[LAPORAN PEMANTAUN]

Masa Sidang I Tahun 1 DPR RI (1 Oktober 2019 – 17 Desember 2019)

Tantangan Efektifitas, Transparansi dan Representasi yang Belum Terjawab

Tim Penyusun Ahmad Hanafi Arif Adiputro Moc Ihsan

Editor Arbain al-Banjary

Indonesian Parliamentary Center (IPC) 2020 Jl. Tebet Utara III D, No. 12 A www.ipc.or.id

- 1 - Laporan Pemantauan Masa Sidang I Tahun 1 DPR RI Indonesian Parliamentary Center (IPC)

Tantangan Efektifitas, Transparansi dan Representasi yang Belum Terjawab

Executive Summary Masa sidang pertama DPR RI berlalu. Tapi tantangan efektifitas peran check and balances dan kinerja parlemen di masa yang akan datang masih membayangi sebagai dampak dari pembentukan Komisi yang masih menggunakan pola lama. Demikian halnya dengan transparansi dokumen persidangan yang belum ter-update dengan baik. Sementara itu, kinerja legislasi, pengawasan dan penganggaran belum maksimal dilaksanakan di masa persidengan I.

Laporan pemantauan ini berisi tentang data dan fakta sepanjang proses persidangan DPR RI dan analisis terhadap data dan fakta tersebut dalam perspektif masyarakat sipil dengan tujuan untuk memberikan input kepada DPR agar lebih efektif dan representatif.

I. Pengantar Sejak dilantik pada 1 Oktober 2019, DPR telah menyelenggarakan enam kali sidang paripurna. Masa sidang yang direncanakan selesai pada 12 Desember 2019 pada akhirnya ditutup pada 17 Desember 2019 karena menunggu penyelesaian Program Legislasi Nasional Jangka Menengah 2020-2024 oleh Badan Legislasi. Berikut merupakan keputusan-keputusan DPR yang dihasilkan di Paripurna.

1. Pelantikan 575 Anggota DPR RI periode 2019-2024 pada tanggal 1 Oktober 2019. Pada 23 Oktober, terdapat lima Anggota DPR Pergantian Antar Waktu (PAW) dari empat fraksi karena dilantik menjadi menteri.

Daftar Anggota DPR yang diangkat Menteri Nama Fraksi Menteri Johnny G Plate Nasdem Menteri Komunikasi dan Informatika Juliari Batubara PDIP Menteri Sosial Yasonna Laoly PDIP Menteri Hukum dan HAM Edhy Prabowo Gerindera Menteri Kelautan dan Perikanan Abdul Halim Iskandar PKB Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 2. Penetapan Ketua dan Wakil Ketua DPR RI masa bakti 2019-2024 dan penetapan pembentukan fraksi-fraksi DPR RI pada tanggal 1 Oktober 2019; Pimpinan DPR Terpilih Nama Jabatan (PDIP) Ketua Azis Syamsuddin () Wakil Ketua (Koordinator Bidang Politik dan Keamanan) Sufmi Dasco Ahmad (Gerindera) Wakil Ketua (Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan) Rachmad Gobel (Nasdem) Wakil Ketua (Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan) (PKB) Wakil Ketua (Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat) Sumber: www.dpr.go.id

- 2 - 3. Pembentukan Alat Kelengkapan Dewan (AKD), yaitu Komisi dan AKD Non- Komisi. Terdapat terobosan berupa formulasi baru dalam proporsi pengisian Pimpinan AKD di antara fraksi-fraksi, termasuk mitra kerja Komisi.

Komisi, Bidang Kerja dan Jumlah Mitra DPR 2019-2024 Komisi Bidang Kerja Jumlah Mitra Kerja Komisi I (1) Pertahanan, (2) Luar Negeri (3) Komunikasi dan 16 Kemen./Lembaga Informatika, (4) Intelijen Komisi II (1) Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (2) 15 Kemen./Lembaga Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (3) Kepemiluan (4) Pertanahan dan Reforma Agraria Komisi III (1) Hukum (2) HAM (3) Keamanan 14 Kemen./Lembaga Komisi IV (1) Pertanian (2) Kelautan (3) Lingkungan Hidup dan 5 Kemen./Lembaga Kehutanan Komisi V (1) Infrastruktur dan Perhubungan (2) Daerah Tertinggal 6 Kemen./Lembaga dan Transmigrasi (3) Meteorologi. Klimatologi dan Geofisika (4) Pencarian dan Pertolongan Komisi VI (1) Industri (2) Perdagangan (3) Investasi (4) BUMN (5) 11 Kemen./Lembaga Koperasi UKM (6) Standarisasi Nasional Komisi VII (1) Energi (2) Riset (3) Teknologi 14 Kemen./Lembaga Komisi VIII (1) Agama (2) Sosial (3) Kebencanaan (4) Pemberdayaan 8 Kemen./Lembaga Perempuan dan Perlindungan Anak Komisi IX (1) Kesehatan (2) Ketenagakerjaan (3) Kependudukan 7 Kemen./Lembaga Komisi X (1) Pendidikan (2) Olahraga (3) Pariwisata dan Ekonomi 6 Kemen./Lembaga Kreatif Komisi XI (1) Keuangan (2) Perbankan 12 Kemen./Lembaga Sumber: www.dpr.go.id, data dioleh IPC

4. Pengambilan Keputusan dan Penetapan untuk Komjen Idham Azis sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik pada tanggal 31 Oktober 2019 5. Penetapan Program Legislasi Nasional Jangka Menengah 2020-2024 6. penetapan Tim Pengawas dan/atau Tim Pemantau  Tim Pemantau DPR RI Terhadap Pelaksanan UU terkait Otonomi Daerah Khusus Aceh, Papua, Papua Barat, Keistimewaan DIY dan DKI,  Tim Pengawas DPR RI Tentang Pembangunan Daerah Perbatasan,  Tim Pemantau dan Evaluasi Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP),  Tim Pengawas DPR RI terhadap Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.  Tim Pengawas DPR RI terhadap Pelaksanaan Penanganan Bencana,  Tim Penguatan Diplomasi Parlemen DPR RI,  Tim Implementasi Reformasi,  Tim Open Parliament (OPI),  Tim Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji (Tim Persiapan Pengawas Pengelenggaraan Ibadah Haji, dan Tim Pelaksanaan Pengawas Pengelenggaraan Ibadah Haji).

- 3 - II. Pembentukan AKD dan Tantangan Peran Parlemen

Efektifitas kinerja DPR diukur dari tingkat produktifitas kerja. Hal ini dapat dilihat dari manajemen dan tata kelola kelembagaan DPR, salah satunya adalah pembentukan alat kelengkapan. Sementara peran chek and balances dapat dilihat bagaimana DPR melaksanakan representasi publik dengan ukuran keberhasilan DPR dalam menyerap, menyuarakan dan memperjuangkan isu-isu publik sehingga mampu merubah prilaku pemerintah dan mitra kerja lain dalam menyelenggarakan fungsinya secara lebih transparan, partisipatif dan akuntabel.

Dari AKD yang telah dibentuk oleh DPR di atas, setidaknya ada dua tantangan efektifitas dan peran check and balances DPR dalam konteks yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Tantangan tersebut adalah:

1. Efektifitas dan Proposionalitas dalam Pembentukan Komisi

Alat Kelengkapan DPR RI terdiri dari Komisi dan Badan. Masing-masing AKD memiliki fungsi yang dapat dikategorikan dalam empat kategori: pertama, AKD pelaksana fungsi DPR seperti fungsi legislasi, pengawasan, penganggaran dan fungsi diplomasi parlemen. AKD ini dilaksanakan oleh Komisi, Badan Legislasi (Baleg), Badan Anggaran (Banggar), Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) dan Badan Kerjasama Antara Parlemen (BKSAP).

Kedua, AKD yang melaksanakan fungsi representasi kelembagaan dan kontrol internal, yaitu Pimpinan DPR, dan Badan Musayawarah (Bamus). Ketiga, AKD yang berfungsi mendukung kebutuhan dan logistik parlemen yaitu Badan Urusan Rumah Tangga (BURT). Keempat, AKD yang menegakkan kode etik, yaitu Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Dari kategori di atas, kategori pertama dan kedua merupakan jantung parlemen dalam melaksanakan fungsi dan perannya di hadapan pemerintah. Pembagian kursi pimpinan AKD pada dua kategori pertama lebih banyak dinamika dan menjadi target dibandingkan dua kategori terakhir, baik oleh partai-partai pendukung pemerintah maupun partai-partai non-pendukung pemerintah. Komposisi Pimpinan AKD DPR yang disepakati oleh sleuruh fraksi pada sebagaimana tergambar dalam berikut:

- 4 - Komposisi Pimpinan AKD DPR AKD Pimpinan Anggota Pimpinan DPR 5 kursi Seluruh Anggota DPR Badan Musyawarah Pimpinan DPR sekaligus Seluruh pimpinan AKD dan Fraksi pimpinan Bamus Komisi 1 s/d 11 5 kursi x 11 Komisi 48 s/d 56 Anggota DPR Badan Legislasi 5 kursi 80 Anggota DPR Badan Anggaran 5 kursi 100 Anggota DPR Badan Akuntabilitas Keuangan 3 kursi 9 Anggota DPR Negara Badan Urusan Rumah Tangga 5 kursi 25 Anggota DPR Badan Kerjasama Antar 5 kursi 53 Anggota DPR Parlemen Mahkamah Kehormatan Dewan 5 kursi 17 Anggota DPR Pansus (ad hoc) 5 kursi 30 Anggota Sumber: www.dpr.go.id, data diolah oleh IPC

Jika ditotal seluruh kursi pimpinan AKD tetap, di luar Pansus, terdapat 88 kursi pimpinan yang dibagi kepada 9 fraksi di DPR. Tidak ada terobosan atau inisiatif baru dalam hal penambahan jumlah AKD dari periode sebelumnya. Kesinambungan wacana yang disampaikan oleh Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019, Fachry Hamzah agar ada penambahan Komisi tidak terjadi. Seharusnya wacana ini patut dipertimbangkan.

Alat Kelengkapan Dewan, terutama Komisi merupakan tulang punggung DPR dalam melaksanakan roda organisasi. Komisi bertugas melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran. Sementara terdapat tiga AKD lain bertugas mendukung fungsi yang lebih spesifik dari tugas Komisi seperti koordinasi dan sinkronisasi. Tiga AKD tersebut adalah Badan Legislasi untuk mendukung fungsi legislasi, Badan Anggaran untuk pelaksanaan fungsi Anggaran, dan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara untuk pelaksanaan fungsi pengawasan. Meskipun, usulan RUU ataupun Anggaran dapat langsung melalui Baleg atau Banggar, tapi inti dari isu-isu yang bergulir itu tetap bersumber dari Komisi.

Melihat penting dan strategisnya peran Komisi tersebut, peningkatan efektifitas kinerja Komisi seharusnya menjadi target utama DPR. Peluang DPR untuk mendesain ulang komisi terbuka di Masa Sidang I Tahun 1 ini, tapi belum dimanfaatkan dengan baik. Tantangan efektifitas kinerja Komisi pada periode sebelumnya kemungkinan besar akan tetap berulang. Dampaknya produktifitas kinerja parlemen diperkirakan sulit untuk ditingkatkan secara signifikan.

- 5 - Perbandingan: Bidang Kerja dan Jumlah Mitra Kerja Komisi 2 Periode DPR Periode 2014-2019 Periode 2019-2024 KOMISI Jumlah Mitra Bidang Kerja Bidang Kerja Jumlah Mitra Kerja Kerja 15 (1) Pertahanan (2) Luar Negeri Komisi I (1) Pertahanan (2) Luar Negeri 16 (3) Komunikasi dan (3) Komunikasi dan Informatika Informatika (4) Intelijen (4) Intelijen 16 (1) Dalam Negeri (2) Komisi II (1) Pemerintahan Dalam Negeri 15 Sekretariat Negara (3) Pemilu dan Otonomi Daerah (2) Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (3) Kepemiluan (4) Pertanahan dan Reforma Agraria 14 (1) Hukum (2) HAM (3) Komisi III (1) Hukum (2) HAM (3) Keamanan 14 Keamanan 6 (1) Pertanian (2) Pangan (3) Komisi IV (1) Pertanian (2) Kelautan 5 Maritim (4) Kehutanan (3) Lingkungan Hidup dan Kehutanan 6 (1) Infrastruktur (2) Komisi V (1) Infrastruktur dan Perhubungan 6 Perhubungan (2) Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (3) Meteorologi. Klimatologi dan Geofisika (4) Pencarian dan Pertolongan 11 (1) Industri (2) Investasi Komisi VI (1) Industri (2) Perdagangan (3) 11 (3) Persaingan Usaha Investasi (4) BUMN (5) Koperasi UKM (6) Standarisasi Nasional 15 (1) Energi (2) Riset dan Komisi VII (1) Energi (2) Riset (3) Teknologi 14 Teknologi (3) Lingkungan Hiduo 8 (1) Agama (2) Sosial Komisi (1) Agama (2) Sosial (3) 8 VIII Kebencanaan (4) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 7 (1) Kesehatan (2) Komisi IX (1) Kesehatan (2) Ketenagakerjaan 7 Ketenagakerjaan (3) Kependudukan 6 (1) Pendidikan (2) Olahraga Komisi X (1) Pendidikan (2) Olahraga 6 (3) Sejarah (3) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 12 (1) Keuangan (2) Perbankan Komisi XI (1) Keuangan (2) Perbankan 12 Sumber: www.dpr.go.id dan data base IPC, data diolah oleh IPC

Tidak banyak perubahan bidang kerja Komisi dan jumlah mitra kerja DPR dari periode sebelumnya. Berbagai potensi ketidakefektifan kinerja Komisi kemungkinan berulang di masa yang akan datang, terutama dalam hal:

 Tingkat produktifitas Komisi dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran karena banyaknya bidang dan mitra kerja dalam melaksanakan fungsi. Banyaknya bidang kerja yang harus ditekuni oleh Anggota DPR berdampak pada rendahnya fokus dan produktifitas

- 6 - Anggota Komisi. Hal ini berbeda jika bidang dan mitra kerja komisi lebih sedikit. Dengan demikian akan menciptakan fokus dan pendalaman terhadap isu.  Kontrol fraksi terhadap Anggotanya. Terutama fraksi-fraksi besar yang memiliki Anggota Fraksi cukup banyak pada setiap Komisi akan sulit untuk melakukan kontrol. Potensi lost control yang muncul berupa distorsi suara fraksi di Komisi atau tingkat keaktifan yang rendah antara satu Anggota Fraksi dengan Anggota Fraksi lainnya dalam satu Komisi. Dalam kacamata representasi, ini merugikan konstituen yang telah mengutus wakilnya di Parlemen, tetapi tidak bersuara.  Kecepatan dan kualitas dukungan pelayanan dari Sekretariat Jenderal DPR RI sulit untuk ditingkatkan karena kesibukan setiap Komisi tidak berkurang dengan banyaknya bidang kerja.

Hal yang patut diapresiasi adalah munculnya hal baru dalam penyusunan komposisi AKD pada DPR 2019-2024 kali ini, yaitu menggunakan metode proporsional. Metode ini efektif jika dibandingkan dengan metode yang digunakan pada periode sebelumnya yaitu menggunakan metode paket. Namun demikian terdapat sejumlah partai yang proporsinya belum seimbang dalam perolehan kursi pimpinan.

Proporsi Perolehan Suara, Kursi dan Pimpinan Partai-Partai di DPR Partai Perolehan Prosentase (%) Perolehan Prosentase (%) Perolehan Prosentase (%) suara kursi pimpinan PDIP 27.053.961 19,33 128 22,26 18 20.5 Gerindera 17.594.839 12,57 78 13,57 12 13.6 Golkar 17.229.789 12.31 85 14,78 14 16 PKB 13.570.097 9,69 58 10,09 10 11.3 Nasdem 12.661.792 9,05 59 10,26 11 12.5 PKS 11.493.663 8,21 50 8,70 7 8 Demokrat 10.876.057 7,77 54 9,39 6 6.8 PAN 9.572.623 6,84 44 7,65 6 6.8 PPP 6,323.147 4,52 19 3,30 4 4.5 Sumber: www.kpu.go.id, www.dpr.go.id, dan data base IPC, data diolah oleh IPC.

Jika kita melihat konsistensi proporsionalitas antara jumlah kursi per fraksi dengan perolehan kursi pimpinan AKD DPR, maka terlihat bahwa terdapat dua partai yang proporsional, yaitu Gerindera dan PKS. Sementara sisanya mengalami kenaikan dan penurunan antara 1 s/d 2,5 persen. Ini menunjukkan bahwa metode penghitungan yang digunakan dalam pembagian pimpinan AKD perlu dikembangkan ulang.

2. Peran Chenck And Balances Parlemen vs Pemerintah Dalam konsep trias politica, pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislasif dan yudikatif salah satunya bertujuan untuk menciptakan check and balances. Ada pengawasan dan penyeimbangan dalam penyelenggaraan negara. Dalam konteks Indonesia, check and balances antara parlemen dan pemerintah terjadi pada saat:

 Persetujuan/Ketidaksetujuan DPR terhadap PERPPU yang diusulkan oleh

- 7 - Presiden  Persetujuan/Ketidaksetujuan DPR terhadap RAPBN yang diusulkan oleh pemerintah  Keterlibatan pemerintah dalam membahas setiap RUU di DPR  Fit and Propor Test calon pejabat negara di DPR dilaksanakan setelah proses seleksi oleh presiden  Usulan DPR kepada MPR untuk memberhentikan presiden

Check and balances yang dianut di Indonesia berlaku sebagaimana yang berlaku di negara-negara Amerika Latin, seperti Meksiko dan Brasil. Pipit R Kartanegara (2014) menyitir Detlef Nolte menyebutkan dalam makalah "Memperkuat Sistem Presidensialisme di Indonesia" bahwa sejumlah ahli mendefinisikan kondisi ini sebagai parlementarisasi presidensialisme dimana proses check and balances dilaksanakan secara kolaboratif antara legislatif dan eksekutif. Istilah parlmentarisasi presidensialisme muncul seiring dengan fenomena penguasaan kursi partai-partai pendukung presiden di parlemen. Istilah lain yang digunakan untuk situasi ini adalah demokrasi konsensual.

Hal ini berbeda dengan Amerika serikat, misalnya, yang memberikan hak veto kepada presiden terhadap RUU yang disahkan oleh parlemen. Tapi di sisi lain, presiden Amerika tidak diberikan hak untuk mengusulkan RUU. Hak veto presiden merupakan bentuk check and balances eksekutif terhadap kebijakan legislatif.

Apapun sistemnya, peran check and balances yang dilaksanakan oleh parlemen tidak terlepas dari representasi. DPR haruslah menyuarakan kepentingan konstituen pada rapat-rapat dengan mitra kerja Komisi. Ini dapat terjadi jika di tingkat AKD sendiri memungkinkan terjadi check and balances yaitu, jika komposisi antara partai-partai pendukung pemerintah dengan partai-partai non pendukung pemerintah dalam pimpinan AKD berimbang.

Konfigurasi Partai Politik di Parlemen Partai Pendukung Pemerintah AKD DPR Partai Non Pendukung Pemerintah 427 Kursi Komposisi Total 148 Kursi (PDIP 128, Golkar 85, Gerindra (575 Kursi Anggota DPR RI) (PKS 50, PAN 44 , Demokrat 78, NasDem: 59, PKB 58, PPP 54) 19) 1 Ketua, Pimpinan DPR 0 4 Wakil ketua (5 Kursi) 10 Ketua (10 komisi) Pimpinan Komisi 1 Ketua (1 Komisi) PAN 38 Wakil Ketua (11 Komisi) (55 Kursi) 6 Wakil ketua (4 Komisi) 1 Ketua Pimpinan Badan Legislasi 0 4 Wakil ketua (5 Kursi) 1 Ketua Pimpinan Badan Anggaran 1 wakil ketua 3 Wakil ketua (5 kursi) 1 Wakil Ketua Pimpinan BAKN 1 Ketua (3 Kursi) 1 Wakil ketua 1 Wakil Ketua Pimpinan BKSAP 1 Ketua

- 8 - (5 Kursi) 3 Wakil ketua 3 Wakil Ketua Pimpinan MKD 1 Ketua (5 Kursi) 2 Wakil ketua 2 Wakil ketua Pimpinan BURT 1 Ketua (5 Kursi) 2 Wakil ketua 18 AKD (12 Ketua, 56 Wakil Total Penguasaan 9 AKD (5 ketua, 15 wakil Ketua AKD) (18 AKD tetap) Ketua) Sumber: www.dpr.go.id, data diolah oleh IPC.

Data di atas menunjukkan bahwa ada komposisi yang tidak berimbang antara partai- partai pendukung pemerintah dengan partai-partai non pendukung pemerintah. Partai- partai pendukung pemerintah menduduki AKD kategori pertama dan kedua - sebagaimana dijelaskan di atas- dalam komposisi yang lebih dominan dibandingkan partai-partai non-pendukung pemerintah. Beda halnya dengan AKD kategori tiga dan empat lebih banyak didominasi partai-partai non pendukung pemerintah.

Posisi partai-partai pendukung pemerintah menduduki posisi yang strategis dan penting dalam pelaksanaan check and balances parlemen. Konfigurasi seperti ini di satu sisi memudahkan pemerintah dalam memuluskan berbagai agenda kebijakan. Akan tetapi, di sisi lain memperlemah peran parlemen dalam merepresentasikan publik, menyuarakan aspirasi publik dan pelaksanaan fungsi check and balances.

Konfigurasi Partai pada AKD di Parlemen dan Mitra Kerja di Kabinet Mitra Kerja Kementerian Komisi Konfigurasi Pimpinan Asal Partai Menteri/Kementerian Komisi I Golkar (K), PKS, Gerindera, Gerindera/Pertahanan PDIP, Demokrat Non Partai/Kemenlu Nasdem/Menkominfo Komisi II Golkar (K), PKB, Nasdem, PDIP, Non Partai/Kemendagri PPP Non Partai/Mensesneng Non Partai/ATR-BPN PDIP/Kemendagri Komisi III PDIP (K), Nasdem, PAN, Golkar, PDIP/Kemenkumham Gerindera Komisi IV PDIP (K), PKB, Gerindera, Nasdem/Pertanian Golkar, Nasdem Nasdem/KLHK Gerindera/KKP Komisi V PDIP (K), PPP, Gerindera, Golkar, Non Partai/PUPR Nasdem Non partai/Perhubungan PKB/Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Komisi VI PKB (K), Nasdem, Gerindera, Golkar/Perindustrian PDIP, Golkar PKB/Perdangangan Non Partai/KUKM Non partai/BUMN Komisi VII Nasdem (K), PAN, Golkar, PDIP, Non Partai/ESDM Gerindera Non partai/Ristek Nasdem/KLHK Komisi VIII PAN (K), Gerindera, Golkar, Non partai/Agama

- 9 - PDIP, PKB PDIP/Sosial PDIP/PPPA Komisi IX Nasdem (K), PKB, Golkar, PKS, Non Partai/Kesehatan PDIP PKB/Ketenagakerjaan Komisi X PKB (K), PKS, Demokrat, PDIP, Non Partai/Dikbud Golkar Non Partai/Pariwisata Golkar/Pemuda dan Olahraga Komisi XI Golkar (K), PPP, PKB, PDIP, Non Partai/Kemenkeu Nasdem PPP/Bappenas Baleg Gerindera (K), PDIP, Nasdem, PDIP/Kemenkumham PKB, PPP Banggar PDIP (K), Demokrat, PKB, Golkar, Non-Partai/Kemenkeu Nasdem BAKN Demorat (K), PDIP, PKS Non-Partai/BPK Sumber: database IPC.

Sementara setiap menteri yang berlatar belakang partai politik berhadap-hadapan dengan Komisi yang sebagian pimpinannya berlatar belakang partai politik yang sama atau partai koalisi pendukung pemerintah. Hanya Komisi V yang di antara pimpinannya bukan dari partai asal menteri. Dari semua 11 Komisi, hanya 5 diantaranya Komisi yang sebagian pimpinannya diisi oleh partai-partai non pendukung pemerintah.

Artinya proses peluang kompromi dalam proses kebijakan sangat tinggi. Ketidakseimbangan kekuatan di parlemen ini berdampak pada potensi minimnya suara kritis parlemen terhadap kebijakan-kebijakan yang diusulkan pemerintah dan menciptakan kondisi lahan subur tumbuhnya oligarkhi politik. Terlebih jika tidak diimbangi dengan proses persidangan yang lebih transparan dan dapat diakses oleh publik serta penguatan sistem representasi.

III. Mengukur Kinerja DPR Masa Sidang I: Ujian Konsistensi Perencanaan dan Realisasi

Untuk mengukur kinerja parlemen, IPC mengumpulkan dan menganalisis dokumen Laporan Singkat (lapsing) persidangan dan dokumen kunjungan kerja yang dilaksanakan oleh AKD DPR, terutama Komisi. Kedua dokumen tersebut dipilih karena, selain argumen kemudahan akses, juga merepresentasikan pelaksanaan agenda-agenda kerja DPR dalam satu masa sidang. Komisi menjadi fokus pemantauan karena perannya yang sentral dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran.

- 10 - Gambar Kualifikasi Dokumen yang Tersedia

28

202

DOKUMEN LAPORAN SINGKAT DOKUMEN KUNJUNGAN KERJA Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh Indonesia Parliamentary Center

Gambar di atas merupakan jumlah data dokumen yang berhasil dikumpulkan melalui website www.dpr.go.id. Total ada 230 dokumen yang terdiri dari 202 dokumen laporan singkat dan 28 lagi merupakan dokumen kunjungan kerja. Selain mengumpulkan seluruh dokumen selama MP I TS 2019-2020.

Untuk lebih dalam bagaimana DPR melaksanakan fungsinya, IPC mengkualifikasikan isi dari dokumen-dokumen tersebut berdasarkan fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran.

Grafik Kualifikasi Dokumen Berdasarkan Fungsi

30

25

20

15

10

5

0 I II III IV V VI VII VIII IX X XI

LEGISLASI PENGAWASAN ANGGARAN INTERNAL Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh Indonesia Parliamentary Center

Badan Musyawarah DPR RI memutuskan bahwa selama masa sidang 1, alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan tiga fungsi parlemen adalah 50 persen untuk

- 11 - pelaksanaan fungsi Anggaran, fungsi pengawasan 10 persen, dan fungsi legislasi 40 persen. Namun demikian, kami menemukan, berdasarkan dokumen laporan singkat yang dipublikasikan oleh website DPR, inkonsistensi antara perencanaan sidang dan pelaksanaan persidangan. Jumlah kegiatan untuk pelaksanaan fungsi pengawasan justru lebih banyak dibandingkan pelaksanaan fungsi lainnya.

Tidak ada sama sekali rapat yang ditujukan untuk melaksanakan fungsi anggaran. Hal ini disebabkan karena pembahasan APBN telah selesai dan telah diundangkan pada 18 Oktober 2019 sehingga setiap pembahasan mengenai evaluasi anggaran merupakan pembahasan dalam fungsi Pengawasan. Selain itu, fungsi pengawasan yang dominan juga dilatari oleh Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Semester I 2019. Hal ini seharusnya menjadi perhatian Pimpinan DPR dalam merumuskan perencanaan persidangan.

Rapat Internal menjadi rapat yang wajib dilakukan pada awal Masa Persidangan I 2019-2020. Pada umumnya, Rapat Internal beragendakan pemilihan dan penetapan pimpinan AKD serta jadwal kegiatan AKD. Fakta lain yang ditemukan oleh IPC, Rapat Internal AKD menjadi Rapat yang paling tertutup

Grafik Kualifikasi Berdasarkan Sifat Rapat 200

180 175

160

140

120

100

80

60

40 23 20 4 0 TERBUKA TERTUTUP TERBUKA&TERTUTUP Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh Indonesia Parliamentary Center

Pasca pembentukan AKD, DPR disibukkan dengan Rapat Internal yang membahas posisi pimpinan dan merancang jadwal kegiatan AKD selama MP I 2019-2020, AKD berdasarkan grafik sebelumnya lebih sering menjalankan fungsi pengawasan. Fungsi pengawasan melalui Rapat Kerja/Rapat Dengar Pendapat/Rapat Dengar Pendapat Umum, AKD lebih banyak melakukan perkenalan dengan mitra dan program kerja mitra untuk tahun 2020.

- 12 - Gambar Fungsi Legislasi oleh Alat Kelengkapan Dewan

1 2 2

4

21 3 2

I II III IV V VI VII VIII IX X XI BADAN LEGISLASI Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh IPC

Salah satu agenda utama pada awal Masa Persidangan adalah merancang Program Legislasi Nasional. Proses pembahasan ini dapat terlihat pada Dokumen Laporan Singkat berdasarkan fungsi legislasi. Namun fungsi legislasi tidak banyak dilakukan oleh AKD dan hanya beberapa komisi yang mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum. Fungsi legislasi dalam upaya merumuskan Program Legislasi Nasional lebih banyak dilaksanakan oleh Badan Legislasi. Sementara Komisi III, Komisi VI dan Komisi X nihil dalam melaksanakan fungsi legislasi.

Berkaitan dengan fungsi pengawasan, setidaknya telah ada tiga panitia kerja yang dibentuk antara lain: 1. Panitia Kerja di Komisi VII (Belum diketahui pasti) 2. Panitia Pemberantasan dan Pencegahan Narkotika (Komisi III) 3. Panitia Kerja Badan Penyelenggara Ibadah Haji 2020 (Komisi VIII)

Selain terbentuknya panitia kerja, DPR melalui Alat Kelengkapan Dewan juga aktif merespon beberapa isu yang saat itu berkembang dengan pesat diantaranya: 1. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Komisi IV) 2. Kenaikan iuran BPJS Kesehatan (Komisi VIII) 3. Jaminan Kesehatan Nasional (Komisi IX) 4. Permasalahan PT Asuransi Jiwasraya (Komisi XI)

Maraknya pembentukan panitia kerja ini dilatari oleh berbagai faktor. Namun demikian, sebagaimana fungsi legislasi dan anggaran yang dalam pembahasannya dilatari dengan argumentasi yang tertuang dalam naskah akademik, seharusnya pembentukan panja juga ada kajian yang melibatkan publik untuk memperkuat aspek urgensi dan representasi. Banyaknya panja di bawah AKD tanpa proses yang lebih akuntabel dikhawatirkan akan berakhir sebagai proyek untuk menambah anggaran Komisi. Tentu selain mekanisme yang jelas pada saat pembentukan, juga pada saat pelaksanaan dan pertanggungjawaban.

- 13 - Mendominasinya rapat dalam hal fungsi pengawasan, juga berdampak pada undangan rapat untuk publik. Berdasarkan temuan IPC, Komisi dalam menjalankan fungsi legislasinya untuk menyusun usulan RUU Prolegnas tidak banyak menerima Rapat Dengar Pendapat Umum. Hal ini terbukti pada kecilnya jumlah kelompok masyarakat yang diundang sebagaimana yang tercantum dalam lapsing.

Gambar Kualifikasi Undangan Agenda DPR

1 3 9 11

70 29

46

PEMERINTAH LEMBAGA NEGARA MASYARAKAT BUMN LEMBAGA YUDIKATIF SWASTA PEMERINTAH DAERAH Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh IPC

Diagram di atas menunjukkan bahwa tidak ada undangan untuk masyarakat yang dilakukan oleh Komisi selama Masa Persidangan I. Namun demikian partisipasi publik telah dilaksanakan oleh Badan Legislasi sebagai Alat Kelengkapan Dewan yang diamanatkan untuk menerima usulan RUU (Lihat Lampiran). Total ada 19 kelompok masyarakat yang secara langsung mengusulkan RUU kepada Baleg.

Namun masih banyak pekerjaan rumah untuk Badan Legislasi, penyebarluasan Program Legislasi Nasional yang tidak hanya nama-nama usulan saja namun diamanatkan Naskah Akademik dan Draft RUU. Jangan sampai, Draft RUU hanya dapat dimiliki segelintir pihak atau “privilage” sehingga diperlukan pemanfaatan media informasi dalam menjaring partisipasi publik.

Berkaitan dengan publikasi, penyajian data-data di atas dapat memperlihatkan bahwa masih terdapat AKD yang tidak dengan segera menyebarluaskan setiap hasil rapatnya bahkan ditemukan beberapa Komisi yang tidak menginformasikan jadwal kegiatannya.

- 14 - Ketersediaan Jadwal Kegiatan Masa Persidangan I dan Jumlah Dokumen yang Dipublikasikan AKD Ketersediaan Dokumen Jadual Rapat/ Dokumen yang Dipublikasikan Kegiatan Komisi I Tersedia 14 Komisi II Tidak tersedia 25 Komisi III Tidak tersedia 9 Komisi IV Tersedia 27 Komisi V Tersedia 8 Komisi VI Tersedia 6 Komisi VII Tersedia 16 Komisi VIII Tersedia 30 Komisi IX Tersedia 22 Komisi X Tersedia 10 Komisi XI Tersedia 29 BALEG Tersedia 23 BAKN Tidak tersedia 0 BKSAP Tidak tersedia 7 BURT Tidak tersedia 0 BANGGAR Halaman Tidak tersedia 4 Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh IPC

Tabel di atas memperlihatkan bagaimana beberapa AKD masih tidak menyediakan jadwal kegiatan. BAKN, BKSAP, BURT merupakan AKD yang harus lebih aktif mempublikasikan dokumen. Sementara Banggar, selain menyediakan dokumen juga harus membuat kanal untuk penyediaan dokumen.

Ketersediaan dokumen juga perlu untuk diperhatikan. Bahkan dari 230 dokumen yang tersedia, masih ada 2 Alat Kelengkapan Dewan yang tidak tersedia dokumennya sama sekali. Ini menjadi catatan mengingat keterbukaan dan ketersediaan dokumen di DPR akan menjadi sorotan publik menjelang dimulainya pembahasan Prolegnas 2019-2024

IV. Dinamika Penyusunan Prolegnas 2020-2024 Minim Partisipasi

Pada penyusunan Prolegnas Jangka Menengah 2020-2024, DPD melalui Panitia Perancangan Undang-Undang (PPUU) dapat memberikan usulan Prolegnasnya dan membahas penyusunannya bersama-sama dengan Pemerintah dan DPR sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Selain itu, UU Nomor 15 Tahun 2019 juga mengatur bahwa Prolegnas yang disusun oleh DPR, DPD dan Pemerintah harus terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap Prolegnas Jangka Menengah masa keanggotaan DPR sebelumnya.

Evaluasi terhadap Prolegnas Jangka Menengah masa keanggotaan DPR sebelumnya terdokumentasi dalam laporan singkat Rapat Badan Legislasi pada tanggal 6 November 2019. Dalam rapat yang dipimpin oleh Rieke Diah Pitaloka dari Fraksi PDIP terdapat beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya capaian legislasi periode tahun 2015-2019, yaitu: 1. Keterlambatan dalam penetapan Prolegnas RUU Tahun 2015-2019; 2. Sebagian besar RUU yang ditetapkan masuk dalam Prolegnas RUU Prioritas

- 15 - Tahunan belum memiliki Naskah Akademik dan Draft RUU; 3. Lemahnya koordinasi kelembagaan antara DPR-Presiden-DPD dalam pembentukan Undang-Undang; 4. Lemahnya koordinasi internal DPR antara alat kelengkapan; 5. Pelaksanaan tugas pemantauan dan peninjauan Undang-Undang oleh Badan Legislasi belum efektif dan memberikan dampak langsung terhadap penyusunan Prolegnas; 6. Perlunya konsistensi Pemerintah untuk mengikuti pembahasan suatu RUU.

Munculnya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya capaian legislasi tersebut bukan tanpa alasan. Berdasarkan temuan Indonesia Parliamentary Center pada capaian legislasi periode tahun 2015-2019 hanya mampu mengesahkan 89 Rancangan Undang-Undang. Jumlah ini dianggap sangat rendah mengingat Prolegnas Jangka Menengah 2015-2019 menargetkan 189 RUU yang pada awal penetapannya berjumlah 160 RUU.

Kinerja Legislasi 2014-2019 RUU Prioritas RUU Kumulatif Terbuka 33 56 Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh IPC

Jika merujuk pada tabel di atas dapat terlihat bahwa berdasarkan pengelompokan kembali hanya 33 RUU Prioritas yang mampu disahkan. Hal ini tentu harusnya menjadi perhatian bagi DPR mengingat total 189 RUU yang ada pada Prolegnas Jangka Menengah 2015-2019 hanya 33 yang mampu disahkan. Adapun 56 RUU Kumulatif Terbuka yang disahkan dapat menunjukkan kecendrungan ketidaksiapan DPR dalam hal materi pembahasan RUU oleh DPR periode 2014-2019. Fakta ini mengkonfirmasi bahwa “Sebagian besar RUU yang ditetapkan masuk dalam Prolegnas RUU Prioritas Tahunan belum memiliki Naskah Akademik dan Draft RUU".

Dengan kondisi yang telah diuraikan dan telah teridentifikasi dalam evaluasi yang dilakukan oleh Badan Legislasi, mestinya Prolegnas 2020-2024 menjadi lebih sedikit. Terlebih harapan ini juga dikemukakan langsung oleh Ketua DPR RI, Puan Maharani. Sebagaimana dikutip oleh Kompas :

“Harapan saya DPR ke depan itu tidak perlu memuat produk UU terlalu banyak, namun kita pilih yang jadi prioritas dan itu akan jadi fokus bagi DPR ke depan yang berguna untuk bangsa dan negara” (KOMPAS, 2 Oktober 2019)

Namun hasil evaluasi dan harapan dari Ketua DPR RI ternyata tidak mempengaruhi penurunan total juml;ah RUU Prolegnas Jangka Menengah 2020-2024. Pada Rapat Paripurna keenam tanggal 17 Desember 2019, DPR menetapkan 248 RUU masuk dalam Prolegnas Jangka Menengah 2020-2024. Pada rapat tersebut, Ace Hasan Syadzily (Fraksi Partai Golongan Karya) menyampaikan keresahannya dan meminta Prolegnas Jangka Menengah 2020-2024 tersebut untuk dikaji kembali karena jumlah

- 16 - 248 RUU tergolong ambisius.

Pada analisis singkat yang IPC lakukan terhadap 248 RUU pada Prolegnas Jangka Menengah 2020-2024. Ditemukan bahwa terdapat RUU yang pernah ada pada Prolegnas Jangka Menengah 2015-2019. Jumlahnya mencapai 131 RUU.

Status RUU Pada Prolegnas 2019-2024

117 131

PROLEGNAS 2014-2019 BARU Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh Indonesia Parliamentary Center

Pada kesempatan yang sama dengan penetapan Prolegnas Jangka Menengah 2020- 2024 tersebut. Ditetapkan juga RUU yang bersifat limpahan dari DPR periode lalu atau yang dikenal dengan carry over dan Omnibus Law.

RUU limpahan (carry over) dikenal setelah UU Nomor 15 Tahun 2019 mengamanatkan di Pasal 71A yang berbunyi:

“Dalam hal pembahasan Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) telah memasuki pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah pada periode masa keanggotaan DPR saat itu, hasil pembahasan Rancangan Undang-Undang tersebut disampaikan kepada DPR periode berikutnya dan berdasarkan kesepakatan DPR, Presiden, dan/atau DPD, Rancangan Undang-Undang tersebut dapat dimasukkan kembali ke dalam daftar Prolegnas jangka menengah dan/atau Prolegnas prioritas tahunan”

Merujuk pada unsur-unsur yang terkandung pada Pasal 71A, maka IPC mengidentifikasi ada 21 RUU di Prolegnas Jangka Menengah 2015-2019 yang dapat dikategorikan sebagai RUU limpahan (Lampiran 3). Penelusuran yang dilakukan oleh IPC dapat dibandingkan dengan Data yang dikemukakan oleh Monika Suhayati dan Shanti Dwi Kartika di Jurnal Parliamentary Review sebagaimana terlampir pada Lampiran 5. Namun pada Rapat Paripurna keenam, DPR sebagaimana disampaikan oleh Badan Legislasi menetapkan ada empat RUU yang bersifat limpahan pada Prolegnas Jangka Menengah 2020-2024.

- 17 - Daftar RUU Carry Over Nama RUU limpahan Usulan Rancangan Undang-Undang tentang Bea Materai Pemerintah Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Pemerintah Hukum Pidana Rancangan Undang-Undang tentang Pemasyarakatan Pemerintah Rancangan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan DPR Batu Bara Sumber Data: dpr.go.id, diolah oleh IPC

Tidak terdokumentasikan dan tidak ada pernyataan secara jelas indikator yang digunakan DPR, Pemerintah dan DPD dalam menetapkan keempat RUU di atas. Tapi, jika melihat keempat RUU di atas dan penelusuran pembahasan terakhir, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa RUU carry over (limpahan) adalah RUU yang telah disetujui di pembicaraan tingkat I dan yang akan memperoleh persetujuan pada Tingkat II. Fakta lainnya, dari empat RUU yang pernah diminta tunda pengesahannya oleh Presiden kepada Pimpinan DPR beserta komisi terkait tiga diantaranya masuk dalam RUU limpahan yaitu: Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang- Undang Hukum Pidana; Rancangan Undang-Undang tentang Pemasyarakatan; Rancangan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.1

Namun demikian masih belum diketahui bagaimana mekanisme pembahasan DPR terkait RUU limpahan. Kondisi ini diperparah dengan belum selesainya beberapa Peraturan DPR terkait seperti Tata Tertib,Pemantauan dan Peninjauan Undang- Undang dan Pembentukan Undang-Undang. Peraturan DPR RI tentang Tata Cara Penyusunan Prolegnas yang telah ditetapkan pada Rapat Paripurna keenam sampai saat ini belum tersedia dan dapat diakses pada website DPR RI.

V. Omnibus Law: Apa Sikap DPR?

Tidak hanya RUU Limpahan, pada Prolegnas Jangka Menengah 2020-2024 kali ini juga mengenal RUU Omnibus Law. Omnibus Law sendiri merupakan istilah baru pada Legislasi Indonesia, tidak heran jika gagasan ini mampu menyedot perhatian publik.

Konsep ini diterjemahkan oleh beberapa ahli hukum tata negara indonesia sebagai Hukum Payung yang artinya apabila dirunut pada Black Law Dictionary2 yaitu sebuah undang-undang yang mengatur dan mencakup berbagai jenis muatan yang berbeda- beda atau mengatur dan mencakup semua hal mengenai suatu jenis materi muatan.3 Tidak hanya mengatur banyak aspek dalam satu materi muatan, Mahfud MD,

1 https://news.detik.com/berita/d-4718715/kontroversi-di-balik-4-ruu-yang-pengesahannya-diminta- ditunda 2 https://thelawdictionary.org/omnibus-bill/

3 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5dc8ee10284ae/mengenal-iomnibus-law-i-dan- manfaatnya-dalam- hukum-indonesia/

- 18 - Menkopolhukam, juga meyakini jika Omnibus Law dapat menghindari tumpang tindih UU, mempermudah seseorang untuk berinvestasi.4 Tidak ketinggalan, Mahfud MD juga meyakini Omnibus Law akan lancar dan tidak akan memakan waktu yang lama.5

IPC mencoba menyimulasikan pembahasan terhadap RUU Cipta Lapangan Kerja berdasarkan data Dokumen Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia yang ditampilkan pada 17 Januari 2020 tercatat ada 11 klaster pembahasan yang akan IPC sandingkan dengan ruang lingkup Komisi terkait:

Simulasi Pansus RUU Omnibus Cipta Lapangan Kerja Klaster Pembahasan Keterangan Komisi Ruang Lingkup Komisi Penyederhanaan Perizinan (1) Izin Lokasi & Tata Ruang 1. Komisi II 1. Pertanahan (2) Izin Lingkungan (3) IMB 2. Komisi IV 2. Lingkungan Hidup & & SLF (4) Penerapan RBA Kehutanan pada 18 sektor Persyaratan Investasi (1) Kegiatan Usaha Tertutup Komisi VI 1. Investasi (2) Bidang Usaha Terbuka 2. Industri (3) Pelaksanaan Investasi 3. Perdagangan Ketenagakerjaan (1) Upah Minimum (2) Komisi IX Ketenagakerjaan Outsourcing (3) TKA (4) Pesangon PHK (5) Sweetener (6) Jam Kerja Kemudahan, (1) Kriteria UMKM (2) Basis Komisi VI 1. Investasi Pemberdayaan dan Data (3) Colaborative 2. Koperasi UKM Perlindungan UMKM Processing (4) Kemitraan, Insentif, Pembiayaan (5) Perizinan Tunggal Kemudahan Berusaha (1) Keimigrasian (2) Paten Komisi III 1. Hukum (3) Pendirian PT untuk UMK Komisi IV 2. Lingkungan Hidup & (4) Hilirisasi Minerba (5) Komisi VII Kehutanan Pengusahaan Migas (6) 3. Energi Badan Usaha Milik Desa Dukungan Riset & Inovasi (1) Pengembangan Ekspor Komisi VI 1. Perdagangan (2) Penugasan 2. BUMN BUMN/Swasta Administrasi (1) Penataan Kewenangan (2) Komisi II 1. Pemerintahan Dalam Pemerintahan NSPK (3) Diskresi (4) Sistem Negeri dan Otonomi & Dokumen Elektronik Daerah 2. Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Pengenaan Sanksi (1) Menghapus sanksi pidana Komisi III Hukum atas kesalahan administrasi (2) Sanksi berupa administrasi dan/atau perdata. Pengadaan Lahan 1. Pengadaan Tanah 1. Komisi II 1. Pertanahan 2. Pemanfaatan Kawasan 2. Komisi IV 2. Lingkungan Hidup & Hutan Kehutanan Investasi dan Proyek (1) Pembentukan Lembaga Komisi VI Investasi Pemerintah SWF (2) Pemerintah menyediakan lahan dan perizinan Kawasan Ekonomi (1) KEK : One Stop Service, Komisi V Infrastruktur kelembagaan (2) KI : Infrastruktur pendukung (3) KPBPB : Fasilitas KEK untuk FTZ enclave, (4) kelembagaan Sumber: bappenas, data diolah IPC

4 https://kumparan.com/kumparannews/mahfud-md-ada-wakil-rakyat-di-parlemen-tak-paham- omnibus-law-1sFJzmLx7iy5 https://kumparan.com/kumparannews/mahfud-md-yakin-pembahasan-omnibus-law-tak-lama-tidak- sensitif-1sC85NnZ0Ep

- 19 - Secara sederhana, terlihat beberapa klaster yang akan dibahas bersifat multi sektor yang tentunya tidak dapat dibahas oleh satu komisi namun harus lintas komisi. Bukan tidak mungkin, seperti klaster kemudahan berusaha akan dibahas oleh tiga komisi (Komisi III, Komisi IV, Komisi VII).

Selain RUU tentang Cipta Lapangan Kerja, RUU tentang Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan Perekonomian juga menjadi perhatian publik. RUU yang diusulkan oleh Kementerian Keuangan ini berdasarkan dokumen yang didapatkan IPC tergolong sederhana. RUU ini berdasarkan analisa awal akan berdampak pada beberapa UU seperti: UU PPh, UU PPN dan UU KUP. Jika merujuk pada UU yang akan terdampak, maka Komisi XI yang membahas Keuangan dan Perbankan dapat mengemban tanggung jawab untuk membahas.

Berkaitan dengan pengklasteran yang lintas komisi, apabila didasarkan pada Peraturan DPR Nomor 8 Tahun 2014 tentang Tata Tertib, maka pembahasan omnibus law yang multi sektor tidak akan bisa melalui Panja. Pasal 134 ayat (3) dan ayat (5) mengamanatkan RUU yang materi muatannya termasuk dalam dua lingkup komisi, pembahasannya ditugaskan kepada gabungan komisi. Sedangkan untuk RUU yang materi muatannya lebih dari dua komisi, pembahasannya ditugaskan kepada Badan Legislasi atau panitia khusus.

Selain alat pembahasan, DPR juga harus mengingat kembali bahwa komunikasi antar Komisi sering kali tidak berjalan bagus. Sehingga memprioritaskan serta ketergesa- gesaan menjadi tidak relevan mengingat pada periode lalu kemampuan DPR dalam menyelesaikan satu RUU tidak begitu cepat. Berikut data mengenai pembahasan RUU pada 5 tahun terakhir yang dihimpun IPC.

Klasifikasi Lama Pembahasan RUU DPR Periode 2014-2019 Klasifikasi Lama Jumlah UU Pembahasan Sangat cepat < 6 BULAN 23 Cepat < 12 BULAN 8 Moderat < 24 BULAN 10 Lama < 36 BULAN 5 Sangat lama > 36 BULAN 5 TOTAL 51 Sumber: dpr.go.id, diolah oleh IPC

Pada tabel di atas ditemukan bahwa untuk RUU Kumulatif Terbuka rata-rata lama pembahasannya adalah di bawah 6 bulan. Sedangkan untuk RUU Prioritas, rata-rata lama pembahasannya adalah dibawah 2 tahun dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengesahan Persetujuan Kerja Sama Pertahanan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi (Defense Cooperation Agreement Between The

- 20 - Government Of The Republic Of Indonesia And The Government Of The Kingdom Of Saudi Arabia) 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat 6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan Dan Petambak Garam 7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas 8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten 9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik 10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek Dan Indikasi Geografis

Berdasarkan fakta pada periode lalu dan masalah yang telah teridentifikasi tersebut, memprioritaskan dan membahas Omnibus Law secara tergesa-gesa menjadi tidak relevan mengingat banyaknya aspek yang akan di atur. Berdasarkan analisis normatif terhadap Peraturan DPR Nomor 8 Tahun 2014 tersebut, secara alat pembahasan telah dapat diakomodir. Namun, mengingat kembali alasan rendahnya capaian Legislasi sebagaimana dijelaskan sebelumnya, permasalahan koordinasi DPR-Pemerintah-DPD dan koordinasi antar alat kelengkapan memperkuat kemungkinan pembahasan Omnibus Law tidak berjalan seperti yang diharapkan Presiden Joko Widodo.

Hal lain yang menjadi temuan adalah bahwa Omnibus Law menjadi faktor ditundanya pengesahan Prolegnas Prioritas 2020. Berdasarkan pantauan IPC, penundaan ini disampaikan secara langsung oleh Badan Legislasi pada Rapat Paripurna keenam pada tanggal 17 Desember 2019. Setidaknya hingga 22 Januari 2020, DPR melalui Puan Maharani menyampaikan belum menerima draft Omnibus Law.6 Alasan belum diterimanya draft RUU dan Naskah Akademik Omnibus Law juga lah yang melatarbelakangi tertundanya penetapan Prolegnas Prioritas 2020. Tentu, mengakibatkan terlambatnya pembahasan RUU lainnya.

Kondisi demikian dapat memperlihatkan, bahkan sebelum dimulai pembahasannya Omnibus Law telah menyebabkan terhambatnya penetapan Prolegnas Prioritas 2020. Bukan tidak mungkin, kondisi ini akan kembali berdampak pada rendahnya capaian legislasi ke depan. Tentu, peliknya komunikasi antar komisi dan/atau DPR- Pemerintah-DPD harus segera dicarikan jalan keluar agar masalah yang sama tidak kembali terulang dan berlarut-larut.

VI. Rekomendasi

Pada akhirnya, permasalahan yang digambarkan pada laporan ini merupakan siklus berulang yang sering diingatkan oleh banyak pihak kepada DPR. Namun satu hal yang patut diapresiasi mengenai setiap perubahan yang telah dilakukan. Untuk itu

6 https://www.cnbcindonesia.com/news/20200121210002-4-131747/puan-pemerintah-belum-kirim- draf-omnibus-law

- 21 - demi menyempurnakan perubahan DPR ke arah yang lebih baik, IPC merekomendasikan beberapa hal:

1. Prinsip Check and Balances harus tetap dijaga oleh DPR agar terciptanya ruang demokrasi dan kebijakan yang berimbang. Hal ini hanya bisa dilaksanakan dengan cara memperkuat transparansi dokumen secara proaktif, membuka ruang partisipasi publik secara aktif, dan sistem meningkatkan pertanggungjawaban DPR kepada konstituen. Terlebih, dinamika RUU limpahan dan Omnibus Law akan sangat tinggi. Ketersediaan Dokumen menjadi syarat penting menjelang dimulainya MP II TS 2019-2020 mengingat partisipasi publik terhadap sebuah RUU mengalami peningkatan untuk itu pula perlu adanya kanal partisipasi publik yang mampu menghubungkan legislator dengan masyarakat. 2. Koordinasi antara komisi dan juga dengan Pemerintah harus segera diatasi dan menjadi perhatian Pimpinan DPR mengingat komunikasi menjadi penghambat pembahasan RUU pada periode lalu.

- 22 - LAMPIRAN 1. DAFTAR ALAT KELENGKAPAN DEWAN BESERTA NAMA PIMPINAN AKD Nama Jabatan Fraksi Jml Aleg Badan Kerja Sama Ketua Fraksi Partai Gerakan Indonesia Antar Parlemen Raya Mardani Ali Sera Wakil Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Ketua Hafizh Tohir Wakil Fraksi Partai Amanat Nasional 53 Ketua Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Charles Honoris Ketua Perjuangan Wakil Putu Supadma Rudana Fraksi Partai Demokrat Ketua Aboe Bakar Al-Habsyi Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Wakil Saleh Partaonan Daulay Fraksi Partai Amanat Nasional Ketua Mahkamah Wakil Andi Rio Idris Padjalangi Fraksi Partai Golongan Karya Kehormatan Ketua 17 Dewan (Mkd) Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Trimedya Panjaitan Ketua Perjuangan Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Habiburokhman Ketua Raya Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Said Abdullah Perjuangan Edhie Baskoro Wakil Fraksi Partai Demokrat Yudhoyono Ketua Badan Anggaran Cucun Ahmad Wakil Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa 100 (Banggar) Syamsurizal Ketua Wakil Muhidin Mohamad Said Fraksi Partai Golongan Karya Ketua Wakil Rusdi Masse Mappasessu Fraksi Partai Nasional Demokrat Ketua Ketua Fraksi Partai Gerakan Indonesia Supratman Andi Agtas Raya Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Rieke Diah Pitaloka Ketua Perjuangan Badan Legislasi Wakil Willy Aditya Fraksi Partai Nasional Demokrat 80 (Baleg) Ketua Wakil Ibnu Multazam Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ketua Wakil Fraksi Partai Persatuan Achmad Baidowi Ketua Pembangunan Marwan Cik Asan Ketua Fraksi Partai Demokrat Badan Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Akuntabilitas Hendrawan Supratikno Ketua Perjuangan 9 Keuangan Negara Wakil (Bakn) Ahmad Syaikhu Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Ketua Agung Budi Santoso Ketua Fraksi Partai Demokrat Wakil A. Bakrie Fraksi Partai Amanat Nasional Ketua Badan Urusan Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Novita Wijayanti Rumah Tangga Ketua Raya 25 (Burt) Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Evita Nursanty Ketua Perjuangan Achmad Dimyati Wakil Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Natakusumah Ketua Komisi I Meutya Viada Hafid Ketua Fraksi Partai Golongan Karya 53 Wakil Abdul Kharis Almasyhari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Ketua Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Bambang Kristiono Ketua Raya Utut Adianto Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Ketua Perjuangan

- 23 - Wakil Teuku Riefky Harsya Fraksi Partai Demokrat Ketua Ahmad Doli Kurnia Ketua Fraksi Partai Golongan Karya Tanjung Wakil Yaqut Cholil Qoumas Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ketua Wakil Komisi II Saan Mustofa Fraksi Partai Nasional Demokrat 50 Ketua Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Arif Wibowo Ketua Perjuangan Muhamad Arwani Wakil Fraksi Partai Persatuan Thomafi Ketua Pembangunan Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Herman Herry Perjuangan Wakil Fraksi Partai Nasional Demokrat Ketua Wakil Komisi III Mulfachri Harahap Fraksi Partai Amanat Nasional 53 Ketua Wakil Adies Kadir Fraksi Partai Golongan Karya Ketua Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Desmond Junaidi Mahesa Ketua Raya Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Sudin Perjuangan Wakil Daniel Johan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ketua G. Budisatrio Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Komisi IV 54 Djiwandono Ketua Raya Wakil Dedi Mulyadi Fraksi Partai Golongan Karya Ketua Wakil Hasan Aminuddin Fraksi Partai Nasional Demokrat Ketua Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Lasarus Perjuangan Wakil Fraksi Partai Persatuan Nurhayati Ketua Pembangunan Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Komisi V Ahmad Riza Patria 52 Ketua Raya Wakil Ridwan Bae Fraksi Partai Golongan Karya Ketua Wakil Syarif Abdullah Alkadrie Fraksi Partai Nasional Demokrat Ketua Faisol Riza Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Wakil Martin Manurung Fraksi Partai Nasional Demokrat Ketua Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Mohamad Hekal Komisi VI Ketua Raya 54 Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Aria Bima Ketua Perjuangan Wakil Gde Sumarjaya Linggih Fraksi Partai Golongan Karya Ketua Sugeng Suparwoto Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat Wakil Eddy Soeparno Fraksi Partai Amanat Nasional Ketua Wakil Alex Noerdin Fraksi Partai Golongan Karya Komisi VII Ketua 51 Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Bambang Wuryanto Ketua Perjuangan Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Gus Irawan Pasaribu Ketua Raya Komisi VIII Yandri Susanto Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional 53 Moekhlas Sidik Wakil Fraksi Partai Gerakan Indonesia Ketua Raya

- 24 - Wakil Tb. Ace Hasan Syadzily Fraksi Partai Golongan Karya Ketua Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Ihsan Yunus Ketua Perjuangan Wakil Marwan Dasopang Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ketua Felly Estelita Runtuwene Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat Wakil Nihayatul Wafiroh Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ketua Emanuel Melkiades Wakil Fraksi Partai Golongan Karya Komisi IX Lakalena Ketua 52 Wakil Ansory Siregar Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Ketua Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Sri Rahayu Ketua Perjuangan Syaiful Huda Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Wakil Abdul Fikri Faqih Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Ketua Dede Yusuf Macan Wakil Fraksi Partai Demokrat Komisi X Effendi Ketua 54 Agustina Wilujeng Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Pramestuti Ketua Perjuangan Wakil Hetifah Sjaifudiah Fraksi Partai Golongan Karya Ketua Dito Ganinduto Ketua Fraksi Partai Golongan Karya Wakil Fraksi Partai Persatuan Amir Uskara Ketua Pembangunan Wakil Fathan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Komisi XI Ketua 52 Wakil Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Eriko Sotarduga Ketua Perjuangan Wakil Achmad Hatari Fraksi Partai Nasional Demokrat Ketua

- 25 - LAMPIRAN 2. DAFTAR MITRA ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN LINGKUP TUGAS Komisi Mitra Kerja Lingkup Tugas Komisi I 1. Kementerian Pertahanan 1) Pertahanan 2. Kementerian Luar Negeri 2) Luar Negeri 3. Kementerian Komunikasi dan Informatika 3) Komunikasi dan Informatika 4. Panglima TNI 4) Intelijen 5. Badan Intelijen Negara 6. Lembaga Ketahanan Nasional 7. Dewan Ketahanan Nasional 8. Komisi Penyiaran Indonesia 9. Komisi Informasi Pusat 10. Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) 11. Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) 12. Dewan Pers 13. Perum LKBN Antara 14. Lembaga Sensor Film 15. Badan Keamanan Laut 16. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Komisi II 1. Kementerian Dalam Negeri 1) Pemerintahan Dalam Negeri 2. Kementerian Sekretariat Negara dan Otonomi Daerah 3. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan 2) Aparatur Negara dan Pertanahan Nasional Reformasi Birokrasi 4. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan 3) Kepemiluan Reformasi Birokrasi 4) Pertanahan dan Reforma 5. Sekretaris Kabinet Agraria 6. Ombudsman Republik Indonesia (ORI) 7. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 8. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) 9. Dewan Kehormatan Penyelenggaran Pemilihan Umum RI (DKPP) 10. Badan Kepegawaian Negara (BKN) 11. Lembaga Administrasi Negara (LAN) 12. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) 13. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) 14. Badan Pembina Idiologi Pancasila (BPIP) 15. Kantor Staf Kepresidenan Komisi III 1. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 1) Hukum 2. Kejaksaan Agung 2) HAM 3. Kepolisian Negara Republik Indonesia 3) Keamanan 4. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 5. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) 6. Mahkamah Agung 7. Mahkamah Konstitusi 8. Komisi Yudisial 9. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) 10. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) 11. Badan Narkotika Nasional (BNN) 12. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) 13. Setjen MPR 14. Setjen DPD Komisi IV 1. Kementerian Pertanian 1) Pertanian 2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2) Kelautan 3. Kementerian Kelautan dan Perikanan 3) Lingkungan Hidup dan 4. Perum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG) Kehutanan 5. Badan Restorasi Gambut Komisi V 1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan 1) Infrastruktur dan Perhubungan Rakyat 2) Daerah Tertinggal dan 2. Kementerian Perhubungan Transmigrasi 3. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal 3) Meteorologi. Klimatologi dan dan Transmigrasi Geofisika

- 26 - 4. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 4) Pencarian dan Pertolongan (BMKG) 5. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) 6. Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) Komisi VI 1. Kementerian Perindustrian 1) Industri 2. Kementerian Perdagangan 2) Perdagangan 3. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan 3) Investasi Menengah 4) BUMN 4. Kementerian BUMN 5) Koperasi UKM 5. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 6) Standarisasi Nasional 6. Badan Standarisasi Nasional (BSN) 7. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 8. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam 9. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang 10. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) 11. Dewan Koperasi Indonesia Komisi VII 1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 1) Energi 2. Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan 2) Riset Inovasi Nasional 3) Teknologi 3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Bidang Lingkungan Hidup) 4. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 5. Badan Tenaga Nuklir (BATAN) 6. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETAN) 7. Badan Informasi Geospasial 8. Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) 9. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) 10. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) 11. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 12. Lembaga Eikjman 13. Dewan Energi Nasional (DEN) 14. Pusat Peragaan IPTEK Komisi 1. Kementerian Agama 1) Agama VIII 2. Kementerian Sosial 2) Sosial 3. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan 3) Kebencanaan Perlindungan Anak 4) Pemberdayaan Perempuan dan 4. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Perlindungan Anak 5. Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) 6. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 7. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) 8. Badan Wakaf Indonesia (BWI) Komisi IX 1. Kementerian Kesehatan 1) Kesehatan 2. Kementerian Ketenagakerjaan 2) Ketenagakerjaan 3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana 3) Kependudukan Nasional (BKKBN) 4. Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) 5. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) 6. Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) 7. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) Komisi X 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1) Pendidikan 2. Kementerian Pariwisata 2) Olahraga 3. Kementerian Pemuda dan Olahraga 3) Pariwisata dan Ekonomi 4. Perpustakaan Nasional Kreatif 5. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

- 27 - 6. Badan Ekonomi Kreatif Komisi XI 1. Kementerian Keuangan 1) Keuangan 2. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan 2) Perbankan Nasional/BAPPENAS 3. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 4. Badan Pusat Statistik (BPS) 5. Badan Pemeriksa Keuangan 6. Bank Indonesia 7. Perbankan 8. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) 9. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) 10. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) 11. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 12. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

- 28 - LAMPIRAN 3. DAFTAR STATUS TERAKHIR RUU PERIODE SEBELUMNYA

NAMA RUU PENGUSUL STATUS TERAKHIR PADA PERIODE SEBELUMNYA

RUU tentang Wawasan Nusantara DPD PEMBICARAAN TK I: RAPAT DENGAR PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM/ JARING ASPIRASI MASYARAKAT KE DAERAH/STUDI BANDING

RUU tentang Perubahan atas Undang- PEMERINTAH PEMBICARAAN TK II: PENGAMBILAN Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang KEPUTUSAN RUU MENJADI UU OLEH Perimbangan Keuangan antara Pusat dan RAPAT PARIPURNA Daerah

RUU tentang Pertanahan DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT PANITIA KERJA

RUU tentang Penyelenggaraan Pemerintah DPD PEMBICARAAN TK I: RAPAT di Wilayah Kepulauan KERJA/PENGANTAR MUSYAWARAH/PANDANGAN PEMERINTAH

RUU tentang Kitab Undang - Undang PEMERINTAH PEMBICARAAN TK I: RAPAT KERJA Hukum Pidana PENGAMBILAN KEPUTUSAN TK. I

RUU tentang Perlindungan dan Pengakuan DPR, DPD PEMBICARAAN TK I: RAPAT DENGAR Hak Masyarakat Adat PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM/ JARING ASPIRASI MASYARAKAT KE DAERAH/STUDI BANDING

RUU tentang Jabatan Hakim DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT KERJA/PENGANTAR MUSYAWARAH/PANDANGAN PEMERINTAH

RUU tentang Perubahan atas Undang- PEMERINTAH PEMBICARAAN TK I: RAPAT KERJA Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang PENGAMBILAN KEPUTUSAN TK. I Pemasyarakatan

RUU tentang Perubahan atas Undang- DPR, PEMBICARAAN TK I: RAPAT Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang PEMERINTAH KERJA/PENGANTAR Konservasi Sumber Daya alam Hayati dan MUSYAWARAH/PANDANGAN Ekosistemnya PEMERINTAH

RUU tentang Pengembangan DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT DENGAR Pembangunan Daerah Kepulauan PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM/ JARING ASPIRASI MASYARAKAT KE DAERAH/STUDI BANDING

RUU tentang Perubahan atas UU Nomor DPR PERSETUJUAN RUU USUL DPR OLEH 19 Tahun 2003 tentang BUMN RAPAT PARIPURNA

RUU tentang Pertembakauan DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT DENGAR PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM/ JARING ASPIRASI MASYARAKAT KE DAERAH/STUDI BANDING

RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 5 DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT Tahun 1999 tentang Larangan Praktik KERJA/PENGANTAR Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak MUSYAWARAH/PANDANGAN Sehat PEMERINTAH

RUU tentang Larangan Minuman DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT KERJA Beralkohol PENGAMBILAN KEPUTUSAN TK. I

- 29 - RUU tentang Kewirausahaan Nasional DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT DENGAR PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM/ JARING ASPIRASI MASYARAKAT KE DAERAH/STUDI BANDING

RUU tentang Perubahan atas Undang - DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang KERJA/PENGANTAR Pertambangan Mineral dan Batubara MUSYAWARAH/PANDANGAN PEMERINTAH

RUU tentang Pengawasan Obat dan DPR RUU DIHARMONISASI OLEH BADAN Makanan serta Pemanfaatan Obat Asli LEGISLASI Indonesia

RUU tentang Bea Materai PEMERINTAH PEMBICARAAN TK I: RAPAT PANITIA KERJA

RUU tentang Penghapusan Kekerasan DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT PANITIA Seksual KERJA

RUU tentang Perubahan Atas Undang- DPR PEMBICARAAN TK I: RAPAT DENGAR Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT Aparatur Sipil Negara UMUM/ JARING ASPIRASI MASYARAKAT KE DAERAH/STUDI BANDING

RUU tentang Perubahan atas Undang- DPR PERSETUJUAN RUU USUL DPR OLEH Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang RAPAT PARIPURNA Pendidikan Kedokteran.

- 30 - LAMPIRAN 4. DAFTAR PARTISIPASI PUBLIK PADA ALAT KELENGKAPAN DEWAN KEGIATAN AKD PENGUSUL USULAN BADAN RUU TENTANG PERUBAHAN KEDUA RAPAT DENGAR LEGISLASI KOMISI YUDISIAL ATAS UU NOMOR 22 TAHUN 2004 PENDAPAT TENTANG KOMISI YUDISIAL RUU TENTANG PENGHAPUSAN RAPAT DENGAR KEKERASAN SEKSUAL KOMNAS PEREMPUAN PENDAPAT RUU TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 35 TAHUN 1999 TENTANG NARKOTIKA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG KUNJUNGAN KERJA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYERAPAN ASPIRASI KUNJUNGAN KERJA PERUSAKAN HUTAN PROVINSI SUMATERA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RUU TENTANG PENDIDIKAN YANG BERSIFAT OMNIBUS LAW RUU LISTRIK DAN SINYAL RUU HUKUM MASYARAKAT ADAT RUU KETAHANAN PANGAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN KUNJUNGAN KERJA PENYERAPAN ASPIRASI RUU TENTANG PROVINSI KEPULAUAN KUNJUNGAN KERJA PROVINSI NUSA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU TENGGARA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL RUU TENTANG MASYARAKAT ADAT RUU TENTANG IBU KOTA NEGARA RUU TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH RUU TENTANG PERKELAPASAWITAN RUU TENTANG PERTANAHAN KUNJUNGAN KERJA RUU TENTANG PAJAK DAERAH DAN PENYERAPAN ASPIRASI KUNJUNGAN KERJA RETRIBUSI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RUU TENTANG SUMBER DAYA AIR RUU TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA KUNJUNGAN KERJA KUNJUNGAN KERJA RUU TENTANG PENGHAPUSAN PENYERAPAN ASPIRASI KEKERASAN SEKSUAL PROVINSI DAERAH RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU ISTIMEWA JOGJAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA RUU TENTANG BAHASA DAERAH RUU TENTANG KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA

- 31 - RUU TENTANG HUKUM ACARA PIDANA RUU TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UU NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT RUU TENTANG HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU KUNJUNGAN KERJA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENYERAPAN ASPIRASI KUNJUNGAN KERJA SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT RAPAT DENGAR FORUM ZAKAT RUU TENTANG ZAKAT PENDAPAT UMUM RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG RAPAT DENGAR ALIANSI PELANGI KEWARGANEGARAAN RI PENDAPAT UMUM ANTAR BANGSA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU RAPAT DENGAR IKATAN DOKTER NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDAPAT UMUM INDONESIA PENDIDIKAN KEDOKTERAN RUU TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UU ORGANISASI KEMASYARAKATAN RUU TENTANG TUGAS PERBANTUAN RAPAT DENGAR IMPARSIAL MILITER PENDAPAT UMUM RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA RUU PERADILAN RUU TENTANG PERLINDUNGAN RAPAT DENGAR PEKERJA RUMAH TANGGA JALA PRT PENDAPAT UMUM RATIFIKASI KONVENSI ILO 189 KERJA LAYAK PRT FORUM KOMUNIKASI RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU RAPAT DENGAR BANTUAN POLISI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENDAPAT UMUM PAMONG PRAJA APARATUR SIPIL NEGARA NUSANTARA FEDERASI PEKERJA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU RAPAT DENGAR HONORER PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENDAPAT UMUM WILAYAH TIMUR APARATUR SIPIL NEGARA INDONESIA RAPAT DENGAR FORUM KOMUNIKASI RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PENDAPAT UMUM SATUAN PENGAMAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

- 32 - DALAM 5 KANTOR WALIKOTA PEMPROV APARATUR SIPIL NEGARA SE DKI JAKARTA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PB NAHDLATUL ULAMA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RAPAT DENGAR SERIKAT PEKERJA POS RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PENDAPAT UMUM INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG POS RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG RAPAT DENGAR DEWAN PENGAWAS PENYIARAN PENDAPAT UMUM TVRI RUU TENTANG RADIO TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PERKUMPULAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU RAPAT DENGAR HONORER KATEGORI-2 NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENDAPAT UMUM INDONESIA APARATUR SIPIL NEGARA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU KELOMPOK KERJA RAPAT DENGAR NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KEBIJAKAN PENDAPAT UMUM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM KONSERVASI HAYATI DAN EKOSISTEMNYA FORUM NASIONAL RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU RAPAT DENGAR PEGAWAI NON ASN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENDAPAT UMUM KEMENTERIAN PUPR APARATUR SIPIL NEGARA RUU TENTANG PERUBAHAN KEDUA RAPAT DENGAR KOALISI KEBEBASAN ATAS UU ORGANISASI PENDAPAT UMUM BERSERIKAT KEMASYARAKATAN RUU TENTANG PERKUMPULAN RAPAT DENGAR PSHK PENDAPAT UMUM RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 12 TAHUN 2011 RUU TENTANG KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN RUU TENTANG HUKUM ACARA PIDANA RAPAT DENGAR RUU TENTANG PENYADAPAN ICJR PENDAPAT UMUM RUU TENTANG PERAMPASAN ASET PIDANA RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RUU TENTANG RATIFIKASI PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN (OPCAT) KOMISI I RAPAT DENGAR KETUA MAJELIS PENDAPAT UMUM RAKYAT PAPUA KOORDINATOR TIM 502 RAPAT DENGAR KEBANGKITAN PENDAPAT UMUM PROVINSI PAPUA TENGAH KETUA UMUM DPP RAPAT DENGAR KOMISI II PARTAI PAPUA PENDAPAT UMUM BERSATU KETUA TIM KERJA PEMBENTUKAN RAPAT DENGAR DAERAH OTONOMI PENDAPAT UMUM BARU KABUPATEN BOGOGA

- 33 - KOMISI III KETUA UMUM RAPAT DENGAR GABUNGAN PENDAPAT UMUM PENGUSAHA KELAPA SAWIT INDONESIA KETUA UMUM ASOSIASI RAPAT DENGAR KOMISI IV PETANI KELAPA SAWIT PENDAPAT UMUM INDONESIA KETUA UMUM ASOSIASI RAPAT DENGAR PETANI KELAPA SAWIT PENDAPAT UMUM PIR PERKEBUNAN KOMISI V KOMISI VI KOMISI VII HIMPUNAN RAPAT DENGAR PENYELENGGARAAN PENDAPAT UMUM HAJI DAN UMRAH REPUBLIK INDONESIA ASOSIASI MUSLIM RAPAT DENGAR PENYELENGGARA HAJI PENDAPAT UMUM DAN UMRAH KOMISI VIII KESATUAN TOUR DAN RAPAT DENGAR TRAVEL HAJI DAN PENDAPAT UMUM UMRAH ASOSIASI RAPAT DENGAR PENYELENGGARA HAJI PENDAPAT UMUM DAN UMRAH RAPAT DENGAR PERWAKILAN SAUDI PENDAPAT UMUM ARABIAN AIRLINES RAPAT DENGAR FARMASIS INDONESIA PENDAPAT UMUM BERSATU IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI RAPAT DENGAR SELURUH INDONESIA PENDAPAT UMUM MAHASISWA MAGISTER KEPEMIMPINAN MANAJEMEN KEPERAWATAN, RAPAT DENGAR FAKULTAS ILMU PENDAPAT UMUM KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DIREKTUR PUSAT RAPAT DENGAR KAJIAN JAMINAN PENDAPAT UMUM KOMISI IX SOSIAL SEKOLAH KAJIAN RAPAT DENGAR STRATEJIK DAN PENDAPAT UMUM GLOBAL UNIVERSITAS INDONESIA PERWAKILAN RAPAT DENGAR KARYAWAN PHK PENDAPAT UMUM SEPIHAK PT FREEPORT INDONESIA RAPAT DENGAR PENGURUS SERIKAT PENDAPAT UMUM PEKERJA UB JASTASMA SERIKAT BURUH RAPAT DENGAR ANGGOTA FEDEERASI PENDAPAT UMUM PERJUANGAN BURUH INDONESIA. RAPAT DENGAR KOMISI X KETUA UMUM PENDAPAT UMUM GERAKAN PEMUDA

- 34 - ANSOR RAPAT DENGAR KETUA UMUM PEMUDA PENDAPAT UMUM MUHAMMADIYAH KETUA DPP BIDANG RAPAT DENGAR PEMUDA MAHASISWA PENDAPAT UMUM GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA RAPAT DENGAR KETUA HIMPUNAN PENDAPAT UMUM MAHASISWA ISLAM SEKJEN PERGERAKAN RAPAT DENGAR MAHASISWA ISLAM PENDAPAT UMUM INDONESIA PRESIDIUM HUBUNGAN PERGURUAN TINGGI RAPAT DENGAR PERSATUAN PENDAPAT UMUM MAHASISWA KATOLIK RI KETUA UMUM GERAKAN MAHASISWA KRISTEN RI; RAPAT DENGAR SEKRETARIS PENDAPAT UMUM KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA KETUA PRESIDIUM RAPAT DENGAR HIMPUNAN PENDAPAT UMUM MAHASISWA BUDHIS INDONESIA KOMISI XI

- 35 - LAMPIRAN 5. DAFTAR RUU YANG DAPAT DISAMPAIKAN KEPADA DPR RI PERIODE 2019-20247 NO JUDUL RUU NA DAN RUU TAHAPAN DISIAPKAN OLEH 1 RUU tentang Keamanan dan DPR/Pemerintah Pembahasan Tingkat I Ketahanan Siber oleh Pansus 2 RUU tentang Wawasan Nusantara DPD Pembahasan Tingkat I oleh Pansus 3 RUU tentang Pertanahan DPR Pembahasan Tingkat I oleh Komisi II 4 RUU tentang Kitab Undang-Undang Pemerintah Pembahasan Tingkat I Hukum Pidana oleh Komisi III 5 RUU tentang Desain Industri Pemerintah Pembahasan Tingkat I oleh Komisi IV 6 RUU tentang Jabatan Hakim DPR Pembahasan Tingkat I oleh Komisi III 7 RUU tentang Perubahan atas UU No. Pemerintah Pembahasan Tingkat I 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan oleh Komisi III 8 RUU tentang Perubahan atas UU No. 5 DPR/Pemerintah Pembahasan Tingkat I Tahun 1990 tentang Konservasi oleh Komisi IV Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 9 RUU tentang Pengembangan DPR Pembahasan Tingkat I Pembangunan Daerah Kepulauan oleh Pansus 10 RUU tentang Pertembakauan DPR Pembahasan Tingkat I oleh Pansus 11 RUU tentang Perubahan atas UU No. 5 DPR Pembahasan Tingkat I Tahun 1999 tentang Larangan Praktik oleh Komisi VI Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 12 RUU tentang Larangan Minuman DPR Pembahasan Tingkat I Beralkohol oleh Pansus 13 RUU tentang Kewirausahaan DPR Pembahasan Tingkat I oleh Pansus 14 RUU tentang Perubahan atas UU No. DPR Pembahasan Tingkat I 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan oleh Komisi VII Gas Bumi 15 RUU tentang Perubahan atas UU No. 4 DPR/Pemerintah Pembahasan Tingkat I Tahun 2009 tentang Pertambangan oleh Komisi VII Mineral dan Batubara 16 RUU tentang Pengawasan Obat dan DPR Pembahasan Tingkat I Makanan serta Pemanfaatan Obat Asli oleh Komisi IX Indonesia 17 RUU tentang Perubahan Kelima atas Pemerintah Pembahasan Tingkat I UU No. 6 Tahun 1983 tentang oleh Komisi XI Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 18 RUU tentang Bea Materai Pemerintah Pembahasan Tingkat I oleh Komisi XI 19 RUU tentang Perubahan Kedua atas Pemerintah Pembahasan Tingkat I UU No. 24 Tahun 2003 tentang oleh Komisi III Mahkamah Konstitusi 20 RUU tentang Perubahan atas UU No. Pemerintah Pembahasan Tingkat I 15 Tahun 2006 tentang Badan oleh Komisi XI Pemeriksa Keuangan

7 Suhayati dan Kartika. “Agenda DPR RI Tahun 2019-2024: Carry Over RUU dan Omnibus Law”. PARLIAMENTARY REVIEW, Vol 1 No. 4 (2019) 137-145 21 RUU tentang Penghapusan Kekerasan DPR Pembahasan Tingkat I Seksual oleh Komisi VIII 22 RUU tentang Konsultan Pajak DPR Pembahasan Tingkat I oleh Komisi XI 23 RUU tentang Perubahan atas UU No. 20 DPR Pembahasan Tingkat I tentang Pendidikan Kedokteran oleh Komisi X 24 RUU tentang Perubahan atas UU No. 24 DPR Pembahasan Tingkat I Tahun 2007 tentang Penanggulangan oleh Komisi VIII Bencana 25 RUU tentang Hak atas Tanah Adat DPD Pembahasan Tingkat I oleh Baleg 26 RUU tentang Perkoperasian DPR/Pemerintah/DPD Pembahasan Tingkat I oleh Komisi IV