai saat ini pun intepretasi terhadap kawasan ini belum mendapatkan kesatuan pendapat. Namun, pelestarian secara intensif merupakan kebutuhan dengan derajat urgensi tinggi., mengingat keadaan situs yang kian sulit mengais kehidupan di tengah-tengah komunitas baru di sekitarnya. Pelestarian bukan lagi berkiblat pada pengejawantahan sebagai museum yang mati, tetapi justru diharapkan akan mernberikan nafas baru kehidupansitus yang akan mampu memberikan kontribusi positifpada lingkungan dengan berpijak pada orientasi situs yang merupakan landasan munculnya orientasi wilayah yang menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan. Membentuk suatu kawasan binaan baru yang berpijak pada kawasan lampau membutuhkan penyatuan dan penyeragarnan bahasa, baik fisik bangunan maupun atmosfer suasananya. Pengambilan bentuk asli sebagai parameter diharapkan bukan merupakan langkah plagiat yang justru akan mengurangi nilai peninggalan dan nilai histori yang sarat dengan perspektif makna. Pengembangan dan penataan kawasan yang tetap memperhatikan pola tata fisik dan tata lingkungan akan melahirkan suatu tatanan yang padu dan serasi. Sebagai peninggalan masa lampau dalam arahan rancangan pengernbangan kawasan perlu memperhatikan faktor pola ungkapan fisiknya. v ---l BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelestarian tinggalan budaya pada saat ini bukan lagi berorientasi- pada tindak pengawetan dan mempertahankan warisan semata, namun lebm jauh berusaha untuk mengungkap potensi pengembangannya sebagai aset pembangunan di masa kini dan masa mendatang. Pelestarian merupakan tindak penghargaan terhadap masa lalu sebagai bagian dari rentang masa yang ada. Pelestarian akan lebih bermakna bila mampu meletakkan tinggalan budaya tersebut dalam konteks penyinambungan masa lampau, ~ dan masa datang dengan jalan pengaktualisasian serta pemanfaatan secara optimal. Melihat kecenderungan arab pariwisata yang mulai beringsut dari wisata massal ke arab wisata dengan minat khusus, maka dengan pengertian babwa pelestarian dengan usaha pemanfaatan obyek wisata merupakan langkah yang sejalan, maka aktivitas pariwisata dituntut sebagai alat pelestari obyek-obyek budaya tersebut. Pada saat ini kegiatan wisata bukao lagi sebagai kegiatan pelepasan dari segala rutinitas semata, narnum lebih jauh merupakan aktivitas pengaktualisasian din yang dilatarbelakangi pendidikan, pengalaman, komunikasi, serta kreativitas. Sektor pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai penopang perekonomian eli baoyak negara. Profil kepariwisataan Indonesia sendiri telah bergeser baik dad aspek pandangan terbadap kegiatan pariwisata itu sendiri, juga pergeseran dari biclang non potensial menjadi potensial, serta dari potensi swnber daya menjadi swnber penghasilan riil (ptlsat Studi Jepang,/995).
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Pesona Candi Ratu Boko Di Yogyakarta
    Domestic Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta Mely Anita Sari 1702689 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Domestic Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan judul Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta. 1. Pendahuluan DCS atau dikenal dengan Domestic Case Study merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan oleh para mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM). Domestic Case Study dilaksanakan pada awal semester ke 3 yang wajib dikumpulkan dalam bentuk laporan atau jurnal ilmiah ang dibuat untuk memennuhi syarat pada saat mengikuti ujian pendadaran di akhir semester ke 8. Ada beberapa tempat tujuan untuk mengikut DCS yang dilaksanakan oleh pihak kampus pada bulan Januari 2018, seperti Jambore Nasional di Kliurang dan Seminar yang dilaksanakan di kampus. Para mahasiswa diperkenankan untuk memilih salah satu tempat tujuan DCS tersebut. Namun mahasiswa juga diperkenankan untuk memilih tujuan DCS selain yang telah ditentukan oleh pihak kampus, seperti yang dilakukan oleh pihak penulis yang mengambil objek tujuan DCS diluar ketentuan kampus, sehingga penulis dapat mengangkat objek wisata yang terdapat di daerahnya sendiri[1]. Dalam hal ini untuk memenuhi syarat DCS harus tercantum sertifikat sertifikat tentang seminar yang berkaitan dengan Pariwisata. Untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mengikuti seminar yang bertemakan “Responsible Tourism”
    [Show full text]
  • The Śailendras Reconsidered
    NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Photo source: Gunkarta Gunawan Kartapranata, http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sailendra_King_and_Queen,_Borobudur.jpg Anton O. Zakharov NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 (Aug 2012) THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Anton O. Zakharov Anton O. Zakharov obtained his PhD in History from the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences, Moscow (2005). His PhD Thesis is entitled Problems of Political Organization of the Southeast Asian Insular Societies in the Early Middle Ages (the 5th–8th Centuries) As Evidenced by Inscriptions. Currently, he is Senior Research Fellow at the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences. He has published extensively on early Southeast Asian history. Email: [email protected] The NSC Working Paper Series is published Citations of this electronic publication should be electronically by the Nalanda-Sriwijaya Centre of the made in the following manner: Institute of Southeast Asian Studies in Singapore. Anton O. Zakharov, The Śailendras Reconsidered, Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper © Copyright is held by the author or authors of each No 12 (Aug 2012), http://www.iseas.edu.sg/ Working Paper. nsc/documents/working_papers/nscwps012.pdf NSC WPS Editors: NSC Working Papers cannot be republished, reprinted, or Geoff Wade Joyce Zaide reproduced in any format without the permission of the paper’s author or authors. Nalanda-Sriwijaya Centre Editorial Committee: ISSN: 2529-7287 Tansen Sen Geoff Wade Joyce Zaide The Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper Series has been established to provide an avenue for swift publication and wide dissemination of research conducted or presented within the Centre, and of studies engaging fields of enquiry of relevance to the Centre.
    [Show full text]
  • Ratu Boko, Sejarah, Dan Potret Keadaanya
    halaman 7 BAH II RATU BOKO, SEJARAH, DAN POTRET KEADAANYA 2.t. Tinjauan Sejarab dan Arkeologis Kawasan Prambanan 2.1.1. Sejarah Mataram Kooo Kebudayaan Jawa kuno di Jawa Tengah merupakan suatu pembauran antara budaya dan kepercayaan masyarakat setempat dengao budaya India dan menghasilkan suatu unique Hinduized religious art yang lebih dikenal dengan kebudayaan Hindu-Jawa (JICA: 1979). Disamping Sumatra, Jawa Tengah merupakan pusat peradaban di Indonesia pada abad vm - X. ketika kerajaan Hindu menapaki kejayaan dan budaya Hindu-Buddha tumbuh subur di sana. Pengaruh budaya India ini merasuk begitu dalam pada kehidupan masyarakatnya, baik dalam struktur pemerintahan. teknologi pertanian dan industri, serta sem rancang bangunnya. Gelombang pertama masuknya Hindu keIndonesia diperkirakan pada abad I - n dan masa poocaknya pada sekitar abad V. Pengaruh agama Buddha masuk sekitar abad vm dan dengan cepat menyebar di Pulau Jawa dalam beberapa taboo. Agama Hindu, khususnya sekte Syiwa berkembang pesat berdampingan dengan kerajaan-kerajaan Jawa dan menjalin kerja sarna diantara mereka. Didalam perjalanannya, agama Hindu dan Buddha dapat berjalan beriringan. Di abad VII dan VIII saat terjadi akulturasi begitu cepat dan mendalam dari budaya India kedalam budaya lokal. Bndaya asing tersebut diterima, bokan saja dalam hal kepercayaan, tetapi juga dalam hal kehidupan sehari-hari, perekonomian masyarakat, pembentukan pemerintaban, sem bina kota, dan sebagainya. Dari reruntuhan bangunan yang ada di Jawa Tengah didapatkan kesimpulan, tinggalan tersebut
    [Show full text]
  • Perancangan Buku Informasi Candi Sewu Sebagai Kompleks Candi Buddha Terbesar Di Indonesia
    Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya e-ISSN:2623-0305 Vol. 3 No. 3, Mei--Agustus 2021 Hlm. 261--273 PERANCANGAN BUKU INFORMASI CANDI SEWU SEBAGAI KOMPLEKS CANDI BUDDHA TERBESAR DI INDONESIA Siti Khotami1), Yayah Rukiah2), Herliana Rosalinda3) Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, 12530, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk merancang buku informasi Candi Sewu sebagai kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia. Hasil perancangan buku informasi ini bertujuan sebagai bahan pengetahuan tentang warisan budaya bersifat kebendaan untuk pendidikan dan penelitian, agar menambah wawasan dan kecintaan masyarakat tentang kebudayaan. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Metode kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sejarah objek serta aktivitas sosial yang terjadi dalam lingkungan kompleks Candi Sewu karena meneliti tentang arsitektur, relief dan pemugaran. Teknik pengumpulan data berupa studi pustaka (data didapatkan dari buku, jurnal dan online), observasi dan wawancara narasumber dari arkeologi dan BPCB Unit Candi Sewu. Hasil yang dicapai adalah menciptakan media informasi yaitu buku informasi. Buku informasi ini berisi tentang sejarah Candi Sewu berdasarkan Kerajaan Mataram dan Prasasti Manjusrigrha, arsitektur bangunan Kompleks Candi Sewu, mulai dari Candi Induk, Candi Perwara dan Candi Apit, Ragam hias yang ada pada Candi Sewu, terakhir mengenai Pemugaran Candi dan Perawatan Candi. Kata Kunci: Buku Informasi, Candi Sewu, Buddha Abstract The research objective is to design an information book on Sewu Temple as the largest Buddhist temple complex in Indonesia. The results of the design of this information book are aimed at providing knowledge about material cultural heritage for education and research, in order to broaden people's knowledge and love of culture.
    [Show full text]
  • A Social Psychology of Loving-Kindness Carved in Stone – Maurits G.T
    A Social Psychology of Loving-kindness Carved in Stone – Maurits G.T. Kwee Abstract A social psychological perspective is elucidated while virtually touring the Borobudur, a Mahayana wonder from about the year 800 located between two twin volcanoes on Java- island. Its history is dealt with by commemorating the builders, Javanese Buddhism, and Dharmarakshita Suvarnadvipa, Borobudur’s premier proponent. It is surmised that the stupa- like pyramid served the function of devotion to glorify Buddhism and of ceremony to coronate the Sailendra kings as Bodhisattvas. Besides, this was a dynastic gift to the people: an educational centre. The Borobudur is instrumental to realize awakening in one lifetime by ascending to extinguish craving (Nirvana) in awakening motivation (absolute bodhicitta) and to liberate all beings from the cycle of psychological malaise (Samasara) by disseminating loving-kindness, once descended to the secular world (relative bodhicitta). Based on the Gandavyuha Sutra as depicted on reliefs of the Borobudur (exhorting that the world is an “empty bubble”), a practice-oriented view is presented which goes beyond the Abhidharma philosophical psychology by rendering a “Psychology of Relational Buddhism”: meaning and happiness are derived from the interpersonal care in intrapersonal harmony. Accentuating the “languaging” dimension of the body/speech/mind karmic triad, postmodern Social Construction is embraced to illuminate the emptiness of “transcendental truth” and to elucidate “relational (inter-)being”. Psychological studies and initiatives researching relationships’ congealing properties are reviewed. In effect, the Borobudur’s message is to realize the “in-between self” (non-individuality) through the interpersonal value/quality of loving-kindness and its ramifications: compassion, joy, friendliness, and impartial mentality.
    [Show full text]
  • Alila Experience… Alila Experiences
    Alila Experience… Alila Experiences... Our Leisure Concierge Concept Discover a destination through its traditions, its cuisine, its environment, the roots of its people and their daily rituals. Being on holiday is much about celebrating your own choices in living and cultivating your personal priorities. Because perfection is defined individually, we've carefully combined our destination know-how with all the ingredients of your lifestyle to make your stay a ‘Surprisingly Different’ experience. Allow our Leisure Concierge Team to guide you on your discovery of the hidden treasures that abound within this fascinating destination. Our Leisure Concierges are local experts who know this region well and are passionate about sharing their knowledge with you. Browse the following pages detailing the Alila Experiences and choose those that appeal to your personality and lifestyle. TALE OF TWO SULTANS 4 Hours I IDR 720,000++ per person I IDR 960,000++ per couple " Take a step back in time to Solo's royal past with a visit to two royal palaces: Keraton Kasunanan and Pura Mangkunegaran. Kasunanan is a two-centuries- old palace, built in 1745 by King Paku Buwono II when he moved the kingdom from Kartasura to Desa (village) Sala, now Solo. The keraton was built in stages and was finished during the reign of Paku Buwono X (1893 – 1939). Interesting landmarks around the keraton complex include, among others, Alun-Alun Lor, Alun-Alun Kidul, Sasana Sumewa, Sitihinggil , Kamandungan, Sri Manganti, and Kedhaton. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII is the current descendant of the Pakubuwono dynasty. HOUSE OF DANAR HADI 2 Hours I IDR 420,000++ per person I IDR 560,000++ per couple " Discover the beauty and history of batik at the House of Danar Hadi museum complex, which was founded to preserve and advance the art of batik in Indonesia as part of the nation's cultural legacy.
    [Show full text]
  • The Śailendras Reconsidered
    NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Photo source: Gunkarta Gunawan Kartapranata, http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sailendra_King_and_Queen,_Borobudur.jpg Anton O. Zakharov NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 (Aug 2012) THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Anton O. Zakharov Anton O. Zakharov obtained his PhD in History from the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences, Moscow (2005). His PhD Thesis is entitled Problems of Political Organization of the Southeast Asian Insular Societies in the Early Middle Ages (the 5th–8th Centuries) As Evidenced by Inscriptions. Currently, he is Senior Research Fellow at the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences. He has published extensively on early Southeast Asian history. Email: [email protected] The NSC Working Paper Series is published Citations of this electronic publication should be electronically by the Nalanda-Sriwijaya Centre of the made in the following manner: Institute of Southeast Asian Studies in Singapore. Anton O. Zakharov, The Śailendras Reconsidered, Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper © Copyright is held by the author or authors of each No 12 (Aug 2012), http://www.iseas.edu.sg/ Working Paper. nsc/documents/working_papers/nscwps012.pdf NSC WPS Editors: NSC Working Papers cannot be republished, reprinted, or Geoff Wade Joyce Zaide reproduced in any format without the permission of the paper’s author or authors. Nalanda-Sriwijaya Centre Editorial Committee: Tansen Sen Geoff Wade Joyce Zaide The Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper Series has been established to provide an avenue for swift publication and wide dissemination of research conducted or presented within the Centre, and of studies engaging fields of enquiry of relevance to the Centre.
    [Show full text]
  • Candi Space and Landscape: a Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains
    Candi Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains Proefschrift ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden, op gezag van Rector Magnificus Prof. mr. P.F. van der Heijden, volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op woensdag 6 mei 2009 klokke 13.45 uur door Véronique Myriam Yvonne Degroot geboren te Charleroi (België) in 1972 Promotiecommissie: Promotor: Prof. dr. B. Arps Co-promotor: Dr. M.J. Klokke Referent: Dr. J. Miksic, National University of Singapore. Overige leden: Prof. dr. C.L. Hofman Prof. dr. A. Griffiths, École Française d’Extrême-Orient, Paris. Prof. dr. J.A. Silk The realisation of this thesis was supported and enabled by the Netherlands Organisation for Scientific Research (NWO), the Gonda Foundation (KNAW) and the Research School of Asian, African and Amerindian Studies (CNWS), Leiden University. Acknowledgements My wish to research the relationship between Ancient Javanese architecture and its natural environment is probably born in 1993. That summer, I made a trip to Indonesia to complete the writing of my BA dissertation. There, on the upper slopes of the ever-clouded Ungaran volcano, looking at the sulfurous spring that runs between the shrines of Gedong Songo, I experienced the genius loci of Central Javanese architects. After my BA, I did many things and had many jobs, not all of them being archaeology-related. Nevertheless, when I finally arrived in Leiden to enroll as a PhD student, the subject naturally imposed itself upon me. Here is the result, a thesis exploring the notion of space in ancient Central Java, from the lay-out of the temple plan to the interrelationship between built and natural landscape.
    [Show full text]
  • R. Jordaan the Sailendras, the Status of the Ksatriya Theory, and the Development of Hindu-Javanese Temple Architecture
    R. Jordaan The Sailendras, the status of the Ksatriya theory, and the development of Hindu-Javanese temple architecture In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 155 (1999), no: 2, Leiden, 210-243 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/30/2021 09:26:13PM via free access ROY E. JORDAAN The Sailendras, the Status of the Ksatriya Theory, and the Development of Hindu- Javanese Temple Architecture Introduction The reconstruction of the history of Java, Sumatra, and the Malay Peninsula from the eighth to the twelfth century AD1 is still greatly hampered by the unsolved problem of the origin of the Sailendra dynasty. The reference to the name Sailendra in a number of dated Central Javanese inscriptions (Kalasan 778, Kelurak 782), an undated inscription found in the Thai part of the Malay Peninsula (Ligor B, in or shortly after 775), and a few inscriptions from both North and South India (Nalanda circa 859, Charter of Leyden 1089-1090) inspired R.C. Majumdar (1933, 1934) to posit the existence of a Sailendra empire, which, at the height of its glory, in the early ninth century, suppos- edly embraced large parts of the Indo-Malay archipelago (the Malay Penin- sula, Sumatra, and parts of Java) as well as of the Southeast Asian mainland. Majumdar suggested that the Sailendras originated from Kaliriga in India and, travelling by way of Lower Burma, migrated to the northern part of the Malay Peninsula, whence they ruled over their new kingdom, which he des- ignated 'Malayasia'. In the ensuing scholarly debate, various of Majumdar's ideas were dis- puted.
    [Show full text]
  • KONDISI JAWA TENGAH PADA ABAD VIII SAMPAI ABAD XV M Oleh
    KONDISI JAWA TENGAH PADA ABAD VIII SAMPAI ABAD XV M Oleh: Siti Maziyah ABSTRACT Using historical method, this research attempts to find out Central Java condition in the 8th to 15th Centuries. Collecting data from ancient inscriptions, ancient books, and earlier researches, indications are found that the 8th to 10th centuries Central Java seems existing as an old kingdom territory, but in the 11th to 15th centuries, it became a subordinate territory in the old kingdom. Data also indicate that the centre of the kingdom often changed places. Keywords: ancient Central Java, old kingdom, subordinate territory A. PENDAHULUAN yakni Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta Jawa Tengah adalah sebuah masih merupakan daerah swapraja provinsiIndonesia yang terletak di bagian kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dan terdiri dari dua wilayah, yaitu dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, barat, Samudra Hindia dan Daerah sebagaimana Yogyakarta yang terdiri dari Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Pakualaman dan Kasultanan Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Ngayogyakarta. Masing-masing gewest Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas itu Gewest Rembang juga meliputi Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga Regentschap Tuban dan meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah Bojonegoro.Setelah diberlakukannya selatan, serta Kepulauan Karimun Jawa di Decentralisatie Besluit pada tahun 1905, Laut Jawa. gewesten diberi otonomi dan dibentuk Pengertian Jawa Tengah secara Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk geografis dan budaya kadang-kadang juga gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu mencakup wilayah Daerah Istimewa Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, Yogyakarta.
    [Show full text]
  • Letters to the Editor
    LETTERS TO THE EDITOR The use of the Sanskrit words rājasiṅha and dharmasetu in the Kalasan charter and their potential significance with respect to the single-dynasty thesis for Central Javanese history In a recently published Pacific World article, my esteemed colleague Jeffrey Sundberg expressed his irritation with my analysis of the desig- nation rājasiṅha based on its use in v.10 of the Kalasan inscription from Central Java. As the reader shall see, this issue is crucially pertinent to the ongoing debate as to whether the Kalasan charter actually refers to a single sovereign or to two different kings, with the Śailendra head of state being most clearly designated through the use of the designation rājasiṅha and the other ruler by means of the title mahārājā.1 Sundberg claimed that my gloss of rājasiṅha as the “lion among kings” had been made “without comment or justification” and con- cluded that no royal personage known by this designation could have 1. The two-kings theory for the Kalasan charter initially was explicated by Frits Herman van Naerssen (“The Śailendra Interregnum,” in India Antiqua, a Volume of Oriental Studies Presented by His Friends and Pupils to Jean Phillippe Vogel on the Occasion of the 50th Anniversary of His Doctorate, ed. J. Philippe Vogel, F.D.K. Bosch, Instituut Kern [Leiden: Brill, 1947]: 249–253) and subsequently revised and refined by F.D.K. Bosch (“Śrīvijaya, de Śailendra- en de Sañjaya- vaṁśa,” Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde 108, no. 2 [1952]: 113–14). For wider discussions of the so-called two dynasties theory as it pertains to eighth and early-ninth century Java, see R.
    [Show full text]