AKAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PESANTREN Ahmad Baso Komnas HAM RI Jalan Latuharhari No. 4 B Kelurahan Menteng Jakarta Pusat 10310 Email:
[email protected] ABSTRAK Tulisan ini bertujuan menggambarkan sisi lain dari pesantren yang selama ini dinilai sebagai lembaga pendidikan Islam yang kolot, tradisional, dan terbelakang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis. Naskah-naskah primer tentang kepesantrenan yang justru bertebaran di toko buku loakan dianalisis, diinterpretasi, dan di-crosscheck dengan tulisan para orientalis yang selalu dipajang di toko buku beratmosfir supermal dan selalu dianggap benar oleh para peneliti pendidikan Islam. Hasil temuan menunjukkan bahwa di pesantren, santri diajari demokratis, toleran kepada sesama, menghargai perbedaan (pluralisme), dan kosmopolit terhadap ilmu pengetahuan. Sikap-sikap tersebut ternyata merupakan fundamen ideologi bangsa kita. Berarti, memahami pesantren sebetulnya memahami bagaimana cara mencintai Bangsa dan Negara Indonesia. Dengan demikian, pendidikan pesantren adalah pendidikan Islam yang bermaksud menanamkan dan mencintai bangsanya sendiri. Kata Kunci: Pesantren, Santri, Bangsa ABSTRACT This paper aims to describe the other side of the Pesantren that has been stereotyped as a conservative, traditional, and old fashioned islamic education institution. The research used the historical method. Particularly, it attempted to analyze and interprete as well as crosscheck between the primary pesantren texts gained from bookstore flea market and the writings of Orientalists‘ displayed in the bookstore in Supermall which is always regarded to be more valid by the researchers of Islamic education. The findings showed that in pesantren, students were taught to be democratic, tolerant to others, respect differences (pluralism), and cosmopolitan to science. Moreover, those attitudes proved to be a fundamental ideology of our nation.