ESTETIKA TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

Oleh: Shinda Regina, Ria Dewi Fajaria dan Sopian Hadi Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung Jln. Buah Batu No. 212 Bandung 40265 e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK Kawung Anten merupakan salah satu tarian Jaipongan yang diciptakan oleh Gugum Gumbira pada sekitar tahun 1991, belatar cerita seorang putri dari Kerajaan Sumedang Larang yang bernama Kawung Anten yang mendapat tugas dari ayahnya yaitu Prabu Jaya Perkosa untuk menjaga pohon hanjuang. Tarian ini memiliki karakteristik yang berbeda dari karya-karya tari Jaipongan yang telah diciptakan sebelumnya, terutama pada properti yang digunakan yaitu duhung (senjata tradisional yang berasal dari Sumedang). Berawal dari perbedaan itulah yang menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam upaya mengupas estetika dari Tari Jaipongan Kawung Anten. Penelitian ini menggunakan teori estetika instrumental A.A.M Djelantik dengan memakai pendekatan metode kualitatif deskriptif analisis. Adapun hasilnya adalah satu-satunya repertoar tari Jaipongan yang enerjik, dinamis, dan maskulin dengan menggunakan duhung sebagai propertinya.

Kata Kunci: Jaipongan, Tari Kawung Anten, Estetika Tari.

ABSTRACT. Estetika Dance Jaipongan Kawung Anten Gugum Gumbira Works, Desember 2020. Kawung Anten is one of the Jaipongan dances created by Gugum Gumbira around1991, the background story of a princess from the Sumedang Larang Kingdom named Kawung Anten who got a task from her father, Prabu Jaya Perkosa, to guard the hanjuang tree. This dance has different characteristics from the previously created Jaipongan dance works, especially in the property used, namely the duhung (a traditional weapon originating from Sumedang). Starting from this difference, it became one of the writers' interests to conduct further research in an effort to explore the aesthetics of the Jaipongan Kawung Anten Dance. This research uses the instrumental aesthetic theory of A.A.M Djelantik using a descriptive qualitative analysis method approach. The result is the only repertoire of Jaipongan dance that is energetic, dynamic, and masculine using duhung as its property.

Keywords: Jaipongan, Kawung Anten Dance, Dance Aesthetics.

Naskah diterima pada 5 Agustus, revisi akhir 1 Oktober 2020| 107

PENDAHULUAN Gugum Gumbira adalah seorang kreator Kawung Anten dari kerajaan Sumedang tari Jaipongan di era 1970-an hingga tahun Larang. Ia mendapat tugas dari ayahnya yaitu 2020. Keberadaannya telah diperhitungkan di Prabu Jaya Perkosa untuk menjaga pohon lingkungan masyarakat Sunda, sehingga di- hanjuang. Adapun makna dari Kawung Anten akui sebagai maestro tari Jaipongan. Sebagai ialah segala sesuatu yang bermanfaat. Kawung pelopor tari Sunda generasi ketiga setelah tari adalah pohon enau cengkaleng, di Sunda pohon Keurseus dan tari Kreasi Baru, karya Gugum ini dikenal dengan sebagai pohon Multiperes. telah menyumbangkan estetika tari Sunda Anten adalah inti pati kekuatan yang bisa dengan warna yang baru. Pola cipta krea- segala rupa. (Nia Karnia, 2015: 3-4) tivitasnya telah memberikan kebaruan dalam Hingga saat ini, Gugum telah melakukan estetika tari Sunda sehingga mempengaruhi pengujian dengan menggubah tari Kawung kebudayaan Sunda. Kegigihannya dalam Anten sehingga berbeda dengan tari Kawung berkarya mendorong lahirnya kreativitas yang Anten pada saat pertama kali diciptakan. menggugah masyarakat Indonesia. Ketertarikan penulis dalam membahas ini Tari Jaipongan adalah repertoar tari yang adalah kreativitas Gugum Gumbira dalam bersumber dari Ketuk Tilu, Pencak Silat, Topeng menciptakan tari Jaipongan yaitu Kawung Anten Banjet, dan Kliningan Bajidoran.Tari Jaipongan karena memiliki karakteristik yang berbeda yang telah diciptakan diantaranya, Rendeng dengan tari Jaipongan lainnya. Perbedaan Bojong, Keser Bojong, Sonteng, Rawayan, Setra tersebut dapat dilihat terutama pada properti Sari, Kawung Anten, Jalak Ngejat, Kuntul yang digunakan yaitu duhung (senjata tra- Manggut, Kania Laga, dan lain-lain. Karya- disional yang berasal dari Sumedang). Ber- karya yang diciptakan oleh Gugum Gumbira dasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan selalu berbeda dan memiliki ciri khas ter- masalah pada penulisan ini, yaitu bagaimana sendiri. estetika tari Jaipongan Kawung Anten Karya Jika dilihat dari tahapan kekaryaannya, Gugum Gumbira? selalu ada perkembangan estetika dan pem- baharuan serta inovasi yang signifikan, dari METODE mulai tari Keser Bojong, Sonteng, Rawayan, Merujuk pada permasalahan tersebut, pe- hingga tari Kawung Anten. Dari karya-karyanya nulis akan melakukan penelitian dengan yang telah diciptakan, tari Kawung Anten mengunakan metode kualitatif deskriptif ana- memiliki karakteristik yang berbeda diban- lisis dengan menggunakan teori estetika dingkan karya lain yang telah diciptakannya. instrumental A.A.M Djelantik. Metode kua- Perbedaan tersebut sangat terlihat dari litatif adalah metode yang membahas objek berbagai aspek yaitu koreografinya, iringan tertentu berdasarkan mutunya. Untuk meng- musik, konsep garap, dan lainnya. gali informasi lebih dalam, penulis melakukan Tari Kawung Anten merupakan repertoar pencarian sumber informasi berdasarkan tari Jaipongan yang diciptakan oleh Gugum pustaka dan wawancara pada orang-orang Gumbira pada tahun 1991 dalam rangka Ujian yang bersangkutan. Sugiyono (2018: 3) dalam Akhir Ati Sumiati. Gugum Gumbira men- bukunya yang berjudul Metode Penelitian ciptakan tari Kawung Anten terinspirasi dari Kualitatif mengatakan bahwa: cerita tentang seorang putri yang bernama Auerbach dan Silverstein (2003) menyatakan bahwa, metode kualitatif adalah sebagai ber-

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 108

ikut. “Qualitative research is research that involves ciptakan atau membuat sesuatu yang berbeda analyzing and interpreting texts and interviews in (bentuk, susunan, atau gayanya) dengan yang order to discover meaningful patterns descriptive of a particular phenomenon.” (Penelitian kualitatif lazim dikenal orang banyak. adalah penelitian yang melakukan analisis dan Selain berbeda, kreativitas harus diiringi interpretasi teks dan hasil interview dengan dengan kemampunan untuk menciptakan se- tujuan untuk menemukan makna dari suatu suatu yang otentik. Dalam merumuskan se- fenomena). suatu yang otentik, dibutuhkan kejujuran yang

murni dalam proses berkarya sehingga Penggunaan teori estetika instru- melahirkan suatu objek (karya) yang memiliki mental akan mengupas permasalahan identitas sebagai hasil pemikiran atau per- terkait dengan bentuk penyajian tari buatannya. Dengan demikian, originalitas Jaipongan Kawung Anten. Djelantik akan timbul terhadap objek yang diciptakan- membahas beberapa permasalahan di- nya sebagai identitas penciptanya sendiri. Hal antaranya tentang keindahan pada ben- tersebut sejalan dengan pendapat Morgan tuk kesenian yang salah satu di dalam- (1953) menyatakan bahwa faktor universal nya terdapat unsur-unsur tari. Artinya, bagi kreativitas adalah kebaruan (novelty), dan tari sebagai salah satu bagian dari suatu kebaruan membutuhkan keaslian (originality). keindahan yang dapat dinikmati secara (Irma Damajanti. 2006: 21). visual dalam segi penyajiannya. Tari Daya cipta Gugum Gumbira dalam ber- juga mengandung unsur dasar lainnya karya tidak hanya melahirkan kebaruan, tetapi seperti, irama, musik, tata busana, dan dapat diterima di lingkungan masyarakat tatarias, tempat, serta tema. Merujuk (layak). Bukan hanya layak, melainkan pada permasalahan tersebut Djelantik diminati oleh semua kalangan (dari anak-anak (2004: 15), bahwa semua benda atau hingga orang tua) dan menembus semua peristiwa kesenian mengandung tiga lapisan masyarakat (rakyat hingga menak atau aspek, yaitu Wujud (appearance), Bobot elite). Uniknya, tari Jaipongan tidak memiliki atau isi (content, substance), dan kesan yang menggambarkan suatu golongan Penanampilan atau penyajian (Presen- masyarakat tertentu, tetapi memiliki kesan tation). universal (menyeluruh) yang berarti untuk

semua golongan. HASIL DAN PEMBAHASAN Lahirnya kreativitas tidak semata-mata 1. Sekilas Tentang Perjalanan Ruang Kreatif hanya karena bakat yang didapat sejak lahir. Gugum Gumbira Melainkan kemauan dan kemampuan manu- Kata kreativitas diadopsi dari bahasa sia untuk mengasah bakat tersebut sehingga Inggris yaitu “Create” yang secara etimologi melahirkan hal-hal baru. Sikap yang dapat memiliki arti menciptakan. Kreativitas meru- diteladani dari sosok Gugum Gumbira dalam pakan kemampuan untuk melakukan proses menunjang kreativitas, yaitu anti fanatisme, mencipta guna melahirkan sesuatu yang baru. keberanian dalam menciptakan karya, gigih, Definisi tersebut diperkuat oleh pernyataan dinamis, dan berpikir tidak linear. Irma damajanti (2006: 21), Istilah kreativitas Fanatisme adalah alasan tidak berkembang- bersumber dari kata Inggris to create yang nya bakat dan pengetahuan yang sempit. dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Sempitnya pikiran akan menjadikan manusia dengan istilah mencipta yang berarti men-

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 109

cepat merasa puas terhadap apa yang Selain Ketuk Tilu, ia juga mempelajari tari dilakukannya sehingga bakat dan penge- Keurseus dari bapak Sari Redman, tari Topeng dari ibu Suji dan bapak Sujana, serta gerak- tahuannya tidak akan berkembang. Berban- gerak Topeng Banjet dari bapak Epeng, ding terbalik dengan maestro tari Jaipongan. Alisaban, dan Bah Pendul. Kegiatan tersebut Gugum Gumbira memiliki kepekaan dan mulai dilakukan tahun 1970. Ketika berguru tingkat kuriositas yang tinggi. Hal ini me- Topeng Banjet kepada Bah Epeng dan Bang Pendul di Karawang, Gugum mulai tertarik ngakibatkan sikap terbuka dan mau menerima kesenian Kliningan Bajidoran yang hidup di terhadap hal baru sehingga ia menjadi sosok Karawang, Bekasi, Tangerang, Purwakarta, dan yang anti fanatisme. Banyak bentuk-bentuk Subang (Een. 2007: 34). kesenian yang telah ia pelajari melalui pengalaman estetiknya baik sebagai pelaku Gugum Gumbira adalah seorang bajidor seni atau apresiator. Petualangannya dalam (orang atau yang aktif dalam kesenian menjelajah berbagai bentuk kesenian men- Bajidoran) yang handal. Pada saat beliau muda, jadikannya kaya akan pengetahuan seni dan dimanapun acara Bajidoran dilaksanakan dia keterampilan yang semakin berkembang. akan menghadirinya. Gugum Gumbira (wa- Dedi Supriyadi (1994: 70) menyatakan bah- wancara, di Bandung; 2017) mengatakan wa, sejumlah penelitian membuktikan bahwa bahwa, Baheula mah saya angkut-angkut diversitas budaya yang dimiliki oleh seseorang we kajeun mayar gede nu penting bisa bajidoran, atau masyarakat berkorelasi positif dengan bajidoran dimana wae diudag ku saya mah prestasi kreatif mereka dalam berbagai (Dahulu, saya angkat-angkat gamelan tidak lapangan kebudayaan dan peradaban. Hal itu apa-apa membayar mahal asalkan bisa menunjukan bahwa kreativitas terbentuk Bajidoran, Dimanapun ada Bajidoran saya akan bukan hanya menunggu ilham dengan hadir). Hal tersebut sejalan dengan pendapat kevakuman, tetapi dilatarbelakangi oleh mo- Een Herdiani (2007: 35), bahwa Ketertarikan dal pengalaman yang didapatkan. Gugum pada Kliningan Bajidoran disebabkan Pada ranah tradisi, Gugum Gumbira per- karena dalam pertunjukna tersebut semua nah mempelajari Pencak Silat, tari Keurseus, gerak-gerak yang digunakan bersumber dari Ketuk Tilu, Topeng Banjet, dan Kliningan Pencak Silat, Banjet, Ketuk Tilu, dan Tayub. Di Bajidoran. Gugum Gumbira belajar Pencak sini Gugm seringkali ikut terjun menjadi Silat sejak kecil dengan ayahnya beserta mu- bajidor dan tidak segan mengeluarkan uang rid-muridnya. Ketertarikannya untuk mem- banyak untuk membayar para sinden dan pelajari Pencak Silat muncul ketika ia berumur tukang kendang. enam tahun (Een Herdiani. 2007: 32). Ia mem- Bukan hanya itu, Gugum Gumbira juga pelajari berbagai gaya Pencak Silat termasuk mempelajari bentuk kesenian non tradisi, Cikalongan dan Cimande. seperti tari Chacha. Een Herdiani (2012: 339), Selanjutnya, dalam buku yang berjudul dari mengatakan bahwa Ia seorang drummer yang Cha-cha ke Jaipongan Een (2007: 34) me- juga senang berdansa, menari Walts, Cha-cha, ngatakan bahwa, setelah berkeluarga, Gugum Ballroom, dan lain-lain. Tampaknya, kuriositas mempelajari kesenian-kesenian lain seperti yang dimiliki membuatnya kaya akan ilmu ketuk Tilu dari Aki Sanhudi, ibu Jubaedah dan Selama berkiprah di dunia kesenian, ten- bapak Akil. Teknik pertunjukan dan sejarah tunya bukan hal mudah untuk terus berkarya. Ketuk Tilu juga dipelajarinya. Semakin banyak Gugum berkarya, semakin banyak ganggguan-gangguan psikologis yang

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 110

hadir. Tetapi, ia bukanlah sosok yang takut diminati oleh berbagai golongan masyarakat. akan kemungkinan-kemungkinan yang akan Termasuk pada tari Jaipongan Kawung Anten. terjadi di masa yang akan datang. Gugum Pada saat awal kemunculannya, terdapat Gumbira adalah seorang yang berani dalam beberapa seniman yang kontra terhadap karya perjuangan berkarya intra-budaya maupun tersebut, karena pirigan karawitannya merupa- lintas budaya. Meskipun begitu, ia juga sosok kan lagu Paksi Tuwung. Tetapi, sekali lagi ia yang bertanggung jawab terhadap sesuatu dapat mempertanggungjawabkan karyanya yang ia ciptakan. tersebut. Diperkuat oleh pernyataan Edi Mulyana Kata Jugala dikenal sebagai singkatan dari (2007: 66) bahwa, Gugum Gumbira sangat “Juara gaya dan lagu”. Di sisi lain arti kata menyadari akan hal itu, dan baginya dalam Jugala mengambarkan dirinya. Gugum Gum- berkreativitas harus punya keberanian, dalam bira (wawancara, di Bandung; 2016) mengata- arti tidak takut disalakan dan dicemoohkan kan Jugala artinya manusia yang kuat, dari oleh orang lain. Gugum adalah sosok yang keadaan susah diterpa berbagai cobaan sampai berani mengambil resiko terhadap sesuatu menjadi manusia yang kuat yang memiliki yang diperjuangkannya. Kebebasan berkarya segalanya, yang kaya, yang bisa melakukan menjadi prinsipnya, tetapi jelas akar ga- apapun. Kegigihan dalam berkarya adalah gasannya dan dapat dipertanggungjawabkan. sikap yang dimilikinya untuk melahirkan Selain itu, Een Herdiani (2012: 339), me- kreativitas. Ia tidak pernah menyerah terhadap ngatakan bahwa di kalangan teman-temannya apapun yang dianggap tidak mungkin. ia dikenal sebagai seorang yang pemberani Gugum adalah sosok pekerja keras. Jika ia yang memiliki kelebihan dalam bidang seni. menginginkan sesuatu, ia akan berusaha Kegigihannya dalam berkarya mendorong mendapatkannya semaksimal mungkin (tidak lahirnya kreativitas yang menggugah mas- setengah-setengah). Ia memiliki tekad dan jiwa yarakat Jawa Barat. yang tangguh dalam perjuangannya dengan Karya yang Gugum ciptakan selalu menuai berkarya. Begitu gigihnya perjuangan Gugum sesuatu yang kontroversial. Bukan cerita dalam berkarya sedari kecil hingga akhir bahwa tari Jaipongan pernah dinegasi pada saat menghembuskan nafas, sehingga karyanya awal kemunculannya. Karena, tari Jaipongan tetap terkenang. memiliki unsur 3G (goyang, gitek, geol) yang Gugum Gumbira selalu menghindari dianggap erotis dan dapat merusak nilai moral sesuatu hal yang bersifat statis. Ia peka dalam suku Sunda. Tetapi, sebaliknya tari Jaipongan membaca situasi kondisi kebudayaan yang adalah inovasi kreativitas yang riil. Tari mengalami perkembangan, sehingga hal ter- Jaipongan sebagai kreativitas yang menyum- sebut beriringan dengan perkembangan bangkan estetika khasanah tari Sunda sendiri. kekaryaannya. Jika dilihat dari tahapan kekar- Makna yang tersirat dan tersurat dalam tari yaannya, kita dapat menemukan perkem- Jaipongan menunjukan fenomena-fenomena bangan yang signifikan sejak awal kemun- yang terjadi di masyarakat. Tari Jaipongan juga culan tari Jaipongan hingga saat ini. Per- kaya akan falsafah hidup. kembangan tersebut merupakan kemajuan Tidak dapat dipungkiri, semakin dinegasi estetika dan artistik. tari Jaipongan semakin menyebar ke cakupan Sosok Gugum Gumbira peka dalam mem- yang lebih luas. Dan kini, tari Jaipongan baca situasi kondisi kebudayaan sekitarnya

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 111

yang mengalami transformasi, sehingga ia taking, personal energy, curiosity, humor, attraction terus berusaha untuk mengembangkan karir to complexity and novelty, artistic sense, open mindedness, need for privacy, and heightened estetika dan artistiknya. Berkali-kali beliau perception”. (Davis menyimpulkan bahwa, (wawancara, di Bandung, 2018) mengatakan karakteristik pribadi orang kreatif termasuk bahwa, Ingat yang terpenting dari seni adalah kesadaran kreativitas mereka, originalitas, karir artistik dan estetika. Ia terus mengem- kebebasan, mengambil resiko, energi pribadi, kuriositas, humor, daya tarik untuk kom- bangkan aspek artistik dan estetika dalam pleksitas dan kebaruan, rasa artistik, pikiran karya yang diciptakannya agar melahirkan terbuka, memerlukan privasi, dan mengasah suatu gagasan baru yang menyegarkan. Hal persepsi). itu menunjukan bahwa dinamisnya seorang Proses kreatif yang dilakukan oleh Gugum Gugum Gumbira dalam berkreasi sehingga Gumbira dalam menciptakan tari Jaipongan karya selalu diterima di lingkungan mas- mayoritas singkat. Tetapi, proses kreatif dalam yarakat. Hal tersebut yang memicunya untuk menguji suatu karya ia lakukan terus menerus selalu melahirkan karya-karya baru yang dengan jangka waktu yang relatif lama. berbeda dari orang lain. Graham Wallas dalam bukunya yang berjudul Ismet Ruchimat (wawancara, di Bandung; “The Art of Thought” mengemukakan empat 29 Februari 2020) mengatakan bahwa, Gugum tahap proses kreatif yang meliputi hal-hal Gumbira adalah sosok yang tidak berpikir sebagai berikut, yaitu: (1) persiapan, (2) linear. Hal tersebut yang membuatnya kreatif, inkubasi, (3) iluminasi, dan (4) verifikasi. ia tidak berusaha untuk menjadi seperti Pada tahap persiapan, Gugum Gumbira mayoritas orang. Ia selalu mempunyai ide mengimplementasikan tuntutan berkarya ya- yang berbeda dibandingkan dengan pola-pola itu dengan memutuskan untuk membuat yang seperti biasanya. Gugum adalah sosok karya koreografi baru. Gugum Gumbira yang berusaha menemukan hal-hal baru yang berkeinginan untuk menciptakan karya tidak terpikirkan dengan cara berpikir yang koreografi tari Jaipongan dengan karakteristik kompleks. Pola cipta kreativitasnya selalu tema atau tokoh seseorang. Ide kreatif ini menghasilkan sesuatu yang berbeda, unik, dan didasarkan atas pertimbangan salah seorang nyentrik. penari solois yang dituntut untuk menye- Gugum Gumbira selalu memiliki cara lesaikan karya tugas akhir di Sekolah Tinggi berpikir berbeda dan tidak selaras, tetapi Seni Indonesia (STSI) Surakarta pada tahun menghasilkan sesuatu yang layak untuk 1991. Riset yang diawali dari ide untuk diperhitungkan. Karena pola-polanya yang menampilkan karya yang bertema penokohan, berbeda, ia selalu menghadirkan sesuatu yang Gugum Gumbira lakukan dengan mewa- kompleks juga memicu rasa kurioritas yang wancara salah seorang budayawan yaitu, Saini tinggi terhadap masyarakat. Itulah pemaparan K. M. Berdasakan hasil wawancaranya, ke- mengenai faktor-faktor yang mendorong mudian diimplementasikan karakteristik kreativitas gugum Gumbira dalam berkarya. tokoh Kawung Anten terhadap karyanya Karakteristik-karakteristik tersebut, sejalan sebagai pilihan kreatifnya. dengan Robert J. Sternberg (1999: 42), me- Pada tahap inkubasi, Gugum melepaskan ngatakan bahwa: diri dari masalah tersebut. Ia melakukan Davis (1992,pp. 69-72) concluded that, “personality characteristics of creative people include awareness of kontemplasi atau perenungan dengan mere- their creativity, originality, independence, risk sepsi pengalaman yang telah dijelajahi yaitu

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 112

membaca buku, bertanya, menonton, dan lain- Jaya Perkosa. Pada saat Kawung Anten lain. Pada tahap ini memerlukan ruang yang remaja, ayahnya bernama Jaya Perkosa dan itim (privasi) untuk berpikir, berimajinasi, dan prajuritnya harus pergi ke kerajaan Cirebon mematangkan ide atau gagasan. Tahap ini untuk berperang. Kemudian ia memberikan dapat dilihat melalui simbolisasi dalam karya amanat kepada putrinya untuk menjaga yang diciptakannya. pohon hanjuang. Jika pohon itu tetap hidup Pada tahap iluminasi, Gugum Gumbira dan tumbuh subur maka ayahnya beserta mendapatkan tantangan psikologis yang me- prajuritnya menang dalam peperangan. Tetapi nuntutnya untuk menghasilkan gagasan baru, sebaliknya, jika pohon itu layu atau bahkan yaitu diciptakannya karya ini untuk meme- mati pertanda kekalahan bagi ayahnya beserta nuhi tugas akhir muridnya tersebut. Gang- prajuritnya. guan psikologis lainnya yaitu resistensi Kawung Anten menjaga pohon itu dengan terhadap iringan musik tari Kawung Anten. Hal sangat berhati-hati. Ia menunggu dengan ini disebabkan iringan musiknya itu adalah perasaan yang cemas, khawatir, takut, sedih, lagu Paksi Tuwung yang merupakan gending dan tegang. Sementara ia berjaga pohon, ia tari dan dianggap buhun (tua) juga melakukan latihan perang bersama sehingga tidak layak dijadikan sebagai remaja-remaja kerajaan Sumedang Larang. pengiring tari Jaipongan. Pada penciptaan tari Terdapat beberapa versi dari kelanjutan cerita Kawung Anten, Gugum menciptakan koreo- ini. Ada yang berpendapat bahwa Prabu Jaya grafinya dahulu, lalu menyusun pirigan ka- Perkosa dan pasukannya menang dan kembali rawitannya, dan dilanjutkan dengan mende- lagi ke kerajaan Sumedang Larang, ada juga sain kostum tarinya. yang berpendapat bahwa Prabu Jaya perkosa Pada tahap verifikasi, Gugum Gumbira dan pasukannya menang, tetapi tidak pernah melakukan pengujian dengan mengembang- kembali lagi ke kerajaan Sumedang Larang. kan kembali karya tersebut. Gugum me- Gugum Gumbira (wawancara, di Bandung; ngembangkan koreografinya sehingga ter- 2016) mengatakan bahwa kelanjutan dari kisah dapat inovasi yang signifikan pada karya tersebut yaitu pohon hanjuang tetap hidup dan tersebut, contohnya gerak-gerak akrobatik dan tumbuh subur, tetapi ayahnya beserta pra- eksplorasi properti. Bahkan, secara keseluru- juritnya tidak pernah kembali lagi ke kerajaan han, karya tersebut selesai direkontruksi pada Sumedang Larang (ngahiyang). Kawung Anten tahun 2016. terus menunggu kedatangan ayahnya hingga akhir hayatnya. 2. Estetika Tari Jaipongan Kawung Anten 2) Isi Tari a. Deskripsi Tari Tari Kawung Anten menggambarkan sosok 1) Ide Garap wanita yang heroik dalam bela negaranya Tari Jaipongan pada umumnya mencerita- dengan menjaga pohon hanjuang. Diperkuat kan suatu fenomena yang terjadi di kehidupan oleh pernyatan Hani Rohaeni dan Edi Mul- manusia. Sedangkan tari Kawung Anten yana (2018: 67) bahwa, berbeda dengan tari berbeda, Gugum Gumbira terinspirasi dari Jaipongan lainnya yang tidak berorientasi cerita seorang putri yang bernama Kawung kepada penokohan, tarian ini berangkat dari Anten. Kawung Anten adalah putri dari seorang tokoh wanita dari Sumedang yaitu panglima kerajaan Sumedang Larang yaitu Kawung Anten. Uniknya, tarian ini berbentuk

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 113

penokohan dengan nilai-nilai yang mengu- kewer lebe, cangreud asih, tumpang tali, dan lain- sung keheroikan kaum wanita dalam membela lain. negaranya. Selanjutnya terdapat gerak-gerak maknawi Selain penokohan, karakteristik yang unik yang terdapat dalam tari Jaipongan Kawung dan berbeda dari tari Jaipongan lainnya ialah Anten. Gerak maknawi dapat diartikan juga propertinya. Properti pada tari Kawung Anten sebagai gerak yang memiliki arti atau makna yaitu duhung. Duhung merupakan senjata dibaliknya. Contohnya, gerak depok turus bumi tradisional berupa pisau atau golok yang terinspirasi dari cerita tokoh Jaya Perkosa berasal dari Sumedang. Tetapi, berbeda de- pada saat berperang melawan penjajah (Be- ngan pisau atau golok pada umumnya, kedua landa). Ia memiliki kekuatan untuk mem- sisi duhung sangat tajam sehingga senjata ini bunuh lawannya dengan kukunya yang disebut paling mematikan. Menurut Gugum beracun. Jadi, pada saat sebelum saling Gumbira (wawancara, di Bandung; 2016), kata bertemu (perang), pasukan Sumedang berada duhung adalah kata dasar dari istilah “ka- di dataran yang lebih tinggi dari pasukan duhung” yang berarti kasabet duhung (terkena penjajah, terdapat sungai yang menghubung- duhung). Jadi, kata kaduhung memiliki makna kan kedua pasukan tersebut. Lalu, Prabu jaya bisi kasabet ku duhung yang berarti takut Perkosa mencelupkan kukunya ke dalam menyesal. Tari Kawung Anten memakai senjata sungai dan air sungainya pun mengalir hingga duhung karena senjata ini milik ayahnya Jaya sampai ke pasukan penjajah. Kemudian, Perkosa. sebelum berperang para pasukan penjajah b. Desain Koregrafi meminum air sungai tersebut. Lalu, mening- Model-model contoh kreatif ditunjang de- galah para pasukan penjajah yang meminum ngan nilai-nilai kebaruan yang digali dalam air sungai tersebut. aspek koreografinya. Koreografi dalam tari Pada gerak patri bumi-tomplok bermakna Kawung Anten mayoritas bersumber dari gerak seorang wanita yang menghindari serangan penca silat, tetapi sudah mengalami perkem- dari para lelaki ke arah dada wanita dengan bangan yang signifikan dibandingkan tari menangkis tangan dan berbalik ke kanan. Jaipongan lainnya. Tidak murni tradisi, namun Gerak ngapit asih bermakna sedang me- sudah terdapat gerak-gerak pengembangan ngangkat seseorang dengan kedua tangannya. yang merupakan akulturasi antara tari tradisi Selain itu, terdapat gerak-gerak lainnya yang juga tari lain seperti Ballet. Contohnya pada menggambarkan latihan perang seperti gerak gerakan eluk ganda (kanan-kiri), bentuk kaki banting, sabet tengah, selut gibas kepret, sabet seperti Ballet yaitu ujung jari lurus ke bawah handap, sabet lengkep, dan lain-lain. Gerak- (tidak napak). Selain itu, terdapat gerak gerak yang menggambarkan latihan perang acrobatic misalnya pada gerak depok-malikbaya- mayoritas menggunakan properti duhung. tungkup maung dan guling jerit-jambret (roll Selain itu, pola cipta kreativitas seorang depan). Dalam tari Kawung Anten terdapat Gugum Gumbira adalah menyusun suatu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni rangkaian yang bersifat tidak linear (tidak yang mengungkapkan keindahan bentuk selaras) menjadi sesuatu yang unik dan baru. tubuh dengan maskulinitas sosok wanita yang Misalnya, dalam tari Jaipongan lainnya setiap heroik. Contohnya, gerak mincid, lube, gentus gerakan mayoritas atau pasti selalu diiringi bumi-laras miang, surung, ayun damping-cindek, dengan tepak kendang. Tetapi, lain hal dengan

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 114

karyanya, misalnya pada awal tari Kawung 14. Gentus miring Laras miring Anten terdapat gerak yang tidak diiringi oleh 15. Ayun damping – cindek instrumen kendang, misalnya gerak mincid di 16. Keupat sirig - cangreud asih – galeong awal, ngalarap, dan lainnya. Jadi, gerak tidak 17. Suliwa harus selalu linier dengan kendang, tidak 18. Gentus kiwa verbal seperti tari Jaipongan lainnya. Lalu, geraknya tidak selalu mengikuti 19. Tangtungan alip – ranggah irama pirigan karawitan (ritmis), tetapi dalam 20. Patri bumi – tomplok tari Kawung Anten terdapat gerak kontras 21. Eluk paku – banting (2 kali) yang menabrak irama pirigan karawitan 22. Ranggah (disharmoni). Misalnya, pirigan karawitan 23. Usik malik berirama cepat tetapi geraknya lambat. Con- 24. Cindek tohnya, gerak cangreud asih, sabet handap, 25. Kewer lebe ranggah, tumpang tali, jemplang kuniang, lengkah 26. Cangreud asih maung, dan lain-lain. Koreografi tari Kawung Anten saat ini 27. Ngalarap sudah digubah beberapa kali oleh Gugum 28. Sigep baya Gumbira, bahkan selesai pada tahun 2016. 29. Tumpang tali Oleh karena itu, koreografinya telah memiliki 30. Ukur tangtung perkembangan dan inovasi yang signifikan. 31. Sigep baya Secara bentuk struktur tari Jaipongan terdiri 32. Ngapit asih menjadi empat kontruksi, yaitu bagian Bukaan, 33. Depok Pencugan, Nibakeun dan Mincid. Berikut 34. Malik baya merupakan ragam gerak tari Jaipongan Ka- 35. Tungkup maung wung Anten: 36. Jemplang kuniang No. Ragam Gerak Tari 37. Lengkah maung 1. Mincid sirig 38. Keprak tangan tenjrag bumi 2. Depok turus bumi 39. Abar duhung 3. Sigap tandang 40. Sabet tengah 4. Laras miang 41. Eluk ganda 5. Ranggah 42. Gedeng tengen 6. Tumpang tali 43. Puter duhung 7. Lube 44. Gedeng kiwa 8. Gentus siwa 45. Cindek duhung 9. Surug 46. Sabet handap 10. Golempang 47. Lube duhung 11. Cindek 48. Siku putar duhung 12. Balungbang muter 49. Ampih duhung – cindek 13. Puter baya 50. Eluk ganda (kanan kiri) 51. Usik malik – surung

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 115

52. Buka sobrah kepret empat wilet, sedangkan pada tari Kawung 53. Selut gibas kepret (kanan-kiri) Anten menggunakan gending khusus yang 54. Cindek – sorong maju – cindek merupakan repertoar gending Wayang. Juga pada umumnya tari Jaipongan hanya 55. Mincid menggunakan satu lagu, tetapi dalam tari 56. Eluk paku ganda – keprak sentig Kawung Anten menggunakan tiga lagu, yaitu 57. Yuyu kangkang – cindek Paksi Tuwung, Palimanan, dan bendrong Petit. 58. Cangkringan d. Desain Artistik Tari 59. Balungbang maju 1) Rias dan Busana 60. Udar pitu neundeut bumi Rias wajah yang digunakan pada tari 61. Kotrek abar duhung Jaipongan Kawung Anten yaitu rias cantik. 62. Jengkat duhung – abar duhung Tata rias tari Jaipongan Kawung Anten Kostum merupakan refleksi putri Sunda yang 63. Puter duhung – neundeut bumi maskulin. Warna busana yang digunakan 64. Mincid sebagai simbol pohon hanjuang yaitu ber- 65. Sabet lengkep (tebas – sabet tengah – warna merah muda, merah tua, dan emas. sigap duhung) Bajunya kebaya khas Sunda yaitu kebaya 66. Puter duhung cowak dengan bentuk kerah melengkung- 67. Kondur lengkung dan panjang lengan tiga perempat. 68. Embat payun – embat pengker Kebaya cowak berwarna merah muda ditaburi 69. Tandang duhung (kiri – kanan) payet yang menghiasi baju tersebut sehingga 70 Keser catrok duhung – giwar duhung desainnya terkesan elegan. Kemudian, terdapat samping sarung berwarna merah tua 71. Mincid dengan aplikasi di bagian tengah depan yang 72. Ampih duhung membelah seperti rempel berwarna emas. 73. Guling jerit – jambret Terdapat payet yang menghiasi bagian bawah 74. Abar duhung – ampih duhung di sekeliling samping. Warna merah tua ini 75. Kondur tandang diadopsi dari tangkai pohon hanjuang yang berwarna lebih pekat dari daunnya. c. Desain Karawitan Tari Sabuk kulit berwarna emas dengan aplikasi Kekuatan kreatif Gugum Gumbira selalu payet sebagai tempat menyimpan duhung. mendorong untuk menciptakan kebaruan. Selanjutnya duhung sebagai properti tari yang Pirigan karawitannya pun berbeda dengan tari diletakkan di bagian depan perut dan Jaipongan lainnya. Ia menggunakan repertoar diselipkan ke sabuk kulit dengan posisi lagu yang tidak umum dalam tari Kawung menyerong. Posisinya pegangan duhung Anten yaitu gending tari Wayang. Ismet berada di bagian kanan atas sabuk dan ujung Ruchimat (wawancara, di bandung; 29 duhung berada di bagian kiri bawah sabuk. Februari 2020) mengatakan bahwa, pirigan Duhung yaitu senjata tradisional Sumedang karawitan pada tari Kawung Anten yang memiliki kedua sisi yang tajam sehingga menggunakan pola-pola yang tidak linier. senjata ini dijuluki senjata yang paling Gending yg biasanya digunakan dalam tari mematikan. Terdapat ukiran yang indah pada Jaipongan pada umumnya yaitu dua atau

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 116

bagian pegangan duhung dan tutup duhung- karawitan tari, dan properti duhung yang nya. digunakan sehingga dalam penyajiannya Busana yang digunakan dilengkapi dengan nampak enerjik, dinamis dan maskulin. asesoris yaitu gelang, kalung, dan giwang atau anting berwarna emas. Asesoris tersebut DAFTAR PUSTAKA menampakan sosok puteri yang notabene Djelantik, A.A.M. 2004. Estetika Sebuah memiliki berbagai perhiasan yang indah. Pengantar. Bandung: MSPI Bekerjasama Bagian kepalanya, menggunakan sanggul Dengan Arti. berbentuk bulat dan mahkota emas di bagian depan tengah sanggul dan bunga mawar di Damajanti, Irma. 2006. Psikologi Seni. Bandung; Kiblat Buku Utama. atas tengah sanggul dengan melati yang menjuntai mengitari sisi-sisi sanggul dari atas Herdiani, Een. 2012. “, Ketuk Tilu, ke bawah. dan Jaipongan Studi Tentang Tari Rakyat di Priangan (bad ke-19 sampai Awal Abad ke- KESIMPULAN 21)” (Disertasi). Bandung; Program Pasca Gugum Gumbira adalah maestro tari Sarjana Universitas Padjajaran.

Jaipongan di era 1970-an hingga 2020. Pola Jaeni. 2015. Metode Penelitian Seni Subjektif – cipta kreativitas Gugum Gumbira selalu Interpretatif Pengkajian dan Kekaryaan Seni. menghasilkan inovasi yang signifikan hingga Bandung: Sunan Ambu Press. menggugah selera masyarakat dan menembus semua lapisan masyarakat. Ia telah me- Karnia, Nia. 2015. “Skripsi Penyajian Tari nyumbangkan estetika tari Sunda dengan Repertoar; Tari Kawung Anten” (Skripsi). warna yang baru, meskipun sempat men- Bandung. Jurusan Tari ISBI Bandung. dapatkan beragam polemik. Tari Jaipongan Mulyana, Edi. 2007. Gugum Gumbira Dari Kawung Anten sempat mendapatkan resis- ChaCha ke Jaipongan. Bandung; Sunan tensi karena musiknya dianggap tidak sesuai. Ambu Press-STSI Bandung. Tetapi, karya tersebut kaya akan kreativitas yang inovatif. Karakteristik tari Kawung Rohaeni, Siti Hani. 2017. “Skripsi Penyajian Anten yang berbeda dari tari Jaipongan lainnya Tari Repertoar Tari Kawung Anten”. yang membuat penulis tertarik untuk mem- Bandung; Jurusan tari ISBI Bandung. bahas bagaimana eatetika tari yang terdapat Semiawan, Conny. R. dkk. 2002. Dimensi pada tari Jaipongan Kawung Anten. Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung; Remaja Setelah melakukan tahapan-tahapan proses Rosda Karya. penelitian, penulis dapat memberikan kesim- pulan sebagai jawaban dari masalah-masalah Sternberg, Robert J. 1999. Handbook of yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasar- Creativity. Cambridge; Cambridge University Press. kan eksplanasi yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Tari Jaipong- Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. an Kawung Anten merupakan satu karya Bandung: Alfabeta. Gugum Gumbira yang secara keseluruhan memiliki karakteristik yang berbeda dan Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan, inovatif baik dari aspek tema, koreografi, dan perkembangan Iptek. Bandung; Alfabeta.

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 117

SUMBER INTERNET DAFTAR NARASUMBER Rohaeni, Siti. Edi Mulyana. 2018. Tari Kawung Nama: Gugum Gumbira Anten dalam Genre Tari Jaipongan Sebagai Alamat: Jalan Kopo No. 15-17, Bandung Sumber Garap Penyajian Tari. Jurnal Seni Umur: 73 tahun Makalangan, 5 (1). 67. Pekerjaan: Seniman, pencipta tari Jaipongan https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/makalang an/article/view/836/530. Nama: Ismet Ruchimat Alamat: Jalan Cipagalo No. 11, Ciganitri, http://kulpulan- Bandung materi.blogspot.com/2012/10/teori-wallas- Usia: 51 tahun teori-tentang-proses.html Dikutip pada hari Pekerjaan: Dosen di Institut Seni Budaya Senin, tanggal 2 Maret 2020, pukul 23.00 Indonesia Bandung WIB. Nama: Mira Tejaningrum Alamat: Jalan Kopo No. 15-17, Bandung Usia: 51 tahun Pekerjaan: Seniman

Makalangan Vol. 7, No. 2, Edisi Desember 2020| 118