Analisis Konflik Politik Elite Tni Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
e-ISSN : 2527±564X Website Journal : http://www.ejournal-academia.org/index.php/renaissance ANALISIS KONFLIK POLITIK ELITE TNI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1966) Mulyer Mananda Setyahadi Universitas Pamulang email: [email protected] Paper Accepted: 18 Maret 2018 ABSTRAK Paper Reviewed: 20-27 Maret 2018 Paper Edited: 01-15 April 2018 Paper Approved: 22 April 2018 Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah alat pertahanan negara Republik Indonesia yang lahir ketika masa perang kemerdekaan. Tentara ini didirikan dengan merekrut para perwira bekas anggota Angkatan Bersenjata Hindia Belanda, yaitu KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger), dan para perwira bekas anggota tentara pada masa pendudukan Jepang, yaitu PETA (Pembela Tanah Air), serta laskar- laskar perjuangan yang dileburkan, sehingga terbentuklah TNI. Dalam perkembangannya, TNI banyak mengalami konflik politik baik di dalam maupun di luar TNI. Peristiwa Madiun 1948 pada masa perang kemerdekaan membuahkan konflik eksternal TNI terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terus berlanjut hingga masa demokrasi terpimpin. Perbedaan asal usul dari perwira-perwira TNI dari KNIL, PETA dan Laskar-laskar menyebabkan terjadinya konflik-konflik internal pada TNI. Sikap yang berbeda-beda dari para perwira TNI terhadap PKI dan Presiden Soekarno berakibat konflik internal pada diri elite TNI. Pada periode 1959-1966, TNI selalu disibukkan dengan konflik internal dan eksternal sehingga TNI tidak dapat bersatu sikap. Meskipun TNI pada periode itu menjadi kekuatan politik yang sangat signifikan yang tercermin dari kedudukannya di kabinet, tetapi hal itu tidak membuat TNI dapat meraih kekuasaan sepenuhnya pada saat itu. Kata Kunci : Konflik Elite TNI; Demokrasi Terpimpin PENDAHULUAN Belanda yang dinamakan KNIL (KoninklijkeNederlandsheIndische Leger) dan Latar Belakang Masalah pasukan yang dibentuk oleh Jepang pada masa Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah pendudukannya yang dinamakan PETA organisasi tentara yang lahir di tengah-tengah (Pembela Tanah Air). Lalu perbedaan di antara revousi kemerdekaan bangsa Indonesia. kedua asal-usul ini menyulut pertentangan di Organisasi tentara lahir atas desakan keadaan antara mereka baik pada masa perang yang mengharuskan mereka memberikan kemerdekaan maupun sesudahnya. perlawanan secara militer terhadap Belanda Setelah proklamasi kemerdekaan 17 yang ingin kembali mencengkeram Agustus 1945 maka dibentuklah Badan kekuasaannya di Kepulauan Nusantara. Dan Keamanan Rakyat (BKR). Tapi keberadaan tidak hanya itu, TNI ini juga berfungsi untuk BKR ini pun belum jelas arahnya, karena mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan berbagai sebab, seperti masih adanya pasukan Negara Republik Indonesia di masa setelah militer Jepang di lapangan. Belum lagi masalah perang kemerdekaan. yang akan dihadapi bila Sekutu telah datang. Para perwira TNI adalah orang-orang yang BKR berada di bawah kendali Komite Nasional telah memiliki pengalaman militer di masa- Indonesia (KNI) pada setiap daerahnya. masa sebelum revolusi. Mereka adalah bekas- Kemudian pemerintah sipil memfungsikan BKR bekas personel Angkatan Bersenjata Kolonial ini lebih pada fungsi polisi, yaitu memelihara Jurnal Renaissance | Volume 3 No. 01 | Mei 2018, hlm: 346-357 keamanan dan ketertiban.Tapi kemudian laskar itu terus berafiliasi secara ideologis pertempuran-pertempuran yang terjadi versus kepada partai-partai politik, bahkan mereka pasukan Jepang pada akhir September 1945 dan cenderung menantang otoritas TRI. Namun melawan pasukan Sekutu pada awal Oktober, ternyata laskar-laskar itu disalahgunakan oleh menjadikan tanda yang jelas bahwa Negara partai-partai politik demi kepentingan para yang baru ini harus memiliki organisasi tentara politisi itu sendiri. Menghadapi masalah ini, yang memiliki hirarki struktural. Maka pada 5 kemudian pada 3 Juni 1947 TRI diubah lagi Oktober 1945, BKR diganti menjadi Tentara menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Keamanan Rakyat (TKR). sebagai peleburan semua laskar-laskar Posisi kepeminpinan dalam TKR ini perjuangan dengan tentara regular. banyak dipegang oleh para perwira bekas KNIL, Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948 karena pengalaman militer mereka lebih membuat hubungan militer dan sipil menjadi panjang ketimbang yang dari PETA. Para buruk. Perjanjian itu menghasilkan penyempitan perwira bekas PETA itu sesungguhya ketika wilayah Republik di mana wilayahnya tinggal masa pendudukan Jepang hanya pernah Ibu kota Yogyakarta. Dampaknya adalah Divisi mendapatkan pengalaman memimpin pasukan Siliwangi harus hijrah dari Jawa Barat menuju sampai tingkat batalion atau tidak pernah Jawa Tengah. Para pemimpin militer sampai pada tingkat di atasnya. Kemudian mempertanyakan efektivitas dan kehandalan terjadi saling curiga di antara para perwira bekas para politisi dalam berdiplomasi. Wilayah yang KNIL terhadap perwira-perwira bekas PETA. sudah di pertahankan secara fisik oleh tentara .edua —kuEu“ ini saling berebut untuk kemudian dipersempit oleh Perjanian Renville menguasai senjata. Saling curiga antara bekas dan Linggarjati. PETA terhadap bekas KNIL itu kemudian Selain itu TNI harus menghadapi bekas diupayakan penyelesaiannya dengan Laskar Hizbullah yang tadinya berafiliasi pada menyelenggarakan Konferensi Tentara Partai Majelis Sjuro Muslimin Indonesia menjelang pertengahan November 1945 di (Masjumi), yang kemudian membentuk Darul Yogyakarta. Kemudian hasil konferensi ini Islam (DI) sebagai protes terhadap Perjanjian adalah dipilihnya Soedirman sebagai Panglima Renville yang mengharuskan mereka Besar Tentara dengan pangkat Jenderal, dan meninggalkan Jawa Barat, namun dengan DI itu Oerip Soemoharjo sebagai Kepala Staf Tentara mereka tidak mau meninggalkan Jawa Barat, dengan pangkat Letnan Jenderal. Para prajurit dan akhirnya justru berhadapan dengan TNI. dapat memilih sendiri komandannya. Desember 1948, Belanda melancarkan Setelah konferensi itu maka TKR segera Agresi Militer ke-2. Serangan tertuju pada melaporkan struktur organisasi TKR yang telah Yogyakarta Ibukota Republik Indonesia. dibentuk kepada pemerintah pusat. Hal ini Belanda berhasil menawan Presiden Soekarno, mengejutkan kabinet yang mana di dalamnya Perdana Meteri Hatta, dan menteri-menteri Amir Sjarifuddin menjabat sebagai Menteri lainnya. Jenderal Soedirman serta pasukannya Pertahanan. Namun akhirnya hal ini dapat segera bergerilya ke daerah-daerah pedalaman. diterima oleh Pemerintah Perdana Mentri Sutan Kemudian didirikan Pemerintah Darurat Sjahrir. Walaupun sebenarnya Amir Sjarifuddin Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, berpandangan bahwa perwira-perwira tentara Sumatra, di bawah pimpinan Perdana Menteri yang ada hanyalah semata-mata ciptaan para Sjafrudin Prawiranegara. penguasa terdahulu, yaitu imperialisme Belanda Di bawah kepemimpinan Jenderal dan fasis Jepang. Inilah kemudian yang Soedirman maka TNI mempertahankan membuat Soedirman marah atas fitnah yang eksistensi Republik Indonesia sekaligus menuduhnya fasis. Kepindahan Ibu kota eksistensi TNI dengan perang gerilyanya. Republik Indonesia pada 4 Januari 1946 dari Dalam keadaan yang jelas darurat apalagi Jakarta menuju Yogyakarta adalah akibat tidak keberadaan pemerintah sipil telah tidak amannya Jakarta yang telah diduduki pasukan berfungsi akibat tertawan oleh pihak musuh Sekutu. maka jelaslah di sini kiprah politik tentara yang Tanggal 23 Februari 1946, TKR diubah praktis harus mengambil alih semua fungsi menjadi Tentara Republilk Indonesia (TRI). untuk mengatur segala sesuatu kebutuhan bagi Maksud perubahan ini adalah untuk terus eksisnya negara Republik Indonesia. melambangkan kerjasama badan-badan perjuangan yang tidak regular yaitu laskar- Pokok Permasalahan laskar perjuangan dari partai-partai politik, Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan tentara regular yaitu TRI. Namun penulis merumuskan pokok permasalahan perubahan ini tidak berhasil, karena laskar- sebagai berikut : 347 | Setyahadi, Mulyer Mananda. Analisis Konflik Politik Elite TNI Pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966) 1. Bagaimana konflik internal dan konflik membagi dua jenis pergolakan pada rezim, yaitu eksternal para elite TNI yang terjadi yang pertama ialah —pergolakan di dalam pada masa demokrasi terpimpin? rezim“, dan yang Nedua ialah —perMuangan 2. Bagaimana konflik internal dan konflik mereEut rezim“. eksternal para elite TNI tersebut Yang dimaksud dengan pergolakan di membuat Presiden Soekarno dapat dalam rezim adalah bila di dalam sebuah rezim mengendalikan para pimpinan TNI dan ada suatu ketegangan antar pihak-pihak yang memiliki kontrol yang begitu kuat atas saling antagonistis (bermusuhan), yang mana para pimpinan TNI?. pihak-pihak itu merupakan bagian dari rezim. Saling berseberangan namun tidak ada upaya Kerangka Teori untuk mengubah rezim tersebut atau merebut Organisasi militer modern timbul karena kekuasaan sepenuhnya atas rezim itu. munculnya konsep nation state, besarnya Pergolakannya bersifat mempertahankan bahaya perang, dan luasnya ruang lingkup kepentingan dari masing-masing pihak yang sasaran keamanan nasional. Dalam kerangka berkonflik dan berusaha meningkatkan peran negara-bangsa yang modern, Samuel politik dari masing-masing pihak tersebut tanpa Huntington membagi militer berdasarkan mencoba untuk menguasai rezim itu orientasinya menjadi dua, yaitu —militer sepenuhnya. Jadi pihak-pihak itu berusaha profesional“ dan —militer pretorian“. 1amun memperbesar porsi kekuasaannya sampai batas- Amos Perlmutter (1984) walaupun masih dalam batas tertentu. Lain halnya dengan perjuangan kerangka klasifikasi dari Huntington, membagi