Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum dan Zainudin MZ)

ANALISIS KRITIS METODOLOGI PERIWAYATAN HADITS SYIAH (Studi Komparatif Syiah-Sunni)

Bahrul Ulum dan Zainudin MZ PT. Lentera Jaya Abadi Surabaya Telp. (031) 8679046 / HP. 08132155100 E-Mail: [email protected] IAIN Sunan Ampel Surabaya E-Mail: [email protected]

Abstract: Shi’i Ithna Asy’ariyah is a group of Muslims who have different books with a majority of Muslims. In the making of the book, the Shiite cleric has its own methods, particularly in the narration. This study aims to determine the method of narration Shia hadith. The authors use historical methods and critical analysis. Hitorical method used to determine the historical journey through the establishment of ideas in the book-making, paradigm used to look at the use of the method, and background affect his thinking. From the results of this research is basically the Shia do not have an accurate and scientific methods in determining the hadith narration track. Since the beginning, the scholars they pay less attention to this issue. They began to conduct studies after receiving criticism from Sunni clerics and modeled after the method used by the Sunnis. However, they still have difficulties because they do not have enough material to do that.

Key words: shi’i, hadith, transmitter

Abstrak: Syi’ah Itsna Asy’ariyah sekelompok Muslim yang memiliki buku- buku hadits yang berbeda dengan mayoritas Muslim. Dalam penyusunan buku ini, ulama Syiah memiliki metode sendiri, terutama dalam periwayatan hadis. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui metode narasi hadits Syiah. Penulis menggunakan metode historis dan analisis kritis. Metode hitoris digunakan untuk menentukan perjalanan sejarah melalui pembentukan ide-ide dalam buku, keputusan, paradigma yang digunakan dan melihat penggunaan metode, serta latar belakang mempengaruhi pemikirannya. Makalah ini menegaskan bahwa pada dasarnya adalah Syiah tidak memiliki metode yang akurat dan ilmiah dalam menentukan periwayatan hadits. Sejak awal, para ulama mereka kurang memperhatikan masalah ini. Mereka mulai melakukan penelitian setelah mendapat kecaman dari ulama Sunni dan mencoba menggunakan metode yang digunakan oleh kaum Sunni. Namun, mereka masih mengalami kesulitan karena mereka tidak memiliki cukup bahan untuk melakukan hal tersebut.

Kata kunci: syiah, hadis, periwayatan

139 PROFETIKA, Jurnal Studi , Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 139 - 147

PENDAHULUAN maksum, sehingga perkataan, perbuatan dan sifat-sifatnya juga sama dengan Nabi. Syiah merupakan firqah dalam Islam Konsekwensi dari hal ini mereka yang keberadaannya masih eksis sampai hari berpendapat bahwa perkataan para ini. Selain Sunni, dibanding firqah lainnya juga dikatakan sebagai hadits. Mengenai seperti Khawarij, Mu’tazilah, Jabariyah, dan definisi ini, tidak ada pertentangan dan lain-lain, penyebaran Syiah lebih massif. Ciri perbedaan di kalangan ulama Syiah. khusus firqah ini yaitu keyakinannya Perbedaannya, hanya berkaitan dengan terhadap Imamah, sebuah keyakinan bahwa subyek Sunnah yang menyangkut apakah yang berhak menjadi khalifah setelah hanya Sunnah Nabi yang mengikat atau Rasulullah meninggal adalah bin Abi juga yang diriwayatkan oleh para Imam Tholib dan keturunannya. Model keyakinan suci juga mengikat.3 Kaum Syiah meyakini seperti ini menjadi sumber epistimologi yang bahwa kedua-duanya mengikat. Sehingga penting dalam bangunan keyakinan Syiah. atas dasar pemahaman seperti ini kaum Menurut mereka, siapapun yang beriman Syiah dengan tegas menyatakan bahwa kepada namun tidak beriman ter- berita atau khabar yang datangnya dari hadap kepemimpinan Ali dan para Imam para Imam berarti bisa dijadikan hujjah keturunannya, maka hukumnya sama dalam beragama, karena ia termasuk dengan musyrik. Ini karena menurut mere- hadits. Sebaliknya, apa-apa yang tidak per- ka, Allah yang menetapkan dan memilih nah datang dari Para Imam berarti tidak para Imam, sehingga kepada para bisa disebut hadits. Dengan alasan ini, Imam adalah sebuah keharusan. hadits-hadits yang bersumber dari para Mereka percaya bahwa Imamah, se- Imam adalah shahih tanpa perlu kesinam- perti kenabian, tidak wujud kecuali dengan bungan riwayat (ittishal) dengan Rasulullah nash dari Allah melalui lisan Rasul-Nya, sebagaimana persyaratan keshahihan atau lisan Imam yang diangkat dengan hadits dalam Sunni.4 nash, yaitu dia akan menyampaikan dengan nash Imam yang bertugas sesudah- ISMAH PARA IMAM DAN PENOLAK- nya.1 Berdasar pemahaman ini kemudian AN PERIWAYATAN SAHABAT kalangan Syiah mengklaim bahwa semua perkataan Imam Dua Belas yang ma’shum Keyakinan tentang kema’shuman pada dasarnya berasal dari Rasulullah.2 para Imam oleh kalangan Syiah sebenarnya Karenanya para Imam tersebut tidak tidak memiliki dasar yang kuat. Itu hanya ubahnya seperti Nabi yang memiliki sifat pengakuan yang berdasar pada klaim,

1Muhammad Ridha al-Muzhaffar, Aqaid al-Imamiyah, Markaz Abhas Al Aqoid, Iran. Cetakan II th. 1424 H. hlm.72 2Namun riwayat ini perlu ditelusuri kebenarannya, karena seorang perawi bernama Sahal Ibnu Jiyad di kalangan Syiah sendiri adalah perawi dhaif. Ini dapat dilihat pada kitab rijal Syiah, Rijal Najasi no. 490, hl.185 (Muassah Nasrul Islam, Qum, Iran, t.t.), Rijal Ibnu Ghadairi, hlm. 59 Qum: Darul Hadits, 1422 H) 3Murtadha Mutahari, Pengantar Ilmu-ilmu Islam, (terj.) Ibrahim al Habsyi dkk, (Pustaka Zahra, Jakarta, 2003), hlm. 15. 4Abdullah Fayyadah, Tarikh al-Imamiyah wa Aslafihim min al-Syi’ah, Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at, . cet.3, 1986, hlm. 140.

140 Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum dan Zainudin MZ) bukan berdasar nash. Dalam al-Qur’an ia akui dari Ja’far Shadiq bahwa Aisyah maupun hadits Rasulullah, tidak ada yang telah meracuni Rasulullah hingga menye- menjelaskan tentang keismahan para Imam babkan beliau meninggal. Hadist tersebut Dua Belas. berbunyi, “Sesungguhnya Aisyah dan Argumen Syiah tentang ke-ma’shum- Hafsah telah membunuh Rasulullah an para Imam juga terbantahkan dengan dengan meminumkan racun yang telah pernyataan Imam mereka sendiri. Imam mereka rencanakan”7 Ali pernah berkata: “Maka janganlah Tuduhan yang dilontarkan Syiah itu kalian menahan diri dari berkata yang tidak perlu ditanggapi, sebab sama sekali benar, atau bermusyawarahlah dengan tidak ada bukti ilmiah dan fakta empirik cara adil, maka sesungguhnya aku tidak yang mendukung tuduhan itu. Semua itu merasa pada diriku lebih daripada aku hanya kebencian yang berlebihan terhadap melakukan kesalahan, dan aku tidak me- orang yang dianggap tidak senang dengan rasa aman itu terjadi dari perbuatanku.”5 Imam Ali. Lebih jauh Syiah menilai bahwa Demikian pula pengakuan Abu Abdillah para sahabat Nabi adalah manusia yang Ja’far ash-Shadiq yang mengatakan: “Se- paling buruk akhlaknya, paling hina ketu- sungguhnya kami berdosa, kemudian kami runannya, perampas kekuasaan, gila dunia bertaubat kepada Allah dengan sebenar- dan sebagainya. Bahkan dalam keyakian benarnya”.6 mereka, mayoritas sahabat telah murtad Berdasar pengakuan tersebut, sebenar- setelah wafatnya Rasulullah, kecuali bebe- nya bisa diketahui bahwa kema’shuman rapa saja. para Imam tersebut hanya sekedar klaim Menurut Syiah, hanya sedikit sahabat kaum Syiah yang tidak memiliki dasar yang yang masih Islam setelah wafatnya Rasu- kuat. Dampak dari pemahaman bahwa lullah. Pemahaman seperti ini terdapat para Imam itu ma’shum, orang Syiah me- dalam berbagai kitab Syi’ah dan setiap nolak hadits-hadits Nabi yang diriwayat- pengikutnya berpegang kepada akidah ini. kan oleh selain para Imam tersebut. Karena- Setiap tulisan ulama mereka selalu memuat nya periwayatan para sahabat radhiyallahu riwayat yang menyebutkan bahwa para anhum, temasuk istri Rasulullah, Aisyah, sahabat telah murtad sepeninggal Rasu- yang dianggap melawan Ali pada perang lullah. Karena itulah mereka melakukan Jamal. tidak mereka terima. tabarri (tabarra – yakni menyatakan sikap Tidak cukup di situ, ketidaksukaan berlepas diri dan tidak mempunyai hubu- kaum Syiah terhadap istri Rasulullah ini ngan kasih sayang) terhadap para sahabat. sampai membuat mereka mengeluarkan Ironisnya, tuduhan seperti itu juga mereka tuduhan yang keji. Mereka menuduh putri tujukan kepada sahabat-sahabat besar Abu Bakar al-Sidiq ini yang membunuh Rasullullah seperti Sayyidina Abu Bakar, Rasulullah. Al-Amili dalam kitabnya Al- Umar, Ustman, Abdul Rahman bin ‘Auf, Intishor mengutip Al-Majlisi dalam Haya al- isteri-isteri Rasullullah dan lain-lain. Qulub yang menukil sebuah riwayat yang

5Muhammad Baqir al-Majlisi, Bihar al-anwar, (Libanon: Mua’sasa al-Wafa’, 1983) juz XVII, hlm. 253. 6Ibid, juz XV, hlm. 207. 7al-Amali, al-Intishor, (Beirut, Libanon: Dar al-Shirot, , cet. 1, 1422 H), juz IX, hlm. 101.

141 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 139 - 147

Syi’ah juga mengatakan sepuluh sahabat bersifat ‘udul. Mereka mengatakan orang sahabat yang dijanjikan surga oleh bahwa keputusan para ulama Sunni ten- Nabi sebagaimana yang jelaskan oleh tang keadhalahan sahabat adalah keputusan hadith di sisi Ahlus Sunnah, akan disiksa yang . Sebab menurut mereka tidak oleh Allah ta’ala di dasar api neraka.8 Bah- cukup bukti yang bisa dijadikan sandaran kan menurut mereka, orang yang paling bahwa para sahabat itu orang yang adil keras disiksa di dalam neraka adalah Abu sehingga periwayatannya bisa dipakai. Bakar dan Umar. Kedua sahabat Rasu- Syiah tidak menerima keadalahan lullah ini menurut Syiah mendapat laknat sahabat karena menurutnya hal itu juga dari Allah dan para Malaikat.9 bertentangan dengan firman Allah tentang Pengkafiran terhadap kedua Khula- keberadaan orang-orang munafiq di Madi- fa’ur Rasyidin ini terdapat dalam kitab nah.10 Menurut Syiah, ayat ini menjelaskan hadits utama Syiah, al-Kafi. Dalam kitab bahwa pada jaman para sahabat terdapat tersebut, Kulaini mengaku meriwayatkan banyak orang munafik. Karenanya mereka sebuah hadits dari Abi Abdillah berkenaan merasa takut mengambil sumbernya dari dengan al-Imran ayat 90 yang ber- golongan para sahabat yang munafik bunyi: dimana mereka itu hakekatnya tidak dike- tahui jumlah yang pasti kecuali Allah saja.”11 ﺇﹺ ﻥﱠ ﺍ ﻟﱠ ﺬ ﻳ ﻦ ﻛﹶ ﻔﹶ ﺮ ﻭ ﺍ ﺑ ﻌ ﺪ ﺇﹺ ﳝ ﺎ ﻧﹺ ﻬﹺ ﻢ ﺛﹸ ﻢ ﺍﺯﺩﺍﺩﻭﺍ ﻛﹸﻔﹾﺮﺍ Adapun jalan untuk mengetahui mu’min dan munafiknya seseorang adalah ﻟﹶ ﻦ ﺗ ﻘﹾ ﺒ ﻞﹶ ﺗ ﻮ ﺑ ﺘ ﻬ ﻢ ﻭ ﺃﹸ ﻭ ﻟﹶ ﺌ ﻚ ﻫ ﻢ ﺍﻟﻀﺎﻟﱡﻮﻥ dengan melihat apakah orang-orang ter- “Sesungguhnya orang-orang yang kafir sebut cinta kepada Ali atau membencinya. sesudah mereka beriman kemudian Jika ia mencintainya, ia adalah mu’min, bertambah kekafiran mereka, sekali-kali dan jika membencinya berarti ia munafiq. taubat mereka tidak akan diterima dan Dengan logika ini, sahabat-sahabat yang mereka adalah orang-orang yang mereka anggap telah merampas hak Ali zhalim.” (QS. Ali-Imron/3: 90) atau tidak mendukungnya adalah munafik atau kafir. Masih banyak lagi hadits-hadits Syi’- Konsekwensi dari pembagian ini yaitu ah yang memurtadkan dan mengkafirkan hanya periwayatan dari kelompok yang para sahabat, khususnya Khulafa’ur Rasyi- setia kepada Khalifah Ali yang diterima, din. Di mata kaum Syiah, sahabat Nabi sedang dari yang tidak setia ditolak. Dalam yang memusuhi dan tidak mengikuti Ali kitab hadits al-Kafi, disebutkan bahwa adalah cacat. Konsekwensinya, periwayat- kelompok yang setia antara lain, Ammar an mereka tidak diterima. Berdasar ini bin Yasir, Miqdad dan Abu Dzar al Ghi- mereka berpendapat bahwa tidak semua fari.12 Berdasar hal ini Syiah hanya mau

8al-Thabarasi, al-Ihtijaj, Bab Ihtijaj Amir al-Mukminin Atas Zubair Bin Al-Awwam Dan Talhah Bin Ubaidillah (Mu’asasah Ahlul Bait, Libanon, Beirut, tt), juz I, hlm. 237. 9al-Kulaini, al-Raudhah min al-Kafi, juz VIII, hlm. 246. 10al-Taubah: 101. 11 Murtadha al-Askari, Ma’alim al-Madrasatain, (Beirut Libanon: Mu’assasah al-Nuqman, 1410 H/1990 M.) juz I, hlm.101. 12al-Kulaini, al-Kafi, hlm. 202.

142 Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum dan Zainudin MZ) menerima periwayatan dari ketiga sahabat Pernyataan Imam Ali ini menunjuk- tersebut. Sedang periwayatan dari selain kan bahwa ia mengakui kekhalifahan Abu mereka ditolak. Tentu saja pendapat kaum Bakar. Jika kekhalifahan harus berdasar Syiah ini ditentang oleh para ulama Sunni nash, tentu ia tidak akan mengakui kekha- karena termasuk bid’ah yang diada-ada- lifahan Abu Bakar. kan. Apa yang dilakukan kaum Syiah meru- pakan sebuah tindakan yang berlebihan. JALUR PERIWAYATAN SYIAH BER- Jika Syiah menganggap para sahabat ba- MASALAH nyak yang murtad berarti sama saja mereka menganggap dakwah Rasulullah tidak ber- Pengakuan Syiah yang menyatakan hasil. Ini tentu sebuah penilain yang sangat bahwa haditsnya berasal dari para Ahlul keliru. Karena itulah tidak tepat jika kemu- Bait ternyata hanya bertepuk sebelah dian para sahabat yang terlibat peperang- tangan. Sebab pada faktanya, sejak awal an dengan Imam Ali telah gugur keadilan- mereka tidak memiliki kitab biografi pera- nya. wi, sampai akhirnya al-Kysyi menyusun Para ulama Sunni menentang pen- kitab Ikhtiyar Ma’rifat al-Rijal yang kemu- dapat kaum Syiah karena hal itu berten- dian dikenal dengan nama Rijal al-Kysyi, tangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. pada abad ke 5 hijriyah. Kitab ini begitu Apalagi Imam Ali memiliki penilaian yang ringkas, dan memuat keterangan yang positif terhadap para sahabat, khususnya kontradiktif tentang status validitas pera- pada Abu Bakar dan Umar bin Khatab. At- wi. Begitu juga banyak kesalahan akibat Thabarsy mengutip dari perkataan Mu- kemiripan nama dan julukan. Demikian hammad Al-Baqir bahwa Ali menetapkan pula hal itu juga terjadi pada kitab rijal kekhilafahan Abu Bakar, mengakui akan yang lain seperti kitab Rijal al-Najasy, Rijal keimanannya, turut mengangkatnya de- al-Thusi dan lain-lain. ngan kekuasaannya, sebagaimana yang Hal ini diakui oleh Ayatullah Sayyid disebutkan bahwa Usamah bin Zaid yang Ali Khameni, marja’ terkemuka Syiah, mencintai Rasul tatkala ia siap untuk bahwa kitab-kitab rijal di kalangan mereka berangkat, Rasul berpulang ke Al-Malaul tidak terpelihara dan tidak ada yang sahih A’la. Setelah ia menerima pemberitahuan sampai zaman ini. Ia mengatakan, “Ber- akan kewafatan Rasulullah, ia kembali ber- dasar kepada apa yang disebut oleh keba- sama pasukannya memasuki kota Madi- nyakan pakar dalam hal ini, sesungguhnya nah. Maka tatkala ia melihat bahwa manu- salinan kitab fihrisat (kitab Abu Ja’afar al- sia mengangkat Abu Bakar, ia mendatangi Thusi) sebagaimana kitab-kitab rijal awal Ali bin Abi Thalib dan bertanya: “Apa yang lain seperti kitab al-Kysyi, an-Najasyi, ini?”. Ali menjawab: “Sebagaimana yang al-Burqui dan al-Ghadhairi keseluruhannya engkau lihat”. Berkata Usamah: “Apakah telah mengalami tahrif dan tashif (peru- engkau turut mengangkatnya (Abu Ba- bahan huruf), dan kecacatan berat, serta kar)? Ali pun menjawab: “ya”.13 tidak sampai darinya satupun salinan yang sahih.”14

13al-Thabarsy, al-Ihtijaj, hlm.50. 14Ali Khameni, al-Usul al-Arba’ fi Ilmi ar-Rijal, (Qum: al-Majmau al-Alamiyah li Ahli al-Bayti Alaihissalam, 1414 H), hlm. 41.

143 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 139 - 147

Karena faktor ini, kemudian ilmu jarh diterima, dan mereka diminta untuk men- wa ta’dil yang mereka rumuskan memuat datangkan bukti, dan bagaimana mereka perbedaan dan kontradiksi yang begitu bisa mendatangkan bukti? Mereka sendiri banyak mengenai definisi dan syarat-syarat menyatakan hal yang berlawanan dengan di dalamnya. Salah seorang ulama Syiah hal itu, mereka menganggap tsiqah orang yang mumpuni dalam cabang ilmu ini, al- yang mereka yakini sendiri sebagai orang Kasyani dalam kitabnya al-Wafi, menyata- fasik, kafir dan rusak akidahnya.16 kan bahwa al-jarh wa al-ta’dil syarat-syarat- Pengakuan ini menunjukkan bahwa nya memuat banyak perbedaan dan kon- ulama besar Syiah menganggap shahih tradiksi serta kemiripan yang hampir tak riwayat hadits yang disampaikan oleh mungkin terpecahkan, hingga membuat perawi yang fasik, yang kafir dan yang jiwa menjadi tenang, seperti diketahui oleh rusak akidahya. Ditambah lagi hampir mereka yang berpengalaman dalam hal sebagian besar perawi, tidak dikenal ke- ini.15 adaannya, dan telah dinyatakan tercela, Karena ketidakjelasan perawi ter- seperti perawi sekelas Jabir al-Ju’fi, Harits sebut, akhirnya mereka juga mengalami al-A’war, Mughirah bin Said dan juga kesulitan untuk menentukan perawi yang Zurarah bin A’yun. adil dan tsiqah yang menjadi syarat sebuah Selain persoalan para perawinya ba- hadits shahih. Dalam hal ini al-Amili me- nyak yang bermasalah, dalam kitab hadits ngatakan: “Bahkan ini membuat konse- Syiah juga tidak sedikit riwayat dari orang kuensi untuk mendhaifkan seluruh hadits yang majhul. Dalam kitab al-Kafi misalnya, yang ada, ketika diteliti, karena mereka banyak kita temui riwayat yang tidak jelas mendefinisikan hadits shahih sebagai hadits nama perawinya. Kulaini hanya menye- yang diriwayatkan oleh seorang perawi butkan sebuah hadits yang diriwayatkan yang adil, bermadzhab Imamiyah, yang dari seorang laki-laki dari penduduk kuat hafalannya, di seluruh tingkatan Basrah.17 sanad hadits, padahal mereka tidak mene- Selain itu juga ada juga riwayat yang rangkan keadilan seorang rawi kecuali disebutkan berasal dari sebagian sahabat- sangat jarang, tetapi mereka menjelaskan sahabat mereka (Syiah), yang tidak diketa- status tsiqah, dan ini tidak mengandung hui darimana dan siapanya. Misalkan kesaksian mengenai adilnya orang itu, dalam al-Kafi ada riwayat sebagai berikut:18 karena di antara keduanya ada hubungan Selain hadits di atas, masih banyak banyak keumuman dari satu sisi, seperti dinyatakan sanad yang palsu yang digunakan oleh oleh al-Syahid Tsani dan ulama lainnya. kaum Syiah dalam periwayatan haditsnya. Pernyataan ulama Syiah kurun terakhir Hal ini dinyatakan oleh ulama Syiah yang menyatakan bahwa kata tsiqah Zaidiyah, Al-Sayyid Abu Thalib al-‘Alawy berarti adil dan kuat hafalannya, tidak bisa al-Hasany (w.424) yang mengkritik Syiah

15Muhsin al-Kasyani, Al Wâfî al-Fayd, (Esfahan: Maktabah Imam Amirul Mukminin, t.t.) dalam Muqodimah kedua, hlm. 25. 16Muhammad Hasan al-Hurr al-Amili, Wasaa’il al-Shiah il Tahsil Masaa’il al-Shari‘a, Tahqiq oleh al-Razi, (Libanon: Dar Ihya at-Turats al Arabi, Beirut, t.t.) juz XXX, hlm. 260. 17al-Kulaini, al-Kafi, juz I, hlm.161. 18Ibid., juz V, hlm. 3.

144 Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum dan Zainudin MZ)

Itsna ‘Asyariyah yang menggunakan sanad- Sedangkan kontradiksi yang ada pada sanad palsu dalam hadits-hadits mereka. riwayat-riwayat mereka begitu banyak. Ia mengatakan, “Sesungguhnya banyak Akibat dari hal ini al-Kasyani, mengakui sanad-sanad Itsna ‘Asyariyah yang didasarkan bahwa dalam sebuah masalah terjadi pada nama-nama yang sebenarnya tidak ada. perbedaan hingga mencapai dua puluh Saya mengetahui dari para perawi mereka pendapat, tiga puluh pendapat atau lebih. yang banyak meriwayatkan (hadits), ada yang Bahkan tidak ada masalah furu’ yang tidak menghalalkan pembuatan sanad-sanad palsu ada perbedaan pendapat di dalamnya, atau untuk riwayat-riwayat yang terputus jika dalam masalah lain yang terkait.21 sampai ke tangannya. Bahkan ada diantara Dari penjelasan tersebut dapat mereka yang mengumpulkan riwayat-riwayat diketahui bahwa sesungguhnya kitab-kitab Birisjamhur, lalu menisbatkannya kepada para hadits Syiah, yang menyertakan sanad di imam dengan sanad-sanad yang ia buat sendiri. dalamnya, masih terdapat banyak kontra- Ketika ia ditanya tentang itu, ia hanya men- diksi. Demikian juga kajian rijal di kalangan jawab, ‘Sandarakanlah hikmah itu kepada yang mereka masih menyisahkan banyak per- memilikinya.”19 soalan yang tidak mudah diselesaikan. Sebenarnya, fenomena seperti itu bisa Karena itu para ulama dan cendekiawan dimaklumi karena sudah ada tradisi tidak Syiah harus bekerja keras menjawab per- baik di kalangan Syiah, yaitu suka ber- masalahan ini. bohong (Taqiyah) demi mendapatkan kedudukan dunia. Ajaran Taqiyah itu pula PENUTUP yang membuat mereka berani memasuk- kan riwayat-riwayat palsu yang mengatas- Dalam upaya menutupi kelemahan namakan Ahlu Bait. Dalam hal ini Kulaini haditsnya yang tidak bersambung kepada berkata, Rasulullah, Syiah sengaja membuat konsep “Sesungguhnya para ulama kami Imamah. Padahal keyakinan mereka ter- meriwayatkan dari Abu Ja’far dan Abu hadap kema’shuman para Imam ternyata ‘Abdillah a.s, dan (saat itu) taqiyyah sangat lemah. Sebab para Imam sendiri sangatlah kuat, sehingga mereka me- tidak pernah mengakui dirinya sebagai nyembunyikan kitab-kitab mereka orang yang ma’shum sebagaimana yang (yang menyebabkan kitab-kitab itu) diklaim oleh Syiah. Bahkan mereka dengan tidak diriwayatkan dari mereka. Maka tegas mengaku bisa berbuat keliru dan ketika mereka semua meninggal, kitab- salah. Karena itu tidak tepat jika kaum kitab itupun sampai ke tangan kami. Syiah menempatkan mereka pada posisi Salah seorang imam mengatakan, ‘Sam- yang sesungguhnya tidak layak mereka paikanlah ia, karena ia adalah kebe- tempati. naran’.20 Selain itu, meski mereka mengaku Syiah juga tidak memiliki standar haditsnya bersambung pada para Imam, untuk penilaian hadits atau riwayat. ternyata tidak sepenuhnya benar. Sebab

19Ahmad Haris Suhaimi, Tautsiq al-Sunnah Baina al-Syi’ah al-Imamiyah wa Ahl al-Sunnah, (Kairo: Dar al-Salam, cet.1, 2003), hlm. 176. 20al-Kulaini, al-Kafi, juz I, hlm. 104. 21al-Kasyani, al-Wafi, Muqodimah, hlm. 9.

145 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 139 - 147 pada dasarnya ulama mutaqadimin mereka hadits-hadits ushul yang terdapat dalam tidak punya metode yang baku dalam me- kitab tersebut sanadnya tidak sahih. Meski nentukan kesahihan sebuah hadits. Mereka demikian, kitab tersebut tetap dijadikan hanya mencatat apa saja yang dianggap pegangan dan landasan pengambilan berasal dari para Imam, tanpa menyeleksi hukum karena adanya kesesuain dengan apakah berita tersebut benar-benar dari ajaran mereka. Dan atas alasan ini mereka Imam atau tidak. berani mengatakan bahwa sanad menjadi Ini bisa dimaklumi karena mereka tidak penting. tidak mengenal sanad. Mereka baru ter- Karena alasan itulah, para ulama sentak setelah mendapat kritik dari para Sunni khususnya yang ahli dalam bidang ulama Sunni tentanag kelemahan tersebut. ilmu jarh wa ta’dil (penilaian keadilan Atas kritikan tersebut, para ulama Syiah, perawi hadith) telah sepakat bahwa khusunya al-‘Allamah al-Huliy mulai mela- fenomena kebohongan di kalangan Syiah kukan kajian sanad. Itupun dengan men- lebih menonjol dibanding kelompok- contoh metode yang dipakai oleh ulama kelompok lain. Seringkali jika ditanya Sunni. Karena bahan dasarnya memang tentang perawi sebuah hadits, Syiah akan berbeda, akhirnya metode tashhih dan menjawab bahwa hadits tersebut tadh’if yang digagas oleh al-Huliy jika diriwayatkan oleh al-Husein, al-Baqir, diterapkan pada hadits-hadits Syiah akan Ja’far al-Shadiq atau Musa al-Kadzim. Jika menjatuhkan sebagian besar kredibilitas sudah demikian maka muktamadlah hadits hadits mereka, dan hanya menyisakan tersebut di mata mereka tanpa meneliti sedikit saja. apakah ia benar-benar datang dari para Hal ini sebenarnya bisa dimaklumi Imam atau tidak. Inilah pekerjaan rumah karena penulis kitab hadits Syiah sekelas yang harus diselesaikan oleh ulama dan Kulaini tidak memiliki metode yang baik cendekiawan Syiah ke depan. saat menulis kitabnya, al-Kafi. Mayoritas

DAFTAR PUSTAKA

Al-Amali, 1998. Al-Intishor, Beirut: Dar al-Shirot. al-Amili, Muhammad Hasan al-Hurr. t.t. Wasaa’il al-Shiah il Tahsil Masaa’il al-Shari‘a, Tahqiq oleh Muhammad al-Razi, Beirut: Dar Ihya at-Turats al Araby. al-Askari, Sayyid Murtadha. 1990. Ma’alim al-Madrasatain, Libanon: Mu’assasah al- Nuqman, Beirut Libanon. al-Kasyani, Muhsin. Al Wâfî al-Fayd, Isfahan: Maktabah Imam Amirul Mukminin. al-Kulaini, Abi Ja’far Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq.1338 H. Usul al-Kafi, Teheran: Darul Kutub al-Islamiyyah. al-Majlisi, Muhammad Baqir. 1983. Bihar al-anwar, Beirut: Mua’sasa al-Wafa’.

146 Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum dan Zainudin MZ) al-Thabarasi, Abi Mansur Ahmad ibnu Ali ibnu Abi Thalib. 1966. al-Ihtijaj, Najaf: Dar al- Nukman. al-Tirmidzi, Muhammad Ibnu ‘Is Abu ‘Is. 1994. al-Jami’ al-Shahih Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar Ihya at-Thurast.

Fal-Fadli, Abdul Hadi. 2003. Ushul Hadits wa Ahkamuha, Beirut: Mu’asasah Ummul Qura.

Fal-Najasi, Abu al-Abbas Ahmad ibnu Ali ibnu Ahmad ibnu al-Abbas. Rija al- Najasi, Qum: Muassah Nasrul Islam.

Fayyadah, Abdullah. 1986. Tarikh al-Imamiyah wa Aslafihim min al-Syi’ah, Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at.

Khameni, Ali. 1414 H. al-Usul al-Arba’ fi Ilmi ar-Rijal, Qum: Al-Majmau al-Alamiyah li Ahli al-Bayti Alaihissalam.

Mutahari, Murtadha. 2003. Pengantar Ilmu-ilmu Islam, (terj.) Ibrahim al Habsyi dkk, Jakarta: Pustaka Zahra.

Qal-Qafari, Nashiruddin Abdullah. 1993. Ushul Madzhab al-Syi’ah Istna Asy’ariyah, Jeddah: Hukuk Thobaah Al Mahfudoh.

Suhaimi, Ahmad Haris. 2003. Tautsiq al-Sunnah Baina al-Syi’ah al-Imamiyah wa Ahl al- Sunnah, Kairo: Dar al-Salam.

Syariati, Ali. 1995. Islam Mazhab Pemikiran Dan Aksi, (terj.) Afif Muhammad, Bandung: Mizan.

147