PEMBELAJARAN BASO ALUS (BEBASO) DI SEKOLAH: Suatu Ancangan dalam menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang

Houtman Universitas PGRI Palembang Jl. A.Yani 9/10 Ulu Palembang Telp. 0711-510043 Email: [email protected]

Diterima :26/32/2013 Direvisi :25/05/2013 Disetujui : 30/08/2013

ABSTRAK Keurgensian peran bahasa Palembang, khususnya bebaso selain sebagai sarana komunikasi internal juga sebagai medium pembangunan, pengembangan, dan pewarisan budaya komunitas pemilik bahasa tersebut pada setiap anggota komunitasnya. Perhatian terhadap usia kelas-kelas permulaan pada tingkat pendidikan dasar sebagai usia produktif dalam pemerolehan bahasa (termasuk bahasa Palembang sebagai bahasa ibu) juga perlu dilakukan. Untuk itu bahasa pengantar dalam pendidikan pada jenjang tersebut menggunakan bahasa Palembang. Pemberian pelajaran dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Palembang pada tingkat permulaan dapat menjadi sarana bagi pembentukan sikap percaya diri pada peserta didik. Mereka merasa dihargai, karena bahasa yang mereka gunakan yang sekaligus menjadi sarana sosialisasi budaya yang membentuk diri mereka digunakan sebagai sarana dalam penyampaian pengetahuan di sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Selain itu, secara psikologis siswa merasa aman berada di sekolah dan akan selalu siap untuk menerima pelajaran. Rendahnya daya serap akan terjadi jika pelajaran tertentu disampaikan dalam bahasa kedua yang belum dikuasai peserta didik. Selain harus berjuang untuk memahami materi pelajaran juga dalam waktu yang bersamaan siswa harus mengerahkan segala potensinya untuk memahami bahasa yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran tersebut.Terapan konkret yang harus dilakukan adalah dalam bentuk penempatan bahasa Palembang Halus (bebaso) sebagai salah satu Mata Pelajaran dan ini sudah sesuai dengan substansi Kurikulum 2013.

Kata kunci: Pembelajaran, Bebaso, Kurikulum 2013

LEARNING BASO PALEMBANG ALUS (BEBASO) IN SCHOOL : PREPAREDNESS IN FACE CURRICULUM IMPLEMENTATION IN PALEMBANG CITY

ABSTRACT Remember the importance of the role , especially bebaso besides as a medium internal communication but also as a medium construction, development, and inheritance culture community from owners of the language in each community members; and pay attention for beginning age classes at elementary level as a productive ages in obtaining language (including Palembang language as a mother tongue), then , the use of intermediate language at that education level should use Palembang language. Giving lessons using intermediate language at beginning levels can be medium for forming self confidence in students. They feel valued, because language that they usually use and as a medium culture socialization that forming their self confidence, used as a medium in knowledge delivery at their school. Besides that, psychologically students feel safe in school and will always ready for accepting lessons. Inability would occur if certain subjects delivered in secondary language that students have not mastered yet. Besides must struggling to understand lesson materials, also at the same time students must pull out all of their potentials to understand language that spoken in delivered lesson materials. Applied concrete that must to do is in the placement form of Palembang language (bebaso) as a subjects and this is appropriately with the substance of the curriculum 2013.

Keywords: Learning, Bebaso, Curriculum 2013 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

PENDAHULUAN Al-Biruni, ahli geografi Persia yang Palembang adalah satu wilayah mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, yang secara geografis terletak di pulau mengatakan bahwa negeri Sriwijaya . Sumatera atau Sumatra terletak di pulau Suwarandib. Namun adalah pulau keenam terbesar di dunia ada juga orang yang mengidentifikasi yang terletak di , dengan luas Serendib dengan Srilangka, yang tidak 443.065,8 km2. Penduduk pulau ini pernah disebut Suwarnadwipa. Tahun sekitar 42.409.510 jiwa (2000). Pulau 2009, jumlah penduduk kota ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Palembang adalah 1.471.855 jiwa. Pulau Percha, Andalas, atau Artinya, untuk suatu niat melakukan Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, pemertahan bahasa daerah adalah berarti "pulau emas"). Kemudian pada sangat potensial dan tidak perlu muncul Prasasti Padang Roco tahun 1286 kekhawatiran untuk fenomena dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa kepunahan. (1) Sanskerta, berarti "tanah emas") dan Salah satu kekayaan budaya bhūmi mālayu ("Tanah Melayu") untuk Palembang yang dikenal sebagai menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam masyarakat Melayu-Palembang, adalah naskah Negara kertagama dari abad dimilikinya Bahasa Palem bang. Baso ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Palembang Alus atau bebaso saat ini Malayu" (Melayu) untuk pulau ini. (1) sudah hampir punah. Untuk itu menurut Dalam cerita rakyat Lampung Syarifuddin (2008), perlu usaha tercantum nama tanoh mas untuk melestarikan dan mendokumentasikan menyebut pulau Sumatera. Seorang nya sebagai wujud kepedulian kita, musafir dari Cina yang bernama I-tsing dengan mengada kan kursus atau (634-713), yang bertahun-tahun menerbit kan buku kamus. menetap di Sriwijaya (Palembang Pelaksanaan dan pengem bangan sekarang) pada abad ke-7, menyebut pengajaran Baso Palembang Alus Sumatera dengan nama chin-chou diberikan sebagai bentuk pengajaran yang berarti "negeri emas". supplemen dalam mata pelajaran Para musafir Arab menyebut muatan lokal di sekolah.(2) Sumatera dengan nama "Serendib" Pembelajaran muatan lokal (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi merupakan bagian dari pembela jaran dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan bahasa daerah yang semesti nya ada,

80 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang namun tidak dihadirkan dalam Sebagai langkah awal untuk pembelajaran di sekolah. Tahun 2013 mengantisipasi kegagalan dalam tindak diluncurkan Kurikulum 2013 yang lebih lanjut program pembelajaran bahasa mengakomodasi persoalan daerah Palembang ini, peneliti pembelajaran. Sosialisasi Kurikulum melakukan survey dan kajian telah dilakukan. Muatan materi dokumentasi terhadap pember dayaan pelajaran bahasa daerah dimunculkan dan realitas bahasa yang ada dengan lebih baik dalam pembelajaran berdasarkan konteks pemakai bahasa. Seni Budaya. (3) Tujuan Penelitian Baso Palembang Alus, terancam Penelitian ini bertujuan: mengalami kepunahan dapat disiapkan a) menjelaskan pentingnya kedu dukan untuk menjadi salah satu mata bahasa daerah dalam konteks pelajaran. Untuk itu persiapan kehidupan bermasyarakat sebagai perangkat pembelajaran harus cerminan karakter budaya dan dilakukan sebaik mungkin. Bentuk kekayaan lokal; b) Mendeskripsikan anjuran yang dikemukakan para ahli pendapat masyarakat terhadap antara lain penyiapan pengembangan pemakaian bahasa Palembang Halus model pembelajarannya. Menurut (Bebaso) dalam kehidupan sehari-hari; Sudaryat (2010), pengembangannya c) Memberikan informasi melalui studi harus dikelola berdasarkan pendekatan dokumentasi dan penelitian lapangan sistematis atau model daur hidup, yang tentang kemungkinan masuknya memiliki lima langkah hierarkis, yakni bebaso sebagai salah satu mata (1) analisis kebutuhan, (2) pendesainan pelajaran di sekolah khususnya di Kota model, (3) pengembangan program Palembang (melalui Mata Pelajaran kegiatan, (4) implementasi program Sosial Budaya sebagai mana yang kegiatan, dan (5) evaluasi proses dan tercan tum dalam ancangan Kurikulum hasil atau melakukan swa-uji (self- 2013) assessment). Kelima langkah tersebut dipengaruhi lingkungan dan tujuan, Kontribusi Penelitian kurikulum, model kegiatan, Penelitian ini menjadi penting pengubahsuaian, dan sistem mengingat dua hal yakni semakin lama evaluasi.(4) Baso Palembang alus mendekati kepunahan dalam sendi-sendi

81 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

berkomunikasi kehidupan masyarakat berbasis bahasa daerah dalam di Kota Palembang. Penganjuran pembelajaran di sekolah. (9) penggunaan bahasa ini penting karena Tinjauan Pustaka kosa kata Baso Palembang Alus, Konsep kebudayaan daerah sangat kaya dengan kearifan lokal itu sering dipertentangkan dengan sendiri. Penuturannya yang lemah kebudayaan nasional. Konsep lembut dengan penggunaan sesuai kebudayaan daerah dalam tulisan ini tingkatan sosial dan umur mengacu pada kebudayaan yang penggunaannya, seperti halnya dalam terdapat pada sukubangsa-sukubangsa pemakaian bahasa Jawa, akan dalam suatu negara.(10) Dalam konteks memberi sebuah bentuk penjagaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada entitas harmonisasi nasional di kebudayaan daerah adalah kalangan warga Palembang, sebab kebudayaan yang dimiliki oleh Baso Palembang Alus ini sangat sukubangsa-sukubangsa yang tersebar bertolak belakang dengan penggunaan di seluruh wilayah RI, seperti Bahasa Palembang sehari-hari, Baso kebudayaan Palembang, Jawa, Bali, Palembang Pasaran, yang menjadi alat Sunda, Bugis dll. komunikasi warga kota Palembang Adapun Kebudayaan merupa kan sekarang ini. Baso Palembang Pasaran seperangkat peraturan atau norma cenderung mengandung kekasaran, yang dimiliki bersama oleh anggota arogansi dan merendahkan lawan masyarakat, yang melahirkan perilaku bicaranya, seperti yang menjadi yang dipandang layak dan dapat stereotipe masyarakat Palembang diterima oleh seluruh anggota sekarang ini. Jadi, diharapkan dengan masyarakat.(11) Kebudayaan terdiri dari menerapkan kembali penggunaan Baso nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi Palembang Alus, di sekolah-sekolah abstrak tentang jagat raya yang berada diharapkan akan kembali “membu di balik, dan tercermin dalam perilaku mikan” masyarakat Palembang itu manusia. Semua itu merupakan milik sendiri. (5,6,7,8) bersama anggota masyarakat dan Rekonstruksi Bahasa Palem bang apabila orang berbuat sesuai dengan perlu dianjurkan sebagai sebuah solusi itu, maka perilaku mereka dianggap positif dan efektif muatan lokal dapat diterima di dalam masyarakat.

82 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang

Orang memelihara kebudayaan untuk lambang yang diciptakan secara menangani masalah dan persoalan sukarela, manusia dapat meneruskan yang dihadapi. Kebudayaan harus kebudayaan dari generasi yang satu ke dapat memenuhi kebutuhan-kebutu han generasi yang lain.(14) Kebudayaan pokok dari orang-orang yang hidup dipelajari dan diwariskan melalui menurut peraturan-peraturan nya, sarana bahasa, bukan diwariskan harus memelihara kelangsungan secara biologis. hidupnya sendiri, dan mengatur agar Bahasa khususnya, bahasa anggota masyarakat dapat hidup pertama yang dikuasai manusia sejak secara teratur. Kebudayaan harus awal hidupnya melalui interaksi dengan menemukan keseimbangan antara sesama anggota masyarakat sering kepentingan pribadi dan kebutuhan disebut bahasa ibu (native language masyarakat. Kebudayaan harus atau mother language) diperoleh memiliki kemampuan untuk berubah secara intuitif. (15) Dalam pemerolehan agar dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat oleh seorang keadaan-keadaan baru atau mengu anak manusia yang menjadi anggota bah persepsinya tentang keadaan yang masyarakat, di tempat itu berlangsung ada. (12) pula secara intuitif dan simultan tatkala Semua perilaku manusia dimulai mereka mempelajari bahasa Ibunya. dengan penggunaan lambang. Untuk Melalui galur-galur ungkapan yang itu, aspek simbolis yang terpenting dari mapan, sistem gramatika dan leksikon kebudayaan adalah bahasa, pengganti yang tersedia dalam bahasa ibu, objek dengan kata-kata. Salthe seorang anak manusia yang menjadi (1972:402) menegaskan bahwa bahasa anggota masyarakat telah dibentuk simbolis adalah fundamen tempat cara pandang, nilai-nilai yang berlaku kebudayaan manusia dibangun. dalam masyarakat bahasa dan budaya Pranata-pranata kebudayaan, seperti setempat. struktur politik, agama, kesenian, Dalam hubungan dengan organisasai ekonomi tidak mungkin ada penggunaan bahasa ibu (daerah) tanpa lambang-lambang.(13) Metode sebagai bahasa pengantar pada tingkat yang murni manusiawi untuk permulaan, dapat dikemuka kan hasil menyampai kan gagasan, emosi, dan penelitian yang dilakukan oleh Freeman keinginan dengan menggunakan sistem dan Freeman (1992:32) yang

83 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

menunjukkan bahwa peserta didik yang HASIL belajar di sekolah-sekolah dengan Berdasarkan penelitian yang telah menggunakan bahasa pengantar dilakukan, bahasa Palembang memiliki bahasa kedua (bahasa Inggris) sering dua kategori yaitu bahasa sehari-hari mengalami kesulitan dalam belajar (pasaran) dan bahasa halusnya yang mata pelajaran lain, seperti disebut dengan istilah bebaso. Baso matematika, IPA, IPS dan Palembang mempunyai dua tingkatan, sejenisnya.(16) Namun sebaliknya, yaitu bahasa halus dan bahasa sehari- siswa yang belajar di sekolah-sekolah hari. yang menggunakan bahasa ibu Baso halus atau disebut juga sebagai bahasa pengantar, cenderung bahasa anggon, semula hanya tidak mengalami kesulitan dalam digunakan di kalangan keraton saja, mengikuti kegiatan belajar-mengajar kemudian berlaku untuk segala yang menggunakan bahasa pengantar golongan masyarakat. Pada masa lalu, bahasa kedua.(17) sangat tercela dan memalukan sekali

apabila seorang anak muda tidak METODOLOGI pandai bebaso, istilah yang dipakai Penelitian ini menggunakan metode untuk berbicara dengan halus, ketika ia: deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan berbicara dengan halus, berbicara dengan wawancara, catatan lapangan, dengan orang tua atau mertuanya, dan penggunaan dokumen. Fungsi isteri terhadap suami, bicara dengan manusia sebagai instrumen penelitian orang tua atau mertuanya, bicara dan pengamatan berperan serta dengan wong bebangso, istilah yang menjadi hal yang penting dalam digunakan untuk orang yang eksplorasi data. Peneliti juga kedudukannya dalam kekerabatan lebih melakukan uji keabsahan data melalui tinggi, seperti datu’, yai, nyai, wa’, aba, perpan jangan keikutsertaan, ema’, mamang, bibi, kaka’, ayu’ dan ketekunan pengamatan, triangulasi, sebagainya. dan pemerik saan sejawat melalui Baso Palembang, selalu dituturkan diskusi.(18) Analisis data digunakan secara lemah lembut, diucapkan teknik padan intralingual.(19) dengan tutur kata, irama dan lagu serta

dengan perasaan yang halus, sehingga

dapat dimengerti oleh si pendengarnya.

84 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang

Sangat janggal sekali kedenga rannya, langsung, harus dengan bahasa apabila Baso Palembang ini diucapkan panggilan yang khas misal wak, bibi, dalam suasana sedang marah. Ini mang cek, bik cik, dan lain-lain. menunjukkan bahwa budaya wong Bertolak dari uraian di atas, Palembang tidak mengenal sifat berikut dijabarkan penggunaan Bahasa amarah, atau setidak-tidaknya harus Palembang Halus berdasar kan kelas mampu mengekang dirinya untuk tidak sosial masyarakat. marah kepada siapapun. Perasaan PEMBAHASAN senang atau kurang senang terhadap Kelas Sosial Terbuka seseorang biasanya diungkapkan dalam bentuk sindiran melalui pantun, Penggunaan bahasa Palem bang peribahasa, dan pepatah-petitih. halus di Palembang kini sudah hampir Informan mengatakan bahwa punah. Beberapa faktor penyebabnya, bahasa Palembang halus sekarang ini yakni: a) pengaruh bahasa dari luar hampir punah dikarenakan banyak (bahasa asing dan bahasa gaul); b) timbul bahasa asing dan bahasa gaul faktor ekonomi, politik, dan budaya yang dipakai anak muda sekarang. Di yang sudah tercemar; c) faktor etika samping itu, dilihat dari cara yang tidak lagi menghormati orang penghormatan berbicara, orang muda yang lebih tua. cenderung tidak lagi menghormati Hasil survey di lapangan menun orang tua, begitupun orang tua tidak jukkan bahwa hanya beberapa acara lagi menghormati orang muda dan komunitas saja yang masih dikarenakan faktor sosial, ekonomi, dan menggunakan bahasa Palembang politik. halus, seperti: upacara adat, acara Tingkatan strata terhadap orang kesultanan Palembang, dan komuni tas yang mempunyai gelar Nyimas, orang tua Kiemas, dan Ki Agus untuk Sangat berbeda dengan di zaman penggunaan bahasa Palembang halus kesultanan, bila berkata dengan orang dan cara berbicaranya dengan Nyimas, yang lebih tua seorang anak harus Kemas, dan Ki Agus sebaiknya lebih berkata dengan baik dan sopan. lembut. Kemudian apabila kita Contoh: memangil orangtua yang lebih tua dari Nyai : nak ke pundi niko? (mau ke kita tidak boleh memanggil namanya mana kamu)

85 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

Anak Kecil : dak do Nyai, kulo nak ke mereka: 1) Kak Cak (kakak tertua); 2) situ. (tidak ada Nyai, aku mau ke sana). Kak Mi’; 3) Kak Nga; 4) Kak Cek 5) Kak Cik Intonasi yang digunakan ketika Bila tidak bisa lagi, baru menyebut mereka bercakap-cakap mengguna kan namanya seperti pada sepupunya: 1) intonasi yang lembut dan ramah. Tidak Kak Ali; 2) Kak Ujuk; 3) Kak Ma dengan intonasi yang kasar dan tinggi. Bila seorang anak ingin memanggil Bila seorang anak mengucapkan kata- pamannya dan pamannya banyak kata yang kasar, maka dianggap tidak maka mereka akan memanggil dengan sopan dan tidak menghormati orangtua. sebutan: 1) Mang Cak; 2) Mang Cek; 3) Bila diperhati kan, cara yang digunakan Mang Cak Besak; 4) Mang Cak Kecik ; penutur orang Palembang memiliki cara 5) Mang Ujuk dan seterusnya. yang sama dengan orang Jawa. Bila tidak dapat lagi memberikan Karena, Kesultanan Palembang nama panggilan, barulah dengan dulunya memang mengadaptasi terpaksa memanggil dengan nama budaya Jawa aslinya. Ini disebabkan bila memang gil Bila dianalisis lebih dalam, kebia nama asli dianggap tidak sopan. saan orang Palembang ketika menye butkan nama seseorang tidak boleh Kelas Sosial Tertutup menyebutkan nama aslinya, seperti Bila dianalisis dari segi kedudu kan contoh berikut ini. dan gelar yang ada pada orang-orang Seorang adik ingin mengundang Palembang, ada beberapa golongan, kakaknya untuk menghadiri pernika han yakni bisa dilihat pada gambar gelar kakaknya yang berjumlah 5 orang kebangsawanan berikut: kakak kandung dan 3 orang kakak sepupu. Sang adik harus memanggil

Gambar 1. Gelar Kebangsawanan

Raden dan Raden Ayu Mas Agus dan Mas Ayu Kemas dan Nyimas Ki Agus dan Nyayu

86 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang

Menurut pengakuan informan Palembang, sering ditafsirkan bahwa (Bapak Azim), bahwa gelar yang yang paling atas adalah orang yang diberikan dulunya hanya sebagai memiliki keturunan Raden lalu diikuti bentuk penghormatan dan sebagai secara bertahap sampai Ki agus, bentuk jalan untuk melancarkan syariat ternyata tidaklah benar. Menurut agama Islam serta sebagai cara untuk informan, itu hanyalah rekayasa orang saling hormat-menghormati sesama Belanda yang ingin merusak masyarakat. Semua sama, baik itu di kesultanan Palembang. Dalam lingkungan masyarakat maupun di sejarahnya, rumah adat Palembang kalangan bangsawan harus menunjukkan bentuk oposisi menggunakan bahasa yang baik dan pemerintahan kerajaan yang dapat sopan. dilihat pada gambar 2 berikut: Berdasarkan simbol rumah adat

Gambar 2. Komposisi pemerintahan Kerajaan Palembang berdasarkan rumah adat

Ulama

Raden Mas Agus

Kemas Raden

Bila diamati, siklus tersebut yang Hasil analisis, mereka yang ingin paling atas yakni Ulama merupakan mempelajari bahasa Palembang tidak orang tertinggi dalam kerajaan dan bisa begitu saja mempelajarinya. Hal ini paling dihormati serta yang mengisi dikarenakan faktor agama Islam. Jadi pada bagian atas bisa itu orang yang sangat sulit bila orang asing ingin bergelar Ki Agus, Mas Agus, Raden. mempelajari bahasa Palembang, Tidak menutup kemungkinan bahwa berbeda dengan orang yang menetap gelar Raden bisa saja di bawah dalam dan menikah serta anak-anak yang oposisi pemerintahan. Tujuannya tidak baru tinggal di Palembang, tidak lain hanyalah untuk menyebarkan menutup kemungkinan mereka dapat agama Islam di Palembang. memperoleh dan mempelajari bahasa

87 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

Palembang Halus. pendatang dari daerah atau kota lain yang menggunakan bahasa yang Bebaso dalam Komunitas Pengguna berbeda, sehingga masyarakat ikut Kota Palembang terpengaruh menggunakan bahasa Bebaso digunakan sebagai sebuah pendatang tersebut. Selain itu, Bahasa penghormatan kepada Raja Palembang Palembang halus ini tidak. Kurangnya terdahulu. Bebaso merupakan bahasa bahan ajar juga merupakan salah satu yang paling tua dari bahasa-bahasa faktor penyebab. Seharusnya, Bebaso lain, namun pernah mendapat dijadikan muatan lokal di sekolah- pengaruh dari bahasa Jawa, Melayu, sekolah dasar maupun di tingkat SMP Arab, dan China.(20) dan SMA, karena bebaso mengandung Menurut penutur daerah atau norma sopan santun, menghindari dari informan yang diteliti, penggunaan kekerasan dan kesalahpahaman bahasa Palembang halus sudah jarang makna dalam berbahasa. Bebaso juga digunakan. Masyarakat setempat enak didengar dan dipandang mata hanya menggunakan bahasa pasaran karena penyampaiannya secara sopan atau sehari-hari, karena bahasa sehari- dan halus, nada suaranya tidak tinggi, hari lebih mudah digunakan dari pada lambat, serta dengan sikap merendah. bahasa halus (bebaso). Namun, Berkenaan dengan penggunaan bebaso masih digunakan oleh bahasa Palembang halus yang komunitas-komunitas tertentu yang digunakan oleh kalangan atau penutur terdapat didaerah-daerah tradisional di daerah tertentu, antara penutur satu Kota Palembang. Khususnya di sekitar dengan penutur lain tidak ada Masjid Agung dan pengurus-pengurus perbedaan. Hanya saja digunakan Masjid Agung masih banyak yang pada situasi-situasi tertentu saja. menggunakan bahasa Palembang Misalnya, saat bertemu dengan halus (bebaso). Ini artinya bebaso sesama asli penutur daerah, sedang masih digunakan meskipun para berkumpul dengan rekan sesama penggunanya hanya sedikit. pengurus, bahkan saat upacara adat Bebaso atau bahasa Palem bang atau acara-acara dilingkungan halus sudah jarang digunakan atau bisa kesultanan saja. dikatakan langka. Penyebab kelangkaan ini dikarena kan pengaruh

88 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang

Keadaan Bahasa Palembang Halus Bebaso dipakai oleh anak kepada menurut Penutur dan Komunitasnya. orang tua, menantu kepada mertua,

Bahasa Palembang halus sangat murid kepada guru, atau antar penutur jarang dipakai karena tidak banyak yang seumur dengan maksud untuk penuturnya. Bahasa tersebut hanya saling menghormati, karena Bebaso digunakan di kalangan keluarga artinya berbahasa sopan dan halus. Kesultanan Palembang atau oleh Dalam praktiknya sehari-hari, orang golongan tertentu yaitu golongan wong Palembang biasanya mencampurkan jeghu yang merupakan orang-orang bahasa ini dan bahasa Indonesia bangsawan atau zuriat raja-raja (pemilihan kata berdasarkan kondisi Palembang. dan koherensi) sehingga penggunaan Bahasa Palembang halus bahasa Palembang menjadi suatu seni dipergunakan dalam percakapan tersendiri. dengan pemuka masyarakat, orang- Bahasa Palembang digunakan orang tua, atau orang-orang yang dalam kota Palembang, terutama di dihormati, terutama dalam upacara- daerah pinggiran sungai. Penduduk di upacara adat. Bahasa ini berakar pada sekitar sungai menggunakan bahasa bahasa Jawa karena raja-raja Palembang sehari-hari dalam Palembang berasal dari Kerajaan berkomunikasi. Beberapa daerah yang Majapahit, Kerajaan Demak, dan menggunakan bahasa Palembang yaitu Kerajaan Pajang. Perbendaharaan kata di daerah Seberang Ulu I, Seberang Baso Palembang halus banyak Ulu II sampai kampung-kampung di persamaannya dengan perbendaha daerah 16 Ilir Barat II, dan Ilir Timur II. raan kata, pengucapannya, maupun Namun perlu diketahui juga bahasa di maknanya dalam bahasa Jawa. Sumatera Selatan beragam, bahkan Sedangkan Bahasa Palembang sehari- setiap daerah memiliki bahasa sendiri hari dipergunakan oleh orang-orang yang terkadang sangat jauh berbeda. Palembang berakar pada bahasa Bahasa Palembang dipengaruhi oleh Melayu. Golongan masyara kat yang beberapa bahasa tetangga yang menggunakan bahasa Palembang digunakan oleh masyarakat yang ada sehari-hari disebut wong jabo atau didaerah-daerah tertentu di Sumatera orang-orang Palembang pada Selatan. Beberapa bahasa lokal lainnya umumnya. seperti bahasa Sekayu, bahasa

89 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

Komering, bahasa Ogan (Melayu yang diajarkan disekolah dan sudah Pegagan) dan lain-lain. Ada beberapa termasuk dalam kurikulum kata dalam bahasa Palembang yang pembelajaran. Salah satu hambatan umum digunakan dalam keseharian. yang mempengaruhi kurang Seiring perpindahan penduduk ke berkembangnya pemakaian bahasa daerah-daerah tertentu di luar Kota Palembang adalah pandangan Palembang, sehingga pemakaian masyarakat yang menganggap bahasa bahasa Palembang juga digunakan Palembang tidak begitu penting, didaerah-daerah tertentu. Beberapa khususnya pada anak-anak di wilayah daerah yang menggunakan bahasa Palembang. Kurangnya minat apresiasi Palembang adalah daerah Baturaja, terhadap bahasa Palembang itu dapat Muara Enim, Lahat, Muara dua, Tebing menye babkan punahnya bahasa Tinggi dan daerah Empat Lawang. Palembang. Seiring perkembangan Umumnya orang-orang yang tidak zaman, di era globalisasi serta mengerti bahasa Palembang hanya pengaruh dari berbagai bahasa lain tahu bahasa bahasa Palembang itu yang memiliki peran lebih dapat sekedar mengganti huruf “a” di ujung menyebabkan bahasa Palembang kata dengan huruf “o”. Padahal tidak terabaikan. Akhirnya bukan tidak sesederhana itu, ada penggabungan mungkin bahasa Palembang akan kata dan kata-kata serta imbuhan hilang, jika jumlah penuturnya semakin tertentu yang sangat berbeda. Bahasa berkurang. Palembang adalah bahasa yang Upaya pemerintah Kota Palembang dipergunakan oleh masyarakat Palem terhadap Bahasa Palembang Halus bang dengan jumlah penutur asli Berdasarkan hasil wawancara diperkirakan 500.000 orang. Bahasa dengan informan, beberapa waktu lalu Palembang saat ini sangat minim ada tim khusus untuk membentuk dan dipahami karena kurangnya sosiali sasi mengumpulkan kosa kata Bahasa dan tidak diajarkan dalam pendidikan Palembang Halus dan menyusunnya formal di sekolah. (23) dalam bentuk buku. Hal tersebut Pada umumnya pemakaian bahasa mendapat respon dari Pemerintah Kota Palembang hanya digunakan dalam Palembang dan Sultan Mahmud lingkungan keluarga dan masyarakat Badarudin III. Koran Harian Sumatera sekitar. Berbeda dengan Bahasa Jawa

90 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang

Ekspress, Kamis, 18 Maret 2010 telah belajar sejarah dan budaya lokal. memuat peluncuran buku yang berjudul Ketiga, bahwa dengan belajar bahasa “Tata Bahasa dan Kamus Baso daerah dapat memberi pemahaman Palembang”. secara empirik terhadap makna Menurut Prof. Badarel Munir Amin keanekaragaman dalam dalam artkelnya di Koran Sumeks ketunggalikaan sukubangsa- tersebut, tujuan diluncur kannya buku sukubangsa yang terdapat di tersebut, agar menjadi panduan para Indonesia. generasi penerus muda mengenai adat Penyusunan materi pengaja ran istiadat Kota Palembang melalui harus mempertimbangkan latar bahasa Palembang. belakang bahasa ibu peserta didik serta tingkat pendidikannya. Apabila peserta Ancangan Pemelajaran Bebaso di didiknya berlatar belakang bahasa ibu Sekolah Pengajaran bahasa ibu (daerah) bahasa Indonesia, maka pengajaran sebagai salah satu mata pelajaran di bahasa daerah harus didasarkan pada sekolah-sekolah dari pendidikan dasar upaya penguasaan keterampilan sampai perguruan tinggi penting. berbahasa (secara praktis) secara baik Beberapa alasan yang dapat dan benar sebagai prioritas utama. dikemukakan sebagai berikut. Pertama, Selanjutnya, apabila peserta didiknya bahwa pengajaran bahasa daerah di berlatar belakang bahasa ibu bahasa sekolah-sekolah (termasuk perguruan daerah yang diajarkan, maka materi tinggi), semakin memberi legitimasi pengajaran hendaknya lebih bagi upaya pemeliharaan bahasa diprioritaskan meningkatkan pemaha daerah yang secara yuridis formal man sejarah dan budaya yang terdapat memang dijamin UUD 1945. Langkah dalam masyarakat penutur bahasa ini akan menjadi salah satu tindakan tersebut di samping materi yang (preventif) dalam upaya mencegah berkaitan dengan ketrampilan berbahasa.(21,22) bahasa daerah dari ancaman kepunahan. Kedua, bahwa dengan Untuk materi yang mengandung dijadikannya bahasa daerah sebagai dimensi kebhinnekaan dititipkan pada salah satu mata pelajaran yang pembahasan aspek kebahasaan, diajarkan di sekolah-sekolah, semakin khususnya pada subtopik pembaha san menggairahkan peserta didik dalam kosa kata. Materi tersusun berupa teks

91 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

bacaan dalam dialek bahasa Standar materi muatan lokal dikembangkan yang di dalamnya sengaja dimasukkan model simulasi, yang disebut simulasi unsur-unsur leksikal yang memiliki kebhinnekaan. Dalam simulasi ini, di relasi kekerabatan dengan unsur-unsur samping dimuat hal-hal yang leksikal dialek-dialek lainnya. berhubungan dengan masalah Pada pembahasan subtopik kosa kebahasaan juga dimuat hal-hal yang kata, unsur leksikal dialek standar yang berhubungan dengan letak geografis memiliki relasi kekerabatan tersebut penggunaan bentuk-bentuk bahasa diangkat kembali untuk ditunjukkan yang berkerabat tersebut, sehingga padanannya dalam dialek-dialek siswa selain belajar bahasa sekaligus bahasa Palembang lainnya. Pada saat belajar geografi. itulah guru menjelaskan hakikat Pengembangan materi muatan perbedaan dari unsur-unsur leksikal lokal bahasa daerah yang berdimensi tersebut dengan mengaitkan nya pada kebhinnekaan memiliki arti penting bagi sebuah bentuk asal yang sama. upaya meningkatkan kepriba dian Bersamaan dengan itu pula, pesan bangsa dan jati diri manusia Indonesia, keanekaragaman dalam khususnya yang berkaitan dengan ketunggalikaan dapat disampaikan. pemahaman akan dinamika makna Penyusunan materi muatan lokal, untuk yang terkandung dalam semboyan kelas I dan II, hanya memanfaatkan Bhinneka Tunggal Ika. Kesadaran akan variasi kebaha saan yang terdapat keanekaragaman dalam kemajemukan dalam bahasa Palembang itu sendiri. budaya bangsa itu diharapkan semakin Jadi meman faatkan variasi dialektal diyakini mengingat pemahaman itu yang memiliki relasi kekerabatan. diperoleh melalui pengetahuan empirik Selanjutnya, buku pelajaran yang telah berupa evidensi kebahasaan, bukan tersusun itu diuji coba kelayakannya, dalam bentuk “indoktrinasi”.(10) baik yang menyangkut materi maupun Materi muatan lokal dapat kelayakan metode pengajarannya. mencegah terbentuknya sikap primor Untuk itu, dilakukan pelatihan beberapa dial, sukuisme yang muncul sebagai orang guru yang mewakili beberapa akibat pemberian materi muatan lokal. dialek yang ada dalam bahasa Pada lingkup bahasa yang diajarkan, Palembang selama satu minggu. Untuk model ini dapat meng hilangkan mendukung proses belajar mengajar kecemburuan penutur dialek lain dalam

92 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang bahasa yang diajarkan itu, karena yang penuturnya lebih banyak dan dialeknya tidak diangkat sebagai dialek memiliki tradisi tulis yang kuat. Bentuk standar yang menjadi basis yang berkerabat dapat dicarikan pada pengembangan materi pengajaran. tingkat kekerabatan bahasa yang lebih Kecemburuan itu sangat dimungkinkan, tinggi. Semakin tinggi tingkat karena pengangkatan dialek tertentu pendidikan seseorang maka akan sebagai dialek standar berarti semakin banyak bahasa daerah lain mengabaikan keberadaan dialek lain, yang diketahui berkerabat dengan yang secara psikologis, penuturnya bahasa daerahnya, dan dalam konteks merasa rendah dari penutur dialek itu akan semakin luas pemahaman standar. Hal itu didukung oleh terhadap akan makna yang terkandung pemahaman terhadap konsep dialek, dalam semboyan Bhinneka Tunggal secara etimologis, lahir dari Ika. pemahaman tentang pengaitan ragam Berdasarkan uraian di atas dan tertentu sebagai ragam yang kurang memperhatikan urgensi fenomena yang berprestise. berkembang akhir-akhir ini, kiranya Dikembangkan alat bantu sudah selayaknya dipertim bangkan pengajaran berupa simulasi kebhin untuk direkomendasikan hal-hal berikut nekaan dapat menjadi model pengem ini: 1) Menjadikan bahasa ibu (bebaso) bangan metode pengajaran bahasa pada tingkat pendidikan dasar (kelas I- daerah lainnya, di samping dapat juga III SD) sebagai bahasa pengantar digunakan sebagai sarana justifikasi dalam proses pembelajaran; dan 2) empiris bagi makna semboyan Menjadikan bahasa ibu (bebaso) Bhinneka Tunggal Ika. (10) sebagai salah satu materi pengajaran Pada skala yang lebih luas model muatan lokal pada semua jenjang yang dikembangkan pada tingkat pendidikan formal (SD sampai daerah dapat ditingkatkan menjadi perguruan tinggi). model yang dapat berlaku pada lintas KESIMPULAN daerah. Bahkan lebih jauh dari itu dapat Dari hasil penelitian yang telah dijadikan model untuk tingkat nasional. dilakukan, beberapa kesimpulan dapat Sistem pengajaran yang bersifat diungkap berikut ini. kekerabatan-kontrastif terse but dapat diambil pada bahan-bahan bahasa lain

93 Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7 No.2 Agustus 2013

1. Konstruksi bahasa Palembang halus konsep dan terminologi bahasa dalam tuturan maupun tertulis sejauh asing yang diserap dan sekaligus ini sudah banyak dilupakan oleh akan memperkaya kosa kata dalam masyarakat lokal. bahasa daerah itu sendiri. 2. Pembelajaran bahasa Palembang DAFTAR PUSTAKA halus (bebaso) merupakan bentuk 1. Helders, Stefan. Indonesia: largest kecintaan terhadap budaya lokal cities and towns and statistics of yang perlu dilestarikan. their population dalam World Gazetteer. Jakarta: 2009. 3. Bahasa Palembang halus memiliki

nilai-nilai edukatif yang tinggi dalam 2. Syarifuddin, Andi. Bebaso, Baso Palembang Alus: Bahasa Yang upaya penanaman berpe rilaku di Terlupakan. Palembang: Jurnal tengah masyara kat. Tammadun Fakultas Adab IAIN Raden Fatah Palembang; 2009; 4. Untuk siswa tingkat permulaan di Volume 2, Nomor 4 Maret 2008. sekolah dasar bahasa pengantar 3. Hasan, Said Hamid. Sosialisasi diperbolehkan menggunakan bahasa Kurikulum 2013. Bandung; 2013. Palembang. 4. Sudaryat, Yayat. Pengembangan 5. Sebagai alternatif mata pelajaran di Pembelajaran Bahasa Daerah. sekolah, pemilihan bahasa [serial online] 2010. Didapat dari: URL:http://www.pengembangan_be Palembang halus sudah seiring lajar_bahasa_daerah.pdf. Diakses dengan substansi dalam Kurikulum Tanggal 15 Februari 2011.

2013. 5. Arif, R.M. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. Jakarta: SARAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1981. 1. Perlu pertimbangan penyusunan

buku ajar Bahasa Palembang Halus 6. Arifin Aliana, Zainul. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu (Bebaso) yang sesuai dengan Palembang. Jakarta: Departemen jenjang pendidikan yang ada. Pendidikan dan Kebudayaan; 1987.

2. Salah satu upaya penghindaran dari 7. Ibrahim, Gufron Ali. Bahasa kepunahan, kedepannya pelestarian Terancam Punah: Fakta, Sebab Musabab, Gejala, dan Strategi bahasa Palembang perlu dilakukan Perawatannya. Jakarta: Jurnal dan dikembangkan melalui masukan Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI); 2011; Tahun ke- berbagai kosa kata yang 29, Nomor 1, hlm. 35—52. berhubungan dengan konsep-

94 Houtman : Pembelajaran BASO Palembang Alus (BEBASO) di Sekolah : Suatu Ancangan Dalam Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 di Kota Palembang

8. Mu‟adz, M. Husni. Bahasa Daerah Nation at Risk. New York: Long sebagai Bahasa Pengantar dan Man; 1989; Hal. 19-38. sebagai Mata Pelajaran dalam Sistem Pendidikan. Jakarta: 17. Mahsun. Metode Penelitian Makalah pada Kongres Bahasa Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Indonesia; 1998; Vol. VII Tanggal Persada; 2009. 26-30 Oktober 1998, 18. Kusno, Gustaf. Bahasa Palembang 9. Mahsun. Pengembangan Materi Bahasa yang Membingungkan. Muatan Lokal yang Berdimensi [serial online] 2012. Didapat dari: Kebhinneka tunggalika dan URL: Pengajarannya: Penyusunan http//bahasa.kompasiana.com/2011 Bahan pelajaran Bahasa Sasak /11/09/bahasa-palembang-yang dengan Memanfaatkan Variasi membingungkan. Diakses tanggal Bahasa yang Berkerabat. Jakarta: 15 Februari 2011. Laporan Penelitian RUT V, Dewan Riset Nasional; 2000. 19. Mackey, W.F. Language Teaching Analysis. London: Longman; 2008. 10. Haviland, William A. Antropologi.. Jakarta: Penerbit Erlangga; 1999; 20. Faizal, Muhammad. Kamus Bahasa Edisi Keempat, Jilid I. Palembang. Palembang; 2012.

11. Mahsun. Penelitian Dialek Geografis Bahasa Sumbawa. Yogyakarta: Disertasi Doktor UGM; 1994.

12. Salthe, Stanly N. Evolutionary Biology. New York: Holt, Rinehart and Winston; 1972.

13. Sapir, Edward. Language. New York: Harcourt Brace Jovanovich. 1949.

14. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia;1999.

15. Freeman, Yvonne S and Freeman, David E. Whole Language for Second Language Leaners. Portsmouth, NH: Heinemann; 1992.

16. Cummins, J. 1989. Empowering Minority Students Sacramento CABE; The Sanitiged Curriculum: Educational Disempowerment in a

95