KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH YANG BERPOTENSI SEBAGAI TANAMAN OBAT DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUB SEKSI BUKIT LAWANG
THESIS
OLEH ZAINAB NIRWANI NIM : 077030030
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH YANG BERPOTENSI SEBAGAI TANAMAN OBAT DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUB SEKSI BUKIT LAWANG
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains Dalam Program Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
OLEH ZAINAB NIRWANI NIM : 077030030
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
JUDUL PENELITIAN : KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH YANG BERPOTENSI SEBAGAI TANAMAN OBAT DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUB SEKSI BUKIT LAWANG
NAMA MAHASISWA : ZAINAB NIRWANI
NIM : 077030030
PROGRAM STUDI : BIOLOGI
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof.Ir.Zulkifli Nastuion, M.Sc.Ph.D Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
Prof.Dr.Dwi Suryanto, M.Sc Dr. Sutarman, M.Sc
Tanggal Lulus: 28 September 2010
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada Tanggal 28 September 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.Ir.Zulkifli Nastuion, M.Sc.Ph.D Anggota : Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS Dr. Suci Rahayu, M.Si Dr. Budi Utomo, SP, MP
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH YANG BERPOTENSI SEBAGAI TANAMAN OBAT DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUB SEKSI BUKIT LAWANG
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, September 2010
Penulis,
Zainab Nirwani
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Zainab Nirwani, Ground vegetation Diversity The Potential For Forest Medicinal Plants in National Parks Sub-Section of Bukit Lawang. Supervised by Zulkifli Nasution and Retno Widhiastuti.
Communities in the vicinity of Bukit Lawang has decades of use of plants as medicinal plants, use of medicinal plants associated with value-added and increased economy in society, data and information on plants that have the potential as a medicinal plant in Gunung Leuser National Park Sub-Section of Bukit Lawang is still less. This study aimed to ground vegetation diversity and its relation to physical- chemical factors and know the plants used under the communities around Gunung Leuser National Park sub-section of Bukit Lawang. The research uses quantitative and qualitative methods. Data obtained with calculating dominance and diversity indices as well as interviews with common community. Based of study the correlation between diversity with soil temperature and humidity have a correlation in the same direction, while the air temperature, light intensity and soil pH has a correlation in the opposite direction. IVI (Importance Value Index) ground vegetation is about from 0.99% -25.95%. The Highest IVI is Laportea Stimulant, which it’s included in families Urticaceae. The diversity index is about from 3.186 to 3.342, it means that this area has a high diversity. Ground Vegetation which it’s used most by the public is sirih hutan (Piper sp.) with a value of 12,60 and lempuyang (Globba sp) with a value of 12,10. . Most of the used medicinal plants have secondary metabolites flavanoid types.
Key words: Ground Vegetation Diversity, medicinal plants, metabolite secondary
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Zainab Nirwani, Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Hutan Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang. Dibimbing oleh Zulkifli Nasution dan Retno Widhiastuti.
Masyarakat di sekitar Bukit Lawang sudah berpuluh tahun memanfaatkan tumbuh- tumbuhan sebagai tanaman obat, Penggunaan tanaman obat terkait dengan nilai tambah dan peningkatan perekonomiaan di masyarakat, data dan informasi mengenai tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman obat di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang masih kurang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan bawah dan hubungannya dengan faktor fisik- kimia serta mengetahui tumbuhan bawah yang digunakan masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan menghitung dominansi dan indeks keanekaragaman serta wawancara dengan masyarakat sekitar.Berdasarkan penelitian yang dilakukan korelasi antara keanekaragaman dengan suhu tanah dan kelembaban memiliki korelasi searah, sedangkan suhu udara, intensitas cahaya dan pH tanah memiliki korelasi yang berlawanan arah. INP tumbuhan bawah berkisar antara 0,99%-25,95%. INP tertinggi adalah Laportea stimulans termasuk famili Urticaceae. Indeks keanekaragaman berkisar antara 3,186-3,342 artinya Kawasan ini memiliki keanekaragaman yang tinggi. Tumbuhan bawah yang digunakan paling banyak oleh masyarakat adalah sirih hutan (Piper sp.) dengan nilai 12,60 diikuti dengan jenis lempuyang (Globba sp) dengan nilai 12,10.. Kebanyakan tanaman obat yang digunakan memiliki kandungan metabolit sekunder jenis flavanoid.
Kata kunci: Keanekaragaman tumbuhan bawah, tanaman obat, metabolit sekunder
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
ZAINAB NIRWANI dilahirkan pda tanggal 29 Juni 1971 di kota Pematang
Siantar Propinsi Sumatera Utara. Anak dari pasangan Sofyan Ismail (Alm) dengan
Asni (Alm) sebagai anak ke empat dari lima bersaudara.
Tahun 1984 penulis lulus dari SDN 122398 Pematang Siantar. Pada tahun
1987 lulus dari SMPN 4 Pematang Siantar dan tahun 1990 lulus dari SMAN 2
Pematang Siantar. Pada tahun 1990 meneruskan pendidikan ke Universitas Sumatera
Utara jurusan pendidikan biologi Program D3 dan tamat pada tahun 1993. Pada tahun meneruskan pendidikan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Terbuka UPBJJ Banda Aceh dan tamat pada tahun
Tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Program Magister (S2) Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dengan bea siswa dari PEMKO Tebing Tinggi.Tahun 2008 Penulis juga mendapat beasiswa pendidikan profesi guru Biologi di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan selesai dalam tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan YME. Karena berkat Rahmat dan karunianyalah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini dengan judul “Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Yang
Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser
Sub Seksi Bukit Lawang”.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc sebagai dosen pembimbing I dan Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.S sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses penulisan dan penyusunan laporan hasil penelitian ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Budi Utomo, Sp. MP dan Dr. Suci Rahayu, M. Si sebagai penguji yang
telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan
penyusunan hasil penelitian ini.
2. Seluruh Dosen dan staf pengajar Program Studi Pasca Sarjana Biologi
Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis dengan berbagai
disiplin ilmu
3. Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang telah memberi izin dan memberi
bantuan beasiswa kuliah Pascasarjana saya.
4. Teman-teman dalam tim penelitian, Soimin, Aminata, Maini, Seneng,
Kasbi, dan lain-lain yang telah meluangkan waktunya membantu dan
mendukung penulis sejak awal survey sampai pada saat penelitian.
Universitas Sumatera Utara
5. Suamiku tercinta Syahlul. W. Siregar yang telah memberi motivasi dan
dukungan serta kesabaran. Juga anakku tercinta Faisal Surya Akbar.
Akhir kata semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan karuniaNya dalam seluruh aktivitas kita dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2010 Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI ABSTRACT ABSTRAK ...... ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR LAMPIRAN ...... xi I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Perumusan Masalah ...... 4 1.3. Tujuan Penelitian ...... 5 1.4. Manfaat Penelitian ...... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ...... 6 2.1. Keanekaragaman Hayati ...... 6 2.2. Tinjauan Ekosistem Hutan ...... 7 2.3. Tumbuhan Bawah ...... 9 2.4. Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Tropika Indonesia ...... 12 2.5. Keanekaragaman Tumbuhan Obat berdasarkan Familinya ...... 13 2.6. Kandungan Metabolit Sekunder ...... 15 2.6.1. Alkaloid ...... 15 2.6.2. Flavanoid ...... 16 2.6.3. Steroid ...... 18 2.6.4. Terpenoid ...... 19 III. METODE PENELITIAN ...... 20 3.1. Deskripsi Area ...... 20 3.1. 1. Letak dan Luas ...... 20 3.1.2. Topografi ...... 20 3.1.3. Keadaan Iklim ...... 21 3.1.4. Vegetasi ...... 21 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 22 3.3. Alat dan Bahan Penelitian ...... 23
Universitas Sumatera Utara
3.4. Teknik Pengumpulan Data ...... 23 3.4.1. Di Hutan Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang ...... 23 3.4.2. Pengumpulan Data Tumbuhan Obat di Masyarakat ...... 25 3.5. Di Laboratorium ...... 28 3.5.1. Identifikasi Jenis ...... 28 3.6. Analisis Data ...... 29 3.6.1. Struktur Dan Komposisi Tumbuhan Bawah ...... 29 3.6.2. Potensi Tanaman Obat ...... 30 3.6.3. Analisis Korelasi ...... 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 32 4.1. Kekayaan Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang ...... 32 4.2.Sebaran Jenis Tumbuhan di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang ...... 37 4.3. Dominansi Tumbuhan Bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang ...... 47 4.3.1. Nilai Kerapatan Relatif (KR) ...... 51 4.3.2.Nilai Frekuensi Relatif (FR) ...... 54 4.3.3. Indeks Nilai Penting (INP) ...... 57 4.4. Indeks Keanekaragaman (H’) ...... 58 4.5. Analisis Korelasi Antara Faktor Fisik dan Keanekaragaman Jenis . 59 4.6. Jenis-Jenis Tumbuhan Bawah Yang Dimanfaatkan Sebagai Tanaman Obat ...... 61 V. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 66 5.1. Kesimpulan ...... 66 5.2. Saran ...... 67 DAFTAR PUSTAKA ...... 68
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL NO Judul Halaman 1 Jumlah Spesies Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Familinya ...... 14 2 Jenis dan Klasifikasi Tumbuhan Bawah yang Ditemukan Pada Lokasi Penelitian 32 ...... 3 Sebaran dan Jumlah Tumbuhan Bawah di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang ...... 37 4 Jumlah famili dan Jenis Tumbuhan Bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang 43 ...... 5 Faktor fisik dan Lingkungan di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang ...... 45 6 Nilai Kerapatan Mutlak (Km), Kerapatan Relatif (Kr), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (Fr) dan Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Tumbuhan Bawah pada Taman Nasional Gunung Leuser Sub 47 Seksi Bukit Lawang ...... 7 Analisis Korelasi Faktor Fisik Kimia dengan Keanekaragaman 59 DenganMetode Komputerisasi SPSS Ver. 16.00 ...... 8 Nilai Koefisien Korelasi ...... 60 9 Nilai Guna, Nilai Guna Relatif Tumbuhan Bawah yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang ...... 62 10 Jenis-jenis Tumbuhan Bawah yang Dimanfaatkan Sebagai Tanaman Obat dan Kandungan Metabolit Sekunder...... 63
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman 1 Contoh Perhitungan (K, KR, F, FR, INP, H’ dan E) 56 2 Analisis Korelasi Pearson Dengan Metode Komputerisasi SPSS 58 Ver.16.00 3 Tabel Pengamatan Tumbuhan Bawah di Lokasi I 59 4 Tabel Pengamatan Tumbuhan Bawah di Lokasi II 62 5 Tabel Pengamatan Tumbuhan Bawah di Lokasi III 66 6 Analisis Vegetasi Lokasi I 69 7 Analisis Vegetasi Lokasi II 70 8 Analisis Vegetasi Lokasi III 71 9 Biodata dan Pernyataan Informan Kunci dan Respoden 73 10 Biodata Dan Wawancara Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Responden 74 11 Penentuan Jumlah Sampel Dari Ppopulasi 79 Tertentu Dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, 10% 12 Nilai Guna Tumbuhan 80 13 Deskripsi Tumbuhan Bawah yang digunakan Masyarakat Sekitar Bukit 89 Lawang
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Zainab Nirwani, Ground vegetation Diversity The Potential For Forest Medicinal Plants in National Parks Sub-Section of Bukit Lawang. Supervised by Zulkifli Nasution and Retno Widhiastuti.
Communities in the vicinity of Bukit Lawang has decades of use of plants as medicinal plants, use of medicinal plants associated with value-added and increased economy in society, data and information on plants that have the potential as a medicinal plant in Gunung Leuser National Park Sub-Section of Bukit Lawang is still less. This study aimed to ground vegetation diversity and its relation to physical- chemical factors and know the plants used under the communities around Gunung Leuser National Park sub-section of Bukit Lawang. The research uses quantitative and qualitative methods. Data obtained with calculating dominance and diversity indices as well as interviews with common community. Based of study the correlation between diversity with soil temperature and humidity have a correlation in the same direction, while the air temperature, light intensity and soil pH has a correlation in the opposite direction. IVI (Importance Value Index) ground vegetation is about from 0.99% -25.95%. The Highest IVI is Laportea Stimulant, which it’s included in families Urticaceae. The diversity index is about from 3.186 to 3.342, it means that this area has a high diversity. Ground Vegetation which it’s used most by the public is sirih hutan (Piper sp.) with a value of 12,60 and lempuyang (Globba sp) with a value of 12,10. . Most of the used medicinal plants have secondary metabolites flavanoid types.
Key words: Ground Vegetation Diversity, medicinal plants, metabolite secondary
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Zainab Nirwani, Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Hutan Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang. Dibimbing oleh Zulkifli Nasution dan Retno Widhiastuti.
Masyarakat di sekitar Bukit Lawang sudah berpuluh tahun memanfaatkan tumbuh- tumbuhan sebagai tanaman obat, Penggunaan tanaman obat terkait dengan nilai tambah dan peningkatan perekonomiaan di masyarakat, data dan informasi mengenai tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman obat di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang masih kurang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan bawah dan hubungannya dengan faktor fisik- kimia serta mengetahui tumbuhan bawah yang digunakan masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan menghitung dominansi dan indeks keanekaragaman serta wawancara dengan masyarakat sekitar.Berdasarkan penelitian yang dilakukan korelasi antara keanekaragaman dengan suhu tanah dan kelembaban memiliki korelasi searah, sedangkan suhu udara, intensitas cahaya dan pH tanah memiliki korelasi yang berlawanan arah. INP tumbuhan bawah berkisar antara 0,99%-25,95%. INP tertinggi adalah Laportea stimulans termasuk famili Urticaceae. Indeks keanekaragaman berkisar antara 3,186-3,342 artinya Kawasan ini memiliki keanekaragaman yang tinggi. Tumbuhan bawah yang digunakan paling banyak oleh masyarakat adalah sirih hutan (Piper sp.) dengan nilai 12,60 diikuti dengan jenis lempuyang (Globba sp) dengan nilai 12,10.. Kebanyakan tanaman obat yang digunakan memiliki kandungan metabolit sekunder jenis flavanoid.
Kata kunci: Keanekaragaman tumbuhan bawah, tanaman obat, metabolit sekunder
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biodiversity atau Keanekaragamanan hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah (1) merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain (2) merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi (3) mengembangkan sosial budaya umat manusia (4) membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya. Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia setelah Brazil, mempunyai manfaat ekologi yang sangat vital dan begitu berharga di mata dunia (Azmy, 2002).
Hutan tropika Indonesia diperkirakan mencapai 143 juta ha, merupakan tempat tumbuh 80 persen dari tanaman obat yang ada di dunia di mana 28.000 spesies tanaman tumbuh dan 1.000 spesies di antaranya telah digunakan sebagai tanaman obat (Pramono, 2002). Survey yang dilakukan oleh PT. Esai pada tahun 1986 menemukan bahwa di Indonesia terdapat 7.000 spesies tanaman obat setara dengan
90 persen tanaman obat yang tumbuh di seluruh Asia (PT. Esai, 1986). Menurut
Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006), 283 tanaman telah diregistrasi untuk penggunaan obat tradisional/jamu, 180 jenis di antaranya merupakan tanaman obat yang masih ditambang dari hutan.
Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan yang dapat digunakan sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik
(WHO dalam Sofowora, 1982). Di Indonesia, tanaman obat dimanfaatkan sebagai
Universitas Sumatera Utara
bahan jamu gendong, obat herbal, makanan penguat daya tahan tubuh, kosmetik dan bahan spa serta bahan baku industri makanan dan minuman. Sumber tanaman obat hasil hutan untuk industri di Pulau Jawa sebagaian besar ditambang dari Taman
Nasional Meru Betiri (TNMB) dan KPH Saradan-Madiun (Kemala, et al., 2003).
TNMB mempunyai luas areal 58.000 ha, terdiri atas 57.155 Ha daratan dan 845 Ha perairan, terletak di wilayah Kabupaten Jember 37.585 Ha dan di Kabupaten
Banyuwangi 20.415 Ha. Potensi tanaman obat yang terdapat di TNMB mencukup
239 jenis tanaman obat yang terbagi dalam 78 famili. Masyarakat di empat desa penyangga menambang 85 jenis tanaman (Dephut, 2002).
Dari hasil penelitian (Setyowati, 2007) pada masyarakat Talang Mamak yang bermukim di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau tercatat tidak kurang dari 78 jenis tanaman obat, diantaranya yaitu akar kuning (Arcangelisia flava), pulai (Alstonia scholaris), pasak bumi (Eurycoma longifolia), gaharu
(Aquilaria malaccensis) dan kapung-kapung (Oroxylum indicum), kulim
(Scorodocarpus borneensis), pinang (Areca catechu), jernang (Daemonorops draco), kasai (Pometia pinnata), asam gelugur (Garcinia atroviridis), ambeu (Brucea javanica) dan nilam (Pogostemon cablin).
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan kawasan konservasi yang paling luas di Sumatera. Taman Nasional tersebar dikelilingi oleh berbagai tipe penggunaan lahan, mulai dari hutan lindung, hutan produksi terbatas, kawasan konsesi hutan sampai pemukiman. Beberapa pemukiman terdapat di dalam Taman nasional berupa ‘enclave’ (perkampungan di dalam kawasan Taman Nasional).
Penduduk desa yang tinggal disekitar dan tinggal di dalam Taman Nasional ini
Universitas Sumatera Utara
mempunyai aktivitas bertani dan memungut hasil hutan di sekitar atau di dalam
Taman Nasional tersebut. Taman Nasional tersebut sebagai salah satu kawasan konservasi juga sangat berkaitan dengan cara masyarakat setempat dalam mengelola pertanian dan memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitarnya (Sutarjadi 1992).
Masyarakat di sekitar Bukit Lawang sudah berpuluh tahun memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai tanaman obat, hutan alam tempat tanaman obat terdapat masih banyak yang belum diteliti dan masih belum dapat dimanfaatkan untuk industri farmasi di dalam negeri, sedangkan data dan informasi mengenai tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman obat di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Sub
Seksi Bukit Lawang masih kurang. Terutama informasi tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat.
Laju permintaan produk berbasis tanaman obat terkait erat dengan tingkat penggunaan oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat herbal mempunyai dua dimensi korelatif, yaitu aspek medik terkait dengan penggunaannya yang sangat luas diseluruh dunia, dan aspek ekonomi yang terkait dengan nilai tambah dan peningkatan perekonomian masyarakat (Sampurno, 2007). Tingkat penggunaan tanaman obat oleh masyarakat semakin meningkat, Oleh karena itu sangat diperlukan dalam upaya mendokumentasikan sumber biodiversitas yang ada sekaligus untuk mencari sumber keuntungan dan plasma nutfah di masa mendatang.
1.2. Perumusan Masalah
Informasi keanekaragaman tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang belum diketahui,
Universitas Sumatera Utara
sehingga perlu diadakan penelitian mengenai ‘keanekaragaman tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi
Bukit Lawang’.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan bawah di hutan Taman
Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang.
2. Mengetahui hubungan faktor fisik-kimia habitat tumbuhan bawah di hutan
Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang.
3. Mengetahui tumbuhan bawah apa saja yang digunakan sebagai tanaman obat
oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit
Lawang.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dalam pemanfaatan tumbuhan bawah untuk masukan dalam pengelolaan potensi tanaman obat di Taman
Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang.
Universitas Sumatera Utara
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati (biological diversity) atau sering disebut dengan biodiversity adalah istilah untuk menyatakan tingkat keanekaragaman sumber daya alam hayati yang meliputi kelimpahan maupun penyebaran dari ekosistem, jenis dan genetik. Dengan demikian keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan, yaitu: (1) keanekaragaman ekosistem, (2) keanekaragaman jenis, dan (3) keanekaragaman genetik. Oleh karena itu, biodiversity meliputi jenis tumbuhan dan hewan, baik yang makro maupun yang mikro termasuk sifat-sifat genetik yang terkandung di dalam individu setiap jenis yang terdapat pada suatu ekosistem tertentu (Brockerhoff et al.,
2009).
Keanekaragaman hayati merupakan konsep penting dan mendasar karena menyangkut kelangsungan seluruh kehidupan di muka bumi, baik masa kini, masa depan, maupun evaluasi terhadap masa lalu. Konsep ini memang masih banyak yang bersifat teori dan berhadapan dengan hal-hal yang sulit diukur secara tepat, terutama pada tingkat keanekaragaman genetik serta nilai keanekaragaman belum ada pembakuan (standarisasi). Pengukuran/pemantauan biodiversity dapat dilakukan dengan mengukur langsung terhadap objek/organisme yang bersangkutan atau mengevaluasi berbagai indikator yang terkait (Brockerhoff, et al., 2009).
2.2. Ekosistem Hutan
Universitas Sumatera Utara
Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon yang menempati suatu tempat dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan di luar hutan, sedangkan satuan masyarakat hutan adalah tegakan (Kusmana, 1995).
Luas hutan di seluruh dunia sekitar 2.970 juta hektar, sekitar 40 persennya merupakan hutan basah di daerah tropis. Dalam hutan basah tersebut terkandung kekayaan sebesar 10 persen di Zaire, Brazil dan Indonesia (Arief, 1994).
Hutan merupakan salah satu bentuk tata guna lahan yang lazimnya dijumpai di daerah tropis, sub tropis, di dataran rendah maupun pegunungan bahkan di daerah kering sekalipun. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yang memiliki luas hutan
144 juta hektar atau 75 persen dari total luas daratan. Sekitar 49 juta hektar merupakan areal hutan lindung, sedangkan 64 juta hektar telah dirancang untuk hutan produksi dan luas selebihnya sebesar 31 juta hektar disediakan untuk keperluan perluasan pertanian (Arief, 1994).
Hutan memberikan pengaruh pada alam melalui tiga faktor yang berhubungan yaitu iklim, tanah, dan pengadaan air. Adanya sampah-sampah pohon (serasah) dalam hutan hasil rontokan bagian-bagian pohon yang menutupi lantai hutan akan mencegah rintikan-rintikan air hujan untuk langsung jatuh ke permukaan tanah dengan tekanan yang keras. Tanpa sampah, tanah akan terpadatkan oleh air hujan, sehingga daya serapnya akan berkurang. Hal ini berhubungan dengan fungsi serasah yaitu sebagai penyimpanan air sementara yang secara berangsur akan melepaskannya ke tanah bersama dengan bahan organik berbentuk zarah yang larut, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan kapasitas peresapan (Arief, 1994)
Universitas Sumatera Utara
Hutan ini biasanya dikelola untuk tujuan penelitian. Hutan suaka alam dipergunakan bagi perlindungan margasatwa agar tidak punah, disamping nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, disebut suaka margasatwa. Sedangkan suaka alam yang mempunyai perlindungan khas seperti air terjun, gua alam dan lainnya, disamping flora dan fauna sebagai kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, disebut cagar alam (Arief , 1994).
2.3. Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah adalah komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba, semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual, biannual, atau perenial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak menjalar atau memanjat.
Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota dari suku-suku Poceae,
Cyperaceae, araceae, asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain. Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai, lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan (Aththorick, 2005).
Tumbuhan bawah terdiri dari tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba, dan semak belukar (Kusmana, 1995), serta paku-pakuan (Ewusie,
1990). Selanjutnya Philips (1959), menyatakan bahwa tumbuhan yang termasuk tumbuhan penutup tanah terdiri dari herba yang tingginya sampai 0,5 meter sampai 1 meter.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Richard (1981), tumbuhan bawah yang sering dijumpai di kawasan hutan tropik terdiri atas famili Araceae, Gesneriaceae, Urticaceae, Achantaceae,
Zingiberaceae, Begoniaceae, Rubiaceae, dan tumbuhan menjalar seperti kelompok
Graminae (Calamus sp.), Smilaceae, Piperaceae dan beberapa jenis tumbuhan paku seperti Selaginellaceae.
Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis. Pada komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalang oleh lapisan-lapisan tajuk pohon yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya, sedangkan cahaya matahari bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi (Gusmaylina, 1983). Menurut Barnes, et al., (1997), keanekaragaman tumbuhan bawah memperlihatkan tingkatan keanekaragaman yang tinggi berdasarkan komposisinya. Perbedaan bentang lahan, tanah, faktor iklim serta perbandingan keanekaragaman spesies vegetasi bawah, memperlihatkan banyak perbedaan, baik dalam kekayaan jenisnya maupun pertumbuhannya.
Hutan yang lapisan pohon-pohon tidak begitu lebat, sehingga cukup cahaya yang dapat menembus lantai hutan, kemungkinan perkembangan vegetasi bawah bersifat terna, sedangkan pada tempat-tempat kering berupa tumbuhan berkayu antara lain rumput-rumputan jenis Pennisetum dan Didymocarpus. Pada hutan yang lebat sehingga intensitas cahaya sedikit, tumbuhan bawah beradaptasi melalui permukaan
Universitas Sumatera Utara
daun yang lebar untuk menangkap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Hafild &
Aniger, 1984).
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah menjaga kelembaban sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat, sehingga dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Siklus hara akan berlangsung sempurna dan guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh bakteri (Irwanto, 2007).
2.4. Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Tropika Indonesia
Sudah turun temurun berbagai etnis (suku asli) yang hidup di dalam dan sekitar hutan di seluruh wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan dari hutan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan berbagai macam penyakit. Berbagai penelitian etnofitomedika- etnobotani yang dilakukan oleh peneliti Indonesia telah diketahui, paling tidak ada 78 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit demam oleh 30 etnis,
110 spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan oleh 30 etnis dan 98 spesies tumbuhan obat digunakan untuk mengobati penyakit kulit oleh
27 etnis (Sangat, et al., 1999).
Hutan alam tropika Indonesia dan budaya, pengetahuan tradisional atau kearifan lokal berbagai etnis yang hidup dengan ekosistem hutan merupakan aset bangsa yang tak terhingga nilainya bagi pembangunan kesehatan bangsa. Banyak pengetahuan tradisional tentang penggunaan tumbuhan obat dari berbagai etnis telah
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan oleh industri jamu dan farmasi menjadi produk jamu atau produk fitofarmaka yang sangat laku di pasaran, seperti produk merek dagang: fitodiar, prolipid, enkasari, stimuno dan lain-lain (Zuhud, 2008).
Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang 82 % dari total spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian hingga 1000 meter di atas permukaan laut. Saat ini ekosistem hutan dataran rendah adalah kawasan hutan yang paling banyak rusak dan punah karena berbagai kegiatan manusia baik secara legal maupun tak legal. Ekosistem hutan tropika Indonesia merupakan wujud proses evolusi, interaksi yang kompleks dan teratur dari komponen tanah, iklim (terutama cahaya, curah hujan dan suhu), udara dan organisme termasuk sosio-budaya manusia untuk mendukung kehidupan keanekaragaman hayati, antara lain berbagai spesies tumbuhan obat (Zuhud, 2008).
2.5. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Familinya
Berdasarkan kelompok familinya, spesies-spesies tumbuhan obat yang ada dapat dikelompokkan ke dalam 203 macam famili, di mana jumlah spesies tumbuhan obat yang terbanyak termasuk dalam famili fabaceae, yaitu sebanyak 110 spesies.
Secara umum terdapat 22 macam famili yang memiliki spesies tumbuhan obat lebih dari 20, sedangkan 181 famili lainnya memiliki jumlah spesies tumbuhan obat yang kurang dari 20, (Zuhud, 2008). seperti disajikan Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Spesies Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Familinya NO NAMA FAMILI JUMLAH SPESIES 1 Fabaceae 110 2 Euphorbiaceae 94 3 Lauraceae 77
Universitas Sumatera Utara
4 Rubiaceae 72 5 Poaceae 55 6 Zingiberaceae 49 7 Moraceae 46 8 Myrtaceae 45 9 Annonaceae 43 10 Asteraceae 40 11 Apocynaceae 39 12 Cucurbitaceae 34 13 Piperaceae 30 Lanjutan Tabel 1. NO NAMA FAMILI JUMLAH SPESIES 14 Menispermaceae 30 15 Melastomataceae 26 16 Arecaceae 25 17 Verbenaceae 23 18 Rutaceae 23 19 Acanthaceae 22 20 Sterculiaceae 21 21 Myristicaceae 21 Sumber : (Zuhud dan Siswoyo. 2001)
2.6. Kandungan Metabolit Sekunder
Tanaman memproduksi berbagai macam bahan kimia untuk tujuan tertentu, yang disebut dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder tanaman merupakan bahan yang tidak esensial untuk kepentingan hidup tanaman tersebut, tetapi mempunyai fungsi untuk berkompetisi dengan makhluk hidup lainnya (Fessenden &
Fessenden, 1986). Kandungan metabolit sekunder terdiri dari:
2.6.1. Alkaloid
Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.
Universitas Sumatera Utara
Alkaloid biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya: nikotina) pada suhu kamar. Secara umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sifat – sifat sebagai berikut : a) biasanya merupakan kristal tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik seperti etanol, eter dan kloroform. b)
Bersifat basa, pada umumnya beberapa pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis secara optis aktif. Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil metabolisme dari tumbuhan atau dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein (Annaria, 2010).
Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuh-tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis. Pada umunya alakaloid tidak ditemukan dalam Gymnospermae,
Bryophyta, Pterydophyta dan tumbuhan rendah lainnya (Annaria, 2010).
Hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada makhluk hidup sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur
Universitas Sumatera Utara
tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion
(Fessenden & Fessenden, 1986).
2.6.2. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak di alam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan.
Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa induk
“flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : a) Sebagai pigmen warna b)
Fungsi patologi dan sitologi c) Aktivitas farmakologi
Dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah dll
(Fessenden, 1986).
Menurut Fessenden (1986) menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam – macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik dll. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati, silimirin dari Silybum marianum
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk melindungi membran sel hati dan menghambat sintesis prostaglandin, penghambatan reaksi hidroglisis pada mikosom. Dalam makanan flavonoid dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah.
Pada kulit, flavonoid menghambat pendarahan (Annaria, 2010).
Kegunaan lain dari flavonoid antara lain; pertama terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus.
Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik untuk melakukan penyerbukan (Annaria, 2010).
Flavoniod mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen berwarna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi (Hart, 1990). Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Sebagai pigmen bunga, flavonoid berperan dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga (Hart,
1990).
2.6.3. Steroid
Steroid adalah golongan lipid yang mempunyai karakteristik dari struktur penyatuan cincin karbon. Steroid tidak mengandung asam lemak ataupun gliserol, karenanya tidak dapat mengalami penyabunan. Steroid meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon, adrenokortoid, hormon seksual, dan asam empedu (Hart,
1990).
Universitas Sumatera Utara
Kolesterol ditemukan dalam semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormon stereoid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi makhluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukan
“plek” pada dinding pembuluh nadi (suatu proses yang disebut pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kematian akibat serangan jantung (Hart,1990).
2.6.4. Terpenoid
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang juga terdapat pada lemak/minyak esensial, yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat- zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Harum atau bau dari tanaman disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopre disebut terpen dan terdapat dalam bentuk diterpen, triterpen, tetraterpen, hemiterpen dan sesquiterpen. Bila senyawa tersebut mengandung elemen tambahan biasanya oksigen disebut dengan terpenoid. Contoh umum terpenoid adalah metanol dan camphor (monoterpen), famesol dan artemisin (Fessenden &Fessenden, 1986).
Universitas Sumatera Utara
III. METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsi Area
Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang adalah
Hutan Taman Nasional Gunung Leuser stasiun rehabilitasi Orangutan Kabupaten
Langkat. Dari segi pengelolaan hutannya, kawasan hutan Bukit Lawang termasuk dalam kawasan kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah V Bahorok bidang
Pengelolaan Taman Nasional wilayah III Stabat Balai Besar Taman Nasional Gunung
Leuser.
Secara geografis kawasan hutan ini terletak pada 3030’ – 3045’ Lintang Utara dan 9800’ – 98015’ bujur timur, pada ketinggian 100-260 meter di atas permukaan laut (Dephut, 1990). Batas-batasnya adalah sebelah Utara dengan sungai Bahorok dan sebelah Timur dengan sungai Bahorok dan kelurahan Bukit Lawang. Sisi yang lainnya terus berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Kawasan ini berada pada ketinggian 100m -700m dari permukaan laut (dpl), dengan topografi yang berbukit-bukit sampai curam, sedangkan topografi yang datar bisa dikategorikan tidak ada. Jenis tanah adalah kompleks podsolik merah kuning, latosol, litosol dan komplek podsolik coklat (Dephut, 1990).
3.1.1. Keadaan Iklim
Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1953), kawasan ini termasuk kedalam tipe curah hujan A, dengan rata-rata curah hujan 4.673 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan 207 hari/tahun dan merata sepanjang tahun. Suhu
Universitas Sumatera Utara
minimum adalah 21 , suhu maksimum 30 suhu rata-rata berkisar 24 , kelembaban nisbi minimum 72 % dan kelembaban nisbi maksimum adalah 92 %
(Dephut, 1990).
3.1.2. Vegetasi
Data dari peta vegetasi yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dan sekitarnya, di mana sebagian kawasan hutannya memiliki tipe vegetasi hutan sedang yang didominir oleh vegetasi hutan tropis basah. Sepanjang sungai Bahorok dapat dijumpai beberapa jenis pohon Pakam Gunung (Poemetia pinnata), Ngaskas
(Dysoxylim sp) dan beberapa vegetasi yang sangat mendominir seperti jenis rambung- rambung (Vernonia arborea), Mayang dan Damar Laut (Shorea materialis), Kayu
Kuning (Eugenia sp), Semantok (Shorea multiflora) dan Rotan (Calomus sp). Jenis yang lainnya merupakan hutan sekunder yang ditumbuhi beberapa jenis bambu
(Dephut, 1990).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser
Sub Seksi Bukit Lawang-Bahorok. Waktu pelaksanaan penelitian selama bulan Maret sampai dengan Mei 2010.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.Peta lokasi penelitian di Kawasan Bukit Lawang, TNGL. Sumber : Dirjen Perlindungan Pelestarian Alam TNGL.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah: peta lokasi, tali untuk membuat plot, kompas untuk menentukan arah, meteran, gunting stek, plastik sampel, kalkulator, tally sheet, counter, alat tulis, kamera/handycamp, lux meter, pH mater,
GPS (Global Positioning System), hygrometer, termometer udara, termometer tanah,
Altimeter, kunci taksonomi, sasak kayu (alat press), koran bekas, label specimen, lakban. Perekam suara, daftar kuisoner. Bahan yang digunakan meliputi vegetasi tumbuhan bawah di wilayah Taman Nasional Sub seksi Bukit Lawang, dan data kuisoner dari masyarakat di sekitar.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Di Hutan Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang
Penelitian ini tidak mencakup seluruh kawasan, melainkan menggunakan teknik sampling dengan menggunakan petak contoh. Penentuan lokasi penelitian menggunakan Metode Purposive Sampling. Untuk menentukan ukuran/jumlah petak contoh adalah menggunakan kurva species-area (Kusmana,1995)
Luas minimum petak contoh yang ditetapkan mewakili pada kawasan tumbuhan bawah di hutan Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang.
Luasan ini bukanlah harga mutlak bahwa luas petak contoh yang harus kita gunakan, tetapi nilai tersebut adalah nilai minimum, artinya kita bisa menambah ukuran petak contoh atau bahkan memodifikasinya karena yang harus diperhatikan petak contohnya tidak kurang dari kurva species area. Untuk memudahkan di lapangan ukuran tersebut berbentuk persegi.
Pada penelitian ini setiap lokasi dibuat petak contoh 2 x 2 m sebanyak 40.
Dilakukan hal yang sama pada 3 lokasi penelitian, dengan luas daerah pengamatan yaitu 0,48 Ha. Dalam setiap petak contoh dibuat pencatatan di antaranya adalah: contoh tumbuhan bawah yang ditemukan dalam petak contoh dihitung kemudian dicatat nama daerahnya.
Cara meletakkan petak contoh agar lebih teliti menggunakan systematic Strip
Sampling (penarikan contoh jalur beraturan, karena mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan lebih bersifat representative. Jalur yang dibuat tegak lurus dengan kontur (memotong garis kontur) atau tegak lurus dengan sungai Bahorok.
Universitas Sumatera Utara
Untuk analisis tanah, masing-masing jalur diambil sampel tanah menggunakan bor tanah dengan kedalaman 0-20 cm dan dilakukan secara zig zag yaitu: disetiap satu jalur diambil sampel tanah. Jalur pertama di awal jalur, jalur kedua di tengah jalur jalur ketiga diakhir jalur, sampel diambil secara zig zag. Total sampel kantung tanah sesuai dengan jumlah jalur yang dibuat. Sampel tanah dibawa ke laboratorium tanah Fakultas Pertanian USU untuk diukur komposisi unsur-unsur hara tanah yang terkandung di dalamnya. Pada lokasi pengamatan, dilakukan pengukuran sifat fisik yang meliputi ketinggian dengan menggunakan altimeter, intensitas cahaya dengan luxmeter, suhu udara dengan termometer, suhu tanah dengan soil termometer, kelembaban udara dan kelembaban tanah dengan hygrometer, pH tanah dengan soil tester.
3.4.2. Pengumpulan Data pemanfaatan tumbuhan Obat di Masyarakat
Secara garis besar metoda penelitian untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat merupakan gabungan metoda penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metoda Penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survey melalui cara menyebar Kuesioner (Angket) dan dilanjutkan dengan penelitan kualitatif. Pada tahap ini juga dilakukan wawancara terbuka mengenai nama daerah tumbuhan serta manfaat tumbuhan tersebut sebagai tanaman obat, dengan memperlihatkan potongan jenis tumbuhan, serta foto tumbuhan yang diambil dari
Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang.
Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam observasi awal ini adalah metoda purposive sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan pertimbangan
Universitas Sumatera Utara
tertentu, dalam hal ini orang yang dianggap paling tahu tentang tumbuhan obat
(Sugiyono, 2008). Tokoh yang dipilih melalui metoda ini untuk diwawancarai adalah
Tabib. Dari observasi awal ini diketahui data-data calon informan untuk tahap selanjutnya yang layak diwawancarai berdasarkan rekomendasi dari Tabib.
Untuk lebih jelas teknik pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan obat di lokasi penelitian dilakukan dengan cara :
1. Mencari data tentang informan kunci dan jumlah masyarakat di sekitar Taman
Nasional Sub seksi Bukit Lawang sebagai langkah pertama dalam
pengambilan sampel di desa sekitar Bukit Lawang, Kabupaten Langkat yaitu
desa Sampe Raya dan desa Timbang Lawan.
2. Wawancara dan Kuesioner (Angket). Wawancara ditujukan kepada penduduk
setempat antara lain: Tabib, masyarakat/keluarga yang mengetahui dan
menggunakan tumbuhan untuk berbagai kebutuhan sehari hari dan penjaja
ramuan tumbuhan obat di pasar-pasar tradisional di lokasi penelitian, dan
sampel sebagai responden dari jumlah populasi masyarakat sekitar Taman
Nasional Gunung Leuser dengan taraf kesalahan 5%. Untuk Desa Sampe
Raya jumlah populasi 2064 jiwa dan desa Timbang Lawan 2160 jiwa. Jadi
jumlah responden dengan taraf kesalahan 5% adalah 320 jiwa (Lampiran
11). Wawancara dilakukan pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner.
Wawancara pertama untuk mendapatkan data tumbuhan sebagai tumbuhan
obat dan kegunaannya berasal dari informan kunci, selanjutnya wawancara
dilakukan terhadap masyarakat sekitar Taman Nasional Bukit Lawang (dapat
dilihat pada lampiran 10) yang dibagi dalam 3 kelompok umur dengan
Universitas Sumatera Utara
pembagian sebagai berikut, Kelompok A dengan rentangan umur 19 sampai
39, kelompok B dengan rentangan umur 40-59, dan terakhir Kelompok C
dengan rentangan umur > 60 tahun, hal ini dilakukan untuk menggali
pengetahuan mereka tentang tumbuhan obat (kuisoner pada lampiran10).
3. Studi Kepustakaan, dengan membaca dan mencatat karya tulis berbagai
penelitian khususnya yang ada hubungan dengan tumbuhan obat serta
referensi mengenai kandungan metabolit sekunder tumbuhan yaitu: alkalod,
flavanoid, terpenoid dan steroid.
3.5. Di Laboratorium
3.5.1. Identifikasi Jenis
Semua tumbuhan bawah dengan tinggi kurang dari 1,5 m yang berada di setiap petak dicatat jenis. Pengumpulan spesimen tumbuhan dilakukan untuk keperluan identifikasi. Pengamatan secara morfologis dilakukan di lapangan, dan untuk spesimen yang belum diketahui jenisnya dikumpulkan dan diatur pada kertas koran bekas serta dimasukkan ke dalam kantung plastik. Selanjutnya spesimen tersebut diberi alkohol 70% hingga cukup basah supaya tidak membusuk .
Koleksi dari lapangan dibuka kembali, koran diganti dengan yang baru disusun sedemikian rupa untuk dikeringkan dalam oven pengering. Spesimen yang telah kering diidentifikasi di laboratorium Herbarium FMIPA Universitas Sumatera
Utara (USU) dengan buku acuan: a. Flora (Steenis, C. G. J. 1987) b. Malaya Wild Flowers Monocotyledons (M. R. Handerson, 1959)
Universitas Sumatera Utara
c. Malaya Wild Flower Dycotyledon (Henderson, 1956) d. Plication Classification (Benson L. 1957) e. Plant Resource Of South East Asia 12 (Vankenberg.,dan Banyapraphatsara,
2002). f. Tumbuhan Monokotil (Sudarnadi, 1996) g. Collection of Illustrated Tropical Plant (Watanabe and Corner, 1969) h. Orchids of Sumatera (Comber J. B, 2001).
3.6. Analisis Data
3.6.1. Struktur dan Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah
Dari data yang diperoleh, dihitung nilai dominansinya yang ditentukan dari: kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, dengan menggunakan rumus pada buku acuan
Metode Survey Vegetasi (Kusmana, 1997) sebagai berikut:
a. Kerapatan Mutlak (Km)
Km suatu jenis
b. Kerapatan Relatif (Kr)
Kr suatu jenis
c. Frekuensi Mutlak (Fm)
Fm suatu jenis
d. Frekuensi Relatif (Fr)
Universitas Sumatera Utara
Fr suatu jenis
e. Indeks Nilai Penting
INP
f. Indeks Keanekaragaman (H’)
Keterangan: −Wienner pi Ni/n Ni Jumlah individu suatu jenis n Jumlah seluruh jenis S Jumlah jenis
3.6.2. Potensi Tanaman Obat
Data hasil wawancara dikumpulkan, dianalisis untuk mendapatkan indeks nilai guna setiap tumbuhan (UVis), jumlah penggunaan setiap jenis tumbuhan (UVs),
(Martin, 1995) dengan analisis data sebagai berikut:
a. Indeks Nilai Guna Setiap Tumbuhan (UV)
∑UVis UVs = is
Keterangan: UVs = jumlah nilai total dari suatu jenis s UVis= jumlah nilai guna jenis s yang diberikan oleh informan i is = jumlah total informan yang diwawancarai untuk nilai guna jenis s
n s = jumlah nara sumber yang diwawancarai untuk setiap jenis
Universitas Sumatera Utara
b. Nilai Guna Relatif (RUV)
⎛ UV is ⎞ ∑ ⎜ ⎟ ⎝ UV s ⎠ RUV i = S n Keterangan:
RUVi = nilai guna relatif informan i
UVis = nilai guna setiap jenis lokal s oleh informan i
UVs = nilai guna total setiap jenis lokal s dalam penelitian ini
S n = jumlah jenis lokal menurut informan i, untuk data ini
c. Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Obat
Kandungan metabolit sekunder tanaman obat yang dicari dari referensi adalah: alkaloid, flavanoid,terpenoid dan steroid.
3.6.3. Korelasi
Analisis korelasi faktor fisik kimia yaitu: suhu udara, suhu tanah, pH tanah, kelembaban, intensitas cahaya, ketinggian tempat, dengan keanekaragaman tumbuhan bawah dianalisis menggunakan Analisis Korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS Ver 16.00.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sumatera Utara
4.1. Kekayaan Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Taman Nasional GunungLeuser Sub Seksi Bukit Lawang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di hutan Taman Nasional
Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang, diperoleh 110 jenis tumbuhan bawah yang terdiri dari dua Divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta, yang termasuk ke dalam 4 kelas, 28 ordo dan 47 famili seperti yang tercantum pada Tabel 2. berikut ini.
Tabel 2. Jenis dan Klasifikasi Tumbuhan Bawah yang Ditemukan Pada LokasiPenelitian No Divisi Kelas Ordo Famili Jenis 1. Pterydophyta Lycopodinae Selaginellales Selaginellaceae Selaginella doedeleini * 2. Filicinae Filicales Aspidiaceae Arachniodes haniffii 3. Tectaria barben 4. Aspleniaceae Asplenium bahiense 5. Athyriaceae Diplazium malaccense 6. Diplazium tomentosum * 7. Diplazium velutinum 8. Blechnaceae Blechnum finlaysonianum.* 9. Blechnum sp. 10. Cyatheaceae Cyathea sp. 11. Dennstaedtiaceae Orthiopteris kingie 12. Gleicheniaceae Gleichenia linearis 13. Hypolepidaceae Paesia sp. 14. Lindsaeaceae Lindsaea doryphora Kramer. 15. Polypodiaceae Crypsionopsis platyphyllus 16. Drynaria rigidula 17. Drynaria sparsisora 18. Microsorum sp. 19. Pyrrosia lanceolata 20. Pteridaceae Pteris sp. 21. Pteris longipinulla Wall 22. Syingramma wallichii 23. Thelypteridaceae Pronephrium triphyllum * 24. Taetidaceae Taenitis blechnoides 25. Taenitis dimorpha Holtt. 26. Spermatophyta Monocotyledon Asparagales Hypoxydaceae Curculigo latifolia * 27. Arales Araceae Aridarum sp. 28. Colacasia esculenta . 29. Homalomena humilis 30. Photos sp. 31. Phymatarum sp. 32. Schindapsus sp. 33. Schismatoglottis ferruginea 34. Schismatoglottis wallichii
Universitas Sumatera Utara
No Divisi Kelas Ordo Famili Jenis 35. Synandrium sp. 36. Arecales Arecaceae Calamus sp. 37. Tysmannia sp. 38. Korthalsia sp.* 39. Cyperales Cyperaceae Centotheca sp. 40. Centotheca lappacea 41. Dioscoreales Dioscoreaceae Dioscorea sp.* 42. Taccaceae Tacca chantieri * 43. Liliales Smilacaceae Smilax sp.* 44. Orchidales Orchidaceae Chrysoglossum sp. 45. Cryptostylis sp. 46. Pandanales Pandanaceae Pandanus sp. 47. Poales Poaceae Chloris gayana KUNTH. 48. Panicum repens L. 49. Zingiberales Costaceae Costus sp.* 50. Marantaceae Maranta sp. 51. Zingeberaceae Globa pendula 52. Globa sp. 53. Amomum sp.* 54. Boehsenbergia sp.* 55. Curcuma sp.* 56. Dycotyledon Asterales Asteraceae Ageratum conyzoides L.* 57. Gynura sp.* 58. Micania sp. 59. Michrania michrant* 60. Campanulaceae Lobelia sp. 61. Bromeliales Commelinaceae Commelina sp. 62. caryophyllales Amaranthaceae Cyathula prostata BL. 63. Cucurbitales Cucurbitaceae Cucumis sp. 64. Gymnopetalum sp. 65. Euphorbiales Euphorbiaceae Antidesma sp. 66. Claoxylon sp. 67. Fabales Caesalpiniaceae Bauhinia scendens * Pseuderanthemum 68. Lamiales Acanthaceae graciliflorum * 69. Ruellia sp. 70. Staurognyne sp. 71. Lamiaceae Hyptis capitata JACQ. 72. Malvales Malvaceae Sida rombifolia* 73. Urena lobata* 74. Myrtaceae Melastomataceae Pternandra sp.* 75. Allomorphia exigua BL.* 76. Clidermia hirta DON. 77. Macrolenes nemorosa BL. 78. Medinella sp.* 79. Melastoma malabathricum * 80. Miconia hookeriana TR. 81. Parietales Begoniaceae Begonia isoptera Dryand* 82. Piperales Piperacaeae Piper caninum* 83. Heckeria sp.*
Universitas Sumatera Utara
No Divisi Kelas Ordo Famili Jenis 84. Peperomia pellucida HB. * 85. Piper acre BL.* 86. Piper sp.1* 87. Piper sp.2* 88. Piper sp.3* 89. Rhamnales Violaceae Rinorea hirtella MILD BR.* 90. Rinorea lanceolata WALL*. 91. Vitaceae Vitis hastate MIQ* 92. Vitis lanceolaria WALL. 93. Vitis sp. 94. Rhanunculales Menispermaceae Coscinium sp. 95. Fibraurea sp. 96. Limacia sp. 97. Tiliocora sp.* Tinospora crispa (L.) 98. MIERS* 99. Rubiales Rubiaceae Hedyotis congesta WALL.* 100. Ixora finlaysoniana WALL.* 101. Psychotria sarmentosa BL.* 102. Solanales Gesneriaceae Achimenes grandiflora DC.* 103. Didymocarpus crinite Jack.* 104. Didymocarpus sp.* 105. Saintpaulia sp. 106. Urticales Urticaceae Droguetia sp. Elatostemma strigosum 107. Hassk.* 108. Laportea stimulans MIQ* 109. Pilea melastomoides WEED. 110. Pilea sp.* Ket: (*): Memiliki potensi sebagai tanaman obat
Dari Tabel 2. diperoleh Divisi Pteridophyta terdiri dari 2 Kelas yaitu
Lycopodinae dan Filicinae. Kelas Lycopodinae diperoleh 1 ordo yaitu Selaginellales dengan 1 famili Selaginellaceae. Kelas Filicinae diperoleh 1 ordo yaitu Filicales dengan 14 famili yaitu Aspidiaceae, Aspleniaceae, Cyatheaceae, Dennstaedtiaceae,
Gleicheniaceae, Hypolepidaceae, Lindsaeaceae, Polypodiaceae, Hemionitidaceae,
Pteridaceae, Thelypteridaceae dan Taetidaceae. Famili yang mendominasi adalah
Polypodiaceae dengan 5 jenis yaitu Crypsionopsis platyphyllus, Drynaria rigidula,
Drynaria sparsisora, Microsorum sp. dan Pyrrosia lanceolata.
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya jenis dari famili Polypodiaceae yang terdapat pada lokasi penelitian disebabkan kondisi faktor abiotik pada lokasi penelitian yang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan jenis Pteridophyta tersebut. Menurut Lawrence (1958), famili Polypodiaceae merupakan famili dari tumbuhan paku yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 170 genera dan 7000 jenis yang tersebar di seluruh dunia.
Holttum (1968) menambahkan bahwa famili Polypodiaceae mempunyai jumlah anggota terbesar di kawasan Malesiana yang sebagian besar terdapat di kepulauan
Indonesia.
Divisi Spermatophyta diperoleh 2 kelas yaitu kelas Monocotyledon dan
Dicotyledon. Kelas Monocotyledon diperoleh 10 ordo dengan 13 famili, yaitu ordo
Asparagales dengan famili Hypoxydaceae, Arales dengan famili yaitu Araceae,
Arecales dengan Famili Arecaceae, Cyperales dengan famili Cyperales, Dioscoreales dengan 2 famili yaitu Dioscoreacea dan Taccaceae, Liliaceae dengan famili
Smilacaceae, Orchidaceae dengan famili Orchidaceae, Pandanales dengan famili
Pandanaceae, Poales dengan famili Poaceae, dan Zingiberales dengan 3 famili
Costaceae, Marantaceae dan Zingiberaceae. Kelas Dikotyledon diperoleh 16 Ordo dan 19 famili yaitu Asteraceae, Campanulaceae, Commelinaceae, Amaranthaceae,
Cucurbitaceae, Begoniaceae, Euphorbiaceae, Caesalpiniaceae, Acanthaceae,
Lamiaceae, Malvaceae, Melastomataceae, Violaceae, Vitaceae, Menispermaceae,
Rubiaceae, Gesneriaceae dan Urticaceae.
Sebagian besar jenis-jenis tanaman bawah yang ditemukan tergolong ke dalam herba. Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan semak ataupun pohon yang
Universitas Sumatera Utara
batangnya basah dan tidak berkayu. Menurut Nadakavukaren & McCracken (1985), herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan habitat semak. Wilson & Loomis (1962) menambahkan bahwa herba merupakan tumbuhan yang memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak dan tidak berkayu.
Hasil penelitian yang didapat sesuai dengan Richard (1981) jenis tumbuhan yang sering ditemukan di kawasan hutan tropis terdiri dari famili Araceae,
Acanthaceae, Gesneriaceae, Begoniaceae, Zingiberaceae, Orchidaceae, Rubiaceae dan Piperaceae. Mackinnon, et al.,(2000), menambahkan bahwa banyak suku tumbuhan yang memberikan sumbangan bagi lapisan tumbuhan bawah, termasuk
Monokotyledon seperti jahe-jahean (Zingiberaceae), pisang liar (Musaceae), dan
Dikotyledon seperti Begoniaceae, Gesneriaceae, Rubiaceae, berbagai jenis paku dan anggrek.
4.2. Sebaran Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh jenis-jenis pada vegetasi tumbuhan bawah jumlah jenis yang terdapat pada lokasi penelitian adalah
110 jenis. Keanekaragaman jenis pada penelitian di Taman Nasional Gunung Leuser
Sub Seksi Bukit Lawang termasuk tinggi bila dibandingkan dengan tumbuhan bawah yang lain, seperti: Penelitian yang hampir sama pernah dilakukan oleh Dinas
Kehutanan (2001) di Taman Nasional Rimbo Panti Propinsi Sumatera Barat yang
Universitas Sumatera Utara
hanya menemukan 25 jenis tumbuhan bawah. Handayani (2004) dari hasil penelitiannya menemukan 117 jenis tumbuhan bawah pada hutan Tangkahan
Kabupaten Langkat. Penelitian tentang tumbuhan bawah yang lain juga dilakukan oleh Masrayanti (2010), yang menemukan 80 jenis dan 37 famili di Taman Wisata
Alam Sicikeh-cikeh. Penelitian Kusuma (2004) Jumlah tanaman bawah yang di jumpai di Taman Nasional Kerinci Seblat sebanyak 113 jenis dan Pitra (2008), juga melaporkan di kawasan hutan gunung Sinabung di temukan 141 jenis tumbuhan bawah yang termasuk kedalam 56 famili.
Dari semua famili yang ada, famili Araceae memiliki jumlah jenis terbanyak, yaitu 9 jenis, Aridarum sp., Colocasia esculenta, Homalomena humilis, Photos sp.,
Phymatarum sp., Scindapsus sp., Schismatoglottis ferruginea, Schismatoglottis wallichii dan Synandrium sp. Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani (2004) di kawasan hutan Tangkahan Kabupaten Langkat, suku Araceae dijumpai dengan jumlah jenis tertinggi sebanyak 37 jenis. Suku ini termasuk herba teresterial tegak atau memanjat, tidak bergetah, batangnya banyak mengandung air dan sangat lunak.
Permukaan daun berwarna hijau kilat dan licin dengan akar yang berupa serabut pendek. Tumbuhan ini sering ditemukan di dekat aliran air dengan tanah yang lembab.
Araceae banyak dijumpai di daerah Malaya sebesar 23 marga dengan 120 jenis dan merupakan tumbuhan hutan dataran rendah. Genus-genus Aglonema,
Alocasia, Aridarum, Colocasia, Furtadoa, Homalomena, Scindapsus,
Schismatoglottis, Thyponium dan Raphidophora banyak ditemukan pada tempat- tempat teduh, lembab dan basah oleh karenanya jenis-jenis ini tidak banyak
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan cahaya matahari untuk pertumbuhan dan perkembangannya
(Henderson, 1956).
Famili Araceae banyak ditemukan pada lokasi penelitian dimana rata-rata intensitas cahaya 51 x 10 Lux dan kelembaban yang tinggi yaitu 90%. Rata-rata faktor fisik yang lain juga dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan faktor fisik yang telah diukur dapat dikatakan Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang tergolong lembab. Keadaan seperti ini sangat sesuai untuk pertumbuhan vegetasi bawah yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya tinggi dan tempat yang relatif terbuka. Kondisi ini dipengaruhi oleh suhu udara, karena suhu udara menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian, maka kelembaban akan semakin meningkat. Menurut
Anwar et al. (1984) persentase kejenuhan suatu massa udara akan bertambah dengan menurunnya suhu. Oleh karena itu, titik embun pada ketinggian yang berbeda tergantung kepada laju perubahan penurunan suhu dan kandungan uap air di dalam udara.
Berdasarkan hasil laboratorium tanah fakultas pertaniaan di Universitas
Sumatera Utara, lokasi penelitian di Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang ini memiliki tekstur lempung berpasir, dimana kandungan liat rata-rata 14,77%, debu 15,
67, pasir 69,56(Lampiran 2). Tersedianya unsur hara dan air dalam tanah salah satunya ditentukan oleh tekstur tanah. Tanah bertekstur lempung berpasir mengandung liat 15%-20%, debu 0%-50%, dan pasir 50%-70%. Kandungan liat dan bahan organik dalam tanah berpengaruh pada kemampuan pertukaran kation tanah
(Foth, 1988).
Universitas Sumatera Utara
Tanah lempung berpasir bertekstur halus dan gembur, drainasenya kurang baik sebab pada tanah gembur terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara, sehingga tanah memiliki daya pegang atau daya simpan air yang tinggi.
Tanah yang gembur sangat baik untuk pertumbuhan tanaman sebab air tanah dan udara bergerak lancar, temperatur stabil, yang akhirnya dapat memacu pertumbuhan jasad renik tanah dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah (Lingga,
1986). Data hasi analisis unsur makro dan tekstur tanah ini (dapat dilihat pada
Lampiran 2).
Menurut Hafild & Aninger (1984), tumbuhan bawah sangat bervariasi dalam bentuk dan jenis, seiring dengan berkurangnya pohon pembentuk kanopi di hutan tropis, maka intensitas cahaya yang mencapai lantai hutanpun semakin tinggi. Jenis vegetasi bawah seperti famili Araceae tidak akan dijumpai pada hutan atas yang relatif terbuka terhadap cahaya dan tiupan angin.
Menurut Gusmaylina (1983) bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan bawah terutama jenis-jenis herba sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tekstur tanah, tutupan tajuk dari pohon sekitarnya dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis. Bagi tumbuhan cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Faktor Fisik dan Lingkungan di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang NO Fakto Fisik Lokasi I Lokasi II Lokasi III Rata-rata 1 Suhu udara 22ο C 25ο C 23ο C 23ο C 2 Suhu tanah 23ο C 24ο C 25ο C 24ο C 3 pH tanah 6,5 6,2 6,6 6,4 4 Kelembaban 90% 92% 89% 90% 5 Intensitas cahaya 48 x 10 Lux 53 x 10 Lux 52 x 10 Lux 51 x 10 Lux 6 Ketinggian tempat 344 m dpl 318 m dpl 332 m dpl 331 m dpl 7 Kordinat N: 03 ο 32’50,2 ‘’ N: 03 ο 32’44,6 ‘’ N: 03 ο 32’43,6 ‘’ E : 098 ο 06’47,0’’ E :098 ο 06’36,7’’ E : 098 ο 06’31,9’’
Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Soil Survey Manual, USDA (1985) pH tanah 5,6 – 6,0 merupakan tanah asam sedang. Keasaman (pH) tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar di dalam tanah serta terhadap sifat tanah yang lain.
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Kondisi tanah terbaik (tidak mengandung bahan beracun) terjadi pada kondisi agak asam sampai netral (pH 5,0 – 7,5), akan tetapi jenis tanaman terkadang menghendaki kondisi tertentu (Foth, 1988).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Perbedaan faktor fisik lingkungan ini akan berpengaruh pada keanekaragaman jenis tumbuhan bawah.
Daniel et al. (1992), menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lainnya dan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban dan sinar matahari.
4.3. Dominasi Tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang
Dari data yang diperoleh selama penelitian maka diperoleh nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan indeks nilai penting (INP). INP menyatakan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting itu didapat dari hasil penjumlahan FR dan KR. KR merupakan gambaran persentase penyebaran suatu jenis tumbuhan pada suatu area, sedangkan FR menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada masing-masing area, seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Dominasi Tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang INP Total No Nama Jenis Famili (%) 1. Achimenes grandiflora Gesneriaceae 0,89 2. Ageratum conyzoides Asteraceae 1,03 3. Allomorphia exigua Melastomataceae 2,34 4. Amomum sp. Zingiberaceae 3,23 5. Antidesma sp. Euphorbiaceae 1,05 6. Arachniodes haniffii Aspidiaceae 1,66 7. Aridarum sp. Araceae 1,85 8. Asplenium bahiense Aspleniaceae 3,02 9. Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 5,48 10. Begonia isoptera Begoniaceae 1,24 11. Blechnum finlaysoniatum Blechnaceae 5,89 12. Blechnum sp. Blechnaceae 0,84 13. Boehsenbergia sp. Zingiberaceae 1,22 14. Calamus sp. Arecaceae 2,66 15. Centotheca lappacea Poaceae 1,10 16. Chloris gayana Poaceae 1,75 17. Chrysoglossum sp. Orchidaceae 1,92 18. Claoxylon sp. Euphorbiaceae 0,96 19. Clidermia hirta Melastomataceae 3,51 20. Colacasia esculenta Araceae 2,48 21. Commelina sp. Commelinaceae 0,98 22. Coscinium sp. Menispermaceae 0,96 23. Costus sp. Costaceae 1,17 24. Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 6,42 25. Cryptostylis sp. Orchidaceae 1,10
Universitas Sumatera Utara
26. Cucumis sp. Cucurbitaceae 1,68 27. Curculigo latifolia Hypoxydaceae 2,08 28. Curcuma sp. Zingiberaceae 1,40 29. Cyathea sp. Cyatheaceae 1,52 30. Cyathula prostata Amaranthaceae 1,19 31. Didymocarpus crinite Gesneriaceae 1,33 32. Didymocarpus sp. Gesneriaceae 1,33 33. Dioscorea sp. Dioscoreaceae 1,03 34. Diplazium malaccense Athryaceae 1,50 35. Diplazium tomentosum Athryriacaceae 2,01 36. Diplazium velutinum Athyriaceae 1,54 37. Droguetia sp. Urticaceae 1,91 38. Drynaria rigidula Polypodiaceae 1,26 39. Drynaria sparsisora Polypodiaceae 1,12 40. Centotheca sp. Cyperaceae 1,24 41. Elatostemma strigosum Urticaceae 1,19 42. Fibraurea sp. Menispermaceae 1,14 43. Gleichenia linearis Gleicheniaceae 0,91 44. Globa pendula Zingiberaceae 1,36 45. Globa sp. Zingiberaceae 1,07 46. Gymnopetalum sp. Cucurbitaceae 1,07 47. Gynura sp. Asteraceae 1,14 48. Heckeria sp. Piperaceae 1,54 49. Hedyotis congesta Rubiaceae 1,43 50. Homalomena humilis Araceae 1,12 51. Hyptis capitata Asteraceae 3,02 52. Ixora finlaysoniana Rubiaceae 1,38 53. Korthalsia sp. Arecaceae 1,00 54. Laportea stimulans Urticaceae 11,93 55. Limacia sp. Menispermaceae 0,93 56. Lindsaea deryphora Lindsaeaceae 0,96 57. Lobelia sp. Campanulaceae 0,86 58. Macrolenes nemorosa Melastomataceae 2,27 59. Maranta sp. Marantaceae 1,19 60. Medinella sp. Melastomataceae 1,17 61. Melastoma malabathricum Melastomataceae 0,82 62. Micania sp. Asteraceae 0,96 63. Michrania michranta Asteraceae 3,79 64. Miconia hookeriana Melastomataceae 1,22
Universitas Sumatera Utara
65. Microsorum sp. Polypodiaceae 0,96 66. Orthiopteris kingie Dennstaedtiaceae 1,87 67. Paesia sp. Hypolepidaceae 2,55 68. Pandanus sp. Pandanaceae 1,22 69. Panicum repens Poaceae 1,29 70. Peperomia pellucida Piperaceae 1,97 71. Photos sp. Araceae 1,33 72. Phymatarum sp. Araceae 0,93 73. Pilea melastomoides Urticaceae 2,11 74. Pilea sp. Urticaceae 2,83 75. Piper acre Piperaceae 1,59 76. Piper caninum Piperaceae 0,89 77. Piper sp1. Piperaceae 1,78 78. Piper sp2. Piperaceae 1,17 79. Piper sp3. Piperaceae 0,98 80. Pronephrium triphyllum Thelypteridaceae 1,50 81. Pseuderanthemum graciliflorum Achantaceae 0,86 82. Psychotria sarmentosa Rubiaceae 0,89 83. Pteris longipinulla Pteridaceae 2,92 84. Pteris sp. Pteridaceae 1,03 85. Pternandra sp. Melastomataceae 2,17 86. Pyrrosia lanceolata Polypodiaceae 1,54 87. Rinorea hirtella Violaceae 0,91 88. Rinorea lanceolata Violaceae 1,54 89. Ruellia sp. Achantaceae 0,89 90. Saintpaulia sp. Gesneriaceae 0,96 91. Schindapsus sp. Araceae 2,11 92. Schismatoglottis ferruginea Araceae 2,98 93. Schismatoglottis wallichii Araceae 1,17 94. Selaginella doedeleinii Selaginellaceae 1,50 95. Sida rombifolia Malvaceae 1,05 96. Smilax sp. Smilacaceae 1,29 97. Staurognyne sp. Achantaceae 2,17 98. Synandrium sp. Araceae 1,43 99. Syngramma wallichii Hemionitidaceae 1,12 100. Tacca chantieri Taccaceae 4,78 101. Taenitis blechnoides Taetidaceae 1,05 102. Taenitis dimorpha Taetidaceae 2,32 103. Tectaria barben Aspidiaceae 1,10
Universitas Sumatera Utara
104. Tiliocora sp. Menispermaceae 1,24 105. Tinospora crispa Menispermaceae 4,55 106. Tysmannia sp. Arecaceae 1,10 107. Urena lobata Malvaceae 5,56 108. Vitis hastate Vitaceae 0,93 109. Vitis lanceolaria Vitaceae 0,89 110. Vitis sp. Vitaceae 1,14 Jumlah 110
Dari Tabel 4. dapat kita lihat bahwa jenis yang memiliki nilai INP tertinggi adalah Laportea stimulans dengan 25,95%. Tingginya nilai INP dari Laportea stimulans dikarenakan kerapatannya yang tinggi, menyebabkan jenis ini lebih mendominasi jika dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Menurut Sofyan (1991), kerapatan tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta tersedianya biji. Jenis yang mempunyai indeks nilai penting tertinggi diantara jenis yang lain disebut jenis yang dominan. Hal ini mencerminkan tingginya kemampuan jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada dan dapat bersaing terhadap jenis lainnya.
Laportea stimulans stimulans termasuk ke dalam famili Urticaceae. Jenis ini berupa semak dan herba, memiliki daun yang asimetri dengan pinggiran yang bergerigi. Memiliki bunga majemuk dan buah yang banyak. Biasanya terdapat di lantai hutan yang terkena cahaya matahari langsung (Tjitrosoepomo, 2001). Hal ini sesuai dengan pendapat Benson (1957) yang menyatakan bahwa famili ini memiliki penyebaran yang sangat luas bahkan jumlah melimpah di daerah tropis. Budiwarman
(1988) menambahkan bahwa jenis dari suku Urticaceae sering dijumpai sebagai tumbuhan bawah pengisi lantai hutan.
Universitas Sumatera Utara
Melastoma malabatricum merupakan jenis yang memiliki nilai INP terendah dari semua jenis di lokasi penelitian yaitu dengan nilai 0,82%. Menurut
Tjitrosoepomo (2001), Melastoma malabatricum merupakan semak, tangkai daun berbulu rapat, daun tebal dan kaku, permukaan bawah daun berbulu, batang muda persegi empat dan berbulu rapat.. Bunga mejemuk, 2-6 bunga, warna ungu muda, 3,5-
4 cm, kelopak 5, mahkota 5, benang sari 5, putik 1. Buah buni, bulat, berbulu rapat, berwarna coklat saat muda dan coklat keunguan saat buah masak
Tinggi rendahnya nilai INP tersebut dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan disekitarnya. Resosoedarmo et al.,(1989), menyatakan dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa suhu atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat atau juga disebabkan oleh aktifitas para pendaki gunung.
4.4. Indeks keanekaragaman (H’)
Indeks keanekaragaman jenis berfungsi untuk menandai jumlah jenis dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis di antara jumlah total individu seluruh jenis yang ada. Michael (1994), mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis juga sangat penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, indeks keanekaragaman tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang berkisar antara
3,186 sampai 3,342 (Tabel 5.). Nilai tersebut menunjukkan bahwa kawasan tersebut
Universitas Sumatera Utara
memiliki keanekaragaman yang tinggi. Menurut Manson (1980), jika nilai indeks keanekaragaman lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenis rendah, jika diantara
1-3 berarti keanekaragaman jenis sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenis tinggi.
Nilai keanekaragaman yang tinggi juga dipengaruhi oleh kemerataan penyebaran dari jenis-jenis tumbuhan bawah yang terdapat di lokasi penelitian. Odum
(1996) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah spesies, maka semakin tinggi keanekaragamannya. Sebaliknya, bila nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis. Keanekaragaman jenis juga dipengaruhi oleh pembagian penyebaran individu dalam tiap jenisnya, tetapi bila penyebaran individu tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah.
4.5. Analisis Korelasi Antara Faktor Fisik dan Keanekaragaman Jenis
Berdasarkan pengukuran faktor fisik lingkungan yang telah dilakukan pada setiap lokasi penelitian, dan dikorelasikan dengan Indeks Keaneka-ragaman (H’), maka diperoleh nilai Indeks Korelasi seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis Korelasi Faktor Fisik Kimia dengan Keanekaragaman dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver. 16.00 Kelembaban Intensitas Korelasi Suhu Udara Suhu Tanah pH Udara Cahaya
H’ 0,826 - 0,676 0,522 - 0,400 - 0,576 Keterangan: Nilai + = Arah Korelasi Searah Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Tanda ** = Berpengarauh sangat nyata
Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa hasil uji analisa korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia lingkungan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya
Universitas Sumatera Utara
dengan indeks Keanekaragaman (H’). Nilai positif (+) menunjukkan semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya, sedangkan nilai negatif (-) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik lingkungan dengan nilai H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia lingkungan maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin besar.
Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson pada Tabel 6, korelasi antara keanekaragaman, suhu tanah dan kelembaban memiliki korelasi yang searah, sedangkan korelasi dengan suhu udara, intensitas cahaya dan pH memiliki korelasi yang berlawanan arah. Menurut Huaturuk (2009), koefisien korelasi dapat dibagi menjadi:
Tabel 6. Nilai Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi di atas hubungan keanekaragaman dengan suhu tanah dengan nilai 0,522 memiliki tingkat hubungan sedang, untuk kelembaban udara dengan nilai 0,826 memiliki tingkat hubungan sangat kuat.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
4.6. Jenis-jenis Tumbuhan Bawah yang Dimanfaatkan Sebagai Tanaman Obat
Hasil penelitian ini menemukan 110 jenis dan 47 famili tumbuhan bawah pada
3 lokasi penelitian di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang. Dari jenis-jenis tersebut ada beberapa jenis yang digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat di sekitar lokasi Penelitian terdiri dari 24 jenis dan 17 famili . Jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
TABEL 7: NILAI GUNA, NILAI GUNA RELATIF TUMBUHAN BAWAH YANG BERPOTENSI SEBAGAI TANAMAN OBAT DI BUKIT LAWANG Total Nilai Guna No. Nama Jenis Nama Lokal (UVis) UVs 1. Piper sp 2. Sirih hutan 4062 12.60 2. Globba sp. Lempuyang 3917 12.00 3. Urena lobata Sicapa gunung 3723 12.00 4. Didymocarpus sp. Penerangan 3382 10.47 5. Melastoma melabthricum Nungkey 1089 6.72 6. Korthalsia sp. Rotan 780 4.82 7. Amomum sp. Tepus 1342 4.15 8. Blechnum finlaysoniatum Pakis batu 715 4.14 9. Elatostema strigosum Keladi-keladian 1169 3.62 10. Selaginella doedeleini Cakar ayam 1123 3.48 11. Rinorea hirtella MILD BR Gagatan nipe 525 3.31 12. Pternandra sp. Serungkas 527 3.29 13. Hedyotis congesta WALL Banggur 997 3.09 14. Rinorea lanceolata WALL Pesel 986 3.05 15. Bauhinia scendens Daun kupu-kupu 964 2.98 16. Didymocarpus crinita JACK Bazar-bazar 960 2.97 17. Diplazium tomentosum Pakis kapur 960 2.97 18. Begonia isoptera Bunga asam 961 2.88 19. Curculigo latifolia Singkot 898 2.78
Universitas Sumatera Utara
20. Piper sp2. kerto 873 2.70 21. Michrania michranta Jala 848 2.63 22. Costus sp. Cekuram 775 2.40 23. Laptortea srimulans MIQ Sempil pilen 661 2.05 24. Pilea sp. Sampo bergeh 92 0.28
Dari Tabel 7. tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang nilai guna tertinggi yaitu jenis sirih hutan (Piper sp.) dengan nilai 12,60 diikuti dengan jenis lempuyang
(Globba sp) dengan nilai 12,10. Dari data ini disimpulkan sirih hutan (Piper sp.) dan lempuyang (Globba sp.) masih dianggap penting dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Bukit Lawang untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, misalnya: membersihkan mata, anti septik, memperkuat gigi, dan lain-lain.
Sedangkan lempuyang sering dipakai untuk bahan campuran untuk membuat jamu yang digunakan untuk obat masuk angin, pusing, menambah nafsu makan, dan lain- lain.
Data nilai guna terendah pada jenis Pilea sp. (Sampo bergeh) dengan nilai 0.28 dan Laptortea srimulans MIQ (Sempil pilen) dengan nilai 2,05. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk jenis Sampo bergeh dan Sempil pien sangat jarang digunakan oleh masyarakat. Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan masyarakat sekitar Bukit Lawang sudah kurang mengenal khasiat kedua tanaman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Jenis-jenis Tumbuhan Bawah yang Dimanfaatkan Sebagai Tanaman Obat dan Kandungan Metabolit Sekunder No. Nama Jenis Nama Lokal Kandungan Metabolit Sekunder 1. Piper sp 2. Sirih hutan Alkaloid dan minyak atsiri (Kusdianti et. al., 2008) 2. Curculigo latifolia Singkot Flavonoid, tanin (Darah et. al., 2006) 3. Elatostema strigosum Keladi-keladian Flavonoid (Darah et. al., 2006) 4. Amomum sp. Tepus Flavonoid (Widowati at. al., 1995) 5. Selaginella doedeleini Cakar ayam Alkaloid, saponin dan phytosterol (Sumarsono, 2008) 6. Korthalsia sp. Rotan Flavonoid, tanin (Darah et. al., 2006) 7. Begonia isoptera Bunga asam Rutin (Kusdianti et. al., 2008) 8. Diplazium tomentosum Pakis kapur Flavonoid,tanin (Widowati at. al., 1995) 9. Bauhinia scendens Daun kupu- Steroid (Rustaman at. al., 2006) kupu 10. Globba sp. Lempuyang Flavonoid (Widowati at. al., 1995). (Lemmen et. Al., 2003) 11. Urena lobata Sicapa gunung Steroid (Oneagbe et. al., 2010) 12. Blechnum finlaysoniatum Pakis batu Flavonoid, fenol (Widowati at. al., 1995) 13. Rinorea hirtella MILD BR Gagatan nipe Steroid (Rustaman at. al., 2006) 14. Costus sp. Cekuram Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan polifenol (Dalimarta, 1999) 15. Pilea sp. Sampo bergeh Flavonoid, saponin (Darah et. al., 2006) 16. Melastoma melabthricum Nungkey Flavonoid, steroid (Simanjuntak, 2008) 17. Didymocarpus crinita JACK Bazar-bazar Alkaloid (Kusdianti et. al., 2008) 18. Pternandra sp. Serungkas Flavonoid,tanin (Widowati at. al., 1995) 19. Hedyotis congesta WALL Banggur Flavonoid (Widowati at. al., 1995) 20. Laptortea srimulans MIQ Sempil pilen Flavonoid, fenolik (Darah et. al., 2006) 21. Rinorea lanceolata WALL Pesel Steroid (Rustaman at. al., 2006) 22. Michrania michranta Jala Flavonoid (Widowati at. al., 1995) 23. Piper sp2. kerto Alkaloid dan minyak atsiri (Kusdianti et. al., 2008) 24. Didymocarpus sp. Penerangan Alkaloid (Kusdianti et. al., 2008)
Dari Tabel 8. jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar Bukit Lawang secara umum banyak mengandung flavanoid. Flavonoid
Universitas Sumatera Utara
berperan untuk menghalangi terjadinya tahapan inisiasi penyempitan pembuluh darah atau atrosklerosis. Pada akhirnya dapat mengurangi risiko serangan jantung koroner dan stroke. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati, silimirin dari Silybum marianum digunakan untuk melindungi membran sel hati dan menghambat sintesis prostaglandin, penghambatan reaksi hidroglisis pada mikosom. Dalam makanan flavonoid dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah.
Pada kulit, flavonoid menghambat pendarahan (Annaria, 2010).
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap keanekaragaman tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) a. Tumbuhan bawah yang ditemukan sebanyak 110 jenis yang terdiri dari
divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta, yang termasuk ke dalam 28
ordo dan 47 famili.
b. Indeks keanekaragaman tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung
Leuser sub Seksi Bukit Lawang berkisar antara 3,186 sampai 3,342
menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki keanekaragaman yang tinggi.
Jenis tumbuhan bawah yang mendominasi adalah Laportea stimulans
2) dengan Indeks Nilai Penting 25,95%.
Hasil korelasi keanekragaman dengan suhu tanah dengan nilai 0,522
memiliki tingkat hubungan sedang, untuk kelembaban udara dengan nilai
0,826 memiliki tingkat hubungan sangat kuat. Kelembaban udara
berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Korelasi
keanekragaman dengan suhu udara, Intensitas cahaya dan pH memiliki
korelasi yang berlawanan arah.
3) Tumbuhan bawah yang digunakan untuk tanaman obat 24 jenis dan 17
famili. Tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu jenis
Universitas Sumatera Utara
Sirih hutan (Piper sp) dengan nilai 12,60 diikuti dengan jenis Lempuyang
(Globba sp) dengan nilai 12,10.
4) Tanaman Obat yang dipakai masyarakat umumnya mengandung flavonoid.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Annaria, S. 2010. Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Daun Melur (Brucea javanica (L.) Mess). Artikel Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Padang.
Anwar, J., Damanik, J., Hisyam, N. & Whitten, A. J. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta.UGM Press..
Arief, A. 1994, Hutan Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan, Yayasan Sumatera. Yogyakarta: UGM Press. Obor Indonesia, Jakarta
Aththorick,T.A. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah Pada Beberapa Tipe Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi Penelitian. 17 (5) : 42-48.
Azmy, H.J. 2002. Dampak Konservasi Dan Konversi Lahan Hutan Terhadap Kehidupan, Buletin Leuser, 5 (14): 16-17.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2006. Monograf Ekstrak Tanaman Obat Indonesia. Jakarta.
Barnes, B. V., Zak, D. R., Denton, S.R., Spurr. S.H. 1997. Forest Ekology. Fourt Edition. John Wiley & Sons Inc. New York.
Benson, L. 1957. Plant Clasifications. D. C. Heath & Compani, Boston, USA.
Budiwarman. 1988. Analisis Vegetasi Dasar di Hutan Rimbo Kamulau Limau Manis Kotamadya Padang. Skripsi Sarjana Biologi, Universitas Andalas, Padang.
Brockerhoff, E. G., Jactel, H., Parrota, J. A., Quine, C. P., Sayer, J. & Hawksworth, D. L. 2009. Plantation Forests and Biodiversity: Oxymoron or Opportunity?. Springer.
Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatera. Singapore Botanic Garden.
Dalimarta, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Trubus Agriwidya. Jakarta.
Daniel, T. W., Helms, J. A. & Baker, F. S. 1992. Prinsip-prinsip Silvinatural. Yogyakarta. UGM Press.
Universitas Sumatera Utara
Darah, I., Jain, K., Suraya,S., Lim, S. H., Hazarina,N. & Adnalizawati, S. N. 2006. Screening for Antiyeast Activities from Selected Medical Plants. Journal of Tropical Forest Science. 18 (4): 231-233. Penang.
Departemen Kehutanan. 1990. Inventarisasi Flora Fauna di kawasan Hutan Bukit Lawang-Bahorok Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Gunung Leuser, Kotacane.
Departemen Kehutanan. 2002. Laporan Identifikasi dan inventarisasi tanaman obat di TamanNasional Meru Betiri. Balai Taman Nasional Meru Betiri. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Jember.
Dinas Kehutanan Sumatera Barat. 2001. Laporan Naskah Rencana Pengelolaan Taman Wisata Rimbo Panti Propinsi Sumatera Barat.
Erwusie, J. Y., 1990, Pengantar Ekologi Tropika, Penerjemah Usman Tanuwijaya, ITB, Bandung.
Fessenden, R. dan J. Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Alih Bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjatmaka. Erlangga. Jakarta.
Foth, HD. 1988. Dasar-dasar Ilmu tanah. Terjemahan Ir. Endang D.B.,MS. Dkk. Gajah mada University Press. Yogyakarta.
Gusmalyna. 1983. Analisis Vegetasi Dasar di Hutan Setia Mulia Ladang Padi Padang. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA Universitas Andalas. (tidak dipublikasi).
Hafild & Aniger. 1984. Lingkungan Hidup di Hutan Hujan Tropika. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Handayani, K. 1990. Inventarisasi Jenis-jenis Herba di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat. Skripsi Sarjana Biologi. Medan, Universitas Sumatera Utara.
Hart, H. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Henderson. 1959. Malayan Wild Flowers. Malayan Nature Society. Kuala Lumpur.
Holttum, R. E. 1969. Flora of Malaya. Second Edition. Government Printing Office.Singapore.
Universitas Sumatera Utara
Hutauruk, E. L. 2009. Studi Keanekaragaman Echinodermata di Kawasan Peraiaran Pulau Rubiah Nangroe Aceh Darussalam. Skripsi Mahasiswa Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. (tidak dipublikasi).
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta
Irwanto. 2006. Analisis Struktur Dan Komposisi Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Barat, Propinsi Maluku, Yogyakarta: UGM.
Kemala, S., Sudiarto, E. R.,Pribadi., Yuhono, J.T., Yusron, M., Mauludi, L., Raharjo, M., Waskito, B. & Nurhayati, N. 2003. Studi Serapan, Pasokan dan Pemanfaatan Tanaman Obat di Indonesia. Laporan teknis penelitian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat APBN 2003. Kusdianti, Tina S. N. & Syahbuddin, M. 2008. Inventarisasi Tumbuhan yang Berpotensi sebagai Obat di Taman Wisata Situ Lembang Bandung. Makalah Laboratorium Ekologi Universitas Pendidikan Indonesia
Kusmana, C., 1995, Ekologi Hutan, Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor
...... , 1997. Metode Survey Vegetasi. PT.Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Krebs, C. Z. 1985. Ecology: The Experimental Anaiysis of Distribution and Abundance. Third Edition. New York: Harper and Row Publisher Inc.
Lawrence, G. H. M, 1958. Taxonomi of Vascular Plant. The Mc Millan Company NewYork.
Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT. Penebar Swadaya.Jakarta
Nadakavakuren & Cracken, M. C. 1985. An Introduction to Plant Biology. New York: West Publishing Company.
Mackinnon, K., Hatta, G., Halim, H. &. Mangalik, A. 2000. Ekologi Kalimantan. Alih Bahasa Gembong Tjitrosoepomo. Jakarta: Penerbit Prenhallindo.
Manson, C. F. 1980. Ecology. Second Edition. New York: Longman Inc
Universitas Sumatera Utara
Masrayanti, K. 2010. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah di Sekitar Jalur Wisata Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh Kabupaten Dairi. Skripsi Sarjana Biologi. Medan, Universitas Sumatera Utara.
Melati, 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koestoer. Yogyakarta: UI Pres
Odum, P. E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Oladejo, O.W., Imosemi, I.O., Osnagwu, F. C., Oluwadara, O. O., Aiku, A., Adewoyin, O.E., Ekpo, O.O., Oyedele & Akany, E. E. 2003. Enhancement Of Cutaneous Wound Healing by Nethanolic Extract of Ageratum conyzoides in the Wistar Rat. African Journal of Biomedical Research. 6 (1): 27 – 31.
Oneagbe, I.O., Negbenebora, E. O., Ogbeide, V. O., Dawha, I. A., Attah, V. Lau, H. G. & Omonkhua, A. 2010. A Study Of The Antidiabetic Effects Of Urena lobata & Sphenostylis stenocarpa In Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. European Journal of Scientific Research. 43 (1): 6 – 14.
Philips, E. A., 1959, Methods of Vegetation Study, Holt Rainhart and Winston. Inc, New York, Toronto.
Pitra. 2009. Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Skripsi Sarjana Biologi. Medan, Universitas Sumatera Utara.
Pramono, H. A. 1992. Tataguna Lahan dan Deforestasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
PT. Eisai. 1986. Medicinal Herb Indexs. P.T. Eisai Indonesia.
Resosoedarmo, S., Kartawinata, K. & Soegiarto, A. 1989. Pengantar Ekologi. Bandung: Penerbit Remadja Karya.
Richard, P. W. 1981. The Tropical Rain Forest. London. Combridge University Press.
Rustaman, H.M., Abdurahman, J. & Anshori, A. 2006. Laporan Penelitian Skrining Fitokimia Tumbuhan di Kawasan Gunung Kuda Kabupaten Bandung sebagai Penelahaan Keanekaragaman Hayati. Bandung. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.
Universitas Sumatera Utara
Sambas, E. N. 2002. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Areal Tailing DAM PT. Aneka Tambang Pongkor, Bogor, LIPI, Bogor, Proyek Laporan Teknik Pengkajian dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati.
Sampurno. 2007. Jamu dan obat tradisional cina dalam perspektif medik dan bisnis. Makalah pada Seminar Nasional Jamu dan Obat Tradisional Cina Dalam Realitas Medik dan Prospek Bisnis, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta 23 September 2010. http://strategicman.
Sangat., Harini., Zuhud, E. A. M. & Damayanti, E. K. 1999, Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika 1). Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Setyowati, F. M. 2007. Keanekaragaman Pemanfaatan Tumbuhan Masyarakat Di Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser, LIPI, Bogor. Journal of Forest and Sosiety. 2:5-15.
Simanjuntak, M. 2008. Ekstraksi Fraksinasi Komponen Ekstrak daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabatricum L.) Serta Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi Sarjana Farmasi. Medan, Universitas Sumatera Utara.
Simbolon, H. 2004, Tumbuhan Bawah Hutan Rawa Gambut Kelampangan Kalimantan Tengah, LIPI, Bogor, Laporan Teknik Proyek Inventarisasi dan Karakterisasi Sumberdaya Hayati, hlm 553-560., Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Smith, R. L. 1992. Elements of Ecology. Third Edition. New York: Harper Collins Publishers Inc.
Sofowora. 1982. Medicinal Plant and Traditional Medicine in Africa. http:// www.mapbd.com/wmp.htm
Sofyan, M. Z. 1991. Analisis Vegetasi Pohon di Hutan Salugumo. Tesis Sarjan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang (tidak dipublikasikan).
Sudarnadi, H. 1995. Tumbuhan Monokotil. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, alfabeta, Bandung.
Suhadi & Hadi, S. A. 2003, Sebaran Tumbuhan Bawah bekas Injakan Banteng (Bos javanicus d’Alton) Kerbau Liar (Bubalus bubalis), dan Rusa (Cervus
Universitas Sumatera Utara
timorensis) di Taman Nasional Baluran, FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang, Jurnal Biota. 9 (2): 78-83.
Sumarhani. 1996. Komunitas Tumbuhan Bawah Pada Kebun Karet Rakyat di Kecamatan Pelepat, Jambi, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor, Jurnal Seminar Nasional Biologi.15: 1399-1406.
Sumarosno, H.O.P. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumea Balsamifera) Dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Boiler. Skripsi Sarjana Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Sutarjadi. 1992. Tumbuhan Indonesia Sebagai Sumber Obat, Kosmetika dan Jamu, Prosiding Seminar, dan Lokakarya Nasional Etnobotani, Fakultas Farmasi Universitas Sirlangga. Surabaya.
Sutomo., Undaharta, N, E., & Lugrayasa, N. Struktur Komunitas Tanaman Bawah, dan Jenis-Jenis Yang Bermanfaat Sebagai Tanaman Obat di Kawasan Hutan Lindung Kaliurang, UPT BKT Kebun Raya “Eka Karya” Bali-LIPI, Bali.
Syafei & Imam. 1996. Merger Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, IKIP Yogyakarta. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta. UGM Press.
Watanabe & Corner. 1969. Collection of Illustrated Tropical Plant. Vol I – VII. Kyoto.
Widowati, L., Wahjoedi, B., Dzulkarnain, B., Sa’roni., Adjurni., Winarno, M. W. & Sundari, D. 1995. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII. Cetakan Pertama. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia .
Widhiastuti, R. 2008. Keanekaragaman dan Konservasi Vegetasi Hutan Gunung Sinabung Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Ekologi Tumbuhan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, diucapkan di hadapan rapat terbuka Universitas Sumatera Utara. Medan.
Wilson, C. L. & Loomis, W.E. 1962. Botany. 3rd Edition. New York.
Zuhud, E. A. M. & Siswoyo. 2001. Rancangan Strategi Konservasi Tumbuhan Obat Indonesia, Kerjasama Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati BAPEDAL dengan Fakultas Kehutanan IPB. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Zuhud, E. A. M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Wahjoedi,Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Universitas Sumatera Utara 1
LAMPIRAN 1. Contoh Perhitungan (K, KR, F, FR, INP, H’ dan E)
A. Contoh Perhitungan Kerapatan Mutlak pada Ageratum conyzoides (Lokasi I)
Jumlah individu jenissuatu Kerapatan Mutlak (KM) = ContohPlotLuas / Plot Pengama tan 11 = 016,0 = 12 ind/0,016 ha
B. Contoh Perhitungan Kerapatan relatif pada Ageratum conyzoides (Lokasi I)
Kerapa tan Mutlak JenisSuatu Kerapatan Relatif (KR) = x %100 Jumlah Total Kerapa tan Mutlak
11 = x %100 1077 = 1,02 %
C. Contoh Perhitungan Frekuensi Mutlak pada Ageratum conyzoides (Lokasi I)
yangplotjumlah ditempati jenissuatu Frekuensi Mutlak (FM) = jumlah seluruh plot pengama tan
4 = 40 = 0,1
D. Contoh Perhitungan Frekuensi Relatif pada Ageratum conyzoides (Lokasi I)
Frekuensi jenissuatu Frekuensi Relatif (FR) = x %100 Frekuensi total seluruh jenis 1,0 = x %100 9944,4
Universitas Sumatera Utara 2
= 2,00% E. Contoh Perhitungan Indeks Nilai Penting pada Ageratum conyzoides (Lokasi I)
INP = KR + FR = 1,02% + 2,00% =3,02%
F. Contoh Perhitungan Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener pada Ageratum conyzoides (Lokasi I)
ni pi = N 11 = 1077 = 0,01021
H’ = -Σpi ln pi = - (-3,18608) = 3,18608
G. Contoh Perhitungan Indeks Keseragaman pada Trail I
H' E = Hmaks 18608,3 E = 663562,3 E = 0,86967
Universitas Sumatera Utara 3
LAMPIRAN 2. Analisa Korelasi Pearson Dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver. 16.00
Correlations
Suhu Suhu Intensitas
udara tanah kelembaban cahaya pH Keanekaragaman suhu_udara Pearson Correlation 1 -.654 .704 .305 .500 -.676
Sig. (2-tailed) .281 .281 .734 .667 .528
N 3 3 3 3 3 3
Suhu_tanah Pearson Correlation -.342 1 .657 -.124 -.822 .522
Sig. (2-tailed) .681 .544 .785 .396 .297
N 3 3 3 3 3 3 kelembaban Pearson Correlation .904 -.522 1 -.024 -.822 .826
Sig. (2-tailed) .281 .256 .985 .386 .247
N 3 3 3 3 3 3
Intensitas Pearson Correlation .405 -.124 .024 1 .589 -.400 cahaya Sig. (2-tailed) .734 .585 .985 .599 .738
N 3 3 3 3 3 3 pH Pearson Correlation .500 -.722 .822 .589 1 -.576
Sig. (2-tailed) .667 .454 .386 .599 .139
N 3 3 3 3 3 3
Keanekaragaman Pearson Correlation -.676 .522 .826 -.400 -.576 1
Sig. (2-tailed) .528 .297 .247 .738 .139
N 3 3 3 3 3 3
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3a. TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN BAWAH DI LOKASI I
Plot No Nama Jenis Famili Jmh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Ageratum conyzoides Asteraceae 3 3
2 Allomorphia exigua Melastomataceae 2 2
3 Asplenium bahiense Aspleniaceae 11 11
4 Calamus sp. Arecaceae 3 3
5 Claoxylon sp. Euphorbiaceae 4 4
6 Clidermia hirta Melastomataceae 10 10
7 Costus sp. Costaceae 2 1 2 5
8 Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 1 3 4 2 3 6 11 10 40
9 Cucumis sp. Cucurbitaceae 7 6 13
10 Curculigo latifolia Hypoxydaceae 2 2
11 Didymocarpus sp. Gesneriaceae 12 3 1 1 17
12 Dioscorea sp. Dioscoreaceae 3 3
13 Diplazium velutinum Athyriaceae 19 5 24
14 Gynura sp. Asteraceae 1 1
Universitas Sumatera Utara
15 Hedyotis congesta Rubiaceae 1 1
16 Hyptis capitata Asteraceae 13 17 1 1 9 2 9 4 17 9 3 1 8 2 96
17 Korthalsia sp. Arecaceae 4 4
18 Laportea stimulans Urticaceae 2 2
19 Limacia sp. Menispermaceae 4 4
20 Lindsaea deryphora Lindsaeaceae 2 2 2 1 7
21 Macrolenes nemorosa Melastomataceae 2 2
22 Micania sp. Asteraceae 0
23 Michrania michranta Asteraceae 9 1 1 11
24 Paesia sp. Hypolepidaceae 5 8 13
25 Photos sp. Araceae 3 2 5
26 Phymatarum sp. Araceae 0
27 Piper caninum Piperaceae 2 2
28 Pseuderanthemum graciliflorum Achantaceae 1 2 3
29 Psychotria sarmentosa Rubiaceae 1 1
30 Saintpaulia sp. Gesneriaceae 0
31 Schismatoglottis wallichii Araceae 2 2
Universitas Sumatera Utara
32 Selaginella doedeleinii Selaginellaceae 2 2
33 Staurognyne sp. Achantaceae 1 1
34 Taenitis blechnoides Taetidaceae 3 3
35 Colacasia esculenta Araceae 6 1 7
36 Taenitis dimorpha Taetidaceae 1 1
37 Tiliocora sp. Menispermaceae 3 1 2 6
38 Urena lobata Malvaceae 1 21 22
39 Vitis hastate Vitaceae 1 1
Jumlah 334
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3b. TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN BAWAH DI LOKASI I
Plot No Nama Jenis Famili Jmh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Ageratum conyzoides Asteraceae 5 2 1 8
2 Allomorphia exigua Melastomataceae 4 4 8
3 Asplenium bahiense Aspleniaceae 10 3 13
4 Calamus sp. Arecaceae 1 5 5 17 3 31
5 Claoxylon sp. Euphorbiaceae 1 3 4
6 Clidermia hirta Melastomataceae 1 10 3 2 4 2 5 19 1 1 7 55
7 Costus sp. Costaceae 6 3 1 2 12
8 Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 0
9 Cucumis sp. Cucurbitaceae 23 3 26
10 Curculigo latifolia Hypoxydaceae 12 12
11 Didymocarpus sp. Gesneriaceae 1 4 2 7
12 Dioscorea sp. Dioscoreaceae 3 3 2 8
13 Diplazium velutinum Athyriaceae 2 7 9
14 Gynura sp. Asteraceae 1 3 3 3 5 15
Universitas Sumatera Utara
15 Hedyotis congesta Rubiaceae 27 27
16 Hyptis capitata Asteraceae 0
17 Korthalsia sp. Arecaceae 1 1 3 1 6
18 Laportea stimulans Urticaceae 12 4 8 31 55
19 Limacia sp. Menispermaceae 1 2 3
20 Lindsaea deryphora Lindsaeaceae 1 1
21 Macrolenes nemorosa Melastomataceae 14 6 20
22 Micania sp. Asteraceae 4 1 3 8
23 Michrania michranta Asteraceae 3 2 1 2 8
24 Paesia sp. Hypolepidaceae 1 2 3 1 7
25 Photos sp. Araceae 3 2 3 3 1 1 6 19
26 Phymatarum sp. Araceae 1 2 3 1 7
27 Piper caninum Piperaceae 3 3
28 Pseuderanthemum graciliflorum Achantaceae 1 1
29 Psychotria sarmentosa Rubiaceae 4 4
30 Saintpaulia sp. Gesneriaceae 4 1 3 8
31 Schismatoglottis wallichii Araceae 2 3 1 9 15
Universitas Sumatera Utara
32 Selaginella doedeleinii Selaginellaceae 19 6 4 29
33 Staurognyne sp. Achantaceae 5 3 8
34 Taenitis blechnoides Taetidaceae 2 7 9
35 Colacasia esculenta Araceae 2 3 1 1 3 5 3 8 1 3 30
36 Taenitis dimorpha Taetidaceae 9 14 15 6 5 10 6 65
37 Tiliocora sp. Menispermaceae 8 1 3 2 14
38 Urena lobata Malvaceae 25 20 4 39 13 61 20 182
39 Vitis hastate Vitaceae 6 6
Jumlah 743
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4a. TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN BAWAH DI LOKASI II
Plot No Nama Jenis Famili Jmh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Achimenes grandiflora Gesneriaceae 3 3
2 Allomorphia exigua Melastomataceae 12 12
3 Amomum sp. Zingiberaceae 4 20 24
4 Antidesma sp. Euphorbiaceae 10 10
5 Aridarum sp. Araceae 9 11 2 8 30
6 Asplenium bahiense Aspleniaceae 11 1 12
7 Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 10 2 10 7 14 4 7 3 57
8 Boehsenbergia sp. Zingiberaceae 7 5 1 2 15
9 Centotheca sp. Cyperaceae 8 16 24
10 Chloris gayana Poaceae 9 4 1 2 2 18
11 Commelina sp. commelinaceae 1 1
12 Curculigo latifolia Hypoxydaceae 1 1
13 Curcuma sp. Zingiberaceae 11 3 14
14 Cyathula prostata Amaranthaceae 1 1 1 3
Universitas Sumatera Utara
15 Didymocarpus crinite Gesneriaceae 3 12 3 4 22
16 Diplazium malaccense Athryaceae 24 6 30
17 Droguetia sp. Urticaceae 4 3 7
18 Drynaria rigidula Polypodiaceae 8 8
19 Drynaria sparsisora Polypodiaceae 4 7 11
20 Dydimocarpus sp. Gesneriaceae 8 9 3 20
21 Elatostemma strigosum Urticaceae 4 4
22 Fibraurea sp. Menispermaceae 1 5 6
23 Globa pendula Zingiberaceae 2 2 4 6 14
24 Gymnopetalum sp. Cucurbitaceae 4 4
25 Heckeria sp. Piperaceae 1 8 9
26 Laportea stimulans Urticaceae 11 33 20 16 1 9 46 17 5 23 8 189
27 Medinella sp. Melastomataceae 10 3 13
28 Miconia hookeriana Melastomataceae 16 16
29 Microsorum sp. Polypodiaceae 5 5
30 Orthiopteris kingie Dennstaedtiaceae 23 23
31 Paesia sp. Hypolepidaceae 1 1
Universitas Sumatera Utara
32 Pandanus sp. Pandanaceae 1 1 2 4 2 1 5 16
33 Pilea melastomoides Urticaceae 15 7 4 26
34 Piper sp1. Piperaceae 8 23 9 40
35 Pronephrium triphyllum Thelypteridaceae 11 11
36 Pteris longipinulla Pteridaceae 4 36 40
37 Pternandra sp. Melastomataceae 6 6
38 Pyrrosia lanceolata Polypodiaceae 7 8 15
39 Rinorea hirtella Violaceae 1 1
40 Ruellia sp. Achantaceae 1 1
41 Schindapsus sp. Araceae 15 16 31
42 Schismatoglottis ferruginea Araceae 31 11 3 4 3 1 2 1 56
43 Smilax sp. Smilacaceae 3 5 12 20
44 Syngramma wallichii Hemionitidaceae 1 1
45 Tacca chantieri Taccaceae 2 6 16 18 3 2 47
46 Tinospora crispa Menispermaceae 3 5 10 3 9 21 7 12 4 11 4 14 10 6 5 11 135
47 Tysmannia sp. Arecaceae 6 5 11
48 Vitis lanceolaria Vitaceae 2 2
Jumlah 1065
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4b. TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN BAWAH DI LOKASI II
Plot No Nama Jenis Famili Jmh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Achimenes grandiflora Gesneriaceae 2 2
2 Allomorphia exigua Melastomataceae 8 2 2 12
3 Amomum sp. Zingiberaceae 3 4 7
4 Antidesma sp. Euphorbiaceae 1 1 2
5 Aridarum sp. Araceae 1 7 2 4 2 16
6 Asplenium bahiense Aspleniaceae 8 12 7 27
7 Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 11 4 4 12 31
8 Boehsenbergia sp. Zingiberaceae 2 2 4
9 Centotheca sp. Cyperaceae 8 8
10 Chloris gayana Poaceae 8 6 2 8 24
11 Commelina sp. commelinaceae 6 2 8
12 Curculigo latifolia Hypoxydaceae 8 8
13 Curcuma sp. Zingiberaceae 7 6 13
14 Cyathula prostata Amaranthaceae 9 2 3 1 15
Universitas Sumatera Utara
15 Didymocarpus crinite Gesneriaceae 2 2
16 Diplazium malaccense Athryaceae 1 1
17 Droguetia sp. Urticaceae 1 2 3
18 Drynaria rigidula Polypodiaceae 9 2 2 13
19 Drynaria sparsisora Polypodiaceae 2 1 1 4
20 Dydimocarpus sp. Gesneriaceae 0
21 Elatostemma strigosum Urticaceae 2 1 4 4 3 14
22 Fibraurea sp. Menispermaceae 1 8 1 10
23 Globa pendula Zingiberaceae 5 2 2 1 1 11
24 Gymnopetalum sp. Cucurbitaceae 2 7 9
25 Heckeria sp. Piperaceae 9 3 3 2 5 2 24
26 Laportea stimulans Urticaceae 6 10 70 7 10 11 1 14 6 8 3 146
27 Medinella sp. Melastomataceae 1 1 2 4
28 Miconia hookeriana Melastomataceae 3 3
29 Microsorum sp. Polypodiaceae 1 1 1 3
30 Orthiopteris kingie Dennstaedtiaceae 6 9 9 24
31 Paesia sp. Hypolepidaceae 9 4 5 4 22
Universitas Sumatera Utara
32 Pandanus sp. Pandanaceae 3 3
33 Pilea melastomoides Urticaceae 4 2 8 3 10 4 31
34 Piper sp1. Piperaceae 3 3
35 Pronephrium triphyllum Thelypteridaceae 9 9 1 1 20
36 Pteris longipinulla Pteridaceae 2 2 7 5 16
37 Pternandra sp. Melastomataceae 1 1
38 Pyrrosia lanceolata Polypodiaceae 7 5 6 18
39 Rinorea hirtella Violaceae 3 2 5
40 Ruellia sp. Achantaceae 4 4
41 Schindapsus sp. Araceae 1 9 3 6 5 2 26
42 Schismatoglottis ferruginea Araceae 13 12 1 6 4 2 38
43 Smilax sp. Smilacaceae 2 2
44 Syngramma wallichii Hemionitidaceae 8 6 14
45 Tacca chantieri Taccaceae 3 15 8 5 1 5 4 5 3 4 5 7 6 71
46 Tinospora crispa Menispermaceae 6 6 2 1 8 2 1 26
47 Tysmannia sp. Arecaceae 1 2 3
48 Vitis lanceolaria Vitaceae 3 3
Jumlah 1065
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5a. TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN BAWAH DI LOKASI III
Plot No Nama Jenis Famili Jmh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Amomum sp. Zingiberaceae 0
2 Arachniodes haniffii Aspidiaceae 18 3 1 22
3 Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 3 22 17 8 3 1 54
4 Blechnum finlaysoniatum Blechnaceae 20 26 11 13 16 6 9 101
5 Begonia isoptera Begoniaceae 1 2 3 6
6 Blechnum sp. Blechnaceae 1 1
7 Calamus sp. Arecaceae 0
8 Centotheca lappacea Poaceae 1 2 1 4
9 Chrysoglossum sp. Orchidaceae 0
10 Clidermia hirta Melastomataceae 2 2 4
11 Colacasia esculenta Araceae 2 2
12 Coscinium sp. Menispermaceae 0
13 Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 8 8 11 15 14 15 4 4 10 7 2 9 6 7 5 6 131
14 Cryptostylis sp. Orchidaceae 4 4 8
Universitas Sumatera Utara
15 Cyathea sp. Cyatheaceae 1 1
16 Diplazium tomentosum Athryriacaceae 1 1 2 4
17 Droguetia sp. Urticaceae 3 3
18 Gleichenia linearis Gleicheniaceae 1 1
19 Globa sp. Zingiberaceae 4 4
20 Homalomena humilis Araceae 1 2 3
21 Ixora finlaysoniana Rubiaceae 3 2 5
22 Korthalsia sp. Aracaceae 1 1
23 Laportea stimulans Urticaceae 7 1 8
24 Lobelia sp. Campanulaceae 0
25 Macrolenes nemorosa Melastomataceae 0
26 Maranta sp. Marantaceae 1 1
27 Melastoma malabathricum Melastomataceae 1 1
28 Michrania michranta Asteraceae 8 8
29 Panicum repens Poaceae 2 1 2 1 1 3 10
30 Peperomia pellucida Piperaceae 4 4
31 Pilea sp. Urticaceae 3 3 6
Universitas Sumatera Utara
32 Piper acre Piperaceae 4 2 1 2 9
33 Piper sp2. Piperaceae 4 1 2 7
34 Piper sp3. Piperaceae 1 3 2 6
35 Pteris longipinulla Pteridaceae 1 1
36 Pteris sp. Pteridaceae 2 2
37 Pternandra sp. Melastomataceae 3 3
38 Rinorea lanceolata Violaceae 5 1 1 1 2 1 6 17
39 Sida rombifolia Malvaceae 1 4 4 9
40 Staurognyne sp. Achantaceae 0
41 Synandrium sp. Araceae 11 11
42 Tacca chantieri Taccaceae 2 2 2 6
43 Tectaria barben Aspidiaceae 2 2
44 Vitis sp. Vitaceae 0
Jumlah 466
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5b. TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN BAWAH DI LOKASI III
Plot No Nama Jenis Famili Jmh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Amomum sp. Zingiberaceae 8 7 14 5 3 2 2 41
2 Arachniodes haniffii Aspidiaceae 3 8 5 16
3 Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 1 3 19 3 26
4 Blechnum finlaysoniatum Blechnaceae 36 5 70 2 4 117
5 Begonia isoptera Begoniaceae 5 6 3 14
6 Blechnum sp. Blechnaceae 2 2
7 Calamus sp. Arecaceae 3 3 3 5 14
8 Centotheca lappacea Poaceae 9 1 10
9 Chrysoglossum sp. Orchidaceae 22 8 9 2 2 4 2 49
10 Clidermia hirta Melastomataceae 8 3 4 15
11 Colacasia esculenta Araceae 1 1
12 Coscinium sp. Menispermaceae 3 2 2 1 8
13 Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 3 6 7 5 8 8 37
14 Cryptostylis sp. Orchidaceae 4 2 6
Universitas Sumatera Utara
15 Cyathea sp. Cyatheaceae 25 1 5 31
16 Diplazium tomentosum Athryriacaceae 1 11 7 30 49
17 Droguetia sp. Urticaceae 2 1 3
18 Gleichenia linearis Gleicheniaceae 5 5
19 Globa sp. Zingiberaceae 1 4 4 9
20 Homalomena humilis Araceae 8 4 12
21 Ixora finlaysoniana Rubiaceae 9 12 21
22 Korthalsia sp. Aracaceae 41 2 43
23 Laportea stimulans Urticaceae 3 3 4 10
24 Lobelia sp. Campanulaceae 3 1 4
25 Macrolenes nemorosa Melastomataceae 8 1 9
26 Maranta sp. Marantaceae 6 11 17
27 Melastoma malabathricum Melastomataceae 1 1
28 Michrania michranta Asteraceae 9 6 33 21 69
29 Panicum repens Poaceae 1 2 2 1 5 1 12
30 Peperomia pellucida Piperaceae 11 9 12 6 1 2 2 4 47
31 Pilea sp. Urticaceae 12 3 9 9 8 23 2 16 82
Universitas Sumatera Utara
32 Piper acre Piperaceae 3 8 15 26
33 Piper sp2. Piperaceae 10 10
34 Piper sp3. Piperaceae 3 3
35 Pteris longipinulla Pteridaceae 2 2
36 Pteris sp. Pteridaceae 8 1 9
37 Pternandra sp. Melastomataceae 7 10 17
38 Rinorea lanceolata Violaceae 8 3 2 3 16
39 Sida rombifolia Malvaceae 3 3
40 Staurognyne sp. Achantaceae 9 2 7 18
41 Synandrium sp. Araceae 2 12 3 17
42 Tacca chantieri Taccaceae 2 11 1 14
43 Tectaria barben Aspidiaceae 7 3 2 12
44 Vitis sp. Vitaceae 4 6 6 16
Jumlah 943
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Analisis Vegetasi Lokasi I
N Jumla Nama jenis Famili Pi Lnpi Pilnpi H' E o h
0,0102 3,1860 0,8696 1 Ageratum conyzoides Asteraceae 11 -4,584 -0,0468 1 8 7
Melastomatacea 0,0092 2 Allomorphia exigua 10 -4,6793 -0,0434 e 9
0,0222 3 Asplenium bahiense Aspleniaceae 24 -3,8039 -0,0848 8
0,0315 4 Calamus sp. Arecaceae 34 -3,4556 -0,1091 7
0,0074 5 Claoxylon sp. Euphorbiaceae 8 -4,9025 -0,0364 3
Melastomatacea 0,0603 6 Clidermia hirta 65 -2,8075 -0,1694 e 5
0,0157 7 Costus sp. Costaceae 17 -4,1487 -0,0655 8
0,0371 8 Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 40 -3,2931 -0,1223 4
0,0362 9 Cucumis sp. Cucurbitaceae 39 -3,3184 -0,1202 1
10 Curculigo latifolia Hypoxydaceae 14 0,013 -4,3429 -0,0565
0,0222 11 Didymocarpus sp. Gesneriaceae 24 -3,8039 -0,0848 8
0,0102 12 Dioscorea sp. Dioscoreaceae 11 -4,584 -0,0468 1
0,0306 13 Diplazium velutinum Athyriaceae 33 -3,4854 -0,1068 4
0,0148 14 Gynura sp. Asteraceae 16 -4,2093 -0,0625 6
15 Hedyotis congesta Rubiaceae 28 0,026 -3,6497 -0,0949
0,0891 16 Hyptis capitata Asteraceae 96 -2,4176 -0,2155 4
0,0092 17 Korthalsia sp. Arecaceae 10 -4,6793 -0,0434 9
0,0529 18 Laportea stimulans Urticaceae 57 -2,9389 -0,1555 2
19 Limacia sp. Menispermaceae 7 0,0065 -5,036 -0,0327
Universitas Sumatera Utara
0,0074 20 Lindsaea deryphora Lindsaeaceae 8 -4,9025 -0,0364 3
Melastomatacea 0,0204 21 Macrolenes nemorosa 22 -3,8909 -0,0795 e 3
0,0074 22 Micania sp. Asteraceae 8 -4,9025 -0,0364 3
0,0176 23 Michrania michranta Asteraceae 19 -4,0375 -0,0712 4
0,0185 24 Paesia sp. Hypolepidaceae 20 -3,9862 -0,074 7
0,0222 25 Photos sp. Araceae 24 -3,8039 -0,0848 8
26 Phymatarum sp. Araceae 7 0,0065 -5,036 -0,0327
0,0046 27 Piper caninum Piperaceae 5 -5,3725 -0,0249 4
0,0037 28 Pseuderanthemum graciliflorum Achantaceae 4 -5,5956 -0,0208 1
0,0046 29 Psychotria sarmentosa Rubiaceae 5 -5,3725 -0,0249 4
0,0074 30 Saintpaulia sp. Gesneriaceae 8 -4,9025 -0,0364 3
0,0157 31 Schismatoglottis wallichii Araceae 17 -4,1487 -0,0655 8
0,0287 32 Selaginella doedeleinii Selaginellaceae 31 -3,5479 -0,1021 8
0,0083 33 Staurognyne sp. Achantaceae 9 -4,7847 -0,04 6
0,0111 34 Taenitis blechnoides Taetidaceae 12 -4,497 -0,0501 4
0,0343 35 Colacasia esculenta Araceae 37 -3,371 -0,1158 5
0,0612 36 Taenitis dimorpha Taetidaceae 66 -2,7923 -0,1711 8
0,0185 37 Tiliocora sp. Menispermaceae 20 -3,9862 -0,074 7
0,1894 38 Urena lobata Malvaceae 204 -1,6638 -0,3152 2
39 Vitis hastate Vitaceae 7 0,0065 -5,036 -0,0327
1077 -3,1861
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Analisis Vegetasi Lokasi II
No Nama jenis Famili Jumlah Pi Lnpi Pilnpi H' E
1 Achimenes grandiflora Gesneriaceae 5 0,00275 -5,8966 -0,0162 3,34147 0,85859
2 Allomorphia exigua Melastomataceae 24 0,01319 -4,328 -0,0571
3 Amomum sp. Zingiberaceae 31 0,01704 -4,0721 -0,0694
4 Antidesma sp. Euphorbiaceae 12 0,0066 -5,0211 -0,0331
5 Aridarum sp. Araceae 46 0,02529 -3,6774 -0,093
6 Asplenium bahiense Aspleniaceae 39 0,02144 -3,8425 -0,0824
7 Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 88 0,04838 -3,0287 -0,1465
8 Boehsenbergia sp. Zingiberaceae 19 0,01045 -4,5616 -0,0476
9 Centotheca sp. Cyperaceae 32 0,01759 -4,0403 -0,0711
10 Chloris gayana Poaceae 42 0,02309 -3,7684 -0,087
11 Commelina sp. Commelinaceae 9 0,00495 -5,3088 -0,0263
12 Curculigo latifolia Hypoxydaceae 9 0,00495 -5,3088 -0,0263
13 Curcuma sp. Zingiberaceae 27 0,01484 -4,2102 -0,0625
14 Cyathula prostata Amaranthaceae 18 0,0099 -4,6157 -0,0457
15 Didymocarpus crinite Gesneriaceae 24 0,01319 -4,328 -0,0571
16 Diplazium malaccense Athryaceae 31 0,01704 -4,0721 -0,0694
17 Droguetia sp. Urticaceae 10 0,0055 -5,2035 -0,0286
18 Drynaria rigidula Polypodiaceae 21 0,01154 -4,4615 -0,0515
19 Drynaria sparsisora Polypodiaceae 15 0,00825 -4,798 -0,0396
20 Dydimocarpus sp. Gesneriaceae 20 0,011 -4,5103 -0,0496
21 Elatostemma strigosum Urticaceae 18 0,0099 -4,6157 -0,0457
22 Fibraurea sp. Menispermaceae 16 0,0088 -4,7335 -0,0416
23 Globa pendula Zingiberaceae 25 0,01374 -4,2872 -0,0589
24 Gymnopetalum sp. Cucurbitaceae 13 0,00715 -4,9411 -0,0353
25 Heckeria sp. Piperaceae 33 0,01814 -4,0095 -0,0727
26 Laportea stimulans Urticaceae 335 0,18417 -1,6919 -0,3116
27 Medinella sp. Melastomataceae 17 0,00935 -4,6728 -0,0437
28 Miconia hookeriana Melastomataceae 19 0,01045 -4,5616 -0,0476
Universitas Sumatera Utara
29 Microsorum sp. Polypodiaceae 8 0,0044 -5,4266 -0,0239
30 Orthiopteris kingie Dennstaedtiaceae 47 0,02584 -3,6559 -0,0945
31 Paesia sp. Hypolepidaceae 23 0,01264 -4,3705 -0,0553
32 Pandanus sp. Pandanaceae 19 0,01045 -4,5616 -0,0476
33 Pilea melastomoides Urticaceae 57 0,03134 -3,463 -0,1085
34 Piper sp1. Piperaceae 43 0,02364 -3,7448 -0,0885
35 Pronephrium triphyllum Thelypteridaceae 31 0,01704 -4,0721 -0,0694
36 Pteris longipinulla Pteridaceae 56 0,03079 -3,4807 -0,1072
37 Pternandra sp. Melastomataceae 7 0,00385 -5,5601 -0,0214
38 Pyrrosia lanceolata Polypodiaceae 33 0,01814 -4,0095 -0,0727
39 Rinorea hirtella Violaceae 6 0,0033 -5,7143 -0,0188
40 Ruellia sp. Achantaceae 5 0,00275 -5,8966 -0,0162
41 Schindapsus sp. Araceae 57 0,03134 -3,463 -0,1085
42 Schismatoglottis ferruginea Araceae 94 0,05168 -2,9627 -0,1531
43 Smilax sp. Smilacaceae 22 0,01209 -4,415 -0,0534
44 Syngramma wallichii Hemionitidaceae 15 0,00825 -4,798 -0,0396
45 Tacca chantieri Taccaceae 118 0,06487 -2,7354 -0,1774
46 Tinospora crispa Menispermaceae 161 0,08851 -2,4246 -0,2146
47 Tysmannia sp. Arecaceae 14 0,0077 -4,867 -0,0375
48 Vitis lanceolaria Vitaceae 5 0,00275 -5,8966 -0,0162
1819 -3,3415
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Analisis Vegetasi Lokasi III
No Nama jenis Famili Jumlah Pi Lnpi Pilnpi H' E
1 Amomum sp. Zingiberaceae 41 0,0291 -3,5371 -0,1029 3,25787 0,86092
2 Arachniodes haniffii Aspidiaceae 38 0,02697 -3,613 -0,0974
3 Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 80 0,05678 -2,8686 -0,1629
4 Blechnum finlaysoniatum Blechnaceae 218 0,15472 -1,8661 -0,2887
5 Begonia isoptera Begoniaceae 20 0,01419 -4,2549 -0,0604
6 Blechnum sp. Blechnaceae 3 0,00213 -6,152 -0,0131
7 Calamus sp. Arecaceae 14 0,00994 -4,6116 -0,0458
8 Centotheca lappacea Poaceae 14 0,00994 -4,6116 -0,0458
9 Chrysoglossum sp. Orchidaceae 49 0,03478 -3,3588 -0,1168
10 Clidermia hirta Melastomataceae 19 0,01348 -4,3062 -0,0581
11 Colacasia esculenta Araceae 3 0,00213 -6,152 -0,0131
12 Coscinium sp. Menispermaceae 8 0,00568 -5,1712 -0,0294
13 Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 168 0,11923 -2,1267 -0,2536
14 Cryptostylis sp. Orchidaceae 14 0,00994 -4,6116 -0,0458
15 Cyathea sp. Cyatheaceae 32 0,02271 -3,7849 -0,086
16 Diplazium tomentosum Athryriacaceae 53 0,03762 -3,2803 -0,1234
17 Droguetia sp. Urticaceae 6 0,00426 -5,4589 -0,0232
18 Gleichenia linearis Gleicheniaceae 6 0,00426 -5,4589 -0,0232
19 Globa sp. Zingiberaceae 13 0,00923 -4,6857 -0,0432
20 Homalomena humilis Araceae 15 0,01065 -4,5426 -0,0484
21 Ixora finlaysoniana Rubiaceae 26 0,01845 -3,9925 -0,0737
22 Korthalsia sp. Aracaceae 44 0,03123 -3,4664 -0,1082
23 Laportea stimulans Urticaceae 18 0,01278 -4,3603 -0,0557
24 Lobelia sp. Campanulaceae 4 0,00284 -5,8643 -0,0166
25 Macrolenes nemorosa Melastomataceae 9 0,00639 -5,0534 -0,0323
26 Maranta sp. Marantaceae 18 0,01278 -4,3603 -0,0557
27 Melastoma malabathricum Melastomataceae 2 0,00142 -6,5575 -0,0093
28 Michrania michranta Asteraceae 77 0,05465 -2,9068 -0,1589
Universitas Sumatera Utara
29 Panicum repens Poaceae 22 0,01561 -4,1596 -0,0649
30 Peperomia pellucida Piperaceae 51 0,0362 -3,3188 -0,1201
31 Pilea sp. Urticaceae 88 0,06246 -2,7733 -0,1732
32 Piper acre Piperaceae 35 0,02484 -3,6953 -0,0918
33 Piper sp2. Piperaceae 17 0,01207 -4,4174 -0,0533
34 Piper sp3. Piperaceae 9 0,00639 -5,0534 -0,0323
35 Pteris longipinulla Pteridaceae 3 0,00213 -6,152 -0,0131
36 Pteris sp. Pteridaceae 11 0,00781 -4,8527 -0,0379
37 Pternandra sp. Melastomataceae 20 0,01419 -4,2549 -0,0604
38 Rinorea lanceolata Violaceae 33 0,02342 -3,7541 -0,0879
39 Sida rombifolia Malvaceae 12 0,00852 -4,7657 -0,0406
40 Staurognyne sp. Achantaceae 18 0,01278 -4,3603 -0,0557
41 Synandrium sp. Araceae 28 0,01987 -3,9184 -0,0779
42 Tacca chantieri Taccaceae 20 0,01419 -4,2549 -0,0604
43 Tectaria barben Aspidiaceae 14 0,00994 -4,6116 -0,0458
44 Vitis sp. Vitaceae 16 0,01136 -4,478 -0,0509
1409 -3,2579
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9: Biodata dan Pernyataan Informan Kunci dan Respoden
1. NAMA :
2. UMUR :
3. PEKERJAAN :
4. PENDIDIKAN :
5. JENIS KELAMIN :
6. STATUS : ( kawin/tidak kawin)
7. SUKU :
8. AGAMA :
9. TEMPAT TINGGAL :
Dengan ini menyatakan bahwa benar telah memberikan informasi tentang tumbuhan obat-obatan kepada Mahasiswa Program Studi Magister Biologi FMIPA USU sebagai berikut:
Nama : Zainab Nirwani
NIM : 077030030
Demikianlah pernyataan dari saya. Terima Kasih.
Bukit Lawang, 2010
( )
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Biodata Dan Wawancara Pemanfaatan
Tumbuhan Obat Oleh Responden
Nama : Jenis kelamin :
Umur : Pendidikan :
Suku : Pekerjaan :
Agama : Alamat :
Status : kawin/belum kawin
ANGKET PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TUMBUH-TUMBUHAN OBAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Petunjuk :
1. Baca setiap pertanyaan dalam tabel di bawah ini dengan baik 2. Mohon dijawab dengan sejujurnya sesuai keadaan yang sebenarnya, dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom jawaban yang tersedia. 3. Saya mengharapkan jawaban yang sejujurnya dari Anda. 4. Jawaban yang diberikan tidak akan merugikan Anda dalam bidang apapun karena hanya merupakan data untuk penelitian Saya. Pertanyaan
1. Apakah sirih digunakan untuk bahan obat untuk menyembuhkan penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah buah singkot digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apakah keladi-keladian digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah tepus ( jahe berdaun lebar) digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah cakar ayam digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
6. Apakah rotan muda digunakan dalam pengobatan suatu penyakit ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Apakah asam-asam (begonia) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit demam ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Apakah pakis kapur digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Apakah daun kupu-kupu digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah sembung digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Apakah lempuyang sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Apakah sicapa gunung digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Apakah daun pakis batu digunakan untuk bahan obat mengatasi rasa gatal akibat sengatan serangga? b. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Apakah daun gagatan nipe digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? b. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Apakah cekuram digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? b. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Apakah sampo bergeh (pendingin) digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Apakah bakung hutan digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Apakah nungkey digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Apakah daun bazar-bazar digunakan dalam pengobatan dan perawatan tubuh? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
20. Apakah serungkas (keladi kecil yang merambat) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Apakah banggur digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Apakah tanaman sempil pilen digunakan untuk obat perkasa atau kejantanan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23. Apakah pesel digunakan dalam pengobatan suatu penyakit ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Apakah jala digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 25. Apakah daun kerto digunakan dalam pengobatan suatu penyakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 26. Apakah penerangan digunakan dalam pengobatan penyakit ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
1. Penyakit apa saja yang menggunakan sirih sebagai bahan obat? ...... 2. Penyakit apa saja yang menggunakan singkot sebagai bahan obat? ...... 3. Penyakit apa saja yang menggunakan keladi-keladian sebagai bahan obat? ...... 4. Penyakit apa saja yang menggunakan tepus ( jahe berdaun lebar) sebagai bahan obat? ...... 5. Penyakit apa saja yang menggunakan cakar ayam sebagai bahan obat? ......
Universitas Sumatera Utara
...... 6. Penyakit apa saja yang menggunakan rotan muda sebagai bahan obat? ...... 7. Penyakit apa saja yang menggunakan asam-asaman (begonia) sebagai bahan obat? ...... 8. Penyakit apa saja yang menggunakan pakis kapur sebagai bahan obat? ......
9. Penyakit apa saja yang menggunakan daun kupu-kupu sebagai bahan obat? ...... 10. Penyakit apa saja yang menggunakan sembung sebagai bahan obat? ...... 11. Penyakit apa saja yang menggunakan lempuyang sebagai bahan obat? ......
12. Penyakit apa saja yang menggunakan sicapa gunung sebagai bahan obat? ...... 13. Penyakit apa saja yang menggunakan pakis batu sebagai bahan obat?
Universitas Sumatera Utara
...... 14. Penyakit apa saja yang menggunakan gagatan nipe sebagai bahan obat? ...... 15. Penyakit apa saja yang menggunakan cekuram sebagai bahan obat? ...... 16. Penyakit apa saja yang menggunakan sampo bergeh (pendingin) sebagai bahan obat? ...... 17. Penyakit apa saja yang menggunakan bakung hutan sebagai bahan obat? ...... 18. Penyakit apa saja yang menggunakan nungkey sebagai bahan obat? ...... 19. Penyakit apa saja yang menggunakan bazar-bazar sebagai bahan obat? ...... 20. Penyakit apa saja yang menggunakan serungkas sebagai bahan obat? ......
Universitas Sumatera Utara
21. Penyakit apa saja yang menggunakan banggur sebagai bahan obat? ...... 22. Penyakit apa saja yang menggunakan sempil pilen sebagai bahan obat? ...... 23. Penyakit apa saja yang menggunakan tanaman pesel sebagai bahan obat? ...... Penyakit apa saja yang menggunakan jala sebagai bahan obat? ...... 24. Penyakit apa saja yang menggunakan kerto sebagai bahan obat? ...... 25. Penyakit apa saja yang menggunakan penerangan sebagai bahan obat? ......
Bukit Lawang, April 2010
Responden
( )
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI
TERTENTU DENGAN TARAF KESALAHAN 1%, 5%, 10%
s s
N 1% 5% 10% N 1% 5% 10%
280 197 155 138 2800 537 310 247
290 202 158 140 3000 543 312 248
300 207 161 143 3500 558 317 251
320 216 167 147 4000 569 320 254
340 225 172 151 4500 578 323 255
360 234 177 155 5000 586 326 257
380 242 182 158 6000 598 329 259
400 250 186 162 7000 606 332 261
420 257 191 165 8000 613 334 263
440 265 195 168 9000 618 335 263
460 272 198 171 10000 622 336 263
480 279 202 173 15000 635 340 266
500 285 205 176 20000 642 342 267
550 301 213 182 30000 649 344 268
600 315 221 187 40000 563 345 269
650 329 227 191 50000 655 346 269
700 341 233 195 75000 658 346 270
750 352 238 199 100000 659 347 270
800 363 243 202 150000 661 347 270
850 373 247 205 200000 661 347 270
900 382 251 208 250000 662 348 270
950 391 255 211 300000 662 348 270
Universitas Sumatera Utara
1000 399 258 213 350000 662 348 270
1100 414 265 217 400000 662 348 270
1200 427 270 221 450000 663 348 270
1300 440 275 224 500000 663 348 270
1400 450 279 227 550000 663 348 270
1500 460 283 229 600000 663 348 270
1600 469 286 232 650000 663 348 270
1700 477 289 234 700000 663 348 270
1800 485 292 235 750000 663 348 270
1900 492 294 237 800000 663 348 271
2000 498 297 238 850000 663 348 271
2200 510 301 241 900000 663 348 271
2400 520 304 243 950000 663 348 271
2600 529 307 245 1000000 663 348 271
Universitas Sumatera Utara