6.6 Sistem Manajemen Lingkungan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Main Text) 6.6 Sistem Manajemen Lingkungan 6.6.1 Masalah Lingkungan yang ada di Kawasan GKS Masalah lingkungan di Kawasan GKS diidentifikasi melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan, termasuk pengumpulan data sekunder dan hasil wawancara, tinjauan survei lapangan dan lokakarya Analisa Masalah Lingkungan. Kegiatan ini dilakukan dalam koordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup dan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. Data ini dianalisa dan hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Jenis Masalah Lingkungan Masalah lingkungan utama di Kawasan GKS kebanyakan disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu: Konversi lahan yang tidak semestinya Kerusakan hutan dan bakau Pencemaran Lalu lintas Persampahan (1) Konversi lahan yang tidak semestinya Masalah konversi lahan yang tidak semestinya diamati dan ditemukan dua macam yaitu: Hutan dikonversi menjadi lahan pertanian Lahan pertanian dikonversi menjadi kawasan perumahan dan industri Jenis pertama dari konversi lahan yang diamati ada di Pacet Kabupaten Mojokerto, di mana kawasan hutan dibudidayakan oleh pemburu. Daerah ini dengan mudah dapat terkikis karena lereng yang curam. Tipe kedua adalah konversi lahan pertanian. Konversi lahan di Kawasan GKS dilindungi oleh Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Pengelolaan lahan juga dikendalikan oleh Dinas Pertanian Pertanian, dimana petani memerlukan izin jika mereka berniat untuk menjual lahan pertanian. Kebijakan ini diterapkan untuk menjaga target keamanan pangan dan mempertahankan ketahanan pangan yang ditargetkan oleh Dinas Pertanian. Namun, berdasarkan hasil survei, sekitar 19% dari lahan pertanian menurun setiap tahun. Di Provinsi Jawa Timur, 72% unit lahan pertanian kurang dari 1 ha. Menurut Dinas Pertanian, beberapa petani yang menjual lahan pertanian mereka dengan lahan berukuran kecil ditujukan untuk keperluan pembangunan lainnya. (2) Kerusakan Hutan dan Mangrove Hutan lindung di Jawa Timur menurun sekitar 1.000 ha / tahun karena penebangan liar dan kebakaran hutan oleh aktivitas manusia seperti berkemah dan residu tembakau. Ada lima kasus penebang liar ditangkap dari bulan Januari sampai Oktober 2009 di Pacet, Kabupaten Mojokerto sendiri. 6-45 Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Main Text) During the Workshop on Environmental Problems Analysis with the Department of Environment and Department of Spatial Planning in East Java Province, participants identified that an increasing trend in mangrove forest damage are serious concerns across GKS area. Although very limited data are available, such observation is very important to consider. Selama Workshop Analisa Masalah Lingkungan dengan Badan Lingkungan Hidup dan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur, peserta mengidentifikasi terjadinya kecenderungan peningkatan pada kerusakan hutan bakau, yang merupakan keprihatinan serius di kawasan GKS. Meskipun data yang tersedia sangat terbatas, observasi tersebut sangat penting untuk dipertimbangkan. (3) Pencemaran Ada dua jenis pencemaran di Kawasan GKS: pencemaran air dan udara. Sebagian besar sungai dan saluran air tercemar oleh limbah industri, limbah cair, limbah, bahan kimia pertanian dan pembuangan sampah. Hingga saat ini, ada dua stasiun pompa yang ada untuk penyediaan air hilir. Menurut Badan Lingkungan Hidup, stasiun-stasiun pompa memiliki tingkat kualitas air yang buruk untuk baku air minum karena dipengaruhi oleh pencemaran pabrik-pabrik di dekatnya, sebagian besar tidak mengikuti standar pembuangan limbah cair. Faktor lainnya adalah pembuangan sampah ke drainase, lebih diamati di daerah pedesaan. Sistem pembuangan sampah tidak mengakibatkan pencemaran air saja, tetapi juga bau yang memberikan kontribusi terhadap sanitasi yang buruk di kebanyakan daerah. Sampah yang dibuang di drainase juga menyumbat air yang mengalir bebas sehingga menyebabkan banjir terutama pada musim hujan. Pencemara udara, di sisi lain disebabkan terutama oleh kendaraan dan pabrik. Kemacetan lalu lintas yang menonjol di daerah perkotaan menghasilkan lebih banyak polusi udara. Terutama kendaraan dalam kondisi memprihatikan dan sepeda motor dua-tak yang menghasilkan partikulat penting tersuspensi. Peningkatan jumlah kendaraan juga menimbulkan pencemaran udara termasuk gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap peningkatan kecelakaan yang terkait dengan mobil. (4) Lalu Lintas Volume lalu lintas meningkat dengan pesat di Kota Surabaya. Bahkan, salah satu masalah kunci pada transportasi perkotaan di Surabaya adalah bagaimana untuk mengatur dan mengurus permintaan lalu lintas ke CBD terutama pada jam sibuk. Dari arah barat ke CBD, ada beberapa jalan tetapi lebarnya relatif sempit, sebagian besar dengan dua jalur. Di sisi lain, sebenarnya hanya ada satu jalan yang langsung berasal dari selatan ke CBD (yaitu Jl Ahmad Yani.), namun lalu lintasnya sangat besar. (5) Persampahan Masalah sampah menjadi perhatian utama di Kawasan GKS berdasarkan hasil Lokakarya Analisa Masalah Lingkungan yang dilakukan baru-baru ini. Orang-orang membuang sampah ke sungai dan drainase yang mengakibatkan penyumbatan saluran drainase, bau dan pencemaran air. 6-46 Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Main Text) Pelanggaran Konversi Lahan Kerusakan Hutan dan Bakau Konversi dari Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian Konversi Hutan Bakau menjadi Tambak Agriculture area intrudes into forest area Scattering Garbage Pembuangan sampah di lahan kosong Endapan sampah di daerah pesisir Pembuangan sampah ke drainase Throwing garbage at road side Polusi Kepadatan Lalu-lintas Polusi air sungai karena sampah Limbah cair yang tidak diolah Source: JICA Study Team Gambar 6.6.1 Masalah Lingkungan di Kawasan GKS 6-47 Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Main Text) 2) Struktur Masalah Lingkungan Struktur masalah lingkungan utama di Kawasan GKS ditunjukkan pada Gambar 6.6.2. Seperti diilustrasikan dalam gambar ini, masalah lingkungan terutama tergantung pada kondisi topografi dan penggunaan lahan. Ini adalah khas ditandai oleh masalah di daerah perbukitan, daerah pedesaan dan perkotaan. Di daerah berbukit, misalnya, masalah yang berkaitan dengan konservasi hutan dan lahan, khususnya di Kabupaten Mojokerto. Di daerah perkotaan, masalah ini berkaitan dengan pertumbuhan penduduk. Masalah-masalah ini secara bersama disebabkan oleh industrialisasi, urbanisasi dan peningkatan populasi penduduk. Telah diamati dan dicatat bahwa sebagian besar tekanan pembangunan di Kawasan GKS datang dari hilir ke hulu. Manifestasinya meliputi: penurunan lahan pertanian yang mendukung lebih banyak industri, pemukiman dan perluasan perumahan. Di sisi lain, hutan lindung di daerah perbukitan diketahui dapat menurun karena konversi ilegal beberapa wilayah hutan untuk pertanian. Aliran dampak lingkungan akibat tekanan dan pengaruh pembangunan tercatat dari hulu hingga hilir. Sebagai contoh, erosi tanah akibat konversi lahan di kawasan perbukitan menyebabkan sedimentasi di sungai, dan penggunaan bahan kimia pertanian di daerah pedesaan dan air limbah industri berpengaruh terhadap kualitas air. Sampah yang dibuang mengalir ke daerah pesisir. Sumber: JICA Study Team Gambar 6.6.2 Struktur Masalah Lingkungan di Kawasan GKS 6-48 Studi JICA untuk Merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Laporan Final (Main Text) 6.6.2 Kerangka Kebijakan Lingkungan untuk Penataan Ruang di Kawasan GKS 1) Tujuan Pengeloaan Lingkungan Penataan Ruang di Kawasan GKS Tujuan menggabungkan pengelolaan lingkungan dalam penataan ruang di kawasan GKS adalah sebagai berikut: Untuk meningkatkan dan memperkuat keserasian lingkungan dari kawasan GKS melalui kepastian keseimbangan antarapelestarian lingkungan dan kebutuhan pembangunan Untuk mempertahankan dan memaksimalkan kualitas lingkungan termasuk lingkungan alam dan lingkungan hidup untuk generasi berikutnya 2) Masalah Kebijakan Lingkungan Perekonomian kawasan GKS telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, pertumbuhan ekonomi tersebut telah menimbulkan masalah lingkungan akibat industrialisasi dan urbanisasi. Di masa depan, ada kemungkinan bahwa kondisi lingkungan akan memburuk lebih lanjut jika pemerintah tidak akan meningkatkan sistem manajemen lingkungan. Hal ini menimbulkan tantangan bagi GKS untuk menjadi model pembangunan daerah yang berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena itu, untuk menjamin posisi GKS serta mempertahankan dan memelihara pengembangan usaha, kawasan GKS harus mempromosikan pembangunan daerah yang berkelanjutan dengan unsur-unsur penting bahwa keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Untuk mencapai hal ini, isu-isu kebijakan lingkungan berikut dipertimbangkan dalam perencanaan: • Simbiosis antara konservasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan • Memastikan lingkungan yang bernilai dan rentan, dan memulihkan lingkungan yang rusak • Berkontribusi untuk masalah-masalah global khususnya perubahan iklim (1) Simbiosis antara konservasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan Untuk mencapai lingkungan yang sehat dan nyaman untuk penduduk GKS, beban lingkungan harus diminimalkan dimana manfaat tersebut diperoleh dari lingkungan. Hal ini sangat diperlukan untuk mengejar simbiosis dengan lingkungan alam melalui meminimalkan beban lingkungan dalam mengembangkan kawasan GKS yang berkelanjutan. (2) Memastikan lingkungan