KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA TANAMAN KELAPA DI KELURAHAN BESAR, KECAMATAN MEDAN LABUHAN, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

ERIKA WAHYU HASIBUAN 120301183 AGROTEKNOLOGI/HPT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

Universitas Sumatera Utara KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA TANAMAN KELAPA DI KELURAHAN BESAR, KECAMATAN MEDAN LABUHAN, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

ERIKA WAHYU HASIBUAN 120301183 AGROTEKNOLOGI/HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

Erika Wahyu Hasibuan, Diversity in Coconut Plants in Kelurahan Besar, Medan Labuhan District, North of Sumatra. Undersupervised byAmeilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc, Ph.D as main supervisor and Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. as a vice supervisor. This research aims to determine the diversity of of coconut plant in Kelurahan Besar, Medan Labuhan District, North of Sumatra. The research was conducted in Kelurahan Besar, Medan Labuhan District, North of Sumatra started from June to July 2019 using diagonal methods (size sampler is 23 x 23 m) of 5 plots, eachs plot using 3 traps (sweep net, yellow trap, fit fall trap) for 5 x observations at 2 day intervals. The results showed consist of 9 orders insects were identified in the coconut plantations, 33 families, 43 genera with a total of 786 individuals. The most caught insect families are from the family Chironomidaea much as 357 individuals, followed by the Ceratopogonidae family of 116 individuals, and family Ectobiidae 102 individuals. Score of Absolute Density (AD), Relative Density (RD) are performed with fluctuating values. Based on insect status, there were 20 species is categorized into pests (720 individuals); predators (19 species, 59 individuals); parasitoids (4 species; 6 individuals) and 1 as pollinators is Luciliasp. When the Type of Richness Index value is calculated as R = 8.42, Evenness Index (E = 0.55), and Insect diversity index (H '= 2.07), which can be categorized as moderate, meaning that insect diversity is still commonly found in coconut palms. This criterion shows the diversity of pests and natural enemies which mutually increase in number of populations towards balance, where environmental conditions are not yet disturbed.

Keywords: diversity, insects, coconut plants, pest, natural enemies

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Erika Wahyu Hasibuan, Keanekaragaman Serangga pada Tanaman Kelapa di Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara. Di bawah bimbingan Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc, Ph.D sebagai ketua dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. sebagai anggota.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga pada tanaman kelapa di Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara dari bulan Juni sampai bulan Juli 2019 menggunakan metode diagonal (ukuranvsampel 23 x 23 m) berjumlah5 plot, masing masing plot menggunakan 3 perangkap (sweep net,yellow trap,fit fall trap) dilakukan sebanyak 5 x pengamatan dengan interval 2 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdiri dari 9 ordo serangga yang teridentifikasi, 33 famili, 43 genus dengan jumlah 786 ekor.Keluarga serangga yang paling banyak ditangkap adalah dari keluarga Chironomidae sebanyak 357 individu, diikuti oleh keluarga Ceratopogonidae yang terdiri atas 116 individu, dan keluarga Ectobiidae 102 individu.Nilai Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR) dilakukan dengan nilai berfluktuasi. Berdasarkan status serangga, ada 20 spesies yang dikategorikan menjadi hama (720 individu); predator (19 spesies, 59 individu); parasitoid (4 spesies; 6 individu) dan 1 sebagai penyerbuk adalah Lucilia sp.Manakala nilai Indeks Kekayaan Jenis dihitung sebesar R=8,42, Indeks Kemerataan (E=0.55),dan Indeks Keanekaragaman jenis serangga (H’=2.07) yang dapat dikategorikan sedang, yang berarti bahwa keanekaragaman serangga masih banyak ditemukan di pohon kelapa. Kriteria ini menunjukkan keanekaragaman hama dan musuh alami yang saling meningkatkan jumlah populasi menuju keseimbangan, dimana kondisi lingkungan belum terganggu.

Kata kunci : keanekaragaman, serangga, tanaman kelapa, hama, musuh alami

Universitas Sumatera Utara DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Erika Wahyu Hasibuan, lahir di Medan pada tanggal12 Februari1995, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Irwan

Hasibuan dan Ibu Arita Murni Nasution.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah tahun 2006 penulis tamat dari SD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO Medan, tahun 2009 penulis tamat dari SMP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO Medan, tahun 2012 tamat dari SMAN 16 Medan.

Terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012 melalui jalur

UMB Mandiri.

Selama mengikuti perkuliahan Penulis berkesampatan membantu dosen sebagai asisten dalam menjalankan praktikum di Laboratorium Pestisida dan

Teknik Aplikasi pada tahun 2016.

Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.

Perkebunan Nusantara VI (Persero) Jambi pada Juli – Agustus 2015 dan melaksanakan penelitian di Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan,

Sumatera utara pada bulan Juni sampai Juli 2019.

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini .

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Keanekaragaman Serangga Pada

Tanaman Kelapa Di Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan,

Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi

Pembimbing Ibu Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc, Ph.D sebagai ketua dan

Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. sebagai anggota, yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli2019

Penulis

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRACT ...... i

ABSTRAK ...... ii

RIWAYAT HIDUP ...... iii

KATA PENGANTAR ...... iv

DAFTAR ISI ...... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ...... 1 Tujuan Penelitian ...... 3 Hipotesa Penelitian ...... 3 Kegunaan Penelitian ...... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ...... 4 Keanekaragaman Serangga ...... 7 Hama Pada Tanaman Kelapa ...... 8

BAHAN DAN METODE TempatdanWaktuPenelitian ...... 12 BahandanAlatPenelitian ...... 12 PelaksanaanPenelitian ...... 12 Penentuan Lokasi Pengamatan ...... 12 Pengambilan Sampel ...... 12 Perangkap jaring (sweep net) ...... 13 Perangkap kuning (Yellow Trap) ...... 13 Perangkap jatuh (fit fall trap) ...... 14 Metode Analisa Data ...... 14 Frekuensi Mutlak (FM) ...... 14 Frekuensi Relatif (FR) ...... 15 Kerapatan Mutlak (KM) ...... 15 Kerapatan Relatif (KR) ...... 15 Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga ...... 15 Indeks Kemerataan ...... 16 Indeks Kekayaan Jenis ...... 17 Pengukuran Faktor Lingkungan ...... 17 Identifikasi Serangga ...... 18 Peubah Amatan ...... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Serangga Yang Tertangkap ...... 20

Universitas Sumatera Utara Nilai Frekuensi Mutlak (FM),Frekuensi Relatif (FR),Kerapatan Mutlak (KM),Kerapatan Relatif (KR)...... 21 Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga ...... 24 Faktor Lingkungan ...... 25 Status Serangga Pada Pertanaman Kelapa ...... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...... 30 Saran ...... 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 1. Jumlah dan Jenis Serangga Yang Tertangkap 20 2. Nilai Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR), 23 Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR) 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Kekayaan (R) dan 25 Kemerataan (E) 4. Suhu , PH tanah, kelembaban (RH), Curah Hujan (RR) 26 5. Status Serangga Pada Pertanaman Kelapa 27

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 1. Perangkap Jaring (Sweep Net) 13 2. Perangkap Yellow Trap 13 3. Perangkap Fit Fall Trap 14

Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Foto Lahan Penelitian 35 2. Foto Perangkap 36 3. Foto Serangga Yang Tertangkap 37 4. Data Serangga Yang Tertangkap 43 5. Status Serangga 46

6. Suhu 47 7. Curah Hujan 48 8. Kelembaban 49 9. Titik Sampel 50

Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman multifungsi yang dapat dimanfaatkan seluruh bagian tanamannya. Kelapa memberikan manfaat sebagai sumber pangan, serat , pakan, serta bahan bakar. Tanaman kelapa secara ekonomis merupakan tanaman yang berjasa penting dan berkontribusi besar bagi .

Kelapa melalui kopra sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa dan pernah menjadi primadona ekspor komoditas pekebunan Indonesia hampir 40 % pendapatan negara berasal dari ekspor kopra (Simpala dan Kusuma, 2017).

Dilaporkan luas areal pertanaman kelapa tahun 2015 sekitar 3.548.883 ha dengan produksi 2.920.665 ton. Sedangkan tahun 2017 mengalami penurunan luas menjadi sekitar 3.507.764 ha dengan produksi 2.871.280 ton serta produktivitas

1.096 kg/ha. Volume ekspor komoditas kelapa tahun 2015 sebesar 1.826.310 ton dengan nilai ekspor US$ 1 juta sedangkan volume ekspor tahun 2016 sebesar

1.123.392 ton dengan nilai ekspor kelapa sebesar US$ 843 (Dirjenbun, 2017).

Semakin tinggi kebutuhan manusia, maka kebutuhan kelapa (kopra) semakin meningkat. Namun tidak terjadi keseimbangan, dimana setiap tahun kebutuhan kelapa semakin meningkat, sedangkan produksi kelapa menurun. Hal ini disebabkan karena: (1) Rata–rata tanaman melewati umur produktif (60 tahun ke atas), (2) Perlakuan budidaya sangat minim, baik pemeliharaan, pemupukan, maupun pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit dan (3) adanya serangan hama/penyakit yang tidak berkesudahan, walaupun usaha pemberantasannya telah dilaksanakan secara intensif (Ibrahim, 2010).

Universitas Sumatera Utara Berbagai jenis hama menyerang tanaman kelapa antara lain Oryctes rhinoceros, B. longissima, Sexava sp, Artona catoxantha, Setora nitens, dan

Plesispa reiche. B. longissima merupakan salah satu hama yang dahulunya hanya tersebar dibeberapa daerah tertentu, namun terakhir ini telah menyebar luas di berbagai daerah yang sebelumnya tidak mengalami masalah dengan hama kumbang janur kelapa (Singh dan Rethinan, 2005).

Perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang berada di lingkungan sekitarnya). Faktor dalam yang turut menentukan tinggi rendahnya populasi serangga antara lain: kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin, sifat mempertahankan diri, siklus hidup dan umur imago. Sedangkan salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas: suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi. Selanjutnya dinyatakan bahwa tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara pertemuan dua faktor tersebut (Jumar, 2000).

Semua bagian tanaman kelapa dapat terserang oleh hama baik daun, batang, akar, bunga dan buahnya. Akibat dari serangan hama dapat membuat pertumbuhan tanaman serta produksi buah menurun. Salah satu teknik pemecahan masalah pada produksi kelapa adalah dengan analisis keanekaragaman serangga untuk mengetahui jenis dan jumlah populasi hama, predator dan parasitoid yang terdapat pada lahan pertanaman kelapa serta menganalisa hama utama yang terdapat pada tanaman kelapa. Sehingga penulis melakukan penelitian ini untuk

Universitas Sumatera Utara melihat keanekaragaman serangga pada tanaman kelapa di Kelurahan Besar,

Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui keanekaragaman serangga pada tanaman kelapa di

Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara.

Hipotesa Penelitian

Adanya keanekaragaman serangga yang terdapat pada tanaman kelapa di

Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Wagiman (2006), klasifikasi dari tanaman kelapa adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Kelapa merupakan tumbuhan monokotil berakar serabut. Susunannya terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder, kemudian akar sekunder akan bercabang menjadi akar tersier, begitu seterusnya.

Kedalamannya bisa mencapai 8–16 m secara vertikal dari permukaan tanah

(Wagiman, 2006).

Batang kelapa tidak bercabang dengan titik tumbuh batang kelapa terletak di ujung pucuk, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk kubis. Di batang, terdapat pangkal pelepah - pelepah daun yang melekat kokoh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati (Sijabat, 2001).

Daun kelapa merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip. Daun bertoreh sangat dalam sehingga tampak seperti daun majemuk. Pada satu pohon dewasa bisa terdapat 30 tangkai daun yang tumuh memahkotai ujung batang. Di

Universitas Sumatera Utara tiap tangkai bisa terdapat 200 helai daun dengan panjang kurang lebih 1 meter

(Simpala dan Kusuma, 2017).

Pohon kelapa mulai berbunga kira-kira setelah 3 – 4 tahun, pada kelapa genjah, dan 4 – 8 tahun pada kelapa dalam, sedang kelapa Hibrida mulai berbunga sesudah umur 4 tahun. Karangan bunga mulai tumbuh dari ketiak daun yang bagian luarnya diselubungi oleh seludang yang disebut spatha. Spatha merupakan kulit tebal dan menjadi pelindung calon bunga, panjangnya 80 – 90 cm

(Steenis, 2005).

Buah kelapa termasuk dalam golongan buah batu karena memiliki 3 lapisan kulit yaitu kulit bagian luar (eksokarp) yang tipis (0,1 mm) yang mengkilap dan memiliki warna tergantung pada kultivarnya ketika masih muda.

Buah dewasa akan berubah warna menjadi coklat dan akan berwarna abu-abu saat buah kering. Bagian tengah (mesokarp) memiliki serabut yang tebal (4-8 cm), berwarna putih ketika muda dan berubah menjadi coklat ketika sudah masak.

Bagian kulit dala (endokarp) merupakan bagian yang keras dan berkayu serta cukup tebal (3-6 mm) berwarna coklat tua yag biasa disebut tempurung

(Ohler & Magat, 2016).

Biji kelapa memiliki lapisan paling luar (testa) yang tipis dan berwarna coklat. Biji kelapa berbentuk bulat dengan diameter biji kelapa sekitar 12 cm. Di dalam testa terdapat endosperm berwarna putih dengan ketebalan sekitar 1-2 cm yang mengandung banyak minyak. Selain itu, pada bagian dalam biji terdapat rongga yang berisi endosperm cair. Pada saat awal pembentukan endosperm rongga ini berisi 700 ml dan akan berkurang hingga 270 ml setelah endosperm terbentuk penuh (Foale & Harries, 2009).

Universitas Sumatera Utara Syarat Tumbuh

Iklim

Pertumbuhan kelapa membutuhkan suhu, kelembaban, keadaan tanah dan jumlah sinar matahari yang cukup. Kelapa tumbuh optimal pada suhu 20-27 0C dan dapat tumbuh hingga ketingggian 4000 kaki dari permukaan laut. Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan berkisar antara 50-90 in/tahun (1300-2300 mm/tahun), serta tidak kurang dari 40 in/tahun. Curah hujan hingga 150 in/ tahun masih dapat di tolerir jika terdapat sistem pengairan yang baik (Wagiman, 2006).

Tanaman Kelapa sangat membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Faktor lingkungan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan kelapa adalah iklim. Faktor iklim sangat dipengaruhi oleh letak lintang dan ketinggian tempat. Tanaman kelapa pertumbuhan optimumnya pada 10˚ LS - 10˚ LU dan masih tumbuh dengan baik pada 15˚ LS –

15˚ LU, oleh sebab itu kelapa banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis seperti

Indonesia, Philipina, India, Srilangka, dan Malaysia (Setyamidjaja, 2000).

Tanah Tanaman kelapa dapat tumbuh pada bagian jenis tanah, aluvial, lateril, vulkanis, berpasir, liat dan tanah berbatu, tetapi paling baik pada endapan aluvial.

Derajat kemasaman (pH) tanah yang terbaik untuk pertumbuhan kelapa adalah

6,5–7,5. Namun demikian kelapa masih dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai pH 5–8 (Wagiman, 2006).

Dalam pertumbuhannya, tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar

(0-3%). Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi (3-50%) maka harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi. Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia, yaitu bila kandungan air tanah sama dengan laju

Universitas Sumatera Utara evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi. Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik dan keadaan penutup tanah (Prastowo, 2007).

Keanekaragaman Serangga

Serangga merupakan bioindikator kesehatan hutan. Penggunaan serangga sebagai bioindikator akhir-akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utaman untuk menggambarkan adanya keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Sejumlah kelompok serangga seperti kumbang, semut, kupu-kupu dan rayap memberikan respon yang khas terhadap tingkat kerusakan hutan sehigga memiliki potensi sebagai spesies indikator untuk mendeteksi perubahan lingkungan akibat konversi hutan oleh manusia yang sekaligus menjadi indikator kesehatan hutan ( Subekti, 2013).

Keanekaragaman makhluk hidup dapat ditandai dengan adanya perbedaan, warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat lainnya.

Keanekaragaman dari makhluk hidup dapat juga terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati (Michael, 1995).

Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh keragaman jenis cukup diperlukan meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Krebs, 1985). Untuk Memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan

Universitas Sumatera Utara kemampuan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Odum,1971).

Faktor faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain persaingann antar individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan,serangan predator, parasit atau penyakit, emigrasi, faktor iklim misalnya cuaca, suhu dan kelembaban. Sedangkan faktor internal yaitu perubahan genetik dari populasi (Oka, 1995).

Hama Pada Tanaman Kelapa

Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.)

Pada tanaman yang berumur antara 0-1 tahun, kumbang dewasa (jantan atau betina) melubangi bagian pangkal batang yang dapat mengakibatkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak. Pada tanaman dewasa kumbang dewasa akan melubangi pelepah termuda yang belum terbuka.

Jika yang dirusak adalah pelepah daun yang termuda maka ciri khas bekas kerusakan adalah janur seperti digunting berbentuk segitiga (Suhardiyono, 1995).

Tindakan pengendalian dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :

- Pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3- 5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5- 10 ekor, dan setiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor.

- Penghancuran tempat peletakan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh dan dengan cara pengutipan (handpicking) kumbang dewasa

Universitas Sumatera Utara ditanaman yang terserang, apabila jumlahnya masih terbatas.

- Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal tanaman menghasilkan dapat dikendalikan dengan jamur Metarhizium anisopliae sebanyak

20 g/m2.

- Pemerangkapan O. rhinoceros menggunakan fetotrap, berupa feromon sintetik yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 liter.

- Menggunakan kimiawi, yaitu dengan menaburkan insektisida butiran

Karbosulfan sebanyak 0,05-0,10 g bahan aktif /pohon setiap 1-2 minggu.

( Prawirosukarto et al., 2003 ).

Kumbang Janur Kelapa (Brontispa longissima Gestro.)

Kumbang janur kelapa bisa ditemukan pada bagian dalam lipatan pinak daun atau di antara pinak-pinak daun dan menggerek lapisan epidermis sehingga menimbulkan bercak-bercak cokelat memanjang dalam suatu garis lurus. Garis-garis tersebut sejajar satu dengan lainnya dan serangan terus menerus menyebabkan bercak-bercak ini kemudian menyatu sehingga daun kelihatan mengeriput dan setelah pelepah terbuka penuh daun kelihatan seperti terbakar. Kumbang betina akan bertelur dan menghasilkan larva, kemudian larva berkembang menjadi pupa dan imago. Seluruh tahap perkembangan hama tersebut dapat ditemukan di satu tanaman. Kumbang dan larva merupakan tahap perkembangan hama yang merusak. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang sama dengan gejala yang dihasilkan akibat gerekan larva (BPPP, 2012).

Beberapa teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi hama ini adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara - Langkah awal pencegahan penyebaran Brontispa longissima yakni melalui

karantina pada setiap pintu masuk pelabuhan, daratan atau bandar udara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu media potensial penyebaran

Brontispa longissima adalah palma hias.

- Pengendalian hayati menggunakan parasitoid Tetrastichus brontispae ,

predator Cocopet dan entomopatogen M.anisopliae.

- Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan memotong pucuk kelapa

muda yang masih diinfestasi dengan hama kemudian membakarnya untuk

menghindari perkembangbiakan Brontispa longissima di lapangan

(Badan Litbang Pertanian, 2012).

Belalang Pedang (Sexava spp.)

Nimfa dan imago hama Sexava spp. memakan daun tanaman kelapa dari pinggir, meninggalkan bekas gigitan yang tidak rata. Serangan dimulai dari pelepah yang paling bawah sebelum daun dibagian bawah habis dimakan maka hama Sexava spp. tidak akan pindah ke daun sebelah atasnya. Pada serangan berat yang tertinggal hanya beberapa pelepah pucuk, sedangkan daun-daun di bagian bawah tinggal lidinya saja, sehingga tanaman kelapa terhambat pertumbuhannya atau tidak menghasilkan buah selama 1 sampai 2 tahun bahkan menimbulkan kematian pada tanaman (Dirjenbun, 2009).

Tindakan pengendalian dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :

- Pengendalian kultur teknis yaitu dengan pembuatan bobokor pada radius

2 m dari pangkal batang kelapa yang bertujuan untuk menghindari Sexava spp. meletakkan telur , pembabatan dan pembersihan lahan disekitar pertanaman,

Universitas Sumatera Utara memangkas 3 atau 4 pelepah tertua yang pangkal pelepahnya dapat dijadikan tempat peletakan telur bagi imago betina.

-Pengendalian secar mekanis yaitu dengan mencari semua stadia hama

Sexava spp. baik telur, nimfa maupun imago.

-Pengendalian hayati dengan menggunakan parasit telur parasitoid

Leefmansia bicolor, parasit nimfa dan imago menngunakan parasitoid

Stichotrema dallatorreanum dan predator seperti semut rang-rang Oecophylla smaragdina (Wagiman et al., 2014).

Universitas Sumatera Utara BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun warga milik Pak Singa di Kelurahan

Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut . Dimulai bulan Juni sampai dengan Juli 2019 .

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kelapa hibrida berumur 1 tahun , imago yang tertangkap, air bersih, alkohol 70%, formalin, deterjen, lem perekat, perangkap warna kuning (yellow trap).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah killing bottle, jaring serangga (Sweep net) , perangkap jatuh (fit fall trap) menggunakan cup, kamera, mikroskop, jarum suntik, alat pengukur suhu Hygrothermometer, pH tanah digital, buku acuan identifikasi yaitu Kalshoven (1981), Borror et al. (1996), dan alat tulis.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan dilakukan di Kelurahan Besar, Kecamatan Medan

Labuhan dengan luas lahan 2 Ha .

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengamati dan mengumpulkan serangga yang tertangkap pada masing-masing titik sampel perangkap yang telah ditentukan secara diagonal dengan ukuran 23 x 23 m berjumlah 5 plot masing masing plot dengan menggunakan 3 perangkap (sweep net, yellow trap, fit fall trap) sebanyak 5 x pengamatan dengan interval 2 hari.

Universitas Sumatera Utara Perangkap Jaring (Sweep Net)

Perangkap ini terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Pengayunan dilakukan sebanyak 10 kali . Serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan, lalu dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan sampel untuk diidentifikasi dan dihitung. Penangkapan serangga dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 – 10.00 atau sore hari pukul 16.00 – 17.00.

Gambar 1. Sweep Net Sumber : Foto Langsung (2019)

Perangkap Kuning (Yellow Trap)

Perangkap ini terbuat dari kertas berwarna kuning dengan ukuran 25 cm x

20 cm yang diolesi lem perekat. Dipasang pada pagi hari pukul 08.00 WIB dengan interval pemantauan dua hari sekali dengan waktu pengamatan 5x pemantauan selama 2 minggu. Serangga yang diperoleh pada perangkap ini dikumpulkan, diidentifikasi dan dihitung.

Gambar 2. Yellow trap Sumber : Foto Langsung (2019)

Universitas Sumatera Utara Perangkap Jatuh ( fit fall trap)

Perangkap ini digunakan untuk menangkap serangga yang hidup diatas permukaan tanah. Pemasangan dilakukan pada titik sampel yang telah ditentukan.

Pada Masing-masing titik sampel yang telah ditentukan ditempatkan dan ditanam cup plastik berdiameter 9 cm , dilapisi plastik berwarna kuning kemudian diisi air sebanyak 150 ml ditambah sedikit larutan deterjen. Perangkap dipasang pada pagi hari pukul 08.00 WIB serangga yang terperangkap dimasukkan ke dalam wadah botol sampel dihitung dan diidentifikasi. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali selama 5 kali pengambilan data.

Gambar 3 . Fit fall trap Sumber : Foto Langsung (2019)

Metode Analisa Data

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diagonal.Serangga-serangga yang diperoleh pada setiap penangkapan dikumpulkan, dikelompokkan dan diidentifikasi kemudian dianalisis menggunakan rumus- rumus sebagai berikut :

- Frekuensi Mutlak (FM) suatu jenis serangga :

Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Purba, 2010).

Universitas Sumatera Utara - Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis serangga :

Frekuensi relatif menunjukkan kesering hadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 1997).

- Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga :

Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Purba, 2010).

- Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis serangga:

Kerapatan relatif bertujuan untuk mengetahui persentase kerapatan per spesies dalam total jumlah seluruh spesies (Odum, 1971).

- Indeks Keanekaragaman jenis serangga

Indeks keanekaragaman merupakan suatu penggambaran secara matematik

untuk mempermudah dalam menganalisis informasi mengenai jumlah jenis

indvidu serta berapa banyak jumlah jenis individu yang ada dalam suatu area.

Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis serangga digunakan

indeks Shanon-Weiner (H’) dengan rumus :

Universitas Sumatera Utara

Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Weiner

Pi = Proporsi jumlah individu ke-1 dengan jumlah total individu

Ni = Spesies ke-i

N = Jumlah total individu (Price, 1997).

Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut Krebs (1978) sebagai berikut:

H’ < 1 menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah

1 < H’ < 3 menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang

H’ > 3 menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi

Indeks Kemerataan (Index of Evenness)

Indeks kemerataan dapat dihitung dengan rumus yang diadopsi dari

Pielou (1966). Indeks ini menggambarkan perataan penyebaran inidividu dari spesies organisme yang menyusun komunitas.

dimana:

E : Indeks Kemerataan

H’ : Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

S : Jumlah genus

Kriteria penilaian berdasarkan kemerataan jenis:

E < 0,50 : Komunitas berada pada kondisi rendah

Universitas Sumatera Utara 0,50

0,75

Indeks Kekayaan Jenis (species richness)

Indeks ini menggambarkan kekayaan jenis setiap spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai. Indeks kekayaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang diadopsi dari Margalef (1958):

dimana:

R : indeks kekayaan jenis

S : jumlah total jenis dalam suatu habitat

N : jumlah total individu dalam suatu habitat dengan kriteria:

R < 2,5 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah

2,5> R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang

R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi

Pengukuran Faktor Lingkungan

Pengambilan data faktor lingkungan dilakukan pada tiap pengamatan. Data yang diambil meliputi suhu udara, suhu tanah, kelembaban, pH dan curah hujan. a. Suhu

Suhu yang diukur adalah suhu udara di tempat pemasangan perangkap dengan menggunakan Hygrothermometer. Pengukuran suhu udara dilakukan dengan cara mengaktifkan alat Hygrothermometer kemudian dibiarkan selama ± 5 detik dan membaca skalanya. Pengukuran suhu pada pagi hari dilakukan pukul

08.00 WIB , siang hari pukul 13.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara b. Kelembaban

Pengukuran kelembaban di tempat pemasangan perangkap dilakukan dengan menggunakan Hygrothermometer yaitu dengan cara mengaktifkan alat

Hygrothermometer kemudian membiarkan selama ± 5 detik dan membaca skalanya. Pengukuran kelembaban dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB, siang hari pukul 13.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB. c. Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan mengukur pH tanah disekitar tanaman kelapa menggunakan alat ukur pH digital. d. Curah Hujan

Pengukuran curah hujan data diambil dari website BMKG wilayah Medan.

Identifikasi Serangga

Semua sampel serangga yang didapat dari lapangan dibawa ke laboratorium. Kemudian dikelompokkan sesuai dengan lokasi pengambilan sampel dan diawetkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya serangga diidentifikasi dengan memperhatikan bentuk luar (morfologi) dengan bantuan lup, mikroskop, serta buku acuan, Kalshoven (1981), dan Borror et al. (1996). Identifikasi dilakukan sampai pada tingkat Genus atau spesies.

Peubah Amatan

1. Jumlah dan Jenis Serangga Tertangkap

Serangga yang tertangkap dikumpulkan. Diindentifikasi dan dihitung

sesuai dengan kelompok famili masing-masing setiap serangga pada setiap

pengamatan.

Universitas Sumatera Utara 2. Nilai Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak dan Kerapatan

Relatif pada setiap pengamatan.

Dengan diketahuinya jumlah populasi serangga tertangkap yang telah

diidentifikasi maka dapat dihitung nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif,

kerapatan mutlak dan kerapatan relatif pada setiap pengamatan.

3. Nilai Indeks Kekayaan Jenis (species richness)

Indeks kekayaan jenis berfungsi untuk mengetahui kekayaan jenis setiap

spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai.

4. Nilai Indeks Kemerataan (Index of Evenness)

Indeks Kemerataan (Index of Evenness) berfungsi untuk mengetahui

kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai.

5. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan

diketahui, maka dihitung nilai indeks keanekaragamn masing masing

pengamatan menggunakann rumus indeks Shanon-Weiner (H’).

Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap

Hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan menunjukkan jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai perangkap pada pertanaman kelapa diidentifikasi sebanyak 9 ordo 33 famili, 43 genus dengan jumlah 786 ekor.

Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa jumlah serangga yang paling banyak adalah dari famili Chironomidae sebesar 357 ekor, diikuti oleh famili

Ceratopogonidae sebesar 116 ekor, setelah itu disusul oleh famili Ectobidae sebesar 102 ekor. Hal ini dikarenakan pada areal penelitian terdapat bedengan

(lampiran 1) yang mana family Chironomidae dari Ordo Diptera sering meletakkan telur di dalam air. Didukung penelitian yang dilakukan oleh

Sulistiyarto (2016) yang menyatakan Chironomidae cenderung memilih tempat bertelur di air yang mengandung hara tinggi dan memiliki kompleksitas struktur habitat.

Tabel 1. Jumlah serangga yang tertangkap pada pertanaman kelapa

Pengamatan Tot Rata- Ordo Family/Genus/Spesies rata 1 2 3 4 5 al Araneae Lycisidae/Lycosidae 5 2 4 3 0 14 2.8 Blatodea Ectobiidae / Blatella 8 17 21 16 30 102 18.4 Carabidae / Pheropsophus 5 0 1 0 1 7 1.4 Curculionidae/Baris 0 0 2 0 0 2 0.4 Coleoptera Salpingidae/ Lissodema 3 3 3 1 3 13 2.6 Staphylinidae/ Paedorus 1 0 0 0 1 2 0.4 fuscipes Asilidae / Promachus 1 0 0 0 0 1 0.2 Bombyliidae / Toxophora 0 0 1 0 0 1 0.2 Calliphoridae/ Lulicia 0 0 1 0 0 1 0.2 Diptera Ceratopogonidae 89 0 6 1 21 116 23.4 Chironomidae / Chironomus 18 19 21 15 16 89 17.8 Chironomidae/Glyptotendipes 58 24 46 94 46 268 53.6

Universitas Sumatera Utara Culicidae / Anopheles sp 7 1 10 7 15 40 8 Dolichopodidae / 2 2 0 1 1 6 1.2 MuscidaeCondylostylus / Musca domestica 13 6 0 3 2 24 4.8 Psycodidae / Psychoda 0 0 1 1 1 3 0.6 Sarcophagidae / Sarcophaga 5 1 0 0 0 6 1.2 Tipulidae / Tipula 1 2 1 0 1 5 1 Alididae / Leptocorisa acuta 1 0 0 0 1 2 0.4 Cicadellidae / Kolla 1 3 0 1 0 5 1 Hemiptera Coreidae/Cletus 0 1 3 0 2 6 1.2 Delpachidae 1 1 0 2 5 9 1.8 Braconidae / Cotesia 1 0 0 0 0 1 0.2 Chrysdidae / Chrysis 0 1 0 1 0 2 0.4 Chrysdidae/ Chrysura sp 0 0 1 0 1 2 0.4 Formicidae / Dolichoderus 1 0 0 0 1 1 0.2 Formicidae / Solenopsis 4 0 0 3 2 9 1.8 Hymenoptera Ichneumonidae / Amblyteles 0 0 1 0 0 1 0.2 armatorius Specidae/ Isodantia 0 2 0 0 0 2 0.4 Specidae / Sceliphron 0 3 1 0 1 5 1 Vespidae/ Gribodia 0 0 1 0 0 1 0.2 Vespidae / Ropalidia 1 0 0 0 0 1 0.2 Lepidoptera Erebidae / Arctiidae 0 1 1 0 0 2 0.4 Coenagrionidae/Agriocnemis 2 1 0 2 0 5 1 femina Coenagrionidae/ Ceriagrion 0 0 0 0 2 2 0.4 calaminem Coenagrionidae/ Ischnura 0 0 1 0 0 1 0.2 senegalenensis Libellulidae / Acisoma 0 1 0 0 0 1 0.2 Odonata panorpoides Libellulidae/ Crocothemis 0 0 1 0 0 1 0.2 servilia Libellulidae / Neurothemis 1 0 0 0 0 1 0.2 intermedia Libellulidae/ Pantala 0 0 0 2 0 2 0.4 Orthetrum/flavescens Orthetrum sabina 0 1 0 2 0 3 0.6 Gryllidae/ Gryllus 7 5 3 5 1 19 4.2 Phygomorphidae/ 0 1 0 1 0 2 0.4 Atractomorpha similis

Total 236 98 131 161 153 786 155.8

Nilai Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Mutlak

(KM) dan Kerapatan Relatif (KR)

Nilai Frekuensi mutlak (FM), frekuensi relatif (FR), kerapatan mutlak

(KM) dan kerapatan relatif (KR) dari serangga yang tertangkap pada pertanaman

Universitas Sumatera Utara kelapa di Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan dapat kita lihat pada Tabel

2.

Dari hasil pengamatan yang terdapat pada Tabel 2. Menunjukkan bahwa nilai frekuensi relatif (FR) yang tertinggi terdapat pada family Ectobiidae ,

Salpingidae, Chironomidae, Culicidae, Gryllidae yaitu sebesar 4,76 % . Hal ini menunjukkan bahwa serangga tersebut sering hadir pada lahan pengamatan dan penyebaran serangga tersebut luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purba (2010) yang menyatakan bahwa frekuensi relatif menunjukkan keseringhadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut.

Nilai frekuensi relatif terendah terdapat pada family Curculionidae,

Asilidae, Bombyliidae, Calliphoridae, Braconidae, Formicidae, Ichneumonidae,

Specidae, Vespidae, Coenagrionidae, Libellulidae yaitu sebesar 0.95%. Menurut para peneliti serangga yang jarang hadir pada lahan pertanaman disebabkan karena adanya persaingan antar serangga terhadap makanan dan lingkungan. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) yang menyatakan nilai frekuensi yang terendah terdapat pada famili Tettigonidae, Carabidae,

Chysomalidae, Coccinelidae, Scarabidae, Tenebrionidae, Vespidae dan

Pompilidae dengan nilai frekuensi relatif (FR) sebesar 2,61%. Faktor yang mempengaruhi ialah persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/parasit/penyakit, emigrasi faktor iklim misalnya cuaca, suhu, kelembaban, sedangkan internal berasal dari perubahan genetik suatu populasi.

Universitas Sumatera Utara Nilai kerapatan relatif (KR) serangga yang tertinggi terdapat pada family

Chironomidae yaitu sebesar 34,14 % dan yang terendah terdapat pada family

Asilidae, Bombyliidae, Calliphoridae, Braconidae, Formicidae, Ichneumonidae,

Vespidae, Coenagrionidae, Libellulidae yaitu sebesar 0.13 %. Besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah dan jenis serangga yang terdapat dalam habitat.

Semakin banyaknya jumlah dan jenis serangga yang tertangkap, maka akan semakin besar nilai KRnya. Menurut Pielou (1999) menyatakan bahwa di dalam teori kompetisi dimana kompetisi yang tinggi di dalam relung yang sempit akan menghasilkan lebih banyak jenis yang dapat memasuki habitat.

Tabel 2. Nilai Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Mutlak (KM) dan Kerapatan Relatif (KR). Ordo Family Genus/Spesies KM KR(%) FM FR(%) Araneae Lycisidae Lycosidae 14 1.78 4 3.80 Blatodea Ectobiidae Blatella 102 12.99 5 4.76 Carabidae Pheropsophus 7 0.89 3 2.85 Curculionidae Baris 2 0.25 1 0.95 Coleoptera Salpingidae Lissodema 13 1.66 5 4.76 Staphylinidae Paedorus fuscipes 2 0.25 2 1.90 Asilidae Promachus 1 0.13 1 0.95 Bombyliidae Toxophora 1 0.13 1 0.95 Calliphoridae Luculia 1 0.13 1 0.95 Ceratopogonidae 116 14.78 4 3.80 Chironomus 89 11.34 5 4.76 Chironomidae Glyptotendipes 268 34.14 5 4.76 Diptera Culicidae Anopheles 40 5.10 5 4.76 Dolichopodidae Condylostylus 6 0.76 4 3.80 Muscidae Musca domestica 24 3.06 4 3.80 Psycodidae Psycoda 3 0.38 3 2.85 Sarcophagidae Sarcophaga 6 0.76 2 1.90 Tipulidae Tipula 5 0.76 4 3.80 Alididae Leptocorisa acuta 2 0.25 2 1.90 Cicadellidae Kolla 5 0.64 3 2.85 Hemiptera Coreidae Cletus 9 1.15 4 3.80 Delpachidae 6 0.76 3 2.85 Braconidae Cotesia 1 0.13 1 0.95 Chrysis 2 0.25 2 1.90 Hymenoptera Chrysdidae Chrysura 2 0.25 2 1.90 Formicidae Dolichoderus 1 0.13 1 0.95

Universitas Sumatera Utara Solenopsis 9 1.15 3 2.85 Ichneumonidae Amblyteles 1 0.13 1 0.95 armatorius Isodantia 2 0.25 1 0.95 Specidae Sceliphron 5 0.64 3 2.85 Gribodia 1 0.13 1 0.95 Vespidae Ropalidia 1 0.13 1 0.95 Lepidoptera Erebidae Arctiidae 2 0.25 2 1.90 Agriocnemis femina 5 0.64 3 2.85 Ceriagrion 2 0.25 1 0.95 Coenagrionidae calaminem Ischnura 1 0.13 1 0.95 senegalenensis Odonata Acisoma panorpoides 1 0.13 1 0.95 Crocothemis servilia 1 0.13 1 0.95 Libellulidae Neurothemis 1 0.13 1 0.95 intermedia Pantala flavescens 2 0.25 1 0.95 Orthetrum Orthetrum sabina 3 0.38 2 1.90 Gryllidae Gryllus 19 2.42 5 4.76 Orthoptera Phygomorphidae Atractomorpha 2 0.25 2 1.90 crenulata Total 786 100 107 100

Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

Indeks keanekaragaman serangga pada tanman kelapa di Kelurahan Besar

Kecamatan Medan Labuhan dapat kita lihat pada Tabel 3. Berdasarkan data hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman serangga (H’) dengan nilai 2,0754 berada dalam kategori sedang. Kriteria ini menunjukkan adanya keragaman hama dan musuh alami yang saling meningkat jumlah populasinya menuju keseimbangan. Menurut Michael (1995) ada 3 kriteria keragaman jenis serangga yaitu keanekaraman jenis rendah apabila H = <1

(kondisi lingkungan tidak stabil), keanekaragaman jenis desang apabila H = 1-3

(Kondisi Lingkungan Sedang), dan keanekaragaman jenis tinggi apabila H= >3

(kondisi lingkungan stabil).

Universitas Sumatera Utara Untuk indeks kekayaan Richness (R) nilainya 8,4218 termasuk dalam kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan kawasan disekitar pengamatan dalam kondisi stabil karena keanekaragaman jenis dengan habitat erat hubungannya satu sama lain yang artinya semakin tinggi keanekaragaman habitat semakin tinggi pula keanekaragaman jenisnya. Menurut Margalef (1958) ada 3 kriteria indeks kekayaan yaitu R < 2,5 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah, 2,5> R

> 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang dan R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi.

Nilai Indeks Kemerataan Evenness (E) yang terdapat pada Tabel 3. nilainya 0,551 berada dalam kategori sedang tergolong dalam kondisi stabil.

Menurut Azis (2015) ada 3 kriteria komunitas lingkungan berdasarkan nilai kemerataan, yaitu bila E' < 0,50 maka komunitas berada pada kondisi tertekan.

Bila 0,50 < E' ≤ 0,75 maka komunitas berada dalam kondisi stabil sedangkan 0,75

< E' ≤ 1,00 maka komunitas berada dalam kondisi yang tidak stabil. Nilai indeks kemerataan (E') dapat menggambarkan kestabilan suatu komunitas. Semakin kecil nilai E' atau mendekati nol, maka semakin tidak merata penyebaran organisme dalam komunitas tersebut yang didominansi oleh jenis tertentu dan sebaliknya semakin besar nilai E' atau mendekati satu, maka organisme dalam komunitas akan menyebar secara merata.

Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Kekayaan (R) dan Kemerataan (E) Perhitungan Nilai Pengamatan Rata- No. Kategori Indeks 1 2 3 4 5 rata 1 Richness (R) 7,686 9,180 8,615 8,625 8,360 8,4218 Tinggi

2 Evenness (E) 0,551 0,628 0,576 0,444 0,559 0,5516 Sedang

3 Shanon-Weiner (H’) 2,074 2,362 2,168 1,670 2,103 2,0754 Sedang

Universitas Sumatera Utara Faktor Lingkungan Tabel 4. Suhu , pH tanah, kelembaban (RH), Curah Hujan (RR) Parameter Pengamatan Rata-rata 1 2 3 4 5 P2 Suhu 0 C 28,8 28,6 27,9 28,5 29,1 29,58 pH tanah 7 7 P37 7 7 7 Kelembaban/ RH (%) 82 82 79 81 81 81% Curah hujan/ RR (mm) 0 0 30,01P4 0 0,8 6,16

Berdasarkan data yang terdapat pada tabelP5 4. Diketahui bahwa rataan suhu dari pengamatan ke-1 sampai ke-5 yang dilakukan di lapangan sebesar 29,58. rataan pH tanah sebesar 7 , kelembaban (RH) sebesar 81 % dan untuk curah hujan

(RR) rataannya sebesar 6,16 mm. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman serangga pada lahan pengamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan.

Hal ini didukung oleh pernyataan Jumar (2000) yang menyatakan bahwa perkembangan serangga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang berada di lingkungan sekitarnya).

Suhu udara disekitar lahan pengamatan termasuk dalam kisaran suhu optimal yaitu 27o – 29o C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Child (2007) yang menyatakan bahwa bahwa suhu optimal untuk perkembangan serangga hama adalah 20o -35o C. Jika suhu < 15o C maka perkawinan menjadi terbatas karena serangga kurang aktif terbang untuk kawin pada suhu tersebut, sedangkan pada suhu > 35o C serangga dapat mati karena dehidrasi.

Pengukuran kelembaban udara pada lokasi penelitian yaitu berkisar 79% -

82%. Ukuran kelembaban masih dalam ukuran normal yaitu berkisar 50% - 90% yang masih dapat ditolerir oleh serangga untuk hidup dan berkembang biak pada tempat tersebut. Kelembaban udara dapat mempengaruhi aktivitas serangga.

Universitas Sumatera Utara Didukung oleh pernyataan Sarmiati (2015) bahwa kelembaban udara berperan sangat besar terhadap kadar air tubuh serangga dan siklus hidup serangga sehingga mengatur aktivitas organisme dan penyebaran serangga. Umumnya semakin tinggi tempat maka kelembaban udara semakin rendah untuk daerah tropis.

Keberadaan serangga juga dapat dipengaruhi oleh pH tanah. Nilai pH tanah berpengaruh terhadap indeks keanekaragaman, karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat mengakibatkan kematian pada serangga. Menurut Heddy dan Kurniati (1994) bahwa nilai pH tanah berpengaruh terhadap jumlah spesies serangga, karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat mengakibatkan kematian pada serangga karena ada beberapa serangga tidak dapat bertahan hidup pada pH tertentu. Keasaman (pH) tanah merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Kondisi pH yang terlalu asam atau basa akan menjadikan organisme mengalami kehidupan yang tidak sempurna atau bahkan mengalami kematian. Rataan pH pada lahan pengamatan adalah 7 ukuran pH ini masih dalam batas toleransi yang dapat memungkinkan serangga hidup dan berkembang biak pada permukaan tanah tersebut. Menurut Desi (2015) pH optimum yang ditolerir oleh serangga berkisar 5-7.

Status Serangga Pada Pertanaman Kelapa

Tabel 5. Status Serangga Pada Pertanaman Kelapa

Family/Genus/Spesies Status Serangga Jumlah Individu Lycosidae Predator 14 Blatella Hama 102 Pheropsophus Hama 7 Baris Hama 2 Lissodema Hama 13 Paedorus fuscipes Predator 2 Promachus Predator 1

Universitas Sumatera Utara Toxophora Predator 1 Lucilia Polinator 1 Ceratopogonidae Hama 116 Chironomus Hama 89 Glyptotendipes Hama 268 Anopheles Hama 40 Condylostylus Predator 6 Musca domestica Hama 24 Pychoda Hama 3 Sarcophaga Hama 6 Tipula Hama 5 Leptocorisa acuta Hama 2 Kolla Hama 5 Cletus Hama 9 Delpachidae Hama 6 Cotesia Parasitoid 1 Chrysis Parasitoid 2 Chrysura Parasitoid 2 Dolichoderus Predator 1 Solenopsis Predator 9 Amblyteles armatorius Parasitoid 1 Isodantia Predator 2 Sceliphron Predator 5 Gribodia Predator 1 Ropalidia Predator 1 Arctiidae Hama 2 Agriocnemis femina Predator 5 Ceriagrion calaminem Predator 2 Ischnura senegalenensis Predator 1 Acisoma panorpoides Predator 1 Crocothemis servilia Predator 1 Neurothemis intermedia Predator 1 Pantala flavescens Predator 2 Orthetrum sabina Predator 3 Gryllus Hama 19 Atractomorpha similis Hama 2

Serangga yang paling banyak tertangkap dilapangan adalah dari jenis hama sebanyak 20 jenis dengan jumlah populasi 720 individu, predator sebanyak

19 jenis dengan jumlah populasi 59, parasitoid sebanyak 4 jenis dengan jumlah populasi 6 dan polinator 1 jenis dengan jumlah 1ekor. Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah serangga hama lebih tinggi dari pada musuh alami.

Universitas Sumatera Utara Hal ini disebabkan oleh faktor alami yang mempengaruhi timbulnya ledakan populasi serangga, faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan serangga dan ketersediaannya makanan. Menurut Risza (1994) secara teoritis pertumbuhan populasi hama akan diikuti oleh pertumbuhan populasi musuh alami. Akan tetapi banyak faktor alamiah, seperti iklim dan tersedianya makanan sepanjang waktu bagi hama tertentu, dapat menyebabkan populasi hama tersebut melampaui batas kritis.

Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN

1. Serangga yang berhasil tertangkap dan teridentifikasi adalah sebanyak 9 ordo

33 famili, 43 genus dengan jumlah 786 ekor.

2. Nilai frekuensi relatif (FR) yang tertinggi terdapat pada family Ectobiidae,

Salpingidae, Chironomidae, Culicidae, Gryllidae yaitu sebesar 4,76 %. Nilai

frekuensi relatif (FR) terendah terdapat pada family Curculionidae, Asilidae,

Bombyliidae,Calliphoridae,Braconidae, Formicidae, Ichneumonidae, Specidae,

Vespidae , Coenagrionidae , Libellulidae yaitu sebesar 0.95%.

3. Nilai kerapatan relatif (KR) serangga yang tertinggi terdapat pada family

Chironomidae yaitu sebesar 34,14 %. Nilai kerapatan relatif (KR) yang

terendah terdapat pada family Asilidae, Bombyliidae, Calliphoridae,

Braconidae, Formicidae, Ichneumonidae, Vespidae, Coenagrionidae,

Libellulidae yaitu sebesar 0.13 %.

4. Indeks keanekaragaman serangga (H’) dengan nilai 2,0754 berada dalam

kategori sedang (1

termasuk dalam kategori Tinggi (R > 4) . Sedangkan nilai Indeks Kemerataan

Evenness (E) nilainya 0,551 berada dalam kategori sedang (E 0,21 < E < 1).

5. Serangga yang paling banyak tertangkap dilapangan adalah dari jenis hama

sebanyak 20 jenis dengan jumlah populasi 720 individu, predator sebanyak 19

jenis dengan jumlah populasi 59, parasitoid sebanyak 4 jenis dengan jumlah

populasi 6 dan polinator 1 jenis dengan jumlah 1ekor.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman serangga pada tanaman kelapa berdasarkan fase pertumbuhan tanaman kelapa. Selain itu

Universitas Sumatera Utara perlu diamati pula mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hama penting dan musuh alami pada pertanaman kelapa.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Azis, D., 2015. Keanekaragaman Jenis Serangga Diurnal pada Perkebunan Kelapa Sawit, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Badan Litbang Pertanian. 2012. Teknologi Pengendalian Hama Brontispa longissima Pada Tanaman Kelapa. Agroinovasi Edisi 2 – 8 Mei 2012 No.3455 Tahun XLII hal 2- 5.

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP). 2012. Inovasi Perkebunan Mendongkrak Pendapatan Petani. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Selatan.

BMKG.2019. http://dataonline.bmkg.go.id. Diakses pada tanggal 10 Juli 2019.

Borror DJ, CA Triplehorn dan NF Johson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Soetiono Porto Soejono. Gajah Mada University Press.

Child, R.E., 2007. Insect Damage As Function Of Climate.Nasional Museum Of Denmark.

Desi,W., 2015. Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah pada Komunitas Mangrove di Pulau Hoga Kawasan Taman Nasional Wakatobi, Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun). 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama Belalang Pedang (Sexava spp.) Pada Tanaman Kelapa. Dinas Perkebunan. Jawa Timur.

Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun). 2017. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa 2015 - 2017. Jakarta.

Foale, M and Harries, H. 2009. Coconut : Specialty Crops for Pasific Island Agroforestry. http://www.agroforestry.net/scps/. Diakses 7 Desember 2018

Heddy, S., dan Kurniati, M., 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi suatu Bahasan Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ibrahim, A. 2010. Pengembangan Sistem Pakar Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Kalshoven. L.G.E., 1981. Pest Of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara Krebs, C. J. 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.Third Edition. Harper and Row Publisher. New York.

Krebs, C. J. 1985. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New York.

Margalef, R. 1958. Information theory in Ecology. International Journal of General System. 3, 36-71.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Tanaman Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI Press. Jakarta.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Ohler, J. G. & Magat, S. S. 2016. Cocos nucifera (PROSEA). http://uses.plantnet- project.org/en/Cocos_nucifera_(PROSEA). Diakses 7 Desember 2018

Oka, I. N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.

Pielou, C.E., 1966. The Measurement Of Diversity In Different Type Of Biological Collections. Jurnal Theoret, 7(13): 131-144.

Pielou J.M. 1999. Insect Conservation Biology. New York: Chapman & Hall.

Prastowo, B. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa, Edisi Kedua. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Selatan.

Prawirosukarto, S., Y.P. Rocetha., U. Condro., dan Susanto., 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

Price, P.W. 1997. Insect Ecology. 3rd Ed. John Wiley & Sons, Northern Arizona University, New York. 661 pp.

Purba, G. L. 2010. Interaksi Tropik Jenis Serangga Pada Permukaan Tanah Dan di Atas Permukaan Tanah Pada Beberapa Pertanaman Varietas Jagung (Zea mays L.). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Putri D M., 2016. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) di Lapangan. Fakultas Pertanian USU, Medan. Skripsi.

Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

Sarmiati, B., 2015. Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah pada Perkebunan Kakao (Theobroma cacao L.) di Desa Poleonro Kecamatan

Universitas Sumatera Utara Poleang Tengah Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara, Skripsi, Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Setyamidjaja, D. 2000. Teknik Budidaya dan Pengelolaan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Sijabat, H. R. 2001. Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Media Dasar Pertumbuhan Untuk Memproduksi Etanol Oleh Saccharomyces cerevisae. Sripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Simpala, M. dan Kusuma, A. 2017. Save The Tree of Life Potensi Sektor Kelapa Indonesia. Lily Publisher.Yogyakarta.

Singh, S. P. And P. Rethinan. 2005. Coconut Leaf Beetle Brontispa longissima.APCC. Indonesia. Hal: 35-40.

Steenis, V.2005. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradya Paramita. Jakarta.

Subekti, N. 2013. Keanekaragaman Jenis Serangga di Hutan Tinjomoyo Kota Semarang, Jawa Tengah. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Suhardiyono, L., 1995. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan. Bumi Aksara. Jakarta.

Sulistiyarto, B. 2016. Preferensi Chironomidae (Diptera) Memilih Jenis Media Air Untuk Tempat Bertelur. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 5 No.2. Desember 2016.

Wagiman, F. X. 2006. Pengendalian Hayati Hama Kutu Perisai Kelapa dengan Predator Chilocorus politus.UGM Press.Yogyakarta.

Wagiman, F. X. Nugroho, S.P. Lala ,F. & Melody, L. A. H. 2014. The Introduction of predatory Bird Lanius schach from Yogyakarta to Salibabu Island for Controlling Sexava spp. On Coconut Palm. B. Palma Vol. 15 No. 2. Desember 2014 : 115-119.

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Foto Lahan Penelitian

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Foto Perangkap

Perangkap Kuning (Yellow trap)

Perangkap jaring (Sweep net)

Perangkap jatuh (Fit fall trap)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Foto Serangga Yang Tertangkap No Gambar Pengamatan No Gambar Pengamatan . . 1 2

(Araneae: lycosidae) (Blatodea : Ectobiidae) Lycosisa Blatella

3 4

(Coleoptera : Carabidae) (Coleoptera : Curculionidae) Pheropsophus Baris

5 6

(Coleoptera : Salpingidae) (Coleoptera :Staphylinidae) Lissodema Paedorus fuscipes 7 8

(Diptera :Asilidae) (Diptera : Bombyliidae) Promachus Toxophora

Universitas Sumatera Utara 9 10

Diptera : Calliphoridae (Diptera : Ceratopogonidae) Lucilia 11 12

(Diptera : Chironomidae) (Diptera : Chironomidae) Glyptotendipes Chironomus 13 14

(Diptera : Culicidae) (Diptera : Dolichopodidae) Anopheles Condylostylus

15 16

(Diptera : Muscidae) (Diptera : Psycodidae ) Musca domestica Psychoda

Universitas Sumatera Utara 17 18

(Diptera : Sarcophagidae) (Diptera : Tipulidae) Sarcophaga Tipula 19 20

(Hemiptera : cicadellidae) (Hemiptera : Alididae) Kolla Leptocorisa acuta 21 22

(Hemiptera : Delphacidae ) (Hemiptera : Coreidae) Cletus 23 24

(Hymenoptera : Braconidae) (Hymenoptera : Chrysididae) Cotesia Chrysis

Universitas Sumatera Utara 25 26

(Hymenoptera : Chrysididae) (Hymenoptera : Formicidae) Chrysura Dolichoderus 27 28

(Hemiptera : Formicidae) (Hymenoptera : Ichneumonidae) Solenopsis Amblyteles armatorius 29 30

(Hymenoptera : Spechidae) Sceliphron (Hymenoptera :Specidae) Isodontia 31 32

(Hymenoptera : Vespidae ) (Hymenoptera :Vespidae) Ropalidia Gribodia

Universitas Sumatera Utara

33 34

(Lepidoptera : Erebidae) (Odonata : Coenagrionidae) Arctiidae Agriocnemis femina 35 36

(Odonata : Coenagrionidae) Odonata : Coenagrionidae) Ceriagrion calaminem Ischnura senegalenensis 37 38

(Odonata : Libellulidae) (Acisoma panorpoides) (Odonata : Libellulidae) Crocothemis servilia 39 40

(Odonata: Libellulidae) Neurothemis intermedia (Odonata : Libellulidae) Pantala flavescens

Universitas Sumatera Utara 41 42

(Odonata : Orthetrum) (Orthoptera : Gryllidae) Orthetrum sabina Gryllus

43

(Orthoptera : Phyrgomorphidae) Atractomorpha similis

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Data Serangga Yang Tertangkap Pengamatan Rata- Ordo Family/Genus/Spesies Total 1 2 3 4 5 rata Araneae Lycisidae/Lycosidae 5 2 4 3 0 14 2.8 Blatodea Ectobiidae / Blatella 8 17 21 16 30 102 18.4 Carabidae / Pheropsophus 5 0 1 0 1 7 1.4 Curculionidae/ Baris 0 0 2 0 0 2 0.4 Coleoptera Salpingidae/ Lissodema 3 3 3 1 3 13 2.6 Staphylinidae/ Paedorus 1 0 0 0 1 2 0.4 Asilidaefuscipes / Promachus 1 0 0 0 0 1 0.2 Bombyliidae / Toxophora 0 0 1 0 0 1 0.2 Calliphoridae/ Lucilia 0 0 1 0 0 1 0.2 Ceratopogonidae 89 0 6 1 21 116 23.4 Chironomidae / Chironomus 18 19 21 15 16 89 17.8 Chironomidaesp / Glyptotendipes 58 24 46 94 46 268 53.6 Diptera Culicidae / Anopheles 7 1 10 7 15 40 8 Dolichopodidae 2 2 0 1 1 6 1.2 Muscidae/Condylostylus / Musca sp domestica 13 6 0 3 2 24 4.8 Psycodidae /Psychoda 0 0 1 1 1 3 0.6 Sarcophagidae / Sarcophaga 5 1 0 0 0 6 1.2 Tipulidaesp / Tipula 1 2 1 0 1 5 1 Alididae / Leptocorisa acuta 1 0 0 0 1 2 0.4 Cicadellidae / Kolla 1 3 0 1 0 5 1 Hemiptera Coreidae/Cletus 0 1 3 0 2 6 1.2 Delpachidae 1 1 0 2 5 9 1.8 Braconidae / Cotesia 1 0 0 0 0 1 0.2 Chrysdidae / Chrysis 0 1 0 1 0 2 0.4

Chrysdidae/Chrysura 0 0 1 0 1 2 0.4 Formicidae / Dolichoderus 1 0 0 0 0 1 0.2 Formicidae / Solenopsis 4 0 0 3 2 9 1.8 Hymenoptera Ichneumonidae / Amblyteles 0 0 1 0 0 1 0.2 armatorius Specidae/ Isodantia 0 2 0 0 0 2 0.4 Specidae / Sceliphron 0 3 1 0 1 5 1 Vespidae/ Gribodia 0 0 1 0 0 1 0.2 Vespidae / Ropalidia 1 0 0 0 0 1 0.2 Lepidoptera Erebidae / Arctiidae 0 1 1 0 0 2 0.4 Coenagrionidae/Agriocnemis 2 1 0 2 0 5 1 femina Coenagrionidae/ Ceriagrion 0 0 0 0 2 2 0.4 calaminem Coenagrionidae/ Ischnura 0 0 1 0 0 1 0.2 Odonata senegalenensis Libellulidae / Acisoma 0 1 0 0 0 1 0.2 panorpoides Libellulidae/ Crocothemis 0 0 1 0 0 1 0.2 servilia

Universitas Sumatera Utara Libellulidae / Neurothemis 1 0 0 0 0 1 0.2 intermedia Libellulidae/ Pantala 0 0 0 2 0 2 0.4 flavescens Orthetrum/ Orthetrum sabina 0 1 0 2 0 3 0.6 Gryllidae/ Gryllus 7 5 3 5 1 19 4.2 Orthoptera Phygomorphidae/ 0 1 0 1 0 2 0.4 Atractomorpha similis Total 236 98 131 16 15 786 155.8 1 3 Yellow trap Pengamatan No. Total Ordo/Family/Genus/Spesies 1 2 3 4 5 1. Araneae/Lycisidae/Lycosidae 4 0 0 2 0 6 2. Blatodea/ Ectobiidae / Blatella 8 17 21 16 30 102 3. Coleoptera/Curculionidae / Baris 0 0 2 0 0 2 4. Coleoptera/ Salpingidae/ Lissodema 3 3 3 1 3 13 5. Diptera / Calliphoridae/ Lucilia 0 0 1 0 0 1 6. Diptera/ Ceratopogonidae 89 0 6 1 21 116 7. Diptera / Chironomidae / Chironomus 11 19 18 15 14 77 8. Diptera/ Chironomidae/ Glyptotendipes 58 28 46 77 67 276 9. Diptera / Culicidae / Anopheles 7 1 10 7 15 40 10. Diptera / Dolichopodidae / Condylostylus 2 2 0 1 1 6 11. Diptera / Muscidae / Musca domestica 13 6 0 3 2 24 12. Diptera / Psycodidae /Psychoda 0 0 1 1 1 3 13. Diptera / Sarcophagidae / Sarcophaga 5 1 0 0 0 6 14. Diptera/ Tipulidae / Tipula 1 2 1 0 1 5 15. Hemiptera / Alididae / Leptocorisa acuta 1 0 0 0 0 0 16. Hemiptera / Cicadellidae / Kolla 1 3 0 1 0 5 17. Hemiptera/ Coreidae/Cletus 1 3 0 0 2 6 18. Hemiptera/ Delpachidae 0 0 1 0 1 2 19. Hymenoptera/ Braconidae / Cotesia 1 0 0 0 0 1 20. Hymenoptera/ Chrysdidae / Chrysis 0 1 0 1 0 2 21. Hymenoptera/ Chrysdidae/Chrysura 0 0 1 0 1 2 22. Hymenoptera / Formicidae / Dolichoderus 1 0 0 0 0 1 23. Hymenoptera / Formicidae / Solenopsis 4 0 0 0 0 4 24. Hymenoptera/ Specidae/ Isodantia 0 2 0 0 0 2 25. Hymenoptera / Specidae / Sceliphron 0 1 0 0 1 2 26. Lepidoptera / Erebidae / Arctiidae 0 1 1 0 0 2 27. Orthoptera/ Gryllidae/ Gryllus 4 0 2 3 0 9 28. Orthoptera/ Phygomorphidae/ Atractomorpha 0 1 0 0 0 1 similis Total 215 91 114 129 161 716

Sweep Net Pengamatan No. Total Ordo/Family/Genus/Spesies 1 2 3 4 5 1. Diptera / Asilidae / Promachus 0 0 0 1 0 1 2. Diptera/ Bombyliidae / Toxophora 0 1 0 0 0 1 3. Diptera / Chironomidae / Chironomus 7 0 4 0 0 11

Universitas Sumatera Utara 4. Diptera/ Tipulidae / Tipula 0 1 0 0 0 1 5. Hemiptera / Alididae / Leptocorisa acuta 0 0 0 0 1 1 6. Hemiptera/ Coreidae/Cletus 0 0 0 0 1 1 7. Hemiptera/ Delpachidae 0 0 0 2 3 5 8. Hymenoptera/ Ichneumonidae / Amblyteles 0 0 1 0 0 1 armatorius 9. Hymenoptera / Specidae / Sceliphron 0 2 0 0 0 2 10. Odonata/ Coenagrionidae/Agriocnemis femina 2 1 0 2 0 5 11. Odonata/ Coenagrionidae/ Ceriagrion 0 0 0 0 2 2 calaminem 12. Odonata/ Coenagrionidae/ Ischnura 0 0 1 0 0 1 senegalenensis 13. Odonata/ Libellulidae / Acisoma panorpoides 0 1 0 0 0 1 14. Odonata/ Libellulidae/ Crocothemis servilia 0 0 1 0 0 1 15. Odonata/ Libellulidae / Neurothemis 1 0 0 0 0 1 intermedia 16. Odonata/ Libellulidae/ Pantala flavescens 0 0 0 2 0 2 17. Odonata/ Orthetrum/ Orthetrum sabina 0 1 0 2 0 3 Total 10 7 8 9 7 40

Fit Fall Trap Pengamatan No. Total Ordo/Family/Genus/Spesies 1 2 3 4 5 1. Araneae/Lycisidae/Lycosidae 1 2 3 2 0 8 2. Coleoptera/ Carabidae / Pheropsophus 5 0 1 0 1 7 3. Hymenoptera / Formicidae / Solenopsis 0 0 0 3 2 5 4. Orthoptera/ Gryllidae/ Gryllus 3 3 1 2 1 10 Total 9 5 5 7 4 30

Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Status Serangga Family/Genus/Spesies Status Serangga Jumlah Individu Lycosidae Predator 14 Blatella Hama 102 Pheropsophus Hama 7 Baris Hama 2 Lissodema Hama 13 Paedorus fuscipes Predator 2 Promachus Predator 1 Toxophora Predator 1 Lucilia Polinator 1 Ceratopogonidae Hama 116 Chironomus Hama 89 Glyptotendipes Hama 268 Anopheles Hama 40 Condylostylus Predator 6 Musca domestica Hama 24 Pychoda Hama 3 Sarcophaga Hama 6 Tipula Hama 5 Leptocorisa acuta Hama 2 Kolla Hama 5 Cletus Hama 9 Delpachidae Hama 6 Cotesia Parasitoid 1 Chrysis Parasitoid 2 Chrysura Parasitoid 2 Dolichoderus Predator 1 Solenopsis Predator 9 Amblyteles armatorius Parasitoid 1 Isodantia Predator 2 Sceliphron Predator 5 Gribodia Predator 1 Ropalidia Predator 1 Arctiidae Hama 2 Agriocnemis femina Predator 5 Ceriagrion calaminem Predator 2 Ischnura senegalenensis Predator 1 Acisoma panorpoides Predator 1 Crocothemis servilia Predator 1 Neurothemis intermedia Predator 1 Pantala flavescens Predator 2 Orthetrum sabina Predator 3 Gryllus Hama 19 Atractomorpha similis Hama 2

Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Suhu

Tanggal Suhu (oC) Rataan pagi siang sore 26/06/2019 27,5 30 29 28,8 28/06/2019 27 30 29 28,6 30/06/2019 26 29,2 28,3 27,9 02/07/2019 26,5 30 29 28,5 04/07/2019 26,5 31 30 29,1

Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Curah hujan

Sumber : Website BMKG 2019

Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Kelembaban

Tanggal Kelembaban (%) Rataan pagi siang sore 26/06/2019 87 76 82 82 28/06/2019 89 75 82 82 30/06/2019 88 73 77 79 02/07/2019 89 76 79 81 04/07/2019 93 70 79 81

Universitas Sumatera Utara Lampiran 9. Titik Sampel

Universitas Sumatera Utara