Raja-Raja Mataram Kuna Dari Sanjaya Sampai Balitung Sebuah Rekonstruksi Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Raja-Raja Mataram Kuna Dari Sanjaya Sampai Balitung Sebuah Rekonstruksi Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III Raja-raja Mataram Kuna dari Sanjaya Sampai Balitung Sebuah Rekonstruksi Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III Kusen Keywords: inscriptions, history, kings, Ancient Mataram, Sanjaya, Balitung How to Cite: Kusen. Raja-raja Mataram Kuna dari Sanjaya Sampai Balitung Sebuah Rekonstruksi Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III. Berkala Arkeologi, 14(2), 82–94. https://doi.org/10.30883/jba.v14i2.721 Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 14 No. 2, 1994, 82-94 DOI: 10.30883/jba.v14i2.721 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License. RAJA-RAJA MATARAM KUNA DARI SA�JAYA SAM PAI BALITUNG SEBUAH REKONSTRUKSI BERDASARKAN PRASASTI WANUA TENGAH Ill Kusen (Jurusan Arkeologi FS - UGM} " Every new archaeological discovery could concievably give rise to historiographical changes .. And it is quite possible thateventual ly the whole of the period of ancient history w,1/ have to be rewritten in the light of such new discoveries ... • (Soekmono, 1965· 46) I. Masalah II . Prasasti Wanua Tengah Ill, 830 C (908 M) Penultsan sejarah kuna senngkali lebih Prasasti Wanua Tengah Ill, ditemukan banyak menyajikan pertanyaan dan dugaan-du­ oleh seorang penduduk dusun Dunglo, desa Gan­ gaan daripada kenyataan. Hal ,ni terJadi karena dulan, kecamatan Kaloran, kabupaten Temang­ sumber sejarah yang ditemukan sangat terbatas gung, Jawa Tengah, pada sekitar bulan Novem­ dan informasinya tidak selengkap yang diharap­ ber 1983. Prasasti terdiri atas dua lempeng tem ­ kan Oleh sebab itu setiap penemuan data... baru baga, berhuruf dan berbahasa Jawa Kuna de­ akan disambut dengan gembira karena mungkin ngan sisipan bahasa Sanskreta dan berangka ta­ berguna bag1 penyempurnaan rekonstruksi seja­ hun 830 C. Sekarang prasasti tersebut dis1mpan rah yang sudah ada. Sehubungan dengan hal in1, di Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala pernyataan Soekmono• seperti tertera di atas Jawa Tengah di Prambanan (Kusen, 1984) sungguh merupakan arahan yang perlu diperha­ Alihaksara prasasti pertamakali d1lakukan tikan oleh mereka yang menekuni bidang seJarah oleh penulis dan kemud1an oleh Boechari Se­ kuna Namun agaknya arahan tersebut terl u­ lain mengalihaksarakan prasasti, Boechan mem­ pakan oleh tim redaksi penulisan SeJarah Na­ beri nama prasasti ini Wanua Tengah Ill SeJak sional lndone6ia II, khususnya yang membahas ditemukan sudah ada beberapa orang yang me­ tentang seiarah raja-raja Mataram Kuna. Hal 1n1 manfaatkan atau menyinggung isi prasast1 ini da­ tampak Jelas darike -4kenyataan, bahwa sampai lam tulisan mereka. Di antaranya penuils sendm penerbitan Edis1 tahun 1992, Sejarah Na­ (KusenDwiy,1984a;nto198 6; 1•988; 1 989), Boechari {1 986) sional Indonesia II sama sekalt tidak menying­ Djoko (1 985; 1986) dan Hasan OJafar gung data penting yang termuat dalam prasasti (1 985) Wanua Tengah Ill yang sebenarnya telah dite­ Prasasti Wanua Tengah Ill pada pokoknya mukan tahun 1 983. Lebih mengherankan lagi bens1 keputusansawah raja Balitung yang menetapkan bahwa prasast1 tn1 paling tidak sudah dibahas sebidang di Wanua Tengah sebagai s1ma dan d1sajikan dalam Seminar Sejarah Nasional IV bihara di Pikatan. Untuk melatarbelakangi kepu­ tahun 1985 oleh Dj oko Owiyanto dan Hasan tusannya, terleb1h dahulu diuraikan riwayat sa­ DJafar serta dalam Pertemuanllmiah Arkeolog, IV wah sejak pemenntahan Rake Panangkaran ta­ tahun 1986 oleh Djoko Dwiyanto. Mengapa hal ini hun 74 6 M sampai dikeluarkannya prasasti oleh dapat terJad1 ? Balitung di tahun 908 M. Adapun ringkasan 1s1 Makalah ini akan menyajikan1 kembali data prasasti dapat d1uraikan dalam but1r-butir sebaga1 seJarah yang termuat :ialam prasasti Wanua berikut: Tengah Ill, khususnya yang berkenaan dengan 01 . Prasasti dibuka dengan kete rangan tentang raja-raJa Mataram Kuna yang selama 1n1 seorang bernamari Rahyangta i Hara ad1k teraba1kan oleh tim redaksi penulisan Sejarah Rahyangta Mdang yang telah mendirikan Nasional Indonesia 11. Kemudian akan disajikan bihara di Pikatan rekonstruks1 seiarah raJa-raJa khususnya mula1 02. Ral<e Panangl<aran na,k tahta tanggal 27 dari Sanjaya sampai Balitung untuk menunjukkan November 746. Dia menganugerahkan seb 1- betapa tingginya nilai sejarah yang terkandung dang sawah di Wanua Tengah sebaga1 sima dalam prasasti Wanua Tengah Ill ini. Akhirnya isi bihara di Pikatan beserta benih padinya. makalah diharapkan dapat menjadi salah satu 03. Rake Panaraban naik tahta.. tanggal 1 April bahan pertimbangan dalam upaya penulisan 784. Dia tidak merubah status sawah. kembalimendatang sejarah. raja-raja Mataram Kuna di masa 04. Rake Wara#<Dyah Manara naik tahta tanggai 28 Maret 803. Raja ini telah mencabut status sima sawah di Wanua Tengah Berka/a Arl<eologi EDIS/ KHUSUS - 1994 82 sehmgga ttdak lag1 men1ad1 hak bihara d1 Saka ke dalam h1tungan penanggalan Maseh1 Pikatan Rake Warak meninggal dan telah dilakukan oleh Djoko Dwiyanto (1 985) mendapat sebutan Uraian dalam prasasti yang mencakup 05. Dyah Gula naik tahtasang tanggal Jumah 5 Agustusi ke/asa. 827. kurun waktu yang cukup panjang dan daftar raJa­ Dia t1dak merubah status sawah. raja yang dilengkap1 dengan perincian tanggal, 06. Garung anal< sang Jumah i tDI< naik hari, pasaran, bulan dan tahun kena1kkan tah­ tahtaRake tanggal 24 Januari 828. Pada tahun tanya masing-masing justru menimbulkan ke­ 829. dia mengembalikan sawah tersebut sangsian akan keaslian dan kebenaran 1nformas1 kepada bihara di Pikatan. Dalam prasasti yang termuat di dalamnya Oleh karena 1tu se­ Wanua Tengah Ill terdapat kutipan prasasti belum d1gunakan sebagai data rekonstruks1 seJa­ Rake Garung yang berkenaan dengan rah perlu diuji dahulu keaslian dan kebenaran pemulihan status sawah sima yang dahulu informasi yang termuat di dalamnya Untuk pe­ dicabut oleh Sri mahi:iraja Jumah i ngujian, isi prasasti Wanua Tengah Ill akan d1- ba ndingkan dengan 1si prasasti-prasasti lain yang Kutipan ini tertu lis dalamsang dua versi _ J<eya1tu/asa dalam. bahasa Jawa Kuna dan bahasa seJaman. Sanskreta Rake Garung meninggal dunia. Dibandingkan dengan isi prasast1 lam, hal 07 naik tahta yang pertamakali menarik perhatian adalah tanggalRake Pikatan22 Februari Dyah 84 7. SaladuRaja ini mencabut perbedaan daftar raja-raja Mataram Kuna yang status s1ma sawah d1 Wanua Tengah Rake termuat dalam prasasti ini dengan yang termuat P1katan menmggal dunia. dalam prasast1 Mantyasih 907 M karena 08 naik tahta keduanya dikeluarkan oleh Balitung pada tahun Raketanggal Kayuwangi 27 Mei Dyah855. LokapalaDia tidak merubah yang berturutan (Ii hat lampiran 1 ). Mengapa hal status sawah. Rake Kayuwangi meninggal ini dapat terjadi? Pertanyaan penting in1 akan dunia dijawab setelah rekonstruks1 seiarah raJa-raJa 09. naik tahta ta nggal 5 Februan Mataram Kuna seJak Saf\jaya sampa1 Balitung 885Dyah DTagwasia tidak merubah status sawah. Dia dilakukan d1gullngkan dan tahta. Untuk mengawal1 pengujian tentang kebe­ 1 O. naik naran informasi yang termuat dalam prasast1 Wa­ tahtaRake tanggalPanumwangan 27 Sept Dyahember Dewendra 887. RaJa ini nua Tengah, berikut 1ni akan d1l1hat apakah na­ ttdak merubah status sawah. Rake ma-nama yang disebut dalam prasast1 in1 1uga Panumwangan digulingkan dan tahta. ditemukan dalam prasast1 lain. Hasil perband1- 1 1 naik tahta ngan yang telah d1lakukan adalah sebaga1 tanggalRake Gurunwangi 27 Januari Dyah887 BhadraDikatakan dalam berikut prasasti bahwa d1a lari meninggalkan istana 01 . Nama ad1k r, (mmggaf) pada tanggal 24 Februan 887, Rahyangtasebaga1 pendiri i Hara . biharaRahyangra d1 Pikatan seh1ngga tahta kerajaan kosong. Mdangtidak ditemukan dalam prasast1 lain 12 na1k 02. yang na1k tahta tanun tanggalRal<e Wungl<alhumalang 27 November Dyah894. JbangDia t1dak 7Rake 46 M, Panangl<aranselain disebut dalam prasast1 Man­ merubah status sawah di Wanua Tengah. tyasih 907 M, Juga disebut dalam prasast1 Rake Wungkalhumalang meninggal dunia Kalasan 778 M dan prasast1 Abhayagmw1- 13 naik tahta hara 792 M. tanggalRalf.e Watul<ura 23 Mei 898. Dyah Mahaman Ba/itungtrinya adalah 03. Panaraban yang na1k tahta tahun 784 i Hino Sri Pada tahun MRake tidak d1sebut dalam prasast1 lain. Namun Rakryan904, Balitung memerDaksottamaintahkan agar semua demikian di dekat gapura pertama kompleko. b1hara d1 Jawa dijadikan swatantra. Pada Ratu Boko telah d1temukan sebuah lempe­ tanggal 1 Oktober 908, Balitung bersama­ ngan emas bertulisan swa­ sama dengan mahamantrinya memberikan ha om(Su tah amk1 ihumJahr, 1950 :36) sawah di Wanua Tengah sebaga1 sima 04. Namapanarabwan hampasyang na1k tahta tahun bihara d1 Pikatan. 803 M RakeJuga Warakd1temukan dalam prasast1 14 SelanJutnya dalam prasast1 disebutkan Mantyas1h 907 M nama-nama pejabat yang terlibat dalam 05. Nama yang na1k tahta tahun 827 upacara penetapan sima, besarnya M tidak Dyahdijumpai Gula dalam prasast1 lam pageh yang harus dikeluarkan olehpageh­ pihak 06. yang naik tahta tahun 828 M bihara serta ditutup dengan kutukan bagi selamRake JugaGarung d1sebut dalam prasast, Mantyas,n s1apa saJa yang beran1 merubah keputusan 907 M, d1sebut pula dalam prasast1 Garung yang sudah ditetapkan 81 9 M. Dalam prasast1 tahun 819 M d1a Dem1k1anlah ringkasan 1s1 prasast1 Wanua menyebut dirinya Rakarayan I Garung tanpa Tengah Ill. Dan sebagai catatan perlu dikemu­ gelar maharaja. kakan bahwa konvers1 unsur-unsur penanggalan Berka/a Arkeolog1 EDIS/ KHUSUS - 1994 .. 07. Nama yang naik Ill. Rekonstruksi Sejarah Raja-raja Mataram tahta tahunRake Pikacan847 M Dyahsecara Saladu lengkap tidak Kuna Dari Sarijaya Sampai Balitung ditemukan dalam prasasti lain. Namun gelar Prasast1 Wanua Tengah Ill hanya
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Identity Representation on Personal Travel Blog
    Identity Representation on Personal Travel Blog THESIS by: Ahmad Zakki Maulana NIM 14320079 ENGLISH LETTERS DEPARTMENT FACULTY OF HUMANITIES UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018 i Identity Representation on Personal Travel Blog THESIS Presented to Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Sarjana Sastra composed by: Ahmad Zakki Maulana NIM 14320079 supervisor: Masrokhin, M. A NIDT 19780410201608011035 ENGLISH LETTERS DEPARTMENT FACULTY OF HUMANITIES UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018 APPROVAL SHEET ii LEGITIMATION SHEET iii STATEMENT OF AUHENTICITY iv MOTTO Learn from past, live for present, hope for future. v DEDICATION I proudly dedicate this thesis to my lovely family, including my father H. M. Muzayyin, my mother Hj. Umi Faizah, my sister and her husband Tutun Atufah and Nur Salim, my nephew and niece, as well as the other members of my family who have stayed next to me in every single step of mine. I do thank for your love, support, guidance given to me till I can finish my study. vi ACKNOWLEDGEMENT All praise to Allah S.W.T. who has given His guidance and blessing for all creatures in the universe, including me, so I can finish this thesis entitled “Identity Representation on Personal Travel Blog”. Shalawat and Salam are always praised to our beloved Prophet Rasulullah Muhammad p.b.u.h, the messenger as well as the one who brings good news to human life. I am able to accomplish this thesis successfully due to some talented as well as inspired people who always give me advice, guidance, and critique in order to improve this thesis.
    [Show full text]
  • Pesona Candi Ratu Boko Di Yogyakarta
    Domestic Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta Mely Anita Sari 1702689 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Domestic Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan judul Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta. 1. Pendahuluan DCS atau dikenal dengan Domestic Case Study merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan oleh para mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM). Domestic Case Study dilaksanakan pada awal semester ke 3 yang wajib dikumpulkan dalam bentuk laporan atau jurnal ilmiah ang dibuat untuk memennuhi syarat pada saat mengikuti ujian pendadaran di akhir semester ke 8. Ada beberapa tempat tujuan untuk mengikut DCS yang dilaksanakan oleh pihak kampus pada bulan Januari 2018, seperti Jambore Nasional di Kliurang dan Seminar yang dilaksanakan di kampus. Para mahasiswa diperkenankan untuk memilih salah satu tempat tujuan DCS tersebut. Namun mahasiswa juga diperkenankan untuk memilih tujuan DCS selain yang telah ditentukan oleh pihak kampus, seperti yang dilakukan oleh pihak penulis yang mengambil objek tujuan DCS diluar ketentuan kampus, sehingga penulis dapat mengangkat objek wisata yang terdapat di daerahnya sendiri[1]. Dalam hal ini untuk memenuhi syarat DCS harus tercantum sertifikat sertifikat tentang seminar yang berkaitan dengan Pariwisata. Untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mengikuti seminar yang bertemakan “Responsible Tourism”
    [Show full text]
  • The Śailendras Reconsidered
    NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Photo source: Gunkarta Gunawan Kartapranata, http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sailendra_King_and_Queen,_Borobudur.jpg Anton O. Zakharov NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 (Aug 2012) THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Anton O. Zakharov Anton O. Zakharov obtained his PhD in History from the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences, Moscow (2005). His PhD Thesis is entitled Problems of Political Organization of the Southeast Asian Insular Societies in the Early Middle Ages (the 5th–8th Centuries) As Evidenced by Inscriptions. Currently, he is Senior Research Fellow at the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences. He has published extensively on early Southeast Asian history. Email: [email protected] The NSC Working Paper Series is published Citations of this electronic publication should be electronically by the Nalanda-Sriwijaya Centre of the made in the following manner: Institute of Southeast Asian Studies in Singapore. Anton O. Zakharov, The Śailendras Reconsidered, Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper © Copyright is held by the author or authors of each No 12 (Aug 2012), http://www.iseas.edu.sg/ Working Paper. nsc/documents/working_papers/nscwps012.pdf NSC WPS Editors: NSC Working Papers cannot be republished, reprinted, or Geoff Wade Joyce Zaide reproduced in any format without the permission of the paper’s author or authors. Nalanda-Sriwijaya Centre Editorial Committee: ISSN: 2529-7287 Tansen Sen Geoff Wade Joyce Zaide The Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper Series has been established to provide an avenue for swift publication and wide dissemination of research conducted or presented within the Centre, and of studies engaging fields of enquiry of relevance to the Centre.
    [Show full text]
  • UNESCO World Heritage Site Yogyakarta 57454 Indonesia
    Candi Perwara, Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa UNESCO World Heritage Site Yogyakarta 57454 Indonesia unesco | 1 PRAMBANAN THE LEGEND The astonishing temples of Prambanan, believed to be the proof of love from Bandung Bondowoso to Princess Loro Jonggrang, are the best remaining examples of Java’s extended period of Hindu culture. Located 17 kilometers northeast of Yogyakarta, the temples boast of a wealth of sculptural detail and are considered to be one of Indonesia’s most phenomenal examples of Hindu art. Legend says that there were once a thousand temples standing in the area, but due to a great earthquake in the 16th century, accelerated by the treasure hunters and locals searching for building material, many of the temples are gone now. Initiatives to restore the temples have been conducted to some extent, though many stand in ruin today. The UNESCO World Heritage Site of the Prambanan Temple Compounds. PHOTO BY MICHAEL TURTLE prambanan | 2 prambanan | 3 CONSTRUCTION The Prambanan temple is the largest Hindu temple of ancient Java, and the first building was completed in the mid-9th century. It was likely started by Rakai Pikatan as the Hindu Sanjaya Dynasty’s answer to the Buddhist Sailendra Dynasty’s Borobudur and Sewu temples nearby. Historians suggest that the construction of Prambanan probably was meant to mark the return of the Hindu Sanjaya Dynasty to power in Central Java after almost a century of Buddhist Sailendra Dynasty domination. The construction of this massive Hindu temple signifies that the Medang court had shifted its patronage from Mahayana Buddhism to Shaivite Hinduism.
    [Show full text]
  • Ratu Boko, Sejarah, Dan Potret Keadaanya
    halaman 7 BAH II RATU BOKO, SEJARAH, DAN POTRET KEADAANYA 2.t. Tinjauan Sejarab dan Arkeologis Kawasan Prambanan 2.1.1. Sejarah Mataram Kooo Kebudayaan Jawa kuno di Jawa Tengah merupakan suatu pembauran antara budaya dan kepercayaan masyarakat setempat dengao budaya India dan menghasilkan suatu unique Hinduized religious art yang lebih dikenal dengan kebudayaan Hindu-Jawa (JICA: 1979). Disamping Sumatra, Jawa Tengah merupakan pusat peradaban di Indonesia pada abad vm - X. ketika kerajaan Hindu menapaki kejayaan dan budaya Hindu-Buddha tumbuh subur di sana. Pengaruh budaya India ini merasuk begitu dalam pada kehidupan masyarakatnya, baik dalam struktur pemerintahan. teknologi pertanian dan industri, serta sem rancang bangunnya. Gelombang pertama masuknya Hindu keIndonesia diperkirakan pada abad I - n dan masa poocaknya pada sekitar abad V. Pengaruh agama Buddha masuk sekitar abad vm dan dengan cepat menyebar di Pulau Jawa dalam beberapa taboo. Agama Hindu, khususnya sekte Syiwa berkembang pesat berdampingan dengan kerajaan-kerajaan Jawa dan menjalin kerja sarna diantara mereka. Didalam perjalanannya, agama Hindu dan Buddha dapat berjalan beriringan. Di abad VII dan VIII saat terjadi akulturasi begitu cepat dan mendalam dari budaya India kedalam budaya lokal. Bndaya asing tersebut diterima, bokan saja dalam hal kepercayaan, tetapi juga dalam hal kehidupan sehari-hari, perekonomian masyarakat, pembentukan pemerintaban, sem bina kota, dan sebagainya. Dari reruntuhan bangunan yang ada di Jawa Tengah didapatkan kesimpulan, tinggalan tersebut
    [Show full text]
  • Perancangan Buku Informasi Candi Sewu Sebagai Kompleks Candi Buddha Terbesar Di Indonesia
    Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya e-ISSN:2623-0305 Vol. 3 No. 3, Mei--Agustus 2021 Hlm. 261--273 PERANCANGAN BUKU INFORMASI CANDI SEWU SEBAGAI KOMPLEKS CANDI BUDDHA TERBESAR DI INDONESIA Siti Khotami1), Yayah Rukiah2), Herliana Rosalinda3) Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, 12530, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk merancang buku informasi Candi Sewu sebagai kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia. Hasil perancangan buku informasi ini bertujuan sebagai bahan pengetahuan tentang warisan budaya bersifat kebendaan untuk pendidikan dan penelitian, agar menambah wawasan dan kecintaan masyarakat tentang kebudayaan. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Metode kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sejarah objek serta aktivitas sosial yang terjadi dalam lingkungan kompleks Candi Sewu karena meneliti tentang arsitektur, relief dan pemugaran. Teknik pengumpulan data berupa studi pustaka (data didapatkan dari buku, jurnal dan online), observasi dan wawancara narasumber dari arkeologi dan BPCB Unit Candi Sewu. Hasil yang dicapai adalah menciptakan media informasi yaitu buku informasi. Buku informasi ini berisi tentang sejarah Candi Sewu berdasarkan Kerajaan Mataram dan Prasasti Manjusrigrha, arsitektur bangunan Kompleks Candi Sewu, mulai dari Candi Induk, Candi Perwara dan Candi Apit, Ragam hias yang ada pada Candi Sewu, terakhir mengenai Pemugaran Candi dan Perawatan Candi. Kata Kunci: Buku Informasi, Candi Sewu, Buddha Abstract The research objective is to design an information book on Sewu Temple as the largest Buddhist temple complex in Indonesia. The results of the design of this information book are aimed at providing knowledge about material cultural heritage for education and research, in order to broaden people's knowledge and love of culture.
    [Show full text]
  • A Social Psychology of Loving-Kindness Carved in Stone – Maurits G.T
    A Social Psychology of Loving-kindness Carved in Stone – Maurits G.T. Kwee Abstract A social psychological perspective is elucidated while virtually touring the Borobudur, a Mahayana wonder from about the year 800 located between two twin volcanoes on Java- island. Its history is dealt with by commemorating the builders, Javanese Buddhism, and Dharmarakshita Suvarnadvipa, Borobudur’s premier proponent. It is surmised that the stupa- like pyramid served the function of devotion to glorify Buddhism and of ceremony to coronate the Sailendra kings as Bodhisattvas. Besides, this was a dynastic gift to the people: an educational centre. The Borobudur is instrumental to realize awakening in one lifetime by ascending to extinguish craving (Nirvana) in awakening motivation (absolute bodhicitta) and to liberate all beings from the cycle of psychological malaise (Samasara) by disseminating loving-kindness, once descended to the secular world (relative bodhicitta). Based on the Gandavyuha Sutra as depicted on reliefs of the Borobudur (exhorting that the world is an “empty bubble”), a practice-oriented view is presented which goes beyond the Abhidharma philosophical psychology by rendering a “Psychology of Relational Buddhism”: meaning and happiness are derived from the interpersonal care in intrapersonal harmony. Accentuating the “languaging” dimension of the body/speech/mind karmic triad, postmodern Social Construction is embraced to illuminate the emptiness of “transcendental truth” and to elucidate “relational (inter-)being”. Psychological studies and initiatives researching relationships’ congealing properties are reviewed. In effect, the Borobudur’s message is to realize the “in-between self” (non-individuality) through the interpersonal value/quality of loving-kindness and its ramifications: compassion, joy, friendliness, and impartial mentality.
    [Show full text]
  • RESEARCH NOTES Javanese Names During the Height Of
    KEMANUSIAAN Vol. 20, No. 2, (2013), 81–89 RESEARCH NOTES Javanese Names during the Height of the Hindu-Buddhist Kingdoms in Java: An Ethnolinguistic Study SAHID TEGUH WIDODO Universitas Sebelas Maret, Indonesia. [email protected] Abstract. Javanese names have undergone numerous developments throughout the course of human civilisation. The study of names is an important means of discovering the desires, cultural tastes and lifestyles of the Javanese from one period to another. This study used a qualitative descriptive research method. The data for the research were obtained from Indonesian historical sources, the story of Babad Tanah Jawa, epigraphs and selected informants. The techniques used to collect the data were content analysis and interviews with a number of historical and language experts. The analysis resulted in a description of the development of the form and structure of Javanese names. Based on the historical context, these names were strongly influenced by the Sanskrit language of the centuries- old Hindu and Buddhist traditions in India. The influence of the ancient Javanese language on Javanese names began to appear at the beginning of the Javanese Hindu era, along with a decline in the Hindu-Buddhist influence in Java. This influence was marked by the appearance of elements in names that do not exist as syllables in Sanskrit. This phenomenon indicates an acculturation of the Javanese, Hindu and Buddhist cultures. Ancient Javanese influences are still found today in modern Javanese names, such as in the use of the names Dyah, Jaya, Dewi/Devi, Wardhana, Arya and Rangga. Keywords and phrases: name, Javanese, Hindu, Buddhist, Sanskrit Introduction The height of the Hindu and Buddhist era in Java was marked by the establishment of large kingdoms and a high level of civilisation.
    [Show full text]
  • Download File
    International Journal of Current Multidisciplinary Studies Available Online at http://www.journalijcms.com Vol. 5, Issue,05(A), pp. 1001-1005,MAY,2019 IJCMS RESEARCH ARTICLE UNESCO CULTURAL HERITAGES AND SYMBOL OF INDONESIAN PEACE AND RELIGIOUS HARMONY Hary Gunarto Ritsumeikan Asia Pacific University. Japan ARTICLE INFO ABSTRACT Received 10th February, 2019 Borobudur and Prambanan are UNESCO heritage sites located in central Java, Indonesia Received in revised form 2nd with monument size of 123x123x47 meters (Borobudur) and 34x34x47 meters (Prambanan March, 2019 on Shiva shrine). Based on Guinness World Records, Borobudur is the biggest Buddhist Accepted 26th April, 2019 temple in the world and entirely made from massive and solid volcanic stones. These two ancient monuments have abundant bas-reliefs on their walls which illustrate teaching Published online 28th May, 2019 manuscript of Buddhist and Hinduism religions, and represent the life of Buddha (Buddhist Keywords: texts) and Ramayana documents each. This paper discusses the history and understanding Symbol of religious harmony, Borobudur, for both religious monuments that now represents symbol of religious tolerance in a country Prambanan, Buddhist temple, Hinduism with majority Muslim people. They are believed to be constructed and build in peaceful and shrine tolerant religious harmony among people of the 8th century Mataram Kingdom. Copyright © 2019 Hary Gunarto et al., This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. INTRODUCTION role of both types of heritage treasures often serves as an important part for country's tourist industry and attracts many UNESCO World heritage is natural and cultural legacy of local and foreign visitors.
    [Show full text]
  • Alila Experience… Alila Experiences
    Alila Experience… Alila Experiences... Our Leisure Concierge Concept Discover a destination through its traditions, its cuisine, its environment, the roots of its people and their daily rituals. Being on holiday is much about celebrating your own choices in living and cultivating your personal priorities. Because perfection is defined individually, we've carefully combined our destination know-how with all the ingredients of your lifestyle to make your stay a ‘Surprisingly Different’ experience. Allow our Leisure Concierge Team to guide you on your discovery of the hidden treasures that abound within this fascinating destination. Our Leisure Concierges are local experts who know this region well and are passionate about sharing their knowledge with you. Browse the following pages detailing the Alila Experiences and choose those that appeal to your personality and lifestyle. TALE OF TWO SULTANS 4 Hours I IDR 720,000++ per person I IDR 960,000++ per couple " Take a step back in time to Solo's royal past with a visit to two royal palaces: Keraton Kasunanan and Pura Mangkunegaran. Kasunanan is a two-centuries- old palace, built in 1745 by King Paku Buwono II when he moved the kingdom from Kartasura to Desa (village) Sala, now Solo. The keraton was built in stages and was finished during the reign of Paku Buwono X (1893 – 1939). Interesting landmarks around the keraton complex include, among others, Alun-Alun Lor, Alun-Alun Kidul, Sasana Sumewa, Sitihinggil , Kamandungan, Sri Manganti, and Kedhaton. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII is the current descendant of the Pakubuwono dynasty. HOUSE OF DANAR HADI 2 Hours I IDR 420,000++ per person I IDR 560,000++ per couple " Discover the beauty and history of batik at the House of Danar Hadi museum complex, which was founded to preserve and advance the art of batik in Indonesia as part of the nation's cultural legacy.
    [Show full text]
  • A Reply to John Miksic In
    R. Jordaan Consensus and variance in Indonesian archaeology; A reply to John Miksic In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 156 (2000), no: 1, Leiden, 169-175 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/24/2021 03:10:03AM via free access Discussion ROY JORDAAN Consensus and variance in Indonesian archaeology A reply to John Miksic Although I am grateful to Professor John Miksic for his long and searching review of my English-language reader on the Loro Jonggrang temple com- plex (BKI 155, IV:712-23), his discussion contains a number of flaws which are so serious that I cannot let them pass in silence. Being convinced of the importance of debate in advancing our knowledge, I am writing this rejoin- der primarily in the hope that it will prove useful in the ongoing process of archaeological research and interpretation at Loro Jonggrang. My first point concerns Prof. Miksic's remark that 'some of the works seem to have been selected for inclusion not primarily on the basis of their usefulness in conveying a rounded view of the Loro Jonggrang complex, but because they tend to support certain theories of the introduction's author'. This is a serious allegation, but one that is not supported by examples. Miksic speaks only of 'certain articles not found here', without mentioning their titles. The reader carries the subtitle 'Dutch essays on the Loro Jonggrang temple complex', and the language criterion, together with the limited finan- cial means at my disposal for translation (a problem extensively described in the introduction), were more decisive for the selection than my personal pref- erences.
    [Show full text]