SEMIOTIKA KEPEMIMPINAN SULTAN MUHAMMAD AL- FATIH DALAM FILM BATTLE OF EMPIRES FETIH 1453
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
DANG KRISSANDY NIM : 108051000139
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli peneliti yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 jenjang sarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang peneliti gunakan dalam penulisan ini telah peneliti cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli peneliti atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka peneliti bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 September 2014
Dang Krissandy ABSTRAK Dang Krissandy Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453
Film Battle of Empires Fetih 1453 adalah sebuah film yang memuat cerita sejarah perjuangan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam merebut kota Konstantinopel, film ini adalah film termahal yang pernah dibuat di Turki sepanjag sejarah pada tahun 2011. Ada 13 negara yang pertama kali menyambutnya diantaranya yaitu Mesir, Turki, Arab, Kzakastan, Azerbeizan, Inggris, Amerika, Prancis, German, Macedonia, Georgia dan Rusia. Hal ini membuktikan, bahwa film-film dalam lingkup Negara Turki sekelas dengan film Hollywod. Film yang mengangkat tentang sejarah kepemimpinan dalam Islam yang dapat menarik perhatian ini, diterima oleh banyak kalangan di dunia. Terlepas dari perseteruan antara dunia Barat dengan dunia Islam, Battle of Empires Fetih 1453 dapat dijadikan acuan bahwa betapa pentingnya melihat sisi lain dari sebuah proses pesan dalam komunikasi massa dalam pembuatan sebuah film. Penelitian ini bertujuan tidak lain untuk menemukan bagaimana nilai-nilai kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih tervisualisasi oleh film Battle of Empires Fetih 1453? dalam dua adegan khusus saat kondisi peperangan telah berakhir saat gerbang kota Konstantinopel telah berhasil ditaklukan. Aspek teknis seperti apa yang digunakan sineas dalam mengemas gaya kepemimpinan dalam Islam pada saat itu. Secara konvensi, makna apa yang coba diperlihatkan sineas dalam membangun kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih melalui sinematik film Battle of Empires Fetih 1453. Semiotika sebagai salah satu metode yang digunakan untuk pisau analisis mengenai makna dari tanda-tanda, sangat cocok dalam mengkaji berbagai pesan dalam film ini. Christian Metz, Barthes dan Steve Champsall menjadi tokoh penting yang memperkenalkan metode semiotika film.semiotika film melihat bagaimana tanda dan makan di dalam film ini dapat memvisualisasikan berbagai gambaran berbeda bagi para penonton dan peneliti. Film Battle of Empires Fetih 1453 memperlihatkan berbagai macam kepemimpinan yang ada dalam kekuasaan dua kubu diantara Eropa dan Timur. Namun Kepemimpinan Sultan Mehmed II dari keturunan kekhalifahan Utsmani perlu dikaji secara semiosis. Karena banyak simbol dan tanda yang memperlihatkan berbagai gambar dan pesan simbolik. Faktor ini yang menjadikan film Battle of Empires Fetih 1453 dianggap memuat simbol-simbol kepemimpinan yang begitu dominan jika dibedah dengan analisis semiotik. Hasil penelitian membuktikan bahwa kepemimpinan Sultan Muhammad Al- Fatih dalam penaklukan kota Konstantinopel memiliki tanda-tanda dan kode yang muncul dalam beberapa adegan film. Melalui unsur sinematik film, peneliti menemukan Tanda (sign) dan Kode (code) serta Konvensi (Convention) yang tedapat pada elemen Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih yang membangun makna di dalam film. Elemen yang terlihat di dalam film, diperlihatkan dalam beberapa sekuen, adegan dan shot film yang ada pada durasi tertentu di dalam film.
Kata kunci: Film, Sultan Mehmed II, Battle of Empires Fetih 1453, Konstantinopel, Semiotik, Kepemimpinan, tanda dan Convention
i
KATA PENGANTAR
ِمْسِب ِهَّللا ِنَمْحَّرلا ميِحَّرلا
Alhamdulillah wa Syukurillah puji syukur penulis panjatkan atas semua nikmat dan karunia yang Allah berikan selama ini, yang tak henti-hentinya memberikan kekuatan yang luar biasa disaat penulis merasakan lelah dan jenuh menghadapi semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi yang berjudul
Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih Dalam Film The Battle of
Empires Fetih 1453 telah selelsai disusun.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasulullah Nabi
Besar Muhammad SAW yang yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan penuh dengan pengetahuan seperti pada saat ini dan semoga kita semua mendapat syafaatnya. Amin ya rabbal alamin.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah semata karena sesungguhnya tanpa kehendak-nya segala sesuatu tidak mungkin terjadi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Betapa pun hebatnya manusia, tak ada yang bisa melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain. untuk itu perkenankanlah penulis secara khusus dengan hormat dan bangga menyampaikan ucapan terima kasih yang sangat mendalam kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
2
2. Bapak M.A, Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D. selaku Wadek I bidang akademik,
Bapak Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan
Bapak Drs. Sunandar, M.Ag, selaku Wadek III bidang kemahasiswaan
3. Bapak Rachmat Baihaky, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris jurusan yang telah
banyak membantu penulis dalam kelengkapan administrasi.
4. Bapak Dr. Rulli Nasrullah M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak henti-
hentinya meluangkan waktu, fikiran dan tenaga dalam memberikan arahan dan
bimbingan disela-sela kesibukan beliau.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak ternilai
harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus. dan tidak lupa
pula kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga
para staff perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di kampus.
6. Kepada Tedy Sudira ayahanda penulis dan R. Eli Sumiati Ibunda penulis dan
keluarga besar penulis yang dengan kasih sayangnya tak pernah kenal lelah
dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dan selalu memberikan
motivasi, doa dan seluruh pengorbanannya baik moril maupun materil.
Sehingga penulis bisa seperti sekarang ini. Jasa kalian tidak dapat dibayar
dengan apapun didunia ini.
Terima Kasih Untuk Segalanya.
3
7. Kepada pamanku Don Don Jr, dan bibiku Ade Octavia Suryani, sebagai orang
tua waliku di Ciputat, yang selalu mengingatkan penulis tentang arti penting
dari sebuah kejujuran.
8. Kawan-kawan satu kepengurusan di HMI KOMFAKDA periode 2011-2012
Terima kasih selalu menemani dan bersabar kepada penulis yang tak bosan
mengingatkan rapat harian yang diadakan setiap hari jumat.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, Khususnya teman-teman satu
Kelas KPI E Multitalent Iqbal Maulana, Rangga Ts, Akmal Fauzi, Muhammad
Rizki, Rizka Khadafi, Jati Samudera, M Dhiya Bule, dan teman-teman KKN
Let’s go terima kasih banyak selama ini telah memberikan dukungan, doa, dan
motivasi selama kita menjalani studi di kampus ini. Semoga jalan hidup yang
kita ambil, tidak akan memutuskan ikatan silaturrahim kita selama ini dan
selalu akan tetap baik selamanya. Amin Allahumma Amin
Akhir kata, hanya do’a dan harapan yang dapat penulis panjatkan, semoga
semua kebaikan kalian senantiasa Allah balas dengan limpahan karunia dan
keberkahan bagi kita semua. Amin Amin Yaa Rabbal ‘alamiin…
Jakarta, 15 September 2014
Dang Krissandy
4 DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i
KATA PENGANTAR ...... ii
DAFTAR ISI ...... v
DAFTAR TABEL ...... vii
DAFTAR GAMBAR ...... viii
BAB I PENDAHULUAN ...... 1
A. Latar Belakang Masalah ...... 1
B. Masalah dan Fokus Permasalahan ...... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6
D. Metodologi Penelitian ...... 7
E. Tinjauan Pustaka ...... 9
F. Sistematika Penulisan ...... 10
BAB II KERANGKA TEORITIS ...... 12
A. Tinjauan Umum Film ...... 12
B. Tinjauan Umum Semiotika ...... 24
C. Pengertian Pemimpin dan Konsep Kepemimpinan Dalam Islam 35
BAB III GAMBARAN UMUM FILM Battle of Empires Fetih 1453 ...... 47
A. Sejarah Tokoh ...... 47
B. Profil Sutradara ...... 50
C. Sinopsis Film Battle of Empires Fetih 1453 ...... 52
D. Profil Aktor Film Battle of Empires Fetih 1453 ...... 57
E. Tim Produksi Film Battle of Empires Fetih 1453 ...... 64
v BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ...... 67
A. Objek Semiotik Dalam Film The Battle of Empires Fetih 1453 67
B. Pengantar Adegan Yang Diteliti ...... 67
C. Narasi Adegan Yang Diteliti ...... 95
D. Semiotik Kepemimpinan Dalam Adegan Utama ...... 99
E. Interpretasi ...... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 116
A. Kesimpulan ...... 119
B. Saran ...... 121
DAFTAR PUSTAKA ...... 123
LAMPIRAN ...... 125
vi DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Skema Genre Induk Primer dan Sekunder ...... 18
Tabel 2.2 Peta Tanda Rolland Bhartes ...... 28
Tabel 3.2 Tabulasi Analisis Film Steve Campsall ...... 32
Tabel 1.4 Visualisasi Sekuen 1 Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal . 67
Tabel 2.4 Ikon, Indeks, Simbol Pada Adegan Pembuatan Benteng dan
Konflik Eksternal ...... 69
Tabel 3.4 Visualisasi Sekuen 2 Pengepungan Pertama dan Konflik Internal 74
Tabel 4.4 Ikon Indeks, Simbol, pada Adegan Pengepungan Pertama dan
Konflik Internal...... 76
Tabel 5.4 Ikon, Indeks, Simbol Pada Pengepungan Ke-Dua dan Serangan
Besar-besaran ...... 88
Tabel 6.4 Visualisasi Adegan Pengepungan dan Serangan Besar-besaran .... 88
Tabel 7.4 Tabulasi Analisis Tanda Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam
Skenario ...... 97
Tabel 8.4 Ikon, Indeks dan Mitos Pada Adegan Utama ...... 98
Tabel 9.4 Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve
Campsall ...... 99
Tabel 11.4 Konvensi dalam Adegan Utama...... 107
vii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.3 Faruk Aksoy ...... 43
Gambar 2.3 Penghasilan Film Battles of Empires Fetih 1453 di Delapan
Negara ...... 44
Gambar 3.3 Deverim Evin Sebagai Sultan Muhammad Al-Fatih ...... 51
Gambar 4.3 Ibrahim Chelikol Sebagai Ulubatli Hassan ...... 52
Gambar 5.3 Recep Aktug Sebagai Constantine XI ...... 53
Gambar 6.3 Cengiz Coskun Sebagai Gustiani...... 54
Gambar 7.3 Dilek Serbest Sebagai Halill Pasha ...... 55
Gambar 8.3 Erden Alkan Sebagai Era ...... 56
viii BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi
konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian
berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari hiburan yang lebih tua,
menawarkan cerita, panggung musik, drama, humor, dan trik teknis bagi
konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya
dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar
dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media masa, fim
merupakan bagian respon terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari
kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan cara menghabiskan waktu luang
keluargayang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat.
Menurut Paul Johnson, media massa tanpa disadari atau bahkan
menyadari betul-betul telah melakukan salah satu “dosa besar”. Salah satunya
adalah “pembunuhan karakter”, dramatisasi fakta palsu atau distorsi informasi.
Dalam sebuah film biasanya mengandung banyak lambang atau simbol
yang berarti. Menurut Deddy Mulyana, lambang atau simbol adalah sesuatu
yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan
sekelompok orang. Lambang meliputi pesan verbal, perilaku non-verbal dan
objek yang maknanya disepakati bersama.
Batlle of Empires Fetih 1945 merupakan sebuah film bertemakan
sejarah peradaban islam yang menceritakan tentang pembebasan Bizantium
(Romawi Timur) dengan ibukotanya Konstantinopel (Istambul) oleh seorang
1 2
pemuda yang mengukirkan namanya dalam sejarah dunia dengan prestasi dan
pencapaian yang tidak pernah ada pada masa sebelumnya.
Film ini dibuat mulai September 2009 dan baru selesai Januari 2011.
sehingga film ini baru dapat di tayangkan pada tanggal 17 Februari 2011,
dengan 13 Negara yang pertama kali menyambutnya yaitu: Mesir, Turki, Uni
Emirat Arab, Kazakstan, Ajerbaizan, Inggris, Amerika Serikat, Perancis,
Jerman, Georgia, Macedonia, dan Rusia.
Film yang dibintangi oleh Devrim Evin sebagai pemeran Sultan Al-
Fatih ini disutradarai oleh Faruk Asoy dengan beberapa aktor lainnya seperti
Ibrahim Celikkol sebagai Ulubatli Hasan, Recep Aktug sebagai Constantine
XI, dan lain sebagainya yang sebagian besar berasal dari kebangsaan Turki.
Film ini didominasi dengan gaya dan strategi kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-Fatih yang berusaha merebut tanah Konstantinopel dari
kekuasaan bangsa Romawi yang belum dapat dibebaskan ayahnya Sultan
Murad II semasa hidupnya.
Sultan Muhammad Al-Fatih atau juga yang dikenal sebagai Sultan
Mehmed II merupakan seorang pemimpin tangguh yang sudah dari kecil
menerima banyak pemahaman agama. Beliau dilahirkan pada tanggal 26
Rajab tahun 833 H. Pada usia 21 tahun, ia mampu menguasai 6 bahasa dan
ahli bidang strategi perang, sains, matematika. Sisi lain dibalik kesuksesan dan
jiwa kstarianya, ternyata yang paling membuat beliau tangguh luar dalam
adalah ketekunannya dalam shalat Tahajud. Sejak kecil, Sultan Murad II, yaitu
ayah dari Sultan Muhammad Al-Fatih sangat menekankan pentingnya
pendidikan agama. Sehingga tidak sedikit para ulama yang didatangkan untuk 3
mendidik beliau, yang diantaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-
Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam
dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan.
Perselisihan diantara wazir-wazir ketika Sultan Muhamad Al-Fatih
menjabat, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-Fatih menimbulkan banyak kontroversi dan rasa ketidak
percayaan masyarakat terhadapnya. Namun dengan penuh rasa percaya diri
dan penuh pertimbangan dalam memerintah Sultan Muhamad Al-Fatih
berhasil membawa pasukanya membebaskan tanah yang dijanjikan Rasulullah
saw. Dalam lisannya yaitu: َكِلَذ ُشْيَجْلا َمْعِنَلَو اَهُرْيِمَأ ُرْيِمَألا َمْعِنَلَف ُةَّيِنيِطْنَطْسُقْلا َّنَحَتْفُتَل ُشْيَجْلا
Kota konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukanya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaikbaiknya pasukan
Oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II bin Murad, Sultan
ketujuh Utsmani, bukanlah ekspedisi yang biasa, ekspedisinya yang dipimpin
kali ini adalah ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Ekspedisi ini adalah
puncak dari kekerasan niatnya menaklukan Konstantinopel, yaitu nama yang
telah memenuhi benaknya selama 23 tahun lamanya.
Sejarah kepemimpinan islam menjadi sebuah percontohan di negara
yang menegakan syariat islam, hal ini dibuktikan oleh negara Iran yang
menjadikan syariat islam sebagai acuan dalam sebuah kepemimpinan yang
taat dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, tetapi memang harus diakui
bahwa film-film sejarah tentang kepemimpinan islam atau kisah kisah heroik 4
para pejuang islam tidak banyak dikenal, karena film tentang sejarah islam
tidak seterkenal film Hollywood yang mudah di jumpai dalam siaran Televisi
di Indonesia saat ini, seperti film Troy, Gladiator, 300, The Patriot, Class of
the Titans, dan Lord of The Ring. sehingga tidak banyak anak bangsa
Indonesia yang tahu kisah-kisah perjuangan Islam yang sesungguhnya.
Dalam film ini banyak menceritakan sejarah yang sesungguhnya, dan
tidak ada yang disembunyikan, seperti pembuatan Meriam terbesar pada masa
itu, Muhammad Al-Fatih Menjadi Imam saat Salat berjama’ah sebelum
melakukan penyerangan, dan yang lebih menarik lagi pada saat Sultan
Muhammad Al-Fatih berpidato untuk memanaskan semangat juang
pasukanya. Salah satu kalimat dalam pidatonya adalah “Kemenangan hanya
akan diraih oleh Iman” tentunya adegan heroik saat penaklukan
Konsatantinopel terjadi dengan visualisasi yang cukup memukau.
Film ini berakhir dengan statemen dari Sultan Muhamad Al-Fatih yang
berbunyi: “Harta kalian adalah bagian dari kami dan kalian bebas hidup
sesuai dengan keyakinan kalian”. Faruk Aksoy sutradara film “Battle Of
Empire Fetih 1453” mengemas statement terakhir sultan Muhammad Al-Fatih
dengan visualisasi dan warna gambar yang menyejukan sehingga pemimpin
islam yang diriwayatkan Rassulullah Saw, terlihat ramah, bijak dan memiliki
pemikiran yang modern.
Dalam film ” Battle Of Empire Fetih 1453” terdapat kata-kata, gambar
dan tulisan yang dimaksudkan pembuat film untuk menunjukkan nilai-nilai
Kepemimpinan yang ada di dalam film, karena itu melalui penelitian ini,
penulis akan mencoba meneliti bagaimana penggambaran nilai-nilai 5
kepemimpinan yang terkandung di dalam film ”Battle Of Empire Fetih 1453”
dengan menggunakan analisis Semiotika menurut teori Roland Barthes.
Maka dari itu penulis mengambil judul “Semiotika Kepemimpinan
Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film The Battle Of Empire Fetih
1453”.
B. Masalah dan Fokus Permasalahan
1. Masalah
Masalah pada penelitian ini mengacu pada representasi
kepemimpinan dalam islam atau seorang tokoh sejarah seperti Sultan
Muhamad Al-Fatih pada penggunaan simbol – simbol dalam rangkaian
gambar atau adegan (scene) film yang berhubungan dengan
kepemimpinan dalam film Battle Of Empire Fetih 1453.
2. Fokus Permasalahan
Agar penelitian tidak mengarah kepada hal lain di luar konteks
penelitian, maka peneliti memfokuskan permasalahan pada tiga hal
berikut:
a. Bagaimana tanda (sign) dan kode (code) kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ?
b. Bagaimana elemen kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam
Film Battle of Empires Fetih 1453 ?
c. Bagaimana konvensi (convention) kepemimpinan Sultan Muhammad
Al-Fatih melalui Film Battle of Empires Fetih 1453 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian 6
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan
penelitiannya sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana tanda (sign) dan kode (code)
kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of
Empires Fetih 1453 ?
b. Untuk menemukan apa saja elemen kepemimpinan Sultan Muhammad
Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ?
c. Untuk mengetahui bagaimana konvensi (convention) yang muncul
dalam kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih melalui Film Battle
of Empires Fetih 1453 ?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Memberi gambaran bagaimana penggambaran nilai-nilai
Kepemimpinan dalam film Battle of Empires Fetih 1453 yang
disajikan untuk sebuah tontonan di masyarakat.
2) Memperkaya wawasan tentang persoalan Kepemimpinan di
masyarakat.
3) Menjadi landasan dan gambaran penelitian bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang semiotika
film.
b. Manfaat Praktis
1) Memberi wacana baru tentang pentingnya peran kritik, saran, dan
pesan dalam sebuah karya film bagi dunia perfilman di Indonesia 7
2) Bagi sineas muda Indonesia bisa membuat film yang berkualitas,
bermanfaat, tanpa menyinggung suatu kelompok manapun.
D. Metodologi Penelitian
Semiotika merupakan salah satu analisis isi yang menggunakan
pendekatan analisis isi kualitatif, dengan menggunakan paradigma kritis,
diharapkan muncul sebuah hasil penelitian yang mendalam dan faktual, karena
dengan paradigma kritis, peneliti berpeluang untuk membuat interpretasi-
interpretasi alternatif dalam melakukan interpretasi terhadap simbol-simbol
yang muncul di dalam film.
Maka peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta mengenai
bagaimana visualisasi yang disajikan di dalam film Battle Of Empires Fetih
1453 dapat merepresentasikan tentang kepemimpinan dalam pandangan Islam
secara utuh melalui tanda-tanda yang disebut Barthes sebagai Denotative dan
Conotative Sign melalui skema analisis film yang dikemas secara detail oleh
Steve Campsall dengan memperjelas elemen-elemen serta komponen-
komponen filmnya berdasarkan teori bahasa film Christian Metz.
1. Objek Penelitian dan Unit Analisis
Objek penelitian ini adalah film Battle Of Empire Fetih 1453 yang
disutradarai oleh Faruk Aksoy. Sedangkan unit analisisnya adalah
potongan gambar visual yang terdapat pada film Battle Of Empire Fetih
1453 yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data 8
Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan dibagi menjadi dua
bagian yang mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan
penelitian. Adapun instrument penelitiannya adalah:
a. Data Primer, berupa dokumen elektronik satu keeping DVD Original
film Battle of Empires Fetih 1453 dengan teks bahasa Indonesia.
b. Data Sekunder, berupa dokumen tertulis, yaitu seperti resensi film
Battle of Empires Fetih 1453 baik dari majalah, artikel di internet, dan
buku-buku yang relevan dengan penelitian.
3. Analisis Data
Setelah data primer dan sekunder sudah terkumpul, kemudian
dikaitkan dengan rumusan masalah. Kemudian film “Battle Of Empires
Fetih 1453” dilakukan analisis dengan menggunakan model teknik analisis
semiotika film Christian Metz yaitu dengan cara mencari makna dalam
film yang akan diteliti, serta menggunakan tabulasi analisis film Steve
Campsall sebagai pelengkap dari unsur-unsur film, yaitu seperti :
a. Sign
Unit makna terkecil yang dapat kita jumpai dimanapun kita berada,
dapat kita dengar, kita rasa, kita hirup, dapat pula kita tafsirkan dan
turut menentukan makna keseluruhan.
b. Code
Sekumpulan tanda yang nampak secara alami dan membentuk makna
keseluruhan.
c. Elements
Seluruh aspek dan komponen dalam produksi film dan dapat
memunculkan berbagai representasi makna. 9
d. Denotative Sign
Terdapat pada signifikasi tahap pertama, yaitu makna paling nyata dari
tanda.
e. Conotative Sign
Istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda
bertemu dengan perasaan atau emosi dari penonton serta nilai-nilai dari
kebudayaannya.
f. Convention Sign
Merupakan rujukan dalam menilai suatu pekerjaan atau kebiasaan
yang sudah umum di dalam masyarakat dan biasanya eksistensinya
muncul dalam sebuah konsensus.
E. Tinjauan Pustaka
Judul yang digunakan dalam skripsi ini memang banyak kemiripan
dengan judul-judul skripsi yang lain yang mencoba menganilisis film-film, dan
objek lainnya, seperti skripsi-skripsi berikut ini, Semiotika Kepemimpinan
Sallahuddin Al Ayyubi dalam Film Kingdom of Heaven yang ditulis oleh
Muhammad Zidni Rizky dengan NIM : 109051000140 mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Syarif Hidayatullah Jakarta. Pisau analisis yang digunakan yaitu mengunakan
pendekatan AJ. Greimas. Hasil penelitian ini adalah mengetahui nilai-nilai
Kepemimpinan dan pesan yang disampaikan dalam film. 10
Dan penulis juga menjadikan skripsi dengan judul Analisis Semiotik
Film In the Name of God, yang ditulis oleh Hanni Taqiyya dengan NIM:
(107051002739), mahasisiwi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi lulusan tahun 2011 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,. Pada skripsinya tersebut, Hani menggunakan
pendekatan Roland Barthes. Adapun wacana yang ingin dibangun berbeda,
yakni mengenai konsep jihad yang mengatasnamakan tuhan.
Dari ke-dua skripsi diatas tidak ada satupun yang menganalisa film
dengan judul Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam
Film Fetih 1453, penulis juga akan menjelaskan kesamaan dan perbedaan
dengan salah satu judul skripsi diatas yaitu skripsi Muhammad Zidni Rizky
yang sama-sama meneliti sebuah film yang fokus penelitiannya pada Nilai-
nilai Kepemimpinan yang terkandung didalam film tersebut, dan
perbedaanya yaitu teori yang di pakai peneliti memakai teori Roland Bathez
sedangkan Muhammad Zidni Rizky memakai teori AJ. Greimas
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian
mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari
itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam
bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan
secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut: 11
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Masalah dan Fokus Permasalahan, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori, yang meliputi tinjauan umum film yang
berisi seputar konsep film sebagai media komunikasi
massa, definisi, unsur film, strukrur film, jenis dan
klasifikasi film. Tinjauan umum semiotika yang meliputi
konsep dasar semiotika, semiotika dalam film, semiotika
Roland Barthes, definisi, pengertian Kepemimpinan dan
konsep Kepemimpinan dalam pandangan Islam.
BAB III : Gambaran umum film Fetih 1453, tentang sutradara film,
serta profil pemain dan kru produksi film Fetih 1453
BAB IV : Analisis Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-
Fatih dalam film Fetih 1453, dikorelasikan dengan
pandangan Islam terhadap Nilai-nilai Kepemimpinan,
serta pesan yang ingin disampaikan melalui film
tersebut.
BAB V : Kesimpulan dan Saran. BABII
KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Umum Film
1. Definisi
Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan film dengan berbagai
macam pemikiranya. Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A, film
merupakan kumpulan dari beberapa gambar yang berada di dalam frame,
dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensaproyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu menjadi hidup. Film
bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan daya tarik
tersendiri.
Lain halnya, menurut Askurai baskin, film merupakan salah satu
bentuk media komunikasi masa dari berbagai macam teknologi dan
berbagai unsur-unsur kesenian. Film jelas berbeda dengan seni sastra, seni
lukis, atau seni memahat. Seni film sangat mengandalkan teknologi
sebagai bahan baku untuk memperoduksi maupun ekshibisi kehadapan
penontonnya. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), film
didefinisikan sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat
gambar negatif (yang akan dibuat potret) atu untuk tempat gambar positif
(yang akan dimainkan di bioskop) gambar hidup.
Pada saat ini film telah menjadi media bertutur manusia, sebeuah alat
komunikasi, menyampaikan kisah. Jika sebelumnya bercerita dilakukan
dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu media lagi dengan gambar
12 13
bergerak yang menceritakan tentang kehidupan. Disinilah kita menyebut film
sebagai representasi dunia nyata. Eric Sasono menulis, disbanding media lain,
film memiliki kemampuan untuk meniru kenyataan sedekat mungkin dengan
kenyataan sehari-hari.
2. Unsur Film
Ada dua unsur yang membantu kita untuk memahami sebuah film
diantaranya adalah unsur naratif dan unsur sinematik. keduanya saling
berkesinambungan dalam membentuk sebuah film, unsur ini saling
melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film.
a. Unsur Naratif
Unsur naratif berhubungan degan aspek cerita atau tema film. Oleh
karena itu setiap film tidak akan pernah lepas dari unsur naratif. Unsur ini
meliputi pelaku cerita atau tokoh, permasalahan dan konflik, tujuan, lokasi
dan waktu.
1) Pemeran/Tokoh
Dalam film, ada dua tokoh penting untuk membantu ide cerita
yaitu pemeran utama dan pemeran pendukung. Pemeran utama adalah
bagian dari ide cerita dalam film yang diistilahkan protagonis, dan
pemeran pendukung di sebut dengan istilah antagonis yang biasanya
dijadikan pendukung ide cerita dengan karakter pembuat masalah
dalam cerita menjadi lebih rumit atau sebagai pemicu konflik dalam
cerita.
2) Permasalahan dan Konflik
Permasalahan dalam cerita dapat diartikan sebagai penghambat
tujuan, yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya, 14
biasanya di dalam cerita disebabkan oleh tokoh antagonis.
Permasalahan ini pula yang memicu konflik antara pihak protagonis
dengan antagonis. Permasalahan bisa muncul tanpa disebabkan pihak
antagonis.
3) Tujuan
Dalam sebuah cerita, pemeran utama pasti memiliki tujuan atau
sebuah pencapaian dari karakter dirinya, biasanya dalam cerita ada
sebuah harapan dan cita-cita dari pemeran utama, harapan itu dapat
berupa fisik ataupun abstrak (non-fisik).
4) Ruang/Lokasi
Ruang dan lokasi menjadi penting untuk sebuah latar cerita,
karena biasanya, latar lokasi menjadi sangat penting untuk mendukung
suatu penghayatan sebuah cerita.
5) Waktu
Adanya penempatan waktu dalam cerita dapat membangun
sebuah cerita yang berkesinambungan dengan alur cerita, karaena
dengan adanya waktu, alur cerita dapat terasa lebih realistis karena
telah membantu adanya suasana antara pagi, siang, sore, ataupun
malam.
b. Unsur Sinematik
Unsur sinematik adalah unsur yang membantu ide cerita untuk
dijadikan sebuah produksi film. Karena unsur sinematik merupakan aspek- 15
aspek teknis dalam sebuah produksi film. Ada empat elemen yang
mendukung unsur sinematik, diantaranya yaitu:
1) Mise-en-scene
Dapat dikatakam sebagai mata kamera, karena ia meliputi
segala hal yang ada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat
elemen pokok yaitu, seting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-
up, dan akting atau pergerakan pemain
2) Sinematografi
Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya
serta hubungan antara kamera dengan obyek yang akan di ambil
gambarnya.
3) Editing
Proses penyatuan dan pemberian efek pada sebuah gambar
( shot) ke gambar (shot) lainnya.
4) Suara
Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera
pendengaran.
3. Jenis-Jenis Dan Klasifikasi Film
a. Jenis Film
Film memiliki beberapa jenis penyampaian pesan dan penyampain
makana itu semua tergantung seperti apa cara penyampaian yang akan di
buat. Pratista membagi film menjadi tiga jenis yakni: film dokumenter,
film fiksi, dan film eksperimental.
Pembagian ini didasarkan atas cara penyampainya yaitu , naratif
(cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif 16
yang jelas, sementara film documenter dan eksperimental tidak memiliki
struktur narasi yang jelas. Berikut ini penjelasan deskripsinya:
1) Film Dokumenter
Film dokumenter berhubungan dengan orang-ornang, tokoh,
peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan
suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang
sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter juga tidak
memiliki tokoh antagonis maupun protagonis.
2) Film Fiksi
Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering
menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki
konsep pengadegan yang telah di rancang sejak awal. Struktur film
biasanya terikat dengan kausalitas. Cerita juga biasanya memiliki
karakter (penokoohan) seperti antagonis dan protagonis, jelas sangat
bertolak belakang dengan jenis film dokumenter.
3) Film Eksperimental
Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda
dengan dua jenis film lainnya. Film eksperimental tidak memiliki plot
namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh
insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman
batin mereka. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak
dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka
menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.
b. Klasifikasi Film 17
Sebelumya kita telah membagi film menjadi tiga jenis yaitu film
dokumenter, film fiksi dan film eksperimental. Pembagian tersebut bisa
dikatakan klasifikasi film paling umum. Sebenarnya banyak metode yang
bisa kita gunakan untuk meng-klasifikasi sebuah film dimulai dengan cara
proses produksinya, distribusinya, aktor-aktris favorit, sutradara favorit,
bahkan berdasarkan penulis novel.
Namun ada metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk
mengklasifikasi film yakni berdasarkan genre. Genre secara umum
membagi film berdasarkan jenis dan latar ceritanya. Istilah genre berasal
dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Pada dasarnya
istilah genre mengacu pada istilah Biologi yakni, genus yaitu sebuah
tingkatan klasifikasi untuk flora dan fauna yang tingkatannya berada di atas
spesies.
Dalam film, genre merupakan jenis dari sekelompok film yang
mempunyai karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subyek
cerita. Dari klasifikasi tersebut lahirlah genre-genre populer seperti aksi,
petualangan, drama, komedi, horor, film noir, roman dan sebagainya.
Genre tentunya berfungsi untuk memudahkan klasifikasi sebuah
film, dan genre juga membantu kita memilah film-film yang telah
diproduksi sesuai dengan spesifikasinya. Selain itu fungsi genre membantu
penonton untuk tidak salah memilih film apa yang akan disaksikannya
nanti.
Macam genre bisa mencapai ratusan dan bervariasi, sebagai catatan
setiap film yang diproduksi kebanyakan film itu menggunakan kombinasi
dari beberapa genre sekaligus, kombinasi genre ini sering diistilahkan 18
sebagai genre hibrida (campuran), tetapi walaupun begitu biasanya film
tersebut tetap memiliki satu atau dua genre yang dominan.
Terdapat genre-genre besar yang diproduksi semenjak
perkembangan film dan yang menjadi titik tolak dari semua perkembangan
genre-genre besar tersebut adalah Hollywood.
Untuk mempermudah pembahasan dan mengklasifikasikan film,
maka berikut ini adalah skema dari genre-genre besar yang dibagi menjadi
dua genre induk, primer dan sekunder.
Tabel 1.2. Skema Genre Film Induk Primer dan Sekunder.
Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder Aksi Bencana Drama Biografi Epik Sejarah Detektif Fantasi Film noir Fiksi-ilmiah Melodrama Horor Olahraga Komedi Perjalanan Kriminal dan Gangster Roman Musikal Superhero Petualangan Supernatural Perang Spionase Western Thriller
1) Genre Induk Primer
Genre ini merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan
populer sejak awal perkembangan film di tahun 1900-an hingga 1930-
an. Beberapa jenis genre induk primer, masih berkembang saat ini,
namun beberapa yang lain jauh lebih populer dan sukses di masa lalu.
Di antaranya genre musikal, epik sejarah, perang, serta western.
2) Genre Induk Sekunder 19
Berbeda dengan genre induk primer, genre induk sekunder
merupakan pengembangan dari genre induk primer yang memiliki
karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan genre induk primer.
c. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film bermula pada akhir abad ke-19 sebaai teknologi baru, tetapi
konten dan fungsi yang di tawarkan masih sangat jarang. Film kemudian
berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang
lebih tua, menawarkan cerita,penggung, music, drama, humor, dan trik
teknis bagi konsumsi popular. Film juga hampir menjadi media massa
yang sesungguhnya, dalam artian bahwa film mampu menjangkau
populasi dalam jumlah besar, bahkan sampai ke pedesaan.
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris mass
comuniction sebagai kependekan dari mass media communication
(komunikasi media massa) artinya komunikasi yang menggunakan media
massa atau komunikasi yang mass mediated.
Film merupakan salah satu bentuk media komunkasi massa dari
berbagai teknologi dan unsur dari kesenian. Seni film sangat
mengandalkan teknologi sebagai bahan baku sebagai bahan baku
produksinya maupun dalam hal ekshibisi ke hadapan penontonya.
Penyebaran informasi dilakukan melalui media elektronik,
merupakan suatu kegiatan yang memuat hasil penelitian atau pengkajian
dengan dengan cara memanfaatkan teknologi sehingga mampu menarik
minat pengguna untuk memanfaatkanya dengan format yang menarik dan
mudah dipahami tetapi tetap informatif. 20
Media elektronik saat ini dikenl sebagai media komunikasi yang
merupakan bagian dari media massa, media massa yang tergolong
kedalam media elektronik diantaranya adalah radio dan televisi.
Film pada dasarnya merupakan salah satu hasil produk teknologi
modern yang bisa dijadikan sebagai salah satu saluran dalam proses
komunikasi massa. Dalam film, biasanya terdapat pesan-pesan atau
informasi yang ingin disampaikan kepada para penontonnya.
Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir
abad ke-19. Film merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang
lingkupnya di mana di dalamnya menjadi ruang ekspresi bebas dalam
sebuah proses pembelajaran massa. Kekuatan dan kemampuan film
menjangkau banyak segmen sosial, yang membuat para ahli film memiliki
potensi untuk mempengaruhi membentuk suatu pandangan dimasyarakat
dengan muatan pesan di dalamnya. Hal ini didasarkan atas argument
bahwa film adalah potret dari realitas di masyarakat. Film selalu merekam
realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan kemudian
memproyeksikanya ke dalam layar
Film tidak hanya berfungsi menyampaikan pesan kepada khalayak
penontonnya tetapi secara aktif mengkonstruksi persepsi khalayak
penontonnya berdasarkan muatan pesan yang dikandungnya. Sekaligus
film adalah cerminan masyarakat dimana film tersebut dibuat. Sebuah film
bagi seseorang yang sungguh-sungguh mencintai sinema tidak hanya
sebagai hiburan semata atau media penyampai pesan saja, namun film
dapat dijadikan media untuk belajar tentang kehidupan. Sineas besar new 21
wave Perancis, Jean-Luc Godard suatu ketika pernah mengatakan we were
all critics before beginning to make films, and I loved all kinds of cinema.
It was that cinema that made us, or me, at least want to make films. I knew
nothing of life expect through cinema.
Saya setuju dengan pendapat banyak pengamat bahwa film adalah
salahsatu medium yang paling ampuh untuk mempengaruhi manusia, baik
untuk tujuan baik maupun buruk. Dengan memahami sebuah film dengan
baik akan membuat kita mampu mengambil hal-hal yang patut kita contoh
serta membuang jauh hal-hal yang merugikan kita, hingga kita bisa
menjadi manusia yang lebih baik.
Oleh karena itu media bukan cuma menentukan realitas seperti apa
yang akan dikemukakan namun media juga harus bisa memilah siapa yang
layak dan tidak layak masuk menjadi bagian dari realitas itu. Dalam hal ini
media bisa menjadi kontrol yang bisa mempengaruhi bahkan mengatur isi
pikiran dan keyakinan di dalam masyarakat.
d. Film sebagai Media Dakwah
Secara singkat definisi dakwah adalah mengajak orang lain agar
menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larang-Nya. Namun secara
syar’i, makna dakwah adalah menjalankan perintah Allah, baik berupa
perkataan ataupun perbuatan, serta meninggalkan semua larangan Allah,
baik perbuatan ataupun perkataan.
Aktifitas dakwah tidak akan berjalan jika tidak menggunakan alat
atau media (wasilah). Terlebih di era informasi ini, di mana media
semakin berkembang pesat diiringi berkembangnya ilmu pengetahuan dan 22
ilmu agama. Dan penggunaan media bertujuan untuk mengantisipasi
perkembangan zaman tersebut.
Salah satu media yang cukup berkembang pesat di abad ini adalah
film. Film, sebagaimana yang dibahas pada bagian awal bab ini,
merupakan salah satu jenis seni yang dapat memberikan pengaruh cukup
besar kepada pola pikir masyarakat umum. Ini berarti film dapat menjadi
media yang cukup efektif dalam menjalankan dakwah.
Meminjam pandangan Baran, perkembangan suatu budaya
mengikuti perkembangan media. Berawal dari budaya lisan, yang mana
pada masa ini belum berkembang budaya menulis dan masih memiliki
karakter kedekatan atau keintiman. Kemudian beralih kepada revolusi
media yang semakin tinggi. Manusia semakin bebas dari batas ruang dan
waktu. Dan ini menjadi tantangan sendiri bagi para da’i yang ingin
berdakwah kepada khalayak yang saat ini semakin plural.
Hal di atas mengindikasikan bahwa harus adanya sebuah upaya dan
gaya baru di dalam berdakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Ini sebagai upaya umat Islam untuk memperoleh visibilitas dan legitimasi
di ruang publik nasional dan internasional.
Islam bukanlah agam ritual semata. Sebagian orang juga telah
menganggap Islam sebagah falsafah dan jalan hidup. Itu berarti upaya
untuk mengajak orang lain untuk mengikuti agama Islam sebagai jalan
hidup (way of life) individu maupun kehidupan sosial politik, harus
dilakukan sebaik mungkin. 23
Melalui berbagai produk komunikasi di era global ini, yang salah
satunya adalah film, setidaknya da’i dapat melakukan beberapa
pendekatan dakwah melalui unsur-unsur komunikasi. Masing-masing
unsur harus disinergikan dengan wacana keislaman, agar alur dakwah yang
datang dari komunikator kepada komunikan melalui media komunikasi
berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini penting dilakukan
mengingat dinamika budaya yang semakin tinggi dan semakin heterogen
dapat memungkinkan para da’i mengalami disorientasi terhadap nilai-nilai
dan ajaran Islam yang ingin disampaikan.
Islamisasi melalui media film, juga merupakan wacana penting di
era digital ini. Hal ini dikarenakan sifat dari penikmat film yang tergolong
gencar memakai budaya konsumsi kontemporer. Islam, dalam kasus ini,
dapat ditampilkan dengan segar, menarik, hybrid dan modern dalam
rangka menjadikan Islam sebagai agama yang relevan dengan budaya yang
saat ini sedang didominasi kaum kapitalis.
B. Tinjauan Umum Semiotika
1. Konsep Semiotika
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut dengan ‘tanda’. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat
tentang keberadaan suatu tanda. 24
Secara sederhana semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-
aturan, konvensi-konvesi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut
mempunyai arti.
Studi sestematis tentang tanda-tanda dikenal semiologi. Arti
harfiahmya adalah “kata-kata mengenai tanda-tanda”. Kata semi dalam
semiologi berasal dari semeion (bahasa latin), yang artiya ‘tanda’.
Semiologi telah dikembanagkan unuk menganalisis tanda-tanda.
Menurut Ferdinand de Saussure didalam bukunya Coursein
General Linguistik. Bahasa adalah suatu sistem tanda yang
mengekpresikan ide-ide (gagasan-gagasan) dan arena itu dapat
dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli,
simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan sopan santun, tanda-tanda
kemiliteran, dan sebagainya. Semua itu merupakan hal yang sangat
penting dari keseluruhan sistem tersebut. Suatu ilmu yang mempelajari
tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat bersifat dapat dipahami. Hal itu
merupakan bagian dari psikologi social atau berkaitan dengan psikologi
umum. Saussure menyebutkannya sebagai semiologi (dari bahasa Latin
semion: tanda). Semiologi akan menjelaskan unsure yang menyusun suatu
tanda dan bagaimana hukum-hukum itu mengaturnya.
Untuk menyederhanakannya kemudian Umberto Eco dalam
bukunya A Theory of Semiotics Menjelaskan dan mempertimbangkan
bahwa semiotika berkaitan degan segala hal yang dapat dimaknai tanda-
tanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapatdimaknai) sebagai
penggantian yang signifikan untuk sesuatu lainnya. Segala sesuatu ini 25
tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau mengaktualisasikan perihal
diaman dan kapan suatu tanda memaknainya. Jadi, semiotika ada dalam
semua kerangka (prinsip), semua disiplin studi, termasuk dapat pula
digunakan untuk menipu bila segala sesuatu tidak dapat dipakai untuk
menceritakan tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda itu
sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas,
dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam
koteks social.
2. Konsep Semiotika Rolland Barthes
Semiotika juga menaruh perhatian pada Ideologi yang menguasai
budaya sebuah kelompok pemakai tanda, sebab dalam ideologi itu terdapat
sejumlah asumsi yang memungkinkan penggunaan tanda. Ideologilah yang
mengarahkan budaya. Dan ideologilah yang pada akhirnya menentukan
visi atau pandangan satu kelompok budaya terhadap realitas. Karena itu
jika berbicara tentang simbol, secara tidak langsung juga berbicara tentang
ideologi. Untuk menemukan ideologi dalam suatu tanda perlu diketahui
konteks dimana tanda itu berada dan menurut budaya si pemakai. Sebab
sebuah tanda dapat berubah-ubah maknanya sesuai dengan konteksnya,
baik konteks itu adalah kalimat, wktu, tempat, maupun budaya. Sebuah
simbol akan berubah maknanya bahkan dalam salah konteks (waktu atau
tempat) yang relative sama tapi dalam konteks budaya (peradaban) yang
berbeda. Konteks di sini juga dapat berupa konteks bahasa verbal dan non-
verbal, linguistic dan non-linguistik. 26
Rolland Barthes merupakan salah satu tokoh yang cukup
berkontribusi dalam kajian semiotika. Teorinya tentang semiologi dan
mitologi merupakan pendalaman dari teori linguistik dan semiologi milik
Saussure. Secara historis, Barthes merupakan salah satu tokoh pemikir
strukturalis. Intelektual dan kritikus sastra Prancis yang satu ini, dianggap
sebagai eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi
sastra. .
Dalam hal semiotika, kunci analisis dari Barthes adalah mengenai
konotasi dan denotasi. Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai
sebuah sistem tanda yang di dalamnya mengandung unsur ekspresi (E)
dalam hubungannya (R) dengan isi (C).
Konsep semiotika Barthes dikenal Fiske sebagai Signifikasi dua
tahap (two order signification). Di mana kunci dari signifikasi ini terletak
pada konsep connotative yang dibuat Barthes dalam model semiotikanya.
Melalui model ini, Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama
merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) di dalam
sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itulah yang kemudian disebut
oleh Barthes sebagai denotasi, yang mana merupakan makna paling nyata
dari tanda (sign).
Denotasi merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan
makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Sedangkan konotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan 27
petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan
tersembunyi.
1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda) 3. Denotative Sign (tanda denotatif) 4. Connotative Signifier (penanda 5. Connotative Signified (petanda konotatif) konotatif) 6. Connotative Sign (tanda konotatif)
Tabel 2.2 Peta tanda Roland Barthes.
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan unsur material : hanya jika anda mengenal tanda “sign”,
barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi
mungkin.
Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes
yang berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada
penandaan dan tatanan denotative. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan
dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan mana. Secara ringka,
denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan
antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal. 28
b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan
perasaan atau emosi pembaca/pengguna dan nilai-nilai budaya mereka.
Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka
dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.
Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak
mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut
makna denotatif. Makna denotatif memiliki istilah lain seperti makna
denotasional, makna referensial, makna konseptual atau makna ideasional.
Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan,
perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang
umum. Konotasi atau makna konotatif desebut juga makna konotasional,
makna emotif atau makna evaluatif.
Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri
sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi. Makna denotasi
adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan
sendirinya memunculkan denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan
menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi
ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama
sebagai makna yang kaku.
3. Konsep Semiotika Film
Christian Metz merupakan salah satu kritikus film yang berasal
dari Perancis. Bukunya yang berjudul Language and Cinema memberikan
pemahaman mengenai film sebagai satuan bahasa yang berbeda dari
bahasa tutur. Semua komponen dalam film merupakan serangkaian kode 29
yang merepresentasikan sebuah budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz
teori film adalah teori yang mengkaji wacana-wacana sejarah film,
masalah ekonomi film, estetika film dan semiotika film.
Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada
bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution.
Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak
terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja,
melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi
salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai
kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam
wilayah psikologis.
Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin
utama dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu
outer machine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton),
third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus).
Dalam kutipan buku Allex Sobur yang bejudul Semiotika
Komunikasi Oey Hong Lee mengatakan bahwa film adalah alat
komunikasi massa kedua yang muncul setelah surat kabar, sehingga
pertumbuhan film pada abad ke 19 sangat pesat bahkan dalam perkataan
lain unsur-unsur yang merintangi perkembanagan surat kabar sudah dibuat
leyap. Peryataan tersebut mengindikasikan bahwa film saat ini mengalami
perkembangan yang begitu pesat, film tidak hanya dijadikan sebagai alat
hiburan sematata, melainkan untuk bergagai kepentingan politik, ekonomi, 30
propaganda, dan berbagai kepentingan lainya yang terkadang sulit untuk
kita deteksi.
Maka dari itu, semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu yang
mengkaji tanda-tanda dan sistem simbolik memiliki kaitan erat dengan
film sebagai sebuah produk tanda. Di lain pihak, para ahli melihat film
sebagai salah satu media yang dapat mempengaruhi para khalayaknya.
Dan dari sinilah asal mula dilakukannya berbagai penelitian terhadap
simbol dan ikon dalam film, dan pengaruhnya terhadap masyarakat yang
menyaksikan film tersebut.
4. Konsep Semiotika Steve Campsall
Steve Campsall berasal dari Inggris, yang juga salah seorang
pengajar studi bahasa Inggris dan media di The Beauchamp College.
Campsall membuat tabel analisis film yang mengadopsi pemikirian dari
salah seorang tokoh semiotik film yakni Christian Metz. Ia mempunyai
pandangan bahwa film merupakan kesatuan yang terdiri dari bahasa dan
makna, yang kemudian diartikan oleh Campsall sebagai Moving Image
Text : “Film Language”.
Menurutnya Film Language ia ciptakan karena ia berpendapat
bahwa film mempunyai cara tersendiri atau bahasa tersendiri yang
digunakan dalam menyampaikan pesan kepada para penontonnya. Mulai
dari sutradara, produser, editor dan juga semua kru bekerja untuk
menciptakan sebuah makna tersebut melalui gambar bergerak seperti
dalam film. 31
Di dalam tabel analisis film yang dibuat oleh Campsall, terdapat
banyak komponen yang harus diperhatikan oleh kita sebagai peneliti. Hal
ini dapat dilihat melalui skema analisis film berikut ini:
Tabel 3.2. Tabulasi Analisis Film
Analysing Moving Image Texts: “Film Language”
Signs, Codes and Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Conventions Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan dan mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah yang kemudian disebut dengan ‘meaning’. Salah satu contoh pemaknaan penting, misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir memiliki pendapat yang berbeda, dan ini dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa komponen dalam memahami semiotika film. - Signs (tanda): unit makna terkecil yang bisa kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan. - Code (kode): dalam semiotika, sebuah kode adalah sekumpulan tanda yang nampak, “pas”, sekaligus “alami” dalam membentuk makna keseluruhan. - Convention (konvensi): istilah konvensi itu penting. Ia merujuk pada suatu cara yang sudah umum dalam mengerjakan sesuatu. Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang konvensional dengan hasil yang pasti, dan menganggapnya natural.
Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan kode setidaknya terbagi atas 3: - Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang melekat atau identik pada sesuatu. - Indeks : sistem penandaan yang menggunakan unsur kausalitas atau sebab-akibat 32
- Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang melepaskan secara total makna denotasi pada sesuatu tersebut. Hal lain yang juga penting untuk memahami tanda adalah melalui konvensi. Konvensi merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi terwujud dalam suatu perbuatan. Mise-En-Adegan Mise-En-Adegan menjawab beberapa pertanyaan penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya Mise-En-Adegan merupakan segala sesuatu yang dihadirkan para Director atau sutradara ke dalam adegan- adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum, Tata Rias, dan Pencahayaan. Editing Editing merupakan suatu proses memotong dan menggabungkan beberapa potongan film menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan naratif. Shot Types Shot merupakan pengambilan gambar untuk membangun sebuah potongan gambar yang naratif dan memberikan makna tersendiri terhadap objeknya. Biasanya shot terkait dengan pengambilan kamera. Seperti Close Up (CU), Point of View (POV) dan Middle Shot (MS). Camera Angle Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle shot yang mencerminkan superioritas atau kekuasaan. Camera Movement Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan dinamika makna sendiri.
Lighting Pencahayaan merupakan salah satu aspek penting dalam film. Pencahayaan dapat menimbulkan suasana dan mood yang menegaskan makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna ketakutan dan 33
kengerian. Dieges And Sound Dieges atau diagenic sound di dalam film merupakan ‘dunia film’. Dia merupakan bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya. Visual Effects / SFX SFX merupakan gambar generasi komputer (CGI) yang mana tujuannya untuk menciptakan sebuah realitas dan makna melalui efek-efek gambar dan suara. Narrative Naratif, merupakan unsur film yang memuat cerita dan kisah khusus di dalam film. Genre Genre adalah ragam dari naratif yang sedang dibicarakan di dalam film. Iconography Ikonografi merupakan aspek penting dari genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung genre. Seperti padang pasir yang mendukung karakter koboi. The Star System Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan aksi. Realism Media dapat menyuguhkan tingkat realitas yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas yang tinggi.
Tabulasi diatas menunjukan keseluruhan kompleksitas yang terdapat di dalam semiotika film. Di dalam tabel tersebut juga banyak mengandung komponen-komponen yang kita jadikan acuan untuk meneliti atau mengkaji lebih dalam suatu sistem tanda di dalam sebuah film.
C. Pengertian Pemimpin dan Konsep Kepemimpinan Dalam Islam
1. Pengertian Pemimpin 34
Kata pemimpin berasal dari kata pimpin. Secara harfiah pemimpin
dapat diartikan dengan kata pelopor, atau orang yang dapat menuntun,
membimbing, mengambil langkah awal, memberikan contoh dan
menggerakan oranglain. Atau secara istilah pemimpin adalah orang yang
mampu mempengaruhi orang lain yang ada di sekelilingnya.
Untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Pemimpin
haruslah meiliki kelebihan dari orang yang dipimpinnya, dan harus
berpikir lebih spesial dari orang-orang yang dipimpinya. Menurut Arifin
Abdurrahman dalam Bukunya “Teori Pengembangan dan Filosofi
Kepemimpinan Kerja” mengatakan bahwa kelebihan pemimpin itu berada
dalam tiga hal yaitu, kelebihan akal dan rasio, kelebihan secara rohani, dan
kelebihan secara jasmani. Berikut ini adalahh penjelasan kelebihan dari
pemimpin yag memiliki katergori sempurna:
a. Kelebihan akal dan rasio:
Seoramg pemimpin harus mengetahui hakekat tujuan dari pada
organisasi yang dipiminya, serta memiliki visi kedepan, seorang
pemimpin harus mengerti dasar-dasar organisasi yang dipimpinya,
seorang pemimpin mengetahui bagaimana cara menjalankan roda
organisasi dengan lebih efektif dan efisien sehinga tujuan organisasi
tercapai dengan maksimal.
b. Kelebihan secara rohani :
Kelebihan secara rohani yaitu kelebihan yang memiliki sifat-sifat
tentang keluhuran budi pekerti, memiliki ketinggian moral,serta memiliki 35
watak kesederhanaan yang dapat dijadikan contoh bagi setiap orang-orang
yang dipimpinnya.
c. Kelebihan secara Jasmani:
Kelebihan dalam jasmani bukan berarti memiliki kelebihan dalam
rupa/wajah yang rupawan, karena masih banyak orang yang salah
mengartikan kelebihan secara jasmani dalam unsur pemimpin dan
kepemimpinan, tetapi yang dimaksudkan kelebihan secara jasmani adalah
memiliki fisik yang lebih kuat, lebih sempurna, sehat dan memiliki
ketahanan tubuh yang melebihi dari orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin yang memiliki kategori sempurna adalah ia yang
meililiki ketiga hal tersebut di atas, maka benar adanya jika pemimpin dalam
menjalankan roda kepemimpinanya harus memiliki kelabihan-kelebihan,
karena jika tidak iapun akan mengalami banyak kesulitan dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut dengan kata Leadership
berasal dari kata to lead (memimpin), leader (pemimpin), dalam bahasa arab
kepemimpinan meiliki kata yang berbeda yaitu berasal dari kata ( qadda –
yaquudu – qiyaadatan ) yang artinya menuntun. Menurut Prof. Kembal Young
seperti yang dikemukakan oleh Kartini Kartono bahwa kepemimpinan adalah
bentuk dominasi yang didasari oleh kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau megajar orang lain berbuat sesuatu berdasarkan acceptance
(penerimaan) oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus dan tempat
khusus untuk mencapai tujuan. Menurut Taylor, yang dikemukakan oleh
Panglayakim bahwa kepemimpinan adalah menggerakan orang-orang 36
bawahan untuk bersama-sama bekerja menuju suatu tujuan yang diinginkan
oleh semua dan dianggap penting untuk self expressi ( ekspresi diri ).
Oleh karena itu tujuan kepemimpinan tak lain adalah menjamin
terwujudnya pencapain sebuah tujuan, dengan cara mengorganisir dan
mengatur sebuah institusi, lembaga, atau sebuah sistem yang sudah terbentuk,
dengan kepemimpinan sebagai fasilitas yang memberikan jalan untuk orang
lain yang terorganisir dapat berproses dalam sebuah organisasi formal agar
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Berikut ini adalah penjelasan dari
tipe-tipe kepemimpinan yang ada:
a. Kepemimpinan Otoriter
Proses kepemimpinan otoriter adalah pemimpin yang beranggapan
bahwa leadership adalah sesuatu yang menjadi haknya, ia berpendapat
bahwa hanya dengan kepemimpinanya ia dapat melakukan apapun tentang
segala sesuatu yang harus dikerjakan tanpa adanya pertimbangan-
pertimbangan lain yang mungkin akan menghambat, biasanya setiap
pekerjaan yang dia kehendaki kepada bawahanya selalu diawasi dengan
sangat ketat dan terkadang dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan di
kalangan para bawahanya.
b. Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menjadikan bawahan sebagai orang-orang
yang bisa diajak kerjasama, untuk turut serta memberikan pendapat, saran
bahkan sampai kritik pada masa kepemimpinanya, pemimpin semacam ini
sering meminta pendapat pada bawahanya dalam mencari solusi kerja
terbaik, sehingga bawahanya merasa tidak hanya menerima instruksi kerja
saja tapi mereka dibimbing untuk melakukan pekerjan tanpa harus dipaksa 37
untuk bekerja sehingga menjadi tanggung jawab mereka untuk
menyelesaikan pekerjaanya, namun ketika anggota-angota yang
dipimpinya tidak memiliki kcakapan dan kecerdasan untuk bekerja sama
dengan pemimpinya, maka kemungkinan akan terjadi kegagalan dalam
melakukan pekerjaanya.
c. Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan ini menjadikan pemimpin sebagai seorang bapak
ataupun ibu, karena pemimpin dengan gaya paternalistis biasanya
memiliki sifat melindungi dan menjaga kepentingan bawahnya sebagai
bentuk rasa kasih sayang yaitu dengan penjagaan yang ketat. Biasanya
kepemimpinan semacam ini kurang menguntungkan anggotanya karena
akan membentuk lemahnya kepercayaan diri dan tidak bisa
mengembangkan diri dalam melakukan pekerjaanya karena pemimpin
tidak memberikan kesempatan pada anggotanya untuk berinisiatif dan
mengambil keputusan.
d. Kepemimpinan Laissez-Faire
Pada umumnya kepemimpinan jenis ini akan menciptakan suasana
dimana para anggotanya frustasi, bekerja malas-malasan, dan terkesan
main-main dengan pekerjaanya, karena anggota merasakan kurangnya
campur-tangan pemimpin dalam setiap keputusan maupun kebijakan yang
mereka ambil, biasanya pemimpin hanya akan memberikan informasi jika
hanya dimintai, pemimpin cenderung tidak berperan aktif dalam pencarian
solusi agar kinerja anggotanya lebih efektif atau mengatur jalanya roda
organisasi. 38
e. Kepemimpinan Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik ialah dimana seorang pemimpin
memiliki pengaruh yang besar kepada anggotanya, biasanya pemimpin
seperti ini memberikan daya tarik yang luarbiasa, sehingga para
anggotanya tunduk dan patuh tanpa tekanan dan paksaan dari orang yang
memimpinnya, biasanya tipe pemimpin seperti ini memiliki keistimewaan-
keistimewaan, misalnya memiliki kecerdasan yang lebih, memiliki
kekuatan super, pemberani dan lain sebaginya.
f. Kepemimpinan Otokratik
Tipe kepemimpinan seperti ini selalu mengandalkan kekuasaan
yang dianggapnya sebagai kekuatan, karena itu pemimin tipe ini tidak
segan-segan memaksa bawahnya/anggotanya untuk tunduk dan patuh
terhadapnya, karena perintahnya bersifat mutlak dan absolud. Pemimpin
selalu berperan sebagai pemimpin tungal seperti seorang raja, setiap
perintah yang ditetapkanya biasanya tidak melalui konsultasi dengan
siapapun.
g. Kepemimpinan Populistik
Kepemimpinan populistik adalah tipe kepemimpinan di mana
seorang pemimpin mampunmenjadi pemimpin masyarakat, ia memegang
nilai-nilai kemasyarakatan dan ketradisionalan, tipe kepemimpinan seperti
ini bias diterima oleh masyarakat tertentu atau kelompok tertentu, namun
belum tentu dapat diterima oleh masyarakat lain, karena pemahaman akan
nilai-nilai tradisional dan masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak
sama yang terkadang tidak dapat diphami oleh masyarakat ataupun
pemimpin kelompok masyarakat lain. 39
h. Kepemimpina Administratif
Adalah tipe kepemimpinan dimana seorang pemimpin mampu
menjalankan tugas-tugas administrasi secara efektif. Dengan
kepemimpinan seperti ini akan muncul pengembangan pada hal-hal yang
berhubungan dengan kerjasama antar manusia, dan hal-hal yang
menyangkut masalah-masalah teknis dan manajemen, biasanya tipe
kepemimpinan seperti ini dapat menghadapi masalah secara cepat, lugas,
dan rasional.
2. Konsep Kepemimpinan Dalam Islam
Dalam pandangan Islam, At-Tabrasi dalam tafsirnya mengemukakan
bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja
kata imam digunakan untuk keteladanan. Karena ia diperoleh dari kata yang
mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata
"belakang".
Para pakar, setelah menelusuri Al Qur'an dan Hadits menetapkan
empat sifat yang harus dipenuhi oleh nabi yang pada hakikatnya pemimpin
utamanya. Yang pertama Ash Shidq yang berarti kebenaran dan kesungguhan
dalam bersikap, berucap, serta berjuang melaksanakan tugasnya. Kedua,
Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memeliharaa sebaik-baiknya
apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun dari orang-orang
yang dipimpinnya. Ketiga, Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan
kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika
sekalipun. Keempat, Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung
jawab atau diistilahkan dengan keterbukaan. 40
Dalam pandangan islam,seorang pemimpin adalah orang yang
diberikan amanat oleh Allah SWT untuk memimpin rakyatnya. Dimana ia
akan dimintai pertanggung jawabanya kelak di akhirat. Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa ada beberapa cirri penting yang menggambarka
kepemimpinan islam. Veitzal Rivai menyebutkan ada enam cirri
kepemimpinan dalam islam yaitu:
a. Setia Kepeda Allah
Diantara pemimpin dan yang dipimpin terikat dengan kesetiaan
kepada Allah, yang bararti sebuah kepemimpinan yang dijalankan itu
merupakan suatu perwujudan dari seseorang kepada Allah, bukan karena
ambisi ingin menjadi seorang pemimpin saja, jadi semua perilaku dalam
kepemimpinanya merujuk kepada aturan-aturan maupun syriat-syariat
yang sudah ditetpkan Allah SWT.
b. Tujuan Islam Secara Menyeluruh
Menjadi satu kewajiban bagi seorang pemimpin untuk mampu
melihat bahwa tujuan organisasi bukan hanya untuk sekedar tujuan dari
kepentingan sebuah kelompok, apalagi hanya kepentingan satu orang saja,
tetapi akan lebih baik jika kepentingan kelompok dan perorang tersebut
dapat memenuhi kepentingan dalam lingkup yang lebih luas yaitu
kepentingan islam secara keseluruhan.
c. Menjunjung Tinggi syariat dan Akhlak Islam
Pemimpin itu harus terikat dengan peraturan yang terkandung di
dalam syariat Islam, oleh karena itu syarat seseorang menjadi pemimpin
adalah orang yang mampu memegang teguh aturan-aturan di dalam syariat 41
Islam. Jika pemimpin sewaktu-waktu mengabaikan aturan-aturan dalam
syariat islam, maka pada saat itu ia harus di makzulkan.
d. Pengemban Amanah
Pemimpin adalah seseorang yang mengemban amanah dari Allah.
Oleh karena itu ia memiliki sebuah tanggung jawab yang besar, dalam Al-
Quran memmerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah
Swt dan menunjukan sikap yang baik kepada para pengikutnya.
e. Bermusyawarah dan Tidak Sombong
Mejadi prinsip dasar dari sebuah kepemimpian Islam adalah
terlaksananya musyawarah sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah
dalam kepemimpinan. Dengan prinsip dasar ini menjadikan sikap adil dan
memberikan kebebasan berpikir bagi semua pihak yang ada dalam lingkup
kepemimpinanya, oleh karena itu pemimpin islam bukanlah
kepemimpinan tirani yang mengabaikan proses koordinasi atau
musyawarah, namun ini menjadi wadah bertukar pemikiran dengan semua
pihak yang terkait yang di laksanakan secara terbuka, objektif dan
menjunjung tiggi rasa sling menghormati. Sehingga para pengikuit atau
bawahan merasakan bahwa persoalan itu menjadi tujuan untuk
kepentingan mereka bersama.
f. Disiplin Konsisten dan Konsekwen
Disiplin, konsisten, dan konsekwen adalah cirri dari kepemimpinan
dalam Islam, sikap dan sifat-sifat seperti ini tentunya akan diwujudkan
dalam semua tindakan maupun perbuatannya, karena ia yakin bahwa Allah 42
melihat apa yang dilakuknya, dan itu merupakan sikap dan sifat-sifat yang
tidak boleh dilanggar.
Selanjutnya Al-Ghazali mengatakan bahwa keberadaan pemimpin
merupakan tuntunan bagi ketertiban dunia, karena itu merupakan tuntunan
pula bagi ketertiban agama. Dengan kata lain kewajian mengangkat
seorang kepala Negara atau pemimpin Negara tidak hanya berdasarkan
pertimbangan dunia semata, tetapi juga harus berdasarkan pertimbangan
agama.
Kemudian dalam kitabnya al-Tibr al-Masbuk fi nasihat al-Muluk,
Al-Ghazali mengemukakan bahwa allah telah memilih dua dari antara
cucu-cucu Adam yaitu: pertama, para nabi yang bertugas menjelaskan
kepada hamba-hamba Allah tentang jalan yang benar dan jalan yang akan
membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat dan kedua, para sultan
yang bertugas menjaga agar hamba-hamba Tuhan tidak saling bermusuhan
dan saling melangar hak yang lain, dengan kearifanya mengembangkan
kesejahteraan mereka dan memandu mereka ke arah kedudukan terhormat,
seperti kata ungkapan bahwa: “Sultan adalah bayangan Allah di muka
bumi-Nya”. Maka itu menjadi keharusan kita tahu bahwa yang oleh Allah
berikan peringkat sultan dan menjadikan bayangan-Nya diatas muka bumi
itu wajib dicintai oleh semua mahluk Allah, dan mereka harus ikut, tunduk
dan taat kepadanya, serta tidak dibenarkan untuk tidak mengikuti
perintahnya. Dengan demikian maka kekuasaan kepala Negara, sultan atau
raja tidah dating dari rakyat tetapi dari Allah berdasarkan pilihan-Nya, 43
Allah menganugrahkan kesultanan dan kerajaan kepada orang yang
dikehendaki, seperti fiman allah dalam Q.s. Ali ‘Imran 26:
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.s. Ali ‘Imran:26 ).
Berdasarkan ayat yang disebutkan sebelumnya, Al-Ghazali
berpendapat bahwa kekuasaan kepala Negara itu muqaddas (suci), dan oleh
karena itu wajib hukumnya bagi rakyat utuk taat kepada kepala Negara dan
melaksanakan semua perintahnya.
Hampir sependapat dengan Al-Ghazali, Ibn Taymiyah mengemukakan
bahwa: Mendirikan suatu pemerintahan untuk mengelola urusan umat
merupakan kewajiban agama yang paling agung, karena agama tidak mungkin
tegak tanpa pemerintahan. Umat manusia tidak akan mampu untuk mencukupi
semua kebutuhannya tanpa kerjasama dan saling membantu dalam kehidupan
berkelompok, dn tiap kehidupan berkelompok atau bermasyarakat
memerlukan seorang kepala atau pemimpin.
Pendapat Ibn Taymiyah tersebut menunjukan bahwa sultan atau kepala
Negara adalah wakil Tuhan di bumi yang bertugas mengatur dan membina
kehidupan bermasyarakan dengan berpedoman kepada agama. Pendapat Ibn
Taymiyah bersumber kepada penafsiran terhadap Al-Quran berikut ini: 44
.
.
Hai orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul, dan kepada Ulil Amri (orang-orang yang berkuasa diantara kamu). Dan bila kamu berselisih tentang sesuatu di kalanganmu sendiri, hendaklah kamu mengembalikanya kepada Allah dan Rasul. Jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, itu lebih baik dan penyelesaian yang paling indah (Q.s. an-Nisa:59)
Menurut Ibn Taymiyah surah al-Nisa ayat 59 ini ditujukan kepada
rakyat dan rakyat diperintahkan supaya taat, tidak saja kepada Allah dan
Rasul, tetapi juga kepada para pemimpin mereka. Rakyat diminta untuk
melakukan segala perintahnya, selama tidak diperintahkan untuk berbuat
maksiat atau melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama, kemudian jika
ada perbedaan pendapat diantara mereka, maka dalam mencari penyelesaian
dianjurkan untuk kembali berpedoman kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(Al-Sunnah).
Kedua pemikir Islam di atas (Al-Ghazali dan Ibn Taymiyah) telah
mengemukakan dari berbagai macam alasan yang menjadi dasar pendapat
mereka mengapa seorang pemimpin dalam Islam diberikan hak otoritas dan
kewenanganya dalam menjalankan amanah serta melaksanakan kekuasaanya. BAB III
GAMBARAN UMUM FILM BATLLE OF EMPIRES FETIH 1453
A. Sejarah Tokoh
Sultan Muhammad Al-Fatih atau yang didalam film Battle of Empires
Fetih 1453 dikenal dengan sebutan Sultan Mehmed II lahir di Edrine pada
Tanggal 29 Maret 1432. Beliau adalah sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah dan
anak ke-3 dari tiga bersaudara. Diceritakan Sultan Murad II ayahnya, ketika
menunggu kelahiran Sultan Mehmed II, menenangkan diri dengan membaca
Al-Quran dan lahirlah anaknya saat bacaanya sampai pada surah Al-Fath, surat
yang berisi janji-janji Allah Swt akan kemenangan kaum Muslim.
Sebagai Anak laki-laki ketiga, Mehmed tidak diperkirakan siapapun untuk
menjadi penganti Murad II menjadi sultan. Ketika berumur 2 tahun Mehmed II
dikirim bersama kaka tertuanya Ahmed ke Amasya, yaitu kota tempat
mempelajari pemerintahan sebagai keluarga kesultanan. Ketika berumur 6
tahun Mehmed II yang masih sangat belia diangkat menjadi gubernur di
Amasya setelah kematian kakanya yang secara tiba-tiba, kemudian setelah 2
tahun memimpin kota Amasya mehmed bertukar tempat dengan kaka
keduanya Ali untuk memimpin Manisa, dan kemalangan pun terjadi dikota
yang sama yaitu di kota Amasya Ali pun dibunuk oleh seorang turki yang
kemungkinan besar adalah kaki tangan Byzantium Romawi yang selalu
menimbulkan kekacauan kepada Utsmani.
Peristiwa yang menimpa kedua anaknya menjadika Murad II
sangatterpukul, yang kemudian harapanyahanya dapat tertumpu pada Sultan
Mehmed II. Maka saat itu juga Murad II memerintahkan Mehmed II untuk
47 48 kembali ke Edrine untuk mendapatkan pendidikan khusus dari para Ulama- ulama terbik pada zamannya, dan mempelajari berbagai macam disiplin ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, ilmu Fiqh, ilmu bayan, dan beberapa ilmu lainya seperti bahasa, Astronomi, Matematika, Kimia, Fisika, dan juga teknik perang militer. Untuk mempersiapkan Mehemed II untuk menjadi penganti dirinya Murad II memberikan tugas pembentukan kepribadian ini kepada
Syaikh Ahmad Al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin.
Mehmed II mulai menghafal Al-Quran pada usia 8 tahun dan ia juga mempelajari etika belajar dari Syaikh Al-Kurani namun yang membentuk mental dan kepribadian Sultan Mehemed II adalah Syaikh Aaq Syamsuddin yang darinya tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu yang dikuasai tetapi senantiasa mengingatkan akan kemuliaan Ahlu Bisyarah yang akan menaklukan
Konstantinopel, dan menceritakan perjuangan Rasulullah Saw dan para sahabatnya dalam menegakan Islam.
Proyeksi bahwa Mehmed II adalah sang penakluk Konstantinopel membawa inspirasi, motivasi dan pengaruh yang sangat besar bagi dirnya, digabungkan dengan watak dan keamuan kerasnya menjadikan Sultan Mehemed dalam umur 17 tahun dapat menguasai berbagai macam bahasa yaitu bahasa Turki dan Persia tyang sangat fasih, Arab, Prancis, Yunani, Serbia, Hebrew, dan latin. Selain kemapuan dalam berbahasa kemampuanya ditunjukan dalam ilmu
Sejarah, Geografi, Syair dan Puisi, serta keahlianya dalam perangpun selalu menjadi buah bibir di kalangan Kesultanan, bahkan dikatakan bahwa mehmed selalu menghabiskan waktunya menunggangi kuda, bahkan Mehmed II 49 semenjak baligh tak pernah melewatkan shalat Tahajud terlebih melewatkan
Shalat lima waktu.
Kemudian tepat pada usia 19 tahun mehmed mengantikan Ayanya yang sudah meninggal krena sakit, saat itulah kemudian Mehmed II menjalankan manifestasi obsesinya sejak kecil yaitu menaklukan konstantinopel. Kebijakan ini diputuskanya sebagai kebijakan utama dalam pemerintahanya yang baru.
Pernah dideskripsikan oleh Giacomo de Languschi, seorang penulis dari Italia pada zamanya tentang Sultan Mehmed II sebagai berikut:
Penguasa Turki Utsmani Mehemed Bey adalah sorang pemuda yang berbadan kekar dan mempunyai perawakan besar, ahli dalam bidang persenjataan, lebih ditakuti daripata disegani, sedikit tertawa, sangat teliti dan berhati-hati dalam langkahnya, diberkahi kemurahan hati, gigih dalam menjalankkan rencananya, gagah dalam setiap usahanya, berhasrat untuk mencapai prestasi sebagaimana Alexander Macedonia. Setiap hari ia dibacakan sejarah kesatria Romawi dan kesatria lainya. Dia berbicara tiga bahasa, yaitu Turki, Yunani, dan Slavia. Dia bersungguh-sunguh mempelajari keadaan geografi Italia, dan mempelajari kota dimana Paus duduk dandimana kaisar duduk serta memiliki peta Eropa dangan Negara dan Provinsinya. Dan tak ada yang menarik baginya selain geografi dan urusan Militer serta dia lihai dalam menilai kondisi dan keadaan yang sedang dialami sebagian besar masyarakat di Barat.
Bayak Sejarawan mengatakan bahwa motif utama penaklukan
Konstantinopel adalah usaha Sultan Mehmed II dalam mewujudkan Bisyarah
Rasullulah Saw yang menjadi Inspirator utama dalam hidupnya. 50
B. Profil Sutradara
Gambar 1.3.1
Faruk Aksoy adalah seseorang yang tidak asing lagi di Turki, dia
adalah seorang sutradara, penulis skenario, produser, sekaligus menjadi
pengusaha. Faruk Aksoy lahir pada tahun 1964 di Sarliurfa, Turki. Dia adalah
pengagas dan pendiri dari salah satu rumah produksi (Production House) yang
cukup terkenal di turki, dengan nama Faruk Production bahkan film yang
sedang penulis teliti merupakan salahsatu film yang di produksi oleh rumah
produksinya sendiri, Kiprahnya dalam dunia per-filman ia mulai sejak 1995
dengan memulai karirnya sebagai aktor (actor) dalam film Ask Olumder
Soyultur, Faruk juga perah menjadi penulis (writer) di tahun 2002 dalam film
Yes il Isk, perjalanan karir Faruk di dunia per-filman juga begitu pesat
sehingga ia pernah menjadi seorang sutradara, penulis, sekaligus produser
dalam sebuah film Cilgir Desare Kampta di tahun (2008).2
Faruk juga membuat Film yang bertemakan sejarah yang berjudul ,
Battle of Empire Fetih 1453, adalah salah satu filmnya yang dibuat di turki
dengan biaya produksi 17 juta US$ atau sekitar Rp. 158 miliar. Dengan biaya
1 http://www.imdb.com/media/rm338997248/tt1783232?ref_=tt_ov_i.- di akses pada 24 juni 2014 2 Concuest Fetih 1453-http://www.imdb.com/title/tt1783232/ di akses pada 24 juni 2014 51
sebesar itu menjadikan film ini sebagai film termahl yang pernah di buat
sepanjang sejarah perfilman Turki pada tahun 2012.
Film ini dibuat mulai September 2009 dan baru selesai Januari 2011,
dan mulai ditayangkan diseluruh dunia mulai, 16 Februari 2012. Dan yang
pertamakali menyambutnya adalah Mesir, Jerman, Uni Emirat Arab,
Kazakastan, Ajerbeizan, Inggris, dan Amerika Serikat.3 Film ini mendapat
respon yang sanagat baik di masyarakat Turki, film yang di putar di delapan
Negara eropa dan di Box Ofice ini disinyalir mendapatkan keuntungan sekitar
30.469 US$ pada minggu pertamanya4, dan sekitar 30.834.000 US$ jika di
jumlahkan keuntungan dalam satu bulan, dalam penjualan tiket 4 juta
penonton dengan biaya sekitar 2 US$ per-tiket.
Gambar 2.3.5 Penghasilan Film Fetih di 8 Negara
Yang kemudian film ini mengantarkan Faruk Aksoy mendapatkan
penghargaan-penghargaan (Awards)
3 Fetih 1453 - Wikipedia, the free encyclopedia-http://en.wikipedia.org/wiki/Fetih_1453 4 Ibid //www.imdb.com/title/tt1783232/ diakses pada 24 juni 2014 5 http://www.imdb.com/media/rm338997248/tt1783232?ref_=tt_ov_i di akses pada tgl. 24 juni 2014 52
C. Sinopsis Film Battle of Empires Fetih 1453
Bercerita tentang sejarah persaingan antara dua Negara, yaitu
Imperium Romawi (Byzantium) dan Khilafah Islam (Utsmani), dimana pada
saat itu tentara kesultanan Utsmani dibawah kepemimpinan langsung Sultan
Muhammad Al-Fatih atau lebih dikenal sebagai Sultan Mehmed II, Beliau
dilahirkan di Edyrine, pada tanggal 29 Maret 1432. Mehmed II adalah seorang
pemimpin tangguh yang sudah dari kecil menerima banyak pemahaman
tentang agama.
Sultan Murad II, yaitu ayah dari Mehmed II sangat menekankan
pentingnya pendidikan agama sehingga tidak sedikit para ulama yang
didatangkan untuk mendidik beliau, yang diantaranya adalah Syekh Ahmad
bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih dan Syakih Aaq Syamsudin
seorang polymath (orang yang memiliki pengetahuan yang sangat luas)
sebagaimana kebanyakan para ulama di zamanya yang juga ahli dalam
pengetahuan astronomi dan ilmu kedokteran.6
Pada usia 21 tahun, beiau mampu menguasai 6 bahasa dan ahli bidang
strategi perang, sains, matematika. Sisi lain dibalik kesuksesan dan jiwa
kstarianya, ternyata yang paling membuat beliau tangguh luar dalam adalah
ketekunannya dalam shalat Tahajud dan salat rawatib semasa baligh hingga ia
wafat.7 Sehingga sosok Muhammad Al-Fatih digambarkan sebagai jawaban
kebenaran atas sabda Rasulullah SAW:
!"
6 Felix y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (AlFatih Press Cetakan ke-1, Maret 2013), h.43-48. 7 Ibid, Felix y. Siauw, h.48-50. 53
Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukanya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaik-baiknya pasukan. (HR. Ahmad)
Momen diriwayatkanya hadits tersebut dijadikan pembuka alur cerita sekaligus mengisyaratkan bahwa keseluruhan visualisasi yang disajikan adalah bentuk adaptasi dari kisah nyata yang terjadi ratusan tahun silam. Sebuah hadist yang menggerakan jiwa-jiwa pemuda Islam yang bermental jihad untuk berlomba-lomba membebaskan Konstantinopel. Yang disaat itu seperti sesuatu yang mustahil untuk ditaklukan oleh siapapun, karena pada saat itu
Konstatinopel bisa dibilang sebagai jantungnya Negara Imperium Romawi.
Berita wafatnya Sultan Murad II disambut gembira oleh kaisar dari
Byzantium, Constantine XI Palailogos berpikir bahwa pengganti sultan Murad hanyalah seorang anak kecil yang polos, tidak berpengalaman dan lemah dalam kepemimpinanya. Maka saat itu juga Constanine XI melancarkan siasatnya untuk mengetahui bahwa Sultan Mehmed II tidak akan menyerang kerajaan Konstantinopel dengan mengutus ajudanya memberikan surat perjanjian damai dengan syarat Otoman (Utsmani) harus membayar upeti sebanyak 300.000 Asper (Asper adalah satuan mata uang yang dipakai yunani, berbentuk kepingan yang terbuat dari perak, dengan nilai lebih besar daripada dirham.) kemudian atas pertimbangan demi untuk memberikan kehidupan yang aman untuk rakyatnya Sultan Mehmed II menyetujui perjanjian tersebut.
Mehmed II beserta para Wazir (menteri) sebenarnya tidak percaya begitu saja dengan surat perjanjian damai yang diberikan oleh Kaisar
Constantine XI, menurutnya ini adalah siasat untuk melemahkan mereka, tetapi bagi Mehmed II tidak ada tujuan lain melebihi pembebasan tanah 54
Konstantinopel untuk masa depan negara dan rakyatnya, maka itu mereka harus bersabar sampai semua hambatan yang menghalangi mereka dapat disingkirkan satu demi satu.
Strategi pengepungan mulai dibuat oleh sultan Mehmed II, ia membuat rancangan pembuatan sebuah Benteng yang dapat megamankan selat
Bosphorus sekaligus menghubungkan kesultanan Usmani (Ottoman) dan
Eropa, selain itu keberadaan benteng ini juga akan menjadi pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang serta bantuan pasukan dari genoa di Black
Sea. Lebih dari itu, ia dapat menahan dan mengawasi pergerakan logistik di konstantinopel karena selat Bosphorus ibarat nadi utama yang mengalirkan kehidupan ke Konstantinopel.
Ketika berita ini sampai ke Konstantinopel, pendudk dan pemerintahan
Byzantium gempar, Constantine XI segera memberangkatkn utusanya untuk meminta bantuan ke Venesia dan Genoa serta meminta Gustiani panglima perang dari genoa yang ahli dalam peperangan benteng untuk membantu
Konstantinopel, dengan penawaran bahwa ia akan diberikan sebuah pulau
Limnos jika ia bersedia memimpin pasukanya di Konstantinopel, Constantine
XI juga meminta Vatikan untuk mengumumkan kepada saudara seumat
Kristiani untuk memberitakan bahwa ini adalah perang salib, namun keadaan umat sedeng dirundung banyak masalah, seperti Inggris dan Prancis sedang saling berperang, dan Raja German sedang dalam masalah perebutan kekuasaan. Mehmed II sebenarnya sudah memehami situasi ini dan sudah menjadi pertimbanganya ketika ia meletakan batu pertamanya untuk mebuat sebuah benteng di selat Bosphorus, namun Paus dari Vatikan dapat 55 meyakinkan Venesia dan Genoa, karena bagaimanapun caranya ini dalah kesempatan untuk Katolik Roma menguasai Greja Kristen Ortodoks, lalu dibuatlah perjanjian bahwa Paus akan memberikan bantuan pasukan militer dengan syarat Gereja Hagia Sophia (Ortodoks) harus berada dibawah otoritas
Katolik Roma.
Namun sebagian besar rakyat Konstantinopel tidak setuju dengan penyatuan gereja mereka dan memilih untuk beribadah di gereja-gereja kecil yang masih murni tempat ibadahnya kaum Ortodoks, berita ini sudah jelas di perhatikan Sultan Mehmed kemudian serentak Mehmed II mengirim utusannya kepada Genadius (Pendeta Kaum Kristen Ortodoks) dengan memberikan jaminan kebesasan beribadah kepada mereka tanpa ada tekanan dari katolik jika Kesultanan memerintah di Konstantinopel, kemudian ia memerintahkan Guru Urban (pembuat meriam) untuk segera menyelesaikan pekerjaan membuat meriam terbesar dari yang pernah ada sebelemunya yang bisa menghancurkan ketebalan tembok konstantinopel dan memporak- porandakan pasukan Constantine XI.
Tepat setelah pembuatan meriam raksasa selesai dikerjakan oleh Guru
Urban, pada hari Jumat, 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II bersama gurunya Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan
Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam teknologi baru pada saat itu. Mehmed II mengirim surat kepada
Constantine XI untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine 56 menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu
Kardinal Isidor (utusan dari Vatikan), Pangeran Orkhan (sepupu Mehmed II) dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng lebih dari 10 meter tersebut memang sulit ditembus, di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 meter. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan
Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-mingu benteng Byzantium tak bisa dijebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tersebut dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang terkesan anti maindstream dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun taktik ini diakui sebagai taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan barat sendiri. 57
Kontroversi tentang film Fetih 1453 muncul dari belahan Eropa sana.
Sebagian masyarakat Yunani terkesan tidak terima ketika film Fetih
menunjukan sebuah kebenaran sejarah yang memfaktakan bahwa tidak
selamanya Islam selalu dalam posisi kalah dan Yunani selalu dalam posisi
menang dengan kesatrianya. Sebagian besar dari mereka bahkan menghendaki
Fetih 1453 dilarang beredar di Yunani yang mungkin oleh sebagian
masyarakat Yunani dianggap SARA.
Meskipun demikian ada juga orang-orang Yunani dan dari belahan
dunia lainnya yang mampu melihat lebih objektif terhadap film ini. Yaitu
mereka-mereka yang mencintai film dengan konteks heroik dengan kualitas
tinggi.8 Mungkin tidak ubahnya seperti saya ketika menikmatii film-film
sepertiTroy, Gladiator, 300, The Patriot, Clash of the Titans, dan Lord of the
Ring
D. Profil Aktor Film Battle of Empires Fetih 1453
1. Devrim Evin sebagai Sultan Mehmed II
Gambar 3.3.9 Deverim Evim
8 http://rosid.net/fetih-1453-menjawab-kerinduan-film-tentang-sejarah-kebesaran-islam/ diakses pada 24 juni 2014 9 http//tweeter@devrim_evin. Turkish State theatre aktor/Direktor. Oyuncu/İstanbul · diakses pada 28 juni 2014 58
Devrim Evin lahir di Adıyaman pada tahun 1978. Ia lulus dari
Departemen Seni Pertunjukan di Ankara Negara Conservatory di
Universitas Hacettepe pada tahun 2001. Ia mulai tampil di City Theatre
Eskişehir pada tahun 2003, dan dipindahkan ke State Theatre Adana pada tahun 2005. Sejak itu, ia telah tampil di Negara Teater. Evin mempelajari tindakan fisik dan suara di Italia dan Denmark dengan aktor terkenal seperti Mario Biagini, Eugenio Barba, dan Torgeir Weithal. Pada tahun
2009, Evin menghadiri Grotowski Year, yang diselenggarakan oleh
Wroclaw Polandia - Grotowski Institute. Ia juga mengambil pelajaran tindakan fisik dan vokal dalam proyek Quetzacoatl yang dilakukan oleh
Roberta Carreri di Holstebro, Denmark. Pada tahun yang sama, Evin mengambil tempat dalam proyek Ur-Hamlet dengan Eugenio Barba , dan bergabung dengan Dance Orixa dan Augusto Omolu. Sejak 2009 , Evin meneruskan gelar masternya di Departemen Tahap Seni dan Teater Mimar
Sinan Fine Arts University. Saat itu, dia tidak hanya berakting di berbagai bioskop, tetapi juga dalam serial TV beberapa seperti Kaleiçi, Iki Arada dan Suc Dosyası. Kemudian pada tahun 2012 , ia menjadi peran utama dalam satu film dengan produksi termahal di turki, saat itu ia berperan sebagai Sultan Mehmed II dalam film " Fetih 1453 " , yang disutradarai oleh Faruk Aksoy10
10 http://www.turkishculture.org/whoiswho/theater/devrim-evin-2780.htm 59
2. Ibrahim Celikkol sebagai Ulubatli Hasan
Gambar 4.3.11 Ibrahim Celikkol
Ibrahim Celikkol adalah aktor yg dikenal di turki, dia lahir pada
tanggal 14 Februari 1982, dia adalah seorang pemain basket dan mantan model
professional, ayahnya meningal pada saat ia berusia 18 tahun dan salahsatu
prestansi terbesarnya yang dia katakan dalam sebuah wawancara yaitu
membelikan rumah untuk ibu beserta adiknya. ia juga pernah menjadi aktor
dalam serial Televisi yang bejudul: Pars:Narkoteror yang berperan sebagai
Samill Baturai dan banyak serial Televisi lainya yang ia perankan. Kemudian
pada debut pertamanya dalam film layar lebar yang bejudul Battle of Empires
Fetih 1543 ia berperan sebagai Ulubatli Hasan, yaitu orang terdekat Sultan
Mehemed II, bahkan ia menjadi salah satu penentu kemenangan dalam film
ini, ia menjadi orang yang pertamakali mengibarkan bendera kesultanan
Mehmed II di tembok besar Constantinopel, namun dalam cerita film ia
terbuhuh oleh anak panah yang di lepaskan oleh tentara constantinopel saat
mengibarkan bendera kesultanan sehingga dia menjadikan tubuhnya sendiri
sebagai penopang bendera kesultanan Mehmed II sebagai tanda kemenangan.
11 http://www.imdb.com/name/nm2965591/bio?ref_=nm_ov_bio_sm-Diakses pada tgl 24 juni 2014-06-24 60
3. Recep Aktug Sebagai Constantine XI
Gambar.5.3.12 Recep Aktug
Recep Aktug lahir pada tanggal 13 mei, 1964. Dia adalah seorang
musisi terkenal di Turki, dia memulai karir perdananya sebagai seorang aktor
film pada tahun 2008 dalam Serial Televisi yang berjudul Forbiden Love dia
berperan sebagai Hilmi Onal/Hilmi. Kemudian pada tahun 2011 dia berperan
sebagai Radovan Petrovic dalam Serial Televisi yang berjudul Mavi Klebekler.
Karir Recep Aktug semakin melonjak selain sebagai Musisi sekaligus Aktor
dalam Serial Televisi ia juga mendapatkan tawaran untuk bermain dalam Film
Layar lebar dengan produksi termahal di Turki pada tahun 2012 pada saat itu
yang berjudul Battle of Empires Fetih 1453 dalam filmnya ia berperan sebagai
Raja Constantine XI yang berlawanan dengan Sultan Mehmed II. Dalam
filmya Raja Constantine XI Terbunuh Saat perang melawan pasukan Sultan
Mehmed II, karena dia ingin mempertahankan beteng kerajaan yang selama
berabad-abad berdiri kokoh dan tidak pernah ada yang dapat merobohkan
benteng terkuat dari bangsa Byzantium Romawi saat itu.
12 http://www.imdb.com/name/nm3422495/- Diakses pada tanggal 24 juni 2014 61
4. Cengiz Coskun sebagai Giovani Gustiniani
Gambar.6.3.13 Cengiz Coskun
Cengiz Coskun lahir pada tanggal 29 April 1982, seorang imigran dari
Bulgaria ke Turki, dia adalah seorang Aktor dan Model di Turki lulusan Sports
Academi di Turki pada tahun2002 sebagai pemain Basket professional dan
model terbaik pada saat yang bersamaan, Cengiz Coskun memulai karirya di
dunia akting, modeling dan dunia televisi pada tahun 2005, karirnya
memuncak pada tahun 2012 pada saat dia berperan sebaggai Giovani
Gustiniani dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ia berperan sebagai
panglima perang yang menguasai ilmu peperangan benteng dari Anatolia
kemudian menjadi tentara bayaran untuk melindungi Benteng Constantinopoli
dari serangan pasukan Sultan Mehmed II. Dia juga pernah memerankan
pasukan khusus divisi pertama Letnan Tugrul dalam film Dag kemudian salah
satu film serial televisinya yang sangat terkenal terkenal di Turki yaitu,
Survivor Selebriti dia berperan sebagai aktor utama dalam film komedi romatis
yang dirilis pada tahun 2013.
13 http://tr.wikipedia.org/wiki/Cengiz_Co%C5%9Fkun- Di Akses pada tanggal 24 juni 2014 62
5. Dilek Serbest sebagai Era
Gambar.7.3.14 Dilek Serbest
Dilek Serbest lahir di Izmir,Turki pada tanggal 17 Maret, 1981. Dia
adalah seorang model, seringkali dia menjadi model iklan produk-produk
dengan merek terkenal, dia juga sering menjadi model video klip musik. Dilek
Serbest memulai karirnya sebagai seorang artis film pada tahun 2003 dengan
debut perdananya yaitu sebuah film Fiksi Ilmiah yang berjudul Gora.
Kemudian ia juga pernah membintangi film layar lebar bertemakan horror di
tahun 2012 dengan judul Buyu dan Tramvay, sejak itu Dilek Serbest beralih ke
film serial Televisi dengan bebagai maacam genre, seperti film Detektif,
Action dan Drama Musikal, sampai pada tawaran menjadi Pemeran Era dalam
film Battle of Empires Fetih 1453. Peran ini sebenaranya tidak ada dalam fakta
sejarah namun Era adalah peranan Fiksi yang ditambahkan sutradara untuk
mengemas film Epik sejarah dunia yang sangat terkenal ini lebih berkesan
pada alurnya, ia berperan sebagai seorang anak angkat dari pembuat meriam
terbesar yang pernah ada dalam sejarah pada masa Sultan Mehmed II,
14 https://www.google.co.id/search?q=Dilek+Serbest&tbm-Diakses pada tanggal 25 juni 2014 63
kemudian film ini sedikit dibumbui jalinan kasih sayang antara panglima
perang dengan seorang anak angkat pembuat meriam yang berujung
mengharukan karena panglima perang yang menjadi kekasih Era gugur di
medan pertempuran tepat didepan matanya.
6. Erden Alkan sebagai Chandarly Halil Pasha
Gambar.8.3.15 Erden Alkan
Erden Alkan Lahir pada tanggal 12 Februari 1941 di Giresun Turki.
Dia adalah aktor senior di turki yang memulai debut film pertamanya pada
tahun 1973, dia menjadi pemeran utama dalam film Gonulden Yaraliar dengan
genre film Drama, kemudian dia juga pernah berperan sebagai Supir Taxi
dalam film Lola+Bilidikid pada tahun 1999, dia juga adalah seorang aktor
Turki yang tingal di Jerman, dan banyak film layar lebar yang di bintanginya
di sepamjang tahunnya hingga Film yang terakhir dia perankan adalah Sebagai
Chandarly Halil Pasha yaitu Perdana Mentri Pada masa kesultanan Sultan
Murad II dan Sultan Mehmed II, dalam Film bergenre Epik Sejarah yang
berjudul Battle of Empires Fetih 1453. Erden Alkan berperan sebagai seorang
15 https://www.google.co.id/search?q=erden+alkan+wikipedia&source-Diakses pada tanggal 25 juni 2014 64
Perdana Mentri yang bijak dalam mengambil setiap keputusan pada masa
pemerintahan Sultan Mehmed II, Bahkan pada saat itu ia menyarankan agar
Sultan Murad II untuk kembali bertahta karena Sultan Mehmed terlalu muda
dan belum memiliki pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan
karena kondisi kesultanan pada saat itu sedang dalam masa perebutan
kekuasaan yang dilakukan oleh bangsa Byzantium Roma. Kemudian Sultan
Mehmed kembali bertahta setalah dia berumur 21 tahun, dan Halil Pasha pun
dipilihnya untuk menjadi perdana mentri untuk yang ke-dua kalinya, krn
Mehmed II karena Halil pasha di angap sebagai orang sudah mempunyai
pengalaman.
E. Tim Produksi Film Battle of Empires Fetih 1453
Director : Faruk Aksoy
Script Writer : Irfan Saruhan
Writing Credits : Atilla Engin
Producers : Faruk Aksoy, Ayse Germen
Casting : Faruk Aksoy
Co-Producers : Hamit Keles, Faruk Metin
Production manager : Hidayat Cakir, Omer Gultekin
Supervising Producer : Glucihing Onel
Art Direction : Severet Aksoy
Costume Design : Canan Goknil
Original Music : Benjamin Wallfisch
Cinematography : Hasan Gerin, Mirsad Herovich
Film Editing : Erkan Ozekan
Sound Departement : Srdjan Kurpjel – supervising sound editor 65
Ruben Aguirre Barba – sound effects editor Sirma Dogan – sound designer Mustafa Durma – supervising dialogue Editorial Departement : Erkan Ozekan
Pemeran Film Battle of Empires Fetih 1453
Devrim Evin : Sultan Mehmed II
Ibrahim Celikkol : Ulubatli Hasan
Dilek Serbest : Era
Cengiz Coskun : Giovanni Giustiniani
Erden Alkan : Chandarly Halil Pasha
Recep Aktug : Constantine XI
Raif Hikmet Cam : Aksemseddin
Naci Adigüzel : Granduk Notaras
Sedat Mert : Zaganos Pasha
Mustafa Atilla Kunt : Sahabettin Pasha
Ozcan Aliser : Saruca Pasha
Yilman Babaturk : Ishak Pasha
Murat Sezal : Isa Pasha
Faik Aksoy : Karaca Pasha
Huseyin Santur : Baltaoglu Suleiman Pasha
Namik Kemal Yigittürk : Molla Husrev
Halis Bayraktaroglu : Kurtçu Dogan
Izzet Civril : Kardinal Isidor
Ali Riza Soydan : Pope Nicholas V
Sahika Koldemir : Gulbahar Hatun 66
Songul Kaya : Emine Hatun
Adnan Kürkçü : Pastor Genadius
Pemeran Pengganti dalam Film Battle of Empires Fetih 1453
Özkan Güngör Solak
Volkan Keskin Balaban
Faruk Metin Soylu
Toprak Ömer Seran Devshirme
Ozan Çobanoglu Taci
Özcan Özdemir Soldier (uncredited)
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Objek Semiotik Dalam Film “ Battle of Empires Fetih 1453”
Battle of Empires Fetih 1453 merupakan istilah yang berasal dari
bahasa inggris yang berarti pertempuran kerajaan Fetih. Film ini menceritakan
tentang perjuangan Sultan Muhammad Al-Fatih, seorang pemimpin yang telah
diriwayatkan oleh Rasullullah di Madinah pada 627 M kepada Abu Ayub.
Film Battle of Empires Fetih 1453 diawali kilas balik yang menceritakan
percakapan Rasullulah Saw dengan Abu Ayub tentang Kota Konstantinopel
akan jatuh ke tangan islam. Pemimpin yang menaklukanya adalah sebaik-
baiknya pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah
sebaik-baiknya pasukan. Sutradara menjadikan percakapan tersebut sebagai
Bumper In atau adegan awal dalam film, sehinga film terkesan memiliki nilai
sejarah tinggi dalam pandangan umat muslim. Film ini menceritakan tentang
seorang pemimpin pasukan yang menjadi pembuktian bisyarah rasullulah
SAW tentang pembebasan tanah yang lebih dulu akan ditaklukan sebelum
Roma yaitu Heraklius ( Konstantinopel). Film ini telah menjawab kerinduan
umat muslim tentang kejayaan kepemimpinan Islam dimasa itu.
B. Pengantar Adegan yang Diteliti
Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak dalam beberapa
sekuen dalam film “Fetih 1453” dalam beberapa sekuennya terdapat beberapa
adegan yang berhubungan langsung dengan isi penelitian, tetapi sebelum
membahas adegan utama dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis
adegan-adegan yang berhubungan dengan adegan utama dalam penelitian,
67 68 yaitu kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film ”Battle of
Empires Fetih 1453” sebagai bahan pengantar. Film bergenre Epik sejarah dan biografi ini, memiliki durasi 02:36:00 atau setara dengan dua setengah jam. berawal dari kilas balik sabda Rassullulah SAW, hingga Mehmed II dilahirkan dan tumbuh dewasa menjadi pemimpin yang telah diriwayatkan Rasullulah
SAW, kemudian mulai menjalani aktifitas sebagai seorang pemimpin. Sekuen tersebeut terangkum dalam beberapa adegan, mulai dari awal mula Sultan membangun sebuah beteng Rumeli Hisari yang terletak di selat Bosphorus.
Kemudian peperangan di tanah pembebasan, dan kemenangan yang diraih oleh keyakinan Iman. Namun adegan utama pada penelitian ini kurang lebih memiliki durasi 5 menit, yaitu adegan pada saat Sultan Mehmed II berdiri meyakinkan penduduk Konstantinopel tentang kebebasan memeluk agama yang mereka yakini dan mengajarkan tentang nilai-nilai toleransi dalam perbedaan agama.
Analisis narasi dalam sebuah film tidak sama seperti analisis narasi yang biasanya terlintas di dalam benak kita tentang cerita panjang dan membosankan, dalam Film ini peneliti mencoba menarasikan dan mendeskripsikan alur cerita film dengan menyertakan komponen analisis film dan sedikit unsur semiotika. Kemudian setelah itu barulah secara detail akan dipaparkan bagaimana unsur semiotika menjadi sesuatu yang naratif. Sebagai salah satu media untuk meneliti narasi dalam sebuah film yang biasanya muncul dalm skenario dan percakapan yang dilakukan oleh para Aktor dalam sebuah film.
69
1. Pembangunan Benteng Rumeli Hisari (Bodazkesen) dan Konflik
Eksternal
Adegan 1 memperlihatkan perencanaan dan pembangunan sebuah
benteng yang harus di selesaikan dalam waktu singkat ia berencana
mendirikan sebuah benteng tepet di sebrang benteng bernama Anadolu Hisari
yang dibuat oleh leluhurnya Sultan Bayezid I. sultan berpikir jka ia dapat
membangun sebuah benteng disebrangnya , maka ia dapat mengamankan selat
Bosphorus dan menjadi pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang
serta bantuan pasukan dari Genoa di Black Sea. Dalam adegan ini sutradara
menghadirkan dalam beberapa Shoot yang berhubungan dengan perencanaan
pembuatan sebuah benteng dan konflik yang terjadi. Adegan ini diperankan
oleh sultan dan wazirnya1. Adegan ini terdapat pada durasi 41:08 dengan total
durasi sekitar 8 menit 14 detik. Bagian ini memiliki narasi yang tidak terlalu
panjang atau shot pendek, karena hanya sebagai pengantar di mana pada
waktu itu Mehmed II berencana membangun sebuah benteng yang baru
dengan maksud dan tujuan yang jelas yaitu merealisasikan penyeranganya
terhadap konstantinopel. Dalam adegan ini, waktu plot yang digunakan sangat
pendek dan ringkas, sangat berbeda dengan cerita aslinya.
Bagian lain yaitu terjadi beberapa konflik antara Sultan dengan
Constantin sebabagi kaisar di Konstantinopel. Konflik yang terjadi dimulai
pada April 1452, saat peletakan batu pertama dari sebuah benteng namun
Sultan mehmed tdk menghiraukan semua konflik yang mengatasnamakan
perjanjian damai yang sebelumnya terjadi karena mehmed tahu bahwa
1 Adegan ini terdapat pada durasi 41:08 70
Constatine ketakutan jika suplai persediaan makanan dari Genoa dan Kapal
yang bergerak dari arah Black Sea dapat dihentikan seandainya benteng itu
berdiri.
Tabel 1.4.
Pembuatan Benteng dan Konflik Ekternal dalam Sekuen 1
Adegan Visualisasi Verbal non Verbal Pemain Interpretasi simbolik
1 Sultan dan Adegan ini pada durasi 41:08 Musyawarah Wazir sebagai bentuk pengambilan keputusan dalam syariat islam. Dan menunjukan kesungguhan dan kematangan strateginya kepada Halil Pasha seorang Kepala Wazir.
2 Sultan Adegan ini pada durasi 42:07 Menunjukan letak geografis pembuatan benteng barunya di sebrang benteng Andolu Hisari yang di buat oleh kakek buytnya. Pembuatan benteng atas keyakinan strategi pengepunganya Sultan 71
3 Sultan Adegan ini pada durasi 43:50 Sultan memasuki Wazir pengerjaan benteng agar Arsitek pembuatan benteng dan berjalan cepat sesuai target yang direncanakan. Tukang Mehmed menjadi simbol Batu yang di segani dan di hormati.
4 Raja Adegan pada durasi 47:11 Kaisar Constantine constantin terlihat geram dan sekretaris Membicarakan isi surat ancaman dari segala penjuru yang dimaksudkan untuk sultan Mehmed II jika meneruskan pembangunan Benteng barunya, dengan sekretaris kerajaan.
5 Sultan dan Adegan pada durasi 48:10 memperlihatkan Wazir keteguhan hati seorang sultan kepada para wazirnya dari kondisi yang terhimpit atas pembangunan benteng yang di buatnya.
72
Tabel 2.4. Ikon, Indeks dan Simbol Pada Adegan Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal Ikon Ikon pada adegan ini terdapat pada beberapa setting yang memperlihatkan situasi perencanaan strategi perag. Pada bagian ini, setting sebagai ikon dari atribut perencanaan pembuatan benteng seperti Peta yang besar memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan tujuanya. Selain itu pada struktur bangunan tempat Sultan dan wazirnya sedang berdiri identik dengan aroma ketimuran. Indeks Terdapat dalam beberapa teks percakapan didalam surat antara Sultan dan raja Constantine yang mengisyaratkan sebuah bentuk perlawanan secara halus dengan isi surat yang mengancam agar tidak terjadi pertumpahan darah diantara mereka. Hal ini dapat dilihat pada durasi 47:11 Simbol Simbol didominasi oleh pemeran utama, Sultan Mehemed II dan Constantine yang divisualisasikan sebagai pemimpin diantara kedua kerajaan yang saling berseteru satu samalain, dan kostum yang dikenakannya, . Maka dari itu, banyak penonton yang kagum dengan keberadaan mereka dan selalu menjadi pusat perhatian dalam adegan tersebut.
Adegan ini berawal dari niat sultan untuk melakukan ekspasinya ke
kota konstantinopel. Pada potongan adegan awal, Sultan dan wazir Halil Pasha
divisualisasikan dengan menggunakan jarak kamera Extreme Long Shoot di
mana, sutradara ingin menunjukan Sultan dan Halil Pasha dari atas, sehingga
interpretasi dapat dilakukan dengan mudah, karena terfokus pada semua objek
seperti Sultan, Halil Pasha dan peta yang menjadi atribut perencanaan srategi.
Pada potongan shot kedua, memvisualisasikan Sultan sedang
menunjukan lokasi pembuatan Benteng yang akan menjadi pemutus Suplai
makanan dan kebutuhan pasukan Konstantinopel pada saat pengepungan,
penggunaan shot dalam adegan ini menngunakan jarak kameraClose-Up, di
mana visualisasi akan terfokus pada lokasi pembuatan benteng yang baru,
yaitu sebuah gambar benteng di dalam peta dengan struktur bangunan yang
berbau timur. 73
Adegan selanjutnya memvisualisasikan Sultan Mehmed dan semua pasukannya saat pembuatan Benteng. Jarak kamera pada adegan ini adalah long shot, di mana sutradara ingin memperlihatkan sebuah situasi yang sangat sibuk saat-saat pasukan melaksanakan pekerjaanya.
Adegan selanjutnya adalah adegan ketika Constantine sedang berada di istana dengan sekertarisnya pada jarak kamera yang menggunakan long shot, sehingga sutradara berhasil memperlihatkan sebuah situasi yang realistis sebagai representasi dari kondisi Constantine yang sedang marah atas pembengunan benteng yang akan merugikanya dan menulis surat ancaman pada Sultan Mehmed IIdengan Sekertarisnya dan properti yang mendukung narasi.
Potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Sutan yang sedang menunjukan keteguhan atas keputusan yang telah di lakukanya. dan di sisi kanan dan kirinya terdapat Wazir yang setia menemani Sultan situasi yang memperlihatkan sebuah ekspresi para Syuhada. Dalam aegan ini, jarak kamera menggunakan long shot.
Teknis secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter sinematografi. Jarak kamera yang digunakan adalah close up, long shot dan extreme long shot. Pencahayaan yang digunakan cenderung menggunakan sumber cahaya key lighting dengan kualitas hard light yang memperjelas objek. setting yang digunakan tipe shot on location dan studio set. Aspek suara dan editing dalam adegan ini ada dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi tipe sekuen montase, crosscutting, dan match on action yang diiringi musik instrumental. 74
Dalam adegan ini, simbol, ikon dan indeks divisualisasikan berdasarkan narasi. Dari adegan ini tampak adanya simbol keseriusan dan kesungguhan dalam adegan 1. Simbol strategi dan pengambilan kesepakatan
2, Ketegasan dan keyakinan 3. Simbol perjuangan dan kerja keras 4 dan kesombongan dan kemarahan 5. Keteguhan hati seorang pemimpin diantara para Wazirnya. Kelima adegan di atas sebelumnya dibuka dengan visualisasi
Sultan yang sedang membuat strategi pengepungan kota Konstantinopel, diantara Sultan, Wazir, Constantin dan beberapa penduduk Kesultanan
Mehmed yang lainnya.
Ada monolog yang menarik ketika Sultan Mehmed berada dalam amcaman surat yang di kirim oleh Constantine saat pembuatan benteng telah selesai dikerjakan dalam waktu yang singkat. Berikut teks monolog tersebut2:
Sultan Mehmed : Untuk mengakhiri intrik yang terjadi selamaberabad- abad. Rakyatku dan tentaraku bersamaku. Paus telah mengumpulkan dan mempersiapkan pasukanya. Kita akan menyambut kedatangan mereka. Kita akan mengalahkan mereka lagi seperti yang pernah kita lakukan di Varna and Kosovo. Aku tidak seperti para Sultan pendahuluku. Aku adalah Sultan Mehmed Khan. Ini adalah tanahku dan aku berhak membuat benteng di sini. Seluruh tanahku harus berada di bawah kekuasaanku3.
Dalam percakapan ini memberikan gambaran mengenai keteguhan hati seorang Sultan dalam mempertahankan keyakinannya di mata orang lain. Dari petikan monolog tersebut dapat kita temukan sosok Sultan Mehmed II merupakan sosok yang memiliki keteguhan hati dalam memperjuangkan tanah yang ia cintai, terlebih ketika ia berusaha menegakan Bisyarah Rasullulah melalui pengepungan kota yang telah dijanjikan. Dan ini sudah sepatutnya
2 Monolog percakapan ini terdapat pada durasi 47:57 hinga durasi 48:35 3 Monolog percakapan ini dapat dilihat pada durasi 47:57 sampai durasi 48:35 75 menjadi sebuah karakter sorang pemimpin atau mujahid, di mana, sikap rela berkorban demi kepentingan rakyat dan agamanya yang senantiasa dihadirkan di dalam hatinya walau di dalam situasi seperti apapun. Sikap Sultan dalam adegan ini tercermin dalam Al-Qur’an, Surah Al-Anfal (8):60. Allah berfirman:
‰ãt / š 7 ? y #$ Þ$/t ‘ u FèÜs Gt ™#$ $ s #( ‰ã&r u ¨ρß ÏµÎ χθç Ïδö è È≅ø‹⇐ø9 Å Íh ∅ÏΒρ ;ο§θè% ÏiΒ Οç ÷ ó ¨Β Νßγ9 ρ‘ Ï ρ
#( ? $t u n èt !ª #$ t n è?s Ÿ Š #t zy u u ‰ãt u !« #$ θà)Ï Ζè Βρ 4 öΝßγßϑ=÷ ƒ θãΝßϑßγΡ =÷ ω ρóΟß ÎγÏΡ ÏΒ Ì ρ öΝà2¨ρß ρ
š n à? Ÿ F &r u s ) u !« #$ 6™y †û «x ∩∉⊃∪ χθßϑ=ô è ω óΟç Ρ ρ öΝä3ö‹9Î ¤∃θムÈ≅‹Î Î &ó ÏΒ Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Ayat di atas memberikan indikasi bahwasanya di dalam berjuang di jalan Allah, kita harus memiliki komitmen dan konsisten terhadap keyakinan dan prinsip, guna mendapatkan legitimasi dari semua orang. Dan Sultan
Mehmed melalui dialognya di atas, mencoba mencerminkan ayat tersebut sesuai kemampuan dan kapasitas dirinya.
Tanda lain yang dapat kita temukan pada adegan ini adalah bagaimana
Sultan memiliki cita-cita untuk membangun sebuah benteng pengepungan.
Diceritakan bahwa Sultan Mehmed II merupakan salah seorang Pemimpin yang telah di kabarkan Rasulullah melalui Hadist yang selama berabad-abad teah menginspirasi Kehalifahan Utsman tentang Pemimpin terbaik dan pasukan terbaik yang akan menjadi penakluk Konstantinopel. 76
2. Adegan Pengepungan Pertama dan Konflik Internal
Pada adegan selanjutnya, adalah Seperti apakah Penyerangsn yang
dilakukan Sultan dan Konflik yang terjadi di internal kesultanan. Adegan ini
berada pada durasi 01:27:49 dan berjalan sekitar 45 Menit. Setelah perjalanan
panjang persiapan pengepungan dilakukan dan pembuatan meriam raksasa
selesai dibuat, barulah sultan memerintahkan seluruh pasukanya untuk
berangkat bersamanya melakukan pengepungan yang telah lama sultan
nantikan.
Di awal adegan tersebut memperlihatkan situasi banyaknya pasukan
yang di ajak sultan untuk melakukan pengepungan, terlihat pasukan sultan
yang menutupi bukit-bukit tinggi saat melakukan perjalanan, hingga
sesampainya sultan di depan benteng terkuat Konstantinopel sultan di sambut
langsung oleh kaisar Byzantium Konstantinopel. Adegan ini memperlihatkan
negosiasi antara Sultan dan Constantine. Pada adegan ini sutradara
mengunakan Medium Shoot dan teknik Kamera Eye Level sehingga penonton
akan merasakan seolah-olah menjadi bagian didalam negosiasi tersebut.
Kemudian dibelakang kedua kutub yang bertentangan diperlihatkan sebagian
pasukan-pasukan yang siap bertempur dan memperjuangkan keyakinan di
antara mereka, dari pakaian yang mereka pakai terlihat pertemuan dua
kekuasaan yang mewakili Negara timur dan barat. Adegan ini memperlihatkan
beberapa shot yang saling berkesinambungan antara Adegan satu dengan
adegan lainya.
77
Tabel 3.4.
Adegan Pengepungan pertama dan Konflik Internal Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal Pemain Interpretasi Simbolik 1 Sultan Pertemuan dua kekuasaan Mehmed Byzantium (constantinopel) Dan dan Utsmani (Otoman) Constant ine
2 Meriam Kebesaran Pasukan dan Raksasa pesatnya teknologi pasukan Utsmani (Turki) sehingga dapat menciptakan meriam terbesar yang tidak pernah ada pada zaman itu, kengerian terjadi saat mendengar dentuman hulu ledak meriam tersebut. 3 Pasukan Pemakaman masal tanda Muslim banyaknya pasukan sultan Otoman yang gugur merupakan Kekalahan sultan pada kali pertama penyerangan. 78
4 Sultan Kapal-kapal yang memuat Mehmed, logistik makanan yang Wazir terbakar,menjadikan dan pengepungan selama 40 hari Pasukan sia-sia. terlihat sultan yang berada paling depan barisan kehilangan kendali atas amarahnya.
5 Prjurit Mental yang rapuh dan Kehilangan keyakinan atas pengepungan yang sia-sia.
6 Zaganos Menunjukan Konflik Internal Pasha para Wazir dan rasa tidak dan Halil aman berada dalam Pasha penyerangan yang sultan lakukan. 79
7 Sultan Menunjukan keputusasaan Mehmed dan perenungan kembali atas rencana dan strategi perang yang telah dibuatnya.
8 Sultan Bentuk Suport Guru Mehmed Terhadap Murid yang dan dicintainya. Dengan Syaikh menceritakan penyerangan Samsudd yang pernah dilakukan in ayahnya sultan, menjadi penyemangat baru dan tekad
yang bulat atas pengepungan.
Tabel 4.4. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Pengepungan pertama dan konflik internal” Ikon Ikon dalam adegan ini terdapat pada setting lokasi yang dipilih yang masih sangat kental dengan peradaban Turki yang merupakan negara perbatasan Asia dan Eropa. Pakaian yang dipakai oleh sultan mewakili kebudayaan Asia timur, kemudian Constantine yang menggunakan baju Zirah seperti pasukan romawi yang mewakili peradaban dari budaya Eropa. Indeks Indeks di dalam adegan ini terdapat pada kata-kata Sultan ketika ia terus menyerang tanpa menghiraukan pendapat Wazir kepala, bahwasanya Said menolak secara halus namun tetap penuh wibawa untuk tetap menyerang. Sehingga tibul beberapa konflik diantara Wazir-wazirnya. dan Suara yang mengejutkan dan penuh keyakinan menandakan seorang sedang berada pada tingkat emosi tertentu. Simbol Simbol yang muncul adalah bagaimana keimanan individu yang melekat pada sosok Sultan Mehmed II. Secara konvensional, simbol-simbol agama yang dipertahankan dengan keteguhan hati merupakan suatu tindakan yang didasari dari karakter dan kepribadian seorang pemimpin dalam Islam. 80
Adegan ini menceritakan proses pengepugan dan penyerangan yang dilakukan Sultan dan pasukanya. Serangkaian adegan pada tabel 3.4 merupakan proses pengantar adegan menuju adegan penyerangan besar- besaran Sultan. Dapat kita lihat dalam adegan penyerangan pertama Sultan
Mehmed II, bermakna sebuah bentuk represif pemerintahan Sultan terhadap kota Konstantinopel, namun hal tersebut ternyata tak sesuai dengan keinginan sultan karena banyaknya pasukan sultan yang terbunuh dan persediaan makanan terbakar habis oleh pasukan musuh, sehingga ia harus merubah strategi dan mempercepat pengepungan yang tidak direncanakan sebelumnya oleh Sultan.
Unsur mise en scene pada adegan ini memperlihatkan latar atau setting yang diperkirakan menggunakan shot on location, meskipun tingkat kebenarannya masih dipertanyakan. Namun, mood yang coba dibangun serta suasana yang dibangun hampir sama persis seperti peradaban Turki Usmani pada zaman dulu, dengan pintu kayu yang bercorak, Singgasana Sultan, hiasan dinding tenda, bentuk tenda sederhana dan hamparan sebuah peta yang besar di dalam tenda yang membuatnya tampak seperti dalam tenda peperangan di zaman itu.
Aspek lain adalah pada kostum yang dikenakannya. Penggunaan kostum militer yang digunakan dua orang pasukan sultan yang putus asa, merepresentasikan busana anggota militer Yenisseri yang dimiliki Turki
Utsmani saat itu, dengan baju yang mirip gamis namun berkancing mirip dengan kebudayaan Asia yang berwarna merah, serta peralatan lain seperti senjata yang masih menggunakan pedang panjang seperti senapan. 81
Pada tokoh Zaganos Pasha dan Halil Pasha diperlihatkan mengunakan pakaian dan atribut yang berbeda dari pasukan lain sebagai bentuk pembeda dari kasta atau jabatan. Aspek lain adalah tata rias wajah yang tampaknya lebih mendominasikan unsur naturalitas, di mana tata rias tidak begitu menonjol dan cerah. Hal ini diperkirakan untuk merepresentasikan ruang dan waktu dimana pada ssat itu mereka berada dalam keaadaan sedang berperang. khususnya pada zaman itu, kosmetik belum begitu marak diproduksi dan orang pada zaman dahulu tampaknya memang jarang menggunakan peralatan kosmetik selain perempuan yang biasanya menggunakan celak.
Namun, tata rias digunakan untuk merepresentasikan kepribadian tokoh atau pelaku cerita. Warna kostum yang dominan adalah warna gelap.
Biasanya warna gelap identik dengan kejahatan. Namun, semua itu bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam cerita film. Warna hitam dalam film sepertinya ingin merepresentasikan sebuah kondisi budaya masyarakat Turki
Utsmani ketika itu.
Komponen yang dapat kita analisis pada adegan ini adalah pada unsur pencahayaan. Pencahayaan dapat kita analisis melalui arah pencahayaan. Arah pencahayaan pada adegan ini arah lebih memilih top lighting yang fungsinya sekedar ingin menunjukkan jenis pencahayaan (buatan) dalam sebuah adegan, yakni dengan menggunakan lampu-lampu standar. Adapun sumber cahaya yang digunakan sutradara pada adegan ini adalah sumber cahaya utamanya bersifat key lighting dimana cahaya didominasi sumber cahaya yang membuat kontras antara area terang dan gelap saja, karena pada adegan ini kebanyakan dilakukan pada siang hari. 82
Pergerakan kamera dan tipe shot yang ditampilkan pada adegan ini, didominasi oleh long shot type, di mana sutradara ingin memperlihatkan semua pemain yang ketika itu, memang berjumlah tidak sedikit. Pergerakan kamera juga tidak terlalu dinamis. Visualisasi dibuat se-natural mungkin, guna ingin merepresentasikan kondisi masa lampau yang memang apa adanya.
Unsur historis yang mendominasi genre film, membuat film ini tampak ingin dikemas sesuai aslinya.
Dari segi suara, adegan ini tidak menghadirkan dieges-dieges yang cenderung diegetic sound. Jadi, sumber suara diperoleh langsung dari pemain yang memperagakan action-action pada shot-shot tersebut. Namun, terkadang ada pula suara-suara yang sekilas muncul dengan dominasi suara orkestra yang kompleks, namun menghasilkan suara merdu dan mendayu yang membawa penonton kepada satu kondisi penuh khidmat.
Ada sebuah dialog yang menarik antara Sultan Mehmed II dengan
Constantine XI Saat melakukan negosiasi dalam penyerangan pertamanya.
Constantine menyambut Sultan dengan ucapan salam yang diucapkan umat muslim dan kemudian sultan mengucapkan salam yang biasa di ucapkan umat
Kristen Ortodoks, pada hari itu sultan menjelaskan mengapa pengepungan ini dilakukan padahal perjanjian damai diantara mereka masih mereka pegang.
Pada intinya, dari dialog tersebut, Sultan menginginkan Constantine untuk segera menyerahkan kotanya secara damai dan harta mereka titetap menjadi milik mereka, dengan syarat pemerintahan berada dibawah kepemimpinan sultan. Berikut ini adalah percakapan tersebut:
83
Constantine XI : Assalamu Alaikum Sultan Mehmed II : Kalos Antamothsikame. Contantine XI : Aku harap aku bisa menjadi tuan rumah yang baik di istanaku tetapi Anda terlalu ramai. Sultan Mehmed II : Terima kasih atas keramahan anda, Kaisar. Anda adalah tuan rumah yang baik. Constantine XI : Aku ingin mengingatkan Anda bahwatembok kami, juga iman kami. Dalam sejarah tidak ada yang pernah bisa meruntuhkannya, Sultan. Sultan Mehmed II : Setelah pengepungan, Anda tidak akan pernah mengatakan hal itu lagi, Kaisar. Constantine XI : Tembok kota kami telah mengalami banyak penyerangan sebelumnya. Dan yang terakhir dilakukan ayah Anda. Tapi ia gagal, sama seperti yang lain Sultan Mehmed II : Kami datang ke sini untuk membuktikan perkataanmu Jika Anda menyerah sekarang, Anda beserta rakyat dan keluarga mereka akan hidup dalam damai. Kita tidak akan menyentuh harta kalian. Constantine XI : Berarti akan ada banyak darah yang tertumpah, terutama darah Anda. Sultan Mehmed II : Kami mematuhi yang diperintahkan Al-Quran.
Dari petikan percakapan diatas, tampak sebuah isyarat bahwa Sultan sangat tegas dalam mempertahankan prinsipnya terlebih mengenai ajaran agama Islam. Ramah tamah sebagai simbol bangsawan dalam negosiasi pada saat itu, Tembok yang tak terkalahkan menjadi simbol kesombongan bangsa
Konstantinopel dan mendahulukan kepentingan dari rakyatnya adalah ciri-ciri dari kepemimpinan dalam Islam. Baju Zirah perang memiliki simbol kemewahan dan kegagahan dari sebuah bangsa yang cukup terkonstruksi dengan baik dalam adegan ini. Negosiasi sebagai bentuk peradaban yang memegang nilai-nilai kemanusiaan dan memberikan stigma positif terhadap bentuk Kepemimpinan. Terlebih saat sultan seolah member tahu langsung kepada kita dengan pernyataan sultan yang mengatakan ”Kami Sangatangat 84
Memetuhi yang diperintahkan Al-Quran”, sikap ini tercermin dalam Qs.Al-
Azhab 36 Allah berfirman:
u z ƒ #$ s t t &r # &r &! ™‘u u !ª #$ Ó| s #Œs ) u Ÿ u t %x $t u äο Ï ø: ãΝßγ9 βθä3ƒ β · øΒ ÿ…ã è θß ρ % Î >πΖÏΒ÷σãΒ ωρ 9ÏΒ÷σßϑÏ9 β . Βρ
$ 7 n Ê| Ê| ‰s ùs &!s ™‘u u !© #$ Èèt t u &r ∩⊂∉∪ YΖ Î •Β Wξ≈= ¨≅ ô ) …ã θß ρ Ä ÷ ƒ Βρ 3 öΝÏδÌ øΒ ôÏΒ Yang Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata4.
Surat Al-Azhab ayat 36 diatas sesungguhnya merupakan ayat yang
sangat tegas memerintahkan untuk taat kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(as-Sunah. Siapa siapa yang tidak taat kepada keduanya, maka ia telah durhaka
dan barang siapa yang durhaka, maka ia telah tersesat dengan sesat nyang
nyata.
Setelah melakukan negosiasi, kemudian shot beralih pada penyerangan
pertahanan kota Konstantinopel saat itu. Adegan ini didominasi dengan
kegiatan monolog para prajurit yang meneriakan semangat perjuangannya
menembus benteng kota Konstantinopel. dan berakhir saat terbenamnya
matahari. Banyaknya korban yang yang berjatuhan kemudian kapal-kapal
pengangkut logistik yang terbakar membuat pasukan Sultan putus asa dan
membuat Sultan Mehmed II merenungkan rencana pengepungan yang
dilakukan selama 40 hari yang tidak membuahkan hasil apapun, sultan malah
meerima kekalahan yang membuat sultan tidak mau keluar dari tendanya
selama 2 hari berturut-turut. Diceritakan dalam film kejadian ini membuat
4 http://quran-sunnah.net/as-sunnah/ketaatan-kepada-rasulullah-tidak-bisa-dipisahkan-dari- ketaatan-kepada-allah-as-sunnah-adalah-hujjah-sumber-pensyariatan-di-dalam-islam-setelah-al- quran/#sthash.4wQ4CMIy.dpbs 85 mental prajuritnya turun dan perselisihan diaantara wajir-wajir itu semakin terlihat.
Pergerakan kamera dan editing didominasi pola cut to, di mana perpindahan shot satu ke shot yang lain memunculkan efek memotong gambar secara langsung, tanpa jeda. Namun, secara keseluruhan, adegan ini mencoba membangun narasi mengenai perjuangan Sultan dan sejarah perjuangan untuk menaklukan benteng kota Konstantinopel pada saat itu. Hal tersebut dapat terlihat dari dialog berikut:
Sultan Mehmed II : Sheik Selamat datang Sheik Samsuddin : Terima kasih, Mehmed. Bagaimana keadaanmu? Kenapa pasukanmu tidak menyerang? Sultan Mehmed II : Kami sudah 40 hari di sini. Sheik Samsuddin : Kesabaran diperlukan dalam hal ini. Itu yang membuat tujuan hidup dan impianmu Tercapai. Aku tahu, kegagalan telah embuatmu dan tentaramu kecewa. Itu sangat mempengaruhi tentaramu. Dan orang-orang itu yang merayakannya. Mari Mehmed Ikuti aku. Sheik Samsuddin : Sebelum aku kemari aku telah berdoa selama tiga malam berturut-turut. Meminta tanda apakah penyerangan ini diperuntukkan untuk kebaikan atau tidak. Terima kasih kepada Allah, Aku medapatkan apa yang aku minta pada malam terakhir. Aku melihat Ayyub Al- Anshari, ra. dalam mimpiku.beliau mengatakan kepadaku letak makamnya, dan menginginkan aku untuk menunjukkannya kepadamu. Katakan kepadanya, mengapa aku dimakamkan begitu dekat dengan tembok itu. Seperti yang kau ketahui, Ayyub ra. Ikut dengan pengepungan Konstantinopel, bersama dengan tentara Muslim, dia tidak meninggalkan tembok itu sampai ia wafat. Dan dia tidak muda seperti dirimu, dia sudah tua dan dalam keadaan sakit. Kamu tidak boleh menyerah, Mehmed, kamu datang ke sini adalah sebagai pemimpin yang telah diramalkan. Pergilah dan pimpin tentaramu. 86
Jika kamu tidak melakukannya sekarang. kamu tidak akan pernah bisa melakukannya lagi. Bangkitkan kembali semangatmu, dan tunjukan kepada semua orang jiwa kepemimpinanmu. Kamu memiliki kemampuan untuk itu. Ingatlah. semakin tinggi pohon maka angin semakin kencang menerpanya. Sultan Mehmed II : Aku tidak akan kembali sebelum aku mengambil alih kota ini ayah.
Disisni diperlihatkan usaha Sultan yang begitu keras kemudian
didukung oleh gurunya yang sangat ia hormati menjadikan Sultan Mehemed
memiliki keyakianan dan semangat untuk memperjuangkan Bisyarah
Rasulullah yang telah digambarkan kepadanya atas Kota konstantinopel yang
akan ditaklukannya. Adegan inilah yang akhirnya menjadi titik tolak dalam
meneliti adegan utama mengenai Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih
dalam Film. Adapun unsur semiotika pada adegan ini adalah terletak pada
denotasi dan konotasi yang muncul melalui ikon, indeks dan simbol yang
dihadirkan pada beberapa shot yang ditampilkan. Namun, secara global,
peneliti melihat sebuah narasi yang memiliki pola linier ditampilkan sutradara
pada durasi-durasi pertengahan ini.
3. Adegan Pengepungan kedua dan Serangan Besar-besaran
Adegan Pengepungan dan Peperangan Besar memiliki durasi yang
cukup panjang, karena ada beberapa adegan yang berhubungan dengan sejarah
tentang pembuatan sebuah Meriam yang ukuranya tidak dapat diperkirakan
pasukan musuh, Sultan memerintahkan seorang ahli persenjataan untuk
membuat meriam terbesar yang tak pernah ada di zaman itu. Adegan dimulai
dari durasi 02:05:07 hingga 02:14:01 Hal ini dikarenakan persiapan 87 pengepungan. Namun pada penelitian kali ini, peneliti akan mencoba meringkas dan menarasikan poin-poin penting mengenai pengepungan yang dilakukan Sultan. Adegan ini dimulai pada saat Sultan mengusulkan Strategi perang yang tidak terduga oleh pasukan Konstantinopel, Sultan memerintahkan Laksamana dan pasukan-pasukan lautnya untuk menyeret kapal-kapal yang tidak bisa memasuki teluk Golden Horn melalui jalan darat,
Adegan ini memperlihatkan kengerian di mata pasukan Konstantinopel dan rakyatnya, terlihat pasukan dari Sultan Mehmed sedang menyeret kapal-kapal besar yang dimilikinya menyebrangi jalur daratan, seolah-olah mereka sedang berlayar menuju kedalam Teluk Golden Horn yang ketika berada dilautan di jaga oleh rantai raksasa sehinga kapal sultan tidak dapat memasuki Teluk.
Setelah pada adegan ini, narasi beralih kepada adegan ketika Sultan berkhutbah Adegan ini, sutradara memperlihatkan Sultan dengan atribut yang menyertainya. Di atas bukit pada malam hari, diperlihatkan Sultan bersma dengan Gurunya dan para Wazirnya. Dalam adegan ini sultan berkata bahwa kemenangan hanya akan diraih dengan keyakinan iman, kemudian dalam kondisi yang sangat bersemangat Sultan mengingatkan agar pasukanya mengingat Bisyarah Rasulullah tentang pembebasan tanah Konstantinopel yang hanya akan diraih oleh Sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Maka dalam pandangan islam tentang seorang Sultan/Pemimpin yaitu merupakan perwakilan Tuhan di muka bumi maka ketika Sultan berkhutbah dan menyeru para pasukannya seraya menyebut asma Allah, pasukanya memiliki keyakinan dalam perjuangan atas pembuktian dari
Bisyarah Rasulullah yang dirindukan umat Muslim saat itu. 88
Setelah shot berkhutbah pada pasukan selesai, kemudian shot berpindah dengan editing cut to kepada wajah Sultan dengan tipe shot medium
Close Up yang berfungsi untuk melihatkan objek secara dekat dan memperjelas karakter dari objek yang diambil. Dalam adegan tersebut, diperlihatkan pula Sultan mengenakan baju jirah perang yang tebal untuk melindungi tubuhnya dari serangan lawan, karena pada saat itu telah terjadi peperangan sebelumnya. Dan pelindung kepala cirri khas ke-Timuran yang dikenakan Sultan Mehmed II, kemudian terlihat sultan mengepalkan tangan kanan berusaha menyemangati para pasukan yang sedang berdiri dihadapanya dengan menyebut asma Allah, kemudian ia acungkan pedang sebagai simbol perlawan terhadap kedzoliman. Setelah adegan di atas, kemudian sutradara melakukan perpindahan tempat dengan melakukan Cut Editing pada gambar mengunakan teknik kamera Medium Long Shoot. Terlihat sultan sedang melaksanakan kewajiban salat, seting tempat pada saat itu terlihat cuaca di sore hari yang menandakan akan tenggelamnya matahari, terlihat Sultan sedang mengimami pasukanya sebelum memulai serangan besar-besaran.
Barulah kemudian adegan berpindah setting kamera dengan menggunakan teknik kamera Long Shoot di sebuah lapangan yang memiliki latar belakang peralatan perang dan benteng-benteng buatan untuk mencapai ketingian benteng yang akan ditembusnya. Pada adegan ini pemain jumlahnya cukup banyak yang coba memberikan gambaran bahwasanya saat itu meggambarkan Bisyarah Rasullulah tentang sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan. diceritakan sultan melakukan pemilihan khusus pada pasukan yang akan berangkat bersamanya untuk melakukan pengepungan Konstantinopel. 89
Selain mahir dalam peperangan sultan memilih pasukan yang taat beribadah kepada Allah dan menjalankan sunah Rasulullah. Diperlihatkan pula pada saat itu cuaca sore hari yang ditandai dengan langit-langit gelap dan meguning tanda akan tengelamnya matahari. Dalam adegan tersebut, tampak Sultan dan pasukanya sedang melaksanakan solat Maghrib.
Adegan serangan besar-besaran dimulai saat pemimpin regu dari pasukan pengali terowongan yang dapat menembus jalur bawah tanah menuju benteng Konstantinopel melakukan bom bunuh diri untuk memastikan bahwa pekerjaanya itu tidak ada kesalahan lagi sperti sebelumnya yang pernah dilakukan ketika puluhan anak buahnya terkurung di dalam lorong karena strateginya diketahui pasukan Konstantinopel dan menjadi korban, dalam adegan ini dapat di intrpretasikan tentang pemimpin regu yang rela berkorban demi anak buahnya sehingga tidak terlalu banyak jumlah korban yang jatuh kemudian dengan berjihad di jalan Allah ketua regu ini meledakan dirinya didalam lorong yang tepat pada Benteng pertahanan kota, sutradara membuat adegan ini begitu singkat, tetapi dengan maksud dan tujuan yang jelas mengapa ia melakukan adegan bom bunuh diri di saat akan memulai penyerangan besar. Kemudian shoot berpindah dengan editing Cut to pada layar terlihat benteng yang dihancurkan akibat aksi bom yang diledakan oleh regu penggali terowongan. Adegan ini divisualisasikan dengan beberapa tenik
Editing saat benteng hancur dengan efek Editing yang seolah terlihat nyata
Kemudian pada adegan selanjutnya dengan wajah penuh keyakinan penyerangan besar-besaran dimulai ketika sultan mehmed melihat sebagian benteng yang kokoh itu hancur karena bom yang disebabkan regu pengali 90 terowongan, kemudian sultan memerintahkan meriam raksasa untuk segera di tembakan kearah yang sama, dan membuat benteng Kota konstantinopel hancur. Adegan tercermin dalam fiman Allah SWT dalam Surat Al-Hasyr
(59):2
#( 7¡Gt ts s ] my !ª #$ 9?s 'r ùs !« #$ z Á m Gèy $ &r #( ßs u ( θç Å ø † óΟ9 ß ø‹ ôÏΒ ãΝßγ ÏiΒ θΝÝåκçΞ ã óΟßγç ÏΡ ¨Β Οßγ¯Ρ þθ‘Ζ ρ
#( 9Ft ã$ùs t #$ ‰ &r u ‰ 'r / Es / t /ƒ =| ã #$ 5 û t ‹x s u ρç É ô ÏΖÏΒ÷σßϑø9 “Ï ÷ƒ ρ ‰öΝÍκ Ï ÷ƒ Î Νåκ θã‹ç βθç Ì ø ä† 4 ô ” 9 ãΝÍκÍ θè=è% ’Î ∃ %ρ
Á| /F #$ ' '¯ t ∩⊄∪ Ì ≈ ö { ’Í<ρé ≈ƒ
Artinya: dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang- orang yang mempunyai wawasan.
Terlihat sultan yang menunggangi kuda dan beberapa atribut perang seperti panji-panji di sekelilingnya mengantarkan sultan untuk segera menyerang benteng yang telah hancur lebur. Dalam penyerangan ini, sutradara memunculkan setidaknya tiga pemain di dalam farme, yaitu Sultan, pengawal, dan satu lagi pemain yang tampak pasif.
91
Tabel 5.4. Ikon,Indeks dan Simbol Dalam Adegan Pengepungan Kedua dan Serangan Besar Ikon Ikon dalam adegan ini adalah kehancurn tembok yang digambarkan dan sultan menjadi ikon atas keyakinannya menbobol Benteng Pertahanan Kota dan Panji-panji dengan tulisan dua kalimat syahadat. Selain itu, kondisi alam yang dialami Sultan, memiliki kesamaan dengan cerita asli. Indeks Indeks dalam adegan ini antara lain, kata-kata Sultan pada saat berkhutbah yang diucapkan dengan nada tinggi sebagai bentuk penyemangat. Perintah Sultan untuk mengarahkan pasukannya harus memiliki keyakinan iman yang mengisyaratkan Sultan dan pasukanya adalah sebaik-baiknya pasukan dan sebik-baiknya pemimpin yang dikatakan Rasullulah SAW. Simbol Melaksanakan Salat sebelum berperang sebagai simbol keimanan dan penyerangan besar-besaran akan dilakukan. Kapal kapal Yang diangkut melalu jalan darat pada tabel… menyimbolkan kegigihan pasukan.
Tabel 6.4.
Adegan Pengepungan kedua dan Serangan besar-besaran Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal Pemain Interpretasi Simbolik 1 Pasukan Semangat prajurit untuk Sultan merebut kemenangan Mehmed sehingga melakukan hal yang tiidak pernah dilakukan pasukan manapun pada saat itu.
92
2 Pasukan Kapal yang melintasi lembah Sultan menjadikan strategi perang Mehmed Sultan Mehmed II yang tidak dapat diperkirakan oleh pasukan konstantinopel.
3 Pasukan Banyaknya jumlah pasukan Muslim muslim dalam pegepungan Otoman Konstantinopel
4 Sultan Memiliki keyakinan penuh Mehmed, pada pasukan yang telah Halil disiapkan atas kota yang telah Pasha, dijanjikan dan Syaikh samsudin
93
5 Sultan Simbol dari Keyakinan atas Mehmed kemenangan kaum Muslim dan Para tidak lain ditentukan pada Wazir kualitas ibadah mereka.
6 Sultan Perilaku yang dapat Mehmed, mendekatkan diri kepada Wazir Allah SWT yang memegang dan kunci kemenangan Pasukan
7 Wazir Akan memulai serangan dan besar-besaran dan berjihad di Pasukan jalan Allah setelah menggugurkan kewajiban sebagai seorang Muslim yang ta’at.
94
8 Pasukan Berjihad di jalan Allah pengali pasukan penggali tanah ini lorong melakukan bom bunuh diri agar memastikan pekerjaanya tidak di gagalkan pasukan Konstantiopel.
9 visual Tanda dari kehancuran kota benteng Konstantiopel yang memiliki iman pada tembok kotanya.
10 Sultan Perintah Sultan atau dan Pemimpin dalam Islam pasukan merupakan cerminan dari perintah Allah Swt. Dalam adegan ini sultan memerintahkan penyerangan besar-besaran untuk menghancurkan benteng Konstantiopel.
95
C. Narasi Adegan yang Diteliti
Selanjutnya akan peneliti sajikan Sebelum menganalisis secara detail
bagaimana narasi dalam adegan khusus, yang akan memaparkan komponen-
komponen naratif yang dapat dijadikan acuan dalam memahami adegan
khusus berdasarkan unsur naratif film.
1. Tokoh
Tokoh pada adegan ini terdiri dari tokoh utama dan tokoh
pembantu. Tokoh utama pada adegan ini adalah Sultan Mehmed II. Sultan
divisualisasikan sebagai seorang tokoh protagonis yang memiliki sifat
heroik, pantang menyerah, tegas dan penyayang. Dalam adegan ini, dirinya
divisualisasikan sebagai sosok yang pantang menyerah, berdedikasi tinggi,
dan berwibawa. Meskipun kondisi Kesultanan berada di dalam konflik
Internal, kemudian dirinya tak henti-hentinya memikirkan pembebasan
Kota Konstantinopel dan tak henti-hentinya memberikan contoh sikap dan
wejangan kepada pasukannya untuk tetap bertahan memperjuangkan
Bisyarah Rasulullah SAW, walau dalam kondisi apapun. Adapun tokoh
antagonis, yaitu Constantine XI. Constantine divisualisasikan sebagai
pemicu konflik. Ketika Sultan diancam akan digulingkan dari kekuasaanya
atas kerajaaan Turki Utsmani (Ottoman) Selain itu, Constantine
memerintahkan Sultan untuk membayar upeti dua kali lipat dari tahun
sebelumnya tanpa alasan yang jelas. Didalam suratnya tersebut terkesan
kekaisaran Byzantium Konstantinopel memaksa untuk menaikan pajak
tanpa penjelasan.
96
2. Masalah dan Konflik
Masalah yang muncul pada adegan Kepemimpinan antara lain ketika
Mayoritas masyarakat Konstantinopel ketakutan dan tidak menerima
kepemimpinan sultan sebelum seultan menjaelaskan kepada mereka apa arti
dari pengepungan yang dilakukannya. Konflik yang muncul pada adegan di
Hagia Sophia hanya ada satu, yaitu konflik batin Sultan Saat Dirinya merasa
tidak diterima Masyarakat Konstantinopel sehingga Sultan memberikan
sebuah pernyataan dan berjanji kepada seluruh masyarakat Konstantinopel.
3. Lokasi
Lokasi utama yang digunakan dalam adegan ini adalah Sebuah Gereja
Hagia Sophia. Yang saat ini menjadi mesjid termegah di dataran kesultanan
Turki Utsmani. sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup baik
dengan properti dan setting latar yang memadai yang cukup menghadirkan
sebuah realisme ketika Hagia Sophia. Dan pintu gerbang kota Konstantinopel
yang di visualisasikan dengan teknik editing pada gambar kota, namun cukup
baik dan akan terlihat nyata pada gambar, karena pencahayaan gambar sangant
tepat.
4. Waktu
Penggunaan waktu dalam adegan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siang, di mana segala aktifitas harian dan konflik dimunculkan dalam waktu
ini. Tinjauan lain adalah dapat kita lihat pada musim panas. Ketika di Gereja,
setting divisualisasikan cerah karena sinar matahari menyinari bagian dari
bangunan yang tembus kedalam ruangan, sehingga sultan menggunakan
pakaian yang tebal untuk melindungi kulitnya dari terik matahari ketika itu. 97
Gaya Kepemimpinan Sultan di adegan utama pada film ini, memiliki durasi kurang lebih 3 menit, yakni pada durasi 02:26:41 hingga 02:29:30 dengan 2 setting yang berbeda, yaitu di gerbang kota Konstantinopel dan di
Gereja Hagia Sophia. Setting awal yang muncul adalah di Gerbang Kota
Konstantinopel. Pada gerbang divisualisasikan seorang Sultan dan pasukanya berjalan menuju kota konstantinopel. Dalam film ini, tidak di jelaskan nama gerbang yang di lewati oleh Sultan, tetapi visualisasi film sesuai dengan sejarah yang diceritakan.
Dari sinilah kemudian sultan melihat mayat kaisar Constantine dan
Paglima perang yang bernama Notras beserta jajaranya yang terlihat berlutut dihadapan sultan, kemudian sultan menyuruhnya berdiri dan berkata “Maka makamkanlah kaisarmu sesuai dengan kepercayaanmu”, Setelah itu Sultan
Mehmed II ditemani Syeikh Samsuddin, dan para wazirnya memasuki
Gerbang kota Konstantinopel dengan kibaran Ak Sancak (bendera putih yang bertuliskan dua kalimat syahadat) dan bendera merah,hijau khas Kekalifahan
Turki Utsmani yang bertuliskan syahadat dengan bulan sabitnya, lalu setelah ia melihat kota Konstantinopel, terlihat mimik wajahnya mengucapkan syukur karena kekagumanya atas keindahan kota Konstantinopel yang berhasil ditaklukanya.
Setelah peristiwa tersebut, adegan berpindah ke setting gereja, di mana sultan sengaja tidak membawa masuk pasukan untuk memasuki kedalamnya.
Tampak suatu kondisi yang memperlihatkan kekhawatiran dalam adegan ini.
Penduduk Konstantinopel khawatir dan mereka merasa sangat ketakutan ketika melihat Sultan Mehmehd II divisualisasikan seorang ibu yang 98 menggendong seorang balita yang sedang menangis saat sultan hendak melewati pintu gereja yang terlihat besar dan megah, sultan kemudian berusaha mendekati kerumunan tersebut dan menenangkan penduduk yang ketakutan dengan mengatakan, “Jangan takut mulai saat ini hidup kalian, harta kalian, adalah bagian dari kami juga, dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian” kemudian terlihat wajah pendeta dan penduduk yang tadinya tertunduk ketakutan berubah dengan senyuman dan kebahagiaan karena sebelumnya mayoritas Penduduk adalah pemeluk Agama Kristen
Ortodoks, yang dengan paksa oleh kaisar Constantine agar mereka mau berdoa bersama menurut ajaran Kristen Katolik Roma, karena paus akan membantu
Konstantinopel dengan syarat mereka mau berdoa bersama dan menerima otoritas Kristen Katolik pada pemerintahan Konstantinopel kemudian pasukan
Salib akan diperbantukan pada perang tersebut. Saat mendengar penyataan
Seorang Sultan yang dikira akan memerangi agama mereka, senyuman di wajah para penduduk seakan menerima ortoritas sultan sebagai pemegang tangkub pemerintahan Konstantinopel, divisualisasikan seorang balita yang tadinya menagis kemudian di peluk sultan dan kemudian anak itu mencium mencium pipi Sultan Mehmed II.
Pada sekuen akhir tersebut, Sultan divisualisasikan sangat memiliki otoritas dalam menentukan keputusan. Pada bagian akhir film terdapat sebuah visualisasi menarik, yaitu saat kamera bergerak ke atas bangunan dan memperlihatkan matahari yang bersinar berwarna keemasan setelah seorang anak dari penduduk Konstantinopel memeluk dam mencium pipi Sultan
Dari paparan narasi di atas, dapat peneliti kaji bahwasanya mitos yang ingin dibangun di dalam narasi tersebut adalah melalui tokoh Sultan sendiri, 99
dengan setting atau latar di mana adegan diambil, melalui kata-kata yang
digunakan di dalam dialog dan monolog yang dilakukan para pemain. Adapun
penjelasan mitos secara lebih detail dapat dilihat pada tabel konvensi dan tabel
denotasi dan konotasi.
D. Semiotik Kepemimpinan Dalam Adegan Utama
1. Fokus Permasalahan Tanda-Tanda dan Kode
Setiap adegan memiliki tanda- tanda dan kode dalam adegan dapat
kita lihat dari segala sesuatu yang menonjol yang ditampilkan dan secara
alami memiliki makna tertentu. Tetapi tanda-tanda yang memiliki makna
atau ide-ide tertentu, jelas merupakan hasil representasi dari setiap peneliti
yang membutuhkan pengetahuan seputar konvensi yang berlaku dalam
sebuah wilayah tertentu.
Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba mencari unsur Tanda dan
kode pada adegan kepemimpinan pada Sekuen adegan utama dengan
mengklasifikasikan tanda-tanda yang memiliki makna lain atau yang
disebut sebagai konotasi. Pemilihan denotasi dan konotasi dapat melalui
beberapa objek yang dapat dirasakan maupun di dengar. Adapun denotasi
dan konotasi adegan utama pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
100
a. Denotasi dan Konotasi Pada Fokus Permasalahan Tanda dan Kode
Tabel 7.4. Analisis Tanda Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam Skenario Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos Sultan Status kehormatan yang mengisyaratkan sebuah kepemimpinan dan kealiman. Pemimpin dalam islam Pria Kegagahan dan keberanian dalam mengayomi kaum lemah, anak-anak dan wanita. Sorban Kesalehan yang disertai intensitas ibadah yang tinggi serta keistimewaan dalam pribadi. Jubah / gamis Tanda kebesaran dan teladan kaum agamis. Pendeta Penterjemah setiap tanda dan simbol agama melalui kacamata kesucian. Pedang Media untuk melambangkan kekuatan dalam memerintah dan menjadi pelindung bagi masyarakat. Sumber kekuatan yang tidak dapat bersuara. Pintu gerbang Masa depan dan peradaban dalam sebuah kerajaan, jalan utama dan mejadi penghormatan bagi yang berjalan diatasnya sebagai bentuk penerimaan di mata sosial Bendera Identitas, melambangkan sebuah kehormatan dan nilai- nilai ideologi Kumis Kenyamanan secara fisik bagi kaum pria. Penjagaan terhadap nilai-nilai suatu ajaran dan budaya. Kuda perang Perangkat perang yang menjadi simbol kecepatan, berwibawa dan perkasa Wanita Lemah lembut, penyayang, menjadi pengabdi yang taat. Gereja Perangkat keagamaan dan Tempat peribadatan umat Kristen Ketakutan Tidak percaya yang meghasilkan bentuk ketidaknyamanan
Sederhana Nilai dari sebuah ajaran yang mengedepankan kepentingan akhirat daripada dunia. Anak kecil Polos, simbol Kasih sayang, kelemahan bagi setiap orang tua. Wazir Aparatur Negara dalam bidang tertentu dan Struktur dalam kepemimpinan Turki Utsmani Prajurit Perangkat pemerintahan dan menjadi simbol kekuatan dalam peperangan. Pelukan Memberikan keghangatan dan ekspresi penerimaan dalam kondisi tertentu. Guru Pahlawan yang ikhlas mentrasnformasikan ilmu yang dimilikinya. Ustadz Status yang menandakan bahwa seseorang telah mencapai derajat dan tingkat tertentu. 101
b. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-fatih dalam Film Fetih”.
Tabel 8.4.
Ikon Gereja dengan pendetanya menjadi ikon keagamaan yang sudah memiliki indentitas. Surban yang dikenakan Sultan Mehmed yang mirip dengan surban yang dipakai bangsawan-bangsawan ketimuran. Gamis atau jubahnya yang panjang juga memiliki persamaan dengan budaya negara lain. Pedang, kuda perang, pintu gerbang, dan bendera yang mewakili ideologi sebagai identitas diri. Pada dasarnya ikon identik dengan gambar atau benda lain yang memiliki kemiripan terhadap suatu objek. Namun, pada bagian ini peneliti ingin mencoba mengeksplorasi bentuk lain dari ikon sebagai term yang menyatakan sebagai kemiripan. Indeks Perkataan, yang memiliki unsur pengaruh terhadap sebuah peristiwa. Di dalam adegan ini, khususnya telah terangkum dalam sebuah teks besar dalam percakapan maupun narasi. Terdapat beberapa indeks yang muncul dan cukup dominan pada adegan tersebut. Yang pertama terletak pada ketakutan penduduk Konstantinopel saat kedatangan sultan ke gereja. Mengahruskan sultan memberikan pernyataan dalam k Kata-kata Sultan yang sudah terangkum terhadap parapenduduk Konstantinopel dengan toleransi dan memberikan kebebasan memeluk agama. Berikut kata-kata tersebut: ”Jangan takut. Mulai saat ini, hidup kalian harta kalian adalah bagian dari kami juga. Dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian. Setelah percakapan ini, penduduk pun menerima otoritas Sultan sebagai pemegang kekuasaan atas Konstantinopel. Simbol Tutur kata yang sopan dan santun dari Sultan sebagai simbol keagungan dari sebuah pemimpin yang memiliki keilmuan dan intelektualitas. Pakaian dan atribut lain sebagai simbol agama dan kekuasaan. Mencintai sesama dan anak-anak sebagai simbol cinta kasih terhadap yang lemah. Sikap tenang dan tidak terburu-buru sebagai simbol kesabaran dan keteguhan.
2. Tabulasi Analisis Elemen Adegan
Sebelum masuk pada penelitian elemen film, peneliti mencoba
memunculkan beberapa potongan shot yang berhubungan langsung dengan
pokok permasalahan dalam penelitian ini, berikut visualisasinya:
102
Tabel 9.4.
Visualisasi shot dari Adegan “Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih”
Adegan Utama Adegan-adegan Pendukung
02:26:44
02:26:47
02:27:04 103
02:27:51
02:28:17
02:28:04
02:28:22
104
02:28:25
02:28:50
02:28:53
02:29:13 105
02:29:25
3. Analisis Narasi dan Simbolik Antara Adegan Utama dan Pendukung
Pada Tabel 9.3.
Pada tabel di atas menunjukkan adegan-adegan dengan narasi yang
berhubungan satu sama lain. Adegan berikut akan peneliti analisis sesuai
dengan kebutuhan analisis film dari Christian Metz. Dalam adegan yang terdiri
dari rangkaian gambar tersebut, Faruk Aksoy sebagai sutradara film ini
mencoba menggambarkan sebuah nilai-nilai penting terkait dengan
kepemimpinan dalam Isalam.
Pada adegan yang pertama di kolom ke 1, menunjukkan simbol
Kepemimpinan dalam islam, simbol terdapat pada iring-iringan sultan saat
masuk gerbang kota Konstantinopel yang membawa panji-panji dengan tulisan
dua kalimat syahadat sekaligus menjadi media dakwah sultan kemanupun ia
melangkah didalam film ini kibaran bendera Ak Sancak selalu hadir dalam
setiap perjalanan Sultan. Penampilan gambar ini diambil dengan teknik
medium close up oleh kamera dari Anggel menarik yang seakan-akan ingin
mengetahui lebih dekat perjalan Sultan menuju Kota Konstantinopel. 106
Pada scene yang ke 2, dapat kita lihat adegan ketika sultan disambut oleh pasukanya yang berbaris membentuk dua barisan yang diantara barisan itu mereka memberikan jalan kepada Sultan diiringi kata yang serentntak dan terucap dari mulut mereka mengatakan ”Hidup Sultan” berulang-ulang kali selama sultan melewati barisan tersebut seolah ucapan syukur pasukan karena memiliki pemimpin dan menjadi pasukan yang terlah diriwatkan untuk menaklukan benteng Konstantinopel. Adegan ini dapat dilihat pada durasi menit ke 02:25:50. Adegan ini ditampilkan untuk menyajikan suatu fakta dan bukti tentang apa yang terjadi Saat itu ketika Sultan hendak memasuki Kota.
Adegan selanjutnya pada scene pendukung yang ke 2, kolom ke 2.
Setelah disambut dengan sangat meriah oleh para pasukanya, Sultan langsung memperingatkan pasukannya berhenti karena melihat tawanan yang tertangkap pasukanya, Dalam adegan ini bisa kita lihat Sultan mengankat tanganya agar situasi menjadi tenang saat ia akan mengatakan kebijakan ketika melihat mayat kaisar Constantine yang dibawa oleh Notras dan senatornya.
Pada scene pendukung yang ke 3, memperlihatkan tawanan dan mayat
Kaisar Constantine saat sultan memulai katakan kebijakan untuk setiap tawanan dan mayat Kaisar, Sultan menyuruh mereka untuk berdiri dan berkatalah sultan kepadanya: “Makamkanlah Kaisarmu sesuai dengan kepercayaanmu” pada perkataan ini Sultan Mehemed II menjadi contoh yang baik sekaligus mengambarkan nilai-nilai toleransi yang dimiliki umat Islam kepada seluruh pasukanya khususnya kepada umat Kristiani yang pada saat itu telah menjadi tawanan pasukan Sultan. Nilai-nilai tersebut dalam islam tergambar jelas dalam ayat Al-Quran surat Al-Kafirun – 06: 107
Š u u /Š / s ∩∉∪ ÈÏ ’Í<ρ öƒÏä3ãΨ ö ä39 Yang artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Adegan pendukung selanjutnya adalah wajah Saikh Samsuddin yang terlihat sangat bangga memiliki murid seperti Sultan yang memegang teguh prinsip dan nilai-nilai toleransi antar umat beragama, Saikh Samsuddin divisualisasikan dengan wajah tersenyum kemudian melanjutkan perjalanannya mengiringi sultan masuk ke dalam kota konstantinopel. Adegan ini memperlihatkan bahwasanya senyuman Saikh adalah senyuman seorang guru yang bangga terhadap muridnya yang mengamalkan nilai-nilai yang telah ia ajarkan.
Adegan pendukung selanjutnya memperlihatkan Sultan Mehmed II memasuki pintu gerbang Gereja Haggia Sophia yang dikawal oleh pasukan
Yenisseri yang berada di luar ruangan yang terlihat sedang mengawasi keadaan di dalam Gereja yang dipenuhi oleh penduduk Konstantiopel. Terlihat dalam adegan ini Sultan sebagai seorang penakluk memiliki karisma yang kuat dengan membawa pedangnya yang menambah kewibawaan seperti seorang kesatria penakluk. Adegan ini mengunakan pencahayaan Back Light karena degan efek seperti ini sutradara ingin mengambarkan kewibawaan dan Sultan adalah pembawa pencerahan untuk penduduk Konstantinopel setelah bentengnya ditaklukan.
Adegan selanjutnya adalah penduduk Konstantinopel yang Nampak ketekutan saat melihat Sultan masuk kedalam ruangan Gereja. Terlihat sultan sangat menghormati penduduk Konstantinopel dengan tidak membawa pasukannya yang telah berlumuran darah karena usai berperang untuk tidak 108 memasuki tempat peribadatan umat Kristiani. tergambar sultan tidak menyuruh pengawal dan pasukannya untuk bersama-sama memasuki Gereja.
Dalam adegan sebelumnya sultan telah menyuruh pengawalnya untuk tetap berada diluar. Dalam adegan ini Sifat pemberani digambarkan oleh sutradara, tergambar Sultan memasuki ruangan yang penuh sesak oleh penduduk konstantinopel sendiri tidak ditemani pengawal ataupun pasukanya.
Adegan pendukung selanjutnya adalah ekspresi para penduduk yang cemas dan terlihat ketakutan, megambarkan suasana dalam kecemasan penduduk setelah pemerintahan Kaisar Constantine berhasil ditaklukan oleh
Sultan, teknik kamera yang digunakan dalam adegan ini mengunakan teknik
Medium Close-Up, karena Sutradara inin memperlihatkan kesamaan ekspresi yang dialami para penduduk dalam tempat dan suasana yang sama. Kemudian dalam adegan pendukung pda tabel ke-8 dengan mengunakan tehnik Camera
Tracking dari adegan sebelumnya diperlihatkan seorang balita yag sedang menangis di pangkuan ibunya yang membuat kondisi memperihatinkan penduduk Konstantinopel terlihat dalam adegan ini sehingga pemaknaan yang disampaikan terlihat lebih nyata.
Adegan selanjutnya ketika Sutan hendak meneneangkan selruh penduduk Konstantiopel yang berada di dalam Gereja. Terlihat ekspersi sultan yang penuh keprihatinan melihat kondisi dan keadaan yang di alami penduduk
Konstantinopel setelah ditaklukan. Kemudian sultan berusaha menenagkan para penduduk dengan sebuah jaminan darinya kepada seluruh penduduk
Konstantinopel yang ada di dalam ruangan, sultan memberikan jaminan kepada mereka tentang harta yang mereka miliki tidak akan dirampas dan 109 mereka bebas memeluk Agama yang mereka yakini. Sang Narator membuat narasi dari monolog yang diucapkan Sultan Mehmed II sebagai berikut:
“Jangan takut. Mulai saat ini hidup kalian, harta kalian, adalah bagian dari kami juga. Dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian”
Pesan yang di sampaikan di atas adalah pesan untuk Selrurh Penduduk yang ada di Konstantinopel, melalui pesan ini narator ingin menyampaikan gaya kepemimpinan Sultan Mehmed yang menjadikan nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan hak asasi manusia yang menjadi pondasi awal pembangunan kota Konstantinopel, yang pada saat ini pahan tersebut dikenal dengan paham
Sekulerisme.
Adegan pada durasi 02:28:50 didalam kolom ke-9 memperlihatkan sebuah wajah yang teramat bahagia, yang tidak bisa mengerti lagi kenapa sultan memberikan hadiah seperti ini atas penaklukan Kota. Raut wajah dari penduduk dan seorang Pendeta terlihat sangat bahagia ketika Sultan mengatakan janjinya, karena pada pemerintahan Kaisar Constantine XI malah justru berbalik dengan keinginan mereka untuk memeluk Agama Kristen
Ortodoks tanpa intervensi dari Agama Kristen Katolik.
Adegan pendukung selanjutnya memperlihatkan wajah seorang balita dan seorang ibu yang kemudian tersenyum atas kegembiraanya mendengar perkataan Sultan, Divisualisasikan dari yang semula mereka tertunduk dalam keadaan ketakutan hingga mereka tersenyum setelah sultan berjanji kepeda mereka. Adegan ini memperlihatkan suatau penerimaan dari penduduk konstantinopel atas pergantian tongak kepemimpinan. 110
Kemudian pada adegan tambahan selanjutnya digambarkan sultan
megendong seorang balita dan balita itu mencium pipi sultan. Sutradara ingin
memperlihatkan sisi sultan yang memiliki sifat kelembutan dan menyayangi
setiap orang yang lemah. Pada adegan ini Back Sound yang dipadukan dengan
gambar membuat adegan berkesan dengan akhir yang bahagia bagi penduduk
Konstantinopel. Kemudian pada adegan pendukung selanjutnya dengan teknik
kamera moving up diperlihatkan sebagian bentuk pada bagian atap bangunan
Gereja Haggia Sophia yang menjadi cirri khas bangunan bergaya eropa yang
menjadi saksi sejarah peradaban islam pada masa itu.
4. Fokus Permasalahan Elemen Kepemimpinan Dalam Film
Tabel 10.4 Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve Campsal No Elemen Temuan Analisis 1. Mise En Scene What : Dapat diperhatikan pada simbol kostum. Sultan Mehemed II merupakan salah satu tokoh yang berasal dari kerajaan Turki Utsmani dari Timur. Beliau merupakan representasi di mana kekhalifahan Utsmani menjunjung tinggi simbol-simbol agama Islam. Dikatakan bahwa Jubah dan mahkota yang dikenakan Sultan Mehmed II ketika itu merupakan simbol keagungan dan kecerdasan secara intelektual. Kibaran bendera/ panji-panji pepernagan Ak Sancak yang bertuliskan dua kalimat sahadat adalah representasi dari perjuangan dakwah islam yang selelu menemani sultan kemanapun beliau berjalan. Dengan pedang turun temurun dari kekalifahan Utsmani yang dicertitakan sebagai pedang sang penakluk dan termasuk 10 pedang paling bersejarah didunia setelah pedang Zulfikar. Kuda perang yang di hiasi lempengan besi, pasukan yang berbaris. Pintu gerbang yang tinggi dan sepatu yang dikenakan sultan serta Gestur pada sultan yang tenang dan berjalan tegap. Penduduk yang ketakutan dan pasukan sultan, seorang pendeta dan anak kecil dengan latar ruangan gereja Hagia Sophia pada siang hari.
What effect : Efek yang muncul dari serangkaian perpaduan mise en scene adalah perwujudan setting shot on location yang luas merepresentasikan kondisi Gereja Haggia Sophia yang cukup luas dan muat untuk sebagian 111
penduduk. Penunjuk status sosial Seorang Sultan, penunjuk ruang dan waktu peristiwa. Pencahayaan yang maksimal, pembangunan karakter kebijakan dan ketegasan yang memadai, serta pemeran yang yang mampu membangun sebuah narasi berdasarkan kisah yang realistis.
What Meaning : Sistem makna yang ditampilkan adalah melalui pendekatan denotasi konotasi. Dalam adegan denotasi yang muncul adalah mahkota, jubah, panji-panji/bendera, kuda perang, pedang, sepatu, gestur, pintu gebang,gereja, pendeta, seorang anak kecil. Adapun penjelasan makna denotasi dan konotasi pada adegan sudah dipaparkan di atas.
How : Pembangunan mise en scene biasanya dilakukan dengan teknik yang relative sesuai keadaan. Pada adegan ini, tampaknya sutradara memfokuskan pada dua aspek yaitu setting dan pemain. Setting yang kuat di gerbang dan gereja merupakan sebuah konstruksi mise en scene yang difokuskan. Pemilihannya pun tidak sembarangan, ini bertujuan agar mood yang dibangun dapat dirasakan oleh penonton. Begitupun pada pemilihan pemeran utama. Pemeran dalam adegan ini sudah mengalami seleksi atau dilakukan Casting sehingga telah teruji kemampuanya. Sehinnga karakter yang melekat pada pemain sangat baik dan sesuai dengan karakter yang yang ada pada narasi.
Purpose : Dengan melihat adegan di atas, tampaknya tujuan dari sutradara adalah untuk memvisualisasikan Sultan Mehmed II dengan berbagai atributnya, mood yang mengkhawatirkan pada penduduk telah membangun karakter Sultan yang sangat penting untuk merepresentasikan sejarah secara utuh.
2. Editing Pada adegan ini, unsur editing lebih didominasi bentuk cut, di mana perpindahan dari shot satu ke shot dua terjadi secara langsung tanpa jeda efek editing lainnya. Pada bagian Monolog Sultan di dalam Gereja, terdapat sebuah shot pendek yang membuat tempo aksi yang disajikan terkesan sebentar. Sedangkan efek Green Screen yang mendominasi editing dalam adegan ini, membuat adegan menjadi lebih berisi dan memiliki latar yang bagus. Penggunaan editing jump cut juga tampak sering digunakan pada adegan ini. Hal ini ingin menunjukkan bahwa serangkaian peristiwa memperlihatkan posisi yang berbeda-beda yang terjadi pada objek. 3. Shot Types Terdapat beberapa tipe shot dalam adegan ini. Pertama, medium long shot. Medium long shot digunakan ketika pasukan Turki Utsmani berbaris dan menyambut Sultan di depan gerbang benteng Konstantinopel. Kedua adalah Medium shot yang menampilkan mayat dari Kaisar Constsntine XI dengan Notras dan jajaranya sedang membungkung dihadapan sultan. kemudian, tipe shot ini juga digunakan ketika Sultan sedang memasuki gerbang Hagia Sophia.. 112
Ketiga adalah medium close up yang digunakan ketika shot Sultan sedang menunggangi kuda dan ketika penduduk yang berada di gereja ketekutan bersama seorang pendeta. Kemudian Close Up digunakan untukSultan pada saat mengendong seoarng anak balita. Pembangunan karakter yang cukup signifikan ini, memunculkan sebuah mood yang membawa penonton juga merasakan apa yang sedang Sultan Mehmed II rasakan dengan mimik, tatapan matanya, serta senyuman yang terlihat dari bibirnya. Adapun pada potongan adegan, tipe shot yang digunakan adalah Long Shot, di mana objek diperlihatkan seluruh bagian tubuhnya, selain itu untuk memperlihatkan semua objek yang berada di tempat Sultan Mehmed Memasuki gerbag Gereja Hagia Sophia. 4. Camera Angle Sudut kamera. Tipe sudut. Tipe sudut kamera yang tampak pada adegan ini adalah tipe high angle, di mana objek diperlihatkan tampak lebih kecil daripada setting. Hal ini memunculkan kesan bahwa seseorang tersebut sedang terintimidasi, kecil, bahkan lemah Anggle ini tedapat ketika Sultan melihat mayat kaisar Constantine dari atas kuda5. Kemiringan Dalam adegan ini, teknik kemiringan kamera tidak digunakan. Hal ini bisa menimbulkan makna bahwa narasi dan kisah dalam adegan ini masih stabil. Ketinggian Dalam adegan ini, ketinggian kamera tidak digunakan oleh sutradara. Objek dan kamera masih sejajar. 5. Camera Pergerakan kamera dalam adegan ini di dominasi oleh teknik tilt up Movement yang digunakan untuk memperlihatkan objek yang lebih tinggi dari objek utama terutama pada saat adegan sultan memasuki gerbang kota dan tilt Down digunakan pada saat memasuki Pintu gereja Hgia Sophia yang begitu megah. Kemudian Tilt Up digunakan untuk Bumper Out pada akhir adegan yang memperlihatkan bagian atap bangunan Gereja.
6. Lighting Kualitas cahaya pada adegan ini megunakan pencahayaan yang dikenal dengan sebutan soft light atau denga kata lain cahaya membuat objek tampak lebih tipis. Hal ini menjadi tanda bahwa sutradara ingin menampakkan sepenuhnya objek yang ada di gereja dengan menghilangkan bayangan objek. Arah pencahayaan pada adegan ini adalah back lighting, di mana sutradara mencoba memperlihatkan objek yang misterius. sehingga objek tampak kurang jelas dari arah depan. Dalam adegan ini objek Sultan dan seluruh properti yang ada di dalamnya memiliki bayangan, sehingga objek Sultan dan komponen lain tampak kurang jelas. Kemudian saat percakapan barulah sutradara mengunakan arah pencahayaan frontal lighting yang bermkasud memperlihatkan dengan
5 Adegan dapat dilihat pada durasi 02:26:47 113
jelas seluruh kopmponen yang ada di dalamnya dan menghapus seluruh bayangan yang ada pada objek. Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light. Di mana sumber cahaya utama dan paling kuat menghasilkan cahaya. Adapun cahaya utama pada adegan ini adalah sinar matahari yang muncul dari atap bangunan yang keluar dari lunag lunang atap gereja. 7. Dieges and Suara yang digunakan di dalam adegan ini adalah tipe suara yang Sound dieges sound. Tipe ini memberi pemahaman bahwa sumber suara adalah dari objeknya langsung. Namun, di sisi lain ada suara non dieges sound yang terdengar sangat pelan, yaitu suara musik yang mengilustrasikan suatu kondisi kekhawatiran atau offscreen sound. 8. Visual Effect / Ada beberapa bagian visual efek di dalam film ini. hal ini SFX menandakan bahwa film ini merupakan jenis film yang yang diintervensi unsur teknologi komputer. 9. Narrative secara singkat, narasi yang dibangun dalam film ini merupakan jenis narasi dengan pola linier. Walaupun pada sebagian adegan sebelumnya narasi ada narasi Flash Bck dalam film ini 10. Genre Genre film ini adalah Epic Movie, di mana sutradara ingin memvisualisasikan mengenai perjalanan seorang tokoh-tokoh tertentu yang sudah melakukan sebuah peristiwa besar atau sudah cukup dikenal oleh masyarakat banyak. 11. Iconoghraphy Ikonografi merupakan sebuah sistem yang mendukung genre. Ikonografi dalam film ini adalah Gereja Hagia Sophia, panji-panji perang, kuda perang, Benteng kota, jubah dan mahkota Sultan mendukung narasi sebagai tokoh Sultan dan gesture yang penuh pengambaran Sultan pada saat itu. 12. The Star Pemilihan bintang film dalam film ini persiapannya dengan cara System melakukan audisi. Faruk Aksoy sebagai sutradara terjun langsung untuk melakuakan audisi yang dilaksanakan untuk mendapatkan orang yang cocok berperan sebagai Sultan Mehemed II. Selain peran manusia, sutradara juga menghadirkan peranan penting dalam peperangan sejarah yaitu kuda-kuda perang pada adegan film. 13. Realism Bangunan realitas dalam adegan ini cukup mendukung aspek realism. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa shot yang seolah-olah membuatnya benar-benar terjadi. Aspek realism biasanya dipelajari dari sistem budaya masyarakat, aspek-aspek demografis dan kisah-kisah penting yang berhubungan dengan film, sehingga penonton juga dapat merasakan sebuah atmosfer yang juga dirasakan oleh tokoh di dalam film tersebut. Dalam adegan ini, aspek realisme dibangun berdasarkan kisah Sultan di gereja. Pemilihan setting yang tepat, pengemasan unsur mise en scene yang tepat, dan membangun sebuah cerita yang hidup dan dapat diterima oleh penonton. 114
5. Fokus permasalahan Konvensi Kpemimpinan
Penjelasan mengenai konvensi, sebetulnya sudah tertera dalam elemen
di bagian akhir, namun, untuk mempermudah penelitian, berikut ini adalah
unsur konvensi yang lebih detail.
Tanda-tanda Simbolik Pemain Konvensi Tutur Kata Santun dan Sultan Mehmed II Masyarakat Turki Utsmani tegas memiliki dua sub kebudayaan yang disatukan yaitu kebudayaan Eropa dan Asia. Perbedaan karakter dan sifat kedua budaya tersebut cukup kuat. Sultan merepresentasikan budaya timur dalam tanda ini. kemudian menjadi gabungan antara timur Asia dan eropa, sikap sultan yang tegas santun dan memilik jiwa otoritas tinggi menjadi suatu kewajiban dalam memimpin suatu pasukan. Cara Berbusana Said, Wazir, Syaikh Ada tiga kebudayaan yang Samsuddin dan mempengaruhi Turki Utsmani pasukan dan membuat sebuah pemahaman berbeda di beberapa kalangan. Dalam berbusana misalnya, pada bagian ini Sultan merepresentasikan antara tiga kebudayaan yang mewakili Eropa Asia, dan Timur. Namun wazir mewaliki kebudayaan dari asia dan Syaikh mewakili kebudayaan timur dengan sorban cirri khas Ketimuran. Namun yang dapat dilihat dari semua itu adalah pakaian pasukan Yennisseri yang menjadi pasukan andalan sultan sekaligus mewakili tiga kebudayaan yang bebeda dan menjadi cirri khas tersendiri bagi Turki Usmani Dari hal ini memperlihatkan juga realitas asli dengan objek film. Cara Memberikan Sultan Ketenangan dalam berucap dan kebijakan berpikir adalah langkah awal bagi sultan untuk memulai setiap kebijakan. 115
Cara Berjalan Sultan Manifestasi dari ajaran Islam yang tidak terburu-buru dengan Gestur yang tenang membuat sultan terlihat berwibawa dan karismatik. Cara Memperlakukan Sultan Memegang teguh nilai-nilai Tawanan hukun dan kemanusiaan, serta patuh terhadap norma-norma dalam agama Islam Cara Menghadapi keadaan Penduduk Putus asa dalam menghadapi Konstantinopel permasalahan yang ada tidak sejalan dengan ajaran Islam Cara memperlakukan Sultan Menjunjung tinggi sikap Nabi orang yang berbeda Muhammad SAW tentang Agama toleransi antar umat beragama. Maka para pemeluk Islam diajarkan untuk tetap saling menghargai dan menyayangi terhadap sesama manusia tanpa memandang keyakinan mereka. Tidak ada fanatisme berlebihan sehingga setiap pemeluk agama memiliki sikap tenggang rasa.
E. Interpretasi
Pesan yang coba disampaikan dalam film ini adalah bagaimana
kepemimpinan dalam islam membawa suatu perubahan yang lebih baik bagi
suatu kaum. Bukan hanya perubahan untuk ummat saja tetapi berpengaruh
pada lingkungan tempat dimana sejarah itu dilahirkan. Jika kita lihat pada
sajian film dan proses produksinya, peneliti melihat adanya satu upaya dari
pembuat film untuk mengingatkan penonton sekaligus membuka memori
terhadap peristiwa penting yang pernah terjadi di Istanbul Turki.
Jika dilihat kontennya, film ini mencoba memperlihatkan kepribadian
Sultan Mehemed II dalam memimpin sehingga menjadi sejarah atas
penaklukan benteng Konstantinopel. Dengan gaya kepemimpinan yang sangat
fleksibel, inovatif, dan penuh dengan kejutan-kejutan atas strategi perangnya. 116
Seperti yang peneliti ketahui dalam film tenteng kemampuan berpikir dan kreativitasnya membawa sultan pada kemenangan yang telah menjadi bisyarah
Rasullulah SAW.
Selain itu sikap sultan yang pemberani, tangguh, adil, mencintai keilmuan dan meyayangi orang yang lemah, serta menghormati gurunya
Syaikh Syamsuddin sangat merepresentasikan pada satu pemimpin besar dalam dunia Islam. Terlebih jika sifat seperti ini dimiliki oleh pemimpin- pemimpin kita pada saat ini dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang dapat mendukung segala aktifitas dalam memimpin suatau lembaga/instansi yang ada. Seharusnya dapat dijadikan lahan untuk menanamkan nilai-nilai agama. Film ini, secra khusus telah membangun sebuah dimensi yang baik pada satu kepemimpinan. Dominasi tokoh dalam film yang bergenre Sejarah ini, memberikan sebuah stimulus agar para pemimpin dapat menjadi seorang yang bijak, cerdas dan memiliki integritas serta capaian prestasi yang tinggi.
Sejarah kepemimpinan Sultan Mehemed II yang penuh cobaan merupakan pelajaran penting baginya dalam merealisasikan visi dan misi yang tertanam semenjak beliau kecil. Film ini juga ingin coba menyampaikan sebuah pemaknaan bahwa sejarah adalah salah satu cabang ilmu yang sangat penting bagi setiap pemimpin. Seperti dalam ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya mengambil pelajaran dari sejarah umat-umat terdahulu, agar setiap manusia sebagai khalifah harus mengetahui tentang kisah apa yang membangkitkan dan apa yang menjadi penyebab kehancuran pada masalalu, nilai-nilai ini terdapat dalam QS.Yusuf (12): 111: 117
= 6t F #$ ' T[ u 9ã ÁÁ| s û š %x ‰s s ∩⊇⊇⊇∪ 3 É ≈ ø9{ ’Í<ρ{ ×ο ö Ï öΝÎηÅ % ’Î χ . ô )9
Yang artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Islam yang ditampilkan dalam film ini adalah nilai-nilai sejarah kepemimpinan dalam islam yang dapat menolong umat manusia dan memiliki keyakinan pada Bisyarah Rasulullah SAW. Sultan Muhammad Al-Fatih adalah salah satu bagian dari Islam, yang ditampilkan dengan karakter yang taat beribadah dan konsisten dengan tujuanya. Serta segala bentuk sikap dia terhadap hukum dan cara beliau mengambil setiap kebijakan yang diberlakukan kepada pasukan dan penduduknya.
Dengan mendalami peristiwa sejarah seseorang dapat menambil pengalaman dari setiap pemikiran tokoh yang ada pada cerita, tanpa harus hidup di zamanya. Dalam film ini nilai-nilai sejarah tidak hanya dijadikan masalalu yang sekedar dijadikan nostalgia, tetapi menjadi perhitungan dalam perancanaan untuk menentukan keputusan di masa yang akan dating.
Pada adegan utama juga terdapat satu fenomena yang tak kalah pentingnya, dengan nilai-nilai perjuangan. Yaitu pada saat Sultan memberikan kebijakan dan berjanji kepada penduduk kota yang sudah ditaklukan. Sultan menanamkan nilai-nilai sekularisme kepada seluruh penduduk
Konstantinopel, dimana sultan sangat melindungi kebebasan beragama dan hidup berdasarkan keyakinan kepada penduduknya. Dalam film ini, sutradara mencoba membangun mood yang membawa kita pada pandangan kepemimpinan Sultan Mehmed II yang banyak membawa inspirasi pada setiap 118 keputusan yang diambilnya, dam melauli adegan inilah kita mendapatkan nilai-nilai toleransi dalam pandangan islam khusunya.
Adapun kritik dari peneliti di dalam film ini hanya pada unsur sinematik film saja, ilustrasi gambar dengan teknik editing layer yang masih kurang dan alur film yang kurang membangun mood penonton,khususnya peneliti. Hal ini mungkin disebabkan narasi film yang berlatar belakang sejarah, atau mungkin efisiensi waktu yang dilakukan tim produksi.
Terlepas dari semua kekurangan yang ada di dalam film, peneliti berharap film ini dapat menjadi inspirasi baru dalam memproduksi lebih banyak lagi film tentang sejarah kepemimpinan dalam Islam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Film Battle of Empires Fetih 1453 yang dirilis pada tahun 2011 yang
lalu, telah menarik perhatian jutaan masyarakat tentang sejarah peradaban
islam di eropa. Saejarah tentang penaklukan kota Konstantinopel yang
dipimpin oleh Sultan Muhammad Al-Fatih telah membuat peneliti untuk
mencoba mencari makna yang ada pada perjalanan kepemimpinan dalam
islam. Dengan melihat melalui berbagai pendekatan teori dan
implementasinya terhadap objek penelitian, maka kesimpulan peneliti
terhadap masalah tersebut dapat dilihat pada.
Sign dan Code (tanda-tanda dan kode) yang terdapat pada
Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih adalah pada tanda-tanda verbal
maupun non verbal di dalam adegan utama yang tervisualisasi pada saat
penaklukan Konstantinopel. atau di akhir cerita. Pemilihan sign dan code
berfokus pada adegan Sultan ketika memasuki Gereja Haghia Shophia.
Melalui kajian semiotika, peneliti setidaknya menemukan 20 tanda dan kode
yang signifikan terhadap tujuan penelitian dalam adegan utama yang
dirangkum dalam tabel denotasi dan konotasi.
Elemen yang terdapat dalam Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-
Fatih yaitu terdapat pada 13 komponen penting yang dapat menjelaskannya.
Pertama adalah pada aspek mise en adegan yang menjelaskan makna melalui
kostum, tata rias wajah, setting, dan pencahayaan yang ditampilkan di depan
kamera yang dapat berfungsi sebagai penunjuk tanda, citra dan penunjuk
119 120 ruang dan waktu. Selanjutnya adalah pemaknaan melalui editing. Pemaknaan melalui editing dapat dilihat dari bagaimana sutradara menampilkan berbagai shot dalam sebuah adegan.
Selanjutnya adalah Shot Types. Tipe Shot merupakan sebuah upaya menampilkan makna melalui jarak-jarak kamera, sudut, ketinggian dan kemiringan kamera. Selanjutnya adalah camera angle. Aspek ini menanamkan makna melalui berbagai sudut kamera secara khusus. Ada pula camera movement yang mana menghadirkan sebuah pesan melalui pergerakan-pergerakan kamera yang dinamis. Berikutnya adalah lighting.
Lighting memberikan makna tertentu dalam setiap adegan pemain film, dan akan menimbulkan efek dan mood-mood tertentu pula.
Dieges and sound yang menghidupkan makna melalui suara-suara tertentu. Efek visual yang membuat sebuah peristiwa seperti nyata, padahal semuanya buatan komputer dan menghilangkan unsur natural. Narrative bekerja pada skenario film. Genre pada film ini adalah Epic (Sejarah), yang mana masuk ke dalam genre induk sekunder. Sedangkan ikonografinya adalah semua benda yang dapat dilihat dan memiliki kesamaan yang sangat dekat terhadap genre.
The star sistem adalah sebuah upaya untuk menyesuaikan pemeran dengan cerita film. Sedangkan yang terakhir adalah realism, di mana komponen ini menghendaki bahwa setiap adegan yang ditampilkan dapat membawa mood penonton pada situasi realistis.
Konvensi di dalam film Battle of Empires Fetih 1453 adalah melalui beberapa adegan atau adegan yang memiliki nilai-nilai tertentu dengan 121
kebudayaan masyarakat, agama dan nilai-nilai sosial. Biasanya konvensi
berada pada suatu konsensus yang sudah disepakati bersama dalam satu
wilayah tertentu.
Konvensi dapat bersumber dari mitos, sejarah dan budaya yang
memiliki relevansi sebagai sebuah konsensus di dalam masyarakat dan
dijadikan sebagai acuan umum untuk melakukan atau bertindak sesuatu.
Penduduk Turki Utsmani, sebagai simbol kejayaan Islam di eropa
menjadi sorotan penting di dalam film ini. Dinamika politik dan kebijakan
yang diputuskan dikemas secara naratif dan dibangun berdasarkan histori,
setidaknya dapat memberikan sebuah gambaran kecil kepada penonton
mengenai sebuah sistem kultur dan sosial di Turki Utsmani yang akan
mempengaruhi persepsi setiap penonton.
B. Saran
Saran dari peneliti terhadap film ini adalah, dinamika adegan dan
narasi seharusnya divisualisasikan lebih hidup lagi agar sinematografi tidak
terkesan kaku. Karena pada dasarnya film merupakan jenis multimedia yang
dapat membangaun pesan melalui audio visual, namun ketika membuat film
bergenre Epic (sejarah) sebaiknya karakter di dalam film lebih diperkuat
sehingga film dapat dikemas dengan baik dan karakter penokohan sesuai
dengan sejarah aslinya.
Pesan dakwah yang ingin disampaikan menurut peneliti sudah cukup
baik, terlebih sutradara memasukan adegan pembacaan Ayat Al-Quran dan
Hadist yang sesuai dengan cerita film sebagai upaya meningkatkan kualitas 122 dan menjadi perbandingan di berbagai kalangan terhadap film yang memang sarat akan makna-makna agama lebih ditingkatkan.
Terkait kontroversi di Negara Turki mengenai film ini, peneliti hanya bisa memberikan pandangan bahwa realitas dunia perfilman pada kenyataanya selalu ada pro dan kontra. Terlebih tentang pemaknaan tokoh dan pencemaran nama baik suatu umat beragama yang mungkit menjadi hal yang tidak perlu diperdebatkan lagi.
Peneliti berharap para sineas Indonesia juga tidak kalah saing dengan negara-negara lainnya dalam pembuatan film yang berkualitas sehingga perfilman di Indonesia bisa mendapatkan legitimasi dari belahan dunia, terutama dalam pembuatan film sejarah dengan syarat akan makna Islam ke-
Indonesiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Macquail, Denis, Teori Komunikasi Massa, (Salemba Humanika, 2011) Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 Campsal, Steve - 27/06/2002 (Rev, 17/12/2005; 14;18;24) Media - GCSE Film Analysis Guide (3)-SJC. Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003). Baskin Askurifai, Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung:Kataris, 2003) Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) Himawan Pratista, Memahami Film. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000). Vivian John, Teori Komunikasi Massa, edisi kedua, (terj.) oleh Tri Wibowo B.S (Jakarta: Kencana Prenanda Media, 2006) Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, (Jakarta: Darul Haq, 2008). Badruttamam Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005). Eric, Mau Dibawa Ke Mana Sinema Kita?. Bakti Andi Faisal, Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi: Antara Tantangan dan Harapan (Lecture at Palembang). Sobur Alex, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, ------Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandug: Remaja Rodakarya,2006) Kriyantono Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006). Zoest dalam Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta: Gramedia, 1992) Felix y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (AlFatih Press Cetakan ke-1, Maret 2013). Christomy Tommy, Semiotika Budaya, ( Depok : Universitas Indonesia, 2004 ) Sobur Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004).
123 124
AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik; Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, (Bandung: simbiosa Rekatama Media, 2006). Abdurahman, Arifin, Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Bharata, Jakarta, 1971. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, Administration And Management Leadership, Atma Kencana Publishing, 2011, Bogor. Bin Nuh, Abd. Dan Bakry Omar, Kamus Arab Indonesia – Inggris-Indonesia Inggris, PT. Mutiara Sumber Widya, 2001, Jakarta, Kartini Kartono, Dr,Pimpinan dan Kepemimpinan, PT. Raya Grafindo Persada, Jakarta, 1994. Panglaykim, Management Suatu Pengantar, PT. Pembangunan, Jakarta, 1980. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, Administration And Management Leadership, Atma Kencana Publishing, 2011. Rivai, Veitzal, Prof.m Dr.,M.B.A, Kiat Memimpin Dalam Abad ke-21, Murai Kencan, Jakarta, 2004. Dr. Husni Rahim Sistem Otoritas dan Aministrasi Islam, PT Logos Kencana Ilmu. 1998, Jakarta.
Sumber Lain: http://www.imdb.com/media/
Fetih 1453 - Wikipedia, the free encyclopedia http://en.wikipedia.org/wiki/Fetih_1453 http://rosid.net/fetih-1453-menjawab-kerinduan-film-tentang-sejarah-kebesaran- islam/ http//tweeter@devrim_evin. Turkish State theatre aktor/Direktor. Oyuncu/İstanbul http://www.turkishculture.org/whoiswho/theater/devrim-evin-2780.htm http://tr.wikipedia.org/wiki/Cengiz_Co%C5%9Fkun- https://www.google.co.id/search?q=Dilek+Serbest&tbm- Cover Film Battle of Empires Fetih 1453
Cover CD Film 2
Lampiran 2:
Antrian Panjang Pembeli Tiket Battles of Empires Fetih 1453
Pemberitaan media mengenai Film Battles of Empires Fetih 1453