Vol. XI No.2 Th. 2012

TARI PASAMBAHAN DAN FALSAFAH MINANG DALAM PERSPEKTIF ALIM ULAMA KOTA PADANG

Afifah Asriati

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang Email : [email protected]

Abstract The article aims to reveal the Padang Alim Ulama perspective toward Pasambahan Dance, in the context of Adaik Basandi Syara‘, Syara‘ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) values. This research used qualitative approach based on teoritical perspective as conceptually embedded for reseach analysis. Interview and observation of some ulamas in Islamic organizations and higher institutions, as well as documentary techniques are used for data collecting. Data will be triangulated through member check and peer debriefing. The result shows that basically Pasambahan dance has been suited to the perspectives of the ulamas, based on the philosophy the ABS-SBK, both in the dancers‘ moves and uniforms, although several things still needed to be fixed. Key words: Pasambahan dance, Minangkabau philosophy ABS-BSK, Padang ulamas

Pendahuluan laki, karena perempuan dianggap tidak baik Tari sebagai ekspresi budaya, keluar rumah. Apalagi memamerkan diri di mengkomunikasikan nilai-nilai budaya yang depan orang banyak. Dengan demikian tari- dianut pendukungnya (Afifah Asriati: 2000). tarian hanya dilakukan oleh penari laki-laki Tari adalah ungkapan budaya atau ekspesi saja, gerakannya cekatan dan keras. Ini budaya masyarakat dimana tari itu tumbuh dan disebabkan tari itu lahir bersama pencak. berkembang. Dengan menampilkan sebuah Sebagaimana Edi Sedyawati (1981: 72) tarian, orang akan mengenal dari mana tari itu menyebutkan bahwa antara tari dan pencak berasal, ”tunjukkan bagaimana engkau menari, tidak dapat dipisahkan, karena keduanya lahir saya akan mengetahui dari mana engkau“, kata dari penggiat yang sama. dan pencak itu Holt (1991). Gaya tari Minang pasti dalam budaya Minangkabau dilakukan oleh mengekspresikan nilai-nilai budaya Minang. laki-laki. Secara filosofis nilai budaya Minang itu Namun seiring perkembangan zaman, terkandung dalam falsafah Adaik Basandi sekarang justru yang banyak menari adalah Syara‘, Syara‘ Basandi Kitabullah (ABS-SBK). perempuan. Sehingga yang nampak oleh kita Namun dalam praktiknya masih banyak yang sekarang adalah banyak tarian yang gerakannya memperdebatkan. Seperti Mochtar Naim (2004: sama saja antara laki-laki dan perempuan.—Tari 39-50) mensinyalir bahwa dalam aspek budaya Minang indak ado perbedaan gerak laki-laki jo orang Minang, belum terujud nilai ini dengan padusi, jadi samo sajo padusi bapakaian laki- baik, termasuk dalam seni. laki. Iko gerak laki-laki iko gerak padusi indak Menurut tradisi di Minangkabau, yang ado do, samo gerak sadonyo“ (Raudha Thaib, melakukan tarian itu adalah laki-laki. Ini wawancara, 2011). merupakan pengaruh dari sistem matrilineal dan Berbeda halnya dengan tari Pasambahan. nilai-nilai budaya yang Islami. Sistem Tari Pasambahan adalah satu tarian yang sangat matrilineal di Minangkabau memberi peluang popular saat ini di Sumatera Barat, khususnya tumbuhnya silat, pencak, tari dan seni lainnya. di kota Padang. Tari ini sering ditampilkan pada Dalam sistem budaya Minang tidak dikenal acara-acara seremonial pembukaan acara resmi wanita sebagai penari (Edi Sedyawati, 1981: pemerintah dan acara resmi lainnya. Tari ini 73). Kegiatan ini dilakukan hanya oleh laki- ditarikan oleh penari laki-laki dan perempuan,

145 Tari Pasambahan dan ... gerak laki-laki dengan perempuan berbeda, dikandungnya. Niat berseni baik mencipta seni, busananya menutup aurat, di atas pentas, membawakan karya seni atau menikmati seni. waktunya pagi, siang dan malam, penonton Allah menghendaki salam bagi hambanya. Seni laki-laki dan perempuan, musiknya musik adalah suatu unsur untuk pembinaan salam itu. tradisi Minang. Orang berseni meujudkan kesenangan dalam Sebagaimana diketahui saat ini bahwa kehidupan. Jadi seni Islam bukan seni untuk para ninik mamak, alim ulama dan cadiak seni. Islam menghendaki berseni itu diniatkan pandai di Sumatera Barat sedang bergiat untuk karena Tuhan (Sidi Gazalba, 1977: 53). Seni menerapkan falsafah ABS SBK ini dalam mengandung moral, tapi tidak mengajar moral. semua lini kehidupan, namun bagaimanakah Seni dan moral terjalin erat. Dengan meniatkan penerapannya dalam kesenian khususnya tari seni karena Tuhan, maka ia mengandung moral. Minanglabau? Apakah falsafah ini dapat Tuhan menyuruh kepada yang baik dan me- diterapkan pada tari? Khususnya tari larang kepada yang buruk. Islam menghendaki Pasambahan? Mochtar Naim (Haluan, 22 supaya berseni itu dijalankan dengan akhlak September 2012) menyebutkan: Islam (ibid 54). Rasulullah pernah menyaksikan ABS-SBK menyebutnya gampang. Tapi tarian dari beberapa orang Afrika di Madinah melaksanakannya? waw, konsekwensinya tanpa melarangnya (Abdullah bin Nuh dalam bukan main beratnya. Kalau sekadar Gazalba: 1977: 75). menyebut adat saja, tak masalah, dan tak Seni sebagai saluran (fitrah manusia) adalah ada yang akan ditakutkan.Tapi menyebut halal, tetapi bahan yang dimasukkan ke dalam —syarak“? tunggu dulu! Besar dan berat saluran itu dapat saja haram hukumnya. Kalau tantangannya. Apalagi dengan mengata- cara, pelaksanaan dan tindakan itu menyimpang kan: —Syarak dan basandi kitabullah“ atau berlawanan dengan apa yang telah di- Lalu, seluruhnya, apapun, berada di tetapkan Allah dan Rasulnya, sesuatu bisa bawahnya. haram. Islam melarang tarian yang dilakukan Berdasarkan fenomena tari Pasambahan bercampur antara lelaki dan perempuan. Tiap dan keadaan yang diungkapkan Mochtar Naim unsur seni adalah haram hukum mencipta- di atas, maka perlu kiranya mengetahui bagai- kannya, membawakannya atau menikmatinya mana pandangan alim ulama terhadap tari di apabila mendatangkan kerusakan, dan makruh Minangkabau, khususnya tari Pasambahan yang apabila mudaratnya hanya sekadar kemungkin- sekarang sedang eksis, karena yang banyak an saja. Etika atau akhlak Islamlah yang me- mengetahui tentang syarak itu adalah alim nentukan apakah sesuatu unsur atau karya seni ulama. Hal ini berguna untuk menata tari bernilai halal, makruh atau haram (Ibid 79). Pasambahan, supaya sinerji dengan nilai ideal Sekaitan dengan ini Toha Yahya Omar (1983: yang dianut masyarakat Minangkabau yaitu 57-58) menyimpulkan tentang hukum seni nilai falsafah ABS-SBK. Di sinilah letak musik, seni suara dan seni tari seperti berikut. pentingnya penelitian ini dilakukan. Bagaimana Hukum seni musik, seni suara, dan seni pandangan Alim Ulama terhadap tari Pasam- tari dalam Islam adalah mubah (boleh), bahan yang meliputi; penarinya (laki-laki dan selama tidak disertai dengan hal-hal lain perempuan), geraknya, busana yang digunakan, yang haram. Dan apabila disertai dan aspek-aspek tari Pasambahan lainnya, dengan hal-hal yang haram, maka dalam konteks nilai Adaik Basandi Syara‘, hukumnya menjadi haram pula. Begitu Syara‘ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) di Kota juga apabila disertai dengan hal-hal Padang? yang baik dan diridhai Allah, maka Secara teoritik dan konseptual, seni hukumnya menjadi sunat, seperti untuk adalah bidang kebudayaan dalam Islam, seperti merayakan pesta perkawinan, hari raya, juga sosial, ekonomi politik dan lain-lain. Dan khitanan, menyambut orang yang datang, seni itu adalah seni Islam, karena hanya seni hari kemerdekaan dan lain-lain sebagai- Islamlah yang terjalin dalam hubungan dengan nya; asal saja tidak disertai dengan hal- kebudayaan Islam. Seni bukan Islam, tidak hal dan perbuatan-perbuatan yang di- serasi (sumbang) bahkan mungkin bertentangan larang oleh Allah dan rasul-Nya. Jadi dengan kebudayaan Islam. Beda Seni Islam dan haramnya seni musik, seni suara, dan seni bukan Islam; pertama adalah niatnya, seni tari itu adalah disebabkan amrun sedangkan ke dua adalah nilai etika yang ”aradhiyun la dzaitun (disebabkan hal- 146 Vol. XI No.2 Th. 2012

hal lain, bukan karena zatnya sendiri). lalui mantera khusus selalu di bawah kendali Jacob Sumoharjo (2001:182) juga ber- dukun atau Kulipah (Desfiarni, 2001: 150). Tari kesimpulan bahwa para ulama Aceh telah ini jelas sebuah contoh tari yang dipengaruhi menyimpulkan tentang hakekat kesenian yaitu: oleh nilai Hindu yang memuja dewa. Hal ini Fungsi kesenian adalah untuk kesenang- tentu bertentangan dengan nilai ABS-SBK yang an, 2) kesenian adalah mubah (diboleh- ingin dikembangkan secara sistematik dalam kan dalam agama), kecuali kesenian budaya Minangkabau. yang merusak akhlak; 3) tarian, nyanyi- Adat Minangkabau yang asal adalah an, dan musik adalah sebahagian dari bersumber dari nilai filosofis kealaman (filsafat kesenian, mubah hukumnya, boleh di- alam). Alam dijadikan guru untuk menuju saksikan kecuali yang merusak; 4) pria kehidupan yang baik (Nasroen1971: 24). Fatwa dan wanita dalam hal ini sama dapat adatnya adalah —Panakiak pisau sirauik, memanfaatkan kesenian; 5) pada waktu- ambiak galah batang intabuang, salodaang waktu tertentu, hari raya, nikah, khitan, ambiak ka nyiru, Nan satitiak jadikan lauik, dan menyambut orang penting dan se- nan sakapa jadikan gunuang, alam takambang bagainya, maka hukum mubahnya jadikan guru“. Meskipun informasi dan data meningkat menjadi mustahab (digemari); yang didapat dan dilihat dari alam itu hanya 6) wallahu a‘alam. sedikit (satitiak, sakapa) akan tetapi hal itu Berdasarkan perspektif di atas, maka dikembangkan menjadi banyak, lebih berman- dapat diketahui bahwa ada berbagai perpektif faat dan dijadikan pijakan untuk kehidupan tentang status hukum kesenian dalam kajian (jadikan lauik, jadikan gunuang). Informasi ilmu keislaman. Ada yang bertatus mubah, alam itupun tersedia dengan melimpah di alam makruh, sunat dan haram sesuai dengan situasi semesta ini (alam takambang jadikan guru). dan keadaan yang mengitarinya. Jadi sebelum Islam menjadi pandangan Falsafah ABS-SBK dan Tari Minang- hidup orang Minang (ABS-SBK), filsafat ke- kabau; Adat Basandi Syara‘ dan Syara‘ alaman telah menjadi prinsip yang hakiki atau Basandi Kitabullah (ABS-SBK) adalah nilai substansi bagi orang Minangkabau. Di alam filosofi orang Minangkabau dan oleh Mochtar tersedia ilmu yang sangat banyak, bahkan Naim (2004) menyebutnya sebagai jati diri tersedia hukum alam (natural law) yaitu di orang Minangkabau. Filosofi ini jelas setelah alam ini tersedia atau terjadi hubungan sebab- Islam masuk ke Minangkabau. Sebelum Islam akibat yang oleh banyak pakar, termasuk menjadi nilai dasar orang Minang, budaya Mochtar Naim (2004) lazim disebut dengan Minang telah berbaur dengan agama Hindu- sunnatullah atau ayat-ayat qauniyah, kata AA. Budha, justeru itu masih ada sampai sekarang Navis (1974) dalam bukunya Alam takambang nilai-nilai keHinduan yang menjadi pola adat jadi guru —Sebagaimana firman Tuhan banyak orang Minang, yang oleh Mochtar Naim (2004) ayat-ayat Tuhan terdapat pada alam yaitu bagi disebut dengan bid‘ah, tahyul dan khurafat bila siapa yang membacanya“. Karena terdapatnya ditinjau dari nilai-nilai Islamiyah. Sejalan kesamaan pandangan Islam dan filsafat dengan itu Jacob Sumohardjo dkk (2001: 32) kealaman Minang yang substansi inilah yang membenarkan pendapat bahwa sebelum Islam menjadi mudahnya Islam diterima atau masuk ke Minangkabau telah berkembang nilai- berasimilasi di kalangan orang Minangkabau, nilai Hindu-Budha dalam kehidupan masya- meskipun dalam aspek struktur kekuasaan rakat. Secara kongkrit, dalam tari masih ber- mengalami benturan-benturan (Nasroen1971: tahan nilai-nilai Hindu-Budha itu pada tempat- 24, Mochtar Naim: 2004). Secara tegas tempat tertentu, bahkan dilestarikan oleh asimilasi tersebut digambarkan Nasroen masyarakat pendukungnya, seperti yang dikenal (1971:72) bahwa —Orang Minangkabau telah dengan tari Lukah Gilo di Padang Magek memeluk Islam dan agama Islam … menerima Kabupaten Tanah Datar sebagaimana yang adat Minangkabau yang berdasarkan ketentuan diungkapkan dalam hasil penelitian Desfiarni alam,…sekarang adat Minangkabau itu adalah (2001). Tari lukah gilo adalah tari yang diliputi dan berjiwa agama Islam“. Justeru itu menghadirkan dukun (kulipah) memiliki Nasroen (1971: 30) mengatakan —Adat itu tidak kekuatan gaib dengan menggunakan sarana bertentangan dengan agama Islam dan ke- mantera pada lukah yang digerakkannya seperti datangan Islam adalah menyempurnakan adat gerak tari. Penggunaan jin yang dipanggil me- itu sebagai pandangan hidup yang telah dimiliki 147 Tari Pasambahan dan ... oleh orang Minangkabau“. Ikrar atau malah keputusannya mengawali Menurut sejarah, masuknya Islam di- konsepsi filosofi baru yang terkenal sampai terima oleh orang Minang dengan baik-baik, sekarang dengan ABS-SBK. Hal itu adalah seperti ungkapan Amir MS (1999:122-124) menjadi catatan sejarah pergumulan adat dan bahwa; Islam masa lalu, proses asimilasi yang me- Masuknya Islam ke Minangkabaau se- lahirkan sedikit gesekan, yang tidak berakhir cara bergelombang sejak abad ke 7 dengan buntu atau konflik yang berkepan- sampai akhir abad ke 17 dilakukan me- jangan. Ini adalah bukti sejarah bahwa Islam lalui proses integrasi damai, yang boleh sebagai agama yang memandang ayat Allah juga disebut dengan istilah Islamisasi pada alam, sunatullah dan kodrat (hukum alam) kultural. Islam diterima dalam masyara- sejalan, segaris dan selari dengan substansi kat dengan tidak perlu membuang adat. pandangan adat Minangkabau pada alam yang Proses Islamisasi seperti ini berakibat disebut —alam takambang jadi guru“. Bahkan adanya pencampuran antara ajaran banyak pula yang mengatakan bahwa Islam Islam degan aturan adat. Jadi antara menyempurnakan adat Minangkabau, memper- adat dan agama telah terjadi hidup kuat filsafat kealaman yang sudah dimiliki saling melindungi (simbiosis-mutualis) selama ini. yang dapat dilihat adanya pepatah —adat Persoalan filosofis orang Minang ini basandi syarak‘ syarak basandi tidak lagi pada tataran konsep, perinsip dasar kitabullah“. dalam kehidupan sehari hari dan dalam semua Asimilasi damai, seperti yang dikemuka- aspek kehidupan yang telah disempurnakan kan Amir di atas disebabkan karena saling Islam itu, akan tetapi bagaimana nilai ABS- melindungi, simbiosis-mutualis dengan proses SBK itu diterapkan oleh orang Minangkabau. yang disebutnya dengan Islamisasi-kultural. Menurut Mochtar Naim (2004: 50) persoalan Kata Nasroen (1971: 28) bahwa. —Kedatangan ABS-SBK bukan persoalan sejarah lagi tetapi agama Islam ke masyarakat Minangkabau adalah persoalan maksimalisasi penerapannya adalah merupakan sebuah rachmat Allah bagi di dalam masyarakat Minang. Ia ungkapkan masyarakat Minangkabau, sebab agama itu bahwa —Langkah berikut kita sekarang adalah adalah menyempurnakan adat itu“. menjabarkan ajaran ABS-SBK itu secara siste- Memang ada perbedaan pendapat atau matis dan terprogram ke dalam berbagai segi benturan dalam struktur adat dan kekuasaan kehidupan. ABS-SBK bukan hanya filosofi dalam interen adat mengenai peranan Islam hidup tetapi juga suluah bendang dan bintang pada adat Minangkabau, namun tidak me- pengarah bagi orang Minang dalam meng- lahirkan konflik yang tanpa solusi. Perbedaan harungi kehidupan ini“. itu diselesaikan dengan damai dan musyawarah, Ada empat hal yang dikemukakan oleh sebagaimana Amir M.S. (1999: 124) meng- Muchtar Na‘im di atas, sekaitan dengan ungkapkan bahwa penerapan ABS-SBK ke depan yaitu (i) harus Salah satu hasil dari pertikaian ini diambil langkah-langkah konkrit, (ii) menge- adalah dihasilkannya putusan dalam laborasi nilai nilai ABS-SBK dalam kehidupan musyawarah di Bukit Marapalan di sehari-hari, (iii) dilakukan secara sistematik, zaman Paderi yang melahirkan sendi dan (iv) harus diprogramkan dengan baik. baru bagi adat Minangkabau yang Sebenarnya hal itu sudah dijadikan ikon berbunyi —adat basandi syarak‘ syarak pengembangan dan pembangunan di Sumatera basandi kitabullah“. Ikrar ini Barat setelah reformasi, yang mencantumkan diberlakukan di zaman Paderi yang secara tegas ABS-SBK menjadi landasan diperkirakan terjadi tahun 1837. Orang filosofi untuk hidup bernagari (Perda Sumatera Minang hanya menganut agama tunggal Barat No.9 tahun 2000 dan No.27 tahun 2007). yaitu Islam. Kalau agamanya bukan Khusus untuk pembangunan dan perkembangan Islam, maka dia tidak mungkin disebut seni Minang, termasuk tari tradisi Minang, ada orang Minang. baiknya pendapat Muchtar Na‘im (2004) Berdasarkan hasil musyawarah Bukit berikut dijadikan pedoman pengembangannya. Marapalam di atas, solusi perbedaan pendapat Ia berpendapat bahwa —Konsep adat ada yang itu malah memperkuat posisi dan kedudukan absolut, relatif dan antara keduanya. Adat nan Islam dalam adat, menjadi basis substansi adat. sabana adat absolut, sementara adat ist‘iadat 148 Vol. XI No.2 Th. 2012

dan adat yang diadatkan adalah pemanis diri telah dijadikan pancangan konseptual untuk (etika dan estetika) yang elok kalau dipakai menelaah sisi-sisi yang diteliti. melalui tetapi disesuaikan dengan tempat dan kaedah dokumen, wawancara dan observasi, sehingga Kitabullah Al Quran“. ditemukan data-data kualitatif. Penelitian ini Jadi Muchtar Na‘im menyatakan bahwa terbatas dalam persepsi Alim Ulama yang persoalan estetika, termasuk tari Minangkabau, dianggap mewakili kota Padang. Data sejatinya elok dipakai tapi disesuaikan dengan dikumpulkan dengan; Observasi, yaitu nilai ABS-SBK atau kaedah Kitabullah Al mengobservasi bentuk tari Pasambahan, Quran. Pada tataran ini tersirat bahwa masih dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data banyak tari dan kesenian Minang yang belum yang berhubungan dengan tari Pasambahan selaras, selari dan sesuai dengan nilai ABS- yang ditampilkan dalam upacara resmi yang SBK yang diidam-idamkan dalam filosofi telah ditulis baik dalam buku, jurnal maupun Minang. Mungkin seni tari Minang masih hasil penelitian, serta mengumpulkan mengandung nilai yang kontra dengan nilai dokumentasi dalam bentuk foto atau video, dan Islam, masih mengandung nilai syirik, khurafat dengan wawancara yang dilakukan secara dan bid‘ah. Hal itu nampak dalam alasan fikiran terstruktur, tak terstruktur (wawancara terbuka) Muchtar Na‘im (2004) sebagai berikut. dan atau wawancara mendalam (Burhan Mugin, Konsep filosofi ABS-SBK sesungguhnya 2007: 67). Alasuutari dalam Soedarsono (199: adalah kristalisasi dari ajaran hukum 39-40) menyatakan bahwa —Sebuah data alam yang berupa sunnatullah. Adat kualitatif ibarat sebuah teka teki atau sebuah adalah kebiasaan yang terpola dan misteri. Dalam menebak teka teki itu selalu membudaya, sementara syarak adalah harus mengarah untuk menjawab pertanyaan ketentuan ketentuan pola perilaku ”mengapa‘ dan bukan sekedar menjawab kehidupan yang datang dari atas, dari pertanyaan ”apa‘. … Setelah terkumpul Allah swt, melalui wahyu (Al Quran) dan ”pertanyaan mengapa‘ yang cukup banyak, sunnah nabi Muhammad Rasullullah. kemudian menentukan yang mana yang dipilih Dengan persentuhan dengan Islam, adat untuk di analisis. Prinsip ini juga digunakan yang merupakan kebiasaan yang terpola dalam penelitian ini. Wawancaara terhadap para dan membudaya itu mau tak mau harus alim ulama dalam melihat pandangannya melalui proses pembersihan dari unsur- pertanyaan difokuskan pada penggalian secara unsur syirik, khurafat dan bid‘ah yang mendalam (deep interview) mengenai argumen bertentangan dengan ketauhidan Islam. alim ulama tersebut tentang pandangan yang Karena dengan proses akhir dari sintesis dikemukakannya. Argumen yang adat dan syarak ditetapkan bahwa adat dikemukakannya itu meliputi: (a) Argumen haruslah dengan syarak, maka rujukan dengan mengemukakan fondasi yang bersumber pokok dari adat adalah syarak, dari ayat-ayat Alquran, (b) Argumen dengan sementara rujukan syarak adalah mengemukakan fondasi yang bersumber dari Kitabullah. Hadist, (c) Argumen dengan mengemukakan Jadi dari semua paparan pendapat di atas fondasi yang bersumber dari pendapat dapat dipahami bahwa seni tari Minangkabau, mujtahid/ahli fiqih terdahulu, (d) Argumen sejatinya mesti sejalan, serasi, sesuai dan dengan mengemukakan fondasi yang bersumber berbasiskan nilai-nilai ABS-SBK yang menjadi dari pendapat alim ulama yang diwawancarai. filosofi etnik Minang. Artinya nilai religius Adapun yang telah diwawancarai adalah tokoh yang Islami mestilah terlihat dalam semua agama meliputi: Unsur alim ulama dari lembaga ekspresi tari Minang, setidaknya tidak agama di Padang yang terdiri dari Alim ulama mengekspresikan nilai yang kontra dengan nilai di kalangan; (a) Muhammadiyah, (b) MUI, (c) Islam seperti tari Lukah Gilo di atas yang Perti, (d) NU. Unsur alim ulama dari Perguruan mengandung syirik, khurafat dan tahyul, Tinggi yang terdiri dari: (a) Guru Besar/Doktor sebagaimana yang dikemukakan Muchtar dalam bidang syara‘- di IAIN Imam Bonjol Na‘im di atas. Paanhg, (b) Guru Besar/Doktor dalam bidang syara‘- di UNP, (c) Guru Besar/Doktor dalam Metode Penelitian bidang syara‘- di UNAND, (d) Guru Penelitian ini menggunakan pendekatan Besar/Doktor dalam bidang syara‘- di STIQ. kualitatif dengan bekal perspektif teoritik yang Data yang terkumpul melalui teknik 149 Tari Pasambahan dan ... pengumpulan data dan sumber data di atas dianjurkan, adat dianjurkan memuliakan diseleksi berdasarkan bobot kredibilitasnya, orang besar. Di Minang kan ada itu serta data yang kurang lengkap digugurkan atau —muliakan nan gadang, kasiahi nan dilengkapi dengan substitusi yang sesuai. ketek“ (muliakan yang besar, kasihi yang Hasilnya kemudian diinterpretasikan sesuai kecil). Di dalam acara adat awak (kita) dengan tujuan penelitian ini. Dalam men- kan ado tu (ada itu), mamuliakan nan dapatkan keabsahan data (kredibilitas data), gadang dilatakkan carano di mukonyo, digunakan langkah-langkah; Pertama, Triangu- nan ketek dilatakkan rokok (memuliakan lasi, yang mencakup; 1) triangulasi sumber yang besar diletakkan carano di data, 2) triangulasi teknik dan 3) triangulasi depannya, yang kecil diletakkan rokok). para peneliti lain (Philip Mayring dalam Lexy Dilegalkan itu, itu kan simbol itu. Maleong, 2008: 222, dan Burhan Mungin, Berdasarkan pendapat Yulizar di atas, 2007: 198-205). Kedua, Member check; peneliti dapat dijelaskan bahwa di Minang dalam melibatkan infoman untuk menilai data awal, memuliakan tamu telah tumbuh secara tradisi bagi mendapatkan persetujuan (konfirmasi) turun temurun, dengan kreasi tari Pasambahan antara tafsiran peneliti dengan tafsiran orang (dulunya Tari Galombang) untuk memartabat- lain yang lebih pakar dan relevan. Proses ini kan tamu yang datang dengan nilai guyubur- dilakukan melalui pemangku adat/tokoh adat. rahman, yaitu memuliakan orang besar yang Ketiga, Peer debriefing; dilakukan dengan dekat dengan Tuhan, dengan mencontoh mendiskusikankan data yang terkumpul dengan perilaku nabi Muhammad yang mendapat rekan sejawat dan pihak yang relevan teguran dari Tuhan ketika kurang menghormati keahliannya, terutama koreografer. tamu. Di sinilah titik temu nilai tradisi tari Pasambahan Minang dengan nilai Islami. Hasil Penelitian dan Pembahasan Artinya, memuliakan tamu nilai syarak yang Ukiran Tari Pasambahan adalah tari yang ditradisikan atau diaplikasikan dengan nilai adat ditampilkan ketika adanya pertemuan dua pihak tari Pasambahan. Di sinilah letaknya SMAM dalam masyarakat Minang. Disajikan oleh (Syarak Mangato Adaik Mamakai). Dalam pihak yang menerima tamu, untuk menghormati pandangan Adityawarman (Wawancara, 15/12/ tamu yang datang, sebagai pembuka dalam 2012) menyebutnya dengan istilah yukrim sebuah pertemuan antara dua pihak yang dhaifah (memuliakan tamu) sperti ungkapannya bertemu. Pandangan alim ulama terhadap tari —Pada tari Pasambahan kan ndak ado (tidak ini dianalisis dari aspek penari, gerak, dan ada) dalam perasaan urang (orang) barangkali busana. yang mengarah ke negatif. Jadi kan situ nyo. Memuliakan tamu adalah pesan, misi dan Kalau buliah ambo mangatokan (boleh saya fungsi utama yang diemban oleh penampilan mengatakan) itu —yukrim dhaifah“ Islam itu kan tari Pasambahan ini. Hal ini diungkap Yulizar mengajarkan menghormati tamu, ketika tamu Yunus (Wawancara 18/12/2012) seorang dosen ndak (tidak) dihormati, kan baitu persoalannyo Adab IAIN Imam Bonjol yang memandang (begitu persoalannya)“. bahwa, Sejalan dengan Aditiawarman di atas, Filosofi dari tari Pasambahan, sebenar- Edi Syafri (Wawancara, 30/12/2012) meman- nya memuliakan orang besar, itu kato dang hal yang sama dan dia mendorong tari ini, mandaki namonyo (kata mendaki nama- karena sesuai dengan nilai-nilai Islam, se- nya) di adat, berkata tanpa menyakitkan bagaimana ungkapannya —di satu pihak tari martabat seseorang menyangkut me- Pasambahan itu bagus didukung, kan memulia- muliakan tamu, dan itu tamu itu dalam kan tamu. Siapapun dalam agama disuruh Islam guyuburrahman adalah orangœ memuliakan tamu, antara lain dimanifestasikan orang yang dekat kepada Tuhan, tidak dengan tari Pasambahan. Itu bisa, Kalau bisa boleh kita abaikan. Nabi saja ditegur, jangan sampai ado (ada) hal-hal yang tidak ketika bertemu seseorang, nabi mele- sesuai dengan aturan agamo (agama)“. Begitu ngah, ditegur nabi itu, filsafat itu juga juga Syafrudin (Wawancara, 18/12/2012) me- ditirukan adat minangkabau, kita harus mandang tari Pasambahan dilihatnya sebagai menyambut tamu dan memuliakan tamu, tari yang tidak menyalahi nilai Islam dan tidak kita kreasilah dengan kreasi-kreasi yang ada celanya bila diukur dengan Islam itu indah, dan itu sangat dianjurkan. Islam sendiri, seperti ungkapannya —Kalau nan tari 150 Vol. XI No.2 Th. 2012

Pasambahan lah (sudah) dominan sebuah cara nan seperti kesenian tradisional itu yang bagus. Cela Islamnyo ndak ado ndak bisa dipandang sebagai sebuah budaya bangsa awak tonjolkan (merusak Islamnya tidak ada)“. keanekaagaman budaya itu hinggo alun Berdasarkan paparan data yang dikemu- awak danga lai (sehingga belum kita kakan informan di atas dapat diketahui bahwa dengar lagi), tapi kedepannya tari Pasambahan dalam hal visi misinya atau Allahualam, pesannya telah sesuai syarak dan sunnah Rasul Pada hakekatnya Maigus membolehkan atau hadis, yang pada intinya mengemban misi perempun tampil di muka umum. Sejalan pesan dakwah untuk memperkuat ukhuwah dengan Maigus, lebih tegas Duski Samad Islamiyah, silaturrahim antara pihak yang (Wawancara, 14/12/2012) juga menyatakan bertemu. Jadi tari Pasambahan boleh dikatakan boleh dengan tetap mengacu pada nilai-nilai tari yang berfilosofi ABS-SBK dalam pan- moral dan spritual, —Mangaji jo suaro rancak dangan alim ulama. sajo ndak buliah do (meengaji dengaan suara bagus saja tidak boleh), bisa mangundang. Pandangan tentang Penari Mako (maka) tidak sampai ka tingkat ekstrim Sebagaimana telah dikemukan dalam sarupo (seperti) itu… Itu sajo (saja) yang pendahuluan (teori) bahwa perempuan itu tidak diharapkan, baa (bagaimana) penikmat seniko dibolehkan menari. Beragam pendapat alim mangacu kapado (seni ini mengacu kepada) ulama terhadap penari perempuan terungkap nilai-nilai moral dan nilai-nilai spiritualitas“. dalam temuan berikut. Syafrudin (Wawancara Selanjutnya Sirajudin Zar (Wawancara, 15 18/12/2012) menyatakan; /12/2012) menambahkan, —Contoh qiraah kan Itu persepsi lamo (lama), itu persepsi padusi tu (perempuan itu), bolehkah perempuan lamo (lama) mendiskriminasikan, kini ko mengaji? kan boleh, jadi secara umum seni ndak (sekarang tidak) mungkin laki-laki sangat dianjurkan dalam agama. Yang perlu mendiskriminasikan perempuan ... diperhatikan adalah jarak, antara laki-laki dan Hukum Islam membedakan laki-laki dan perempuan“. Artinya, ketika tampil di depan perempuan itu hanya dalam pelaksanaan umum dijaga jarak antara penari yang laki-laki ibadah Mahdhah. Menjadi imam shalat dengan yang perempuan. memang ndak ado (tidak ada), dalam Berdasarkan paparan di atas dapat sosial wanita tidak dibedakan, sosial dipahami bahwa pada dasarnya perempuan kemasyarakatan, dalam peribadatan, boleh tampil di depan umum termasuk sebagai urang (orang) kan persepsi urang (orang) penari. Tidak ada diskriminasi dalam agama, tidak dikembangkan, bukan karena dalam kecuali dalam ibadah shalat, memang ibadah itu perempuan berada di belakang, perempuan selalu di belakang. Namun dalam lalu selalu saja dibelakangkan sajo (saja) perilaku yang lain tidak seperti itu. Ini juga perempuan itu, iko (ini) yang salah dapat dianalogkan seperti Qariah, yaitu persepsi. perempuan yang membaca AlQuran dengan Kalau Syafrudin melihat persoalan penari suara yang indah di hadapan orang ramai. perempuan dari segi diskriminasi dan hukum, Ternyata tidak ada yang melarang, bahkan sedangkan Maigus menganalogikan dengan diperlombakan sampai tingkat internasional. perempuan membaca AlQuran. Kalau Tidak ada yang mengkritik dan tidak ada yang perempuan tidak boleh tampil di depan umum, menyalahkan, asal saja sesuai dengan nilai-nilai bagaimana dengan Qari‘ah? Maigus moral dan spiritual yang Islami. (Wawancara, 14/12/2012) menyatakan, Suara perempuan balagu tantu ndak Pandangan tentang Penari Sejenis atau buliah tu do (bernyanyi tentu tidah boleh Bergabung itu), makonyo mangajipun ndak buliah Mengenai penari yang ideal dilihat dari suaro padusi (makanya mengajipun tidak jenis kelaminnya, menurut beberapa ulama boleh suara perempuan), itu mungkin sebaiknya satu jenis kelamin saja artinya tidak paralu kajian baliak (perlu kajian bergabung laki-laki dan perempuan. Alasannya kembali), kajian yang mandalam kajian antara lain untuk menghindari persentuhan yang secara komprehensif dilakukan, tapi antara keduanya, sebagaimana dinyatakan Edi sampai hari kini MTQ masih dilegalkan Syafri (Wawancara, 30/12/2012) seorang guru oleh MUI. Kemudian kesenian-kesenian besar hadis IAIN IB Padang bahwa —untuk 151 Tari Pasambahan dan ... lebih berhati-hati sebaiknyalah tidak bergabung Dalam adat Minang perempuan tak boleh penari antara laki-laki dengan perempuan, menyembah, dia martabatnya diangkat. alasan ambo (saya), sebab itu sangat rawan Perlu dicatat, di Minangkabau perempuan untuk terjadinya persentuhan antara seorang itu marwahnya diangkat, itu berhubungan laki-laki dengan wanita yang bukan muhrim- dengan sistem matrilineal. Itu me- nya, sampai ke tingkat latihannyo (latihannya), negakkan marwah, tidak boleh me- pasang bajunyo (bajunya), memasang dekorasi nyembah-nyembah perempuan itu … kini “. Sejalan dengan Edi Syafri, menurut salah adaiktu kan alah dibuek-buek (sekarang seorang ulama yang menjabat PR III IAIN adat itu kan sudah dibuat-buat) tanpa ada Imam Bonjol sekaligus Guru Besar (Profesor) mengerti dasar dan nilai-nilai yang perlu Asasriwarni (Wawancara 18/12/2012) penari direvitalisasi. Ini kan nan dijua (yang tari Pasambahan idealnya adalah ditarikan atau dijual), nan dijua (yang dijual), kan dibawakan oleh satu jenis kelamin saja. Bahkan perempuan itu. Jadi itu peran-peran kalau bisa laki-laki saja. Dengan alasan untuk perempuan, peran perempuan itu bukan menghindari fitnah, —Sabananyo kalau dapek tidak ada, di Minangkabau itu peran padusi, padusi sajo, laki-laki, laki-laki sajo, perempuan itu di atas (Yulizar Yunus, kalau bisa begitu, jan ado campue. Kalau bisa Wawancara 18/12/2012). laki-laki sajo (Sebenarnya kalau dapat Jadi dari paparan beberapa pandangan di perempuan, perempuan saja, laki-laki, laki-laki atas dapat dipahami bahwa penari dalam tari saja, kalau bisa begitu, jangan dicampur. Tapi Pasambahan dalam konteks ABS-SBK sebaik- kalau bisa laki-laki saja)“. nya diutamakan laki-laki saja, karena sesuai Asasriwarni melanjutkan, kalau memang dengan agama dan adat. Namun ada pandangan harus perempuan juga, ada syaratnya, seperti yang membolehkan penari laki-laki bergabung penjelasannya; —Kalau memang ndak bisa tantu dengan perempuan dengan pertimbangan meng- itu tadi. Kalau padusi manari apo tingkatan hormati tamu, seperti pandangan Syafrudin dan hukumnya, padusi manari asal tidak menimbul- Maigus. Syafrudin memberi alasan, karena kan fitnah, pakaiannyo, galaknyo sagalo tidak ada diskriminasi dalam agama, dan juga macam nan indak buliah, tu kan itu sabananyo, pada tari Pasambahan penarinya tidak ada sabab kato Rasulullah itu padusi itu kan aurat bersentuhan antara penari laki-laki dan sadonyo“ Artinya kalau tidak bisa, tentu itu perempuan, serta tidak berkhalwat. Sebagai- tadi. Kalau perempuan menari apa tingkatan mana diungkapkan Syafrudin (Wawancara, hukumnya, perempuan menari asal tidak 18/12/2012) bahwa —hukum Islam membedakan menimbulkan fitnah, pakaiannya, senyumnya, laki-laki dan perempuan itu hanya dalam segala macam yang tidak boleh, kan itu yang pelaksanaan ibadah Mahdhah. … Lakiœlaki jo sebenarnya. Sebab kata Rasulullah, perempuan padusi (dengan perempuan) kan tidak bersen- itu kan aurat semuanya). Yulizar Yunus tuhan, dan itu kan diliek urang (dilihat orang) (Wawancara 18/12/2012) sepakat dengan pan- banyak. Laki-laki yang dilarang itu dua duaan dangan ini, —klau harus juo (kalau harus juga) berkhalwat, kalau itu kan di depan umum. Kan perempuan…… Dua nilai yang ditimbang. dalam artian tidak berkhalwat, ya boleh itu“. Urang Minang itu manimbang di atas yang ado Sedangkan Maigus (Wawancara, 14 /12/2012) (orang Minang itu menimbang di atas yang memberi alasan —karano panampilannyo itu kan ada). … Kekuatan urang (orang) banyak ndak (karena penampilannya itu kan tidak) memuliakan tamu itu lebih besar dari harga membaur dalam tanda kutip, tetapi ada diri“. perempuan ada laki-laki. Walaupun hari ini Pandangan Asasriwarni yang meng- ditampilkan oleh laki-laki dan perempuan utamakan penari itu adalah laki-laki seperti di rasonyo (rasanya) masih bisa di tarimolah atas didukung oleh Yulizar Yunus (Wawancara (diterimalah)“. Bahkan ada yang membolehkan 18/12/2012) bahwa sebaiknya yang menari itu saja penarinya bercampur, seperti Yulizar adalah laki-laki saja. Kalau Asasriwarni alasan- Yunus membolehkan bercampurnya penari laki- nya bahwa perempuan itu adalah aurat, dan dia laki dengan perempuan, kalau memang benar- melihat dari segi agama, sedangkan Yulizar benar membutuhkan penari perempuan, se- Yunus menyatakan perempuan itu marwahnya bagaimana kutipan —Dicampur saja laki-laki diangkat dalam Islam, begitu juga dalam adat dan perempuan, … tetap sebatas nilai. seperti pandanganya, Dianggap perempuan itu sebagai keindahan, 152 Vol. XI No.2 Th. 2012

tapi tetap sebatas gerak dan sebatas nilai, ada tari pasambahan tersebut yang dikontrol etika tadi“ (Yulizar Yunus, janggal secara orang Minangnya). Atau Wawancara 18/12/2012). tidak ada yang melanggar etika dan tata Berdasarkan semua paparan pendapat ulama di krama sebagai orang Minang dan atas, dapat dipahami bahwa idealnya penari tari jugadari konteks agama (Maigus, Pasambahan itu adalah laki-laki saja, karena Wawancara, 14/12/2012). menurut agama perempuan adalah aurat, Begitu juga penilaian Edi Syafri sedangkan dalam adat, perempuan itu diangkat (Wawancara, 30/12/2012) yang menyatakan marwahnya, perempuan di atas, tidak ada bahwa —Sejauh yang ambo liek (saya lihat) tari perempuan menyembah. Namun kalau terpaksa Pasambahan itu geraknya kan memang ndak juga perempuan harus menari, maka demi ado (tidak ada) masalah.“ menghargai kekuatan orang banyak yaitu Berdasarkan paparan data yang di- memuliakan tamu dari pada mempertahankan ungkapkan di atas, maka dapat diketahui bahwa harga diri, maka bolehlah perempuan menari. tari Pasambahan menurut pandangan alim Bila harus bercampur laki-laki dan perempuan, ulama ternyata; 1) tidak erotik, 2) tidak maka mesti mengikuti nilai-nilai yang Islami memancing ingatan lain yang negatif bagi yaitu tidak berkhalwat, tidak terjadi persentuhan penikmatnya, 3) tidak menimbulkan rangsangan antara laki-laki dan perempuan, menutup aurat, pada lawan jenis, 4) tidak fulgar, 5) tidak dan menjaga etika. menjanggal, dan 5) tidak melanggar tatakrama dan etika orang Minang (”uruf di Minang- Pandangan tentang Gerak kabau), di samping gerakannya cukup santun Dilihat dari segi erotik atau tidaknya tari dan beretika. Jadi aspek gerak tari Pasambahan Pasambahan ini, Edi Syafri (Wawancara, 30/12/ menurut pandangan alim ulama terbukti sesuai 2012) menilai dan memandang bahwa tari ini dengan nilai ABS-SBK yang dianut oleh tidak memperlihatkan gerak-gerak yang erotik masyarakat Minang. yang memancing ingatan lain yang negatif bagi penikmatnya. Sebagaimana yang diungkapkan- Pandangan tentang Busana nya —Gerak itu yang harus dicermati jangan Aspek busana tari Pasambahan dapat sampai gerak itu yang mengandung gerak dianalisis lebih spesifik dan tajam dari beberapa erotik, kalau sampai itu, dilarang karena bisa pandangan alim ulama kota Padang, seperti menimbulkan ingatan yang lain bagi yang Maigus (Wawancara, 14/12/2012) menyatakan, menontonnya. Jadi aturlah gerakan-gerakan, busana hendaklah sesuai dengan budaya yang memang jauh dari erotis“. Hal ini Minang, dan syariat berpakaian “Cuma awak di didukung oleh Ahmad Kosasih (wawancara, Minangko ado duo aturan ado aturan syar‘i 31/12/2012 ) yang berpandangan, —Iyo tantu ado aturan adat… Kuncinyo jangan gerakan-gerakan yang tidak menimbulkan menimbulkan hal-hal yang bertentangan rangsangan pada lawan jenis“. dengan syariat pakaian, kalau pakaian urang Bila telaah pandangan ulama terhadap minang itu kan sopan“. Artinya, kita di Minang aspek gerak dari tari Pasambahan, pada umum- ini ada dua aturan, ada aturan syar‘i, ada aturan nya mereka menilai tidak ada yang menjanggal, adat. Kuncinya jangan menimbulkan hal-hal sudah sesuai dengan aturan agama dan adat yang bertetangan dengan syariat pakaian! kalau Minangkabau. Ini terbukti dari data yang pakaian orang minang itu kan sopan. Hal ini dihimpun, seperti penilaian Maigus (Wawan- didukung oleh Yulizar Yunus (Wawancara cara, 14/122012) bahwa —tari pasambahan itu 18/12/2012), —Selama tidak memamerkan aurat gerakannyo (gerakannya) tidak fulgar, gerakan- dan tidak terlalu erotis… Sah-sah saja untuk nyo cukup santun, cukup beretika“. ditonton. Erotisme itu memperlihatkan aurat Kalau dalam konteks tari Pasambahan namanya“. Syafrudin (Wawancara, 18/12/2012) secara gerak, secara auranyo, rasonyo mengungkapkan bahwa —dalam tari yang ((auranya, rasanya) masih relevan, dan menjadi patokan adalah pakaiannya manutuik masih bisa ditarimo karano memang kapalo tu kan sifatnyo manutik rambuik rasonyo ndak ado gerakan tari (Menutup kepala itu kan sifatnya menutup Pasambahan tu manjangga sacaro urang rambut)“. Kalau awak mancaliak pakaiannyo Minangnyo. (Artinya masih dapat rapi, kalau nyo manari wajar-wajar sajo ndak diterima karena memang rasanya tidak masalah do. … Kalau dibao ka hukum agamo, 153 Tari Pasambahan dan ... nan penting tatutuik auratnyo…, kalau tatutuik (tidak apa-apa)“ (Duski Samad,Wawancara, auratnyo oke, … tapi hiduikko ndak cukuik 14/12/2012) artinya tidak ada masalah. hokum sajo, aspek moralitasnyo sangat tinggi Kemudian Syafrudin (Wawancara, 18/12/2012) (Duski Samad,Wawancara, 14/12/2012). Arti- menyatakan bahwa kalau dari segi pakaian tari nya, kalau kita melihat pakainnya rapi, kalau pasambahan sudah baik —kalau tari Pasambahan dia menari wajar-wajar saja, tidak masalah! Minang awak (kita), relatif 80% sampai 90 % Kalau dibawa ke hukum agama, yang penting sudah baik penampilannya, dari segi pakaian. tertutup auratnya. Kalau tertutup auratnya oke, Selanjutnya Edi Syafri, (Wawancara, 30/12/ tapi hidup ini tidak cukup hukum saja. Aspek 2012) menaambahkan,—Tari Pasambahan secara moralitasnya sangat tinggi. Begitu juga umum dibolehkan. Cuma ada hal-hal yang Syafrudin (Wawancara, 18/12/2012) menyata- dihindari juga, hal-hal dihindari misalnya kan —Gimana tari itu berdasarkan ABS-SBK, pakaian penari yang berlebihan“. selama perempuan bisa menutup auratnya Ulama lain menjelaskan bahwa pakaian dengan baik, bagi ambo (saya) Islam ndak tari Pasambahan sangat sopan, sangat meme- (tidak) masalah, hukum Islam ndak (tidak) nuhi tatakrama atau etika orang Minang, bertentangan, menonton perempuan yang pakaiannya masih mengikut tradisi, sudah terbuka yang dilarang buk, yang terbuka menutup aurat. Sebagaimana terungkap dari auratnya, terlarang, atau penampilan perempuan wawancara dengan Maigus (Wawancara, 14/12/ yang bisa menerbitkan birahi laki-laki“. 2012) menyatakan, —Dari segi etikanyo (etika- Kemudian Maigus (Wawancara, 14/12/2012) nya) dari segi kesopanannyo (kesopanannya) menambahkan, —ulama alun ado mancaliak pakaian tari Pasambahan tu sangat sopan. yang akan menimbulkan dampak negatif, Kapalonyo batutuik (kepalanya tertutup) bah- sahinggo sampai kini alun ado kajian yang kan kini ado (ada) jilbab lalu dipasang diateh- mengeluarkan fatwa tentang itu“. Artinya, nyo tu suntiang (di atasnya sunting), rasonyo ulama belum ada melihat yang akan me- (rasanya) sangat memenuhi tatakrama atau etika nimbulkan dampak negatif, sehingga sampai urang (orang) Minang“. sekarang belum ada kajian yang mengeluarkan Ahmad Kosasih (wawancara, 31/12/ fatwa tentang tari pasambahan itu. 2012) —kalau tari Pasambahan kan masih mem- Adityawarman (Wawancara, 15/12/2012) pertahankan tradisi, tradisi pakaian maupun —Persoalan baliak (kembali) lagi kapado geraknyo (geraknya), tujuannya kan untuk (kepada) rambu-rambu, rambu-rambu aurat; menghormati tamu kan?“ Asasriwarni (Wawan- menutup aurat, tidak ketat dan tidak tembus cara 18/12/2012) —Tari Pasambahan perlu pandang atau transparan“. Ahmad Kosasih kriteria menutup aurat, kalau ambo caliak lah (wawancara, 31/12/2012), mengemukakan (saya lihat sudah) terpenuhi.“ Secara lebih rinci sebuah hadist; —Ketika Asma saudaranya dapat dilihat dari ungkapan Maigus (Wawan- Aisyah masuk ke ruang rumah rasullullah cara, 14/12/2012) tentang bagian dari pakaian dengan berpakaian yang minim, maka sabda tari Pasambahan, yang dilihat dari selendang rasullullah hai Asma, sesungguhnya wanita untuk menututp aurat yang disbut tengkuluk kalau sudah haidh sudah baligh, tidak pantas tanduk berikut, lagi tubuhnya terbuka kecuali wajah dan telapak Tanduaknyo tu kan ganti salendang tangan“. Ahmad Kosasih menghubungkanya sabananyo, kemudian auratnyo lah dengan busana tari dengan penegasan bahwa tatutuik jo jilbabnyo nan jadi duo, untuk —Jadi itulah dalil hadisnya yang mendukung jilbab dan untuk manutuik aurat. bahwa aurat wanita itu kecuali muka dan Kamudian tanduak sebagai cerminan telapak tangan. Tentu itu, ke situ kita ukur selendang ibu-ibu itu bagus maingekkan pakaian tari itu tadi kan“. baliak ikolah gambaran perempuan Berdasarkan beberapa pandangan di atas Minang ikolah baju kuruang Minang. maka kriteria yang harus dipenuhi busana tari Jadi itu sajo yang dipertahankan, pasambahan adalah menutup aurat, yang boleh sahinggo memang ado ciri khas nampak itu adalah muka dan telapak tangan, Minangnyo. Itu karano Minang itu kalau tidak ketat dan tidak transparan. Hal ini, dalam dikaji secara hukum, sahinggo lahirlah penampilan tari pasambahan sudah tidak filsafat itu syarak mangato adaik bermasalah dalam penilaian alim ulama kota mamakai. Kalau ndak buliah mako dari Padang. —Busana Tari Pasambahan ndak baado dulu ulama lah harus malarangnyo, 154 Vol. XI No.2 Th. 2012

ternyata kan acara dima ma pakai tari 31/12/2012) berpendapat bahwa tari Pasambahan yang di situ, ado juo ulama pasambahan telah ditampilkan dengan sopan. di situ, ado pamangku adat di situ, ado Sapanjang nan ambo liek, tari umara pemimpin yang disuguhkan ke Pasambahan itu ambo caliak cukup tokoh tokoh masyarakat, itu kan sopan, baik dari segi pakaian, maupun ditarimo semua orang. Sampai kini ndak dari segi gerak. Pakaiannyo tertutup ado protes, alun ado kritik ka sadonyo kan? Hampie sarupo jo kriteria pemerintah. dalam Islam, kecuali muka dan telapak Artinya, tanduk itu kan untuk ganti tangan. Apo lai kini pakaian adat tu kini selendang sebenarnya, kemudian auratnya lah manyatu lo jo jilbab, sadangkan sudah tertutup dengan jilbabnya yang jadi dua suntiang anak daro sajo lah bisa pakai untuk jilbab dan untuk menutup aurat. jilbab kan. Begitu tekanan ABS-SBK. Kemudian tanduk sebagai cerminan selendang Paling, tidak mengurangi nilai ibu-ibu itu bagus mengingatkan kembali inilah estetikanya. Kalau dilihat dari segi gambaran perempuan Minang. Inilah baju pakaian dan gerak, itu pandangan ambo, kurung Minang. Jadi itu saja yang diper- yang tari Minang tarutamo tari tahankan, sehingga memang ada ciri khas Pasambahan yang sapanjang ambo liek, Minangnya.Itu karena Minang itu kalau dikaji dari segi gerak dan cara berpakaian itu secara hukum, sehingga lahirlah filsafat itu sangaik sopan, dan itu ambo ndak Syarak mengatakan adat yang mengguna- mangecekkan itu keluar dari nilai Islam, kannya. Kalau tidak boleh, maka dari dulu dari segi pakaian, dari segi gerakan, ulama sudah harus melarangnya, ternyata kan sebab dari segi gerakan ndak lo gerakan acara dimana-mana saja memakai tari sensual do seperti goyang Inul, kalau Pasambahan. Yang di situ, ada juga ulama di manuruik pandangan ambo pribadi situ, ada pemangku adat di situ, ada umara sampai kini ambo ndak maliek ado pemimpin, yang disuguhkan ke tokoh-tokoh batantangan jo dengan nilai Islam. masyarakat, itu kan diterima semua orang. Artinya; Sepanjang yang saya lihat, tari Sampai sekarang tidak ada protes, belum ada Pasambahan itu yang saya lihat cukup sopan, kritik kepada pemerintah. Hal ini didukung oleh baik dari segi pakaian maupun dari segi gerak. Aditiawarman (Wawancara, 15/12/2012) lebih Pakaiannya tertutup semuanya kan? Hampir mempertegas lagi bahwa tengkuluk yang serupa dengan kriteria dalam Islam, kecuali digunakan sudah menutup aurat, dan ini muka dan telapak tangan. Apalagi sekarang, merupakan implementasi dari SMAM (Sarak pakaian adat itu sekarang sudah menyatu pula Mangato, Adaik Mamakai) sebagai berikut. dengan jilbab, sedangkan sunting penganten Jadi tamasuak persoalan seni, mukasuik perempuan saja sudah bisa pakai jilbab kan?. ambo besik itu dimasuaki sadonyo, Begitu tekanan ABS-SBK. Paling, tidak sahinggo pado akhirnyo Takuluak ikek mengurangi nilai estetikanya. Kalau dilihat dari itu kan tatutuik, kan tatutuik talingo, segi pakaian dan gerak, itu pandangan saya, tutuik di balakang ko kan balabiah ka yang tari Minang terutama tari Pasambahan balakang, ambo mamahami itu adalah yang sepanjang yang saya lihat, dari segi gerak SMAM, jadi implementasinya oleh adat, dan cara berpakaian itu sangat sopan. Dan itu tamasuak persoalan tari dan segala saya tidak mengatakan itu keluar dari nilai macam itu ndak ada larangan-larangan Islam. Dari segi pakaian, dari segi gerakan, kareh tu ndak ado. sebab dari segi gerakan tidak pula gerakan Artinya; Jadi termasuk persoalan seni, sensual seperti goyang Inul. Kalau menurut maksud saya dasar itu (kriteria busana pandangan saya pribadi sampai kini saya tidak muslimah) dimasuki semuanya, sehingga pada melihat ada bertentangan dengan nilai Islam. akhirnya tekuluk ikat itu kan tertutup, tertutup Berdasarkan paparan data tentang busana di telinga, tutup di belakang ini berlebih ke atas, dapat dikemukakan bahwa busana penari belakang. Saya memahami itu adalah SMAM, tari Pasambahan menurut pandangan alim jadi implementasinya oleh adat, termasuk ulama pada umumnya menilai telah menutup persoalan tari dan segala macam itu tidak ada aurat, tidak sempit dan tidak jarang, yang larangan-larangan keras itu tidak ada). tampak hanya muka dan telapak tangan. Di Kemudian Ahmad Kosasih (wawancara, samping itu juga telah terlihat bahwa busana 155 Tari Pasambahan dan ... tari Pasambahan menggunakan cara berpakaian falsafah tentulah seharusnya akan terimplemen- secara tradisi Minang yang telah dinilai sangat tasi/teraplikasi dalam semua tata kehidupan sopan, telah sangat memenuhi tatakrama atau masyarakat, termasuk kesenian dan tari etika orang Minang yang Islami, pakaiannya Pasambahan khususnya. masih mengikut tradisi seperti tengkuluk tanduk Berdasarkan temuan penelitian di atas, atau tengkuluk ikek. Meskipun masih ada yang maka seni secara umum dilihat dari segi syarak yang perlu dibenahi pada penampilan tari menurut pandangan alim ulama pada dasarnya Pasambahan tertentu seperti pakaian penari dibolehkan bahkan dianjurkan. Selama tidak yang berlebihan, leher dan tumit yang masih melanggar prinsip dan selama tidak mengan- terbuka. Jadi aspek busana tari Pasambahan dung efek negatif boleh saja. Ada beberapa menurut pandangan alim ulama terbukti telah prinsip atau kriteria yang perlu diperhatikan dominan sesuai dengan nilai ABS-SBK yang yaitu dilihat dari segi fungsi seni dan hukum dianut oleh masyarakat Minang, meskipun ada seni. Dilihat dari fungsi seni kriterianya adalah; beberapa hal yang perlu dibenahi. 1) seni itu haruslah mempunyai nilai agama dan Dengan demikian, berdasarkan paparan nilai moral, 2) seni sebagai sarana ibadah, dan data tentang misi dan pesan tari Pasambahan, 3) seni sebagai sarana dakwah. geraknya, penarinya dan busananya yang telah Berdasarkan kriteriaœkriteria di atas, bila dikemukakan di atas, dapat dijelaskankan dikaitkan dengan tari Pasambahan, dilihat dari bahwa pandangan ulama terhadap tari fungsinya sejalan dengan kriteria tersebut. Pasambahan secara umum tidak bermasalah Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa dengan nilai-nilai Islam. Pertama, dilihat dari tari ini digunakan untuk menyambut tamu. visi misinya atau pesan yang diembannya, Menurut pandangan alim ulama, tari terbukti mengemban misi pesan dakwah untuk Pasambahan ini sesuai dengan adat dan agama. memperkuat ukhuwah Islamiyah, silaturrahim Secara adat orang Minangkabau harus me- antara pihak yang bertemu, yang selalu di- muliakan tamu, seperti diungkapkan Yulizar anjurkan dalam nilai-nilai Islam. Kedua, dilihat Yunus —muliakan yang besar kasihi yang kecil“, dari segi penari, idealnya laki-laki saja. Namun untuk memuliakan yang besar dengan kalau terpaksa juga harus perempuan, dengan meletakkan carano sedangkan untuk mengasihi pertimbangan mendahulukan kepentingan ber- yang kecil letakkan rokok. Ini sejalan dengan sama, yaitu memuliakan tamu, daripada mem- hadis nabi kita dianjurkan memuliakan tamu, pertahankan harga diri, maka penari perempuan yang artinya: —Dari Abu Hurairah r.a katanya: dibolehkan. Akan tetapi harus memenuhi —Rasulullah saw bersabda: sesiapa yang kriteria; tidak berkhalwat, tidak terjadi per- beriman dengan Allah dan hari kiamat, maka sentuhan antara laki-laki dan perempuan, janganlah dia menyakiti tetangganya. Dan menutup aurat, dan menjaga etika. Ketiga, sesiapa yang beriman dengan Allah dan hari dilihat dari aspek gerak pada umumnya ulama kiamat, hendaklah ia memuliakan tetamunya. menerima apa yang sudah ada sekarang, karena Dan sesiapa yang beriman kepada Allah dan mereka melihat gerak tari Pasambahan sangat hari kiamat, hendaklah dia berkata yang baik sopan dan jauh dari erotis. Keempat, dari aspek atau diam“ (Sohoque.com. —Memuliakan busana sudah memenuhi kriteria syari‘at Islam Tetamu“). Hadis selanjutnya, Rasulullah ber- yaitu menutup aurat. Meskipun kadang-kadang sabda yang artinya, —Dan barangsiapa yang ada yang masih perlu dibenahi seperti pakaian beriman kepada Allah dan hari akhir, hendak- yang berlebihan, terbukanya leher dan tumit. nya memuliakan tetangganya, dan barang Sebagaimana telah dijelaskan di atas, siaapa yang beriman kepaadaa Allah dan hari bahwa falsafah adat Minangkabau adalah Adaik akhir, hendaknya memuliakan tamu.“ Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah (Muttafaqun ”Alaihi) (search.incredibar.com/ (ABS-SBK). Maksudnya adat di Minangkabau search.php?q=hadis+menyambut tamu&lang bersendikan kepada syarak, syarak adalah =English&course=3684). Kemudian,Rasulullah agama. Dan syarak bersendikan Kitabullah, bersabda: —Barang siapa menghormati tetamu, Kitabullah adalah AlQuran. Di belakang kata menghormatiku, maka sesungguhnya dia telah ABS-SBK terdapat kata-kata Syarak Mangato memuliakan Allah. Dan barang siapa telah Adaik Mamakai (SMAM) yang artinya apa menjadi kemarahan tetamu, dia telah menjadi yang dikatakan syarak digunakan atau kemarahan Allah swt. Dan barang siapa diaplikasikan di dalam adat. Sebagai sebuah menjadikan kemarahanku, sesungguhnya dia 156 Vol. XI No.2 Th. 2012

telah menjadikan murka Allah“. Karena idealnya sesuai dengan konteks ABS- Dengan demikian tari Pasambahan SBK, yang cocok menarikan tari Pasambahan sebagai seni yang disuguhkan untuk tamu adalah idealnya adalah laki-laki saja. Dengan tentulah misinya jelas yaitu untuk memuliakan alasan perempuan secara adat, marwahnya tamu. Kalau dihubungkan dengan kriteria nilai diangkat, tidak pantas perempuan menyembah- moral dan agama, etika dan makruf, juga nyembah. Kalau sudah terpaksa dan itu yang semuanya ada pada tari Pasambahan. Selain itu terbaik, yaitu mendahulukan kekuatan orang tari Pasambahan mempunyai efek positif, yaitu banyak daripada mempertahankan harga diri, untuk menghormati tamu. Kalau dikaitkan barulah perempuan boleh menari, itupun harus dengan falsafah ABS-SBK tentunya sangat bercampur laki-laki dan perempuan. Dengan sesuai. demikian dapat disimpulkan bahwa dalam Kalau dilihat dari segi hukumnya, bila konteks ABS-SBK penari yang ideal adalah dikaitkan dengan kriteria di atas, maka tari laki-laki saja, sedangkan bila terpaksa bolehlah Pasambahan dapat dikategorikan kepada bercampur laki-laki dan perempuan. mubah, bahkan bisa sunah. Karena pada tari ini Selanjutnya dari aspek busana. Bertolak tidak terdapat indikator pada kategori haram. dari uraian di atas, bila dikaitkan busana yang Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat digunakan dalam tari Pasambahan dengan unsur pokok dan penunjang dalam tari dalam kriteria busana yang sesuai dengan konteks konteks ABS-SBK. Menurut teorinya unsur ABS-SBK, maka menurut pandangan alim pokok dalam tari adalah gerak, sebagaimana ulama busana tari Pasambahan sudah sesuai dan diungkapkan John Martin (dalam Soedarsono, tidak ada yang perlu dipersoalkan. Busana tari 1986) —Substansi baku dari tari adalah gerak.“ Pasambahan sudah menutup aurat, tidak jarang Gerak tari akan diungkapkan oleh tubuh, atau tidak sempit dan yang tampak hanya muka dan media gerak itu adalah tubuh. Tubuh yang telapak tangan. Ini sejalan dengan hadis —Asma‘ dimaksudkan di sini adalah tubuh manusia. binti Abu Bakar telah menemui Rasullullah Tubuh manusia yang bergerak dengan me- dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda lakukan tarian inilah yang disebut penari. Rasulullah kepada Asma‘ binti Abu Bakar, Sedangkan unsur penunjang yang paling pokok —Wahai Asma‘ sesungguhnya seorang wanita adalah busana. Berdasarkan temuan penelitian itu apabila telah baligh (haidh) maka tidak di atas, kriteria gerak sesuai ABS-SBK adalah boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali 1) tidak erotik, 2) tidak menimbulkan ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan rangsangan pada lawan jenis, dan 3) geraknya telapak tangannya (HR Abu Hurairah)“. sesuai dengan gerak laki-laki atau perempuan. Sedangkan kriteria pada penari adalah boleh Simpulan laki-laki, perempuan, bercampur laki-laki dan Pertama, Tari Pasambahan adalah sebuah perempuan, namun idealnya adalah laki-laki. tarian yang digunakan untuk menyambut tamu. Selanjutnya kriteria pada busana adalah, Penarinya ada yang perempuan saja dan ada menutup aurat, dengan criteria yang lebih juga yang bercampur laki-laki dan perempuan. khusus yaitu, 1) tidak sempit dan tidaak jarang, Busana yang dipakai adalah busana adat daerah 2) yang tampak hanya muka dan telapak tangan. Minangkabau dan gerak penari laki-laki dengan Bertolak dari kriteria gerak di atas, bila dilihat penari wanita berbeda, dimana penari gerak yang terdapat pada tari Pasambahan. perempuan dengan gerakan yang lembut, Menurut pandangan alim ulama kota Padang sedangkan gerak penari laki-laki tangkas dan geraknya sangat sopan, tidak ada gerak yang kuat. Menurut pandangan alim ulama kota melanggar etika dan syariat. Oleh sebab itu Padang, mereka umumnya memiliki pandangan dapat dikatakan bahwa dilihat dari aspek gerak, yang sama, dimana tari Pasambahan sudah gerak tari Pasambahn telah sesuai dengan sesuai dengan kriteria tari dalam konteks ABS- falsafah ABS-SBK. SBK dan SMAM, baik dilihat dari aspek gerak, Kemudian dari aspek penari. Berdasarkan penari, dan busana memenuhi kriteria moralitas uraian di atas, bila dikaitkan kriteria penari Islam dan Uruf (Adat Minang, yaitu tatakrama sesuai ABS-SBK dengan penari dalam tari atau etika orang Minang). Kedua, pada aspek Pasambahan yang sering ditampilkan ber- gerak, tari Pasambahan, menurut pandangan campur laki-laki dan perempuan, secara ideal- alim ulama terbukti bahwa mereka memiliki nya belum cocok dengan kriteria ABS-SBK. pandangan yang sama, dimana gerak tari 157 Tari Pasambahan dan ...

Pasambahan memenuhi kriteria sopan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terhindar dari gerak mengundang syahwat Gazalba, Sidi, 1977. Pandangan Islam (erotis). Ketiga, dari aspek penari, tari tentang Kesenian. Kuala Lumpur: Pasambahan, dipandang oleh ulama agak Penerbitan Pustaka Anta bervariasi; a) ada yang berpendapat bahwa yang Holt, Claire. 1967. Art : Continuitas pantas penarinya adalah perempuan saja atau and Change. Terjemahan RM. laki-laki saja, dan b) ada yang berpendapat Soedarsono 1991. Seni di Indonesia bahwa dibolehkan penarinya laki-laki dan Kontinuitas dan Perubahannya. perempuan dengan menjaga jarak yang tidak Yogyakarta: Institut Seni Indonesia mengundang fitnah. Keempat, Sedangkan dari aspek busana, alim ulama berpendapat bahwa Jacob Sumardjo, dkk. 2001. Seni Pertunjukan tidak ada yang harus dipersoalkan, karena Indonesia: Suatu Pendekatan Sejarah. sudah sesuai dengan kriteria busana yaitu Bandung: STSI Press. busana menutup aurat, tidak sempit dan tidak Kuntowijoyo . 1987. Budaya dan jarang, meskipun ada juga yang harus dibenahi Masyarakat. Yogyakarta: PT. Tiara dalam tari Pasambahan ini seperti leher dan Wacana Yogya. betis yang masih terbuka. Mochtar Na‘im. 2004. —Dengan ABS-SBK ( Berdasarkan kesimpulan penelitian ini Adat Basandi Syara‘, Syara‘ Basandi dikemukakan beberapa saran kepada pihak Kitabullah) Kembali ke Jati Diri“ tertentu; (1) Para koreografer tari Pasambahan dalam Latief, et al., (ed). 2004. hendaknya tetap mempertahankan secara Minangkabau Yang Resah. Bandung: idealnya disesuaikan dengan konteks falsafah CV. Lubuk Agung. ABS-SBK sebagaimana kriteria dalam Lexy J. Maleong. 2008. Metodologi Penelitian kesimpulan, (2) Penari tari Pasambahan, Kualitatif. Edisi Revisi.Cetakan khususnya penari perempuan, menjaga marwah, Keduapuluhlima. Bandung: PT Remaja jangan kesannya merayu tamu, tapi tetap Rosdakarya. menampilkan keramahan dan penghormatan secara bermartabat, (3) Para peñata busana tari Mochtar Naim. 2012. —ABS_SBK: Bagai Pasambahan, hendaklah memperhatikan busana bunga kembang tak jadi. Koran tari agar jangan kes3annya berlebihan atau Haluan, 14 May 2012. glamour, (4) Para penata busana tari (http://www.harianhaluan.com) Dilayari Pasambahan, disarankan penari wanitanya tanggal 22 September 2012. untuk memakai kaos kaki, karena kaki wanita Toha Yahya Omar. 1983. Hukum Seni Musik, termasuk aurat, dan (5) Para peñata busana tari Seni Suara, dan Seni Tari dalam Pasambahan, disarankan untuk tutup kepala Islam. Jakarta: Penerbit Wijaya. sebaiknya tengkuluk tanduk dengan berbagai Soedarsono, 1999. Metodologi Penelitian Seni variasi. Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Daftar Rujukan ------, 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Afifah Asriati. 2000. Tari Sebagai Ekspresi di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Budaya. Fakultas Bahasa dan Seni Mada University Press. Universitas Negeri Padang. Agusti Efi. 2006. —Benda Budaya Adat Burhan Bungin. 2007. Analisis Data Kebesaran Minangkabau: Lambang Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja dan Makna“. Tesis S3 Universiti Grafindo Persada. Kebangsaan Malaysia Bangi. Edi Sedyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Bambang Suwondo. 1977/1978. Adat dan Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Upacara Perkawinan Daerah Erlinda. 1997. —Tari Minangkabau Dalam Sumatera Barat. Jakarta: Proyek Dimensi Kultural (Kontinuitas dan Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Perubahan)“. Laporan Penelitian. ASKI Daerah Departemen Pendidikan dan Padangpanjang. Direktorat Pembinaan Kebudayaan. Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ernawati & Weni Nelmira. 2008. Pengetahuan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 158 Vol. XI No.2 Th. 2012

Tata Busana. Padang: UNP Press. Minangkabau. Los Angeles: UCLA Holt, Claire. 1991. Seni di Indonesia Fowwler Museum of Cultual History. Kontinuitas dan Perubahannya. Sal Murgiyanto. 1983. Koreografi: Terjemahan RM. Soedarsono. Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan M Rasyid Manggis dkk, tt. Limpapeh.: Adat Dasar dan Menengah Departemen Minangkabau.. Pendidikan dan Kebudayaan. Muchsis Muchtar. 2004. Pelaksanaan Yuliarma. 2009. —Makna Filosofis Busana Upacara Perkawinan Menurut Adat Adat Pengantin Wanita Daerah Pesisir di Minangkabau. Jakarta: Padang Sumatera Barat“ dalam Jurnal Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. Pendidikan dan Keluarga UNP, Volume I Nomor 2, Agustus 2009. Ross, Doran H. et.al. 1999. Walk In Splendor: Ceremonial Dress and the

159