Rekonstruksi Sejarah Umat Islam Di Tanah Papua
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Rekonstruksi Sejarah Umat Islam Di Tanah Papua DISERTASI Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai Gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam oleh : Toni Victor M. Wanggai 02.3.00.1.04.01.0070 Promotor : Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. Dr. Uka Tjandrasasmita SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H ii PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Ketua Sidang / merangkap Promotor, Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. iii PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Promotor/ merangkap Penguji, Dr.Uka Tjandrasasmita iv PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Penguji, Prof. Dr. Badri Yatim, M.A. v PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Penguji, Prof. Dr. H. M. Bambang Pranowo, M.A. vi PERSETUJUAN Disertasi dengan judul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” yang ditulis oleh Toni Victor M. Wanggai, NIM. 02.3.00.1.04.01.0070, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar dari Tim Penguji pada Ujian Pendahuluan Disertasi tanggal 31 Agustus 2008, dapat disetujui untuk dibawa ke Sidang Promosi Doktor (Ujian Terbuka). Jakarta, November 2008 Penguji, Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.A. vii SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini : N a m a : Toni Victor M. Wanggai NPM : 02.3.00.1.04.01.0070 Konsentrasi : Sejarah dan Peradaban Islam Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi berjudul : “Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua” adalah benar-benar karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiasi kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila ternyata di kemudian hari tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar Doktor. Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Jakarta, 1 November 2008 Yang Menyatakan, Toni Victor M. Wanggai viii Abstrak Disertasi ini menyimpulkan bahwa kedatangan Islam di Papua pada pertengahan abad XV, tepatnya di kepulauan Raja Ampat-Sorong yang dibawa oleh kesultanan Bacan di Maluku Utara melalui kontak perdagangan, budaya dan politik. Selanjutnya, pada abad XVI dibawah kesultanan Tidore, Islam terlembaga ke dalam struktur kerajaan di kepulauan Raja Ampat (Kerajaan Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool) dan juga berdiri sembilan kerajaan atau pertuanan di daerah Fakfak dan Kaimana, antara lain Namatota, Rumbati, dan Patipi. Sedangkan menyangkut perkembangan Islam di Papua, disertasi ini menyimpulkan bahwa posisi dan peran Islam sangat tergantung dengan konteks sosial politik yang berkembang dari waktu ke waktu, mulai era Hindia Belanda hingga era Indonesia. Masuknya pemerintahan Hindia Belanda pada abad XIX, agama Islam berkembang sangat lambat dan umat Islam dibawah tekanan, karena Belanda dan missionaris gencar menyiarkan agama Kristen dan Katholik, yang kemudian menjadi agama mayoritas. Namun, setelah Papua berintegrasi ke Indonesia pada tahun 1963, perkembangan Islam meningkat signifikan. Sebagaimana terlihat pada tahun 2006, umat Islam mencapai sekitar 24 persen dari total penduduk di Tanah Papua yang berjumlah sekitar 2,6 juta jiwa. Dibandingkan dengan era sebelumnya dimana umat Islam hanya terkonsentrasi di daerah Fakfak-Kaimana, Sorong-Raja Ampat, dan Bintuni-Manokwari, maka di era pemerintahan Indonesia, Islam berkembang dan tersebar secara merata di kabupaten/kota di seluruh pulau Papua. Bahkan di sejak era 1970-an Islam mulai dipeluk oleh masyarakat asli Papua di daerah Pegunungan Tengah (Wamena). Pasca kejatuhan Presiden Soeharto pada tahun 1998, umat Islam di Papua menghadapi tantangan. Munculnya kebijakan Otonomi Khusus yang identik dengan Papuanisasi dan Kristenisasi di semua lini yang berdampak pada terpinggirkannya posisi dan peran umat Islam. Namun, kebijakan reformasi yang membuka partisipasi publik yang lebih luas, ternyata telah meningkatkan posisi dan peran sosial politik umat Islam di Papua. Secara khusus pula, identitas muslim asli Papua muncul dan berperan secara aktif untuk mempromosikan nilai dan gagasan yang bersifat moderat, pluralis, dan inklusif. Disertasi ini membantah kesimpulan J.F Onim dalam penelitian yang telah dibukukan dengan judul ”Islam dan Kristen di Tanah Papua: Meniti Jalan Bersama Hubungan Islam-Kristen Dalam Sejarah Penyebaran dan Perjumpaannya di Wilayah Semenanjung Onin Fakfak (thesis Magister Teologi, STT Jakarta, 2003). Onim berpendapat bahwa Islam mulai masuk di Papua, khususnya di Raja Ampat dan Fakfak pada abad XVII. Sedangkan Disertasi ini berbeda Onim yang membatasi ruang lingkup penelitian sejarah Islam di wilayah Fakfak. Namun, studi ini memberikan perhatian yang lebih luas, baik mencakup kedatangan Islam, penyebaran, dan dinamika perkembangan Islam dari era Hindia Belanda hingga masuknya Papua ke dalam NKRI sampai dinamika sosial politik umat Islam di era Reformasi. Sumber utama disertasi ini adalah data-data historis Portugis, Spanyol dan Belanda. Juga didukung dengan sumber-sumber lokal Ternate dan Tidore dan sumber tertulis serta lisan dari para keturunan raja di Raja Ampat dan Fakfak. Didukung pula dengan laporan-laporan penelitian arkeologis. Data-data tersebut dibaca menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sejarah sosial, terutama ilmu sosiologi dan antropologi. ix ABSTRACT This dissertation concludes that the arrival of Islam in Papua in the mid 15th Century, in the island of Raja Ampat, Sorong to be exactly, was brought by Bacan sultanate of Maluku by means of trade, culture and politic. Then in the 16th Century under the reign of Tidore sultanate, Islam was institutionalized into the structure of a kingdom in Raja Ampat archipelago namely Kerajaan Waigeo, Batanta, Salawati and Misool. There were also nine kingdoms or sultanates found in the area of Fakfak and Kaimana, among others; Namatota, Rumbati, and Patipi. When the Dutch colonial came to the region in the 19th Century, Islam experienced a hard time to develop and the Moslems lived under pressure because the Dutch colonialists and their missionaries propagated Christianity and Catholicism very aggressively, which then became religion of majority. When Papua integrated itself with the Republic of Indonesia in 1963, Islam developed significantly. Data of the 2006 shows that Moslems have reached the figure of 24% of the total population of Papuan land which is 2.6 million people. Compared to the previous time where Moslems were concentrated mostly in the west areas of Papua, namely Sorong, Fakfak and Manokwari, in the era of Indonesian goverment Islam spread out evenly to Kabupaten/kota (district/city) in Papua Island. Even, in 1970 Islam began to be adhered by indigenous Papuan in midland mountains (Wamena). In post Orde Baru era in 1998, Moslems in Papua were challenged severely by the issuance of new policy granting status of ‘Special Autonomy’ which is identical with Papuanization and Christianization in all layers affecting the marginalization of Moslems. However, the ‘reform policy’, which allowed more open public participation, has caused the increasing position and social political role of the Moslems in Papua. In particular, the genuine Moslem identity of Papuan emerged and took active participation in promoting moderate, pluralistic, and inclusive values and ideas through the Majelis Moslem Papua (MMP). This dissertation counters the conclusion of J.F. Onim whose research has been published as a book entitled; “Islam dan Kristen di Tanah Papua: Meneliti Jalan Bersama Hubungan Islam-Kristen Dalam Sejarah Penyebaran dan Perjumpaannya di Wilayah Semenanjung Oni, Fakfak (thesis for magisterial Theology Program, STT Jakarta, 2003). Onim states that Islam came to Papua, especially in Raja Ampat and Fakfak in the 17th century. This dissertation also differs from that of Onim who limits the scope of research in the region of Fakfak. This study takes broader scope covering the arrival of Islam, the spreading, and its dynamism of development from the era of Hindia Belanda (Dutch), to the era of integration with the Unitary Republic of Indonesia, and up to the era of ‘Reform’. Main sources of this dissertation are from Portuguese, Spain and the Netherlands. Other supporting sources are from Ternate and Tidore Sultanates and other written documents as well as verbal information from the heirs of Kings in Raja Ampat and Fakfak. Research reports from Archeological