Analisis Konflik Politik Elite Tni Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Analisis Konflik Politik Elite Tni Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966) e-ISSN : 2527±564X Website Journal : http://www.ejournal-academia.org/index.php/renaissance ANALISIS KONFLIK POLITIK ELITE TNI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1966) Mulyer Mananda Setyahadi Universitas Pamulang email: [email protected] Paper Accepted: 18 Maret 2018 ABSTRAK Paper Reviewed: 20-27 Maret 2018 Paper Edited: 01-15 April 2018 Paper Approved: 22 April 2018 Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah alat pertahanan negara Republik Indonesia yang lahir ketika masa perang kemerdekaan. Tentara ini didirikan dengan merekrut para perwira bekas anggota Angkatan Bersenjata Hindia Belanda, yaitu KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger), dan para perwira bekas anggota tentara pada masa pendudukan Jepang, yaitu PETA (Pembela Tanah Air), serta laskar- laskar perjuangan yang dileburkan, sehingga terbentuklah TNI. Dalam perkembangannya, TNI banyak mengalami konflik politik baik di dalam maupun di luar TNI. Peristiwa Madiun 1948 pada masa perang kemerdekaan membuahkan konflik eksternal TNI terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terus berlanjut hingga masa demokrasi terpimpin. Perbedaan asal usul dari perwira-perwira TNI dari KNIL, PETA dan Laskar-laskar menyebabkan terjadinya konflik-konflik internal pada TNI. Sikap yang berbeda-beda dari para perwira TNI terhadap PKI dan Presiden Soekarno berakibat konflik internal pada diri elite TNI. Pada periode 1959-1966, TNI selalu disibukkan dengan konflik internal dan eksternal sehingga TNI tidak dapat bersatu sikap. Meskipun TNI pada periode itu menjadi kekuatan politik yang sangat signifikan yang tercermin dari kedudukannya di kabinet, tetapi hal itu tidak membuat TNI dapat meraih kekuasaan sepenuhnya pada saat itu. Kata Kunci : Konflik Elite TNI; Demokrasi Terpimpin PENDAHULUAN Belanda yang dinamakan KNIL (KoninklijkeNederlandsheIndische Leger) dan Latar Belakang Masalah pasukan yang dibentuk oleh Jepang pada masa Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah pendudukannya yang dinamakan PETA organisasi tentara yang lahir di tengah-tengah (Pembela Tanah Air). Lalu perbedaan di antara revousi kemerdekaan bangsa Indonesia. kedua asal-usul ini menyulut pertentangan di Organisasi tentara lahir atas desakan keadaan antara mereka baik pada masa perang yang mengharuskan mereka memberikan kemerdekaan maupun sesudahnya. perlawanan secara militer terhadap Belanda Setelah proklamasi kemerdekaan 17 yang ingin kembali mencengkeram Agustus 1945 maka dibentuklah Badan kekuasaannya di Kepulauan Nusantara. Dan Keamanan Rakyat (BKR). Tapi keberadaan tidak hanya itu, TNI ini juga berfungsi untuk BKR ini pun belum jelas arahnya, karena mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan berbagai sebab, seperti masih adanya pasukan Negara Republik Indonesia di masa setelah militer Jepang di lapangan. Belum lagi masalah perang kemerdekaan. yang akan dihadapi bila Sekutu telah datang. Para perwira TNI adalah orang-orang yang BKR berada di bawah kendali Komite Nasional telah memiliki pengalaman militer di masa- Indonesia (KNI) pada setiap daerahnya. masa sebelum revolusi. Mereka adalah bekas- Kemudian pemerintah sipil memfungsikan BKR bekas personel Angkatan Bersenjata Kolonial ini lebih pada fungsi polisi, yaitu memelihara Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018, hlm: 346-357 keamanan dan ketertiban.Tapi kemudian laskar itu terus berafiliasi secara ideologis pertempuran-pertempuran yang terjadi versus kepada partai-partai politik, bahkan mereka pasukan Jepang pada akhir September 1945 dan cenderung menantang otoritas TRI. Namun melawan pasukan Sekutu pada awal Oktober, ternyata laskar-laskar itu disalahgunakan oleh menjadikan tanda yang jelas bahwa Negara partai-partai politik demi kepentingan para yang baru ini harus memiliki organisasi tentara politisi itu sendiri. Menghadapi masalah ini, yang memiliki hirarki struktural. Maka pada 5 kemudian pada 3 Juni 1947 TRI diubah lagi Oktober 1945, BKR diganti menjadi Tentara menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Keamanan Rakyat (TKR). sebagai peleburan semua laskar-laskar Posisi kepeminpinan dalam TKR ini perjuangan dengan tentara regular. banyak dipegang oleh para perwira bekas KNIL, Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948 karena pengalaman militer mereka lebih membuat hubungan militer dan sipil menjadi panjang ketimbang yang dari PETA. Para buruk. Perjanjian itu menghasilkan penyempitan perwira bekas PETA itu sesungguhya ketika wilayah Republik di mana wilayahnya tinggal masa pendudukan Jepang hanya pernah Ibu kota Yogyakarta. Dampaknya adalah Divisi mendapatkan pengalaman memimpin pasukan Siliwangi harus hijrah dari Jawa Barat menuju sampai tingkat batalion atau tidak pernah Jawa Tengah. Para pemimpin militer sampai pada tingkat di atasnya. Kemudian mempertanyakan efektivitas dan kehandalan terjadi saling curiga di antara para perwira bekas para politisi dalam berdiplomasi. Wilayah yang KNIL terhadap perwira-perwira bekas PETA. sudah di pertahankan secara fisik oleh tentara .edua —kuEu“ ini saling berebut untuk kemudian dipersempit oleh Perjanian Renville menguasai senjata. Saling curiga antara bekas dan Linggarjati. PETA terhadap bekas KNIL itu kemudian Selain itu TNI harus menghadapi bekas diupayakan penyelesaiannya dengan Laskar Hizbullah yang tadinya berafiliasi pada menyelenggarakan Konferensi Tentara Partai Majelis Sjuro Muslimin Indonesia menjelang pertengahan November 1945 di (Masjumi), yang kemudian membentuk Darul Yogyakarta. Kemudian hasil konferensi ini Islam (DI) sebagai protes terhadap Perjanjian adalah dipilihnya Soedirman sebagai Panglima Renville yang mengharuskan mereka Besar Tentara dengan pangkat Jenderal, dan meninggalkan Jawa Barat, namun dengan DI itu Oerip Soemoharjo sebagai Kepala Staf Tentara mereka tidak mau meninggalkan Jawa Barat, dengan pangkat Letnan Jenderal. Para prajurit dan akhirnya justru berhadapan dengan TNI. dapat memilih sendiri komandannya. Desember 1948, Belanda melancarkan Setelah konferensi itu maka TKR segera Agresi Militer ke-2. Serangan tertuju pada melaporkan struktur organisasi TKR yang telah Yogyakarta Ibukota Republik Indonesia. dibentuk kepada pemerintah pusat. Hal ini Belanda berhasil menawan Presiden Soekarno, mengejutkan kabinet yang mana di dalamnya Perdana Meteri Hatta, dan menteri-menteri Amir Sjarifuddin menjabat sebagai Menteri lainnya. Jenderal Soedirman serta pasukannya Pertahanan. Namun akhirnya hal ini dapat segera bergerilya ke daerah-daerah pedalaman. diterima oleh Pemerintah Perdana Mentri Sutan Kemudian didirikan Pemerintah Darurat Sjahrir. Walaupun sebenarnya Amir Sjarifuddin Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, berpandangan bahwa perwira-perwira tentara Sumatra, di bawah pimpinan Perdana Menteri yang ada hanyalah semata-mata ciptaan para Sjafrudin Prawiranegara. penguasa terdahulu, yaitu imperialisme Belanda Di bawah kepemimpinan Jenderal dan fasis Jepang. Inilah kemudian yang Soedirman maka TNI mempertahankan membuat Soedirman marah atas fitnah yang eksistensi Republik Indonesia sekaligus menuduhnya fasis. Kepindahan Ibu kota eksistensi TNI dengan perang gerilyanya. Republik Indonesia pada 4 Januari 1946 dari Dalam keadaan yang jelas darurat apalagi Jakarta menuju Yogyakarta adalah akibat tidak keberadaan pemerintah sipil telah tidak amannya Jakarta yang telah diduduki pasukan berfungsi akibat tertawan oleh pihak musuh Sekutu. maka jelaslah di sini kiprah politik tentara yang Tanggal 23 Februari 1946, TKR diubah praktis harus mengambil alih semua fungsi menjadi Tentara Republilk Indonesia (TRI). untuk mengatur segala sesuatu kebutuhan bagi Maksud perubahan ini adalah untuk terus eksisnya negara Republik Indonesia. melambangkan kerjasama badan-badan perjuangan yang tidak regular yaitu laskar- Pokok Permasalahan laskar perjuangan dari partai-partai politik, Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan tentara regular yaitu TRI. Namun penulis merumuskan pokok permasalahan perubahan ini tidak berhasil, karena laskar- sebagai berikut : 347 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966) 1. Bagaimana konflik internal dan konflik membagi dua jenis pergolakan pada rezim, yaitu eksternal para elite TNI yang terjadi yang pertama ialah —pergolakan di dalam pada masa demokrasi terpimpin? rezim“, dan yang Nedua ialah —perMuangan 2. Bagaimana konflik internal dan konflik mereEut rezim“. eksternal para elite TNI tersebut Yang dimaksud dengan pergolakan di membuat Presiden Soekarno dapat dalam rezim adalah bila di dalam sebuah rezim mengendalikan para pimpinan TNI dan ada suatu ketegangan antar pihak-pihak yang memiliki kontrol yang begitu kuat atas saling antagonistis (bermusuhan), yang mana para pimpinan TNI?. pihak-pihak itu merupakan bagian dari rezim. Saling berseberangan namun tidak ada upaya Kerangka Teori untuk mengubah rezim tersebut atau merebut Organisasi militer modern timbul karena kekuasaan sepenuhnya atas rezim itu. munculnya konsep nation state, besarnya Pergolakannya bersifat mempertahankan bahaya perang, dan luasnya ruang lingkup kepentingan dari masing-masing pihak yang sasaran keamanan nasional. Dalam kerangka berkonflik dan berusaha meningkatkan peran negara-bangsa yang modern, Samuel politik dari masing-masing pihak tersebut tanpa Huntington membagi militer berdasarkan mencoba untuk menguasai rezim itu orientasinya menjadi dua, yaitu —militer sepenuhnya. Jadi pihak-pihak itu berusaha profesional“ dan —militer pretorian“. 1amun memperbesar porsi kekuasaannya sampai batas- Amos Perlmutter (1984) walaupun masih dalam batas tertentu. Lain halnya dengan perjuangan kerangka klasifikasi dari Huntington, membagi
Recommended publications
  • Stud Y Guide
    INTRODUCTION N SEPTEMBER 30TH, 1965, an unsuccessful Ocoup d’état triggered a series of events that have decided the course of Indonesia’s history to this very day. The leadership of President Sukarno, the man who led Indonesia to independence in NICK WILSON h 1949, was undermined, and the ascendancy of his successor, Suharto, was established. The orientation of this new nation, an amalgamation of peoples of dis- parate religions and languages living across a huge archipelago, was to change from fragile de- mocracy and neutral alignment (dependent upon balancing the GUIDE competing infl uences of Com- munism, Western colonialism, and a power-hungry army) to a military dictatorship aligned with the West. STUDY ISSUE 29 AUSTRALIAN SCREEN EDUCATION ABOVE: RICE FARMERS, CENTRAL JAVA 1 THE FAILED COUP TRIGGERED a or since, but now a full and frank ac- were part of a broader response to terror campaign, led by General Su- count of the slaughter of hundreds of events in South-East Asia. The Viet- harto. This culminated in the deposing thousands of people can be given. The nam War was escalating in 1965, and of Sukarno and the establishment of fi lm even explains some of the reasons the anti-Communist West decided Suharto’s New Order in 1966. At least for the West’s silence. that President Sukarno’s power de- fi ve hundred thousand people and pended upon Communist sup- perhaps as many as one million port. His removal from power and were killed during this period in replacement with an acceptable, purges organized by the military anti-Communist leader became a in conjunction with civilian militias.
    [Show full text]
  • Tugas Akhir Pengaruh U – Turn (Putar Balik Arah) Terhadap Kinerja Arus Lalu – Lintas Ruas Jalan Raden Eddy Martadinata Kota Samarinda
    TUGAS AKHIR PENGARUH U – TURN (PUTAR BALIK ARAH) TERHADAP KINERJA ARUS LALU – LINTAS RUAS JALAN RADEN EDDY MARTADINATA KOTA SAMARINDA Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Strata Satu ( S1 ) Di Ajukan Oleh : Lalu Aditiya Mardinata NPM. 09.11.1001.7311.138 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk meminimalisir permasalahan pergerakan Lalu lintas, khususnya terhadap keamanan dan kenyamanan pada ruas jalan dapat dilakukan dengan pembuatan median. Median sebagai bagian dari geometrik jalan adalah suatu pemisah fisik jalur lalu lintas yang berfungsi untuk menghilangkan konflik lalu lintas dari arah yang berlawanan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan keselamatan lalu lintas. Dalam perencanaan median disediakan pula bukaan median yang memungkinkan kendaraan merubah arah perjalanan berupa gerakan putar balik arah atau diistilahkan sebagai gerakan u – turn. Gerakan u – turn Jauh lebih rumit dengan gerakan belok kanan atau belok kiri, karena kemampuan manuver kendaraan umumnya dibatasi oleh lebar badan jalur, lebar median dan bukaannya, serta arus lalu lintas yang ada pada jalur yang searah maupun jalur berlawanan arah yang menjadi tujuan dari kendaraan u – turn. Salah satu pengaruh ketika melakukan gerak u – turn yaitu terhadap kecepatan kendaraan dimana kendaraan akan melambat atau berhenti. Perlambatan ini akan mempengaruhi arus lalu lintas pada arah yang sama. Pada kendaraan tertentu, untuk melakukan gerak u – turn tidak bias secara langsung melakukan perputaran dikarenakan kondisi kendaraan yang tidak memiliki radius perputaran yang cukup, sehingga akan menyebabkan kendaraan lain akan terganggu bahkan berhenti baik dari arah yang sama maupun dari arah yang berlawanan yang akan dilalui.
    [Show full text]
  • Bachelor of Science in Mathematics No Institution Address
    INSTITUTIONS FOR FIELDWORK PRACTICE Bachelor of Science in Mathematics No Institution Address Jl. Diponegoro, Dauh Puri Klod, Kec. Denpasar Bar., Kota Denpasar, 1 AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Denpasar Bali Bali 80232 Jl. Kyai Mojo No.56, Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah 2 Badan Kepegawaian Daerah DIY Istimewa Yogyakarta 55243 Komplek THR, Jl. Brigjen Katamso, Keparakan, Kec. Mergangsan, Kota 3 Badan Pertanahan Nasional Kantor Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55152 Wilayah DIY Komplek THR, Jl. Brigjen Katamso, Keparakan, Kec. Mergangsan, Kota 4 Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55152 Badan Pusat Statistik Jalan Dr. Wahidin Nomor 1, Wonogiri, Sabggrahan, Giripurwo, Kec. 5 Badan Pusat Statistik Kab. Wonogiri Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah 57612 Jl. Pemuda No.19A, Rejosari, Baleharjo, Kec. Wonosari, Kabupaten 6 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GUNUNGKIDUL Gunung Kidul, Jawa Tengah 55881 Jl. Purbaya, Tundan, Sumberadi, Mlati, Warak Lor, Sumberadi, Kec. 7 Badan Pusat Statistika Kabupaten Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55288 Sleman 8 Bank Indonesia Jambi Jl. Jenderal A. Yani No. 14, Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36361 Jl. Brigjen Katamso No.13-15, Prawirodirjan, Kec. Gondomanan, Kota 9 Bank Rakyat Indonesia cabang Katamso Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55121 Jl. Pemuda, Gd. II, No. 290, Tegalyoso, Klaten Selatan, Dusun 1, 10 Tegalyoso, Kec. Klaten Sel., Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57424 BAPPEDA Kabupaten Klaten l. Jenderal Sarwo Edhie Wibowo No.2, Cacaban, Magelang Tengah, 11 BAPPEDA Magelang Kota Magelang, Jawa Tengah 56172 Jl. Parasamya, Tridadi, Kec. Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah 12 BAPPEDA SLEMAN Istimewa Yogyakarta 55511 Jl. Parasamya, Tridadi, Kec. Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah 13 BAPPEDA Sleman Istimewa Yogyakarta 55511 JL. Rudolf Wolter Monginsidi, Bantul, Kec.
    [Show full text]
  • Officieren Van De Militaire School
    367 BIJLAGE X (SIAPA DIA, WHO'S WHO )1) Bijvoegsel 1Inlandse officieren van de militaire school. Bijvoegsel 2(Aspirant-)officieren van KMA-Breda. Bijvoegsel 3(Aspirant-)officieren van de Hoofd Cursus. Bijvoegsel 4Aspirant-officieren van KMA-Bandoeng. Bijvoegsel 5Inheemse officieren van gezondheid. Bijvoegsel 6Aspirant-officieren van het CORO. Bijvoegsel 7Aspirant-officieren van de Inheemse Militie. Bijvoegsel 8Aspirant-officieren van de ML-KNIL. Bijvoegsel 9Andere vooroorlogse en oorlogs-opleidingen. Bijvoegsel 10De opleidingen van de SROI en het OCO. Bijvoegsel 11Officieren van andere na-oorlogse opleidingen. Bijvoegsel 12De reserve-legerpendeta en -legerpredikanten. 1) De informatie in de volgende bijvoegsels is in hoofdzaak afkomstig uit stamboeken, persoonsdossiers, archiefonderzoek en interviews. 368 BIJVOEGSEL 1 BIJ BIJLAGE X: INLANDSE OFFICIEREN * naam (geboortedatum) ** in werkelijke dienst (rang bij pensioen) *** overleden vóór 17-8-'45? (overleden) [wel/niet bij skn RI] * 1. ASMINO. (11-4-1891) ** 1-7-1910 (-) *** ? [-] 10-10-1913 inlands tlnt infanterie. Geplaatst bij diverse bataljons op Java. Ontslag niet op eigen verzoek per 29-1-1917. 2. HOLLAND SOEMODILOGO, Raden Bagoes (SOENDJOJO, Raden .). (12-6-1890) 1-7-1909 (kapt) - (okt 1945) [+] 22-10-1914 inlands tlnt infanterie, 22-10-1917 inlands elnt, 31-7-1925 opgenomen in de ranglijst der Europese officieren. Onderwierp zich 11-8-1926 aan het voor Europeanen vastgestelde burgerlijk- en handelsrecht, waarbij hij de geslachtsnaam Holland Soemodilogo aannam onder toevoeging van zijn toenmalige titel Raden Bagoes . Juni 1927 aangesteld als wervingsofficier van de II e Divisie. 27-9-1927 kapt. 31-7-1935 op verzoek e.o.. Kwam als niet-reserveplichtig gepensioneerd officier bij de algemene mobilisatie weer in dienst.
    [Show full text]
  • The West Papua Dilemma Leslie B
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 2010 The West Papua dilemma Leslie B. Rollings University of Wollongong Recommended Citation Rollings, Leslie B., The West Papua dilemma, Master of Arts thesis, University of Wollongong. School of History and Politics, University of Wollongong, 2010. http://ro.uow.edu.au/theses/3276 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact Manager Repository Services: [email protected]. School of History and Politics University of Wollongong THE WEST PAPUA DILEMMA Leslie B. Rollings This Thesis is presented for Degree of Master of Arts - Research University of Wollongong December 2010 For Adam who provided the inspiration. TABLE OF CONTENTS DECLARATION................................................................................................................................ i ACKNOWLEDGEMENTS ............................................................................................................. ii ABSTRACT ...................................................................................................................................... iii Figure 1. Map of West Papua......................................................................................................v SUMMARY OF ACRONYMS ....................................................................................................... vi INTRODUCTION ..............................................................................................................................1
    [Show full text]
  • FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 3 SEPAK
    FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 SEPAK TERJANG SARWO EDHIE WIBOWO DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN NASIONAL INDONESIA (1965-1989) Oleh: Acep Nurodin, Didin Saripudin, Moch. Eryk Kamsori1 ABSTRAK Artikel ini merupakan hasil penelitian yang membahas mengenai “Sepak Terjang Sarwo Edhie Wibowo dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional Indonesia (1965- 1989)”. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Sepak Terjang Sarwo Edhie Wibowo dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional Indonesia (1965-1989)”. Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan menggunakan metode historis melalui tahap-tahap seperti pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk memperdalam analisis, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner melalui kajian ilmu sosiologi dan politik. Masa jabatan Sarwo Edhie Wibowo sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) merupakan masa yang paling mencuri perhatian. Berdasarkan perintah dari PANGKOSTRAD Mayor Jenderal Soeharto, Sarwo Edhie berhasil mengatasi percobaan kudeta oleh kelompok yang mengatasnamakan sebagai Gerakan 30 September. Memasuki masa Orde Baru, Sarwo Edhie menjabat sebagai Pangdam II/Bukit Barisan dan membantu operasi pembekuan PNI di Sumatra Utara hingga kemudian menjadi Pangdam XVII/Cendrawasih. Sebagai Pangdam Cendrawasih, Sarwo Edhie berperan dalam menyukseskan pelaksanaan PEPERA. Di penghujung karirnya, Sarwo Edhie menjabat sebagai Gubernur AKABRI, Duta Besar di Korea Selatan, Kepala BP7, dan terakhir adalah anggota DPR/MPR. Hingga akhirnya pensiun dan meninggal dunia pada 10 November 1989. Kata Kunci: G30S, Keamanan Nasional, PKI, RPKAD, Sarwo Edhie Wibowo. ABSTRACT This research entitled “The Action of Sarwo Edhie Wibowo in Maintaining Stability of Indonesia National Security (1965-1989)”. The Main problem in this research is “How was Sarwo Edhie Wibowo’s Action in Maintaining Indonesian National Security (1965-1989)”.
    [Show full text]
  • Hearing Function Among Squadron 11/Attack Helicopter Pilots in 2019–2020
    Asian Journal of Applied Sciences (ISSN: 2321 – 0893) Volume 9 – Issue 3, June 2021 Hearing Function among Squadron 11/Attack Helicopter Pilots in 2019–2020 Sigit Sasongko1*, Awan Buana2, Dara Fuji Rahayu3, Wildan Kurniawan4 1ENT Dept. of Gatot Soebroto Army Central Hospital Jakarta, Indonesia 2Eye Laboratory, Medical Faculty of General Achmad Yani University Cimahi, Indonesia 3Medical Committee of Dustira Army Hospital Cimahi, West Java, Indonesia 4ENT Dept. Medical Faculty of General Achmad Yani University Cimahi, Indonesia *Corresponding author’s email: sieragoiftht [AT] yahoo.com _________________________________________________________________________________________________ ABSTRACT—Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) is sensorineural deafness resulting from prolonged exposure to loud noise. In the military environment, personnel with NIHL are often found. One of the professions that are at risk for NIHL is an aviator. Some of the factors that influence the degree of deafness are age and length of work. This research is a descriptive quantitative observational study with a cross-sectional design. The research subjects were Squadron 11/Attack helicopter pilots at Achmad Yani Air Base, Semarang, totaling 32 pilots, which were taken from medical record data. Sampling was done by total sampling. The data obtained were processed using SPSS and grouped into tables accompanied by descriptive explanations of each characteristic. The audiogram results showed that 32 pilots were normal, across all age and length of service categories. This result is due to the appropriate use of hearing protection device (HPD), in the form of a helmet that reduces noise up to 14 dB at 250 Hz, 21 dB at 1000 Hz, 26 dB at 2000 Hz, 37 dB at 4000 Hz, and 42 dB at a frequency of 8000 Hz, which pilots use.
    [Show full text]
  • General Nasution Brig.Jen Sarwo Edhie Let.Gen Kemal Idris Gen
    30 General Nasution Brig.Jen Sarwo Edhie Let.Gen Kemal Idris Gen Simatupang Lt Gen Mokoginta Brig Jen Sukendro Let.Gen Mokoginta Ruslan Abdulgani Mhd Roem Hairi Hadi, Laksamana Poegoeh, Agus Sudono Harry Tjan Hardi SH Letjen Djatikusumo Maj.Gen Sutjipto KH Musto'in Ramly Maj Gen Muskita Maj Gen Alamsyah Let Gen Sarbini TD Hafas Sajuti Melik Haji Princen Hugeng Imam Santoso Hairi Hadi, Laksamana Poegoeh Subchan Liem Bian Kie Suripto Mhd Roem Maj.Gen Wijono Yassien Ron Hatley 30 General Nasution (24-7-73) Nasution (N) first suggested a return to the 1945 constitution in 1955 during the Pemilu. When Subandrio went to China in 1965, Nasution suggested that if China really wanted to help Indonesia, she should cut off supplies to Hongkong. According to Nasution, BK was serious about Maphilindo but Aidit convinced him that he was a world leader, not just a regional leader. In 1960 BK became head of Peperti which made him very influential in the AD with authority over the regional commanders. In 1962 N was replaced by Yani. According to the original concept, N would become Menteri Hankam/Panglima ABRI. However Omar Dhani wrote a letter to BK (probably proposed by Subandrio or BK himself). Sukarno (chief of police) supported Omar Dhani secara besar). Only Martadinata defended to original plan while Yani was 'plin-plan'. Meanwhile Nasution had proposed Gatot Subroto as the new Kasad but BK rejected this because he felt that he could not menguasai Gatot. Nas then proposed the two Let.Gens. - Djatikusuma and Hidayat but they were rejected by BK.
    [Show full text]
  • 04 Tahun 2020 Tanggal : 23 Oktober 2020
    LAMPIRAN : KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN BEASISWA JAKARTA NOMOR : 04 TAHUN 2020 TANGGAL : 23 OKTOBER 2020 TENTANG : NAMA-NAMA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI (PT) PENERIMA BEASISWA LANJUTAN YAYASAN BEASISWA JAKARTA TAHUN ANGGARAN 2020 No. NIM NAMA MAHASISWA L/P SMT PROG CAB/CAPEM NO. REK FAKULTAS UNIVERSITAS ALAMAT UNIVERSITAS NOMINAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jakarta Pusat 1 2183310035 Reza Abdul Razak L 5 D3 Matraman 500.27.58627.0 Akuntansi Akademi Akuntansi YAI Jl. Diponegoro No.74 10340 T. 3904857 Rp4,200,000 2 2183310036 Salwah Muliavani P 5 D3 Matraman 500.27.58629.6 Akuntansi Akademi Akuntansi YAI Jl. Diponegoro No.74 10340 T. 3904857 Rp4,200,000 3 18031 Nofi Luthfiah Muntaha P 5 D3 Balaikota 10827027815 Kebidanan Akbid. RSPAD Gatot Soebroto Jl. Dr Abdul Rahman Saleh No. 24 T.3441008 Rp4,200,000 4 18015 Haina Raesita P 5 D3 Balaikota 10827027866 Kebidanan Akbid. RSPAD Gatot Soebroto Jl. Dr Abdul Rahman Saleh No. 24 T.3441008 Rp4,200,000 5 18012 Gabrieliya Sabatini P 5 D3 Balaikota 10827027858 Kebidanan Akbid. RSPAD Gatot Soebroto Jl. Dr Abdul Rahman Saleh No. 24 T.3441008 Rp4,200,000 6 18018 Iliza Fitria P 5 D3 Balaikota 10827027823 Kebidanan Akbid. RSPAD Gatot Soebroto Jl. Dr Abdul Rahman Saleh No. 24 T.3441008 Rp4,200,000 7 18032 Nofriyana P 5 D3 Balaikota 10827027840 Kebidanan Akbid. RSPAD Gatot Soebroto Jl. Dr Abdul Rahman Saleh No. 24 T.3441008 Rp4,200,000 8 18033 Novita May Diana P 5 D3 Balaikota 10827027807 Kebidanan Akademi Kesehatan Gigi Puskesad Jl.
    [Show full text]
  • DEMOKRASI DALAM SEJARAH MILITER INDONESIA Kajian Historis Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama Pada 1945 Widyo Nugrahanto
    Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 20, No. 1, Maret 2018: 78 - 85 ISSN 1411 - 0903 : eISSN: 2443-2660 DEMOKRASI DALAM SEJARAH MILITER INDONESIA Kajian Historis Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama Pada 1945 Widyo Nugrahanto dan Rina Adyawardhina Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran E-mail: [email protected] ABSTRAK, Penelitian ini berjudul Demokrasi dalam Sejarah Militer Indonesia; Kajian Historis Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama pada 1945. Penelitian ini adalah tentang bagaimana Soedirman terpilih sebagai Panglima Tentara Indonesia yang pertama. Begitu juga bagaimana cara pemilihannya sehingga Soedirman terpilih dan Oerip Soemohardjo terpilih mendampinginya sebagai kepala staf. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah. Metode Sejarah terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber-sumber penelitian ini menggunakan koran-koran sezaman, majalah sezaman, buku, dan jurnal. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa terpilihnya Soedirman (Panglima Tentara) dan Oerip Soemohardjo (kepala Staf Tentara) merupakan cara-cara demokrasi langsung yang dilaksanakan pertama kali setelah Indonesia meredeka. Uniknya adalah cara ini justru digunakan oleh tentara dalam pemilihan panglima tertingginya. Kata kunci: Panglima, TNI, Demokrasi. DEMOCRACY IN INDONESIAN MILITARY HISTORY Historical Study about the Election of the First Army Commander in 1945 ABSTRACT, The main subject this study is election the first commander of Indonesia’s Military. In this case, Soedirman chose as Military Commander and Oerip Soemohardjo as Chief of Staff. Study emlpoys a Historical Method, which consists of four stage: Heuristic, Critic, Interpretation, Historiography. The study utilize some sources such as newspaper, magazine, book, and journal. Main finding of this study are the election applied a direct democratic system.
    [Show full text]
  • The Role of Islam in the Construction of the Foreign Economic Relations of the Republic of Indonesia
    Ph.D. Thesis — M.S. Williams McMaster University — Political Science ISLAM AND THE FOREIGN ECONOMIC RELATIONS OF INDONESIA 1 THE ROLE OF ISLAM IN THE CONSTRUCTION OF THE FOREIGN ECONOMIC RELATIONS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA By MARK S. WILLIAMS, B.A.H, M.A. A Thesis Submitted to the School of Graduate Studies in Partial Fulfilment of the Requirements for the Degree Doctor of Philosophy McMaster University © Copyright by Mark S. Williams, November 2012 Ph.D. Thesis — M.S. Williams McMaster University — Political Science DOCTORATE OF PHILOSOPHY (2012) McMaster University (Political Science) Hamilton, Ontario TITLE: The Role of Islam in the Construction of the Foreign Economic Relations of the Republic of Indonesia AUTHOR: Mark S. Williams, B.A., M.A. SUPERVISOR: Professor Richard Stubbs NUMBER OF PAGES: viii, 280 ii Ph.D. Thesis — M.S. Williams McMaster University — Political Science Abstract American IPE has traditionally marginalized the role that social forces, and particularly religion, have played in the construction of the international political economy. This dissertation is an examination into the foreign economic relations of the Republic of Indonesia from the perspective of the British school of International Political Economy (IPE). British IPE is used to critically assess what role, if any, the religion of Islam has had in the construction of Indonesia’s foreign economic relations. This research demonstrates that Islamic social forces have influenced the political debates that construct Indonesia’s foreign economic relationships. Mainstream Islamic organizations pushed the state to engage with international institutions of trade and finance throughout the pre‐independence period when Indonesian national identity was being forged, as well as during the parliamentary democracy that followed independence, and into Sukarno’s “Guided Democracy.” The trend from the Suharto era to the early twenty‐first has been the appropriation of Islamic discourse by the state to legitimize its economic policies of engagement with the international political economy.
    [Show full text]
  • Indo 10 0 1107123622 195
    194 Note: In addition to the positions shown on the chart, thepe are a number of other important agencies which are directly responsible to the Commander of the Armed Forces and his Deputy. These include the following: Strategic Intelligence Center, Institute of National Defense, Institute of Joint Staff and Command Education/Military Staff and Command College, Military Academy, Military Industries, Military Police, Military Prosecutor-General, Center of People’s Resistance and Security, and Information Center. CURRENT DATA ON THE INDONESIAN MILITARY ELITE AFTER THE REORGANIZATION OF 1969-1970 (Prepared by the Editors) Periodically in the past, the editors of Indonesia have prepared lists of the officers holding key positions in the Indonesian army to keep readers abreast of developments. (See the issues of April 1967, October 1967, and April 1969). Until very recently, the important changes meredy involved individual officers. But on Armed Forces Day, October 5, 1969, General Suharto announced a major structural reorganization of the military hierarchy, and these changes were put into effect between November 1969 and April 1970. According to the military authorities, MThe concept of reorganization, which is aimed at integrating the armed forces, arose in 1966 after the communist coup attempt of 1965. The idea was based on the view that developing countries suffer from political instability due to con­ flict between competing groups."1 On October 6, the then Chief of Staff of the Department of Defense and Security, Lt. Gen. Sumitro, said that the integration of the armed forces "will prevent the occurrence of situations like those in Latin America where the seizure of power is always accompanied by activities on the part of one of the armed forces or individuals from the armed forces."2 The main thrust of the reorganization (for details of which see the footnotes) is in the direction of greatly increased centraliza­ tion of control within the Department of Defense and Security.
    [Show full text]