Kamus Melayu Deli-Indonesia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kamus Melayu Deli-Indonesia Kamus Melayu Deli-Indonesia oleh: Hayati Chalil Masindan T. Sita Syaritsa T. Silvana Sinar Oliviana Harahap Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1985. Hak cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan TI. /'.9,q Ttd. i -. Penyunting - 1< Siti A isyah Ibrahim Cetakan Pertama Naskah buku mi semula merupakan hasil Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah—Jakarta 1980/1981 diterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. Staf inti Proyek: Drs. Hans Lapoliwa, M.Phil. (Pemimpin). Yusnan Yunus (Bendaharawan), Drs. , Nafron Hasjini, dan Drs. Dendy Sugono (Sekretaris), Drs. Farid Hadi, Drs. S.R.H. Sitanggang, Drs, Tony S. Rachmadie, Drs. S. Amran Tasai, Drs. A. Patoni, dan H. Abd. Mutalib, B.A. (para sisten). Sebagian atau seluruh isi buku ml dilarang dipergunakan atau diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit kecuali dalam hal kutipan untuk kepenluan penuilsan artikel atau karangan ilmiah. Alarnat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jkarta Timur1 13220 PRAKATA Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun 11(1974), teláh digariskan kebijakan pcmbinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam ber- bagai seginya. Dalam garis haluan mi, masalah kebahasaan dan kesastraan me- rupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pe- ngembangan bahasa Indonesia dan daerah, termasuk sastranya, dapat tercapai. Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan, antara lain, adalah meningkat- kan mutu kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komuni- kasi nasional, sebagaimana thgariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Untuk mencapai tujuan itu, perlu dilakukan kegiatan kebahasaan dan kesas- traan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan; (2) penyu- sunan berbagai kamus bahasa Indonesia dan kamus bahasa daerah serta kamus istilah dalam berbagal bidang ilmu; (3) penyusunan buku pedoman; (4) pener- jemahan karya kebahasaan dan buku acuan serta karya sastra daerah dan karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia; (5) penyuluhan bahasa Indo- nesia melalui berbagai media, antara lain televisi dan radio; (6) pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui inventarisasi, penelitian, dokumentasi, dan pembinaan jaringan informasi kebahasaan; dan (7) pengem- bangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa dan satra melalni penatarán, sayembara mengarang, serta pemberian bea siswa dan hadiah peng- hargaan. Sebagai salah satu tindak lanjut kebijakan itu, dibentuklah oleh Peme- rintah, dalam hal mi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembina- an dan Pengembangan Bahasa pada tahun 1974. Setelah Proyek Pengembang- an Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah berjalan selama sepuluh tahun, pada tahun 1984 Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah itu dipecah menjadi dua proyek yang juga berkedudukan di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, yaitu (1) Proyek Pengembangan V Bahasa dan Sastra Indonesia, serta (2) Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Daerah. Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan kebahasaan yang bertujuan meningkatkan mutu pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan bénar, menyempurnakan sanli (kode) bahasa Indonesia, mendorong pertumbuhan sastra Indonesia, dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra Indonesia. Dalam rangka penyediaan sarana keija dan buku acuan bagi mahasiswa, dosen, guru, tenaga peneliti, tenaga ahli, dan masyarakat umum, naskah- naskah hasil Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia di terbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia setelah di- nilai dan disunting. Buku Kamus Melayu Deli—Indonesia mi semula merupakan naskah yang berjudul "Kamus Bahasa Melayu Deli—Indonesia" yang disusun oleh tim dari Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara. Setelah dinilai dan di- sunting, naskah itu diterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. Althimya, kepada Drs. Hans Lapoliwa, M.Phil., Pemimpin Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia, beserta seluruh staf sekretariat Proyek, tenaga pelaksana, dan semua pihak yang memungkinkan terwujudnya penerbitan buku mi, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga. Mudah-mudahan buku ml bermanfaat bagi pembinaan dap pengem- bangan bahasa dan sastra Indonesia dan bagi masyarakat luas. Jakarta, Mei 1985 Anton M. Moeliono Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa VI TERIMA KASIH Kamus Melayu Deli—Indonesia mi disusun berdasarkan hasil pencatatan ± 3463 kartu selama 10 bulan. Pencatatan teks korpus dan wawancara untuk penyusunan kamus mi kami laksanakan selama 7 bulan, yaitu mulai bulan Januari -- Agustus 1981. Perlu kami kemukakan bahwa kata-kata yang sama betul dalam bahasa Melayu—Deli- dan bahasa Indonesia tidak dimasukkan ke dalam kamus mi, kecuali kalau ucapannya berbeda. Kami mengucapkan tenma kasih kepada Pemimpin Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah memberikan kepercayaan kepatla kami untuk melaksanakan penyusunan kamus mi. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan kamus mi. Segala kekurangan yang terdapat dalam kamus mi menjadi tanggung jawab kami. Kritik dan saran sangat kami harapkan dan untuk itu kanil ucapkan terima kasth. Medan, 29 Maret 1982 Ketua Tim Penyusunan Kamus Melayu Deli—Indonesia VII a-A abadi kekal: dade yang - di dunia dihabiskannya lauk mertuanya nen tidak ada yang kekal di dunia abong ithat abah 1TU abuk, berabuk berdebu: ngape ko abam abu rokok: kotor ba/uku biarkan me/a tu c- mengapa kenak - kotor bajuku kena engkau biarkan meja itu berdebu abu rokok; abur mengabur memboroskan: Wak tolong abmekkan tempat - tang Salam tide suke '-' ke duitnye sian tolong ambilkan tempat abu untok yang dade berpaedah Wak rokok di situ Salam tidak suka memboroskan aban abang (dipakai di kalangan uangnya untuk sesuatu yang tidak keluarga istana): udah lama kali - berfaedah tak nampak, ke mana said rupanya, acan ganggu, mempermainkan: /angan sudah lama sekali Abang tak kau - ni safe anak un, karang tampak, ke mana saja? nangis ia lagi, benai kite jangan abah 1 abang: maye /inye - tenan, engkau ganggu saja anak itu, tide ambe dengar apa kata Abang nanti dia menangis lagi, susah tadi, tidak saya dengar; 2 ayah: kita, bagaimana pe miskinnya - mu, id acap sering: - kali iye mengasong tetap berusaha menyekolah ke orang laen; sering sekali dia meng- engkau bagaimanapun miskinnya adu-dombakan orang lain ayahmu, ia tetap berusaha me- acaram cincin kawin: nang di- nyekolahkan engkau diterimanye renan, sudah dipu- abdi budak; langkenye lagi cincin kawin yang mengabdi mengabdi, memperharn- baru diterimanya sudah dipulang- bakan din: kepada Allah tempat kan lagi kita r'-' ke din kepada Allah tern- acar lalap pat kita mengabdikan din ad boleh: tak 7 dah begitu, nampak- abis habis, punah, kids: nampaknya mau ilat, engkau. di - kannye lauk mentuanye •tidak bolehlah begitu, tampak acu ajap tainpaknya engkau mau menipu aguk bunga-bungaan yang dibuat ran- acu coba tai dan diikatkan di sanggul, acuan tempat memasak kue ahad had Minggu acung menunjuk tangan atau jar, air londar minyak wangi: amboi, adab sopan santun wanginye .- akang ni amboi, adang halang, tahan, hadang: usah harumnya rninyak wangi kakak mi di — ambe nak lalu jangan di- aja 1 wah: —, — bukan main som- halangi saya hendak pergi bongnya engkau mi wah, wah, adat adat, sifat: sudah — nye begian, bukan main sombongnya engkau maye dikare sudah sifatnya be- sekarang; 2 panggilan untuk pe- gitu, apa hendak dikata rempuan keluarga bangsawan: pe- ade ada, sedia tang hari yen ambe pegi ke rumah adu I laga: di - nye ambe dengan — Mahyun endak enfaitke ba/u si Polan, dilaganya aku dengan kemarin saya pergi ke rumah si Polan 2 memberitahukan ke- Aja Mahyun hendak menjahitkan salahan orang lain; menghasut baju; 3 gelar. bagi seorang bangsa- di - kannya same embainye wan yang kawin dengan rakyat diberitahukannya kepada ibunya; biasa: — Maniam nen mentua beradu tidur (dipakai di kalangan ambe Aja Mariam mi mertua istana; bangsawan): jangan ribut saya kelian di sini, ku tira sedang ajabhajab sengsara, payah: — nya ç- kamu sekalian jangan ribut hamba dibuat anak sorang nm di sini, Tengku Tira sedang tidur payah saya disebabkan anak yang aer air seorang mi. afdal lebih jelas, lebih baik, sah: ajaP ajak, bawa: te di — nye anaknye ambe rase lebih mendai dan — lalu tidak dibawanya anaknya ko adek safe yang pegi ngundang- pergi nya saya rasa lebih balk dan lebih ajat ajal: sebelum — berpantanr, n sah kalau adik saja yang meng sebelum ajal berpantang mati. undangnya ajang 1 kepunyaan: jangan pegang — afiat sehat, pulih: sudah — dan nye, buh, karang ngamuk id sakitnye dia sudah pulih dan jangan pegang kepunyaannya, ya, sakitnya. nanti dia mengamuk 2 kemaluan: again jantan, anak laki-laki: endak ke tutup — mu tu pantang ditengok mana kau —? hendak ke mana empuan tutup kemaluan itu; kau, Bayung? tidak balk dilihat perempuan agas sejenis nyamuk yang kecil Se- ajap sengsara: he, — nye ie me- kali nanggong saketnya tu aduh, seng- 2 ajar MJT saranya ia menanggung sakitnya itu. sekolah kita tidak boleh bet- ajar hajar, didik: mengape te di- kawan rapat dengan anak-anak anakmu nen mengapa anakmu ml
Recommended publications
  • Mata Sebagai Sumber Ide Penciptaan Motif Dalam Busana Modern
    E-ISSN : 2685-2780 P-ISSN : 2685-4260 MATA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN MOTIF DALAM BUSANA MODERN Volume 2, Nomor 1 Putri Utami Mukti Januari 2020, (1-8) Pascasarjana ISI Yogyakarta Institut Seni Indonesia Yogyakarta e-mail : [email protected] ABSTRAK Mata adalah jendela jiwa dan jendela dunia ke dalam kehidupan, dengan semua peristiwa dapat dilihat dan dihargai itu memiliki bentuk estetika, filosofis konten dan nilai yang tinggi bagi kehidupan, maka dari itu menjadi penting untuk menyampaikan mata lewat media yang mudah diterima oleh masyarakat. Salah satu media yang dapat mewakili seluruh isi mata adalah seni kriya tekstil, karena memiliki turunan berupa busana yang menjadi kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Busana tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh tetapi bisa menjadi media komunikasi untuk menyampaikan pesan estetis. Mata akan digunakan sebagai sumber ide penciptaan motif dan diterapkan pada busana modern untuk menyampaikan konten makna dan filosofis yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan pendekatan estetika dan ergonomi. Kata kunci: Mata, busana, kriya tekstil ABSTRACT The eyes are the Windows of the soul and the world's window into life, with all the events can be seen and appreciated it has a form of aesthetic, philosophical content and high value for life, therefore becomes essential to convey the eyes through the media that is easily accepted by the society. One of the media that can represent the entire contents of the eye is the art of textile craft, because it has a derivative form of clothing that became the main needs for human life. The clothes not only serves as a protector of the body but it can be a medium of communication to convey messages aesthetically.
    [Show full text]
  • Konsep Pendinding Dalam Akidah Islam: Kajian Kes Terhadap Usahawan Melayu Kelantan
    KONSEP PENDINDING DALAM AKIDAH ISLAM: KAJIAN KES TERHADAP USAHAWAN MELAYU KELANTAN (Shielding against Black Magic in the Islamic Faith: A Case Study on Kelantanese Entrepreneurs) Mohd Nizam Sahad [email protected] Nurul Suhaida Ibrahim [email protected] Bahagian Pengajian Islam, Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universiti Sains Malaysia Abstrak Makalah ini meneliti konsep pendinding dan amalannya dalam kalangan usahawan Melayu Kelantan bagi menghindari gejala sihir yang digunakan oleh pesaing dalam perniagaan. Pendinding yang diamalkan hendaklah memohon perlindungan daripada Allah SWT dan selaras dengan kehendak dan syariat Islam. Kajian dijalankan terhadap sejumlah usahawan Melayu Kelantan kerana orang Melayu Kelantan, khususnya wanita, banyak yang terlibat dalam dunia perniagaan. Kajian dilaksanakan menggunakan dua kaedah, iaitu kajian kepustakaan dan kajian lapangan. Kaedah kajian kepustakaan digunakan untuk membina kerangka konsep yang berkaitan dengan pendinding dalam akidah Islam, manakala kajian lapangan dilakukan dalam bentuk temu bual dengan usahawan Melayu Kelantan yang terpilih. Hasil kajian menunjukkan bahawa segelintir usahawan Melayu Kelantan masih lagi tidak mengamalkan konsep pendinding yang sebenar menurut perspektif akidah Islam kerana terlibat dengan kepercayaan yang mengandungi unsur syirik dan khurafat. Kata kunci: pendinding, usahawan Melayu Kelantan, akidah Islam, perniagaan 223 MELAYU: JURNAL ANTARABANGSA DUNIA MELAYU JILID 9 BIL. 2 2016 Abstract This article takes a close look at the concept of shields and its practice among Malay business people to ward off any black magic that may be used against them by business rivals. Such shields should be sought through the help of Allah SWT and should be in line with the demands and rules of Islam. The research involved a number of Malay entrepreneurs from the state of Kelantan because the Malays of Kelantan, especially the women, are, to a great extent, involved in business.
    [Show full text]
  • 1.19 Teaffani Catering All Inclusive Seminar Packages 2018
    T Teaffani Catering All Inclusive Seminar Packages Price Inclusive Of : Roll Top Buffet Set Up Melamine Utensil & Stainless Serviette Steel Ware Simple Buffet Decoration Buffet Helpers for Setting Up the Transportation Buffet & Doing the Clean Up MS 1500 : 2009 2 092-03/2014 For Inquiries, please contact us at following: - Email: [email protected] Office: 03 – 5569 8186 Mobile: 010-231 2860 www.teaffani.com COPYRIGHT BY TEAFFANI CATERING 2019 COPYRIGHT BY TEAFFANI CATERING 2018 Teaffani Seminar Menu 1 Tea Break and 1 Lunch Price Inclusive Of : Roll Top Buffet Set Up Melamine Utensil & Stainless Serviette 20 pax - 99 pax RM62 per guest Steel Ware 100 pax - 199 pax RM52 per guest (SET A) 200 pax - 299 pax RM48 per guest 300 pax > Please call in for special rate Simple Buffet Decoration Buffet Helpers for Setting Up the Transportation Buffet & Doing the Clean Up Morning Tea Break Lunch Side select THREE (3) Protein select TWO (2) Vegetables / Side select TWO (2) Steamed Dim Sum Siew Mai Asian Steamed Chicken with Ginger Tangy Potato Salad Signature Curry Puffs Roasted BBQ Sesame Chicken International Salad with Dressing Mini Muffins Fiery Curry Chicken * (mixed garden salad with fresh Deep Fried Japanese Chicken Dumplings Portuguese Sauce Chicken vegetables & in house salad dressing) Baked Croissant with Egg Mayo Stuffing Classic Chicken Rendang Egg Drop Japanese Tofu Baked Croissant with Tuna Stuffing Oriental Style Buttered Chicken with Egg Floss Stir Fry French Bean Baked Croissant with Fluffy Scramble Egg Smokey BBQ Chicken Wings Stir
    [Show full text]
  • Warta Kerajaan S E R I P a D U K a B a G I N D a DITERBITKAN DENGAN KUASA
    M A L A Y S I A Warta Kerajaan S E R I P A D U K A B A G I N D A DITERBITKAN DENGAN KUASA HIS MAJESTY’S GOVERNMENT GAZETTE PUBLISHED BY AUTHORITY Jil. 52 TAMBAHAN No. 16 31hb Julai 2008 TMA No. 31 No. TMA 57. AKta CAP DAGANGAN 1976 (Akta 175) PENGIKLanan PERMOHOnan UntUK MENDAFtaRKan CAP DAGANGAN Menurut seksyen 27 Akta Cap Dagangan 1976, permohonan-permohonan untuk mendaftarkan cap dagangan yang berikut telah disetujuterima dan adalah dengan ini diiklankan. Permohonan-permohonan untuk mendaftarkan dalam Bahagian A dalam Daftar ditandakan dengan Nombor Rasmi yang tidak diiringi dengan apa-apa huruf. Permohonan-permohonan untuk mendaftarkan dalam Bahagian B dikenali dengan huruf B yang ditambahkan kepada Nombor-nombor Rasmi. Jika sesuatu permohonan untuk mendaftarkan disetuju terima dengan tertakluk kepada apa-apa syarat, pindaan, ubahsuaian atau batasan, syarat, pindaan, ubahsuaian atau batasan tersebut hendaklah dinyatakan dalam iklan. Jika sesuatu permohonan untuk mendaftarkan di bawah perenggan 10(1)(e) Akta diiklankan sebelum penyetujuterimaan menurut subseksyen 27(2) Akta itu, perkataan-perkataan “Permohonan di bawah perenggan 10(1)(e) yang diiklankan sebelum penyetujuterimaan menurut subseksyen 27(2)” hendaklah dinyatakan dalam iklan itu. JW512252 Cover 7045 8/5/08 9:09:31 PM WARTA KERAJAAN PERSEKUTUAN 7046 [31hb Julai 2008 Jika keizinan bertulis kepada pendaftaran yang dicadangkan daripada tuanpunya berdaftar cap dagangan yang lain atau daripada pemohon yang lain telah diserahkan, perkataan-perkataan “Dengan Keizinan” hendaklah dinyatakan dalam iklan, menurut peraturan 37(2) Peraturan-Peraturan Cap Dagangan 1983 [P.U. (A) 355/1983]. Jika gambaran bagi sesuatu cap dagangan tidak termasuk dalam iklan, tempat di mana satu spesimen atau gambaran cap dagangan itu didepositkan hendaklah dinyatakan dalam iklan itu.
    [Show full text]
  • Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR Storytale Studios, Point-And-Click Horror, ID 2018
    Kathrin Trattner Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR StoryTale Studios, Point-and-Click Horror, ID 2018 In indie and mainstream popular culture alike, Asian horror has been gaining world- wide recognition for quite some time. The most widely known digital cultural goods are produced in Japan and South Korea. However, as a Google search demon- strates, the global popularity of Indonesian horror narratives has also seen a sharp increase despite their being less broadly disseminated. For example, the number of Indonesian horror titles on Netflix is striking. Interestingly, the majority of those sto- ries draw on and incorporate the country’s rich folk traditions. Thus, tradition in its plural meaning is absolutely key here: with its diverse ethnic groups, languages, and religious traditions, Indonesia is anything but culturally homogenous. This cultural plurality is often depicted in Indonesian horror tales just as they are deeply embed- ded in Indonesian everyday life and its practices. In fact, the remarkable proximity of horror and the seemingly mundane is the basic premise of Pamali, an Indonesian folklore horror game. The first-person point-and-click horror game was (and is still being) developed by StoryTale Studios, a small indie studio based in Bandung, Indo- nesia.1 As Mira Wardhaningsih, co-creator of Pamali, explains in an interview, one of the intentions in creating the game was to introduce international audiences to a distinctively Indonesian approach to horror. As she elaborates: We believe that every culture has a different perception towards horror. […] In Indonesia, it’s not a big, catastrophic, one-time phenomenon that is terrifying; it is something else, something closer.
    [Show full text]
  • Emindanao Library an Annotated Bibliography (Preliminary Edition)
    eMindanao Library An Annotated Bibliography (Preliminary Edition) Published online by Center for Philippine Studies University of Hawai’i at Mānoa Honolulu, Hawaii July 25, 2014 TABLE OF CONTENTS Preface iii I. Articles/Books 1 II. Bibliographies 236 III. Videos/Images 240 IV. Websites 242 V. Others (Interviews/biographies/dictionaries) 248 PREFACE This project is part of eMindanao Library, an electronic, digitized collection of materials being established by the Center for Philippine Studies, University of Hawai’i at Mānoa. At present, this annotated bibliography is a work in progress envisioned to be published online in full, with its own internal search mechanism. The list is drawn from web-based resources, mostly articles and a few books that are available or published on the internet. Some of them are born-digital with no known analog equivalent. Later, the bibliography will include printed materials such as books and journal articles, and other textual materials, images and audio-visual items. eMindanao will play host as a depository of such materials in digital form in a dedicated website. Please note that some resources listed here may have links that are “broken” at the time users search for them online. They may have been discontinued for some reason, hence are not accessible any longer. Materials are broadly categorized into the following: Articles/Books Bibliographies Videos/Images Websites, and Others (Interviews/ Biographies/ Dictionaries) Updated: July 25, 2014 Notes: This annotated bibliography has been originally published at http://www.hawaii.edu/cps/emindanao.html, and re-posted at http://www.emindanao.com. All Rights Reserved. For comments and feedbacks, write to: Center for Philippine Studies University of Hawai’i at Mānoa 1890 East-West Road, Moore 416 Honolulu, Hawaii 96822 Email: [email protected] Phone: (808) 956-6086 Fax: (808) 956-2682 Suggested format for citation of this resource: Center for Philippine Studies, University of Hawai’i at Mānoa.
    [Show full text]
  • Rules and Options
    Rules and Options The author has attempted to draw as much as possible from the guidelines provided in the 5th edition Players Handbooks and Dungeon Master's Guide. Statistics for weapons listed in the Dungeon Master's Guide were used to develop the damage scales used in this book. Interestingly, these scales correspond fairly well with the values listed in the d20 Modern books. Game masters should feel free to modify any of the statistics or optional rules in this book as necessary. It is important to remember that Dungeons and Dragons abstracts combat to a degree, and does so more than many other game systems, in the name of playability. For this reason, the subtle differences that exist between many firearms will often drop below what might be called a "horizon of granularity." In D&D, for example, two pistols that real world shooters could spend hours discussing, debating how a few extra ounces of weight or different barrel lengths might affect accuracy, or how different kinds of ammunition (soft-nosed, armor-piercing, etc.) might affect damage, may be, in game terms, almost identical. This is neither good nor bad; it is just the way Dungeons and Dragons handles such things. Who can use firearms? Firearms are assumed to be martial ranged weapons. Characters from worlds where firearms are common and who can use martial ranged weapons will be proficient in them. Anyone else will have to train to gain proficiency— the specifics are left to individual game masters. Optionally, the game master may also allow characters with individual weapon proficiencies to trade one proficiency for an equivalent one at the time of character creation (e.g., monks can trade shortswords for one specific martial melee weapon like a war scythe, rogues can trade hand crossbows for one kind of firearm like a Glock 17 pistol, etc.).
    [Show full text]
  • Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7: Indonesia Daiam Centa Rakyat Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
    e REPUBL ESA Sen Bahan D p ama Kebahasaan Pendu ng Pem _ laJaran Bahasa Indonesia bagl Penutur Asmg BIPA) Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7: Indonesia daiam Centa Rakyat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Seri Bahan Diplomasi Kebahasaan Pendukung Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) SAHABATKU INDONESIA Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7: Indonesia dalam Cerita Rakyat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2018 Seri Bahan Diplomasi Kebahasaan Pendukung Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Sahabatku Indonesia Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7; Indonesia dalam Cerita Rakyat Pengarah Penyuntmg Dadang Sunendar Eri Setyowati Emma L.M. Nababan Penanggung Jav/ab Emi Emilia Redaksi Andi Maytendri Matutu Penyelia Larasati Deny Setiawan Apip R. Sudradjat Penyusun Naskah Desain dan Ilustrasi Sampul Maman S. Mahayana Evelyn Ghozalli Dewi Mindasari Penelaah Suminto A. Sayuti Ilustrasi Isi Dendy Sugono Noviyanti Wijaya Hak Cipta © 2018 Dilindungi Undang-Undang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Katalog dalam Terbitan PB 899.218 4 Mahayana, Maman 8. MAH Sahabatku Indonesia: Memahami Indonesia melalui Sastra. Buku 7: s Indonesia dalam Cerita Rakyat/ Maman S. Mahayana; Eri Setyowati,Emma L.M. Nababan (penyunting). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2018.7 jil.; 21 cm. ISBN 978-602-437-572-0 (jil.7) KESUSASTRAAN INDONESIA - KEMAMPUAN SASTRA KESUSASTRAAN INDONESIA
    [Show full text]
  • Case Study Women in Politics: Reflections from Malaysia
    International IDEA, 2002, Women in Parliament, Stockholm (http://www.idea.int). This is an English translation of Wan Azizah, “Perempuan dalam Politik: Refleksi dari Malaysia,” in International IDEA, 2002, Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah, Stockholm: International IDEA, pp. 191-202. (This translation may vary slightly from the original text. If there are discrepancies in the meaning, the original Bahasa-Indonesia version is the definitive text). Case Study Women in Politics: Reflections from Malaysia Wan Azizah Women constitute half of humanity, and it follows that any decision-making, whether at the personal, family, societal or public levels, should be mindful of and involve the participation of women in the making of those decisions. Women’s political, social and economic rights are an integral and inseparable part of their human rights. Democracy is an inclusive process, and therefore in a functioning democracy, the points of view of different interest groups must be taken into account in formulating any decision. The interest and opinions of men, women and minorities must be part of that decision-making process. Yet far from being included in the decision-making process, women find themselves under-represented in political institutions. Numerous challenges confront women entering politics. Among them are lack of party support, family support and the "masculine model" of political life. Many feel that Malaysian society is still male dominated, and men are threatened by the idea of women holding senior posts. In the political sphere this is compounded by the high premium placed on political power. This makes some men even less willing to share power with women.
    [Show full text]
  • Upin & Ipin: Promoting Malaysian Culture Values Through Animation
    Upin & Ipin: Promoting malaysian culture values through animation Dahlan Bin Abdul Ghani Universiti Kuala Lumpur [email protected] Recibido: 20 de enero de 2015 Aceptado: 12 de febrero de 2015 Abstract Malaysian children lately have been exposed or influenced heavily by digital media entertainment. The rise of such entertainment tends to drive them away from understanding and appreciating the values of Malaysian culture. Upin and Ipin animation has successfully promoted Malaysian folklore culture and has significantly portrayed the art of Malaysian values including Islamic values by providing the platform for harmonious relationship among different societies or groups or religious backgrounds. The focus of this research is to look into the usage of Malaysian culture iconic visual styles such as backgrounds, lifestyles, character archetypes and narrative (storytelling). Therefore, we hope that this research will benefit the younger generation by highlighting the meaning and importance of implicit Malaysian culture. Key words: Upin and Ipin; animation; narrative; folklore; culture; character archetypes. Upin e Ipin: promoviendo la cultura malasia a través de los valores de la animación Resumen Recientemente los niños en Malasia están siendo fuertemente expuestos cuando no influenciados por los medios masivos de entretenimiento digital. Esto les lleva una falta de comprensión y apreciación de la importancia de los valores de su propia cultura. La serie de animación propia Upin & Ipin ha promovido con éxito las diferentes culturas de Malasia y obtenido valores culturales significativos que representan a su arte, incluyendo el islámico, y proporcionando así una plataforma de relación armónica entre los diferentes grupos que componen la sociedad en Malasia, ya sea civil o religiosa.
    [Show full text]
  • The Conceptual Framework of Determinant Factors of Food
    International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 15, Issue 2 (April) ISSN 2289-1552 2018 THE CONCEPTUAL FRAMEWORK OF DETERMINANT FACTORS OF FOOD EMOTIONAL EXPERIENCE AND OUTCOMES OF INTERNATIONAL TOURIST SATISFACTION: EMPIRICAL STUDY ON MALAYSIAN STREET FOOD Rafatul Haque Rishad ABSTRACT The aim of this paper is to develop a conceptual framework to find out determinant factors of food emotional experience and outcomes of international tourist satisfaction about Malaysian street food. Literature in this study has noticed that, a lot of research has been done on the traditional food sector of Malaysia, compare to a very few on the street food sector especially to attract the foreign tourists and to find out their level of emotional attachment on point of product offering, health issue, atmosphere and service quality of Malaysian street food. Since no validate model has been developed so far, street food vendors are yet to be aware of how to provide quality services to the foreign tourists. Many researchers have found that the food is a major part of tourist attraction, so there may be a possibility of reducing the flow of international tourist in Malaysia near future. Introduction Food is the supreme elements in the tourism sector that acts as a sense of place attraction for travelers (Bessiere, 1998; Cohen & Avieli, 2004; Ryu & Jang, 2006; Seo, Kim, Oh, & Yun, 2013; Luis & Panuwat, 2016; Simon & Wang, 2017; Chen & Huang, 2018) who seek for unusual or extraordinary food experience and different food culture that might not acquire at their home countries. The tourism industry of many developing countries continues to record a steady progress and contribute to nation‟s economy (Yap, C.S., Ahmad, R.
    [Show full text]
  • Chapter 4: Results
    CHAPTER 4: RESULTS 4.1 Prevalence of ECC, Nutritional Status, Dietary Habits and Knowledge, Attitude and Practices (K/A/P) of mothers in proxy population (5-6 year old children). 4.1.1 Socio-demographic characteristics of proxy population (5-6 years old) The, majority of mothers (87.5%) and fathers (85.1%) were between 20-49 years old. All (100%) of them were Malays. The majority of mothers (70.2%) and fathers (62.6%) had at least secondary education. However, most mothers (72.4%) were not working while all the fathers were employed. More than one-half (58.4%) have large families (>6 members) and almost two-thirds (62.2%) earned incomes below the poverty line. More than three-quarters of the families spent less than RM500 on food. About one-half got their main water supply from wells (49.5%) and others sources (4.6%) (eg. river, pond and underground water) (Table 4.1). 4.2.2 Early Childhood Caries of Proxy Population (5-6 years old). The overall mean dmf was 10.6; of which the largest contributor to the dmf score was the decay component (d=10.5, SD= 4.8) while missing (m=0.14, SD= 0.7) and filled teeth (f=0.04, SD= 0.5) was very low (Table 4.1.2 (a)). Meanwhile, almost every child was affected by caries (97.9%). The majority; ie more than three-quarters (78.6%) have more than 7 teeth affected by caries. There were no significant differences between Tumpat and Pasir Mas districts (p=0.426) (Table 4.2(a), 4.2(b)).
    [Show full text]