Laporan Kinerja Pusat Unggulan Ipteks Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAPORAN KINERJA PUSAT UNGGULAN IPTEKS POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PENANGGULANGAN STUNTING BERBASIS KESEHATAN IBU DAN ANAK (PUSTING-KIA) TAHUN 2020 KEMENTERIAN KESESEHATAN RI POLITEKNIK KESESEHATAN BENGKULU TAHUN 2020 1 ABSTRAK Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 dan 2013, dan Pemantauan Status Gizi Tahun 2015 dan 2017, menunjukan prevalensi stunting masih tinggi dan tidak menurun mencapai batas ambang WHO. Riskesdas Tahun 2010 mencapai 35,6% dan Tahun 2013 mencapai 37,2 % (Balitbangkes, 2013) serta Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2015 (29.0%) dan Tahun 2017 (29,6 %). Pengembangan Pusat Unggulan IPTEKS Poltekkes Kemenkes ini diajukan berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Instruksi Kepala Badan PPSDM Kes Kemenkes RI No. DP.03.01/3000716/2017 tanggal 28 Februari 2017 sebagai cikal bakal terbentuknya PUI-PK atau Center of Excellence pendidikan tinggi tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil revivew tim penilai dari Institut Teknologi Bandung pada tanggal 15 Mei 2019 Poltekkes Kemenkes Bengkulu dinyatakan memenuhi syarat untuk mendirikan PUI PK dengan skor 847.67. Kemudian Kelembagaan PUI PK Poltekkes Kemenkes Bengkulu di tetapkan berdasarkan surat keputusan kepala badan PPSDM Kesehatan RI Nomor HK.02.02/III/0519/2020 tanggal 31 Maret 2021 maka PUI PK Poltekkes kemenkes Bengkulu resmi ditetapkan dengan tema Pusat Unggulan Ipteks Penanggulangan Stunting Berbasis kesehatan Ibu dan Anak. Anggota tim CoE berasal dari berbagai disiplin ilmu kesehatan yang akan melakukan kajian-kajian yang berkaitan dengan stunting. Pemilihan unggulan stunting ini dikarenakan faktor yang berpengaruh terhadap stunting adalah asupan zat gizi yang dipengaruhi oleh perawatan anak dan ibu sepanjang daur kehidupan melalui persiapan remaja putri sebagai calon pengantin, pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) melalui pemberian ASI Ekslusif, penyediaan lingkungan sehat, MP ASI berkualitas, makanan yang cukup dan berkualitas serta perilaku hidup bersih dan sehat. 2 DAFTAR ISI JUDUL ............................................................................................................ 1 ABSTRAK ...................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 4 BAB II TUJUAN VISI MISI LOGO A. Tujuan ............................................................................................ 8 B. Visi ................................................................................................. 8 C. Misi ............................................................................................... 8 D. Logo ............................................................................................... 8 BAB III CAPAIAN KINERJA TAHUN 2020 A. Target Kinerja Dan Capaian Kinerja……………………………. 10 B. Capacity Building .......................................................................... 11 C. Kelembagaan PUI-PK .................................................................... 12 D. Unggul Akademik ........................................................................... 12 E. Unggul Dampak Luaran ................................................................. 18 LAMPIRAN .................................................................................................... 24 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting termasuk masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental (Purwandini, 2013). Balita stunting cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga berisiko mengalami penurunan kualitas belajar di sekolah dan berisiko lebih sering absen (Yunitasari, 2012), mengalami penurunan prestasi akademik yang selanjutnya akan berpengaruh pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (Unicef, 2013; Unicef Indonesia, 2013). Balita stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual (Picauly & Toy, 2013), produktivitas rendah (Anugraheni, 2013), lebih rentan terhadap penyakit tidak menular (Unicef Indonesia, 2013) dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang (Picauly & Toy, 2013; WHO, 2013; Crookston et al, 2013). Stunting juga meningkatkan risiko obesitas, karena orang dengan tubuh stunting berat badan idealnya juga rendah.Kenaikan berat badan beberapa kilogram saja bisa menjadikan Indeks Massa Tubuh (IMT) orang tersebut naik melebihi batas normal (Hoffman et al., 2000; Timaeus, 2012). Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Instruksi Kepala Badan PPSDM Kes Kemenkes RI No. DP.03.01/3000716/2017 tanggal 28 Februari 2017 telah membentuk cikal bakal PUI-PK atau Center of Excellence pendidikan tinggi tenaga kesehatan. Surat Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor: 316 DINKES Tahun 2018 tentang Pembentukkan Kelompok Kerja Daerah Skrining Bayi Baru Lahir Provinsi Bengkulu merupakan salah satu bentuk dukungan kebijakan 4 Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam penanggulangan stunting melalui skrining hipertiroid congenital. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui program Scalling-Up Nutrition Movement (SUN Movement) melakukan intervensi yang berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan untuk mencegah dan menanggulangi masalah gizi termasuk stunting (SUN, 2012).Pemerintah Indonesia juga menjadi bagian SUN Movement dengan membuat kebijakan gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang diperkuat dengan Peraturan Presiden RI No. 42 tahun 2013.Komite SUN Inggris merekomendasikan intervensi yang spesifik dan intervensi sensitif.Intervensi spesifik, berupa tindakan atau kegiatan yang ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK, bersifat jangka pendek dan hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, seperti imunisasi, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil dan PMT balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen tablet besi-folat ibu hamil, promosi ASI Eksklusif, Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan sebagainya. Sedangkan intervensi sensitif adalah kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan, berupa penyediaan air bersih, sarana sanitasi, berbagai penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi pangan, pendidikan dan KIE Gizi, pendidikan dan KIE Kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain. Dampak kombinasi dari kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (sustainable) dan jangka panjang (Department for International Development, 2011). Berbagai upaya sensitif dan spesifik telah dilakukan untuk perbaikan gizi ibu hamil, bayi dan balita namun kenyataannya masalah stunting masih tinggi (SUN, 2012). Hal ini dikarenakan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam mengatasi ketidaksetaraan sosial dan kesehatan sambil menerapkan intervensi sensitive untuk mengatasi stunting anak masih mengalami banyak kendala seperti masalah biaya yang besar, infra stuktur, kebijakan politis, pendidikan yang rendah serta status ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara faktor demografi dengan kejadian stunting. Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih 5 rendah cenderung memiliki anak yang terhambat dan kurang dapat memperoleh informasi spesifik tentang stunting. Ibu dengan penghasilan rendah dan tingkat pendidikan yang rendah kemungkinan mengalami lebih banyak kesulitan dalam mendapatkan makanan yang cukup, bergizi dan beragam (WHO 2018). Berdasarkan adanya kelemahan dari intervensi sensitif berupa kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan, berupa penyediaan air bersih, sarana sanitasi, berbagai penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi pangan, pendidikan dan KIE Gizi, pendidikan dan KIE Kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain maka Poltekkes Kemnekes Bengkulu akan mengembangkan Pusat Unggulan Institusi penangulangan stunting berbasis Kesehatan Ibu dan Anak. Dalam pusat unggulan ini kami menekankan intervensi penggulangan stunting pada intervensi spesifik berbaisis kesehatan ibu dan anak, karena ibu merupakan orang yang lansung berkaitan dengan anak sepanjang daur kehidupan sehingga kesehatan ibu perlu diperhatikan. Kami memfasilitasi ibu-ibu dalam mengembangkan pengetahuan agar dapat meningkatkan kualitas makanan yang dikonsumsi, memilih makanan yang bergizi dari lingkungan sekitar sehingga sesuai dengan standar kesehatan. Selain itu memberikan pengetahuan pada ibu tentang penyakit penyakit yang dapat meningkatkan risiko stunting, memfasilitasi pendidikan kelas ibu, pendidikan tentang konsumsi air bersih yang sesuai standar kesehatan dan program lainnya yang berhubungan dengan siklus hidup ibu dan anak. Kami percaya bahwa penanggulangan stunting berbasis kesehatan ibu dan anak dapat meningkatkan keberhasilan intervensi sensitive yang juga dapat melakukan beberapa intervensi spesifik pada kelompok sasaran. Intervensi spesifik berbasis kesehatan ibu dan anak ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir dan anak dan remaja putri dapat disampaikan melalui pemberian layanan berbasis masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi stunting. Program untuk suplementasi asam folat, suplementasi 6 mikronutrien multipel, pemberian vitamin