::. Fajar Online .:: Supersemar, Sejarah yang Masih Gelap

16 April 2006 Home | Arsip | Buku Tamu | Komentar | Email | Iklan Baris | Ad-Info | Chat | Berita Foto | Forum | Profil

Supersemar, Sejarah yang Masih Gelap R u b r i k ( 11 Mar 2006, 57 x , cetak, Komentar) Metro Makassar Today Top News Ekonomi Bisnis HINGGA kini nasib naskah asli Supersemar belum jelas. Ada Tragedi Berdarah di Jl Nasional yang mengatakan tersimpan di salah satu bank di luar negeri. Abdullah dg Sirua Olah Raga Namun hal itu masih sulit diyakini karena tidak ada bukti Glenn-Dewi akan Diboikot Hiburan otentik yang membenarkan hal itu. Demikian pula dengan Gasma Mengeluh, PSM keberadaan di tanah air yang konon di simpan oleh mantan Sulawesi Selatan Bertahan prosiden Soeharto. Bone-Wajo-Soppeng Persim Pesta Gol, Hector Dengan kesimpangsiuran Supersemar itu, kalangan Hat-trick Opini sejarawan dan hukum Indonesia mengatakan bahwa Pilgub, KKSS Netral Sungguminasa-Maros peristiwa G-30-S/PKI dan Supersemar adalah salah satu dari Top News Fajar Minggu sekian sejarah Indonesia yang masih gelap. Mekanisme Penerimaan Sulawesi Barat Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) adalah surat CPNS Secara Nasional Lawan Korupsi perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Insiden Kemben Melorot Internasional Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini Trans TV Ajatappareng berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Foto 'Hot' Beredar, Mayangsari Menghilang Keluarga Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang Pendaftaran CPNS Kesehatan dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk Dipastikan Mulur Liputan Malam pada saat itu. Bumbu Pacaran Laporan Khusus Politika Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno Iklan Jitu Feminim mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang Aiii.. Lakumii.. Mimbar Jumat disempurnakan yang dikenal dengan nama "kabinet 100 Nuansa menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur Hub: 0411-441441 Teknologi Informasi sebagai panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa melaporkan bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas Ingin Berlangganan menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga HUB: SIRKULASI terlibat G-30-S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I Telp: 0411-440222 Soebandrio. Statistik1 | Statistik2

Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil Fajar Online Jl. Racing Centre No. 101 perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Makassar-Indonesia Chaerul Saleh berangkat ke dengan helikopter yang Phone 0411-441441 sudah disiapkan. Sementara Sidang akhirnya ditutup oleh Fax 0411-441224 Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena yang kemudian (umum) menyusul ke Bogor. 441225 (redaksi) 440234 (iklan) Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto (yang Email: [email protected] kemudian menjadi Presiden menggantikan Soekarno) yang pada saat itu selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat peristiwa G-30- S/PKI itu. Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto saat itu tidak menghadiri sidang kabinet karena sakit. (Sebagian kalangan menilai ketidakhadiran Soeharto dalam sidang kabinet dianggap sebagai sekenario Soeharto untuk menunggu

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=17558 (1 of 7)4/16/2006 2:37:39 PM ::. Fajar Online .:: Supersemar, Sejarah yang Masih Gelap

situasi. Sebab dianggap sebagai sebuah kejanggalan).

Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral . Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu menendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral (purn) M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.

Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.

Surat Supersemar tersebut tiba di pada tanggal 12 Maret 1966 pukul pukul 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono. Hal tersebut berdasarkan penuturan , dimana saat itu ia menerima telpon dari Mayjend Sutjipto, Ketua G-5 KOTI, 11 Maret 1966 sekitar pukul 10 malam. Sutjipto meminta agar konsep tentang pembubaran PKI disiapkan dan harus selesai malam itu juga. Permintaan itu atas perintah Pangkopkamtib yang dijabat oleh Mayjend Soeharto. Bahkan Sudharmono sempat berdebat dengan Moerdiono mengenai dasar hukum teks tersebut sampai surat Supersemar itu tiba.

Beberapa Kontroversi tentang Supersemar Menurut penuturan salah satu dari ketiga perwira tinggi AD yang akhirnya menerima surat itu, ketika mereka membaca kembali surat itu dalam perjalanan kembali ke Jakarta, salah seorang perwira tinggi yang kemudian membacanya berkomentar "Lho ini khan perpindahan kekuasaan". Tidak jelas kemudian naskah asli Supersemar karena beberapa tahun kemudian naskah asli surat ini dinyatakan hilang dan tidak jelas hilangnya surat ini oleh siapa dan dimana karena pelaku sejarah peristiwa "lahirnya Supersemar" ini sudah meninggal dunia. Belakangan, keluarga M. Jusuf mengatakan bahwa naskah Supersemar itu ada pada dokumen pribadi M. Jusuf yang disimpan dalam sebuah bank.

Menurut kesaksian salah satu pengawal kepresidenan di Istana Bogor, Letnan Satu (lettu) Sukardjo Wilardjito, ketika pengakuannya ditulis di berbagai media massa setelah Reformasi 1998 yang juga menandakan berakhirnya Orde Baru dan pemerintahan Presiden Soeharto. Dia menyatakan bahwa perwira tinggi yang hadir ke Istana Bogor pada malam hari tanggal 11 Maret 1966 pukul 01.00 dinihari waktu setempat bukan tiga perwira melainkan empat orang perwira yakni ikutnya Brigadir jendral (Brigjen) M. Panggabean. Bahkan pada saat peristiwa Supersemar Brigjen M. Jusuf membawa map berlogo Markas Besar AD berwarna merah jambu serta Brigjen M. Pangabean dan Brigjen Basuki Rahmat http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=17558 (2 of 7)4/16/2006 2:37:39 PM ::. Fajar Online .:: Supersemar, Sejarah yang Masih Gelap

menodongkan pistol kearah Presiden Soekarno dan memaksa agar Presiden Soekarno menandatangani surat itu yang menurutnya itulah Surat Perintah Sebelas Maret yang tidak jelas apa isinya.

Lettu Sukardjo yang saat itu bertugas mengawal presiden, juga membalas menodongkan pistol ke arah para jenderal namun Presiden Soekarno memerintahkan Soekardjo untuk menurunkan pistolnya dan menyarungkannya. Menurutnya, Presiden kemudian menandatangani surat itu, dan setelah menandatangani, Presiden Soekarno berpesan kalau situasi sudah pulih, mandat itu harus segera dikembalikan. Pertemuan bubar dan ketika keempat perwira tinggi itu kembali ke Jakarta. Presiden Soekarno mengatakan kepada Soekardjo bahwa ia harus keluar dari istana. "Saya harus keluar dari istana, dan kamu harus hati-hati," ujarnya menirukan pesan Presiden Soekarno.

Tidak lama kemudian (sekitar berselang 30 menit) Istana Bogor sudah diduduki pasukan dari RPKAD dan Kostrad, Lettu Sukardjo dan rekan-rekan pengawalnya dilucuti kemudian ditangkap dan ditahan di sebuah Rumah Tahanan Militer dan diberhentikan dari dinas militer. Beberapa kalangan meragukan kesaksian Soekardjo Wilardjito itu, bahkan salah satu pelaku sejarah supersemar itu, Jendral (Purn) M. Jusuf, serta Jendral (purn) M Panggabean membantah peristiwa itu.

Menurut Kesaksian A.M. Hanafi dalam bukunya "A.M Hanafi Menggugat Kudeta Soeharto", seorang mantan duta besar Indonesia di Kuba yang dipecat sera tidak konstitusional oleh Soeharto. Dia membantah kesaksian Letnan Satu Sukardjo Wilardjito yang mengatakan bahwa adanya kehadiran Jendral M. Panggabean ke Istana Bogor bersama tiga jendral lainnya (Amirmachmud, M. Jusuf dan Basuki Rahmat) pada tanggal 11 Maret 1966 dinihari yang menodongkan senjata terhadap Presiden Soekarno. Menurutnya, pada saat itu, Presiden Soekarno menginap di Istana Merdeka, Jakarta untuk keperluan sidang kabinet pada pagi harinya. Demikian pula semua menteri-menteri atau sebagian besar dari menteri sudah menginap diistana untuk menghindari kalau datang baru besoknya, demonstrasi-demonstrasi yang sudah berjubel di Jakarta. A.M Hanafi Sendiri hadir pada sidang itu bersama Wakil Perdana Menteri (Waperdam) Chairul Saleh. Menurut tulisannya dalam bukunya tersebut, ketiga jendral itu tadi mereka inilah yang pergi ke Istana Bogor, menemui Presiden Soekarno yang berangkat kesana terlebih dahulu. Dan menurutnya mereka bertolak dari istana yang sebelumnya, dari istana merdeka menelepon kepada Komisaris Besar Soemirat, pengawal pribadi Presiden Soekarno di Bogor, minta izin untuk datang ke Bogor. Dan semua itu ada saksinya-saksinya. Ketiga jendral ini rupanya sudah membawa satu teks, yang disebut sekarang Supersemar. Di sanalah Bung Karno, tetapi tidak ditodong, sebab mereka datang baik-baik. Tetapi di luar istana sudah di kelilingi demonstrasi- demonstrasi dan tank-tank ada di luar jalanan istana. Mengingat situasi yang sedemikian rupa, rupanya Bung Karno menandatangani surat itu. Jadi A.M Hanafi menyatakan, sepengetahuan dia, sebab dia tidak hadir di Bogor tetapi berada di Istana Merdeka bersama dengan menteri-menteri http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=17558 (3 of 7)4/16/2006 2:37:39 PM ::. Fajar Online .:: Supersemar, Sejarah yang Masih Gelap

lain. Jadi yang datang ke Istana Bogor tidak ada Jendral Panggabean. Bapak Panggabean, yang pada waktu itu menjabat sebagai Menhankam, tidak hadir.

Tentang pengetik Supersemar. Siapa sebenarnya yang mengetik surat tersebut, masih tidak jelas. Ada beberapa orang yang mengaku mengetik surat itu, antara lain Letkol (Purn) TNI-AD Ali Ebram,saat itu sebagai staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.

Kesaksian yang disampaikan kepada sejarawan asing, Ben Anderson, oleh seorang tentara yang pernah bertugas di Istana Bogor. Tentara tersebut mengemukakan bahwa Supersemar diketik di atas surat yang berkop Markas besar Angkatan Darat, bukan di atas kertas berkop kepresidenan. Inilah yang menurut Ben menjadi alasan mengapa Supersemar hilang atau sengaja dihilangkan.

Berbagai usaha pernah dilakukan Arsip Nasional untuk mendapatkan kejelasan mengenai surat ini. Bahkan, lembaga ini berkali-kali meminta kepada Jendral (purn) M. Jusuf saksi terakhir hingga akhir hayatnya ( 8 September 2004, agar bersedia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun selalu gagal. Lembaga ini juga sempat meminta bantuan Muladi yang ketika itu menjabat Mensesneg, Jusuf Kalla, M. Saelan, bahkan meminta DPR untuk memanggil M. Jusuf. Sampai sekarang, usaha Arsip Nasional itu tidak pernah terwujud. Saksi kunci lainnya, adalah mantan presiden Soeharto. Namun, penyakit stroke yang pernah dideritanya pada usia lanjut saat ini, membuat mantan presiden Soeharto kesulitan bila mengingat kembali peristiwa lampau.

Surat Perintah Sebelas Maret adalah versi yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.

Tahapan-tahapan Pasca Keluarnya Supersemar:

- 12 Maret 1966 Dikeluarkannya Pengumuman No. 1 yang menegaskan isi Surat Perintah Presiden/Pangti ABRI/PBR/Mandataris MPRS tanggal 11 maret 1966 dan seruan kepada rakyat untuk membantu Pemerintah dan ABRI dalam memelihara keamanan/ketertiban umum.

- 12 Maret 1966 Pengumuman No. 2 Tahun 1966 agar pengusaha di bidang produksi, distribusi dan jasa, agar menghindarkan rakyat dari kesulitan ekonomi sehari-hari khususnya di bidang sandang pangan.

- 12 Maret 1966 Pengumuman No. 3 Tahun 1966 agar Pemerintah Daerah memelihara kelancaran pemerintahan, memelihara keamanan/ketertiban umum, menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan memupuk kewaspadaan rakyat dalam rangka konfrontasi terhadap "Malaysia". (Juga pengumuman No. 4, tapi kepada pemerintah pusat).

- 12 Maret 2006 Keluarnya Perintah Harian yang intinya Soeharto atas nama

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=17558 (4 of 7)4/16/2006 2:37:39 PM ::. Fajar Online .:: Supersemar, Sejarah yang Masih Gelap

presiden meminta agar ABRI dan seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan dukungan dalam mengamankan negara dari situasi yang darurat saat itu.

- 12 Maret 2006 Keppres No. 1/3/1966 tentang pembubaran PKI termasuk bagian-bagiannya dari Pusat sampai ke daerah dan juga semua organisasi yang seazas atau bernaung di bawahnya. Selain itu Keppres ini menyatakan PKI sebagai organisasi yang terlarang di Indonesia.

- 14 Maret 1966 Seruan presiden agar para pimpinan, kader dan aktivis PKI serta ormas-ormasnya melaporkan diri ke Peperda sampai akhir Maret 1966.

- 14 Maret 1966 Inpres No. 1/3/ Tahun 1966 agar semua Pimpinan Organisasi- organisasi Politik dan Massa tidak menerima/menampung anggota-anggota ex-PKI serta organisasi-organisasi massanya.

- 18 Maret 1966 Inpres No. 2/3/Tahun 1966 tentang pengaktifan kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah dan juga di universitas.

- 18 Maret 1966 JM Menteri/PANGAD mengeluarkan Pengumuman No. 5/3/ Tahun 1966 mengenai tindakan pengamanan terhadap lima belas orang Menteri.

- 18 Maret 2006 Keppres No. 3 dan No. 4/3/1966 tentang penunjukan Menteri- menteri ad interim untuk menghindari kevacuman akibat pengamanan terhadap beberapa orang menteri.

- 16, 17, dan 18 Maret 1966 Berturut-turut dikeluarkannya Surat Perintah Presiden/Pangti ABRI/PBR/Mandataris MPRS No. 8/3/1966 tanggal 16 Maret 1966, Surat Perintah Kepala Puspenad No. rin-001/Pus. P/3/1966 tanggal 17 Maret 1966, dan Pengumuman Puspenad No. 001/Sus tanggal 18 Maret serta No. Sus/003 tanggal 23 Maret 1966 tentang media massa (radio, televisi dan pers) agar menyiarkan berita atas sepengetahuan pemerintah dan ABRI.

- 27 Maret 1966 Diumumkan susunan Kabinet Dwikora yang disempurnakan lagi yang diberi penjelasan oleh JM Menteri/PANGAD dan Kepres No. 62/1966 tanggal 27 Maret 1966 mengenai pengangkatan Jenderal AH Nasution sebagai Wakil Panglima Besar KOGAM dengan kedudukan Menteri.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PERINTAH

I. Mengingat: 1.1. Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik nasional maupun Internasional 1.2. Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=17558 (5 of 7)4/16/2006 2:37:39 PM ::. Fajar Online .:: Supersemar, Sejarah yang Masih Gelap

Presiden/Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966 II. Menimbang: 2.1. Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan djalannja Revolusi. 2.2. Perlu adanja djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi, ABRI dan Rakjat untuk memelihara kepemimpinan dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja III. Memutuskan/Memerintahkan: Kepada: LETNAN DJENDERAL SOEHARTO, MENTERI PANGLIMA ANGKATAN DARAT Untuk: Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi: 1. Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimin Besar revolusi/ mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi. 2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik- baiknja. 3. Supaya melaporkan segala sesuatu jang bersangkuta-paut dalam tugas dan tanggung-djawabnja seperti tersebut diatas. IV. Selesai. Djakarta, 11 Maret 1966

PRESIDEN/PANGLIMA TERTINGGI/PEMIMPIN BESAR REVOLUSI/MANDATARIS M.P.R.S.

Sumber : (Litbang/berbagai sumber)

Komentar pembaca

Tambah Komentar Nama

Email

Lokasi

Komentar

Tulis ulang kode disamping

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=17558 (6 of 7)4/16/2006 2:37:39 PM