Markas Besar Angkatan Udara Staf Ahli
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI OPTIMALISASI PELIBATAN KEMAMPUAN PASKHAS PADA OPERASI UDARA GUNA MENDUKUNG TUGAS TNI AU Penulis: Kolonel Pas Elia Adriyanto Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M. Marsma TNI Agus Yulianto Pendahuluan 1. TNI Angkatan Udara bertugas melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara, serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara. Tugas tersebut dilaksanakan untuk mencegah dan mengatasi segala ancaman, yaitu segala sesuatu yang mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa Indonesia yang merupakan kepentingan keamanan nasional, baik dari segi sumber ancaman (ancaman dari dalam negeri, luar negeri dan azimutal), dari segi macam ancaman (ancaman militer atau non militer), maupun dari segi aktor ancaman (ancaman suatu negara atau bukan negara)1. Wujud nyata dari pelaksanaan tugas TNI AU dalam mencegah dan mengatasi ancaman tersebut, adalah dengan penggunaan kekuatan tempur TNI AU yang meliputi operasi pertahanan udara, operasi serangan udara strategis, operasi lawan udara ofensif, operasi dukungan udara dan operasi informasi2. 2. Korpaskhas yang merupakan salah satu kekuatan TNI AU, memiliki tugas antara lain membina kemampuan satuan di jajaran terutama dalam mendukung pelaksanaan operasi udara. Dalam pelaksanaan tugasnya Paskhas memiliki fungsi-fungsi yang didukung oleh beberapa kemampuan antara lain kemampuan matra udara yang diaplikasikan oleh Detasemen Matra Paskhas dan kemampuan khusus yang diaplikasikan oleh Satbravo paskhas. Saat ini kemampuan Paskhas pada operasi udara, baik operasi udara mandiri maupun operasi udara dalam rangka operasi gabungan sudah dilibatkan 1 Mabesau, Keputusan Kasau nomor Kep/571/X/2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa, hal 24. 2 Ibid, hal 41. 2 namun pelibatannya belum optimal. Belum optimalnya pelibatan kemampuan Paskhas dalam pelaksanaan operasi udara, disebabkan oleh beberapa kondisi yang meliputi kesamaan visi tentang pelibatan Paskhas pada operasi udara yang dituangkan dalam peranti lunak belum maksimal, kemampuan Paskhas yang terlibat langsung dalam operasi udara belum sesuai dengan yang diharapkan dan peralatan yang belum memadai. 3. Untuk mengoptimalkan pelibatan kemampuan Paskhas pada operasi udara, maka diperlukan suatu upaya optimalisasi pelibatan kemampuan Paskhas pada operasi udara dalam rangka mendukung keberhasilan tugas TNI AU. Diharapkan upaya tersebut dapat mengoptimalkan pelibatan Paskhas pada operasi udara dalam peranti lunak atau peraturan yang dapat mewadahi pelibatan Paskhas dalam pelaksanaan operasi udara secara maksimal dan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas di lapangan, meningkatkan kemampuan satuan Paskhas yang mendukung langsung dalam operasi udara, serta mewujudkan peralatan khusus yang memadai. 4. Pengertian-pengertian. Penulisan naskah ini menggunakan beberapa istilah yang digunakan dalam dunia penerbangan dan militer. Untuk menghindari adanya salah persepsi maupun salah mengartikan, maka perlu dibuatkan daftar pengertian berikut: a. Doktrin. Doktrin adalah sesuatu yang diajarkan/pengajaran atau bahkan diperjelas secara khusus sebagai sesuatu yang diyakini kebenarannya dan dianggap sebagai suatu pegangan/pedoman dalam rangka pelaksanaan tugas/pencapaian tujuan.3 b. DZ (Droping Zone). Dropping zone adalah daerah yang digunakan untuk melakukan penerjunan pasukan4. c. EZ (Ekstraksi Zone). Extraction zone adalah suatu daerah untuk mengeluarkan/menebarkan perlengkapan dan perbekalan dengan teknik extraction pada ketinggian relatif rendah (dekat tanah)5. 3 Mabesau, Keputusan Kasau nomor Kep/571/X/2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa. 4 Mabesau, Keputusan Kasau Nomor Kep/581/VIII/2016 tentang Buku Petunjuk Teknis TNI AU Tentang Operasi Perebutan dan Pengendalian Pangkalan Udara. 5 Ibid. 3 d. FAC (Forward Air Control). FAC is the provision of guidance to close air support (CAS) aircraft intended to ensure that their attack hits the intended target and does not injure friendly troops.6 e. HAHO (High Altitude High Opening). HAHO adalah suatu teknik dalam infiltrasi dengan ram air parachute system (RAPT), pesawat tidak harus melintasi DZ, diterjunkan dari ketinggian 20.000 – 25.000 feet dan pencabutan setelah melayang 6-10 detik7. f. HALO (High Altitude Low Opening). HALO adalah suatu teknik dalam infiltrasi dengan ram air parachute system (RAPT), pesawat terbang tinggi agar tidak terdeteksi lawan. Personel diterjunkan dari ketinggian 20.000-25.000 feet dan pencabutan dilakukan di atas DZ dengan ketinggian relatif sangat rendah8. g. JTAC (Joint Terminal Attack Controller). JTAC is the term used in the United States Armed forces and some other military forces for a qualified service member who direct the action of combat air craft engaged in close air support and other offensife air operation from a foward position.9 h. LZ (Landing Zone). Landing zone adalah area yang terletak di daerah sasaran yang digunakan sebagai tempat pendaratan bagi pesawat terbang 10. i. Operasi. Operasi adalah11: a. Himpunan menyeluruh dari strategi, taktik, logistik, intelijen, dan K3I yang saling mengadakan interaksi menurut perspektif komando dan manajemen tertentu dalam rangka melaksanakan tugas hankamneg. 6 Wikipedia, Forward Air Control, diakses dari https://en.m.wikipedia.org/wiki/Forward_air_control, pada tanggal 12 Pebruari 2018 pukul 22.39 WIB. 7 Mabesau, Kep/581/VIII/2016.Op.cit. daftar pengertian. 8 Ibid. 9 Wikipedia, Joint Terminal Attack Controller, diakses dari https://en.m.wikipedia.org/wiki/Joint_terminal_attack_controller, pada tanggal 12 Pebruari 2018 pukul 22.12 WIB. 10 Mabesau, Kep/581/VIII/2016. Op.cit. daftar pengertian. 11 Ibid. 4 b. Pekerjaan, gerakan, tindakan dan aksi yang dilakukan secara fisik dan terpimpin dengan waktu yang singkat pada satu tujuan tertentu guna memperoleh efek penghancuran, melumpuhkan, mencegah, membinasakan atau meniadakan. j. Operasi Udara. Operasi udara adalah bentuk operasi dengan menggunakan unsur-unsur kekuatan udara untuk mencapai suatu tujuan yang ditentukan12. Landasan dan Dasar Pemikiran 5. Landasan dan dasar pemikiran yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah sebagai berikut: a. Landasan Pemikiran. 1) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara. Menurut penjelasan umum dari undang-undang ini adalah, merupakan dasar dari penyelenggaraan pertahanan negara, sehingga segala bentuk atau tindakan yang berhubungan dengan penggunaan kekuatan harus mengacu pada pasal-pasal yang ada di dalam undang- undang tersebut. Hubungannya dengan penggunaan kekuatan udara oleh TNI AU yang melaksanakan operasi udara dan melibatkan kemampuan paskhas, ada beberapa pasal yang menjadi dasar yaitu : a) Pasal 4. Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. b) Pasal 10 ayat (3). TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk mempertahankan kedaulatan negara dan 12 Ibid, daftar pengertian. 5 keutuhan wilayah serta melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa. 2) Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI. Salah satu pertimbangan dari dibentuknya undang-undang ini adalah bahwa TNI dibangun dan dikembangkan secara profesional sesuai kepentingan politik negara, mengacu pada nilai dan prinsip ketentuan hukum nasional dan ketentuan hukum internasional yang sudah diratifikasi, sehingga pelaksanaan tugas-tugas TNI tidak lepas dari pertimbangan hukum. Untuk itu beberapa pasal yang melandasi pembahasan operasi udara oleh TNI AU yang melibatkan kemampuan paskhas, adalah: a) Pasal 10. Landasan ini terdapat dalam huruf (a) yaitu, Angkatan Udara bertugas melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan, dan pada huruf (b) yaitu, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Dalam penjelasan huruf (b) ini dijelaskan bahwa, yang dimaksud dengan menegakkan hukum dan menjaga keamanan udara adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk menjamin terciptanya kondisi wilayah udara yang aman serta bebas dari ancaman kekerasan, ancaman navigasi, serta pelanggaran hukum di wilayah udara yurisdiksi nasional. b) Pasal 20 Ayat (1). Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan Operasi Militer Untuk Perang, dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3) Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa Tahun 2012. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor Kep/571/X/2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa, dinyatakan bahwa TNI AU bertugas melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah 6 udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara, serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara. Pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada TNI AU diwujudkan dalam kegiatan operasi militer untuk perang yang meliputi operasi pertahanan udara, operasi serangan udara strategis, operasi lawan udara