PENDIDIKAN BERBASIS NILAI-Nllai KEBANGSAAN

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

PENDIDIKAN BERBASIS NILAI-Nllai KEBANGSAAN PENDIDIKAN BERBASIS NILAI-NlLAI KEBANGSAAN: Pendidikan Politik dan Sosialisasi Politik Azyumardi Azra [email protected] Bicara tentang pendidikan berbasiskan nilai-nilai kebangsaan tidak bisa lain berbicara tentang pendidikan politik. Lalu, pembicaraan tentang hubungan antara pendidikan dengan politik bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman Plato dan Aristoteles sampai masa modern dan kontemporer, para filsuf dan pemikir politik telah memberikan perhatian cukup intens pada masalah ini. Kenyataan ini misalnya ditegaskan dengan ungkapan ―as is the state, so is the school‖ (―sebagaimana negara, seperti itulah sekolah‖), atau ―What you want in the state, you must put into the school‖ (―apa yang anda inginkan dalam negara, harus anda masukkan ke sekolah‖). Juga terdapat teori yang dominan dalam demokrasi yang mengasumsikan, pendidikan adalah sebuah korelasi -jika tidak sebuah persyaratan bagi suatu tatanan demokratis (Coleman dalam Coleman, ed, 1956: 6). Dalam konteks itu, kalau berbicara tentang pendidikan berbasis nilai-nilai kebangsaan (nasionalisme) Indonesia, pembicaraan niscayalah menyangkut UUD 1945, Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Inilah prinsip dasar kebangsaan negara-bangsa Indonesia. Di sini kita pasti harus berbicara tentang politik. Lagi pula, pendidikan nasional merupakan lokus tidak hanya untuk transfer ilmu, kecakapan dan keterampilan, tetapi juga wahana untuk penanaman semangat kebangsaan. Selanjutnya jika berbicara tentang pendidikan dalam kaitan dengan hal kebangsaan, orang harus berbicara --sekali lagi-- tentang ‗pendidikan politik‘. Hal ini tidak lain karena pendidikan politik merupakan wahana efektif untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan kecintaan kepada ke empat prinsip dasar negara-bangsa Indonesia (NKRI). Melalui ‗pendidikan politik‘ --yang bisa berbentuk Mata pelajaran/Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Sejarah, dan bahkan Pendidikan Agama Islam (atau pendidikan agama-agama lain) dapat ditumbuhkan perasaan dan semangat cinta tanah air, yang dalam ajaran Islam disebut sebagai hubbul al-wathan min al-iman-- cinta tanah air adalah bagian daripada iman. PENDIDIKAN DAN ‘PENDIDIKAN POLITIK’ Dengan mengambil kasus dan pengalaman pendidikan Islam, hubungan antara pendidikan dengan politik juga dapat dilacak sejak masa pertumbuhan paling subur dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam, semacam madrasah. Sepanjang sejarah, terdapat hubungan amat erat antara pendidikan dengan politik. Kenyataan ini misalnya dapat dilihat dari pendirian banyak madrasah di Timur Tengah yang disponsori oleh penguasa politik. Contoh paling terkenal dalam hal ini adalah Madrasah Nizamiyyah di Baghdad yang didirikan sekitar 1064 oleh Wazir Dinasti Saljuk, Nizam al-Mulk; di madrasah ini terkenal bahwa pemikir dan ulama besar al-Ghazali pernah menjadi guru besar. Signifikasi dan implikasi politik dan pengembangan madrasah atau pendidikan Islam umumnya bagi para penguasa Muslim sudah jelas. Madrasah-madrasah didirikan untuk menunjang kepentingan politik tertentu penguasa Muslim, di antaranya; untuk menciptakan dan memperkokoh citra penguasa sebagai orang yang mempunyai kesalehan, minat dan kepedulian pada kepentingan ummat, dan–ini lebih penting lagi–sebagai pembela ortodoksi Islam. Semua ini pada gilirannya mereka harapkan dapat memperkuat legitimasi penguasa vis-a-vis rakyat mereka. Persoalannya kemudian, sejauh mana madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya secara sadar juga difungsikan sebagai wahana ―pendidikan politik‖ anak didik atau masyarakat Muslim umumnya? Hemat saya, lembaga-lembaga pendidikan Islam sejak masa klasik hingga masa pertengahan, atau tepatnya masa pra-modern, tidak menjadikan ‗pendidikan politik‘ sebagai agenda. Seperti diketahui, lembaga- lembaga pendidikan Islam, di masa-masa tersebut lebih merupakan satu wahana utama bagi transmisi dan bahkan ‗pengawetan‘ ilmu-ilmu Islam. Meski pendirian madrasah, misalnya, sering berkaitan erat dengan motif-motif politik, terdapat indikasi yang kuat untuk bahwa ia tidak terlibat dalam proses-proses politik. Absolutisme politik Muslim– sebagaimana terlihat dari eksistensi berbagai macam Dinasti–tidak memberikan ruang bukan hanya bagi keterlibatan komunitas madrasah, tetapi bahkan masyarakat Muslim umumnya, untuk turut serta dalam proses-proses politik, dan mewujudkan partisipasi politik mereka (lihat Azra, dalam Stanton: 1994). ‗Pendidikan politik‘—dalam pengertian modern—dengan demikian mungkin sedikit sekali mempunyai relevansi dengan sistem dan kelembagaan pendidikan Islam klasik dan pertengahan. Tetapi ini tidak berarti bahwa apa yang kita sebut sebagai ‗pendidikan politik‘–terlepas dari tingkatan intensitas dan kedalamannya–tidak berlangsung dalam masyarakat Muslim umumnya. Bahkan ‗pendidikan politik‘ mungkin menjadi salah satu concern utama para pemikir politik Muslim, semacam al-Mawardi atau al-Ghazali. Sebagaimana bisa diduga dalam ‗pendidikan politik‘ para pemikir politik Muslim merumuskan dan mengajarkan tentang, misalnya, hak-hak kewajiban timbal-balik antara penguasa dan rakyat. Bahkan para pemikir semacam ini menerbitkan kitab-kitab panduan, termasuk karya al-Ghazali Nashihat al-Muluk, yang diperuntukkan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Semua hal yang bisa dipandang sebagai termasuk ke dalam ‗pendidikan politik‘ ini, umumnya dilihat dari perspektif syari‘ah atau fiqh (lihat Lambton, 1991). Barulah ketika modernisme mulai menemukan momentumnya di wilayah-wilayah Muslim di Timur Tengah, khususnya di Turki dan Mesir sejak paruh kedua abad ke-19, lembaga-lembaga pendidikan juga sedikit banyak berfungsi sebagai arena ‗pendidikan politik‘. Lembaga-lembaga pendidikan modern Islam ini diarahkan juga untuk mencapai tujuan-tujuan keagamaan dan politik tertentu, yang tentu saja harus sesuai dengan semangat modernisme keagamaan dan politik Islam. Dengan demikian, apa yang disebut sebagai ‗pendidikan politik‘, kelihatannya lebih merupakan fenomena politik modern. Sebab itulah pembahasan tentang ‗pendidikan politik‘ dan pendidikan Islam lebih baik kalau difokuskan pada fenomena negara-bangsa Muslim dewasa ini. PENDIDIKAN POLITIK ATAU SOSIALISASI POLITIK Istilah ‗pendidikan politik‘ (political education)–sebagaimana sering digunakan di Indonesia kelihatannya bukanlah suatu terma atau konsep yang lazim digunakan dalam kajian-kajian politik kontemporer. Keengganan menggunakan istilah ‗pendidikan politik‘ agaknya berkaitan dengan konotasi negatif yang melekat pada dirinya. Dengan melihat kenyataan bahwa hampir seluruh lembaga pendidikan dikontrol pemerintah, Alfred de Grazia dalam buku klasiknya The Elements of Political Science hampir mengidentikkan ‗pendidikan politik‘ dengan ‗propaganda‘ untuk memperkuat legitimasi dan status quo penguasa. Batas antara pendidikan politik dengan propaganda sulit dibuat. Pendidikan politik–sama dengan propaganda–bertujuan membangun dukungan bagi kebijakan-kebijakan penguasa. Melalui pendidikan politik, penguasa ‗mendidik‘ anak didik tentang, misalnya, bagaimana bertingkah laku sebagai warga negara atau bagaimana menyikapi pemerintah, negara-bangsa dan sebagainya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, pendidikan politik yang semula bersifat persuasif dapat berubah menjadi koersi (pemaksaan) fisik (de Grazia, 1952: 39, 255). Agaknya karena mempertimbangkan hal di atas itulah James S. Coleman ketika berbicara tentang pendidikan dalam hubungannya dengan politik lebih senang menggunakan istilah ‗sosialisasi politik‘ (political socialization) (Coleman dalam Coleman, ed: 1965: 18). Istilah dan konsep ‗sosialisasi politik‘ sekarang telah menjadi bagian yang diterima sepenuhnya dalam kosa kata ilmu politik. Istilah sosialisasi politik mengacu kepada proses di mana individu-individu memperoleh sikap dan perasaan terhadap sistem politik; dan terhadap peranan mereka di dalamnya, yang mencakup: cognition (apa yang diketahui atau dipercayai seseorang tentang sistem politik, eksistensinya, dan modus operandi-nya); feeling (bagaimana perasaan seseorang terhadap sistem politik, termasuk kesetiaan dan perasaan kewajiban sipil); sense of political competence (apa peranan seseorang dalam sistem politik). Lebih tegas lagi, sebagaimana dirumuskan Almond, ―sosialisasi politik adalah proses induksi [seseorang] ke dalam kebudayaan politik‖ (political culture) (Almond, dalam Almond & Coleman, 1960: 27). Sistem dan lembaga pendidikan merupakan salah satu dari institusi terpenting dalam sosialisasi politik tersebut, terutama sejak seorang anak didik mulai memperoleh pendidikan sampai ia mencapai kedewasaan. Almond dan Verba yang melakukan kajian perbandingan di lima negara bahkan memperkuat studi-studi sebelumnya, yang menyimpulkan bahwa pendidikan formal merupakan faktor yang sangat menentukan (decisive) dalam proses sosialisasi politik. Kedua ahli politik ini menemukan korelasi positif antara pendidikan dengan kognisi dan partisipasi politik. Menurut Almond dan Verba, pencapaian dalam pendidikan kelihatannya merupakan memberikan dampak demografis terpenting terhadap sikap dan tingkah laku politik. Orang tidak terdidik atau dengan pendidikan terbatas adalah aktor politik yang berbeda dengan orang yang telah mencapai tingkat pendidikan lebih tinggi (Almond & Verba, 1963: 379, 380-87). Tetapi bagaimanakah sebenarnya hasil akhir sosialisasi politik yang dapat dicapai melalui pendidikan? Untuk menjawab pertanyaan ini setidak-tidaknya terdapat empat hal penting yang perlu dikaji lebih jauh, karena melibatkan persoalan-persoalan cukup kompleks. Pertama, arah orientasi politik yang ditanamkan melalui pendidikan formal; kedua,
Recommended publications
  • Tourism Sector Development Strategy in North Maluku: a Case Study of Tidore Islands
    Tourism Sector Development Strategy in North Maluku: A Case Study of Tidore Islands Prince Charles Heston Runtunuwu Faculty of Economics and Business, Khairun University Jl. Yusuf Abdulrahman, Gambesi, Ternate 97719, Indonesia Correspondence Email: [email protected] ABSTRACT Tourism is one of the important things for a country, with tourism, a country or more specifically the Regional Government where the tourist object is located, receives income from the income of each tourist attraction. This study aims to identify and determine tourism objects that need to get a priority scale as a leading tourism to be developed; how the strategies that need to be formulated in the context of developing tourist objects in the City of Tidore Islands. The number of research samples was 70 people. The test tools used are analysis weighted product, simple linear regression, SWOT analysis. The results showed that: (1) the leading tourist attraction in the City of Tidore Archipelago is the Kie Kedaton Kie tourist attraction in the Tidore Sultanate, which is ranked 1; (2) service quality on visitor satisfaction shows that the level of service quality has a significant effect of 73.3% on visitor satisfaction at the Kie Kedaton Kie Sultanate of Tidore; (3) The strategy for developing the leading tourism objects in the City of Tidore Islands is as follows: (i). Improve the quality and quantity of human resources (HR) so that managers of tourist attractions are more optimal, (ii). Development of supporting facilities to build vacant land, which is governed by policies and development of investment marketing and tourism marketing, (iii). Collaborating with third parties (private) or community self-help parties, (iv).
    [Show full text]
  • Sultan Zainal Abidin Syah: from the Kingdomcontents of Tidore to the Republic of Indonesia Foreword
    TAWARIKH:TAWARIKH: Journal Journal of Historicalof Historical Studies Studies,, VolumeVolume 12(1), 11(2), October April 2020 2020 Volume 11(2), April 2020 p-ISSN 2085-0980, e-ISSN 2685-2284 ABDUL HARIS FATGEHIPON & SATRIONO PRIYO UTOMO Sultan Zainal Abidin Syah: From the KingdomContents of Tidore to the Republic of Indonesia Foreword. [ii] JOHANABSTRACT: WAHYUDI This paper& M. DIEN– using MAJID, the qualitative approach, historical method, and literature review The– discussesHajj in Indonesia Zainal Abidin and Brunei Syah as Darussalam the first Governor in XIX of – WestXX AD: Irian and, at the same time, as Sultan of A ComparisonTidore in North Study Maluku,. [91-102] Indonesia. The results of this study indicate that the political process of the West Irian struggle will not have an important influence in the Indonesian revolution without the MOHAMMADfirmness of the IMAM Tidore FARISI Sultanate, & ARY namely PURWANTININGSIH Sultan Zainal Abidin, Syah. The assertion given by Sultan TheZainal September Abidin 30 Syahth Movement in rejecting and the Aftermath results of in the Indonesian KMB (Konferensi Collective Meja Memory Bundar or Round Table andConference) Revolution: in A 1949, Lesson because for the the Nation KMB. [103-128]sought to separate West Irian from Indonesian territory. The appointment of Zainal Abidin Syah as Sultan took place in Denpasar, Bali, in 1946, and his MARYcoronation O. ESERE, was carried out a year later in January 1947 in Soa Sio, Tidore. Zainal Abidin Syah was Historicalas the first Overview Governor of ofGuidance West Irian, and which Counselling was installed Practices on 23 inrd NigeriaSeptember. [129-142] 1956. Ali Sastroamidjojo’s Cabinet formed the Province of West Irian, whose capital was located in Soa Sio.
    [Show full text]
  • Otoritas Dan Legitimasi Kedudukan Pemimpin Tradisional Di Loloda Maluku-Utara (1808-1958)
    Sosiohumaniora, Volume 15, No. 1, Maret 2013 : 64 – 72 OTORITAS DAN LEGITIMASI KEDUDUKAN PEMIMPIN TRADISIONAL DI LOLODA MALUKU-UTARA (1808-1958) Mustafa Mansur, Kunto Sofianto, dan Dade Mahzuni Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Khairun Ternate Email:[email protected] ABSTRAK. Studi mengenai kedudukan kepemimpinan tradisional di Loloda Maluku Utara`pada masa kolonial hingga masa kemerdekaan Indonesia (1945-1958) merupakan studi untuk melihat aspek-aspek perubahan terhadap kedudukan pemimpin di Loloda sebagai akibat dari politik kolonial dan pengaruh Kesultanan Ternate. Berkaitan dengan hal tersebut, masalah yang diangkat adalah bagaimana kedudukan pemimpin tradisional di Loloda pada masa kolonial dan masa kemerdekaan Indonesia (1945-1958)? Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sementara konsep yang digunakan untuk menganalisis masalah adalah konsep kekuasaan, stratifikasi sosial dan legitimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan pemimpin tradisional di Loloda pada masa kolonial (1808-1909) mengalami degradasi dengan diubahnya status Kerajaan Loloda menjadi distrik oleh Pemerintah Hindia Belanda. Namun, pemimpinnya tetap memakai gelar raja (kolano) karena didukung oleh otoritas dan legitimasi tradisional, kharismatik serta sistem pewarisan kekuasaan (assigned status) dalam status sosialnya. Dalam konteks ini, Pemerintah Kolonial juga mengakui gelar raja (kolano) sebagai strategi membangun kekuasaanya di Loloda. Pengakuan
    [Show full text]
  • Program – IEOM 2018 Washington DC
    Organizer INTERNATIONAL Third North American International Conference IEOMon Industrial Engineering and Operations Management, Washington, DC SEPTEMBER 27–29, 2018 Host University IEOM Washington DC Conference September 27-29, 2018 Sponsors and Partners Organizer IEOM Society International Welcome to the Third North American IEOM Conference in Washington, DC To All Conference Attendees: On behalf of the IEOM Society International, we would like to welcome you to Washington, DC, USA, the University of the District of Columbia (UDC) and the Third North American International Conference on Industrial Engineering and Operations Management. This unique international conference provides a forum for academics, researchers and practitioners from many industries to exchange ideas and share recent developments in the field of industrial engineering and operations management. This diverse international event provides an opportunity to collaborate and advance the theory and practice of major trends in industrial engineering and operations management. There were close to 550 papers/abstracts submitted from 60 countries and after a thorough peer review process, approximately 350 have been accepted .The program includes many cutting edge topics of industrial engineering and operations management. This conference will address many of the issues concerning continuous improvement for quality and service. Our keynote speakers will address some of these issues: • Ronald Mason, Jr., J.D., President, University of the District of Columbia, Washington, DC • Dr. Bruce Kramer, Senior Advisor, NSF • John H. James, Jr., Executive Director, Missile Defense Agency • Dr. Claudia Rankins, Program Officer, Directorate for Education and Human Resources, NSF • Dr. Pamela McCauley, Program Director, Innovation Corps-National Innovation Network Sites Program, NSF and Professor and Director of the Ergonomics Laboratory, Department of Industrial Engineering and Management Systems, University of Central Florida • Dr.
    [Show full text]
  • Analyzing the Indonesian Strategy to Counter the Papuan Insurgency
    Calhoun: The NPS Institutional Archive DSpace Repository Theses and Dissertations 1. Thesis and Dissertation Collection, all items 2019-12 WINNING THE PAPUANS’ “HEARTS AND MINDS”: ANALYZING THE INDONESIAN STRATEGY TO COUNTER THE PAPUAN INSURGENCY Ismanto, Tri Yudha Monterey, CA; Naval Postgraduate School http://hdl.handle.net/10945/64190 Downloaded from NPS Archive: Calhoun NAVAL POSTGRADUATE SCHOOL MONTEREY, CALIFORNIA THESIS WINNING THE PAPUANS’ “HEARTS AND MINDS”: ANALYZING THE INDONESIAN STRATEGY TO COUNTER THE PAPUAN INSURGENCY by Tri Yudha Ismanto December 2019 Thesis Advisor: Douglas A. Borer Second Reader: Robert E. Burks Approved for public release. Distribution is unlimited. THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK Form Approved OMB REPORT DOCUMENTATION PAGE No. 0704-0188 Public reporting burden for this collection of information is estimated to average 1 hour per response, including the time for reviewing instruction, searching existing data sources, gathering and maintaining the data needed, and completing and reviewing the collection of information. Send comments regarding this burden estimate or any other aspect of this collection of information, including suggestions for reducing this burden, to Washington headquarters Services, Directorate for Information Operations and Reports, 1215 Jefferson Davis Highway, Suite 1204, Arlington, VA 22202-4302, and to the Office of Management and Budget, Paperwork Reduction Project (0704-0188) Washington, DC 20503. 1. AGENCY USE ONLY 2. REPORT DATE 3. REPORT TYPE AND DATES COVERED (Leave blank) December 2019 Master’s thesis 4. TITLE AND SUBTITLE 5. FUNDING NUMBERS WINNING THE PAPUANS’ “HEARTS AND MINDS”: ANALYZING THE INDONESIAN STRATEGY TO COUNTER THE PAPUAN INSURGENCY 6. AUTHOR(S) Tri Yudha Ismanto 7. PERFORMING ORGANIZATION NAME(S) AND ADDRESS(ES) 8.
    [Show full text]
  • The Emergence of Papuan Tribal Governance: a Case Study of Societal Knowledge Creation
    The Emergence of Papuan Tribal Governance: A Case Study of Societal Knowledge Creation by Totok Hari Wibowo Submitted to Japan Advanced Institute of Science and Technology In partial fulfillment of the requirements For the degree of Doctor of Philosophy Supervisor: Professor Dr. Katsuhiro Umemoto School of Knowledge Science Japan Advanced Institute of Science and Technology June 2005 Copyleft 2005 by Totok Hari Wibowo STATEMENT BY AUTHOR This dissertation has been submitted in partial fulfillment of the requirements for an advanced degree at Japan Advanced Institute of Science and Technology and is deposited in the Institute Library to be made available to borrowers under rules of the Library. Quotations from this manuscript in whole or in part are allowable without special permission, provided that accurate acknowledgment of the copyleft holder is made. It is the Author’s hope that this work will spawn new ideas for research. ii ACKNOWLEDGMENTS It has been an exceptional journey - one that I had never dreamed of before. My research track was started right after I became a graduate student in 2001, when I was accepted by Dr. Katsuhiro Umemoto at the Japan Advanced Institute of Science and Technology in Tatsunokuchi, Ishikawa. I am deeply indebted to Dr. Umemoto for his encouragement, advice, mentoring, and research support throughout my doctoral studies. I also truly appreciate his patience and tolerance during my numerous mishaps. This dissertation is part of the research carried out through his vision throughout the last four years. I regard myself fortunate to have the opportunity to work with a group of enthusiastic people in Dr.
    [Show full text]
  • The Impact of Migration on the People of Papua, Indonesia
    The impact of migration on the people of Papua, Indonesia A historical demographic analysis Stuart Upton Department of History and Philosophy University of New South Wales January 2009 A thesis submitted to the Faculty of Arts and Social Sciences in fulfilment of the requirements of the degree of Doctor of Philosophy 1 ‘I hereby declare that this submission is my own work and to the best of my knowledge it contains no materials previously published or written by another person, or substantial proportions of material which have been accepted for the award of any other degree or diploma at UNSW or any other educational institution, except where due acknowledgement is made in the thesis. Any contribution made to the research by others, with whom I have worked at UNSW or elsewhere, is explicitly acknowledged in the thesis. I also declare that the intellectual content of this thesis is the product of my own work, except to the extent that assistance from others in the project’s design and conception or in style, presentation and linguistic expression is acknowledged.’ Signed ………………………………………………. Stuart Upton 2 Acknowledgements I have received a great deal of assistance in this project from my supervisor, Associate-Professor Jean Gelman Taylor, who has been very forgiving of my many failings as a student. I very much appreciate all the detailed, rigorous academic attention she has provided to enable this thesis to be completed. I would also like to thank my second supervisor, Professor David Reeve, who inspired me to start this project, for his wealth of humour and encouragement.
    [Show full text]
  • Rekonstruksi Sejarah Umat Islam Di Tanah Papua
    Rekonstruksi Sejarah Umat Islam Di Tanah Papua DISERTASI Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai Gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam oleh : Toni Victor M. Wanggai 02.3.00.1.04.01.0070 Promotor : Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. Dr. Uka Tjandrasasmita SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H ii PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Ketua Sidang / merangkap Promotor, Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. iii PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Promotor/ merangkap Penguji, Dr.Uka Tjandrasasmita iv PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Penguji, Prof. Dr. Badri Yatim, M.A. v PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M.
    [Show full text]
  • JAIST Repository
    JAIST Repository https://dspace.jaist.ac.jp/ 創発するパプア部族統治 ~社会的知識創造の事例研 Title 究 Author(s) Totok, Hari Wibowo Citation Issue Date 2005-06 Type Thesis or Dissertation Text version author URL http://hdl.handle.net/10119/825 Rights Supervisor:Katsuhiro Umemoto, 知識科学研究科, 博 Description 士 Japan Advanced Institute of Science and Technology The Emergence of Papuan Tribal Governance: A Case Study of Societal Knowledge Creation by Totok Hari Wibowo Submitted to Japan Advanced Institute of Science and Technology In partial fulfillment of the requirements For the degree of Doctor of Philosophy Supervisor: Professor Dr. Katsuhiro Umemoto School of Knowledge Science Japan Advanced Institute of Science and Technology June 2005 Copyleft 2005 by Totok Hari Wibowo STATEMENT BY AUTHOR This dissertation has been submitted in partial fulfillment of the requirements for an advanced degree at Japan Advanced Institute of Science and Technology and is deposited in the Institute Library to be made available to borrowers under rules of the Library. Quotations from this manuscript in whole or in part are allowable without special permission, provided that accurate acknowledgment of the copyleft holder is made. It is the Author’s hope that this work will spawn new ideas for research. ii ACKNOWLEDGMENTS It has been an exceptional journey - one that I had never dreamed of before. My research track was started right after I became a graduate student in 2001, when I was accepted by Dr. Katsuhiro Umemoto at the Japan Advanced Institute of Science and Technology in Tatsunokuchi, Ishikawa. I am deeply indebted to Dr. Umemoto for his encouragement, advice, mentoring, and research support throughout my doctoral studies.
    [Show full text]
  • Walikota Tidore Kepulauan
    WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA MASYARAKAT HUKUM ADAT KESULTANAN TIDORE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan hak-hak adat dan budaya masyarakat adat Kesultanan Tidore serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI; b. bahwa Kesultanan Tidore merupakan salah satu kesultanan yang berada di wilayah Provinsi Maluku Utara hingga kini masih hidup dan diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. bahwa adat istiadat dan budaya masyarakat adat kesultanan Tidore sampai kini masih terpelihara dengan baik, sehingga membutuhkan pengakuan dan perlindungan dari Pemerintah Daerah sebagai bagian dari kepribadian bangsa Indonesia; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengakuan dan Perlindungan Adat Istiadat dan Budaya Masyarakat Adat Kesultanan Tidore; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan di Propinsi Maluku Utara, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4262); 5. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4262); 6.
    [Show full text]
  • Competition and Cooperation in Social and Political Sciences
    COMPETITION AND COOPERATION IN SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES AACHWAN7_Book.indbCHWAN7_Book.indb i 111/15/20171/15/2017 99:06:36:06:36 AAMM AACHWAN7_Book.indbCHWAN7_Book.indb iiii 111/15/20171/15/2017 99:06:36:06:36 AAMM PROCEEDINGS OF THE ASIA PACIFIC RESEARCH IN SOCIAL AND HUMANITIES, DEPOK, INDONESIA, 7–9 NOVEMBER 2016: TOPICS IN SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES Competition and Cooperation in Social and Political Sciences Editors Isbandi Rukminto Adi & Rochman Achwan Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Indonesia, Indonesia AACHWAN7_Book.indbCHWAN7_Book.indb iiiiii 111/15/20171/15/2017 99:06:36:06:36 AAMM Routledge is an imprint of the Taylor & Francis Group, an informa business © 2018 Taylor & Francis Group, London, UK Typeset by V Publishing Solutions Pvt Ltd., Chennai, India Although all care is taken to ensure integrity and the quality of this publication and the information herein, no responsibility is assumed by the publishers nor the author for any damage to the property or persons as a result of operation or use of this publication and/or the information contained herein. The Open Access version of this book, available at www.tandfebooks.com, has been made available under a Creative Commons Attribution-Non Commercial-No Derivatives 4.0 license. Published by: CRC Press/Balkema Schipholweg 107C, 2316 XC Leiden, The Netherlands e-mail: [email protected] www.crcpress.com – www.taylorandfrancis.com ISBN: 978-1-138-62676-8 (Hbk) ISBN: 978-1-315-21362-0 (eBook) AACHWAN7_Book.indbCHWAN7_Book.indb iivv 111/15/20171/15/2017 99:06:36:06:36 AAMM Competition and Cooperation in Social and Political Sciences – Adi & Achwan (Eds) © 2018 Taylor & Francis Group, London, ISBN 978-1-138-62676-8 Table of contents Preface ix Organizing committee xi Keynote speech Reconciliation after recognition? Indigenous-settler relations in Australia 3 A.
    [Show full text]
  • The Impact of Migration on the Province of Papua, Indonesia
    The impact of migration on the people of Papua, Indonesia A historical demographic analysis Stuart Upton Department of History and Philosophy University of New South Wales January 2009 A thesis submitted to the Faculty of Arts and Social Sciences in fulfilment of the requirements of the degree of Doctor of Philosophy 1 ‘I hereby declare that this submission is my own work and to the best of my knowledge it contains no materials previously published or written by another person, or substantial proportions of material which have been accepted for the award of any other degree or diploma at UNSW or any other educational institution, except where due acknowledgement is made in the thesis. Any contribution made to the research by others, with whom I have worked at UNSW or elsewhere, is explicitly acknowledged in the thesis. I also declare that the intellectual content of this thesis is the product of my own work, except to the extent that assistance from others in the project’s design and conception or in style, presentation and linguistic expression is acknowledged.’ Signed ………………………………………………. Stuart Upton 2 Acknowledgements I have received a great deal of assistance in this project from my supervisor, Associate-Professor Jean Gelman Taylor, who has been very forgiving of my many failings as a student. I very much appreciate all the detailed, rigorous academic attention she has provided to enable this thesis to be completed. I would also like to thank my second supervisor, Professor David Reeve, who inspired me to start this project, for his wealth of humour and encouragement.
    [Show full text]