PENGINAPAN-PENGINAPAN DI KOTA MEDAN -.:: Pemko Medan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Pembangunan Perkotaan p-ISSN 2338-6754 Volume 5, Nomor 2, Juli – Desember 2017 e-ISSN 2581-1304 http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP PENGINAPAN-PENGINAPAN DI KOTA MEDAN (ABAD KE 19-20) Lila Pelita Hati1*, SP Dewi Murni2, Fitriaty Harahap3, Nursukma Suri4 1,2,3,4)Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Jl Universitas No 19 Kampus USU Medan (20155) *Penulis Korespondensi : [email protected] Abstrak Pariwisata di Indonesia mulai menunjukkan aktivitasnya sejak tahun 1910 – 1920, yakni keluarnya keputusan Gubernur Jenderal Belanda atas pembentukan Vereneiging Tourism Verker (VTV) suatu badan atau official tourist bureau. Meningkatnya perdagangan antara dunia Eropa dengan Negara- negara di Asia termasuk di Indonesia menjadikan lalu lintas orang-orang yang berpergian dengan motif yang berbeda sesuai dengan keperluannya masing-masing meningkat. Adanya tourist di Indonesia atau di Kota Medan membuatnya membutuhkan dan mendirikan hotel. Sejarah penginapan dimulai pada masa kerajaan Romawi telah dibangun rumah penginapan yang disebut “MANSIONES” yang berlokasi sepanjang jalan raya utama dengan jarak masing-masing sekitar 40 KM. Kemudian selama abad pertengahan, peraturan keagamaan di Eropa memerintahkan agar dibangun tempat-tempat menginap di sepanjang jalan yang dilalui orang (road side inn). Demikian pula dengan Kota Medan mulailah didirikan Hotel Mijn de Boer dan Hotel Astoria. Hotel Mijn de Boer (populer Hotel de Boer, atau bernama Hotel Inna Dharma Deli) adalah sebuah hotel bergaya kolonial yang terletak di Jalan Balai Kota, Medan Petisah, Medan, Indonesia. Hotel dibangun tahun 1898 oleh pengusaha Belanda bernama Aeint Herman de Boer dan pada zaman kolonial pernah dihuni oleh tamu-tamu kehormatan pemerintah Belanda dan artis-artis Barat yang terkenal, di antaranya Raja Léopold II dari Belgia dan Mata Hari, mata-mata yang terkenal. Penelitian ini menggunakan survei atau observasi langsung ke lokasi juga dilakukan studi pustaka mengenai sejarah abad ke 19 hingga 20 tentang penginapan yang ada di Kota Medan. Adanya kajian ini membuat diketahuinya sejarah penginapan yang ada di Kota Medan pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Kata Kunci : penginapan, hotel, tourist, travel bureau Pendahuluan Kemudian Kota Medan menjadi daya tarik Kota Medan merupakan ibukota provinsi bagi pendatang, kemudian berdatanganlah berbagai Sumatera Utara dan secara astronomi wilayahnya kelompok etnis dari luar seperti China, Jawa, Banjar, berada di antara 2°29’ - 2° 47’ Lintang Utara dan 98° India, Minang, Aceh dan mereka hidup bersama 35’ - 99° 44’ Bujur Timur dengan Luas Kota Medan dengan etnis asli seperti Melayu, Batak, dan Nias. tidak kurang dari 265 km2, yang pada tahun 2017 ini Kedatangan mereka ini ke Kota Medan tentunya terbagi atas 21 wilayah Kecamatan. membutuhkan penginapan atau tempat singgah bagi Pada tahun 1885 di Kota Medan dimulai mereka untuk bermalam. dengan masa pemerintahan Belanda yang ditandai Lamban laun dibangunlah beberapa dengan dikeluarkannya peraturan dasar penginapan dengan berbagai jenis penginapan di ketatanegaraan pemerintah Hindia Belanda, yaitu Kota Medan dan dibangun pada abad 19 hingga 20, reglement op het Beleid der Regering van Nederlands yaitu berupa hotel; villa; mess, pension, dan losmen. Indie. Hal tersebut termuat dalam Staatblad 1885 Untuk hotel ada Hotel de Boer; Hotel Astoria; Hotel nomor 2. Menurut data tersebut bahwa proses Grand Medan, sedangkan untuk villa ada villa pemerintahan Hindia Belanda dianut menurut azas kembar; villa di jalan Sena; villa di jalan Angsana, sentralisasi. Pulau Sumatera dibagi dalam Daerah villa di jalan Bundar. Jenis losmen juga ada yaitu Administratif Gewest, yang kelak disebut Losmen Wai Yat (sekarang bernama Wai Yat Hotel Karisidenan, dan terbagi lagi menjadi Afdeling & Retaurant) yang terletak di jalan Asia, juga mess (Kabupaten), District (Kawedanan), dan Onder PJKA, juga di Labuhan Deli, serta pension District (Kecamatan). Wilhelmina. 81 begitu jug pada bulan Agustus 1945 juga ada satu Berbagai Penginapan Yang Ada Di Kota Medan unit pasukan komando yang dikirim ke hutan-hutan 1. Hotel de Boer di hulu Sungai Aras Napal kira-kira 20 km dari Hotel Mijn de Boer (populer Hotel de Boer, Besitang (Langkat), dan dipimpin oleh Letnan I kini bernama Hotel Inna Dharma Deli) adalah (Laut) Brondgeest dan empat orang anggota. Letnan I sebuah hotel bergaya kolonial yang terletak di Jalan Brondgeest dan Letnan Westerling sama-sama Balai Kota, Medan Petisah, Kota Medan, Indonesia. bermarkas di Hotel de Boer untuk bekerja Hotel dibangun pada tahun 1898 oleh seorang mempersiapkan kedatangan pasukan sekutu pengusaha Belanda bernama Aeint Herman de Boer. kontingen pertama yang akan datang pada tanggal 9 Pada zaman kolonial, di salah satu kamar tamu di Oktober 1945. Mereka juga merekrut bekas tentara Hotel de Boer pernah dihuni oleh tamu-tamu KNIL (Koninkelijke Nederlands Indische Leger) kehormatan pemerintah Belanda dan artis-artis Barat untuk menjadi sekutu NICA, sebuah badan yang terkenal, di antaranya Raja Léopold II dari pemerintah sipil Hindia Belanda yang dibentuk Belgia dan Matahari (Margaretha Zelle) seorang Letnan Gubernur Jendral Dr. H. J. Van Mook dengan mata-mata yang terkenal di dunia dan juga berprofesi pembantu utamanya Ch.O Van der Plas yang waktu sebagai Eropa. Hotel ini terletak di seberang Kantor itu berkedudukan di Australia. Mereka semua Pos Medan dan Lapangan Merdeka, dan tepatnya ditampung di pension Wilhelmina, ada sekitar 1500 berada di sebelah gedung Bank Indonesia dan Balai tentara. Kota Medan yang juga bergaya kolonial. De Boer sebagai pengusaha Belanda lahir di Workum, Belanda dan pindah ke Hindia Belanda pada akhir abad ke-19. Awalnya dia menetap di Surabaya dan menjadi salah satu pemilik restoran di sana. Dia lalu pindah ke Medan dan memulai usaha baru. Tahun 1898 de Boer membangun Hotel De Boer yang terdiri dari restoran, bar, dan tujuh kamar. Tahun 1909 ia menambahkan lagi 40 kamar. Lalu pada 1930, Hotel De Boer kembali diperluas dengan menambahkan 120 kamar dan sebuah aula besar. Gambar 1. Hotel de Boer pada tahun 1926 Pada 14 Desember 1957, dalam rangka nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, 2. Hotel Astoria Hotel De Boer diambil alih pemerintah Indonesia. Di Kota Medan juga ada hotel Astoria dan Pada tahun 1965, di area Hotel De Boer didirikan sayang sekali sekarang sudah dirubuhkan dan diganti Hotel Wisma Deli yang fungsinya semacam mes dengan bangunan baru. Foto di bawah ini dengan restoran dan bar. Tiga tahun kemudian, memperlihatkan foto Hotel Astoria pada tahun 1925. Wisma Deli diperluas dengan menambahkan tiga Pada tanggal 9 November 1945, pasukan kamar sehingga total menjadi 15 kamar. Kemudian sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral T.E.D. pada tahun 1970, didirikan sebuah bangunan Kelly mendarat di Sumatera Utara diikuti oleh bertingkat empat dengan 24 kamar. Lima tahun pasukan NICA. Pemerintah Republik Indonesia di kemudian kembali dilakukan perluasan dengan Sumatera Utara memperkenankan mereka untuk pembangunan gedung bertingkat dua dengan jumlah menempati beberapa hotel yang terdapat di Kota kamar sebanyak 10 unit sehingga tersedia 49 kamar. Medan, seperti hotel de Boer, Grand Hotel, Hotel Saat ini, Hotel Inna Dharma Deli secara keseluruhan Astoria dan hotel-hotel lainnya. Selanjutnya mereka terdiri dari tiga bagian yaitu sebuah gedung ditempatkan di Binjai, Tanjung Lapangan. Sehari bertingkat delapan, Hotel De Boer (dua tingkat setelah mendarat, Tim RAPWI mendatangi kamp- dan Garden Wing (dahulu Wisma Deli). kamp tawanan yang ada di Medan atas persetujuan Ketut Tantri dalam bukunya yang berjudul Gubernur M. Hasan. Kelompok itu langsung dibentuk Revolusi Nusa Damai di tahun 1964 (1964 : 344) menjadi Medan Batalyon KNIL. menyebutkan bahwa ada perwira Inggris yang menulis dalam catatan harian dari Westerling di Singapura bahwa Westerling pernah ditemui oleh perwira Inggris tersebut di pemondokannya yaitu di Hotel de Boer kamar panggung dan minum kopi (data dari Muhammad TWH). Pada tanggal 14 September 1945 juga ada satu unit kecil pasukan komando sekutu yang diterjunkan ke Polonia dan dipimpin oleh Westerling, Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 81-90 82 Gambar 2. Hotel Astoria Gambar 4. Tampak bagian depan Grand 3. Grand Medan Hotel Medan Hotel Gambar 3. Grand Medan Hotel Gambar 5. Makan bersama di hotel di tahun 1910 Hotel yang dibangun pada tahun 1887 dan 4. Villa Kembar merupakan hotel tertua di Medan. Pada masa kolonial Di Kota Medan pada tahun 1911 dibangun ada saat hari besar (off day) tibanya tuan kebun yang beberapa bangunan berupa villa-villa yang dapat datang ke kota untuk berplesir dan berpesta. Hotel mendukung perkebunan tembakau Deli yang juga merupakan tempat favorit para tuan kebun untuk merupakan tempat tinggal sementara para kontrolir menginap. Hotel dikenal dengan adanya fasilitas Belanda atau bangunan eks Deli Maatschapij rumah makan bertingkat dan mempunyai 62 buah (Anonim, 2012 : 134). Villa kembar ini yang kamar, dan pemiliknya adalah seorang pengusaha sekarang berada di jalan Diponegoro nomor 6, 8, 10 pekebunan di Medan. Hotel banyak dikunjungi tamu dan 12 itu dahulu terdapat empat buah bangunan, saat tanggal 1 (satu) atau awal bulan dan di tetapi sekarang hanya tinggal sebuah saja dan pertengahan bulan (tanggal 16) saat itulah banyak sekarang ini dalam kondisi yanf sangat pegawai yang baru saja terima gaji. Serta hotel Grand memprihatinkan karena dibiarkan terbengkalai. Medan dikenal sebagai hotel pemasok minuman bir Sekarang di sebelah bangunan villa kembar