Workpapers in Indonesian Languages and Cultures
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
WORKPAPERS IN INDONESIAN LANGUAGES AND CULTURES Volume 11 UNHAS-SIL MORE SULA~WESI SOCIOLINGUISTIC SURVEYS • 1987-1991 THE SUMMER INSTITUTE OF LINGUISTICS IN COOPERATION ~WITH THE DEPARTMENT OF EDUCATION AND CULTURE TIlE SUMMER INSTITUTE OF LINGUISTICS~ IN COOPERATION WIlli TIlE DEPARTMENT OF EDUCATION AND CULTURE 1991 FOREWORD An earlier volume of this Workpapers in Indonesian Languages and Cultures, Volume 5, reported on 'UNHAS-SIL South Sulawesi Sociolinguistic Surveys, 1983-1987. The current volume reports on several more such surveys. Whereas the former volume was entIrely devoted to languages of South Sulawesi, the present report encompasses languages from both South and Central Sulawesi. The Tae' language reported here alone is found entirely in South Sulawesi. The report on Padoe and MoTiBawah and Morl Atas represents languages spoken on both sides of the common border. The remaining four reports, those of Tajio, Balantak, Pamona, and Dondo, represent languages spoken in Central Sulawesi. As before, the reports contained herein represent uneven quality and depth of research. Yet all of them represent a significant step fOrward with respect to our knowledge of the languages and the peoples that speak them. As this format is that of working papers, no real effort has been made to make the individual papers conform to a single format. It seems good to summarize here the current state of language survey for the island of Sulawesi. The foundational work on Central Sulawesi is that of Barr, Barr and Salombe, Languages of Central Sulawesi (1979). It is our hope that additional followup surveys like those reported for South Sulawesi in Volume 5 will yet be undertaken to supplement our knowledge of Central Sulawesi. South Sulawesi was surveyed ~byCharles and Barbara Grimes in their Languages of South Sulawesi (1987). Followup surveys were reported in Volume 5 as noted above. The deficienCIes therein observed were summarized by Friberg and Laskowske in South Sulawesi Languages (1989). The Makasar language survey has been completed. Hopefully it will appear in both a dialect geography and a reconstruction of proto-Makasar. Bugis has been reported on as a dialect geography and may soon be subject to an extensive internal reconstruction. There remain three island subdistricts of Pangkajene Kepulauan district in the province that have yet to be surveyed in any form by UNHAS-SIL teams. Southeast Sulawesi has been largely surveyed by UNHAS-SIL teams with the island of Buton still to be done. The exact form of the report for those surveys remains to be determined. Possibly a provincewide report like those for Central and South Sulawesi will be appropriate. III North Sulawesi at this writing is being surveyed by a UNHAS-SIL team cooperating with the University of Sam Ratulangi in Manado. One of the strengths of that survey is that it is being done at a level of thoroughness that hopefully will obviate the need for any followup surveys. Another strength is that it had excellent linguistic forerunners in such men as Sneddon and Maryott. We look forward to a provincewide report of the languages of North Sulawesi. Islandwide, the language called Bajau (Bajao, Baja) is found in widely separated villages in all four provinces. The survey of Bajau is still in process. Hopefully its completion will not only tell us about the relatedness of the language(s?) of that name in scattered Sulawesi settlements, but will also relate to peoples of that same name in Sabah (Malaysia) and in the Philippines. ~ The sociolinguistic surveys of Sulawesi, both completed and in process, will form a milestone in our understanding of the linguistic situation of the island. There remains in some areas the need for rigorous intelligibility testing. Unfortunately, this has been all too easy to put off. The fullest understanding of this island will not be forthcoming until such testing has been undertaken. It is this level of linguistic awareness that will most profitably impact the peoples of this insular and kaleidoscopic treasury of languages. The work reported here was done under three successive coordinators of academic affairs: Barbara Friberg, David Andersen, and Ian Vail. The formatting, layout and printing supervision of this volume was the work of Joanne Newell. We finally and most significantly thank our sponsors, the Department of Education and Hasanuddin University, Ujung Pandang, and note the cooperation of Tadulako University, Palu, with gratitude. Timothy Friberg Ujung Pandang September 1991 Iv PRAKATA Pada cetakan terdahulu dari Workpapers in Indonesian languages and cultures, Volume 5, telah dilaporkan pada survei-survei sosiolinguistik 1983- 1987 oleh UNHAS-SIL. Cetakan terbaru ini juga melaporkan hasil dari beberapa survei lainnya. Sedangkan cetakan yang laIu seluruhnya melaporknn tentang bahasa-bahasa dl Sulawesi Selatan, cetakan ini meliputi bahasa-bahasa dan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Hanya bahasa 'Tae" yang dilaporkan di sini adalah seluruhnya yang terletak dl Sulawesi Selatan. Laporan mengenai bahasa Padoe, MOTIBawah dan MOTiAtas rnewakili bahasa-bahasa yang diWInakan pada kedua sisi perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah ltU. Empat laporan yang lain, yaitu Tajio, Balantak, Parnona, dan Dondo, mewakili bahasa-bahasa yang digunakan di Sulawesi Tengah. Sebagaimana yang lalu, laporan ini menunjukkan kualitas dan kedalaman penelitian yang tidak sarna. Meskipun demikian semuanya mempersembabkan suatu langkah maju yang penting terhadap pengetahuan kebabasaan kita dan masyarakat yang menggunakan bahasa-bahasa itu. Oleh karena format cetakan ini "sedang dalam proses kerja," maka tidak memungkinkan untuk membuat laporan-Iaporan untuk dijadikan format tunggal. ~ Kelihatannya perlu diringkaskan di sini situasi survei bahasa pulau Sulawesi. Tulisan yang mendasar ten tang Sulawesi Tengah oleh Barr, Barr dan Salombe adalah Languages of Central Sulawesi (1979). Kami berharap agar survei-survei selanjutnya seperti yang dilaporkan tentang Sulawesi Selatan dalam cetakan kelima akan dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan kita tentang Sulawesi Tengah. Bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan telah disurvei oleh Charles dan Barbara Grimes dengan karyanya Languages of South Sulawesi (1987). HasH survei-survei lanjutannya telah dilaporkan dalam cetakan kelima sebagaimana tersebut di atas. Kekurangan-kekurangannya telah diteliti dan diringkaskan oleh Friberg dan Laskowske dalam South Sulawesi Languages (1989). Survei bahasa Makasar telah diselesaikan. Diharapkan akan muncul baik dalam penerbitan geografi dialek dan juga dalam rekonstruksi bahasa proto Makasar. Bahasa Bugis telah dilaporkan dalam bahasan geografi dialek dan diharapkan segera ada rekonstruksi secara ekstensif dalam bahasa tersebut. Masih tiga kecamatan (kepulauan) di kabupaten Pangkajene~ Kepulauan, Sulawesi Selatan yang belum disurvei oleh tim-tim dari UNHAS-SIL. v Sulawesi Tenggara sebagian besar telah disurvei oleh tim-tim dati UNHAS-SIL. Tetapi survei di pulau Buton masih hams dilaksanakan. Bentuk laporan dari survei-survei itu belum ditentukan. Kemungkinan lebih baik bentuknya berupa sebuah laporan yang meliputi propinsi. sebagaimana laporan tentang Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Sulawesi Utara pada saat penulisan ini, sedang disurvei oleh sebuah tim dari UNHAS-SIL yang bekerja sarna dengan Universitas Sam Ratulangi di Manado. Salah satu~ keistimewaan survei itu adalah bahwa sedang dilaksanakan upaya secara saksama sehingga mungkin tidak hams diikuti dengan survei-survei lanjutan. Keistimewaan yang lain ialah bahwa survei itu telah didahului oleh dua linguis yang terkenal, yaitu, Sneddon dan Maryott. Kita nantikan laporan yang meliputi propinsi dari bahasa-bahasa di Sulawesi Utara itu. Sebuah bahasa (atau mungkin meliputi lebih dari satu), yaitu bahasa yang disebut 'Bajau' (Bajao. Bajo), terdapat di masing-masing kampung di empat propinsi pulau Sulawesi. Survei mengenai Bajau ini sementara dalam proses. Diharapkan penyelesaiannya tidak hanya akan menjelaskan kepada kitasaling keterkaitan dari bahasa itu dengan namanya, yang tersebar di pemukiman-pemukiman di Sulawesi, tetapi juga akan menjelaskan hubungannya dengan orang-orang yang bernama demikian yang terdapat di Sabah (Malaysia) dan di Pilipina. Survei-survei sosiolinguistik dari Sulawesi, baik yang sudah rampung maupun yang masih dalam proses, akan mernpakan tonggak pengertian kita terhadap situasi linguistik di daerah tersebut. Masih beberapa daerah lain yang perlu diteliti dengan test saling pengertian (antar bahasa). Sayangnya hal yang demikian ini sangat mudah terlalaikan. Kesempurnaan pengertian dari pulau ini akan dicapai bila penelitian seperti itu sudah dilaksanakan. Pada tingkat kesadaran linguistik yang demikian inilah yang akan membawa dampak yang sangat berfaedah bagi masyarakat di pulau yang perbendaharaan bahasanya sangat beraneka ragam ini. HasH-hasil kerja yang dilaporkan di sini telah dikerjakan secara berurutan di bawah pimpinan tiga orang koordinator urusan akademik, yaitu Barbara Friberg, David Andersen, dan Ian Vail. Pengaturan format, tata ruang dan cetak dilakukan oleh Joanne Newell. Akhirnya kami sangat berterima kasih kepada sponsor, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang, serta terima kasih atas kerja sarna yang baik dengan Universitas Tadulako, Palu. Ujung Pandang, September 1991 Timothy Fribergt vi MORE SULAWESI SOCIOLINGUISTIC SURVEYS 1987·1991 Timothy Friberg, Editor September 1991 TABLE OF CONTENTS FOREWORD 1. BALANT AK and ANOIO (Kabupaten