Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum Dan Zainudin MZ)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum dan Zainudin MZ) ANALISIS KRITIS METODOLOGI PERIWAYATAN HADITS SYIAH (Studi Komparatif Syiah-Sunni) Bahrul Ulum dan Zainudin MZ PT. Lentera Jaya Abadi Surabaya Telp. (031) 8679046 / HP. 08132155100 E-Mail: [email protected] IAIN Sunan Ampel Surabaya E-Mail: [email protected] Abstract: Shi’i Ithna Asy’ariyah is a group of Muslims who have different hadith books with a majority of Muslims. In the making of the book, the Shiite cleric has its own methods, particularly in the narration. This study aims to determine the method of narration Shia hadith. The authors use historical methods and critical analysis. Hitorical method used to determine the historical journey through the establishment of ideas in the book-making, paradigm used to look at the use of the method, and background affect his thinking. From the results of this research is basically the Shia do not have an accurate and scientific methods in determining the hadith narration track. Since the beginning, the scholars they pay less attention to this issue. They began to conduct studies after receiving criticism from Sunni clerics and modeled after the method used by the Sunnis. However, they still have difficulties because they do not have enough material to do that. Key words: shi’i, hadith, transmitter Abstrak: Syi’ah Itsna Asy’ariyah adalah sekelompok Muslim yang memiliki buku- buku hadits yang berbeda dengan mayoritas Muslim. Dalam penyusunan buku ini, ulama Syiah memiliki metode sendiri, terutama dalam periwayatan hadis. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui metode narasi hadits Syiah. Penulis menggunakan metode historis dan analisis kritis. Metode hitoris digunakan untuk menentukan perjalanan sejarah melalui pembentukan ide-ide dalam buku, keputusan, paradigma yang digunakan dan melihat penggunaan metode, serta latar belakang mempengaruhi pemikirannya. Makalah ini menegaskan bahwa pada dasarnya adalah Syiah tidak memiliki metode yang akurat dan ilmiah dalam menentukan periwayatan hadits. Sejak awal, para ulama mereka kurang memperhatikan masalah ini. Mereka mulai melakukan penelitian setelah mendapat kecaman dari ulama Sunni dan mencoba menggunakan metode yang digunakan oleh kaum Sunni. Namun, mereka masih mengalami kesulitan karena mereka tidak memiliki cukup bahan untuk melakukan hal tersebut. Kata kunci: syiah, hadis, periwayatan 139 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 139 - 147 PENDAHULUAN maksum, sehingga perkataan, perbuatan dan sifat-sifatnya juga sama dengan Nabi. Syiah merupakan firqah dalam Islam Konsekwensi dari hal ini mereka yang keberadaannya masih eksis sampai hari berpendapat bahwa perkataan para Imam ini. Selain Sunni, dibanding firqah lainnya juga dikatakan sebagai hadits. Mengenai seperti Khawarij, Mu’tazilah, Jabariyah, dan definisi ini, tidak ada pertentangan dan lain-lain, penyebaran Syiah lebih massif. Ciri perbedaan di kalangan ulama Syiah. khusus firqah ini yaitu keyakinannya Perbedaannya, hanya berkaitan dengan terhadap Imamah, sebuah keyakinan bahwa subyek Sunnah yang menyangkut apakah yang berhak menjadi khalifah setelah hanya Sunnah Nabi yang mengikat atau Rasulullah meninggal adalah Ali bin Abi juga yang diriwayatkan oleh para Imam Tholib dan keturunannya. Model keyakinan suci juga mengikat.3 Kaum Syiah meyakini seperti ini menjadi sumber epistimologi yang bahwa kedua-duanya mengikat. Sehingga penting dalam bangunan keyakinan Syiah. atas dasar pemahaman seperti ini kaum Menurut mereka, siapapun yang beriman Syiah dengan tegas menyatakan bahwa kepada Allah namun tidak beriman ter- berita atau khabar yang datangnya dari hadap kepemimpinan Ali dan para Imam para Imam berarti bisa dijadikan hujjah keturunannya, maka hukumnya sama dalam beragama, karena ia termasuk dengan musyrik. Ini karena menurut mere- hadits. Sebaliknya, apa-apa yang tidak per- ka, Allah yang menetapkan dan memilih nah datang dari Para Imam berarti tidak para Imam, sehingga iman kepada para bisa disebut hadits. Dengan alasan ini, Imam adalah sebuah keharusan. hadits-hadits yang bersumber dari para Mereka percaya bahwa Imamah, se- Imam adalah shahih tanpa perlu kesinam- perti kenabian, tidak wujud kecuali dengan bungan riwayat (ittishal) dengan Rasulullah nash dari Allah melalui lisan Rasul-Nya, sebagaimana persyaratan keshahihan atau lisan Imam yang diangkat dengan hadits dalam Sunni.4 nash, yaitu dia akan menyampaikan dengan nash Imam yang bertugas sesudah- ISMAH PARA IMAM DAN PENOLAK- nya.1 Berdasar pemahaman ini kemudian AN PERIWAYATAN SAHABAT kalangan Syiah mengklaim bahwa semua perkataan Imam Dua Belas yang ma’shum Keyakinan tentang kema’shuman pada dasarnya berasal dari Rasulullah.2 para Imam oleh kalangan Syiah sebenarnya Karenanya para Imam tersebut tidak tidak memiliki dasar yang kuat. Itu hanya ubahnya seperti Nabi yang memiliki sifat pengakuan yang berdasar pada klaim, 1Muhammad Ridha al-Muzhaffar, Aqaid al-Imamiyah, Markaz Abhas Al Aqoid, Iran. Cetakan II th. 1424 H. hlm.72 2Namun riwayat ini perlu ditelusuri kebenarannya, karena seorang perawi bernama Sahal Ibnu Jiyad di kalangan Syiah sendiri adalah perawi dhaif. Ini dapat dilihat pada kitab rijal Syiah, Rijal Najasi no. 490, hl.185 (Muassah Nasrul Islam, Qum, Iran, t.t.), Rijal Ibnu Ghadairi, hlm. 59 Qum: Darul Hadits, 1422 H) 3Murtadha Mutahari, Pengantar Ilmu-ilmu Islam, (terj.) Ibrahim al Habsyi dkk, (Pustaka Zahra, Jakarta, 2003), hlm. 15. 4Abdullah Fayyadah, Tarikh al-Imamiyah wa Aslafihim min al-Syi’ah, Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at, . cet.3, 1986, hlm. 140. 140 Analisis Kritis Metodologi Periwayatan Hadits Syiah (Bahrul Ulum dan Zainudin MZ) bukan berdasar nash. Dalam al-Qur’an ia akui dari Ja’far Shadiq bahwa Aisyah maupun hadits Rasulullah, tidak ada yang telah meracuni Rasulullah hingga menye- menjelaskan tentang keismahan para Imam babkan beliau meninggal. Hadist tersebut Dua Belas. berbunyi, “Sesungguhnya Aisyah dan Argumen Syiah tentang ke-ma’shum- Hafsah telah membunuh Rasulullah an para Imam juga terbantahkan dengan dengan meminumkan racun yang telah pernyataan Imam mereka sendiri. Imam mereka rencanakan”7 Ali pernah berkata: “Maka janganlah Tuduhan yang dilontarkan Syiah itu kalian menahan diri dari berkata yang tidak perlu ditanggapi, sebab sama sekali benar, atau bermusyawarahlah dengan tidak ada bukti ilmiah dan fakta empirik cara adil, maka sesungguhnya aku tidak yang mendukung tuduhan itu. Semua itu merasa pada diriku lebih daripada aku hanya kebencian yang berlebihan terhadap melakukan kesalahan, dan aku tidak me- orang yang dianggap tidak senang dengan rasa aman itu terjadi dari perbuatanku.”5 Imam Ali. Lebih jauh Syiah menilai bahwa Demikian pula pengakuan Abu Abdillah para sahabat Nabi adalah manusia yang Ja’far ash-Shadiq yang mengatakan: “Se- paling buruk akhlaknya, paling hina ketu- sungguhnya kami berdosa, kemudian kami runannya, perampas kekuasaan, gila dunia bertaubat kepada Allah dengan sebenar- dan sebagainya. Bahkan dalam keyakian benarnya”.6 mereka, mayoritas sahabat telah murtad Berdasar pengakuan tersebut, sebenar- setelah wafatnya Rasulullah, kecuali bebe- nya bisa diketahui bahwa kema’shuman rapa saja. para Imam tersebut hanya sekedar klaim Menurut Syiah, hanya sedikit sahabat kaum Syiah yang tidak memiliki dasar yang yang masih Islam setelah wafatnya Rasu- kuat. Dampak dari pemahaman bahwa lullah. Pemahaman seperti ini terdapat para Imam itu ma’shum, orang Syiah me- dalam berbagai kitab Syi’ah dan setiap nolak hadits-hadits Nabi yang diriwayat- pengikutnya berpegang kepada akidah ini. kan oleh selain para Imam tersebut. Karena- Setiap tulisan ulama mereka selalu memuat nya periwayatan para sahabat radhiyallahu riwayat yang menyebutkan bahwa para anhum, temasuk istri Rasulullah, Aisyah, sahabat telah murtad sepeninggal Rasu- yang dianggap melawan Ali pada perang lullah. Karena itulah mereka melakukan Jamal. tidak mereka terima. tabarri (tabarra – yakni menyatakan sikap Tidak cukup di situ, ketidaksukaan berlepas diri dan tidak mempunyai hubu- kaum Syiah terhadap istri Rasulullah ini ngan kasih sayang) terhadap para sahabat. sampai membuat mereka mengeluarkan Ironisnya, tuduhan seperti itu juga mereka tuduhan yang keji. Mereka menuduh putri tujukan kepada sahabat-sahabat besar Abu Bakar al-Sidiq ini yang membunuh Rasullullah seperti Sayyidina Abu Bakar, Rasulullah. Al-Amili dalam kitabnya Al- Umar, Ustman, Abdul Rahman bin ‘Auf, Intishor mengutip Al-Majlisi dalam Haya al- isteri-isteri Rasullullah dan lain-lain. Qulub yang menukil sebuah riwayat yang 5Muhammad Baqir al-Majlisi, Bihar al-anwar, (Libanon: Mua’sasa al-Wafa’, 1983) juz XVII, hlm. 253. 6Ibid, juz XV, hlm. 207. 7al-Amali, al-Intishor, (Beirut, Libanon: Dar al-Shirot, , cet. 1, 1422 H), juz IX, hlm. 101. 141 PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 139 - 147 Syi’ah juga mengatakan sepuluh sahabat bersifat ‘udul. Mereka mengatakan orang sahabat yang dijanjikan surga oleh bahwa keputusan para ulama Sunni ten- Nabi sebagaimana yang jelaskan oleh tang keadhalahan sahabat adalah keputusan hadith di sisi Ahlus Sunnah, akan disiksa yang salah. Sebab menurut mereka tidak oleh Allah ta’ala di dasar api neraka.8 Bah- cukup bukti yang bisa dijadikan sandaran kan menurut mereka, orang yang paling bahwa para sahabat itu orang yang adil keras disiksa di dalam neraka adalah Abu sehingga periwayatannya bisa dipakai. Bakar dan Umar. Kedua sahabat Rasu- Syiah tidak menerima keadalahan lullah ini menurut Syiah mendapat laknat sahabat karena menurutnya hal itu juga dari Allah dan para Malaikat.9