168 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 168-180

RONGGENG BUGIS DALAM TINJAUAN SEJARAH KEBUDAYAAN

Ronggeng Bugis In The Review of The History of Culture

Oleh M. Halwi Dahlan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung Jln. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung Email: [email protected]

Naskah Diterima: 30 April 2012 Naskah Disetujui: 31 Mei 2012

Abstrak

Ronggeng Bugis adalah salah satu jenis seni tari yang berkembang di Kabupaten dan Kota Cirebon. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tari ini dilahirkan semasa dengan pembentukan Kerajaan Cirebon oleh Sunan Gunung Jati tahun 1482. Ide lahirnya tari ini adalah sebagai samaran dalam kegiatan memata-matai musuh. Tari yang dimainkan oleh kaum laki-laki ini didandani seperti perempuan dan ditampilkan dalam bentuk sendratari yang mengandung unsur humoris. Kata “bugis” yang melekat pada nama tari ini identik dengan nama salah satu suku bangsa di Pulau Sulawesi bagian selatan selain suku bangsa Makassar, dan Toraja. Kaitan antara Kerajaan Cirebon dengan suku Bugis ini adalah adanya klaim bahwa orang-orang bugis telah menjadi bagian dari pasukan telik sandi Cirebon sehingga namanya menjadi Ronggeng Bugis. Masalahnya, dukungan data berupa dokumen tentang keberadaan orang Bugis di Cirebon pada abad XV tidak ada kecuali oral history, tetapi telah menjadi keyakinan masyarakat setempat terutama kalangan seniman bahwa orang Bugis pernah menjadi anggota pasukan Kerajaan Cirebon. Tujuan penulisan ini adalah mengungkap peranan orang Bugis di Cirebon dengan melakukan perbandingan dengan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan “merantaunya” pasukan Bugis. Metode yang digunakan adalah metode diskriptif analisis sedangkan pemaparan peristiwanya menggunakan metode sejarah. Hasilnya adalah fakta menarik tentang peranan orang Bugis tersebut.

Kata kunci: Ronggeng Bugis, Pasukan Bugis, Kerajaan Cirebon, Sejarah.

Abstract

Ronggeng Bugis is a kind of dance that was developed in Cirebon. Some sources say that the birth of the dance was contemporaneous with the establishment of the Kingdom of Cirebon by Sunan Gunung Jati in 1486. The purpose of the dance was firstly as a disguise to spy on the enemy. The dancers are men who dressed up in women’s costume and it is performed as sendratari (drama in the form of dance) that contains elements of humor. Ronggeng Bugis is performed by the Bugis troop of the Cirebon Kingdom’s army. Bugis is the name of ethnic group from South Sulawesi, and this is how the dance got its name. The questions are whether the Bugisnese troop had been established at that time and what their contributions were because the Bugisnese had not

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Ronggeng Bugis dalam Tinjauan… (M. Halwi Dahlan) 169 been migrated to Cirebon until the 17th century whereas the Kingdom of Cirebon had been founded in the 15th century. There is a distance of about 200 years. This study finds that Ronggeng Bugis was not invented contaporaneous with the establishment of the Kingdom of Cirebon but, instead, during the conflict between Trunojoyo dan Amangkurat I of the Kingdom of Mataram. The author describes the invention and development of Rnggeng Bugis based on bibliographic study and interview with the artists.

Keywords: Ronggeng Bugis, Bugisnese troop, The Kingdom of Cirebon, History

A. PENDAHULUAN oleh data terutama data tentang keberadaan dan peranan orang Bugis di Cirebon pada Tema-tema sejarah kebudayaan saat itu. Penelitian ini mencoba menelusuri sangat banyak dan beragam dan ada di keberadaan orang Bugis di Cirebon setiap wilayah NKRI. Jenisnya pun melalui pendekatan kajian historis dari bermacam-macam pula, misalnya beragam peristiwa-peristiwa yang melibatkan seni (lukis, patung, pahat, tari, suara, orang-orang Bugis di perantauan pada musik, drama, dan sebagainya), kerajinan kurun waktu berdirinya Kerajaan Cirebon (pembuatan genting, batu bata, kendi, sampai pemberontakan Trunojoyo. Ini tikar, kulit hewan, dan sebagainya), olah dimaksudkan untuk memberi penjelas raga tradisional (pencak , sepak raga, tentang asal muasal Ronggeng Bugis. debus, dan sebagainya), dan permainan tradisional (gasing, egrang, bebedilan, dan Beberapa sumber menyebutkan sebagainya). Semuanya dapat menjadi bahwa, “Ronggeng Bugis lahir bersamaan objek penelitian dan pengkajian sejarah dengan terbentuknya Kerajaan Cirebon kebudayaan. oleh Sunan Gunung Djati. Disebutkan bahwa orang Bugis ini adalah kerabat Tari Ronggeng Bugis masuk dalam Kerajaan Cirebon yang diperintahkan kategori sejarah kebudayaan yaitu menyamar untuk mendapatkan informasi melakukan pengkajian sejarah pada tentang aktivitas Kerajaan Pajajaran paska seluruh struktur dan proses kegiatan terbentuknya Kerajaan Cirebon” manusia menurut dimensi ideasional, etis, (http://www.disparbud.jabarprov.go.id. dan estetis. Di antaranya beragam jenis Tanggal akses 6 Agustus 2012). Sumber kesenian (yang masih ada atau yang sudah lain menyebutkan bahwa, “Ronggeng punah), etika, etiket pergaulan, upacara Bugis adalah tarian penyamaran yang , siklus kehidupan dalam keluarga dilakukan sahabat Sunan Gunung Djati sehari-hari, pendidikan, permainan, mode, dari Bugis” (http://puslitmas.stsi-bdg.ac.id. dan jenis makanan (Kartodirdjo, 1992: Tanggal akses 6 Agustus 2012). “Tari ini 17,176,195,199). adalah tari penyamaran untuk menyelidiki Penelitian sejarah kebudayaan kekuatan Pajajaran terdiri dari 12 hingga tentang kesenian tradisional Ronggeng 20 orang dipimpin satu orang komandan, Bugis dilakukan untuk mengungkap informasi yang diperoleh kemudian informasi tentang riwayat dan diteruskan kepada Sunan Gunung Djati” perkembangan jenis tari massal ini. (http://forum.viva.co.id. Tanggal akses 6 Informasi yang ada menyebutkan Agustus 2012). Sumber berikutnya Ronggeng Bugis dibentuk bersamaan mengungkapkan bahwa, “Tahun 1482, dengan lahirnya Kerajaan Cirebon oleh setelah Sunan Gunung Djati menyatakan Sunan Gunung Jati dengan mengerahkan Cirebon merdeka dari kekuasaan Pajajaran “orang-orang Bugis” ada juga menyebut dibentuklah pasukan telik sandi untuk “pasukan Bugis” menjadi anggota pasukan melakukan tugas spionase di wilayah telik sandi atau mata-mata kerajaan. Pajajaran. Anggota pasukan ini adalah Sayangnya informasi ini kurang didukung orang-orang yang berani, bermental kuat,

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 170 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 168-180 cerdas serta pandai menyamar. Mereka penetap dan mengabdikan diri kepada berasal dari prajurit-prajurit Bugis yang Sunan Gunung Djati, sehingga segmen juga bertugas di era Galuh, masa Portugis, mempelajari agama Islam bagi orang dan kolonial” (Irianto, 18 Juni 2009:1). Bugis ini tidak serta merta menjadi suatu tugas dari tempat asal perantauannya Kutipan di atas rata-rata kemudian kelak kembali ke tanah Bugis menyebutkan bahwa Ronggeng Bugis untuk menyebarkan agama Islam tersebut. dilahirkan semasa dengan lahirnya Sumber-sumber Bugis seperti lontara tidak Kerajaan Cirebon tahun 1482. Penyebutan ada memberitakan hal itu. Hal ini terjadi kata ”bugis” juga merujuk kepada karena di tanah Bugis, ketika Kerajaan kelompok suku bangsa Bugis seperti yang Cirebon terbentuk, masih menganut ada di daratan Sulawesi bagian Selatan, kepercayaan animisme. Pengaruh Islam juga disebutkan bahwa pasukan telik sandi baru terjadi ± 200 tahun kemudian di dengan nama Ronggeng Bugis dilakukan Sulawesi bagian Selatan, ketika kerajaan oleh sahabat/kerabat Sunan Gunung Jati Makassar dan kerajaan-kerajaan Bugis yang berasal dari tanah Bugis. menerima Islam pada awal abad XVII. Tulisan di forum.viva.co.id malah Oleh karena itu permasalahan ini menjadi diawali dengan kalimat ..”orang Bugis menarik dan menimbulkan pertanyaan sudah melupakan tarian ini.” padahal di sebagai berikut: tanah Bugis tarian ini tidak dikenal. Ronggeng Bugis hanya ada di Cirebon.  Benarkah orang Bugis telah menjadi anggota pasukan Kerajaan Cirebon Permasalahan yang muncul adalah sejak dibentuknya kerajaan ini pada informasi yang menyebutkan bahwa orang tahun 1482? Bugis telah menjadi bagian atau turut  Mengapa orang Bugis membantu menjadi anggota pasukan Kerajaan Kerajaan Cirebon? Cirebon sejak awal dibentuknya kerajaan  Karena disebutkan pasukan dari Bugis, ini dengan posisi sebagai anggota pasukan siapakah pemimpin pasukan Bugis telik sandi atau mata-mata kerajaan, tidak yang membantu Cirebon? didukung oleh data berupa dokumen melainkan hanya bersifat oral history. Dari segi metodologi, sejarah menggunakan disiplin ilmu lain sebagai Penelitian semacam ini menurut pendekatan dengan hasil di antaranya; Stake (2009: 300-311) bersifat studi kasus sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah intrinsik yaitu pemilihan objek yang tidak demografi, sejarah politik, sejarah disertai dengan tujuan pengembangan kebudayaan, sejarah kebudayaan rakyat, teori, melainkan terbatas memahami sejarah etnik, sejarah keluarga, sejarah sebuah kasus tertentu karena dianggap intelektual, sejarah psikologi, sejarah menarik (Ratna, 2010: 191). pendidikan (Sjamsuddin, 207: 306-333). Peranan orang Bugis di Cirebon Selain itu juga terdapat sejarah kota, pada abad XV terutama awal terbentuknya sejarah perempuan, sejarah militer, sejarah Kerajaan Cirebon (apalagi peranan tersebut perusahaan, dan sebagainya. sangat penting karena menjadi salah satu Penelitian ini menggunakan metode kekuatan utama Kerajaan Cirebon) pustaka dari literatur dan internet demikian menjadi suatu informasi yang berharga, pula metode lapangan yaitu wawancara apalagi ditambah suatu dugaan bahwa dengan pelaku seni yang mengembangkan keberadaan orang Bugis tersebut adalah tari ini. Pada bagian awal telah dijelaskan dalam rangka mempelajari agama Islam. bahwa informasi tentang Ronggeng Bugis Tetapi bisa saja berarti bahwa para bersifat oral history, sehingga penggunaan perantau Bugis ini awalnya memiliki data dari dokumen tidak dimungkinkan, tujuan berdagang kemudian menjadi

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Ronggeng Bugis dalam Tinjauan… (M. Halwi Dahlan) 171 tetapi informasi-informasi tersebut kebanyakan adalah tarian “ajakan” kepada akhirnya menjadi data tersendiri. penonton untuk turut menari menggunakan Penggunaan data yang tersedia kemudian seutas selendang yang dikalungkan kepada dipadukan dengan penelitian lapangan. penonton yang dipilih, sementara penonton Dengan demikian tulisan ini nantinya akan yang diajak akan dengan sendirinya berbentuk deskripsi tentang sejarah memberi uang kepada penari dengan kebudayaan berjudul Ronggeng Bugis jumlah yang tidak ditentukan. Semakin dengan menggunalkan metode deskriptif tinggi status penonton yang ikut menari analisis. semakin besar nilai uang yang akan diberikan, ini dikenal dengan istilah sawer. Data yang didapat kemudian diolah Untuk wilayah Provinsi Jawa Barat Tari bersama sesuai dengan metode atau Ronggeng yang terkenal adalah: Ronggeng prosedur penelitian yang menjadi acuan Gunung, Ronggeng Kidul, Ronggeng kerja, terutama dalam pengungkapan Kaler, Ronggeng Amen, dan Ronggeng peristiwa-peristiwa. Metode yang Bugis. Persebaran Ronggeng Gunung, dimaksud adalah metode penelitian dan Kaler, Kidul, dan Amen di sekitar penulisan sejarah seperti yang diuraikan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar, Louis Gottschalk yaitu heuristik, kritik sedangkan Ronggeng Bugis adanya di eksteren, kritik intern, dan historiografi Kota/Kabupaten Cirebon. (Gottschalk. 1986:34). Kuntowijoyo menyebut metode sejarah sebagai cara-cara Kata Bugis merujuk pada salah satu penelitian dan penulisan sejarah melalui suku bangsa di Provinsi Sulawesi Selatan langkah-langkah dalam pemilihan topik, yang diperkirakan berasal dari suku pengumpulan sumber, kritik intern dan Deutro-melayu atau Melayu muda yang ekstern, analisis dan interpretasi, dan memasuki Nusantara pasca gelombang penyajian dalam bentuk tulisan migrasi pertama dari Yunan. Perkataan (Kuntowijoyo. 1999:81). Bugis berasal dari kata “To Ugi” (orang Bugis). Kata “Ugi” berasal dari nama raja B. HASIL DAN BAHASAN pertama Kerajaan Cina (salah satu daerah 1. Ronggeng, Bugis, Ronggeng Bugis yang sekarang masuk dalam wilayah Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo) Ronggeng yang berasal dari kata yaitu La Sattumpugi. Disebutkan bahwa renggana (Sanskerta) diartikan “wanita rakyat Kerajaan Cina pada masa lalu pujaan”. Ketika masa kerajaan di Pulau apabila menyebut keberadaan diri mereka Jawa wanita-wanita pujaan ini bertugas selalu menyebut To Ugi yang berkonotasi sebagai penghibur tetamu bila raja dengan penyebutan sebagai orangnya La melaksanakan suatu upacara besar. Sattumpugi (http://kampungbugis.com. Hiburan yang diberikan berupa tarian Tanggal akses 15 April 2011). diiringi bunyi alat musik tradisional dan nyanyian sinden. Wanita-wanita yang Pada masa-masa berikutnya sebutan bertugas menghibur ini adalah hasil seleksi to ugi (orangnya Lasattumpuugi) berubah dengan syarat berparas cantik, bisa menjadi “to ugi” (pengucapan yang sama menyanyi, dan menggoyangkan tubuh tetapi bermakna orang yang berasal dari sesuai irama (ENI,1990:249). daerah atau bersuku bugis), sehingga sebutan tersebut telah menunjuk pada Defenisi ronggeng di atas etnik yang berasal dari jazirah Sulawesi mensyaratkan bahwa penari ronggeng Selatan. Orang-orang yang berasal dari haruslah wanita karena yang ditonjolkan etnik inilah yang diklaim telah menjadi dalam hal ini adalah selain kemampuan bagian dari pasukan Kerajaan Cirebon bernyanyi juga kemolekan tubuh ketika sebagai telik sandi yang kemudian hari menari. Tarian yang dilakukan

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 172 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 168-180 menjadi salah satu nama seni pertunjukan para penari maupun pemusiknya adalah masyarakat Cirebon. para prajurit yang melakukan pengamatan terhadap kekuatan musuh. Jika hasil Persebaran suku Bugis pada masa pengamatan mereka menunjukkan kondisi berikutnya menjadi suatu komunitas yang musuh dapat diatasi, maka beberapa waktu menghuni sebagian besar wilayah selatan kemudian dilakukan serangan sporadis. dari Pulau Sulawesi. Suku Bugis berkembang juga bersama dengan bahasa, 2. Beberapa Masa yang Menjadi Acuan aksara, dan pemerintahan monarki masing- Hadirnya Pasukan Bugis di Cirebon masing sama dengan suku Makassar yang a. Masa Berdirinya Kerajaan Cirebon mendiami daerah paling selatan Pulau Sulawesi. Beberapa kerajaan pernah Peristiwa merdekanya Cirebon dari terbentuk dan menjadi besar seperti kekuasaan Pajajaran, terjadi pada tanggal Kerajaan Luwu, Bone, Soppeng, Wajo, Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Suppa dan Sawitto, Sidenreng dan Sahasra Patangatus Papat Ikang Rappang. Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijriah atau 2 April 1482 Masehi yang Saat ini orang Bugis tersebar dalam sekarang diperingati sebagai hari jadi beberapa Kabupaten di wilayah Provinsi Kabupaten Cirebon. Sulawesi Selatan yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Penggagas kemerdekaan ini adalah Daerah peralihan antara Bugis dan keponakan dari Walangsungsang atau Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Pangeran Cakrabuana yaitu putera Nyai Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah Subanglarang yang bernama Syarif peralihan Bugis dengan Mandar adalah Hidayatullah. Syarif Hidayatullah Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Polmas dibesarkan di lingkungan bangsa Arab (Kabupaten Polmas dan Mandar sekarang Palestina karena bapaknya adalah seorang masuk wilayah Provinsi Sulawesi Barat). penguasa Kota Ismailiyah dan wilayah Palestina bernama Maulana Sultan Bila merujuk pada definisi ronggeng Muhammad. di atas, maka tampaknya terdapat pengecualian untuk jenis tarian tradisional Setelah cukup dewasa ia melakukan Ronggeng Bugis ini, karena penari- perantauan ke beberapa daerah dan negara penarinya bukan dari kalangan wanita untuk memperdalam Agama Islam. tetapi para pria yang menari dan Bahkan ia sempat berguru kepada Sunan berlenggok secara teratur. Hal lainnya Ampel. Dari Ampel Syarif Hidayatullah adalah penari ronggeng wanita merias diri diperintahkan oleh Sunan Ampel beserta atau pun dirias agar tampil makin cantik, beberapa anggota walisanga untuk tetapi penari Ronggeng Bugis justru dirias menyebarkan Agama Islam di wilayah dengan make up yang tidak beraturan mirip Barat Pulau Jawa yang masih kental riasan badut sehingga menimbulkan kesan dengan pengaruh Hindu sekalipun Islam lucu menggelikan. Belum lagi gerak tari telah ada penganutnya seperti Pangeran mereka kadang ditampilkan dengan atraktif Cakrabuana. Syarif Hidayatullah mengajak penonton untuk bergoyang kemudian bergabung dengan pamannya di bersama. Caruban mengajarkan Agama Islam secara lebih luas. Kesan lucu ini memang sengaja ditampilkan karena pada masa lalu tarian Di Caruban tepatnya di Pasambahan ini bertujuan mengumpulkan informasi sekitar Giri Amparan Jati Syarif militer sehingga sifatnya adalah Hidayatullah menggantikan Syekh Datuk penyamaran. Gerakan tari acak-acak ini Kahfi yang telah wafat sehingga ia untuk mengelabui musuh padahal sejatinya mendapat gelar Syekh Maulana Jati atau

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Ronggeng Bugis dalam Tinjauan… (M. Halwi Dahlan) 173

Syekh Jati. Dalam menyebarkan Agama inilah disebutkan pasukan Telik Sandi Islam Syekh Jati tidak tinggal di satu Kerajaan Cirebon bernama Ronggeng tempat, ia juga ke beberapa daerah lainnya Bugis dilahirkan. seperti di Dukuh Babadan. Ia kemudian Dari peristiwa ini nyatalah bahwa memperistri puteri Ki Gedeng Babadan pendiri Kesultanan Cirebon adalah Sunan tetapi isterinya meninggal dunia beberapa Jati atau lebih dikenal dengan nama Sunan waktu kemudian. Syarif Hidayatullah Gunung Jati. Sedangkan keturunannya kemudian menikah dengan sepupunya yaitu Pangeran Sabakingkin atau Maulana yaitu puteri Pangeran Cakrabuana bernama Hasanuddin mendirikan Kerajaan Banten. Dewi Pakungwati. Dalam status sebagai Hal inilah yang menyebabkan antara menantu pamannya, ia kemudian menikah Cirebon dan Banten masih satu pertalian dengan puteri seorang sahabat mendiang keluarga bahkan pertalian darah dari Datuk Kahfi bernama Nyai Lara Bagdag keturunan Sunan Gunung Djati. Oleh (Lubis, 2000: 31-32). sebab itu ketika terjadi huru-hara di Telah disebutkan bahwa dalam Cirebon Kerajaan Banten segera mengirim menyebarkan dan mengajarkan Agama pasukan untuk membantu Cirebon seperti Islam Syekh Jati mengunjungi beberapa ketika dilakukannya pembebasan terhadap daerah. Ia juga berkunjung ke wilayah dua pangeran Cirebon yang “diculik” oleh Banten dan bertemu dengan Bupati Amangkurat I versi Sultan Ageng Kawunganten. Bupati ini pun masuk Islam Tirtayasa di Kerajaan Banten. Tahun 1595 bahkan menikahkan adiknya Nyai Kerajaan Cirebon dianeksasi oleh Kerajaan Kawunganten dengan Syekh Jati. Dari Mataram. pernikahan keduanya lahirlah Pangeran Kodisi politik dalam Kerajaan Sabakingkin yang kelak menjadi pendiri Cirebon sejak dilahirkan sampai dengan Kerajaan Banten dengan gelar Maulana aneksasi Mataram penuh dengan intrik Hasanuddin. yang menjurus kepada peperangan, Ketika di Banten paman Syekh Jati pengaruh Kerajaan Mataram saling beradu yaitu Pangeran Cakrabuana memanggilnya dengan kepentingan genealogis raja untuk menggantikan kedudukan beliau Banten. Raja Mataram menganggap sebagai kepala Caruban Larang Cirebon adalah wilayah kekuasaannya yang lalu memberi Syekh Jati gelar Sunan sejak masa Senopati kemudian diperkuat Jati atau Sunan Caruban pada tahun 1479. dengan adanya hubungan perkawinan Sunan Caruban segera melakukan antara Sultan Cirebon Panembahan persiapan untuk mengembangkan Nagari Girilaya dengan puteri dari Amangkurat I Caruban menjadi sebuah kesultanan. (Sultan Agung Hanyakrakusumah) raja Mataram. Tahun 1482 setelah Syarif Hidayatullah atau Sunan Jati menjadi Paparan peristiwa di atas tidak Sultan Cirebon ia kemudian membuat menyebutkan keberadaan orang Bugis maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran (beberapa sumber tertulis telah ditelaah untuk tidak mengirim upeti lagi karena dan memang tidak ditemukan), tetapi Kesultanan Cirebon sudah menjadi negara sangat diyakini oleh masyarakat Cirebon yang merdeka. Selain hal tersebut, Sunan bahwa orang Bugis telah berperanan pada Jati melalui lembaga Wali Sanga telah masa awal berdirinya Kerajaan Cirebon berulang kali memohon kepada Raja sampai masa-masa berikutnya, dan Pajajaran untuk berkenan memeluk Agama menjadi latar belakang penamaan Islam tetapi tidak mendapat tanggapan, Ronggeng Bugis. Sunan Jati kemudian menyatakan Cirebon b. Masa Pemberontakan Trunojoyo sebagai negara merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran. Di masa

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 174 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 168-180

Tahun 1649 ketika Pangeran Emas Wirabumi, Kiai Ngabei Wirajaya, Kiai (salah satu cicit Sunan Gunung Jati) yang Rangga Sidayu dan Pangeran Purbaya. bergelar Panembahan Ratu I wafat, ia (2) Lasem ditaklukkan tanggal 18 Oktober digantikan oleh cucunya yang bernama 1676. Pangeran Rasmi atau juga dikenal dengan (3) Rembang dihancurkan dan dibakar Pangeran Karim menjadi raja Kesultanan pada tanggal 24 Oktober 1676. Cirebon dengan gelar Panembahan (4) Jepara diserang pada tanggal 20 Girilaya atau Panembahan Ratu II. November 1676. Namun karena kota ini dilindungi oleh VOC-Belanda, Panembahan Girilaya adalah sedangkan Trunojoyo tidak ingin menantu Sultan Mataram Amangkurat I berhadapan dengan VOC sehingga (Sultan Agung Hanyakrakusumah) pasukan Madura pun keluar dari sedangkan antara Panembahan Girilaya Jepara. Trunojoyo juga melakukan hal dengan Sultan Ageng Tirtayasa sama-sama yang sama terhadap Kota Kudus. dari Kerajaan Pajajaran. Kecurigaan ini (5) Demak jatuh pada tanggal 11 memuncak setelah Panembahan Girilaya Desember 1676. Kurang lebih 11.000 wafat di Kartasura sedangkan calon pasukan Mataram meninggalkan penggantinya ditahan Mataram yaitu Demak karena kekurangan pasokan Pangeran Kartawijaya dan Pangeran bahan makanan. Martawijaya (keduanya adalah putera (6) Tanggal 24 Desember 1676, Laskar Panembahan Girilaya yang berarti juga Madura telah masuk dan membakar cucu dari Amangkurat I) (Muljana, 2005: kota Semarang. Adipati Semarang 72). Akibatnya terjadi kekosongan Nayacitra melarikan diri, sementara penguasa di Cirebon. itu, bawahannya Astrayuda, menye- Sultan Ageng Tirtayasa lalu berang ke pihak musuh. mengangkat Pangeran ketiga yang (7) Menjelang tahun baru, sebuah kapal bernama Wangsakerta mengisi kekosongan Cirebon memberi tahu bahwa Laskar tersebut sambil berusaha membebaskan Madura sudah merebut Pekalongan. kedua pangeran Cirebon yang ditahan (8) Tegal baru jatuh pada tanggal 2 Mataram. Ketika terjadi pemberontakan Januari 1677 tanpa kekerasan. Armada Trunojoyo di Mataram, Sultan Ageng Madura yang terdiri dari 24 kapal Tirtayasa lalu mengirim bantuan pasukan ”konting” muncul di teluk. Pimpinan- dan kapal perang guna membebaskan nya adalah Ngabei Sindukarti, paman kedua pangeran Cirebon tersebut. dari Trunojoyo. Kebetulan pada saat itu Kerajaan (9) Cirebon yang dipimpin oleh Adipati Mataram sedang menghadapi pemberon- Martadipa menyerah tanggal 5 Januari takan Trunojoyo seorang yang 1677. Penyerangan ke Cirebon ini berasal dari Madura. Tahun 1674 dilakukan karena Adipati Martadipa Trunojoyo berhasil memerdekakan Madura dianggap sebagai antek Mataram yang dan mengangkat diri sebagai raja Madura. juga tidak disukai oleh Sultan Ageng Ia berambisi menaklukkan Mataram Tirtayasa. sehingga dilakukannya penaklukan Dalam bulan April 1677 Trunojoyo beberapa daerah di wilayah yang dikuasai memberitahukan kepada utusan VOC- Mataram termasuk Cirebon. Berikut Belanda bahwa separuh wilayah Mataram kronologi penaklukan daerah Mataram telah ditaklukkan dan bersiap untuk oleh Trunojoyo: melakukan serangan pamungkas ke (1) Perang di Gegodog pada tanggal 16 Ibukota Mataram di Plered. Oktober 1676. Bangsawan Mataram (anisadwijayanti.blogspot.com. Tanggal yang gugur di antaranya: Panji akses 26 April 2012).

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Ronggeng Bugis dalam Tinjauan… (M. Halwi Dahlan) 175

Sayang ambisi ini kandas setelah  Pangeran Wangsakerta, sebagai Pasukan Trunojoyo dapat dikalahkan oleh Panembahan Cirebon dengan gelar Pasukan VOC yang membantu Pangeran Abdul Kamil Muhammad Amangkurat II pada tanggal 27 Desember Nasarudin atau Panembahan Tohpati 1679. Ia kemudian dieksekusi langsung (1677-1713). oleh Amangkurat II pada 2 Januari 1680. Pembagian ini dilaksanakan oleh Kekuatan pasukan Trunojoyo Sultan Ageng Tirtayasa di Kerajaan berasal dari orang-orang Madura ditambah Banten dengan membagi dua kerajaan bantuan pasukan dari Banten, Makassar yang masing-masing memiliki keraton, (bekas pasukan dari Kerjaan Gowa-Tallo), rakyat, dan wilayah kekuasaan yaitu dan Surabaya. Bantuan dari Makassar Kasepuhan dan Kanoman. Sedangkan dipimpin oleh Karaeng Galesong yang putera ketiga yang menjadi pengganti membenci VOC pasca penaklukan sementara Panembahan Girilaya yaitu Kerajaan Gowa 1667. Sedangkan pasukan Pangeran Wangsakerta dijadikan pimpinan Surabaya mendapat restu dari Panembahan kaprabonan semacam perguruan tempat Giri yang membenci Amangkurat I karena belajar kaum intelektual kedua keraton. Ia berkaloborasi dengan VOC. kemudian diberi gelar Panembahan. Adapun pasukan Mataram mendapat Mengapa Sultan Ageng mengangkat dukungan sepenuhnya dari VOC dibawah putera ketiga Panembahan Girilaya sebagai pimpinan Cornelis de Hotman, ditambah penguasa (sultan sementara) di Cirebon, pasukan Bugis yang dipimpin Arupalakka mengapa Amangkurat I menahan dua dan pasukan dari Maluku pimpinan putera mahkota di Mataram? Kapiten Jonker. Cirebon pada masa ini Diangkatnya Wangsakerta sebagai menjadi bagian dari Mataram akibat sultan sementara Cirebon selain agar di aneksasi Senopati dan pertalian kerajaan ini tidak mengalami kekosongan perkawinan antara Sultan Cirebon pemerintahan, juga menjadi upaya Sultan Panembahan Girilaya dengan puteri Sultan Ageng agar raja yang bertahta di Cirebon Mataram Amangkurat I. bukanlah orang yang diangkat oleh raja Pasukan Trunojoyo pada tahun 1676 Mataram Amangkurat I. berhasil membebaskan kedua pangeran Tampaknya Sultan Ageng Tirtayasa Cirebon setelah menguasai ibukota tidak menghendaki Cirebon diperintah oleh Mataram dan istana Plered dan raja yang diangkat oleh Mataram karena mengembalikan keduanya kepada Sultan itu berarti sebagai daerah penaklukan, Ageng Tirtayasa. sedangkan riwayat Cirebon sangat dekat Setelah pembebasan kedua pangeran dengan keberadaan Kerajaan Banten yang tersebut, muncullah babak baru dalam sama-sama didirikan oleh keturunan Sunan sejarah Kerajaan Cirebon yaitu dibaginya Gunung Jati yaitu Maulana Hasanuddin. kekuasaan kerajaan sesuai jumlah putera Meskipun kemudian terjadi perkawinan Panembahan Girilaya masing-masing: campuran antara keturunan Mataram dengan Cirebon (Sultan Cirebon  Pangeran Martawijaya menjadi Sultan Panembahan Girilaya adalah menantu Keraton Kasepuhan, dengan gelar Sultan Mataram Amangkurat I), tetapi Sultan Sepuh Abil Makarimi Kerajaan Banten tidak menyukai Kerajaan Muhammad Samsudin (1677-1703) Mataram terutama setelah Mataram  Pangeran Kartawijaya menjadi Sultan melakukan kerja sama dengan VOC yang Kanoman, dengan gelar Sultan Anom menjadi musuh Banten sejak lama. Abil Makarimi Muhammad Badrudin Walaupun akhirnya setelah membebaskan (1677-1723) dua putera mahkota Kerajaan Cirebon dari

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 176 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 168-180 sekapan Mataram melalui bantuan panglima. Nopember 1666 mereka Trunojoyo, Sultan Ageng Tirtayasa kembali ke Batavia. Pada tahun 1687 mengangkat kedua putera mahkota tersebut Arupalakka dan pasukannya telah menjadi raja di Cirebon dan membagi dua bermukim di daerah Angke sehingga kerajaan ini. mereka terkenal dengan sebutan orang Angke. Pasukan Bugis ini berada di Di masa intrik politik seperti inilah Angke dalam rangka menjadi pasukan kesenian Ronggeng Bugis diperkirakan pemukul yang membantu VOC lahir terjadi di masa Trunojoyo melakukan menghadapi beragam pemberontakan pemberontakan terhadap Mataram. sesuai dengan perjanjian di antara Pasukan Trunojoyo yang berasal dari keduanya. berbagai etnik bersatu menghadapi hagemoni Amangkurat I yang berafiliasi Ketika terjadi pemberontakan dengan VOC. Penari Ronggeng Bugis Trunojoyo, pasukan Bugis kembali mendapat tugas menyelidiki kekuatan dikerahkan membantu Mataram yang pasukan dari Banten dan Trunojoyo. terjepit oleh kekuatan Trunojoyo yang Keberadaan pasukan Bugis ini adalah dibantu oleh pasukan Makassar pimpinan untuk meredam pasukan Makassar Karaeng Galesong. Tampaknya VOC pimpinan Karaeng Galesong yang tidak ingin berhadapan langsung dengan membantu Trunojoyo. pasukan Makassar (Gowa-Tallo) hingga akhirnya menggunakan jasa pasukan Bugis c. Pasukan Bugis Aru Palakka untuk menghadapinya. Arupalakka bersama pasukannya Ada 2 hal yang menyebabkan VOC telah ada di wilayah Batavia sejak tahun menggunakan pasukan Bugis menumpas 1663 dalam rangka mencari bantuan berbagai pemberontakan (versi VOC). menggempur kekuatan Kerajaan Gowa. Pertama, atas bantuan orang-orang Bugis- Tahun 1667 perang Makassar selesai. lah maka Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) Sejak itu Arupalakka dan pasukan bisa diruntuhkan, tetapi dipolitisir oleh Bugisnya kerap memberikan bantuan VOC bahwa karena bantuan VOC-lah kepada VOC untuk menghadapi orang Bugis bisa merdeka dari orang pemberontakan versi VOC. Di antara Makassar. Kedua, hutang budi akibat pemberontakan yang dihadapi Arupalakka perjanjian antara Arupalakka dengan adalah perang di Sumatera Barat. Speelman masing-masing mewakili Peristiwa ini terkenal dengan nama kepentingan sendiri-sendiri (Arupalakka Pemberontakan Rakyat Pauh. Pada bulan ingin membebaskan orang-orang Bugis April 1666 pasukan Belanda dipimpin oleh yang dijadikan budak oleh penguasa Jacob Gruys menyerang Pauh dengan Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo), tujuan memadamkan pemberontakan, Speelman atas nama VOC ingin menguasai tetapi keadaan berbalik justru dari 200 bandar Makassar sebagai pelabuhan prajurit VOC hanya 70 serdadu yang bisa penting untuk melancarkan operasi kembali hidup-hidup bahkan Jacob sendiri penguasaan komoditas perdagangan di tewas. Akibatnya pada bulan Agustus wilayah Timur). Sehingga Arupalakka mau 1666 Batavia kembali mengirim pasukan membantu VOC menghancurkan kerajaan- dengan kekuatan 300 serdadu Belanda kerajaan lain yang tidak mau tunduk pimpinan Abraham Verspreet terdiri dari; kepada VOC. 130 serdadu Bugis pimpinan Aru Palaka dan 100 serdadu Ambon dipimpin Kapten Kerajaan Cirebon pada masa ini Jonker. Pasukan gabungan ini akhirnya nyaris mengalami kevakuman karena berhasil memadamkan pemberontakan, Panembahan Girilaya ditawan oleh bahkan Aru Palakka sempat diangkat Amangkurat I di Mataram. Kerajaan menjadi Raja Ulakan dan Jonker menjadi Cirebon sebenarnya tidak memiliki

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Ronggeng Bugis dalam Tinjauan… (M. Halwi Dahlan) 177 permusuhan dengan Mataram karena tari Ronggeng Bugis dipentaskan masih Panembahan Girilaya adalah menantu sesuai dengan peruntukannya yaitu tugas Amangkurat I artinya kedua kerajaan ini memata-matai tetapi sudah tidak dilakukan dipersatukan oleh tali perkawinan. Situasi oleh orang-orang Bugis melainkan putera- menjadi ruwet tatkala Sultan Ageng putera Cirebon yang tetap menggunakan Tirtayasa menganggap kepergian Panem- nama Ronggeng Bugis (Handoyo, bahan Girilaya dan kedua anaknya ke wawancara. 17 Mei 2011 dan Elang Mataram adalah sebagai tawanan apalagi Komara Hadi, wawancara. 18 Mei 2011). Panembahan Girilaya wafat di Mataram, Tugas memata-matai ini juga berlangsung semakin curigalah Sultan Banten ini. ketika masa Revolusi Kemerdekaan Republik tahun 1945-1950 dan 3. Perkembangan masa penumpasan DI/TII dengan ciri khas Kebanyakan tarian pesisir itu sangat tarian massal (ibid). sederhana dan menghibur karena Tahun-tahun berikutnya Ronggeng mengikuti pola tradisi masyarakat nelayan Bugis jarang ditampilkan karena suasana dan sebagian petani yang lugas. Gerak telah berubah dari masa revolusi yang ditampilkan mudah diikuti dan kemerdekaan menjadi masa pembangunan, mengajak penonton ikut bergoyang atau sehingga tugas menjadi mata-mata tidak sekadar gitek. diperlukan lagi. Akibatnya pentas tari "Kesenian itu diciptakan, hidup, dan Ronggeng Bugis mengalami kevakuman. berkembang sesuai dengan kebutuhan Hingga kemudian menjadi tidak terkenal zaman. Itu sebabnya, ada kesenian pesisir lagi. Masa ini berlangsung hingga tahun yang berubah fungsi dan peranannya, dari 1990-an. tarian ritual, untuk syiar agama Islam, kini Pada awal dekade tahun 1990 jadi cuma hiburan rakyat," ujar Kartani setelah Ronggeng Bugis diajarkan di yang juga pemilik Sanggar Surya Negara Keraton Kacirebonan oleh Handoyo di Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung dengan dukungan Pangeran Yusuf Jati, Cirebon (http://cetak.kompas.com. Dendabrata, maka Ronggeng Bugis mulai Tanggal akses 20 Mei 2011). lebih dikenal oleh masyarakat. Ronggeng Ronggeng Bugis ketika dilahirkan Bugis dikembangkan terutama pada adalah sebuah grup intelijen dengan tugas Festival Keraton Nusantara I tahun 1994 di utama memata-matai musuh Kerajaan Yogyakarta. Pada event Festival Keraton Cirebon yang saat itu menjadi bagian dari Nusantara berikutnya tarian ini juga selalu Mataram. Tugas penyamaran ini diikutsertakan. Tarian ini juga dibawakan dilakukan oleh sepasukan orang-orang dari oleh duta budaya Pramuka STAIN Cirebon suku Bugis yang khusus didatangkan oleh ke berbagai daerah seperti pada tanggal 22 VOC untuk membantu Mataram meredam – 30 September 2002 di Lampung Selatan, pemberontakan Trunojoyo. Karena orang- 23 – 31 Agustus di Kepulauan Seribu, orang Bugis yang menjadi penari maka tahun 2008 ke Palembang dan tari ini tarian ini dinamakan Ronggeng Bugis. dipertunjukkan pada festival di Jambi, Nama Ronggeng Bugis akhirnya tanggal 11 Juni 2009 di bawah bimbingan melekat menjadi nama jenis tarian massal. Sanggar Kebon Kangkung dan Sanggar Tetapi karena Ronggeng Bugis dilahirkan Sekar Pandan. dalam masa perang, maka fungsi utamanya Tari Ronggeng Bugis dalam adalah pasukan telik sandi dengan nama penampilannya sering dimodifikasi samaran dan kode operasi Ronggeng terutama di bagian busana dan gerak tari. Bugis. Informasi yang diperoleh dari Penyesuaian ini mengikuti even yang penerus sekaligus pelatih tari Ronggeng sedang berlangsung. Tetapi sekalipun Bugis bahwa pada masa-masa berikutnya dimodifikasi kejenakaan dan warna busana

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 178 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 168-180 yang menyolok dengan paduan warna yang Bugis yang dijadikan budak di sangat kontras tetap dipertahankan Kerajaan Gowa-Tallo untuk melarikan termasuk coreng-moreng make up penari- diri, peristiwa ini terjadi pada tahun penarinya. 1662. Adapun pasukan Bugis terbentuk sejak tahun 1663 ketika Kini tari Ronggeng Bugis telah Arupalakka dan orang-orang Bugis menjadi salah satu andalan sanggar- meminta bantuan VOC untuk sanggar tari yang ada di Cirebon seperti: menggempur Kerajaan Gowa. 1. Di wilayah Kabupaten Cirebon Sehingga tidak memungkinkan ada terdapat di Kecamatan Plumbon pasukan Bugis yang membantu dengan nama Sanggar Pring Gading, Cirebon ketika itu. pimpinan Handoyo, Tono, dan Yono; 3. Karena Cirebon juga merupakan pusat Kecamatan Klangenan tepatnya di studi Islam sehingga dimungkinkan Desa Bojong, pimpinan Riwan; para santri belajar agama ini dari mana Kecamatan Gunung Jati di Desa pun, namun keberadaan sekelompok Buyut, pimpinan Wadi; Kecamatan orang Bugis yang turut menjadi santri Weru terdapat di Desa Pangkalan, diragukan mengingat proses islamisasi pimpinan Senin. di jazirah Sulawesi baru berlangsung 2. Di wilayah Kota Cirebon terdapat di awal abad XVII yaitu sejak kedatangan Keraton Kacirebonan dengan nama 3 datuk (pemuka Agama Islam) dari sanggar Sekar Pandan, pimpinan: Ranah Minang (Datuk Patimang, Elang Heri Komara Hadi. Di kota ini Datuk Ribandang, dan Datuk Ditiro) Ronggeng Bugis juga terdapat di yang ditandai dengan pengucapan Sanggar Bagja Mulya dan Sanggar Kalimat Syadahat oleh Raja Gowa Kebon Kangkung. Sanggar Sekar XIV I Mangaranngi Daeng Manrabbia Pandan selama belasan tahun Karaeng Lakiung bergelar Sultan mengajarkan Ronggeng Bugis di Alauddin Tumenanga ri Gaukanna sekolah-sekolah dasar maupun lanjutan (1593-1639) yang menjadi muslim di Kota Cirebon menjadi mata pada tanggal 9 Jumadil 1051 H atau 22 pelajaran Mulok (Muatan Lokal). September 1605 (Mattulada, 2011: 4. Analisis 46). Artinya ketika Kerajaan Cirebon Jika memperhatikan beberapa dibentuk pada tahun 1482 belum satu peristiwa di atas, maka pasukan Bugis pun kerajaan di jazirah selatan yang menjadi mata-mata untuk Kerajaan Sulawesi yang beragama Islam Cirebon adalah pasukan pimpinan termasuk Kerajaan Makassar (Gowa- Arupalakka dengan nama sandi Ronggeng Tallo) dan kerajaan Bugis seperti Bugis. Jika demikian anggapan bahwa Kerajaan Luwu, Sidrap, Bone, Ronggeng Bugis dilahirkan sezaman Soppeng, Wajo, dan sebagainya. dengan berdirinya Kerajaan Cirebon dapat Dengan demikian tidak mungkin ada ditinjau kembali dengan alasan: utusan dari kerajaan di Sulawesi ini yang belajar Agama Islam di Cirebon 1. Ketika Kerajaan Cirebon dimerdeka- pada saat pendirian Kerajaan Cirebon kan oleh Sunan Gunung Jati pada tersebut. tahun 1482 tidak ada sumber yang menyebutkan bahwa telah ada orang 4. Fakta sejarah menyebutkan bahwa Bugis atau pasukan dari Bugis yang peranan pasukan Bugis berlangsung bermukim di Cirebon. pasca “pemberontakan Arupalakka” terhadap Kerajaan Gowa kemudian 2. Pasukan Bugis baru terbentuk ketika meminta bantuan kepada VOC Arupalakka menyatukan orang-orang sehingga kolaborasi pasukan ini

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Ronggeng Bugis dalam Tinjauan… (M. Halwi Dahlan) 179

mampu menghancurkan Kerajaan menetap di Cirebon masa itu. Jika Makassar (Gowa-Tallo) pada tahun pernyataan ini yang digunakan, maka 1666 hingga 1669. Sejak itu pasukan kalimat “pasukan Bugis” tidak dapat Arupalakka sering memberi bantuan digunakan tetapi diganti dengan kepada VOC terutama untuk “pasukan Kerajaan Cirebon yang menaklukkan pemberontakan (versi terdiri dari orang-orang Bugis”. VOC) yang dilakukan di wilayah 2. Dari studi literatur tidak ditemukan jajahannya seperti pemberontakan adanya kerja sama antara kerajaan- Pauh di (September kerajaan Bugis dengan Kerajaan 1666) dan pemberontakan Trunojoyo Cirebon dalam hal bantuan pasukan. (1674-1680) di Mataram . 3. Pasukan Bugis terbentuk pada tahun 5. Dalam perkembangannya, Tari 1663 dibawah pimpinan Aru Palakka, Ronggeng Bugis sebagai pasukan telik sehingga terdapat jarak lebih dari 200 sandi pernah digunakan untuk tahun antara pembentukan Kerajaan memata-matai aktivitas DI/TII. Tari Cirebon dengan “bantuan” pasukan ini kemudian mengalami masa Bugis. kevakuman hingga tahun 1990. Tahun 1990 Ronggeng Bugis kembali 4. Bantuan pasukan Bugis bagi Cirebon diperkenalkan kepada masyarakat (sebenarnya untuk Kerajaan Mataram) Cirebon tetapi bukan lagi sebagai terjadi dimasa pemberontakan pasukan telik sandi melainkan bantuan Trunojoyo (1674-1680). Bantuan ini sebagai salah satu jenis kesenian di kerahkan oleh VOC karena salah pertunjukan. Tari ini kemudian satu pasukan Trunojoyo dipimpin oleh mengalami perkembangan berarti seorang pemuka Kerajaan Makassar karena telah terlibat aktif dalam yaitu Karaeng Galesong. pergelaran ketika Festival Keraton 5. Diperlukan penelitian lebih lanjut Nusantara I tahun 1994 dan FKN untuk memastikan sejarah kelahiran berikutnya dan ditampilkan dalam Ronggeng Bugis melalui pengumpulan kegiatan duta-duta budaya. Kini tari data yang dapat menjadi fakta dari Ronggeng Bugis dapat ditemui di temuan dokumen-dokumen baru. sanggar-sanggar tari yang ada di Cirebon. Jika dalam satu pertunjukan 6. Perkembangan tari Ronggeng Bugis di dibutuhkan banyak penari, maka Cirebon sangat menggembirakan, sanggar-sanggar tari akan saling pementasan yang sering dilaksanakan memberi bantuan. berupa pesanan pada acara-acara dan festival tertentu dapat semakin C. PENUTUP melekatkan tarian ini dengan masyarakat setempat. Pementasan di Dari perbandingan data yang luar Cirebon dapat mengenalkan aset- dilakukan terhadap kasus Ronggeng Bugis aset seni milik Cirebon untuk ini, diperoleh kesimpulan bahwa: menghindari klaim dari pihak lain. 1. Tidak ditemukan fakta bahwa orang Bugis dalam bentuk pasukan Bugis DAFTAR SUMBER membantu Cirebon ketika awal pembentukan kerajaan ini pada tahun 1. Buku 1482. Informasi yang ada masih bersifat oral history. Tetapi tidak Gottschalk, Louis. 1986. menutup kemungkinan bahwa ada Understanding History: A Primer of beberapa orang Bugis yang membantu Historical Method, Mengerti Sunan Gunung Djati dimana mereka

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 180 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 168-180

Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Cet. V. Jakarta: UI-Press. http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02 /27/09270086/tatkala.ronggeng.berg Irianto, Bambang, 2009. ulat.dengan.disko. Diakses tanggal Ronggeng Bugis Sebuah Karya Seni 20 Mei 2011. Unik. Makalah. Bandung: BPSNT Bandung. http://deedde.wordpress.com/2010/10/31/s uku-bugis-adat-istiadat. Diakses Kartodirdjo, Sartono.1992. tanggal 15 April 2012. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. http://forum.viva.co.id/sejarah/99077- Gramedia Pustaka Utama. sejarah-tarian-ronggeng-bugis.html. Tangal akses 6 Agustus 2012. Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Cet. III. http://kampungbugis.com/sejarah-suku- Yogyakarta: Yayasan Bentang bugis-dan-asal-kata-bugis. Diakses Budaya, 15 April 2011.

Lubis, Nina Herlina, M.S.,et al. 2000. http://puslitmas.stsibdg.ac.id/index.php/jur Sejarah Kota-kota Lama di Jawa usan-tari/8-tahun-1990/11-tari- Barat. Bandung: Alqaprint ronggeng-bugis-di-kabupaten- Jatinangor. cirebon- Tanggal akses 6 Agustus 2012. Mattulada, 2011. Menyusuri Jejak Kehadiran http://sejarahcirebon.blogspot.com/- Makassar Dalam Sejarah. Cetakan I sejarah-acuan-berdirinya- tahun 1982. Yogyakarta: Penerbit kabupaten.html. Diakses 17 Mei Ombak. 2011.

Ratna, Nyoman Kutha, 2010. http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisa Metodologi Penelitian, Kajian ta/ronggeng-bugis/dest- Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora det.php?id=299&lang=id. Tanggal Pada Umumnya. Yogyakarta: akses 6 Agustus 2012- PustakaPelajar. 3. Wawancara Republik Indonesia, 1991. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Hadi, Elang Komara, 41 tahun. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. wawancara. 18 Mei 2011. Keraton Kacirebonan No. 74-Cirebon. Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Handoyo, 60 tahun. Ombak. wawancara. 17 Mei 2011. Desa Plumbon Kecamatan Plumbon 2. Internet Kabupaten Cirebon. anisadwijayanti.blogspot.com/2011/10/seja rah-indonesia.html. Tanggal akses 26 April 2012

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012