Jurnal Pembangunan Perkotaan p-ISSN 2338-6754 Volume 5, Nomor 2, Juli – Desember 2017 e-ISSN 2581-1304

http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP

PENGINAPAN-PENGINAPAN DI KOTA (ABAD KE 19-20)

Lila Pelita Hati1*, SP Dewi Murni2, Fitriaty Harahap3, Nursukma Suri4

1,2,3,4)Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Jl Universitas No 19 Kampus USU Medan (20155) *Penulis Korespondensi : [email protected]

Abstrak

Pariwisata di Indonesia mulai menunjukkan aktivitasnya sejak tahun 1910 – 1920, yakni keluarnya keputusan Gubernur Jenderal Belanda atas pembentukan Vereneiging Tourism Verker (VTV) suatu badan atau official tourist bureau. Meningkatnya perdagangan antara dunia Eropa dengan Negara- negara di Asia termasuk di Indonesia menjadikan lalu lintas orang-orang yang berpergian dengan motif yang berbeda sesuai dengan keperluannya masing-masing meningkat. Adanya tourist di Indonesia atau di Kota Medan membuatnya membutuhkan dan mendirikan hotel. Sejarah penginapan dimulai pada masa kerajaan Romawi telah dibangun rumah penginapan yang disebut “MANSIONES” yang berlokasi sepanjang jalan raya utama dengan jarak masing-masing sekitar 40 KM. Kemudian selama abad pertengahan, peraturan keagamaan di Eropa memerintahkan agar dibangun tempat-tempat menginap di sepanjang jalan yang dilalui orang (road side inn). Demikian pula dengan Kota Medan mulailah didirikan Hotel Mijn de Boer dan Hotel Astoria. Hotel Mijn de Boer (populer Hotel de Boer, atau bernama Hotel Inna Dharma Deli) adalah sebuah hotel bergaya kolonial yang terletak di Jalan Balai Kota, Medan Petisah, Medan, Indonesia. Hotel dibangun tahun 1898 oleh pengusaha Belanda bernama Aeint Herman de Boer dan pada zaman kolonial pernah dihuni oleh tamu-tamu kehormatan pemerintah Belanda dan artis-artis Barat yang terkenal, di antaranya Raja Léopold II dari Belgia dan Mata Hari, mata-mata yang terkenal. Penelitian ini menggunakan survei atau observasi langsung ke lokasi juga dilakukan studi pustaka mengenai sejarah abad ke 19 hingga 20 tentang penginapan yang ada di Kota Medan. Adanya kajian ini membuat diketahuinya sejarah penginapan yang ada di Kota Medan pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Kata Kunci : penginapan, hotel, tourist, travel bureau

Pendahuluan Kemudian Kota Medan menjadi daya tarik Kota Medan merupakan ibukota provinsi bagi pendatang, kemudian berdatanganlah berbagai Sumatera Utara dan secara astronomi wilayahnya kelompok etnis dari luar seperti China, Jawa, Banjar, berada di antara 2°29’ - 2° 47’ Lintang Utara dan 98° , Minang, Aceh dan mereka hidup bersama 35’ - 99° 44’ Bujur Timur dengan Luas Kota Medan dengan etnis asli seperti Melayu, Batak, dan Nias. tidak kurang dari 265 km2, yang pada tahun 2017 ini Kedatangan mereka ini ke Kota Medan tentunya terbagi atas 21 wilayah Kecamatan. membutuhkan penginapan atau tempat singgah bagi Pada tahun 1885 di Kota Medan dimulai mereka untuk bermalam. dengan masa pemerintahan Belanda yang ditandai Lamban laun dibangunlah beberapa dengan dikeluarkannya peraturan dasar penginapan dengan berbagai jenis penginapan di ketatanegaraan pemerintah Hindia Belanda, yaitu Kota Medan dan dibangun pada abad 19 hingga 20, reglement op het Beleid der Regering van Nederlands yaitu berupa hotel; villa; mess, pension, dan losmen. Indie. Hal tersebut termuat dalam Staatblad 1885 Untuk hotel ada Hotel de Boer; Hotel Astoria; Hotel nomor 2. Menurut data tersebut bahwa proses Grand Medan, sedangkan untuk villa ada villa pemerintahan Hindia Belanda dianut menurut azas kembar; villa di jalan Sena; villa di jalan Angsana, sentralisasi. Pulau Sumatera dibagi dalam Daerah villa di jalan Bundar. Jenis losmen juga ada yaitu Administratif Gewest, yang kelak disebut Losmen Wai Yat (sekarang bernama Wai Yat Hotel Karisidenan, dan terbagi lagi menjadi Afdeling & Retaurant) yang terletak di jalan Asia, juga mess (Kabupaten), District (Kawedanan), dan Onder PJKA, juga di Labuhan Deli, serta pension District (Kecamatan). Wilhelmina.

81

begitu jug pada bulan Agustus 1945 juga ada satu Berbagai Penginapan Yang Ada Di Kota Medan unit pasukan komando yang dikirim ke hutan-hutan 1. Hotel de Boer di hulu Sungai Aras Napal kira-kira 20 km dari Hotel Mijn de Boer (populer Hotel de Boer, Besitang (Langkat), dan dipimpin oleh Letnan I kini bernama Hotel Inna Dharma Deli) adalah (Laut) Brondgeest dan empat orang anggota. Letnan I sebuah hotel bergaya kolonial yang terletak di Jalan Brondgeest dan Letnan Westerling sama-sama Balai Kota, Medan Petisah, Kota Medan, Indonesia. bermarkas di Hotel de Boer untuk bekerja Hotel dibangun pada tahun 1898 oleh seorang mempersiapkan kedatangan pasukan sekutu pengusaha Belanda bernama Aeint Herman de Boer. kontingen pertama yang akan datang pada tanggal 9 Pada zaman kolonial, di salah satu kamar tamu di Oktober 1945. Mereka juga merekrut bekas tentara Hotel de Boer pernah dihuni oleh tamu-tamu KNIL (Koninkelijke Nederlands Indische Leger) kehormatan pemerintah Belanda dan artis-artis Barat untuk menjadi sekutu NICA, sebuah badan yang terkenal, di antaranya Raja Léopold II dari pemerintah sipil Hindia Belanda yang dibentuk Belgia dan Matahari (Margaretha Zelle) seorang Letnan Gubernur Jendral Dr. H. J. Van Mook dengan mata-mata yang terkenal di dunia dan juga berprofesi pembantu utamanya Ch.O Van der Plas yang waktu sebagai Eropa. Hotel ini terletak di seberang Kantor itu berkedudukan di Australia. Mereka semua Pos Medan dan Lapangan Merdeka, dan tepatnya ditampung di pension Wilhelmina, ada sekitar 1500 berada di sebelah gedung Bank Indonesia dan Balai tentara. Kota Medan yang juga bergaya kolonial. De Boer sebagai pengusaha Belanda lahir di Workum, Belanda dan pindah ke Hindia Belanda pada akhir abad ke-19. Awalnya dia menetap di Surabaya dan menjadi salah satu pemilik restoran di sana. Dia lalu pindah ke Medan dan memulai usaha baru. Tahun 1898 de Boer membangun Hotel De Boer yang terdiri dari restoran, bar, dan tujuh kamar. Tahun 1909 ia menambahkan lagi 40 kamar. Lalu pada 1930, Hotel De Boer kembali diperluas dengan menambahkan 120 kamar dan sebuah aula besar. Gambar 1. Hotel de Boer pada tahun 1926 Pada 14 Desember 1957, dalam rangka nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, 2. Hotel Astoria Hotel De Boer diambil alih pemerintah Indonesia. Di Kota Medan juga ada hotel Astoria dan Pada tahun 1965, di area Hotel De Boer didirikan sayang sekali sekarang sudah dirubuhkan dan diganti Hotel Wisma Deli yang fungsinya semacam mes dengan bangunan baru. Foto di bawah ini dengan restoran dan bar. Tiga tahun kemudian, memperlihatkan foto Hotel Astoria pada tahun 1925. Wisma Deli diperluas dengan menambahkan tiga Pada tanggal 9 November 1945, pasukan kamar sehingga total menjadi 15 kamar. Kemudian sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral T.E.D. pada tahun 1970, didirikan sebuah bangunan Kelly mendarat di Sumatera Utara diikuti oleh bertingkat empat dengan 24 kamar. Lima tahun pasukan NICA. Pemerintah Republik Indonesia di kemudian kembali dilakukan perluasan dengan Sumatera Utara memperkenankan mereka untuk pembangunan gedung bertingkat dua dengan jumlah menempati beberapa hotel yang terdapat di Kota kamar sebanyak 10 unit sehingga tersedia 49 kamar. Medan, seperti hotel de Boer, Grand Hotel, Hotel Saat ini, Hotel Inna Dharma Deli secara keseluruhan Astoria dan hotel-hotel lainnya. Selanjutnya mereka terdiri dari tiga bagian yaitu sebuah gedung ditempatkan di Binjai, Tanjung Lapangan. Sehari bertingkat delapan, Hotel De Boer (dua tingkat setelah mendarat, Tim RAPWI mendatangi kamp- dan Garden Wing (dahulu Wisma Deli). kamp tawanan yang ada di Medan atas persetujuan Ketut Tantri dalam bukunya yang berjudul Gubernur M. Hasan. Kelompok itu langsung dibentuk Revolusi Nusa Damai di tahun 1964 (1964 : 344) menjadi Medan Batalyon KNIL. menyebutkan bahwa ada perwira Inggris yang menulis dalam catatan harian dari Westerling di Singapura bahwa Westerling pernah ditemui oleh perwira Inggris tersebut di pemondokannya yaitu di Hotel de Boer kamar panggung dan minum kopi (data dari Muhammad TWH). Pada tanggal 14 September 1945 juga ada satu unit kecil pasukan komando sekutu yang diterjunkan ke Polonia dan dipimpin oleh Westerling,

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 81-90

82

Gambar 2. Hotel Astoria Gambar 4. Tampak bagian depan Grand 3. Grand Medan Hotel Medan Hotel

Gambar 3. Grand Medan Hotel Gambar 5. Makan bersama di hotel di tahun 1910

Hotel yang dibangun pada tahun 1887 dan 4. Villa Kembar merupakan hotel tertua di Medan. Pada masa kolonial Di Kota Medan pada tahun 1911 dibangun ada saat hari besar (off day) tibanya tuan kebun yang beberapa bangunan berupa villa-villa yang dapat datang ke kota untuk berplesir dan berpesta. Hotel mendukung perkebunan tembakau Deli yang juga merupakan tempat favorit para tuan kebun untuk merupakan tempat tinggal sementara para kontrolir menginap. Hotel dikenal dengan adanya fasilitas Belanda atau bangunan eks Deli Maatschapij rumah makan bertingkat dan mempunyai 62 buah (Anonim, 2012 : 134). Villa kembar ini yang kamar, dan pemiliknya adalah seorang pengusaha sekarang berada di jalan Diponegoro nomor 6, 8, 10 pekebunan di Medan. Hotel banyak dikunjungi tamu dan 12 itu dahulu terdapat empat buah bangunan, saat tanggal 1 (satu) atau awal bulan dan di tetapi sekarang hanya tinggal sebuah saja dan pertengahan bulan (tanggal 16) saat itulah banyak sekarang ini dalam kondisi yanf sangat pegawai yang baru saja terima gaji. Serta hotel Grand memprihatinkan karena dibiarkan terbengkalai. Medan dikenal sebagai hotel pemasok minuman bir Sekarang di sebelah bangunan villa kembar ke perkebunan. Hotel berubah nama menjadi Hotel ini telah dibangun hotel, yaitu Hotel Adi Mulia. Villa Granada. Untuk kenyamanan tamu, tiap tidur tamu dihancurkan pada bulan Oktober 2009 dan Pada dipasang kelambu (musquito net) untuk menghindari tahun 1999, vila kembar ini pernah diusulkan oleh ganasnya nyamuk tropis. Dari data yang ada terlihat Badan Warisan Sumatera (BWS) masuk dalam bahwa beberapa hari sebelum tentara Inggris benda cagar Budaya. menduduki Kota Medan, para tentara ada yang mendapat pemondokan (penginapan) di Hotel Grand (Anonim, 2012 : 107). Dahulu nama jalan adalah Juliana Straat dan sekarang menjadi jalan Pulau Pinang, serta bangunannya sudah tidak ada diganti dengan Bank Bapindo. Dari data perusahaan listrik di Medan pada tahun 1900 di bulan Maret, perusahaan Ogom telah membuat kontrak untuk pemasangan listrik di Hotel Medan dengan sebanyak 523 lampu. Pimpinan usaha Ogom adalah perusahaan Messrs Koopman & Co yang kemudian diambil alih oleh Mr. Kerstens dan Gambar 6. Salah satu villa kembar Mr. Harlingan, dan Mr. Schadee sebagai komisarisnya.

Penginapan-Penginapan Di Kota Medan (Abad Ke 19-20) Lila Pelita Hati, SP Dewi Murni, Fitriaty Harahap, Nursukma Suri 83

Gambar 11. Foto villa di Jalan Sena Gambar 7. Bangunan baru Hotel Adi Mulia di sebelah kanan villa kembar 5. Penginapan di jalan Sena

Gambar 12. Dahulu adalah villa, sekarang menjadi Mess Poniran di jalan Sena Nomor 7, milik PT. Kereta Api Indonesia. Gambar 8. Salah satu villa di jalan Sena, Kota

Medan

Gambar 13. Villa di ujung Jalan Sena Gambar 9. Foto villa di jalan Sena 6. Villa-Villa di jalan Angsana

Gambar 10. Villa di jalan Sena Gambar 14. Villa di jalan Angsana

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 81-90

84

menghubungkan Medan – Labuhan. Jalur ini mulai digunakan pada tanggal 25 Juli 1886. Ada paket yang perjalanan kereta api yang dijual berkeliling oleh DSM mulai dari Kantor PT KAI Divre I Sumut – Stasiun KA Besar – Titi Gantung – Stasiun KA Pulo Brayan – Balai Yasa – Dipo Kereta Api – Rumah Sakit KA Pulo Brayan – Villa DSM Jalan Bundar.

Gambar 15. Villa di jalan Angsana milik PT. Kereta Api

Gambar 17. Villa di jalan Bundar No 17

Gambar 16. Villa di jalan Angsana milik PT. Kereta Api

7. Villa-Villa di jalan Bundar Villa dibangun dengan posisi melingkar dan sekarang ini berada di daerah jalan Bundar (penamaan sesuai dengan keberadaannya) dan ada sebanyak 10 villa dengan nomer rumah 5, 6, 7, 8, 9, Gambar 18. Villa di jalan Bundar 13, 16, 17, 18 dan sebuah tanpa nomor. Villa-villa yang dibangun pada abad ke-21 ini merupakan bangunan villa yang harus dilestarikan dan dilindungi dari kerusakan. Berdasarkan data yang ada bahwa rumah di jalan Bundar nomor 7 Lingkungan XI, Kalurahan Pulo Brayan Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan adalah didiami oleh TM. Abzal Azad sebagai ahli waris dari T.M. Noeh yang berusia 67 tahun (lahir pada 15 Agustus 1947). Villa dibangun untuk kepentingan bagi pengusaha Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) yang merupakan penguasahaan swasta Belanda yang Gambar 19. Villa di jalan Bundar memiliki izin konsesi pembangunan jaringan kereta api. Pembangunan jalur kereta api semula diperuntukkan sebagai sarana transportasi hasil perkebunan seperti tembakau, karet, coklat dan kelapa sawit. Berdasarkan surat keputusan Gubernur Jenderal Belanda tertanggal 23 Januari 1883 permohonan konsesi Belanda untuk pembangunan jaringan kereta api menghubungkan Belawan – Medan – Delitua – Timbang Langkat (Binjai) direalisasikan. Pada Juni 1883 izin konsesi tersebut dipindahtangankan pengerjaannya ke DSM dan juga komesarisnya, Peter Wilhem Janssen merealisasikan rel kerta api pertama di Sumatera Timur yang Gambar 20. Villa di jalan Bundar no 13

Penginapan-Penginapan Di Kota Medan (Abad Ke 19-20) Lila Pelita Hati, SP Dewi Murni, Fitriaty Harahap, Nursukma Suri 85

Gambar 21. Villa jalan Bundar nomor 13 bagian Gambar 26. Mess PT. Kereta Api Indonesia belakang

Gambar 27. Mess PT. Kereta Api Indonesia Gambar 22. Salah satu villa di jalan Bundar

Gambar 23. satu villa di jalan Bundar

Gambar 28. Mess PT. Kereta Api Indonesia 8. Mess Kereta Api di jalan H.M. Yamin

9. Losmen Wai Yat (Wai Yat Hotel & Restaurant) di Jalan Asia Hotel berada di jalan Asia, dahulu merupakan sebuah losmen untuk para pedagang dari beberapa daerah terutama dari Sibolga. Mereka berdagang terutama adalah dari perkebunan karet dan hasil laut (Informasi didapatkan dari Bapak M Hutabarat yang berusia 79 yang berdomisili di jalan Walikota Nomor 1 Medan. Perlu diketahui bahwa dahulu jalan Asia ini bernama Juliana Straat pada masa kolonial. Gambar 24. Mess PT. Kereta Api Indonesia

Gambar 29. Way Yat Hotel dan Restauran di jalan Gambar 25. Mess PT. Kereta Api Indonesia Asia

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 81-90

86

bangunan tersebut dahulu ada yang digunakan sebagai tempat penginapan (Lucas dkk, 2006 : 35).

12. Pension/Hotel Wihelmina (Jalan Bali Medan) Menurut sejarah bahwa pada tanggal 10 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir Jendral T.E.D Kelly, tentara sekutu mendarat di Medan dengan kekuatan sebanyak 800 orang. Adapun tujuannya adalah mengumpulkan tentara-tentara Jepang yang masih ada di Kota Medan. Selama Gambar 30. Hotel Wai Yat berada di Medan, Jendral Kelly juga membawa tentara Belanda dan ditempatkan di Hotel Wilhelmina 10. Asrama Pastor Medan. Pada saat ini juga ada serdadu Ambon, Berada di jalan Slamet Riyadi nomor 10, kemudian pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi dan bangunan dibangun tahun 1922 sebagai asrama serbuan umum ke Hotel Wilhelmina. Tentara para pendeta Katolik, lokasi tidak jauh dari RS Indonesia tidak menggunakan senjata tetapi hanya Katolik St. Elizabeth. menggunakan kayu api saja (Meuraxa, 1973 : 26).

11. Hotel Deli Labuhan Menurut data sejarah dan gambar bahwa Hotel Deli berada di Labuhan pada tahun 1880, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Dalam gambar terlihat hotel dibangun dengan model rumah panggung, mempunyai teras dan berpagar (lihat Gambar 27).

Gambar 32. Bangunan Losmen Belinun Jaya

Dahulu pension Wilhelmina merupakan markas NICA yang digempur oleh pejuang Kota Medan, dan jalan Veteran nomor 4 Medan Timur (dulu jalan Bali) dan ada prasasti yang isinya tentang Gambar 31. Hotel Deli Labuhan Labuhan tahun Markas NICA di Gedung Pension Wilhelmina jalan 1880 Bali ini, tanggal 13 Oktober 1945, digempur pejuang Kota Medan karena seorang tentara Nica mencopot Daerah ini kemudian menjadi Pekan lencana Merah Putih dari baju seorang anak remaja Labuhan adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan markas tersebut dan menginjak-injak. Ada 7 (tujuh) Medan Labuhan. Wilayahnya merupakan dataran pemuda gugur, 7 (tujuh) NICA tewas dan 96 orang rendah aluvial yang terbentuk akibat sendimenrasi NICA yang luka-luka. Sungai Deli. Pada dataran rendah inilah dijumpai pertapakan dan sisa sebuah pusat pemerintahan yang Tentara sekutu dalam kontingen Allied dahulu cukup berpengaruh di Sumatera Timur. Forces Netherlands East Indies (AFNEI) tiba di Peninggalan tua di bekas pusat Kerajaan Deli itu Medan sejak 9 Oktober 1945 dan di Medan tentara adalah sebagai berikut. Perkembangan Pekan NICA (Netherlands Indies Civil Administrasion) Labuhan berkenaan dengan dibukanya hutan-hutan di membentuk Medan Batalon yang bermarkas di wilayah sekitarnya untuk diubah menjadi pemukiman Pension Wilhelmina dan Letnan Raymond Westerling penduduk yang semakin padat. Di dekat bangunan di mejadi komandan batalion ini. Pada tahun 1970 samping kanan di sisi selatan dari Kantor Kelurahan Pension Wilhelmina diganti nama menjadi Losmen terdapat Pekan Labuhan adalah deretan bangunan tua Belinun Jaya dan karena pada tahun 2013 terjadi bertingkat dengan sentuhan arsitektur Cina. Rumah kebakaran dan pada bulan Februari 2016 telah tembok bertingkat itu dibangun oleh para pendatang dirobohkan. yang juga adalah pedagang, setidaknya sejak tahun 1876. Juga bangunan di sisi selatannya ada juga bangunan dengan arsitektur Cina dan Eropa dimana

Penginapan-Penginapan Di Kota Medan (Abad Ke 19-20) Lila Pelita Hati, SP Dewi Murni, Fitriaty Harahap, Nursukma Suri 87

dari pemukiman perantau, dan merupakan perantau dari kelompok-kelompok etnik dari masing-masing kampung halaman. Kondisi pemukiman etnik cukup memiliki daya tarik untuk mendatangkan perantau- perantau baru. Kampung etnik ini menyerap para perantau yang datang,dicarikan pekerjaan dan penginapan sementara. Kemudian setelah kemerdekaan mulailah dibangun pusat-pusat perbelanjaan baru serta fasilitas-fasilitas penduduknya misalnya jalan, tempat parkir, taman dan juga penginapan yang tentunya untuk tempat menginap sementara bagi para pendatang. Penginapan ada yang dibangun baru seperti misalnya losmen Way Yat sebagai tempat menginap para pedagang, tetapi ada pula yang menginap di rumah-rumah keluarga mereka sendiri.

b. Fungsi Adanya Promosi Promosi mengenai adanya aktivitas pariwisata didapatkan dengan terbitnya Guide Book pada tahun 1913 dan mempromisikan daerah di Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Lombok, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Gambar 33. Prasasti Pension Sumatera Selatan, dan Tanah Toraja di . Wilhelmina Juga ada surat kabar mingguan Tourist Guide yang menyuarakan pariwisata di Indonesia, yang Tulisan prasasti : isinya tentang Express Train Service; News From Abroad in Brief; Who-Where-When to Hotels; Postal MARKAS NICA DI GEDUNG News. Adanya promosi ini yang mendatangkan PENSION WILHELMINA JALAN wisatawan yang membutuhkan tempat-tempat BALI INI, (SEKARANG JLN penginapan di berada tidak jauh dari objek wisata. VETERAN) TANGGAL 13 Kedatangan seseorang atau sekelompok OKTOBER 1945, DIGEMPUR wisatawan di suatu negara akan diperhitungkan PEMUDA PEJUANG KOTA MEDAN menurut lamanya tinggal di negara tujuan. Hal ini KARENA SEORANG TENTARA memunculkan istilah pariwisata jangka pendek dan NICA MENCOPOT LENCANA jangka panjang. Ini memang membutuhkan strategi MERAH PUTIH DARI BAJU yang dapat dilakukan melalui promosi di berbagai SEORANG ANAK REMAJA YANG media, baik dicetak maupun elektronik, seta brosur, LIWAT DIMUKA MARKAS atau leaflet yang menyajikan informasi potensi wisata TERSEBUT DAN MENGINJAK- dan kondisi keamanan suatu daerah (Simanjuntak, INJAKNYA. MELIHAT 2017 : 84). PENGHINAAN NICA TERSEBUT 7 Di bawah ini ada beberapa gambar promosi ORANG PEMUDA GUGUR DAN 7 pariwisata tentang Sumatera Utara, adalah : ORANG NICA TEWAS DAN 96 LAINNYA LUKA-LUKA.

POTENSI PENGINAPAN ABAD KE-19 DAN KE-20 Potensi penginapan berkaitan dengan fungsi dan terdapat macam jenis, yaitu : a. Fungsi adanya urbanisasi b. Fungsi adanya perkebunan c. Fungsi adanya perdagangan d. Fungsi adanya pariwisata a. Fungsi Adanya Urbanisasi Usman Pelly menyebutkan bahwa sebuah kampung di Kota Medan adalah sekelompok rumah

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 81-90

88

tropis. Dari data yang ada terlihat bahwa beberapa hari sebelum tentara Inggris menduduki Kota Medan, para tentara ada yang mendapat pemondokan (penginapan) di Hotel Grand (Anonim, 2012 : 107). Dahulu nama jalan adalah Juliana Straat dan sekarang menjadi jalan Pulau Pinang, serta bangunannya sudah tidak ada diganti dengan Bank Bapindo.

d. Fungsi adanya Perdagangan Seperti diketahui dengan adanya VOC maka perdagangan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara dikenal sebagai lokasi perdagangan antar bangsa. Setelah bangsa Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah Republik Indonesia di Sumatera Utara memperkenankan mereka untuk menempati beberapa

Gambar 34. Iklan promosi wisata di Medan, hotel yang terdapat di Kota Medan, seperti hotel de Brastagi, Parapat, Nias dan Padang Boer, Grand Hotel, Hotel Astoria dan hotel-hotel tahun 1937 (Sumber: kitlv.nl.) lainnya. Selanjutnya mereka ditempatkan di Binjai, Tanjung Lapangan. Sehari setelah mendarat, Tim Bila ada calon wisatawan akan membeli atau RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang memesan tiket untuk memesan kamar di hotel atau berada di Medan atas persetujuan Gubernur M. penginapan dapat melalui agen perjalanan. Pada masa Hasan. Kelompok itu langsung dibentuk menjadi abad 19 dan 20 dapat memesan atau menghubungi Medan Batalyon KNIL. agen perjalanan wisata, dan menurut sejarah bahwa Begitu pula dengan Losmen Way Yat yang Thomas Cook adalah orang yang pertama di dunia berada di jalan Asia, dahulu merupakan sebuah menjadi agen perjalanan. Dia menjual jasa perjalanan losmen untuk para pedagang dari beberapa daerah dengan angkutan-angkutan yang disediakannya terutama dari Sibolga. Mereka berdagang terutama kepada para turis yang semakin banyak adalah dari perkebunan karet dan hasil laut. Losmen (Simanjuntak, 2017 : 37). Way Yat dibangun berkenaan dengan pedagangan Membeli melalui agen perjalanan akan dimana di dekatnya terdapat beberapa pasar, membuat wisatawan tidak ragu-ragu untuk misalnya sebelum 1960 dibangun Pajak Hongkong, menikmati perjalanan. Jadwal perjalanan dan tour Mercu Buana, Proyek Pajak C, dan Pajak Sambas itinerary sudah pasti dan sudah disepakati bersama. (Pelly: 84). Dalam menjalankan perdagangan ini Dalam perjalanan wisatawan tidak disibukan misalnya saja orang Sipirok pada tanggal 3 April mengurus dokumen perjalanan (travel documents) 1922 mendirikan perusahaan baru dengan nama bila ada pemeriksaan, tidak perlu membayar airport Bataks Handels Maatschapij (Maskapai Dagang tax, excess baggages atau transit sendiri, sehingga Batak) yang menjadi direktur adalah H.M.Thaher dalam perjalanan wisatawan dapat menikmati (Pelly, 68). perjalanan sampai tempat tujuan. e. Fungsi Adanya Pariwisata c. Fungsi Adanya Perkebunan Pariwisata memiliki dua aspek, aspek Pada masa kolonial, pada saat hari besar (off kelembagaan dan aspek substansial, yaitu sebuah day) tibanya tuan kebun yang datang ke kota untuk aktivitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya, berplesir dan berpesta. Hotel juga merupakan tempat pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk favorit para tuan kebun untuk menginap, bahkan ada sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan pengusaha perkebunan yang memiliki hotel. Hotel rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dari banyak dikunjungi tamu saat tanggal 1 (satu) atau sisi manajemennya, yakni bagaimana awal bulan dan di pertengahan bulan (tanggal 16), perkembangannya mulai dari direncanakan, dikelola, saat itulah banyak pegawai yang baru saja terima sampai dipasarkan pada pembeli. Dalam gaji. Bahkan hotel Grand Medan (menjadi Hotel kompleksitas yang terkandung dalam pariwisata Granada) dikenal pula sebagai salah satu hotel antara lain pariwisata sebagai pengalaman manusia, pemasok minuman bir ke perkebunan. Untuk pariwisata sebagai pelaku sosial, pariwisata sebagai kenyamanan tamu, tiap tidur tamu dipasang kelambu fenomena geografis, pariwisata sebagai sumber dya, (musquito net) untuk menghindari ganasnya nyamuk

Penginapan-Penginapan Di Kota Medan (Abad Ke 19-20) Lila Pelita Hati, SP Dewi Murni, Fitriaty Harahap, Nursukma Suri 89

pariwisata sebagai bisnis, dan pariwisata sebagai industri (Wardiyanta, 2006 : 49-50). Untuk memenuhi kebutuhan biro perjalanan dalam industri pariwisata dibutuhkanlah hotel, dan transportasi. Biro perjalanan pertama di dunia pada tahun 1840 adalah Thomas Cook dan Son Ltd yang berdiri di Inggris, juga di Amerika Serikat pada tahun 1841 berdiri America Ekspress Company. Sedangkan pariwisata di Indonesia dimulai pada tahun 1920, sesudah keluarnya keputusan Gubernur Jenderal Belanda atas pembentukan Vereneiging Touristen Verker (VTV) suatu badan (official tourist bureau). Kedudukan VTV adalah sebagai Tourist Goverment Office dan bertindak sebagai tour operator atau juga travel agent. Pada tahun 1913 VTV menerbitkan Guide Book mengenai daerah-daerah di Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Lombok, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Tanah Toraja, terutama di Sumatera Utara. Untuk itulah pada tahun 1926 didirikan Travel Agent di Batavia dengan Linsone Linderman (LisLind) yang berpusat di Belanda, dan travel ini kemudian dikenal dengan nama Nethetlands Indische Touristen Burean (NITour). Pada saat itu pariwisata ke Sumatera Utara ini dilakukan dengan berlayar dengan kapal KPM Line (Simanjuntak, 2017 : 14). Rumusan-rumusan identitas budaya di atas dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui aktivitas pendidikan. Dalam kegiatan itulah objek warisan budaya tersebut kembali berperan sebagai media yang berfungsi sebagai sarana pewarisan. Fungsi adanya pariwisata berkaitan erat dengan aktivitas kunjungan siswa sekolah ke berbagai objek warisan budaya adalah bagian dari kepariwisataan, yakni wisata budaya. Wisata budaya ini tidak terbatas pada kunjungan ke objek-objek monumental dan balai seni semata, namun juga meliputi minat pada museum, bagian kota yang bersejarah (misalnya Kota Medan), festival kesenian, upacara tradisional, serta benda kerajinan dan cindera mata yang khas tradisi lokal.

Kesimpulan Kita dapat mengatakan bahwa penelitian tentang penginapan di Kota Medan bertujuan untuk memproduksi pengetahuan mengenai masa lalu. Adapun dorongan untuk memahami masa lampau merupakan sifat unik yang dimiliki manusia, karena disadari bahwa masa lalu merupakan komponen penting kehidupan masa kini (Cleere, 1989:5-6). Demikianlah harus dapat dimengerti bila upaya menelusuri masa lalu merupakan hak asasi setiap manusia (McGimsey, 1972:5).

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 81-90

90