Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Sambas, Provinsi Kalimantan Barat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Sambas, Provinsi Kalimantan Barat Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 205-216 Potensi air tanah di cekungan air tanah Sambas, Provinsi Kalimantan Barat ROBI S. HIDAYAT Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung SAR I Pengelompokan wilayah potensi air tanah Sambas dengan menggunakan matriks kuantitas dan kuali- tas dapat dibedakan menjadi tiga wilayah potensi. Pertama adalah wilayah potensi air tanah tinggi pada akuifer tertekan yang meliputi Kecamatan Jawai, Teluk Keramat, Sejangkung, dan Kecamatan Sekura. Kedua, wilayah potensi air tanah sedang pada akuifer tertekan meliputi Kecamatan Sambas dan Kecamatan Tebas. Ketiga, wilayah potensi air tanah rendah pada akuifer tertekan meliputi Kecamatan Sanggau Ledo dan Kecamatan Seluas. Kata kunci: potensi, air tanah, matriks, kuantitas, kualitas ABSTR A CT The grouping of the groundwater potential of Sambas area using the quantity and quality matrix of those groundwater can be divided into three classes. First, high groundwater potential area distributed in the Jawai, Teluk Keramat, Sejangkung, and Sakura Sub-regencies. Second, the moderate groundwater potential area covers the Sambas and Tebas Sub-regencies. Third, the low groundwater potential area cov- ers the Sanggauledo and Seluas Sub-regencies. Keywords: potential, groundwater, matrix, quantity, quality PENDAHULUAN - Belum dilaksanakan penyelidikan dan pemetaan potensi air tanah secara bersistem dan seragam Latar Belakang untuk seluruh wilayah Kalimantan Barat dengan Kebutuhan air bersih yang bersumber dari air skala 1:100.000 atau lebih besar. bawah tanah di daerah Sambas meningkat dari tahun - Belum dievaluasi secara seksama tentang tingkat ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk ketersediaan dan potensi air tanah yang ada saat dan kegiatan pembangunan (Hidayat, 2007). Untuk ini, sehubungan dengan semakin meningkatnya melayani kebutuhan air bersih yang bersumber dari kebutuhan air untuk berbagai keperluan melalui air tanah tersebut, perlu diketahui potensi air tanah di pengambilan air bawah tanah. daerah Sambas dan sekitarnya, baik secara kuantitas - Belum ada informasi mutakhir tentang perim- maupun kualitas. bangan jumlah ketersediaan air tanah saat ini dengan jumlah air tanah yang telah digunakan Permasalahan dalam suatu wilayah cekungan. Permasalahan yang mendasari diadakannya penyelidikan ini adalah: Maksud, Tujuan, dan Manfaat - Belum tersedia informasi dasar potensi air tanah Maksud penyelidikan ini adalah untuk meng- dalam kerangka satuan wilayah cekungan untuk evaluasi dan menganalisis potensi air tanah mendukung kegiatan pembangunan di Kabupa- di daerah penyelidikan secara kualitatif, serta ten Sambas khususnya, dan Provinsi Kalimantan prospek dan kelayakan pengembangan peman- Barat pada umumnya. faatannya. 205 206 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 205-216 Adapun tujuannya adalah untuk pengembangan Menurut Kepmen itu, evaluasi potensi air ta- data dan informasi air tanah nasional, serta sebagai nah yang berlandaskan cekungan air tanah skala bahan acuan untuk penyusunan rencana umum tata 1:100.000 mencakup kegiatan pengumpulan data ruang wilayah dari aspek keairtanahan. sekunder, survei lapangan, pengujian kualitas air, Hasil utama yang diharapkan dari penyelidikan analisis, dan penarikan kesimpulan. Diagram alir ini adalah: kegiatan tersebut tersaji pada Gambar 1. - Informasi potensi air tanah daerah penyelidikan menyangkut kuantitas dan kualitasnya. - Peta Potensi air tanah skala 1:100.000, termasuk daerah resapan (recharge area) dan lepasan (dis- charge area). Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penyelidikan ini adalah: - Sebagai dasar acuan bagi para perencana di daerah maupun instansi terkait, dalam rangka upaya pengembangan wilayah dan pengelolaan sumber daya air tanah yang berwawasan lingkungan. - Data dan informasi potensi air tanah yang diper- oleh dapat dipakai sebagai masukan bagi pengem- bangan sistem basis data dan informasi air tanah daerah. Metodologi Secara umum, ruang lingkup penelitian meli- puti: a). pengumpulan data primer dan sekunder, yang meliputi data hidrogeologi permukaan maupun bawah permukaan sumur bor dan penyelidik- an geolistrik, hidroklimatologi, dan sosial ekonomi; b). analisis percontoh air tanah secara lengkap di laboratorium yang meliputi parameter fisika dan Gambar 1. Diagram alir metodologi penelitian. kimia untuk kajian persyaratan air minum; c). evaluasi dan analisis data terkumpul primer, Lokasi Daerah Penelitian sekunder, maupun hasil analisis laboratorium, Daerah penelitian mencakup seluruh daerah dan, Sambas, yang secara geografis terletak dalam d). perangkuman dan penyajian hasil evaluasi dan koordinat 108o 40' - 110o 00' Bujur Timur dan 01o analisis data secara lengkap. 00' - 01o 45' Lintang Utara (Gambar 2). Secara Metode penyelidikan potensi air tanah yang administrasi pemerintahan, daerah penyelidikan ini dilaksanakan mengacu kepada Kepmen ESDM meliputi Kota Sambas, Kabupaten Sambas, dan se- Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman bagian Kabupaten Sanggauledo, termasuk wilayah Teknis Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerin- Provinsi Kalimantan Barat. tahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Daerah penyelidikan ini yang meliputi luas Peruntukan air bawah tanah secara berturut-turut kurang lebih 3.229 km2, sekitar 75% terdiri atas dat- berdasarkan prioritasnya adalah: air minum, rumah aran dengan elevasi rata-rata berkisar antara 0 - 50,0 tangga, industri, peternakan, pertanian, irigasi, per- m di atas permukaan laut (dpl) dan selebihnya secara tambangan, usaha perkotaan, dan untuk kepentingan setempat-setempat merupakan medan perbukitan lainnya. dengan elevasi sekitar 50 – 1200 m dpl. Potensi air tanah di cekungan air tanah Sambas, Provinsi Kalimantan Barat (R. S. Hidayat) 207 o o o o 108 30’BT 109 00’ 109 30’ 110o 00’ 110 30’ 111o 00’ BT 15’ LU 15’ 15’ LU 15’ o o 2 2 o 2o 00’ 2 00’ Cermai Sekuyu Paloh Sasak Sedaya o 1o 30’ MALAYSIA 1 30’ Pampang Sejangkung SAMBAS Ledo Sentebang Tebas Beramas Pelanjau Selakau Kedondong LEMBAR : 1417 SILUAS o 1o 00’ 1 00’ Sebakan Balai Karangan Bengkayang Duwa Petunga Samalatan Serimbu Nayan Sei Raya Tanjung Beduai Darit Sungai Duri Karangan Kembayan o 0o 30’ Sungai Kunyit 0 30’ Balai Sebut Toho Sidas Ngabang Bonti Mempawah Mandor Pahauman Sei Pinyuh Sosok Bodok SANGGAU Jungkat Semunta 00’ LS 00’ 00’ LS 00’ o o 0 0 KETERANGAN Sungai U Batas wilayah kabupaten Jalan Batas Negara Batas cekungan air tanah 0 10 20 30 40 Km Gambar 2. Peta lokasi daerah penyelidikan Cekungan Air Tanah Sambas Kalimantan Barat. TA T AAN GEOLO G I Satuan Morfologi Dataran Satuan morfologi dataran ini menempati sekitar Morfologi 60 % seluruh luas daerah penyelidikan. Ketinggian Morfologi daerah penyelidikan dibagi menjadi rata-rata kurang dari 50 m dpl. dan merupakan dua satuan yaitu Satuan Morfologi Dataran dan daerah endapan sungai dan rawa. Endapan sungai Satuan Morfologi Perbukitan (Gambar 3). menempati daerah bantaran banjir (flood plain), 208 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 205-216 2 6 00 109 00’3 8 0 15’3 3 2 30’ 3 6 45’ 3 8 110 00’ 40 00 115 00’BT Tg Datu U 2 00’LU B T 2 200 2 200 S Tg Api S. 5 0 5 10 15 20 25 30 Bantanan G. ASUANISANG 2 0 G.BATU 2 0 K A L I M A T A N Tg Belimbing S.Paloh 45’ 45’ Liku G. BELAUTUNGGAL Daerah penyelidikan L A U T C I N A S E L A T A N Tanahitam 1 8 S.Bantanan 1 8 Bantanan Kalimantan Baharu S. Ngehana Tg Bajung 30’ S.Bantanan 30’ Tanjungkolot Sendoyan G. Senujuh 1 6 1 6 Sebataan S.Sambas Jambu SAMBAS Risau Semanggau Sendayung Siluas 1 4 1 4 15’ 15’ TEBAS Masang JUBA S KAPUAS Tg Bila PEMANGKAT Sanggoledo G. Bengkawan Tg Gunung Dawor 1 200 1 200 Sungainyerah G. Angah G. SIMPADANG Sungaidalung Batuajung PETA MORFOLOGI DAERAH SAMBAS KALIMANTAN BARAT Simbol Satuan Ciri Morfologi Peta Morfologi Litologi Tata Guna Lahan Elevasi(m aml) Pola Aliran Kemiringan 0 - 50 Sub dendritik 0% - 3% Pasir,lempung, Kebun, pesawahan, Pedataran kerikil pemukiman 50 - 1000 Batuan gunung api Semak belukar, ladang Perbukitan Dendritik 5% - 15% batuan terobosan pemukiman Gambar 3. Peta morfologi daerah Sambas, Kalimantan Barat. sedangkan rawa meliputi daerah bagian pesisir barat, kebun campuran, dan pertanian berupa persawahan, utara, dan bagian selatan daerah penelitian. Mor- dan ladang. fologi ini ditempati oleh material lepas berukuran Daerah aliran sungai yang sebagian atau se- lempung hingga kerakal, hasil erosi sungai, yang luruhnya termasuk dalam satuan morfologi ini umumnya dimanfaatkan sebagai lahan permukiman, adalah Sungai Sambas Besar, Selakau, Bantanan, Potensi air tanah di cekungan air tanah Sambas, Provinsi Kalimantan Barat (R. S. Hidayat) 209 Tampanan, Empayang, Sentimo, Setatuk, Biang, sungai, dan rawa berupa lumpur, pasir, kerikil, dan Blang, dan Sungai Kumba. Proses erosi sungai yang sisa tumbuhan. Batupasir Kayan tersusun oleh terjadi sudah mengarah lateral, sehingga penampang batupasir kuarsa, serpih, batulanau, dan sisipan sungai menyerupai bentuk huruf U, serta alur sungai konglomerat berumur Tersier. Batuan Gunung Api yang berkelok-kelok. Mengingat proses tersebut, Niut yang terdiri atas basal dan andesit piroksen sungai-sungai yang mengalir pada morfologi ini berumur Tersier. Batuan terobosan yang terdiri atas sangat berperan dalam mengisi air tanah (influent diorit, dasit, andesit, dan granodiorit berumur Ter- stream). Pola aliran sungai di daerah morfologi ini sier. Granit Puch yang berupa granit dan andamelit adalah pola aliran anastomatik. berumur Kapur. Formasi Pedawan yang berumur Kapur tersusun oleh serpih, batupasir, batulumpur Satuan Morfologi Perbukitan
Recommended publications
  • Piracy and Political Economy in Malaya, 1824- 1874
    ABSTRACT A COVERT WAR AT SEA: PIRACY AND POLITICAL ECONOMY IN MALAYA, 1824- 1874 Scott C. Abel, PhD Department of History Northern Illinois University, 2016 Eric A. Jones, Director Piracy around the Malay Peninsula during the 19th century was extraordinarily prevalent and resulted in the death and loss of liberty for an untold number of people. This dissertation examines the connections between the piracy of this era and the political economies of the Straits Settlements and the Malay states in the region. Malays pirates often had the support of local rulers who required the goods and slaves brought back by pirates to reinforce their own political and socio-economic positions. The piratical system supported by the rulers was a component of the overall Malay economic system known as kerajaan economics, which helped maintain the status quo for Malay states. This system came under threat once Great Britain and the Netherlands worked to suppress piracy in the region and helped persuade the Malay elite to phase out state-sanctioned piracy. Some people living in Malaya took advantage of the characteristics of British and Malay political economies to engage in acts of piracy regardless of the policies of the British and Malay governments. This study of piracy enables us to understand better the experiences of people of various backgrounds living in 19th-century Malaya, along with how piracy influenced their worldviews. NORTHERN ILLINOIS UNIVERSITY DE KALB, ILLINOIS DECEMBER 2016 A COVERT WAR AT SEA: PIRACY AND POLITICAL ECONOMY IN MALAYA, 1824-1874 BY SCOTT C. ABEL © 2016 Scott Abel A DISSERTATION SUBMITTED TO THE GRADUATE SCHOOL IN PARTIAL FULFILLMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE DOCTOR OF PHILOSOPHY DEPARTMENT OF HISTORY Doctoral Director: Eric A.
    [Show full text]
  • The Prahus of the Sulu Zone
    THE PRAHUS OF THE SULU ZONE By jim Warren INTRODUCTION The Sulu Sultanate lay at a most strategic point for the maritime trade of the nineteenth century. China, the Philippines and Mindanao were situated to the north. Borneo to the southwest, and to the southeast, Sulawesi and the Moluccas. The geopolitical and commercial advantages inherent in the Sultanate's location in this 'Zone' were both enviable and unique. This maritime trading zone was to provide a sociocultural context for inter-societal relations and commerce within the Sultanate and beyond after 1780. By fitting into the patterns of European trade with China in the late eighteenth century, the Sulu Sultanate established itself as a powerful commercial centre. The Sultanate's geographical position in relation to Asian routes of trade and exchange and its abundant natural resources for export to China attracted the attention of the West. The maritime and jungle products to be found within the Sulu Zone and in the area of its trading partners - tripang (sea slug), bird's nest, wax, camphor, and mother of pearl- were new products for redressing the British East India Company's adverse trade balance on the Canton tea market with China. The trade which Sulu established with Bengal, Manila, Macao, and Canton, and later Labuan and Singapore, initiated large-scale importation of weapons, luxury goods, and foodstuffs. Taosug (Sulu) merchants on the coast and their descendants developed an extensive redistributive trade with the Bugis of Samarinda and Berau to the south, which enabled the Sulu Sultanate to consolidate its dominance over the outlying areas of the Zone.
    [Show full text]
  • UC Riverside Electronic Theses and Dissertations
    UC Riverside UC Riverside Electronic Theses and Dissertations Title Playing Along Infinite Rivers: Alternative Readings of a Malay State Permalink https://escholarship.org/uc/item/70c383r7 Author Syed Abu Bakar, Syed Husni Bin Publication Date 2015 Peer reviewed|Thesis/dissertation eScholarship.org Powered by the California Digital Library University of California UNIVERSITY OF CALIFORNIA RIVERSIDE Playing Along Infinite Rivers: Alternative Readings of a Malay State A Dissertation submitted in partial satisfaction of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy in Comparative Literature by Syed Husni Bin Syed Abu Bakar August 2015 Dissertation Committee: Dr. Hendrik Maier, Chairperson Dr. Mariam Lam Dr. Tamara Ho Copyright by Syed Husni Bin Syed Abu Bakar 2015 The Dissertation of Syed Husni Bin Syed Abu Bakar is approved: ____________________________________________________ ____________________________________________________ ____________________________________________________ Committee Chairperson University of California, Riverside Acknowledgements There have been many kind souls along the way that helped, suggested, and recommended, taught and guided me along the way. I first embarked on my research on Malay literature, history and Southeast Asian studies not knowing what to focus on, given the enormous corpus of available literature on the region. Two years into my graduate studies, my graduate advisor, a dear friend and conversation partner, an expert on hikayats, Hendrik Maier brought Misa Melayu, one of the lesser read hikayat to my attention, suggesting that I read it, and write about it. If it was not for his recommendation, this dissertation would not have been written, and for that, and countless other reasons, I thank him kindly. I would like to thank the rest of my graduate committee, and fellow Southeast Asianists Mariam Lam and Tamara Ho, whose friendship, advice, support and guidance have been indispensable.
    [Show full text]
  • Pembudayaan Lepa Dan Sambulayang Dalam Kalangan Suku Kaum Bajau Di Semporna, Sabah, Malaysia: Satu Penelitian Semula
    SOSIOHUMANIKA, 3(2) 2010 ISMAIL ALI Pembudayaan Lepa dan Sambulayang dalam Kalangan Suku Kaum Bajau di Semporna, Sabah, Malaysia: Satu Penelitian Semula ABSTRAK: ”Lepa” dan ”Sambulayang” merupakan dua ikon yang tidak dapat dipisahkan dengan suku kaum Bajau di Semporna, Sabah, Malaysia. Pada bulan April setiap tahun, para penduduk – termasuk pelancong dari dalam dan luar negara – berpeluang untuk menyaksikan sendiri keunikan kebudayaan suku kaum Bajau tersebut yang diterjemahkan melalui ”Regatta Lepa” yang juga dikenali sebagai ”Pesta Sambulayang” dan disinonimkan dengan kebudayaan kaum Bajau Laut. Walau bagaimanapun, tanggapan dan tafsiran tersebut nampaknya kurang disenangi oleh sesetengah suku kaum Bajau lain (Bajau Darat) yang mendakwa bahawa budaya ”Lepa” dan ”Sambulayang” sebenarnya bukannya warisan Bajau Laut tetapi milik kaum Bajau Darat (Bajau Kubang). Oleh itu, makalah ini bertujuan untuk menilai sejauhmana benarnya budaya “Lepa” dan “Sambulayang” adalah warisan kaum Bajau Laut atau sebaliknya, iaitu suku kaum Bajau lain di Semporna seperti Bajau Kubang, Bajau Ubian, Bajau Sengkuang, Bajau Sampulna, dan Bajau Simunul. Persoalan kedua ialah apakah budaya “Sambulayang” adalah warisan Kesultanan Sulu; dan persoalan ketiga ialah mengapakah berlakunya kesilapan oleh para pengkaji dan masyarakat umum dalam membuat tafsiran terhadap “Lepa” seperti yang diungkapkan dalam peribahasa Melayu yang berbunyi “sapi punya susu, lembu dapat nama”. Kajian ini penting untuk menjawab persoalan di atas dan sekaligus memperbetulkan semula pemahaman dan tanggapan masyarakat terhadap “Lepa” dan “Sambulayang” di Sabah. Kata-kata kunci: Proses pembudayaan, Lepa dan Sambulayang, suku kaum Bajau, kesilapan para pengkaji, dan penelitian semula. PENDAHULUAN Semporna, yang dahulunya dikenali sebagai “Tong Talun” dalam bahasa Bajau yang membawa maksud “hujung hutan”, merupakan sebuah daerah dalam bahagian Tawau yang cukup sinonim dengan petempatan suku kaum Bajau di Sabah.
    [Show full text]
  • Brasileirismos E Portuguesismos Incorporados Ao Léxico Da Língua Italiana: Análise De Campos Léxico-Conceptuais
    UNIVERSIDADE DE SÃO PAULO FACULDADE DE FILOSOFIA, LETRAS E CIÊNCIAS HUMANAS DEPARTAMENTO DE LÍNGUAS MODERNAS PROGRAMA DE PÓS-GRADUAÇÃO EM LÍNGUA E LITERATURA ITALIANA Brasileirismos e portuguesismos incorporados ao léxico da língua italiana: análise de campos léxico-conceptuais Benilde Socreppa Schultz São Paulo 2007 1 BENILDE SOCREPPA SCHULTZ Brasileirismos e portuguesismos incorporados ao léxico da língua italiana: análise de campos léxico-conceptuais Dissertação apresentada ao Programa de Pós-Graduação em Língua e Literatura Italiana do Departamento de Línguas Modernas da Faculdade de Filosofia, Ciências Humanas da Universidade de São Paulo. Área de concentração em Língua Italiana, como parte das exigências para a obtenção do título de Mestre. Orientadora: Prof ª. Dr ª. Paola Giustina Baccin São Paulo 2007 2 BENILDE SOCREPPA SCHULTZ Brasileirismos e portuguesismos incorporados ao léxico da língua italiana: análise de campos léxico-conceptuais Dissertação apresentada ao Programa de Pós-Graduação em Língua e Literatura Italiana do Departamento de Línguas Modernas da Faculdade de Filosofia, Ciências Humanas da Universidade de São Paulo. Área de concentração em Língua Italiana, como parte das exigências para a obtenção do título de Mestre. Banca examinadora: _________________________________________ Profa. Dra. Paola Giustina Baccin (orientadora) _________________________________________ Profa. Dra. Cláudia Zavaglia _________________________________________ Profa. Dra. Maria Aparecida Barbosa São Paulo - dezembro 2007 3 A meu pai, Sérgio Sebastião Socreppa, que me ensinou que a maior riqueza do ser humano é o saber; à minha mãe, Helena Tambosi, exemplo de mãe e mulher, cuja coragem me serviu de exemplo. À memória de ambos, dedico este trabalho. 4 AGRADECIMENTOS L'amicizia consiste tutta in quel reciproco legame delle anime.
    [Show full text]
  • The Seafarers and Maritime Entrepreneurs of Madura
    THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy, at Murdoch University February 2007 I declare that this thesis is my own account of my research and contains as its main content work which has not previously been submitted for a degree at any tertiary educational institution. Kurt Stenross Copyright © 2007 by Kurt Stenross; all rights reserved i THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross With photographs and line illustrations by the author ii Abstract The seafaring people of Madura, situated off the northeastern coast of Java, are one of the leading maritime groups in the Indonesian archipelago. They have played a major role in indigenous shipping, and since the second half of the nineteenth century their importance in this field has been second only to that of the Bugis and Makassarese. With their strong maritime orientation and outward economy, the coastal Madurese contrast strongly with the agricultural orientation of their near neighbours, the Javanese and the Balinese. The first part of this thesis presents the Madurese in historical context vis-à-vis the Javanese and the maritime groups of Sulawesi. It then considers the various historical and cultural-ecological factors which predisposed the coastal Madurese toward seafaring as a livelihood, and which enabled them to eclipse their former rivals along the north coast of Java. The main seafaring centres of Madura during the twentieth century are identified, with these being in three distinct locations: the northwest coast, the southwest coast, and the eastern islands of Madura.
    [Show full text]
  • Data Agregat Kependudukan Provinsi Kalimantan Barat Semester Ii Tahun 2015
    DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEMESTER II TAHUN 2015 Kata Pengantar Berdasarkan Pasal 58 ayat (4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan menyebutkan bahwa data kependudukan yang digunakan untuk semua keperluan adalah data kependudukan dari kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri (Kementerian Dalam Negeri), antara lain untuk pelayanan publik, perencanaan pembangunan, alokasi anggaran, pembangunan demokrasi, dan penegakan hukum serta pencegahan kriminalitas. Data Kependudukan yang dapat disajikan dan dimanfaatkan untuk kepentingan apapun dimaksud adalah data kependudukan yang sudah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri menyajikan data kependudukan nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota per semester yaitu untuk semester I diterbitkan tanggal 30 Juni sedangkan semester II diterbitkan tanggal 31 Desember. Data agregat kependudukan semester II tahun 2015 Provinsi Kalimantan Barat yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri dalam negeri sebanyak 5.323.985 jiwa, dengan rincian laki-laki 2.741.694 jiwa dan perempuan 2.582.291 jiwa. Demikian data kependudukan Provinsi Kalimantan Barat disampaikan untuk dijadikan bahan perumusan kebijakan. Data Kependudukan Provinsi Kalimantan Barat Semester II Tahun 2015
    [Show full text]
  • Jaringan Pelayaran Pelabuhan Belawan 1886-1942
    JARINGAN PELAYARAN PELABUHAN BELAWAN 1886-1942 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Humaniora (M.Hum) dalam Program Studi S2 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Oleh: HANDOKO 157050006 PROGRAM STUDI S2 ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Sebelum Pelabuhan Belawan dikembangkan, aktivitas pelayaran dan perdagangan di Deli (Medan) berada di Labuhan Deli. Labuhan Deli tidak bertahan lama akibat sedimentasi dari Sungai Deli. Tidak hanya itu, alasan pemindahan pelabuhan dari Labuhan Deli ke Belawan merupakan faktor ekonomis dimana ekonomi perkebunan berkembang dengan pesat dan membutuhkan tempat yang luas untuk melaksanakan ekspor dan impor. Pembukaan Pelabuhan Belawan dipertimbangkan agar kapal-kapal uap dapat bersandar untuk memudahkan pengangkutan hasil-hasil perkebunan yang diangkut kereta api dari berbagai perkebunan yang berada di pedalaman (hinterland). Kebijakan pemerintah yang menetapkan bahwa Pelabuhan Belawan merupakan pelabuhan utama di Residensi Sumatera Timur juga berpengaruh bagi daerah seberang atau sekitar (foreland) yang mengirimkan hasil-hasil perkebunan ke Pelabuhan Belawan. Dari keterangan tersebut, penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan pelabuhan Labuhan Deli dan Belawan serta jaringan pelayaran di Pelabuhan Belawan yang tercipta karena adanya peranan hinterland dan foreland. Penelitian tesis ini menggunakan
    [Show full text]
  • The Hegemony of the Vikings of the Eastern Seas in Borneo During The
    INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia, VolumeVolume 4(1), 3(2), February August 20182019 ISMAIL ALI Volume 3(2), August 2018 Print ISSN 2443-2776 The Hegemony of the Vikings of the Eastern Contents Seas in Borneo during the 18th and 19th Century Sambutan. [ii] HILALABSTRACT WANI: The & 18 thSAKINA and 19th centuries KHAZIR saw the, emergence of the Iranun and the Balangingi originating from the CriticalPhilippine Analysis islands and on the Islamophobia, Sea Dayak of Sarawak Politics as heroes of Misunderstanding, or seafarers; and it was a nightmare for European and Chinese sailors whose sailing to the waters of Borneo and Southeast Asia at the time. This article – using historical methods, andqualitative Religious approaches, Fundamentalism and literature review. [99-116] – seeks to analyze the actions of the Iranun, Balangingi, and Sea Dayak who often rob Western trade ships, and make their ships a commodity of commerce, that is in the form of slaves, has led to the EDIorigin SUHARDI of their own identity, EKADJATI from a nation, called Iranun and Balangingi in the ancient Sulu islands and Sea Dayak of Sarawak (Borneo), to a new nation known as a “pirate” nation created by the West. In this context, their redefinition of a Fatahillahnew nation graduallysebagai eroded Tokoh and Historis: lost their original identity and became widely accepted by local communities in the Malay Samaarchipelago atau of Bedakah the 18th century. dengan This Sunan article is Gunung not intended Djati? to make [117-124] moral judgments about the views, interpretations, and views of Western sailors and merchants from the deck of their sailing vessels in Southeast Asia.
    [Show full text]
  • SUMATRA THROUGH PORTUGUESE EYES: EXCERPTS from JOAO DE Barrosf DECADAS DA ASIA
    SUMATRA THROUGH PORTUGUESE EYES: EXCERPTS FROM JOAO DE BARROSf DECADAS DA ASIA Mark Dion Soon after the Portuguese arrived in Indonesia, some four hundred years ago, they undertook a major literary effort to describe its lands and peoples, partly as an inventory of their nascent empire, but mainly as a celebration of their feats of discovery. The sixteenth century became a golden age of Portu­ guese historical writing when the attention of the Court and the literati was focused on the expansion to the East and when a whole series of reports, chronicles, travelogues and tales of national adventure became available to the reading public.1 Despite the evident bias of the writers in favor of things Portuguese, and their occasional uncritical repetition of the stories and legends they had heard, the bulk of the material which they produced is still of considerable interest, not only as literature but also as a source of information on the early history of the archipelago. Other European travellers had pre­ viously passed that way, notably Marco Polo on his return from China in the late thirteenth century, but the Portuguese were the first to attempt a systematic description of the region as they found it--before the indigenous society had been deeply affected by Western influence, including their own. Sumatra, the first island of the archipelago to be reached by the Portuguese, was described in considerable detail by sev­ eral of these early authors. One of the most famous, Tome Pires was sent to Goa in 1511 as a Factor, or supervisor, of the drug trade between the Orient and Lisbon; he travelled widely through out Asia and proved a keen observer of social customs as well as commercial opportunities.
    [Show full text]
  • 3O6 the BADMINTON MAGAZINE Trust Was Justified. After About Ten
    3o6 THE BADMINTON MAGAZINE trust was justified. After about ten minutes, though it seemed more I ike ten hours, the wind shifted again ; we lost no time in wondering what was to be the next move, but got her round on to the port tack, and off she went once more. For the moment this was a change for the better. We were running out of danger, barring reefs, which it was useless to think of looking for, as we couldn’t have seen them in any case, and as the Sun Yap See was making quite good weather of it we were feeling distinctly better, when suddenly Tubby, who alone was clear of the task of helping to control that heart-breaking tiller, gave a shout: ‘ Down, hard down ! the penjajap's dead ahead of us.’ “ It was too late. With a tremendous effort we shifted her helm about a couple of points, but even as we did so the unfortunate penjajap followed suit. Round she swung, right across our bows, and in another moment the long overhanging foresection of the Sun Yap See had caught her fair and square amidships. There was a sound of rending timber, an appalling yell, and the penjajap, ballasted in all likelihood with heavy granite blocks, had disappeared from the surface of the sea, leaving only a few scattered fragments of wreckage bobbing up and down in our seething wake. “ Even though we knew that those aboard the lost vessel had richly deserved their fate, we were horrified by the suddenness of the disaster.
    [Show full text]
  • Sejarah Awal·Begiatan Ebonom-I
    Sejarah awal·begiatan ebonom-i . ' ~ Di kawasan' Pantai Timur Saba:h \-tB 6.:l·:L.o ll ~'l­ golongan iaitu aristokrat, Selain menghasilkan , bermaksud third port. kebanyakan dan hamba. teknologi mfmangkap ikan, Menurut satu sumber , Golongan aristokrat adalah men~gkap ikan, memproses lisan, istilah ga9ai tersebut merujuk kepada datu-datu ~an menghasilkan produk­ dikaitkan dengan kewujudan Sulu yang bertanggungjawab produk perikanan,hamba juga sebuah kedai Cina yang menguruskan pentadbiran, ' diperlukan oleh datu-datu memberikan kemudahan pemburuan hamba, Sulu untuk·mengemudlkan kredit kepada penduduk mengumpul dan membawa . "Lanong" (joanga), "garay" untuk rn,endapatkan ' sumber hutan dan maritim ke (panco atau penjajap) dan keperluan harian mereka dan Jolo. "salisipan" (vinta, baroto akan dibayar dalam bentuk Orang kebanyakan pula atau kakap) yang sarat komoditi hutan dan maritim merujuk kepada penduduk dengan pelbagai produk laut yang mempunyai nilai di ** Sambungan bifisa yang menetap di jajahan dan hutan menyeberangi pasaran. artikel'Sejarah Kesultanan Sulu. Sementara Lallt Sulu untuk 'sampai ke Sifat topografi Pantai Pentadbiran Awal itu, istilah hamba di dalam eelabuhan Jolo. , Timur Sab~h yang disaliri di Sabah' Oleh sistem sosial Kesultanan Sulu' Selain dari itu, hamba juga ' oleh beberapa batang ISMAIL ALI, UMS ** telah dijelaskan oleh Warren bertindak sebagai pengikut sungai utama sepel;ti Sungai (1981 :2~5) seperti berikut: ' dan tentera kepada datu­ Kinabatangan, Sungai EMASA p~merintahan Segaliu,d, Sungai Sepilok, datu Sulu. Menurt\t Anne FOTO menunjukkan pemandangan Sandakan (Elopura). Kesultanan Sulu, ' "Slavery in the Sulu Sultanate Lidsey Reber (1996:7): Sungai Seguntor, Sungai Spenduduk di was not as rigidly defined an Bode,SungaiSekong,Sungai putih dihasilkan daripada air I perikanan tetapi menjadi impregnated with salt ..
    [Show full text]