PERAN NAHDLATUL SEBAGAI KEKUATAN POLITIK DI PADA AWAL REFORMASI

ABDUL SAIKUM 130906027

Dosen Pembimbing: Adil Arifin, S.Sos, M.A.

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Abdul Saikum (130906027)

Peran Sebagai Kekuatan Politik Islam Di Indonesia Pada Awal Reformasi.

Rincian isi skripsi, 120 halaman, 37 buku, wawancara 7 narasumber, 4 jurnal, dan 32 situs internet. ABSTRAK

Penelitian Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam Di Indonesia Pada Awal Reformasi. Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada tiga pokok peran, yaitu : (1) Kiprah NU pada pemilu tahun 1999 melibatkan para ulama dalam pemenangan PKB, (2) Peran NU pada pemilihan Presiden tahun 1999 mengintruksikan semua kader NU yang ada di parlemen ataupun partai- partai lain selain PKB untuk memilih Gus Dur sebagai Presiden, (3) Peran NU pada Pemerintahan (Gus Dur) mempengaruhi landasan berpikir kepemimpinan Abdurrahman Wahid dengan memasukkan konsep bernegara sesuai dengan norma etik yang ada di dalam organisasi NU. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif. Teknik pengupulan data yang digunakan berupa data sekunder data primer. Teknik analisis data yang digunakan penulis, yaitu teknik analisis data kualitatif, yaitu permasalahan yang diangkat akan digambarkan berdasarkan fakta- fakta yang ada dan kemudian akan diselaraskan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.

UNIVERSITY OF NORTHERN FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

Abdul Saikum (130906027)

The Role Of Nahdlatul Ulama As The Power Of Islamic Politics In Indonesia In The Beginning Of Reform.

Details of thesis content, 120 pages, 37 books, interviews 7 resource persons, 4 journals, and 32 internet sites.

ABSTRACT

This thesis research aims to find out how the role of Nahdlatul Ulama as the strength of Islamic politics in Indonesia at the beginning of the Reformation. The research was conducted with reference to three main roles, namely: (1) NU's gait in the 1999 elections involved the scholars in the PKB's winning, (2) NU's role in the 1999 presidential election instructed all NU cadres present in parliament or parties (3) The role of NU in the Government of Abdurrahman Wahid (Gus Dur) influenced the thinking base of Abdurrahman Wahid's leadership by incorporating the concept of state in accordance with the ethical norms within the NU organization. The research method used in the writing of this thesis is descriptive. Data retrieval technique used in the form of secondary data primary data. Data analysis techniques used by the author, the qualitative data analysis techniques, namely the issues raised will be illustrated based on existing facts and then will be harmonized between one fact with another fact so that can be drawn a conclusion.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : ABDUL SAIKUM NIM : 130906027 Departemen : Ilmu Politik Judul : Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam di Indonesia Pada Awal Repormasi

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Warjio, M.A., PhD Adil Arifin, S.sos, M.A NIP. 197408062006041003 NIP. 198302162010121003

Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

M. Husni Thamrin,S.sos, MSP NIP. 196401081991021001

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan sesungguhnya:

1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan Judul “Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam di Indonesia Pada Awal Repormasi” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji.

3. Di dalam skripsi ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannya pada daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Medan, 19 Juli 2017

Yang Menyatakan

ABDUL SAIKUM

NIM 130906027 KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin. Segala puji bagi Allah Subhanahu

Wata‟ala atasberkah, rahmat, taufik-Nya, skripsi yang berjudul “Peran Nahdlatul

Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam di Indonesia Pada Awal Repormasi” ini bisa diselesaikan dengan baik, sehingga bisa memenuhi persyaratan untuk memperoleh Sarjana Ilmu Politik dari FISIP, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada,

Bapak Dr. Warjio, MA selaku ketua Departemen Ilmu Politik, Bapak Husnul Isa

Harahap, S.IP, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Politik. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Bapak Adil Arifin,S.sos,M.A sebagai dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf pengajar

FISIP USU khususnya pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan. Tidak lupa juga terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh staf administrasi yang telah memudahkan urusan administratif.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya juga penulis ucapkan kepada keluarga, khususnya kedua orang tua yaitu Ayahanda Tamrin Pulungan dan

Ibunda Tiraya Hasibuan, saudara kandung Nora Niawarni Sebagai Kakak, Salman

Paris sebagai adik dan Syawaluddin Pulungan sebagai adik, Kakek dan Nenek, Paman Darman Hasibuan dan Keluarga, Paman Irfan Hasibuan dan

Keluarga, Paman Kasman Hasibuan dan Keluarga, Paman Hasibuan dan Keluarga, Pak Rusman dan Keluarga, Muhammad Iqbal Dosen UINSU,

Teman kost, Pengurus Wilayah NU Sumatera Utara, yang telah memberikan dukungan moril, materil, dan do‟a. Terima kasih juga kepada seluruh teman- teman di FISIP USU, Ilmu Politik khususnya angkatan ‟13 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah bersama-sama menjalani proses akademik di kampus tercinta, dengan berbagai pengalaman dan pelajaran berharga yang juga membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah Subhanahu

Wata‟ala membalas kebaikan mereka semua. Aamiin.

Penulis sadar skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap kritikan dan saran yang nantinya dapat memperbaikinya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, semoga nantinya skripsi ini bisa bermanfaat.

DAFTAR ISI

ABSTRAK...... i

ABSTRACT...... ii

HALAMAN PERSETUJUAN...... iii

PERNYATAAN...... iv

KATA PENGANTAR...... v

DAFTAR ISI...... vii

Bab I Pendahuluan...... 1

A. Latar Belakang………………………………………………………..……….1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………...……..25

C. Batasan Masalah…………………………………………………………...….25

D. Tujuan Penelitian……………………………………………………….……25

E. Manfaat Penelitian……………………………………………………….…..25

F. Kerangka Teori……………………………………………………………....26

F.1. Teori kekuasaan……..………………………………..…………....26

F.1.1. Kekuatan Politik…………………..……………….……………...33

F.2. Kelompok Kepentingan…………………………..……………..…..36

G. Metodologi Penelitian……………………………………………………...... 40

G.1. Metode Penelitian...... 40

G.2. Jenis Penelitian………..…………………….………………..……..40

G.3. Teknik Pengumpulan Data………………..…………….………..…41

G.4. Teknik Analisa Data………………………………………….…...... 42

H. Sistematika Penulisan…………………………………………..……………..42 Bab II Profil Nahdlatul Ulama

A. Sejarah Pendirian Nahdlatul Ulama………………………………………..…44

A.1. Gambaran Umum Badan Hukum Nahdlatul Ulama Tahun 1926 .....50

A.2. Tokoh-tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama...... 51

A. 2. Tokoh- Tokoh NU Yang Mempunyai Pengaruh Besar Di Awal

Reformasi (1998- 2004)……………………………………………….....62

B. Gambaran Umum Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama……………………...…70

C. Gambaran Umum Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama……………………...... 72

D. Kiprah Nahdlatul Ulama Di Politik Indonesia………………………...... …...73

D.1. Langkah-Langkah Nu Sebelum Kemerdekaan...... 74

D.2. Pembentukan Masyumi dan Pembentukan Partai NU...... 78

D.3. Peran NU Dalam Pemilu 1955,1971 dan 1999...... 80

D.3.1. Pemilu 1955...... 81

D.3.2. Pemilu 1971...... 84

D.3.3. Pemilu 1999...... 87

Bab III Analisis Peran Nahdlatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam Di

Indonesia Pada Awal Reformasi

A. Kiprah NU Pada Pemilu Tahun 1999...... 93

B. Peran NU Pada Pemilihan Presiden Tahun 1999...... 101

C. Peran NU Pada Pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gusdur)...... 102

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………………..…...105

B. Saran……………………………………………………………………..…..109

Daftar Pustaka………………………………………………………………... 110

Daftar Lampiran……………………………………………………………... 121

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar mengikuti kehendak pemegang kekuasaan, baik dengan suka rela maupun dengan terpaksa. 1 Kekuasaaan yang paling penting adalah kekuasaan politik, dimana kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat- akibatnya sesuai dengan tujuan – tujuan pemegang kekuasaan.2

Seiring berjalannya waktu sejak pasca proklamasi kemerdekaan hingga era reformasi, Indonesia lahir dan berkembang sebagai negara dan bangsa dengan berbagai kekuatan politik didalamnya.Ada yang eksistensinya hanya bertahan seumur jagung dan hilang seiring zaman yang bergulir, ada pula yang bertahan dari dulu hingga sekarang. Kekuatan politik pada dasarnya adalah simbol dari suatu rezim yang tengah berlangsung, namun tentu saja setiap rezim mengikuti peribahasa patah tumbuh hilang berganti ketika suatu rezim berakhir, ada rezim baru yang akan menggantikannya, sehingga secara tidak langsung diperlukan adaptasi terhadap perubahan sosial secara terus menerus. Kekuatan politik menampilkan diri sebagai partai politik, Angkatan Bersenjata, Pemuda, Mahasiswa, Kaum Intelektual, dan Golongan Pengusaha serta Kelompok- kelompok penekan lainnya malah sebagai bentuk luar dan masalah-masalah mendalam seperti perkembangan pikiran, ideologi, nilai-nilai dan stuktur sosial

1 Komarudin Sahid. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 32 2 Ibid. Hal. 35 dan ekonomi.3Dalam hal ini Organisasi Nahdlatul Ulama juga berpengaruh dalam kekuatan politik Indonesia.

Pada tanggal 31 Januari 1926 M /16 Rajab 1344 H di Kertopaten, , Jawa Timur, para kiai yang diketuai oleh KH.M. Hasyim Asy‟ari dan KH. mendirikan Jam’iyyah bernama Nahdltul Ulama (NU). 4 Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jam‟iyah dilatarbelakangi oleh dua faktor dominan.Pertama, munculnya kekhawatiran terhadap fenomena gerakan Islam modernis yang bertendensi mengikis identitas kultural dan paham keagamaan Ahlussunnah wal Jama‟ah (Aswaja) yang telah hidup dan dipertahankan selama ratusan tahun.Kedua, sebagai respons terhadap pertarungan ideologis yang terjadi di dunia Islam pasca penghapusan kekhalifahan Turki Utsmani, munculnya gerakan Pan-Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin Al- Afghani dan gerakan Wahabi di Hijaz.5Dimana pada waktu itu pemerintah melakukan penggusuran beberapa petilasan sejarah Islam, seperti makam beberapa pahlawan Islam dengan dalih mencegah kultus individu.Mereka juga melarang kegiatan mauladun, bacaan berzanji, diba‟an dan sebagainya.6

Tidak berhenti sampai disitu, pemerintah Arab Saudi juga selalu menghalangi jalan bagi madzhab- madzhab selain madzhab wahabi, terutama madzhab empat. Sedangkan alasan selanjutnya adalah keinginan untuk

3 Khasiat Ilmu. 2015. Kekuatan- kekuatan Politik Indonesia Di Masa Pemerintahan Orde Reformasi. Diakses Melalui: http://khasiat-ilmu.blogspot.co.id/2015/10/kekuatan-kekuatan-politik-indonesia-di.html Pada 20 Maret 2017. Pukul: 22: 44 WIB. 4Fathurrohman danMa‟had Aly Hasyim Asy‟ari. 2012. “Aswaja NU dan Toleransi Umat Beragama”. Jurnal Review Politik Vol. 02 No. 1 Juni 2012. Hal. 38 diakses melalui: http://jurnalpolitik.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpolitik/article/download/3/3 pada 1 Maret 2017. Pukul: 16: 13 WIB 5 K.H Miftachul Akhyar. 2009. Khittah NU 1926: Sebuah Pemehaman. Suara Nahdlatul Ulama. Diakses melalui: http://www.nu.or.id/post/read/18367/khittah-nu-1926-sebuah-tafsir-pemahaman pada 10 Maret 2016. Pukul: 22:58 WIB. 6 Abdul Muchith Muzadi. 2007. NU Dalam Perspektif: Sejarah dan Ajaran. Surabaya: Khalista. Hal. 33 menetapkan diri sebagai penerus khilafah tunggal di dunia Islam. Karenanya mereka antara lain mengundang Negara atau jama’ah Islam dari seluruh dunia (termasuk Indonesia) untuk menghadiri muktamar khilafah di arab Saudi, Walaupun akhirnya gagal dilaksanakan.7

Para ulama Indonesia( terutama para pengasuh pesantren, ulama ahlussunnah wal jama’ah ) menolak keras tindakan pengusa Arab Saudi tersebut. Ulama pesantren bermaksud ikut dalam delegasi ulama Islam Indonesia yang akan hadir pada Muktamar khilafah guna mencari kesempatan untuk menyampaikan keberatan mereka yang mewakili mayoritas ummat Islam Indonesia kepada pengusa baru Arab Saudi. Namun maksud tersebut terhalang karena ditolak oleh beberapa kelompok Islam yang lain dengan alasan ulama pesantren tidak memiliki organisasi seperti , Syariat Islam dan lain sebagainya. Penolakan yang dilatarbelakangi dengan belum adanya organisasi ulama ini, telah mengorbankan semangat para ulama pesantren untuk menunjukkan kemandirian dan kekuatannya. Sebuah tekad mengirim sendiri delegasi ulama pesantren dengan namaKomite Hijaz akhirnya dilakukan guna menghadap penguasa baru Arab Saudi, sekaligus menyampaikan keberatan para ulama. Ternyata komite hijaz tersebut berhasil mengumpulkan dana dan daya untuk mengirim sendiri delegasi ummat Islam Indonesia. Ketika Delegasi Komite Hijaz akan berangkat, disepakati komite hijaz dijadikan organisasi (jam’ iyyah) permanen dan diberi nama Nahdlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan para ulama. Hal itu untuk mewujudkan bahwa para ulama yang selama ini dianggap kolot, tradisional, terbelakang dan sebagainya, telah bangkit tidak hanya berkumpul, berhimpun, tetapi bangkit, bangun berdiri dan melangkah.8

7 Ibid 8 Ibid. Hal. 34 Nahdlatul Ulama (NU) adalah Organisasi keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan, dakwah, dan sosial keagamaan dengan tokoh kiai sebagai pusatnya.NU merupakan salah satu symbol kekuatan dari struktur komunitas dan spiritual yang berbasiskan pada tradisi pondok pesantren dan adat setempat.Sebagaimana tercantum dalam Mukadimah Khitthah NU tujuan didirikannya NU sebagai Jam’iyyah Diniyah (Organisasi Keagamaan) adalah wadah para ulama beserta pengikutnya dengan tujuan memelihara, melestarikan, dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah. Disamping itu NU juga bertujuan menciptakan kemaslahatan masyrakat, memajukan bangsa, serta mempertinggi harkat dan martabat manusia.9

Khitthah NU menjadi sebuah pedoman warga Nahdlatul Ulama (NU), dimana arti khittah adalah garis- garis yang diikuti, garis yang biasa ditempuh, garis yang selalu ditempuh. Kalau khitthah dirangkai dengan Nahdlatul Ulama (NU), maka atrinya garis yang biasa, yang selalu ditempuh oleh NU, oleh orang- orang NU dalam kiprahnya mewujudkan cita- cita dan dituntun oleh faham keagamaannya sehingga membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama.10

Karena pentingnya pedoman ini maka seharusnya setiap kader NU (terutama pengurus dan pimpinannya) mempelajari dengan seksama. Khitthah ini memiliki fungsi sebagai landasan berfikir, bersikap dan bertindak bagi warga NU, baik secara individual kolektif organisatoris dan dalam proses pengambilan keputusan. Sedangkan substansi khitthah NU dalam pedoman baku adalah faham Islam Ahlussunnah wal jama‟ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia.11

9 Kang young soon. 2007. Antara Tradisi dan Konflik : Kepolitikan Nahdatul Ulama. : penerbit Universitas Indonesia (UI- press), hal 1 10 Abdul Muchith Muzadi. 2006. Mengenal Nahdlatul Ulama. Surabaya: Khalista. Hal 15 11 Abdul Muchith Muzadi. 2007. Op. Cit. Hal. 41 Nahdlatul Ulama sebagai Organisasi Islam Ahlussunnah Wal Jamaah yang berasaskan Pancasila, tidak hanya Hadir untuk warganya sendiri, tetapi juga memiliki Tanggung jawab besar dalam kancah kehidupan berbangsa. Sejak awal NU aktif dalam membentuk Negara ini dan akan terus menjaga keselamatannya. Prinsip ini terus dipegangi hingga saat ini, bahkan terus menerus ditegaskan kembali, saat negeri ini mengalami keguncangan.Memang NU lahir dari sebuah cita- cita besar baik yang bersifat nasional maupun internasional.12

Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses pendirian Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kiai Abdul wahab hasbullah (Surabaya asal Jombang), Kiai Hasyim Asy‟ari (Jombang) dan Kiai kholil (Bangkalan). Peran ketiganya sebagai berikut Kiai Wahab sebagai pencetus ide, Kiai Hasyim sebagai pemegang kunci, dan Kiai kholil sebagai penentu berdirinya. Tentu selain dari ketiga tokoh ulama tersebut , masih ada beberapa tokoh lainnya yang turut memainkan peran penting. Sebut saja KH.Nawawie Noerhasan dari Pondok Pesantren Sidogiri.Setelah meminta restu kepada Kiai Hasyim seputar rencana pendirian Jamiyyah.Kiai Wahab oleh Kiai Hasyim diminta untuk menemui Kiai Nawawie.Atas petunjuk dari Kiai Hasyim pula, Kiai Ridhwan-yang diberi tugas oleh Kiai Hasyim untuk membuat lambang NU- juga menemui Kiai Nawawie.13

Setelah Nahdlatul Ulama (NU) terbentuk menjadi organisasi, maka kiprahnya dibidang pendidikan melalui madrasah- madrasah dan pesanteren mulai digerakkan.Sebagai organisasi keagamaan (jam‟iyyah diniyyah), misi utamanya adalah mengembangkan dan mempertahankan ajaran Islam yang menganut salah satu dari empat madzhab.Dalam waktu yang singkat, perkembangan organisasi ini

12 Abdul Mun‟im DZ. 2011. Piagam Perjuangan Kebangsaan. Jakarta: Setjen PBNU- NU Online. Hal. 13 13Kopral cepot. 2009. Kilas sejarah Seputar Pendirian NU. Diakses melalui: https://serbasejarah.wordpress.com/2009/05/31/kilas-sejarah-seputar-pendirian-nu/ pada 10 maret 2017. Pukul: 23:58 WIB begitu pesat. Ekspansi organisasi ini tidak hanya terkonsentrasi pada wilayah Jawa dan Madura saja, tetapi sudah menjamah daerah lain di luar Jawa.14

Pada awal kelahirannya, NU sebagai organisasi keagamaan mengarahkan perjuangannya pada dua sasaran.Pertama, upaya memperkuat dan mengembangkan amal ibadah dan „aqidah serta pengembangan amal- amal sosial, baik bidang pendidikan maupun ekonomi.Kedua, berjuang untuk melawan kolonialisme belanda dengan pola perjuangan yang bersifat kultural.Fatwa NU yang melarang dan mengharamkan memakai pantalon dan dasi adalah fatwa keagamaan yang bermuatan politis, yaitu sikap anti kolonialisme dan memupuk semangat nasionalisme.15

Sejak kelahirannya tahun 1926 sampai sekarang, peranan NU dalam konteks politik nasional tidak pernah hilang dari panggung sejarah.Para perintis membidangi kelahiran NU telah dibayangi sebuah obsesi tentang hari depan Indonesia yang merdeka. Pada masa penjajahan, NU secara aktif berperan melawan penjajah dan memusnakan konsep- konsep kebangsaan sebagai dasar mendirikan Negara baru. Keterlibatan NU dalam politik dimulai ketika NU dan Muhammadiyah bersama- sama membentuk Majlisul Islam A‟la Indonesia (MIAI: Majelis Tinggi Indonesia) pada tanggal 21 September 1937. Keterlibatan NU dalam MIAI ini membawa perubahan mendasar dalam orientasi para pemimpin NU mengenai masalah- masalah keagamaan sampai pada masalah- masalah politik.Sebagian besar kegiatan MIAI, sejak berdirinya sampai berakhirnya Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) diwarnai oleh masalah agenda keagamaan.Hal ini terbukti dengan keputusan kongres yang diselenggarakanumumnya mengenai hal keagamaan, namun suhu politik yang

14Ridwan. 2004. Paradigma Politik NU: Relasi Sunni- NU Dalam Pemikiran Politik. Purwokerto: STAIN Purwokerto Press. Hal. 188 15 Ibid. Hal. 189 terus meningkat pada waktu itu, sedikit mendorong para pemuka NU untuk terus berkiprah di bidang politik.16

Arena perjuangan politik NU makin melebar ketika jepang menguasai Indonesia.NU termasuk organisasi yang dilarang oleh jepang, tetapi sepak terjang politik NU sudah tidak mungkin dibendung. Pada 4-7 November 1945, NU bersama dengan Muhammadiyah, Perserikatan Ulama Indonesia dan Persatuan Umat Islam ikut berperan aktif dalam Kongres Umat Islam di . Ini merupakan puncak pengabdian dan peran politik MIAI sehingga kongres memutuskan membentuk satu- satunya Partai Politik Islam, yang diberi nama Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). K.H Hasyim Asy‟ari terpilih sebagai Ketua Majlis Syuro Muslimin (Lembaga Tertinggi Masyumi yang punya kewengan strategis) dengan dibantu beberapa tokoh NU dan Organisasi Islam Lainnya.17

Masyumi sebagai satu- satunya Partai Islam, dalam perkembangan politiknya tidak lepas dari konflik internal.Konflik internal ini dinilai oleh NU sudah terlalu memuncak dan tidak bisa ditolerir lagi, sehingga tokoh-tokoh NU membuat sebuah keputusan yang sangat mendasar, yakni keluar dari masyumi.Keterlibatan NU di Masyumi hanya berlangsung sekitar tujuh tahun. Dan NU bukan satu satunya organisasi politik pendukung masyumi yang keluar dari induknya, sebelumnya PSII( Partai Serikat Islam Indonesia) menyatakan keluar terlebih dahulu. Dengan keluarnya NU, pamor dan kekuatan Masyumi semakin memudar. Keputusan NU keluar dari Masyumi diambil dalam sebuah Konferensi NU se-Jawa dan Madura di Jombang(1952). Pengurus besar NU akhirnya membuat surat pernyataan keluar dari Masyumi tertanggal 5-6 April 1952. Keputusan Konferensi Jombang tersebut dibahas kembali dalam Muktamar

16Kang young soon.Op. Cit. Hal. 3 17Asmawi.1999. Pkb Jendela Politik Gus Dur. Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Hal. 13 NU di Palembang, 28 April 1952.Dan akhirnya Muktamar mengukuhkan keputusan Konferensi Jombang.18

Setelah keluarnya NU dari Masyumi, NU memproklamasikan dirinya sebagai salah satu kekuatan sosial politik di Indonesia. Meskipun NU hanya punya kesempatan tiga tahun didalam melakukan konsolidasi dan persiapan mengikuti pemilu 1955, hasilnya cukup mencengangkan banyak pengamat dan politisi, ternyata NU mampu tampil sebagai empat besar –PNI,Masyumi, NU sendiri dan PKI- dalam perolehan suara pemilih NU mengantongi 45 kursi di DPR, dibandingn ketika NU bergabung di Masyumi NU hanya mendapat jatah delapan kursi saja.19

Untuk memahami NU sebagai jam’iyyah diniyyah (organisasi keagamaan) secara tepat, belumlah cukup hanya dengan melihat dari sudut formal sejak ia lahir. Sebab, jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jam’iyyah (organisasi), ia terlebih dahulu berwujud jama’ah (community) yang terikat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakteristik tersendiri.20 Dengan kata lain, wujud NU sebagai organisasi keagamaan itu, hanyalah sekedar penegasaan formal dari mekanisme informal para ulama yang sepaham- pemegang teguh salah satu dari empat madzhab: Syafi‟i, Maliki, Hanafi dan hambali- yang sudah berjalan sebelum lahirnya jam’iyyah NU.21

Sejak kemunculannya, NU selalu menunjukkan sikap fleksibel menanggapi perkembangan politik dan puncak dari sikap fleksibelnya itu adalah

18Ibib.Hal. 14 19 Ibid. Hal. 15 20Ridwan.Op. Cit. Hal. 169 21 Abdul Ghofur. 2002. Demokratisasi dan Prosfek Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta : Walisongo press. Hal. 63 menerima pancasila menjadi asas organisasi.22Keberadaan NU memang sangat potensial sebagai ”lahan” politik, dimana para tokohnya memiliki ambisi-ambisi politik untuk bermain di tingkat negara sering menjadikannya sebagai ruang manuver untuk mencapai kepentingan-kepentingan politiknya. Sementara bagi luar pihak, NU dipandang sebagai kekuatan politik yang besar. Soalnya NU memiliki basis massa yang cukup kuat bahkan solid di bawah kepemimpinan formal para , tapi juga memiliki pengalaman politik yang cukup panjang, sehingga mampu melakukan manuver-manuver politik tingkat tinggi. Dengan demikian, mengabaikan kekuatan NU dalam percaturan politik di negeri ini, bisa merupakan satu persoalan besar, apalagi NU sangat berjasa dalam membela negara ini.23

Hal ini bisa dilihat dari peran NU dalam bidang politik dalam panggung negara:

a. Masa perjuangan kemerdekaan (1926-1945) Pesantren sebagai front perlawanan terhadap penjajah merupakan kenyataan sejarah yang terjadi disetiap tempat dan zaman. Perlawanan digerakkan dari pesantren dan karenanya pesantren menjadi basis perlindungan kaum pejuang kemerdekaan.Peranan Nahdlatul Ulama pada masa penjajahan Belanda dapat dilihat pada Muktamar Nahdlatul Ulama ke-II di Banjarmasin pada tahun 1936. Pada saat itu ditetapkan kedudukan Hindia Belanda (Indonesia) sebagai Dar al- Salam, yang menegaskan keterikatan Nahdlatul Ulama dengan nusa bangsa. Meskipun disadari peraturan yang berlaku tidak menggunakan Islam sebagai dasarnya, akan tetapi Nahdlatul Ulama tidak mempersoalkan, karena yang

22 Ibid. Hal. 65 23Untung dwarjio.2015.Kontribusi NU dalam Bidang politik: perspektif pencaturan NU dalam Panggung Negara. Diakses melalui: http://refo76.blogspot.co.id/2015/08/konrtribusi-nu-dalam bidang-politik.html pada 8 maret 2017. Pukul: 14:15 WIB. terpenting adalah umat Islam dapat melaksanakan syariat agamanya dengan bebas.24

Pada pekembangan selanjutnya, tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama mulai terlibat secara aktif dalam dunia politik.Hal ini terlihat pada saat tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama ikut memprakarsai lahirnya Majelis Islam A‟la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937, yang kemudian dipimpin oleh KH. Abdul . Ide mendirikan MIAI tidak bisa lepas dari kerangka usaha pengembangan Nahdlatul Ulama dalam perjuangan bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan. Sebab baik dilihat dari sudut historis maupun semangat yang membentuk diri MIAI menjadi besar, tidak pernah lepas dari peranan Nahdlatul Ulama.MIAI pada dasarnya bergerak di bidang keagamaan, namun dalam setiap aktivitasnya sarat dengan muatan politik. MIAI berusaha mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik, melalui pengajuan tuntutan kepada penguasa, baik mengenai hal-hal yang secara langsung terkait dengan masalah keagamaan maupun tidak, bahkan masalah internasional.25

NU lebih mengutamakan pembentukan persatuan di kalangan umat Islam untuk melawan kolonial Belanda. Untuk mempersatukan umat islam, K.H.Hasyim Asy‟ary melontarkan ajakan untuk bersatu dan mengajukanperilaku moderat. Hal ini diwujudkandalam sebuah konfederasi, MajlisIslam A‟la Indonesia(MIAI) yangdibentuk pada tahun 1937. Perjuangan NU diarahkan pada duasasaran, yaitu :Pertama, NUmengarahkan perjuangannya padaupaya memperkuat aqidah dan amalibadah ala ASWAJA disertaipengembangan persepsi keagamaan, terutama dalam masalah sosial, pendidikan,dan ekonomi. Kedua,perjuangan NU diarahkan kepadakolonialisme Belanda dengan polaperjuangan yang bersifat kulturaluntuk

24Zakia Ali. 2016. Peran Nahdlatul Ulama Dari Masa ke Masa. Diakses melalui: http://zakaaswaja.blogspot.co.id/2016/07/peranan-nahdlatul-ulama-dari-masa-ke.html pada 21 Maret 2017. Pukul: 00:16 WIB. 25 Ibid. mencapai kemerdekaan.Selain itu, sebagai organisasi sosial keagamaan NU bersikap tegas terhadap kebijakan kolonial Belandayang merugikan agama dan umatIslam.Misalnya : NU menolakberpartisipasi dalam Milisia (wajib militer), menentang undang undangperkawinan, masuk dalam lembagasemu Volksraad, dan lain-lain.26

Sedangkan Pada masa penjajahan Jepang semua organisasi pergerakan nasional dibekukan dan melarang seluruh aktivitasnya, termasuk NU. Bahkan K.H.Hasyim Asy‟ary (Rois Akbar) dipenjarakan karena menolak penghormatan kaisar Jepang dengancara membungkukkan badan ke arah timur pada waktu- waktu tertentu. Mengantisipasi perilaku Jepang, NU melakukan serangkaian pembenahan.Untuk urusan kedalam diserahkan kepada K.H.Nahrowi Thohir sedangkan urusan keluar dipercayakan kepada K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Wahab Hasbullah. Program perjuangan diarahkan untuk memenuhi tiga sasaran utama, yaitu : 1)Menyelamatkan aqidah Islam darifaham Sintoisme, terutama ajaran Shikerei yang dipaksakan oleh Jepang. 2)Menanggulangi krisis ekonomi sebagai akibat perang Asia Timur bekerjasama dengan seluruh komponen Pergerakan Nasional untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan. Setelah itu, Jepang menyadari kesalahannya memperlakukan umat Islam dengan tidak adil.Beberapa organisasi Islam kemudian dicairkan pembekuannya. 3)Untuk menggalang persatuan, pada bulan Oktober 1943 dibentuk federasi antar organisasi Islam yang diberi namaMajlis SyuroMuslimin Indonesia (MASYUMI). Padabulan Agustus 1944 dibentuk Shumubu (Kantor Urusan Agama) untuk tingkat pusat, dan Shumuka untuk tingkat daerah.27

26Islamaswajablog.2016. Peran NU Dari Masa Ke Masa. Diakses melalui: https://islamaswajablog.wordpress.com/2016/07/12/peran-nu-dari-masa-ke-masa/ Pada 21 Maret 2017.Pukul: 00:22 WIB. 27Ibid. Dengan berdirinya NU maka lapisan terbesar masyrakat Indonesia terdapat dipedesaan dibenahi oleh NU untuk mengimbangi kemajuan yang telah dicapai oleh kaum pembaharuan di kota –kota. Sejak pembentukannya, NU mampu membatasi penyebaran pikiran- pikiran Islam moderen ke desa- desa di Jawa, yang sejak lahir tahun 1920-an tercapai suatu status quo ketika kaum Islam Moderen memusatkan misinya di lingkungan perkotaan, sedangkan NU cukup puas menarik pengikutnya, terutama mereka yang berasal dari daerah pedesaan.28

b. Masa kemerdekaan dan Orde Lama (1945-1965) Pada tanggal 7 September 1944 Jepang mengalami kekalahan perang Asia Timur, sehingga pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Untuk itu dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI). BPUPKI beranggotakan 62 orang yang diantaranya adalah tokoh NU (K.H. Wahid Hasyim dan K.H.Masykur).Materi pokok dalam diskusi- diskusi BPUPKI ialah tentang dasar dan bentuk Negara.Begitu rumitnya pembahasan tentang dasar dan falsafah Negara maka disepakati dibentuk “Panitia Sembilan”. Dalam panitia kecil ini NU diwakili oleh K.H.Wahid Hasyim, hasilnya disepakati pada dasar Negara mengenai“Ketuhanan” ditambah dengan kalimat “Dengan kewajiban menjalankan Syari‟at Islam bagi pemeluknya”. Keputusan ini dikenal dengan “Piagam Jakarta”. Sehari setelah Indonesia merdeka, Moh Hatta memanggil empat tokoh muslim untuk menanggapi usulan keberatan masyarkat non muslimtentang dimuatnya Piagam Jakartadalam pembukaan UUD 1945. Demi menjaga keutuhan dan kesatuanbangsa, K.H. Wahid Hasyimmengusulkan agar Piagam Jakartadiganti dengan “Ketuhanan yang Maha Esa”.Kata “Esa” berarti keesaan Tuhan (Tauhid) yang ada hanya dalam agama Islam, dan usul ini diterima. Pada periode 1960-1965 NU tampil menjadi kekuatan yang melawan komunisme, hal ini dilakukan dengan membentuk

28Einar Martahan Sitompul.1989.NU dan Pancasila: Sejarah dan Peran NU dalam Perjuangan Umat Islam di Indonesia dalam Rangka Penerimaan pancasila sebagai Satu- satunya Asas. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan anggota ikapi, Hal. 77 beberapa organisasi, seperti : Banser (Barisan Ansor SerbaGuna), Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim), Pertanu (Persatuan Petani NU), dan lain-lain. Pada tanggal 5 Oktober1965 NU menuntut pembubaran PKI. Sebagai salah satu sikap perjuangan NU melawan pemerintahan kolonial Belanda adalah menolak berpartispasi dalam wajib militer, mendirikan partai politik untuk melawan Belanda, mengadakan perang gerilya, menuntut adanya pemilihan umum untuk memilih presiden, dan menolak kedatangan Jepang.NU dalam setiap penyelenggaraan pemilu menjadi “Organisasi” yang diperebutkan semua kekuataan politik sejak Orde Lama sampai sekarang. NU mulai berpolitik sejak bergabung dengan entitas organisasi masyarakat keislaman lain dengan membentuk Masyumi yang diketuai oleh K.H. Wahid Hasyim. NU menjadi partai pada pemilu 1955.29

Menghadapi Pemilihan Umum pertama dalam sejarah Indonesia pada tahun 1955, NU cukup sigap, walaupun waktunya tergolong terbatas( hanya 3 tahun persiapan setelah Partai NU dibentuk 1952). Kerja keras para pemimpin NU yang dimotori para ulama kiai cukup efektif untuk menempatkan Partai NU menjadi empat besar dalam pemenang pemilu 1955. Keempat besar partai pemenang Pemilu masing- masing: PNI, Masyumi,NU dan PKI. PNI memperoleh 22,3 persen(57 kursi), Masyumi memproleh 20,9 pesen (57 kursi), NU 18,4 persen (45 kursi) dan PKI 16,4 persen (37 kursi).30 Suara yang diproleh NU dan PKI mempunyai basis kekuatan massa di pedesaan. NU memperoleh dukungan dari Jawa, sedangkan PKI memproleh dukungan dari golongan Islam non Santri di jawah Tengah dan Jawa Timur.Sedangkan kemenangan PNI dan masyumi, sudah merupakan hal wajar karena kedua partai tergolong partai besar yang sudah cukup mapan dan berpengalaman.Apalagi PNI adalah partai yang menjadi basis

29Nur Rohman. 2016. Peran NU dari Masa Kemasa. Diakses melalui: https://islamaswajablog.wordpress.com/2016/07/12/peran-nu-dari-masa-ke-masa/ pada 8 maret 2017. Pukul: 15:24 WIB. 30Kang Young Soon.Op. Cit. Hal. 111 kekuatan Soekarno.Prestasi yang fantastis akhirnya mengangkat NU dalam pencaturan politik di Parlemen, disamping menempatkan tokoh- tokohnya di jajaran kabinet ketika itu. Keberhasilan NU sendiri dilihat dari kempuan menggalang solidaritas dilingkungan kaum santri dan itu berarti memperjelas perjuangan mereka untuk memenangkan ideologi Islam dan sekaligus menunjukkan sikap anti komunis. Dari segi tampak tiga pilar utama yang menyangga kekuatan NU yaitu Ulama, Pesantren dan Politisi memegang peran penting keberhasilan NU dalam pemilihan itu.31

c. Masa orde baru (1966-1997) Pada era ini , NU memasuki babak baru dalam perjalanan politiknya, disamping dipengaruhi oleh kondisi internal NU, juga sedikit banyaknya akan dipengaruhi oleh kondisi internal NU, juga sedikit banyak akan dipengaruhi pula oleh format folitik yang dikembangkan pemerintah orde baru dibawah presiden Soeharto, setelah Soeharto dalam sidang MPRS Maret 1968 dikukuhkan sebagai Presiden RI. Untuk mewujudkan format politik baru itu , Jenderal A.H. Nasution memperkenalkan skala prioritas pemerintah Orde Baru adalah: (1) Membangun kembali ekonomi yang sudah parah akibat kesalahan pemerintah orde lama, terutama sandang pangan. Menghindari persoalan- persolan baru dan harus menunda penyelesaian soal- soal yang dianggap pokok. (2) peng-orba-an disegala bidang secara konsekuensi, termasuk pembersihan, penertiban mental orde lama. Maka terjadi pembersihan dan penertiban besar-besaran terhadap mental orde lama di seluruh sektor lembaga kenegaraan, dari pusat sampai ke daerah.32

Setelah Pemilu 1955 sudah tidak pernah lagi diadakan pemilu, hal tersebut menimbulkan banyak pertikaian. Menurut ABRI, karena ABRI belum punya partai untuk mendukungnya, maka mereka terus mengulur waktu supaya pemilu

31 Ibid. Hal. 112 32 Ibid. Hal. 124 dilaksanakan lama. Namun bagi NU, mereka menginginkan pemilu cepat dilaksanakan karena mereka yakin sikapnya yang anti komunis akan membuatnya memenangkan pemungutan suara di tingkat nasional. Pada tahun 1966, Ansor meminta pemilu dilaksanakan paling lambat tahun 1967 namun MPRS memutuskan pemilu dilaksanakan pada Juli 1968. 33 Tetapi pemerintah merencanakan untuk menundanya hingga tahun 1973. Namun, kelompok H.M. Subchan Z.E, ketua I PBNU(terpilih dari ketua IV PBNU selah K.H terpilih kembali sebagai ketua umum PBNU) dan juga Wakil Ketua MPRS, berhasil menolak, akhirnya diputuskan untuk menunda sampai tahun 1971. Sucbchan berusaha untuk membawa NU sebagai kekuatan sosial politik dan juga untuk mengangkat derajat NU di politik. Akan tetapi dia tetap berusaha menjaga fitrah politik NU, yakni ala Ahlusunnah wal jama’ah.34

Peranan politik NU pada perkembangan lebih lanjutnya tampak semakin merosot, ketika munculnya Golkar sebagai kepanjangan tangan pemerintah dan mantapnya Dwi Fungsi ABRI di Lembaga Konstitusi, merupakan kekuatan raksasa yang senantiasa siap melayani perlawanan kekuatan demokrasi (partai- partai politik) dalam lembaga tersebut. terlebih lagi seruan di haruskannya “monoloyalitas” bagi golkar, untuk semua pegawai negeri sipil, praktis kekuatan sosial, politik khususnya NU, kehilangan sejumlah pemimpin yang baik di Departemen Agama maupun di departemen- departemen lain. Walaupun demikian, NU tidak kehilangan cara untuk menancapkan terus pengaruh politiknya saat itu. Desakan NU untuk mengadakan pemilu seperti telah dijelaskan diatas akhirnya dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971, yang hanya diikuti oleh 9 partai politik serta 1 Golongan Karya.Tampaknya pemerintah sangan serius untuk memenangkan Golkar saat itu. Hasilnya memang demikian, Golkar memenangkan

33 Nurul Shobacha,2012. Strategi Politik Nahdlatul Ulama di Era Orde Baru.Jurnal Riview Politik volume 01, Juni 2012.Diakses melalui http://jurnalpolitik.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpolitik/article/download/7/7 pada 9 maret 2017. Pukul: 01:04 34 Kang Young Soon, Op. Cit. Hal 125 suara mayoritas dengan memperoleh kursi 56%, dan pada kelompok partai, hanya NU yang dapat bertambah dengan meraih suara 18,6% sedikit lebih tinggi dari 18,4% di tahun 1955. Dengan demikian, kursi NU bertambah 13 kursi. Jika di pemilu 1955 NU mendapat 45 kursi, maka pada pemilu 1971 bertambah menjadi 58 kursi. Banyak para ahli menganalisis keberhasilan NU desebabkan Kepemimpinan Ulama yang tidak terikat dengan pemerintah.35

Di era orde baru, ada beberapa tokoh NU yang tampaknya sadar bahwa pemerintah memiliki langkah- langkah strategis untuk melemahkan peran dan kekuatan- kekuatan sosial politik yang ada sehingga dipandang perlu untuk memikirkan kembali modus baru peran sosial politik NU. Makanya muncul kembali gagasan agar NU kembali ke khitthah 1926, melepaskan atribut politiknya. Gagasan ini dimunculkan kembali oleh K.H. Dahlan dalam Muktamar Surabaya, karena ia sebagai salah satu anggota presidium kabinet dan menteri agama terakhir dari unsur NU, terlibat langsung dalam kehadiran awal Orde Baru dan mengetahui kemungkinan- kemungkinan perubahan struktur politik.36Alasan utama kembali ke khitthah 1926 merupakan sudah terlalu jauhnya peran politk praktis NU yang tidak berlandaskan pada khitthah 1926 yang bertujuan sebagai perjuang Islam di Indonesia. Oleh karena itu Tokoh- tokoh NU sadar akan perlunya kembali ke khitthah 1926 guna memperbaiki kesalahannya.37

Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-27 tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur telah memutuskan kembali ke khitthah 1926, dan menerima pancasila sebagai satu- satunya asas organisasi. Keputusan ini mengandung arti bahwa sejak muktamar tersebut, NU secara organisator menyatakan menarik diri dari percaturan politik praktis, dan kembali pada garis perjuangan (khitthah) yang

35 Ibid. Hal. 126 36 Laode Ida. 1996. Anatomi Konflik: NU, Elit Islam dan Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal. 47 37Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mhd. Hatta Siregar selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatu Ulama Sumatera Utara.Pada 13 Maret 2017. Pukul: 11:00 pernah disepakati pada pendiri organisasi tersebut pada awal kelahirannya tahun1926. Khitthah tersebut mengisyaratkan bahwa NU merupakan organisasi sosial keagamaan dan pemberdayaan masyarakat, serta bebas dari subordinasi partai politik apapun.38

Meskipun putusan muktamar tersebut cukup mengejutkan banyak kalagan karena alasan-alasan tertentu, tetapi sesungguhnya hal itu tidak lebih dari rangkaian mata rantai perjalanan sejarah NU yang cukup panjang. Berawal dari ketidak puasan politis pada tahun1953 yang ditandai dengan pengunduran diri dari partai masyumi, NU terus menunjukkan kemandirian politiknya yang semakin mapan. Bahkan sepanjang periode 1970-an, sikap dan perilaku politik NU sendiri tampak cukup kritis terhadap pemerintah. Setelah muncul sebagai peraih suara terbanyak kedua setelah golkar dalam pemilu 1971, NU tampak semakin yakin bahwa dirinya telah mampu mengambil ahli kebesaran masyumi yang telah dibubarkan soekarno pada tahun 1960. Kenyataan seperti inilah yang merangsang partisipasi NU secara lebih intens dalam perjalanan politik orde baru. Kondisi seperti ini terus berlanjut hingga sampai pada suatu waktu dimana ia menemukan hambatan politis yang cukup tajam, terutama setelah menghadapi kenyataan semakin tergusurnya peran politik NU dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP).39

d. Masa Reformasi (1998- Sekarang) Situasi sosial politik nasional pasca turunya soeharto dari kursi kepresidenan, memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan konstelasi politik di tanah air. Perubahan tidak saja terjadi di tingkat institusi politik (Parpol dan Parlemen) sebagai elemen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sistem kepartaian terbatas yang semula hanya ada ( Golkar, PPP dan PDIP) juga

38Cik Hasan Bisri & Eva Rufaidah. 2002. Model peneltian agama dan dinamika sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, Hal. 45 39 Ibid mengalami perubahan menjadi sistem multi partai. Institusi birokrasi selaku eksekutor pemerintahan tidak luput dari perubahan, karena adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi yang berbasi pada Otonomi Daerah40

Momentum perubahan lokus politik nasional dari sentralistik dan otoriter ke desentralistik tersebut, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari krisis ekonomi indonesia yang tidak segera terselesaikann. Beban berat menghadapi krisis ekonomi membuat pemerintah semakin terpuruk. Perkembangan krisis bergerak searah jarum jam menjadi krisis multi dimensi. Kondisi ini menjadikan posisi pemerintah semakin kehilangan legitimasi dihadapan rakyatnya. Bersamaan dengan itu, kebobrokan birokrasi pemerintah menjadi fakta yang sulit dibantah. Belum lagi ditambah dengan kasus- kasus KKN, skandal mega proyek yang melibatkan pejabat negara mulai dari angka ratusan juta, milyaran sampai trilyunan sudah mulai terbongkar. Kebobrokan muka publik tersebut, membuat pemerintah kehilangan wibawa dan kekuatan. Pemerintah yang berada pada posisi kurang menguntungkan tersebut, membuat daya tawar masyarakat menjadi semakin meningkat seiring dengan bergulirnya isu global seperti demokratisasi, desentralisasi, HAM, gender dan isu lingkungan. Mengemukanya gerakan masyarakat berbasis lokal dengan memakai isu- isu global, membuat pemerintah tidak mempunyai pilihan lainkecuali memenuhi tuntutan perubahan yang dihendaki masyarakat.41

Sikap longgar pemerintah baik secara yuridis maupun politis, dalam proses selanjutnya benar- benar dimanfaatkan oleh kelompok- kelompok kepentingan untuk mendirikan partai politik sebagai repersentasi dari keinginan rakyat yang telah lama dikekang oleh rezim orde baru. Sebagai salah satu fakta politik yang

40 Khoiro Ummatin. 2002. Perilaku Politik Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 1 41 Ibid. Hal. 2 turut ambil bagian dalam momentum perubahan adalah keberadaan organisasi NU dan Kiai Pesantren.42 Dimana NU tidak sabar untuk mempunyai partai politik sendiri. Sejak sehari setelah Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden RI, Pengurus Besar NU mulai kebanjiran usulan dari warga NU diseluruh pelosok tanah air agar dengan segera mengumumkan pendirian partai sebagai aspirasi politik warga NU. Berbagai cara ditempuh untuk menyampaikan usulan itu. Ada yang datang lansung ke Sekretariat Jenderal PBNU, ada yang menyampaikan melalui telepon, faksimili, telegram, surat, email, dan ada yang disampaikan kepada Fungsionari PBNU di daerah. Usulan itu datang dari perorangan, kelompok dan pengurus di lingkungan NU, baik pengurus pertikal NU maupun pengurus badan otonomi, dan lembaga- lembaga dilingkungan NU.43 Ini adalah untuk memenui tuntutan warga NU di era Reformasi. Dimana lebih dari 30 tahun masa pemerintahan rezim Soeharto, kekuatan politik warga NU dikebiri secara sistematik. Orang- orang NU di PPP hanya nunuturip( numpang hidup). Karena itulah ada sesuatu yang aneh bila warga NU yang jumlahnya seperempat penduduk indonesia tidak mempunyai rumah politik. Wajar bila warga NU ingin mempunyai rumah politiknya sendiri.44

Dengan mendirikan partai politik berarti NU telah melakukan penghianatan terhadap gerakan kembali ke khitthah 1926 yang sudah dilakukan sejak tahun 1984. Tapi menolak tuntutan warga NU merupakan pengingkaran terhadap realita yang ada. Akhirnya PBNU mempersilahkan warga NU mendirikan partai politik asalakan dilakukan secara konseptual dan melalui pertimbangan pertimbangan matang.45 Hal ini juga diperkuat oleh dengan adanya kekecewaan tokoh NU, kiai Ma‟ruf yang sudah melakukan negosiasi politik kepada Presiden B.J Habibie yang baru menggantikan Soeharto, agar NU diajak

42 Ibid. Hal. 3 43Asmawi. Op.cit. Hal. 21 44 Ibid. Hal. 23 45 Ibid. Hal. 24 berpartisipasi dalam pemerintahan. Dalam artian dimana pemerintah perlu mempertimbangkan agar kader NU masuk dalam kabinet. Alhasil kabinet yang di umumkan tidak ada menteri yang menjadi representasi politik NU.46 PBNU pun membentuk tim yang bertugas memfasilitasi keinginan besar warga NU itu. Pada Rapat Harian Syuriyah dan tanfidziyah PBNU 3 juni 1998, PBNU membentuk tim lima yang ditugaskan untuk memenuhi aspirasi aspirasi warga NU. Tim lima diketuai Dr. K.H. Ma‟ruf amin (Rais Syuriyah/ Kordinator Harian PBNU), dengan dibantu para anggota K.H. M. Darwan Anwar (Katib Aam PBNU), Dr. K.H. Said Agil Siraj, M.A (Wakil Katib PBNU), Ir. H.M. Rozy Munir, SE, MSc (Ketua PBNU), dan H. Ahmad Bagja (Sekjen PBNU).47Setelah melalui diskusi verifikasi pada tanggal 30 juni 1998, dan konsultasi dengan berbagai pihak, tim lima dan tim asistensi menyerahkan hasil akhir rancangannya kepada Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 22 juli 1998. Rapat tersebut telah menerima rancangan yang dipersiapkan tim lima dan tim asistensi untuk diserahkan kepada pengurus partai politik yang baru dengan dokumen historis dan aturan mainnya.48

Akhirnya partai politik yang diharapkan dapat menampung aspirasi warga NU pada khusunya, dan bangsa Indonesia pada Umumnya, yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa, pada 23 Juli 1998 , dideklarasikan di kediaman K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Cianjur, Jakarta selatan. Sesuai harapan warga NU dan bangsa Indonesia, Partai Kebangkitan Bangsa diharapkan dapat bersama komponen bangsa lainnya membangun masyarakat, bangsa sesuai dengan cita- cita para pendiri Republik ini.49Halmemperlihatkan betapa menonjolnya peran

46Tabloid Suara Islam.2013. Mengapa NU Akhirnya mendirikan Partai. Diakses melalui: http://www.suara- islam.com/read/index/6907/Mengapa-NU-Akhirnya-Mendirikan-Partai pada 9 maret 2017. Pukul: 02:50 WIB. 47Asmawi. 1999. Loc. Cit. Hal. 24 48 Ibid. Hal. 26 49 Ibid. Hal. 27 NU dalam perpolitikan negara. Dari masa perjuangan sampai masa sekarang (reformasi). Hal itu membuktikan bahwa NU adalah kekuatan yang sangat berpengaruh dipentas politik Indonesia. Dimana dalam segala perubahan situasi tetap mampu bertahan dan bahkan mewarnai jalan peta politik lokal mapun nasional.50

Peran NU diawal Reformasi juga bisa dilihat dari tokoh NU, KH abdurrahman Wahid( Gus Dur) . Gus Dur dan NU saling melengkapi dan saling mempopulerkan. NU dengan dua faksi, politisi dan kiai, kini memiliki faksi cendekia yang dipresentasikan oleh Gus Dur, NU semakin mantap sebagai organisasi yang memiliki tiga prinsip, kebangkitan intelktual, kebangkitan bangsa dan kebangkitan ekonomi rakyat. Kemantapan Gus Dur bersama dengan NU menempatkannya sebagai sosok terkenal tidak saja dalam hal kepedulian sosial dan bangsanya, juga sebgai figur tokoh politik yang sikapnya elastis- fleksibel dan sukar ditebak. Dalam ”Gus Dur” diantara keberhasilan dan kenestapaan juga ditekankan bahwa khittah 1926 diharapkan NU bersikap lentur, tidak terlampau bervisi ndeso, namun tidak berorientasi kekuasaan melulu. Identitas Gus Dur yang seolah unik itu merupakan sikap kepemimpinan luhur yang mewarnai sikap politiknya dalam peryataan- pernyataan dan langkah- langkah dalam proses membangun indonesia baru ditengah gelombang reformasi yang penuh dengan problematika yang sukar terselesaikan terutama dalam reformasi politik, reformasi ekonomi dan reformasi hukum.51

Maka, ketika Gus Dur menyebutkan Partai kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai satu- satunya partai resmi NU, Umat nahdliyin pun manut. Partai- partai lain juga memasang lebel NU- Partai SUNI, Partai Kebangkitan Umat, Partai Nahdatul Ummat- tak banyak dilirik. Hasilnya dikantong- kantong NU, PKB-lah

50Untung dwarjio.Loc. Cit. 51Soedjono dirdjosisworo. 1999. Aspirasi dan Sikap Politik Gus Dur ditengah Reformasi Menuju Indonesia Baru. Bandung: Mandar Maju. Dalam kata pengantar Hal. V yang berjaya dalam pemilu lalu. Bahkan di daerah seperti Gresik, Pasuruan, Probolinggo, Jember,Situbondo,Bandowoso, dan Bayuwangi- wilayah yang biasa disebut kawasan ”tapal kuda”- PKB berjaya. PKB pun bisa menekuksang Banteng Hitam PDI- Perjuangan.52

Munculnya Gus Dur menjadi calon Presiden yang diprakarsai oleh Amien Rais dengan menampilkan kendaraan politik bernama poros tengah, yang terdiri dari partai- partai Islam ditambah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).53 Sebelum Amien Rais mempelopori Abdurrahman Wahid(Gus Dur) untuk mencalon Presiden, Amien Rais hanya berbasa basi mengusulkan gusdur sebagai calon presiden. Dimana Amien Rais meyakini bahwa Gus Dur akan menolak usulannya itu karena kondisi Gusdur yang tidak memungkinkan untuk di calonkan termasuk kondisi fisik. Namun gusdur menyambut hangat usulan Amien Rais tersebut dan bersedia sebagai calon presiden. Amien Rais pada saat itu yang juga punya niatan menjadi calon presiden akhirnya mengurung niatnya karena takut dibilang memakan ludah sendiri.54Gus dur punya wawasan serta kepekaan politik yang bagus, diterima oleh banyak pihak, termasuk TNI. Gus Dur akhirnya memastikan dirinya akan maju sebagai calon Presiden. Ketegasan itu disampaikan oleh ketua umum PBNU kepada pers, selasa 24 agustus 1999.55

Pemilihan Umum Tahun 1999 merupakan pemilu pertama pasca mundurnya Presiden Suharto dari tampuk kekuasaan.Habibie, selaku pengganti Suharto, melaksanakan pemilu tiga tahun lebih cepat dari waktu yang seharusnyadijadwalkan, yaitu tahun 2002. Percepatan pemilu ini adalah hasil

52 Ibid. Hal. 11 53 Ibid. Hal 23 54Hasil Wawancara Dengan Narasumber Muhammad Iqbal selaku dosen Fiqh Siyasah, Fakultas Syariah, IAIN Sumatera Utara pada 25 februari 2016. Pukul: 13: 45 WIB. 55Soedjono dirdjosisworo. Loc.Cit. Hal. 23 tekanan rakyat pada pemerintahan Habibie karena ia dipandang tidak memiliki legitimasi untuk memegang tampuk kekuasaan. Presiden Habibie dianggap publik sebagai bagian dari Orde Baru yang mestinya turut dilengserkan. Karenanya, hakekat pemilu 1999 pada dasarnya untuk membentuk legitimasi baru atas siapapun yang akan menjadi Presiden pasca mundurnya Suharto. Pemilu 1999 sering disebut sebagai pemilu transisi untuk masuk format politik yang lebih demokratis. Pemilu menjadi semacam simpang jalan: apakah proses politik itu terus setia pada jalur demokratisasi, berbelok jalan, atau bahkan berbalik arah sama sekali. Pemilu tahun 1999 diselenggarakkan dalam waktu yang sangat singkat, yaitu kurang dari 5 bulan. KPU selaku penyelenggara pemilu dalam waktu yang singkat telah berhasil merumuskan lebih dari 136 peraturan dan keputusan tentang tata cara pemilu. Tidak hanya itu, KPU juga berhasil merencanakan dan menyelenggarakan pemilu secara relatif lebih lancar seperti yang diperintahkan Undang-undang.56

Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara pada Pemilu 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni tanggal 7 Juni 1999 untuk memilih 462 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia. Tidak seperti yang diprediksikan dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 bisa terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti. Pemilihan umum yang diikuti oleh 48 Partai politik, yang mencakup hampir semua spektrum arah politik (kecuali komunisme yang dilarang Indonesia).Penentuan kursi dilakukan secara proporsional berdasarkan persentase suara nasional. Sebagai pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau 33,74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44 persen sehingga

56Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pemilihan Umum Tahun 1999. Diakses Melalui: http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?box=detail&id=27&from_box=list&hlm=sa rch_ruas=&search_keyword=&activation_status= Pada 11 Maret 2017. Pukul: 00:59 WIB mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan 13.336.982 suara atau 12,61 persen, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau 10,71 persen, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih 7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi.57 Ke lima Partai Politik tersebut merupakan lima besar pemenang pada Pemilihan Umum 1999.

Setelah selasai Pemilu tahun 1999, PDI- Perjuangan merupakan pemenang pemilu namun PDI- Perjuangan gagal menempatkan ketua umumnya Megawati Soekarnoputri di kursi Presiden karena kalah lobi di Majelis Permusyawaratan Rakyat yang saat itu berwenang memilih presiden. MPR dalam sidang Istimewa Oktober 1999 sepakat mendudukan Abdurrahman Wahid yang saat itu memimpin partai kebangkitan bangsa sebagai presiden. Dimana koalisi yang dilakukan partai berbasis NU atapun partai Islam dengan Partai poros tengah diparlemen membuat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menang menjadi presiden.58

Dari urain diatas maka penulistertarik untuk meneliti peran politik Nahdlatul Ulamadalam panggung negara dari sebelum merdeka sampai sekarang yang yang difokuskan pada awal reformasi dengan menarik judul : ”Peran Nahdatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam Di Indonesia Pada Awal Reformasi”.

57Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pemilu 1999. Diakses Melalui: http://kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999 pada 11 Maret 2017. Pukul: 01:21 WIB 58 Arifin Bambani Amri. 2010. Rahasia Mega Jadi Wapres Dampingi Gus Dur. Diakses melalui: http://Politik.News.Viva.Co.Id/News/Read/120434-Rahasia-Mega-Jadi-Wapres-Dampingi-Gus-Dur diakses pada 7 februari 2017. Pukul: 03:48 WIB. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan sebelumnya di latar belakang, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Peran Nahdatul Ulama Sebagai Kekuatan Politik Islam Di Indonesia Pada Awal Reformasi?

C. Batasan Masalah Dalam pembuatan penelitian, peneliti memerlukan batasan, Pembatasan masalah berguna untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup terhadap hal- hal apa saja dari masalah yang akan diteliti dan dibahas agar masalah yang diangkat tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Peran Nahdlatul Ulama sebagai kekuatan politik Islam di Indonesia pada awal Reformasi (1998-2004)?

D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah antara lain :

1. Untuk menganalisa bagaimana Peran Nahdlatul Ulama sebagai kekuatan politik Islam di Indonesia pada awal Reformasi (1998-2004).

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah antara lain :

1. Secara teoritis, Peneliti ini diharapkan mampu menerapkan beberapa teori yang dapat digunakan penulis sebagai acuan analisisnya, yaitu teori kekuatan politik, teori kekuasaan dan teori kelompok (kelompok kepentingan). 2. Secara akademisi, penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian referensi di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan masyarakat umum yang memiliki ketertarikan untuk mengkaji politik lokal terkhusus di awal reformasi.

F. Kerangka Teori

F.1. Teori Kekuasaan Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan- kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkanterhadap tindakan- tindakan perlawanan dari orang- orang atau golongan- golongan tertentu.Kekuasaan senantiasa ada dalam setiap masyarakat baik yang masih bersahaja maupun yang sudah besar atau rumit susunannya.Akan tetapi walaupun ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata itulah timbul makna yang pokok dari kekuasaan yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Jadi kekuasaan dapat di defenisikan sebagai hasil pengaruh yang diinginkan seseorang atau sekelompok orang, sehingga dengan begitu dapat merupakan suatu konsep kuantitatif karena dapat dihitung hasilnya. Misalnya berapa luas wilayah jajahan seseorang, berapa banyak orang yang berhasil dipengaruhinya, berapa lama yang bersangkutan berkuasa, berapa banyak uang , barang dan jasa yang dikuasainya. 59 Miriam Budiardjo mengatakan Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah-laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.60

59Inu kencana syafiie. 20. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Hal. 85 60 Miriam Budiardjo. 2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 17 Menurut Soelistyati Ismail Gani seperti yang dikutip oleh Rudi Salam Sinaga, mengartikan kekuasaan sebagai authority, control,capacity, dan hubungan/relationship. Suatu hubungan kekuasaan terjadi bilamana seorang atau sekelompok golongan tunduk kepada orang ataupun golongan lain dalam suatu bentuk kegiatan tertentu. Kemudian Soelistyati Ismail Gani mengemukakan bahwa kekuasaan politik merupakan sebagian dari pada kekuasaan sosial, yaitu kekuasaan sosial yang mempunyai fokus ditujukan pada Negara yang merupakan satu- satunya pihak yang berwenang yang mempunyai hak untuk mengendalikan (kelakuan) tingkah laku social dengan paksaan. Kekuasaan politik disamping mencakup kekuasaan untuk memperoleh ketaatan daripada warga masyarakat, ia juga menyakut pengendalian orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktifitas Negara dalam bidang administrasi, legislative dan yudikatif.61

Kekuasaan merupakan suatu kondisi yang memunculkan dua pemahaman. Pertama pemahaman tentang orang yang memperoleh kekuasaan dan kedua pemahaman tentang orang yang dikuasai atau tunduk pada kekuasaan. Pemahaman sentral yang berkenaan dengan ini berkisar pada sumber kekuasaan sebagai legitimasi atas kekuasaan itu pada satu sisi dan kemauan seorang untuk tunduk pada kekuasaan yang maknanya adalah pembatasan dan bahkan menerima tekanan pada sisi lain.62

Legitimasi sebagai dasar berfungsinya kekuasaan bisa bermacam- macam, di dalam perspektif lebih teknis rincian dari sumber kekuasaan khususnya secara formal administratif ada 6 sebagai berikut:63

61 Rudi Salam Sinaga, S.Sos.M.Si.Pengantar Ilmu politik. Yogayakarta: Graha Ilmu,hal. 18. 62 Samsul Wahidin. 2007. Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 1 63 Ibid. Hal 3 1. Kekuasaan balas jasa (reward power) yaitu kekuasaan yang legitimasinya bersumber dari sejumlah balas jasa yang bersifat positif (uang perlindungan, perkembangan karir, janji positif dan sebagainya) yang diberikan kepada pihak penerima guna melaksanakan perintah atau persyaratan lain. Faktor ketundukan sesorang pada kekuasaan dimotivisir oleh hal itu dengan harapan jika telah melakukan sesuatu akan memperoleh seperti yang dijanjikan. 2. Kekuasan paksaan (coercive power) berasal dari perkiraan yang dirasakan orang bahwa hukuman (dipecat, ditegur) akan diterima jika mereka tidak melaksanakan perintah pemimpin. Kekuasaan menjadi suatu motivasi yang bersifat refresif terhadap kejiwaan seseorang untuk tunduk pada kekuasaan pimpinan itu dan melakukan seperti apa yang dikehendaki. Jika tidak paksaan yang diperkirakan akan dijatuhkan. 3. kekuasaan Legitimasi (legitimate power), yaitu kekuasaan yang berkembang atas dasar dan berangkat dari nilai- nilai intern yang sering bersifat konvensional bahwa seorang pemimpin mempunyai hak sah untuk mempengaruhi bawahannya. Sementara itu pada sisi lain seorang mempunyai kewajiban untuk menerima pengaruh tersebut karena seorang lainnya ditentukan sebagai pimpinannya atau petinggi sementara dirinya seorang bawaaan.Legitimasi demikian bisa diperoleh atas dasar aturan formal tetapi bisa juga bersumber pada kekuasaan yang muncul kareana kekuatan alamiah dan kekuatan akses dalam pergaulan bersama yang mendudukkan seseorang beruntung memperoleh legitimasi suatu kekuasaan. 4. Kekuasaan pengendalian atas informasi, kekuasaan ini ada dan berasal dari kelebihan atau suatu pengetahuan dimana orang lain tidak mempunyai. Cara ini digunakan dengan pemberian ataupenahananinformasi yang dibutuhkan oleh orang lain yang mau tidak mau tunduk ( secara terbatas) pada kekuasaan pemilik informasi. Pemilik informasi dapat mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan peredaran informasi, atas legitimasi kekuasaan yang dimiliki. 5. kekuasaan panutan (referent power), kekuasaan ini muncul didasarkan atas pemahaman secara kultural dari orang- orang dengan yang berstatus sebagai pemimpin.Masyarakat menjadikan pemimpin tersebut sebagai panutan atau symbol dari perilaku mereka. Aspek kultural yang biasanya muncul dari pemahaman religiusitas direfleksikan pada kharisma pribadi,keberanian, sifat simpatik dan sifat lain yang tidak ada pada kebanyakan orang. Hali ini menjadikan orang lain tunduk pada kekuasaannya. 6. kekuasaan keahlian (expert power), kekuasaan ini ada dan merupakan hasil dari tempaan yang lama dan muncul karena suatu keahlian atau ilmu pengetahuan. Kelebihan ini menjadikan seorang menjadi wanasis dan secara alamiah berkedudukan sebagai pemimpin dalam bidang keahliannya itu. Sang pemimpin bisa merefleksikan kekuasaan dalam batas-batas keahliannya itu dan secara terbatas pula orang tunduk pada kekuasaan yang bersumber dari keahliaan yang dimiliki karena adanya kepentingan terhadap keahliaan sang pemimpin.

Sumber daya kekuasaan sebagai hal yang tentunya harus terpenuhi terlebih dahulu untuk mencapai kekuasaan politik. Menurut Charles F.Adrian seperti yang di kutip oleh P.Antonius sitepu,sumber daya kekuasaan atau tipe sumber daya kekuasaan dibagi menjadi lima , yaitu:64

1. Tipe sumber daya fisik, seperti senjata,senapan bom, rudal, penjara, kerja paksa, teknologi dan aparat yang menggunakan senjata-senjata itu dan sebagainya yang sejenis dengan itu. Motivasi untuk mematuhi,(B) berusaha untuk menghindari cedera fisik yang di sebabkan oleh (A). pada masyarakat yang maju, senjata modern seperti nuklir dan misil tidak dipergunakan untuk mempengaruhi proses politik dalam negeri. Di Negara itu, senjata modern berfungsi sebagai panangkal (deterrent) dan sumber pengaruh dalam percaturan politik internasional. Dalam Negara-negara berkembang, senjata konvensional tidak hanya dipergunakan untuk mempertahakan kedaulatan dari penetrasi luar,tetepi

64 P. Antonius Sitepu. 2012. Teori – Teori Politk. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 55-56 juga mematahkan oposisi dan kelompok-kelompok yang dianggap menentang kekuasaan dengan alasan demi ketertiban dan kestabilan. 2. Tipe sumber daya ekonomi, seperti misalnya kekayaan (uang, emas, tanah, barang-barang berharga, dan surat-surat berharga), dan harta benda, pendapatan, serta control atas barang dan jasa. Motivasi untuk mematuhi,(B) berusaha untuk memperoleh kekeyaan dalam jumlah yang besar,setidak-tidaknya secara potensial akan memiliki kekuasasan politik.para bankir , industrialis , penguasaha, dan tuan-tuan tanah adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan politik potensial.pengaruh pemilik kekayaan ini timbul tidak hanya karena pembuat dan pelaksanaan keputusan politik dapat “dibeli” secara langsung dengan uang, akan tetapi secara tidak langsung pemerintah dapat dipengaruhi dengan melalui lembaga-lembaga ekonomi, seperti pasar, bank, perdagangan, dan pelayanan masyarakat lainnya yang menguasai kehidupan masyrakat. 3. Tipe sumber daya normative, seperti misalnya moralitas, kebenaran, tradisi, religious, legitimasi, dan wewenang. Motivasi untuk mematuhi, (B) mengakui bahwa (A) memiliki hak moral untuk mengatur perilaku (B).Sementara itu, para pemimpin agama dan pemimpin suku, ditaati oleh anggota masyrakat bukan karena senjata atau kekayaan yang mereka miliki namun kebenaran agama yang diwakili dan disebarluaskan oleh pemimpin agama, adat dan tradisi yang dipelihara dan ditegakkan oleh pemimpin suku tersebut.selain itu, sebagian anggota masyarakat menaati kekuasaan atau kewenangan pemerintah bukan karena takut paksaan fisik atau takut kehilangan pekerjaan, melainkan melalui kesadaran hukum demi ketertiban umum dan pencapaian tujuan masyarakat- Negara. 4. Tipe sumber daya personal, seperti charisma pribadi, daya tarik, persahabatan, kasih saying, popularitas, dan sebagainya sejenis dengan itu. Motivasi untuk mematuhi, (B) mengidentifikasi diri(merasa tertarik) dengan (A).penampilan bintang terkenal, pemain sepak bola yang cemerlang, penyanyi yang terkenal dan dipuja orang ataupun pemimpin yang kharismatik, merupakan sumber kekuasaan popularitas pribadi (pribadi terkenal). Pengaruh orang- orang terutama muncul rasa kagum orang- orang yang dipengaruhi terhadap mereka. 5. Tipe sumber daya ahli, seperti misalnya informasi, pengetahuan, intelegensia, keahlian teknis dan sebagainya sejenis dengan itu. Motivasi untuk mematuhi (B) merasa bahwa (A) mempunyai pengetahuan dan keahliahan yang lebih.Para dokter didaerah pedesaan, para ahli ekonomi, insinyur serta para ilmuan lainnya yang berada di daerah perkotaan, cenderung memiliki pengaruh yang cukup besar karean keahlihannya.

Menurut Maurice Duverger yang dikutif dari buku komarudin sahid mengatakan sifat politik atau kekuasaan diumpamakan sebagai januz, Dewa zaman Romawi Kuno yang memiliki dua muka yang menghadap berlawanan.Arah berlawanan ini menggambarkan kontradiksi atauambivalen. Maksudnya menurut Maurice Duverger, ada dua corak pengaruh yang ditimbulkan oleh kekuasaan politik yang kontradiktif, yaitu seperti berikut:65

1. Kekuasaan politik pada dasarnya merupakan arena pertarungan atau medan pertempuran. Pemegang kekuasaan politik selalu berusaha mengontrol dan mempertahankan kekuasaan di dalam masyarakat. Pada sisi lain, ada pihak yang menentang dan ingin merebut kekuasaan itu untuk tujuan yang sama. Peranan kekuasaan disini adalah sebagai pemicu konflik dan alat untuk menindas, karena adanya aspek antagonis atau konflik dari kekuasaan atau politk. 2. Kekuasaan politik adalah alat untuk menegakkan ketertiban dan keadilan. Terlihat disini, kekuasaan sebagai pelindung kepentingan dan kesejahteraan umum untuk melawan tekanan dan tuntutan berbagai kelompok kepentingan.Peranan kekuasaan disini adalah sebagai pemersatu, berperan integratif, memihak dan melindungi kepentingan bersama melawan kepentingan golongan atau kelompok.

65 Komarudin Sahid. 2011. Op. Cit. Hal 36 Menurut Ossip K. Flichtheim membedakan dua macam kekuasaan politik sebagai brikut:66 1. Bagiaan dari kekuasan sosial yang khususnya terwujud dalam Negara/ kekuasaan Negara ( state power) seperti DPR, Presiden, dan lain- lain. 2. Bagian dari kekuasaan sosial yang ditujukan kepada Negara, Seperti organisasi- organisasi- organisasi poltik/ partai politik ataupun organisasi / asosiasi yang tidak mengutamakan kegiatan politik, akan tetapi pada saat tertentu mempengaruhi jalannya pemerintahan seperti organisasi ekonomi, organisasi mahasiswa, organisasi agama, organisasi buruh, dan sebagainya. Kekuasaan ini terkadang bukan hanya mempengaruhi jalannya pemerintahan, namun lebih dari itu melakukan atau menyebabkan terjadinya perubahan politik atau pemerintahan.

Setiap penguasa yang memegang kekuasaan dalam masyarakat,demi stabilnya masyarakat tersebut, akan berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan cara-cara yang dilakukan sebagai berikut:67

1. Dengan cara menghilangkan segenap menghilangkan peraturan yang lama, terutama dibidang politik yang merugikan kedudukan penguasa baru. Peraturan itu diganti dengan yang peraturan baru yang lebih menguntungkan penguasa yang baru. 2. Mengadakan sistem kepercayaan (belief system) yang akan memperkokoh kedudukan penguasa atau golongannya. Sistem kepercayaan tersebut meliputi agama, ideologi, dan sebagainya. 3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik dan mengadakan konsolidasi kekuasaan secara horizontal dan vertikal.

66 Ibid. Hal. 37 67Syahrial syarbaini, A. Rahman dan Monang Djihaho. 2004. Sosiologi dan politik. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal. 50 F.1.1. Kekuatan Politik Kekuatan politik adalah kemampuan suatu kelompok dalam mempengaruhi proses perbuatan dan perumusan keputusan- keputusan politik yang menyangkut masyarakat umum. Kemampuan mengpengaruhi dilakukan dengan menggunakan sumber- sumber kekuasaan dan akses yang dimiliki, sehingga keputusan- keputusan yang dibuat pemerintah akan menguntungkan mereka. Suatu kelompok yang mempengaruhi keputusan- keputusan politik, apabila keputusan- keputusan yang dibuat menyangkut kepentingan mereka, sehingga apapun konsekuensinya akan dihadapi oleh kelompok- kelompok tersebut dengan berbagai upaya. Upaya yang dilakukan biasanya dengan mengarahkan sumber- sumber kekuasaan yang dimiliki dan disalurkan melalui saluran saluran yang tersedia.68

Menurut Arendt, Kekuatan (strength) merupakan sifat atau karakter yang dimiliki setiap objek individu. Pada hakikatnya kekuatan berdiri sendiri, namun keberadaan kekuatan dapat dilihat dari relasi antar objek atau individu terkait dengan pihak atau orang lain. Kareana itu kekuatan dapat dipengaruhi. Individu yang sangat kuat sekalipun, dapat terpengaruh oleh pihak lain. Pengaruh yang masuk terkadang tampak seperti ingin memperkuat individu yang bersangkutan, namun sesungguhnya memiliki potensi melakukan pengrusakan terhadap kekuatan.69

Pengertian kekuatan politik terbagai atas kekuatan dan politik. Kekuatan politik dalam pandangan behavioralist, yang dimaksud dengan kekuatan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain, mengontrol orang lain

68 Hadi Napis Kamil. Skripsi tentang Militer dan Kekuatan Politik: Studi Tentang Kestabilan TNI Dalam Perpolitikan Nasional Era 1945-1998. Universitas Islma Negeri Syrarif Hidayahtullah, 2009, Jakarta. Diakses Melalui:http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7541/1/HADI%20NAFIS%20KAMILFUH .pdf pada 20 Maret 2017.Pukul 15:15 WIB. 69 Rieka Diah Pitaloka. 2004. Kekerasan Negara Menular Ke Masyarakat. Yogyakarta: Galang Press. Hal. 60 atau membuat orang lain bersedia melakukan sesuatu.Sedangkan menurut Ben Anderson, Kekuatan merupakan sesuatu yang abstrak, banyak sumber, dapat diakumulasikan secara tak terbatas, dan secara moral bersifat ambiguous.70

Kekuatan- kekuatan itu mempunyai itu mempunyai basis yang sifatnya homogen.Mereka mempunyai tingkat dan bentuk kekuatan yang berbeda pula- tergantung pada sumber atau instrumen pendukung, baik yang bersifat insitusional ataupun individual, yang mereka miliki.Semua itu merupakan faktor penting yang menentukan tingkat efektivitas suatu kekuatan politik.Kekuatan- kekuatan politik sering disebutkan tentang keanekaragaman basis sosial dari masyarakat pendukungnya. Kenyataan ini merupakan hal yang logis, sebab selain tujuan atau kepentingan yang menjadi common denominator lain yang berperan sebagai basis yang mendukung kekuatan politik tersebut.71

Kekuatan- kekuatan politik tak dapat diletakkan dalamsekat- sekat formal saja, seperti Negara, lembaga eksekutif dan birokrasi, legislatif, yudikatif ataupun partai politik.Tetapi lingkup kekuatan- kekuatan politik itu secara realistic”terpaksa” melebar, mencakup sektor sektor non formal. Dalam konteks inilah, kekuatan- kekuatan politik itu secara non formal juga mencakup kekuatan- kekuatang yang berkembang di masyarakat, yang merupakan pilar dari apa yang disebut sebagi bagian dari bangunan civil society. 72 Dalam hal ini dapat dimasukkan dalam (a) dunia usaha, (b) kelompok professional dan kelas menengah, (c) pemimpin agama, (d) kalangan cerdik pandai (intelektual), (e)

70 Bahtiar Effendy.2001. Teologi Baru Politik Islam: Peraturan Agama, Negara, dan Demokrasi. Yogyakarta: Galang press. Hal. 198 71 Ibid 72 Ibid lembaga- lembaga (pranata- pranata masyarakat), (f) media massa, dan lain- lainnya.73

Kekuatan politik sangat berperan di dalam sistem politik Indonesia.Ada banyak kekuatan politik di Indonesia, namun yang bener- benar berpengaruh dan menonjol hanya beberapa saja. Kekuatan- kekuatan politik tersebut adalah TNI atau ABRI, POLRI, Organisasi Kecendikiaan, Lembaga- lembaga Pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers, Organisasi Penelitian, kekuatan politik yang tersebar di daerah- daerah, Kelompok kemasyarakatan yang berbasi pada Agama (NU, Muhammadiyah, dan lain- lain), Buruh dan Pekerja, Mahasiswa, Partai- partai Politik, dan lain- lain. 74

Menurut Arbi Sanit, berdasarkan geraknya (movement) pada sejarah indonesia, kekuatan politik dapat digolongkan menjadi:75

a) Golongan Radikal, Golongan Radikal menghendaki supaya jangan diberikan kesempatan kepada mereka yang berkolaborasi dengan rezim orde lama. Baik menegakkan kestabilan dalam arti menyusun kembali peta politik, maupun merencanakan serta melaksanakan pembangunan.Pemuka- pemuka kelompok ini terutama datang dari kalangan yang lebih condong untuk berpaling ke Barat. b) Golongan Konservatif, Golongan Koservatif yang lebih diwarnai oleh politik sipil juga menghendaki peran yang besar didalam politik Indonesia. Golongan ini berharap bahwa sekurang- kurangnya didalam Dewan Perwakilan Rakyat, Majelis Permusyawaratan Rakyat dan sebagainya mereka memperoleh

73 P. Anthonius Sitepu. 2004. Tranformasi Kekuatan- Kekuatan Politik.Jurnal Pemberdayaan Komunitas Vol. 03 N0. 3 september 2004. Hal. 164 Diakses melalui: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15663/1/pkm-sep2004-%20%288%29.pdf Pada 21 maret 2017. Pukul: 10: 40 WIB. 74 Bahtiar Effendy.2001. Op.Cit. Hal. 202 75 Arbi Sanit. 2014. Sistem Politik Indonesia: kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Hal. 14-16 peranan yang berarti.Untuk itu mereka menghendaki sistem pemilihan berimbang dimana calon lebih ditentukan oleh partai melalui daftar calon daripada rakyat didaerah pemilihan sendiri.Tidak seperti golongan radikal, kelompok ini menghendaki pembangunan ekonomi yang benar- benar disadarkan kepada kekuatan modal dalam negeri ini. c) Golongan Moderat, Golongan ini memperhatikan perimbangan antara tuntutan kedua golongan diatas dan kemungkinan- kemungkinan yang wajar untuk dilaksanakan, maka golongan moderat mencari jalan tengah. Golongan ini mengedepankan kompromi yang kemudian menjadi dasar kehidupan kepartaian ialah bahwa disamping wakil- wakil partai politik duduk pula wakil golongan fungsional dan militer di dalam lembaga- lembaga perwakilan yang semuanya dianggap mewakili rakyat Indonesia.

F.2.Kelompok Kepentingan (Interest group) Kelompok kepentingan (Interest Group) adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, tampa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintahan secara langsung. Sekalipun mungkin pemimpin-pemimpin atau anggotanya memenangkan kedudukan-kedudukan politik berdasarkan pemilihan umum, kelompok kepentingan itu sendiri tidak dipandang sebagai organisasi yang menguasai pemerintahan.76

Menurut, Gabriel A. Almond seperti yang dikutip oleh Mohtar Mas‟ Oed dan Colin Mac Andrews berpendapat bahwa kelompok kepentingan adalah semua organisasi yang berusaha buat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah dengan

76 A. Rahman H.I. 2007. Sistem politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 83 waktu yang berbeda yang memiliki kehendak untuk bisa memperoleh jabatan politik.77

Lebih lanjut, Gabriel A. Almond Bingham G. Powell seperti yang dikutif oleh Miriam Budiarjo membagi kelompok kepentingan dalam empat kategori, yaitu: 78

1) kelompok anomi (anomic group) Kelompok- kelompok ini tidak mempunyai organisasi, tetapi individu- individu yang terlibat merasa mempunyai perasaan frustasi dan ketidakpuasan yang sama. Sekalipun tidak terorganisi dengan rapi, dapat saja kelompok- kelompok ini secara spontan mengadakan aksi missal jika tiba- tiba timbul frustasi dan kekecewaan mengenai sesuatu masalah.Ketidakpuasaan ini diungkapkan melalui demonstrasi dan pemogokan yang tak terkontrol, yang kadang- kadang berakhir dengan kekerasan.Ledakan emosi ini yang sering tanpa rencana yang matang, dapat saja tiba- tiba muncul, tetapi juga dapat cepat mereda.Akan tetepi jika kekerasan tidak segera diatasi, maka masyarakat dapat memasuki keadaan anomi, yaitu situasi chaos dan sudah menjadi tradisi, tanpa diganti nilai-nilai baru dapat diterima secara umum. 2) kelompok nonasosiasional (nonassociational groups) Kelompok kepentingan ini tumbuh berdasarkan rasa solidaritas pada sanak saudara, kerabat, agama, wilayah, kelompok etnis, dan pekerjaan.Kelompok- kelompok ini biasanya tidak aktif secar politik dan tidak mempunyai organisasi ketat, walaupun lebih mempunyai ikatan daripada kelompok anomi. Anggota- anggotanya merasa mempunyai hubungan batin karena mempunyai hubungan ekonomi, massa konsumen, kelompok etnis, dan kedaerahaan.

77Mohtar Mas‟oed dan Colin Mac Andrews. 2001. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 52 78 Miriam Budiardjo. Op. Cit. Hal 387- 388 3) kelompok insitusional ( institutional groups) Kelompok- kelompok formal yang berada dalam atau bekerja sama secara erat dengan pemerintahan seperti birokrasi dan kelompok militer. Contoh di Amerika: military industrial complex dimana pentagon bekerja sama dengan industry pertahanan. Contoh di Indonesia: Darma Wanita, KORPRI, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). 4) kelompok asosiasional (associational groups) Terdiri atas serikat buruh, kamar dagang, asosiasi etnis dan agama.Organisasi- organisasi ini dibentuk dengan suatu tujuan yang eksplisit, mempunyai organisasi yang baik dengan staf yang bekerja penuh waktu.Hal ini telah menjadikan mereka lebih efektif daripada kelompok-kelompok lain dalam memperjuangkan tujuannya. Contoh di Indonesia: Federasi Persatuan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Himpunan Kerukunan Petani Indonesia (HKTI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN).

Saluran untuk menyatakan pendapat dalam masyarakat berpengaruh besar dalam menentukan luasnya dan efektifitasnya tuntutan kelompok kepentingan. Saluran paling penting adalah sebagai berikut:79

1. Demonstrasi dan tindakan kekerasan Demontrasi dan tindakan kekerasan ini merupakan salah satu sarana untuk menyatakan tuntutan/ kepentingan.Sarana ini banyak dipergunakan oleh kelompok kepentingan. 2. Hubungan Pribadi Adalah sarana penyampaian kepentingan melalui media keluarga, sekolah, hubungan kedaerahan sebagai perantara kepada elit poltik.

79Mohtar Mas‟oed dan Colin Mac Andrews.Op. Cit. Hal. 57- 59 3. Perwakilan Langsung Sarana artikulasi dan agregasi kepentingan yang bersifat resmi, seperti, legislative, eksekutif dan yudikatif serta lembaga resmi lainnya. 4. Saluran Formal dan Institusional lain Sarana artikulasi yang meliputi antara lain media massa cetak, elektronik, dan partai politik (institusional) lainnya.

Faktor penting dalam menciptaka efektifitas kelompok kepentingan adalah kemampuan untuk mengarahkan dukungan ( support), tenaga dan sumber daya anggotanaya. Begitu juga luasnya sumber daya yang dimilikinya, seperti kemampuan finansial, jumlah anggota, kecakapan politik, kesatuan organisasi dan prestasinya di mata masyarakat umum atau para pembuat keputusan pemerintahan.80

Tujuan didirikannya kelompok kepentingan (interest group) adalah sebagai berikut:81

1. Untuk melindungi kepentingan anggota kelompoknya dari adanya dominasi dan penyelewengan oleh pemerintah atau Negara. 2. Untuk menjadi wadah bagi pemberdaya masyarakat dalam kehidupannya. 3. Untuk menjadi wadah pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanan tugas dan fungsi pemerintah dan Negara. 4. Untuk menjadi wadah kajian dan analisis bagi aspek- aspek pembangunan nasional dalam semua bidang kehidupan.

80 Ibid. Hal 60 81 A. Rahman H.I. Op. Cit. 87 G. Metodologi Penelitian

G.1. Metode Penelitian Berangkat dari uraian di atas serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriftif (melukiskan, menggambarkan).Penelitian deskriptif yang digunakan akan membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan mengenai keadaaan objek penelitian secara terperinci.82

G.2. Jenis Penelitan Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penyelesain penulisanpenelitian adalah jenis penelitian Kualitatif. Aplikasi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.83

Pada umumnya penelitian kualitatif ini tidak mempergunakan angka atau nomor dalam mengelola data yang dipergunakan yang diperlukan.Data kualitatif terdiri dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi, dan kegiatan.Dengan menggunakan jenis data kualitatif, memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen- komponen keterangan yang analitis, konseptual, dan katagoris dari data itu sendiri.84

82Bagong Suyanto dan Sutinah.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:Kencana Prenada.Hal.17 83Bambang Prasetyo dkk. 2005.Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 42 84 Hadari Nawawi. 1987. Metodologi penelitian bidang social. Yogyakarta: Gajahmada University press. Hal. 63 G.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan adalah cara- cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data sehingga dapat menghasilkan data yang valid. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer 1. Penelitian lapangan (Field research) Penelitian lapangan yaitu mengadakan penelitian langsung untuk mendapatkan data yang diteliti.85Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah wawancara.Wawancara, yaitu percakapan atau Tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dengan lembaga yang bersangkutan dan juga responden sehingga data yang yang diperoleh lebih akurat.

Informan penelitian ini meliputi beberapa macam, seperti: (1) informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. 86 Adapun informan yang akan yang akan diwawancarai adalah:

1. Informan kunci yang terdiri dari: (a) Drs. H. Mhd. Hatta Siregar, SH, M.Si selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, (b) Dr. Zulkarnaen, M.Ag selaku Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama kota Medan, (c) Dr. H. Sori Monang selaku Ketua Lembaga Dakwah PWNU Sumatera Utara, dan (d) KH. Imron Hasibuan, BA, S.Pd selaku Wakil Rais Syuriyah PWNU Sumatera Utara.

85 Burhan Bunguin. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 132 86Bagong Suyanto dan Sutinah.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:Kencana Prenada.Hal.172 2. Informan utama yang terdiri dari: (a) Ali Muktar selaku Anggota PWNU Sumatera utara. 3. Informan tambahan yang terdiri dari: (a) Dr. Muhammad Iqbal, M.Ag selaku dosen Fiqh Siyasah, Fakultas Syariah, IAIN Sumatera Utara, dan (b) Nur Huda Daulay selaku Masyarakat NU Sumatera Utara.

b. Data Sekunder 1. Penelitian Kepustakaan (Library research) Yaitu penelitian menggunakan bahan- bahan yang didapat dari buku, jurnal, website, artikel, ataupun sumber- sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengumpulan data dengan cara membaca, menganalisis, dan dikutip dari sumber- sumber data yang ada.87

G.4. Teknik Analisa Data Teknik Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis data kualitatif, dimana analisis data ini dikumpulkan pada saat pengumpulan berlangsung dan dalam suatu periode tertentu. Adapun teknik analisis data adalah teknik analisis data kualitatif yaitu dengan menekankan analisis pada sebuah proses pengambilan kesimpulan secara induktif dan deduktif serta analisis pada fenomena yang sedang diamatai dengan menggunakan metode ilmiah.88

H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan suatu penjabaran secara deskriftif tentang hal- hal yang akan ditulis, yang secara garis besar terdiri dari bagian awal, bagian profil, bagian Isi dan bagian akhir. Dalam penulisan ini penelitian ini

87Sugiyo. 2009. Metode penelitian kualitatif kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal 137 88 Burhan Bungin. 2007. Penelitian kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PT. Kencana, hal. 153. penulis membaginya ke dalam empat bab. Adapun susunan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : PROFIL NAHDATUL ULAMA (NU) Dalam bab ini berisikan penjelasan tentang Sejarah pendirian Nahdlatul Ulama (NU), Gambaran Umum Badan Hukum NU tahun 1926, Tokoh- tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Tokoh- tokoh Nahdlatual Ulama (NU) yang mempunyai pengaruh besar di awal Reformasi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama (NU), dan Kiprah NU di Politik Indonesia.

BAB III : ANALISIS PERAN NAHDATUL ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK ISLAM DI INDONESIA PADA AWAL REFORMASI Dalam bab ini berisikan penjelasan mengenai bagaimana peran nahdatul ulama sebagai kekuatan politik islam di indonesia pada awal reformasi.

BAB IV : PENUTUP Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian beserta dengan saran-saran yang bersifat membangun.

BAB II PROFIL NAHDLATUL ULAMA (NU) A. Sejarah Pendirian Nahdlatul Ulama Akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul tahun 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan terus menyebar - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan. Merespon kebangkitan nasional tersebut, Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) dibentuk pada tahun 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.89

Menurut para pengamat setidaknya ada 3 faktor yang mendorong terbentuknya NU, yaitu :90 1. Motivasi untuk mempertahankan agama Islam dari serbuan kristenisasi yang dibawa penjajah saat itu. Hal ini dikira perlu dikarenakan pemerintah Belanda memberikan bantuan secara besar-besaran untuk Misi Katholik dan Zending Protestan (akar penjajahan tidak bisa dilepaskan dari sejarah perang salib

89 Didit Junaidi. 2017. Latar Belakang Berdirinya NU. Diakses melalui: http://latarbelakangberdirinyanu.blogspot.co.id/ pada 1 Mei 2017. Pukul: 14: 54 WIB 90 Eko Wicaksono. 2014. NU dan Sejarah Berdirinya. Diakses melalui: http://mikowicaksono.blogspot.co.id/2014/06/nu-dan-sejarah-berdirinya-disusun-untuk.html pada 1 Mei 2017. Pukul: 15: 29 WIB dan misi penyebaran agama Kristen, slogan: gold-gospel-glory). Sejarah mencatat bahwa perlawanan secara fisik dan sporadis tidak banyak berhasil sehingga diperlukan langkah lain dalam melawan penjajah. Pembentukan organisasi dirasa perlu sebagai alat komunikasi ummat sekaligus alat penyiaran dan pertahanan akidah yang merupakan konsekuensi dan tanggung jawab keagamaan yang diamanatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Semangat Nasionalisme untuk mencapai kemerdekaan. Hal ini terungkap dari diskusi KH. Wahab Chasbullah dan Kiai (Cirebon) sehari sebelum berdirinya NU. Kiai Abdul Halim menanyakan kepada KH. Wahab Chasbullah mengenai pembentukan organisasi ini, “Apakah mengandung tujuan untuk menuntut kemerdekaan?”. Jawab KH. Wahab, “tentu, itu syarat nomor satu. Ummat Islam menuju ke jalan itu (kemerdekaan). Ummat Islam tidak akan leluasa, sebelum Negara kita merdeka”. Dialog tersebut menunjukkan bahwa pendirian NU juga karena ada dorongan kuat untuk mencapai kemerdekaan.

3. Untuk mempertahankan faham Ahlussunnah wal Jama‟ah. Seperti kita ketahui, pada 1920-an Arab sukses dikuasai oleh rezim Sa‟ud yang berpaham wahabi. Sementara di Turki bangkit gerakan nasionalisme yang kemudian meruntuhkan Khalifah Usmaniyah. Penghapusan kekhalifahan di Turki dan jatuhnya Hijaz ke tangan Ibnu Sa‟ud yang menganut Wahabiyah pada tahun 1924 memicu konflik terbuka dalam masyarakat Muslim Indonesia. Kemenangan rezim Sa‟ud di Arab ini dipandang membahayakan eksistensi faham Ahlussunnah Wal Jamaah yang pro tradisi dan telah berlangsung lama di Timur Tengah. Sedangkan kita tahu bahwa gerakan wahabi memiliki jargon untuk purifikasi ajaran Islam dan anti-tradisi. Wahabi merupakan aliran keagamaan yang menentang banyak hal dan ikhwal praktik keagamaan yang dianggap penuh bid‟ah, takhayul, khurafat dan syirik, termasuk penggunaan madzhab yang tidak ada dalam Al Qur‟an dan Hadits.

Berangkat dari munculnya berbagai macam komite dan organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, karena tidak terakomodir kyai dari kalangan tradisional untuk mengikuti konperensi Islam Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah akhirnya muncul kesepakatan dari para ulama pesantren untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasjim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasjim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.91

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan Islam (jam’iyyah Diniyah Islammiah) yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Oleh ulama yang berhaluan Ahlussunnah wal jama’ah, NU merupakan sebagai wadah mempersatukan diri dan langkah memelihara, melestarikan, mengemban, serta mengamalkan ajaran Islam ala ahadil madzahibil arba’ah dalam rangka mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.92

Berdirinya NU antara kepentingan keagamaan pelestarian pengamalan Islam versi Ahlussunnah Wal Jama‟ah dengan perkembangan politik yang ada di Timur Tengah yang tidak memberi toleransi bagi umat Islam yang tidak sepaham

91 Didit Junaidi. Op.Cit. 92 Kang Young Soon. Op. Cit. Hal. 77 dengan Wahabi, setidaknya ada tiga alasan yang dapat dijadikan penjelasan guna mengungkap latar belakang berdirinya NU yaitu:93

1. Pendirian NU bersifat ideologis, artinya keberadaan NU sangat berkait dengan persoalan- persoalan keagamaan sebagai prioritas perjuangan NU. Diletakkannya kerangka dasar NU sebagai jam‟iyah diniyah (organisasi keagamaan) yang memperjuangkan berlangsungnya paham Ahlussunnah Wal Jama‟ah di Indonesia merupakan representasi alasan ideology sebagai dasar pendirian NU.

2. Pendirian NU merupakan bentuk respon ulama tradisional penganut paham Ahlussunnah atas politik Internasional. Perkembangan politik timur tengah yang di pelopori oleh wahabi dinilai akan mengancam keberlangsungan pemahaman keagamaan Ahlussunnah Wal Jama‟ah. Alasan ini berkaitan dengan peristiwa sejarah ketika ulama proklamator NU mendapat undangan ke makkah menghadiri sebuah pertemuan penting yang membahas persoalan agama. Respon kiai pesantren atas komite Hijaz yang bertugas menghadiri dan memperjuangkan hukum- hukum ibadat dalam mazhab empat, membentuk organisasi dan mengirim utusan , organisasi para ulama pesantren itu diberi nama Nahdlatul Ulama.

3. Berdirinya organisasi NU berkait dengan kondisi gerakan sosial politik dan pembaharuan keagamaan di Indonesia yang dipelopori organisasi- organisasi Islam seperti Al- Irsyad dan Muhammadiyah. Dorongan kuat pendirian organisasi NU terlebih lagi setelah ulama mendapat serangan kaum modernis mengenai praktek- praktek tradisional tidak Islami, persoalan politik dan terancamnya aktifitas ekonomi keluarga dan pesantren oleh kaum modernis.

93 Khoiro Ummatin. Op. Cit. Hal. 50-51 Sejarah lahirnya NU sangat berkait dengan peran penting yang dimiliki kiai pesantren, sehingga sangat sulit memisahkan NU dari kiai pesantren. 94 Organisasi NU yang dimotori oleh kiai pesantren tidak hanya didasarkan pada persoalan keagamaan semata, tapi ada wacana lain yang cukup argumentatif bahwa NU berdiri juga atas dasar pertimbangan persoalan sosial politik baik yang dilakukan oleh gerakan modernisme domestic yang dipelopori Al- irsyad dan muhammadiyah maupun gerakan modernism Internasional yang Dipelopori oleh Wahabi.95

Sebagai organisasi yang lahir untuk mengukuhkan dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah wal Jama‟ah, sejak awal didirikannya Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1344 H/1926 M telah berusaha membimbing dan membina umat Islam agar hidup sesuai dengan nilai- nilai agama Islam sebagaimana yang diwariskan oleh Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat, tabi‟in, tabi‟ut tabi‟in dan para ulama kurun selanjutnya hingga sekarang ini. Sebagai pembimbing umat, NU terlibat langsung dengan berbagai persoalan yang dihadapinya, sehingga berbagai muamalah, ijtimai‟yah dan siyasiyah telah dirumuskan dan diputuskan oleh para ulama NU sejak organisasi ini didirikan dengan menyelenggarakan Kongres atau Muktamar, Musyawarah Nasional Ulama (Munas) dan tingkat permusyawaratan lainnya.96

Pada awal kelahirannya NU memang bukan organisasi politik, juga tidak secara formal bergabung dalam suatu partai politik, atau secara formal NU tidak berpolitik. Namun secara nyata, NU sudah melakukan aktivitas dan sudah menampakkan sikap politiknya baik pada pencaturan politik diantara diantara tokoh- tokoh Islam (dengan kalangan pembaru) maupun terhadap pemerintah

94 Ibid. Hal. 49 95 Ibid. Hal 52 96A. Hafizh Utsman.2010. Hasil- hasil Keputusan Muktamar dan Permusyawaratan lainnya. Jakarta pusat: Lajnah Taklif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Hal. Sambutan XIII kolonial. 97 Dan sampai sekarang peran politk NU masih terlihat jelas dengan banyaknya tokoh- tokoh NU yang bergerak di bidang politik.

Berikut adalah daftar Rais Aam Syuriyah (Dewan Penasehat) dan Ketua Umum tanfidziyah (Dewan pelaksana) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:98

Tabel. A.1. Rais Aam Syuriyah dan Ketua Umum Tanfidziyah dari tahun 1926 s.d. Sekarang Ketua Umum Rais Aam Syuriyah NO Tanfidziyah Awal Akhir Nama Nama 1 KH.Mohammad 1926 1947 Hasyim Asy‟arie KH.Hasan Gipo 2 K.H. Abdul Wahab 1947 1952 Chasbullah 3 KH. Bisri Syansuri 1952 1971 4 KH. Muhammad Ali KH.Idham Chalid 1972 1980 Maksum 1980 1984 5. KH. Achmad 1984 1991 Muhammad Hasan Siddiq Dr (HC).KH. 6. KH. (pjs) Abdurrahman Wahid 1991 1992 7. KH. Mohammad 1992 1999 8 Dr (HC).KH. KH. 1999 2010

97 Laode Ida. Op. Cit. Hal. 12 98 Wikiwand. Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Diakses melalui: http://www.wikiwand.com/id/Daftar_Ketua_Pengurus_Besar_Nahdlatul_Ulama pada 18 April 2017. Pukul: 12:21 WIB Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 9. KH. Ahmad Mustofa 2010 2014 Bisri Prof. Dr. KH. Said 10. KH.Ma‟ruf Amin Aqil Siradj, M.A 2014 2015 2015 Sekarang Catatan: Tokoh- tokoh diatas juga sebagian dari pendiri Nahdlatul Ulama atau Orang Paling berpengaruh di dalam Nahdlatul Ulama (NU).

A.1 Gambaran Umum Badan Hukum Nahdlatul Ulama Tahun 1926 Surat permintaan tertanggal 5 September 1929 di Surabaya yang dijelaskan oleh perkumpulan Nadhatul Ulama yang didirikan di Surabaya dalam jangka waktu 29 tahun. Berkenaan dengan status dari perkumpulan Nadhatul Ulama di Surabaya, sebagai yang dilampirkan dalam surat permintaan, perkumpulan Nadhatul Ulama mendapat respon. Atas perintah Gubernur Jenderal dari Hindia – Nethereland perkumpulan ini bernama Nadhatul Ulama yang didirikan di Surabaya dengan 29 Tahun lamanya dan terhitung mulai dari berdirinya yaitu 31 Januari 1926.99 Maksud dari perkumpulan ini yaitu memegang dengan teguh pada salah satu mazhab dari empat Imam, yaitu Imam Muhammad bin Idris Asy- Syafi‟i , Imam Malik bin Anas, Imam Abuhanifah An – Noe‟man, dan Imam Ahmad bin Hambal. Yang didirikan untuk mengerjakan apa saja yang menjadikan kemashalahatan Agama Islam.100

Dalam mencapai maksud dan tujuan perkumpulan Nadhatul Ulama maka diadakan ikhtiar diantaranya, mengadakan perhubungan diantara Ulama – Ulama yang bermazhab seperti diatas. Memeriksa kitab – kitab sebelumnya yang dipakai untuk mengajar, supaya diketahui apakah itu bersumber pada kitab Ahli

99 Statuten Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama 1926. 1930. Sidoarjo. Diakses melalui: http://lwpnu.or.id/badan-hukum-nu/ pada 03 Mei 2017. Pukul: 00:05 WIB 100 Ibid. Hal 2 Wal – Jama‟ah atau kitab – kitab ahli Bid‟ah. Menyiarkan Agama Islam diatas mazhab tersebut. Berikhtiar dengan memperbanyak Madrasah – Madrasah yang berdasar Agama Islam. Memeperhatikan hal – hal yang berhubungan dengan mesjid – mesjid, langgar – langgar, dan pondok – pondok, begitu juga dengan hal anak yatim dan fakir miskin. Mendirikan badan untuk memajukan pertanian, perniagaan, perusahaan yang berlandaskan pada Agama Islam.101

Syarat utama untuk bergabung menjadi anggota Nadhatul Ulama yaitu orang – orang yang beragama Islam yang bermazhab seperti yang diatas. Dengan kategori, yaitu : pertama, anggota guru agama (ulama), kedua, anggota bukan guru agama.102 Persyaratan untuk mendirikan cabang Nadhatul Ulama harus memiliki minimal 12 anggota yang terdiri dari 4 guru agama dan 4 anggota (memangku jabatan yaitu Rois, Wakil Rois, Khatib dan A‟wan) dan selebihnya adalah bukan Ulama (guru agama). Keputusan hanya boleh melalui kongres dari utusan-utusan yang menghadiri sedikitnya setengah dari anggota dengan hasil suara terbanyak. Untuk menjalankan badan hukum ini maka harus dibuat aturan rumah tangga. KH. Said bin Saleh, Haji Hasan Gipo dan Muhammad Sadiq alias Sugeng Yudhadiwidya, menjabat sebagai wakil Rois, Presiden dan Sekertaris, yang bersama-sama memohon izin kepada Tuan Besar Gubernur Jendral Hindia- Netherland dan untuk merubah atau menambah atas status perkumpulan Nadhatul Ulama.103 Lebih jelasnya pembaca bisa melihat dilampiran Skripsi.

A.2. Tokoh- Tokoh Utama Pendiri NU Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses pendirian Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kiai Wahab Chasbullah (Surabaya asal Jombang), Kiai Hasyim Asy‟ari (Jombang) dan Kiai Kholil (Bangkalan). Peran ketiganya sebagai berikut Kiai Wahab sebagai pencetus ide,

101 Ibid. Hal 3 102 Ibid. 103 Ibid. Hal 6 Kiai Hasyim sebagai pemegang kunci, dan Kiai Kholil sebagai penentu berdirinya. Tentu selain dari ketiga tokoh ulama tersebut , masih ada beberapa tokoh lainnya yang turut memainkan peran penting. Sebut saja KH. Nawawie Noerhasan dari Pondok Pesantren Sidogiri. Setelah meminta restu kepada Kiai Hasyim seputar rencana pendirian Jamiyyah. Kiai Wahab oleh Kiai Hasyim diminta untuk menemui Kiai Nawawie. Atas petunjuk dari Kiai Hasyim pula, Kiai Ridhwan-yang diberi tugas oleh Kiai Hasyim untuk membuat lambang NU- juga menemui Kiai Nawawie.104 Ketiga tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses pendirian Jamiyyah Nahdlatul Ulama tersebut dijelaskan lebih diteail lagi melalui biografi di bawah ini:

a. KH. Abdul wahab hasbullah KH. Abdul Wahab Hasbullah lahir di Jombang, Jawa Timur, 31 Maret 1888 dan wafat pada tanggal 12 Dzulqa‟ dah 1391 H/ 29 Desember 1971 M. Beliau adalah inspirator dan salah satu pendiri dan konsolidator Nahdlatul Ulama dan Rais Aam Syuriah PBNU (1947-1971) M/ 1366-1391) H).105

KH. Abdul Wahab Hasbullah lahir dari pasangan Kiai Hasbullah dan Nyai Latifah. KH. Abdul Wahab Hasbullah mempunyai empat orang saudara kandung, yaitu KH Abdul Hamid, KH Abdurrahman, Fatimah, dan Khadijah (istri KH Bisri Syansuri, pendiri Pesantren Denanyar). Beliau di kenal sebagai kiai yang cerdas, dinamis, intelek, sekaligus pejuang yang ikut bertempur melawan Belanda dan Jepang. KH. A. Wahab Hasbullah kecil banyak menghabiskan waktunya untuk bermain sebagaimana anak kecil pada umumnya. Ia tidak hanya bermain dengan

104 Kisah Sejarah Seputar Pendirian NU. 2009. Artikel ini dikutip dari buletin Nahdliyah yang diterbitkan PCNU Pasuruan edisi 1 dan 2 September dan Oktober 2006. Diakses melalui: https://serbasejarah.wordpress.com/2009/05/31/kilas-sejarah-seputar-pendirian-nu/ pada 16 April 2017. Pukul: 19:15 WIB 105 Miftahul Huda Mahzum dan Moh. Nur Huda. 2009. Kamus Pintar NU. Jakarta: Lembaga Pers dan Penerbitan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Hal. 1 saudaranya tetapi ia juga bermain dengan santri-santri ayahnya. Selain itu, karena tumbuh di lingkungan pesantren ia juga mulai sejak dini diajarkan ilmu agama dan moral pada tingkat dasar. Termasuk, dalam hal ini tentu diajarkan seni Islam seperti kaligrafi, hadrah, barjanji, diba’ dan shalawat. Kemudian, tak lupa diajarkan tradisi yang menghormati leluhur dan keilmuan para leluhur, yaitu dengann berziarah ke makam-makan leluhur dan melakukan tawasul.106

KH. Abdul Wahab Hasbullah menjabat Rais Aam NU sampai akhir hayatnya. Muktamar NU yang ke-25 di Surabaya adalah muktamar terakhir yang diikutinya, sebagaimana doanya di hari-hari terakhir hidupnya untuk dapat memberikan suara pilihannya kepada partai NU dan mengikuti muktamar ini. Sebenarnya ia sudah dalam keadaan sakit. Khutbah iftitah mukhtamar yang lazim dilakukan oleh Rais Aam kemudian diserahkan kepada KH Bisri Syansuri yang biasaanya membantu dan menjalankan tugas sebagai Rais Aam untuk membacakannya. KH. Abdul Wahab Hasbullah meninggalkan mukhtamar dalam keadaan sakit yang akut. Hampir lima tahun ia menderita sakit mata dan menyebabkan kesehatannya menurun. Sejak mukhtamar yang pertama hingga ke- 25, ia selalu hadir dan mengarahkan garis perjuangan partai. Demikian pula dalam Mukhtamar ke-25, garis perjuangan NU sebagaimana yang telah sukses kepemimpinannya yang memperoleh dukungan bulat dari seluruh nahdliyin. Karena itu, tidak heran jika kepemimpinannya mendapatkan kepercayaan penuh. Tidak mengherankan pula mengapa suara bulat mukhtamar memilih kembali KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais Aam Partai Nahdlatul Ulama, sekalipun saat itu belum waktunya pemilihan pengurus besar.107

Seseorang tidak dapat di katakan sebagai tokoh jika tidak berkarya. Ukuran ketokohan KH A. Wahab Hasbullah bukanlah terletak pada buku karya

106 A. Lestari. 2015. Biografi KH. Abdul Wahab Hasbullah. Hal 13. Diakses Melalui: http://repository.iainbanten.ac.id/129/5/BAB%202.pdf pada 22 April 2017. Pukul: 13:48 WIB. 107 Ibid. Hal. 14 ilmiahnya. KH A. Wahab Hasbullah tidak memiliki tulisan, baik artikel, buku, maupun karya kitab. Pikiran dan kemampuan ilmunya diuraikan di berbagai kesempatan dan peristiwa. Ide dan ilmunya tersebut dikembangbiakkan serta merta di luar kepala dan tidak sempat dibukukan. ia tidak pernah mempunyai seorang sekretaris pun untuk mendampingi hari-hari sibuknya. Beliau lebih menyukai menuliskan karyanya di atas tanah berupa perjuangan di berbagai organisasi, terutama di NU dan pembentukkan demokrasi di Indonesia pada masa Soekarno yang melewati transisi menuju awal pemerintahan Orde Baru Soeharto ketimbang menulis di atas kertas. Tentunya, kita bukan hanya harus menghormati akan hal tersebut karena bagaimana pun juga perjuangan beliau adalah karya yang tak kalah pentingnya dengan karya tulis. Maka, Kiai Wahab adalah sosok atau tokoh yang menuliskan karyanya bukan di atas kertas, melainkan di atas tanah. “karya” itu terlihat dari perannya dalam pendirian komite SI di Makkah, Tashwirul Afkar, Nahdlatul Watan, Nahdlatul Tujar, dan NU. Kemudian membawa NU menjadi partai mandiri. Belum lagi, kiprah dan sumbangsihnya dalam pembentukan laskar-laskar gerilyawan melawan penjajah, membela para kiai yang dipenjara, dan melobi untuk melepaskan mereka.108

Meskipun KH. Wahab Hasbullah tidak meninggalkan karya tulis, akan tetapi beliau meninggalkan sebuah karya yang begitu besar, Nahdlatul Ulama. KH. Wahab pendiri NU yang beliau perjuangan dengan harta, tenaga dan segenap daya upaya. Dengan duka dan derita, beliau membangun dan membesarkan Organisasi Nahdlatul Ulama.109

b. KH. Hasyim Asy’ari KH. Hasyim Asy‟ari lahir di Jombang, Jawa timur, 10 April 1875 dan wafat tanggal 25 juli 1947. Beliau adalah ulama besar yang merestui didirikannya

108 Ibid. Hal. 17 109 Ibid. Hal. 18 NU dan Rais Akbar Syuriah NU (1926- 1947 M/ 1344-1366 H).110 KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama yaitu sebuah organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari mendapat pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.111

Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri- santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, . Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan KH Cholil Bangkalan. KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di

110Miftahul Huda Mahzum dan Moh. Nur Huda. Op. Cit. Hal. 17 111 Biografiku.com. Biografi Kiai Hasyim Asy’ari- Pendiri Nahdlatul Ulama. Diakses melalui: http://www.biografiku.com/2012/10/biografi-kh-hasyim-ashari-pendiri.html pada 22 April 2017. Pukul: 14:05 WIB Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.112

Tak lama di sana, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya‟qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya‟qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya‟qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya‟qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. 113

Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng, Jombang. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah- sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil

112 Kumpulan Biografi Ulama. Biografi Kiai Hasyim Asy’ari Pendiri NU Tebuireng Jombang. Diakses Melalui: https://kumpulanbiografiulama.wordpress.com/2013/05/28/biografi-kh-hasyim-asyari-pendiri-nu-tebuireng- jombang/ pada 22 April 2017. Pukul: 15: 04 WIB. 113 Ibid. pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.114

Kiprah dan perjuangan beliau sangatlah banyak dalam berbagai bidang, seperti kemasyarakatan, sosial dan politik merupakan cerminan dari praktek keagamaan beliau dan pendidikan. Dalam bidang-bidang inilah beliau menunjukkan perjuangannya. Pertama, perjuangannya dalam bidang kemasyarakatan. Dalam bidang ini kiprah beliau diwujudkan dengan mendirikan Jami‟iyah Nahdlatul Ulama pada tanggal 31 Januari 1926 bersama sejumlah kiai. Bahkan beliau ditunjuk sebagai Syeikhul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia ini. Organisasi ini didirikan pada hakekatnya bertujuan karena belum adanya suatu organisasi yang mampu mempersatukan para ulama dan mengubah pandangan hidup mereka tentang zaman baru. Kebanyakan mereka tidak perduli terhadap keadaan di sekitarnya. Bangkitnya kaum ulama yang menggunakan NU sebagai wadah pergerakan, tidak dapat dilepaskan dari peran KH. Hasyim Asy‟ari. Beliau berkeyakinan, bahwa tanpa persatuan dan kebangkitan ulama, terbuka kesempatan bagi pihak lain untuk mengadu domba. Selain itu didirikannya NU bertujuan untuk menyatukan kekuatan Islam dengan kaum ulama sebagai wadah untuk menjalankan tugas peran yang tidak hanya terbatas dalam bidang kepesantrenan dan ritual keagamaan belaka, tetapi juga pada masalah sosial, ekonomi maupun persoalan kemasyarakatan.115

Sebagai seorang intelektual KH Hasyim Asy‟ari telah menyumbangkan banyak hal, hal itu dapat dilihat dari beberapa pemikirannya tentang banyak hal yaitu:116

114 Ibid. 115 U. Thoyyibah. 2016. Biografi KH. Hasyim Asy’ari dan Zakiyah Dardjat. Hal. 68. Diakses melalui: http://digilib.uinsby.ac.id/5588/6/Bab%203.pdf pada 22 April 2017. Pukul: 15:34 WIB 116 Ibid. Hal. 74 1. Teologi, dalam ini dia mengatakan ada tiga tingkatan dalam mengartikan tuhan (tahwid), tingkatan pertama pujian terhadap keesaan tuhan hal ini dimiliki oleh orang awam, tingkatan kedua meliputi pengetahuan dan pengertian mengenai keesaan tuhan hal ini dimiliki oleh Ulama‟, tingkatan ketiga tumbuh dari perasaan terdalam mengenai hakim agung dan hal ini dimiliki oleh para Sufi.

2. Ahlussunnah wal Jama‟ah, Hasyim Asy‟ari menerima doktrin ini karena sesuai dengan tujuan NU khususnya yang berkaitan dengan dengan membangun hubungan „ulama‟ Indonesia yaitu mengikuti salah satu madzhab sunni dan menjaga kurikulum pesantren agar sesuai dengan prinsip- prinsipAhlussunnah wal Jama’ah yang berarti mengikuti ajaran nabi Muhammad dan perkataan ulama‟.

3. Tasawwuf, secara garis besar pemikiran tasawwuf KH Hasyim Asy‟ari bertujuan memperbaiki prilaku umat islam secara umum serta sesuai dengan prinsip prinsip ajaran islam, dan dalam banyak hal pemikirannya banyak dipengarui oleh pemikiran Al-Ghazali.

4. Fiqh, dalam hal ini ini beliau menganut aliran madzhab empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali.

5. Pemikiran Politik, pada dasarnya pemikiran politik Hasyim Asy‟ari mengajak kepada semua umat islam untuk membangun dan menjaga persatuan, menurutnya pondasi politik pemerintahan islam itu mempunyai tiga tujuan yaitu: memberi persamaan bagi setiap muslim, melayani kepentingan rakyat dengan cara perundingan, menjaga keadilan.

c. Kiai Kholil Bangkalan Hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M, Abdul Lathif seorang Kyai di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan yang teramat sangat. Karena hari itu, dari rahim istrinya lahir seorang anak laki-laki yang sehat, yang diberinya nama Muhammad Kholil, yang kelak akan terkenal dengan nama Mbah Kholil. Mbah Kholil kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati karena memang dia masih terhitung keturunannya. Oleh ayahnya, ia dididik dengan sangat ketat. Mbah Kholil kecil memang menunjukkan bakat yang istimewa, kehausannya akan ilmu, terutama ilmu Fiqh dan nahwu, sangat luar biasa. Bahkan ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait ilmu Nahwu) sejak usia muda. Untuk memenuhi harapan dan juga kehausannya mengenai ilmu Fiqh dan ilmu yang lainnya, maka orang tua Mbah Kholil kecil mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu.117

Mengawali pengembaraannya, sekitar tahun 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Mbah Kholil belia belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian dia pindah ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar pula

117 Kumpulan Biografi Ulama. Biografi KH. Kholil Bangkalan Madura (Syaikhona Mbah Kholil). Diakses melalui: https://kumpulanbiografiulama.wordpress.com/2013/01/21/biografi-kh-kholil-bangkalan-madura-syaikhona- mbah-kholil/ pada 22 April 2017. Pukul: 16: 22 WIB kepada Kyai Nur Hasan yg menetap pada Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya. Jarak antara Keboncandi dan Sidogiri sekitar 7 Kilometer. Namun, untuk menerima ilmu, Mbah Kholil belia rela melakoni bepergian yg terbilang tidak mengecewakan jauh itu setiap harinya. Di setiap perjalanannya asal Keboncandi ke Sidogiri, beliau tidak pernah lupa membaca Surah Yasin. Ini dilakukannya hingga ia -pada perjalanannya itu- khatam berkali-kali.118

Sebenarnya, mampu saja Mbah Kholil muda tinggal pada Sidogiri selama nyantri pada Kyai Nur Hasan, tetapi terdapat alasan yang relatif bertenaga bagi beliau buat tetap tinggal pada Keboncandi, meskipun Mbah Kholil belia sebenarnya dari asal famili yang berasal segi perekonomiannya relatif berada. Ini mampu ditelisik dari hasil yang diperoleh ayahnya pada bertani. Tapi, Mbah Kholil muda tetap saja sebagai orang yg mandiri dan tidak mau bikin capek orangtuanya. Karena itu, selama nyantri di Sidogiri, Mbah Kholil tinggal di Keboncandi agar bisa nyambi menjadi buruh batik. Asal yang akan terjadi menjadi buruh batik itulah dia memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sewaktu sebagai Santri Mbah Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (rapikan Bahasa Arab). Disamping itu dia pula seseorang Hafidz Al-. Dia bisa membaca Al-Qur‟an pada Qira‟at Sab‟ah (tujuh cara membaca Al-Quran).119

Kemandirian Mbah Kholil muda pula nampak ketika beliau berkeinginan untuk menimba ilmu ke Mekkah. Karena pada masa itu, belajar ke Mekkah merupakan asa seluruh santri. Dan untuk mewujudkan impiannya kali ini, lagi- lagi Mbah Kholil muda tidak menyatakan niatnya pada orangtuanya, apalagi meminta ongkos kepada kedua orangtuanya. Lalu, selesainya Mbah Kholil

118 Ibid. 119 Ibid. memutar otak buat mencari jalan kluarnya, akhirnya dia memutuskan buat pulang ke sebuah pesantren pada Banyuwangi. Sebab, pengasuh pesantren itu terkenal memiliki kebun kelapa yg relatif luas. Dan selama nyantri pada Banyuwangi ini, Mbah Kholil nyambil menjadi “buruh” pemetik kelapa pada gurunya. Buat setiap pohonnya, beliau menerima upah dua,5 sen. Uang yg diperolehnya tersebut beliau tabung. Sedangkan buat makan, Mbah Kholil menyiasatinya dengan mengisi bak mandi, mencuci dan melakukan pekerjaan rumah lainnya, serta menjadi juru masak teman-temannya. Dari situlah Mbah Kholil bisa makan gratis. 120

Akhirnya, pada tahun 1859 M, waktu usianya mencapai 24 tahun, Mbah Kholil menetapkan buat pergi ke Mekkah. Namun sebelum berangkat, Mbah Kholil menikah dahulu dengan Nyai Asyik, anak perempuan Lodra Putih. Setelah menikah, berangkatlah dia ke Mekkah. Dan memang benar, untuk ongkos pelayarannya mampu tertutupi asal hasil tabungannya selama nyantri di Banyuwangi, sedangkan untuk makan selama pelayaran, konon, Mbah Kholil berpuasa. Hal tadi dilakukan Mbah Kholil bukan pada rangka berhemat uang, akan tetapi buat lebih mendekatkan diri kepada Allah, supaya perjalanannya selamat.121

Mbah Kholil sewaktu belajar di Mekkah seangkatan menggunakan KH. Hasyim Asy‟ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Muhammad Dahlan. Namum Ulama-ulama dahulu punya norma memanggil pengajar sesama rekannya, serta Mbah Kholil yg dituakan serta dimuliakan di antara mereka. Sewaktu berada di Mekkah buat mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mbah Kholil bekerja mengambil upah menjadi penyalin kitab -kitab yang dibutuhkan sang para pelajar. Diriwayatkan bahwa di saat itulah ada pandangan baru antara mereka bertiga,

120 Biografi.com. Biografi Mbah Kyai Kholil Bangkalan Madura. Diakses melalui: http://kajianon.blogspot.co.id/2016/09/biografi-mbah-kyai-kholil-bangkalan.html pada 22 April 2017. Pukul: 16:53 WIB 121 Ibid. yaitu: Syeikh Nawawi Al-Bantani, Mbah Kholil serta Syeikh Shaleh Alaihi Salam-Samarani (Semarang) menyusun kaidah penulisan huruf Pegon. Huruf Pegon artinya goresan pena Arab yang dipergunakan buat goresan pena pada bahasa Jawa, Madura serta Sunda. Alfabet Pegon tidak ubahnya goresan pena Melayu/Jawi yang dipergunakan buat penulisan bahasa Melayu. Mbah Kholil cukup usang belajar di beberapa pondok pesantren di Jawa serta Mekkah. Maka sewaktu kembali dari Mekkah, dia populer menjadi ahli/ahli nahwu, fiqh, tarekat dan ilmu-ilmu lainnya. Buat berbagi pengetahuan keislaman yg sudah diperolehnya, Mbah Kholil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, kurang lebih 1 kilometer arah Barat laut dari desa kelahirannya.122

A.3. Tokoh- Tokoh NU Yang Mempunyai Pengaruh Besar di Awal Reformasi (1998-2004). Peran NU dari sejak berdirinya, 1926 sampai hari ini cukup signifikan. Tidak hanya dalam hal keagamaan, melainkan juga dalam bidang-bidang lain, termasuk politik. Kini, NU memasuki usia 90 tahun, alkisah menyuguhkan penggalan- penggalan kisah beberapa tokoh berpengaruh dalam kehidupan ormas keagamaan terbesar di Indonesia. 123 Dalam hal ini penulis akan menjelaskan biografi beberapa tokoh NU yang mempunyai pengaruh besar di awal Reformasi (1998-2004) yaitu:

a. KH. Moh. Ilyas Ruhiat

KH. Moh. Ilyas Ruhiat lahir di Tasikmalaya, 31 Januari 1934 dan wafat di Tasikmalaya, 12 Desember 2007. Beliau adalah pelaksana tugas Rais Aam Syuriah PBNU (1992- 1994 M/ 1412- 1415 H) dan Rais Aam Syuriah PBNU

122 Ibid. 123 Tuanku Damanhuri. 2016. Tokoh Nahdlatul Ulama Yang Paling Berpengaruh. Diakses melalui: http://tuankuadamanhuri.blogspot.co.id/2016/05/tokoh-nahdlatul-ulama-yang-paling.html pada 22 April 2017. Pukul: 20:17 WIB (1994- 1999 M/ 1415- 1420 H).124 Sejak kecil sampai dewasa, Endang Ilyas (anak kiai diseputar Tasikmalaya lazim dipanggil Endang), dididk oleh orang tuanya sendiri. Ajengan Ruhiat, bapak Endang Ilyas, adalah perintis pesantren Cipasung. Ajengan Ruhiat termasuk pelopor masyarakat Tasikmalaya dalam menghadang imperialisme penjajahan Belanda, sehingga pada 17 November 1941 beliau ditangkap dan ditahan bersama ulama terkemuka, KH Zainal Musthofa di Penjara Sukamiskin dan dibebaskan 10 Januari 1942. Kegigihan sang ayah, sekaligus guru yang paling disegani Endang Ilyas, inilah yang menjadi spirit Ilyas untuk terus belajar secara tekun dan selalu bersikap tegar yang nantinya mampu menjadi modal memperjuangkan masyarakat Cipasung.125

Kecerdasan dan ketegarannya membuat orang tuanya bangga, sehingga ketika sang Ayah merasa sakitnya parah, Endang Ilyas langsung dibai‟at oleh ayahanda sebagai penerus kepemimpinan pesantren Cipasung. Ditangan Moh Ilyas, Cipasung sejak tahun 1980-an sampai sekarang menjadi pesantren besar yang penuh prestasi. Terlebih ketika Ajengan Ilyas terpilih sebagai pelaksana harian Rais Aam PBNU yang ditinggalkan KH Ahmad Siddiq dalam Munas Lampung tahun 1992. Dan kemudian beliau terpilih kembali sebagai Rais Aam PBNU dalam Muktamar XXIX tahun 1994 di pesantrennya sendiri, Cipasung. Kesuksesan Ajengan Ilyas menjadi Rais Aam PBNU membuktikan akan teguhnya beliau sebagai seorang resi. Dan beliau sampai saat ini, adalah satu-satunya orang Sunda yang pernah menduduki posisi Rais Aam. Karena dalam kepemimpinan NU, jabatan Rais Aam selalu diisi orang Jawa. Dan perlu dicatat, Rais Aam bukanlah sekedar jabatan. Yang terpilih (bukan dipilih) adalah mereka yang

124 Miftahul Huda Mahzum dan Moh. Nur Huda. Op. Cit. Hal. 36 125 Lip D. Yahya. 2006. Ajengan Cipasung; Biografi KH. Moh. Ilyas Ruhiat. NU Online. Diakses melalui: http://www.nu.or.id/post/read/8077/ajengan-cipasung-biografi-kh-moh-ilyas-ruhiat pada 22 April 2017. Pukul: 22:34 WIB kharismatik dan benar-benar menjadi panutan ummat. Sebut saja mislanya KH Hasyim Asy‟ari, KH A. Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Sansuri.126

Sosok resi yang melekat dalam diri Ajengan Ilyas sangat dirasakan oleh seluruh warga NU dan pesantren. Beliaulah yang menjadi siger tengah (tokoh moderat) dalam konflik elite NU di Munas Lampung 1992. Waktu itu, Gus Dur berseteru dengan pamannya sendiri, KH Yusuf Hasyim, dan KH Ali Yafie. Pada Muktamar Cipasung tahun 1994, ketika Gus Dur dan Abu Hasan berseteru, bahkan karena tidak terpilih, Abu Hasan akhirnya mendirikan NU tandingan bernama KPPNU, Ajengan Ilyas tampil lagi sebagai siger tengah yang mengembalikan keutuhan jam‟iyyah dan jama‟ah NU. Ketika warga NU digegerkan oleh Naga Hijau dan Ninja yang membantai warga Banyuwangi, beliau bersama Gus Dur tampil dengan santun menyelesaikan konflik tersebut dengan damai. Dan ketika warga NU sedang bergairah era reformasi, beliau juga merestui lahirnya PKB yang kemudian mengantarkan Gus Dur sebagai Presiden ke-4 RI. Sampai sekarang, walaupun kondisi fisik beliau sudah sangat lemah, ketika warga NU diterpa godaan politik yang menggoyahkan Khittah 1926, beliau tetap bersungguh-sungguh mempertahankan Khittah yang diwariskan para sesepuh NU. Totalitas perjuangan Ajengan Ilyas dalam NU sangatlah besar dan dikagumi warga NU. Tidak hanya warga NU, tetapi seluruh bangsa. Karena di Jawa Barat beliau juga sering memelopori dialog lintas agama dan lintas sektoral. Beliau selalu menggandeng Muhammadiyah dalam persoalan umat Islam. Dalam pluralitas keberagamaan, beliau selalu menggendeng para pemuka agama Indonesia, termasuk ikut masuk dan berceramah di pesantrennya. Walaupun demikian, beliau tetap santun dan rendah diri. Menduduki posisi tertinggi di NU, beliau tetap tinggal di Cipasung. Karena baginya, Ilyas dan Cipasung bagai biji yang tumbuh ditanahnya sendiri.127

126 Ibid. 127 Ibid. b. KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz

KH. Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd. Salam Al-Hajaini lahir di Desa Kajen, Margoyoso Pati pada tanggal 17 Desember 1937. Beliau adalah anak ketiga dari enam bersaudara yang merupakan ulama kontemporer Indonesia yang disegani karena kehati-hatiannya dalam bersikap dan kedalaman ilmunya dalam memberikan fatwa terhadap masyarakat baik dalam ruang lingkup lokal (masyarakat dan pesantren yang dipimpinnya) dan ruang lingkup nasional. Sebelum orang mengenal Kyai Sahal, orang akan mengenalnya sebagai sosok yang biasa-biasa saja. Dengan penampilan yang sederhana orang mengira, beliau sebagai orang biasa yang tidak punya pengetahuan apapun. Namun ternyata pengetahuan dan kepakaran Kyai Sahal sudah diakui. Salah satu contoh, sosok yang menjadi pengasuh pesantren2 ini pernah bergabung dengan institusi yang bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu menjadi anggota BPPN3 selama 2 periode yaitu dari tahun 1993-2003.128

Kyai Sahal lahir dari pasangan Kyai Mahfudz bin Abd. Salam al- Hafidz (w 1944 M) dan Hj. Badi‟ah (w. 1945 M) yang sedari lahir hidup di pesantren, dibesarkan dalam lingkungan pesantren, belajar hingga ladang pengabdiannya pun ada di pesantren. Saudara Kyai Sahal yang berjumlah lima orang yaitu, M. Hasyim, Hj. Muzayyanah (istri KH. Mansyur Pengasuh PP An-Nur Lasem), Salamah (istri KH. Mawardi, pengasuh PP Bugel-Jepara, kakak istri KH. Abdullah Salam ), Hj. Fadhilah (istri KH. Rodhi Sholeh Jakarta), Hj. Khodijah (istri KH. Maddah, pengasuh PP Assuniyah Jember yang juga cucu KH. Nawawi, adik kandung KH. Abdussalam, kakek KH. Sahal).129

128 Kang Jaka. 2011. Biografi KH. M.A. Sahal Mahfudz. Santri Pegon. Diakses melalui: http://santripegon.blogspot.co.id/2011/08/biografi-kh-ma-sahal-mahfudz.html pada 22 April 2017. Pukul: 23:04 WIB 129 Ibid. Beliau memulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah (1943- 1949), Tsanawiyah (1950-1953) Perguruan Islam Mathaliul Falah, Kajen, Pati. Setelah beberapa tahun belajar di lingkungannya sendiri, Sahal muda nyantri ke Pesantren Bendo, Pare, Kediri, Jawa Timur di bawah asuhan Kiai Muhajir. Selanjutnya tahun 1957- 1960 dia belajar di pesantren Sarang, Rembang, di bawah bimbingan Kiai Zubair.,Pada pertengahan tahun 1960-an, Sahal belajar ke Mekah di bawah bimbingan langsung Syaikh Yasin al-Fadani. Sementara itu, pendidikan umumnya hanya diperoleh dari kursus ilmu umum di Kajen (1951-1953). Hampir seluruh hidup Kiai Sahal berkaitan dengan pesantren. Pada 1958-1961 Kiai Sahal sudah menjadi guru di Pesantren Sarang, Rembang;1966-1970, dia menjadi dosen pada kuliah takhassus fikih di Kajen; pada 1974-1976 dia menjadi dosen di Fakultas Tarbiyah UNCOK, Pati;1982-1985 menjadi dosen di Fak. Syariah LAIN Walisongo Semarang; sejak 1989 hingga sekarang menjadi Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara. Tahun 1988-1990 dia menjadi kolomnis tetap di majalah AULA, sedangkan mulai 1991 menjadi kolomnis tetap di Harian Suara Merdeka (Jateng).130

Kiai Sahal aktif di organisasi massa keagamaan, pertama-tama di NU sebagai Katib Syuriah Partai NU Cabang Pati pada 1967-1975, sampai kemudian dia menduduki jabatan tertinggi dalam organisasi ini, yakni sebagai Rais Aam Syuriah PBNU untuk periode 1999- 2004. Dalam waktu yang hampir bersamaan dia terpilih menjadi Ketua Umum MUI Pusat untuk periode 2000-2005. Dalam posisinya sebagai Ketua Umum MUI ini dia secara ex officio menjadi Ketua Dewan Syari'ah Nasional (DSN), sebuah lembaga yang berfungsi memberikan fatwa, kontrol dan rekomendasi tentang produk-produk lembaga keuangan syariah dan lembaga bisnis syari'ah. Kiai Sahal termasuk salah satu dari sedikit kiai yang

130 Islamynews. 2015. Biografi KH. Sahal Mahfudz Ulama Kajen Pati. Diakses melalui: http://www.islamynews.com/2015/10/biografi-kh-sahal-mahfudz-ulama-kajen.html pada 22 April 2017. Pukul: 23:26 WIB rajin menulis, sebuah tradisi yang langka terutama di lingkungan kiai NU. Ratusan risalah (makalah) telah ditulis, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Arab.131

c. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Abdurrahman Wahid termasuk tokoh agama dan politik di Indonesia yang pemikiran dan aspek terjangnya sering dipandang kontroversial. Karena, pemikiran Abdurrahman Wahid memang sangat sering memancing reaksi prokontra dan mengundang perdebatan,apalagi baik pemikiran maupun prilakunya tak jarang yang melawan arus atau menyimpang dari wacana publik yang lazim terutama bagi umat Islam . maka tidak heran jika Persepsi orangpun terhadapnya berbeda-beda. Ada yang memuji dan simpati; atau mencoba netral dan tak mau peduli; atau terang-terangan menyatakan ketidaksenangan beroposisi terhadapnya.132

Sebagaimana tokoh-tokoh besar lainnya, atau bahkan mungkin setiap orang, faktor latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan pergaulan,dan kondisi politik, turut mempengaruhi pemikiran dan tindakan seseorang. Demikian juga dengan Abdurrahman Wahid. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dilahirkan di Denyar, Jombang, Jawa Timur pada tanggal 4 agustus 1940. Ayahnya yang sangat dicintai dan dikaguminya, KH. Wahid Hasyim adalah putera KH. Hasyim Asy‟ari, pendiri dan Rois Am NU pertama (Rois Akbar). Sementara ibunnya Solichah adalah putrid sulung KH.Bishri Syamsuri, tokoh ulama danRois Am ketiga. Ayahnya sendiri mantan ketua muda NU. Dilihat dari logis genealogisnya, jelas Abdurrahman Wahid adalah dari keluarga yang memiliki darah biru ke NU- an.133

131 Ibid. 132 Abdul Ghofur. Op. Cit. Hal. 51 133 Ibid. Hal. 52 Pengalaman pendidikan Abdurrahman Wahid saat muda kebanyakan dilalui lewat pesantren. Pendidikan Abdurrahman Wahid sendiri diawali dari Sekolah Dasar (SD) di Jakarta. Kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) tiga tahun (1954-1957), dan selama itu ia tinggal dirumah seorang tokoh modernis Muhammadiyah. Saat sekolah di SMEP Yogyakarta itu, nilainya pernah jeblok gara-gara ia terlalu menggandrungi banyak hal, khususnya bacaan. Sebagai akibatnya ia pernah gagal naik kelas, suatu pengalaman yang tentunya sangat menggores dalam kehidupan Abdurrahman Wahid. Setelah itu (selepas SMEP) ia banyak menghabiskan waktunya di beberapa pesantren NU termuka. Mula- mula ia mondok/ nyantri di Pesantren Tegalrejo Magelang (1957-1959) dengan merampungkan waktu belajarnya lebih tepat dari pada santri pada umumnnya saat itu. Dari tahun 1959-1963 ia belajar di Muallimat Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang. Berikutnya ia mondok di pesantren Krapyak Yogyakarta dan tinggal di rumah seseorang pemimpin NU teerkemuka , KH. hingga kemudian ia berangkat ke Mesir tahun 1964.134

Sekembalinya di Indonesia, ia kembali ke „habitat‟nya semula yakni dunia pesantren. Dari tahun 1972, ia di percaya menjadi dosen di samping dekan Fakultas Ushuluuddin Universitas Hasyim Asy‟ari Jombang. Kemudian tahunn 1974 sampai 1980 oleh pamannya. KH. Yusuf Hasyim, diberi amanat untuk menjaadi sekretaris umum Pesantren Tebuireng, Jombang. Selama periode ini ia secara teratur mulai terlibat dalam kepengurusan NU dengan menjabat Katib Awal Syuriah PBNU sejak tahun 1979.135

Gusdur adalah tokoh ulama dan tokoh NU pertama yang menjadi presiden Indonesia sejak kemerdekaan. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai

134 Ibid. Hal. 53 135 Ibid. Hal. 57 pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada 23 Juli 2001 ketika siding istimewa MPR memakzulkanya. Ia diganti oleh Megawati Soekarno Putri setelah mendapat mandatnya sebagai Presiden dicabut oleh MPR136

d. KH. Hasyim Muzadi KH. Ahmad Hasyim Muzadi adalah mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, ia adalah pengasuh pondok pesantren Al-Hikam, , Jawa Timur. Lahir di Tuban pada tanggal 8 Agustus 1944 dari pasangan H. Muzadi dengan istrinya Hj. Rumyati. KH Hasyim Muzadi menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950 dan menuntaskan pendidikannya tingginya di Institut Agama Islam Negeri IAIN Malang, Jawa Timur pada tahun 1969. Suami Hj. Muthomimah ini nampaknya memang terlahir untuk mengabdi di Jawa Timur. Hasyim sendiri mengawali kegiatan organisasinya dengan berpartisipasi aktif dalam organisasi kepemudaan semacam Gerakan Pemuda Ansor (GP-Ansor) dan organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hingga akhirnya dia dia dipercaya menjadi pemimpin kedua organisasi tersebut. Hal inilah yang menjadi struktural menjadi modal kuat Hasyim untuk terus berkiprah di NU. Nama Kiai Hasyim mulai mencuat ke publik setelah pada tahun 1992 dia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur yang terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999. Pada tahun 1999, Hasyim terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar ke-30 di Lirboyo, Kediri. KH Hasyim Muzadi tercatat pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).137

136 Ali Masykur Musa. 2010. Pemikiran dan Sikap Politik Gus Dur. Jakarta: Erlangga. Hal. 22 137 Duta Islam.com. 2017. Biografi Singkat KH. Hasyim Muzadi. Diakses melalui: http://www.dutaislam.com/2017/03/biografi-singkat-kh-hasyim-muzadi.html pada 23 April 2017. Pukul: 00: 36 WIB Pada pemilihan presiden tahun 2004, Hasyim Muzadi menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Capres Megawati Soekarnoputri Presiden RI Kelima (2001-2004) Megawati Soekarnoputri. Namun langkahnya ini gagal menuai kemenangan. Setelah itu, dalam Muktamar NU ke-31 di Donohudan, Boyolali, Jateng, Hasyim kembali terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) setelah berhasil mengungguli secara mutlak para pesaingnya, termasuk KH Abdurrahman Wahid. Sesuai ketentuan internal NU, seseorang hanya boleh menjabat Ketua Umum Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU dua periode berturut-turut. Sehingga dalam Muktamar NU ke-32 di Makssar, April 2010, dia digantikan Dr. KH , MA. Sementara Hasyim Muzadi terpilih menjabat Wakil Rais Aam PBNU (2010-2015), bersama Dr. KH A. Musthofa Bisri mendampingi Ketua Rais Aam Dr. KH. M. A. . Sebagai ulama, sosok Hasyim dikenal nasionalis dan pluralis. Apa saja yang dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU, Hasyim ikhlas melakukan. Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam, Malang, ini dikenal sebagai sosok kiai yang cukup tulus memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin Indonesia.138

B. Gambaran Umum Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama didirikan oleh ulama pondok pesantren di Surabaya pada tanggal 16 rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M. Nahdlatul Ulama berkedudukan di Jakarta. Sebagai Badan Hukum Nahdlatul Ulama bergerak dalam bidang keagamaan, Pendidikan, dan sosial. Nahdlatul Ulama berpedoman kepada Al-Qur‟an, As-Sunnah, Al-Ijma‟, dan Al-Qiyas yang beraqidah islam menurut faham ahlusunnah wal Jama‟ah dalam bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy‟ari dan Imam Abu Mansur al- Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan Hanabali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab

138 Merdeka.com. Biografi hasyim Muzadi. Diakses melalui: https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hasyim- muzadi/ pada 23 April 2017. Pukul: 00:48 WIB Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Asas Nahdlatul Ulama adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan lambang gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (Sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas garis khatulistiwa yang terbesar di antaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah garis khatulistiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri, dan ada huruf “N” dibawah kiri dan “U” di bawah kanan, semua terlukis dengan warnah putih di atas dasar hijau.139

Nahdlatul Ulama adalah perkumpulan jam’iyyah diniyyah islamiyyah ijtima’yyah (organisasi sosial keagamaan Islam) untuk menciptakan kemasalahan masyarakat,kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dana martabat manusia yang bertujuan untuk berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama‟ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta. Untuk terwujudnya tujuan Nahdlatul Ulama tersebut maka ia harus melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut, yaitu pertama, Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran islam yang menganut faham Alhusunnah wal Jama‟ah. Kedua, Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan Negara. Ketiga, Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendamping masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin).

139 Dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama 2015-2020. Anggaran Dasar NU. Hal. 1 Keempat, Di bidang ekonomi, mengupayakan penigkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk kemakmuran yang merata. Kelima, Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat guna terwujudnya Khairul Ummah.140 Lebih jelasnya pembaca bisa melihat dilampiran Skripsi.

C. Gambaran Umum Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Keanggotaan Nahdlatul Ulama terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, Anggota biasa adalah setiap warga Negara Indonesia yang beragama Islam, baligh, dan menyatakan diri setia terhadap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Kedua, Anggota luar biasa, adalah setiap orang yang beragama Islam , baliqh, menyetujui aqidah, asas dan tujuan Nahdlatul Ulama namun yang bersangkutan bukan Negara Indonesia. ketiga, Anggota kehormatan adalah setiap orang yang bukan anggota biasa atau anggota luar biasa yang dinyatakan telah berjasa kepada Nahdlatul Ulama dan ditetapkan dalam keputusan pengurus besar.141

Tingkat kepengurusan dalam organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari beberapa bagian, yaitu pertama, Pengurus besar (PB) untuk tingkat Nasional dan kedudukan di Jakarta, Ibukota Negara. Kedua, Pengurus Wilayah (PW) untuk tingkat provinsi dan berkedudukan di wilayahnya. Ketiga, Pengurus Cabang (PC) untuk tingkat Kabupaten/Kota dan berkedudukan di wilayahnya. Keempat, Pengurus Cabang Istimewa (PCI) untuk luar negeri dan berkedudukan di wilayah negara yang bersangkutan. Kelima, Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) untuk tingkat kecamatan dan berkedudukan di wilayahnya. Keenam, Pengurus Ranting (PR) untuk tingkat kelurahan/desa. Ketujuh, Pengurus Anak Rangting (PAR) untuk kelompok dan atau suatu komunitas. Sedangkan Perangkat

140 Ibid. Hal 2 141 Dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama 2015-2020. Anggaran Rumah Tangga NU. Hal. 1 Organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari tiga bagian, yaitu Lembaga, Badan Khusus dan Badan Otonom.142 Lebih jelasnya pembaca bisa melihat dilampiran Skripsi. D. Kiprah Nahdlatul Ulama Di Politik Indonesia Sejak awal, NU merupakan Jam’iyyah Ijtima’iyyah yang membangun gerakan keagamaan pada level yang paling bawah, yaitu masyarakat. Jika kita kembali menengok sejarah, kelahiran NU tidak lain muncul karena keprihatinan akan upaya penghapusan kearifan lokal dalam keberagamaan masyarakat. Pada level internasional, Komite Hijaz diinisiasi sebagai upaya untuk melindungi kepentingan bersama umat Islam dari ancaman gerakan Wahabisme di Saudi Arabia. Sehingga NU sebagai gerakan sosial kemasyarakatan berupaya “menyelamatkan” tradisi pribumi yang menjadi cara beragama masyarakat di Indonesia.143

Jikalau NU dalam sejarahnya pernah ambil bagian dalam gerakan politik, hal tersebut tidak lain adalah dinamika perjuangan kebangsaan dan nasionalisme. Hampir semua kiprah politik NU, selalu dilandasi dengan politik berbasis fiqih, yang merupakan kerangka acuan pengambilan hukum dalam Islam. Beberapa ijtihad politik NU antara lain, seperti: sikap non kooperatif terhadap penjajah Belanda, namun kooperatif saat penjajahan Jepang; penetapan da>r al- Islam pada wilayah Indonesia; Resolusi Jihad; penerimaan Soekarno sebagai Presiden dalam kerangka waliy al-amri al-d}aruri bi asy-syaukah, sampai pada menjadi organisasi politik dan keluar dari politik merupakan sederet manifestasi ijtihad politik yang berdasar pada ajaran Islam (fiqih).144

142 Ibid. Hal 2 143 Muhammad Mustaqim. 2015. Politik Kebangsaan Kaum Santri: Kiprah Politik NU. Addin, Vol 9. No. 2, Agustus 2015. Hal. 334. Diakses melalui: http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/download/618/631 pada 23 April 2017. Pukul: 01: 46 WIB 144 Ibid. Hal. 335 Sebagai sebuah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) jelas memiliki bobot politik yang tinggi dan sangat diperhitungkan. Karenanya tak heran bila tiba musim Pemilu, juga Pilkada, organisasi yang didirikan pada 31 Januari 1926 ini selalu digadang- gadang sebagai kendaraan kampanye, ditempatkan sebagai sarana pemenangan politik pragmatis. Bahkan tidak jarang kader-kader NU pun ikut terjun langsung bersaing di pentas politik, baik lokal maupun nasional.145 Berikut penjelsan mengenai kiprah NU di politik Indonesia dari tahun 1926 sampai dengan awal Reformasi:

D.1. Langkah- langkah Nahdlatul Ulama Sebelum Kemerdekaan Sesuai dengan anggaran dasar 1926 (yang disusun 1929 dan disahkan oleh Pemerintah 1930) NU menempatkan tujuannya adalah untuk mengembangkan Islam berlandaskan ajaran keempat mazhab. Tujuan itu diusulkan dengan:

1. Memperkuat persatuan diantara sesama ulama penganut ajaran- ajaran empat mazhab. 2. Meneliti kitab- kitab yang akan dipergunakan untuk mengajar agar sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah. 3. Menyebarkan ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran empat mazhab. 4. Memperbanyak jumlah lembaga pendidikan Islam dan memperbaiki organisasinya. 5. Membantu pembangunan mesjid, surau dan pondok pesantren serta membantu kehidupan anak yatim dan orang miskin. 6. Mendirikan badan- badan untuk meningkatkan perekonomian anggota.146

145 Aru Wijayanto. 2013. Peran Nahdlatul Ulama Dalam Politik Praktis. Diakses melalui: http://aruwijayanto.blogspot.co.id/2013/02/peran-nahdlatul-ulama-dalam-politik.html pada 23 April 2017. Pukul: 01: 56 WIB 146 Einar Martahan Sitompul. Loc. Cit. Hal. 77 Walaupun NU bukan organisasi politik tetapi ia tanggap terhadap perkembangan yang terjadi. Tantangan makin mendekatkan sesama organisasi Islam, berbagai peraturan yang dirasakan merugikan umat Islam (Ordonansi perkawinan, hukum waris, milisi, dan sebagainya), membuat NU menggalang kekuatan bersama dengan organisasi Islam lainnya (SI, Muhammadiyah, dan sebagainya) dengan membentuk Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) pada tahun 1937, yang diharapkan menjadi wadah perjuangan umat Islam. Semboyan MIAI adalah sebuah ayat Al- Qur‟an yang mengajak umat Islam bersatu: “Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah berpecah belah”(Sura 3: 103). Pemrakarsa terbentuknya MIAI adalah Abdul Wahab Hasbullah dan setelah terbentuk diketuai oleh Wahid Hasyim. Tampak sedikit banyaknya wibawa ulama diakui oleh kaum pembaharuan. Semtara itu kekuatan politik yang komparatif dan non konparatif, baik dari kalangan nasional maupun Islma, berhasil rujuk kembali dalam wadah Gabungan Aksi Politik Indonesia (GAPI) pada tahun 1939. Adapun maksud dan tujuan MIAI, antara lain:

1. Menggabungkan segala perhimpunan umat Islam untuk bekerja sama. 2. Berusaha untuk menyelesaikan apabila timbul pertikaian diantara umat Islam. 3. Mempererat hubungan dengan umat Islam di luar negeri. 4. Berusa memajukan agama Islam. 5. Membangun Kongres Muslimin Indonesia.147

Tampilnya MIAI yang dimotori oleh dua organisasi non politik- NU dan muhammadiyah, telah memberikan warna baru bagi kiprah umat Islam dalam arus pergerakan bangsa. Pada saat SI- kalau boleh disebut wakil Islam dalam bidang politik, makin mundur dan terjepit diantara golongan nasionalis dalam GAPI. Umat Islam dapat memperkuat barisannya dalam pergerakan bangsa menuju

147 Ibid. Hal. 86 kemerdekaan. Kemerdekaan bukan saja aspirasi partai politik Islam dengan segelintir politisnya dan bukan pula hanya aspirasi golongan nasionalis, tetapi menjadi seluruh aspirasi umat Islam, baik yang tinggal di kota maupun di desa. Menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda, Bangsa Indonesia telah berhasil menggalang persatuan karena mempunyai tujuan yang sama (kemerdekaan), tetapi berbeda dalam strategi mencapai tujuannya.148

Setelah perang pasifik meletus dan jepang dengan cepat menguasai Nusantara yang dianggap mempunyai potensi besar mendukung ambisi Jepang untuk menguasai seluruh Asia. Sama dengan pendahunya (Belanda), jepang melihat Islam adalah faktor penting untuk keberhasilan politik penjajahannya. Jepang memperalat Islam untuk mengembangkan kekuasaannya. Sikap pihak Jepang itu tidak dengan sendirinya berarti melaga golongan nasionalis dan golongan Islam dengan maksud menguasai keduanya, sungguhpun kemungkinan politik pecah belah ini terdapat. Yang jelas ialah pemerintah Jepang kemudian secara berangsur mengakui organisasi- organisasi Islam sedangkan tetap tidak membolehkan organisasi nasionalis dari masa sebelum perang didirikan.149

Berbagai perjuangan yang ditempuh oleh golongan Islam dan golongan nasionalis akhirnya Indonesia merdeka yang di proklamasikan pada 17 Agustus 1945. Dalam hal ini NU menutup periode sebagai organisai keagamaan (jamiyyah diniyah) dengan gemilang NU mengeluarkan Resolusi jihad (Resolusi Perjuangan) pada tanggal 22 Oktober 1945 (tiga minggu sebelum pertempuran 10 november di Surabaya yang kemudian hari tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari Pahlawan) yang mengajak umat islam menentang aksi pendudukan tentara sekutu.150 Resolusi itu berbunyi:

148 Ibid. Hal. 88 149 Ibid. Hal. 89 150 Ibid. Hal. 92 1. Kemerdekaan Indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan. 2. Republik Indonesia sebagai satu- satunya pemerintahan yang sah, wajib dibela dan dilestarikan. 3. Musuh Republik Indonesia, terutama Belanda yang dating kemudian membonceng tugas- tugas tentara sekutu (Inggiris) dalam maslah tawanan perang bangsa jepang tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia. 4. Ummat Islam terutama Nahdlatul Ulama wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan- kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia. 5. Kewajiban tersebut adalah suatu jihat yang menjadi kewajiban tiap- tiap orang Islam (Fardlu Ain) yang bearada pada jarak radius 94 km (jarak dimana ummat Islam diperkenankan sembayang jama‟ dan qasar). Adapun mereka yang berada diluar jarak tersebut berkewajiban membantu saudara- saudaranya yang berada dalam jarak tersebut.151

Dalam hal ini kita melihat betapa NU sangat prihatin terhadap Negara Indonesia yang ditegaskannya harus dibela sebagai kewajiban sebagaimana kewajiban dalam menjalankan tugas keagamaan. Ia menyadari sepenuhnya bahwa Pemerintahan Republik Indonesia adalah hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia termasuk NU. Didalam semangat keagamaan NU ikut membela kemerdekaan sehingga umat Islam tidak terasing secara keagamaan dengan semangat perjuangan bangsa.152

151 Ibid. Hal 93 152 Ibid. D.2. Pembentukan Masyumi dan Pembentukan Partai NU Dalam rangka merespon Maklumat pemerintah tanggal 4 November 1945, umat Islam Indonesia mengadakan Muktamar Islam Indonesia yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 7-8 November 1945. Muktamar ini dihadiri oleh berbagai tokoh- tokoh dari berbagai organisasi Islam di Indonesia. Dua organisasi Islam besar, yaitu NU dan Muhammadiyah merupakan pelopor dalam penyelenggaraan muktamar tersebut. Muktamar yang menghasilkan kesepakatan bahwa perlu mendirikan sebuah partai Islam sebagai satu- satunya wadah penyaluran aspirasi dan perjuangan umat Islam Indonesia. Sehubungan dengan itu maka disepakatilah dibentuk sebuah partai Islam dengan nama Masyumi. Disepakati pula bahwa dengan berdirinya masyumi ini maka keberadaan partai- partai Islam lainnya tidak diketahui. Para pendukung masyumi awalnya hanya empat organisasi Islam, yaitu NU, Muhammadiyah, Perikatan Umat Islam dan Persatuan Umat umat Islam. Dalam perkembangannya kemudian, hampir seluruh Organisasi Islam di Indonesia ikut menjadi anggota Masyumi, kecuali Perti.153

Dalam kepengurusan Masyumi terlihat mencakup berbagai golongan- golongan dalam umat Islam. Hal ini terlihat dalam susunan Majelis Syuro dan Pengurus Besar. Dalam Majelis Syuro, Ketua adalah Hasyim As‟ary (NU) dan Wakilnya Wahid Hasyim (NU), (PSII), Syekh Dja Nil Djambek (Pembaharu dari Sumatera Barat). Sedangkan Pengurus Besar terdiri dari Politisi Karier, seperti Soekiman, Abikunsono, Natsir, M. Roem dan Kartosoewiryo. Keutuhan Masyumi sebagai satu- satunya wadah aspirasi dan Perjuangan umat Islam Indonesia dalam perkembangannya kemudian ternyata tidak bisa dipertahankan. Satu per satu unsure pendukung Masyumi mulai meninggalkan dan mendirikan partai politik sendiri. Pertama- tama dilakukan oleh PSII. Pada

153 Lili Romli. 2006. Islam Yes, Partai Islam Yes: Sejarah Perkembangan Partai- Partai Islam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hal.35 bulan Juli 1947, PSII meninggalkan Masyumi dan menyatakan dirinya kembali sebagai partai independen. 154

Keluarnya PSII dari masyumi didasarkan pada kekuatan politik. Pada saat itu ada kesempatan untuk menduduki posisi politik dalam kabinet Amir Syarifuddin. Dengan keluarnya PSII ini, meskipun hanya mewakili bagian kecil dari umat, pertanda sebagai fenomena mulai rapunya ikatan politik dalam tubuh Masyumi. Jejak PSII kemudian diikuti oleh NU, pada tahun 1952 NU menyatakn keluar dari Masyumi. NU memproklamasikan sebagai partai politik yang berdiri sendiri. Soekiman pernah merayu agar NU jangan keluar dari Masyumi. Tetapi permintaan itu tidak dikabulkan. Peristiwa keluarnya NU ini tentu saja sangat mengguncang Masyumi. Hal ini karena NU merupakan partai Islam yang mempunyai pengikut besar, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dua daerah ini dikenal sebagai daerah yang padat penduduknya. Tentu saja dengan keluarnya NU maka masyumi menjadi berkurang konstituensnya.155

Keluarnya NU dari Masyumi ini kearap dihubungkan dengan masalah- masalah kekuasaan. NU keluar dari Masyumi karena merasa sakit hati sebab kursi Menteri Agama yang biasa jatah dari NU diberikan kepada Muhammadiyah, yaitu Fakih Usman. Selain itu juga dihubungkan dengan adanya perubahan peran Majelis Syuro yang hanya sekedar badan penasehat. Perubahan ini menyebabkan tidak diberinya tempat yang layak bagi ulama, dimana anggotanya mayoritas bearasl dari NU.156

154 Ibid. Hal. 36 155 Ibid. 156 Ibid. Hal. 37 D.3. Peran NU Dalam Pemilu 1955, 1971 dan 1999 D.3.1. Pemilu 1955 Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama semenjak Indonesia merdeka. Pada awalnya pemilu direncanakan pada tahun 1946, enam bulan setelah proklamasi kemerdekaan. Akan tetapi karena situasi yang tidak mengizinkan karena adanya perang kemerdekaan akibat Agresi Belanda I dan II, maka pelaksanakan pemilu tertunda. Saat memasuki demokrasi parlementer, setiap kabinet dalam programnya selalu mencantumkan pelaksanaan pemilu. Namun hal itu tidak terjadi karena situasi perebutan kekuasaan akibatnya kabinet jatuh bangun. Ini membawa dampak tidak terlaksananya program pelaksanaan pemilu.157

Kabinet Hatta (Desember 1949- Agustus 1950) pada mulanya berencana untuk menyelenggarakan pemilu sebagai program kerjanya, sehingga suatu dewan konsituante hasil pemilihan akan menentukan apakah Negara RI mengambil bentuk suatu Negara Federal atau Negara Kesatuan. Namun dorongan yang kuat dari rakyat Indonesia untuk suatu Negara kesatuan melalui mosi integrasi Natsir, membatalkan pemilu ini. Sedangkan kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951) yang menggantikannya mengajukan suatu RUU pemilihan atas dasar pemilihan tidak langsung. Namun sayang kabinet Natsir keburu jatuh sebelum RUU diajukan ke parlemen. kabinet soekiman (April 1951- Februari 1952) meneruskan kebijakan kabinet sebelumnya, yaitu mengajukan RUU, namun RUU itu ditolak oleh parlemen karena menghendaki pemilihan umum yang lansung.158

Pada kabinet (April 1952- Juni 1953), mengajukan RUU untuk pendaftaran pemilih, akan tetapi parlemen menolaknya. Kemudian pada bulan November 1952, cabinet mengajukan RUU tentang pemilu. Melalui pembahasan

157 Ibid. Hal. 46 158 Ibid. yang alot, RUU itu kemudian disetujui parlemen untuk menjadi UU tentang pemilu, yaitu UU No. 7 tahun 1953. Meskipun UU sudah disetujui ternyata pemilu belum bisa dilaksanakan, karena kabinet keburu jatuh. Pada masa kabinet I, pemilu belum juga bisa dilaksanakan, meskipun pada masa ini kampanye pemilu sudah berlangsung. Pemilu baru bisa dilaksanakan pada kabinet Burhanuddin Harahap. 159

Pemilu kemudian bisa dilaksanakan pada kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi), yaitu tahun 1955. Dalam tahun ini ditetapkan pelaksanaan pemilu diselenggarakan pada tanggal 29 september 1955. Dalam pemilu 1955 ini tidak kurang dari 28 partai politik ikut serta sebagai kontestan. Dengan demikian pemilu 1955 diikuti oleh banyak partai politik dengan menganut sistem proporsional. Meskipun pesertanya banyak (Multi Partai), secara garis besar, apabila dilihat dari segi ideologi, dapat digolongkan kedalam tiga aliran ideology besar, yaitu Islam, Nasionalis, komunis atau sosialisme. Tentu saja ketiga aliran ideologi itu, yang berujud dalam kekuatan partai- partai politik, bersaing untuk memperebutkan massa rakyat.160

Hasil pemilu ternyata tidak memuaskan semua pihak. Baik golongan Islam maupun golongan nasionalis tidak ada yang keluar sebagai pemenang dengan suara mayoritas (lebih dari 50%). Masyumi sendiri maupun PNI yang tadinnya berpengharapan besar akan keluar sebagai pemenang, ternyata gagal. Keduanya tidak ada yang keluar sebagai pemenang, bahkan antara Masyumi dan PNI memperoleh kursi yang sama di DPR, yaitu 57 kursi. Meskipun demikian pemilu 1955 ini telah memunculkan empat partai besar, yaitu PNI memperoleh 57 kursi, Masyumi 57 kursi, NU 45 kursi dan PKI 39 kursi. Disamping itu partai- partai seperti PSI, PSII, partai katolik, parkindo, dan IPKI masuk dalam kelompok partai

159 Ibid. 47 160 Ibid. 48 dengan kekuatan sedang. Dalam pemilu 1955 partai- partai Islam ternyata terpuruk, kecuali masyumi (20,9%) dan NU (18,4%). Sementara partai partai islam lainnya tidak memperoleh suara yang banyak , khususnya PPTI (0,2%) dan AKUI (0,2%).161

Tabel. a. Jumlah Suara dan Kursi (berdasarkan partai politik) Pemenang 10 Besar Tahun 1955 No. Nama Partai Suara % Suara Kursi 1 Partai Nasional Indonesia (PNI) 8.434.653 22,32 57 2 Masyumi 7.903.886 20,92 57 3 Nahdlatul Ulama (NU) 6.955.141 18,41 45 4 Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.179.914 16,36 39 5 Partai Syarikat Islam Indonesia 1.091.160 2,89 8 (PSII) 6 Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1.003.326 2,66 8 7 Partai Katolik 770.740 2,04 6 8 Partai Sosialis Indonesia (PSI) 753.191 1,99 5 9 Ikatan Pendukung Kemerdekaan 541.306 1,43 4 Indonesia (IPKI) 10 Pergerakan Tarbiyah Islamiyah 483.014 1,28 4 (Perti) Jumlah 34.116.358 90,3 233 Sumber: Wibsite KPU Nasional.162

161 Ibid. Hal. 50 162 Komisi Pemilihan Umum. Pemilu 1955. Loc. Cit Tabel. a. Pemenang 10 Besar Anggota Konstituante Tahun 1955 No. Partai/Nama Daftar Suara % Kursi 1 Partai Nasional Indonesia (PNI) 9.070.218 23,97 119 2 Masyumi 7.789.619 20,59 112 3 Nahdlatul Ulama (NU) 6.989.333 18,47 91 4 Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.232.512 16,47 80 5 Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.059.922 2,80 16 6 Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 988.810 2,61 16 7 Partai Katolik 748.591 1,99 10 8 Partai Sosialis Indonesia (PSI) 695.932 1,84 10 9 Ikatan Pendukung Kemerdekaan 544.803 1,44 8 Indonesia (IPKI)

10 Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) 465.359 1,23 7 Jumlah 34.585.099 91,41 469 Sumber: Wibsite KPU Nasional163

Sejak menang dalam Pemilu 1955, sebagai partai politik, NU tidak hanya mendapatkan 45 kursi di Parlemen, tapi juga di Kabinet. Bahkan, selama gonta- ganti perdana menteri, NU tetap mendapat jatah. Ketika PM Juanda membentuk Zaken kabinet (kabinet para ahli) misalnya, para kader NU tetapi mampu mengikuti seleksi sebagai para ahli dalam menangani pemerintahan. Bahkan tidak hanya menjadi menteri sosial atau menteri agama sebagai langganannya. Saat itu Mr Burhanuddin dari NU dipercaya memegang menteri perekonomian. Selain itu, ada juga sejumlah tokoh NU seperti Rahmat Mulyomiseno yang diangkat sebagai menteri perdagangan,dan Mr. Sunarjo sebagai menteri dalam negeri. Memasuki tahun 1960-an, di mana NU menjadi kekuatan penyeimbang antara PNI-PKI, posisi NU di kabinet Bung Karno juga semakin kuat. Hal itu mencerminkan

163 Ibid. besarnya pengaruh NU sebagai kekuatan politik nasional, mengingat Kabinet pada saat itu dibentuk berdasarkan representasi partai. Hanya saja karena desakan yang kuat dari partai yang ada, maka kekuatan PKI untuk masuk kabinet sedikit bisa diminimalisir.164

Tetapi, ketika Presiden digulingkan pada tahun 1966, representasi NU dalam panggung politik nasional yang tercermin dalam penguasaan kabinet juga ikut mengamani kemerosotan. Ketika Orde Baru dengan kekuatan militernya mengambil alih kekuasaan, maka pembentukan kabinet tidak lagi berdasarkan kekuatan politik yang diwakili partai-partai politik. Sejumlah partai politik yang ada mulai dari PKI, PNI secara perlahan disingkirkan. Saat itu, NU masih menjadi parpol yang kuat, namun ia sama sekali tidak diberi peran. Maka yang berkuasa hanyalah tentara, selebihnya diserahkan pada para ahli yang kemudian disebut dengan teknokrat. Dalam kondisi seperti ini, wajar kekuatan partai yang ada mulai mengeluh, sebagaimana yang terjadi dalam NU. Sementara, dalam Muktamarnya yang ke 24 di Bandung tahun 1967, para Muktamirin mendesak pada PBNU agar Presiden Soeharto melakukan reshuffle kabinet Ampera bikinan Orde Baru. Sebab dalam kabiet itu dianggap sangat tidak mencerminkan kekuatan politik yang hidup di masyarakat, dan NU khususnya. Sementara mereka menuntut agar representasi NU diwujudkan secara adil dalam kabinet Ampera. Tetapi usulan semacam itu tidak pernah ditanggapi.165

D.3.2. Pemilu 1971 Dimasa Orde Baru peranan politik NU pada perkembangannya lebih merosot, ketika munculnya Golkar sebagai kepanjangan tangan pemerintah dan mantapnya Dwi Fungsi ABRI di lembaga konstitusi, merupakan kekuatan raksasa

164 NU online. 2009. Kader NU Di Kabinet. Diakses melalui: http://www.nu.or.id/post/read/17941/kader-nu- di-kabinet pada 1 Mei 2017. Pukul: 18:50 WIB 165 Ibid. yang senantiasa siap melayani perlawanan kekuatan demokrasi (Partai- partai politik) dalam lembaga tersebut. Terlebih lagi seruan diharuskanya “monoloyalitas” bagi golkar, untuk semua Pegai Negeri Sipil, praktis kekuatan sosial, politik khususnya NU, kehilangan sejumlah pemimpin yang baik di Departemen Agama maupun di departemen- departemen lain.166 Salah satu tokoh NU yang kehilangan jabatan di masa Orde Baru tersebut adalah K.H. Moh. Dahlan yang menjabat dari tahun 1967- 1971 dan digantikan oleh Dr. Mukti Ali yang dikenal sebagai cendekiawan muslim, mantan rektor IAIN Sunan kalijaga, Yogyakarta dan pernah menjabat sebagai kedutaan besar RI di Karachi.167

Walaupun demikian, NU tidak kehilangan cara untuk menancapkan terus pengaruh politiknya saat itu. Desakan NU untuk mengadakan pemilu seperti telah dijelaskan diatas akhirnya dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971, yang hanya diikuti oleh 9 partai politik serta 1 Golongan Karya.Tampaknya pemerintah sangan serius untuk memenangkan Golkar saat itu. Hasilnya memang demikian, Golkar memenangkan suara mayoritas dengan memperoleh kursi 56%, dan pada kelompok partai, hanya NU yang dapat bertambah dengan meraih suara 18,6% sedikit lebih tinggi dari 18,4% di tahun 1955. Dengan demikian, kursi NU bertambah 13 kursi. Jika di pemilu 1955 NU mendapat 45 kursi, maka pada pemilu 1971 bertambah menjadi 58 kursi. Banyak para ahli menganalisis keberhasilan NU desebabkan Kepemimpinan Ulama yang tidak terikat dengan pemerintah, dan penampilan sikap politik sejumlah tokoh atau politisi NU yang dimotori KH. Ahmad Subchan berjalan efektif dan mampu membangkitkan semangat massa NU untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu 1971.168

166 Kang Young Soun. Loc. Cit. Hal. 126 167 Ibid. Hal. 125 168 Ibid. Tabel. b. Hasil Pemilu Tahun 1971 No. Partai Suara % Kursi 1 Golkar 34.348.673 62,82 136 2 NU 10.213.650 18,68 58 3 Parmusi 2.930.746 5,36 24 4 PNI 3.793.266 6,93 20 5 PSII 1.308.237 2,39 10 6 Parkindo 733.359 1,34 7 7 Katolik 603.740 1,10 3 8 Perti 381.309 0,69 2 9 IPKI 338.403 0,61 - 10 Murba 48.126 0,08 - Jumlah 54.669.509 100,00 360 Sumber: Website KPU Nasional169

Setelah NU berhasil mendesak Orde Baru untuk segera menyelenggarakan pemilu agar presentasi di pemerintahan berdasarkan atas pemilihan secara fair, Pemilu memang terpaksa diselenggarakan tahun 1971 di mana NU keluar sebagai pemenang nomor 2, sebagi pesaing utama Golkar. Sementara partai besar seperti PNI mendapat sangat sedikit suara. Namun kemenangan NU yang spektakuler itu sama sekali tidak dihargai. Penyusunan kabinet tetap tidak memperhatikan kekuatan partai, akhirnya kabinet hanya diisi oleh tentara dan para ahli. Bahkan, kementeriaan agama yang biasanya dipegang oleh NU, selama Orde Baru pos tersebut diberikan kepada tentara dan para teknokrat Orde Baru. Dengan alasan keahlian padahal mereka sama sekali tidak ahli.170 Dalam hal ini NU hanya bisa

169 Komisi Pemilihan Umum. Pemilu 1971. Loc. Cit 170 NU Online. 2009. Loc. Cit. menjabat di MPR/DPR, diman tokoh yang menjabat tersebut adalah KH. Idham Chalid sebagai Ketua MPR/DPR Periode 1971- 1977.171

D.3.3. Pemilu 1999 Di awal Reformasi pada kamis, 23 juli 1998, merupakan hari yang sangat bersejarah bagi warga NU karena partai politik yang ditunggu-tunggu kehadirannya dideklarasikan di rumah Abdurrahman Wahid, ketua umum PBNU, di Ciganjur, Jakarta Selatan. Ribuan warna NU tumplek blek berkumpul di lapanganan yang cukup luas yang jaraknya sekitar 25 meter dari rumah Gus Dur.172

Dalam hal ini timbul suatu pertanyaan, Kenapa partai politik warga NU ini-yang di nilai oleh banyak pengamat akan menjadi salah satu partai besar-tidak dideklarasikan di lapangan yang representatif dan notabene bisa menampung banyak massa, menginggat NU adalah organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia?173

Ini menunjukkan bahwa PKB adalah partai yang direstui dan diberi fasilitas khusus oleh para elite PBNU, yang tokoh sentralnya adalah Gus Dur, sehingga Gus Dur dan NU tidak bisa dipisahkan. K.H Yusuf Hasyim(paman Gus Dur) dalam wawancara dengan republika (2 Desember 1994), menyatakan, “NU is Gus Dur, Gus Dur is NU” maka sangat strategis deklarasi PKB di laksanakan di rumah Gus Dur, lebih-lebih bagi warga NU. Meskipun deklarasi partai bikinan warga NU ini di tempat dan dengan cara yang sederhana , jauh dari glamor dan mewah, tapi mempunyai nilai publikasi yang sangat wah dan jitu, bahkan menjadi berita utama(hitline) berbagai media massa Indonesia baik lokasi maupun

171 NU Online. 2016. KH. Idham Chalid, Putra Pelosok Jadi Pemimpin Nasional 172 Asmawi. Op.Cit. Hal 29 173 Ibid. nasional. Ini menunjukan bahwa Gus Dur dengan NU-nya mempunyai daya tarik pemberitaan yang sangat luar biasa dahsyatnya.174

NU yang membidani kelahiran PKB mempunyai nilai plus sebagai organisasi sosial keagamaan yang memiliki tradisi sebagai partai politik. Mempunyai pengalaman yang cukup panjang sebagai partai dalam kancah percaturan perpolitikan di Indonesia, baik di masa pemerintahan Orde lama maupun Orde Baru. Pada pemilu 1955, NU memperoleh suara 18% (45 kursi) dan pemilu 1971, yang dikenal dengan sistem pemilu penuh tekanan, kecurangan dan intimidasi dari miter, NU masih memperoleh suara 18%(58 kursi). Demikian juga suara pemilih yang diperoleh PPP selama pemilu yang dilaksanakan pada masa Orde Baru, suara terbanyak dari warga NU.175

Nilai plus ini mempunyai keuntungan dan kemudahan yang cukup bebrarti bagi PKB dalam menghadapi pemilu 1999 untuk memobilisasi massa karena pola pengikutnya yang bersifat vertical. Namun berkaitan dengan kans untuk memperoleh suara pemilih, prof. Dr. Nurcholish Madjid, MA, seseorang cendikiawan muslim termuka Indonesia mengingatkan agar PKB tidak terlalu ambisius untuk menang secara mutlak, tetapi cukup yang signifikan saja. Kemenangan yang signifikan masih dimungkinakan karena dukungan secara hirarkis terhadap PKB sangat kuat. Sukses tidaknya PKB dalam percaturan politik nasioanal bergantung pada sejauh mana rasa memiliki dan tanggung jawab warga NU sebagaii pemilik. Karena itu dibutuhkan kekompakan, dan sangat dibutuhkan format untuk meminimalkan konflik dengan orang-orang NU yang tidak mendukung PKB.176

174 Ibid.Hal. 30 175 Ibid. Hal. 59 176 Ibid. Hal. 60 Pemilihan Umum Tahun 1999 merupakan pemilu pertama pasca mundurnya Presiden Suharto dari tampuk kekuasaan.Habibie, selaku pengganti Suharto, melaksanakan pemilu tiga tahun lebih cepat dari waktu yang seharusnyadijadwalkan, yaitu tahun 2002. Percepatan pemilu ini adalah hasil tekanan rakyat pada pemerintahan Habibie karena ia dipandang tidak memiliki legitimasi untuk memegang tampuk kekuasaan. Presiden Habibie dianggap publik sebagai bagian dari Orde Baru yang mestinya turut dilengserkan. Karenanya, hakekat pemilu 1999 pada dasarnya untuk membentuk legitimasi baru atas siapapun yang akan menjadi Presiden pasca mundurnya Suharto. Pemilu 1999 sering disebut sebagai pemilu transisi untuk masuk format politik yang lebih demokratis. Pemilu menjadi semacam simpang jalan: apakah proses politik itu terus setia pada jalur demokratisasi, berbelok jalan, atau bahkan berbalik arah sama sekali. Pemilu tahun 1999 diselenggarakkan dalam waktu yang sangat singkat, yaitu kurang dari 5 bulan. KPU selaku penyelenggara pemilu dalam waktu yang singkat telah berhasil merumuskan lebih dari 136 peraturan dan keputusan tentang tata cara pemilu. Tidak hanya itu, KPU juga berhasil merencanakan dan menyelenggarakan pemilu secara relatif lebih lancar seperti yang diperintahkan Undang-undang.177

Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara pada pemilu 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni tanggal 7 Juni 1999. Tidak seperti yang diprediksikan dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 bisa terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti. Hanya di beberapa Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dan pelaksanaan pemungutan suaranya terpaksa diundur suara satu pecan. Itu pun karena adanya keterlambatan atas datangnya perlengkapan pemungutan suara. Tetapi tidak seperti pada pemungutan suara yang berjalan lancer, tahap penghitungan suara dan pembagian kursi pada pemilu kali ini sempat menghadapi

177 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Loc. Cit. hambatan. Pada tahap perhitungan suara, 27 partai politik menolak menandatangani berita acara perhitungan suara dengan dalih pemilu belum jurdil (jujur dan adil). Sikap penolakan tersebut ditunjukan dalam sebuah rapat pleno KPU. Ke-27 partai tersebut adalah sebagai berikut: Partai Keadilan, PNU, PBI, PDI, Masyumi, PNI Supeni, Krisna, Partai KAMI, PKD, PAY, Partai MKGR, PIB, Partai SUNI, PNBI, PUDI, PBN, PKM, PND, PADI, PRD, PPI, Murba, SPSI, PUMI, PSP, PARI.178

Tabel. c. Pemenang 10 Besar Hasil Pemilu Tahun 1999 No. Nama Partai Suara DPR Kursi Tanpa Kursi Dengan Pemilu 1999 (Stembus Accord) (Stembus Accord) 1 PDIP 35.689.073 153 154 2 Partai Golkar 23.741.749 120 120 3 PPP 11.329.905 58 59 4 PKB 13.336.982 51 51 5 PAN 7.528.956 34 35 6 PBB 2.046.708 13 13 7 Partai Keadilan 1.436.565 7 6 8 PKP 1.065.686 4 6 9 PNU 679.179 5 3 10 PDKB 550.846 5 3 Jumlah 97.405.652 450 450 Sumber: Website KPU Nasioanal179

Catatan: Ada lima partai politik dan Pemilu 1999 yang lolos threshold, yakni: PDI-P meraih 35.689.073 suara (33,74%) dan memperoleh 153 kursi DPR. Golkar 23.741.758 suara (22,44%) meraih 120 kursi DPR, tetapi jumlah kursi

178 Komisi Pemilihan Umum. Pemilu 1999. Loc.Cit 179 Ibid. menurun dibanding hasil pemilu 1997 yang meraih 205 kursi DPR. PKB meraih 13.336.982. suara (12,61%) atau 51 kursi DPR. PPP memperoleh 11.329.905 suara (10,71%) atau 58 kursi DPR kehilangan 31 kursi dibanding pemilu 1997 yang meraih 89 kursi DPR. PAN meraih 7.528.956 suara (7,12%) memperoleh 34 kursi. Dan, ada 27 partai politik tidak menandatangani hasil Pemilu 1999, yakni partai keadilan(PK), PNU, PBI, PDI, Masyumi, PNI Supeni, Krisna, Partai KAMI, PKD, PAY, Partai MKGR, PIB, Partai SUNI, PNBI, PUDI, PBN, PKM, PND, PADI, PRD, PPI, Partai Murba, SPSI, PUMI, PARI, dan PSP.180

Sesudah pemilu ataupun setelah reformasi, di mana tercipta sistem politik multipartai, baru NU mendapatkan kursi di kabinet, itupun setelah menunggu lebih dari 30 tahun distigma sebagai tidak terpelajar dan tidak mampu serta didiskriminasi sebagai kaum tradisional yang tidak mengikuti perkembangan. Perkembanagan politik yang spektakuler mengantar kader NU Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI tahun 1999 kemudian disusul kader yang lain seperti Hamzah Haz menjadi wakil presiden.181

Sedangkan untuk di kementerian tokoh/ kader yang mempunyai jabatan setelah pemilu 1999 dalam Kabinet Persatuan Nasional yaitu, pertama, Alwi Abdurrahman shihab sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia ke 14, masa jabatan tahun 1999- 2001. Kedua, Mohammad mahfud sebagai Menteri Pertahan Indonesia ke 22, masa jabatan tahun 2000- 2001 dan Menteri Kehakiman tahun 2001- 2001. Ketiga, Khofifah Indar Parawansa sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ke 5, masa jabatan 1999- 2001. Sedangkan di Kabinet Gotong Royong yaitu, Matori Abdul Djalil sebagai Menteri Pertahanan Indonesia ke 23, masa jabatan tahun 2001- 2004. Dan masih banyak lagi

180 Rumah Pemilu. Hasil Pemilu 1999. Diakses melalui: www.rumahpemilu.com/public/doc/2013_02_25_11_42_48_Hasil%20Pemilu%20Tahun%201999.pdf hasil pemilu 1999 pada 24 April 2017. Pukul: 02:43 WIB 181 NU online. 2009. Loc. Cit. tokoh/kader NU yang mempunyai jabatan setelah pemilu tahun 1999 baik di Kementerian, DPR, dan lembaga- lembaga lainnya.182

182 Partai Kebangkitan Bangsa. Kader Terkenal Pemimpin Lembaga Negara. Diakses melalui: http://portal- geografi.um-bengkulu.web.id/id3/2768-2653/Pkb_29136_umb_portal-geografi-um-bengkulu.html pada 02 Mei 2017. Pukul: 14: 01 WIB BAB III

ANALISIS PERAN NAHDLATUL ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK ISLAM DI INDONESIA PADA AWAL REFORMASI

A. Kiprah NU Pada Pemilu Tahun 1999

Seiring dengan kejatuhan Orba, umat Islam memanfaatkan momentum euforia reformasi untuk menyusun kembali format perjuangan penegakan syariat Islam di jalur politik. Diantaranya mencuatnya kembali cita- cita menjadikan Islam sebagai landasan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hal ini di mungkinkan karena asas tunggal yang diterapkan soeharto resmi di cabut dan masyarakat berhak membuat partai- partai sesuai ideologi mereka. Keadaan ini dimanfaatkan oleh ummat Islam dengan mendirikan partai- partai Islam dengan berbagai orientasi, visi, dan misi perjuangannya.183

Sulit membayangkan betapa sebuah rezim yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dasawarsa dan didukung oleh kekuatan militer serta segala infrastrukturnya ternyata tumbang di tangan gerakan rakyat yang dimotori oleh mahasiswa (people’s power), tetapi inilah kenyataannya yang dialami Orba. Soeharto akhirnya jatuh dari kekuasaannya. Namun demikian, sebenarnya banyak indikasi yang memperlihatkan betapa rezim ini sangat rapuh dan hanya dapat berdiri dengan kekuatan yang totaliter dan otoriter. Prestasi yang diklaim Orba sebagai kemajuan pusat, terutama di bidang ekonomi, hanyalah menciptakan jurang pemisah dan kesenjangan sosial. Rakyat kecil mengalami perlakuan diskriminatif dari penguasa. Belum lagi sistem politik dan hukum yang diciptakan rezim orba yang jelas- jelas sangat sentralistis dan tidak mencerminkan rasa keadilan. Maka pada tanggal 21 Mei 1998 tumbanglah rezim Orba (Pemerintahan Soeharto).184

183 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 303 184 Ibid. Situasi sosial politik nasional pasca turunya soeharto dari kursi kepresidenan, memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan konstelasi politik di tanah air. Perubahan tidak saja terjadi di tingkat institusi politik (Parpol dan Parlemen) sebagai elemen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sistem kepartaian terbatas yang semula hanya ada ( Golkar, PPP dan PDIP) juga mengalami perubahan menjadi sistem multi partai. Institusi birokrasi selaku eksekutor pemerintahan tidak luput dari perubahan, karena adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi yang berbasis pada Otonomi Daerah.185

Momentum perubahan lokus politik nasional dari sentralistik dan otoriter ke desentralistik tersebut, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari krisis ekonomi indonesia yang tidak segera terselesaikan. Beban berat menghadapi krisis ekonomi membuat pemerintah semakin terpuruk. Perkembangan krisis bergerak searah jarum jam menjadi krisis multi dimensi. Kondisi ini menjadikan posisi pemerintah semakin kehilangan legitimasi dihadapan rakyatnya. Bersamaan dengan itu, kebobrokan birokrasi pemerintah menjadi fakta yang sulit dibantah. Belum lagi ditambah dengan kasus- kasus KKN, skandal mega proyek yang melibatkan pejabat negara mulai dari angka ratusan juta, milyaran sampai trilyunan sudah mulai terbongkar. Kebobrokan muka publik tersebut, membuat pemerintah kehilangan wibawa dan kekuatan. Pemerintah yang berada pada posisi kurang menguntungkan tersebut, membuat daya tawar masyarakat menjadi semakin meningkat seiring dengan bergulirnya isu global seperti demokratisasi, desentralisasi, HAM, gender dan isu lingkungan. Mengemukanya gerakan masyarakat berbasis lokal dengan memakai isu- isu global, membuat pemerintah tidak mempunyai pilihan lain kecuali memenuhi tuntutan perubahan yang dihendaki masyarakat.186

185 Khoiro Ummatin. Loc. Cit. Hal. 1 186 Ibid. Hal. 2 Sikap longgar pemerintah baik secara yuridis maupun politis, dalam proses selanjutnya benar- benar dimanfaatkan oleh kelompok- kelompok kepentingan untuk mendirikan partai politik sebagai repersentasi dari keinginan rakyat yang telah lama dikekang oleh rezim orde baru. Sebagai salah satu fakta politik yang turut ambil bagian dalam momentum perubahan adalah keberadaan organisasi NU dan Kiai Pesantren.187

Dengan mendirikan partai politik berarti NU telah melakukan penghianatan terhadap gerakan kembali ke khitthah 1926 yang sudah dilakukan sejak tahun 1984. Tapi menolak tuntutan warga NU merupakan pengingkaran terhadap realita yang ada. Akhirnya PBNU mempersilahkan warga NU mendirikan partai politik asalkan dilakukan secara konseptual dan melalui pertimbangan pertimbangan matang.188 Hal ini juga diperkuat oleh dengan adanya kekecewaan tokoh NU, kiai Ma‟ruf yang sudah melakukan negosiasi politik kepada Presiden B.J Habibie yang baru menggantikanl Soeharto, agar NU diajak berpartisipasi dalam pemerintahan. Dalam artian dimana pemerintah perlu mempertimbangkan agar kader NU masuk dalam kabinet. Alhasil kabinet yang di umumkan tidak ada menteri yang menjadi representasi politik NU.189 PBNU pun membentuk tim yang bertugas memfasilitasi keinginan besar warga NU itu. Pada Rapat Harian Syuriyah dan tanfidziyah PBNU 3 juni 1998, PBNU membentuk tim lima yang ditugaskan untuk memenuhi aspirasi aspirasi warga NU. Tim lima diketuai Dr. K.H. Ma‟ruf amin (Rais Syuriyah/ Kordinator Harian PBNU), dengan dibantu para anggota K.H. M. Darwan Anwar (Katib Aam PBNU), Dr. K.H. Said Agil Siraj, M.A (Wakil Katib PBNU), Ir. H.M. Rozy Munir, SE, MSc (Ketua PBNU), dan H. Ahmad Bagja (Sekjen PBNU).190Setelah melalui diskusi verifikasi pada tanggal 30 juni 1998, dan konsultasi dengan berbagai pihak, tim lima dan

187 Ibid. Hal. 3 188Hasil Wawancara Dengan Narasumber Ali Muktar Nasution selaku Anggota PWNU Sumatera Utara. Pada 31 Mei 2017. Pukul: 15:00 WIB. 189 Tabloid Suara Islam.2013. loc. Cit. 190Asmawi. 1999. Loc. Cit. Hal. 24 tim asistensi menyerahkan hasil akhir rancangannya kepada Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 22 juli 1998. Rapat tersebut telah menerima rancangan yang dipersiapkan tim lima dan tim asistensi untuk diserahkan kepada pengurus partai politik yang baru dengan dokumen historis dan aturan mainnya.191

Akhirnya partai politik yang diharapkan dapat menampung aspirasi warga NU pada khusunya, dan bangsa Indonesia pada Umumnya, yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa, pada 23 Juli 1998 , dideklarasikan di kediaman K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Cianjur, Jakarta selatan. Sesuai harapan warga NU dan bangsa Indonesia, Partai Kebangkitan Bangsa diharapkan dapat bersama komponen bangsa lainnya membangun masyarakat, bangsa sesuai dengan cita- cita para pendiri Republik ini. 192 Hal ini memperlihatkan betapa menonjolnya peran NU dalam perpolitikan negara. Dari masa perjuangan sampai masa sekarang (reformasi). Hal itu membuktikan bahwa NU adalah kekuatan yang sangat berpengaruh dipentas politik Indonesia. Dimana dalam segala perubahan situasi tetap mampu bertahan dan bahkan mewarnai jalan peta politik lokal mapun nasional.193

Dalam pengaitan teori dimana sesuai dengan teori kelompok kepentingan yang dikemukan oleh Gabriel A. Almond berpendapat bahwa kelompok kepentingan adalah semua organisasi yang berusa buat mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan waktu yang memiliki kehendak untuk bisa memperoleh jabatan. Dimana NU sendiri mempunyai kepentingan untuk mendirikan partai politik agar mempunyai wadah penyampaian aspirasi dan bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah.

191 Ibid. Hal. 26 192 Ibid. Hal. 27 193Untung dwarjio.Loc. Cit. Peran NU diawal Reformasi juga bisa dilihat dari tokoh NU, KH abdurrahman Wahid( Gus Dur) . Gus Dur dan NU saling melengkapi dan saling mempopulerkan. NU dengan dua faksi, politisi dan kiai, kini memiliki faksi cendekia yang dipresentasikan oleh Gus Dur, NU semakin mantap sebagai organisasi yang memiliki tiga prinsip, kebangkitan intelktual, kebangkitan bangsa dan kebangkitan ekonomi rakyat. Kemantapan Gus Dur bersama dengan NU menempatkannya sebagai sosok terkenal tidak saja dalam hal kepedulian sosial dan bangsanya, juga sebgai figur tokoh politik yang sikapnya elastis- fleksibel dan sukar ditebak. Dalam ”Gus Dur” diantara keberhasilan dan kenestapaan juga ditekankan bahwa khittah 1926 diharapkan NU bersikap lentur, tidak terlampau bervisi ndeso, namun tidak berorientasi kekuasaan melulu. Identitas Gus Dur yang seolah unik itu merupakan sikap kepemimpinan luhur yang mewarnai sikap politiknya dalam peryataan- pernyataan dan langkah- langkah dalam proses membangun indonesia baru ditengah gelombang reformasi yang penuh dengan problematika yang sukar terselesaikan terutama dalam reformasi politik, reformasi ekonomi dan reformasi hukum.194

Maka, ketika Gus Dur menyebutkan Partai kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai satu- satunya partai resmi NU, Umat nahdliyin pun manut. Partai- partai lain juga memasang lebel NU- Partai SUNI, Partai Kebangkitan Umat, Partai Nahdatul Ummat- tak banyak dilirik. Hasilnya dikantong- kantong NU, PKB-lah yang berjaya dalam pemilu lalu. Bahkan di daerah seperti Gresik, Pasuruan, Probolinggo, Jember,Situbondo,Bandowoso, dan Bayuwangi- wilayah yang biasa disebut kawasan ”tapal kuda”- PKB berjaya. PKB pun bisa menekuksang Banteng Hitam PDI- Perjuangan.195

Peran NU pada pemilu tahun 1999 bertujuan untuk memenangkan PKB yang merupakan partai yang didirikan NU ataupun sebagai alat politik NU. NU

194Soedjono dirdjosisworo. 1999. Loc. Cit. Hal. V 195 Ibid. Hal. 11 yang mempunyai basis massa terbesar di Indonesia ataupun seperempat dari penduduk indonesia memanfaatkan posisi tersebut guna memenangkan PKB. Dimana NU mengkampanyekan PKB melalui pondok pesanstren yang paling utama, karena pondok pesantren Rata-rata bermassa NU. Selain itu NU juga memanfaatkan peran tokoh (Vote Getter) untuk memenangkan PKB, karena peran tokoh dianggap sangat berpengaruh dalam pemenangan pemilihan umum. Tokoh tersebut adalah seperti Abdurrahman Wahid yang merupakan cucu dari pendiri NU( KH. Hasyim Asy‟ari). Sosok Abdurahman Wahid atau Gus Dur tak terlepas dari perkembangan Nahdlatul Ulama. Ia Menjabat selama tiga periode berturut-turut dalam pucuk kepemimpinan di PBNU, pemikiran Gus Dur juga banyak memberikan corak bagi perkembangan NU berikutnya. Ia disebut-sebut sebagai seseorang yang memadukan pemikiran tradisional dan kontemporer. Sedangkang tokoh berikutnya adalah KH. Moh. Ilyas Ruhiat yang dianggap masyrakat NU dan pesantren sebagai sosok resi (Orang Suci), karena beliau salah satu tokoh NU yang menyelesaikan konflik elit NU.

Pemilihan Umum Tahun 1999 merupakan pemilu pertama pasca mundurnya Presiden Suharto dari tampuk kekuasaan.Habibie, selaku pengganti Suharto, melaksanakan pemilu tiga tahun lebih cepat dari waktu yang seharusnya dijadwalkan, yaitu tahun 2002. Percepatan pemilu ini adalah hasil tekanan rakyat pada pemerintahan Habibie karena ia dipandang tidak memiliki legitimasi untuk memegang tampuk kekuasaan. Presiden Habibie dianggap publik sebagai bagian dari Orde Baru yang mestinya turut dilengserkan. Karenanya, hakekat pemilu 1999 pada dasarnya untuk membentuk legitimasi baru atas siapapun yang akan menjadi Presiden pasca mundurnya Suharto. Pemilu 1999 sering disebut sebagai pemilu transisi untuk masuk format politik yang lebih demokratis. Pemilu menjadi semacam simpang jalan: apakah proses politik itu terus setia pada jalur demokratisasi, berbelok jalan, atau bahkan berbalik arah sama sekali. Pemilu tahun 1999 diselenggarakkan dalam waktu yang sangat singkat, yaitu kurang dari 5 bulan. KPU selaku penyelenggara pemilu dalam waktu yang singkat telah berhasil merumuskan lebih dari 136 peraturan dan keputusan tentang tata cara pemilu. Tidak hanya itu, KPU juga berhasil merencanakan dan menyelenggarakan pemilu secara relatif lebih lancar seperti yang diperintahkan Undang-undang.196

Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara pada Pemilu 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni tanggal 7 Juni 1999 untuk memilih 462 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia. Tidak seperti yang diprediksikan dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 bisa terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti. Pemilihan umum yang diikuti oleh 48 Partai politik, yang mencakup hampir semua spektrum arah politik (kecuali komunisme yang dilarang Indonesia).Penentuan kursi dilakukan secara proporsional berdasarkan persentase suara nasional. Sebagai pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau 33,74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44 persen sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan 13.336.982 suara atau 12,61 persen, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau 10,71 persen, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih 7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi.197 Ke lima Partai Politik tersebut merupakan lima besar pemenang pada Pemilihan Umum 1999.

Hasil suara PKB didominasi dari wilayah paling timur dari Jawa Timur, seperti Situbondo, Bondowoso dan Sumenep, dengan perolehan suara 33,5 %. Jumlah penduduk Jawa Timur tahun 1999 diperkirakan 34 juta jiwa dan

196Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pemilihan Umum Tahun 1999. Loc. Cit. 197Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pemilu 1999. Loc. Cit. diperkirakan mempunyai DPT diatas 50 % dari jumlah penduduk.198 Kemenagan PKB tidak lain karena banyak pemilih dari nahdliyin memilih PKB tersebut. Dimana Jawa timur merupakan basis terkuat NU ataupun bisa dikatakan sebagai pusat NU, karena NU dibentuk di jawa timur dan merupakan daerah basis NU terbanyak. Kemenagan PKB di Jawa Timur juga tidak terlepas dari peran tokoh NU yang mengkampanyekan PKB melalui pesantren- pesantren.

Dengan keluarnya hasil pemilu tahun 1999, NU merasa cukup puas karena partai yang mereka dirikan mendapat posisi atapun urutan ke empat dalam pemilu. Bagi NU sendiri yang baru mendirikan Partai Politik merasa bahwa masyarakat yakin terhadap kiai- kiai ataupun tokoh- tokoh NU sehingga memilih partai politik yang didirikan oleh NU tersebut.199

Misi ataupun tujuan NU pada Pemilu tahun 1999 mempunyai beberapa tujuan diantaranya; pertama, NU berkeinginan untuk memenangkan partai yang didirikannya yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kedua, NU menginginkan pemimpin Negara itu dari NU sendiri, walaupun tidak dari NU sendiri setidaknya mempunyai sifat pemimpin yang berjiwa Islami, dan mengayomi seluruh agama, suku, ras dan budaya yang ada diseluruh Indonesia tanpa membeda- bedakan.200

Misi NU tersebut tidak terlepas dari tujuan ingin memperkuatnya peran politik NU di negeri ini yang merupakan massa terbanyak di negeri ini. Dengan kuatnya peran politik NU di negeri ini artinya memberikan peluang ataupun keleluasaan bagi warga NU dalam menjalankan kehidupan berbangsa, serta aspirasi- aspirasi mereka mudah tersampaikan jika pemimpin negeri ini berasal dari NU itu sendiri.

198 Liputan 6. Kisah Sukses Parpol Baru Di Pemilu 1999. Diakses melalui: http://news.liputan6.com/read/75500/kisah-sukses-parpol-baru-di-pemilu-1999 pada 19 juli 2017. Pukul: 13:34 WIB. 199 Hasil Wawancara Dengan Narasumber Zulkarnaen Selaku Sekretaris Pengurus Cabang NU Kota Medan. Pada 29 Mei 2017. Pukul: 09:00 WIB. 200 Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mhd. Hatta Siregar Selaku Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara. Pada 29 Mei 2017. Pukul 15:30 WIB. B. Peran NU Pada Pemilihah Presiden Tahun 1999

Munculnya Gus Dur menjadi calon Presiden yang diprakarsai oleh Amien Rais dengan menampilkan kendaraan politik bernama poros tengah (Partai Amanat Nasional) dan juga partai- partai Islam yang berbasis NU ditambah dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 201 Pencalonan Gus dur dianggap sebagai jalan tengah yang bisa menyelamatkan perpecahan pada masa itu ataupun sebagai pemersatu bangsa. Sehingga hampir semua elemen dari partai- partai Islam, Poros tengah dan PKB mendukung Gus Dur untuk mencalonkan diri sebagai Presiden.

Peran NU dalam pemilihan presiden tahun 1999 bertujuan untuk memenangkan Gus Dur menjadi Presiden yang juga merupakan tokoh besar NU. NU yang mempunyai alat politiknya yaitu PKB membuat koalisi dengan partai- partai Islam dan juga poros tengah agar memenangkan Gus Dur menjadi Presiden. Kemauan dari partai- partai Islam berkoalisi dengan PKB dikarenakan adanya kader- kader NU/ tokoh NU didalam tubuh partai- partai Islam tersebut. Sehingga NU lebih mudah memainkan lobi- lobi politiknya agar seluruh partai Islam mendukung Gus Dur sebagai presiden.

NU juga memainkan peran politiknya yaitu mengintruksikan semua kader NU yang ada di parlemen ataupun di partai- partai selain PKB agar memilih Gus Dur menjadi Presiden. Karena Gus Dur lah yang dianggap bisa menyelesaikan segala bentuk permasalah dan dianggap sebagai orang yang bisa mempersatu bangsa.202

Maka setelah diadakannya pemilihan Presiden/ Sidang Istimewa oleh MPR pada tanggal 20 Oktober 1999, MPR sepakat mendudukkan Abdurrahman Wahid yang saat itu memimpin partai kebangkitan bangsa dan juga tokoh NU

201 Soedjono dirdjosisworo. 1999. Loc. Cit. Hal. 23 202 Hasil Wawancara Via Telpon dengan Mhd. Hatta Siregar selaku Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara. Pada 19 Juli 2017. Pukul: 15:56 WIB. sebagai presiden. Dimana koalisi yang dilakukan PKB dengan poros tengah dan juga partai- partai Islam yang berbasis NU diparlemen membuat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menang menjadi presiden. Persentase hasil suara diparlemen yaitu Abdurrahman Wahid mendapat suara 373 (54,37%) sedangkan Megawati mendapat suara 313 (45,63%) dari total suara 691 dan 5 termasuk suara tidak sah. Keberhasilan PKB dengan poros tengah dan juga partai- partai Islam yang berbasis NU mengantarkan Abdurrahman Wahid menjadi presiden dapat dipandang sebagai kemenangan politik Islam atas kelompok Nasionalis sekuler pada saat itu.

Dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden yang menupakan tokoh yang besar di NU tentu secara tidak langsung memberikan kekuatan politik yang sangat besar pada NU di Awal Reformasi. Dimana Tokoh NU menjadi Presiden merupakan cita- cita besar NU, agar NU tidak terpinggirkan lagi di negeri ini, karena kalau pemimpin yang berkuasa di negeri ini pada masa itu merupakan tokoh yang lahir dan dibesarkan di NU, tentu akan memberikan kekuatan politik tersendiri terhadap NU tersebut.203

C. Peran NU Pada Pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid jadi Presiden, peran NU di kabinet ataupun di pemerintahan sudah ikut berpartisi- pasi ataupun memberikan kontribusi politiknya di negeri ini. Terlihat dari adanya tokoh/ kader NU yang mempunyai jabatan setelah pemilu 1999 dalam Kabinet Persatuan Nasional yaitu, pertama, Alwi Abdurrahman shihab sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia ke 14, masa jabatan tahun 1999- 2001. Kedua, Mohammad mahfud sebagai Menteri Pertahan Indonesia ke 22, masa jabatan tahun 2000- 2001 dan Menteri Kehakiman tahun 2001- 2001. Ketiga, Khofifah Indar Parawansa sebagai Menteri

203 Hasil Wawancara Dengan Narasumber Sori Monang selaku Ketua Lembaga Dakwah PWNU Sumatera Utara. Pada 14 Juni 2017. Pukul: 12:00 WIB. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ke 5, masa jabatan 1999- 2001. Sedangkan di Kabinet Gotong Royong yaitu, Matori Abdul Djalil sebagai Menteri Pertahanan Indonesia ke 23, masa jabatan tahun 2001- 2004.204

Dalam pengaitannya dengan teori dimana sesuai dengan teori kekuasaan yang dikemukaan oleh Samsul Wahidin dalam bagian kekuasaan balas jasa (reward power) yaitu kekuasaan yang bersumber dari sejumlah balas jasa yang bersifat positif (uang perlindungan, perkembangan karir, janji positif dan sebagainya) yang diberikan kepada pihak penerima guna melaksanakan perintah atau persyaratan lain. Dimana seperti yang dijelaskan diatas dengan adanya kekuasaan yang dimiliki oleh tokoh NU maka dia dapat memberikan kekuasaan terhadap orang –orang yang mendukungnya ataupun dengan istilah balas jasa.

Maka dengan adanya kekuasaan yang dimiliki NU baik dipemerintahan maupun di parlemen memberikan kekuatan politik tersediri bagi NU dalam mempengaruhi proses perbuatan dan perumusan keputusan- keputusan politik yang menyangkut masyarakat umum.

Keadaan seperti ini dimanfaatkan baik oleh NU guna mendapatkan tujuan- tujuan dari nahdliyin. PKB yang merupakan bentukan dari warga NU menjadi alat NU di dalam berpolitik pada masa awal reformasi. Karena PKB adalah bagian independen dari NU yang bertugas di bidang politik. Berbicara soal PKB tidak mungkin terlepas dari menyebut NU. Sikap-sikap politik praktis PKB tidak bisa dilakukan sendiri karena misi politiknya atas sikap NU.205

Adapun peran NU pada masa pemerintahan Abdurrahman wahid yaitu mempengaruhi landasan berpikir kepemimpinan Abdurrahman wahid dengan memasukkan konsep bernegara sesuai dengan norma dan etik yang ada di dalam

204 Partai Kebangkitan Bangsa. Loc. Cit. 205 Hasil Wawancara Dengan Narasumber Zulkarnaen. Op. Cit. organisasi NU, seperti menjalankan norma Al- Mushawah (Persamaan), Al‟- Adalah (keadilan), dan Syura‟ (demokrasi). Kemudian NU juga lebih leluasa dalam menjalankan program keagamaan seperti dakwah, selain itu NU juga mendapat dukungan dari Pemerintahan Abdurrahman Wahid untuk memajukan seluruh pesantren yang ada di seluruh Indonesia.

Namun kebanggaan mempunyai Presiden dari kader NU sendiri dan baru memuncaknya kekuatan politik NU mendapat goyangan dengan adanya tekanan- tekanan dari koalisi poros tengah untuk menurunkan Gus Dur dari kursi ke Presidenan.

Pada Januari 2001, DPR memberi memorandum pertama kepada presiden Wahid dalam kaitan dengan skandal Bulog dan Brunei, namun hal ini dijawab oleh Wahid dengan memasang kuda-kuda hendak mengeluarkan dekrit Presiden. Ia akan membubarkan DPR dan menyiapkan pemilu baru. Pada 30 April 2001, DPR pun mengeluarkan memorandum kedua. Wahid Punya waktu satu bulan untuk menjawab memorandum ini.206

Memorandum kedua ini dijawab oleh pendukung Presiden Wahid dengan mengembangkan wacana bughat (pembangkangan terhadap kepala negara) dan menggalangkan kekuatan untuk membela Wahid. Ulama-ulama NU mengeluarkan fatwa bahwa memorandum ini merupakan bentuk pembangkangan terhadap kepala Negara yang sah dan darah mereka halal. Banyak suara yang mengkritik fatwa tersebut dan menganggapnya “salah alamat” karena tidak sejalan dengan konstitusi Negara kita, namun suara-suara demikian seakan tidak digubris. Seiring dengan kontroversi fatwa bughat tersebut, di Jawa Timur para pendukung fanatik Presiden Wahid berlomba-lmba mendaftarkan diri untuk siap mati “syahid” berjihad membela kiai mereka. Tercatat sudah tujuh belas ribu orang

206 Ibid. “pasukan berani mati NU” yang menyatakan kesiapan mereka untuk dikerahkan menjadi tameng Presiden Wahid sewaktu-waktu diperlukan.207

Pada Tanggal 23 Juli 2001, Wahid benar-benar mengeluarkan dekrit yang isinya membubarkan DPR dan MPR, mengembalikan kedaulatan rakyat dan membentuk Komisi Pemilihan Umum untuk mempersiapkan pemilu dalam waktu satu tahun dan menyelamatkan gerakan reformasi total dan fraksi Orde Baru dengan cara membubarkan Golkar, pada tanggal itu juga, pukul 08.00 wib Amien Rais membuka Sidang Istimewa MPR dengan agenda pemungutan suara apakah menerima atau menolak dekret. Dari sebanyak 601 orang anggota yang hadir, 599 diantaranya menolak dekret. Hari itu juga berakhir jabatan Wahid sebagai presiden RI dan naiklah Megawati sebagai penggantinya. Ia harus meninggalkan Istana dengan mengenakan sandal dan celana pendek selutut, akhirnya presiden Wahid keluar dari Istana Negara dan langsung terbang ke Amerika Serikat.208 Alasan Wahid keluar pakai celana pendek selutut dari Istana Negara adalah biar yang lengser itu adalah Wahid bukan Presiden. Karena tanpa memakai seragam Presiden wahid hanyalah masyarakat biasa.209

207 Ibid. Hal. 320 208 Ibid. Hal. 321 209 Hasil Wawancara Dengan Nur Huda Daulay selaku Masyarakat NU Sumatera Utara. Pada 3 juni 2017. Pukul: 17:00 WIB. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

1. Nahdlatul Ulama mendirikan partai politik yang diharapkan dapat menampung aspirasi warga NU pada khusunya, dan bangsa Indonesia pada Umumnya, yang diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa, pada 23 Juli 1998 , dideklarasikan di kediaman K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Cianjur, Jakarta selatan. Sesuai harapan warga NU dan bangsa Indonesia, Partai Kebangkitan Bangsa diharapkan dapat bersama komponen bangsa lainnya membangun masyarakat, bangsa sesuai dengan cita- cita para pendiri Republik ini. Dengan diadakannya pemilu pada tahun 1999, partai politik yang didirikan oleh NU ikut dalam pemilu dan berhasil mendapat posisi ke 4 (empat). Hasil yang seperti itu membuat NU cukup puas karena partai yang baru didirikan mendapat posisi yang baik. Dimana NU mengartikan bahwa masyarakat Indonesia yakin terhadap kiai ataupun tokoh NU. Kemenagna PKB tidak terlepas dari tokoh- tokoh NU yang mengkampanyekan PKB melalui pondok pesantren.

2. Peran NU diawal Reformasi juga bisa dilihat dari tokoh NU, KH abdurrahman Wahid( Gus Dur) . Gus Dur dan NU saling melengkapi dan saling mempopulerkan. NU dengan dua faksi, politisi dan kiai, kini memiliki faksi cendekia yang dipresentasikan oleh Gus Dur, NU semakin mantap sebagai organisasi yang memiliki tiga prinsip, kebangkitan intelktual, kebangkitan bangsa dan kebangkitan ekonomi rakyat. Kemantapan Gus Dur bersama dengan NU menempatkannya sebagai sosok terkenal tidak saja dalam hal kepedulian sosial dan bangsanya, juga sebagai figur tokoh politik yang sikapnya elastis- fleksibel dan sukar ditebak. Dalam ”Gus Dur” diantara keberhasilan dan kenestapaan juga ditekankan bahwa khittah 1926 diharapkan NU bersikap lentur, tidak terlampau bervisi ndeso, namun tidak berorientasi kekuasaan melulu. Identitas Gus Dur yang seolah unik itu merupakan sikap kepemimpinan luhur yang mewarnai sikap politiknya dalam peryataan- pernyataan dan langkah- langkah dalam proses membangun indonesia baru ditengah gelombang reformasi yang penuh dengan problematika yang sukar terselesaikan terutama dalam reformasi politik, reformasi ekonomi dan reformasi hukum.

3. Memuncaknya kekuatan politik NU di awal reformasi ketika Munculnya Gus Dur menjadi calon Presiden yang diprakarsai oleh Amien Rais dengan menampilkan kendaraan politik bernama poros tengah, yang terdiri dari partai- partai Islam ditambah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebelum Amien Rais mempelopori Abdurrahman Wahid(Gus Dur) untuk mencalon Presiden, Amien Rais hanya berbasa basi mengusulkan gusdur sebagai calon presiden. Dimana Amien Rais meyakini bahwa Gus Dur akan menolak usulannya itu karena kondisi Gusdur yang tidak memungkinkan untuk di calonkan termasuk kondisi fisik. Namun gusdur menyambut hangat usulan Amien Rais tersebut dan bersedia sebagai calon presiden. Amien Rais pada saat itu yang juga punya niatan menjadi calon presiden akhirnya mengurung niatnya karena takut dibilang memakan ludah sendiri. Gus dur punya wawasan serta kepekaan politik yang bagus, diterima oleh banyak pihak, termasuk TNI. Gus Dur akhirnya memastikan dirinya akan maju sebagai calon Presiden. Ketegasan itu disampaikan oleh ketua umum PBNU kepada pers, selasa 24 agustus 1999. Untuk memenangkan gusdur jadi presiden NU memainkan peran politiknya yaitu mengintruksikan semua kader NU yang ada di parlemen ataupun di partai- partai selain PKB agar memilih Gus Dur menjadi Presiden. Karena Gus Dur lah yang dianggap bisa menyelesaikan segala bentuk permasalah dan dianggap sebagai orang yang bisa mempersatu bangsa. 4. Selasai Pemilu tahun 1999, PDI- Perjuangan merupakan pemenang pemilu namun PDI- Perjuangan gagal menempatkan ketua umumnya Megawati Soekarnoputri di kursi Presiden karena kalah lobi di Majelis Permusyawaratan Rakyat yang saat itu berwenang memilih presiden. MPR dalam sidang Istimewa Oktober 1999 sepakat mendudukan Abdurrahman Wahid yang saat itu memimpin partai kebangkitan bangsa sebagai presiden. Dimana koalisi yang dilakukan partai berbasis NU atapun partai Islam dengan Partai poros tengah diparlemen membuat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menang menjadi presiden.

5. Setelah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden yang menupakan tokoh yang besar di NU tentu secara tidak langsung memberikan kekuatan politik yang sangat besar pada NU di Awal Reformasi. Dimana Tokoh NU menjadi Presiden merupakan cita- cita besar NU, agar NU tidak terpinggirkan lagi di negeri ini, karena kalau pemimpin yang berkuasa di negeri ini pada masa itu merupakan tokoh yang lahir dan dibesarkan di NU, tentu akan memberikan kekuatan politik tersendiri terhadap NU tersebut. NU mempengaruhi landasan berpikir kepemimpinan Abdurrahman wahid dengan memasukkan konsep bernegara sesuai dengan norma dan etik yang ada di dalam organisasi NU, seperti menjalankan norma Al- Mushawah (Persamaan), Al‟- Adalah (keadilan), dan Syura‟ (demokrasi). Kemudian NU juga lebih leluasa dalam menjalankan program keagamaan seperti dakwah, selain itu NU juga mendapat dukungan dari Pemerintahan Abdurrahman Wahid untuk memajukan seluruh pesantren yang ada di seluruh Indonesia.

6. Banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh Gus Dur menurut DPR/MPR memicu konflik antara anak- anak bangsa. Maka pada tanggal 23 Juli 2001, Wahid mengeluarkan dekret yang isinya membubarkan DPR dan MPR, mengembalikan kedaulatan rakyat dan membentuk Komisi Pemilihan Umum untuk mempersiapkan pemilu dalam waktu satu tahun dan menyelamatkan gerakan reformasi total dan fraksi Orde Baru dengan cara membubarkan Golkar, pada tanggal itu juga, pukul 08.00 wib Amien Rais membuka Sidang Istimewa MPR dengan agenda pemungutan suara apakah menerima atau menolak dekret. Dari sebanyak 601 orang anggota yang hadir, 599 diantaranya menolak dekret. Hari itu juga berakhir jabatan Gus Dur sebagai presiden RI dan naiklah Megawati sebagai penggantinya. Ia harus meninggalkan Istana dengan mengenakan sandal dan celana pendek selutut, akhirnya presiden Wahid keluar dari Istana Negara dan langsung terbang ke Amerika Serikat.

B. Saran 1. Diharapkan agar NU memegang teguh pada pendiriannya dalam berperan aktif dalam perpolitikan Indonesia, dikarenakan pada tahun 1926 NU mempunyai pedoman khittah yang artinya tidak boleh berpolitik, tetapi pada tahun 1952 NU masuk ke politik praktis dengan membentuk partai politik. Kemudian di tahun 1984 mereka kembali ke khittah 1926 disebabkan NU sudah terlalu jauh pada pedoman khittah 1926. Sedangkan ditahun 1998 NU kembali membentuk partai politik sebagai alat politik mereka. Apabila NU mau berperan aktif dalam politik maka dia harus bertegang teguh dengan ideologi – ideologi ke Islaman.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Cetak Ali Masykur Musa. 2010. Pemikiran dan Sikap Politik Gus Dur. Jakarta: Erlangga.

Amir Husein Nasution dan Muhammad Iqbal. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Andrews, Mohtar Mas‟oed dan Colin Mac. 2001. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Asmawi.1999. Pkb Jendela Politik Gus Dur. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Anam, Choirul. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Surabaya: PT: Duta Aksara Mulia.

Budiardjo, Miriam. 2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Burhan Bungin. 2007. Penelitian kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PT. Kencana.

Burhan Bunguin. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bisri, Cik Hasan & Eva Rufaidah. 2002. Model peneltian agama dan dinamika sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.

Dirdjosisworo, Soedjono. 1999. Aspirasi dan Sikap Politik Gus Dur ditengah Reformasi Menuju Indonesia Baru. Bandung: Mandar Maju.

Effendi, Bahtiar.2001.Teologi Baru Politik Islam: Peraturan Agama, Negara, dan Demokrasi. Yogyakrta: Galang press.

Ghofur, abdul. 2002. Demokratisasi dan Prosfek Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta : Walisongo press.

Inu kencana syafiie. 20. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Ida, Laode. 1996. Anatomi Konflik: NU, Elit Islam dan Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Ummatin, Khoiro. 2002. Perilaku Politik Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Utsman, A. Hafizh.2010. Hasil- hasil Keputusan Muktamar dan Permusyawaratan lainnya. Jakarta pusat: Lajnah Taklif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Moh. Nur Huda, Miftahul Huda Mahzum. 2009. Kamus Pintar NU. Jakarta: Lembaga Pers dan Penerbitan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.

Ali Masykur Musa. 2010. Pemikiran dan Sikap Politik Gus Dur. Jakarta: Erlangga

Lili Romli. 2006. Islam Yes, Partai Islam Yes: Sejarah Perkembangan Partai- Partai Islam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Muzadi, Abdul Muchith. 2006. Mengenal Nahdlatul Ulama. Surabaya: Khalista. Muzadi, Abdul Muchith. 2007. NU Dalam Perspektif: Sejarah dan Ajaran. Surabaya: Khalista.

Mun‟im DZ, Abdul. 2011. Piagam Perjuangan Kebangsaan. Jakarta: Setjen PBNU- NU Online.

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi penelitian bidang social. Yogyakarta: Gajahmada University press.

Prasetyo, Bambang dkk. 2005.Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rahman, A.H.I. 2007.Sistem politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pitaloka,Rieka Diah. 2004. Kekerasan Negara Menular Ke Masyarakat. Yogyakarta: Galang Press.

Ridwan. 2004. Paradigma Politik NU: Relasi Sunni- NU Dalam Pemikiran Politik. Purwokerto: STAIN Purwokerto Press.

Sahid, Komarudin. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sanit, Arbi. 2014. Sistem Politik Indonesia: kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sitepu, P. Antonius. 2012. Teori – Teori Politk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sinaga , Rudi Salam. 2013.Pengantar Ilmu politik. Yogayakarta: Graha Ilmu.

Sitompul, Einar Martahan.1989. NU dan Pancasila: Sejarah dan Peran NU dalam Perjuangan Umat Islam di Indonesia dalam Rangka Penerimaan pancasila sebagai Satu- satunya Asas. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Soon, Kang young. 2007. Antara Tradisi dan Konflik : Kepolitikan Nahdatul Ulama. Jakarta: penerbit Universitas Indonesia (UI- press).

Sugiyo. 2009. Metode penelitian kualitatif kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Syarbaini, Syahrial, A. Rahman dan Monang Djihaho. 2004. Sosiologi dan politik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wahidin, Samsul. 2007. Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dokumen Dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama 2015- 2020.

Wawancara Hasil Wawancara Dengan Narasumber Muhammad Iqbal selaku dosen Fiqh Siyasah, Fakultas Syariah, IAIN Sumatera Utara pada 25 februari 2016. Pukul: 13: 45 WIB.

Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mhd. Hatta Siregar selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatu Ulama Sumatera Utara.Pada 13 Maret 2017. Pukul: 11:00 WIB

Hasil Wawancara Dengan Narasumber Zulkarnaen Selaku Sekretaris Pengurus Cabang NU Kota Medan. Pada 29 Mei 2017. Pukul: 09:00 WIB.

Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mhd. Hatta Siregar Selaku Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara. Pada 29 Mei 2017. Pukul 15:30 WIB.

Hasil Wawancara Dengan Narasumber Muhammad Iqbal Selaku Dosen Fiqh Siyasah, Fakultas Syariah, IAIN Sumatera Utara pada 31 Mei 2017. Pukul: 15:00 WIB.

Hasil Wawancara Dengan Narasumber Ali Muktar Nasution selaku Anggota PWNU Sumatera Utara. Pada 2 Juni 2017. Pukul: 15:00 WIB.

Hasil Wawancara Dengan Nur Huda Daulay selaku Masyarakat NU Sumatera Utara. Pada 3 juni 2017. Pukul: 17:00 WIB.

Hasil Wawancara Dengan Narasumber Imron Hasibuan selaku Wakil Rais Syuriyah PWNU Sumatera Utara. Pada 9 Juni 2017. Pukul: 09:00 WIB.

Hasil Wawancara Dengan Narasumber Sori Monang selaku Ketua Lembaga Dakwah PWNU Sumatera Utara. Pada 14 Juni 2017. Pukul: 12:00 WIB.

Hasil Wawancara Via Telpon dengan Mhd. Hatta Siregar selaku Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara. Pada 19 Juli 2017. Pukul: 15:56 WIB. Jurnal Elektronik Fathurrohman danAsy‟ari, Ma‟had Aly Hasyim. 2012. “Aswaja NU dan Toleransi Umat Beragama”.JurnalReview Politik Vol. 02 No. 1 Juni 2012. http://jurnalpolitik.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpolitik/article/download/3/3 jurnal tentang nahdlatul ulama.Diakses pada 1 Maret 2017. Pukul: 16: 13 WIB.

Muhammad Mustaqim. 2015. Politik Kebangsaan Kaum Santri: Kiprah Politik NU. Addin, Vol 9. No. 2, Agustus 2015. Hal. 334. Diakses melalui: http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/download/618/631 pada 23 April 2017. Pukul: 01: 46 WIB

Shobacha, Nurul. 2012. Strategi Politik Nahdlatul Ulama di Era Orde Baru. Jurnal Riview Politik volume 01, Juni 2012. Diaksesmelalui:http://jurnalpolitik.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpolitik/article/do wnload/7/7 pada 9 maret 2017. Pukul: 01:04

Sitepu, P. Anthonius. 2004. Tranformasi Kekuatan- Kekuatan Politik.Jurnal Pemberdayaan Komunitas Vol. 03 N0. 3 september 2004. Hal. 164. Diakses melalui: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15663/1/pkm-sep2004- %20%288%29.pdf Pada 21 maret 2017. Pukul: 10: 38 WIB.

Internet A. Lestari. 2015. Biografi KH. Abdul Wahab Hasbullah. Hal 13. Diakses Melalui: http://repository.iainbanten.ac.id/129/5/BAB%202.pdf pada 22 April 2017. Pukul: 13:48 WIB.

Aru Wijayanto. 2013. Peran Nahdlatul Ulama Dalam Politik Praktis. Diakses melalui: http://aruwijayanto.blogspot.co.id/2013/02/peran-nahdlatul-ulama-dalam- politik.html pada 23 April 2017. Pukul: 01: 56 WIB

Biografiku.com. Biografi Kiai Hasyim Asy’ari- Pendiri Nahdlatul Ulama. Diakses melalui: http://www.biografiku.com/2012/10/biografi-kh-hasyim-ashari- pendiri.html pada 22 April 2017. Pukul: 14:05 WIB

Biografi.com. Biografi Mbah Kyai Kholil Bangkalan Madura. Diakses melalui: http://kajianon.blogspot.co.id/2016/09/biografi-mbah-kyai-kholil-bangkalan.html pada 22 April 2017. Pukul: 16:53 WIB

Didit Junaidi. 2017. Latar Belakang Berdirinya NU. Diakses melalui: http://latarbelakangberdirinyanu.blogspot.co.id/ pada 01 Mei 2017. Pukul: 14: 54 WIB

Duta Islam.com. 2017. Biografi Singkat KH. Hasyim Muzadi. Diakses melalui: http://www.dutaislam.com/2017/03/biografi-singkat-kh-hasyim-muzadi.html pada 23 April 2017. Pukul: 00: 36 WIB

Dwarjio, Untung.2015. Kontribusi NU dalam Bidang politik: perspektif pencaturan NU dalam Panggung Negara. Diakses melalui: http://refo76.blogspot.co.id/2015/08/konrtribusi-nu-dalam bidang-politik.html pada 8 maret 2017. Pukul: 14:15 WIB.

Eko Wicaksono. 2014. NU dan Sejarah Berdirinya. Diakses melalui: http://mikowicaksono.blogspot.co.id/2014/06/nu-dan-sejarah-berdirinya-disusun- untuk.html pada 1 Mei 2017. Pukul: 15: 29 WIB

Hairus Salim. 2014. Gus Dur dan Ikhwanul Muslimin. Diakses melalui: https://seputarnu.wordpress.com/ pada 8 Juni 2017. Pukul: 01:58 WIB.

Islamynews. 2015. Biografi KH. Sahal Mahfudz Ulama Kajen Pati. Diakses melalui: http://www.islamynews.com/2015/10/biografi-kh-sahal-mahfudz-ulama- kajen.html pada 22 April 2017. Pukul: 23:26 WIB

Kang Jaka. 2011. Biografi KH. M.A. Sahal Mahfudz. Santri Pegon. Diakses melalui: http://santripegon.blogspot.co.id/2011/08/biografi-kh-ma-sahal-mahfudz.html pada 22 April 2017. Pukul: 23:04 WIB

Kumpulan Biografi Ulama. Biografi Kiai Hasyim Asy’ari Pendiri NU Tebuireng Jombang. Diakses Melalui: https://kumpulanbiografiulama.wordpress.com/2013/05/28/biografi-kh-hasyim- asyari-pendiri-nu-tebuireng-jombang/ pada 22 April 2017. Pukul: 15: 04 WIB.

Lip D. Yahya. 2006. Ajengan Cipasung; Biografi KH. Moh. Ilyas Ruhiat. NU Online. Diakses melalui: http://www.nu.or.id/post/read/8077/ajengan-cipasung- biografi-kh-moh-ilyas-ruhiat pada 22 April 2017. Pukul: 22:34 WIB

Merdeka.com. Biografi hasyim Muzadi. Diakses melalui: https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hasyim-muzadi/ pada 23 April 2017. Pukul: 00:48 WIB

NU online. 2009. Kader NU Di Kabinet. Diakses melalui: http://www.nu.or.id/post/read/17941/kader-nu-di-kabinet pada 1 Mei 2017. Pukul: 18:50 WIB

Partai Kebangkitan Bangsa. Kader Terkenal Pemimpin Lembaga Negara. Diakses melalui: http://portal-geografi.um-bengkulu.web.id/id3/2768- 2653/Pkb_29136_umb_portal-geografi-um-bengkulu.html pada 02 Mei 2017. Pukul: 14: 01 WIB Rohman, .2016.Peran NU dari Masa Kemasa. Diakses melalui: https://islamaswajablog.wordpress.com/2016/07/12/peran-nu-dari-masa-ke-masa/ pada 8 maret 2017. Pukul: 15:24 WIB.

Rumah Pemilu. Hasil Pemilu 1999. Diakses melalui: www.rumahpemilu.com/public/doc/2013_02_25_11_42_48_Hasil%20Pemilu%2 0Tahun%201999.pdf hasil pemilu 1999 pada 24 April 2017. Pukul: 02:43 WIB

Tabloid Suara Islam.2013. Mengapa NU Akhirnya mendirikan Partai. Diakses melalui: http://www.suara-islam.com/read/index/6907/Mengapa-NU-Akhirnya- Mendirikan-Partai pada 9 maret 2017. Pukul: 02:50 WIB.

Amri, Arifin Bambani.2010. Rahasia Mega Jadi Wapres Dampingi Gus Dur. Diakses melalui: http://Politik.News.Viva.Co.Id/News/Read/120434-Rahasia- Mega-Jadi-Wapres-Dampingi-Gus-Dur diakses pada 7 februari 2017. Pukul: 03:48 WIB.

Akhyar, K.H Miftachul.2009.Khittah NU 1926: Sebuah Tafsir Pemehaman. Suara Nahdlatul Ulama. Diakses melalui: http://www.nu.or.id/post/read/18367/khittah-nu-1926-sebuah-tafsir-pemahaman pada 10 Maret 2016. Pukul: 22:58 WIB.

Cepot, Kopral. 2009. Kilas sejarah Seputar Pendirian NU. Diakses melalui: https://serbasejarah.wordpress.com/2009/05/31/kilas-sejarah- seputar-pendirian-nu/ pada 10 maret 2017. Pukul: 23:58 WIB

Islamaswajablog.2016. Peran NU Dari Masa Ke Masa. Diakses melalui: https://islamaswajablog.wordpress.com/2016/07/12/peran-nu- dari-masa-ke-masa/ Pada 21 Maret 2017. Pukul: 00:22 WIB.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pemilihan Umum Tahun 1999. DiaksesMelalui:http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/? box=detail&id=27&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&ac tivation_status= Pada 11 Maret 2017. Pukul: 00:59 WIB

Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pemilu 1999. Diakses Melalui: http://kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999 pada 11 Maret 2017. Pukul: 01:21

Kisah Sejarah Seputar Pendirian NU. 2009. dikutip dari buletin Nahdliyah yang diterbitkan PCNU Pasuruan edisi 1 dan 2 September dan Oktober 2006. Diakses melalui: https://serbasejarah.wordpress.com/2009/05/31/kilas-sejarah- seputar-pendirian-nu/ pada 16 April 2017. Pukul: 19:15 WIB

Liputan 6. Kisah Sukses Parpol Baru Di Pemilu 1999. Diakses melalui: http://news.liputan6.com/read/75500/kisah-sukses-parpol-baru-di-pemilu-1999 pada 19 juli 2017. Pukul: 13:34 WIB.

Khasiat Ilmu. 2015. Kekuatan- kekuatan Politik Indonesia Di Masa Pemerintahan Orde Reformasi. Diakses Melalui: http://khasiat-ilmu.blogspot.co.id/2015/10/kekuatan-kekuatan- politik-indonesia-di.html Pada 20 Maret 2017. Pukul: 22: 44 WIB.

Kamil, Hadi Napis. Skripsi tentang Militer dan Kekuatan Politik: Studi Tentang Kestabilan TNI Dalam Perpolitikan Nasional Era 1945-1998. Universitas Islma Negeri Syrarif Hidayahtullah, 2009, Jakarta. DiaksesMelalui:http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7541/1/ HADI%20NAFIS%20KAMIL-FUH.pdf pada 20 Maret 2017.Pukul 15:15 WIB.

Kumpulan Biografi Ulama. Biografi KH. Kholil Bangkalan Madura (Syaikhona Mbah Kholil). Diakses melalui: https://kumpulanbiografiulama.wordpress.com/2013/01/21/biografi-kh-kholil- bangkalan-madura-syaikhona-mbah-kholil/ pada 22 April 2017. Pukul: 16: 22 WIB U. Thoyyibah. 2016. Biografi KH. Hasyim Asy’ari dan Zakiyah Dardjat. Hal. 68. Diakses melalui: http://digilib.uinsby.ac.id/5588/6/Bab%203.pdf pada 22 April 2017. Pukul: 15:34 WIB

Ali, Zakia. 2016. Peran Nahdlatul Ulama Dari Masa ke Masa. Diakses melalui: http://zakaaswaja.blogspot.co.id/2016/07/peranan-nahdlatul-ulama-dari-masa- ke.html pada 21 Maret 2017. Pukul: 00:16 WIB.

Wikiwand. Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Diakses melalui: http://www.wikiwand.com/id/Daftar_Ketua_Pengurus_Besar_Nahdlatul_Ulama pada 18 April 2017. Pukul: 12:21 WIB