PERAN NAHDLATUL ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK ISLAM DI INDONESIA PADA AWAL REFORMASI ABDUL SAIKUM 130906027 Dosen Pembimbing: A

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

PERAN NAHDLATUL ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK ISLAM DI INDONESIA PADA AWAL REFORMASI ABDUL SAIKUM 130906027 Dosen Pembimbing: A PERAN NAHDLATUL ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK ISLAM DI INDONESIA PADA AWAL REFORMASI ABDUL SAIKUM 130906027 Dosen Pembimbing: Adil Arifin, S.Sos, M.A. DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK Abdul Saikum (130906027) Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam Di Indonesia Pada Awal Reformasi. Rincian isi skripsi, 120 halaman, 37 buku, wawancara 7 narasumber, 4 jurnal, dan 32 situs internet. ABSTRAK Penelitian Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam Di Indonesia Pada Awal Reformasi. Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada tiga pokok peran, yaitu : (1) Kiprah NU pada pemilu tahun 1999 melibatkan para ulama dalam pemenangan PKB, (2) Peran NU pada pemilihan Presiden tahun 1999 mengintruksikan semua kader NU yang ada di parlemen ataupun partai- partai lain selain PKB untuk memilih Gus Dur sebagai Presiden, (3) Peran NU pada Pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mempengaruhi landasan berpikir kepemimpinan Abdurrahman Wahid dengan memasukkan konsep bernegara sesuai dengan norma etik yang ada di dalam organisasi NU. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif. Teknik pengupulan data yang digunakan berupa data sekunder data primer. Teknik analisis data yang digunakan penulis, yaitu teknik analisis data kualitatif, yaitu permasalahan yang diangkat akan digambarkan berdasarkan fakta- fakta yang ada dan kemudian akan diselaraskan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE Abdul Saikum (130906027) The Role Of Nahdlatul Ulama As The Power Of Islamic Politics In Indonesia In The Beginning Of Reform. Details of thesis content, 120 pages, 37 books, interviews 7 resource persons, 4 journals, and 32 internet sites. ABSTRACT This thesis research aims to find out how the role of Nahdlatul Ulama as the strength of Islamic politics in Indonesia at the beginning of the Reformation. The research was conducted with reference to three main roles, namely: (1) NU's gait in the 1999 elections involved the scholars in the PKB's winning, (2) NU's role in the 1999 presidential election instructed all NU cadres present in parliament or parties (3) The role of NU in the Government of Abdurrahman Wahid (Gus Dur) influenced the thinking base of Abdurrahman Wahid's leadership by incorporating the concept of state in accordance with the ethical norms within the NU organization. The research method used in the writing of this thesis is descriptive. Data retrieval technique used in the form of secondary data primary data. Data analysis techniques used by the author, the qualitative data analysis techniques, namely the issues raised will be illustrated based on existing facts and then will be harmonized between one fact with another fact so that can be drawn a conclusion. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Halaman Persetujuan Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : ABDUL SAIKUM NIM : 130906027 Departemen : Ilmu Politik Judul : Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam di Indonesia Pada Awal Repormasi Menyetujui: Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing Warjio, M.A., PhD Adil Arifin, S.sos, M.A NIP. 197408062006041003 NIP. 198302162010121003 Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik M. Husni Thamrin,S.sos, MSP NIP. 196401081991021001 PERNYATAAN Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya: 1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan Judul “Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam di Indonesia Pada Awal Repormasi” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain. 2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji. 3. Di dalam skripsi ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannya pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku. Medan, 19 Juli 2017 Yang Menyatakan ABDUL SAIKUM NIM 130906027 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil „Alamin. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala atasberkah, rahmat, taufik-Nya, skripsi yang berjudul “Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam di Indonesia Pada Awal Repormasi” ini bisa diselesaikan dengan baik, sehingga bisa memenuhi persyaratan untuk memperoleh Sarjana Ilmu Politik dari FISIP, Universitas Sumatera Utara. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada, Bapak Dr. Warjio, MA selaku ketua Departemen Ilmu Politik, Bapak Husnul Isa Harahap, S.IP, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Politik. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Bapak Adil Arifin,S.sos,M.A sebagai dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf pengajar FISIP USU khususnya pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan. Tidak lupa juga terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh staf administrasi yang telah memudahkan urusan administratif. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya juga penulis ucapkan kepada keluarga, khususnya kedua orang tua yaitu Ayahanda Tamrin Pulungan dan Ibunda Tiraya Hasibuan, saudara kandung Nora Niawarni Sebagai Kakak, Salman Paris sebagai adik dan Syawaluddin Pulungan sebagai adik, Kakek dan Nenek, Paman Darman Hasibuan dan Keluarga, Paman Irfan Hasibuan dan Keluarga, Paman Kasman Hasibuan dan Keluarga, Paman Sudirman Hasibuan dan Keluarga, Pak Rusman dan Keluarga, Muhammad Iqbal Dosen UINSU, Teman kost, Pengurus Wilayah NU Sumatera Utara, yang telah memberikan dukungan moril, materil, dan do‟a. Terima kasih juga kepada seluruh teman- teman di FISIP USU, Ilmu Politik khususnya angkatan ‟13 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah bersama-sama menjalani proses akademik di kampus tercinta, dengan berbagai pengalaman dan pelajaran berharga yang juga membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah Subhanahu Wata‟ala membalas kebaikan mereka semua. Aamiin. Penulis sadar skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap kritikan dan saran yang nantinya dapat memperbaikinya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, semoga nantinya skripsi ini bisa bermanfaat. DAFTAR ISI ABSTRAK............................................................................................................. i ABSTRACT........................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii PERNYATAAN.................................................................................................... iv KATA PENGANTAR........................................................................................... v DAFTAR ISI........................................................................................................ vii Bab I Pendahuluan................................................................................................ 1 A. Latar Belakang………………………………………………………..……….1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………...……..25 C. Batasan Masalah…………………………………………………………...….25 D. Tujuan Penelitian……………………………………………………….……25 E. Manfaat Penelitian……………………………………………………….…..25 F. Kerangka Teori……………………………………………………………....26 F.1. Teori kekuasaan……..………………………………..…………....26 F.1.1. Kekuatan Politik…………………..……………….……………...33 F.2. Kelompok Kepentingan…………………………..……………..…..36 G. Metodologi Penelitian…………………………………………………….......40 G.1. Metode Penelitian..............................................................................40 G.2. Jenis Penelitian………..…………………….………………..……..40 G.3. Teknik Pengumpulan Data………………..…………….………..…41 G.4. Teknik Analisa Data………………………………………….…......42 H. Sistematika Penulisan…………………………………………..……………..42 Bab II Profil Nahdlatul Ulama A. Sejarah Pendirian Nahdlatul Ulama………………………………………..…44 A.1. Gambaran Umum Badan Hukum Nahdlatul Ulama Tahun 1926 .....50 A.2. Tokoh-tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama............................................. 51 A. 2. Tokoh- Tokoh NU Yang Mempunyai Pengaruh Besar Di Awal Reformasi (1998- 2004)……………………………………………….....62 B. Gambaran Umum Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama……………………...…70 C. Gambaran Umum Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama……………………......72 D. Kiprah Nahdlatul Ulama Di Politik Indonesia……………………….......…...73 D.1. Langkah-Langkah Nu Sebelum Kemerdekaan................................. 74 D.2. Pembentukan Masyumi dan Pembentukan Partai NU...................... 78 D.3.
Recommended publications
  • BAB IV PERAN KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH A. Sebelum Terbentuknya NU Selama Kyai Abdul Wahab Hasbullah Menempuh Pendidikan Di Makka
    BAB IV PERAN KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH A. Sebelum Terbentuknya NU Selama Kyai Abdul Wahab Hasbullah menempuh pendidikan di Makkah selama 5 tahun dan sebelum kembali ke tanah air, pada tahun 1914 ia mendirikan Serikat Islam (SI) yang dibantu oleh Kiai Asnawi dari Kudus yang nantinya diangkat sebagai ketua, ia sendiri sekretarisnya, Kiai Abbas dari Cirebon dan Kiai Dahlan dari Kertosono. Peran mereka dalam SI yaitu untuk menghadapi serangan kaum pembaharu atau Modernis terhadap para kiai tradisional di pesantren-pesantren. Ketika Kyai Abdul Wahab Hasbullah kembali ke tanah air ia mulai melakukan pembaharuan pada pondok TambakBeras yang sudah didirikan oleh bapaknya, Kyai Hasbullah yaitu dengan mengganti sistem pendidikan halaqoh1 menjadi cara klasikal2 agar lebih teratur dalam pembelajarannya. Dan dengan cara baru yang diterapkannya, pondok tersebut maka berkembang sangat pesat. Seiring dengan metode baru yang diterapkan di Pesantren TambakBeras didirikan pula Madrasah MubdilFan (memperlihatkan sebuah disiplin keilmuan) pada tahun 1915 olehnya. Bahkan pada tahun 1916 ia juga mendirikan sekolah Nahdlatul Wathan yang artinya Kebangkitan Tanah Air bersama Kiai Mas Mansur dan KH. Ridwan Abdullah. Setelah beberapa bulan berdiri, Nahdlatul Wathan memiliki kantor yang terletak di Kampung Kawatan Gg. VI/22 Surabaya. Atas izin pemiliknya Haji Abdul Qohar3kantor itu disahkan dan memiliki Badan Hukum dengan susunan pengurus sebagai berikut Haji Abdul Qohar sebagai Direktur, Kyai Abdul Wahab Hasbullah sebagai Ketua Dewan Guru (Keulamaan), dan Kiai Mas Mansur sebagai Kepala Sekolah yang dibantu oleh Kyai Mas Alwi dan Kyai Ridwan Abdullah dan sejumlah staf pengajar diantaranya Kiai Bisri Syansuri, Abdul Halim Leuwimunding, dan Abdullah Ubaid sebagai Ketua Jam’iyah Nashihin. 4 1 Halaqoh adalah belajar dengan cara membentuk lingkaran dan mempelajari ajaran Islam.
    [Show full text]
  • Orang Yang Telah Berhaji Harus Jadi Katalisator, Begini Penjalasan Wamenag
    Orang yang Telah Berhaji Harus jadi Katalisator, Begini Penjalasan Wamenag Realitarakyat.com – Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menyatakan bahwa masyarakat yang telah menunaikan haji harus menjadi katalisator atau orang yang membuat perubahan, dan menjadi bagian penting dalam pembangunan masyarakat serta bangsa. “Alumni haji harus terus dijaga kemabruran, semangat, dan perannya dan menjadi ‘haji sepanjang hayat’,” ujar Zainut saat membuka Muktamar Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia dalam webiner, Sabtu (21/8). Haji sepanjang hayat itu, yakni selalu berperan positif dan menjadi teladan dalam semua aspek kemasyarakatan, pemerintahan, politik, pendidikan, kesehatan, hingga keamanan. Dia mengutip hasil penelitian UIN Sunan Kalijaga pada 2012 yang menyimpulkan bahwa jamaah haji memiliki pengaruh besar dalam bidang ekonomi, politik, dan pendidikan prakemerdekaan. Beberapa alumni haji itu kemudian menjadi pahlawan, penggerak perjuangan kemerdekaan, di antaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Tuanku Imam Bonjol, A. Hasan, H. Agus Salim, KH. Abdul Wahab Hasbullah, HOS. Tjokroaminoto, dan sejumlah nama lainnya. Pada masa pandemi Covid-19, kata dia, peran haji sangat dibutuhkan, utamanya dalam kampanye menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan, termasuk mendorong program vaksinasi. “Saya mengajak IPHI untuk ikut serta sesuai kapasitas dan kewenangannya untuk memberikan kesadaran hidup sehat dan disiplin di lingkungan masyarakat. Jangan lelah untuk mengingatkan gerakan 5M, berdoa dan vaksinasi,” kata dia. Wamenag juga berharap Muktamar VII IPHI ini dapat memberikan sumbangsih nyata dalam pembangunan kemasyarakatan, kesadaran moderasi beragama, serta dapat memberikan masukan bagi penyelenggaraan haji yang lebih baik. “Jadikan organisasi IPHI sebagai tempat mengabdi kepada masyarakat,” kata dia..
    [Show full text]
  • Political Orientation of Nahdatul Ulama After Muhtamar IX
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 226 1st International Conference on Social Sciences (ICSS 2018) Political Orientation of Nahdatul Ulama After Muhtamar IX 1st Eko Satriya Hermawan 2nd Rojil Nugroho Bayu Aji 3rd Riyadi History Education Department, History Education Department History Education Department, Universitas Negeri Surabaya Universitas Negeri Surabaya Universitas Negeri Surabaya Surabaya, Indonesia Surabaya, Indonesia Surabaya, Indonesia email: [email protected] email: [email protected] email: [email protected] Abstract–Nahdatul Ulama (NU) is currently the largest Muslim- traditionalist cleric, traders and landlords are the economic based community organization in Indonesia. Looking at the basis of (school) pesantren and cleric families, which can historical view, that NU used to be a political party, even winning threaten the coffers of the traditionalist cleric economy.[2] the election in Sidorajo, East Java. This study uses a The most obvious conflict, was when deciding on methodological approach of history to see the uniqueness of NU the representation of the Dutch East Indies in the Islamic in winning the election in 1955. Authentic documents and in- World Congress held in Mecca in 1926. The traditionalists, depth interviews were conducted to gain a past representation far beyond the discourse that developed in society. worried about not having the opportunity to become representatives in the activity. On that basis, Wahab Keywords— NU, Politics, and Islam Chasbullah, through the approval of Hasyim Asj'ari, invited the leading clerics from traditionalist circles to his home in Surabaya on January 31, 1926. The meeting had two aims: I. INTRODUCTION first, to ratify the creation of the Hijaz Committee which would send a delegation to the congress in Mecca .
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nahdlatul Ulama Adalah Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam Terbesar Yang Lahir Pada Tahun 19
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nahdlatul Ulama adalah organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar yang lahir pada tahun 1926 di Surabaya. Nahdaltul Ulama lahir karena perjuangan Wali Songoyang berperan sebagai penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Wali Songo tersebut diantaranya Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.1 Dalam memberikan pengajaran Islamnya para Wali mempertahankan faham Ahlussunnah wal Jamaah.2 Dalam praktik beragamanya, para Wali Songo itu bersikap toleransi terhadap adat atau budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh mereka adalah denganberusaha menghilangkan unsur-unsur yang menurut mereka bertentangan dengan syariat Islam, dan menggantinya dengan unsur-unsur Islam secara bertahap sehingga terbentuk kebudayaan baru yang lebih Islami. Perkembangan Islam selanjutnya terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan adanya dua kelompok Islam yang berbeda yaitu Islam Tradisionalis dan Islam Modernis. Islam Tradisionalis adalah kelompok yang pada dasarnya mempertahankan dan memelihara ajaran yang dianut sejak dahulu yaitu mengikuti empat madzhab yakni Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Para tokoh Islam Tradisionalis yaitu para kiai-kiai besar NU seperti Ahmad Dahlan 1 Amirul Ulum, Muassis Nahdlatul Ulama; Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 1. 2 Ahlusunnah Wal Jama’ah adalah satu-satunya golongan umat Islam yang akan selamat di Akhirat. Pengajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah yaitu Madzhab Syafi’i dalam kajian fiqhnya, serta Abu Hasan al- Asy’ari dalam kajian teologinya. Lihat Greg Fealy,“Ijtihad Politik Ulama:Sejarah NU 1952-1967”, hlm. 36. Ahyad dari Kebondalem, Surabaya3, KH.
    [Show full text]
  • Paradigma Fiqih Sosial Kh Ali Yafie
    PARADIGMA FIQIH SOSIAL KH ALI YAFIE Moh Dahlan Dosen IAIN Bengkulu Alamat:Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu Email: [email protected] (08179403094) Abstract : This study aims to examine the social fiqh paradigm of KH Ali Yafi e which is formulated as follows: what is the historical existence of social fiqh paradigm of KH Ali Yafi e in Indonesia? how is the development of social fiqh paradigm of KH Ali Yafi e in Indonesia? Using the ushul fiqih scholarship framework, this study concludes that First, the historical existence of KH Ali Yafie’s thought developed from the tradition of moderate pesantren scholarship, so that his struggle remained within the line of moderate Islamic movements within the Nahdlatul Ulama, to the top post, Rais Aam PBNU. Similarly his role in MUI. Although moderate, but firm stance also remains firmly proven KH Ali Yafi e resigned from Pjs. Rais Aam PBNU because of differences in legal views with KH Abdurrahman Wahid. Second, the thought of fiqh KH Ali Yafie contributed not less because he has given solutions that others do not think of, such as how to make the sciences of history and natural sciences as a knife of analysis in studying the law of fiqih. Similarly his strongly proven national- ism attitude puts the fatwa of KH Hasyim Asy’arie on the obligation to defend the state as a legal fatwa which must be ignored by Muslim scholars and Muslims. Keywords: Ijtihad, law of fiqh, and historical existence. Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk meneliti paradigma fiqih sosial KH Ali Yafi e yang dirumuskan sebagai berikut : bagaimana eksistensi historis paradigma fiqih sosial KH Ali Yafi e di Indonesia? bagaimana pembangunan paradigma fiqih sosial KH Ali Yafi e di Indonesia? Dengan menggunakan kerangka keilmuan ushul fiqih, kajian ini menyimpulkan bahwa Pertama, eksistensi historis pemikiran KH Ali Yafi e berkembang dari tradisi keilmuan pesantren yang berciri moderat, sehingga perjuangannya tetap berada dalam garis gerakan keagamaan Islam yang moderat di lingkungan Nahdlatul Ulama, hingga jabatan puncak, Rais Aam PBNU.
    [Show full text]
  • GENEALOGI PERAN KAUM SANTRI DALAM SKETSA POLITIK NASIONAL Zaini Tamin AR (STAI YPBWI Surabaya) Abstrak: Tulisan Ini Menarasikan
    GENEALOGI PERAN KAUM SANTRI DALAM SKETSA POLITIK NASIONAL Zaini Tamin AR (STAI YPBWI Surabaya) Abstrak: Tulisan ini menarasikan tentang peran kaum santri dan pesantren yang sampai saat ini membuktikan keberhasilannya menjawab tantangan zaman. Kemampuan adaptatif pesantren atas perkembangan zaman memperkuat eksistensinya sekaligus memberikan kontribusi yakni, mensinergikan intelektual, emosional, dan spiritual, yang dapat membentuk kepribadian; sebuah faktor penting dalam integritas kepemimpinan. Di sisi lain, pesantren memiliki kemampuan untuk melangkah keluar dari budaya yang ada dan memulai proses perubahan evolusioner yang lebih adaptif. Sementara, lingkup pembahasan tulisan adalah relasi pesantren dan kepemimpinan dan peran kaum santri terhadap dunia politik Nasional. Pesantren dapat mendidik santri yang tak hanya mempunyai integritas keilmuan yang memadai tapi juga integritas moral dan etika, yang akan menjadi faktor penting ketika seorang santri kembali ke lingkungan sosialnya. Santri dan pesantren dari masa ke masa telah memberi kontribusi konkrit dalam perjalanan sejarah Republik ini, tak terkecuali dalam sosial politik. Perjuangan melawan penjajah, pembentukan NKRI, hingga terdistribusinya kaum santri dalam posisi politis di Indonesia. Kontribusi kaum santri dan pesantren yang demikian menjadi bukti bahwa pesantren bukan hanya lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia dan masih tetap eksis hingga kini, tetapi juga merupakan entitas sosial yang memiliki pengaruh cukup kuat - sekaligus unik - dalam kehidupan sosial politik di
    [Show full text]
  • Respon Terhadap Modernisme
    DINAMIKA NU DAN MODERNISME KEAGAMAAN OLEH: HAMIDAH A. Prawacana Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan kegiatan perdagangan yang berkembang sejak abad ke XI. Adanya kontak dagang tersebut menyebabkan tumbuhnya pemukiman masyarakat muslim di wilayah pesisir kepulauan Nusantara, sehingga lambat laun Islam telah menjadi bagian yang menguasai batin masyarakat Indonesia. Keberadaan Islam di Indonesia tidak terlepas dari kultur masyarakat setempat. Pergumulan Islam dengan kultur yang telah mendarah daging menuntut adanya adaptasi yang kontinu tanpa harus kehilangan ide aslinya. Islam, ketika berhadapan dengan realitas sejarah, akan memunculkan realitas baru yang tidak hanya diakibatkan pergumulan internalnya dalam merespon masalah yang muncul tetapi juga keterlibatannya dalam proses sejarah yang bertindak sebagai subyek yang ikut membentuk keadaan zaman. Salah satu wujud dari fenomena tersebut adalah organisasi NU yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926. Organisasi ini dipelopori para kyai yang berpusat di Pesantren-pesantren yang berdasar pada tradisi keilmuan tertentu. M. Ali Haidar menyebutkan bahwa: “ Organisasi NU berkesinambungan menelusuri mata rantai historis sejak abad pertengahan yaitu apa yang disebut Ahlu al-sunnah wal Jama’ah “.1 1 M. Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fiqh dalam Politik, ( Jakarta: Gramedia, 1995), h. 2 NU merupakan suatu organisasi ulama tradisional yang mempunyai jumlah pengikut yang banyak. Martin menyebutkan: “ NU memiliki paling tidak dua puluh juta muslim meskipun tidak terdaftar secara resmi tetapi merasa terikat pada NU melalui ikatan kesetiaan primordial (tradisi pesantren dan kharismatik kyai)”.2 Disamping itu, NU juga merupakan organisasi non-pemerintah yang tergolong besar yang masih mengakar di kalangan bawah. Azyumardi Azra menyebutnya sebagai fenomena rural.3 Disebut demikian karena mayoritas pengikut NU berasal dari masyarakat desa (rural area) yang pola hidupnya masih sederhana dan cenderung tradisional.
    [Show full text]
  • The Politics of the Fatwa
    The Politics of the Fatwa Under review, Journal of Asian Studies Jeremy Menchik Assistant Professor Pardee School of Global Studies Boston University 11 April 2019 Abstract: Fatwas from Islamic organizations are prominent elements of public debates in democratic Indonesia, as well as the broader Muslim world. Yet scholars lack a clear theoretical explanation for the power of fatwas in politics. This paper draws on original archival material to explicate the authority of the fatwas from the Indonesian Council of Ulama (Majelis Ulama Indonesia, MUI), which over the past twenty years has become one of the country’s most influential actors. The paper distinguishes three periods in the growth and transformation of MUI’s authority; starting with charismatic authority and expert authority, MUI later gained regulatory authority, and now uses agenda setting, lobbying, mass mobilization, and the threat of violence. By examining how the power of MUI’s fatwas increased as the organization accrued more forms of authority, this periodization demonstrates that explaining the political power of the fatwa requires understanding the modern organizational authority of Islamic actors. Keywords: Islam, politics, religious authority, Indonesia Acknowledgements: Versions of this essay were presented at the 2018 meeting for the Association for Asian Studies, the Gatty Lecture Series at Cornell University, and Northwestern University. I am indebted to the Centre for Strategic and International Studies for generous access to their clipping library. I am grateful for feedback from Chiara Formichi, Robert Hefner, Sana Jaffrey, Diana Kim, Dominik Müller, Kaija Schilde, Nicholas Rush Smith, Tom Pepinsky, John Woodward, Jeff Wasserstom and three anonymous reviewers. Yoshiko Herrera, Tamir Moustafa, and Scott Straus merit a special thanks for encouraging me to research fatwas long before any of us could articulate why they merit attention.
    [Show full text]
  • Democratic Culture and Muslim Political Participation in Post-Suharto Indonesia
    RELIGIOUS DEMOCRATS: DEMOCRATIC CULTURE AND MUSLIM POLITICAL PARTICIPATION IN POST-SUHARTO INDONESIA DISSERTATION Presented in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy in Political Science at The Ohio State University by Saiful Mujani, MA ***** The Ohio State University 2003 Dissertation Committee: Approved by Professor R. William Liddle, Adviser Professor Bradley M. Richardson Professor Goldie Shabad ___________________________ Adviser Department of Political Science ABSTRACT Most theories about the negative relationship between Islam and democracy rely on an interpretation of the Islamic political tradition. More positive accounts are also anchored in the same tradition, interpreted in a different way. While some scholarship relies on more empirical observation and analysis, there is no single work which systematically demonstrates the relationship between Islam and democracy. This study is an attempt to fill this gap by defining Islam empirically in terms of several components and democracy in terms of the components of democratic culture— social capital, political tolerance, political engagement, political trust, and support for the democratic system—and political participation. The theories which assert that Islam is inimical to democracy are tested by examining the extent to which the Islamic and democratic components are negatively associated. Indonesia was selected for this research as it is the most populous Muslim country in the world, with considerable variation among Muslims in belief and practice. Two national mass surveys were conducted in 2001 and 2002. This study found that Islam defined by two sets of rituals, the networks of Islamic civic engagement, Islamic social identity, and Islamist political orientations (Islamism) does not have a negative association with the components of democracy.
    [Show full text]
  • Sang Penggerak Nahdlatul Ulama K.H
    PERPUSTAKAAN NASIONAL RI KATALOG DALAM TERBITAN Rambe, Safrizal Sang Penggerak Nahdlatul Ulama K.H. Abdul Wahab Chasbullah Sebuah Biografi Safrizal Rambe - Jakarta - Madani Institute - 2020 xii + 403 halaman + x:155 mm x y:235 mm ISBN: 978-6021-823 453 Judul Peletak Dasar Tradisi Berpolitik NU Sang Penggerak Nahdlatul Ulama KH. Abdul Wahab Chasbullah Sebuah Biografi Penulis Safrizal Rambe Penyunting Robi Nurhadi, Lita Rahmianti, S.Sos, MPP. Desain Sampul/Tata Letak Aan Raekhan Penerbit Madani Institute Cetakan Pertama 2020 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SAFRIZAL RAMBE SANG PENGGERAK NAHDLATUL ULAMA KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH SEBUAH BIOGRAFI PELETAK DASAR TRADISI BERPOLITIK NU iii Kupersembahkan karya ini untuk : Kedua orang tuaku, Haji Kimon Rambe dan Hajjah Timaro Pohan Istriku tercinta Lita Rahmiati Buah hatiku, Muhammad Rausyan Fikri dan si kecil Raisa Alifah Fatihah dan ..... Para ulama pewaris Nabi iv DAFTAR ISI PENGANTAR PENULIS ix BAB I BERAKAR PADA TRADISI PESANTREN 1 1.1. Lahir Dari Keluarga Ulama Pejuang 1 1.2. Silsilah Keluarga 11 1.3. Lingkungan Sosial dan Tradisi Pesantren 18 BAB II GENEOLOGI INTELEKTUAL 29 2.1. Menjadi Santri Kelana 29 2.2. Guru-Guru KH. Abdul Wahab Chasbullah 43 Syaikh Mahfudz Al Termasy 45 Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi 51 KH. Muhammad Khalil-Bangkalan 55 Hadratusy Syaikh Hasyim Asyari 61 KH. Raden Asnawi-Kudus 72 2.3. Silsilah Keilmuan Kyai Wahab Chasbullah 80 BAB III AWAL PERJUANGAN; BERGABUNG DENGAN SAREKAT ISLAM 85 BAB IV MENGHUBUNGKAN ULAMA DENGAN MODERNITAS 99 4.1. Membangunkan Semangat Nahdlah (Kebangkitan) 99 4.2. Modernisasi Pendidikan Pesantren 120 v 4.2.1. Kurikulum Pesantren 123 4.2.2.
    [Show full text]
  • Paper Title (Use Style: Paper Title)
    AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 4 Tahun 2018 KIPRAH KH. FAKIH USMAN DALAM ORGANISASI MUHAMMADIYAH TAHUN (1925-1968) EMIR AHMAD AZHAR Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email : [email protected] Sumarno S-1 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Abstrak Organisasi Muhammadiyah merupakan organisasi yang berdiri pada tahun 1912 dan di bentuk oleh KH. Ahmad Dahlan. Organisasi Muhammadiyah semakin menyebar luas ke seluruh negeri. sampai pada akhirnya ke Gresik, KH. Faqih Usman adalah sosok pertama yang menyambut kedatangan Muhammadiyah di Gresik. Sejak 1922, ia aktif dalam kegiatan persyarikatan ini. la seolah mendapat penyaluran atas obsesinya selama ini. Pada 1925, Fakih Usman muda dipercayakan menjadi Ketua Group Muhammadiyah Gresik. la pun semakin terlibat dalam wacana keagamaan Muhammadiyah yang lebih berorientasi pembaruan berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits dan berorientasi sosial. Berkat kepemimpinannya, group Muhammadiyah Gresik ditingkatkan menjadi cabang. Perubahan status ini semakin mendorong Fakih Usman untuk aktif dalam pengembangan Muhammadiyah, khususnya di Surabaya. KH. Faqih Usman lalu giat dalam Muhammadiyah Surabaya, MIAI, Masyumi, Muhammadiyah pusat, sampai pada akhirnya menjabat sebagai mentri Agama. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini memfokuskan pada jejak karier KH. Faqih Usman serta mengapa beliau bisa menjadi seorang mentri Agama dan apa kontribusi seorang KH. Faqih Usman terhadap organisasi Muhammadiyahnya maupun kepada Negara setelah beliau menjabat sebagai mentri Agama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah dari penelitian ini serta menganalisis jenjang karier di kalangan organisatoris dan mentri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah mengingat penelitian ini merupakan penelitian seorang tokoh mulai dari beliau belum menjadi seorang yang belum berpengaruh sampai menjadi sosok yang patut dikenang.
    [Show full text]
  • Critical Discourse Analysis on the Online News of Yahya Cholil Staquf's
    CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS ON THE ONLINE NEWS OF YAHYA CHOLIL STAQUF’S VISIT TO ISRAEL THESIS By: Ila Rosyada NIM 15320182 DEPARTMENT OF ENGLISH LITERATURE FACULTY OF HUMANITIES UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019 CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS ON THE ONLINE NEWS OF YAHYA CHOLIL STAQUF’S VISIT TO ISRAEL THESIS Presented to Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Sarjana Sastra (S.S) By: Ila Rosyada NIM 15320182 Advisor: Ribut Wahyudi, M.Ed., Ph.D. NIP 19811205 201101 1 007 DEPARTMENT OF ENGLISH LITERATURE FACULTY OF HUMANITIES UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019 STATEMENT OF AUTHORSHIP I state that the thesis entitled “Critical Discourse Analysis on the Online News of Yahya Cholil Staquf’s Visit to Israel” is my original work. I do not include any materials previously written or published by another person, except those cited as references and written in the bibliography. Hereby, if there is any objection or claim, I am the only person who is responsible for that. Malang, 31 October 2019 Ila Rosyada NIM 15320182 ii APPROVAL SHEET iii LEGITIMATION SHEET This is to certify that Ila Rosyada’s thesis entitled “Critical Discourse Analysis on the Online News of Yahya Cholil Staquf’s Visit to Israel” has been approved by the Board of Examiners as one of the requirements for the degree of Sarjana Sastra (S.S.) in Department of English Literature. Malang, 22 November 2019 The Board of Examiners Signatures 1. Rina Sari, M.Pd NIP 197506102006042002 (Main Examiner) 2.
    [Show full text]